Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |1
TAKARAN BAHAN ORGANIK BLOTONG TEBU TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays var. saccharata Sturt)
Fauzi Fachdarisman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga didapat 15 plot perlakuan. Kelima perlakuan tersebut adalah : 0 ton blotong/ha kontrol (B0),5 ton blotong/ha setara dengan 0,5 kg/m2 (B1), 10 ton blotong/ha setara dengan 1 kg/m2 (B2), 15 ton blotong/ha setara dengan 1,5 kg/m2 (B3), 20 ton blotong/ha setara dengan 2 kg/m2 (B4). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian bahan organik blotong tebu sampai 20 ton/ha tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Tinggi Tanaman, Total Luas Daun, Ideks Luas Daun, Umur Silking (50 % tanaman telah keluar rambut), Umur Teasseling (50% tanaman telah keluar tasel), Panjang Tongkol, Lingkar Tongkol, Jumlah Biji/Tongkol, Berat Tongkol Segar/Batang, Berat Tongkol Berklobot/Plot, Berat Tongkol Tanpa Klobot/Plot, Berat Tongkol/ha. Hal ini di sebabkan karena lahan tempat penelitian cukup baik sehingga pengaruh pemberian bahan organik tidak nyata, disarankan untuk mencoba penelitian pada lahan dan takaran yang berbeda. PENDAHULUAN Jagung manis (Zea mays var. saccharata Sturt) dengan nama sweet corn merupakan jenis jagung yang baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Jagung manis semakin populer dan dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih harum, dan kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa, serta aman dikonsumsi bagi penderita diabetes karena mengandung gula sukrosa dan rendah lemak. Keistimewaan lain yang dimiliki jagung manis adalah biji, dari butiran jagung lebih khas, tidak lembek dan memiliki serat yang tidak terlalu liat. Hal ini menyebabkan jagung manis banyak digemari kalangan menengah ke atas dan masyarakat perkotaan sehingga banyak ditemukan di pasar swalayan (Putri, 2011). Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung manis memiliki nilai ekonomi, beberapa bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan diantaranya, batang, daun muda untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering sebagai pengganti kayu bakar, buah jagung muda
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |2
untuk sayuran, bakwan dan berbagai macam produk olahan lainya (Parwono dan Hartono, 2007). Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (2012), selama kurun waktu empat tahun terakhir ( 2009-2012) produksi jagung manis di Sumatera Barat cendrung tidak stabil atau mengalami penurunan mulai dari 351,843 ton/tahun, 341,795 ton/tahun, 354,262 ton/tahun, 327.086 ton/tahun. Direktotar Jendral Perdagangan Dalam Negeri (2012) menyatakan untuk memenuhi kebutuhan jagung dipenuhi dari impor sebesar 2,5 juta ton pada tahun 2012 dan dirasakan masih kurang memadai. Rendahnya produksi tanaman jagung manis disebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah, dan semakin kurangnya lahan produktif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki kesuburan tanah, dengan pemberian bahan organik. Pengembalian bahan organik topsoil kedalam tanah adalah hal yang mutlak dilakukan, untuk mempertahankan kesuburan lahan pertanian agar tetap produktif (Musnamar, 2003). Salah satu bahan organik yang berpotensi berasal dari limbah industri gula berupa blotong tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik. Blotong mempunyai potensi besar untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Subagio