perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKPER DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Gizi Minat Human Nutrition
Oleh :
DisusunOleh: ERNA SUSILOWATI NIM : S531208005
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR
Oleh Erna Susilowati NIM. S531208005
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Nama
Tanda tangan
Tanggal
Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si NIP 196402201990032001
…………
… Agustus 2014
Tonang Dwi Ardiyanto, dr. Sp.PK. Ph.D NIP 197405072000121002
………….
… Agustus 2014
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal …………………2014 Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si NIP 196402201990032001
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR
TESIS
Oleh Erna Susilowati S531208005 Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 14 Agustus 2014 Jabatan Ketua
Nama
Tandatangan
Dr. Budiyanti Wiboworini, dr. M.Kes.Sp.GK NIP.196507151997022001
Sekretaris
……………
Brian Wasita, dr. Ph.D NIP.197907222005011003
………….
Anggota Penguji Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si NIP 196402201990032001
……………..
Tonang Dwi Ardiyanto, dr. Sp.PK. Ph.D NIP 197405072000121002
…………..
Mengetahui: Direktur Program Pascasarjana
Ketua Program Studi lmu Gizi
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP. 196107171986011001
Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si NIP 196402201990032001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Sayamenyatakandengansebenar – benarnyabahwa : 1. Tesis yang berjudul :” PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN
DHARMA
HUSADA
KEDIRI”
iniadalahkaryapenelitiansayasendiridantidakterdapatkaryailmiah yang pernahdiajukanoleh orang
lain
untukmemperolehgelarakademiksertatidakterdapatkaryaataupendapat
yang
pernahditulisatauditerbitkanoleh orang lain, kecuali yang tertulisdenganacuan yang disebutkansumbernya,
baikdalamnaskahkarangandandaftarpustaka.
dalamnaskahtesisinidapatdibuktikanterdapatunsur makasayabersediamenerimasangsi,
–
Apabilaternyata
di
unsurplagiasi,
baikTesisbesertagelar
magister
sayadibatalkansertadiprosessesuaidenganperaturanperundang – undangan yang berlaku. 2. PublikasisebagianataukeseluruhanisiTesispadajurnalatau
forum
ilmiahharusmenyertakantimpengujisebagai author dan PPs UNS sebagaiinstitusinya. Apabilasayamelakukanpelanggarandariketentuanpublikasiini, makasayabersediamendapatkansanksiakademik yang berlaku
Surakarta, 14 Agustus 2014 Mahasiswa,
Erna Susilowati S531208005
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Erna Susilowati,2014.S531208005. Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Pada Mahasiswa AKPER Dharma Husada Kediri. TESIS. Pembimbing I:Dr. Diffah Hanim, Dra.M.Si. Pembimbing II:dr. Tonang Dwi Ardiyanto, Sp.PK.PhD. Program Studi Ilmu Gizi. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Latar Belakang: Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi dan perlu penanggulangan khusus dengan intervensi yang tepat. Kadar besi bagi remaja putri sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsinya melalui makanan, bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, cadangan zat besi dalam jaringan, ekskresi dan kekebalan tubuh. TujuanPenelitian ini untuk mengetahui pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan Randomized Control Trial pada populasi mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri. Subjek diambil secara simple random sampling sebanyak 40 mahasiswi dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 mahasiswi pada kelompok perlakuan A di beri suplementasi 1 tablet zat besi setiap haridan 20 mahasiswi pada kelompok perlakuan B diberi suplementasi 1tablet zat besi setiap minggu selama 6 minggu. Data anemia mahasiswa diperoleh dengan pengambilan sampel darah dan diperiksa profil darahnya di laboratorium Sam Husada Kediri. Data skor potensi akademik diperoleh dari tespotensi akademik BAPPENAS. Data asupan gizi diperoleh dari data food recall 24 jam dan diolah menggunakan nutria survei .Analisis data menggunakan uji paired t tes untuk mengetahui perubahan profil darah pada masing – masing kelompok, independen t test untuk mengetahui perbedaan profil darah antar kelompok dan uji Mann Whitney U test untuk mengetahui perbedaan skor TPA antar kelompok dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) Hasil:Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri sebesar 44,3%. Suplementasi besi dapat meningkatkan kadar profil darah kedua kelompok (p Hb = 0,000, p eritrosit = 0,000, p MCV = 0,000, p MCH = 0,013 dan p MCHC = 0,003) dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar profil darah antar kedua kelompok (p Hb= 0,661, p eritrosit = 0,250, p MCV = 0,413, p MCH = 0,76dan p MCHC = 0,5935). Pemberian suplementasizat besi 1 tablet setiap hari secara signifikan berpengaruh terhadap skor TPA (p = 0,037) sedangkan pemberian suplementasi zat besi 1 tablet setiap minggu tidak berpengaruh terhadap skor TPA (p = 0,075) Kesimpulan:.Pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah mahasiswi yang berumur 18 – 20 tahun secara statistic tidak bermakna, sedangkan terhadap skor TPA secara statistic signifikan (p= 0,037). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas faktor yang dapat mempengaruhi suplementasi zat besi dalam pencegahan anemia di AKPER Dharma Husada Kediri
Kata Kunci: Anemia, Suplementasi Besi, Mahasiswi, Profil darah,SkorTes Potensi Akademik
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Erna Susilowati, 2014.S531208005. The Effect of Iron Supplementation to the Blood Profile and to the score of Academic Potential Test in Dharma HusadaNursing Academy Kediri’s students. THESIS Supervisor I: Dr. DiffahHanim, Dra.M.Si. Supervisor II: dr. DwiTonangArdiyanto, Sp.PK.PhD. Nutritional Science Program. Post Graduate Program in “SebelasMaret University” Surakarta ABSTRACT Background: the prevalence of anemia in Indonesia is still high and special countermeasures with appropriate interventions. Iron levels for young women was greatly influenced by the number of consumption food, the part that is absorbed through the gastrointestinal tract, iron deposits in the tissues, excretion and body immunity. The purpose of this research are known the effect of iron supplementation on blood profile and scores of academic potential test in AKPER Dharma Husada Kediri. Methods: this research used experimental research with Randomized Control Trial Design. The subject taken by simple random sampling as much as 40 sample and are divided into 2 groups, Group A in treatment of 20 students give 1 tablet of iron supplementation every day and 20 students group B were given iron supplementation 1tablet each week for 6 weeks. The Data obtained by students taking anemia blood samples and checked his blood in the lab profile Sam Husada Kediri. Academic potential score from the tests of the academic potential of BAPPENAS. Nutrient intake from the 24-hour food recall and processed usednutri survey. Data analysis used the paired t test tests for changes in blood profile on each group, independent t test to tell the difference between groups and blood profile test Mann Whitney U test to tell the difference between groups with TPA score confidence level of 95% (α = 0.05). Results: prevalence of anemia in AKPER Dharma Husada of Kediri are 44.3%. Iron supplementation can increased the levels of blood profiles the two groups (p Hb= 0,000, p eritrosit = 0,000, p MCV= 0,000, p MCH = 0,013 dan p MCHC = 0,003) and no significant differences in the levels of blood profiles between the two groups (p Hb= 0,661, p eritrosit = 0,250, p MCV = 0,413, p MCH = 0,76, p MCHC = 0,5935). Iron supplementation 1 tablet per day significantly affect the score of academic potential (p = 0,037) while iron supplementation 1 tablet each week did not affect the score of academic potential (p = 0.075) Conclusion:. Comparison of iron supplementation by students aged 18 – 20 years old no difference in improved blood profiles. Iron supplementation every day or every week did affect the increase in test scores of academic potential. Further research needs to be done to clarify the factors that can affect the iron supplementation in the prevention of anemia in AKPER Dharma Husada Kediri. Keywords: Anemia, Iron Supplementation, blood Profiles, Score Academic Potential Tests
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas menyusun
tesis
dengan judul
“Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) pada Magister Ilmu Gizi. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan di Program Pasca Sarjana di UNS. 2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Dra. Diffa Hanim,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini. 4. dr. Tonang Dwi Ardiyanto,Sp.PK,PhD selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penelitian tesis ini. 5. Dr. Budiyanti Wiboworini,dr. M.Kes.Sp.GK dan dr. Brian Wasita,PhD selaku penguji tesis yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi sempurnanya tesis ini. 6. Mahasiswi yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini 7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Magister Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga. 8. Direktur Akper Dharma Husada Kediri yang telah memfasilitasi tempat penelitian.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Lab Sam Husada Kediri sebagai tempat untuk pemeriksaan sampel darah responden penelitian. 10. Suami dan Anak saya tercinta yang telah memberi semangat, dukungan moril, materiil, perhatian dan pengertiannya selama pengerjaan tesis serta kebersamaannya dalam situasi apapun selama melanjutkan studi 11. Semua pihak dan teman seangkatan mahasiswa program pascasarjana Magister Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan hasil penelitian ini sangat peneliti harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.
Surakarta,
Agustus 2014
Peneliti,
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurangnya zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa (Untoro,2004). Anemia gizi besi merupakan penyakit akibat kekurangan gizi yang paling banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia, terutama di negara berkembang (Soekirman, 2003). Di Indonesia sebanyak 50 – 70 juta orang diduga menderita Anemia Gizi Besi (AGB). Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 2000 (SKRT, 2000) tentang gambaran anemia defisiensi zat besi
berdasarkan kelompok umur didapatkan data
prevalensi anemia defisiensi zat besi pada wanita kelompok umur 15 – 45 tahun sebesar 39,5% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur 45 – 54 tahun. Diantara penderita anemia gizi besi, wanita hamil dan remaja putri merupakan kelompok terbesar. Anemia pada remaja putri masih merata dengan batas antara 20 – 30% lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki (Drupadi, 2005). Menurut WHO, 2008 prevalensi anemia pada wanita usia subur di dunia mencapai 30,2% dan di Indonesia mencapai 33,16% (Kumar, 2013). Menurut hasil penelitian dari Dinas Kesehatan Yogyakarta (2013), menunjukkan bahwa dari 280 remaja putri sebanyak 34% diantaranya diketahui menderita anemia. Pola makan yang salah seperti tidak sarapan pagi dan diet diduga
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
menjadi penyebab utamanya. Di Kediri rata – rata kejadian anemia pada remaja di tahun 2012 sebanyak 31 % (Dinkes Kediri, 2012) Anemia didefinisikan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin serum (Hb) dibawah nilai ambang batas yang direkomendasikan. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen yang kurang untuk jaringan dan organ yang berdampak pada gangguan kesehatan, gangguan perkembangan kognitif sehingga prestasi akademik dan produktivitas kerja pada remaja menurun (WHO, 2009). Remaja dengan Anemia Gizi Besi (AGB) bila kelak tumbuh sebagai orang dewasa akan mengalami penurunan kemampuan kerja sebesar 20 – 40 % dan kehilangan intelegence Queotients (IQ). Penurunan kemampuan kerja akibat AGB diperkirakan mengurangi pendapatan perkapita /Gross National Product (GNP) sebesar 5 % (Soekirman, 2004). Hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanggulangan anemia defisiensi besi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Asupan asam folat dan zat besi yang dikonsumsi remaja sangat rendah dan hal ini mempengaruhi pertumbuhan, pekembangan otak dan resistensi terhadap penyakit infeksi yang berakhir pada produktivitas kerja yang menurun yang tentunya berdampak pada penurunan nilai kemampuan akademik remaja (Kumar, 2013) Anemia dapat dialami siapa saja, seperti wanita yang mengalami menstruasi, wanita hamil atau menyusui, baduta, anak - anak dalam masa pertumbuhan dan orang dewasa terutama yang tidak mengkonsumsi zat besi secara memadai karena pantang makan telur atau daging dalam jangka waktu yang lama. Bentuk anemia gizi besi ini merupakan yang terbanyak pada remaja. Golongan yang paling peka untuk kekurangan besi adalah saat growth spurt ke dua pada masa remaja (Frey, 2002). Remaja putri atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dewasa muda (18 – 25 tahun) berada pada usia pranikah yang merupakan masa persiapan bagi kesehatan reproduksi yang baik. Setelah menikah mereka diharapkan akan hamil dan melahirkan bayi. Bila sejak masa remaja putri sudah anemia maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, keguguran, lahir prematur, dan lahir mati. Pada bayi berat badan lahir rendah yang sejak lahir mempunyai cadangan zat besi sedikit akan tumbuh menjadi remaja putri dengan cadangan zat besi sedikit pula. Bila nantinya mereka menjadi ibu dan mengalami kehamilan maka kemungkinan besar mereka akan menderita anemia gizi besi dengan demikian berlanjutlah anemia gizi besi kepada generasi berikutnya (Drupadi, 2005). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin atau sitokrom. Untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali baru kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui makanan. Kadar gizi besi bagi seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsinya melalui makanan, bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, cadangan zat besi dalam jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana, 2012). Besi (Fe) merupakan unsur penting (Trace element) bagi manusia. Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut ke paru – paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel – sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP) (Nameth E, 2006). Zat besi berpengaruh pada proses metabolisme yang sangat luas meliputi transpor oksigen, sintesis Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan transpor elektron
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
( Ekiz C, 2005). Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah akan dinilai juga jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Pada anemia defisiensi zat besi yang kronis sel akan menunjukkan eritropoesis mikrositik hipokromik, yaitu MCV dan MCHC akan mempunyai nilai dibawah normal pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan (WHO, 2001) Meningkatnya status gizi masyarakat mempunyai sumbangan yang besar dalam upaya mencerdaskan bangsa yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas kerja penduduk (Dewa, 2004). Kemampuan potensi akademik merupakan indikator obyektif untuk menilai kemampuan seseorang dalam kemampuan verbal, quantitative dan kemampuan analisa (Azwar, 2008). Defisiensi zat besi sangat berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut sehingga daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier, 2004). Kecerdasan remaja yang anemia akan lebih rendah bila dibanding remaja yang tidak mengalami anemia (Kumar, 2013). Tes potensi akademik (TPA) sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang. TPA merupakan standar tes yang bertujuan untuk mengukur potensi akademik seseorang dengan membandingkan potensi satu orang dengan orang lain secara lebih obyektif. Penilaian TPA meliputi penilaian kemampuan verbal, kuantitas dan penalaran.Konteks soal dalam tes potensi akademik dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
keberhasilan dalam menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analisis (Sumitra, 2008). Menurut Krummer (2006) kehilangan zat besi diatas rata – rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola haid yang memanjang dan lebih banyak. Meningkatnya kebutuhan zat besi bila diiringi dengan kurangnya asupan zat besi dapat berakibat remaja putri rawan terhadap rendahnya kadar Hb. Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah pola konsumsi makan remaja yang kurang baik. Asupan makanan yang tidak cukup tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mereka (Supariasa, 2001). Ada tiga kebiasaan makan yang dilakukan remaja putri adalah mengurangi frekuensi makan (Skipping meal), suka mengkonsumsi makanan ringan (Snacking), makan makanan siap saji (Fast Food) yang kandungan gizinya rendah zat besi. Hal ini menyebabkan asupan zat besi sangat kurang pada remaja putri yang bisa berdampak buruk terhadap status kesehatannya (Soekirman, 2002). Tekanan psikologis yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan (Cavadini et al, 2000). Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media masa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik (Soekirman, 2004) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sunder dkk, terjadinya anemia mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel pekerjaan orang tua, kebiasaan mengkonsumsi teh dan kopi sesudah makan, konsumsi sayuran berwarna hijau dan indeks masa tubuh (Sunder, 2004). Jumlah zat besi yang diserap sangat tergantung dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
cara pemberian dan interval pemberian secara oral (Al Ar, 2005). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan menurunkan efek samping yang terjadi dari pemberian zat besi yang berakibat suplementasi zat besi harus dihentikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat besi tiga hari sekali (Vitteriet al, 1995) dan pemberian suplementasi zat besi seminggu sekali pada wanita pekerja (Schultink et al,1994) sama efektifnya dengan pemberian zat besi setiap hari. Menurut penelitian Lucy Widasari (2005) yang membandingkan pemberian suplementasi besi setiap hari dengan suplementasi besi setiap minggu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan kadar feritin antara kedua kelompok. Beberapa penelitian di Indonesia tentang pengaruh suplementasi besi telah banyak dilakukan tetapi sejauh pengetahuan penulis belum ada yang meneliti pengaruhnya terhadap hasil tes potensi akademik, sehingga penulis tertarik untuk mencoba meneliti pengaruh suplementasi zat besi terhadap profil darah dan hasil tes potensi akademik yang hasilnya akan dipergunakan sebagai masukan untuk menentukan pemberian suplementasi zat besi yang efektif terutama bagi remaja putri atau kalangan mahasiswi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah yaitu : Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian suplementasi zat besi yang diberikan setiap hari dan setiap minggu terhadap profil darah dan
skor tes potensi akademik pada
mahasiswi Akademi Perawatan Dharma Husada di Kediri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Menganalisis perbedaan pengaruh suplementasi besi yang diberikan setiap hari dan setiap minggu terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik pada mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri Tujuan Khusus: 1. Menganalisis perubahan profil darah mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet )setiap hari selama 6 minggu (pre – post test) 2. Menganalisis perubahan profil darah mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet )setiap minggu selama 6 minggu (pre – post test) 3. Menganalisis perubahan skor tes potensi akademik pada mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet) setiap hari selama 6 minggu (pre – post test) 4. Menganalisis perubahan skor tes potensi akademik pada mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet) setiap minggu selama 6 minggu (pre – post test) D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi komunitas mahasiswi/ remaja putri Berdasarkan temuan/hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi remaja putri tentang pentingnya suplementasi besi guna melakukan upaya pencegahan dari anemia defisiensi besi. b. Untuk tenaga kesehatan Diharapkan dapat memberikan informasi dalam menentukan pemberian suplementasi pada remaja putri dengan mempertimbangkan efektifitas program
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
suplementasi yang dijalankan agar lebih efisien dalam hal biaya pelaksanaan program. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan bukti – bukti empiris tata laksana pemberian suplementasi zat besi yang tepat pada golongan mahasiswi atau dewasa muda. E. Keaslian Penelitian Pengaruh pemberian suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik pada mahasiswi akademi perawatan Dharma Husada yang dilakukan di Kediri dalam kurun waktu tahun 2014, sepengetahuan penulis judul penelitian ini belumpernah diteliti atau dipublikasikan dalam forum ilmiah. Namun demikian jika ada hal yang mirip atau kesamaan metodologi maka penulis cantumkan dalam Daftar Pustaka. Tabel 1 Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini N o 1
Peneliti
Judul
Desain
2
Al Ar et Intravenosus versus RCT al, 2005 oral iron for treatment of anemia in pregnancy
Drupadi,2 Nutritional health of RCT 005 Indonesian adolescent girl The role of ribovlavin and vitamin A on iron status
Hasil
Perbedaan
Remaja putri merupakan kelompokterbesar menderita anemia defisiensi zat besi. Suplementasi Fe, Ribovlavin dan Vitamin A dapat menurunkan angka kejadian anemia pada remaja putri Pemberian Suplementasi zat besi secara intravenus lebih efektif dari pada pemberian suplementasi zat besi secara oral dalam mengatasi anemia pada ibu hamil
Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Variabel:Profil darah (Hb, MCV, MCH,MCHC)T PA
commit to user
Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Sampel: Mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri (Remaja Putri)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
3
Ekiz, C.2005
The effec of iron Crossecti Terdapat pengaruh deficient anemia on onal defisiensi zat besi the fuction of the terhadap sistem imun immune system manusia.
