PENGARUH TAKARAN PUPUK ORGANIK KASCING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA KULTIVAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
Gistian Media Lestari1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] DR. Suhardjadinata, Ir., M.P.2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suhartono, Ir., M. P.3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui takaran pupuk organik kascing yang optimum untuk setiap kultivar jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2013 di Kampung Batu Numpuk, Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, dengan ketinggian tempat 740 m dpl, tipe curah hujan C (agak basah) menurut Schmidt – Ferguson. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dua faktor dengan diulang empat kali, tiap ulangan terdiri dari 8 kombinasi perlakuan. Faktor petak utama (main plot) yaitu kultivar (K) yang terdiri dari dua taraf yaitu: k1= Kultivar Bonanza, k2 = Kultivar Talenta. Faktor anak petak (sub plot) adalah takaran pupuk organik kascing (T) yang terdiri dari empat taraf yaitu: t0 = Kontrol, t1 = 2 t ha-1, t2 = 3 t ha-1, t3 = 4 t ha-1. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa: Terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap jumlah tongkol per petak, bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot. Kultivar berpengaruh terhadap jumlah tongkol per petak, diameter tengah tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol berkelobot dan tanpa kelobot, serta bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Takaran berpengaruh terhadap tinggi tanaman, luas daun, jumlah tongkol per petak, diameter tengah tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol tanpa kelobot, bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Pemberian takaran pupuk organik kascing 4 t ha-1 memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot tongkol berkelobot pada kultivat Talenta yaitu 16,04 t ha-1 dibandingkan dengan kultivar Bonanza yaitu 11,80 t ha-1 . Kata kunci: Zea mays saccharata Sturt.; Kultivar; Pupuk Organik Kascing.
1
ABSTRACT The purpose of this research was to determine the optimum dosage of organic fertilizer vermicompost for each cultivar of sweet corn (Zea mayz saccharata Sturt). This research have been done on Juni to September 2013 in Kampung Batu Numpuk, Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, at altitude 740 meters above sea level, at precipitation type C according to Schmidt – Ferguson (moderately wet). Experimental method organized in Split Plot Design, consisted of two factors pattern replicatio four times. Each repetition consist of 8 treatment. The first factor (main plot) was cultivar (K) consist of two level, that are: k1 = cultivar Bonanza, k2 = cultivar Talenta. The second faktor (sub plot) was dosage of organic fertilizer vermicompost (T) consist four level, that are: t0 = control, t1 = 2 t ha-1, t2 = 3 t ha-1, t3 = 4 t ha-1. The results of the research showed there was interaction between cultivar and organic fertilizer vermicompost dosage on the number of cobs per plot, and weight of cob as well as weight of cornhusk or cornhusked. Cultivar gave effect on the number of cobs per plot, diameter of cob cornhusked, ear length cornhusk and cornhusked, and cob weight cornhusk and cornhusked. Meanwhile, the dosage of organic fertilizers vermicompost affected plant height 45 and 60 days after planting, leaf area, number of cobs per plot, diameter of cob cornhusked, ear length cornhusked, weights cob with cornhusk and cornhusked. The organic fertilizer vermicompost were tested showed that the dosage of organic fertilizer vermicompost 4 t ha-1 gave the best effect on weight cob cornhusk on cultivar Talenta is 16,04 t ha-1 as compared with the cultivar Bonanza is 11,80 t ha-1. Keyword: Zea mays saccharata Sturt.; Cultivar; Organic fertilizer vermicompost.
PENDAHULUAN Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) atau sweet corn merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomi tinggi. Jagung manis termasuk salah satu komoditas hortikultura populer dengan tingkat konsumsi tinggi seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat sehingga layak dijadikan sebagai komoditas unggulan agrobisnis dikarenakan memiliki prospek pengembangan usaha tani yang cukup menjanjikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta mampu menjadi salah satu sumber pendapatan negara (Rahmat Rukmana, 1997, dan M. Syukur dan Azis Rifianto, 2013). Produktivitas dan produksi jagung manis di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat, baik permintaan dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar negeri. Namun, keadaan ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas dan produksi sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan paket penerapan komponen teknologi produksi yang bersifat sinergis dan intensif yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sistem produksi jagung khususnya jagung manis (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008). Menurut Suryana dkk., (2005), untuk menjamin keberhasilan produksi jagung manis
2