dan Murwandono, 1991). Blotong adalah limbah pabrik gula yang berbentuk lumpur berwarna gelap yang sering dibuang dan belum sepenuhnya dimanfatkan secara optimal sehingga menimbulkan polusi udara, Menurut Prawirosemadi (1990) dan Damayanti (1991) blotong yang telah dikeringkan dapat digunakan untuk pemupukan tanaman karna mengandung unsur hara. Fadjari (2009) menyatakan blotong kering dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah. Analisis kimia blotong: pH= 7.53, Karbon (C) = 26.51%, Nitrogen (N) = 1.04 %, Nisbah C/N = 25.62, Fosfat (P2O5) = 6.142 %, Kalium (K2O) = 0.485 %, Natrium (Na2O) = 0.082 %, Kalsium (Ca) = 5.785 %, Magnesium (Mg) = 0.419 %, Besi (Fe) = 0.191 %, Mangan (Mn) = 0.115 %. Sebagaimana di laporkan oleh Prawirosemadi (1990) dan Damayanti (1991) Pemberian bahan organik blotong tebu mencapai 40 ton/ ha nyata meningkatkan tinggi tanaman tebu, jumlah batang per rumpun, diameter batang dan bobot kering tebu, penelitian pemberian bahan organik blotong tebu pada tanaman pertanian telah
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |3
dilakukan pada tanaman tebu. Namun demikian hasil penelitian pemanfaatan blotong tebu pada tanaman pangan termasuk tanaman jagung belum digunakan, untuk itu perlu dilakukan penelitian Takaran Bahan Organik Blotong Tebu terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata sturt). BAHAN DAN METODE Penelitian telah dilakukan di lahan sawah, Kelurahan Korong Gadang, Kecamatan Kuranji Padang Sumatra Barat, dengan ketinggian tempat ± 30 m dpl, dimulai sejak bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis Varietas SUGAR 75, Blotong Tebu, Urea, SP36, KCl, fungisida, insektisida, herbisida. Alat-alat yang digunakan antara lain parang, cangkul, gembor, tali plastik, rol atau meteran, hand sprayer ukuran 1 liter, timbangan analitik, alat tulis, kalkulator, gunting, pisau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga didapat 15 plot perlakuan. Kelima perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : 0 ton blotong/ ha kontrol (B0), 5 ton blotong/ ha (B1), 10 ton blotong/ ha (B2), 15 ton blotong/ ha (B3), 20 ton blotong/ha ( B4). Hasil data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan uji F, jika F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel 5% Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Bahan limbah blotong tebu yang di gunakan diperoleh dari pabrik gula PTPN II (Kwala Madu Tandam Hilir) Medan Sumatra Utara. Blotong tebu yang telah diambil dari tempat penumpukan blotong, kemudian dikering anginkan di atas terpal plastik sampai kering. Blotong tebu diberikan sebelum penanaman dengan takaran (B0) = 0 ton blotong/ha (kontrol), (B1) = 5 ton blotong/ha, (B2) = 10 ton blotong/ha, (B3) = 15 ton blotong/ha, (B4) = 20 ton blotong/ha, dengan ukuran plot 240 cm x 160 cm. Pemberian pupuk dasar N, P dan K diberikan setengah rekomendasi dari yang ditentukan, Urea 125 kg/ha setara, SP36 37.5 kg/ha, KCL 25 kg/ha, pemupukan Urea diberikan setengah bagian pada saat 4 hari sesudah penanaman dengan cara larikan dan setengah bagian lagi diberikan saat penyiangan serta pembumbunan pada tanaman ber umur 45 hari.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |4
Penanaman dilakukan satu minggu setelah aplikasi perlakuan blotong tebu, dengan jarak tanam 40 x 60 cm, benih jagung manis yang digunakan adalah Varietas SUGAR 75.
Penjarangan dilakukan pada umur tanaman satu minggu setelah tanam.