4
Isniati,20 07
Efek suplementasi RCT tablet Fe + obat cacing terhadap kadar Hb remaja yang anemia di pondok pesantren Tarbiyah Islamiyah
5
SiddiQui, 2004
6
Kumar, 2013
Terdapat peningkatan kadar Hb remaja setelah suplementasi Fe+ obat cacing. Efek samping yang paling sering setelah suplementasi berupa intoleransi terhadap sediaan oral. Sebanyak 10 – 20% yang diberi suplementasi zat besi menghentikan program suplementasinya karena efek samping pada sistem pencernaan Efficacy of daily Vs RCT Pemberian zat besi setiap weekly minggu lebih efektif suplementation of dibanding dengan iron in school pemberian zat besi setiap children with low hari dalam mengatasi iron status anemia pada anak usia sekolah Prevalence of Crossecti Prevalensi anemia pada anemia amongst onal remaja putri di Nepal adolescent female in disebabkan oleh asupan South Wastern Nepal asam folat dan zat besi yang kurang yang dapat mempengaruhipertumbu han dan perkembangan otak dan resistensi terhadap penyakit infeksi yang berakhir pada produktivitas kerja yang menurun yang berdampak penurunan nilai kemampuan akademik remaja. Kecerdasan remaja yang
commit to user
Variabel : Profil darah dan TPA Desain: RCT Lokasi : AKPER Dharma Husada Kediri Variabel: TPA Lokasi:AKPER Dharma Husada Kediri Variabel :MCV,MCH,M CHC dan TPA
Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Sampel: Mahasiswi Variabel: TPA Desain: RCT Lokasi : AKPER Dharma Husada Kediri Variabel: TPA,MCV,MC H,MCHC
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
7
Azwar, 2008
Kualitas tes potensi Crossecti akademik versi 07 A onal
8
Lucy Widasari, 2005
Pengaruh frekuensi RCT suplementasi Desabion terhadap peningkatan kadar feritin serum pada siswi AKBID Mitra Husada Karanganyar
9
Schultink, Important factors in RCT 1994 iron tablet distribution compliane ingestion frequency and dosing
10
Viteri, 1995
Iron Suplementation RCT of normal and iron deficient rats retention of daily an intermittent iron supplements
anemia lebih rendah dibanding remaja yang tidak anemia Kemampuan potensi akademik merupakan indikator obyektif untuk menilai kemampuan seseorang dalam kemampuan verbal, quantitative dan kemampuan analisa Perbandingan pemberian suplementasi setiap hari dengan suplementasi besi setiap minggu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan kadar feritin antara kedua kelompok Suplementasi zat besi 3 hari sekali pada wanita pekerja sama efektifnya dengan pemberian suplementasi zat besi setiap hari dalam mengatasi anemia Suplementasi zat besi setiap hari sama efektifnya dengan suplementasi besi setiap minggu dalam mengatasi anemia pada remaja
commit to user
Desain: RCT Lokasi : AKPER Dharma Husada Kediri Variabel:Profil darah (Hb, MCV,MCH,MC HC) Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Variabel: TPA,MCV,MC H,MCHC
Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Variabel: TPA
Lokasi: AKPER Dharma Husada Kediri Variabel: TPA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Zat Besi (Fe) Zat besi dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy pada tahun 1713, dan Piere Blaud pada tahun 1831 yang mendapatkan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki keadaan klorosis,yaitu anemia akibat defisiensi besi. Berabad – abad sebelum masehi bangsa Yunani dan India telah menggunakan bahan – bahan yang mengandung besi untuk mendapatkan tentara yang kuat. Bangsa Yunani merendam pedang – pedang tua dan meminum airnya(Wardhini dan Dewoto,1995). 1. Sifat zat besi Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk hemoglobin (Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk hemoglobin, mioglobin atau sitokrom. Untuk memenuhi kebutuhan guna pembentukan hemoglobin, sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah akan dimanfaatkan kembali baru kekurangannya akan diperoleh dari makanan. Kadar gizi besi bagi seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsinya melalui makanan, bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, cadangan zat besi dalam jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana,2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
2. Fungsi zat besi Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) serta untuk pembentukan darah (haemopoesis) yaitu berperan dalam mensintesa hemoglobin (Hb). Selain itu zat besi juga berfungsi sebagai media transpor elektron dalam sel dan sebagai bagian integral dari reaksi enzim penting dalam tubuh. Fungsi hemoglobin adalah menstranspor CO2 dari jaringan paru – paru untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan dan membawa O2 dari paru – paru ke sel – sel jaringan. Bagian utama zat besi tubuh berada dalam eritrosit sebagai hemoglobin (Hb). Hemoglobin mempunyai berat molekul 68.000. Molekul hemoglobin terdiri dari empat unit masing – masing membentuk satu kelompok heme dan satu rantai protein (Almatsier,2002). 3. Komponen zat besi Terdapat
3
komponen
zat
besi
dalam
tubuh
yaitu
zat
besi
fungsional/esensial, zat besi dalam transpor (transferin) dan zat besi cadangan. Zat besi fungsional/esensial meliputi zat besi di dalam hemoglobin atau heme zat besi (70%), zat besi pada protein yang mengikat oksigen (TIBC: Total Iron Binding Capacity), zat besi yang terdapat pada otot (mioglobin) sebanyak 4% dan zat besi di dalam enzim sitokrom, katalase, peroksidase (<1%). Mioglobin terdapat di dalam sel – sel otot dan mengandung zat besi dalam bentuk fero, yang berfungsi dalam proses konstraksi otot (Gibson, 1990). Zat besi dalam transpor (transferin) terdapat di dalam darah dalam jumlah yang kecil dan merupakan zat besi dalam bentuk ferro. Transferin adalah konjugat zat besi yang berfungsi menstranspor zat besi di dalam plasma darah dari tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
penimbunan zat besi ke jaringan – jaringan atau sel – sel yang memerlukan (misalnya sumsum tulang dimana terdapat jaringan hemopoetik). Zat besi cadangan sebesar 25 % terutama terdapat di dalam hati, limpa, dan sel retikuloendotelial. Sebanyak 2/3 dari zat besi cadangan terdapat dalam bentuk feritin yaitu bagian yang dapat larut dari nonheme zat besi. Feritin dapat disentesa dalam semua sel tubuh dan juga terdapat di dalam serum, yang berbeda dengan zat besi dalam transpor atau transferin (Elli Whitney, 2008). 4. Metabolisme zat besi Metabolisme zat besi dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian internal dan bagian eksternal. Bagian internal terutama berupa pembentukan dan destruksi sel darah merah. Pada saat sel darah merah mati setelah berumur 120 hari, terjadi fagositosis oleh makrofag dalam sistem retikuloendotelial tubuh. Zat besi dilepaskan dan ditranspor dalam bentuk molekul transferin dalam plasma. Transferin (Siderofilin) suatu beta I – Globulin glikoprotein, merupakan protein khusus yang dibentuk untuk transpor zat besi dalam plasma. Transferin membawa zat besi kembali ke prekursor sel darah merah terutama di sumsum tulang atau sel lain pada jaringan yang berbeda untuk pertumbuhan dan perkembangan (Hallberg, 2003) Besi (Fe) merupakan unsur runutan (Trace element) terpenting bagi manusia. Besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut oksigen ke paru – paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari perusakan sel – sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan makanan. Dari ketiga sumber tersebut pada manusia yang normal kira – kira 20 – 25 mg besi perhari berasal dari hemolisis dan sekitar 1 mg berasal dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan normal diperkirakan seorang dewasa menyerap dan mengeluarkan besi dalam jumlah terbatas, sekitar 0,5 mg – 2,2 mg perhari. Sebagian penyerapan terjadi di dalam duodenum dan dalam jumlah terbatas pada jejunum dan ileum (Meryana,2012). 5. Regulasi Metabolisme zat besi Proses penyerapan zat besi di dalam tubuh meliputi : a. Besi yang terdapat dalam bahan makanan baik dalam bentuk ferri (Fe3+) atau Ferro (Fe 2+) mula – mula mengalami proses pencernaan. b. Didalam usus Fe 3+ larut dalam asam lambung kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe 2+ c. Didalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe2+ selanjutnya berikatan dengan apoferritin yang kemudian ditransformasi menjadi ferritin. d. Didalam plasma Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferin e. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung membentuk hemoglobin f. Transferin mengangkut Fe
2+
ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam
tubuh (hati , tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin membentuk feritin yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
kemudian disimpan. Besi yang terdapat dalam plasma seimbang dengan yang disimpan (Merryana,2012) 6. Kebutuhan zat besi Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan, menyusui ataupun menstruasi pada wanita) dan jumlah darah dalam tubuh (hemoglobin) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan simpanan zat besi memegang peranan yang penting pula. Lama pengobatan anemia defisiensi besi ditentukan oleh rata – rata pemulihan hemoglobin dan kemampuan penyimpanan zat besi. Rata – rata pemulihan ini tergantung pada beratnya anemia. Pemulihan sebesar 2 gram hemoglobin per liter darah memerlukan waktu selama 4 – 8 minggu (Hilman, 2001). Zat besi dalam makanan dapat berbentuk heme dan nonheme. Zat besi heme adalah zat besi yang berikatan dengan protein, banyak terdapat dalam bahan makanan hewani misalnya daging, unggas dan ikan. Zat besi nonheme adalah senyawa besi anorganik yang kompleks. Zat besi nonheme ini umumnya terdapat dalam tumbuh – tumbuhan, seperti serealia, kacang – kacangan, sayur – sayuran dan buah – buahan. Zat besi heme dapat diabsorbsi sebanyak 20 – 30 %, sebaliknya zat besi nonheme hanya diabsorbsi sebanyak 1 – 6 %. Menurut FAO/WHO (2005) jumlah zat besi yang dikonsumsi sebaiknya berdasarkan jumlah kehilangan zat besi dari dalam tubuh kita serta bahan makanan hewani yang terdapat dalam menu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
7. Hilangnya zat besi basal Jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat saluran makanan dan kulit adalah 0,9 mg/hari untuk pria dewasa dengan berat badan 65 kg atau sebesar 14ug/kgBB/hr. Pada wanita yang berat badannya 54 kg adalah sebesar 0,8 mg/hari. Jumlah besi yang hilang ini disebut basall loss (Meryana,2012) 8. Sumber alami zat besi Zat besi dalam makanan terdapat dalam bentuk zat besi heme seperti terdapat dalam hemoglobin dan mioglobin dalam makanan hewani, dan zat besi nonheme yang terdapat dalam makanan nabati. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah tinggi (lebih dari 5 mg/100g) diantaranya adalah hati,jantung, kuning telur, kerang, kacang – kacangan. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah sedang (1-5 mg/100g) termasuk diantaranya daging, ikan, unggas, sayuran berwarna hijau dan biji – bijian. Sedangkan susu atau produknya dan sayuran yang kurang hijau mengandung zat besi dalam jumlah rendah (kurang 1 mg/100g). Zat besi yang terdapat dalam makanan hewani umumnya diserap rata – rata dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan
zat
besi
yang
terdapat
(Almatsier,2002).
commit to user
dalam
makanan
nabati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Tabel 2. Nilai zat besi berbagai bahan makanan (mg/100gr) Bahan Makanan Tempe kacang kedelai murni Kacang kedelei kering Kacang hijau Kacang merah Kelapa tua, daging Udang segar Hati sapi Daging sapi Telur bebek Telur ayam Ikan segar Ayam Gula kelapa
Nilai Fe 10,0 8,0 6,7 5,0 2,0 8,0 6,6 2,8 2,8 2,7 2,0 1,5 2,8
Bahan Makanan Biskuit Jagung kuning Roti putih Beras setengah giling Kentang Daun kacang panjang Bayam Sawi Daun katuk Kangkung Daun Singkong Pisang ambon Keju
Nilai Fe 2,7 2,4 1,5 1,2 0,7 6,2 3,9 2,9 2,7 2,5 2,0 0,5 1,5
Sumber: Almatsier, 2002 9. Faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi Pada saluran pencernaan zat besi mengalami proses reduksi dari bentuk ferri (Fe3+) menjadi bentuk Ferro(Fe2+) yang mudah diserap. Proses penyerapan ini dibantu oleh asam amino dan vitamin C. Vitamin C meningkatkan absorbsi zat besi dari makanan melalui pembentukan kompleks feroaskorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar25 – 50 %. Adanya asam fitat dan asam fosfat yang berlebihan akan menurunkan ketersediaan zat besi, Fosfat dalam usus akan menyebabkan terbentuknya kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap (WKNPG, 2004). Hasil dari suatu penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37% zat besi heme dan 5% zat besi nonheme yang ada dalam makanan dapat diabsorbsi. Zat besi nonheme yang rendah absorbsinya dapat ditingkatkan apabila adanya peningkatan asupan vitamin C dan faktor lain yang mempermudah absorbsi seperti daging, ikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dan ayam. Vitamin C berperan dalam pembentukan substansi antara sel dari berbagai jaringan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan aktivitas fagositosis sel darah putih, meningkatkan absorbsi zat besi dalam usus, serta transportasi besi dari transferin dalam darah ke feritin dalam sumsum tulang, hati dan limpa. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorbsi, karena itu buah – buahan dan sayuran segar yang banyak mengandung vitamin C baik dikonsumsi untuk mencegah anemia. Hal ini mungkin disebabkan bukan saja karena bahan makanan itu mengandung zat besi yang banyak, melainkan mengandung vitamin C yang mempermudah absorbsi zat besi, sebab dalam hal – hal tertentu faktor yang menentukan absorbsi lebih penting dari jumlah zat besi yang ada dalam bahan makanan itu (Merryana,2012). Sebaliknya penyerapan zat besi akan menurun apabila terdapat fosfat contohnya pada putih telur atau antasida pada produk obat sakit maag, terdapat asam fitat (Myo – inositol hexaphosphate) contohnya pada biji – bijian yang merupakan penghambat kuat yang mempengaruhi penyerapan zat besi juga terdapat faktor lain di dalam serat serealia dan asam oksalat di dalam sayuran contohnya bayam. Protein kedelai menurunkan penyerapan zat besi yang mungkin disebabkan karena nilai fitatnya yang tinggi. Jika makanan diolah dengan cara direndam, dicampur dengan ragi atau dengan cara fermentasi maka efek dari fitat akan menurun. Penyerapan zat besi juga akan menurun jika mengandung tannin, yang merupakan polifenol (terdapat di dalam teh, kopi dan anggur merah) serta jika mengkonsumsi suplemen kalsium (terdapat pada produk susu atau suplemen).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Kalsium dengan batasan sebesar 50 mg diketahui mengakibatkan penurunan penyerapan zat besi nonheme (Almatsier,2004) 10. Angka kecukupan zat besi Kebutuhan zat besi yang direkomendasikan didefinisikan sebagai jumlah minimum zat besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup zat besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar dari kemungkinan anemia defisiensi besi. Depertamen Kesehatan menetapkan angka kecukupan zat besi bagi orang Indonesia tahun 2004 sebagai berikut: Laki – laki :
Usia 16 – 18 tahun:15 mg/hari Usia 19 – 29 tahun : 13 mg/hari
Perempuan : Usia 16 – 18 tahun : 26 mg /hari Usia 19 – 29 tahun : 26 mg/hari Bila kebutuhan tidak dipenuhi, zat besi yang disimpan sebagai cadangan akan digunakan dan cadangan zat besi lambat laun menjadi kosong, akibatnya timbul anemia defisiensi besi. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan buruk, perdarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat sehingga perlu penambahan dalam bentuk obat (Depkes, 2006). 11. Sediaan suplementasi zat besi untuk anemia Sediaan zat besi hanya digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi zat besi. Penggunaan diluar indikasi ini, cenderung menyebabkan penyakit penimbunan zat besi dan keracunan zat besi. Sediaan zat besi bisa terdapat dalam bentuk ferri atau bentuk ferro. Bentuk garam ferro sudah siap diabsorbsi dan umumnya lebih banyak dipilih,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
seperti ferrous sulfat, ferrous fumarate,
ferrous glukonat, ferrous suksinat, ferrous
glutamate dan laktat(Demaeyer, 2003). Tabel 3. Sediaan zat besi yang bisa digunakan pada penderita anemia no
Sediaan
Ferrous Sulfate,Hydrated 1 Ferrous Sulfate, Desiccated 2 Ferrous gluconate 3 Ferrous fumarate 4 Ferrous fumarate 5 Sumber : Demaeyer, 2003)
Ukuran Tablet 325 mg 200 mg 327 mg 200 mg 329 mg
Kadar zat besi per tablet 65 mg 65 mg 65 mg 66 mg 106 mg
Dosis dewasa (perhari) 3-4 3-4 3-4 3-4 3-4
12. Efek samping suplementasi zat besi Salah satu kendala utama dari suplementasi zat besi adalah efek samping yang tidak nyaman. Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah zat besi yang dapat larut dan yang diserap pada setiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (720%), konstipasi (10%), diare (5%) dan kolik. Perlu diterangkan juga pada pasien mengenai kemungkinan timbulnya feses /tinja yang berwarna hitam. Sebanyak 10 – 20 % orang yang diberi suplementasi zat besi menghentikan suplementasi oleh karena timbulnya efek samping tersebut (Isniati, 2007). Penyerapan zat besi lebih sempurna pada saat lambung kosong dan jika saat zat besi diberikan sesudah atau bersama dengan makan, penyerapannya akan menurun sebesar 40 – 50%. Karena iritasi saluran pencernaan seringkali terjadi apabila keadaan lambung kosong, maka konsekuensinya adalah dengan menyarankan pasien agar mengkonsumsi tablet zat besi segera sesudah makan atau bersama dengan makanan, karena keuntungan penerimaan pasien lebih penting dibandingkan dengan penurunan penyerapan zat besi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Penelitian lain melaporkan suplementasi zat besi dapat meningkatkan nafsu makan (Almatsier, 2004). Efek samping pemberian zat besi dapat dikurangi dengan beberapa strategi sebagai berikut: a. Mulai pada dosis minimal dan ditingkatkan secara bertahap b. Diberikan dalam dosis terbagi 2 – 3 kali sehari c. Diberikan dosis efektif terendah dalam sehari d. Diberikan bersamaan dengan makanan e. Pemberian garam besi organik seperti ferro fumarate f. Pemberian zat besi sebelum tidur malam hari g. Menggunakan jalur alternatif lain pemberian zat besi, seperti secara parenteral yaitu secara sistemik atau melalui pembuluh darah (WHO, 2001) 13. Cara mengevaluasi status zat besi Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui status zat besi adalah dengan pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah, pengukuran kadar hemoglobin (Hb), pengukuran kadar hematokrit (Ht), pengukuran kadar serum besi (SI), pengukuran saturasi tranferin (TS), pengukuran Free ErytrocyteProtoporfirin (FEP), pengukuran feritin serum dan pengukuran serum transferin reseptor (sTfR) (Merryana, 2012) Pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kekurangan zat besi. Mean CorpuscularValues atau nilai eritrosit rata – rata memberi keterangan mengenai ukuran rata – rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin per eritrosit. Nilai yang banyak dipakai adalah Mean
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH),dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC). Nilai eritrosit rata – rata tersebut diperhitungkan dari hasil penetapan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Pada keadaan defisiensi zat besi nilai MCV masih dalam batas normal, nilai MCV baru mengalami penurunan pada keadaan anemia defisiensi zat besi. Gambaran mikroskopik anemia defisiensi zat besi memperlihatkan anemia mikrositik hipokromik dimana eritrosit mempunyai diameter kurang dari 7u dan tampak lebih pucat (Demaeyer, 2003).
