perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh: YULIANA DWI NINGSIH K5408056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012
Oleh: YULIANA DWI NINGSIH K5408056
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Yuliana Dwi Ningsih. PENGARUH TEKANAN PENDUDUK DAN PENDAPATAN PETANI TERHADAP KONSERVASI LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI WALIKAN HULU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2012.Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober2012. Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (2) Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (3) Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012. (4) Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahandi DAS Walikan Hulu tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Unit analisis tekanan penduduk dengan batasan administratif, sedangkan produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan dengan batasan satuan lahan. Penelitian ini dilakukan pada setiap satuan lahan, pengambilan sampel petani secara purposive sampling dengan snow ball. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data untuk mengetahui tekanan penduduk dengan pengkelasan, produktivitas lahan dan pendapatan petani dengan overlay-pengkelasan, dan konservasi lahan dengan overlay-skoringpengkelasan, sedangkan pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan dengan tabulasi data. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu bervariasi yaitu Desa Wonorejo memiliki tekanan penduduk tinggi, sedangkan Desa Wonokeling memiliki tekanan penduduk sedang. (2) Produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu bervariasi, sebagai berikut: (a) Produktivitas lahan daerah penelitian bervariasi, produktivitas lahan rendah 7,57%, produktivitas lahan sedang 79,85%, dan produktivitas lahan tinggi 12,58%,(b) Pendapatan petani daerah penelitian bervariasi, petani berpendapatan rendah 61,54%, petani berpendapatan sedang 38,06%, dan petani berpendapatantinggi hanya 0,40%. (3) Kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu bervariasi, konservasi lahan rendah 49,80%, konservasi lahan sedang 45,32% dan konservasi lahan tinggi 4,88%. (4) Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu adalah: (a) Tekanan penduduk tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap konservasi lahan, (b) Petani berpendapatan rendah cenderung melakukan konservasi lahan rendah dan petani berpendapatan tinggi cenderung melakukan konservasi tinggi. Kata Kunci: Tekanan Penduduk, Pendapatan petani, Konservasi Lahan.
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Yuliana Dwi Ningsih. THE EFFECT OF POPULATION PRESSURE AND INCOME OF FARMERS TOWARD THE LAND CONSERVATION IN WALIKAN UPSTREAM WATERSHED KARANGANYAR REGENCY 2012. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.Sebelas Maret University. Oktober 2012. The purposes of this research are: (1) To know the population pressure in Walikan Upstream Watershed 2012. (2) To know the land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed 2012. (3) To know the condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012. (4) To know the effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation in Walikan Upstream Watershed 2012. This study used a qualitative descriptive method. The analysis unit of population pressure was taken by administrative boundaries, whereas the land productivity, income of farmers and land conservation were taken by land unit boundaries. This study was performed on each unit of land, farmers sampling was taken by snow ball purposive sampling. Data collection techniques used observation, documentation and interviews. Data analysis techniques to determine population pressure was taken by classification, land productivity and income of farmers with overlay-classes, and land conservation with an overlayscoring-classes,while effect of population pressure on the land conservation and income of farmer on the land conservation with data tabulation. The conclusions of this study were: (1) The pressure of population in Walikan Upstream Watershed is varying that is ,Wonorejo village has a highest population pressure, while the Wonokeling village has a middle population pressure. (2) Land productivity and income of farmers in Walikan Upstream Watershed is varying, as follows: (a) The area of land productivity research is varies, 7,57% low land productivity, 79,85% middle land productivity, and 12,58% highland productivity, (b )Income Farmer research is varies, 61,54% of low-income farmers, 38,06% middle-income farmers, and high-income farmers is only 0,40%. (3) The condition of land conservation in Walikan Upstream Watershed is varies, 49,80% low land conservation, 45,32% middle land conservation and 4,88% high land conservation. (4) Effect of population pressure toward the land conservation and income of farmers toward the land conservation is: (a) Population pressure has no directly influence toward the land conservation, (b) Farmers with low income tend to conserve the land at the low level and high income farmers tend to conserve the land at the high level. Keywords: Population pressure, Income of farmers, Land conservation.
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapak dan Ibu atas kasih sayang, doa, dan motivasinya Kakak, Kakak Ipar, dan Keponakan Tersayang Adikku tersayang
Almamater
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penulisan skripsi; 2. Drs. Syaiful Bakhri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan persetujuan skripsi; 3. Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., Ketua Program Pendidikan Geografi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi; 4. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si., Pembimbing I yang sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar; 5. Dra. Inna Prihartini, MS., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar; 6. Rahning Utomowati, S.Si, M.Sc., Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS; 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Geografi yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis; 8. Sudrajat, S.Kes., Kepala Desa Wonorejo yang telah memberi ijin penelitian; 9. Bapak Sukadi, Kepala Desa Wonokeling yang telah memberi ijin penelitian; 10. Bupati, Kepala Kesbang dan Linmas, BAPEDA, BPS, dan Instansi Kedinasan lain di Kabupatan Karanganyar, terimakasih atas ijin yang diberikan;
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi moral maupun spiritual dalam penulisan skripsi ini; 12. Teman-teman seperjuangan DAS Walikan (Khoim, Lilis, Dayat, Probo, Yosef, dan Desta), atas kerjasama dan motivasinya selama penyusunan skripsi ini; 13. Gembul members (Yetty, Eka, Indah, Nurul L, dan Nina) atas motivasi, kebersamaan dan hiburan-hiburannya; 14.
n satu-satu, terimakasih atas
mahasiswa dan dalam penyusunan skripsi; 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Oktober 2012
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL
i
PENGAJUAN SKRIPSI
...
ii
PERSETUJUAN
iii
PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
MOTTO
vii
PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR PETA
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I PENDAHULUAN
...
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Identifikasi Masalah
3
C. Perumusan Masalah
4
D. Tujuan Penelitian
4
E. Manfaat Penelitian
4
BAB II LANDASAN TEORI
.
A. Tinjauan Pustaka
6 6
1. Tekanan
6
2. Pendapatan Petani
7
a. Produktivitas Lahan
7
b. Pengertian Pendapatan Petani
8
3. Petani
9
4. Konservasi Lahan
10
a. Pengertian Konservasi Lahan
10
b. Teknik Konservasi Lahan
11
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Daerah Aliran Sungai
22
d. Satuan Lahan
24
B. Hasil Penelitian yang Relevan
26
C. Kerangka Pemikiran
32
BAB III METODE PENELITIAN
34
A. Tempat dan Waktu Penelitian
34
1. Tempat Penelitian
34
2. Waktu Penelitian
34
B. Metode Penelitian
.
35
C. Populasi dan Sampling
35
1. Populasi Penelitian
35
2. Sampel Penelitian
36
D. Sumber Data
36
1. Data Primer
36
2. Data Sekunder
...
37
E. Teknik Pengumpulan Data
38
1. Observasi Lapangan
38
2. Wawancara
38
3. Analisis Dokumentasi
38
F. Teknik Analisis Data
39
1.
40
2.
41
3. Analisis Konservasi Lahan
44
4. Analisis Pengaruh Tekanan penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap 44 G. Prosedur Penelitian
45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian
..
47 47
1. Letak, Batas, dan Luas
47
2. Iklim
50
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Geologi
54
4. Geomorfologi
58
5. Tanah
59
6. Kemiringan Lereng
64
7. Hidrologi
66
8. Penggunaan Lahan
67
9. Kependudukan
69
B. Hasil dan Pembahasan
70
1. Tekanan Penduduk
74
2. Produktivitas Lahan danPendapatan
82
3. Konse
95
4. Pengaruh Tekanan penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap 100 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
..
106
A. Simpulan
106
B. Implikasi
107
C. Saran
107
DAFTAR PUSTAKA
.
LAMPIRAN
109 .
xiii
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Upaya Konservasi Lahan Secara Vegetatif
.
20
2.
Upaya Konservasi Lahan Secara Teknik
21
3.
Klasifikasi Kem
24
4.
Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian yang Dil
29
5.
Rancangan Waktu Penelitian
..
6.
Klasifikasi Nilai
41
7.
Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan
42
8.
Klasifikasi Nilai Pendapatan Petani
9.
Kelas Tindakan Konservasi Lahan
.
10. Luas wilayah DAS Walikan Hulu
34
..
43
.
47
..
48
11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan, dan Intensitas Hujan Tahun 2001-2011
.... 52
12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
52
13. Tipe Curah Hujan Menurut Scmidt dan Ferguson pada Setiap Stasiun Pengamatan
.. 53
14. Luas Persebaran Litologi DAS Walikan Hulu Tahun 2012
56
15. Luas Persebaran Macam Tanah DAS Walikan Hulu Tahun 2012
61
16. Luas Persebaran Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu Tahun 2012
..
64
..
67
17. Luas Persebaran Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012 18. Komposisi Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012
69
19. Matapencaharian Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012
69
20.
70
21. Jumlah Penduduk Desa Wonorejo Tahun 2007-2011
74
22. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonorejo
75
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23. Jumlah Penduduk Desa Wonokeling Tahun 2007-2011
77
24. Perhitungan Nilai Rata-Rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonokeling
78
25. Harga Jual Komoditi Tanaman Yang Dibudidayaan Petani DAS Walikan Tahun 2012
.
82
26. Kelas Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012
83
27. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012
84
28. Hasil Perhitungan dan Pengkelasan Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu Tahun 2012
91
29. Hasil Pengkelasan Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012
95
30. Hasil Observasi Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu 95 31.
100
32.
103
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Sketsa Penanam
14
2.
Foto Pertanaman
15
3.
Sketsa Bangunan Teras Saluran
4.
Sketsa Bangunan Teras Guludan
5.
Sketsa Bangunan Teras Kredit
6.
Sketsa Bangunan Teras Bangku
7.
Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku
8.
Sketsa Bangunan Teras Datar
9.
Zonasi Pembagian Daerah Aliran Sungai
.
16 .
17 17
.. 18 19 .. 19 23
10. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
. 33
11. Diagram Alir Penelitian
... 46
12. Tipe Curah Hujan Rata-Rata DAS Walikan Hulu Tahun 2001-2011
.
53
13. Letak Fisiografis DAS Walikan
... 54
14. Bentuk Lahan Struktural Di Desa Wonorejo
.
15. Foto Tanah Andosol Di Desa Wonorejo
59 60
16. Foto Tanah Latosol Di Desa Wonorejo
.
61
17. Foto Sungai Walikan Hulu
.. 66
18. Foto Kondisi Konservasi LahanKelas Rendah, Sedang dan Tinggi
98
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA
Peta 1.
Administrasi DAS Walikan Hulu
49
2.
Geologi DAS Walikan Hulu
3.
Tanah DAS Walikan Hulu
63
4.
Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu
65
5.
Penggunaan Lahan DAS Wal
68
6.
Satuan Lahan DAS Wal
72
7.
Satuan Lahan Pertanian DAS Wal
73
8.
Tekanan Penduduk Terhadap Lahan DAS Walikan Hulu
81
9.
Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu
...
57
.
89
10. Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu
.
94
11. Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu
..
99
12. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan 102 13. Pengaruh Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan 105
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Data Curah Hujan Dan Hari Hujan di Stasiun Pengamatan
2.
Data Perhitungan Produktivitas Lahan
3.
Pendapatan Non Pertanian
4.
Data Perhitungan Pendapatan Perkapita Petani
5.
Kriteria Pengkelasan Konservasi Lahan Secara Teknik danVegetatif
6.
Data Pangkelasan Konservasi Lahan
7.
Daftar Isian Observasi Lapangan
8.
Daftar Quisioner Wawancara Produktivitas danPendapatan Petani
9.
Identitas Responden
10. Surat Keputusan Dekan FKIP 11. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 12. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke Rektor UNS 13. Surat Permohonan
Ijin Research/Try Out KeKESBANGPOLINMAS
Kabupaten Karanganyar 14. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Ke BAPPEDAKabupaten Karanganyar 15. Surat Rekomendasi Research/Survey 16. Surat Tidak Keberatan (STB)
xviii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) berdasarkan UU No 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, DAS merupakan suatu wilayah daratan atau lahan yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai, iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di atas tanah. DAS Walikan yang merupakan salah satu sub-DAS Bengawan Solo Hulu yang terletak di Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri dengan kelerengan miring sampai terjal. Keadaan wilayah demikian ini sangat berpotensi terjadinya permasalahan lingkungan fisik seperti erosi. Selain keadaan lerengnya yang miring sampai terjal, terjadinya permasalahan lingkungan ini akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa satuan lahan dengan kemiringan lereng > 25% berpotensi terjadi longsor, satuan lahan dengan kemiringan lereng 2 25% berpotensi terjadi erosi dan pada satuan lahan dengan kemiringan lereng < 2% berpotensi terjadi sedimentasi (PPLH LPPM UNS, 2007). Terjadinya erosi di DAS Walikan ini ditandai dengan adanya sedimentasi di daerah hilir. Keadaan air sungai yang keruh juga mengindikasikan bahwa telah terjadi erosi di DAS Walikan. Terjadinya erosi tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik lahan itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh masyarakat sebagai pengelola lahan. Upaya untuk mengurangi erosi adalah dengan melakukan praktik konservasi lahan terutama di daerah hulu. Kerusakan lahan DAS Walikan dipengaruhi oleh masyarakat sekitar, dimana tingkat kesadaran dan pendapatan masyarakat petani yang rendah akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan papan) daripada konservasi lahan. Kalo (1983:2) menyatakan bahwa eksploitasi yang berlebihan akan merusak produktivitas lahan, berkurangnya penerimaan bersih petani dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Tingkat pendapatan petani lahan kering jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal yang diperlukan untuk dapat melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras) secara baik, apabila pendapatan dari usahatani semakin rendah berarti penyelamatan tanah akan semakin sulit dilakukan (Kalo, 1983:7).
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di Jawa, perkembangan penduduk merupakan tekanan penduduk terhadap lahan, demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk untuk mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut, dan dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi. Seiring meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat pada permasalahan lapangan kerja, pendidikan, pangan bergizi, kesehatan, dan degradasi lingkungan. Makin besar jumlah penduduk, makin besar pula kebutuhan akan sumberdaya sehingga tekanan terhadap sumberdaya yang ada juga meningkat (Peraturan Dirjen RLPS No.P.04/V-SET/2009:61). Di DAS Walikan Hulu ditemukan ketidaksesuaian fungsi kawasan, terdapat lahan yang seharusnya sebagai fungsi lindung menjadi tegalan. Pendapat
tersebut
sejalan
dengan
penelitian
Khoimah
(2012:116)
menyatakan bahwa: Satuan Lahan 21 (KAcAck-Qvjl-V-Tg) dan 49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg) di Desa Wonorejo dan Wonokeling penggunaan lahan di lapangan berupa tegalan, hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian lahan. Kegiatan budidaya yang dilakukan di kawasan fungsi lindung dan penyangga ini akan berdampak pada penghilangan unsur hara tanah, terjadinya erosi akibat pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus tanpa diimbangi dengan konservasi yang benar dan curamnya lereng sehingga solum tanah menjadi tipis yang berujung pada sangat kritisnya lahan. DAS Walikan hulu terdiri dari 4 desa yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo, Desa Wonokeling dan Desa Jatiyoso, Kecamatan Jatiyoso. Desa yang dipilih untuk penelitian adalah desa Wonorejo dan Wonokeling karena kedua desa ini mempunyai karakteristik lahan yang bervariasi yang didominasi lahan dengan kemiringan lereng curam. Sebagian besar penduduk di DAS Walikan Hulu yakni di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling Kecamatan Jatiyoso, merupakan masyarakat yang bekerja sebagai petani yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. Sebagian besar petani tersebut dapat dikatakan sebagai petani subsisten karena hasil pertaniannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak seharihari, tetapi ada juga sebagian kecil petani yang memiliki lahan yang luas dan modal cukup sehingga standar hidupnya lebih dari yang lain. Organisasi petani
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terdapat pada daerah penelitian adalah Gapoktan dan Kelompok Tani. Organisasi petani tersebut merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertanian. Melalui organisasi tersebut pemerintah melakukan penyuluhan pertanian kepada masyarakat. Masyarakat sebagai pemakai lahan di DAS untuk mencukupi kebutuhan ekonomi hendaknya mengelola lahannya dengan baik dengan memperhatikan peraturan pengelolaan lahan agar DAS dapat berfungsi dengan baik dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam DAS secara bijaksana dan berkelanjutan diharapkan dapat mensejahterakan masyarakat melalui barang dan jasa yang dihasilkan DAS. Lahan pertanian di DAS Walikan Hulu berupa sawah dan tegalan. Kondisi lahan tersebut bergantung pada manusia sebagai pengelola, maka perlu diketahui partisipasai masyarakat petani sebagai pengolah lahan pertanian dalam melestarikan lahan garapannya seperti yang dapat diketahui dari tindakan konservasi lahan yang dilakukan para petani untuk mengurangi erosi. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Tekanan Penduduk dan Pendapatan Petani
terhadap Konservasi Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun
.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Semakin banyaknya jumlah penduduk dan jumlah petani menyebabkan besarnya tekanan penduduk terhadap lahan, akibatnya terjadi ketidaksesuaian fungsi kawasan. Kawasan yang seharusnya sebagai kawasan lindung dan penyangga digunakan untuk kawasan budidaya (tegal). 2. Sebagian besar petani yang mengelola lahan merupakan petani subsisten yang hasil produksi lahannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. 3. Petani kurang memperhatikan konservasi lahan.
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012? 2. Bagaimana produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012? 3. Bagaimana kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012? 4. Bagaimana pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 1. Mengetahui tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu tahun 2012. 2. Mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu tahun 2012. 3. Mengetahui kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012. 4. Mengetahui pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kajian tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan di daerah penelitian, dan pengaruh antara tekanan penduduk dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta mendukung teori-teori yang ada. Penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah dari disiplin ilmu geografi.
2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah untuk menetapkan kebijakan dalam pengelolaan DAS Hulu di daerah penelitian. b. Bagi masyarakat DAS Walikan Hulu, dapat dijadikan masukan bagaimana memanfaatkan sumberdaya lahan dan lingkungan beserta cara mengelolanya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. c. Dapat mendukung materi pembelajaran Geografi di SMA pada materi antroposfer khususnya pada kompetensi dasar dampak dinamika penduduk.
