PENGARUH SUMBER DAYA TERHADAP PENYESUAIAN PENSIUN (RETIREMENT ADJUSTMENT) LANSIA MUDA
AFINA MUTMAINNAH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Sumber Daya terhadap Penyesuaian Pensiun Lansia Muda benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Afina Mutmainnah NIM I24100044
ABSTRAK AFINA MUTMAINNAH. Pengaruh Sumber Daya terhadap Penyesuaian Pensiun (Retirement Adjustment) Lansia Muda. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, keluarga lansia, dan sumber daya pensiun terhadap penyesuaian pensiun lansia muda. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian bertempat di tiga kelurahan di Kota Bogor yaitu Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Sebanyak 60 partisipan dalam penelitian diambil secara purposif dengan karakteristik pensiunan berbagai profesi minimal selama satu tahun dan berada di rentang usia lansia muda. Hasil temuan menunjukkan ratarata usia partisipan adalah 62 tahun dan pensiun selama enam tahun. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa lama pendidikan, penghasilan rutin pensiun, pendapatan per kapita per bulan, dan agregat sumber daya pensiun berhubungan positif signifikan dengan penyesuaian pensiun. Akan tetapi variabel besar keluarga inti dan jumlah anggota rumah tangga signifikan berhubungan negatif dengan penyesuaian pensiun. Dua faktor yang berpengaruh positif dan kuat terhadap penyesuaian pensiun, yakni penghasilan rutin pensiun dan agregat sumber daya pensiun. Kata kunci: sumber daya emosi, kognitif, dan motivasi, sumber daya fisik dan finansial, sumber daya sosial, penghasilan pensiun, penyesuaian pensiun
ABSTRACT AFINA MUTMAINNAH. The Effect of Resources on Retirement Adjustment of Young-Old Retiree. Supervised by DIAH KRISNATUTI. The aim of this research was to analyze the effect of individual, old families characteristics, and retirement resources on retirement adjustment. Cross-sectional was used as design of this study. The research took place in three Sub-District of Bogor City, those were Pasir Jaya, West Cilendek, and Menteng. As many as sixty participants in this research were taken purpossively with characteristics such as already retired at least for a year and categorized as young-old. Average of participants age was 62 years and have been retired for 6 years. Result of correlation test signified education length, routine pension income, per capita monthly income, and aggregate of retirement resources were positively correlated to retirement adjustment. Meanwhile, nuclear family size and total household member were negatively related with retirement adjustment. Regression analysis discovered two strong influencing factors on retirement adjustment, those were routine pension income and aggregate of retirement resources. Keywords:
emotional, cognitive, and motivational resources, physic and financial resources, retirement adjustment, routine pension income, social resources
PENGARUH SUMBER DAYA TERHADAP PENYESUAIAN PENSIUN (RETIREMENT ADJUSTMENT) LANSIA MUDA
AFINA MUTMAINNAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul skripsi : Pengaruh Sumber Daya terhadap (Retirement Adjustment) Lansia Muda Nama : Afina Mutmainnah NIM : I24100044
Penyesuaian
Disetujui oleh
Dr Ir Diah Krisnatuti. MS Pembimbing
Diketahui
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan. MSc Ketua Departemen
Tanggal lulus : (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)
Pensiun
PRAKATA Bismillahirrahmaanirrahiim Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala anugerah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang diusung dalam karya ini (sumber daya dan penyesuaian pensiun) tergolong masih baru dan belum banyak diteliti di Indonesia, akan tetapi dengan segala dukungan penelitian ini dapat dirampungkan. Penghargaan penulis ucapkan kepada Dr Diah Krisnatuti, M.S sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, saran, dan kritik selama masa penelitian dan penulisan. Penghargaan berikutnya untuk Prof Dr Ir Euis Sunarti, M.S sebagai dosen penguji, dan Ir Retnaningsih, M.S selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh dosen IKK yang telah menyampaikan pengetahuan berharga bagi penulis. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk Ayahanda Eep Saeful R Fansuri dan Ibunda Siti Deti Widiakartini untuk kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk penulis. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Adik Fakhri dan Fikri, sahabat-sahabat tersayang Acha, Maya, Yunia, D Reizul Pratama, Khoerun Nisa dan Rachmaniar sebagai rekan penelitian, Sosling dan Pimpinan Trilogi 2013, dan teman-teman IKK 47 yang telah memotivasi dan mengisi hari-hari penulis. Tak lupa untuk seluruh partisipan (khususnya untuk Bunda Tatat) dan berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan karya ini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Bogor, Juni 2014