Sumber:Almatsier,2004 Gambar 1.
Sel darah Hipokrom
Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan zat besi adalah dengan pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah serta kadar hemoglobin. Nilai hemoglobin kurang peka pada tahap awal kekurangan zat besi, akan tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia. Pengukuran hemoglobin merefleksikan jumlah zat besi fungsional dalam tubuh. Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan zat besi yang sudah lanjut, juga mungkin disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6. Nilai hemoglobin yang rendah terdapat pada keadaan anemia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
gizi, anemia sel sabit (Sickle cell anemia), kehilangan darah akut maupun kronik, keadaan hemolisis, overhidrasi, dan konsumsi obat – obatan tertentu sedangkan nilai hemoglobin yang tinggi terdapat pada keadaan kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), penyakit jantung, penyakit paru, tumor serta berada di tempat yang tinggi (Frey, 2002).
Sumber: Almatsier, 2004 Gambar 2. Sel Eritrosit Makrositik
Indikator lain adalah hematokrit (Ht) yang menunjukkan proporsi dari darah secara keseluruhan yang ditempati oleh sel darah merah. Hematokrit mengalami penurunan setelah konsentrasi hemoglobin turun. Perubahan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit terjadi pada stadium lanjut dari defisiensi zat besi sehingga merupakan indikator yang lanjut. Terdapat sedikit variasi konsentrasi hemoglobin dan hematokrit dalam satu hari, akan tetapi perbedaan nilainya tidak berarti atau tidak signifikan (Frey, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Sumber: Almatsier, 2004 Gambar 3. Sel sabit Penentuan nilai zat besi dalam serum (serum iron) juga merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam menentukan status zat besi. Untuk mengetahui nilai serum besi adalah dengan mengukur jumlah atom besi yang berikatan dengan transpor protein transferin. Setiap molekul tranferin dapat berikatan dengan satu atau dua atom besi, meskipun kadang – kadang keduanya dapat berikatan pada tempat yang sama.Salah satu indikator lainnya adalah dengan menentukan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum. TIBC berhubungan dengan jumlah keseluruhan zat besi bebas yang berikatan dengan tempat ikatannya pada transpor protein transferin. Pada tahap pertama keadaan anemia defisiensi zat besi adalah berkurangnya cadangan zat besi yang dapat dilihat dengan penurunan feritin serum hingga 12 ug/l. Keadaan ini dikompensasi dengan peningkatan penyerapan zat besi yang dapat dilihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional dari tubuh (Merryana, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Indikator berikutnya adalah dengan pengukuran Free Erytrocite Protophorfirin (FEP). Errytrocite Protophorpirin adalah prekursor heme yang terakumulasi pada sel darah merah pada saat suplai zat besi tidak adekuat bagi sintesis heme. Apabila persediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel darah merah di sunsum tulang maka sirkulasi FEP dalam darah meningkat walaupun belum tampak anemia. Pada keadaan cadangan zat besi berkurang, nilai FEP masih dalam batas normal. Nilai FEP meningkat pada keadaan defisiensi zat besi dan peningkatannya lebih tinggi pada keadaan anemia defisiensi zat besi (Gibson, 1990). Saturasi tranferin (TS) atau tingkat kejenuhan transferin merupakan perbandingan antara nilai zat besi dalam serum (SI) dengan TIBC. Pada keadaan defisiensi zat besi dimana nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal, terjadi kelainan metabolisme zat besi yang dapat dideteksi dengan penurunan saturasi transferin. Apabila terdapat penyakit penyerta seperti penyakit infeksi, keganasan dan proses inflamasi lain, maka indikator paling spesifik untuk mengetahui defisiensi zat besi adalah dengan pemeriksaan serum transferin reseptor (sTfR) atau reseptor transferin plasma. Drupadi(2005) melakukan uji eksperimental acak tersamar ganda yang bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian zat besi dengan penambahan ribovlavin atau vitamin A sendiri maupun bersama – sama selama 8 minggu pada remaja putri disekolah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian zat besi sangat menurunkan prevalensi kekurangan zat besi (58% menjadi 4%) tetapi kadar reseptor transferin plasma pada 30% remaja putri tetap tinggi. Hal ini menunjukkan masih adanya kekurangan zat besi tubuh. Walaupun penambahan pemberian ribovlavin atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
vitamin A hampir tidak membantu peningkatan keadaan zat besi tubuh, namun mampu menurunkan prevalensi keadaan kekurangan ribovlavin dalam tubuh. B. Anemia Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah dan merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia, yang ditandai dengan kandungan hemoglobin yang rendah.Batasan anemia bagi remaja adalah hemoglobin kurang dari 12 gr/ dl (Supariasa,2001). 1. Penyebab Anemia a. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi zat besi merupakan defisiensi tipe primer, bila dalam makanan mengandung kandungan zat besi yang rendah. Sedangkan apabila kandungan zat besi dalam makanan mencukupi tetapi penyerapannya dalam proses metabolisme terhambat, disebut defisiensi tipe sekunder.Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesa hemoglobin ( Halberg, 2003). Wanita usia subur sering mengalami anemia karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan untuk tumbuh kembang. Gejala khas defisiensi besi antara lain :koilonychia (kuku seperti sendok, mudah rapuh, bergaris
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
vertikal), luka – luka disudut mulut dan bibir,Atrofi mukosa mulut dan atropi papil lidah (Soekirman, 2002) b. Anemia megaloblastik Gejalanya: Pucat, ikterus di sklera (akibat hemolisis), rasa panas di lidah akibat atropi mukosa, rasa kesemutan dan gangguan psikosis.Penyebabnya: kekurangan makanan yang mengandung vitamin B12, gangguan resorbsi di usus halus dan penyakit cacing, kekurangan asam folat dan obat – obatan, adanya asam folik antagonis( aminopterin, ametopterin, daraprin). Gambaran darah : megaloblastik eritropoetik, megalokariosit (MCV dan MCH naik), leukopenia, granulositopenia dan trombositopeni (WHO, 2001). c. Anemia hemolitik Masa hidup eritrosit turun, selama eritrosit yang lisis bisa digantikan, maka tidak terjadi anemia.Akibat lisis dari eritrosit: Bilirubin total naik, Fe dalam serum naik, pengeluaran sterkobilinogen di feses naik, Pengeluaran urobilin di urin naik.Penyebab hemolitik anemia: 1) Pengaruh bentuk sel : sprositoris, ovalositosis dan sel sakit (sickelsel) 2) Penyakit yang diturunkan secara otonomaal : Hemoglobinopati, Thalasemia (Thalasemia mayor dan Thalasemia minor), symptom: Hepatosplenomegali + anemia 3) Pengaruh dari luar sel : toksis hemolitik, hemolisis usemik sindrom, mekanis hemolitik pada kelainan katub jantung,imun hemolitis, infeksi (Halberg, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
d. Leukemia Penyakit sel darah putih (leukosit) yang mengalami pembelahan secara berulang – ulang. Penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel – sel darah putih, akibatnya fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel – sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan sel darah putih yang berlebihan sehingga sel sel darah merah menurun (Underwood, 2002). e. Anemia karena ketinggian tempat tinggal Pada tempat yang jauh diatas permukaan air laut (pegunungan) terjadi adaptasi pada tubuh manusia. Dipegunungan, lapisan udara lebih tipis, sehingga orang menghirup molekul oksigen lebih sedikit, akan mengakibatkan meningkatnya kemampuan untuk membawa lebih banyak oksigen dalam eritrosit. Remaja yang hidup di daerah yang tinggi mempunyai kemampuan untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh lebih efektif dibandingkan dengan remaja yang hidup di dekat permukaan laut. Kekurangan oksigen saat bernafas diimbangi dengan tingginya kadar Hb dalam darah, untuk mengimbangi efek hipoksia(Frey,2005). 2. Akibat Anemia Gejala klinis dari defisiensi zat besi dan anemia defisiensi zat besi bervariasi dan berhubungan dengan berat serta lamanya anemia. Anemia defisiensi zat besi dibagi menjadi anemia ringan (hemoglobin 9,5 – 11g/dl) anemia sedang (hemoglobin 8 – 9,5gr/dl) dan anemia berat (hemoglobin <8 gr/dl). Pada tahap awal keadaan defisiensi zat besi dapat tanpa gejala klinis (asimptomatik) dan mungkin juga dapat timbul gejala klinis yang minimal meskipun jika tergolong anemia berat. Zat besi diantaranya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan mioglobin yang akan menentukan banyak sedikitnya oksigen yang dibebaskan (Carley, 2003). Kurang lebih sebanyak 14% zat besi dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa – senyawa zat besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos membran sel masuk ke dalam sel – sel otot. Enzim sitokrom, flavoprotein dan senyawa – senyawa mitokondria yang mengandung zat besi lainnya,memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phosphat) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Apabila tubuh mengalami defisiensi zat besi maka akan terjadi penurunan kemampuan kerja (Husaini,1989). Menurunnya produktivitas kerja ini selain disebabkan oleh berkurangnya enzim – enzim yang mengandung zat besi, juga disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin sehingga mengakibatkan metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah. Defisiensi zat besi juga berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama neurotransmiter (pengantar saraf). Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier,2002) Zat besi juga memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel oleh limfosit T tergangu karena berkurangnya pembentukan sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan zat besi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan zat besi (Almatsier, 2004). 3. Tahap anemia defisiensi zat besi Defisiensi zat besi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu cadangan zat besi berkurang, defisiensi zat besi tanpa anemia, dan anemia defisiensi zat besi. Tahap pertama terjadi bila cadangan zat besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin serum. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan penyerapan zat besi yang dapat dilihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional dari tubuh.Tahap kedua terlihat dengan habisnya cadangan zat besi. Pada tahap ini nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal, dan terjadi kelainan metabolisme zat besi yang dapat dideteksi berupa penurunan saturasi tranferin.Tahap ketiga terjadi anemia defisiensi zat besi, dimana kadar hemoglobin total turun dibawah normal (WHO, 2001) Tabel 4. Tahap anemia defisiensi zat besi no
Gambaran hematologi dan tes biokimia zat besi Feritin serum 1 Saturasi 2 Transferin 3 Eritrosit Protoporfirin 4 MCV 5 Hemoglobin Sumber: WHO (2001)
Cadangan berkurang
Defisiensi Anemia zat besi defisiensi zat besi
↓ N N
↓ ↓ ↑
↓↓ ↓ ↑↑
N N
N N
↓↓
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
4. Anemia Pada Remaja Putri Meskipun
telah
terdapat
berbagai
upaya
pemerintah
Indonesia
dalam
menanggulangi anemia, tetapi survei menunjukkan bahwa prevalensi defisiensi pada wanita hamil adalah sebesar 51% dimana sebanyak 30 – 50 % diantaranya berada pada usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa anemia masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Anemia pada remaja putri masih merata 20 – 30% lebih tinggi dibandingkan pasangannya yang laki – laki (Kumar, 2013). Di Indonesia data menunjukkan bahwa sebanyak 27% remaja putri menikah sebelum usia 16 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa rendahnya asupan zat besi adalah penyebab utama anemia pada remaja putri. Remaja putri dengan rata – rata usia menikah pada usia sekitar 19 tahun, sesudahnya cepat atau lambat akan mengalami kehamilan pertamanya. Kebutuhan zat besi meningkat hampir dua kali lipat selama masa kehamilan, khususnya pada wanita di negara berkembang cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan ini kecuali jika memiliki cadangan zat besi yang mencukupi pada saat kehamilan. (Drupadi,2005) Pada penelitian ini remaja putri usia 17 – 19 tahun berada pada usia pranikah, yang merupakan masa persiapan bagi kesehatan reproduksi yang baik. Setelah menikah mereka diharapkan akan hamil dan melahirkan bayi. Remaja putri yang anemia, memiliki resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), keguguran, lahir prematur dan lahir mati. Pada gilirannya bayi BBLR yang sejak lahir mempunyai cadangan zat besi sedikit, akan tumbuh menjadi remaja putri dengan cadangan zat besi sedikit pula. Bila nantinya mereka menjadi ibu dan mengalami kehamilan, maka kemungkinan besar mereka akan menderita anemia gizi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
besi (AGB). Dengan demikian berlanjutlah AGB kepada generasi berikutnya (Ida Widianingsih, 2013). Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, dengan meningkatkan cadangan zat besi pada wanita usia reproduktif dan untuk meningkatkan produktivitas bagi para pekerja pabrik wanita dengan pemberian suplementasi tablet zat besi selama 4 bulan setiap tahun. Remaja putri terutama yang telah mengalami menstruasi dibandingkan dengan yang belum menstruasi lebih rentan terhadap anemia, sehubungan dengan kehilangan darah yang dialami sewaktu menstruasi. Kehilangan zat besi pada remaja putri selain disebabkan oleh menstruasi yang berlebihan (menorrhagia), asupan zat besi dari makanan yang tidak adekuat, konsumsi bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi secara berlebihan, perdarahan saluran pencernaan, riwayat donor darah berulang serta peningkatan eritropoesis pada usia remaja (Drupadi, 2005) Pada usia remaja pembentukan eritrosit atau sel darah merah meningkat sesuai dengan pertumbuhan. Sejumlah jenis zat gizi memegang peranan dalam pembentukan sel darah merah (hemopoesis). Zat – zat gizi yang berperan dalam hemopoesis ialah protein,vitamin dan mineral. Diantara vitamin yang berperan dalam hemopoesis ialah asam folat, vitamin B12, Vitamin C, dan Vitamin E, sedangkan mineral diantaranya ialah zat besi (Fe), tembaga (Cu), kobal (Co), dan seng (Zn). Zat gizi yang penting untuk eritropoesis normal yaitu zat besi (Fe), vitamin B12 (sianokobalamin) dan asam folat, sehingga seringkali digunakan untuk mengobati anemia dan dinamakan sebagai hematinik. Zat gizi lain yang berpengaruh terhadap eritropoesis yaitu vitamin B2 (riboflavin), vitamin B6 (piridoksin). Terdapat beberapa hormon yang secara tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
langsung juga mempengaruhi eritropoesis, misalnya hormon tiroid, gonad dan adrenal. Disamping itu juga terdapat faktor pertumbuhan sel darah merah yaitu eritropoetin yang dibentuk oleh ginjal.Zat ini berperan sebagai regulator proliferasi eritrosit, sehingga bila terganggu dapat mengakibatkan anemia berat (Almatsier,2004) Data menunjukkan asupan makanan para remaja putri tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kehilangan zat besi juga dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan penyerapan zat besi (Almatsier,2004). Kekurangan zat gizi mikro pada masa remaja dapat berdampak negatif pada proses pertumbuhan dan kematangan organ – oragan reproduksi. Sehubungan dengan hal tersebut maka penting bagi remaja untuk mencapai status zat gizi mikro yang optimal sebagai dasar utama kesehatan gizi bagi seluruh masa reproduksi yang akan dilaluinya kelak. Kegagalan mencapai status yang optimal akan berdampak pada status zat gizi mikro saat ini dan pada gilirannya dapat berakibat pada status gizi generasi penerus (Drupadi,2005). Penyebab penting dari perdarahan saluran pencernaan pada daerah tropik adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing Necator Americanus atau Ankylostoma Duodenale. Pada infeksi yang disebabkan oleh cacing Necator Americanus, setiap cacing mengakibatkan kehilangan darah sebanyak 0,05 ml/hr. Pada subyek wanita juga ditemukan lebih dari 100 cacing (kehilangan darah sebanyak 5 ml/hari) dan pada subyek laki – laki jika ditemukan lebih dari 250 cacing (kehilangan darah sebanyak 12.5 ml/hari) dikatakan mempunyai tendensi anemia. Schistosomiasis dan Trichuriasis adalah penyebab lain yang berhubungan dengan defisiensi zat besi. Pemberian obat cacing dosis tunggal dapat mencegah anemia sedang sampai anemia berat pada anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sekolah, tetapi strategi yang paling efektif dalam mengontrol anemia adalah dengan mengkombinasi khemoterapi berupa pemberian obat cacing dengan suplementasi zat besi (WHO, 2001). Pada wanita, selain basal loss juga sejumlah zat besi dikeluarkan pada waktu menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang karena menstruasi di rata – ratakan per hari adalah 0,5 mg. Jumlah zat besi yang hilang untuk 75% populasi wanita dewasa adalah 0,8 mg /hari, 90% adalah 1,3 mg/hari, dan 95% adalah 1,6 mg/hari. Apabila jumlah yang hilang karena menstruasi ini ditambahkan pada basal loss jumlahnya menjadi 2,4 mg/hari pada 95% populasi (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004). Kehilangan darah akibat menstruasi dapat meningkat oleh karena penggunaan IUD (Intra Uterine Device), dan dapat berkurang dengan penggunaan pil kontrasepsi. Pada wanita, kehilangan darah akibat menstruasi adalah penyebab utama terjadinya anemia defisiensi zat besi . Dalam keadaan sehat seorang wanita yang tidak mengalami suatu kelainan darah, pengeluaran darah menstruasinya adalah sekitar 35 ml pada setiap periode mentruasi. Batas atas nilai normal sebesar 80 ml setiap periode. Meskipun pengeluaran darah pada masing – masing wanita berbeda, tetapi cenderung konstan dalam satu periode ke periode berikutnya pada individu yang sama. Pada wanita dengan asupan makanan yang mengandung 10 mg zat besi per hari, sebanyak 67% diantaranya kehilangan darah menstruasi lebih dari 80 ml per periode dan dikatakan menderita anemia (WHO, 2001). Kehilangan darah sangat penting dan memerlukan deteksi yang akurat, diagnosis yang tepat, serta penanganan yang sesuai dengan penyebabnya. Untuk memperkirakan efek kehilangan darah terhadap keseimbangan zat besi, sebanyak 1 ml
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
darah mengandung 0,5 mg zat besi. Dengan penambahan konsumsi dari makanan sehari – hari maka kehilangan darah sedikitnya sebanyak 3 sampai 4 ml/hari (1,5 sampai 2 mg zat besi) dapat mengakibatkan keseimbangan zat besi negatif (Depkes, 2006). C. Darah dan Pemeriksaan 1. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira – kira 5 liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah ( Hofftbrand & pettit, 2005). Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernafasan yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul – molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan – bahan sisa metabolisme, obat – obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni (Underwood, 2002). 2. Komposisi darah Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. a. Eritrosit (Sel darah merah) Eritrosit dapat berubah bentuk dan merupakan sel tanpa inti serta bikonkaf. Eritrosit paling banyak ditemukan diantara keseluruhan sel darah. Sewaktu darah di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sentrifus maka akan terpisahkan komponen plasma dan seluler, yang bagian sel darah merahnya sekitar 45% dari volume total, ini merupakan volume packed cel atau hematokrit. Eritrosit merupakan sel pembawa oksigen karena banyak mengandung hemoglobin. Sel membran tersusun atas dua lapis fosfolipid dengan protein integral. Bentuk sel dipertahankan oleh struktur protein yang membentuk sitoskeleton. Sistem enzim melindungi hemoglobin dari oksidasi yang irreversibel. Eritrosit yang matang tidak mempunyai material inti, sehingga protein baru tidak dapat disintesis (Almatsier, 2004)
Sumber: Underwood,2002 Gambar 4. Sel Eritrosit Pembentukan eritrosit pada bayi terjadi di liver dan lien. Pada anak dan dewasa pembentukan eritrosit terjadi di sumsum tulang (bone merrow). Proses pembentukan eritrosit dimulai dari sel induk membentuk proeritroblas yang menjadi eritroblas kemudian terbentuk normoblas dilanjutkan bentuk retikulosit I-IV dan akhirnya terbentuk eritrosit. Fungsinya yang paling utama terletak pada hemoglobin sebagai alat transpor dan pertukaran oksigen pada jaringan. Metabolisme eritrosit terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
