PENGARUH TEMPERATUR YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN GURAMI MERAH (Osphronemus gouramy) YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila 1
Mariyanto1, Abdullah Munzir1 dan Dahnil Aswad1 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] Abstract
This study aims to determine how much effect of different temperature on the survival of red carp fish seed (Osphronemus gouramy) infected with Aeromonas hydrophila bacteria. Fish infected by injection with a concentration of 108 cfu (colony forming units) of 1 ml/fish. Clinical symptoms observed and calculated survival for 15 days study. The treatment in this study is treatment A (temperature 25.00C s/d 27.00C), treatment B (temperature 27.10C s/d 29.00C), treatment C (temperature 29.10C s/d 31.00C) and treatment D (as a control or comparison). The results showed that the survival rate of carp red seeds (Osphronemus gouramy) in each treatment is : A treatment with the highest survival rates were 11 individuals (73.4 %), treatment B as many as 8 individuals (53.3 %), treatment C by 5 individuals (33.4 %) and treatment D as 6 individuals (40 %). In treatment A with a temperature of 25.00C s/d 27.00C proven to be more effective to minimize the mortality rate of carp red seeds. Keywords : red carp fish seed (Osphronemus gouramy), temperature, bacteria Aeromonas hydrophila, infection, survival rate. lain polutan yang masuk ke badan air yang
PENDAHULUAN Penyakit adalah keabnormalan pada
merupakan sumber pengairan pada kolam-
ikan yang disebabkan oleh interaksi yang
kolam akuakultur. Polutan sendiri dapat
tidak seimbang antara ikan yang lemah,
berupa
lingkungan yang memburuk dan patogen
industri, lahan pertanian dan rumah tangga
yang ganas. Penyebab penyakit dapat
yang terdiri dari beragam jenis seperti :
disebabkan oleh faktor fisik (misalnya
pestisida,
perubahan
tumpahan minyak dan logam berat. Adapun
temperatur
yang
drastis),
kimiawi
(misalnya
pencemaran),
biologis
(misalnya
hadirnya
Penyebab
terjadinya
perikanan
budidaya
stress
dan
stress
senyawa-senyawa
pupuk
fisik
kimia
anorganik,
dapat
berupa
dari
deterjen, kenaikan
parasit).
temperatur air akibat buangan dari air
terhadap
pendingin
mesin-mesin
industri
dan
faktor
kekeruhan air akibat aliran lumpur dari
lingkungan dapat berupa faktor kimiawi,
lahan pertanian. Adapun faktor biologis
berupa
fisik dan biologis. Faktor kimiawi antara
terjadi
antara
lain
dengan
terjadinya
ledakan populasi algae, toksin algae dan
yang dihadapi dalam budidaya intensif yang
parasit (Kordi dan Ghufron, 2004).
menimbulkan kerugian ekonomi bagi para
Menurut Lusiastuti (2010), Masalah
pembudidaya
ikan.
jenis
dijumpai
pada
penyakit
perikanan, salah satunya adalah serangan
organisme
penyakit yang disebabkan oleh bakteri
bakterial yang disebabkan oleh bakteri
patogen
Aeromonas hydrophila, merupakan bakteri
dapat
menurunkan
budidaya
produktivitas pada ikan. Oleh karena itu,
patogen
untuk
Aeromonas
meningkatkan
mutu
dan
sering
satu
penyakit yang dihadapi dalam bidang
yang
yang
Salah
penyebab
adalah
penyakit
“Motile
(MAS)
Septicemia”
penyakit
adanya penanggulangan penyakit pada ikan
penyakit bakterial yang bersifat akut,
yang
terhadap
menginfeksi semua umur dan semua jenis
perkembangan ikan, karena salah satu
ikan air tawar di perairan tropis baik yang
faktor yang dapat mempengaruhi produksi
dibudidayakan
ikan adalah kesehatan dari ikan tersebut.
perairan umum.
berpengaruh
Bakteri
Penyebab penyakit pada budidaya
merah,
atau
pengembangan budidaya ikan, maka perlu dapat
bercak
penyakit
maupun
merupakan
yang
Aeromonas
ada
di
hydrophila
perikanan biasanya berupa mikroorganisme.