Afina Mutmainnah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL PENDAHULUAN Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Teknik Pengambilan Partisipan Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi 1 2 3 3 3 4 5 5 5 7 9 9 15 18 18 18 18 20 22
DAFTAR TABEL 1 Variabel penelitian 2 Karakteristik deskriptif partisipan dan keluarga 3 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dan status menikah 4 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dan jenis pekerjaan sebelum pensiun 5 Sebaran kategori sumber daya per dimensi berdasarkan jenis kelamin 6 Sebaran kategori dan uji beda agregat sumber daya pensiun berdasarkan jenis kelamin 7 Sebaran indikator penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin 8 Sebaran kategori dan uji beda penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin 9 Korelasi karakteristik contoh, keluarga contoh, dan sumber daya dengan penyesuaian pensiun 10 Pengaruh karakteristik individu, keluarga, dan sumber daya terhadap penyesuaian pensiun
6 10 10 11 12 12 13 14 14 15
PENDAHULUAN Saat ini jumlah lansia di Indonesia menunjukkan angka yang cukup besar. Data BPS dan Susenas tahun 2009 menunjukkan sekitar 8,37 persen atau lebih dari 18 juta jiwa penduduk negara ini termasuk dewasa berusia lanjut (Komnas Lansia 2010). Lansia termasuk kategori penduduk yang paling cepat berkembang di berbagai negera khususnya negara maju (Kotzka & Jachimowiz 2010; Lowis et.al. 2009). Para ahli memprediksi di tahun 2025 penduduk lansia mencapai 13, 2 persen dari total penduduk dan di tahun 2035 jumlah lansia di Indonesia sangat tinggi hingga membentuk piramida penduduk yang terbalik (Ananta 2012; Bappenas 2014). Lansia adalah fase dewasa dengan masa terpanjang menurut beberapa ahli, dimulai dari 55 tahun atau usia 60 atau 65 hingga berakhirnya kehidupan (Neugarten 1974 diacu dalam Rogers 1979; Hurlock 1980; Papalia et al. 2008). Usia pensiun di Indonesia bervariasi menurut jenis pekerjaan dan instansi atau perusahaan tempat bekerja. Pekerja profesional secara umum, peneliti madya dan utama pegawai negeri sipil pensiun saat berusia 65 tahun. Usia 60 tahun merupakan batas pensiun untuk pegawai struktural eselon 1 dan 2, dokter PNS, dan pengawas sekolah TK hingga Menengah atas (PP Nomor 19 Tahun 2013). Batas usia pensiun PNS umum atau eselon III ke bawah sudah diperpanjang dua tahun sehingga menjadi 58 tahun dan pegawai swasta beragam mulai dari 50 sampai sekitar 55 tahun (Bonasir 2010; BKN 2014). Memasuki masa kehidupan baru sebagai pensiunan memberikan banyak perubahan bagi diri seseorang, termasuk lansia. Masa pensiun adalah berakhirnya peran seseorang di dunia kerja formal dan awalan bagi peran baru dalam hidup (Turner & Helms 1986). Oleh karena itu para pensiun memerlukan penyesuaian, yang juga merupakan tugas perkembangan penting agar mencapai kesuksesan di masa tua (Havighurst dalam Hurlock 1980). Penyesuaian pensiun tidak memiliki batasan waktu yang khusus dan dapat pula berbeda pada laki-laki dan perempuan (Wang et al. 2011; van Solinge & Henkens 2005). Hal tersebut berarti bahwa penyesuaian terhadap pensiun dapat berlangsung dalam waktu yang singkat ataupun sangat lama, dapat berbeda-beda pada setiap orang dan jenis kelamin. Penyesuaian pensiun penting untuk dipelajari, karena penyesuaian dan kepuasan hidup menjadi prediktor bagi kesejahteraan masa tua. Dapat dikatakan bahwa proses penyesuaian yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan lansia (Wang et al. 2011). Salah satu komponen penting dalam proses penyesuaian pensiun adalah retirement resources (sumber daya pensiun). Komponen tersebut menunjukkan sumber daya yang dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan utama manusia dalam proses penyesuaian diri di masa pensiun (Braithwaite & Gibson 1987; Hobfoll dalam Wang et al. 2011). Sumber daya tersebut secara positif signifikan memengaruhi penyesuaian dan kepuasan hidup pensiun, ketiganya pun berhubungan positif signifikan. Hal ini berarti bahwa sumber daya berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan pensiun (Earl & Yu 2012). Terdapat empat dimensi atau subskala sumber daya umum yang telah diteliti terkait masa pensiun yaitu fisik, finansial, emosi, dan sosial (Wang et al. 2011). Selain keempat subskala tersebut, motivasi dan kognitif juga termasuk komponen sumber daya