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan dan pembumbunan. serta pengendalian hama penyakit. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 75 hari atau biji sudah terisi penuh dan berwarna kuning muda, ciri-ciri lainnya rambut tongkol telah mencapai panjang 2-3 cm dan jika biji dipencet akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu, pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai tongkol. Parameter yang diamati adalah Tinggi Tanaman, Total Luas Daun, Ideks Luas Daun, Umur Silking (50 % tanaman telah keluar rambut), Umur Teasseling (50% tanaman telah keluar tasel), Panjang Tongkol, Lingkar Tongkol, Jumlah Biji/Tongkol, Berat Tongkol Segar/Batang, Berat Tongkol Berklobot/Plot, Berat Tongkol Tanpa Klobot/Plot, Berat Tongkol/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Tinggi tanaman jagung pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu. Takaran blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20 KK = 6.70
Tinggi Tanaman (cm) 201.78 198.33 222.33 196.67 220.33
Pada Tabel 1 terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman yaitu berturut-turut dari tertinggi 222.33 cm (10 ton/ha), 220.33 cm (20 ton/ha), 201.78 cm(0 ton/ha), 198.33 cm (5 ton/ha), 196.67 cm (15 ton/ha). Tidak adanya pengaruh bahan organik blotong tebu terhadap tinggi tanaman diduga bahwa lahan bekas tanaman padi sawah ditempat penelitian sudah cukup subur, dibuktikan dari hasil tinggi tanaman. Lahan sawah yang ditanami padi pada umumnya tergenang dan mempunyai pH cendrung rendah (masam), hal ini membuat unsur hara terikat koloid tanah dan kurang tersedia bagi tanaman. Pada saat lahan sawah dikeringkan untuk ditanam jagung pH akan cendrung meningkat dan unsur hara akan terlepas dari koloid tanah dan lebih tersedia untuk tanaman, dengan pengelolaan, drainase dan airase yang cukup tanah akan
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |5
menyokong sifat fisik yang lebih baik sehingga unsur hara akan lebih mudah terserap akar sebagai mana yang telah disampaikan Danarti (1992) pertumbuhan tinggi tanaman jagung tidak terlepas dari sifat fisika tanah yang mampu menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan akar. Dengan sifat fisika tanah yang lebih baik maka ketersedian air, unsur hara yang ada akan lebih mudah diserap oleh akar tanaman dan mampu menstimulir tinggi tanaman. Hubungan antara pemberian takaran blotong tebu dengan
Tinggi tanaman (cm)
tinggi tanaman jagung disajikan pada Gambar 1. 250 200 150
0 ton/ha
100
5 ton/ha
50
10 ton/ha
0
15 ton/ha 2
3
4
5
6
7
8
20 ton/ha
Minggu setelah tanam (MST)
Gambar 1. Hubungan antara perlakuan dengan tinggi tanaman jagung pada umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST. Pada Gambar 1 dilihat bahwa pemberian takaran blotong tebu 0,5,10,15, dan 20 ton/ha menunjukan pertumbuhan yang relatif seragam pada tinggi tanaman hingga 8 MST. Hasil 8 MST terlihat pada grafik adanya perbedan tinggi tanaman pada dosis 20 dan 10 ton/ha namun dianalisisa secara statistik tidak memberikan pengaruh yang nyata, diduga ketersediaan unsur hara pada tanah telah tersedia sehingga penyerapan unsur hara pada tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung dengan baik. Tabel 2. Total luas daun terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20 KK = 8.56
Total Luas Daun (cm2) 4952.31 5458.35 5001.74 5261.71 5914.15
Pada Tabel 2 terlihat bahwa takaran beberapa bahan organik blotong berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun yaitu berurut dari total luas daun
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |6
tertinggi 5914.15 cm2 (20 ton/ha), 5458.35 cm2 (5 ton/ha), 5261.71 cm2 (15ton/ha), 5001.74 cm2 (10 ton/ha), 4952.31 cm2 (0 ton/ha). Tidak adanya pengaruh bahan organik blotong tebu terhadap total luas daun, disebabkan oleh faktor genetik
yang lebih
dominan dibanding dengan faktor lingkungan. Daun merupakan salah satu organ vegetatif yang pertumbuhan terbatas baik dari sisi ukuran maupun jumlah. Gardner, Pearce dan Mitchell (1981), daun memiliki sel yang terbatas pertumbuhannya setelah mencapai ukuran tertentu maka daun tidak lagi bertambah ukuran tumbuhnya.