merupakan salah satu bakteri penyebab
Mikroorganisme
hidup
penyakit yang berbahaya pada budidaya
sederhana yang berukuran mikroskopik dan
ikan air tawar. Bakteri tersebut banyak
hanya
bantuan
menyerang ikan mas yang merupakan salah
penyebab
satu komoditas unggulan air tawar dan
penyakit pada budidaya perikanan dapat
dapat menginfeksi ikan pada semua ukuran
dikelompokkan
fungi,
yang dapat menyebabkan kematian hingga
virus, dan bakteri. Bakteri dianggap sebagai
mencapai 80%, sehingga mengakibatkan
agensia penyakit yang terpenting dalam
kerugian yang sangat besar baik dalam
akuakultur.
usaha budidaya ikan air tawar (Sanoesi,
dapat
mikroskop.
adalah dilihat
mahluk dengan
Mikroorganisme sebagai
Beragam
parasit,
bakteri
diketahui
berkaitan dengan penyakit-penyakit pada
2008). Penelitian
ikan, seperti Vibrio sp, Yersinia ruckeri, Edwardsiella Lactobacillus sp,
sp,
Mycobacterium sp,
Streptococcs
sp
dan
mengetahui
ini
pengaruh
bertujuan temperatur
untuk yang
berbeda terhadap kelangsungan hidup benih
Aeromonas hydrophila (Kordi dan Ghufron,
ikan
2004).
gouramy) yang diinfeksi bakteri Aeromonas Rahmaningsih (2012), Menyatakan
penyakit ikan merupakan salah satu kendala
gurami
merah
(Osphronemus
hydrophila. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat
kepada
para 2
pembudidaya ikan, sebagai sumbangsih
5. Satu set alat uji kualitas air dengan
pemecah masalah dalam meminimalisir
menggunakan
penyebaran bakteri Aeromonas hydrophila
checker.
dan untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila pada temperatur yang berbeda terhadap mortalitas ikan air
6. Serok
Water
ikan
adalah
quality
alat
untuk
menangkap ikan uji. 7. Jarum suntik adalah alat untuk menyuntik ikan uji. 8. Pompa Filter.
tawar. MATERI DAN METODE PENELITIAN
9. Testube TSB (Tryptone Soya Brot) 10. Selang
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013, bertempat di Laboratorium Stasiun
Karantina
Ikan
Kelas
1
Minangkabau, Padang, Sumatra Barat.
bak
Metoda dan Rancangan Percobaan Metoda
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah metoda eksperimen. yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak
1. Bahan Bahan
dan
penampungan/bak fiber.
Rancangan Materi Penelitian
penyipon
Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3 yang
digunakan
dalam
ulangan
(replikasi)
dengan
rincian
penelitian ini adalah media pemeliharaan
perlakuan sebagai berikut :
(air), isolat bakteri Aeromonas hydrophila,
Perlakuan A : Pengaruh temperatur pada
benih ikan gurami merah (Osphronemus gouramy) ukuran 5-8 cm sebanyak 60 ekor, alkohol, pakan ikan dan media agar TSA (Tryptone Soya Agar).
taraf 25,0 0C s/d 27,0 0C Perlakuan B : Pengaruh temperatur pada taraf 27,1 0C s/d 29,0 0C Perlakuan C : Pengaruh temperatur pada taraf 29,1 0C s/d 31,0 0C
2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Akuarium dengan ukuran 55 x 45 x 50 cm sebanyak 12 buah.
Perlakuan D :
Sebagai kontrol atau
pembanding. Prosedur Penelitian 1. Mempersiapkan bahan dan peralatan
2. Termostat.
Akuarium dengan ukuran 55 x 45 x
3. Inkubator.
50 cm sebanyak 12 unit. Air tawar
4. Aerator.
disiapkan yang berasal dari air tanah, kemudian diendapkan dalam bak fiber 3
dengan diberi aerasi dan filtrasi selama 1-2
gurami merah yang sehat disuntik dengan
hari, selanjutnya menyuplai air ke dalam
bakteri Aeromonas hydrophila sebanyak 1
masing-masing
ml/ekor dengan konsentrasi 108 cfu (coloni
akuarium
yang
telah
tersedia setinggi 26 cm.
forming
unit)/ml
(Mulia,
2012).