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Penduduk Adanya pertumbuhan penduduk, luas lahan per petani semakin lama semakin sempit, sehingga pada akhirnya tidak cukup lagi untuk keperluan hidupnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, para petani dan anggota keluarganya mencari pendapatan tambahan dengan berburuh, berdagang, dll. Cara lain lagi adalah dengan memperluas lahan garapan misalnya dengan merambah lahan kehutanan. Gaya yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan garapannya atau berimigrasi guna mencari sumber pendapatan merupakan definisi tekanan penduduk, (Soemarwoto, 1991:76). Tekanan Penduduk adalah angka yang menunjukan berapa kali lipat penduduk harus mengeksploitasi lahannya agar mendapatkan hasil untuk mencapai hidup layak. Nilai numerik yang didapatkan dari perhitungan tekanan penduduk menunjukkan besarnya faktor yang menorong penduduk untuk memperluas lahannya, (Soemarwoto, 1991:77). Soemarwoto (1994:188) menyatahan bahwa: Sifat petani Indonesia, di luar sektor perkebunan ialah petani kecil dengan luas lahan sempit. Rata-rata luas lahan kurang dari 0,5 Ha per petani. Karena pertumbuhan jumlah petani, luas lahan menunjukkan kecenderungan yang makin kecil. Makin banyak pula petani yang tidak mempunyai lahan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan penduduk. Artinya kebutuhan akan lahan garapan terus bertambah, tetapi luas lahan terbatas, sehingga kemampuan suatu daerah untuk mendukung kehidupan terbatas pula. Karena tekanan penduduk yang terus meningkat sedangkan kemampuan daerah untuk mendukung kehidupan terbatas maka petani membuka lahan baru, akan tetapi karena pendapatan petani rendah sehingga mereka tidak dapat mengambil tindakan pencegahan erosi tanpa bantuan. Tekanan penduduk terhadap lahan sangat ditentukan oleh jumlah petani pemakai lahan, luas lahan pertanian serta luas lahan minimal untuk dapat hidup layak. Makin banyak jumlah petani, maka makin menurun luas lahan minimal
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk dapat hidup layak serta makin sempit lahan pertanian, sehingga makin besar tekanan penduduk terhadap lahan. Luas lahan minimal untuk dapat hidup layak ditentukan oleh jenis komoditi, pola tanam dan adanya usaha intensifikasi. Agar ekosistem didalam suatu DAS berada dalam keadaan seimbang, perlu diadakan usaha-usaha agar nilai Tekanan Penduduk (TP) terhadap lahan < 1, usaha yang perlu dilakukan adalah merubah luas lahan minimal untuk dapat hidup layak dengan memberikan masukan teknologi usahatani dan konservasi tanah serta usaha-usaha kependudukan seperti penekanan laju pertumbuhan dan usaha-usaha penyebaran penduduk. Menurut Kalo (1983:1), dengan jumlah lahan yang terbatas seperti di Jawa, perkembangan penduduk akan merupakan tekanan penduduk terhadap lahan, demikian pula desakan kebutuhan pangan telah mendorong penduduk untuk mengeksploitir tanah sehingga melampaui batas kemampuan lahan tersebut, dan dalam banyak hal tanpa disertai oleh tindakan konservasi. Dalam penelitian ini tekanan penduduk dibatasi pada nilai tekanan penduduk dan bagaimana pengaruhnya terhadap tindakan konservasi lahan yang dilakukan petani di daerah penelitian.
2. Pendapatan Petani Kalo (1983:2) menyatakan bahwa berkurangnya penerimaan bersih petani dapat dijelaskan karena berkurangnya produktivitas lahan. Jadi produktivitas lahan mempengaruhi pendapatan petani. a.
Produktivitas Lahan Menurut ILEIA dalam Sukoco (1999:33), produktivitas merupakan hasil
persatuan lahan, tenaga kerja, modal (misalnya ternak, uang, waktu) atau input lainnya (misalnya uang tunai, energi, air dan unsur hara). Pendapat tersebut sejalan dengan Sinungan (2003:12) bahwa secara umum produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas menurut Mubyarto (1989:68) merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Menurut Hernanto
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
(1991:204-205), pendapatan per unit areal usaha tani merupakan produktivitas tanah usahatani, dihitung dari pendapatan usaha tani dibagi dengan luas areal. Berdasarkan uraian di atas, produktivitas lahan adalah kemampuan lahan produktif untuk menghasilkan produk hayati yang dihitung dengan hasil produksi dari usaha tani dibagi dengan luas areal. Dalam penelitian ini Indikator produktivitas terdiri dari luas lahan, modal, tenaga kerja, dan pendapatan usaha tani. b.
Pengertian Pendapatan Petani Sebagai tolok ukur kesejahteraan petani jumlah pendapatan petani dihitung
dari gabungan pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tani dan hasil di luar usahatani dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pendapatan per kapita dalam perhitungan ini diuraikan pengertian-pengertian sebagai berikut (sumber: www.danautondano_1 Pendahuluan _ Konservasi Danau Tondano.htm): 1)
Pendapatan Usaha Tani
Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan harga alat-alat luar dan bunga modal dari luar. Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dari sumber di dalam usaha tani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, penukaran, atau penafsiran kembali. Biaya-biaya alat-alat luar semua pengorbanan yang diberikan oleh usaha tani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha (keuntungan pengusaha) upah tenaga sendiri. 2)
Pendapatan Luar Usaha Tani
Pendapatan luar usaha tani dimaksudkan adalah tambahan penghasilan atau pendapatan dari usaha di luar usahatani mereka. Pendapatan dari luar usaha tani didapat dari hasil sampingan ataupun pemberian dari pihak lain yang sifatnya tidak tetap atau pendapatan tak terduga. 3)
Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita dihitung dengan menjumlahkan pendapatan usahatani per tahun, pendapatan sampingan per tahun dan pendapatan tak terduga
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
dalam satu keluarga per tahun dibagi jumlah anggota keluarga yang ada dalam tanggungannya. Tingkat pendapatan petani dipergunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan petani. Dengan demikian dapat dijadikan pedoman/dasar dalam pemberian bantuan kepada petani setempat, apakah diberikan dalam bentuk bantuan penuh, subsidi atau cukup dengan pemberian kredit (Peraturan Dirjen RLPS No.P.04/V-SET/2009). Kalo (1983:7)menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani lahan kering jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal yang diperlukan untuk dapat melaksanakan konservasi tanah (pembuatan teras) secara baik, apabila pendapatan dari usahatani semakin rendah berarti penyelamatan tanah akan semakin sulit dilakukan. Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan petani dibatasi pada pendapatan usaha tani, pendapatan luar usaha tani, dan jumlah tanggungan keluarga yang digunakan untuk menghitung per kapita petani. Jadi pendapatan petani dalam penelitian ini adalah pendapatan per kapita petani untuk kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap tingkat konservasi lahan yang dilakukan petani
c. Petani Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya, (Adiwilaga, 1982:1). Menurut Soetriono,dkk (2006:12), petani adalah orang yang berusaha mengatur atau mengusahakan tumbuh-tumbuhan dan hewan serta memanfaatkan hasilnya, dan mengubah tempat tumbuhan dan hewan serta lingkungannya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Hernanto (1991: 26) petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut.
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jadi, petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup di bidang pertanian dengan cara bercocok tanam dan berternak. Petani pada penelitian ini dibatasi pada orang yang benar-benar mengelola lahan di lahan yang diteliti.
3. Konservasi Lahan a. Pengertian Konservasi Lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usaha tani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan kaidahkaidah konservasi tanah agar lahan dapat digunakan secara lestari, (Peraturan Menteri pertanian, Nomor:14/Permentan/P1.110/2/2009). Menurut Arsyad (2006:41) konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap pelakuan yang diberikan kepada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempattempat di hilirnya. Oleh karena itu, konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali , berbagai tindakan konservasi tanah adalah juga konservasi air. Menurut Suripin (2004:99), tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap dibawah ambang batas yang diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju pembentukan tanah.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Teknik Konservasi Lahan Berdasarkan cara yang dipakai, dikenal tiga macam metode rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yaitu ; metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia. 1) Metode Vegetatif Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan erosi Metode vegetatif bertujuan untuk : Melindungi tanah terhadap daya perusak butir
butir hujan yang jatuh.
Melindungi tanah terhadap daya perusak terhadap aliran air di atas permukaan tanah. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permukaan. a) Jenis Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi. Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syaratsyarat (Arsyad, 2006:232) sebagai berikut: (a) mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji, (b) mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, (c) tumbuh cepat dan
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
banyak menghasilkan daun, (d) toleransi terhadap pemangkasan, (e) resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan, (f) mampu menekan pertumbuhan gulma, (g) mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau tanaman pokok lainnya, (h) sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan (i) tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan sulur-sulur yang membelit. Tanaman penutup tanah atau tanaman pembantu dapat digolongkan dalam Arsyad (2006:234-245) sebagai berikut: (1) Tanaman penutup tanah rendah: jenis rumput-rumputan dan tubuhan merambat/menjalar (a) digunakan pada pola pertanaman rapat: Calopogonium muconoides Desv, Centrosema pubescens Benth, Mimosa invisa Mart, Peuraria phaseoloides Benth. (b) digunakan dalam barisan: Eupatorium triplinerve Vahl (daun panahan, godong, prasman, jukut prasman), Salvia occidentalis Schwartz (langon, lagetan, randa nunut), Ageratum mexicanum Sims. (c) digunakan untuk keperluan perlindungan tebing, talud teras, dinding saluran irigasi dan drainase: Althenanthera amoena Voss (bayem kremah, kremek), Indigofera endecaphylla jacq (dedekan), Ageratum conyzoides L (babandotan), Erechtites valerianifolia Rasim (sintrong), Borreria latifolia Schum (bulu lutung, gempurwatu), Oxalis corymbosa DC, Brachiaria decumbens, Andropogon zizanoides (akar wangi), Panicum maximum (rumput benggala), Panicum ditachyum (balaban, paitan), Paspalum dilatum (rumput Australia), Pennisetum purpureum (rumput gajah) . (2) Tanaman penutup tanah sedang: berupa semak (a) Dipakai dalam pola pertanaman teratur di antara baris tanaman pokok: Clibadium surinamense var asperum baker, Eupatorium pallessens DC (Ki Dayang, Kirinyuh) (b) Digunakan dalam pola pertanaman pagar: Lantana camara L (tahi ayam, gajahan, seruni), Crotalaria anagyroides HBK, Tephrosia candida DC, Tepherosia vogelii, Desmodium gyroides DC (kakatua, jalakan). Acacia
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
villosa Wild (lamtoro merah), Sesbania grandiflora PERS (turi), Calliandra calothyrsus Meissn (kaliandra merah), Gliricidia maculata (johar cina, gamal), Flemingia congesta Roxb, Crotalaria striata DC., Clorataria juncea, L. Crotalaria laurifolia Poir (urek-urekan, kacang cepel), Cajanus cajan Nillst (kacang hiris, kacang sarde) dan Indigofera arrecta Hooscht. (c) Penggunaan di luar areal pertanaman utama dan merupakan sumber pupuk hijau dan mulsa, untuk penghutanan dan perlindungan dinding jurang: Leucaena glauca (L) Benth (pete cina, lamtoro, kemelandingan), Tithonia tagetiflora Desp, Graphtophyllum pictum Gries (daun ungu, handeuleum), Cordyline fruticosa Backer, Eupatorium riparium REG. (3) Tanaman penutup tanah tinggi: jenis pohon-pohonan (a) Digunakan dalam pola teratur di antara baris tanaman utama: Albizia falcata (sengon laut, jeunjing), Grevillea robusta A Cum, Pithecellobium saman benth (pohon hujan), Erythrina sp (dadap), Gliricidia sepium (b) Dipakai dalam barisan: Leucaena glauca atau Leucaena leucocephala (c) Penggunaan untuk melindungi jurang, tebing atau untuk penghutanan kembali: Albizia falcata dan Leucaena glauca, Albizia procera Benth, Acacia melanoxylon, Acacia mangium, Eucalyptus saligna, Cinchona succirubra, Gigantolochloa apus (bambu apus), Dendrocalamus asper, Bambusa bambos. (4) Tumbuhan rendah alami (5) Rumput pengganggu (tumbuh-tumbuhan itu tidak disukai karena sifat-sifatnya yang merugikan tanaman pokok dan sulit diberantas atau dibersihkan dari lahan usaha pertanian): Imperata cylindrical (alang-alang), Panicum repens (lampuyangan), Leersia hexandra (kalamento), Saccharum spontaneum (gelagah), Anastrophus compressus dan Paspalum compressum (rumput pahit).
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b) Teknik Pertanaman Pertanaman berganda (multiple cropping) berguna untuk meningkatkan produktifitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dan erosi. Jenisjenis pertanaman berganda antara lain (Departemen pertanian, 2007): (1) Pertanaman beruntun Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan berikutnya ditanam bersamaan dengan pemanenan tanaman pertama. (2) Tumpangsari Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam bersamaan pada sebidang tanah, baik ditanam secara serentak, campuran, maupun terpisahpisah. Pada kemiringan 1-15% tumpangsari ketela pohon dan jagung dapat mengurangi erosi dibanding monokultur (Suripin, 2004:109).
Gambar1. Tumpangsari dan Foto Rumput Pakan Ternak dalam Tumpangsari Sumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen Pertanian
(3) Tumpang bergilir Sistem penanaman dua atau lebih tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga pada waktu tanaman pertama panen tanaman kedua sudah tumbuh. (4) Pertanaman lorong Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar.
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Gambar 2. Foto pertanaman lorong Sumber: Petunjuk Teknik Konservasi Tanah dan Air tahun 2007. Departemen Pertanian Dalam penelitian ini, konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai
bagaimana tanaman penutup tanahnya dan bagaimana teknik pertanaman yang digunakan petani. 2) Metode Mekanik Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik bertujuan untuk : Memperlambat aliran permukaan. Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Memperbaiki dan memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah, dan penyediaan air bagi tanaman. Teras adalah bangunan konservasi tanah yang terbentuk saluran, guludan atau kombinasi keduanya yang dibuat sejajar dengan garis kontur (SCSA, 1978 ) dalam Hartono (2008: 61). Atas dasar pengertian tersebut di atas maka bangunan teras dibedakan menjadi lima, yaitu :
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Teras saluran. Teras ini berbentuk saluran, dibuat khusus ataupun sambil mengerjakan lahan. Dalam dan lebarnya dibuat 30 cm meskipun sebenarnya harus disesuaikan dengan jumlah air yang ditampung dari daerah di atasnya. Sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Gambar 3. Sketsa Bangunan Teras Saluran Jarak antar teras disesuaikan derajatHartono kemiringan, intensitas hujan Sumber: Dwiatmodengan 1985 dalam (2008:61) dan ukuran saluran. Besarnya dibuat antara 5
10 meter. Agar air di dalam
saluran dapat tersalur ke saluran pembuangan, maka dasar saluran dibuat miring ke saluran pembuangan dengan gradien 1 permil hingga 1 persen. Apabila saluran tersebut dimaksudkan untuk permanen, maka dinding saluran dapat diperkuat dengan tanaman rumput atau tatanan batu. b) Teras Guludan. Teras guludan pada dasarnya berfungsi seperti teras saluran tetapi bentuk penangkapannya berupa guludan atau anggelan. Guludan dapat dibuat dari tanah, batu, ataupun sisa-sisa tanaman. Lebar dan tinggi guludan sama kurang lebih 30 cm atau disesuaikan dengan banyaknya air run-off yang ditampung seperti halnya teras saluran. Pada petak teras sedapat mungkin harus dijaga agar air jangan sampai meluap ke bawah, tetapi pelan
pelan mengalir ke saluran pembuangan dan meresap ke
dalam tanah, seperti gambar di bawah ini:
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4. Sketsa Bangunan Teras Guludan Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:62) c) Teras kredit. Teras kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu. Gabungan ini dimaksudkan untuk memperbesar daya tampung air dan endapannya. Penggabungan kedua jenis teras saluran dan guludan, maka daya tampung air menjadi dua kali lebih besar, sedang pengendapannya juga lebih besar. Terdapatnya endapan yang tertampung di dalam saluran/di belakang teras yang berasal dari bagian atasnya yang tererosi (sheet erotion) akan terjadi penurunan tinggi permukaan lahan di bagian hulu, dan penambahan tinggi bagian yang di bawah. Akibatnya lama kelamaan akan terbentuk teras yang lebih sempurna yaitu teras bangku secara berangsur
angsur atau kredit sehingga
disebut teras kredit.
Gambar 5. Sketsa Bangunan Teras Kredit Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:63)
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Teras bangku (Bench Terrace) Teras bangku terdiri dari saluran dan guludan, tetapi letak saluran dan guludan dibuat terpisah oleh bidang tanaman semusim. Bidang olah dibuat miring ke belakang (ke hulu) agar air run-off mengalir menuju ke bidang tanah asli, bukan ke tanah urugan sehingga tidak mudah longsor. Seperti dijelaskan dalam gambar dibawah ini:
Gambar 6. Sketsa Bangunan Teras Bangku Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:64) Adanya penggalian dan pengurugan, maka apabila tebal tanahnya dangkal akan dimungkinkan galian mencapai batuan induk yang tidak baik untuk tanaman. Sering juga guludan dalam teras bangku disebut sebagai lip (bibir) sedang taludnya disebut riser (timbulan). Talud teras harus ditanami rumput rumputan/ tanaman penutup lain agar terlindung dari erosi percikan maupun erosi permukaan. Begitu pula pada guludan perlu diperkuat dengan tanaman penguat teras. Sedangkan aliran air yang terkumpul pada saluran peresapan di alirkan ke saluran pembuangan (outlet/ waterway), yang dibuat tegak lurus kontur dan dilengkapi dengan bangunan terjunan (drop structure). Bangunan terjunan dibuat dari batu, bambu atau beton. Teras bangku dibuat pada lahan miring di lahan kering untuk tanaman semusim. Sebaiknya teras bangku dibuat pada lahan yang tidak terlalu curam yaitu di bawah 45%. Karena pada lahan yang curam ada kemungkinan penggalian akan mengenai/sampai lahan yang padas yaitu batuan induk. Akibatnya lahan urugan hasil galian akan tertumpuk pada lahan keras yang
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
impermiabel. Bila hujan turun air yang meresap ke dalam tanah akan tetap berada di atas lapisan impermeabel, dan dapat berfungsi sebagai agen atau media peluncur
yang menyebabkan tanah longsor (landslide), tanah longsor sering
terjadi pula pada lahan dengan teras bangku yang dialiri untuk persawahan.
