PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) DI PERSEMAIAN
DESTIA ARIANI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Destia Ariani NIM E44090044
* Pelimpahan
hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK DESTIA ARIANI. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian. Dibimbing oleh IRDIKA MANSUR. Tanaman penutup tanah merupakan tanaman yang digunakan untuk mengendalikan erosi pada lahan yang terbuka, seperti lahan bekas tambang. Tanaman penutup tanah yang tersedia saat ini seperti Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, dan Mucuna sp. pada umumnya merambat dan melilit sehingga perlu dikendalikan secara intensif. Oleh karena itu perlu dicari alternatif jenis tanaman penutup tanah, yaitu tanaman yang memiliki karakteristik tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang berada di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah jenis legum dan rumput terhadap pertumbuhan jabon merah serta mendapatkan informasi mengenai kecepatan tumbuh tanaman penutup tanah. Penanaman jabon merah dengan tanaman penutup tanah pada satu polibag tidak menurunkan pertumbuhan jabon merah, berdasarkan hasil sidik ragam pada semua parameter yang digunakan pada pertumbuhan jabon merah memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata. Tanaman penutup tanah yang memiliki kemampuan hidup, kemampuan menutup lahan lebih cepat, dan termasuk jenis potensial adalah Desmodium, karena memiliki persen hidup paling tinggi yaitu 72%, dan unggul pada pertumbuhan panjang batang primer serta jumlah cabang dibandingkan dengan Arachis, dan Paspalum. Kata kunci: Anthocephalus, Arachis, Desmodium, erosi, Paspalum
ABSTRACT DESTIA ARIANI. The Influence of Cover Crops toward The Growth of Red Jabon (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) Seedlings in The Nursery. Supervised by IRDIKA MANSUR. Cover crop is a plant that is used to control erotion on open land, such as exmining land. Recently, some of cover crops that available are Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, and Mucuna sp. In the generally, they are creeped and enlaced so they should be controlled intensively. Therefore it is needed to look for alternative types of cover crops, that does not disturb another plants. The aim of this research are get information about the influence of legumes cover crop and grass to the growth of red jabon, and get information about growing speed of cover crop. Based on the analysis of variance in all red jabon parameters, showed that planting red jabon with cover crop in the same polybag do not reduce of red jabon growth. Cover crop who has life ability, covered open area ability quickly, and include to the potential species is Desmodium. Desmodium has the highest percentage of life about 72%, better in the length of primary stem and total of branch than Arachis and Paspalum. Keywords: Anthocephalus, Arachis, Desmodium, erotion, Paspalum
PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) DI PERSEMAIAN
DESTIA ARIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian : DESTIA ARIANI : E44090044
Disetujui oleh
Dr Ir Irdika Mansur, MForSc Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT , karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013 ini ialah revegetasi lahan bekas tambang, dengan judul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) di Persemaian. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga, atas do’a dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013
Destia Ariani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Alat Prosedur Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Persentase Hidup Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Jabon Merah Luas dan Jumlah Daun Jabon Merah Pertumbuhan Panjang Batang Primer dan Jumlah Cabang Tanaman Penutup Tanah Jumlah Bintil Akar Tanaman Penutup Tanah Berat Basah Pucuk dan Akar Jabon merah dan Tanaman Penutup Tanah Berat Basah Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Berat Kering Pucuk dan Akar pada Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Berat Kering Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Nisbah Pucuk Akar Jabon Merah dan Tanaman PenutupTanah Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit Jabon Merah PEMBAHASAN SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi vi 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 6 7 7 7 8 8 10 10 11 12 13 14 15 15 16 16 19 19 21
DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam setiap parameter yang diamati pada bulan setelah tanam (BST) 2 Persen hidup tanaman jabon merah setiap bulan setelah tanam (BST) 3 Persen hidup tanaman penutup tanah setiap bulan setelah tanam (BST) 4 Hasil pengukuran luas dan jumlah daun jabon merah pada akhir pengamatan 5 Hasil penghitungan jumlah bintil pada tanaman legum pada 3 bulan setelah tanam (BST) 6 Hasil pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah 7 Hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup tanah 8 Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman penutup tanah 9 Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat kering pucuk tanaman penutup tanah 10 Hasil pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman penutup tanah 11 Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah 12 Hasil perhitungan rata-rata kekokohan dan indeks mutu bibit jabon merah