Terbatasnya pertumbuhan daun tidak terlepas dari
peranan faktor genetik dan lingkungan. Hubungan antara takaran bahan organik blotong tebu dengan total luas daun
Luas daun (cm2)
disajikan pada Gambar 2. 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
0 ton/ha 5 ton/ha 10 ton/ha 15 ton/ha 4
6
8
20 ton/ha
Minggu setelah tanam (MST)
Gambar 2. Hubungan antara perlakuan dengan total luas daun pada umur 4, 6 dan 8 MST. Tabel 3. Indeks luas daun (ILD) terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran Blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20 KK = 8.60
Indeks Luas Daun 2.06 2.27 2.08 2.19 2.46
Pada Tabel 3 dapat dilihat takaran bahan organik blotong tebu terhadap indeks luas daun tanaman jagung manis diurut berdasarkan yang tertinggi 2.46 (20 ton/ha), 2.27 (5 ton/ha), 2.19 (15 ton/ha), 2.08 (10 ton/ha), 2.06 (0 ton/ha). memberikan
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |7
pengaruh tidak nyata terhadap indeks luas daun (ILD) diduga lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman bila dibanding dengan faktor lingkungan. Indeks luas daun (ILD) sudah sesuai menurut pertumbuhannya, hal ini didukung oleh pertumbuhan tinggi tanaman yang juga normal dan tidak kerdil, takaran bahan organik blotong tebu 0 kg/ha menunjukan bahwa indek luas daun juga mencapai pertumbuhan normal. Seperti yang telah dijelaskan Jasmaniar (2006) bahwa secara fisiologi pertumbuhan daun terbatas, apa bila telah mencapai ukuran maksimal. Hubungan antara perlakuan bahan organik blotong tebu dengan indeks luas daun (ILD)
Indeks Luas Daun (ILD)
disajikan pada Gambar 3. 3 2,5 2
0 ton/ha
1,5
5 ton/ha
1
10 ton/ha
0,5
15 t0n/ha
0 4
6
8
20 ton/ha
Minggu setelah tanam (MST)
Gambar 3. Hubungan antara perlakuan dengan indeks luas daun (ILD) pada umur 4,6 dan 8 MST. Berdasarkan Gambar 3, hasil pengamatan ILD jagung manis di atas dapat dilihat bahwa ILD tanaman jagung manis mengalami peningkatan yang baik pada 4 MST, 6 MST dan 8 MST sesuai dengan data yang didapat dari hasil total luas daun, maka didapat bentuk grafik yang relatif sama. Pemberian perlakuan 0,5,10,15 dan 20 ton memiliki ILD yang relatif sama baiknya, maka secara analisis statistik menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap pemberian bahan organik blotong tebu terhadap ILD tanaman jagung manis. Tabel 4. Umur tasseling (50% tanaman telah keluar tassel) terhadap pemberian beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran Bahan Organik (ton/ha) 0 5 10 15
Umur taseing 50% (hari) 48.67 47.33 48.33 48.00
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |8
20
47.67
KK = 2.74 Tabel 4 menyajikan bahwa takaran bahan organik blotong tebu tidak berpengaruh terhadap umur tasseling (50% telah keluar tasel) berturut dari umur yang dahulu mengeluarkan tasel yaitu 47.33 hari (ton/ha), 47.67 hari (ton/ha), 48.00 har (ton/ha), 48.33 hari (10 ton/ha), 48.67 hari (ton/ha), umur muncul bunga jantan tidak dipengaruhi oleh pemberian takaran blotong tebu hingga 20 ton/ha. Beberapa takaran blotong juga tidak mampu mempercepat munculnya bunga jantan, demikian pula terlihat bahwa blotong tebu tidak memperlambat munculnya bunga jantan disebabkan faktor genetik lebih dominan pengaruhnya terhadap munculnya bunga jantan. Hal ini disebabkan karena blotong masih belum tersedia secara optimal dalam memacu munculnya bunga jantan, disebabkan blotong merupakan bahan organik yang lambat tersedia. Sama halnya peranan blotong terhadap komponen pada fase vegetatif dari masa pertumbuhan tanaman yang belum juga terlihat berpengaruh nyata. Hal tersebut dijelaskan oleh Fadjari (2009) bahwa blotong mengandung unsur hara makro maupun mikro. Blotong memiliki efek residu lebih lama didalam tanah, dan menyediakan hara bagi tanaman lebih lama dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Tabel 5. Umur silking (50 % telah keluar rambut) terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran Blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20 KK = 2.86