Memasang peralatan uji coba yang
Penyuntikan dilakukan pada bagian dorsal
akan digunakan seperti aerator, yaitu alat
(samping sirip punggung), dimana terlebih
bantu untuk meningkatkan kadar oksigen
dahulu punggung ikan yang akan disuntik
atau untuk pendingin dalam air melalui
dioles
sistem
dimasukkan
aerasi.
pemanas
Termostat,
atau
alat
yaitu
bantu
unit
dengan
alkohol.
secara
acak
Setelah
itu
kedalam
12
untuk
akuarium yang masing-masing diisi 5 ekor
mempertahankan nilai kisaran temperatur
benih ikan gurami merah dan diamati
air dalam volume tertentu. Pompa Filter,
selama 15 hari.
yaitu alat bantu menyaring air melalui filtrasi dengan cara memompa air dari dalam bak/akuarium itu sendiri. Slang
3. Pengukuran temperatur, pengamatan gejala klinis dan menghitung tingkat kelangsungan hidup ikan uji
untuk
Dilakukan pengukuran temperatur
membersihkan tumpukan bahan organik
air 3 x sehari dengan menggunakan alat
dalam bak/akuarium melalui sistem kapiler.
Water quality checker yaitu pada pagi hari,
Menyediakan benih ikan gurami
siang dan sore hari masing-masing pada
merah yang sehat ukuran 5-8 cm sebanyak
pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB, dan 18.00
60 ekor, ikan uji diaklimatisasi selama 5-6
WIB. Pemberian pakan berupa pellet 3 x
hari untuk diamati gejala klinis dan
sehari dan penyiponan dilakukan 1 kali
memastikan terbebasnya benih ikan uji dari
dalam 2 hari. Mengamati gejala-gejala
infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
klinis dari ikan gurami merah setelah
penyipon,
yaitu
alat
bantu
2. Infeksi ikan uji dengan Aeromonas hydrophila
bakteri
Bakteri berasal dari isolat murni
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, diamati mulai dari nafsu makan, gerak dan sisik.
Selanjutnya
menghitung
tingkat
Aeromonas hydrophila dari laboratorium
kelangsungan hidup benih ikan gurami
Stasiun
merah (Osphronemus gouramy) selama
Karantina
Ikan
Kelas
1
Minangkabau , Padang. Dibiakkan pada
rentang waktu 15 hari.
media agar TSA dalam Inkubator selama 24
Peubah yang diamati
jam untuk memperbanyak bakteri dan
1. Gejala Klinis
mendapatkan kepadatan yang sesuai dengan
Data
yang
dikumpulkan
dalam
dosis yang akan digunakan. Kemudian ikan 4
penelitian ini adalah mengamati perubahan-
atau sangat nyata terhadap kelangsungan
perubahan morfologi pada setiap ikan uji.
hidup benih ikan gurami merah yang
Pengamatan
mulai
dari
(behavior),
gerak,
nafsu
tingkah
laku
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila
makan
dan
pada temperatur yang berbeda Hi diterima
kelainan pada sisik.
dan H0 ditolak (Steel dan Torrie, 1989).
2. Kelangsungan Hidup
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui tingkat
Analisis pengaruh temperatur air.
kelangsungan hidup (Survival Rate) ikan Pengukuran temperatur air dilakukan
uji, dihitung dengan menggunakan rumus
setiap hari pada waktu pagi hari, siang dan
(Effendie, 1992). SR =
X 100%
sore, yakni pada pukul 07.00 WIB, 13.00 WIB
dan
18.00
WIB.