Gambar 7. Letak Saluran Pembuangan Pada Teras Bangku Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65) e) Teras datar Teras datar pada dasarnya sama dengan teras bangku tetapi bidang olahnya dibuat datar sebagai bidang olah. Saluran dan bidang olah menjadi satu untuk tujuan penggenangan tanaman padi. Lebih jelasnya divisualisasikan dalam gambar berikut ini:
Gambar 8. Sketsa Bangunan Teras Datar Sumber: Dwiatmo 1985 dalam Hartono (2008:65) Seperti halnya teras bangku sedapat mungkin dihindari pembuatan teras datar untuk sawah di lahan yang curam, karena kemungkinan terjadi longsoran tanah.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan menetapkan arahan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) untuk pengawetan tanah di Indonesia baik secara vegetatif maupun teknik sebagai berikut: Tabel 1. Upaya Konservasi Tanah Vegetatif Sim bol V1 V2
V3
V4 V5 V6
V7
V8 V9
V10
V11 V12 V13 V14 V15 V16 V17
Soil Conservation measures
Teknis Konservasi Tanah
pasture or grassland
penanaman rumput
multiple crooping, including crop rotation, relay crooping mixed crooping and intercrooping contour crooping, strip crooping, alley crooping
pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari penanaman menurut kontur penanaman menurut strip pertanaman lorong pengolahan tanah minimum tanpa olah tanah
reduced tillage, including minimum tillage and no till (zero tillage) grass strip/barrier cover crooping
strip rumput penanaman penutup tanah
organic matter management, including use of mulch and intercorporation of compost, animal manure, green manure and croop residues hedge row, live fence
manjemen bahan organik termasuk mulsa, pencampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman
protection forest, including recreational forest, forest park and forest research production forest including limited production forest and community forest permanent vegetation crops including industrial and estate crop, orchards agroforestry including mixed gardens and home garden replanting or clea felled forest regeneration of clear felled forest protection of rivers and springs Silvopasture
hutan lindung, hutan kemasyarakatan, suaka alam dan hutan wisata hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat vegatasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun agroforestri termasuk kebun campuran,kebun rumah
tanaman pagar, pagar hidup
suksesi alami perlindungan sungai dan mata air Silvopasture
planting of trees, shurbs and grasses primaliry for soil conservation purposes
Sumber : Permen.No.P.32/Menhut-II/2009
Lereng (%) semua
solum (cm) > 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
> 80
> 15
< 60
> 15
< 60
> 15
< 80
> 15
semua
> 15
semua
> 15
semua
> 15
< 80
> 15
semua
> 15
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Upaya Konservasi Tanah Secara Teknik Sim bol T1 T2
T3
T4 T5 T6 T7 T8
T9
T10
T11
T12 T13
T14
Soil Conservation measures
Teknis Konservasi Tanah
ridge terrace including gradded contour bund credit terrace
teras guludan termasuk pematang kontur teras kredit
bench terrace, includes level bench terrace, reverse sloping bench terrace, forward sloping bench terrace, garden terrace, stone wall terrace, interupted bench terrace individiual terrace
teras bangku, termasuk teras bangku datar, teras bangku belakang, teras bangku miring, teras kebun, teras batu, teras bangku putus
hiilside ditch or interception ditch waterway
teras gunung atau saluran pegelak saluran pembuangan air (SPA)
trash line silt pit with or without sloth mulch drop structure ussualy of stone or bamboo supported by grasses, ( as part of water disposal in a terrace system) sediment control uncluding check dams and detection dams gully control including gully head structures (flumes and chutes), gully plugs, check dams flood control and/or river bank protection road protection
barisan sisa tanaman rorak, mulsa tanaman
teras individu
bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo kontrol sedimen termasuk dam pengendali dan dam penahan sumbat jurang termasuk gully head structures
pengendali banjir dan / atau perlindungan sungai perlindungan jalan
control of erotion and runoff from settlement areas including use of soak pits, absorbtion well, drop structures, drain
Lereng (%)
Solum (cm)
15 - 60
> 30
5 - 30
> 30
10 - 40
> 30
15 - 60
> 30
10 - 60
> 15 > 15
8-30
> 15 > 15
>8
> 15
semua
>0
semua
> 10
semua
>0
semua
>0
> 15
Sumber : Permen.No.P.32/Menhut-II/2009 Dalam penelitian ini, konservasi lahan dibatasi pada konservasi vegetatif dan mekanis. Konservasi lahan metode vegetatif dibatasi mengenai tanaman penutup tanah dan teknik pertanaman yang digunakan petani, sedangkan metode mekanis dibatasi mengenai bagaimana jenis teras yang diterapkan petani pada lahannya.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung-punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. (Asdak, 1995: 4). Departemen Kehutanan
daratan yang menerima menampung, dan menyimpan air hujan untuk kemudian
diketahui bahwa suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS yang lain disekitarnya oleh batas alam berupa punggung bukit dan gunung. Asdak (1995: 11) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air (punggungpunggung bukit) dan berfungsi sebagai penampung, penyimpan dan penyalur air Dari definisi DAS di atas, dapat diketahui bahwa DAS merupakan suatu kawasan ekositem. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan. Dengan berpedoman pada ekosistemnya, maka Daerah Aliran Sungai dibagi menjadi tiga bagian yaitu : hulu, tengah dan hilir. Ekosistem di bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan pengatur aliran air, ekosistem bagian tengah merupakan daerah distributor dan pengatur air, sedangkan bagian hilir merupakan pemakai air. Asdak (1995: 11-12) memberikan deskripsi tentang bagian-bagian ekosistem DAS sebagai berikut: a. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut : merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15 %), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. b. Daerah hilir DAS dicirikan oleh hal hal sebagai berikut : merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, kemiringan lereng kecil sampai
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat kecil (kurang dari 8 %), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), dan pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi. c. Daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua keadaan DAS yang berbeda tersebut di atas. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang paling penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Aktivitas perubahan tataguna lahan dan tindakan pengolahan lahan yang mengabaikan kaidah konservasi di daerah hulu DAS tidak hanya memberikan dampak di daerah hulu saja, melainkan juga akan memberikan dampak di daerah tengah dan hilir yang dapat berupa perubahan fluktuasi debit dan transpor sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air lainnya. Ilustrasi gambar tiga dimensi pembagian ekosistem DAS adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Ilustrasi 3dimensi pembagian DAS Sumber: Miller 1990 dalam Hartono, 2008:70 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konservasi lahan yang dilakukan petani dan hubungan antara aspek sosial, aspek ekonomi dengan konservasi lahan, sehingga daerah yang dijadikan daerah penelitian untuk penelitian ini adalah DAS Walikan bagian Hulu karena daerah hulu merupakan daerah konservasi. Dalam penelitian ini, DAS dibatasi pada DAS hulu dengan indikator berupa daerah tangkapan air utama dan daerah konservasi dengan kemiringan lereng yang sebagian besar > 15%.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Satuan Lahan Satuan lahan dibuat dari hasil tumpangsusun (overlay) peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan suatu wilayah (Muryono, 2008:7). 1) Lereng Lereng atau kondisi topografi suatu wilayah merupakan hal yang penting dalam pembuatan peta satuan lahan. Kemiringan lereng dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara menghitung kerapatan garis kontur per satuan panjang. Kelas kemiringan lereng diklasifikasikan menurut Asdak (1995:415) dengan 5 klasifikasi kelas kemiringan lereng sebagai berikut: Tabel 3. Klasifikasi Kemiringan Lereng No
Besar Lereng (%)
Keterangan
Simbol
1
0
8
Datar
I
2
8
15
Landai
II
3
15
25
Agak Curam
III
4
25
45
Curam
IV
Sangat Curam
V
5
2) Geologi Lahan sebagai subyek penggunaan lahan/aktivitas manusia terletak pada suatu batuan atau kelompok batuan dengan struktur geologi tertentu. Di permukaan bumi ini yang merupakan tempat bagi manusia melakukan hampir semua aktifitasnya terdapat berbagai tipe batuan dan struktur geologi. Tipe batuan dan struktur geologi yang bervariasi tersebut memiliki karakteristik tertentu sehingga responnya (tanggapannya) terhadap aktivitas manusia untuk setiap batuan itu berbeda-beda. Dalam melakukan evaluasi sumberdaya lahan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
dasar untuk memanfaatkannya perlu memperhatikan fenomena geologi (Sutikno dan Sunarto, 1993:1). Cakupan aspek geologi dalam evaluasi sumberdaya lahan menurut Sutikno dan Sunarto (1993:4) meliputi litologi, struktur, geologi dan stratigrafi. Hal ini didasarkan dari pengertian lahan dan fungsinya yaitu lahan mencakup semua interaksi aspek biofisik atau faktor-faktor dari permukaan bumi, seperti iklim, bentuklahan, tanah, aspek hidrologi, vegetasi, fauna dan perubahan lahan yang relatif permanen seperti teras. Lahan sebagai sumber bagi manusia yaitu sebagai penyedia air dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, material dan pondasi untuk jalan, perumahan dan industri, tubuh air untuk rekreasi. Selain itu, lahan sebagai sumber dasar untuk berbagai tujuan diantaranya (1) untuk produksi primer seperti tanaman, padang rumput, serta produksi sekunder seperti peternakan, (2) untuk tujuan konservasi (pemeliharaan diversitas tanaman dan binatang, melindungi lingkungan dan tujuan ilmiah), (3) tempat untuk eksploitasi material sebagai sumber seperti mineral, material bahan konstruksi bangunan), (3) digunakan sebagai tapak (situs) suatu fungsi tertentu seperti jalan, permukiman, industri dan rekreasi (Sutikno dan Sunarto, 1993:3-4). 3) Tanah Pengertian tanah menurut Darm akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief Faktor iklim dan organisme yang merupakan proses geomorfologi pada satuan bentuklahan tercermin pada proses pembentukan tanah. Proses geomorfologi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara iklim, organisme, batuan serta relief. Pemahaman yang komprehensif mengenai satuan tanah akan menggambarkan persebaran lahan yang ada di suatu daerah.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Penggunaan Lahan
macam campur tangan manusia baik secara permanen ataupun secara siklis terhadap suatu kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhannya baik kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-
Penggunaan lahan
merepresentasikan campur tangan kegiatan manusia di lahan yang dapat mendegradasi ataupun mengagradasi suatu lahan. Dengan demikian, informasi mengenai penggunaan lahan merupakan faktor penting dalam pembuatan satuan lahan. Pada penelitian ini, indikator satuan lahan terdiri dari geologi, tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Dewi subaktini, Jurnal (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri, Jember, Jawa Timur . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya terhadap rehabilitasi hutan, sehingga dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat kemudian ditentukan kegiatan rehabilitasi yang perlu diadakan. Data primer dilakukan dengan wawancara sedangkan data sekunder dari instamsi terkait. Kajian dilakukan dengan metode survey dengan unit analisis rumah tangga petani. untuk mengetahui
sikap
masyarakat
terhadap
rehabilitasi
Taman
Nasional
mengguanakan analisis diskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Tekanan penduduk sekitar Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) cukup tinggi terbukti oleh mata pencaharian masyarakat yang umumnya petani (44,3%) dan buruhtani (31,5%), untuk memenuhi kebutuhan maka daerah penyengga dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan, 2) Faktor sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari besarnya pendapatan dari lahan pertanian dan diluar pertanian akan tergantung pada besar kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
pengambilan hasil hutan terhadap pendapatan keluarga. Kontribusi pendapatan dari hutan oleh penduduk di kawasan penyangga rata-rata sebesar Rp 763.252,50 pertahun, berdasarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan penyangga, maka kegiatan rehabilitasi dengan pengembangan social forestry. Husni Tamrin Kalo, jurnal (1983) melakukan penelitian dengan judul . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dan bagaimana pelaksanaan konservasi tanah yang dilakukan petani. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan penyajian tabulasi sederhana. Hasil penelitiannya adalah: tingkat pendapatan petani lahan kering di Desa Cikupa yang merupakan salah satu desa di DAS Citandui Hulu memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal untuk dapat melaksanakan konservasi tanah secara baik terutama dalam hal pembuatan teras. Kemampuan ekonomi petani untuk membuat teras yang baik akan semakin berkurang setiap tahunnya karena proses penurunan produktivitas lahan pertanian. Nurul Hidayati (2008) melakukan penelitian dengan judul
ubungan
pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara : 1) pendidikan dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 2) pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. 3) pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan regresi ganda dan korelasi ganda dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada hubungan positif yang signifikan antara pendidikan dan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung > rtabel yaitu 0,418 > 0,361. 2) ada hubungan positif yang signifikan antara pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dimana rhitung > rtabel yaitu 0, 590 > 0,361. 3) ada hubungan positif yang signifikan antara pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan, dengan F hitung > F tabel, yaitu 13,12 >3,35.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siti Khoimah
Tingkat
Kekritisan Lahan dan Araahan Rehabilitasi Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan dan arahan rehabilitasi lahan DAS Walikan. Metode yang digunakan adalah metode analisis spasial. Hasil penelitian ini adalah: 1) tingkat kekritisan lahan terdiri dari (a) sangat kritis dengan luas 69,50 Ha (3,76 %), (b) tingkat kritis dengan luas 67,93 Ha (3,68 %), (c) tingkat agak kritis dengan luas 1.104,41 Ha (59,86 %), (d) tingkat potensial kritis dengan luas 603,13 Ha (32,7 %), hasil penelitian 2) terdapat 19 kelompok arahan rehabilitasi yang disarankan berdasarkan tingat kekritisan lahan, tingkat bahaya erosi, kelas kemiringan lereng, fungsi kawasan, dan penggunaan lahan dengan arahan rehabilitasi secara vegetatif yaitu penanaman tanaman penutup tanah pencegah erosi, mulsa, penghutanan
kembali, tumpangsari, dan
sistem
agroforestry, dan secara teknis/mekanis yaitu dengan pembuatan teras, saluran pembuangan air, bangunan terjunan, rorak, dan barisan sisa tanaman.
Betiri,
Nasional
3.
2.
Taman
Rehabilitasi
(2008)
pendapatan
partisipasi
Hidayati
(2008)
penambang
dengan
Hubungan pendidikan dan
Nurul
(1983)
Lahan Kering Miring.
Kalo
pada
Konservasi
Tamrin
Tanah
Hambatan Ekonomis dalam
Husni
Jember, Jawa Timur
Meru
Di
Zona
Masyarakat
Ekonomi
subaktini
Sosial
Analisis
Dewi
1.
Judul
Peneliti
No
dan
sosial terhadap
ekonomi
konservasi
lahan. 2) pendapatan dengan partisipasi
partisipasi penambang dalam
Mengetahui hubungan: 1) pendidikan dan
petani
pelaksanaan konservasi tanah yang dilakukan
tingkat pendapatan petani dan bagaimana
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruhnya
keadaan
rehabilitasi hutan
masyarakat
mengetahui
Tujuan
dengan
kuantitatif
deskriptif
kualitatif
Deskriptif
kualitatif
diskriptif
Analisis
Metode
Hasil
hitung
pendapatan dengan partisipasi penambang dalam konservasi lahan,
> r tabel yaitu 0,418 > 0,361. 2) ada hubugan positif yang signifikan antara
1) ada hubungan positif yang signifikan antara pendidikan, dimana r
produktivitas lahan pertanian.
baik akan semakin berkurang setiap tahunnya karena proses penurunan
pembuatan teras. Kemampuan ekonomi petani untuk membuat teras yang
melaksanakan konservasi tanah secara baik terutama dalam hal
yang jauh lebih rendah dari tingkat pendapatan minimal untuk dapat
merupakann salah satu desa di DAS Citandui Hulu memiliki pendapatan
Tingkat pendapatan petani lahan kering di Desa Cikupa yang
pengembangan social forestry tepat.
masyarakat di kawasan penyangga, maka kegiatan rehabilitasi dengan
(TNMB) masih tergolong rendah, berdasarkan kondisi sosial ekonomi
sosial dan ekonomi masyarakat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri
daerah penyengga dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan, 2) Faktor
petani (44,3%) dan buruhtani (31,5%), untuk memenuhi kebutuhan maka
cukup tinggi terbukti oleh mata pencaharian masyarakat yang umumnya
1) Tekanan penduduk sekitar Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
Tabel 4. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian yang Dilakukan
29
5.
4.
Lahan
(2012)
konservasi
>F
tabel,
yaitu 13,12
terhadap Konservasi Lahan produktivitas lahan dan pendapatan petani di
Daerah
Ningsih
(2012)
tahun 2012. 4) Mengetahui pengaruh tekanan
kondisi konservasi lahan di Walikan Hulu
Sungai DAS Walikan Hulu tahun 2012. 3)Mengetahui
Walikan Hulu Tahun 2012
Aliran
Petani Walikan Hulu tahun 2012. 2) Mengetahui
dan
Dwi
Pendapatan
Analisis Tekanan Penduduk, 1) Mengetahui tekanan penduduk di DAS
Yuliana
kualitatif
kekritisan lahan, tingkat bahaya erosi, kelas kemiringan lereng, fungsi
2012
bangunan terjunan, rorak, dan barisan sisa tanaman.
teknis/mekanis yaitu dengan pembuatan teras, saluran pembuangan air,
penghutanan kembali, tumpangsari, dan sisten agroforestry, dan secara
vegetatif yaitu penanaman tanaman penutup tanah pencegah erosi, mulsa,
kawasan, dan penggunaan lahan dengan arahan rehabilitasi secara
kelompok arahan rehabilitasi yang disarankan berdasarkan tingat
Ha (3,76 %), (b) tingkat kritis dengan luas 67,93 Ha (3,68 %), (c) tingkat
Kabupaten Wonogiri Tahun
Deskriptif
hitung
1)tingkat kekritisan lahan terdiri dari (a) sangat kritis dengan luas 69,50
>3,35.
penambang dalam konservasi lahan, dengan F
dengan luas 603,13 Ha (32,7 %), hasil penelitian 2) terdapat 19
dan
pendidikan dan pendapatan dengan partisipasi
> r tabel yaitu 0, 590 > 0,361. 3) ada hubungan positif yang
Kabupaten Karanganyar dan
Spasial
Analisis
ganda
korelasi
ganda
hitung
signifikan antara
dimana r
agak kritis dengan luas 1.104,41 Ha (59,86 %), (d) tingkat potensial kritis
arahan rehabilitasi lahan DAS Walikan.
Mengetahui tingkat kekritisan lahan dan
lahan.
partisipasi penambang dalam
regresi
pendekatan
Walikan
DAS
Rehabilitasi
dan
Khoimah
Araahan
Tingkat Kekritisan Lahan
Siti
tahun 2008
Karanganyar
dengan
Kabupaten
pendapatan
pendidikan
Tawangmangu
Kecamatan
dan
penambang dalam konservasi lahan. 3)
dalam konservasi lahan di
30
di DAS Walikan Hulu tahun 2012.
pendapatan petani terhadap konservasi lahan
penduduk terhadap konservasi lahan, dan
31
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pemikiran Semakin banyaknya jumlah penduduk menyebabkan besarnya tekanan terhadap lahan. Daerah Aliran Sungai Walikan hulu yang terletak di Kabupaten Karanganyar
merupakan
wilayah
yang
sebagian
besar
penduduknya
mengandalkan sumberdaya alam sebagai sumber penghasilannya. Terdesaknya kebutuhan lahan serta semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi masyarakat menyebabkan pemanfaatan ruang di DAS Walikan hulu sudah tidak sesuai dengan fungsinya dan tidak diimbangi dengan tindakan konservasi lahan. Kegiatan masyarakat terutama petani akan mempengaruhi kinerja suatu DAS, antara lahan dengan masyarakat pengguna lahan sebenarnya mempunyai hubungan
timbalbalik
yang
saling
menguntungkan,
apabila
masyarakat
mempunyai kesadaran untuk mengelola lingkungan dengan baik maka lahan juga akan memberikan hasil atau produk yang baik terhadap masyarakat, jadi semua tergantung pada manusia yang mengelolanya. Tekanan penduduk yang tinggi akan mendorong penduduk untuk memperluas lahan garapan maupun mengeksploitasi lahan secara berlebihan untuk dapat memenuhi kebutuhan minimal untuk hidup layak, sehingga petani pengolah lahan kurang memperhatikan konservasi lahan terutama dalam pembuatan teras karena lebih mengutamakan untuk mencapai kebutuhan minimal untuk hidup layak. Pendapatan petani dipengaruhi oleh pendapatan dari usaha tani dan non usaha tani. Pendapatan dari usaha tani rendah karena produktivitas lahannya rendah dan lahan yang dikelola sempit. Pendapatan non usaha tani rendah karena pendapatan sampingan/pendapatan ternak/pendapatan lainnya hanya sedikit. Petani dengan pendapatan rendah kurang memperhatikan konservasi lahan karena biaya untuk melakukan konservasi terutama untuk pembuatan teras pada tanah miring membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, sehingga para petani dengan penghasilan rendah akan sulit melakukan konservasi tersebut. Penelitian
ini
dimulai
dengan
menganalisis
tekanan
penduduk,
produktivitas, pendapatan petani, dan konservasi lahan. Tekanan penduduk dikelaskan berdasarkan standar evaluasi Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009. Produktivitas lahan dikelaskan berdasarkan hasil perhitungan data primer sedangkan pendapatan petani dikelaskan berdasarkan standar evaluasi Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009. Dari segi konservasi lahan yang dianalisis adalah tindakan konservasi yang dilakukan oleh para petani, apakah tindakan konservasi yang dilakukan sudah sesuai dengan rekomendasi yang ada. Dari masing-masing variabel tersebut kemudian dianalisis bagaimana pengaruh atau kecenderungan tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir kerangka pemikiran berikut ini:
Tekanan Penduduk
Produktivitas Lahan
Pendapatan Petani
Konservasi Lahan
Gambar 10. Diagram Alir Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu, secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan di Desa Wonorejo dan Wonokeling karena desa ini merupakan DAS Walikan hulu dengan daerah yang dibatasi oleh igir atau punggung bukit sebagai batas terluarnya, dimana air hujan yang jatuh di daerah ini akan ditampung, diserap dan dialirkan melalui sungai-sungai terdekat, kemudian menjadi satu menuju Sungai Walikan bagian hulu sebagai outlet. Alasan pemilihan Desa Wonorejo dan Wonokeling sebagai tempat penelitian adalah karena didominasi kemiringan lereng curam, dimana daerah hulu mempunyai fungsi utama sebagai kawasan resapan air utama dan pengatur tata air untuk selalu dijaga kelestariannya.