7 8 8 10 12 12 13 13 14 15 15 16
DAFTAR GAMBAR 1 Perbanyakan tanaman penutup tanah 2 Pertumbuhan tanaman jabon merah dan tanaman penutup tanah pada (a) 1 BST, (b) 2 BST, (c) 3 BST 3 Rata-rata pertumbuhan diameter jabon merah dari 0-3 bulan setelah tanam (BST) 4 Rata-rata pertumbuhan tinggi jabon merah dari 0-3 bulan setelah tanam (BST) 5 Perbandingan pertumbuhan bibit jabon merah (A) kontrol, (B) jabon merah dan desmodium, (C) jabon merah dan kacang hias, (D) jabon merah dan rumput pada 3 bulan setelah tanam (BST) 6 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah dari 2-3 bulan setelah tanam (BST) 7 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap jumlah cabang selama 3 BST 8 Bintil akar pada (B) desmodium, (C) kacang hias 9 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap berat basah akar tanaman penutup tanah pada 3 BST 10 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap berat kering akar tanaman penutup tanah pada 3 BST 11 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah pada 3 BST
4 8 9 9
10
11 11 12 13 14 16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Revegetasi lahan bekas tambang adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011). Lahan yang terbuka memerlukan jenis tanaman yang cepat tumbuh, baik jenis pohon maupun tanaman penutup tanah agar dapat menutup tanah dengan cepat dan dapat mengurangi erosi. Tanaman legum berupa pohon dan tanaman penutup tanah cepat tumbuh dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, dan mencegah erosi tanah pada lahan berlereng (Purwanto 2010). Menurut Karyudi dan Siagian (2005) tanaman legum penutup tanah yang umum ditanami sampai dengan sekarang adalah campuran dari Pueraria javanica (Pj), Calopogonium mucunoides (Cm), Centrosema pubescens (Cp) atau kacangan Calopogonium caeruleum (Cc). Kelemahan dari tanaman penutup tanah tersebut salah satunya adalah melilit pada tanaman yang berada di sekitarnya sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut. Oleh karena itu perlu dicari tanaman jenis alternatif untuk mengatasi masalah ini. Menurut FAO (1988) desmodium (Desmodium heterophyllum (Willd.) DC.) merupakan tanaman tahunan merambat yang memiliki akar pada setiap buku batang pada setiap cabangnya sehingga dapat menjangkar tanah dengan kuat dan dapat tumbuh menyebar serta menutup tanah. Arachis adalah jenis kacangkacangan yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah dan tergolong mudah perawatannya. Salah satu jenis Arachis adalah kacang hias (Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg.) yang sangat baik ditanam sebagai tanaman penutup tanah, bahan hijauan pakan ternak, tanaman hias, dan pengontrol erosi pada lahan miring (Maswar 2004). Tanaman penutup tanah lainnya adalah jenis rumput (Paspalum conjugatum P.J. Bergius) tanaman ini termasuk gulma umum yang bermanfaat untuk mengurangi erosi tanah pada lahan yang miring, selain itu tanaman ini juga sering dimanfaatkan untuk makanan ternak (Nasution 1984). Benih untuk ketiga jenis tanaman penutup tanah alternatif tersebut saat ini belum tersedia, sehingga perbanyakan dilakukan melalui stek. Penanaman tanaman penutup tanah dengan stek secara langsung di lapangan tidak praktis dan memerlukan biaya yang besar untuk lahan yang luas. Oleh karena itu dalam penelitian ini dicoba untuk melakukan penanaman tanaman penutup tanah bersama-sama dengan bibit pohon jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil) dalam satu polibag. Jabon merah adalah jenis pohon cepat tumbuh yang mampu tumbuh di lahan-lahan terbuka termasuk lahan bekas tambang.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah jenis legum dan rumput terhadap pertumbuhan jabon merah 2. Mendapatkan informasi mengenai kecepatan tumbuh tanaman penutup tanah yang ditanam bersama jabon merah.
Manfaat Penelitian
1. Mendapatkan jenis tanaman penutup tanah yang potensial sebagai alternatif jenis-jenis tanaman penutup tanah yang melilit 2. Mendapatkan teknik budidaya tanaman penutup tanah secara vegetatif.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Tanaman penutup tanah dari jenis-jenis legum dapat meningkatkan pertumbuhan bibit jabon merah, sedangkan rumput dapat menurunkan pertumbuhan bibit jabon merah. 2. Ketiga jenis tanaman penutup tanah memiliki kecepatan tumbuh yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama empat bulan dari bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013. Perbanyakan tanaman penutup tanah dilakukan selama enam bulan dari bulan Juni sampai dengan November 2012. Penelitian respon pertumbuhan bibit dilaksanakan di persemaian bagian Silvikultur, Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
3
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bibit sosis jabon merah yaitu bibit yang disapih pada media yang berukuran kecil, tidak menggunakan polibag namun menggunakan plastik bening yang dipotong berukuran ± (4 x 3) cm yang didapat dari SEAMEO BIOTROP, tanaman penutup tanah jenis desmodium yang berasal dari Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, kacang hias yang berasal dari Taman Rektorat IPB, dan rumput bambu yang berasal dari bawah tegakan jabon di Desa Cihideung Ilir, Kabupaten Bogor. Bahan pendukung antara lain pupuk kompos, pupuk NPK, tanah, air untuk menyiram tanaman, kertas kuarto, kertas koran, dan lidi.