Pengukuran
Keterangan :
temperatur air menggunakan alat Water
SR = Kelangsungan hidup
quality checker. Hasil dari penelitian ini
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir
menunjukkan bahwa fluktuasi temperatur
penelitian No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian Analisis Data Dari perhitungan ikan yang dapat bertahan hidup, di akhir penelitian dianalisa keragaman dengan menggunakan analisis varians (anava). Hasil pengolahan data dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila F hitung < F tabel pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05%), maka ini berarti tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurami merah yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada temperatur yang berbeda H0 diterima dan Hi ditolak. Apabila F hitung > F tabel pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05%), maka ini berarti berpengaruh nyata
air pada setiap perlakuan relatif stabil dan dalam batas toleransi yang dianjurkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh temperatur yang terbagi dalam 4 (empat) taraf yaitu : 1. pengaruh temperatur pada taraf 25,0 0C s/d 27,0 0C, 2. pengaruh temperatur pada taraf 27,1 0C s/d 29,0 0C, 3. pengaruh temperatur pada taraf 29,1 0C s/d 31,0 0C, 4. dan sebagai kontrol atau pembanding. Pengamatan yang dilakukan tercapai dengan baik dengan mengatur sedemikian
rupa,
yakni
dengan
menggunakan ruangan berukuran (10x5 m), mengatur besaran level angka pada alat thermostat, menambahkan aerasi untuk pendingin pada perlakuan A dan hasilnya dapat dilihat pada rata-rata pengamatan temperatur air pada tabel 1 dibawah ini : 5
Tabel 1. Rata-rata temperatur air pada setiap perlakuan Perlakuan
Pagi
Siang
Sore
Rata-rata
A
26,33 0C
26,73 0C
26,48 0C
26,51 0C
B
27,76 0C
28,30 0C
28,19 0C
28,08 0C
C
29,68 0C
30,34 0C
30,03 0C
30,01 0C
D
27,29 0C
27,90 0C
28,22 0C
27,80 0C
Dari Tabel 1 di atas, rata-rata
Ardiwinata (1981), menyimpulkan bahwa
temperatur air pada setiap pengamatan
temperatur ideal untuk kehidupan ikan
didapat perlakuan yang terbaik adalah
gurami adalah ± 27 0C.
perlakuan A yaitu 25,0 0C s/d 27,0 0C dimana rata-rata selama pengamatan adalah 0
0
pagi 26,33 C, siang 26,73 C dan sore 0
26,48 C. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dari hasil rata-rata pengamatan temperatur
pada
Lampiran
3,
dapat
dijelaskan pada grafik fluktuasi rata-rata temperatur air harian seperti tertuang di bawah ini :
Batas kisaran temperatur
31 30 29
30,27 30,0029,83 29,93 29,9330,07 29,87 29,73 29,67 29,40 29,33 29,20
29,60
29,53
28,83
28,5328,43 28,2328,23 28,13 28,03 27,8727,93 27,8027,67 27,7327,70 27,63 27,57 27,5327,70 27,4027,40 27,4027,33 27,20 27,2027,03 27,13 26,80 26,67 26,70 26,6326,53 26,57 26,57 26,53 26,5026,73 26,37 26,33 26,30 26,23
28 27
26,13
26
26,10 26,10 26,10 26,07 26,03
A B C D
25 1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pengamatan (hari ke)
Gambar 3. Grafik fluktuasi temperatur air pada pengamatan pagi hari Dari grafik di atas dapat dilihat
dengan rata-rata (26,33 0C). Perlakuan B
fluktuasi temperatur pada pengamatan pagi
pengamatan yang dilakukan pada pagi hari
hari berbeda antar setiap perlakuan, dilihat
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke
perlakuan A pada pengamatan pagi hari
9 yaitu (28,53 0C), temperatur yang rendah
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke
terdapat pada hari ke 4 yaitu (26,80 0C),
7 yaitu (26,73 0C), temperatur yang rendah
dengan rata-rata (27,76 0C). Perlakuan C
terdapat pada hari ke 14 yaitu (26,03 0C),
pengamatan yang dilakukan pada pagi hari 6
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke 0
4 yaitu (30,27 C), temperatur yang rendah terdapat pada hari ke 2 yaitu (28,83 0C), 0
dengan rata-rata (29,68 C) dan Perlakuan
hari temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke 10 yaitu (28,23 0C), temperatur yang rendah terdapat pada hari ke 8 yaitu (26,33 0
C), dengan rata-rata (27,29 0C).