2.Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan pada bulan September 2011 sampai bulan Oktober 2012. Prosedur penelitian diawali dari tahap penyusunan proposal, penyusunan instrumen, pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan. Dengan rancangan waktu penelitian sebagai berikut: Tabel 5. Rancangan Waktu Penelitian No.
Kegiatan
1.
Penyusunan Proposal
2.
Penyusunan Instrumen
3.
Pengumpulan Data
4.
Analisis Data
5.
Penulisan Laporan
Sept 2011Jan 2012
Juni Feb
Mar
April
Mei
Oktober 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
B. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan tata cara kerja yang sistematis untuk memahami obyek penelitian dengan melalui prosedur ilmiah untuk mencapai tujuan penelitian dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar. Metode penelitian dalam penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Nazir (1999:63), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antarvenomena yang diselidiki. Penelitian ini mendeskripsikan tentang tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan kondisi konservasi lahan berdasarkan sistem pengkelasaan, dan pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan.
C. Populasi dan Sampling 1. Populasi Penelitian Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997:32). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan lahan dan petani yang ada di DAS Walikan Hulu dengan penggunaan lahan untuk sawah dan tegal, sebanyak 18 satuan lahan sawah dan tegal yang terdiri dari 30 polygon. Penentuan satuan lahan di Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu ditentukan dengan melakukan overlay dari peta geologi, peta tanah, peta penggunaan lahan sawah dan tegal, dan peta lereng. Dipilihnya satuan lahan sebagai satuan analisis dan pemetaan pendapatan petani dan konservasi lahan karena setiap satuan lahan mencerminkan adanya pengaruh sifat fisik lahan (batuan, tanah,lereng, dan penggunaan lahan) dan merupakan unit terkecil dari lahan, sedangkan satuan analisis untuk tekanan penduduk menggunakan administrasi karena rumus penghitungannya dalam batasan administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Sampel Penelitian Menurut Tika (1997:34) Sampel adalah sebagian dari obyek atau individuindividu yang mewakili suatu populasi. Penelitian ini menggunakan sampel bertujuan (purposive sample), sampel dalam penelitian ini ditujukan pada petani yang mengelola lahan. Jumlah pemilik lahan tidak dapat diketahui jumlahnya dengan pasti, sehingga digunakan teknik pengambilan sampel purposive sample dengan snow ball, dimana jumlah respondennya ditentukan secara sengaja pada setiap polygon satuan lahan sawah dan tegalan. Sampel petani yang diambil jumlahnya berdasarkan luas polygon yang diteliti, karena sebagian besar petani di Pulau Jawa luas lahannya 0,5 Ha maka setiap kelipatan 5 Ha polygon lahan diambil 1 sampel petani. Pengambilan sampel petani untuk mendapatkan informasi mengenai produktivitas lahan dan pendapatan petani.
D. Sumber Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi : a. Pendapatan petani, yang terdiri dari: 1) Jumlah keluarga/tanggungan kaluarga 2) Pendapatan keluarga (pendapatan usaha tani, pendapatan sampingan, pendapatan ternak, dan lain-lain) 3) Status pemilikan lahan 4) Hasil usaha tani 5) Biaya produksi usaha tani b. Produktivitas lahan, yang terdiri dari: 1) Jumlah produksi 2) Biaya produksi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3) Luas lahan 4) Harga jual produksi
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun data yang dikumpulkan itu sebenarnya data yang asli. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan adalah: a. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001. b. Data tutupan lahan sekarang yang diperoleh dari interpretasi Citra Ikonos Google Earth tahun 2011 dan dikompilasi dengan Peta Rupabumi Digital Indonesia (RBI) tahun 2001. c. Kemiringan lerang dan ketinggian tempat diperoleh dari Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001. d. Data Litologi dan persebarannya diperoleh dari Peta Geologi Lembar Ponorogo (1508-1) skala 1:100.000 e. Data tanah yaitu macam tanah dan persebarannya diperoleh dari Peta Tanah Kabupaten Karanganyar tahun 2010 skala 1:250.000 yang dikeluarkan oleh BAPEDA Kabupaten Karanganyar. f. Data curah hujan harian, bulanan, dan tahunan selama 10 tahun terakhir (2001-2011) didapat dari Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar khususnya data Stasiun Meteorologi di Kecamatan Jatiyoso, dan
data Stasiun Meteorologi di
Kecamatan Tawangmangu diperoleh dari Direktorat Sumberdaya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. g. Data kependudukan yang diperoleh dari data monografi Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah upaya-upaya yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data sebagai berikut:
1. Observasi Lapangan Observasi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di tempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti (Tika, 2005: 44). Observasi lapangan pada penelitian ini tujuannya adalah mencari data yang diperlukan sekaligus untuk mengecek kebenaran atas data yang telah didapatkan dengan keadaan sesungguhnya di lapangan, yaitu untuk mengetahui konservasi mekanis dan konservasi vegetatif yang dilakukan petani pada setiap polygon satuan lahan sawah dan tegal.
2. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Tika, 1997:75) Pertanyaan dalam wawancara ini menggunakan pertanyaan terbuka. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu kamera photo dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara ditujukan kepada petani yang mengelola lahan pada polygon satuan lahan yang diteliti berdasarkan daftar quesioner yang telah dibuat. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai produktivitas lahan, dan pendapatan petani.
3. Analisis Dokumentasi Dokumentasi merupakan data yang diperoleh melalui catatan yang terdapat di kantor atau instansi lain yakni monografi desa dan data catatan kejadian hujan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, (Moleong, 2001:103). Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diorganisasikan dan dikatagorikan kemudian dideskripsikan. Analisis tekanan penduduk menggunakan analisis pengkelasan dengan unit analisis wilayah administratif, analisis produktivitas lahan dan tingkat pendapatan dengan analisis overlay-pengkelasan dengan unit analisis satuan lahan, sedangkan analisis konservasi lahan analisisnya menggunakan overlay-skoring-pengkelasan dengan unit analisis satuan lahan. Persebaran satuan lahan diperoleh dengan menumpangsusunkan (overlay) Peta Tanah, Peta Geologi, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan Sawah dan Tegal. Berikut ini adalah contoh penyusunan dan cara pembacaan karakteristik lahan dalam suatu satuan lahan: Lacm
Qvjl
III - Tg
Satuan lahan Penggunaan lahan Tegal Lereng kelas III Batuan Lava Jobolarangan Jenis Tanah Latosol Coklat Kemerahan
Ada beberapa satuan lahan yang terdiri lebih dari satu tempat, maka setiap lokasi yang berbeda (polygon satuan lahan) diberi nomor label disertai huruf latin. Dari setiap satuan lahan tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap produktivitas lahan, pendapatan petani dan variabel konservasi lahan. Pengkelasan tekanan penduduk terhadap lahan dan pendapatan petani pengkelasannya berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009, analisis produktivitas lahan pengkelasannya berdasarkan pada hasil perhitungan produktivitas lahan dari data primer kemudian dibuat tiga kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
interval berdasarkan rata-rata dan standar deviasi, sedangkan pengkelasan konservasi lahan berdasarkan pada hasil pengamatan yang kemudian diberi skor pada tiap parameter yang diamati kemudian dibuat pengkelasan berdasarkan rata-rata dan standar deviasi (SD), pengkelasan untuk mengetahui katagori relatif menurut Hadi (1989:150), sebagai berikut: Katagori Rendah = kurang dari atau sama dengan (mean score 1 SD) Katagori Sedang = antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD) Katagori Tinggi = lebih dari atau sama dengan (mean score + 1 SD)
1. Analisis Tekanan Penduduk Nilai Tekanan Penduduk (TP) dimaksudkan untuk menghitung besarnya tekanan penduduk terhadap lingkungan/sumberdaya alamnya. Semakin besar jumlah penduduk, maka semakin besar pula kebutuhan akan sumberdaya alam sehingga tekanan penduduk terhadap sumberdaya alam akan semakin meningkat. Jika pertambahan penduduk tersebut tidak dapat dikendalikan, maka penduduk tidak sekedar hidup dari alam, tetapi akan menjadi tekanan terhadap lingkungan alamnya, yang dapat
berakibat timbulnya permasalahan permukiman, lapangan kerja,
pendidikan, pangan dan gizi, kesehatan dan mutu lingkungan, dan pada akhirnya akan merusak lingkungan. Tekanan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009, sebagai berikut :
TP = dimana : TP = indeks tekanan penduduk Z = luas lahan minimal per-petani untuk dapat hidup layak f = proporsi petani dalam populasi Po = jumlah penduduk r = tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
t = rentang waktu dalam tahun (5) L = luas total wilayah lahan pertanian Hasil perhitungan tersebut kemudian dihitung dengan luasan tertimbang, karena hanya sebagian wilayah desa yang masuk dalam DAS, kemudian dikelaskan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009, sebagai berikut : Tabel 6. Klasifikasi Nilai Tekanan Penduduk (TP) No
Nilai TP
Kelas
1
<1
Baik
2
1-2
Sedang
3
>2
Buruk
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009 Sebagai catatan besarnya nilai Z adalah luas lahan yang mampu memberikan hasil seberat 650 kg ekivalen beras/tahun. Diantara cara-cara untuk menurunkan tekanan penduduk adalah dengan memperkecil nilai Z yaitu melalui intensifikasi agar produktivitas tanah akan lebih tinggi sehingga luas lahan minimal untuk hidup layak dapat dipersempit. Apabila memungkinkan dapat pula secara ekstensifikasi pada tanah-tanah yang selama ini kurang produktif.
2. Analisis Pendapatan Petani Analisis pendapatan petani dapat diketahui dari pendapatan dari usaha tani dan pendapatan lainya. Pendapatan petani dari usaha tani dipengaruhi oleh produktivitas lahan, maka dari itu perlu juga untuk mengetahui produktivitas lahan yang dimiliki petani. Produktivitas lahan dihitung untuk mengetahui kecenderungan produktivitas lahan pada lahan-lahan yang ada di wilayah DAS. Produktivitas lahan dihitung dari hasil produksi lahan yang diusahakan (tanaman semusim dan campuran) per satuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
luas per satuan waktu (kg/ha/th). Perhitungan untuk melakukan analisis produktivitas lahan per satuan luas per satuan waktu (tahunan) dihitung dengan rumus: Produktivitas =
Jumlah Produksi Luas Lahan
Keterangan: Produktivitas = ton/ha Kenyataan dilapangan, lahan pertanian milik petani dalam setahun tidak hanya ditanami satu jenis tanaman saja, dan tanaman tersebut tidak tumbuh secara alami membutuhkan perawatan tanaman, jadi nilai produktivitas yang dihitung adalah produktivitas bersih, yaitu produktivitas yang telah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pertanian. Perhitungan produktivitas lahan dikonversikan dalam bentuk rupiah berdasarkan harga jual produsen. Analisis produktivitas lahan dilakukan dengan membuat pengkelasan dari data primer dengan kelas katagori relatif berdasarkan rata-rata (mean) dan standar deviasi menurut Hadi (1989:150), sebagai berikut: Tabel 7. Klasifikasi Nilai Produktivitas Lahan No
Produktivitas Lahan (Rp/Ha/Th)
Kelas
1
lebih dari (mean score + 1 SD)
Tinggi
2
antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD)
Sedang
3
kurang dari (mean score 1 SD)
Rendah
Analisis pendapatan petani di DAS/Sub DAS merupakan tolok ukur kesejahteraan dan cerminan dari pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil usaha tani dan hasil dari non-usaha tani serta hasil pemberian dari pihak lain ke keluarga petani (KK/th) di masing-masing petani yang ada di DAS.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Data yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dari sejumlah sampel petani, adalah sebagai berikut : Penghasilan dari usaha tani
= Rp. A
Biaya produksi usaha tani
= Rp. B
a) Pendapatan usaha tani/tahun
= Rp (A-B)
b) Penghasilan sampingan
= Rp. A1
c) Penghasilan dari ternak
= Rp. A2
d) Penghasilan dari lain-lain
= Rp. A3
Pendapatan diluar asaha tani/tahun
= Rp (A1+ A2+ A3)
Pendapatan petani/tahun = Rp (A-B) + Rp (A1+ A2+ A3) Pendapatan perkapita petani/tahun = Standar pengkelasan untuk analisis data pendapatan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/VSET/2009,
mengacu
pada
Angka
Nilai
Garis
Kemiskinan
per
Propinsi
(Rp/kapita/bulan) September 2011 dari BPS, untuk propinsi Jawa Tengah sebesar Rp 217.440,00. Jadi standar pengkelasanya sebagai berikut: Tabel 8. Klasifikasi Nilai Pendapatan Petani No 1 2 3
Pendapatan Petani (Rp/Bln) Rp 869.760,01 Rp 217.440,01 Rp 869.760,00 Rp 217.440,00
Kelas Tinggi Sedang Rendah
Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor : P.04/V-SET/2009 dimodifikasi Nilai Garis Kemiskinan per Propinsi bulan September 2011 dari BPS
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3. Analisis Konservasi Lahan Penilaian konservasi lahan diperoleh dari observasi lapangan. Penentuan tindakan konservasi dengan observasi dengan mengamati tindakan konservasi secara mekanis dan vegetatif yang dilakukan petani. Penentuan baik, sedang, buruknya tindakan konservasi mekanis dan teknis berdasarkan ketentuan dari Arsyad (1989) dan Departemen Kehutanan (2011) yang dapat dilihat pada lampiran tabel kriteria tindakan konservasi. Penilaian dilakukan dengan melihat praktek konservasi yang dilakukan petani kemudian dinilai baik, sedang, buruk dengan penskoran setiap parameter konservasi apabila buruk/jelek diberi skor 1, apabila sedang diberi skor 2, dan apabila baik diberi skor 3. Terdapat 3 parameter konservasi lahan pada penelitian ini yaitu jenis konservasi mekanis yang dilakukan, tanaman penutup tanah, dan teknis penanaman tanaman pokok. Dari ketiga parameter tersebut diakumulasikan kemudian dibuat 3 kelas konservasi lahan pada setiap satuan lahan berdasarkan rata-rata (mean) dan standar deviasi, dengan pengkelasan sebagai berikut: Tabel 9. Kelas Tindakan Konservasi No
Skor Tindakan Konservasi
Kelas
1
lebih dari atau sama dengan (mean score + 1 SD)
Tinggi
2
antara (mean score 1 SD) sampai (mean score + 1 SD)
Sedang
3
kurang dari atau sama dengan (mean score 1 SD)
Rendah
4. Analisis Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan Analisis tekanan penduduk dan konservasi lahan dengan tabulasi data, analisis produktivitaas lahan digunakan sebagai sub variabel pendapatan petani karena pendapatan petani dipengaruhi produktivias lahan. Analisis pendapatan petani terhadap konservasi lahan dilakukan dengan tabulasi data.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan kegiatan, meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data yang telah terkumpul sampai dengan penulisan laporan. Prosedur ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan dan Pengajuan Proposal Pada tahap ini dilakukan observasi awal terhadap daerah penelitian kemudian mencari literatur yang sesuai dengan tema penelitian.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peta satuan lahan pertanian dan instrumen wawancara.
3. Tahap Pengumpulan data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa pengambilan sampel dengan wawancara berdasarkan instrumen yang telah dibuat. 4. Tahap Analisis Data Tahap ini merupakan tahap dimana data yang diperoleh dihitung, dianalisis dan diklasifikasikan untuk dapat menyimpulkan hasil dari penelitian. 5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian Merupakan tahap terakhir dalam penelitian dimana hasil penelitian yang diperoleh dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, diagram, gambar dan peta.