2 yang sering diteliti. Komponen sumber daya fisik dan finansial adalah yang paling konsisten di antara keenam subskala tersebut (Wang et al. 2011; Earl & Yu 2012). Penyesuaian pensiun (retirement adjustment) dan komponen yang mempengaruhinya, masih jarang diteliti, khususnya di Indonesia. Berbagai penelitian yang sudah dilakukan masih mengkaji lingkup sumber daya pensiun yang terbatas pada satu sumber daya tertentu, misalnya kesehatan fisik dan mental (Wang et al. 2011). Selanjutnya belum banyak penelitian berdasarkan perspektif sumber daya secara luas yang membahas pengaruh sumber daya pensiun terhadap kualitas penyesuaian lansia. Padahal data yang lebih beragam berkaitan dengan sumber daya pensiun lansia dan berbagai pengaruhnya sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman mengenai kesejahteraan lansia (Wang et al. 2011). Oleh karena itulah penelitian ini sangat menarik dan penting dilakukan.
Rumusan Masalah Masa pensiun adalah salah satu masa terpenting dalam transisi hidup orang dewasa. Perubahan dari aktif bekerja secara formal dan berhenti karena peraturan batasan usia tentu menimbulkan ketidak-nyamanan bagi individu karena hal ini berarti bahwa sebagian dari identitas dirinya telah hilang. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pensiunan untuk terus memelihara kelangsungan hidupnya (Crego et al. 2008; Turner & Helms 1986). Saat menjalani perubahan tersebut lansia harus memiliki keyakinan yang baik untuk mampu mengarahkannya pada perubahan yang positif. Seiring dengan berkembangnya penduduk, jumlah angkatan kerja baik lakilaki maupun perempuan yang mulai memasuki usia senja dan pensiun semakin bertambah, harapan hidup penduduk Indonesia juga telah meningkat hingga sekitar 70 tahun (BPS 2013). Hal tersebut dapat melahirkan banyaknya tantangan secara sosial, psikologis, dan ekonomi bagi individu dan masyarakat, dan permasalahan kualitas hidup termasuk komponen penyesuaian di dalamnya. Karena pada proses penyesuaian itu akan timbul berbagai masalah secara umum pada semua lansia maupun secara khusus pada individu lansia (Wang 2007 diacu dalam Earl & Yu 2012). Penelitian sebelumnya telah mengindikasikan bahwa penyesuaian pada individu pensiun berbeda berdasarkan jenis kelamin (Gratton & Haug 1983 diacu dalam van Solinge & Henkens 2005). Pensiunan perempuan lebih sulit menyesuaikan diri atau mengalami lebih banyak permasalahan pensiun dibandingkan laki-laki (van Solinge & Henkens 2005). Permasalahan tersebut secara umum di antaranya adalah gangguan kesehatan, tidak mencukupinya pendapatan pensiun, dan perasaan “terbuang” yang mengarah pada depresi. Permasalahan tersebut kemudian akan berujung pada rendahnya kualitas hidup para lansia pensiun (Braithwaite 1987; Earl & Yu 2012). Permasalahan penyesuaian pada lansia pensiun tersebut terjadi karena kurangnya berbagai sumber daya yang dimiliki atau dapat diakses lansia. Sumber daya merupakan elemen kunci yang dapat menggambarkan kualitas kondisi pensiun, termasuk komponen penyesuaian di dalamnya. Perspektif sumber daya sangat menjanjikan karena dapat mengungkapkan penyesuaian pensiun yang
3 dilakukan lansia selama pensiun (tanpa batas waktu khusus) dan perbedaannya antar individu lebih jelas dibanding perspektif atau teori mengenai pensiun lainnya (Braithwaite 1987; Wang et al. 2011). Berdasarkan perincian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun pada lansia muda? 2. Bagaimana hubungan karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan sumber daya pensiun dengan penyesuaian pensiun? 3. Apa pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan sumber daya pensiun terhadap penyesuaian pensiun? 4. Apakah terdapat perbedaan penyesuaian pensiun antara lansia muda lakilaki dan perempuan? Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sumber daya terhadap penyesuaian pensiun di kota Bogor. Berikut ini merupakan tujuan penelitian yang ingin dicapai secara khusus: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga lansia, sumber daya pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi) dan penyesuaian pensiun pada lansia muda laki-laki dan perempuan, 2. Menganalisis hubungan karakteristik individu, keluarga lansia, sumber daya pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi) dengan penyesuaian pensiun, 3. Menganalisis pengaruh variabel karakteristik individu, keluarga lansia, sumber daya pensiun (fisik, finansial, sosial, emosi, kognitif dan motivasi) terhadap penyesuaian pensiun.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi peneliti untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi penguat bidang keilmuan yang terkait khususnya bidang perkembangan manusia dan kesejahteraan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk lebih memahami para lansia dan menjadi referensi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan terkait permasalahan pensiun dan kesejahteraan lansia.