perlu adanya sistem pengadaan yang lebih baik dan dapat ditempuh dengan tiga pendekatan yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan intensitas tanam, serta perluasan areal tanam. Upaya peningkatan produktivitas dapat ditempuh melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya, dan menekan kehilangan hasil melalui perbaikan sistem panen dan pascapanen. Salah satu upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi lahan dengan pemupukan berimbang dan terpadu. Pupuk merupakan sarana vital untuk peningkatan produksi jagung manis. Pemupukan merupakan salah satu usaha pemberian bahan-bahan pada tanah sebagai upaya menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung untuk pertumbuhan tanaman serta memperbaiki sifat kimia dan biologi tanah (Untung Suwahyono, 2011). Pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah yang secara berangsur-angsur akan berkurang bersamaan dengan terangkutnya hasil panen, erosi atau run off, limpasan air permukaan dan penguapan, serta pemupukan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Sutejo, 1995, dan Roesmarkam dan Yuwono, 2002). Pemupukan yang biasa dilakukan dalam proses mencapai peningkatan produktivitas dan produksi jagung manis secara intensif dewasa ini masih mengandalkan pupuk anorganik secara terus menerus dan berlebihan yang mana penggunaannya dapat berdampak negatif pada peningkatan degradasi lahan. Berdasarkan pertimbangan dampak negatif penggunaan pupuk anorganik tersebut, maka diperlukan upaya pengurangan pemberian pupuk anorganik dan menggantinya dengan pemberian pupuk organik (Agus Zainudin, 2005). Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Penggunaan pupuk organik tidak meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi manusia (Ismawati, 2003 dalam Abdurrahman, 2005). Pemberian pupuk organik memegang peranan penting sebagai sumber nutrisi yang diperlukan tanaman, memperbaiki struktur tanah dan kapasitas memegang air di daerah perakaran, meningkatkan aerasi dan meningkatkan kapasitas memegang nutrisi. Namun, bahan organik harus memiliki nisbah nitrogen terhadap karbon yang tinggi, apabila rendah maka nutrisi tanaman akan kurang tersedia dan berdampak pada penurunan pertumbuhan tanaman (Williams, Uzo dan Peregrine, 2002). Pupuk organik kascing merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi (Mashur, 2001). Menurut Palungkun (1999), pupuk organik kascing merupakan pupuk 3
organik yang kaya zat hara yang berguna untuk menyuburkan tanaman, selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah khususnya pada tanah-tanah yang kurang subur juga tidak memberi efek negatif terhadap lingkungannya. Menurut Zahid (1994), pupuk organik kascing mengandung zat pengatur tumbuh seperti giberelin 2,75%, sitokinin 1,05% dan auksin 3,80% serta Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N non simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik kascing diduga mampu menekan intensitas serangan
penyakit
pada
tanaman
karena
mengandung
mikroorganisme
antagonis
Trichoderma sp. yang merupakan musuh alami Rizoctonia solani. Selain itu, toksik berupa amonia yang terkandung di dalam pupuk organik kascing yang terbentuk selama proses dekomposisi juga dapat menekan perkembangan patogen (Oktarina, 2007). Salah satu faktor yang menentukan kebutuhan pupuk adalah kultivar yang ditanam, makin tinggi hasil yang diperoleh oleh suatu kultivar makin besar hara yang dibutuhkan. Dengan demikian, diduga penyerapan unsur hara dalam tanah untuk menunjang pertumbuhannya akan berbeda, sehingga respon terhadap takaran pupuk yang diberikan akan berbeda pula. Untuk mendapatkan produksi tanaman jagung manis yang maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kesuburan tanah dan kultivar (Badan Kerja Sama Universitas Wilayah Barat, 2006). Keterkaitan antara kultivar dan takaran pupuk organik kascing dalam penelitian ini diterapkan untuk meningkatkan hasil tanaman jagung manis. Aplikasi ini harus efektif dan seefisien mungkin agar biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan sesuai dengan nilai produksi yang dihasilkan (Premono dan Widiyati, 2000). Penelitian bertujuan untuk mengetahui takaran pupuk organik kascing yang optimum untuk setiap kultivar jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) yang dicoba. Ada interaksi antara kultivar dengan pemberian takaran pupuk organik kascing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Semakin tinggi potensi hasil suatu kultivar maka akan semakin tinggi unsur hara yang diserap sehingga semakin tinggi pula unsur hara yang diperlukan. Maka dari itu, akan didapatkan salah satu takaran pupuk organik kascing yang dapat memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil dua kultivar jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2013 di Kampung Batu Numpuk, Desa Mekarjaya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, dengan
4
ketinggian tempat 740 m dpl, tipe curah hujan C (agak basah) menurut Schmidt–Ferguson. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dua faktor dengan diulang empat kali, tiap ulangan terdiri dari 8 kombinasi perlakuan. Faktor petak utama (main plot) yaitu kultivar (K) yang terdiri dari dua taraf yaitu: k1= Kultivar Bonanza, k2 = Kultivar Talenta. Faktor anak petak (sub plot) adalah takaran pupuk organik kascing (T) yang terdiri dari empat taraf yaitu: t0 = Kontrol, t1 = 2 t ha-1, t2 = 3 t ha-1, t3 = 4 t ha-1. Jika dari Uji F terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut JBD (Jarak Berganda Duncan) pada taraf nyata 5 persen. Benih yang digunakan adalah benih bersertifikasi, yaitu kultivar Bonanza dan kultivar Talenta. Sebelum benih ditanam, benih diperamkan dulu hingga keluar mata tunasnya, hal ini bertujuan untuk meminimalisir benih yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya abnormal. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk organik kascing yang berasal dari kotoran atau feses cacing tanah jenis Lumbricus rubellus yang telah mengalami proses fermentasi secara alami didalam tubuh cacing tersebut. Dari hasil analisis kimia menunjukkan bahwa pupuk organik kascing memiliki kadar nitrogen sebesar 2,38%, kadar fosfat 1,50%, kadar kalium 0,31% dan mengandung bahan organik sebesar 74,16. Petak percobaan berukuran 2m × 2,5m. Petakan yang dibuat sebanyak 32 petakan, jarak antar anak petak perlakuan 30 cm, jarak antar petak utama perlakuan 50 cm sedangkan jarak antar ulangan 1 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 x 20 cm (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009), terdapat sebanyak 33 lubang tanam pada setiap petak percobaan. Benih ditanam dengan cara ditugal, setiap lubang tanam ditanami 1 butir benih jagung. Pada saat benih ditanam, disekitar lubang tanam diberikan insektisida Furadan 3G untuk mengendalikan semut dan ulat tanah. Pupuk anorganik yang digunakan adalah Urea 100 kg ha-1, SP36 150 kg ha-1, KCl 150 kg ha-1 (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009), sehingga jika di konversikan untuk keperluan pupuk per petak adalah Urea 0,05 kg/petak, SP36 0,075 kg/petak, KCl 0,075 kg/petak. Pupuk organik kascing diberikan pada saat penanaman disesuaikan dengan perlakuan yaitu 2 t ha-1, 3 t ha-1 dan 4 t ha-1, begitu pula dengan pupuk SP36 yang diberikan seluruhnya pada awal penanaman. Untuk pupuk Urea dan KCl diberikan secara bertahap, yaitu setengah bagian diberikan pada saat tanaman berumur 7 hst dan setengah bagian lagi diberikan pada saat tanaman berumur 21 hst. Pupuk diberikan pada larikan disamping kiri atau kanan tanaman dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Pemeliharaan
yang
dilakukan
adalah
penyulaman,
pengairan,
penyiangan,
pembumbunan dan pengendalian hama penyakit. Panen dilakukan pada saat kedua kultivar 5
jagung manis telah memasuki fase matang susu yaitu 18 sampai 22 hari setelah munculnya bunga betina (silking). Fase matang susu dapat diketahui dengan menekan biji jagung manis pada tongkol dengan kuku jari tangan tanpa mengeluarkan tenaga yang cukup besar. Apabila setelah ditekan biji mengeluarkan cairan putih agak kekuningan menyerupai susu maka jagung telah siap panen. Kultivar Talenta dipanen pada umur 75 hst, namun untuk kultivar Bonanza dipanen pada umur 82 hst. Kedua kultivar tidak dipanen secara serempak dilapangan dikarenakan perbedaan umur panen sesuai dengan deskripsi masing-masing. Parameter pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang meliputi analisis tanah, data curah hujan, jenis gulma yang tumbuh serta serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung manis. Pengamatan utama meliputi tinggi tanaman, luas daun, jumlah tongkol per petak, diameter tengah tongkol,panjang tingkol, bobot tongkol, hasil tongkol per petak dan per hektar. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap tinggi tanaman 45 dan 60 hari setelah tanam. Secara mandiri perlakuan takaran pupuk organik kascing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman 45 dan 60 HST. Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman pada umur 45 dan 60 HST dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Umur pengamatan
Takaran pupuk organik kascing
Kultivar
kontrol 2 t ha-1 3 t ha-1 ……………………….cm…………………….. 45 HST
60 HST
Rata-rata 4 t ha-1
Bonanza
36.52
38.05
45.79
50.03
42.59 a
Talenta Rata-rata
29.63 33.07 (A)
38.22 38.13 (A)
46.13 45.96 (B)
53.70 51.86 (B)
41.92 a
Bonanza
89.08
103.71
109.36
123.96
106.52 a
Talenta Rata-rata
117.14 103.11 (A)
122.17 112.94 (AB)
131.82 120.59 (B)
146.48 135.22 (C)
129.40 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada Tabel 4 di atas, terlihat bahwa tinggi tanaman pada kultivar Bonanza dan kultivar Talenta tidak berbeda nyata baik pada umur 45 dan 60 HST, tidak terdapatnya perbedaan tersebut erat kaitannya dengan faktor genetik dari dalam tanaman yang tidak
6
terlalu berpengaruh terhadap tinggi tanaman melainkan faktor lingkungan seperti cahaya matahari, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh yang dominan mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya tinggi tanaman. Menurut Salisbury dan Ross (1995), bahwa pemanjangan batang pada berbagai spesies tumbuhan dipengaruhi oleh hari panjang. Menurut Harjadi (1991), proses pertumbuhan tanaman dicerminkan dengan bertambahnya jumlah protoplasma sel. Bertambahnya tinggi tanaman adalah akibat dari pembelahan sel dan pembesaran sel. Pembentukan sel memerlukan banyak unsur hara dan salah satu unsur hara yang berperan adalah unsur N. Nitrogen pada umumnya berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman (Roesmarkam dan Yuwono, 2002). Pupuk organik kascing mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk menunjang pertumbuhan tanaman seperti hormon giberelin, sitokinin, dan auksin serta unsur hara N, P, K, Mg,dan Ca juga Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N non simbiotik yang membantu memperkaya unsur N yang diperlukan oleh tanaman (Tri Mulat, 2003). 4.1.1 Luas Daun Dari hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap luas daun. Namun secara mandiri takaran pupuk organik kascing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Tabel 5. Rata-rata luas daun dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
Rata-rata
….………..……………….cm2…………………………… Bonanza
2038.78
2672.70
3103.24
3498.21
2828.23 a
Talenta Rata-rata