Umur Silking 50% (hari) 50.67 49.00 50.33 50.00 49.67
Tabel 5 memperlihatkan pemberian beberapa takaran bahan organik blotong tebu memberikan berpengaruh tidak nyata terhadap umur silking (50% telah keluar rambut) tanaman jagung manis diurutkan mulai tanaman yang dahulu mengeluarkan rambut (silking) yaitu 49.00 hari (5 ton/ha), 49.67 hari (20 ton/ha), 50.00 hari(15 ton/ha), 50.33 hari (10 ton/ha) dan 50.67 hari(0 ton/ha), Umur muncul bunga betina menentukan cirinya tanaman akan memasuki fase generatif. Tidak adanya pengaruh nyata pada perlakuan bahan organik blotong tebu terhadap munculnya bunga betina diduga lebih besarnya kecendrungan faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P age |9
Ermi (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman jagung dari waktu berkecambah sampai keluarnya malai dan rambut merupakan suatu priode yang sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik tanaman jagung tersebut. Secara umum bunga akan muncul terlebih dahulu yang jantan kemudian di ikuti oleh keluarnya bunga betina berselang waktu 2- 3 hari kmudian, hal ini mencirikan dari sifat genetik tanaman tersebut lebih umum terjadinya penyerbukan silang. Tabel 6. Panjang tongkol akibat pemberian takaran bahan organik blotong tebu Takaran Blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20 KK = 8.19
Panjang Tongkol (cm) 17.66 19.50 18.85 18.78 21.33
Tabel 6 terlihat bahwa pemberian takara bahan organik blotong tebu menghasilkan panjang tongkol relatif sama, panjang tongkol berukuran antara 1721cm, tongkol terpanjang yaitu 21.33 cm (20 ton/ha), 19.50 cm (5 ton/ha), 18.85 cm (10 ton/ha), 18.78 cm (15 ton/ha) dan 17.66 cm(0 ton/ha) Hal ini disebabkan panjang tongkol yang dihasilkan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tersedianya hara yang cukup. tetapi juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Menurut Gardner, pearce dan Mitchell (1991) menyatakan pertumbuhan buah menuntut nutrisi yang banyak, sehingga terjadi mobilisasi dari bagian vegetatif ke tongkol dan biji pada tanaman jagung. Persentase nitrogen, fosfor dan kalium pada batang dan daun jagung memuncak setelah terbentuknya rambut dan menurun lagi dengan pembentukan biji. Oleh karena itu pertumbuhan tongkol setelah terbentuknya rambut, tidak lagi mengalami pertumbuhan yang meningkat meskipun terjadi meningkatnya hara, karena hara yang tersedia cendrung mengarah pada pembentukan dan pengisian biji. Oleh sebab itu tongkol yang dihasilkan relatif sama. Tabel 7. Lingkar tongkol terhadap takaran bahan organik blotong tebu Takaran Blotong (ton/ha) 0 5 10 15 20
Lingkar Tongkol (cm) 20.08 19.67 19.66 20.17 19.42
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 10
KK = 7.76 Tabel 7 menunjukkan takaran bahan organik blotong tebu menunjukan pengaruh tidak nyata terhadap lingkar tongkol yang relatif sama diurut mulai lingkar tongkol yang tertinggi yaitu 20.17 cm (15 ton/ha), 20.08 cm (0 ton/ha), 19.67 cm (5 ton/ha), 19.66 cm (10 ton/ha), dan 19.42 cm (20 ton/ha), pengaruh yang tidak nyata terhadap lingkar tongkol jagung diduga tidak terlepas dari faktor-faktor lain seperti faktor genetik dan lingkungan. Selain itu pertumbuhan lingkar tongkol sangat tergantung pada suplai hara yang diperlukan. Kebutuhan hara untuk pembentukan tongkol yang cukup tersedia, menyebabkan pertumbuhan tongkol akan mencapai pertumbuhan optimal.