dengan siklus mulai hemoglobin kemudian verdoglobin, biliverdin dan bilirubin yang terikat pada albumin. Transpor eritrosit ke liver dimulai dari bilirubin glukoronit yang berikatan dengan asam glukuron. Pada usus dalam bentuk mesobilirubin menjadi urobilinogen dan sterkobilinogen. Selanjutnya terjadi siklus enterohepatis sebagai urobilinogen diserap di usus halus melalui vena porta ke hati dengan galasid (asam empedu dibuang ke usus). Sebagian urobilinogen masuk peredaran darah besar keginjal . Bagian – bagian yang penting dari eritrosit adalah hemoglobin , membran sel (untuk menentukan golongan darah), anti genitas dari golongan darah, fermen untuk aerobik dan oksidasi anaerobik (Almatsier, 2004). a. Leukosit (sel darah putih) Sel darah putih mempunyai inti sel, tidak mengandung hemoglobin terdiri dari granulosit (neutrofil, eosinofil,basofil),limfosit dan monosit. Semua leukosit dapat bergerak amuboid (seperti amoeba) dan dapat memakan benda asing (misalnya bakteri). Sel – sel darah putih dibentuk sebagian dalam sunsum tulang (granulosit, monosit dan limfosit)dan sebagian dalam jaringan limfa (limfosit dan sel – sel plasma). Orang dewasa memiliki kira – kira 7000 sel darah putih per milliliter kubik darah, terdiri dari 62% neutrofil, 2,3% eusinofil,0,4% basofil,5,3% monosit dan 30,3% limfosit. Bahan – bahan yang diperlukan untuk membentuk sel – sel darah putih adalah vitamin dan asam amino seperti halnya sel – sel lainnya. Sesudah dibentuk, sel – sel tersebut ditranspor dalam darah ke berbagai bagian tubuh. Masa hidup tiap sel berbeda, granulosit sekitar 12 jam, monosit sulit dinilai tetapi bisa beberapa minggu atau bulan, limfosit dapat berumur 110 – 300 hari (Gibson,1990).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Secara umum manfaat sel darah putih adalah untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk, karena selain mampu bergerak amuboid juga bersifat fagositosis. Sel darah putih yang berfungsi melawan penyakit disebut antibodi. Contoh antibodi misalnya limfosit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme yang spesifik (bakteri dan virus) dan toksin. Limfosit ada dua jenis yaitu T- Limfosit dan BLimfosit. Perbedaan antara T- limfosit adalah tempat pematangannya. B- Limfosit mengalami pematangan di sumsum tulang, sedang T-Limfosit mengalami pematangan di timus. Neutrofil dan monosit juga berfungsi fagositosis. Satu neutrofil mampu memfagosit 5 – 20 bakteri. Monosit yang keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam darah merupakan sel imatur (belum matang), sesudah beberapa jam, monosit akan menjadi makrofag (sel raksasa) yang mampu memfagosit 100 bakteri. Selain sel darah putih, sekelompok sel yang tersebar luas di seluruh jaringan dan membatasi beberapa pembuluh darah dan limfa juga membantu melindungi tubuh terhadap benda asing yang masuk. Sistem ini disebut retikuloendotelial (Almatsier, 2004). c. Plasma darah Plasma darah adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein dan berbagai jenis garam. 3. Pemeriksaan Profil Darah Pemeriksaan profil darah adalah pemeriksaaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Saat ini pemeriksaan profil darah dilakukan dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah antara lain: sel darah merah, hematokrit, hemoglobin, sel darah putih dan trombosit /platelet. Hanya tiga komponen darah (sel darah merah, hematokrit, dan hemoglobin )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
dari kelima komponen darah ini yang berperanan dalam mendeteksi anemia (Putri,2011). a. Sel darah merah Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu milliliter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah akan dinilai juga jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merahpun akan dievaluasi dibawah mikroskop. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan penyebabnya (Putri,2011). Pada anemia defisiensi besi yang kronis sel penunjuk akan menunjukkan eritropoesis mikrositik hipokromik, yakni MCV dan MCHC akan mempunyai nilai dibawah normal pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan. 1). Rata – rata nilai MCV Mean Cell Volume (MCV) adalah perbandingan antara nilai hematokrit dengan jumlah sel darah merah (Ht/RBC).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 5. Nilai normal MCV NO USIA 1 Dewasa 2 Bayi baru lahir 3 Anak usia 1- 3 tahun 4 Anak usia 4 – 5 tahun 5 Anak usia 6 – 10 tahun Sumber: Underwood, 2002
Nilai MCV 80 – 100 fL 98 – 122 fL 73 – 101 fL 72 – 88 fL 69 – 93 fL
2). Rata – rata nilai MCH Mean
Corpuscular
Haemoglobin
(MCH)
mengindikasikan
bobot
hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan perbandingan hemoglobin dengan sel darah merah (Hb/RBC). Tabel 6. Nilai normal MCH NO USIA 1 Dewasa 2 Bayi baru lahir 3 Anak usia 1-5 tahun 4 Anak usia 6 – 10 tahun Sumber: Underwood, 2002
Nilai MCH 26 – 34 pg 33 – 41 pg 23 – 31 pg 22-34 pg
3). Rata – rata nilai MCHC Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) mengindikasikan konsentrasi hemoglobin per unit volume eritrosit. Penurunan nilai MCHC dijumpai pada anemia hipokromik, defisiensi zat besi serta talasemia. Nilai MCHC dihitung dari nilai MCH dan MCV atau dari hemoglobin dan hematokrit. Nilai normal untuk MCHC adalah (Putri, 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Tabel 7. Nilai normal MCHC NO USIA 1 Dewasa 2 Bayi baru lahir 3 Anak usia 1,5 – 3 tahun 4 Anak usia 5 – 10 tahun Sumber: Putri, 2011
Nilai MCHC 32 -36 % 31 – 35% 26 – 34 % 32 – 36 %
b. Hematokrit Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu milliliter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain. Nilai normal untuk hematokrit pada orang dewasa laki – laki 45 – 47% sedangkan pada dewasa wanita 40 – 42% (Underwood, 2002). c. Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transpor oksigen dari paru – paru ke jaringan tubuh.Oksigen
merupakan
bagian
terpenting
dari
metabolisme
tubuh
untuk
menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru – paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas. Nilai normal untuk hemoglobin adalah:(Underwood, 2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Tabel 8. Nilai Normal Hemoglobin NO USIA 1 Anak 6 – 59 bulan 2 Anak 5 – 11 tahun 3 Anak 12 – 14 tahun 4 Wanita > 15 tahun 5 Wanita hamil 6 Laki – laki >15 tahun Sumber : Underwood, 2002
Nilai Hemoglobin 11g/dL 11,5 g/dL 12 g/dL 12 g/dL 11 g/dL 13 g/dL
d. Sel darah putih Sistem kekebalan tubuh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu zat besi. Santos (1990) dalam Ekizt et al (2005); Sadhegian et al (2011) dan Ozcan et al (2011) melaporkan bahwa keadaan defisiensi besi dapat menurunkan jumlah total limfosit sebagai komponen dari leukosit atau sel darah putih. Penurunan pembentukan sel – sel limfosit dapat disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi (Almatsier, 2003) Penderita anemia karena defisiensi besi akan mudah terserang penyakit karena menurunnya sistem pertahanan tubuh (Muhilal dan Karyadi, 1980). Penelitian Nalder et al (1972) telah membuktikan bahwa defisiensi zat besi dapat menurunkan produksi antibodi sebagai bentuk respon imun. Terjadinya defisiensi besi merupakan salah satu contoh adanya gangguan metabolisme, maka apabila terjadi gangguan metabolisme yang parah produksi leukosit dapat berkurang. Produksi leukosit yang berkurang dapat terjadi apabila komponen pendukung seperti zat besi dalam jumlah sedikit. Prentice (2008), secara ringkas menjelaskan besi sebagai penengah diantara sel inang dan pathogen. Banyak alasan secara teoritis yang menduga bahwa suplementasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
besi kemungkinan dapat menyebabkan kerentanan terhadap infeksi. Hal ini didukung oleh studi invitro dan pada hewan kecil tetapi meta analisis studi epidemologi dan intervensi manusia menemukan sedikit bukti terhadap outcome penyakit. Suplementasi besi tidak nampak meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Tabel 9. Nilai Leukosit normal Darah 1-2 tahun Leukosit x10g/l 6.0 – 17,5 Neutrofil granulose (%) Limfosit (%) Monosit (%) Eusinofil (%) Basofil (%) Sumber: Underwood, 2002
2- 6 tahun 6,0 - 17 1,9 - 8,0
Dewasa 4,5 – 14,5 50 - 70
0,9 – 5,2 0,2 – 1,0 0,0 – 0,8 0,0 – 0,2
25 - 40 2,0 - 8,0 2,0 – 4,0 0,0 – 1,0
e. Trombosit/Pletelet Anemia gizi besi biasanya berhubungan dengan nilai hitung trombosit yang tinggi. Hubungan antara trombositosis dan anemia gizi besi pernah dilaporkan pada anak dan dewasa, namun masih sedikit data mengenai hal ini. Kondisi trombositopenia dan trombositosis pada anemia gizi besi akan kembali normal sesudah mendapat terapi besi (Rosdiana, 2008). Trombositosis seringkali ditemukan pada 50 – 75% kasus orang dewasa dengan anemia hipokrom karena perdarahan yang menahun. Nilai normal untuk trombosit adalah 150 – 400 x 109/L (Supandiman, 1997) D. Tes Potensi Akademik Tes Potensi Akademik (TPA) adalah suatu tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan atau akademis (Sumitra,2013). Secara tradisional tes psikologi dikelompokkan menjadi dua macam menurut tujuan ukurnya, pertama adalah tes yang mengukur aspek kemampuan atau abilitas kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
yang dalam istilah Cronbach disebut performasi maksimal dan yang kedua adalah tes yang mengukur aspek bukan kemampuan yang dalam istilah Cronbach disebut sebagai performasi tipikal (Cronbach,1970, dalam Azwar,2008) Tes potensi akademik merupakan salah satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performasi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes semacam ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik (Azwar,2008). Gagasan dasar dalam konstruksi tes potensi akademik sedikit – banyak mengikuti konsep pengembangan Graduate Record Examinations (GRE) yang terdiri atas seksi verbal
Reasoning (V),
Quantitative
Reasoning
(Q) dan
Analytical
Writing
(AW)(GRE,Bulletin,2008),dengan beberapa perubahan. Pada umumnya Tes Potensi Akademik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu sub tes verbal, sub tes kuantitatif dan sub tes penalaran. Berbeda dari tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan pengungkapan hasil pembelajaran, Tes potensi akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran dan karenanya keberhasilan menjawab soal dalam tes ini adalah minimal kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran tertentu. Hal itu disebabkan konten soal – soal dalam tes potensi akademik dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (Logical) maupun analitis (Analytical). Sebagai contoh soal – soal Geometrika dalam Tes Potensi Akademik dapat dijawab tanpa mengandalkan penguasaan rumus – rumus geometrika yang rumit. Soal Aritmatika dalam Tes Potensi Akademik juga tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
memerlukan penggunaan rumus matematika namun lebih mengandalkan pada penalaran dan strategi pemecahan masalah kuantitatif yang bersifat umum sedangkan soal konsep aljabar mengungkapkan pemahaman akan konsep – konsep dasar aljabar bukan kemahiran dalam menggunakan rumus – rumus komputasinya (Zuckers, 2003) Tabel 10. Perbandingan Karakteristik Tes Potensi Akademik dan Tes Hasil Belajar no 1
Tes Potensi Akademik Dirancang untuk mengungkap kemampuan kognitif potensial 2 Disusun berdasar konsep abilitas dasar yang hendak diukur 3 Keterkaitan minimal dengan silabus/kurikulum 4 Skor Tes = Probability of Future Success 5 Skor tinggi diperoleh berdasar strategi umum penyelesaian masalah 6 Penekanan pada validitas prediktif Sumber: Azwar,2008
Tes Hasil Belajar Dirancang untuk mengukur hasil pembelajaran Disusun berdasar domain materi pembelajaran pada bidang tertentu Mengacu pada isi silabus Skor Tes= Indication of Present Success Skor tinggi diperoleh berdasar penguasaan bahan ajar Penekanan pada validitas isi
Pada Tabel 10 dimuat perbandingan karakteristik antara tes potensi akademik dan tes prestasi belajar. Sekalipun secara konstrak keterkaitan isi tes potensi akademik dengan kurikulum dan silabus mata pelajaran adalah minimal, namun asumsi bahwa tes potensi akademik mengukur kemampuan penalaran kognitif umum yang diperlukan para mahasiswa dalam belajar di jenjang pendidikan tinggi menjadi dasar pemikiran bahwa tes ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk dan karena itu skor tes potensi akademik diharapkan berkorelasi tinggi dengan indikator – indikator keberhasilan belajar di perguruan tinggi (Azwar,2008) E. Anemia,Kecerdasan dan Tes Potensi Akademik Defisiensi zat besi sangat berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi neurotransmitter (pengantar saraf). Akibatnya kepekaan reseptor saraf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
dopaminberkurang yang dapat berakhir
dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya
konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier,2004) Kecepatan pertumbuhan fisik pada masa remaja adalah tercepat kedua setelah kecepatan pertumbuhan usia bayi sehingga perlu lebih banyak energi dan zat gizi mikro untuk mendukung pertumbuhan fisik yang optimal. Pertumbuhan fisik remaja ditandai dengan peningkatan jumlah dan ukuran sel dan kematangan fungsi sel. Masa remaja membutuhkan
mineral
yang
cukup
tinggi
terutama
Fe
untuk
mendukung
pertumbuhannya terutama pertumbuhan dan perkembangan sel otaknya. Perkembangan otak manusia berlangsung mulai individu dalam kandungan, jika sejak dalam kandungan sudah mengalami defisiensi gizi maka pertumbuhan dan perkembangannya akan teganggu. Otak akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika sistem saraf berfungsi dengan baik serta pertumbuhan dari organ yang membangun sistem saraf juga telah terbentuk secara sempurna.Otak tersusun atas 3 bagian yaitu: cerebrum,cerebellum dan medulla oblongata. Medulla Oblongata merupakan bagian yang terdekat ke spinal cord, dan terlibat dalam pengaturan detak jantung, proses bernafas, pengaturan tekanan darah, pusat reflek mual, batuk, bersin dan kembung. Hipotalamus mengatur homeostasis, dan memiliki daerah pengaturan untuk rasa haus, lapar, suhu tubuh dan keseimbangan air dan tekanan darah serta menghubungkan sistem saraf dengan sistem endokrin.Thalamus berperan sebagai titik relay pusat bagi pesan - pesan saraf yang masuk (Sukirman, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Cerebellum merupakan bagian kedua terbesar penyusun otak , setelah cerebrum. Cerebellum berfungsi untuk koordinasi otot dan memelihara tekanan normal dan postur. Cerebrum mengatur intelegensi dan kemampuan menghafal, belajar, dan mengingat. Selama perkembangan embrio , otak yang pertama terbentuk berupa tabung (tube), dan ujung bagian yang membesar menjadi tiga gelembung kosong yang akan membentuk otak dan posterior yang akan berkembang menjadi spinal cord. Lobus oksipital pada bagian
belakang otak menerima dan memproses informasi visual. Lobus temporal
menerima sinyal suara, memproses bahasa dan arti kata. Lobus parietal berhubungan dengan sensori kortek dan memproses informasi tentang sentuhan, rasa, tekanan, sakit, panas dan dingin. Lobus frontal melakukan tiga fungsi yaitu yang pertama aktifitas motorik dan integrasi aktifitas otot, kedua yaitu berbicara dan yang ketiga adalah proses berfikir. Kecedasan anak yang anemia akan lebih rendah bila dibanding anak yang tidak anemia.Tes Potensi Akademik sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang dan merupakan suatu standar tes yang bertujuan untuk mengukur potensi akademik seseorang dengan membandingkan potensi satu orang dengan orang lain secara lebih obyektif yang menilai kemampuan verbal, kuantitas dan penalaran sehingga konten soal dalam tes potensi akademik (TPA) dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan dalam menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (Analytical) (Sumitra,2012) Area kemampuan berbahasa dan berbicara berada pada bagian kiri hemisphere otak. Keseluruhan bahasa ditemukan pada daerah Wernicke. Kemampuan berbicara pada bagian Brocca. Kerusakan bagian Broca menyebabkan gangguan berbicara namun tidak pada kemampuan bicara total. Kegagalan daerah Wernicke menyebabkan ganguan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
kemampuan menulis dan menyebutkan kata – kata, tetapi masih bisa berbicara. Bagian lainnya di dalam korteks berhubungan dengan kemampuan berfikir yang lebih besar, perencanaan, mengingat, personalitas, dan aktifitas lainnya. Selain otak, sistem saraf juga dibangun oleh spinal cord. Spinal cord berada sepanjang sisi dorsal tubuh dan menghubungkan otak ke seluruh tubuh (Thorndike RM et al, 1991). Otak janin yang tumbuh sangat cepat sejak minggu 10 – 18 usia kehamilan, menuntut sang ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dalam rentang waktu tersebut. Otak juga mengalami pertumbuhan yang cepat sampai usia 2 tahun. Malnutrisi pada masa periode pembentukan otak ini akan menimbulkan efek merugikan terhadap sistem saraf dan tidak hanya memberikan pengaruh pada neuron tetapi juga pada sel – sel glial yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh terhadap sel glial ini akan merubah perkembangan myelin terutama karena myelin ini akan terus menerus terbentuk disekitar akson pada awal kelahiran. Otak dapat diibaratkan sebagai mesin yang memerlukan bahan bakar agar fungsinya optimal. Faktor gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak dengan memodifikasi :1) Jumlah dan ukuran sel saraf dan mengatur posisi saraf dalam system saraf pusat, 2) Perkembangan dendrite, myelinasi akson dan jaringan sinaps, 3) Membentuk neurotransmitter. Otak membutuhkan zat gizi terutama zat besi. Otak tidak mampu menyimpan glikogen atau lemak yang bisa dirombak jika otak kekurangan zat gizi. Otak juga tidak mampu menyimpan oksigen untuk mengoksidasi bahan bakar ataupun zat gizi, karena itu otak benar – benar tergantung pada suplai darah untuk memenuhi oksigen maupun zat gizi yang diangkut darah (Gibson, 1990).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
F. KERANGKA KONSEP PEMIKIRAN Kebiasaan makan mahasiswa (Jumlah dan jenis makanan tidak seimbang) Profil darah Eritrosit MCV MCH MCHC Hb Hematokrit Leukosit Plasma darah
Anemia pada mahasiswa putri
↓ Kehilangan darah menstruasi tiap bulan
Mudah lesu,lelah,letih,lemah dan tidak bisa berkonsentrasi
Kemampuan kognitif rendah
Kemampuan potensi akademik menurun/Skor TPA rendah
Produktifitas SDM menurun
Perlu Intervensi zat gizi mikro pada remaja putri melalui suplementasi besi
Suplementasi besi setiap hari
Suplementasi besi setiap minggu
Profil darah normal dan skor TPA meningkat
Gambar 5 Kerangka konsep pemikiran pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan Skor TPA mahasiswi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
G. Hipotesis Penelitian Terdapat pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah Randomized Control Trial (RCT)dengan memberikan suplementasi tablet zat besi setiap hari dan seminggu satu kali masing – masing selama enam minggu dan dilihat pengaruhnya terhadap peningkatan kadar profil darah dan hasil Tes Potensi Akademik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri,Desa Lirboyo,Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Propinsi Jawa Timur selama 4 bulan.Waktu penelitian bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2014. 1. Untuk pengambilan sampel darah dilakukan di ruang laboratorium kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri, sedangkan pemeriksaan profil darah dilakukan di Laboratorium Klinik Sam Husada Kediri. 2. Tempat pemeriksaan status gizi dan pengisian kuesioner dilakukan di Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri Jawa Timur 3. Pembagian tablet zat besi dilakukan di ruang laboratorium KDM kampus akademi keperawatan Dharma Husada Kediri Jawa Timur dilakukan setiap hari.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
C.Subjek Penelitian Populasi
dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi akademi keperawatan
Dharma Husada Kediri Semester 2 yaitu sebanyak
95 mahasiswi. Subjek dalam
penelitian ini adalah mahasiswi akademi keperawatan Dharma Husada Kediri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Kriteria Inklusi: 1. Usia 18-20 tahun 2. Sehat, tidak sedang sakit atau menderita penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir 3. Kadar Hb < 12 gr/dl 4. Bersedia menjadi responden penelitian yang ditunjukkan dengan mengisi format pernyataan kesediaan ikut dalam penelitian Kriteria eksklusi: 1. Kesulitan /tidak bisa minum obat peroral 2. Keluar/pindah kuliah saat penelitian D. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling, yaitu simple random sampling dari mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri selama periode penelitian sampai tercapai jumlah sampel yang dibutuhkan. Penentuan besar sampel dengan perbedaan 2 mean dengan taraf kepercayaan 95 % dan power test 90%. Berdasarkan Snedecor dan Cohran (1980), penghitungan yang diperlukan untuk menentukan besar sampel adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
n = [ (Z(a) + Z (b)) SD ]2 m1 – m2 dimana : Z (a)
: nilai student,s t pada tingkat confidence yang spesifik
Z(b)
: nilai students t (2 tailed) pada power yang spesifik
SD
: estimasi pada standar deviasi
m1
: mean pada populasi 1
m2
: mean pada populasi 2
m1 – m2: perkiraan perbedaan antara perlakuan Z(a) CI
Z
90%
1,6448
95%
1,96
97,5%
2,2414
99%
2,5758
99,5%
2,807%
Z(b) CI
Z
80%
-0,842
85%
-1,037
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
90%
-1,282
95%
-1,645
n = 22 sampel untuk masing – masing kelompok E. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini Randomized Control Trial (RCT) .