Adapun langah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan dalam diagram alir penelitian seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Interpretasi Citra Google Earth Tahun 2011
Peta Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Skala 1:25.000
Peta RBI Lembar Poncol dan Tawangmangu Skala 1 :25.000
Peta Geologi Lembar Ponorogo Skala 1:100.000
Peta Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu Skala 1:25.000
Peta Geologi DAS Walikan Hulu Skala 1:25.000
Peta Tanah Tinjau Kabupaten Karanganyar Skala 1:250.000
Peta Tanah DAS Walikan Hulu Skala 1:25.000
Tumpangsusun (overlay)
Peta Satuan Lahan tentatif
Cek Lapangan
Peta Satuan Lahan
Peta Satuan Lahan Pertanian
Monografi Desa
Tekanan penduduk
Konservasi Lahan
Pengkelasan
Pengkelasan
Peta Tekanan Penduduk
Peta Konservasi Lahan
Peta pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan
Keterangan: = Data
= Hasil
Produktivitas Lahan
Pengkelasan
Peta Produktivitas Lahan
Peta pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi lahan
= Proses
Gambar 11. Diagram Alir Penelitian
Pendapatan Petani
Pengkelasan
Peta Pendapatan Petani
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Lokasi penelitian berada di Daerah Aliran Sungan Walikan Hulu. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001, secara astronomis terletak di antara 07o
07 o
o
BT. Berdasarkan koordinat UTM terletak antara 9145287 mT 510523 mU
111o 9154271 mT dan
521766 mU. Secara administratif DAS Walikan Hulu berada di
Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah dengan batas sebagai berikut: Bagian Utara berbatasan dengan DAS Jlantah di Kabupaten Karanganyar Bagian Timur berbatasan dengan DAS Gonggang di Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur. Bagian Selatan berbatasan dengan DAS Keduang di Kabupaten Wonogiri. Bagian Barat berbatasan dengan DAS Walikan Tengah di Kabupaten Karanganyar. DAS Walikan Hulu terdiri dari 4 Desa di kecamatan Jatiyoso yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo, Desa Wonokeling dan Desa Jatiyoso. Akan tetapi yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini hanya Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling, karena Desa Beruk yang termasuk dalam DAS Walikan dengan penggunaan lahannya berupa hutan yang tidak termasuk dalam sasaran penelitian, dan Desa Jatiyoso yang termasuk DAS Walikan Hulu luas areanya hanya sempit dan merupakan daerah peralihan dengan DAS Walikan tengah. Luas DAS Walikan Hulu (Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling), adalah sebagai berikut:
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Luas DAS Walikan Hulu Desa
Luas Wilayah
Luas wilayah dalam DAS
(Ha)
(Ha)
Wonorejo
1.344,551
813,022
Wonokeling
638,228
245,966
Beruk
1.299,130
154,967
Jatiyoso
753,013
127,698
Luas DAS Walikan Hulu
1.341,653
Sumber: Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Skala 1: 25.000 lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu tahun 2001, Data Monografi desa dan perhitungan dengan SIG Adapun pembagian wilayah administrasi, batas DAS hulu, dan letak daerah penelitian dapat dilihat pada
Peta Administrasi DAS Walikan Hulu
Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Administrasi DAS Walikan Hulu Tahun 2012
49 digilib.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Iklim Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka waktu panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah, (Handoko, 1995: 3). Iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: radiasi matahari, evapotranspirasi, curah hujan, temperatur, kelembaban, angin, dan sebagainya. Jumlah curah hujan merupakan faktor iklim yang berperan dalam terbentuknya air di suatu tempat. Sebagian curah hujan yang jatuh mengalami evaporasi, sebagian menjadi aliran permukaan dan sebagian lagi mengalami infiltrasi. Unsur iklim yang dibahas dalam penelitian ini hanya terbatas pada data temperatur dan curah hujan yang terjadi di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya, dengan hasil sebagai berikut: a. Temperatur Penentuan temperatur udara rata-rata di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya dihitung dengan menggunakan pendekatan antara suhu dengan ketinggian yang dikemukakan oleh Oldeman (1977) dalam Lakitan (1994:104) : Tmax
: 31,3
0,006 x
Tmin
: 22,8
0,005 x
dimana : Tmax
: suhu maksimum (oC)
Tmin
: suhu minimum (oC)
X
: ketinggian tempat (m) Dari rumus ini diasumsikan bahwa setiap kenaikan ketinggian 100 m suhu
maksimum
menurun rerata 0,6 oC dan suhu minimum menurun 0,5 oC per
kenaikan ketinggian 100 meter. Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 lokasi DAS Walikan Hulu tertinggi berada pada ketinggian 2.250 m dan terendah yaitu 650 m pada outlet sungai, dengan menggunakan rumus di atas dapat diperoleh hasil: Diketahui
: x1
: 2.250 m
x2
: 650 m
Ditanya: Temperatur
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawab
:
Tmax pada ketinggian 2.250 m adalah
: 31,3
0,006 x1
: 31,3
0,006 . 2.250 o
: 17,8 C Tmin pada ketinggian 2.250 m adalah
: 22,8
0,005 x
: 22,8
0,005 . 2.250
: 11,3 oC Tmax pada ketinggian 650 m adalah
: 31,3
0,006 x1
: 31,3
0,006 . 650 o
: 27,4 C Tmin pada ketinggian 650 m adalah
: 22,8
0,005 x
: 22,8
0,005 . 650
: 19,55 oC Berdasarkan rumus di atas dapat disimpulkan bahwa pada lokasi tertinggi DAS Walikan Hulu yaitu pada ketinggian 2.250 m rata-rata temperatur tertinggi adalah 17,8 oC dan temperatur terendah 11,3 oC. Pada lokasi terendah DAS Walikan Hulu yaitu pada ketinggian 650 m rata-rata temperatur tertinggi adalah 27,4 oC dan temperatur terendah 19,55 oC.
b. Curah Hujan Data rerata curah hujan, jumlah hari hujan, dan intensitas hujan selama kurun waktu 10 tahun (2001-2011) digunakan untuk menentukan sebaran curah hujan yang terjadi di DAS Walikan Hulu dan sekitarnya. Selain itu, data curah hujan yang diperoleh untuk menentukan rerata bulan basah, lembab, dan kering yang digunakan untuk menentukan tipe curah hujan di DAS Walikan Hulu. Berikut ini disajikan data rerata curah hujan, jumlah hari hujan dan intensitas hujan selama 10 tahun terakhir di lokasi penelitian.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan dan Intensitas Hujan Tahun 2001-2011 No
Stasiun
Curah Hujan
Hari Hujan
Intensitas CH
(mm/hari)
(Hari/tahun)
(mm/hari)
1
Jatiyoso
2.637,52
127,3
20,72
2
Tawangmangu
3.324
165,4
20,10
Sumber : Analisis Data Curah Hujan Tahun 2001-2011 Penentuan tipe iklim dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson. Rumus yang digunakan yaitu :
Q :
Rata - rata Bulan Kering x 100 % Rata - rata Bulan Basah
Klasifikasi bulan kering, lembab dan basah menggunakan klasifikasi menurut Mohr yaitu : Bulan kering yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan < 60 mm Bulan lembab yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan antara 60-100 mm Bulan basah yaitu bulan dengan rata-rata curah hujan > 100 mm Hasil perhitungan besarnya nilai Q yang kemudian dicocokkan dengan tabel 12 yaitu tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson berikut ini : Tabel 12. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Tipe Nilai A B C D E F G H Sumber : Lakitan (1994:15)
Klasifikasi Sangat basah Basah Agak basah Sedang Agak kering Kering Sangat kering Luar biasa kering
Hasil analisis perhitungan tipe curah hujan Menurut Schmidt dan Ferguson dari masing-masing stasiun pengamatan curah hujan adalah sebagai berikut :
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Pada Setiap Stasiun Pengamatan No
Stasiun
1
Jatiyoso Tawangmangu
2
Tipe
Klasifikasi
58,97
C
Agak Basah
45,12
C
Agak Basah
Q (%)=
× 100%
Sumber : Analisis Data Curah Hujan 2001-2011 Berdasarkan hasil perhitungan dua stasiun curah hujan terdekat dari DAS Walikan Hulu dari tabel diatas, DAS Walikan hulu mempunyai tipe curah hujan
Rerata Bulan Kering
tipe C atau tipe curah hujan agak basah.
Nilai Q
Rerata Bulan Basah Gambar 12. Tipe Curah Hujan DAS Walikan Hulu tahun 2001-2011 berdasarkan Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Geologi Berdasarkan pembagian zone, Pulau Jawa dibagi menjadi tiga zone yaitu zone utara (northen zone), zona tengah (central zone) dan zona selatan (southern zone). Berdasarkan pembagian fisiografis di atas, DAS Walikan hulu masuk dalam zone tengah. Zone tengah terdiri dari Subzone solo (sensu stricto), Subzone Blitar dan Subzone Ngawi. Tepatnya lokasi penelitian terdapat di jalur Subzone Solo (sensu stricto) yaitu zone depresi sentral atau Zone Solo (Solo Zone) dengan lokasi berada di komplek Gunungapi Lawu. Sebelah utara zone depresi ini dibatasi oleh Pegunungan Kendeng dan sebelah selatan dibatasi oleh Pegunungan Selatan. Komplek Gunungapi lawu terdiri dari dua pegunungan utama yaitu Gunungapi Lawu di sebelah utara dan Gunungapi Jobolarangan di sebelah selatan (Lawu tua). DAS Walikan masuk ke dalam satuan Gunungapi Jobolarangan.
Gambar 13. Letak Fisiografis DAS Walikan Sumber: Van Bemmelen (1949:26) dengan Modifikasi Citra Ikonos Google Earth Tahun 2012 dalam Khoimah (2012:65) Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ponorogo (1508-1) Skala 1:100.000 Tahun 1997, susunan litologi daerah penelitian adalah sebagai berikut : a. Qvsl (Lava Sidoramping) Lava Sidoramping merupakan lava yang mempunyai struktur alir yang berasal dari kompleks Gunungapi Sidoramping, Gunungapi Puncakdalang, Gunungapi Kukusan, Gunungapi Nampiyungan yang mengalir ke arah barat. Lava tersebut terdiri dari lava andesit kelabu tua, porfiriti terdiri dari plagioklas, kuarsa,
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
feldspar, masa dasar mikrolit plagioklas dan kaca. Litologi ini tersebar di Desa Wonorejo dan Desa Beruk pada DAS Walikan Hulu bagian atas, dimana penggunaan lahan pada litologi ini berupa hutan, jadi tidak dijadikan lokasi penelitian pertanian. b. Qvjb (Berksi Jobolarangan) Breksi Jobolarangan merupakan breksi gunungapi yang mempunyai ciriciri dengan warna kecoklatan, bila dalam keadaan lapuk berwarna kemerahan, susunan batuan andesit, masa dasar batu pasir tufan berbutir sedang-kasar. Material ini terdapat di desa Wonorejo yaitu pada DAS Walikan Hulu bagian atas, tepatnya dibawah wilayah Lava Sidoramping. c. Qvjl (Lava Jobolarangan) Lava Jobolarangan
mempunyai susunan andesit berwarna kelabu tua,
porfiritik, terdiri dari plagioklas, kuarsa dan feldspar di dalam mikrolit plagioklas dan kaca gunungapi. Lava memiliki stuktur alir yang berasal dari kompleks Gunungapi Sidoramping, Gunungapi Puncakdalang, Gunungapi Kukusan dan Gunungapi Ngampiyungan. Arah aliran lava umumnya ke barat, membentuk lekukan seperti kawah di puncak G.Silamuk yang diduga bekas letusan yang terbuka ke barat. Material ini tersebar di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling. d. Qlla (Endapan Lahar Lawu) Endapan lahar lawu adalah endapan lahar Gunungapi Lawu yang terdiri dari andesit, basalt dan sedikit batuapung bercampur dengan pasir gunungapi, membentuk perbukitan rendah atau mengisi dataran di kaki gunungapi. Material ini tersebar di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling. Luas sebaran geologi DAS Walikan Hulu tahun 2012 adalah sebagai berikut:
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14. Litologi DAS Walikan Hulu No
Formasi Batuan
Simbol
Luas di DAS Hulu (Ha)
Luas di daerah penelitian (Ha)
Luas di lahan pertanian (Ha)
1
Lava Sidoramping
Qvsl
540,910
431,982
0
2
Breksi Jobolarangan
Qvjb
62,550
60,310
0
3
Lava Jobolarangan
Qvjl
499,062
441,759
267,360
4
Endapan Lawu
Lahar Qlla
229,131
131,487
55,693
1.341,653
1.065,538
323,053
Sumber: Peta Geologi Lembar Ponorogo (1508-1) Skala 1:100.000 Tahun 1997 Puslitbang Geologi, Bandung) dan Hasil perhitungan dengan SIG tahun 2012 Persebaran Geologi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Geologi DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Peta Geologi DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Geomorfologi Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji bentuklahan (landform) yang berada di permukaan bumi, baik yang berada di atas maupun dibawah permukaan air laut dengan penekanan pada asal mula (genesa) dan perkembangan dimasa yang akan datang kaitannya dengan konteks lingkungan dan material penyusunnya (Verstappen, 1983:3 dalam Hidayat 2010:81). DAS Walikan Hulu termasuk dalam zone tengah yang merupakan zone depresi. Di zone tersebut muncul penunjaman lempeng (subduction zone) sebagai akibat gerakan lempeng Eurasia yang menabrak lempeng Pasifik, dari hasil tumbukan/tabrakan kedua lempeng tersebut maka terbentuklah deretan gunungapi, salah satunya adalah Gunungapi Lawu. Secara geomorfologi, DAS Walikan Hulu termasuk kedalam satuan gunungapi. Satuan ini memanjang antara 150 m
3.266 m diatas permukaan laut
(mdpl) dengan Gunungapi Lawu (3.266 mdpl) sebagai puncak tertinggi. Satuan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu di sebelah selatan adalah Gunungapi Jobolarangan (Lawu Tua) sedangkan di sebelah utara adalah Gunungapi Lawu (Lawu Muda). DAS Walikan Hulu termasuk dalam satuan Gunungapi Jobolarangan. Morfologi daerah penelitian secara makro adalah daerah satuan gunungapi sehingga merupakan bentuk lahan asal proses vulkanik, sedangkan secara mikro merupakan bentuk lahan struktural dicirikan dengan relief yang kasar dengan lembah yang dalam dan terjal dengan puncak tertinggi adalah Gunungapi Jobolarangan (2.312 mdpl), bentuk perbukitan di daerah ini banyak dipengaruhi oleh sesar. DAS Walikan Hulu mempunyai kemiringan lereng curam sampai sangat curam dengan ketinggian tempat di atas 650 m dpal dan didominasi oleh tanah andosol dengan penggunaan lahan dominan hutan dan tegalan. Bagian hulu DAS Walikan sebagian besar merupakan bentuklahan perbukitan struktural (terlipat) yang ditandai dengan adanya lembah berbentuk V dan punggungan yang merupakan anak kaki lereng Gunung Lawu bagian selatan, seperti tampak pada foto berikut ini:
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 14. Foto Bentuk Lahan Struktural di Desa Wonorejo
5. Tanah Pembentukan tanah di DAS Walikan Hulu banyak dipengaruhi oleh bahan induk dan relief. Tanah yang terdapat di daerah penelitian merupakan tanah hasil rombakan materi Gunungapi Jobolarangan. Berdasarkan peta tanah yang disusun oleh BAPEDA Kabupaten Karanganyar tahun 2010, ada 2 macam tanah yang tersebar di DAS Walikan Hulu, antara lain sebagai berikut: a. Komplek Andosol Coklat dan Andosol Coklat Kekuningan Tanah andosol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat sarang (very porous), mengandung bahan organik dan dan lempung (clay) tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi (Darmawijaya, 1997:319). Andosol merupakan tanah yang mengandung bahan organik jauh lebih banyak daripada tanah non-vulkanik dalam keadaan lingkungan yang serupa. Hal ini disebabkan karena dekomposisi bahan organik dalam andosol terhambat oleh hidroxida alumunium yang amorf (Kosaka et al, 1962 dalam Darmawijaya, 1997:329). Tanah andosol yang dijumpai di lokasi penelitian umumnya berwarna hitam kelam, coklat sampai coklat kekuningan, struktur remah atau granuler, sangat gembur, tidak lekat (non-sticky), tidak liat (non-plastic). Pembentukan tanah andosol di lokasi penelitian dipengaruhi oleh pelapukan batuan andesit yang
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
berasal dari Gunung Jobolarangan, Gunung Sidoramping, Gunung Puncakdalang, Gunung Kukusan dan Gunung Ngampiyungan.
Gambar 15. Foto Tanah Andosol di Desa Wonorejo Sumber: Dokumen pribadi diambil pada 23 Januari 2012 b. Latosol Coklat Kemerahan Tanah
latosol menurut Darmawijaya (1997:297) meliputi tanah-tanah
yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesquioxid sebagai sisa berwarna merah. Tanah ini menurut Hardjowigeno, (1987:180) umumnya mempunyai kadar liat lebih dari 60 %, struktur tanah remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batasbatas horison yang kabur, solum dalam (> 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, dan umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 16. Foto Tanah Latosol di Desa Wonorejo Sumber: Dokumen pribadi diambil pada 24 Januari 2012
Macam tanah latosol coklat kemerahan yang ada di DAS Walikan berasal dari bahan induk basa berupa andesit yang berasal dari Gunung Jobolarangan, Gunung Sidoramping, Gunung Puncakdalang, Gunung Kukusan dan Gunung Ngampiyungan. Luas sebaran macam tanah yang terdapat di DAS Walikan Hulu adalah sebagai berikut: Tabel 15. Luas Macam Tanah di DAS Walikan Hulu No 1
Macam tanah
Simbol
Luas di DAS Walikan Hulu (Ha)
Luas di Daerah Penelitian (Ha)
Luas di Daerah Pertanian (Ha)
Kompleks Andosol coklat dan Andosol KAcAck 845,143 703,717 119,078 coklat kekuningan 2 Latosol Coklat LaCm 496,510 361,821 203,975 Kemerahan Jumlah 1.341,653 1.065,538 323,053 Sumber: Hasil Analisis SIG dan Peta Tanah Skala 1:250.000 Kab.Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas, macam tanah yang terluas wilayahnya pada daerah penelitian adalah macam tanah Kompleks Andosol coklat dan Andosol coklat kekuningan dengan luas wilayah 703,717 Ha atau 65% dari luas daerah penelitian, sedangkan pada lahan pertanian didominasi oleh tanah latosol coklat kemerahan. Persebaran tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta Tanah DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
Peta Tanah DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Kemiringan Lereng Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan pada penelitian ini adalah klasifikasi kemiringan lereng menurut Asdak (2004:415) dengan 5 klasifikasi kelas kemiringan lereng sebagai berikut: Tabel 16. Luas Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu
1
0
8
Datar
Luas di DAS Simbol Hulu (Ha) I 47,706
2
8
15
Landai
II
184,948
128,719
53,412
3
15
Agak Curam
III
333,246
243,823
183,221
4
25 - 45
Curam
IV
405,583
342,892
51,512
Sangat Curam
V
370,170
303,613
16,373
Besar Lereng (%)
No
25
5 Luas Total
Keterangan
Luas di Luas di Daerah Daerah Penelitian Pertanian (Ha) (Ha) 46,491 18,534
1.341,653 1.065,538 323,053
Sumber: Peta Rupabumi Indonesia skala 1:25.000 dan Hasil perhitungan tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kemiringan lereng yang paling luas di daerah pertanian adalah lereng kelas III (agak curam) besar lereng 15
25% luas wilayahnya 183,221 Ha, dengan tanah pertanian yang selalu diolah
sehingga memberikan sumbangan cukup besar terhadap terjadinya erosi. Berdasarkan keadaan itu, daerah hulu seharusnya dilakukan tindakan konservasi baik konservasi mekanis maupun konservasi vegetatif secara optimal. Persebaran daerah kemiringan lereng dapat dilihat pada Peta Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, sebagai berikut:
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Kemiringan Lereng DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Hidrologi Dalam suatu DAS, sungai mengikuti suatu aturan yaitu
bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola tertentu. Pola tersebut tergantung pada kondisi topografi, geologi, iklim, dan vegetasi yang ada dalam DAS. Pola aliran sungai dilokasi penelitian adalah pola paralel yaitu pola aliran sungai yang arah alirannya sejajar, umumnya terbentuk pada daerah dengan kemiringan lereng kelas menengah sampai terjal, atau pada singkapan batuan yang lebar dan sejajar, serta miring. Sungai Walikan merupakan sungai permanen yang mengalir sepanjang tahun. Bentuk DAS Walikan Hulu adalah memanjang dari timur ke barat berbentuk bulu burung. Bentuk DAS bulu burung mengindikasikan bahwa DAS mempunyai debit banjir yang kecil, karena waktu air tiba dari anak-anak sungai ke sungai utama yang berbeda-beda. Akan tetapi apabila terjadi banjir, banjir tersebut akan berlangsung agak lama. Sungai Walikan Hulu merupakan daerah dengan tingkat erosi tinggi karena daerahnya berupa pegunungan dengan aliran air yang relatif cepat dengan gradien yang besar, sehingga penampang melintang sungai ini berbentuk dengan tebing batuan induk. Material endapan berupa kerakal dan bongkahanbongkahan batu dengan air yang jernih.