2483.89 2876.32 3177.67 4060.98 3149.72 a 2261.33 2774.51 3140.46 3779.60 (A) (B) (C) (D) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada Tabel 5 di atas, terlihat bahwa rata-rata luas daun kultivar Talenta dengan luas daun kultivar Bonanza tidak berbeda nyata. Seperti halnya tinggi tanaman, tidak terjadinya perbedaan antara kedua kultivar ini erat kaitannya dengan kemampuan adaptasi tanaman yang tidak berbeda terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhinya meskipun memiliki potensi genetiknya berbeda. Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa setiap kultivar memiliki ketahanan yang berbeda, beberapa tanaman dapat melakukan adaptasi dengan cepat, 7
namun sebaliknya ada tanaman yang membutuhkan waktu lama untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Taraf pemberian takaran pupuk organik kascing menunjukkan pengaruh yang nyata pada setiap perlakuan. Semakin tinggi takaran pupuk organik kascing maka akan semakin tinggi pula rata-rata luas daun. Hal ini disebabkan, kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk organik kascing terutama unsur hara N yang tersedia di dalam tanah serta Azotobacter sp. yang mampu memfiksasi N bebas di udara diduga telah berinteraksi dengan tanaman dan dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman. Menurut M. Fauzan (2010), nitrogen yang diserap oleh akar dalam jumlah yang cukup akan berpengaruh terhadap pertumbuhan organ-organ tanaman khususnya bagian daun, sehingga daun yang terbentuk jumlahnya akan lebih banyak dengan lebar daun lebih optimal. Selanjutnya Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatatakan bahwa jika pemberian nitrogen di bawah optimal, maka asimilasi amonia akan menaikkan kadar protein dan pertumbuhan daun. Pertumbuhan daun biasanya dinyatakan dengan indeks luas daun (leaf area index) yang sampai batas tertentu kenaikan luas daun akan berkorelasi dengan kemampuan fotosintesis. 4.1.2 Jumlah Tongkol per Petak Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap jumlah tongkol per petak. Kultivar menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah tongkol per petak tergantung pada takaran pupuk organik kascing yang diberikan. Tabel 6. Rata-rata jumlah tongkol per petak dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar Control
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
…………………………………….tongkol…………………………………. 29.25 a 30.25 a 30.50 a 31.25 a (A) (A) (A) (A) Talenta 36.25 b 37.50 b 42.00 b 45.00 b (A) (A) (B) (C) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Bonanza
Pada Tabel 6 di atas, terlihat bahwa kultivar Talenta menghasilkan rata-rata jumlah tongkol per petak nyata lebih banyak dibandingkan dengan kultivar Bonanza pada taraf pemberian takaran pupuk organik kascing yang sama. Pemberian pupuk organik kascing menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tongkol per petak pada kultivar Talenta. Dimana pada kultivar Talenta semakin tinggi 8
pupuk organik kascing yang diberikan akan menghasilkan jumlah tongkol lebih banyak. Sedangkan pada kultivar Bonanza pengaruh pupuk organik kascing tidak menunjukkan pengaruh yang nyata meskipun taraf pemberian takaran pupuk organik kascing ditingkatkan. Hal ini berkaitan dengan penyerapan unsur hara dalam tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman akan berbeda sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda pula. Sesuai dengan pendapat Sadjad (1993) dalam Safruddin dkk., (2012), bahwa perbedaan daya tumbuh antar kultivar yang berbeda ditentukan oleh faktor genetiknya. Pada umumnya, potensi gen dari suatu tanaman akan lebih maksimal jika didukung oleh faktor lingkungan (cahaya matahari, unsur hara, CO2, ruang tumbuh). Sejalan dengan pendapat Hakim dkk., (1986) dalam Megi Sintia (2011) menyatakan bahwa adanya interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik yang seimbang akan mampu memberikan hasil tanaman yang baik. Tidak hanya itu, peran unsur hara sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan
tanaman,
khususnya
dalam
pembentukan
bunga
yang
mana
akan
mempengaruhi pembentukan tongkol, karena tongkol merupakan perkembangan dari bunga betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Roesmarkam dan Yuwono (2002) bahwa untuk mendorong pembentukan bunga dan buah sangat diperlukan unsur P. Jika unsur hara P yang diberikan pada tanaman sedikit maka akan berpengaruh pula pada bunga dan buah yang dihasilkan. 4.1.3 Diameter Tengah Tongkol 4.1.3.1 Diameter Tengah Tongkol Berkelobot Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap diameter tengah tongkol berkelobot. Begitu juga secara mandiri baik kultivar dan takaran pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tengah tongkol berkelobot. Tabel 7. Rata-rata diameter tengah tongkol berkelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
Rata-rata
……………………………….cm………………………… Bonanza
3.21
3.53
3.58
Talenta Rata-rata
3.57
3.47 a
4.19 4.18 4.38 4.47 4.30 a 3.70 3.85 3.98 4.02 (A) (A) (A) (A) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%
9
Pada Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan kontrol, taraf pemberian takaran pupuk organik kascing baik 2 t ha-1, 3 t ha-1 dan 4 t ha-1 satu sama lainnya tidak menunjukkan perbedaan terhadap diameter tengah tongkol berkelobot. Begitu juga pada kultivar, baik kultivar Bonanza maupun Talenta satu sama lainnya tidak menunjukkan perbedaan terhadap diameter tengah tongkol berkelobot. Terjadinya interaksi antara faktor lingkungan salah satunya adalah unsur hara dan faktor genetik belum mencapai titik pertumbuhan yang optimal. Hakim dkk., (1986) dalam Megi Sintia (2011) menyatakan bahwa adanya interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik yang seimbang akan mampu memberikan hasil tanaman yang baik.