Alat Alat yang digunakan terdiri dari bak tanam, kamera, embrat, label, spidol permanen, meteran/penggaris, kaliper, timbangan dengan ketelitian 10-2, oven. Selain itu juga diperlukan alat tulis, kalkulator, dan tally sheet pengamatan.
Prosedur
Stek Tanaman Penutup Tanah Perbanyakan tanaman penutup tanah dilakukan secara vegetatif yaitu dengan stek batang. Perbanyakan tanaman dengan stek dilakukan selama 6 bulan sehingga dapat mencukupi untuk kebutuhan penelitian. Media yang digunakan dalam perbanyakan tanaman penutup tanah adalah kombinasi tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1.
Penyapihan Tanaman Penutup Tanah dan Jabon Merah Bibit jabon merah dalam bentuk sosis disapih dan ditanam pada polibag berukuran 20x20 cm. Masing-masing tanaman penutup tanah yang telah berumur 6 bulan (Gambar 1), kemudian disapih dengan menyetek batang dan ditanam pada polibag yang sudah ditanami bibit jabon merah yaitu pada ketiga perlakuan selain kontrol. Media sapih yang digunakan yaitu campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1.
4
Gambar 1 Perbanyakan tanaman penutup tanah
Pemeliharaan Penyiraman dilakukan secara rutin sebanyak 1–2 kali sehari. Selain itu juga dilakukan pemberantasan gulma lain dengan pengecekan setiap hari. Pemberian pupuk NPK dilakukan pada awal bulan ke-3 dengan dosis pupuk sama pada semua perlakuan yaitu 3 gram/polibag.
Pengamatan dan Pengukuran Parameter yang diamati pada penelitian ini untuk dua obyek, pada tanaman jabon merah terdiri dari diameter bibit, tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, kekokohan bibit, dan indeks mutu bibit. Pada tanaman penutup tanah yaitu panjang batang primer, jumlah bintil akar, dan jumlah cabang, dan parameter yang diukur serta diamati pada keduanya yaitu berat basah pucuk, berat basah akar, berat basah total, berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total, nisbah pucuk akar, dan persentase hidup tanaman.
Persen Tumbuh Tanaman Persentase tumbuh tanaman adalah perbandingan antara tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang ditargetkan dikalikan 100%.
5
Diameter dan Tinggi Bibit Jabon Merah Pengukuran dilakukan setiap 1 bulan sekali, mulai bibit berumur 1 bulan sampai berumur 3 bulan di lapangan dan telah diukur diameter dan tinggi awalnya. Diameter bibit diukur 1 cm di atas permukaan tanah yang telah diberi tanda dengan menancapkan lidi pada ketinggian 1 cm. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper, sedangkan pengukuran tinggi menggunakan meteran/penggaris dari pangkal hingga ujung tanaman.
Jumlah dan Luas Daun Jabon Merah Pengukuran pada daun,selain pengukuran luas daun dilakukan juga penghitungan jumlah daun. Penghitungan jumlah daun dilakukan pada seluruh bibit yang menjadi bahan penelitian, dan dihitung rata-rata jumlah daun pada setiap bibit yang terdapat dalam satu polibag. Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan. Pengukuran dilakukan dengan mengambil setiap daun dari 100 polibag yang digunakan. Langkah-langkahnya adalah menimbang kertas kuarto utuh untuk mendapatkan berat kering (bk) dan menghitung luasannya (lk), menggambar daun masingmasing jenis tanaman dengan cara menjiplak daun secara utuh, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran daun, menimbang berat duplikat daun pada kertas (bd), dan menghitung luas daun (ld) menggunakan rumus: ld = lk x bd/bk
Berat Basah Pucuk, Akar, dan Total Berat basah pucuk dan akar diukur pada akhir pengamatan dengan cara memanen bagian tanaman. Berat basah pucuk diperoleh dengan menimbang bagian batang dan daun secara langsung, sedangkan berat basah akar menggunakan bagian akar tanaman yang sudah dibersihkan dari tanah. Berat basah total didapatkan dengan menjumlahkan berat basah pucuk dan berat basah akar.
Berat Kering Pucuk, Akar, dan Total Berat kering didapatkan setelah bagian tanaman dipanen, dibungkus menggunakan kertas koran, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C selama 48 jam (2 hari). Rumus yang digunakan sebagai berikut: Berat kering total = Berat kering pucuk (g) + Berat kering akar (g)
Nisbah Pucuk Akar Nisbah pucuk akar diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NPA = Berat kering pucuk (g) / Berat kering akar (g)
6
Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit Nilai kekokohan bibit diperoleh dari perbandingan tinggi dan diameter bibit. Kekokohan Bibit = Tinggi bibit (cm)/ Diameter bibit (mm) Angka indeks mutu bibit dihitung menurut rumus Dickson et al. (1960) dalam Syamsi (2010). Indeks Mutu Bibit = Berat kering total bibit (g) Tinggi bibit (cm) + Berat kering pucuk (g) Diameter bibit (mm) Berat kering akar (g)
Panjang Batang Primer Tanaman Penutup Tanah Pengukuran panjang batang primer tanaman penutup tanah dilakukan dengan mengukur batang primer dari pangkal sampai ujung tanaman menggunakan meteran. Pada setiap polibag terdapat tiga tanaman penutup tanah dengan masing-masing perlakuannya, data yang diolah merupakan data rata-rata panjang dari ke-3 tanaman penutup tanah dalam setiap polibagnya.