Gambar 17. Sungai Walikan Hulu Sumber: Dokumen Pribadi, diambil 24 Januari 2012
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Penggunaan Lahan Daerah penelitian merupakan DAS bagian hulu yang merupakan dearah vulkan. Daerah ini secara umum merupakan daerah subur dengan penggunaan lahan hampir 60% dimanfaatkan manusia. Pembagian penggunaan lahan dibedakan menjadi dua yaitu untuk pertanian dan nonpertanian. Bentuk penggunaan lahan yang terdapat di DAS Walikan Hulu dipengaruhi oleh kualitas dan karakteristik lahan. Bentuk penggunaan lahan yang terdapat di DAS Walikan Hulu meliputi: sawah, tegalan, hutan, kebun, permukiman dan semak belukar. Jenis tanaman pada lahan tegalan yang banyak diusahakan adalah tanaman Jagung, Ketela Pohon, Buncis, Wortel, dan Sawi. Pada lahan sawah tanaman utamanya adalah Padi dengan dialiri air dari irigasi. Tanaman pekarangan yang banyak dijumpai adalah Cengkeh dan Rambutan terutama di Desa Wonokeling. Tanaman Pinus dan semak belukar banyak dijumpai di areal Hutan Rakyat. Luas sebaran penggunaan lahan DAS Walikan Hulu adalah sebagai berikut: Tabel 17. Penggunaan Lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012
1
Hutan
Htn
664,698
Luas di Daerah Penelitian (Ha) 516,281
2
Kebun
Kb
31,896
28,778
3
Permukiman
Pmk
153,089
138,165
4
Sawah
Sw
68,098
46,032
5
Semak/Belukar
Sb
80,331
59,261
6
Tegalan
Tg
343,541
277,021
1.341.653
1.065,538
No
Penggunaan Lahan
Simbol
Luas di DAS Hulu (Ha)
Sumber:Hasil analisis SIG Peta Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012 Sebaran penggunaan lahan di DAS Walikan Hulu dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan di DAS WAlikan Hulu tahun 2012,berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Peta Penggunaan Lahan DAS Walikan Hulu Tahun 2012
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.
Kependudukan
Penduduk mempunyai peran penting dalam kegiatan pengelolaan lahan. Jumlah dan komposisi penduduk di DAS Walikan Hulu (Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling) dapat menjadi faktor dalan perhitungan tekanan penduduk terhadap lahan. Komposisi penduduk DAS Walikan Hulu adalah sebagai berikut: Tabel 18. Komposisi Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 Jumlah Penduduk Luas Kepadatan LakiPerempuan Jumlah (Ha) (jiwa/Ha) laki (jiwa) (jiwa) (jiwa) 1 Wonorejo 3.226 3.436 6.662 1.344,55 5 2 Wonokeling 1.821 1.768 3.589 638,23 6 Sumber: Data Monografi Desa tahun 2011 No
Desa
Apabila dilihat dari kepadatan penduduknya DAS Walikan Hulu mempunyai kepadatan penduduk jarang, akan tetapi kepadatan penduduk jarang tidak dapat diartikan bahwa DAS Walikan Hulu mempunyai tekanan penduduk yang kecil. Karena untuk mengetahui angka tekanan penduduk tidak hanya berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah saja. Dalam penelitian ini tekanan penduduk terhadap lahan di DAS Walikan Hulu dihitung sebagai variabel aspek sosial. Sebagian besar penduduk DAS WAlikan Hulu bekerja sebagai petani dan merupakan petani subsisten. Organisasi sosial petani yang ada di daerah penelitian yaitu kelompok tani yang terdapat pada setiap dusun dan menjadi wadah pemerintah dalam memberikan penyuluhan mengenai konservasi lahan agar para petani dapat mengelola lahannya dengan baik. Tabel 19. Matapencaharian Penduduk DAS Walikan Hulu Tahun 2012 Matapencaharian Penduduk Pertanian Nonpertanian Jumlah (jiwa) (jiwa) (jiwa) 1 Wonorejo 2.330 2.279 4.609 2 Wonokeling 1.407 1.875 3.282 Sumber: Data Monografi Desa tahun 2011 No
Desa
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam penelitian ini, unit analisis atau pendekatan spasial secara mikro tekanan penduduk menggunakan batas administratif, sedangkan produktivitas lahan,pendapatan petani, dan konservasi lahan menggunakan satuan lahan. Karena ada beberapa satuan lahan yang terdiri lebih dari satu tempat, maka setiap lokasi yang berbeda (polygon satuan lahan) diberi label huruf latin. Satuan lahan yang terdapat di daerah penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 20. Satuan Lahan DAS Walikan Hulu
1
KAcAck -Qvjl-I-Tg
No. Satuan Lahan 10
2
KAcAck -Qvjl-II-Tg
12a
8,179
Desa Wonorejo
3
KAcAck -Qvjl-II-Tg
12b
5,296
Desa Wonorejo
4
KAcAck-Qvjl-III-Tg
14a
28,478
Desa Wonorejo
5
KAcAck-Qvjl-III-Tg
14b
17,345
Desa Wonorejo
6
KAcAck-Qvjl-IV-Tg
19a
11,930
Desa Wonorejo
7
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
19b
3,608
Desa Wonorejo
8
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
19c
5,084
Desa Wonorejo
9
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
19d
7,627
Desa Wonorejo
10
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
19e
7,884
Desa Wonorejo
11
KAcAck -Qvjl-V-Tg
21a
8,260
Desa Wonorejo
12
KAcAck -Qvjl-V-Tg
21b
8,114
Desa Wonorejo
13
LaCm-Qlla-I-Sw
26
1,269
Desa Wonokeling
14
LaCm-Qlla-I-Tg
27
1,030
Desa Wonokeling
15
LaCm-Qlla-II-Sw
30
4,506
Desa Wonokeling
16
LaCm-Qlla-II-Tg
31
17,316
Desa Wonokeling
17
LaCm-Qlla-III-Sw
35a
3,510
Desa Wonokeling
18
LaCm-Qlla-III-Sw
35b
6,734
Desa Wonokeling
19
LaCm-Qlla-III-Tg
36a
18,398
Desa Wonokeling
20
LaCm-Qlla-III-Tg
36b
2,930
Desa Wonokeling
21
LaCm-Qvjl-I-Tg
38
8,962
Desa Wonorejo
22
LaCm-Qvjl-II-Sw
42
13,094
Desa Wonokeling
23
LaCm-Qvjl-II-Tg
43
5,021
Desa Wonokeling
24
LaCm-Qvjl-III-Sw
46
9,622
Desa Wonorejo
25
LaCm-Qvjl-III-Tg
47a
43,986
Desa Wonorejo
26
LaCm-Qvjl-III-Tg
47b
13,298
Desa Wonokeling
No
Nama Satlah
Luas (Ha) 7,273
Desa Wonorejo
Lokasi
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
27
LaCm-Qvjl-III-Tg
47c
35,381
Desa Wonokeling
28
LaCm-Qvjl-III-Tg
47d
3,539
Desa Wonorejo
29
LaCm-Qvjl-IV-Sw
48
7,297
Desa Wonokeling
30
LaCm-Qvjl-IV-Tg
49
8,082
Desa Wonokeling
Penyusunan satuan lahan merupakan hasil tumpangsusun (overlay) dari unsur tanah, geologi, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan. Dari peta satuan lahan yang diperoleh dibuat peta satuan lahan pertanian yaitu satuan lahan dengan penggunaan lahan berupa sawah dan tegalan. Berdasarkan satuan lahan yang telah diperoleh terdiri dari polygon-polygon satuan lahan, dari polygon satuan lahan tersebut kemudian diobservasi konservasi lahannya dan mengambil sampel petani yang mengelola lahan pada polygon satuan lahan tersebut. Di daerah penelitian yaitu di Desa Wonorejo dan Desa Wonokeling, terdapat 18 satuan lahan yang terdiri dari 30 polygon satuan lahan seperti yang dapat dilihat pada Peta Satuan Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2012 dan Peta Satuan Lahan Pertanian Daerah Aliran Sungai Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar tahun 2012, sebagai berikut:
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Satuan Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Satuan Lahan Pertanian DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Observasi lapangan bertujuan untuk melakukan pengamatan secara langsung mengenai konservasi lahan yang dilakukan petani pada setiap polygon satuan lahan pertanian. Setiap polygon satuan lahan pertanian diambil sampel responden dengan jumlah responden setiap kelipatan 5 Ha diambil 1 responden. Pengambilan sampel responden untuk mengetahui produktivitas lahan dan pendapatan petani. Adapun hasil penelitian dari observasi dan wawancaranya adalah sebagai berikut: 1. Tekanan Penduduk Tekanan penduduk terhadap lahan dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari monografi desa, jadi angka tekanan penduduk dalam penelitian ini dihitung berdasarkan batasan administratif desa, dengan hasil perhitungan sebagai berikut: a. Desa Wonorejo 1) Jumlah Penduduk Tabel 21. Jumlah Penduduk Desa Wonorejo selama 5 Tahun Terakhir Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2007
2008
2009
2010
2011
6.497
6.483
6.574
6.565
6.662
Sumber: Data Monografi Desa Wonorejo Tahun 2007-2011 2) Pertumbuhan Penduduk Diketahui: Jumlah penduduk tahun 2011 (Pn) = 6.662 jiwa Jumlah penduduk tahun 2007(Po) = 6.497 jiwa Jangka waktu (n) = 5 tahun
Jawab: Rumus : Pn = Po(1+r)n 6662 = 6497(1+r)5 (1+r) 5 = 1+r =
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r=
1
r = 1,005
1
r = 0 ,005 jadi angka pertumbuhan penduduk Desa Wonorejo dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 0,005 atau 0,5%. 3) Luas pertanian desa (L) adalah 384,25 Ha 4) Luas lahan minimal untuk hidup layak, disetarakan dengan nilai beras 650 kg/ kapita/tahun (Z) = 650 kg x Rp 7.500,00 = Rp 4.875.000,00 5) Luas lahan desa adalah 384,25 Ha. Ditanami Padi 13 Ha, Jagung 164 Ha, Buncis 125 Ha, Wortel dan Sawi 20 Ha, dan Cabe 1 Ha. Sedangkan hasil panen per Ha untuk Padi adalah 1.500 kg gabah (1.500 kg x Rp 3.500,00 = Rp 5.250.000,00), hasil panen per Ha untuk jagung adalah 3.000 kg (3.000 kg x Rp 2.200,00 = Rp 6.600.000,00), hasil panen per Ha untuk Buncis adalah 1.250 kg (1.250 kg x Rp 2.000,00 = Rp 2.500.000,00), hasil panen per Ha untuk Wortel dan Sawi adalah 4.000 kg (4.000 kg x Rp 1.000,00 = Rp 4.000.000,00), hasil panen per Ha untuk Cabe adalah 2.000 kg (2.000 kg x Rp 50.000,00 = Rp 100.000.000,00), dan hasil panen per Ha untuk pekarangan adalah Rp 100.000,00 Tabel 22. Perhitungan Nilai Rata-rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonorejo No
Luas (Ha)
µ =
13
Jenis Produksi Harga Nilai Jual Tanaman per Ha jual per (Rp) (kg) kg (Rp) Padi 1.500 3.500 5.250.000
0,928
Luas lahan x µ 12,071
1 2
164
Jagung
3.000
2.200
6.600.000
0,738
121,136
3
125
Buncis
1.250
2.000
2.500.000
0,513
64,103
4
20
Wortel
4.000
1.000
4.000.000
0,821
16,410
2.000
50.000 100.000.000 20,513
dan Sawi 5
1
Cabe
6
61,26
Pekarang an
100.000
0,021
20,513 1,256
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai z rata-rata = = 0,613 6) Jumlah penduduk tahun 2011 (Po) = 6.662 jiwa 7) Jumlah petani = 2.330 jiwa, jadi proporsi petani dalam populasi adalah (
x 100% = 0,35)
8) Waktu (t) = 5 tahun 9) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonorejo TP = TP = TP = 3,81 10) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonorejo yang masuk dalam DAS Walikan Hulu dengan metode luasan tertimbang =
x TP
=
x 3,81
= 2,30
Jadi tekanan penduduk di Desa Wonorejo sebesar 2,30 termasuk tekanan penduduk tinggi. Tingginya angka tekanan penduduk terhadap lahan di Desa Wonorejo disebabkan karena tingginya jumlah penduduk, banyaknya penduduk yang bekerja sebagai petani, dan jenis tanaman yang ditanam oleh petani. Ketiga hal tersebut merupakan hal penting dalam perhitungan angka tekanan penduduk terhadap lahan. Banyaknya jumlah penduduk dan jumlah petani mengakibatkan tingginya
angka
proporsi
petani
dalam
mata
pencaharian
penduduk
mengakibatkan semakin menyempitnya lahan yang digunakan untuk pertanian sehingga semakin menurun luas lahan minimal untuk dapat hidup layak serta semakin sempit lahan pertanian. Jenis komoditi tanaman yang ditanam petani dan pola tanam berpengaruh terhadap luas lahan minimal untuk dapat hidup layak. Di Desa Wonorejo jenis komoditi yang dihasilkan berupa sayur-sayuran seperti wortel dan sawi, kedua tanaman tersebut mempunyai nilai jual yang rendah
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok setara beras. Tanaman pekarangan juga hanya mempunyai nilai jual yang sedikit, sebagian besar tanaman pekarangan seperti buah-buahan tidak produktif.
b. Desa Wonokeling 1) Jumlah Penduduk Tabel 23. Jumlah Penduduk Desa Wonokeling selama 5 Tahun Terakhir Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2007
2008
2009
2010
2011
3.376
3.418
3.489
3.530
3.589
Sumber: Data Monografi Desa Wonokeling Tahun 2007-2011 2) Pertumbuhan Penduduk Diketahui: Jumlah penduduk tahun 2011 (Pn) = 3.589 jiwa Jumlah penduduk tahun 2007(Po) = 3.376 jiwa Jangka waktu (n) = 5 tahun
Jawab: Rumus : Pn = Po(1+r)n 3.589 = 3.376 (1+r)5 (1+r) 5 = 1+r = r= r = 1,0123
1 1
r = 0,0123 jadi angka pertumbuhan penduduk Desa Wonokeling dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 0,0123 atau 1,23%. 3) Luas pertanian desa (L) adalah 634,28 Ha 4) Luas lahan minimal untuk hidup layak, disetarakan dengan nilai beras 650 kg/kapita/tahun (Z) = 650 kg x Rp 7.500,00 = Rp 4.875.000,00
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Luas lahan desa adalah 634,28 Ha. Ditanami Padi 210,91 Ha, Jagung 235,52 Ha, Singkong 77 Ha, dan Pekarangan 110,85 Ha. Sedangkan hasil panen per Ha untuk Padi adalah 1.600 kg gabah (1.600 kg x Rp 3.500,00 = Rp 5.600.000,00), hasil panen per Ha untuk jagung adalah 3.500 kg (3.500 kg x Rp 2.200,00 = Rp 7.700.000,00), hasil panen per Ha untuk Singkong adalah 6.000 kg (6.000 kg x Rp 600,00 = Rp 3.600.000,00), dan hasil panen per Ha untuk pekarangan adalah Rp 1.500.000,00.