4.1.3.2 Diameter Tengah Tongkol Tanpa Kelobot Berdasarkan hasil analisis statistic menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap diameter tengah tongkol tanpa kelobot. Kultivar menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap diameter tengah tongkol tanpa kelobot tergantung pada takaran pupuk organik kascing yang diberikan. Pada kultivar Bonanza semakin tinggi taraf pemberian pupuk organik kascing maka diameter tengah tongkol akan semakin tinggi pula. Berbeda halnya dengan kultivar Talenta, diameter tengah tongkol berkelobot tidak menunjukkan perbedaan meskipun taraf pemberian pupuk organik kascing ditingkatkan. Meskipun demikian, kultivar Talenta menghasilkan rata-rata diameter tengah tongkol tanpa kelobot lebih besar dibandingkan dengan kultivar Bonanza. Tabel 8. Rata-rata diameter tengah tongkol tanpa kelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
…………………………………cm……………………………… 2.82 a 3.06 a 3.23 a 3.20 a (A) (AB) (B) (B) Talenta 3.76 b 3.81 b 3.86 b 3.98 b (A) (A) (A) (A) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Bonanza
Faktor genetik serta faktor lingkungan sangat berperan penting bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur hara yang terdapat didalam tanah yang kemudian diserap oleh tanaman akan sinergis dengan hasil tanaman yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik kascing khususnya unsur hara kalium (K) sangat mempengaruhi tanaman dalam masa pengisian biji pada tongkol. Sehingga secara otomatis diameter tengah tongkol akan berkurang jika terjadi defisiensi unsur K pada tanaman (M. Fauzan, 2010).
10
Kandungan unsur hara K pada pupuk organik kascing yang digunakan berkisar 0,21 sampai 0,31% tergolong rendah ditambah lagi aplikasi takarannya sedikit. Unsur kalium penting untuk produksi dan penyimpanan karbohidrat, sehingga tanaman yang menghasilkan karbohidrat dalam jumlah tinggi mempunyai kebutuhan kalium yang tinggi pula (Lakitan, 1996). 4.2.5 Panjang Tongkol 4.2.5.1 Panjang Tongkol Berkelobot Hasil analisis statiatik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap panjang tongkol berkelobot. Secara mandiri kultivar menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol berkelobot. Tabel 9. Rata-rata panjang tongkol berkelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
Rata-rata
………………………………cm……………………………… Bonanza
21.12
21.81
22.06
23.74
22.18 a
Talenta Rata-rata
23.83 23.79 24.08 25.85 24.39 b 22.47 22.80 23.07 24.79 (A) (A) (A) (A) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada Tabel 9 di atas, terlihat bahwa kultivar memberikan pengaruh yang berbeda terhadap panjang tongkol berkelobot. Hal ini berkaitan dengan adanya interaksi antara faktor gen dari dalam tanaman itu sendiri dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Satsijati (1986), adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, maka akan menyebabkan perbedaan hasil, tergantung dari seberapa besar interaksi itu terjadi. Kultivar Talenta memiliki rata-rata panjang tongkol berkelobot 24.39 cm lebih panjang jika dibandingkan dengan kultivar Bonanza yang hanya memiliki rata-rata panjang 22,18 cm. Sedangkan takaran pupuk organik kascing tidak menunjukkan perbedaan terhadap panjang tongkol berkelobot. 4.2.5.2 Panjang Tongkol Tanpa Kelobot Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dan takaran pupuk organik kascing terhadap panjang tongkol tanpa kelobot. Kultivar menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap panjang tongkol tanpa kelobot tergantung pada takaran pupuk organik kascing yang diberikan. Semakin tinggi taraf pemberian pupuk
11
organik kascing, maka akan semakin tinggi pula panjang tongkol tanpa kelobot pada masingmasing kultivar. Tabel 10. Rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing Kultivar
Rata-rata kontrol
2 t ha
-1
3 t ha
-1
4 t ha
-1
……………………………cm…………………………… Bonanza
16.19
17.31
19.10
20.51
18.28 a
Talenta Rata-rata
17.95 19.02 20.97 22.31 20.06 b 17.07 18.16 20.03 21.41 (A) (B) (C) (D) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Pada Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa kultivar Talenta memiliki rata-rata panjang tongkol tanpa kelobot terpanjang yaitu 20,06 cm sedangkan kultivar Bonanza hanya 18,28 cm. Pada perlakuan kontrol serta taraf pemberian takaran pupuk organik kascing 2 t ha-1, 3 t ha-1 dan t ha-1 menujukkan pengaruh yang nyata berbeda terhadap panjang tongkol tanpa kelobot. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman jagung manis pada fase pertumbuhan buah dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan seperti cahaya matahari, unsur hara, CO2, ruang tumbuh (Lakitan, 1996). Tanah tempat tumbuh tanaman jagung manis hanya mampu menyediakan unsur hara makro dengan jumlah yang sedikit khususnya unsur hara N dan P yang berperan dalam pertumbuhan reproduktif tanaman. Unsur hara N dan P tersebut sangat penting dalam proses pengisian tongkol oleh biji yang nantinya akan berhubungan dengan panjang tongkol berisi yang dihasilkan. Menurut Marschner (1986) dalam Awalita dkk., (2006) mengungkapkan bahwa unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan unsur hara N tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara P dalam pembentukan bunga. Mimbar (1990) dalam Mega Sintia (2011), menyatakan bahwa pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang tongkol dan diameter tongkol jagung. Sedangkan peran unsur hara P dalam pembentukan bunga