D pengamatan yang dilakukan pada pagi
Batas kisaran temparatur
31
30,67 30,43 30,3730,6330,4030,4330,4030,47 30,4330,30 30,37 3 0,07 30,03 30,03 29,93
30 29
28,7328,9028,73 28,7028,50 28,57 28,60 28,50 28,47 28,43 28,37 28,2328,27 28,10 28,13 28,13 28,3028,23 2 7,90 27,80 27,97 27,6327,6727,70 27,57 27,47 27,33 27,03 2 7,00 26,9726,9726,8326,9326,8726,9326,7726,87 26,6326,5026,57 26,5026,53 26,53 26,30
28 27 26
A B C D
25 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pengamatan (hari ke)
Gambar 4. Grafik fluktuasi temperatur air pada pengamatan siang hari Dari grafik di atas fluktuasi pada
(28,30 0C). Perlakuan C pengamatan yang
pengamatan siang hari berbeda antar setiap
dilakukan pada siang hari temperatur yang
perlakuan,
tinggi terdapat pada hari ke 15 yaitu (30,67
dilihat
perlakuan
A
pada
pengamatan siang hari temperatur yang
0
tinggi terdapat pada hari ke 3 yaitu (26,77
hari ke 2 yaitu (29,93 0C), dengan rata-rata
0
C), temperatur yang rendah terdapat pada
(30,34 0C) dan Perlakuan D pengamatan
hari ke 13 yaitu (26,30 0C), dengan rata-rata
yang dilakukan pada siang hari temperatur
0
C), temperatur yang rendah terdapat pada
(26,73 C). Perlakuan B pengamatan yang
yang tinggi terdapat pada hari ke 10 yaitu
dilakukan pada siang hari temperatur yang
(28,73 0C), temperatur yang rendah terdapat
tinggi terdapat pada hari ke 9 yaitu (28,90
pada hari ke 4 yaitu (26,83 0C), dengan
0
rata-rata (27,90 0C).
C), temperatur yang rendah terdapat pada
hari ke 7 yaitu (27,70 0C), dengan rata-rata
7
Batas kisaran temperatur
31
30,67 30,33 30,1730,0330,40 30,1029,9329,8730,2729,87 29,87 29,87 29,6329,80 29,60 29,1028,90 28,60 28,57 28,5728,8028,57 28,53 28,4028,30 28,33 28,30 28,27 28,23 28,07 27,97 27,9327,97 27,87 27,83 27,8328,0028,0728,03 27,57 27,37 27,37 27,33 27,23 27,17 26,8726,7726,67 26,67 26,63 26,60 26,53 26,53 26,43 26,3726,2726,2726,23 26,0726,23
30 29 28 27 26
A B C D
25 1
2
3
4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Pengamatan (hari ke)
Gambar 5. Grafik fluktuasi temperatur air pada pengamatan sore hari Sedangkan
di
atas
Dari ke 3 grafik di atas dapat
sore
hari
dijelaskan bahwa menurut Cholik, dkk
berbeda antar setiap perlakuan, dilihat
(1986), menyatakan ikan-ikan tropis dapat
perlakuan A pada pengamatan sore hari
tumbuh dengan baik pada temperatur air
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke
antara 25 0C s/d 32 0C. Yang menyebabkan
2 yaitu (26,87 0C), temperatur yang rendah
turun naiknya temperatur adalah karna
terdapat pada hari ke 14 yaitu (26,07 0C),
pengaruh cuaca yang berubah-ubah, hal ini
fluktuasi
pada
dari
grafik
pengamatan
0
dengan rata-rata (26,48 C). Perlakuan B
yang menyebabkan terjadinya turun naik
pengamatan yang dilakukan pada sore hari
temperatur
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke
Walaupun temperatur pada perlakuan B dan
9 yaitu (29,10 0C), temperatur yang rendah
C diatas 27 0C ikan masih dapat hidup, ini
terdapat pada hari ke 3 yaitu (27,37 0C),
disebabkan temperatur dalam air masih
dengan rata-rata (28,19 0C). Perlakuan C
ideal untuk kehidupan ikan gurami merah
pengamatan yang dilakukan pada sore hari
dan air tidak tercemar oleh senyawa
temperatur yang tinggi terdapat pada hari ke
beracun lainnya seperti toksin.
pada
setiap
pengamatan.
0
6 yaitu (30,67 C), temperatur yang rendah terdapat pada hari ke 2 yaitu (29,60 0C), dengan rata-rata (30,03 0C) dan perlakuan D pengamatan yang dilakukan pada sore
Gejala klinis ikan gurami merah yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila Pengamatan
gejala-gejala
klinis
hari temperatur yang tinggi terdapat pada
dilakukan setiap hari pada setiap perlakuan,
hari ke 10 yaitu (28,90 0C), temperatur yang
diantaranya dengan melihat nafsu makan,
rendah terdapat pada hari ke 6 yaitu (27,17
gerak dan sisik. Untuk menghitung tingkat
0
C), dengan rata-rata (28,22 0C).