X
X1
P1
O1
P2
O2
R
Gambar 6 : Rancangan penelitian (Nursalam, 2003) Keterangan: X
: Mahasiswi usia 18 – 20 tahun yang anemia
X1 : Pre test profil darah tepi sampel dan tes potensi akademik R
: Randomisasi
P1 : Mahasiswi anemia yang diberi tablet besi setiap hari P2 : Mahasiswi anemia yang diberi tablet besi setiap minggu O1 : Pada minggu ke 7 kelompok perlakuan 1 diperiksa profil darahnya dan posttest potensi akademik O2 : Pada minggu ke 7 kelompok perlakuan 2 diperiksa profil darahnya dan post test potensi akademik F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent) adalah suplementasi zat besi 2. Variabel terikat (dependent) adalah kadar profil darah dan hasil tes potensi akademik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Pada penelitian ini tidak digunakan kelompok plasebo, karena telah diketahui bahwa anemia pada usia pranikah bagi remaja putri dalam hal ini mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dapat berakibat buruk, sehingga tidak etis bila ada kelompok yang memiliki risiko sama tidak mendapat terapi. G. Definisi Operasional Variabel 1. Suplementasi Zat besi a. Suplementasi zat besi adalah pemberian suplemen zat besi bentuk sulfas ferosus secara peroral dengan dosis orang dewasa 200mg. b. Cara pengukuran kepatuhan : lembar observasi/cek list c. Kode pengukuran : Kelompok A dengan suplementasi besi 1 tablet setiap hari selama 6 minggu, kelompok B suplementasi besi 1 tablet setiap minggu selama 6 minggu. d. Skala pengukuran : nominal 2. Profil darah adalah pemeriksaan darah dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Pada penelitian ini yang diukur adalah kadar hemoglobin, sel darah merah (eritrosit), MCV, MCH, MCHC. a. Nilai profil darah adalah harga absolut dihitung dari konsentrasi eritrosit, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit, MCV, MCH,MCHC , adapun rumus yang digunakan: 1). Penentuan kadar Hb: menggunakan metode Cyanmethemoglobin. g% Hb sampel = Densitas sampel x g% Hb standart Densitas standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
2).
Penentuan Kadar Ht: menggunakan volume packet red cells (VPRC).. Normal VPRC untuk laki – laki 45 % dan perempuan 41% dari volume seluruhnya.
3). Perhitungan MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah rata – rata volume masinga – masing eritrosit, dihitung dari volume eritrosit dibagi banyaknya eritrosit dalam 1 liter darah. MCV dinyatakan dalam femtoliter (fl). Normal MCV pada semua kelompok umur sama yaitu 80 – 94 fl MCV = Volume Packed Red Cells (VPRC) Banyaknya eritrosit 1 liter
4). Perhitungan MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) merupakan rata – rata banyaknya Hb dalam tiap eritrosit. MCH dinyatakan dalam pictogram (pg) Normal nilai MCH remaja putri: 26 – 34 pg MCH = Hb (g/100 ml darah) Banyaknya eritrosit /liter
4) Perhitungan MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Consentration) merupakan presentase banyaknya Hb terhadap volume eritrosit. MCHC dinyatakan dalam gram /100 mililiter (g/100ml) normal pada kelompok remaja putri untuk nilai MCHC yaitu: 32 – 36 g/100ml
MCHC = Hb (g/100 ml darah VPRC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
b. Cara pengukuran : preparasi dan analisis dilakukan di laboratorium Sam Husada Kediri c. Skala pengukuran : interval 3. Tes potensi akademik a. Tes Potensi Akademik adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang akademik atau keilmuan yang terdiri dari kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif dan kemampuan penalaran b. Alat ukur: Soal TPA BAPPENAS tahun 2008 c. Kode pengukuran: jawban benar =1, jawaban salah = 0 kemudian dijumlahkan dan dibagi 3, hasilnya dikalikan 10.dengan penilaian: 1= Hasil tes potensi akademik kurang (nilai < 200) 2 = Hasil tes potensi akademik sedang( 200 – 500 ) 3 = Hasil tes potensi akademik tinggi ( > 500 ) d. Skala pengukuran : ordinal 4. Asupan Gizi a. Asupan gizi adalah asupan makanan yang mengandung zat besi, dihitung dengan cara menjumlah asupan zat gizi tersebut yang dikonsumsi oleh subjek selama 24 jam pada hari biasa dan pada hari libur.Asupan pada hari biasa dan hari libur ditambahkan kemudian dibagi dua, lalu dibandingkan dengan Tabel Angka Kecukupan Zat Gizi bagi orang Indonesia pada wanita usia subur usia 18 – 29 tahun, selanjutnya dibuat presentase kecukupannya(%AKG). Seluruh analisa penghitungan asupan zat gizi tersebut menggunakan Nutri Survei (WHO, 2002)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
b. Alat ukur: Food recall2 X 24 jam (hari biasa dan hari libur) c. Kode asupan gizi: 1.= sesuai dengan angka kecukupan zat gizi bagi orang Indonesia untuk wanita usia subur 18 – 29 tahun (90% AKG). 2 = Tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia untuk wanita usia subur 18 – 29 tahun d. Skala pengukuran :Nominal H.Instrumen Penelitian 1. Kuesioner, untuk mendapatkan data identitas responden 2. Daftar isian Food Recall 24 jam hari biasa dan hari libur untuk data konsumsi Fe 3. Spuit/ jarum suntik 5 cc yang telah diberi nama dan nomor untuk mengambil sampel darah pasien , untuk pemeriksaan profil darah 4. Sampel darah vena mengandung EDTA (Ethylenediaminetetraacetate, suatu anti koagulan agar darah yang akan diperiksa tidak membeku) sebanyak 3 cc untuk pemeriksaan kadar hemoglobin I. Protokol Penelitian 1. Secara random sampel yang memenuhi kriteria dari jumlah populasi mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok A diberi suplementasi 1 tablet ferro sulfat 1 x /hari dan kelompok B diberi suplementasi 1 x seminggu selama 6 minggu 2. Populasi yang sudah terpilih menjadi sampel penelitian diberikan penjelasan dan diminta untuk mengisi format persetujuan menjadi responden guna skrining Hb, serta diminta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
untuk dilakukan pemeriksaan kadarprofil darah awal oleh petugas lab Sam Husada Kediri 3. Setelah hasil skrining kadar Hb diperoleh, subjek penelitian yaitu mereka yang anemia, dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dl, masing – masing di berikan 1 tablet Albendazole 400 mg (deworming agent) untuk menghilangkan confounding factor anemia yang disebabkan oleh investasi cacing (Helminthiasis) serta diminta untuk mengisi kuesioner kemudian diperiksa profil darahnya, lalu dilanjutkan untuk pemeriksaan tes potensi akademik. 4. Kemudian seluruh subjek penelitian secara random dibagi dalam dua kelompok. Kelompok A mendapat perlakuan diberikan 1 tablet besi setiap hari dan kelompok B mendapat 1 tablet besi setiap minggu. 5. Seluruh subjek penelitian dibagikan tablet zat besi untuk dikonsumsi selama satu minggu sesuai dengan kelompok suplementasi. Sebelumnya diberikan penjelasan tentang cara minum tablet zat besi, sebagai berikut: a. Kelompok A: diminta untuk minum 1 tablet zat besi 1 jam sesudah makan malam setiap hari selama 6 minggu (diberikan sebanyak 7 tablet zat besi setiap minggu selama enam minggu) b. Kelompok B: diminta untuk minum 1 tablet zat besi 1 jam sesudah makan malam seminggu satu kali setiap hari senin selama 6 minggu (diberikan sebanyak 1 tablet zat besi setiap minggu selama 6 minggu) 6. Pada hari yang telah disepakati, peneliti menanyakan dan mengisi data food recall2 x 24 jam ( hari biasa dan hari libur )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
7. Setelah tablet zat besi selesai dikonsumsi selama enam minggu, pada hari yang telah ditentukan seluruh subjek penelitian diminta untuk dilakukan pemeriksaan profil darah akhir dan tes potensi akademik akhir di ruang laoratorium KDM kampus akademi keperawatan. Pengambilan darah untuk pemeriksaan
profil darah dilakukan oleh petugas dari
laboratorium klinik Sam Husada Kediri. Peneliti membantu pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan dan mengumpulkan sampel serta melakukan koding agar sampel tidak tertukar. Untuk menjaga kualitas data, peneliti secara langsung memimpin penelitian sejak tahap persiapan sampai akhir analisis data dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut: 1. Membuat pengisian kuesioner data awal 2. Melakukan uji coba pengisian kuesioner, serta pengisian food recall 24 jam hari biasa dan hari libur, melakukan perbaikan terhadap butir isian yang dianggap menyulitkan atau menimbulkan kesalahan interpretasi bagi responden. Melakukan wawancara kepada seluruh responden penelitian, guna pengisian data food recall 24 jam hari biasa dan hari libur pada seluruh responden penelitian. 3. Pembagian tablet zat besi dan tablet albendazole dilakukan langsung oleh peneliti di ruang laboratorium KDM kampus akademi keperawatan secara bertahap setiap minggu pada masing – masing kelompok subjek penelitian sambil memberikan motivasi dan mengecek konsumsi tablet zat besi. Pengecekan konsumsi zat besi dilakukan dengan menanyakan konsumisi tablet zat besi dan sisa tablet zat besi yang ada setiap minggu yang dilakukan sampai akhir periode penelitian, yaitu selama enam minggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
4. Melakukan pendekatan pada seluruh subjek penelitian, melakukan evaluasi selama jangka waktu penelitian serta membantu memecahkan keluhan – keluhan yang mungkin timbul selama mengkonsumsi tablet zat besi. 5. Memantau pengambilan sampel darah pemeriksaan profil darah dan melakukan koding 6. Melakukan editing dan analisa data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
J. Alur penelitian
Mahasiswi Akademi Keperawatan n= 95 Skrining Hb dan kriteria inklusi/eksklusi Jumlah penderita anemia ( 43orang) Deworming Agent : Pemberian 1 tablet Albendazole 400 mg RANDOMISASI
Kelompok A( n=22)
Kelompok B(n= 21)
Periksa profil darah dan tes potensi akademik pre test
Suplementasi zat besi 1 x 1tab selama enam minggu
Periksa profil darah dan tes potensi akademik pretest
Suplementasi zat besi 1 x1 tab/minggu selama enam minggu
2 orang sampel mengalami drop out karena adanya efek samping
1 orang sampel mengalami drop out karena sakit
Periksa profil darah dan tes potensi akademik post test (n=20)
Periksa profil darah dan tes potensi akademik posttest (n=20)
Analisa Statistik untukmengetahui Peningkatan kadar profil darah dan hasil tes potensi akademik
Gambar 7: Alur penelitian pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik mahasiswi Akper Dharma Husada Kediri
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
K. Analisis Data 1. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden serta memaparkan hasil penelitian kadar profil darah dan hasil tes potensi akademik pretest dan post test 2.Analisis Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test digunakan untuk melakukan uji normalitas datapada masing – masing kelompok yang hasilnya data terdistribusi secara normal 3. Uji paired t test (uji t sampel berpasangan) untuk melihat perubahan profil darah pada masing – masing kelompok dan uji independent t test untuk melihat perbedaan profil darah antar kelompok perlakuan 4. Variabel TPA merupakan data ordinal sehingga bebasdistribusi,
untuk
melihat
perbeadaan skor TPA antar kelompok suplementasi dengan uji Man Whitney U test 5Menguji perbedaan asupan gizi antar kelompok suplementasi dengan uji independent sample t test 6. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah 95% (α = 0,05) 7. Penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows release 17.0 8. Data asupan gizi dianalisis dengan metode food recall 24 jam hari biasa dan hari libur dan dilakukan dengan program Nutri Survei 9. Keterangan kelaikan Etik (Ethical Clearence) diperoleh dari ketua Komisi Etik Penelitian Kedokteran Kesehatan FK – UNS Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Karakteristik Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri yang berusia kurang dari 20 tahun yang berjumlah 95 orang. Dari hasil skrining pemeriksaan Hb didapatkan mahasiswi yang menderita anemia sebanyak 43 orang dengan nilai Hb <12gr/dL. Keseluruhan jumlah tersebut memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta bersedia mengisi informed consent ulang guna mengikuti penelitian. Pada akhir penelitian, dari jumlah 43 sampel penelitian yang mengalami drop out sebanyak 3 orang yaitu 2 orang subjek dari kelompok suplementasi A karena alasan ada efek samping mual serta tidak mau diambil darah ulang guna pemeriksaan laboratorium pada akhir penelitian dan 1 orang subjek dari kelompok suplementasi B karena alasan sakit dan dirawat di rumah sakit. Sehingga sisanya berjumlah 40 responden merupakan sampel penelitian ini, yang terbagi dalam 2 kelompok suplementasi, 20 responden pada kelompok suplementasi A dan 20 responden pada kelompok suplementasi B. Keikutsertaan subjek dalam penelitian ini tergolong sangat baik (100%). Seluruh subjek penelitian yang dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi setiap hari bagi kelompok suplementasi A dan satu minggu sekali pada kelompok suplementasi B beberapa jam setelah waktu makan pagi mengikuti sesuai petunjuk yang diberikan hingga akhir periode suplementasi selama enam minggu. Secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
rutin setiap hari maupun setiap minggu seluruh subjek diberikan kebebasan waktu untuk berkonsultasi dengan peneliti sehubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemberian suplementasi, baik melalui pertemuan rutin diantara waktu belajar mengajar atau melalui telekomunikasi. Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Sosial - Ekonomi No
Karakteristik
1
Tempat tinggal responden Dengan orang tua Tidak dengan orang tua Pendidikan orang tua Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan orang tua responden Tidak bekerja PNS Pegawai swasta TNI/POLRI Petani
2
3
Frekuensi
Persentase
29 11
72% 28%
0 0 5 6 18 11
0% 0% 12% 15% 45% 28%
1 11 22 3 3
2% 27% 55% 8% 8%
Sumber: Data primer, 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor – Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Suplementasi Zat Besi No
Fakto Yang Dapat Mempengaruhi
1
Kebiasaan Minum Teh Tidak pernah <1 x seminggu 1- 2 x seminggu 3- 6 x seminggu 1x sehari 1 xsehari Kebiasaan Minum kopi Tidak pernah < 1 x seminggu 1-2 x seminggu 1x sehari Kebiasaan konsumsi minuman soda Tidak pernah <1 x seminggu 1 – 2 x seminggu Kebiasaan makan pagi Selalu Kadang – kadang Tidak pernah Kebiasaan makan siang Selalu Kadang – kadang Tidak pernah Konsumsi obat Maag Ya Tidak Suplementasi zat besi sebelumnya Ya Tidak Kebiasaan olah raga Ya Tidak pernah donor darah Ya Tidak
2
3
4
5
6 7 8. 9
Frekuensi
Persentase
4 10 8 8 9 1
10% 25% 20% 20% 22% 3%
16 9 13 2
40% 22% 33% 5%
15 16 9
37% 40% 23%
9 25 6
22% 63% 15%
22 13 6
55% 32% 15%
15 25
37% 63%
5 35
12% 88%
10 30
25% 75%
11 29
27% 73%
Sumber: Data primer, 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Tabel 13. Efek Samping Yang Muncul Setelah Suplementasi Zat Besi no
Efek samping
1 Pusing 2 Mual 3 Muntah 4 Diare 5 Tidak ada keluhan Sumber: Data primer, 2014
Frekuensi Kelompok A n (%) 5 (25) 4 (20 ) 2 (10 ) 5 (25) 4 (20)
Kelompok B n (%) 2 (10) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 18 (90)
Ada beberapa responden pada kelompok suplementasi A mengeluh adanya efek samping akibat suplementasi zat besi, namun tidak menyebabkan penghentian suplementasi. Umumnya efek samping yang dikeluhkan adalah mual, muntah, diare dan pusing. B. Analisis Hasil Penelitian. 1. Analisis Normalitas Data Keseluruhan subjek yang datanya lengkap dan dapat dianalisis berjumlah 40 orang. Pada kelompok suplementasi A berjumlah 20 orang dan pada kelompok suplementasi B berjumlah 20 orang. Semua data yang diperoleh dilakukan analisis uji normalitas data. Adapun hasil analisis Kolmogorof Smirnov Goodness of fit Test berada dalam distribusi normal, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis statistik parametrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tabel 14 Hasil Uji Normalitas Variabel
p ( kelompok A) pre post 0,656 0,916 0,387 0,791 0,784 0,610 0,407 0,735 0,866 0,298
Hb Eritrosit MCV MCH MCHC Energi Protein Lemak Karbohidrat
p (Kelompok B) pre post 0,651 0,984 0,311 0,808 0,667 0,821 0,934 0,959 0,795 0,487 0,980 0,752 0,757 0,822
Sumber: Data primer, 2014 Pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikan 5%, apabila nilai signifikan p > α (0,05) maka data berdistribusi normal. Tabel 15. Hasil Pemeriksaan profil darah pada ke dua kelompok No 1 2 3 4 5
Profil Darah Kadar Hb Normal Tidak normal Kadar Eritrosit Normal Tidak normal Kadar MCV Normal Tidak normal Kadar MCH Normal Tidak normal Kadar MCHC Normal Tidak normal
Pre tes n (%)
Postes n (%)
0 40
(0) (100)
34 6
(85) (15)
0 40
(0) (100)
29 11
(72,2) (27,8)
9 31
(25,5) (77,5)
27 13
(67,5) (32,5)
19 21
(47,5) (52,5)
26 14
(65) (35)
18 22
(45) (55)
27 13
(67,5) (32,5)
Sumber: Data primer 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Tabel 15 menyajikan hasil pemeriksaan kadar profil darah sebelum dan sesudah suplementasi dibandingkan nilai rujukan profil darah WHO (1996) yang ditetapkan sebagai batasan anemia. Tabel 16 Karakteristik Skor Tes Potensi Akademik Sebelum dan Sesudah Suplementasi Besi pada Mahasiswa Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri No Skor TPA 1 Kurang 2 sedang 3 Tinggi Sumber: Data primer, 2014 2.