mempengaruhi pembentukan dan ukuran tongkol, karena tongkol merupakan perkembangan dari bunga betina. 4.1.4 Bobot Tongkol 4.1.4.1 Bobot Tongkol Berkelobot Dari hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kultivar
dengan takaran pupuk organik kascing terhadap bobot tongkol berkelobot. Kultivar
12
menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap bobot tongkol berkelobot tergantung pada takaran pupuk organik kascing yang diberikan. Tabel 11. Rata-rata bobot tongkol berkelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
…………………………………..cm…………………………………….. 215.38 a 221.45 a 296.29 a 316.71 a (A) (A) (B) (C) Talenta 244.77 b 268.74 b 298.51 b 326.43 b (A) (B) (C) (D) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5% Bonanza
Pada Tabel 11 di atas, terlihat bahwa pada taraf pemberian takaran pupuk organik kascing yang sama kultivar Talenta menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar Bonanza. Pada kultivar Talenta semakin tinggi taraf pemberian pupuk organik kascing maka akan semakin tinggi pula bobot tongkol berkelobot yang dihasilkan dan berbeda nyata. Sedangkan pada kultivar Bonanza hasil bobot tongkol berkelobot akan meningkat ketika ketika taraf pemberian pupuk organik kascing 3 t ha-1dan 4 t ha-1. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa berbagai faktor yang dapat mempengaruhi fotosintesis seperti ketersediaan air, CO2, cahaya matahari, ketersediaan unsur hara dan suhu ditambah dengan umur dan genetika tumbuhan itu sendiri sehingga fotosintat yang dihasilkan akan sejalan dengan interaksi faktor-faktor tersebut. 4.1.4.2 Bobot Tongkol Tanpa Kelobot Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap bobot tongkol tanpa kelobot. Kultivar menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap bobot tongkol tanpa kelobot tergantung pada takaran pupuk organik kascing yang diberikan. Tabel 12. Bobot tongkol tanpa kelobot dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar Control
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
……………………………….cm………………………………….. 158.57 b 159.64 a 171.05 a 247.08 a (A) (A) (A) (B) Talenta 153.22 a 207.45 b 246.88 b 269.33b (A) (B) (C) (C) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Bonanza
13
Terlihat pada Tabel 12 di atas bahwa pada taraf pemberian takaran pupuk organik kascing yang sama rata-rata bobot tongkol tanpa kelobot umumnya kultivar Talenta lebih tinggi dibandingkan dengan kultivar Bonanza. Pada kultivar Bonanza, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan taraf pemberian pupuk organik kascing 4 t ha-1, tetapi antara perlakuan kontrol, 2 t ha-1 serta 3 t ha-1 takaran pupuk organik kascing tidak menunjukkan perbedaan. Pada kultivar Talenta, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan taraf pemberian pupuk organik kascing 2 t ha-1, 3 t ha-1 dan 4 t ha-1 , tetapi antara taraf pemberian pupuk organik kascing 3 t ha-1 dan 4 t ha-1 tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini erat kaitannya dengan taraf pemberian pupuk organik kascing yang akan menimbulkan respon yang berbeda terhadap jumlah unsur hara yang diserap oleh tanaman jagung manis khususnya pada fase pengisian biji Menurut Taslim dkk., (2001), secara teoritis faktor yang mempengaruhi reproduksi tanaman salah satunya adalah kultivar, ketinggian tempat, suhu, curah hujan dan unsur hara. 4.2.7 Hasil Tongkol Berkelobot per Petak dan Konversi per Hektar Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap hasil tongkol berkelobot. Demikian pula secara mandiri kultivar dan takaran pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tongkol berkelobot per petak. Tabel 13. Rata-rata hasil tongkol berkelobot per petak (kg/petak) dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran pupuk organik kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
Rata-rata
………………………………..kg………………………….. 6.29 6.71 9.04 7.45 7.37 a 8.88 10.07 9.72 11.43 10.02 a 7.58 8.39 9.38 9.44 (A) (A) (A) (A) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Bonanza Talenta Rata-rata
Tabel 14. Rata-rata hasil tongkol berkelobot per petak yang dikonversi dalam hektar (ton) dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Takaran Pupuk Organik Kascing