Jumlah Cabang dan Bintil Akar Penghitungan jumlah cabang dan bintil akar pada tanaman penutup tanah dilakukan secara langsung pada akhir pengamatan. Penghitungan jumlah bintil akar dilakukan pada tanaman penutup tanah jenis desmodium dan kacang hias.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu kontrol (hanya jabon merah), kombinasi jabon merah dan desmodium, kombinasi jabon merah dan kacang hias, serta kombinasi jabon merah dan rumput. Jumlah ulangan sebanyak 5 kali, dengan 5 unit tanaman setiap ulangannya, sehingga jumlah seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 100 bibit. Data-data parameter hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf nyata 5% dengan menggunakan progam SAS 9.3.1. Apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada taraf nyata 5%. Model rancangan yang digunakan untuk pengujian pertumbuhan bibit di persemaian menurut Walpole (1992) yaitu: Yik = μ + αi + εik
7
Keterangan: Yik : Nilai pengamatan faktor pemberian perlakuan taraf ke-i, ulangan ke-j µ : Nilai rata-rata umum αi : Nilai pengaruh faktor pemberian perlakuan taraf ke-i εik : Nilai error faktor pemberian perlakuan taraf ke-i, ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan hasil pengukuran pada jabon merah dan tanaman penutup tanah. Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan progam Microsoft Office Excel, dan SAS 9.3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Parameter pertumbuhan untuk jabon merah dan tanaman penutup tanah telah diukur selama penelitian. Rekapitulasi hasil sidik ragam dari setiap parameter pertumbuhan tanaman untuk jabon merah dan tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam setiap parameter yang diamati pada 3 bulan setelah tanam (BST) Parameter Jabon merah: Diameter; tinggi; jumlah daun; luas daun; berat basah pucuk, akar, dan total; berat kering pucuk, akar, dan total; nisbah pucuk akar Tanaman penutup tanah: Panjang batang primer, jumlah cabang, berat basah akar, berat kering akar, dan nisbah pucuk akar Jumlah bintil akar desmodium dan kacang hias; berat basah pucuk, dan total; berat kering total; kekokohan dan indeks mutu bibit
Kombinasi jenis tanaman penutup tanah tn
* tn
Keterangan : *= berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%, tn= tidak berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%.
8
Persentase Hidup Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan persen hidup tanaman jabon merah dan tanaman penutup tanah, sedangkan Gambar 2 menyajikan kondisi jabon merah dan tanaman penutup tanah pada 1, 2, dan 3 bulan setelah tanam (BST).
Tabel 2 Persen hidup tanaman jabon merah setiap bulan setelah tanam (BST) Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
Jumlah 25 25 25 25
Persen hidup tanaman (%) 0 BST 1 BST 2 BST 3 BST 100 100 96 76 100 100 92 76 100 96 88 68 100 92 80 64
Tabel 3 Persen hidup tanaman penutup tanah setiap bulan setelah tanam (BST) Jenis tanaman penutup tanah Desmodium Kacang hias Rumput
a
Jumlah 75 75 75
Persen hidup tanaman (%) 0 BST 1 BST 2 BST 100 98.76 88.00 100 92.00 84.00 100 92.00 61.30
b
3 BST 72.00 66.70 52.00
c
Gambar 2 Pertumbuhan tanaman jabon merah dan tanaman penutup tanah pada (a) 1 BST, (b) 2 BST, (c) 3 BST
Pertumbuhan Diameter dan Tinggi Jabon Merah Parameter yang diukur pada pertumbuhan jabon merah adalah diameter dan tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada perttumbuhan diameter dan tinggi pada setiap BST. Rata-rata pertumbuhan diameter dan tinggi dari 0-3 BST dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 5 menunjukkan perbandingan pertumbuhan jabon merah pada 3 BST.