Tabel 24. Perhitungan Nilai Rata-rata Luas Lahan Minimal untuk Hidup Layak (Z) Desa Wonokeling
1
210,91 Padi
Produksi per Ha (kg/Ha) 1.600
2
235,52 Jagung
3.500
2.200
7.700.000
0,633
149,112
3
77
6.000
600
3.600.000
1,354
104,271
4
110,85 Pekarang an
1.500.000
3,25
360,263
No
Luas (Ha)
Jenis Tanaman
Singkong
Harga Nilai Jual jual per (Rp) kg (Rp) 3.500 5.600.000
0,871
Luas lahan x µ 123,605
µ=
nilai z rata-rata = = 1,257 6) Jumlah penduduk tahun 2011 (Po) = 3.589 jiwa 7) Jumlah petani = 1407 jiwa, jadi proporsi petani dalam populasi adalah (
x 100% = 0,392)
8) Waktu (t) = 5 tahun 9) Perhitungan tekanan penduduk TP = TP = TP = 2,96 10) Perhitungan tekanan penduduk Desa Wonokeling yang masuk dalam DAS Walikan Hulu dengan metode luasan tertimbang = =
x TP x 2,96 = 1,14
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Jadi tekanan penduduk di Desa Wonokeling sebesar 1,14 termasuk tekanan penduduk terhadap lahan pada kelas sedang. Nilai numerik yang dihasilkan dari perhitungan tekanan penduduk kedua desa di atas menunjukkan besarnya faktor yang mendorong penduduk untuk memperluas lahannya. Nilai TP = 2,30 untuk Desa Wonorejo artinya ada dorongan pada penduduk Desa Wonorejo untuk memperluas lahannya menjadi 2,30 kali lebih luas. Begitu juga dengan nilai TP Desa Wonokeling sebesar 1,14 artinya ada dorongan penduduk Desa Wonokeling untuk memperluas lahannya menjadi 1,14 kali lebih luas. Dampak dari tekanan penduduk yang terjadi pada daerah penelitian adalah adanya perluasan lahan dengan mengalihfungsikan hutan menjadi tegalan dan ketidaksesuaian fungsi kawasan. Hal itu sudah terbukti dengan ditemukannya ketidaksesuaian fungsi kawasan di DAS Walikan Hulu yaitu di Desa Wonorejo, seperti yang dikemukakan oleh Khoimah (2012) dalam
Lahan Daerah Aliran Sungai Walikan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
satuan lahan no.21 (KAcAck-Qvjl-V-Tg) dan satuan lahan no.49 (LaCm-Qvjl-IVTg) terjadi ketidaksesuaian fungsi kawasan. Satuan lahan no.21 seharusnya fungsi lindung dan satuan lahan no.49 seharusnya berfungsi sebagai daerah penyangga beralih fungsi menjadi kawasan budidaya (tegal). Berdasarkan hasil observasi, konservasi lahan pada satuan lahan No.21 dan satuan lahan no.49 mempunyai kelas rendah. Dibanding dengan Desa Wonorejo, Desa Wonokeling mempunyai angka tekanan penduduk yang lebih kecil. Hal tersebut disebabkan karena apabila dibanding Desa Wonorejo, jumlah penduduk dan jumlah petaninya lebih sedikit, jenis komoditi yang dihasilkan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi yaitu tanaman padi dan jagung. Tanaman pekarangannya juga produktif seperti tanaman buah-buahan bisa berbuah, tidak seperti tanaman pekarangan di Desa Wonorejo. Ketiga hal tersebutlah yang menyebabkan angka tekanan penduduk Desa Wonokeling lebih rendah dibanding Desa Wonorejo. Dari hasil perhitungan nilai tekanan penduduk di atas dapat diketahui bahwa tekanan penduduk tidak hanya ditentukan oleh kepadatan penduduk,
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
melainkan juga faktor lain seperti produktivitas lahan pertanian. Agar tekanan penduduk dapat dikurangi, usaha yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menaikkan produktivitas lahan dengan cara memilih jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (dapat mengurangi nilai z), mengurangi jumlah petani dengan membuka usaha lain di sektor nonpertanian (dapat mengurangi nilai f), menggiatkan program keluarga berencana (dapat mengurangi nilai r). Sebaran tekanan penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada Peta Tekanan Penduduk DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Tekanan Penduduk DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Produktivitas Lahan dan Pendapatan Petani a. Produktivitas Lahan Data produktivitas diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sampel yang mengelola lahan pada polygon satuan lahan. Produktivitas lahan dihitung dengan cara mengkonversikan produk lahan dalam bentuk rupiah berdasarkan harga jual produksi kemudian dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani seperti biaya input (bibit, pupuk, pestisida) dan biaya untuk upah tenaga kerja, kemudian dibagi dengan luas lahan petani. Produk bersih merupakan hasil perkalian dari hasil komoditi dengan harga jual produsen kemudian dikurangi biaya usaha tani. Sewa tanah dalam perhitungan produktivitas lahan tidak dihitung dikarenakan tanah merupakan faktor produksi tidak termasuk modal. Harga jual produsen berbagai komoditi di daerah penelitian sebagai berikut: Tabel 25. Harga Jual Komoditi Tanaman yang Dibudidayakan
1
Padi
Harga jual per Kg (Rp) 3.500
2
Jagung
2.200
3
Singkong
600
4
Ketela Rambat
2.000
5
Buncis
2.000
6
Sawi
1.000
7
Wortel
1.000
No
Jenis Komoditi
Jadi produktivitas yang dihitung adalah produktivitas lahan bersih karena tanaman membutuhkan perawatan tanaman. Contoh perhitungan produktivitas lahan pada satuan lahan nomor 10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg) dengan dua petani sampel yaitu Sukino (33 th) dan Lanjar (45 th), sebagai berikut: Diketahui: Luas lahan = 0,16 Ha Hasil produksi setahun (produk x harga jual) Jagung 3 kali tanam (2.550 kg x Rp 2.200,00 = Rp 5.610.000,00) Singkong 1x tanam Rp 60.000,00
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Biaya setahun: bibit Rp 213.750,00 pupuk dan pestisida Rp 735.000,00 tenaga kerja Rp 570.000,00 Ditanya: Produktivitas lahan Jawab: Produktivitas lahan = = = = = 25.945.312,5 Rupiah/Ha dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, produktivitas lahan Lanjar adalah 25.510.638,3 Rupiah/Ha. Jadi produktivitas lahan satuan lahan no.10 adalah rata-rata dari kedua responden yaitu sebesar 25.727.975,40 Rupiah/Ha. Hasil perhitungan satuan lahan lainnya dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan data produktivitas lahan. Kelas produktivitas dikelompokkan menjadi 3 kelas produktivitas lahan. Sistem pengkelasan berdasarkan kelas pengkelasan katagori relatif, berdasarkan data yang diperoleh, nilai produktivitas lahan rata-rata Rp.13.107.744,50 Ha/Th dan standar deviasi Rp.7.384.367,45 Ha/Th, jadi batas kelasnya sebagai berikut; Tabel 26. Kelas Produktivitas Lahan Produktivitas Lahan (Rp/Ha/Th)
Kelas
< 5.723.377,05
Rendah
5.723.377,05
20.492.111,95
>20.492.111,95
Sedang Tinggi
Hasil penghitungan dan pengkelasan produktivitas lahan setiap satuan lahan adalah sebagai berikut:
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 27. Hasil Penghitungan dan Pengkelasan Produktivitas Lahan Daerah Penelitian
KAcAck -Qvjl-V-Tg
Produktivitas Lahan (Rupiah/Ha) 846.354,17
Luas Polygon (Ha) 8,260
21b
KAcAck -Qvjl-V-Tg
2.263.461,54
8,114
49
LaCm-Qvjl-IV-Tg
1.600.833,33
8,082
No
Kelas Produktivitas
Satuan Lahan No.Polygon Nama Satuan Lahan
1
Rendah
21a
Luas lahan produktivitas kelas rendah 2
Sedang
24,456
14a
KAcAck -Qvjl-III-Tg
13.180.495,78
28,478
14b
KAcAck -Qvjl-III-Tg
13.031.250,00
17,345
19a
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
9.831.542,44
11,930
19b
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
12.450.000,00
3,608
19c
KAcAck-Qvjl-IV-Tg
8.600.000,00
5,084
19d
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
12.403.906,25
7,627
19e
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
13.849.188,31
7,884
31
LaCm-Qlla-II-Tg
8.321.722,22
17,316
35a
LaCm-Qlla-III-Sw
14.680.000,00
3,510
35b
LaCm-Qlla-III-Sw
13.309.250,00
6,734
36a
LaCm-Qlla-III-Tg
10.176.845,24
18,398
36b
LaCm-Qlla-III-Tg
10.460.000,00
2,930
38
LaCm-Qvjl-I-Tg
19.299.583,33
8,962
43
LaCm-Qvjl-II-Tg
13.385.333,33
5,021
46
LaCm-Qvjl-III-Sw
10.226.028,57
9,622
47a
LaCm-Qvjl-III-Tg
8.367.062,44
43,986
47b
LaCm-Qvjl-III-Tg
8.092.393,16
13,298
47c
LaCm-Qvjl-III-Tg
5.741.284,72
35,381
47d
LaCm-Qvjl-III-Tg
7.910.000,00
3,539
48
LaCm-Qvjl-IV-Sw
6.333.375,00
7,297
Luas lahan produktivitas kelas sedang 3
Tinggi
257,950
10
KAcAck -Qvjl-I-Tg
25.727.975,40
7,273
12a
KAcAck -Qvjl-II-Tg
26.826.741,29
8,179
12b
KAcAck -Qvjl-II-Tg
24.024.375,00
5,296
26
LaCm-Qlla-I-Sw
27.030.000,00
1,269
27
LaCm-Qlla-I-Tg
21.128.000,00
1,030
30
LaCm-Qlla-II-Sw
22.265.000,00
4,506
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
42
LaCm-Qvjl-II-Sw
21.897.333,33
Luas lahan produktivitas kelas tinggi Luas Lahan Pertanian
13,094 40,647 323,053
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa satuan lahan dengan produktivitas lahan kelas rendah yaitu sebesar 7,57%, produktivitas lahan kelas sedang sebanyak 79,85% dan produktivitas lahan kelas tinggi sebanyak 12,58%. Produktivitas lahan kelas rendah terdiri dari 2 satuan lahan, satuan lahan yaitu KAcAck -Qvjl-V-Tg (2 polygon) dan LaCm-Qvjl-IV-Tg dengan luas wilayah 7,57% dari luas lahan pertanian. Produktivitas kelas rendah
hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya: 1) pengaruh kemiringan lereng, satuan lahan 21a dan 21b (KAcAck -Qvjl-V-Tg ) memiliki lereng kelas V sehingga jarak antar tanaman jauh sehingga hasil produksinya sedikit dan membutuhkan biaya tenaga kerja yang banyak. 2) satuan lahan 49 (LaCm-QvjlIV-Tg ) intensitas penanaman, lahan hanya 2 kali ditanami dalam setahun. Produktivitas lahan kelas sedang terdiri dari KAcAck -Qvjl-III-Tg (2 polygon), KAcAck -Qvjl-IV-Tg (5 polygon), LaCm-Qlla-II-Tg, LaCm-Qlla-IIISw (2 polygon), LaCm-Qlla-III-Tg (2 polygon), LaCm-Qvjl-I-Tg, LaCm-Qvjl-IITg, LaCm-Qvjl-III-Sw, LaCm-Qvjl-III-Tg (4 polygon), dan LaCm-Qvjl-IV-Sw, jadi ada 10 satuan lahan yang terdiri dari 20 polygon satuan lahan dengan luas wilayah 79,85% dari luas lahan pertanian. Produktivitas lahan kelas sedang disebabkan oleh; 1) Satuan lahan no.14 (KAcAck -Qvjl-III-Tg) yang terdiri dari 2 polygon, jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman sayuran (sawi, wortel, dan buncis) 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah karena tanaman sawi dan wortel yang mempunyai nilai jual rendah ditumpangsarikan dengan buncis yang mempunyai nilai jual sedang dan biaya tenaga kerja yang cukup besar. 2) Satuan lahan no.19 (KAcAck-Qvjl-IV-Tg) terdiri dari 5 polygon, jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman sayuran (sawi, wortel, dan buncis) 3 kali setahun maupun pergiliran tanaman jagung 2 kali dan buncis 1 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
karena tanaman sawi dan wortel yang mempunyai nilai jual rendah ditumpangsarikan dengan buncis yang mempunyai nilai jual sedang meskipun tanaman sayuran yang ditanam sama dengan satuan lahan 14 tetapi satuan lahan 19 nilai produktivitasnya lebih rendah karena tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak dan jarak antar tanaman semakin lebar sehingga hasil produksinya lebih sedikit 3) Satuan lahan no.31 (LaCm-Qlla-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun maupun jagung 1 kali dan singkong 1 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas penanaman jagung hanya 2 kali setahun bahkan hanya 1 kali setahun. 4) Satuan lahan no.35 (LaCm-Qlla-III-Sw) terdiri dari 2 polygon, jenis tanaman yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah karena berada pada lereng curam sehingga hasilnya lebih sedikit apabila dibanding pada daerah landai. 5) Satuan lahan no.36 (LaCm-Qlla-III-Tg) terdiri dari 2 polygon, jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas penanaman jagung hanya 2 kali setahun, meskipun pada lereng curam tetapi mempunyai nilai produktivitas lebih tinggi dibanding satuan lahan 31 karena intensitas penanaman jagung pada lahan ini semua 2 kali setahun. 6) Satuan lahan no.38 (LaCm-Qvjl-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas penanaman jagung hanya 2 kali setahun. 7) Satuan lahan no.43 (LaCm-Qvjl-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah intensitas penanaman jagung hanya 2 kali setahun. 8) Satuan lahan no.46 (LaCm-Qvjl-III-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas sedang adalah karena berada pada lereng curam sehingga hasil produksi lebih sedikit dan biaya tenaga lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
9) Satuan lahan no.47 (LaCm-Qvjl-III-Tg) terdiri dari 4 polygon, jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman sayuran dengan harga jual nilainya rendah (sawi,wortel, dan buncis) 3 kali setahun, jagung dengan harga jual sedang tetapi hanya ditanam 2 kali setahun, selain itu juga dipengaruhi jarak tanam dan biaya tenaga kerja lebih banyak dibanding pada daerah datar. 10) Satuan lahan no.48 (LaCm-Qvjl-IV-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman padi 3 kali setahun dengan harga jual tinggi, akan tetapi karena berada padda lereng curam menyebabkan jarak tanam kebawahnya lebih panjang sehingga hasilnya lebih sedikit dan biaya tenaga kerja lebih banyak dibanding pada satuan lahan no.46. Produktivitas lahan kelas tinggi terdiri 6 satuan lahan yang terdiri dari 7 polygon satuan lahan dengan luas wilayah 12,58% dari luas lahan pertanian yaitu satuan lahan KAcAck-Qvjl-I-Tg, KAcAck-Qvjl-II-Tg (2 polygon), LaCm-Qlla-ISw, LaCm-Qlla-I-Tg, LaCm-Qlla-II-Sw, dan satuan lahan LaCm-Qvjl-II-Sw. Produktivitas lahan tinggi dipengaruhi oleh: 1) Satuan lahan no.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 3 kali setahun dan singkong yang ditanam pada galengan, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi adalah karena berada pada lereng datar sehingga hasilnya lebih banyak dan biaya tenaga kerja lebih sedikit dibanding pada lereng landai seperti satuan lahan 12. 2) Satuan lahan no.12 (KAcAck -Qvjl-II-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi adalah karena berada pada lereng landai sehingga hasilnya lebih banyak dan biaya tenaga kerja lebih sedikit dibanding pada lereng yang lebih curam. 3) Satuan lahan no.26 (LaCm-Qlla-I-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi adalah karena berada pada lereng datar sehingga hasilnya lebih banyak dan biaya tenaga kerja lebih sedikit dibanding pada lereng landai. 4) Satuan lahan no.27 (LaCm-Qlla-I-Tg), jenis tanaman yang ditanam adalah jagung 2 kali setahun dan singkong 1 kali setahun, satuan lahan ini memiliki produktivitas tinggi meskipun tanaman jagung hanya 2 kali setahun yaitu
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena lerengnya datar sehingga hasil produksinya lebih banyak dan biaya tenaga kerja yang lebih sedikit. 5) Satuan lahan no.30 (LaCm-Qlla-II-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi karena tanaman padi mempunyai harga jual tinggi dengan intensitas penanaman 3 kali setahun, meskipun termasuk dalam kelas produktivitas tinggi akan tetapi lahan ini mempunyai produktivitas yang lebih rendah dari satuan lahan no.26 yang terletak pada lereng datar. 6) Satuan lahan no.42 (LaCm-Qvjl-II-Sw), jenis tanaman yang ditanam adalah padi 3 kali setahun, yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas yang menyebabkan lahan ini mempunyai produktivitas tinggi karena tanaman padi mempunyai harga jual tinggi dengan intensitas penanaman 3 kali setahun. Jadi, produktivitas lahan dalam penelitian ini bervarasi kelas produktivitas lahannya, karena dipengaruhi oleh jenis tanaman yang dibudidayakan, intensitas penanaman dalam setahun, dan kemiringan lereng. Sebaran
produktivitas
lahan
di DAS
Walikan
Karanganyar Tahun 2012, dapat dilihat pada peta berikut ini:
Hulu
Kabupaten
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Produktivitas Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pendapatan Petani Data pendapatan petani diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sampel. Perhitungan pendapatan petani diperoleh dari indikator pendapatan pertanian bersih, pendapatan non pertanian, dan jumlah tanggungan keluarga. Contoh perhitungan pendapatan petani setahun pada satuan lahan No.10 (KAcAck-Qvjl-I-Tg) dengan dua petani sampel yaitu Sukino (33 th) dan Lanjar (45 th) adalah sebagai berikut: Diketahui: Pendapatan usahatani kotor = Rp 5.670.000,Pengeluaran :Bibit = Rp 213.750,Pupuk = Rp 735.000,Tenaga = Rp 570.000,Sewa lahan = Rp
0,-
Jumlah = Rp 1.518.750,Pendapatan diluar usahatani: Sampingan = Rp 7.200.000,Ternak
= Rp
600.000,-
Lainnya
= Rp
0,-
Rp 7.800.000,Jumlah tangungan keluarga 4 orang Ditanya: Pendapatan perkapita (orang/bulan) Jawab: Pendapatan perkapita pertahun = = = Rp 2.987.813,00 pertahun Pendapatan perkapita perbulan = = Rp 248.984,38 perbulan
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas, pendapatan perkapita Lanjar Rp 268.541,67. Jadi pendapatan perkapita petani pada satuan lahan no.10 adalah rata-rata dari kedua petani sampel yaitu sebesar Rp 258.763,02 per bulan dan termasuk dalam kelas pendapatan perkapita sedang. Hasil perhitungan data pendapatan petani pada setiap satuan lahan dapat dilihat pada lampiran tabel data pendapatan petani. Hasil penghitungan dan pengkelasan pendapatan perkapita setiap polygon satuan lahan adalah sebagai berikut: Tabel 28. Hasil Penghitungan dan Pengkelasan Pendapatan Perkapita Petani di Daerah Penelitian No 1
2
Kelas Perkapita Rendah
Sedang
Satuan Lahan No.Polygon
Nama Satuan Lahan
Pendapatan Perkapita Petani (Rupiah/Bulan)
14b
KAcAck -Qvjl-III-Tg
118.229,17
19b
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
178.750,00
19c
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
83.750,00
19d
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
189.123,26
19e
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
104.052,08
21a
KAcAck -Qvjl-V-Tg
128.642,36
21b
KAcAck -Qvjl-V-Tg
73.572,92
35a
LaCm-Qlla-III-Sw
194.500,00
35b
LaCm-Qlla-III-Sw
214.653,75
36a
LaCm-Qlla-III-Tg
151.111,11
36b
LaCm-Qlla-III-Tg
202.166,67
43
LaCm-Qvjl-II-Tg
162.250,00
47a
LaCm-Qvjl-III-Tg
135.530,56
47b
LaCm-Qvjl-III-Tg
210.753,70
47c
LaCm-Qvjl-III-Tg
173.729,17
47d
LaCm-Qvjl-III-Tg
126.591,67
49
LaCm-Qvjl-IV-Tg
137.270,83
10
KAcAck -Qvjl-I-Tg
258.763,02
12a
KAcAck -Qvjl-II-Tg
848.013,89
12b
KAcAck -Qvjl-II-Tg
328.187,50
14a
KAcAck -Qvjl-III-Tg
237.792,25
19a
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
241.350,69
27
LaCm-Qlla-I-Tg
261.270,83
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
Tinggi
30
LaCm-Qlla-II-Sw
571.083,33
31
LaCm-Qlla-II-Tg
218.697,92
38
LaCm-Qvjl-I-Tg
319.410,63
42
LaCm-Qvjl-II-Sw
275.705,09
46
LaCm-Qvjl-III-Sw
251.737,50
48
LaCm-Qvjl-IV-Sw
334.700,00
26
LaCm-Qlla-I-Sw
1.000.833,33
Dari hasil pengkelasan seperti pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pendapatan perkapita petani di DAS Walikan Hulu termasuk dalam pendapatan rendah sebanyak 61,54%, petani dengan pendapatan sedang sebanyak 38,06%, dan petani dengan pendapatan tinggi hanya 0,40%. Petani berpendapatan rendah terdapat pada 18 polygon satuan lahan dengan persentase sebanyak
61,54% dari petani sampel DAS Walikan hulu.
Petani berpendapatan rendah disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: 1) pendapatan petani dari sektor pertanian yang rendah karena hasil produksi mempunyai nilai ekonomis rendah, 2) pendapatan petani dari sektor non pertanian seperti pekerjaan sampingan, pendapatan dari ternak, dan pendapatan lainnya hanya sedikit, 3) jumlah tanggungan keluarga banyak, sebagai contoh pendapatan petani pada satuan lahan no.21a rendah disebabkan pendapatan dari pertanian rendah dan non pertanian juga rendah dengan tanggungan keluarga rata-rata 3 orang. Petani berpendapatan sedang terdapat pada 11 polygon satuan sebanyak 38,06% dari petani sampel DAS Walikan hulu. Petani berpendapatan sedang dipengaruhi oleh: 1) pendapatan dari pertanian dan non pertanian pada kelas sedang, pendapataan dari pertanian kelas tinggi tetapi pendapatan non pertanian rendah, atau pendapatan pertanian rendah tetapi pendapatan non pertanian tinggi, 2) jumlah tanggungan keluarga banyak. Contoh lahan dengan rata-rata pendapatan perkapita sedang adalah polygon satuan lahan No.10 (KAcAck-Qvjl-I-Tg) dengan rata-rata penghasilan pertanian sedang dan non pertanian sedang, dengan rata-rata tanggungan keluarga sebanyak 4 orang seperti pada contoh perhitungan pendapatan perkapita diatas.