kelangsungan morphlogi
hidup
sisik
dan
ikan
uji
diamati
perilaku-perilaku 8
sebelumnya. Untuk lebih jelas tentang
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
pengamatan gejala-gejala klinis ikan uji Tabel 2. Hasil pengamatan gejala-gejala klinis ikan gurami merah. Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pengamatan
Perlakuan A
B
C
D
Nafsu makan
√√√
√√√
√√√
√√√
Gerak
√√√
√√√
√√√
√√√
Sisik
√√√
√√√
√√√
√√√
Nafsu makan
√√√
√√√
√√√
√√√
Gerak
√√√
√√√
√√√
√√√
Sisik
√√√
√√√
√√√
√√√
Nafsu makan Gerak
√√ √√√
√√ √√
√√ √√
√√ √√
Sisik
√√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√√
√√
√√
√√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√√
√√
√√
√√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√√
√√
√√
√√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√√
√√
√√
√√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√√
√√
√
√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√
√
√
√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√
√
√
√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√
√
√
√
Sisik
√√
√√
√√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√
√
√
√
Sisik
√√
√
√
√√
Nafsu makan
√√
√√
√√
√√
Gerak
√
√
√
√
Sisik
√√
√
√
√
Nafsu makan
√√
√
√
√
Gerak Sisik Nafsu makan Gerak Sisik
√ √√ √√ √ √√
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √√ √ √√ √
9
Keterangan : ¾ Nafsu makan (Normal = √√√, Sedang = √√, Sedikit = √) ¾ Gerak (Normal = √√√, Sedang = √√, Sedikit = √) ¾ Sisik (Normal = √√√, Kusam = √√, Amat kusam/melepuh = √) Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat
makan ikan agak berkurang, hari ke 4
gejala-gejala klinis ikan gurami merah yang
pergerakan dan sisik ikan mulai nampak
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
perubahan. Perlakuan B, C dan D pada hari
Pengamatan yang dilakukan diantaranya
ke 3 sudah
dengan melihat nafsu makan, gerak dan
perubahan klinis dari ikan uji, diantaranya
sisik. Ini sesuai menurut Tanjung et al
nafsu makan ikan agak berkurang, gerak
(2011), menyatakan dari hari pertama
ikan tidak normal, sisik/warna tubuh kusam
sampai hari ke 2 pada setiap perlakuan
apabila dibandingkan dengan ikan yang
tidak menunjukkan perubahan gejala klinis
sehat, ikan sering berdiam pada dinding-
dari
dinding
ikan
uji
yang
diinfeksi
bakteri
akuarium
Aeromonas hydrophila, dari perlakuan A
membenturkan
pada
akuarium.
hari
ke
3
sudah
menunjukkan
menunjukkan perubahan-
tubuhnya
dan ke
sering dinding
perubahan pada ikan uji diantaranya nafsu
Gambar 6. Ikan gurami merah yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila
10
Kelangsu ungan hidup p benih ikan n gurami m merah Tabel 3.. Tingkat kelangsunggan hidup benih ikaan gurami merah yaang diinfek ksi a pada masing-masing perlakuan.. Aeromonaas hydrophila Perlaku uan Ulangan U
A
B
C
D
E Ekor
%
Ekor
%
Ekor
%
Ekor
%
1
3
600
2
40
1
200
3
60
2
4
800
4
80
3
600
2
40
3
4
800
2
40
1
200
1
20
J Jumlah
220
1160
100
1220
Raata-rata
73,4%
53,3%
33,4%
40%
D Dari Tabel di d atas didaapat tingkat
B deng gan pengaruuh temperatu ur 27,1 0C s/d
kelangsunngan hidup ikan uji yanng diinfeksi
29,0 0C jumlah ikaan yang hiduup sebanyakk 8
bakteri
ekor
Aeromonass
pada
hydrophhila 0
perlakuann A dengan temperatur 25,0 C s/d 0
perlakuan
C
dengaan
0
pengarruh temperaatur 29,1 C s/d 31,0 0C
C,, ternyata tingkat kelangsungan
jumlahh ikan yangg hidup sebaanyak 5 ekor
hidupnyaa tinggi yaiitu 11 ekoor (73,4%),
(33,4% %) dan perlaakuan D seebagai kontrrol
sedangkaan pada perrlakuan B, C dan D
atau pembanding jumlah ikan n yang hiduup
kelangsunngan hidup ikan rendahh, perlakuan
sebanyyak 6 ekor (440%).