Setelah
mencapai pertumbuhan optimal dengan kondisi lingkungan yang optimal, lingkar tongkol jagung tidak akan mengalami pertambahan yang cukup nyata. Hasil penelitian Dongoran (2009) dengan penggunaan pupuk organik cair juga tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tongkol jagung dengan lingkar tongkol yang dihasilkan 15,71 cm sampai 18,41 cm. dilihat dari lingkar tongkol yang dihasilkan masih berada pada kisaran yang baik. Tabel 8. Jumlah biji/tongkol pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran blotong ton/ha 0 5 10 15 20 KK = 11.00
Jumlah biji/tongkol 512.67 557.56 538.44 529.11 541.44
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji/tongkol yaitu diurutkan dari jumlah biji yang terbanyak 557.56 biji (B1), 541.44 biji (B4), 538.44 biji (B2), 529.11 biji (B3), dan 512.67 biji (B0) tidak adanya pengaruh beberapa takaran bahan organik blotong tebu terhadap jumlah biji/tongkol, diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu yang optimum, keadan lingkunga dan faktor genetik. Suprapto dan Marzuki (2002) menyatakan selama pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 230C-270C, suhu panas dan lembab sangat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada priode tanam sampai pada fase produktif terutama sampai akhir pembuahan akan menghasilkan hasil yang baik pula.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 11
Tabel 9. Berat tongkol segar berklobot/batang terhadap pemberian takaran bahan organik blotong tebu Takaran blotong ton/ha 0 5 10 15 20 KK = 33.53
Berat tongkol segar berklobot/batang (gr) 335.84 374.27 386.15 570.48 446.10
Pemberian beberapa takaran bahan organik blotong tebu menunjukan angka yang berbeda terhadap tinggi tanaman berturut-turut dari jumlah berat yang tertinggi 570.48 gr (B3), 446.10 gr (B4), 386.15 gr (B2), 374.27 gr (B1),
335.84 gr (B0)
namun analisa statistik tidak menunjukan perbedan yang nyata. Hal ini diduga bahwa kebutuhan hara P pada tanah telah tercukupi oleh adanya pemupukan padi sawah yang dilakukan pada areal persawahan yang digunakan untuk penelitian ditinjau dari jumlah biji yang dihasilkan cukup baik. Terpenuhinya unsur hara N, P dan K dalam tanah menyebabkan tidak adanya perlakuan yang berbeda nyata. Hal ini sesuai menurut Tisdale dan Nelson (1995) bagi tanaman biji-bijian unsure P diperlukan untuk pertumbuhan dan hasil yang baik. Terpenuhinya kebutuhan P yang berasal dari dalam tanah untuk membentuk biji, maka beberapa takaran bahan organik blotong tebu tidak lagi memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat tongkol berklobot/batang. Tabel 10. Berat tongkol berkelobot/plot terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu. Takaran blotong ton/ha 0 5 10 15 20 KK = 15.75
Berat tongkol berklobot/plot (gr) 5373.49 5988.37 6178.38 5785.15 7137.65
Pada Tabel 10, terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh tidak nyata terhadap berat tongkol berklobot/ plot yaitu berturut-turut dari jumlah yang tertinggi : 7137.65 gr (B4), 6178.15 gr (B2), 5988.37 gr (B1), 5373.49 gr (B0) dan 5785.49 gr (B3), beberapa takaran bahan organik blotong tebu belum memberikan
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 12
pengaruh yang efektif terhadap berat tongkol berklobot/plot diduga hal ini disebabkan oleh hasil berat tongkol/batang dan ukuran tongkol yang dihasilkan berpengaruh tidak nyata. Pembrian bahan organik blotong tebu tidak menunjukkan peningkatan komponen hasil tersebut, sehingga produksi berat tongkol beklobot/plot yang dihasilkan relatif sama. Azwar (1999) menyatakan bahwa berat tongkol berklobot/plot yang dicapai tidak terlepas dari komponen hasil yang baik pada diameter tongkol, jumlah biji/tongkol dan berat tongkol/batang. Tabel 11. Berat tongkol tanpa klobot/plot pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takaran blotong ton/ha 0 5 10 15 20 KK = 12.70
Berat tongkol tanpa berklobot/plot (gr) 243.40 277.88 280.97 260.91 295.00
Pada Tabel 11 terlihat bahwa takaran bahan organik blotong tebu berpengaruh tidak nyata terhadap berat tongkol tanpa klobot/ plot yaitu berturut-turut dari yang tertinggi 295.00 gr (B4), 280.97 gr (B2), 277.88 gr (B1), 260.91 gr (B3), 243.40 gr (B0) adanya pengaruh yang tidak nyata pada pemberian bahan organik blotong tebu terhadap parameter berat tongkol tanpsa klobot/ plot diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain faktor iklim, tanah dan lingkungan yang turut memempengaruhi namun faktor genetik dari masing-masing varietas. Sesuai dengan pendapat Hayani, Slameto, dan Sopandi (1999) bahwa masingmasing varietas mempunyai ciri khas tersendiri dan tergantung pada sifat genetik yang dikandung masing-masing varietas serta kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tempat tumbuh. Tabel 12. Berat tongkol/ha terhadap beberapa takaran bahan organik blotong tebu Takatan blotong ton/ha 0 5 10 15 20 KK = 15.75
Berat tongkol/ha (ton) 13.99 15.59 16.09 15.07 18.59
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 13
Tabel 12, menunjukkan bahwa pemberian blotong tebu tidak mampu meningkatkan berat tongkol/ha yaitu diurut dari hasil yang tertinggi 18.58 ton (B4), 16.09 ton (B2), 15.59 ton (B1), 15.07 ton (B3), dan 13.99 ton (B0) tidak adanya pengaruh yang nyata pada beberapa takaran bahan organik blotong tebu terhadap berat tongkol/ha.