Pretes (n%) 7 (17) 33 (82,5) 0 (0)
Post Tes( n%) 0 (0) 40 (100) 0 (0)
Uji Hipotesis a.
Perubahan Profil Darah Mahasiswi Yang Diberi Suplementasi Zat Besi Selama 6 Minggu Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17 diketahui bahwa nilai p-value<
(0,05)untuk masing masing kelompok maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perubahan signifikan antara profil darah Hb, eritrosit, MCV, MCH, MCHC sesudah pemberian suplementasi zat besi (1 tablet) selama 6 minggu baik pada kelompok A (pemberian zat besi 1 tablet/hari) maupun kelompok B (pemberian zat besi 1 tablet/minggu) pada mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Nilai p-value dengan uji independent t test didapatkan p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan profil darah antar kedua kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Tabel 17 Hasil Analisis Perubahan Profil Darah Mahasiswi yang Diberi Suplementasi Besi Ferros Sulfat 200 mg) Selama 6 Minggu Profil darah
Perlakuan
Mean ±SD
p**
A B Pre test 11,39 ±0,39 11,36±0,41 0,661 Post test 12,85±0,81 12,69±0,77 p* 0,000# 0,000# Eritrosit Pre test 4,54±0,39 4,34±0,30 0,250 Post test 4,78±0,35 4,76±0,43 p* 0,000# 0,000# MCV Pre test 78,6±3,29 76,66±3,40 0,413 Post test 82,85±5,38 82,25±6,38 p* 0,000# 0,000# MCH Pre test 25,50±1,83 25,37±2,77 0,76 Post test 26,88±2,44 26,66±2,79 p* 0,000# 0,013# MCHC Pre test 31,89±0,98 31,58±1,84 0,593 Post tes 32,51±1,12 32,47±1,49 p* 0,003# 0,000# A: Kelompok suplementasi 1 tablet/ hari B: Kelompok suplementasi 1 tablet/minggu p*: p paired t test p**: p independent t test # : variabel yang signifikan Hb
b.
Perbedaan
Kadar Profil Darah Dan Nilai Tes Potensi Akademik Sesudah
Suplementasi Pada Kedua Kelompok Suplementasi Perbedaan kadar profil darah antara kedua kelompok dengan menggunakan uji independent testdiperoleh hasil sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Tabel 18. Hasil Analisis Perubahan Kadar Profil Darah Post Test – Pre Test Antar Kelompok Suplementasi Variabel
Perlakuan
Mean
p
Hb
Kelompok A Kelompok B Kelompok A Kelompok B Kelompok A Kelompok B Kelompok A Kelompok B Kelompok A Kelompok B
0,0250 0,1600 0,1900 0,0210 1,4000 0,5950 0,1300 0,2200 0,3050 0,0400
0,676 0,677 0,339 0,339 0,741 0,742 0,945 0,945 0,709 0,709
Eritrosit MCV MCH MCHC
Sumber: Data primer,2014 Tabel 19. Hasil Analisis Perbedaan Skor TPA Antar Kelompok Suplementasi Variabel
Perlakuan
p
TPA
Kelompok A
0.037*
Kelompok B
0,075
Ket: * : variabel yang signifikan Sumber : Data primer, 2014 Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai p-value seluruh variabel profil darah p> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti perbandingan pemberian suplementasi besi setiap hari dengan setiap minggu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kadar profil darah dan TPA antara kedua kelompok mahasiswi Akper Dharma Husada Kediri c.
Perbedaan Asupan Zat Gizi Antar Kelompok Suplementasi Pada Mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Hasil pengujian dengan menggunakan uji independent sample t-test diperoleh hasil sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Tabel 20
Hasil Analisis Perbedaan Asupan Zat Gizi Antar Kelompok Suplementasi Pada Mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Kelompok energi protein lemak karbohidrat
Perlakuan 1x sehari 1x seminggu 1x sehari 1x seminggu 1x sehari 1x seminggu 1x sehari 1x seminggu
Mean 48.17 46.35 74.91 67.24 53.01 49.19 44.57 40.95
SD 18.52 18.66 28.34 28.89 27.03 24.41 15.73 15.65
t
p
0,310
0,758
0,848
0,402
0,469
0,642
0,730
0,470
Sumber:Data primer,2014 Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa keseluruhan nilai p-value asupan gizi >0,05 maka H0diterima dan H1ditolak yang berarti tidak ada perbedaan signifikan asupan gizi antara kedua kelompok perlakuan. C. Pembahasan 1. Perubahan Profil Darah Mahasiswi Yang Diberi Suplementasi Zat Besi (1 Tablet)Setiap Hari dan Setiap Minggu Selama 6 MingguPada Mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri Berdasar Tabel 11 didapatkan bahwa tempat tinggal responden 72% tinggal dengan orang tua. Pada penelitian ini tempat tinggal responden dipertimbangkan, apakah tinggal dengan orang tua atau tidak dengan orang tua (indekost). Tinggal bersama orang tua akan lebih menjamin ketersediaan makanan dibandingkan dengan jika tidak tinggal dengan orang tua (indekost) sehingga diharapkan ketersediaan makanan yang mencukupi mampu memperbaiki status aneminya. Berdasarkan Tabel 11 didapatkan bahwa ada 45 % pendidikan orang tua responden adalah pada tingkat SMA. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat erat kaitannya dengan penggunaan pelayanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
kesehatan, yang mungkin berarti mengakibatkan keadaan kesehatan yang lebih baik. Semakin tinggi pendidikannya diharapkan semakin tinggi pengetahuannya terutama tentang pentingnya pemenuhan gizi dalam keluarga.Tingkat pekerjaan orang tua responden
akan
mempengaruhi
tingkat
penghasilan.
Berbagai
penelitian
menunjukkan bahwa kenaikan penghasilan selain akan mendorong perubahan pola konsumsi makanan dan pola kebiasaan makan juga mendorong masyarakat memilih makanan yang kualitasnya lebih tinggi (Soekirman, 2004). Kualitas konsumsi makanan mempengaruhi status gizi para remaja. Pada penelitian ini kebiasaan makan pagi dan siang dipertimbangkan. Berdasarkan Tabel 12 didapatkan sebagian besar responden mempunyai kebiasaan tidak sarapan pagi dan mempunyai pola makan yang tidak teratur. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali sehari. Sarapan pagi akan memenuhi kebutuhan tubuh selama 4 – 6 jam sebelum makan siang dan akan menyumbang asupan gizi sebesar 25%. Apabila kecukupan energi untuk orang dewasa adalah sekitar 2000 kalori dan kebutuhan protein adalah sebesar 50 gram sehari, maka sarapan pagi akan menyumbangkan asupan sebanyak 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi dari makan siang, makan malam, dan makanan selingan diantara dua waktu makan. Selain itu faktor kebiasaan pola makan ini diperhitungkan karena tingkat keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut zat besi. Asam lambung dan rata – rata pengosongan lambung akan mempengaruhi kelarutan zat besi (Fairweather, 2004) Pada saat penelitian berlangsung pada kedua kelompok suplementasi banyak yang mengkonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
teh, obat sakit maag. Penyerapan zat besi dapat ditingkatkan oleh adanya vitamin C dan HCL, sebaliknya penyerapan zat besi menurun apabila terdapat antasida (pada produk obat sakit Maag) atau jika mengandung tannin yang merupakan polifenol yang terdapat pada teh dan kopi (Hallberg dan Hulten, 2000). Berdasarkan Tabel 14 didapatkan efek samping dari suplementasi lebih banyak ditemukan pada kelompok suplementasi A yang mendapat suplementasi zat besi 1 tablet setiap hari. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprapto , mengemukakan bahwa makin sering tablet zat besi diberikan maka efek samping yang timbul lebih sering terjadi (Suprapto,1999). Menurut Muslimatun, 2001 salah satu penyebab rendahnya penerimaan terhadap suatu program suplementasi adalah kurangnya motivasi dari pasien dan petugas kesehatan, tidak adekuatnya pemberian suplementasi tablet besi, serta kurangnya jalur terhadap pelayanan kesehatan. Berdasar Tabel 17 ,hasil analisis perubahan nilai profil darah pada responden yang diberi suplementasi zat besi selama 6 minggu menunjukkan nilai p <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada perubahan signifikan antara profil darah sesudah pemberian suplementasi zat besi pada kelompok A maupun kelompok B . Rata –rata peningkatan nilai profil darah pada kelompok suplementasi besi 1 tablet setiap minggu lebih tinggi dibandingkan pada kelompok suplementasi 1 tablet setiap hari. Pada kelompok yang diberi suplementasi 1 tablet setiap hari dapat meningkatkan nilai Hb 11,39 g/dLmenjadi 12,85 g/dLsedangkan pada kelompok suplementasi 1 tablet setiap minggu dapat meningkatkan rata – rata nilai Hb 11,36g/dL menjadi 12,69 g/dL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Pemberian suplementasi zat besi setiap hari dan setiap minggu menyebabkan peningkatan kadar profil darah yang bermakna secara statistik diatas nilai rujukan yang ditetapkan oleh WHO (1996) sebagai batasan anemia. Menurut Breyman (2005) defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia pada remaja sehingga suplementasi besi menjadi terapi utama baik secara oral, parenteral dan tranfusi. Terapi besi secara oral telah terbukti efektif dalam memperbaiki defisiensi besi pada kebanyakan kasus anemia, kemudian ada bukti yang mendukung adanya koreksi terhadap parameter hematologi dan status besi dengan suplementasi besi secara oral. Berdasarkan
penilitian
yang
dilakukan
oleh
Siddiqui
(2004)
yang
membandingkan pemberian suplementasi besi setiap hari dan setiap minggu sekali dengan pemberian suplementasi zat besi dengan cara diminum (per oral) pada anak sekolah. Kadar Hb, Hematokrit, TIBC dan Feritin sebelumnya diukur. Ferro sulfat 200 mg di berikan setiap hari pada 1 kelompok dan seminggu sekali pada kelompok yang lain selama 2 bulan. Hasil dari penelitiannya adalah pemberian suplementasi besi setiap seminggu sekali lebih efektif dibandingkan pemberian suplementasi besi setiap hari untuk pengobatan anemia defisiensi besi. Lebih lanjut dikemukakan pemberian suplementasi zat besi seminggu sekali lebih efektif dan sedikit atau bahkan tidak mempunyai efek samping. Penentuan frekuensi suplementasi zat besi pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Schultink dan Gross, 1996 yang mengemukakan bahwa terdapat perkembangan baru dalam penentuan frekuensi suplementasi zat besi. Percobaan yang dilakukan pada tikus untuk membandingkan pengaruh suplementasi zat besi setiap hari dan seminggu tiga kali dilakukan berdasarkan pengamatan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
pada mukosa usus manusia uptake zat besi akan ditekan. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa suplementasi yang berselang dengan dosis yang lebih rendah sama efektifnya dengan suplementasi zat besi setiap hari dalam memperbaiki status zat besi. Telah didiskusikan bahwa apabila pemberian zat besi sesuai dengan masa pembaharuan mukosa usus, maka penyerapan dan timbunan zat besi akan lebih efisien. Berdasarkan hasil diskusi tersebut dilakukan beberapa penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian suplementasi zat besi setiap hari dan seminggu sekali pada populasi di negara – negara berkembang. Sejauh ini hasil yang telah dipublikasikan adalah penelitian pada anak usia prasekolah di Indonesia dan Cina serta pada wanita hamil dan tidak hamil di Indonesia. Seluruh penelitian yang telah dilakukan pada subjek dari Cina dan Indonesia menunjukkan bahwa suplementasi seminggu sekali sama efektifnya dengan suplementasi zat besi setiap hari dalam memperbaiki status zat besi. Lebih lanjut dikemukakan, asupan zat besi setiap hari yang lebih tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap mikronutrien lain seperti misalnya zink sehingga dengan suplementasi zat besi seminggu sekali interaksi negatif yang demikian tidak akan terjadi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suprapto dkk (2001), untuk mengetahui apakah pemberian suplementasi zat besi seminggu dua kali dapat mengatasi anemia pada wanita usia sekolah yang dilakukan di Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah. Sebanyak 123 anak usia 8 – 10 tahun dibagi dalam 3 kelompok suplementasi. Kelompok 1 mendapat deworming agent (125 mg pyrantelpamoat), kelompok 2 mendapat deworming agent + tablet besi (200mg Fe SO4,Kimia Farma yang mengandung 60 mg besi elemental) seminggu 2 kali, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
kelompok 3 mendapat deworming agent + tablet besi setiap hari, selama 8 minggu. Kesimpulannya adalah pemberian suplementasi zat besi setiap hari dan seminggu dua kali selama 6 minggu dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada wanita usia sekolah dan secara statistik signifikan. Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan kadar profil darah antara kedua kelompok (p > 0,05) hal ini berkaitan dengan absorbsi besi, menurut Agustriadi & Suega (2006) mengatakan bahwa dalam keadaan normal sangat sedikit besi dari makanan yang diserap, jumlah yang dikeluarkan melalui urine adalah minimal dan sebagian besar dari zat besi dalam tubuh secara terus menerus didistribusikan ke seluruh tubuh dalam beberapa lingkaran metabolisme. Karena tidak ada jalan untuk mengekskresikan besi secara berlebihan, absorbsi di usus harus diatur, bila tidak akan ditimbun di dalam jaringan dalam jumlah yang toksik. Proses absorbsi besi ada 3 fase, salah satunya adalah fase mukosal yaitu suatu proses aktif yang sangat komplek dan terkendali dimana sel absorbtif pada puncak vili - vili usus ferri dikonversi menjadi ferro oleh enzim ferrireduktase yang dimediasi oleh duodenal cytochrom b- like (DCYTB). Transpor melalui membran di fasilitasi oleh protein Divalent Metal Transpoerter 1 (DMT 1). Setelah besi masuk ke sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin,sebagian dikeluarkan ke usus melalui basolateral transporter (Feroportin/FPN). Pada proses ini terjadi oksidasi dari ferro menjadi ferri oleh enzim ferooksidasi lalu ferri diikat oleh apotransferin dalam usus. Terdapat fenomena mukosal blok dimana setelah beberapa hari dilakukan bolus besi dalam diet maka enterosit resisten terhadap absorbsi besi berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Hambatan ini mungkin timbul karena akumulasi besi dalam enterosit sehingga menyebabkan set point diatur seolah – olah kebutuhan besi sudah berlebihan (Agustriadi, 2006) Beberapa hal yang meregulasi absorbsi besi dalam usus yaitu Dietary Regulator (Jenis diet dengan bioavaibilitas besi yang tinggi dan adanya faktor enhancer akan meningkatkan absorbsi besi), Stores Regulator (Besarnya cadangan besi dapat mengatur tinggi rendahnya absorbsi besi), Erythropoetic Regulator (Besarnya absorbsi besi berhubungan dengan kecepatan erythropoesis) dan Hepsidin yang diperkirakan berperan sebagai soluble regulator absorbsi besi di usus (Younget al, 2009) Hepsidin adalah sebuah hormon peptida yang dihasilkan di dalam hati dan mengatur penyerapan zat besi dalam tubuh. Hepsidin mencegah tubuh menyerap lebih banyak besi dari yang diperlukan baik yang berasal dari makanan atau suplemen dan menahan pengambilan zat besi dari sel. Keseimbangan zat besi dalam tubuh diatur oleh hepsidin dan reseptor ferroportin yang mengangkut zat besi. Ketika konsentrasi hepsidin rendah, zat besi seluler di lepaskan ke dalam plasma menembus membran dan bergabung dengan ferroportin (FPN). Ketika konsentrasi hepsidin tinggi,hepsidin berikatan dengan ferroportin kemudian ferroportin masuk dan didegradasi oleh hepsidin. Sebagai konsekuensi dari hilangnya ferroportin, ekspor zat besi seluler berkurang dan besi terakumulasi dalam feritin sitoplasma (Ganz et al,2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Hepsidin ini diyakini sebagai regulator kunci dari homeostasis besi dengan cara meregulasi absorbsi besi di usus, mendaur ulang besi dari makrofag dan mengontrol persediaan besi di dalam hati (Nemeth dan Ganz,2006). Penelitian yang dilakukanoleh Haidar (2003) memperlihatkan efektifitas dan kemungkinan – kemungkinan aspek sosial dalam pemberian suplementasi besi setiap hari atau setiap minggu guna mencegah dan mengobati anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini adalah pemberian suplementasi besi setiap minggu lebih mudah dibandingkan dengan pemberian suplementasi besi setiap hari dan secara ekonomis lebih menguntungkan. Dengan demikian cara tersebut direkomendasikan untuk digunakan dalam mengatasi anemia. Lebih lanjut dikemukakan suplementasi besi setiap minggu mempunyai efek samping yang lebih rendah. Berdasarkan Tabel 20 didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan asupan gizi antar kelompok suplementasi (p>0,05). Angka kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) atau Recommmended Dietary Allowwances (RDA) adalah tingkat konsumsi zat – zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat disuatu negara (Almatsier, 2004). AKG untuk Indonesia didasarkan atas patokan berat badan untuk masing – masing kelompok menurut umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survei penduduk.AKG digunakan sebagai standar untuk mencapai status gizi optimal bagi penduduk dalam hal penyediaan pangan secara nasional dan regional serta penilaian kecukupan gizi penduduk golongan masyarakat tertentu yang diperoleh dari konsumsi makanannya. Pada penelitian ini dari analisa food recall hari biasa dan hari libur diperoleh nilai rata – rata semua asupan zat gizi yaitu energi, protein, serat gizi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, asam folat, Vitamin C, zat besi dan seng pada seluruh subjek berada dibawah nilai angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Berbagai hasil survei gizi mengungkapkan bahwa asupan energi selalu dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan , meskipun untuk kelompok yang status gizinya baik. Asupan energi yang mencukupi akan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh dan akan memberi peluang terhadap asupan protein untuk berfungsi secara optimal sebagai katalisator, molekul karir, reseptor signal biologic dan sebagai komponen struktural (Almatsier,2004) Asupan protein sangat penting dan perlu diperhitungkan karena walaupun fungsi utama protein untuk pertumbuhan, tetapi bila mana tubuh kekurangan energi maka fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan untuk sumber energi sel – sel otak dan sistem saraf. Pemecahan protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan glukosa akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot – otot,oleh karena itu dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang cukup setiap hari sehingga protein dapat digunakan sesuai dengan fungsinya yang utama yaitu untuk pembentukan sel – sel tubuh. 2. Perubahan Skor Tes
Potensi AkademikPada Mahasiswi
Yang Diberi
Suplementasi Zat Besi Berdasarkan Tabel 19 hasil analisis pada kelompok suplementasi besi 1 tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari menunjukkan nilai p-value TPA kelompok A(suplementasi besi 1 tablet/hari) = 0,037 sedangkan nilai p–value TPA kelompok B(suplementasi besi 1 tablet/minggu) = 0,075. Pada kelompok A didapatkan hasil bahwa sebelum suplementasi Fe rata – rata nilai TPA adalah 180 dan setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
suplementasi besi 1 tablet perhari selama 6 minggu terjadi peningkatan rata – rata nilai TPA sebesar 20 poin menjadi 200 sedangkan pada kelompok B peningkatan rata – rata nilai TPA hanya 15 poin saja. Sebelum perlakuan remaja yang menderita anemia mempunyai skor rata – rata dibawah 200 yang artinya kemampuan potensi akademik kurang, dan setelah perlakuan baik suplementasi 1 tablet /hari maupun 1 tablet/ minggu terjadi peningkatan menjadi tingkat sedang. Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada remaja baik laki – laki maupun perempuan merupakan masalah yang penting karena selain mempunyai resiko penyakit tertentu (misalnya penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare) juga dapat mempengaruhi produktifitas dan aktivitas belajarnya. Hasil analisa konsumsi pangan bahwa sebagian besar remaja mengkonsumsi zat besi dalam makanan kurang dari angka kebutuhan gizi. Kecerdasan remaja dipengaruhi oleh hal yang lebih kompleks dari pada pertumbuhan fisiknya. Kekurangan gizi mikronutrien terutama Fe pada masa pertumbuhan akan berpengaruh baik pada kecerdasan maupun kondisi fisik mereka. Remaja yang menderita anemia, disamping akan memperlihatkan penampilan fisik yang lemah dan mudah lelah juga akan memperlihatkan perkembangan kecerdasan yang terlambat. Sebaliknya kadar gizi yang cukup dapat menampilkan perkembangan fisik yang baik tetapi belum tentu menjamin perkembangan kecerdasan yang baik (Husaini et al,2001) Hasil penelitian terhadap tikus terungkap bahwa kurang gizi menyebabkan isolasi diri yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi, aktivitas, perilaku eksploratorik, kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