9
Pertumbuhan diameter (mm)
8,00
6,00
Kontrol (jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput bambu
4,00
2,00
0,00 0
1
2
3
Umur tanaman (BST)
Gambar 3 Rata-rata pertumbuhan diameter jabon merah dari 0-3 bulan setelah tanam (BST)
Pertumbuhan tinggi (cm)
16,00
12,00
Kontrol (jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput bambu
8,00
4,00
0,00 0
1
2
3
Umur tanaman (BST)
Gambar 4 Rata-rata pertumbuhan tinggi jabon merah dari 0-3 bulan setelah tanam (BST)
10
Gambar 5 Perbandingan kondisi pertumbuhan bibit jabon merah (A) kontrol, (B) jabon merah dan desmodium, (C) jabon merah dan kacang hias, (D) jabon merah dan rumput pada 3 bulan setelah tanam (BST)
Luas dan Jumlah Daun Jabon Merah Parameter luas daun digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman. Luas daun dan jumlah daun jabon merah diukur dari semua perlakuan, dan hasil penghitungan rata-rata luas dan jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Hasil pengukuran luas dan jumlah daun jabon merah pada akhir pengamatan
Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
Rata-rata luas daun (cm²) 31.28 27.24 29.41 37.75
Rata-rata jumlah daun 7 5 6 6
Pertumbuhan Panjang Batang Primer dan Jumlah Cabang Tanaman Penutup Tanah Pertumbuhan yang diamati dan diukur pada tanaman penutup tanah salah satunya adalah panjang batang primer. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan kombinasi tanaman penutup tanah berpengaruh nyata (pada taraf 5%) terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah pada 2 dan 3 BST. Kemampuan menutup tanah dari tanaman penutup tanah dari setiap perlakuan disajikan pada Gambar 6. Parameter lainnya yang diukur pada tanaman penutup tanah adalah jumlah cabang. Hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, oleh karena itu dilakukan uji Duncan yang dapat dilihat pada Gambar 7.
11
60,00 Panjang batang primer (cm)
51.76a
2 BST
3 BST
50,00 40,00 30,00
23.04b
22.80a
21.96b
20,00 7.25b
10,00
7.47b
0,00 Desmodium
Kacang hias Jenis tanaman penutup tanah
Rumput
Gambar 6 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap panjang batang primer tanaman penutup tanah dari 2-3 bulan setelah tanam (BST) (huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)
60,00
50.20a Jumlah cabang
50,00
39.40a
40,00 30,00 20,00
10.93b 10,00 0,00 Desmodium
Rumput Jenis tanaman penutup tanah
Kacang hias
Gambar 7 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap jumlah cabang selama 3 BST (huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)
Jumlah Bintil Akar Tanaman Penutup Tanah Jumlah bintil pada desmodium dan kacang hias disajikan pada Tabel 5. Bintil akar yang terdapat pada desmodium dan kacang hias memiliki perbedaan ukuran (Gambar 8).
12
Tabel 5 Hasil penghitungan jumlah bintil pada tanaman legum pada 3 Bulan Setelah Tanam (BST) Jenis tanaman penutup tanah Desmodium Kacang hias
Rata-rata jumlah bintil 88 63
Gambar 8 Bintil akar pada (B) desmodium, (C) kacang hias
Berat Basah Pucuk dan Akar Jabon merah dan Tanaman Penutup Tanah Berat basah pucuk didapatkan setelah bagian pucuk tanaman yaitu daun dan batang dipisahkan dari akarnya dan ditimbang. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah.
Tabel 6 Hasil pengukuran berat basah pucuk dan akar jabon merah Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
Berat basah pucuk (g) 6.56 3.61 5.11 6.12
Berat basah akar (g) 0.97 1.08 1.30 1.68
Parameter berat basah pucuk dan akar juga diukur pada tanaman penutup tanah. Berikut dapat dilihat hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup tanah pada Tabel 7. Gambar 9 menunjukkan hasil uji Duncan untuk mengetahui berat basah akar tanaman penutup tanah terbaik dari semua perlakuan. Jenis tanaman penutup tanah yang terbaik yaitu rumput.
13
Tabel 7 Hasil pengukuran berat basah pucuk tanaman penutup tanah Perlakuan Jabon merah dan desmodium
Berat basah pucuk (g) 23.45
Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
18.51 17.47
7,00
Berat basah akar (g)
6,00
5.92a 5.10a
5,00 4,00 3,00 2,00
1.34b
1,00 0,00 Rumput
Desmodium Jenis tanaman penutup tanah
Kacang hias
Gambar 9 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap berat basah akar tanaman penutup tanah pada 3 BST (huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)
Berat Basah Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Berat basah total merupakan hasil penjumlahan dari berat basah pucuk dan berat basah akar. Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil pengukuran berat basah total jabon merah dan tanaman penutup tanah Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
Berat basah total (g) Jabon merah Tanaman penutup tanah 7.54 4.69 28.54 6.41 24.43 7.79 18.80
14
Berat Kering Pucuk dan Akar pada Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat kering pucuk tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 10 menunjukkan hasil uji Duncan terhadap berat kering akar tanaman penutup tanah.