Kultivar kontrol
2 t ha-1
3 t ha-1
4 t ha-1
Rata-rata
……………………………..t ha-1………………………. Bonanza
10.07
10.73
14.47
11.92
11.80
Talenta
14.21
16.11
15.56
18.29
16.04
Rata-rata
12.14
13.42
15.02
15.10
14
Pada Tabel 13 dan Tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa baik kultivar maupun taraf pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil tongkol berkelobot per petak. Nilai rata-rata hasil bobot tongkol berkelobot per petak tertinggi yaitu pada kultivar Talenta dengan hasil 10,02 kg jika dikonversikan ke hektar hasilnya mencapai 16,04 t ha-1. Hasil yang dicapai belum sesuai dengan potensi hasil pada deskripsi tanaman yang mencapai 18 sampai 25 t ha-1 (Lampiran 4). Pada kultivar Bonanza rata-rata hasil bobot tongkol berkelobot per petak 7,37 kg dan jika dikonversikan ke hektar hasilnya mencapai 11,80 t ha-1 dan hasil yang dicapai belum sesuai dengan potensi hasil pada deskripsi tanaman yang mencapai 33 sampai 34,5 t ha-1. 4.2.8 Hasil Tongkol Tanpa Kelobot per Petak dan Konversi per Hektar Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap bobot tongkol tanpa kelobot. Demikian pula secara mandiri kultivar dan takaran pupuk organik kascing tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap bobot tongkol tanpa kelobot per petak. Tabel 15. Rata-rata bobot tongkol tanpa kelobot per petak (kg/petak) dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Kultivar
Bonanza
Takaran pupuk organik kascing kontrol 2 t ha-1 3 t ha-1 4 t ha-1 ……………………………kg………………………….. 4.61
4.83
5.27
Rata-rata
5.91
5.15 a
Talenta Rata-rata
5.54 7.77 8.26 9.35 7.73 a 5.08 6.30 6.76 7.63 (A) (A) (A) (A) Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf besar yang sama (arah horizontal) dan huruf kecil yang sama (arah vertikal) tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Tabel 16. Rata-rata bobot tongkol tanpa kelobot per petak yang dikonversi dalam hektar (ton) dua kultivar jagung manis pada berbagai takaran pupuk organik kascing. Kultivar
Takaran Pupuk Organik Kascing kontrol 2 t ha-1 3 t ha-1 4 t ha-1 ………………………………t ha-1………………………….
Rata-rata
Bonanza
7.38
7.72
8.43
9.46
8.25
Talenta
8.87
12.44
13.22
14.96
12.37
Rata-rata
8.13
10.08
10.83
12.21
Dari Tabel 14 terlihat bahwa perbedaan kultivar maupun taraf pemberian pupuk organik kascing tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil tongkol tanpa kelobot per petak.
15
Nilai rata-rata hasil bobot tongkol tanpa kelobot per petak tertinggi yaitu pada kultivar Talenta dengan hasil 7,73 kg jika dikonversikan ke hektar hasilnya mencapai 12,37 t ha-1. Taraf pemberian pupuk organik kascing 4 t ha-1 memberikan hasil paling tinggi diantara perlakuan lainnya yaitu mencapai 12,21 t ha-1. Produksi yang dihasilkan oleh kultivar Bonanza maupun Talenta belum menunjukkan hasil yang optimum. Hal ini disebabkan, taraf pemberian pupuk organik kascing masih kurang sehingga unsur hara yang disumbangkan oleh pupuk organik kascing belum mampu mencapai pertumbuhan yang optimal. Menurut Sutoro, Soelaeman dan Iskandar (1988) menyatakan bahwa tanaman jagung merupakan tanaman yang responsif terhadap unsur hara. Unsur hara akan saling berkaitan dengan pemupukan. Pemupukan sangat penting karena dapat menentukan tingkat pertumbuhan dan hasil baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Produksi yang tinggi berhubungan dengan unsur hara tersedia serta mencukupi selama fase pertumbuhan. Terpenuhinya kebutuhan akan unsur hara, cahaya dan air menjadikan hasil fotosintesis akan terbentuk dengan baik. Fotosintat yang dihasilkan akan ditransfer dan disimpan dalam biji pada saat pengisian biji. Hal ini disebabkan oleh unsur yang diserap oleh tanaman akan dipergunakan untuk pembentukan protein, dan lemak yang nantinya akan disimpan dalam biji. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari kultivar unggul tersebut tidak akan tercapai (Safruddin dkk., 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Terjadi interaksi antara kultivar dengan takaran pupuk organik kascing terhadap jumlah tongkol per petak, serta bobot tongkol baik bobot tongkol berkelobot maupun bobot tongkol tanpa kelobot. 2) Kultivar berpengaruh terhadap jumlah tongkol per petak, diameter tengah tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol berkelobot dan tanpa kelobot, serta bobot tongkol berkelobot dan tanpa kelobot. Sedangkan takaran pupuk organik kascing berpengaruh terhadap tinggi tanaman 45 dan 60 hari setelah tanam, luas daun, jumlah tongkol per petak, diameter tengah tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol tanpa kelobot, bobot tongkol berkelobot
16