perhatian dan motivasi yang rendah. Aplikasi teori ini pada manusia adalah pada keadaan kekurangan gizi terutama mikronutrien, remaja menjadi tidak aktif , apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi akibatnya kemampuan akademik mereka menurun (Pollit, 2000). Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan zat besi adalah dengan pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah serta kadar hemoglobin. Nilai hemoglobin kurang peka pada tahap awal kekurangan zat besi, tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia. Pengukuran hemoglobin merefleksikan jumlah zat besi fungsional dalam tubuh. Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan zat besi yang sudah lanjut (Frey, 2002) Kurang lebih sebanyak 14% zat besi dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa zat besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Enzim sitokrom, flavoprotein dan senyawa – senyawa mitokondria yang mengandung zat besi lainnya memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP yang merupakan molekul berenergi tinggi. Apabila tubuh mengalami defisiensi zat besi maka akan terjadi penurunan kemampuan kerja (Husaini, 1989). Menurunnya produktivitas kerja ini selain disebabkan oleh berkurangnya enzim – enzim yang mengandung zat besi, juga disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin sehingga mengakibatkan metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah. Defisiensi zat besi juga berpengaruh terhadap fungsi otak terutama neurotransmitter (pengantar saraf), akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu sehingga mempengaruhi kemampuan akademik (Almatsier, 2002) Anemia didefinisikan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin serum (Hb) dibawah nilai ambang batas yang direkomendasikan. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen yang kurang untuk jaringan dan organ yang berdampak pada gangguan kesehatan, gangguan perkembangan kognitif sehingga prestasi akademik dan produktivitas kerja pada remaja menurun (WHO, 2009). Remaja dengan Anemia Gizi Besi (AGB) bila kelak tumbuh sebagai orang dewasa akan mengalami penurunan kemampuan kerja sebesar 20 – 40 % dan
kehilangan intelegence
Queotients (IQ). Penurunan kemampuan kerja akibat AGB diperkirakan mengurangi pendapatan perkapita /Gross National Product (GNP) sebesar 5 % (Soekirman, 2004). Hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanggulangan anemia defisiensi besi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Asupan asam folat dan zat besi yang dikonsumsi remaja sangat rendah dan hal ini mempengaruhi pertumbuhan, pekembangan otak dan resistensi terhadap penyakit infeksi yang berakhir pada produktivitas kerja yang menurun yang tentunya berdampak pada penurunan nilai kemampuan akademik remaja (Kumar, 2013) Untuk menjadi seorang perawat yang professional dibutuhkan ketersediaan energi dan status gizi yang baik untuk aktivitas seorang perawat dalam melayani klien dan mendampingi klien dibutuhkan tenaga dan empati yang besar serta kemampuan dalam menyelesaikan masalah klien dengan bijaksana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
D.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini sudah didesain sedemikian rupa, namun kemungkinan masih mengandung beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Karakteristik subjek penelitian Populasi studi penelitian ini terbatas pada populasi mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri, sehingga semua kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini hanya berlaku untuk populasi khusus tersebut, tidak dapat diberlakukan kepada populasi umum di luar mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. 2. Jumlah sampel Jumlah sampel tidak memenuhi sesuai target semula berjumlah 44 mahasiswi tetapi sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 40 mahasiswi dikarenakan ada sampel yang mengundurkan diri karena sakit dan efek samping dari suplementasi zat besi. 3. Pembagian anemia hanya dikelompokkan menjadi dua yaitu normal dan tidak normal sehingga tidak berdampak pada perbedaan skor TPA menjadi tidak signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Prevalensi anemia pada mahasiswi di Akper Dharma Husada Kediri sebesar 43% 2. Suplementasi zat besi 1 tablet (Ferros Sulfat 200 mg) setiapminggu dan setiap hari dapat meningkatan kadar profil darah 3. Perbandingan
pemberian
suplementasi
setiap
hari
dengan
setiap
minggu
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan profil darah (p>0,05) 4. Suplementasi zat besi setiap hari dapat meningkatkan skor TPA (p <0,037) B. Implikasi Berbagai temuan ilmiah penelitian ini memberikan bukti – bukti empiris adanya pengaruh pemberian suplementasi zat besi terhadap peningkatan kadar profil darah dan skor Tes Potensi Akademik pada mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Temuan – temuan ini menunjukkan pengaruh frekuensi pemberian suplementasi zat besi dengan memperhatikan pola makan dan kebiasaan makan. Adanya interaksi antara berbagai zat gizi memberi gambaran perlunya diupayakan suatu keseimbangan zat – zat gizi yang dikonsumsi. Semakin bervariasi atau beranekaragam menu makanan yang dikonsumsi, maka semakin tercapai keseimbangan dalam interaksi antara berbagai macam gizi. Dengan demikian penelitian berimplikasi pada pedoman suplementasi besi per hari untuk mahasiswi dengan dosis 200 mg zat besi (ferros sulfat) agar memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
skor TPA yang baik dan profil darah yang sehat C. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri Untuk mempertahankan agar mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri tidak menjadi anemia, perlu kiranya memberikan informasi secara berkesinambungan mengenai dampak anemia khususnya bagi seluruh mahasiswi yang rentan terhadap terjadinya anemia dengan cara melaksanakan penyuluhan melalui presentasi dan diskusi. Penyuluhan presentasi tersebut dapat dilakukan bekerja sama dengan ahli gizi melalui sebuah program kemitraan yang bersifat komprehensif dalam proses pembelajaran di kelas. 2. Bagi Responden Bagi mahasiswi Akademi Keperawatan yang tidak anemia, disarankan agar tetap memperhatikan asupan gizi sehari – hari agar tidak terjadi anemia. Bagi mahasiswi Akademi Keperawatan yang mengalami anemia disarankan agar lebih meningkatkan asupan gizi sehari – hari dengan meningkatkan konsumsi makanan yang dapat mempercepat absorbsi zat besi dalam tubuh serta tidak minum tablet besi bersamaan dengan minum teh atau kopi. Bagi mahasiswi juga disarankan untuk secara rutin memeriksakan hemoglobin dan berkonsultasi dengan ahli gizi agar dapat mencegah keadaan anemia defisiensi zat besi 3. Bagi peneliti selanjutnya Perlu mempertimbangkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi suplementasi zat besi yang belum terjawab atau terungkap dalam penelitian ini, untuk dapat diteliti lebih jauh sehinga diperoleh informasi yang lebih lengkap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
mengenai pengaruh frekuensi suplementasi zat besi, khususnya terhadap peningkatan kadar profil darah dan Potensi Akademik. Mengingat masih tingginya prevalensi penyakit infeksi di negara berkembang, perlu dipertimbangkan parameter yang lebih spesifik dalam menentukan status zat besi jika kemungkinan adanya penyakit infeksi tidak dapat dikendalikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
DAFTAR PUSTAKA Agustriadi O, Suega K, 2006. Hepsidin Pada Anemia of Chronic Disease. Program Studi Kedokteran Unram Divisi Hematologi Onkologi Medik. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar Al AR, Unlubilgin E, Kandemir O, Yalvac S, Cakir L,Haberal, 2005. Intravenosus Versus Oral Iron for Treatment of Anemia in Pregnancy:A Randomized Trial. J Obstet and Gynecol; vol 106 no 6: 1335 – 4 Alamatsier, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan ke 4. Jakarta. PT Gramedia ,
2004.Penuntun Diet Edisi Baru.Instalasi Gizi Perjan RS.Dr Cipto Mangun Kusuma &Asosiasi Dietisien Indonesia.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Anemia Defisiensi Zat Besi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Azwar S, 2008. Kualitas Tes Potensi Akademik Versi 07A, Jurnal Penelitian & Evaluasi Pendidikan nomor 2. Tahun XII, UGM. Yokyakarta Breyman C, 2005. Iron Suplementation in Pregnancy and The Post Partum: evidence and controversies. Alunchtime Symposium during the 6 th Congress of the European Soiety of Ginecology: 4 – 6 Carly, 2003. Anemia: When is it Iron Deficiency? Janetti Publications Inc Pediatric Nurs.29(2).127-133 Cavadini C, Siega – Riz A.M, Popkin BM, 2000, US Adolescent Food Intake Trends From 1965 to 1996 Arch Dis Child 83:18 – 24 Demaeyer E, 2003. Preventing and Controlling Iron Deficiency Anemia Through Primary Health Care, Genewa. WHO Am. J Clin Nutr. 32;368 - 417 ,
1995.Diterjemahkan oleh Arisman.Pencegahan & Pengawasan Anemia Defisiensi besi. Jakarta. Widya Medika
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pedoman Gizi Seimbang (Panduan untuk Petugas). Jakarta: Depkes RI Dewa, 2004.Penilaian Status Gizi.Edisi 4. Penerbit EGC. Jakarta Dinkes Kediri, 2012. Data Angka Penyakit Resiko Tinggi Pada Remaja. Laporan tahun 2012 Dinkes Kediri. JawaTimur Drupadi H.S.D, 2005. Nutritional Health of Indonesian Adolescent Girl: The Role of Ribovlavin and Vitamin A on Iron Status Thesis: Wageningen University Pp 159 – 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Ekiz C, Agaoglu L, Karakas Z, Gurel N, Yalcin I, 2005. The Effect of Iron deficient Anemia on The Function of The Immune System. The Hemathology Journal (5); 579 – 583 Ellie Whitney, Sharon Rady Rolfes, 2008. Understanding Nutrition The Trace Minerals .CA. USA Page 440. Thomson Higher Educations Emilia.E, 2009. Pendidikan Gizi sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku Gizi pada Remaja.Jurnal Tabularasa PPS Unimed.Vol 6. No 2 , 2009. Pengetahuan, Sikap & Praktek Gizi pada Remaja dan Implikasinya pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat, Media Pendidikan Gizi dan Kuliner, Vol 1. No 1 Oktober 2009 Frey, 2002.Serum Iron and Selenium Level.Eds Gale Encyclopedia of Alternative Medicine. Farmington Hills Michigan Gale Group Ganz T, 2007. Molecular Control of Iron Transport. J Am Soc Nephrol 18: 394 – 400 Gibson R.S,1990. Principles of Nutritional Assesment. Newyork: Oxford University Press 349 – 76 GRE
– Bulletin, 2008. GRE General Tests/GRE/Pdf/0708 - gre- bulletin.pdf
Tests,1980http://ww.ets.org/Medi
Halberg et all, 2003. Iron Nutrition in Health and Disease The Swedish Nutrition Foundation.Br. J Haemathology.85;787 - 98 Hallberg and Hulten, 2000. Iron, Zink and Other Trace Elements Human Nutrition and Diettetics Edinburgh: Churchill Livingstone ed 10, 174 - 87 Hoffbrand A.V,Pettit J.E, Moss P.A.H,2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta.EGC Husaini, A Mahdin: Johari,B Abas, Harahap, Halati Siti, 2001. KMS Perkembangan Anak Teknologi Sederhana Yang Relevan dengan Program Peningkatan Kualitas SDM. Mediko. No 1. Tahun XXVII Pp:18 Isniati, 2007.Efek Suplementasi Tablet Fe + Obat Cacing terhadap Kadar Hemoglobin Remaja Yang Anemia di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Pasir Kec IV Angkat Candung tahun 2007.J Sains Tek. Far.Universitas Andalas Krummer, Debra L, Kris Etherton, 2006. Nutrition in Womens Health.Aspen Publication. Aspen Publishers Inc. Gaitherburg Maryland 89;7-13 Kumar R et al, 2013. Prevalence of Anemia Amongst Adolescent Females in South Western Nepal. The Pharma Innovation Journal ISSN 2277 – 7695 Vol 2 No 7 LIPI, 2004. Widyakarya Nasional Pangan & Gizi VIII, Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah & Globalisasi. Jakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Merryana A,Bambang Wirjatmadi, 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.Kencana. Jakarta. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Edisi Pertama. Kencana. Jakarta
,
Muhilal dan Karyadi D, 1980. Anemia Gizi serta Tinjauan Perspektif Tehnologi Intervensinya. Cermin Dunia Kedokteran. No 18. Hal 7-10 Muslimatun S, Schutink W, West C.E, Hautvast. J. G. A. J Gross R dan Muhilal 2001. Weekly Suplementation With Iron and Vitamin A During Pregnancy Increase Hemoglobin Concentration but Decreases Serum Ferritin Concentration in Indonesia Pregnant Women. J.Nutr. 131 -: 85 – 90 Nalder B.N.Mahoney A.W, Ramakrishnan R.Hendric D.G, 1972. Sensitive of the Immunological response to the nutritional Status of rats. J Nutr.102;535 -542. Nemeth E, Ganz T, 2006. Regulation of Iron Metabolism by Hepsidin. Annu Rev Nutr 26: 323 – 342 2006. Regulation of Iron Metabolism by Hepcidin. Annu Rev Nutr 26;323 –
, 342
Noto Atmojo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Jakarta Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi Pertama. Salemba.Medika. Jakarta Ozcan A,Cakmak M, Toraman R.A, Colak A, Yazgan H,et all, 2011. Evaluation of Leucocyte and its Subgroups in Iron Deficiency Anemia. International Journal of Medicine and Medical Science. Vol 3(5);pp 135 – 138 Prentice A.M, 2008. Iron Metabolism, Malaria and other Infection: what is All the Fuss About?. J Nutr; 138: 2537 – 2541 Putri
E, 2011. Apakah Anemia itu didapat dr: http://elvira student.umm.ac.id/2011/07/06/apakah anemia itu diakses 12 Januari 2014
Rosdiana N, Lubis B, Sutjipto A, 2008. Trombositosis Sekunder pada anak sekolah dasar usia 9 – 12 tahun yang menderita anemia defisiensi besi. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 41;No 2;112 – 116 Schultink dan Gross, 1996. Iron Deficiency Alleviation in Developing Countries Nutrition Research Reviews 9, 281 – 293 Scorepak, 2005. Item Analysis. Office of Educational Assesment, University of Washington.http://www.washington.rdu/ol a/pdfs/resources/itemanalysis.pdf. Sediaoetomo A.H, 2002.Ilmu Gizi II untuk Profesi & Mahasiswa. Dian Rakyat. Jakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Sediaoetomo, 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa & Profesi di Indonesia. Jilid I Penerbit Dian Rakyat . Jakarta 179 – 80 Shadegian H.M.Keramati R.M.Ayatollahi H, Rafatpanah H, 2011. C3 and C4 Complement Levels in Iron Defficiency Anemia.Iranian Journal of Pathology;6(2): 56 – 62 Siddiqui, Rahman M.A Jaleel, 2004. Efficacy of Dailly vs Weekly Suplementation of Iron in Scholl Children With Low Iron Status. Journal of Tropical Pediatric. Vol 50. Issue 5 Oktober 2004. Pp 276 - 278 Snedecor G.W dan Cochran Wg, 1980. Statistical Method Ed 7 Th P:57. Publisher: Lowa State University Press. ISBN:8138 -1560-6 Soekirman, 2004.Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga & Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional Suharjo, Clara M.K, 2003. Prinsip – Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius. Yokyakarta Sumitra T, 2008. Test Potensi Akademik, Kompas 23 -10 – 2013 Supariasa I.D.N, Bakri B, Fajar I, 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta Suprapto B, Widardo, Hanim D, Suhanantyo, Wiboworini B, Purwoko S, Tandoyo, 1999. Can Twice Weekly Iron Suplementation Cure Anemia Among Schol Girls Aged 8 – 10 Years in Rural Area. Jurnal Kedokteran Yarsi 9(3):11 – 16 Suprapto, 2003. Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Agustus. 6 – 7 Thorndike, R.M. Cuningham GK.et all, 1991. Measurement and Evaluation in Psychology and Educations. New York. NY: Macmillan Publishing Company;132.8755 - 8795 Underwood, J.C.F, 2002. Pathology and Sistemic Desease.Vol 2.EGC. Jakarta P.707 -772 UNICEF, 2003.The State of the World Children 2003.United Nations Children Funds. New York Untoro R, 2004. Pelaksanaan Program Fortifikasi Pangan dan Gizi dalam Rangka Penanggulangan Kurang Gizi Mikro. Buletin KFI WHO, 2001. Iron Deficiency Anemia, Assesment. Prevention and Control for Program Manager. WHO WHO, 2005. Nutrition in Adolescence Issues and Challenges for the Health Sector: Issues in Adolescent Health an Development WHO, 2009.Global Health Risk: Mortality and Burden of Disease Atributable to Selected Major Risk Factor. Geneva:WHO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Widianingsih I, 2013. Remaja Putri Yogya Alami Anemia. Health Okezone.com.Diakses 6 Januari 2014 WKNPG,LIPI, 2004. Angka Kecukupan Mineral: Besi, Iodium, Seng, Mangan, Selenium. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. PERSAGI, PERGIZI – Pangan, PDGMI. Jakarta Young M.F, Glahn R.P, Nieto M.A,Inglis J,Olbina G, 2009. Serum Hepcidin is Significantly Assosiated with Iron Absorption From Food and Suplemental Sources in Healthy Young Women. Am J Clin Nutr;89:533 – 8 Zavelenta N, Respico G, Garcia T, 2000. Efficacy and Acceptability of Two Iron Suplementation Schedules in Adolescent Scholl Girls in Lima Peru. Journal of Nutr;130:462S – 464S Zlotkins, Antwik K.Y.Schauer C, Yeung G, 2003. Use of Micro Encapsulated Iron II Fumarate Sprinkles to Prevent Recurrence of Anemia in Infants and Young Children at High Risk. Buletin of the World Health Organization 2003.81:108 – 115 Zlotkins, Antwik y, Schawer,Yeung, 2001. Tretment of Anemia With Mikroencapsulated Ferrous Fumarate Plus Ascorbic Acid Suplied AS Sprinkles to Complementary (Weaning) Foods. Am.J Clin Nutr 2001:74:791 – 5 Zucker.S, 2003.Fundamentals of Standardized Testing.Harcourt Assesment Report. Harcort Assesment Inc
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN IKUT DALAM PENELITIAN PENELITIAN TENTANG : PENGARUHSUPLEMENTASI ZAT BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWIAKPER DHARMA HUSADA KEDIRI Penelitian ini meminta kesediaan mahasiswa untuk dapatmengikuti penelitian ini yang akan berlangsung selama 2 bulan untukmenjalani pemeriksaan dan intervensi dari peneliti. Adapuntujuan dari penelitian kami ingin mengetahui status anemi dan mengobati penyakit anemi sehingga terhindar dari komplikasi yang timbul akibat anemia. Setelah menimbang pentingnya penelitian ini, saya yang bertandatangan dibawah ini, Nama :............................................................ Alamat :............................................................ Bersedia dan ikut berpartisipasi menjadi sampel dalam penelitianyang akan dilakukan oleh Erna Susilowati dari ProgramMagister Ilmu Gizi PascaSarjanaUniversitas Sebelas Maret Surakarta. Kediri, Peneliti
(ERNA SUSILOWATI)
April 2014
Mahasiswa
(……………………….)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Lampiran 2 KELOMPOK : A / B PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ZAT BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN HASIL TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
KUESIONER UNTUK MAHASISWI
Tanggal interview (Tgl/Bln/Thn):
/
/
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama Mahasiswi
:……………………..