Tabel 9 Hasil pengukuran berat kering pucuk, akar jabon merah, dan berat kering pucuk tanaman penutup tanah
Berat kering pucuk (g)
Berat kering akar (g)
Tanaman penutup tanah Berat kering pucuk (g)
1.19
0.23
-
0.73
0.28
6.42
0.98
0.44
4.82
0.97
0.39
3.90
Jabon merah Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang hias Jabon merah dan rumput
1,80
Berat kering akar (g)
1,60
1.53a
1,40 1,20
0.91ab
1,00 0,80 0,60
0.32b
0,40 0,20 0,00 Kacang hias
Desmodium Jenis tanaman penutup tanah
Rumput
Gambar 10 Pengaruh perlakuan terhadap berat kering akar tanaman penutup tanah pada 3 BST (huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)
15
Berat Kering Total Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Pengukuran berat kering total baik jabon merah maupun tanaman penutup tanah didapat dengan menjumlahkan hasil pengukuran berat kering pucuk dengan berat kering akar. Pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hasil pengukuran berat kering total jabon merah dan tanaman penutup tanah Perlakuan
Berat kering total (g) Jabon merah Tanaman penutup tanah
Kontrol (Jabon merah)
1.42
-
Jabon merah dan desmodium
1.01
7.33
Jabon merah dan kacang hias
1.41
6.35
Jabon merah dan rumput
1.36
4.22
Nisbah Pucuk Akar Jabon Merah dan Tanaman Penutup Tanah Nisbah pucuk akar merupakan nisbah antara berat kering pucuk dan berat kering akar. Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Hasil pengukuran nisbah pucuk akar jabon merah Perlakuan
Nisbah pucuk akar
Kontrol (Jabon merah)
4.67
Jabon merah dan desmodium
3.27
Jabon merah dan kacang hias
2.25
Jabon merah dan rumput
3.27
Hasil uji Duncan pada Gambar 11 menunjukkan bahwa nisbah pucuk akar ketiga jenis tanaman penutup tanah berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji Duncan tersebut didapatkan bahwa jenis tanaman penutup tanah yang memiliki nisbah pucuk akar tertinggi adalah rumput.
16
Nisbah pucuk akar (g)
14,00
13.10a
12,00 10,00
7.60b
8,00 6,00
3.55c
4,00 2,00 0,00 Rumput
Desmodium Jenis tanaman penutup tanah
Kacang hias
Gambar 11 Pengaruh kombinasi jabon merah dan jenis tanaman penutup tanah terhadap nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah pada 3 BST (huruf beda di belakang angka menunjukkan pengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%)
Kekokohan dan Indeks Mutu Bibit Jabon Merah Kekokohan bibit merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter bibit, dan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan hidup bibit, sedangkan indeks mutu bibit merupakan perbandingan antara berat kering total dengan kekokohan semai dan nisbah pucuk akar. Hasil perhitungan rata-rata kekokohan bibit dan indeks mutu bibit jabon merah disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Hasil perhitungan rata-rata kekokohan dan indeks mutu bibit jabon merah Perlakuan Kontrol (Jabon merah) Jabon merah dan desmodium Jabon merah dan kacang tanah Jabon merah dan rumput
Kekokohan bibit 2.12 2.28 2.32 2.06
Indeks mutu bibit 0.19 0.20 0.31 0.28
Pembahasan
Ketiga jenis tanaman penutup tanah yang digunakan merupakan jenis tanaman yang tidak melilit sehingga tidak akan menggangu pertumbuhan pohon yang berada di sekitarnya. Selain mendapatkan informasi mengenai pertumbuhan tanaman penutup tanah, dalam penelititan ini juga dilakukan pengukuran
17
pertumbuhan terhadap jabon merah, sehingga dapat diketahui pengaruh dari penanaman tanaman penutup tanah terhadap pertumbuhan jabon merah. Persen hidup tanaman jabon merah setiap BST mengalami penurunan hal ini karena pada saat penelitian sering terjadi hujan, sehingga banyak tanaman yang busuk dan akhirnya mati. Pada 3 BST didapatkan persen hidup tanaman tertinggi pada kontrol dan kombinasi antara jabon merah dan desmodium yaitu sebesar 76%, dan terendah pada kombinasi jabon merah dan rumput sebesar 64%. Tabel 3 menunjukkan persen hidup tanaman penutup tanah tertinggi yaitu jenis desmodium sebesar 72%, dan terendah yaitu rumput bambu sebesar 52%. Hal ini berarti desmodium memiliki kemampuan hidup lebih tinggi apabila ditanam secara bersamaan dengan tanaman jabon merah. Berdasarkan hasil sidik ragam bahwa masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata baik terhadap pertumbuhan diameter, tinggi, jumlah daun, luas daun, dan berat basah total jabon merah, maupun berat basah total tanaman penutup tanah. Hal ini berarti bahwa tanaman penutup tanah dapat ditanam bersama-sama bibit jabon merah tanpa mengganggu pertumbuhan jabon merah. Jabon merah pada 1 dan 2 BST mengalami peningkatan pertumbuhan tinggi lebih lambat dibandingkan pada 3 BST. Hal ini diduga karena jabon merah memiliki sifat pertumbuhan yang lambat di awal tanam. Menurut Loveless (1991) pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan (cahaya, status hara dan air). Panjang batang primer dan jumlah cabang pada tanaman penutup tanah merupakan variabel penting yang menggambarkan pertumbuhan dari tanaman penutup tanah. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa semua perlakuan menghasilkan respon yang berpengaruh nyata terhadap panjang batang primer dan jumlah cabang. Pertumbuhan panjang batang primer pada masing-masing tanaman penutup tanah selama 2 BST dan 3 BST didapatkan rata-rata pertumbuhan yang terus meningkat, setelah dilakukan uji lanjut Duncan diperoleh hasil bahwa desmodium yang memiliki panjang batang primer dan jumlah cabang terbesar, sedangkan kacang hias dan rumput bambu tidak berbeda nyata dan memiliki kemampuan yang sama dalam memanfaatkan unsur hara dan faktor lingkungan. Desmodium memiliki kemampuan tumbuh tercepat di antara yang lainnya sehingga desmodium memiliki kemampuan lebih cepat juga dalam menutup tanah. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar pada desmodium dan kacang hias, dan desmodium memiliki ukuran bintil akar yang lebih besar dibandingkan dengan kacang hias. Menurut Arimurti et al. (2000), kemampuan rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil akar dan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau semakin banyak bintil akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat. Semakin aktif nitrogenase semakin banyak pasokan nitrogen bagi tanaman, sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (Martani dan Margino 2005). Hal ini berarti desmodium dan kacang hias memiliki kemampuan yang sama dalam menambat nitrogen.
18
Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992), menyatakan bahwa 90% berat kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan menyebabkan rendahnya berat kering tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa perlakuan memberikan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total tanaman baik pada jabon merah maupun pada tanaman penutup tanah. Hal ini berarti jabon merah mengalami dan memiliki hasil fotosintesis yang tidak berbeda. Hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada nisbah pucuk akar tanaman jabon merah berarti bahwa kondisi fisiologis pertumbuhan bibit tersebut sama. Berbeda dengan hasil sidik ragam pada nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah, diperoleh hasil bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada nisbah pucuk akar tanaman penutup tanah, setelah dilakukan uji lanjut Duncan rumput bambu lebih unggul dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini berarti bahwa kondisi fisiologis pertumbuhan masing-masing tanaman penutup tanah berbeda. Menurut Fandeli (1979) besaran nisbah pucuk akar dapat menunjukkan kondisi fisiologi suatu tanaman, karena nilai tersebut tersusun atas nilai total produksi pertumbuhan yaitu berat kering pucuk dan perakarannya. Besar kecilnya nisbah pucuk akar dapat digunakan untuk mengetahui kondisi fisik tanaman yang berhubungan dengan ketahanan semai bila dipindah ke lapangan, semakin mendekati angka kisaran yaitu 4–5,5 maka semakin besar pula ketahanan hidup di lapangan. Tabel 16 menunjukkan hasil pengukuran nisbah pucuk akar tanaman jabon merah berada pada kisaran 2.25–4.67, kisaran tersebut menandakan bahwa nisbah pucuk akar pada jabon merah dikatakan seimbang. Hal ini berarti bibit jabon merah memiliki ketahanan hidup yang baik apabila dipindah ke lapangan. Nisbah pucuk akar pada tanaman penutup tanah berada pada kisaran 3.55–13.10, hal ini menunjukkan bahwa bagian pucuk tanaman berkembang lebih baik dibandingkan dengan bagian akar tanaman. Pertumbuhan tinggi dan diameter yang tidak bervariasi menyebabkan nilai kekokohan bibit yang didapat tidak bervariasi pula, nilai kekokohan bibit berada pada kisaran 2.06–2.31. Menurut Roller (1977) dalam Budiyadi (1994) nilai kekokohan semai yang baik (ideal) adalah mendekati nilai 4–5. Pada penelitian ini diperoleh nilai kekokohan semai rata-rata di bawah ideal karena pertumbuhan tinggi semai tidak seimbang dengan diameternya. Hal ini bisa terjadi karena adanya persaingan antar semai untuk mendapatkan sinar matahari, sehingga pertumbuhan tingginya lebih cepat dari pada pertambahan diameter (Roller 1977 dalam Dirjosoemarto 1991). Indeks kualitas bibit merupakan perbandingan antara berat kering total dengan kekokohan bibit dan nisbah pucuk akar, indeks kualitas bibit dapat dijadikan suatu parameter karena dapat menggambarkan sifat morfologis dan fisiologis semai. Pada penelitian ini, perlakuan memberikan hasil sidik ragam yang tidak berpengaruh nyata terhadap indeks kualitas bibit. Menurut Roller (1977) dalam Dirjosoemarto (1991) menyatakan bahwa semai dalam wadah/container dengan indeks kualitas semai lebih besar dari 0,009 akan lebih mudah tumbuh setelah ditanam di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai indeks kualitas bibit lebih besar dari 0,009 yaitu 0.91–0.31 pada semua perlakuan (Tabel 17), sehingga secara umum bibit sudah siap untuk ditanam di lapangan.