kelangsungan hidup ikan
27,0
(53,3%),
73,4% % 80
53,,3%
60
33,4%
40 %
40 20 0 A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 7. 7 Grafik raata-rata perrsentase tin ngkat kelanggsungan hid dup ikan gu urami meraah (Osphron nemus gourramy) 1 11
Dari grafik di atas dapat dilihat
Ardiwinata (1981), menyatakan bahwa
persentase tingkat kelangsungan hidup ikan
temperatur ideal untuk kehidupan ikan
uji pada setiap perlakuan, perlakuan A
gurami adalah ± 27 0C.
tingkat kelangsungan hidup ikan uji adalah 73,4%, perlakuan B 53,3%, perlakuan C 33,4% dan perlakuan D 40%. Banyaknya kematian ikan pada perlakuan B, C dan D disebabkan
oleh
hydrophila
yang
menjadi
lemah
serangan
Aeromonas
menyebabkan dan
sakit.
ikan
Pengaruh
temperatur yang tinggi pada perlakuan B, C dan
D
masing-masing
diatas
27
0
C
menyebabkan ikan tidak dapat bertahan hidup.
Ini
sesuai
dengan
pendapat
Berdasarkan Analysis of Varians dengan Uji F hitung Non significant dimana hasil F hitung (2,35) < F table (4,07% dan 7,59%) pada tingkat kepercayaan 95% (α
0,05%),
ini
berarti
tidak
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurami merah yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada temperatur yang berbeda (H0 diterima dan Hi ditolak). ikan
KESIMPULAN DAN SARAN
maka
terlihat
kusam
apabila
dibandingkan dengan ikan yang sehat. Kesimpulan 1. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurami merah tertinggi adalah pada perlakuan A dengan temperatur 25,0 0C s/d
27,0
0
C
dengan
tingkat
kelangsungan hidup ikan uji sebanyak 11 ekor (73,4%). perlakuan B dengan temperatur
27,1
0
C
s/d
29,0
0
C
sebanyak 8 ekor (53,3%). perlakuan C dengan temperatur 29,1 0C s/d 31,0 0C sebanyak 5 ekor (33,4%) dan perlakuan D sebagai kontrol sebanyak 6 ekor (40%).
3. Berdasarkan uji F hitung (2,35) < F tabel (4,07
dan
7,59)
pada
tingkat
kepercayaan 95% (α 0,05), maka ini berarti tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurami merah
yang
diinfeksi
bakteri
Aeromonas hydrophila pada temperatur yang berbeda (H0 diterima dan
Hi
ditolak). Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara terpadu terhadap faktor-faktor lain
2. Gejala-gejala klinis yang disebabkan
yang dapat mencegah maupun memperkecil
bakteri Aeromonas hydrophila antara
resiko tingkat kematian yang disebabkan
lain nafsu makan ikan berkurang, gerak
oleh bakteri Aeromonas hydrophila ini,
ikan tidak normal, sisik/warna tubuh
misalnya faktor pH air, nitrit, amoniak, kualitas isolat dari bakteri Aeromonas 12
hydrophila dan ukuran ikan gurami merah yang berbeda, sehingga hasil penelitian selanjutnya bisa lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Ardiwinata. 1981. Pemeliharaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Sumur Bandung Cholik, F, dkk. 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan. Jaringan Informasi Perikanan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan. Effendie, M.I. 1992. Metode Perikanan, Penerbit Agromedia. Bogor
Biologi Yayasan
Kordi, K dan H Ghufron. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta. Lusiastuti, A.M. 2010. Penggunaan Vaksin Aeromonas : Pengeruhnya Terhadap Sintasan dan Imunitas Larva Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). Berita Biologi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor 10(2).
Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan. Sanoesi, E. 2008. Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn) terhadap Jumlah Sel Makrofag pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 11, No. 2, Desember 2008. Steel R.G.D, J.H. Torrie, 1981. Principles and produser of Statistik A. Biumetrical Approach, International Student Edn. Grow Hill Kogakusha Limited Tokyo. Tanjung, L.R,. et al. 2011. Uji Ketahanan Beberapa Strain Ikan terhadap Penyakit Aeromonas. Lomnotek (2011) 18(1) : 58-71
Mulia, D.S. 2012. Penggunaan Vaksin Debris Sel Aeromonas hydrophila dengan Interval Waktu Booster Berbeda terhadap Respons Imun Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell). Sains Aquatic 10 (2): 86-95.
13