serta bobot tongkol tanpa kelobot. Pemberian takaran pupuk organik kascing yang dicoba menunjukkan bahwa takaran pupuk organik kascing 4 t ha-1 memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot tongkol berkelobot pada kultivar Talenta yaitu 16,04 t ha-1 dibandingkan dengan kultivar Bonanza yaitu 11,80 t ha-1. Namun, pemberian takaran pupuk organik kascing yang dicoba belum mampu menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang optimum berdasarkan potensi hasil dari masing-masing kultivar. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis menyarankan : 1) Untuk budidaya jagung manis di Kampung Batu Numpuk Desa Mekar Jaya Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung disarankan menanam kultivar Talenta. 2) Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut penggunaan pupuk organik kascing dengan peningkatan takaran diatas takaran yang telah dicoba terhadap berbagai kultivar lain pada agroekosistem yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, D. 2005. Pengaruh Pupuk Organik Bokashi, Kascing, Pupuk Kandang Sapi, Domba, dan Ayam terhadap Populasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis) pada Tanaman Kentang di Rumah Kaca. Skripsi. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Padjadjaran. Bandung. Agus Zainudin. 2005. Respon Tiga Varietas jagung Manis (Zea mays Sacharata Sturt) Terhadap perlakuan Pupuk Organik.Jurnal Gamma Volume I, Nomor I, September 2005: 69-75. Awalita, M , Sri Darmanti dan Sarjana Parman. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIV, No. 2, Oktober 2006. Badan Kerja Sama Universitas Wilayah Barat. 2006. Dasar Agronomi. Badan Kerja Sama Universitas Wilayah Barat, Palembang. Hal. III-65. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Penanaman Jagung Rapat Dwifungsi Penyedia Pakan dan Jagung Pipilan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Yogyakarta.
17
Dahlia Simanjuntak. 2004. Manfaat Pupuk Organik Kascing Dan Cendawan Mikoriza Arbuskula (Cma) Pada Tanah Dan Tanaman. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 2, Nomor 1, April 2004: 1-3 5. Hakim,N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta. Mashur.
M.
2001. Vermikompos (Kompos Cacing http://kascing.com/article/mashur/vermikompos-kompos-cacing-tanah. tanggal 22 April 2013.
Fauzan. 2010. Gejala Defisiensi Unsur Hara Tanaman http://kesuburankelasb.blogspot.com/2010/10/gejala-defisiensi-unsur-harapada.html. Diakses tanggal 25 November 2013.
Tanah). Diakses
Jagung.
M. Syukur dan Azis Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. Megi Sintia. 2011. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Jerami Padi dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Oktarina, H. 2007. Pengaruh Campuran Kascing dengan Media Semai Tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap Penyakit Rebah Semai (Rhizoctonia solani Kuhn.) di Rumah Kaca. Jurnal Agrista. 11 (3): 167-173. Palungkun. 1999. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rabellus. Penebar Swadaya. Premono, E dan Widiyati. 2000. Kompos dan Pupuk Hijau Sebagai Pupuk Organik. Majalah Penelitian Gula No.449 vol.XXXV. Jakarta. Rahmat Rukmana. 1997. Budidaya dan Pascapanen Jagung Manis. CV. Aneka Ilmu. Semarang. Roesmarkam, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Rubatzky, V. E. and Yamaguchi. 1995. World Vegetables. Van Nostrand Reinhold a Division of International Thompson Publishing. Safruddin, Nurhayati dan Ratna Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh J. Floratek 7: 107 – 114. Salisbury, F.B & Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung. ITB.
18
Satsijati, Darliah dan Sunaryono H, 1986. Penelitian daya hasil kacang panjang (vigna sinensis). Buletin Panelitian. Hortikultura XIVedisi khusus (1 balithort Lembang). Bandung. Suryana, A., D.S Damardjati; Subandi, K. Kariyono, Zubachtirodin, S. Saenong. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. 51 hal. Sutejo, M.M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. Sutoro, Y., Soelaeman dan Iskandar, 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Bogor. Taslim, H., Sutjipto P., Subandi. 2001. Pemupukan Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Tri Mulat, SP. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia. Depok. Tri Wibowo. 2012. http://www.aktual.co/ekonomibisnis/004600ugm-kembangkan-varietasjagung-manis-hibrida. Diakses 25 November 2013. Untung Suwahyono. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. William,C.N. J.D. Uzo dan W.JH. Peregrine 2003. Produksi Sayuran Daerah Tropika. Zahid, A. 1994. Manfaat Ekonomis Dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kotoran Ternak Sapi Menjadi Kascing. Studi Kasus Di PT. Pola Nusa Duta, Ciamis. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, pp. 6 –14. Zulkarnain. 2013. Budidaya sayuran Tropis. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
19