2. Tanggal Lahir
:……………………..
3. Alamat Rumah
:…………………….. ……………………….
4. No Telp/Hp
:……………………….
5. Tempat tinggal
: 1. Dengan Orang tua 2. Tidak dengan orang tua
6. Pendidikan Orang tua
:
1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. SD 4. SMP 5. SMA 6. Perguruan Tinggi/Universitas 7. Pekerjaan Orang tua
:
1. Tidak bekerja 2. Pegawai negri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
3. Pegawai Swasta 4. TNI/POLRI 5. Petani II. INTAKE MAKANAN 1. Seberapa sering dan berapa banyak saudari mengkonsumsi jenis makanan di bawah ini (jawaban dilingkari) 1. Teh (Tak pernah/ <1x seminggu/1-2 x seminggu/ 3-6 x seminggu/1x sehari/> 1x sehari) 2. Kopi (Tak pernah/<1x seminggu/1-2 x seminggu/3-6x seminggu/1x sehari/>1x sehari) 3. Minuman bersoda (Tak pernah/<1x seminggu/1-2 x seminggu/3-6x seminggu/1x sehari/>1x sehari) 2. Apakah saudari biasa sarapan pagi sebelum berangkat kekampus 1. Selalu 2. Kadang – kadang 3. Tidak pernah 3. Apakah saudari biasa makan siang 1. Selalu 2. Kadang – kadang 3. Tidak pernah 4. Apakah saudari diketahui saat ini sedang menderita sakit maag 1. Ya 2. Tidak 5. Jika Ya, apakah saudari saat ini sedang minum obat sakit maag 1. Ya, sebutkan jenis obatnya………………….. 2. Tidak 6. Apakah saudari saat ini sedang minum obat – obatan atu suplemen vitamin tertentu? 1. Ya 2. Tidak (Jika jawaban tidak, langsung ke pertanyaan no 8)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
7. Jika Ya, sebutkan jenis obat atau suplemen vitamin apa saja yang saudari konsumsi saat ini (tuliskan semuanya yang anda ketahui) …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………….
8. Pernahkah saudari mendapatkan atau mengkonsumsi suplementasi zat besi sebelumnya? 1. Ya , pernah kapan………………… 2. Tidak pernah 9. Penyakit yang anda derita 3 bulan terakhir: 1. Hepatitis 2. Gastritis 3. Infeksi saluran pernafasan 4. Infeksi saluran kemih 5. Tumor 6. Tidak tahu 7. Penyakit lainnya,jika ada sebutkan………………….. 10. Apakah saudari saat ini sedang menggunakan alat kontrasepsi IUD atau pil? 1. Ya 2. Tidak 11. Apakah saudari saat ini sedang menstruasi? 1. Ya 2. Tidak 12. Apakah saudari saat ini sedang mengalami gangguan menstruasi? 1. Ya 2. Tidak 13. Jika jawaban no 12 ya, gangguan menstruasinya berupa apa? 1. Menstruasi terlalu banyak 2. Menstruasi terlalu sedikit (hanya berupa flek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
3. Waktu menstruasi memanjang 4. Waktu menstruasi memendek 5. Menstruasi tidak teratur 6. Lainnya………………………… 14. Apakah saudari rutin melakukan olah raga? 1. ya 2. Tidak 15. Jika jawaban no 14 ya, olah raga apa yang saudara lakukan? …………………………………………………………………………………… 16. Apakah saudari pernah melakukan donor darah? 1. Ya 2. Tidak 17. Jika no 16 ya kapan terakhir anda melakukan donor darah ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. 18. Jika no 16 ya seberapa sering anda melakukan donor darah? 1. < dari 3 bulan 2. Tiap 3 bulan sekali 3. Tiap 6 bulan sekali 4. Lainnya……………………….. III. PROGRAM SUPLEMENTASI BESI Apakah saudari merasakan keluhan selama mengkonsumsi suplementasi zat besi? 1. Ya, sebutkan………………………………………………………………….. 2. Tidak IV. HASIL LABORATORIUM 1. Hemoglobin /Hb (g/dl) Hasil Pemeriksaan awal: Hasil Pemeriksaan akhir: 2. Profil darah awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
MCV
:
MCH
:
MCHC : 3. Profil darah akhir MCV
:
MCH
:
MCHC : 4. Tes Potensi Akademik Hasil Awal Hasil Akhir
: :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Lampiran 3 FORMULIR FOOD RECALL HARI BIASA
KodeSampel
:
Nama : __________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm
Berikut ini adalah daftar asupan makanan dan minuman yang anda konsumsi.Makanan dan minuman apa saja yang anda konsumsi selama 24 jam? No. 1.
Waktu Makan Makan Pagi
2.
Selingan
3.
Makan Siang
4.
Selingan
Nama Masakan
Bahan Makanan
commit to user
Urt
Berat (gr)
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
5.
Makan Malam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Lampiran 4 FORMULIR FOOD RECALLHARI BIASA
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm DAFTAR ANALISIS ZAT GIZI BAHAN MAKANAN
No.
Berat (gr)
Bahan Makanan
Energi (kal)
Total Konsumsi AKG % AKG **) % AKG = Total Konsumsi x 100 %
Prot (gr)
L (gr)
Y= BB Aktual x AKG
Y
BB Standar
commit to user
KH (gr)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL HARI LIBUR
KodeSampel
:
Nama : __________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm
Berikut ini adalah daftar asupan makanan dan minuman yang anda konsumsi.Makanan dan minuman apa saja yang anda konsumsi selama 24 jam? No. 1.
Waktu Makan Makan Pagi
2.
Selingan
3.
Makan Siang
4.
Selingan
Nama Masakan
Bahan Makanan
commit to user
Urt
Berat (gr)
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
5.
Makan Malam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Lampiran 6 FORMULIR FOOD RECALLHARI LIBUR
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm DAFTAR ANALISIS ZAT GIZI BAHAN MAKANAN
No.
Berat (gr)
Bahan Makanan
Energi (kal)
Total Konsumsi AKG % AKG **) % AKG = Total Konsumsi x 100 %
Prot (gr)
L (gr)
Y= BB Aktual x AKG
Y
BB Standar
commit to user
KH (gr)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
DAFTAR HADIR RESPONDEN PADA PENGAMBILAN SAMPEL PEMERIKSAAN PROFIL DARAH NO
NAMA
TTD
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN IKUT DALAM PENELITIAN PENELITIAN TENTANG : PENGARUHSUPLEMENTASI ZAT BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWIAKPER DHARMA HUSADA KEDIRI
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Penelitian ini meminta kesediaan mahasiswa untuk dapatmengikuti penelitian ini yang akan berlangsung selama 2 bulan untukmenjalani pemeriksaan dan intervensi dari peneliti. Adapuntujuan dari penelitian kami ingin mengetahui status anemi dan mengobati penyakit anemi sehingga terhindar dari komplikasi yang timbul akibat anemia. Setelah menimbang pentingnya penelitian ini, saya yang bertandatangan dibawah ini, Nama :............................................................ Alamat :............................................................ Bersedia dan ikut berpartisipasi menjadi sampel dalam penelitianyang akan dilakukan oleh Erna Susilowati dari ProgramMagister Ilmu Gizi PascaSarjanaUniversitas Sebelas Maret Surakarta. Kediri, Februari 2014 Peneliti
(ERNA SUSILOWATI)
Mahasiswa
(……………………….)
Lampiran 2 KELOMPOK : A / B
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ZAT BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN HASIL TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
KUESIONER UNTUK MAHASISWI
Tanggal interview (Tgl/Bln/Thn):
/
/
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama Mahasiswi
:……………………..
2. Tanggal Lahir
:……………………..
3. Alamat Rumah
:…………………….. ……………………….
4. No Telp/Hp
:……………………….
5. Tempat tingga
: 1. Dengan Orang tua 2. Tidak dengan orang tua
6. Pendidikan Orang tua
:
1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. SD 4. SMP 5. SMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
6. Perguruan Tinggi/Universitas 7. Pekerjaan Orang tua
:
1. Tidak bekerja 2. Pegawai negri 3. Pegawai Swasta 4. TNI/POLRI 5. Petani II. INTAKE MAKANAN 1. Seberapa sering dan berapa banyak saudari mengkonsumsi jenis makanan di bawah ini (jawaban dilingkari) 1. Teh (Tak pernah/ <1x seminggu/1-2 x seminggu/ 3-6 x seminggu/1x sehari/> 1x sehari) 2. Kopi (Tak pernah/<1x seminggu/1-2 x seminggu/3-6x seminggu/1x sehari/>1x sehari) 3. Minuman bersoda (Tak pernah/<1x seminggu/1-2 x seminggu/3-6x seminggu/1x sehari/>1x sehari) 2. Apakah saudari biasa sarapan pagi sebelum berangkat kekampus 1. Selalu 2. Kadang – kadang 3. Tidak pernah 3. Apakah saudari biasa makan siang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1. Selalu 2. Kadang – kadang 3. Tidak pernah 4. Apakah saudari diketahui saat ini sedang menderita sakit maag 1. Ya 2. Tidak 5. Jika Ya, apakah saudari saat ini sedang minum obat sakit maag 1. Ya, sebutkan jenis obatnya………………….. 2. Tidak 6. Apakah saudari saat ini sedang minum obat – obatan atu suplemen vitamin tertentu? 1. Ya 2. Tidak (Jika jawaban tidak, langsung ke pertanyaan no 8) 7. Jika Ya, sebutkan jenis obat atau suplemen vitamin apa saja yang saudari konsumsi saat ini (tuliskan semuanya yang anda ketahui) …………………………………………………………………………………………… ……… …………………………………………………………………………………………… ……….
8. Pernahkah saudari mendapatkan atau mengkonsumsi suplementasi zat besi sebelumnya?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
1. Ya , pernah kapan………………… 2. Tidak pernah 9. Penyakit yang anda derita 3 bulan terakhir: 1. Hepatitis 2. Gastritis 3. Infeksi saluran pernafasan 4. Infeksi saluran kemih 5. Tumor 6. Tidak tahu 7. Penyakit lainnya,jika ada sebutkan………………….. 10. Apakah saudari saat ini sedang menggunakan alat kontrasepsi IUD atau pil? 1. Ya 2. Tidak 11. Apakah saudari saat ini sedang menstruasi? 1. Ya 2. Tidak 12. Apakah saudari saat ini sedang mengalami gangguan menstruasi? 1. Ya 2. Tidak 13. Jika jawaban no 12 ya, gangguan menstruasinya berupa apa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
1. Menstruasi terlalu banyak 2. Menstruasi terlalu sedikit (hanya berupa flek 3. Waktu menstruasi memanjang 4. Waktu menstruasi memendek 5. Menstruasi tidak teratur 6. Lainnya………………………… 14. Apakah saudari rutin melakukan olah raga? 1. ya
2. Tidak
15. Jika jawaban no 14 ya, olah raga apa yang saudara lakukan? …………………………………………………………………………………… 16. Apakah saudari pernah melakukan donor darah? 1. Ya 2. Tidak 17. Jika no 16 ya kapan terakhir anda melakukan donor darah ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. 18. Jika no 16 ya seberapa sering anda melakukan donor darah? 1. < dari 3 bulan 2. Tiap 3 bulan sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
3. Tiap 6 bulan sekali 4. Lainnya……………………….. III. PROGRAM SUPLEMENTASI BESI Apakah saudari merasakan keluhan selama mengkonsumsi suplementasi zat besi? 1. Ya, sebutkan………………………………………………………………….. 2. Tidak IV. HASIL LABORATORIUM 1. Hemoglobin /Hb (g/dl) Hasil Pemeriksaan awal: Hasil Pemeriksaan akhir: 2. Profil darah awal MCV : MCH : MCHC: 3. Profil darah akhir MCV : MCH : MCHC: 4. Tes Potensi Akademik Hasil Awal
:
Hasil Akhir
:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Lampiran 3 FORMULIR FOOD RECALL HARI BIASA
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm
Berikut ini adalah daftar asupan makanan dan minuman yang anda konsumsi.Makanan dan minuman apa saja yang anda konsumsi selama 24 jam?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
No. 1.
Waktu
Nama
Makan
Masakan
Bahan Makanan
Urt
(gr)
Makan Pagi
2.
Selingan
3.
Makan Siang
4.
Selingan
5.
Makan
Berat
Malam
Lampiran 4 FORMULIR FOOD RECALLHARI BIASA
commit to user
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm DAFTAR ANALISIS ZAT GIZI BAHAN MAKANAN
No.
Bahan Makanan
Berat
Energi
(gr)
(kal)
commit to user
Prot (gr)
L (gr)
KH (gr)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Total Konsumsi AKG % AKG **) % AKG = Total Konsumsi x 100 %
Y= BB Aktual x AKG
Y
BB Standar
Lampiran 5 FORMULIR FOOD RECALL HARI LIBUR
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm
Berikut ini adalah daftar asupan makanan dan minuman yang anda konsumsi.Makanan dan minuman apa saja yang anda konsumsi selama 24 jam? No. 1.
Waktu
Nama
Makan
Masakan
Bahan Makanan
Pagi
Selingan
3.
Makan Siang
4.
Selingan
5.
Makan
Berat (gr)
Makan
2.
Urt
Malam
commit to user
Ket
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Lampiran 6 FORMULIR FOOD RECALLHARI LIBUR
KodeSampel
:
Nama
:
__________________________________________________________ Tanggal Wawancara : __________________________________________________________ Umur
: _______tahun
Berat Badan
: _______kg
Tinggi badan
: _______cm DAFTAR ANALISIS ZAT GIZI BAHAN MAKANAN
No.
Bahan Makanan
Berat
Energi
(gr)
(kal)
commit to user
Prot (gr)
L (gr)
KH (gr)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Total Konsumsi AKG % AKG **) % AKG = Total Konsumsi x 100 %
Y= BB Aktual x AKG
Y
BB Standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
commit to user