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
Petani berpendapatan tinggi terdapat pada 1 polygon satuan lahan yaitu hanya 0,40% dari petani sampel DAS Walikan hulu. Petani berpendapatan tinggi disebabkan oleh pendapatan dari pertanian dan non pertanian tinggi dengan jumlah tanggungan keluarga sedikit, yaitu satuan lahan No.26 (LaCm-Qlla-I-Sw) pendapatan pertanian tinggi karena penggunaan lahannya adalah sawah yang ditanami 3 kali dalam setahun dan pendapatan non pertanian juga tinggi dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang. Sebaran pendapatan petani di DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, dapat dilihat pada peta berikut ini:
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Pendapatan Petani DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Konservasi Lahan Data konservasi lahan diperoleh dari hasil observasi lapangan. Konservasi lahan yang diamati adalah konservasi lahan secara mekanis dan konservasi secara vegetatif pada masing-masing satuan lahan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi memiliki skor rata-rata 5,9 dan standar deviasi 1,18 dengan batas pengkelasan relatif sebagai berikut: Tabel 29. Batas Kelas Konservasi Lahan No
Skor Konservasi lahan
1 2
Kelas Tinggi
6
7
Sedang
3
Rendah
Konservasi lahan dilakukan dengan tujuan mengurangi laju erosi. Tindakan konservasi yang dilakukan petani pada setiap polygon satuan lahan dapat dilihat pada lampiran tabel tindakan konservasi lahan. Hasil observasi lapangan setiap satuan lahan pertanian adalah sebagai berikut: Tabel 30. Hasil Observasi Konservasi Lahan di Daerah Penelitian No 1
2
Kelas Konservasi Lahan Rendah
Sedang
Satuan Lahan Skor No.Polygon
Nama Satuan Lahan
Luas Polygon Satlah (Ha)
14b
KAcAck -Qvjl-III-Tg
4
17,345
19c
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
5
5,084
21a
KAcAck -Qvjl-V-Tg
4
8,260
21b
KAcAck -Qvjl-V-Tg
5
8,114
36a
LaCm-Qlla-III-Tg
5
18,398
36b
LaCm-Qlla-III-Tg
5
2,930
47a
LaCm-Qvjl-III-Tg
4
43,986
47b
LaCm-Qvjl-III-Tg
4
13,298
47c
LaCm-Qvjl-III-Tg
5
35,381
49
LaCm-Qvjl-IV-Tg
5
8,082
Luas lahan dengan konservasi kelas rendah
160,878
10
KAcAck -Qvjl-I-Tg
6
7,273
12a
KAcAck -Qvjl-II-Tg
7
8,179
12b
KAcAck -Qvjl-II-Tg
6
5,296
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3
Tinggi
14a
KAcAck -Qvjl-III-Tg
6
28,478
19a
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
6
11,930
19b
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
6
3,608
19d
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
6
7,627
19e
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
6
7,884
31
LaCm-Qlla-II-Tg
7
17,316
35a
LaCm-Qlla-III-Sw
7
3,510
35b
LaCm-Qlla-III-Sw
6
6,734
42
LaCm-Qvjl-II-Sw
7
13,094
43
LaCm-Qvjl-II-Tg
6
5,021
46
LaCm-Qvjl-III-Sw
7
9,622
47d
LaCm-Qvjl-III-Tg
6
3,539
48
LaCm-Qvjl-IV-Sw
6
7,297
Luas lahan dengan konservasi kelas sedang
146,408
26
LaCm-Qlla-I-Sw
8
1,269
27
LaCm-Qlla-I-Tg
8
1,030
30
LaCm-Qlla-II-Sw
8
4,506
38
LaCm-Qvjl-I-Tg
8
8,962
Luas lahan dengan konservasi kelas tinggi Luas lahan pertanian
15,767 323,053
Dari tabel konservasi lahan di atas dapat diketahui bahwa konservasi lahan pertanian kelas rendah sebanyak 49,80% dari luas lahan pertanian, konservasi lahan kelas sedang sebanyak 45,32% dari luas lahan pertanian, sedangkan konservasi lahan kelas tinggi sebanyak 4,88% dari luas lahan pertanian. Konservasi lahan kelas rendah terdiri dari 10 polygon satuan lahan dengan luas wilayah 49,80% dari lahan pertanian. Konservasi lahan kelas rendah disebabkan oleh: 1) konservasi mekanis yang dilakukan petani jelek dikarenakan konstruksi teras jelek dan pada bibir dan bidang tampingan teras tidak ditanami rumput penguat atau ditanami dengan jumlah sedikit, 2) konservasi vegetatif yang dilakukan petani jelek, disebabkan jumlah tanaman penutup tanah untuk mengurangi laju erosi dan sistem penanaman pada katagori jelek. Contohnya adalah konservasi pada polygon satuan lahan No. 49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg), pada lahan ini konservasi mekanis yang dilakukan petani menggunakan teras saluran
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
dengan konstruksi jelek, pada bibir dan bidang tampingan teras ditanami rumput sedikit, konservasi vegetatif yang dilakukan petani adalah dengan penanaman tanaman penutup tanah rendah dengan jumlah sedikit dan tanaman penutup tanah tinggi dengan jumlah yang sedikit juga, dan sistem penanaman tanaman pokok secara monokultur . Konservasi lahan kelas sedang terdiri dari 16 polygon satuan lahan dengan luas wilayah 45,32% dari luas lahan pertanian. Konservasi lahan kelas sedang karena: 1) konservasi mekanis yang dilakukan petani sedang, misalnya bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput penguat teras, 2) konservasi vegetatif yang dilakukan petani dengan tanaman penutup tanah untuk mengurangi laju erosi jumlahnya sedang, sistem penanaman dengan tumpangsari maupun tanaman pokok semusim pada katagori sedang. Contoh lahan dengan konservasi lahan kelas sedang adalah satuan lahan No.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg), konservasi mekanis yang dilakukan petani adalah teras bangku dengan rumput penguat pada bibir teras dan bidang tampingan jumlah sedang, konservasi vegetatif yang dilakukan petani yaitu tanaman penutup tanah dengan jumlah sedang, dan sistem penanaman dengan tumpangsari yang disertai tanaman tahunan. Konservasi lahan kelas tinggi terdiri dari 4 polygon satuan lahan dengan luas wilayah 4,88% dari luas lahan pertanian. Konservasi lahan kelas tinggi dikarenakan: 1) konservasi mekanis yang dilakukan baik, pada bibir dan bidang tampingan ditanami rumput penguat, 2) konservasi vegetatif yang dilakukan petani juga baik, misalnya tanaman penutup tanah dengan jumlah banyak dan sistem penanaman pada katagori baik. Contoh lahan dengan konservasi kelas baik adalah satuan lahan No.27 (LaCm-Qlla-I-Tg) yaitu lahan dengan konservasi mekanis berupa teras saluran dengan rumput penguat jumlahnya banyak pada saluran airnya, konservasi vegetatif yang dilakukan adalah dengan adanya tanaman penutup tanah dalam jumlah banyak, dan sistem penanaman dengan pergiliran tanaman.
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
Gambar 18. Foto Kondisi Konservasi Lahan kelas rendah (polygon satuan lahan No.49 (LaCm-Qvjl-IV-Tg)), Konservasi Lahan Kelas Sedang (polygon satuan lahan No.10 (KAcAck -Qvjl-I-Tg)), dan Konservasi Lahan Kelas Baik (polygon satuan lahan No.27 (LaCm-Qlla-I-Tg)) Sebaran konservasi lahan pertanian daerah penelitian dapat dilihat pada Peta Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan dan Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan Analisis pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan berdasarkan tabulasi sederhana pada setiap satuan lahan, sebagai berikut: a. Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan Dari hasil pengkelasan tekanan penduduk dan konservasi lahan, tabulasi tekanan penduduk dan konservasi lahan setiap satuan lahan adalah sebagai berikut: Tabel 31. Kelas Tekanan Penduduk dan Konservasi Lahan
1
No. Polygon Satlah 10
KAcAck -Qvjl-I-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Kelas Konservasi Lahan Sedang
2
12a
KAcAck -Qvjl-II-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
3
12b
KAcAck -Qvjl-II-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
4
14a
KAcAck-Qvjl-III-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
5
14b
KAcAck-Qvjl-III-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Rendah
6
19a
KAcAck-Qvjl-IV-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
7
19b
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
8
19c
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Rendah
9
19d
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
10
19e
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
11
21a
KAcAck -Qvjl-V-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Rendah
12
21b
KAcAck -Qvjl-V-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Rendah
13
26
LaCm-Qlla-I-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Tinggi
14
27
LaCm-Qlla-I-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Tinggi
15
30
LaCm-Qlla-II-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Tinggi
16
31
LaCm-Qlla-II-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
17
35a
LaCm-Qlla-III-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
18
35b
LaCm-Qlla-III-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
19
36a
LaCm-Qlla-III-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Rendah
20
36b
LaCm-Qlla-III-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Rendah
21
38
LaCm-Qvjl-I-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Tinggi
22
42
LaCm-Qvjl-II-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
23
43
LaCm-Qvjl-II-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
No
Nama Satlah
Lokasi
Tekanan Penduduk
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
24
46
LaCm-Qvjl-III-Sw
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
25
47a
LaCm-Qvjl-III-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Rendah
26
47b
LaCm-Qvjl-III-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Rendah
27
47c
LaCm-Qvjl-III-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Rendah
28
47d
LaCm-Qvjl-III-Tg
Desa Wonorejo
Tinggi
Sedang
29
48
LaCm-Qvjl-IV-Sw
Desa Wonokeling
Sedang
Sedang
30
49
LaCm-Qvjl-IV-Tg
Desa Wonokeling
Sedang
Rendah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan tekanan penduduk tinggi dengan konservasi lahan rendah sebanyak 5 polygon satuan lahan, tekanan penduduk tinggi dengan konservasi lahan sedang sebanyak 10 polygon satuan lahan, dan tekanan penduduk tinggi dengan konservasi lahan tinggi sebanyak 1 polygon satuan lahan. Tekanan penduduk kelas sedang dengan konservasi lahan rendah sebanyak 5 polygon satuan lahan, tekanan penduduk kelas sedang dengan konservasi lahan kelas sedang sebanyak 6 polygon, dan tekanan penduduk kelas sedang dengan konservasi lahan kelas tinggi sebanyak 3 polygon satuan lahan. Jadi antara tekanan penduduk dengan konservasi lahan pada penelitian ini hasilnya tidak mempunyai pola sehingga dapat disimpulkan antara tekanan penduduk dengan konservasi lahan tidak ada pengaruh. Sebaran pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan daerah penelitian dapat dilihat pada Peta pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
Peta Pengaruh Tekanan Penduduk terhadap Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pendapatan Petani terhadap Konservasi Lahan Dari hasil pengkelasan pendapatan petani dan konservasi lahan, tabulasi pendapatan petani dan konservasi lahan setiap satuan lahan, sebagai berikut: Tabel 32. Kelas Pendapatan Petani dan Konservasi Lahan
1
No. Polygon Satlah 10
KAcAck -Qvjl-I-Tg
2
12a
KAcAck -Qvjl-II-Tg
Sedang
Sedang
3
12b
KAcAck -Qvjl-II-Tg
Sedang
Sedang
4
14a
KAcAck-Qvjl-III-Tg
Sedang
Sedang
5
14b
KAcAck-Qvjl-III-Tg
Rendah
Rendah
6
19a
KAcAck-Qvjl-IV-Tg
Sedang
Sedang
7
19b
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Rendah
Sedang
8
19c
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Rendah
Rendah
9
19d
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Rendah
Sedang
10
19e
KAcAck -Qvjl-IV-Tg
Rendah
Sedang
11
21a
KAcAck -Qvjl-V-Tg
Rendah
Rendah
12
21b
KAcAck -Qvjl-V-Tg
Rendah
Rendah
13
26
LaCm-Qlla-I-Sw
Tinggi
Tinggi
14
27
LaCm-Qlla-I-Tg
Sedang
Tinggi
15
30
LaCm-Qlla-II-Sw
Sedang
Tinggi
16
31
LaCm-Qlla-II-Tg
Sedang
Sedang
17
35a
LaCm-Qlla-III-Sw
Rendah
Sedang
18
35b
LaCm-Qlla-III-Sw
Rendah
Sedang
19
36a
LaCm-Qlla-III-Tg
Rendah
Rendah
20
36b
LaCm-Qlla-III-Tg
Rendah
Rendah
21
38
LaCm-Qvjl-I-Tg
Sedang
Tinggi
22
42
LaCm-Qvjl-II-Sw
Sedang
Sedang
23
43
LaCm-Qvjl-II-Tg
Rendah
Sedang
24
46
LaCm-Qvjl-III-Sw
Sedang
Sedang
25
47a
LaCm-Qvjl-III-Tg
Rendah
Rendah
26
47b
LaCm-Qvjl-III-Tg
Rendah
Rendah
27
47c
LaCm-Qvjl-III-Tg
Rendah
Rendah
28
47d
LaCm-Qvjl-III-Tg
Rendah
Sedang
29
48
LaCm-Qvjl-IV-Sw
Sedang
Sedang
30
49
LaCm-Qvjl-IV-Tg
Rendah
Rendah
No
Nama Satlah
Kelas Kelas Pendapatan Konservasi Petani Lahan Sedang Sedang
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel data di atas, petani berpendapatan rendah dengan konservasi lahan rendah sebanyak 10 polygon satuan lahan, petani berpendapatan rendah dengan konservasi lahan sedang sebanyak 7 polygon satuan lahan. Tidak ada pendapatan petani kelas rendah dengan konservasi lahan kelas tinggi. Petani berpendapatan sedang dengan konservasi lahan sedang sebanyak 9 polygon satuan lahan, dan petani berpendapatan sedang dengan konservasi lahan tinggi sebanyak 3 polygon satuan lahan. Petani berpendapatan tinggi dengan konservasi lahan tinggi sebanyak 1 polygon satuan lahan. Jadi, antara pendapatan petani dengan konservasi lahan ada pengaruh atau kecenderungan yaitu sebagian besar petani berpendapatan rendah melakukan konservasi lahan rendah, sedangkan petani berpendapatan tinggi melakukan konservasi lahan tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa antara pendapatan petani dan konservasi lahan ada pengaruh. Pada penelitian ini sebagian besar petani berpendapatan rendah melakukan konservasi lahan rendah. Sebaran pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi lahan daerah penelitian dapat dilihat pada Peta pengaruh pendapatan petani terhadap konservasi lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
Peta Pengaruh Pendapatan Petani Terhadap Konservasi Lahan DAS Walikan Hulu Kabupaten Karanganyar Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari penelitian yag telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Tekanan penduduk di DAS Walikan Hulu bervariasi yaitu Desa Wonorejo memiliki tekanan penduduk pada kelas tinggi, sedangkan Desa Wonokeling memiliki tekanan penduduk pada kelas sedang. 2. Produktivitas lahan dan pendapatan petani di DAS Walikan Hulu bervariasi, sebagai berikut: a. Produktivitas lahan daerah penelitian bervariasi, terdiri dari; produktivitas lahan rendah dengan luas 24,456 Ha (7,57%), produktivitas lahan sedang dengan luas 257,950 Ha (79,85%), dan produktivitas lahan tinggi dengan luas 40,647 Ha (12,58%). Jadi sebagian besar lahan di DAS Walikan Hulu mempunyai produktivitas lahan kelas sedang. b. Pendapatan
petani
daerah
penelitian
bervariasi,
terdiri
dari;
petani
berpendapatan rendah sebanyak 61,54%, petani berpendapatan sedang sebanyak 38,06%, dan petani berpendapatan tinggi hanya 0,40%. Jadi sebagian besar petani DAS Walikan Hulu pendapatannya rendah. 3. Kondisi konservasi lahan di DAS Walikan Hulu bervariasi, terdiri dari; konservasi lahan kelas rendah dengan luas 160,878 Ha (49,80%), konservasi lahan kelas sedang dengan luas 146,408 Ha (45,32%), sedangkan konservasi lahan kelas tinggi dengan luas 15,767 Ha (4,88%). Jadi sebagian besar lahan di DAS Walikan Hulu memiliki konservasi lahan rendah. 4. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan di DAS Walikan Hulu tahun 2012 adalah: a. Tekanan penduduk tidak mempunyai pengaruh secara langsung dengan petani dalam melakukan konservasi lahan. b. Petani dengan
pendapatan
rendah
cenderung kurang memperhatikan
konservasi lahan. Pendapatan petani rendah dipengaruhi oleh produktivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lahan yang rendah, sempitnya lahan yang dikelola dan pendapatan non pertanian yang rendah.
B. Implikasi Implikasi dari penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: 1. Gambaran kondisi tekanan penduduk, produktivitas lahan, pendapatan petani dan konservasi lahan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan pengelolaan DAS Walikan Hulu. 2. Rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa sebagai sumber teori dalam menunjang penelitiannya. 3. Bahan materi dalam pembelajara geografi di SMA pada materi antroposfer khususnya pada kompetensi dasar dampak dinamika penduduk.
C. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian, DAS Walikan hulu mempunyai tekanan penduduk pada kelas besar dan kelas sedang, agar tekanan penduduk dapat dikurangi, usaha yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menaikkan produktivitas lahan dengan cara memilih jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (dapat mengurangi nilai z), mengurangi jumlah petani dengan membuka usaha lain di sektor nonpertanian (dapat mengurangi nilai f), menggiatkan program keluarga berencana (dapat mengurangi nilai r). 2. Pendapatan petani DAS Walikan Hulu sebagian besar kelas rendah. Dukungan pemerintah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPMM), kebijakan kesetabilan harga pupuk dan harga jual komoditi dapat membantu para petani untuk dapat hidup sejahtera. 3. Program penyuluhan mengenai konservasi lahan lebih digiatkan, dan para petani yang diberikan penyuluhan tersebut hendaknya menjalankan dengan benar apa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang telah diperolehnya dari penyuluhan tersebut, dan menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sejak dini. 4. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh. Hal ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meleliti kembali pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan secara umum yaitu pada lahan hutan, kebun, pemukiman dan semak belukar tidak hanya lahan pertanian saja 5. Pengaruh tekanan penduduk terhadap konservasi lahan dan pendapatan petani terhadap konservasi lahan pada penelitian ini hanya berdasarkan tabulasi data pengkelasan tekanan penduduk dengan konservasi lahan dan tabulasi pendapatan petani dengan konservasi lahan, belum dapat menjelaskan mengenai pola-pola atau kecenderungan dari pengaruh tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat menjadi masukan
bagi
peneliti
kecenderungan tersebut.
selanjutnya
untuk
menjelaskan
pola-pola
atau