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penanaman tanaman penutup tanah dengan jabon merah pada satu polibag tidak menurunkan pertumbuhan jabon merah, hal ini terlihat dari hasil pengukuran semua parameter dan sidik ragam yang dilakukan untuk pertumbuhan jabon merah memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata. 2. Tanaman penutup tanah jenis desmodium, kacang hias, dan rumput bambu, di antara ke tiga jenis tanaman tersebut yang memiliki kemampuan hidup tinggi, kemampuan menutup lahan lebih cepat, dan termasuk jenis potensial adalah desmodium, karena memiliki persen hidup paling tinggi yaitu sebesar 72%, serta memiliki pertumbuhan panjang batang primer dan jumlah cabang yang tinggi.
Saran
1. Pemupukan pada umur 1 dan 2 bulan setelah tanam perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan jabon merah dan tanaman penutup tanah 2. Untuk aplikasi di lapangan selama di persemaian tanaman penutup tanah perlu dipotong secara berkala untuk memudahkan pengambilan bibit dari persemaian bila dibawa ke lapangan. Potongan-potongan tanaman ini dapat ditanam kembali dalam polibag yang sama atau polibag lain untuk meningkatkan kepadatan tanaman penutup tanah dalam polibag.
DAFTAR PUSTAKA [FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1988. Arachis pintoi Krapov. & W.C. Greg. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 16]. Tersedia pada: http://www.tropicalforages.info/key/Forages/Media/HTML/Arachis _pintoi_(Bahasa Indonesia).htm. Arimurti S, Sutoyo, Winarsa R. 2000. Isolasi dan karakterisasi Rhizobia asal pertanaman kedelai disekitar Jember. Ilmu Dasar. 1(2);39-47 [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [diunduh 2012 Jun 23]. Tersedia pada: http://www.unej.ac.id/fakultas /mipa/pdf/sattya2.pdf. Budiyadi A. 1994. Pengaruh komposisi medium campuran gambut-serbuk gergaji dan aras pemupukan NPK terhadap pertumbuhan semai Eucalyptus urophylla [skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
20
Dirdjosoemarto S. 1991. Penerapan nilai pertumbuhan akar sebagai tolak ukur mutu bibit tanaman hutan industri [skripsi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Fandeli C. 1979. Studi besaran angka “top root ratio” sebagai petunjuk kualitas semai Pinus merkusii Junght et de Vriese [skripsi]. Yogyakarta (ID): Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Goldsworty PR, Fisher NM. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tanaman Tropik. Tohari, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. [KEMENHUT] Kementrian Kehutanan. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.4 Tahun 2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. Jakarta (ID): Menteri Kehutanan. Karyudi, Siagian N. 2005. Peluang dan kendala dalam pengusahaan tanaman penutup tanah di perkebunan karet. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm 25-33; [diunduh 2013 Jun 2]. Tersedia pada: http://www.balitnak.deptan.go.id/index.php. Loveless AR. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Martani, Margino. 2005. Penambatan Nitrogen oleh Rhizobium. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Maswar. 2004. Kacang Hias (Arachis pintoi) pada Usaha Tani Lahan Kering. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. Nasution U. 1984. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Tanjung Morawa (ID): Pusat Penelitian dan Perkebunan Tanjung Morawa. Purwanto I. 2010. Tanaman penutup tanah penghasil bahan organik di dataran tinggi Papua. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Indonesia 32(1):13-15. Syamsi AI. 2010. Pertumbuhan bibit ylang-ylang (Cananga odoratum) pada media nursery block [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia.
LAMPIRAN
21
Lampiran 1 Riwayat hidup
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 16 Desember 1991 dari pasangan Muchtar Gozali dan Hoeriyah sebagai putri kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima di Program Studi Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis mendapatkan beasiswa BBM dari semester 1 sampai dengan semester 8. Penulis aktif sebagai siswa LES (Leadership and Entrepreneurshp School) pada tahun 2009-2010. Selain itu penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Merpati Putih sebagai sekretaris pada tahun 2010-2011, dan masih aktif hingga sekarang sebagai anggota Merpati Putih. Pada periode yang sama, penulis aktif di Himpunan Profesi Silvikultur Tree Grower Community sebagai anggota divisi Business Development. Selain itu penulis juga aktif di konsultan bimbingan belajar Dr Edu sebagai pengajar. Pengalaman penulis dalam hal akademis, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cikeong-Tangkuban Perahu (2011), Magang Profesi di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), Magang Profesi di Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi (2012), Praktek Pengolahan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi (2012), serta Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT Newmont Nusa Tenggara, Nusa Tenggara Barat (2013).