Hal ini diduga unsur hara yang ada dalam blotong tebu belum dapat
dimanfatkan oleh tanaman dengan baik untuk memacu ukuran dan berat pada tongkol jagung, namun apabila dibandingkakan dengan jumlah yang dihasilkan oleh perlakuan tanpa blotong yang hanya mencapai 13.99 ton, blotong tebu dengan dosis 20 ton/ha mampu menghasilkan jagung manis sebesar 18.58 ton/ha. Mulyadi, (2000) melaporkan bahwa pemberian bahan organik blotong tebu nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah tanaman perrumpun, diameter batang, bobot kering tebu bagian atas berumur empat bulan, dosis efektif pengunaan blotong pada tanah ini skitar 40 ton/ha ditandai dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 58%, jumlah tanaman/rumpun sebesar 25%, diameter batang sebesar 31% dan bobot kering tanaman/ rumpun sebesar 25%, disbandingkan perlakuan tanpa blotong. Fadjari (2009) juga menyatakan hasil demikian disebabkan bahan organik blotong tebu yang digunakan pada penelitian ini belum matang secara kimia, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kandungan C/N (nisbah) pada blotong cukup tinggi yaitu 25.62 %. Apabila C/N tinggi pada bahan organik akan terjadi pengikatan unsur hara makro. KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian bahan organik blotong tebu sampai dengan 20 ton/ha belum memberikan berpengaruh nyata tehadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada semua parameter yang diamati. Namun hasil tanaman jagung memiliki pertumbuhan dan hasil yang cukup baik, diduga lahan yang digunakan sudah cukup subur. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Budidaya Tanaman Jagung Manis. Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang Kalimantan Selatan.(http://goalterzoko.blogspot.com/2010/ 05 /budidaya-jagung-manis.html www.wikipedia.com) Anonim. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial dan Ekonomi Sumatera Barat, Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Menurut Subround, 2009-2012. Badan Pusat Statistik.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 14
Anonim. 2006. Pelepasan Jagung Manis Hibrida SUGAR 73 Sebagai Varietas Unggul. Keputusan Mentri Pertanian No:123/Kpts/SR.120. Anonim. 2012 Menuju Swasembada Jagung Tahun 2014. Direktotat Jendral Tanaman Pangan Sumatera Barat. Azwar. 1999. Pengaruh Pupuk Kandang dan SP-36 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (zea mays L). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang 61 hal. Damayanti,V.E. 1991. Pengaruh Penggunaan Pupuk Kandang Ayam yang Dicampur Blotong terhadap Beberapa Sifat dan kimia Tanah Regosol dan Latosol. Skripsi jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UPN’Veteran” Yogyakarta. Danarti, S. Najiati. 1992 Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani. Penebar Produksi Jagung Direktorat Bina Produksi Jakarta. 67 Halaman. Dongoran. D. 2009 Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt.) terhadap Pemberian Pupuk Cair TFN dan Pupuk Kandang Ayam. Skripsi Faperta USU. Medan, 73 hal. Ermi. 1997. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan dan Peroduksi Jagung. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang. 44 hal. Fadjari. 2009. Memanfaatkan Blotong, Limbah Pabrik Gula. http://kulinet.com/ baca/ memanfaatkan-blotong-limbah-pabrik-gula/536. diakses 9 januari 2010 Gardner, F.P,R.B. Pearce. dan Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh Susilo. H. Universitas Indonesia Perss. 428 hal. Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta : AgroMedia Pustaka, 77 hal. Hartono, 2007. Bertanam Jagung Ungul. Penebar Suadaya, Depok, 65. Hayani, Slameto, dan Sopandi.1999 Kajian Dosis Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Jagung Hibrida dan Komposit di Sidorahayu. Lampung Selatan. dalam Prosiding Kongres Nasional VII HITI. Bandung. Skripsi S1 Universitas Tamansiswa Padang. 43 hal Jasmaniar. 2006 . Pengaruh Jenis Kompos dan Varietas Jagung terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.). Skripsi S1 Fakultas Pertanian Univesitas Tamansiswa Padang.40 hal. Mulyadi M. 2000. Kajian Pemberian Belotong dan Terak Baja pada Tanah Kondiudoxs Pelaihari dalam Upaya Memperbaiki Sifat Kimia Tanah, Serapan N, Si, P dan S Serta Pertumbuhan Tebu [Tesis], Bogor : Program Paska Sarjana IPB. 75 hal.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 15
Musnamar, E. I., 2003. Pupuk Organik Padat Pembuatan dan Aplikasi. Catatan I. Penebar Suadaya, Jakarta. Skripsi S1 Universitas Tamansiswa Padang. 52 hal Poehlman, 1997. Breeding Field Crops. Third Edition an AVI Book, New York. 140 hal. Prawirosemadi, M. 1990. Pengaruh Pupuk Orgaik blotong PG. Madukismo, dan Pupuk Kandang terhadap Produksi Gula di Lahan Cangkring Yogyakarta, PG3GI. Pasuruan, Program Paska Sarjana IPB. 75 hal. Purwono, M. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Suadaya, Depok. 32 hal. Putri, Sabriananda. 2011. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Pupuk Organik Cair Lengkap Biosugih Tehadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays saccharata Sturt). Skripsi S1 Universitas Andalas Padang, 63 hal. Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produk dan Gizi. Terjemahan Catur Harison. ITB-Press, Bandung. 29 hal. Rukmana, RH, 2007. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Skripsi UNIMED. Medan, 74 hal. Subagio, I dan Murwandono. 1991. Peranan Limbah Gula Sebagai Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tebu. Berita. P3GI. 10 (5) : 15 – 19. Suhadi, Sumojo, 1985 Penggunaan Blotong terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah Regosol Pasir Lampung. Pasuruan : P3GI . 5:31-33. Suprapto, Ir. H.S., 2000. Bertanam Jagung. Penebar Suadaya, Jakarta. Skripsi S1 IPB Bogor, 83 hal. Suprapto, H. S. dan A. R. Marzuki, 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Skripsi S1 IPB Bogor. 83 hal. Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta. 38 hal. Sutoro. 1985. Metode Pendugaan Luas Daun Tanaman Jagung (Zea mays L) Tesis Pacasarjana IPB, Bogor. 126 hal. Tedjowahjono S, Kurniawan Y. 1982 Masalah Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah Pabrik Gula dan Cara Pengendalian. BP3G, di Dalam : Proc. Pertemuan Teknis Tengah Tahunan 1, Pasuruan. 1800 hal. Tisdadale SL dan Nelson JD. 1975 Soil Fertility and Fertilizers 4th Ed. Mmacmilian Publisher. New York. 182 hal. Toharisman, Suhadi, Muliadi. 1991. Pemakaian Belotong Untuk Meningkatkan Kualitas Tebu di Lahan Kering. P3GI. di dalam : proc.Pertemuan Teknis TTI/1991. Perusahaan. 19 hal.
Universitas Tamansiswa padang
Fauzi Fachdarisman 1110005301055
Takaran Bahan Organik Blotong Tebu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays var. Saccharata Sturt.) P a g e | 16
Universitas Tamansiswa padang