KERANGKA PEMIKIRAN Penyesuaian saat memasuki tahap lain dalam kehidupan, khususnya pensiun dipengaruhi oleh karakteristik faktor internal yaitu diri sendiri dan eksternal atau lingkungan, misalnya keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan lansia muda
4 (van Solinge & Henkens 2005). Karakteristik individu yang lekat dengan diri contoh adalah jenis kelamin, usia, lama pendidikan, pendapatan pensiun yang dihitung dalam rupiah per bulan, dan status perkawinan. Karakteristik keluarga pensiun yang diindikasi berpengaruh dalam proses ini yaitu usia pasangan jika masih ada atau masih bersama, lama pendidikan pasangan, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, jumlah orang yang tinggal di rumah bersama lansia pensiun, dan jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung oleh lansia pensiun (Kim & Moen 2002; van Solinge & Henkens 2005). Kedua karakteristik tersebut dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruhnya terhadap sumber daya pensiun, tetapi langsung ditinjau pengaruhnya terhadap penyesuaian pensiun. Sumber daya pensiun terdiri atas tiga domain meliputi aspek fisik dan finansial; sosial; emosi, kognitif, dan motivasi diyakini sebagai prediktor dan dapat menjelaskan perbedaan penyesuaian pensiun pada berbagai karakteristik individu, dalam hal ini pada lansia muda (Braithwaite 1987; Leung & Earl 2012). Ketiga dimensi sumber daya pensiun tersebut selanjutnya dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Penyesuaian pensiun yang dilakukan lansia muda disertai elemen kepuasan akan mempengaruhi kualitas hidup lansia pensiun. Tingkat penyesuaian secara umum dapat dikategorikan menjadi baik (well), sedang, dan buruk (poor) atau bermasalah (van Solinge & Henkens 2005; Wang et al. 2011). Penjelasan mengenai kerangka berpikir ini dapat digambarkan melalui Gambar 1 berikut.
Karakteristik Lansia Jenis Kelamin Usia lama pendidikan pendapatan pensiun (Rp/bulan) Status pernikahan
Sumber Daya Pensiun Fisik dan finansial Sosial Kognitif, motivasi, dan emosi
Penyesuaian Pensiun (Retirement Adjustment)
Kesejahteraan Lansia Pensiun
Karakteristik Keluarga Usia pasangan Pendidikan pasangan Pekerjaan pasangan Besar keluarga Pendapatan (Rp/kapita/bulan) Jumlah tanggungan Jumlah anggota rumah tangga
Keterangan: --- = variabel atau interaksi yang tidak diteliti
Gambar 1 Hubungan antara karakteristik lansia, karakteristik keluarga, sumber daya pensiun, penyesuaian pensiun, dan kesejahteraan lansia pensiun
5
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan studi dengan desain cross-sectional, dilaksanakan dalam satu rentang waktu singkat yakni selama bulan April-Mei 2014. Lokasi penelitian adalah Kota Bogor yang dipilih secara purposif, mengingat kota Bogor adalah salah satu kota dengan jumlah penduduk lansia yang banyak (sekitar enam persen) di Jawa Barat (BPS 2012). Kemudian ditemukan lokasi Kecamatan Bogor Barat dengan tiga kelurahan spesifik yang memiliki jumlah lansia terbanyak di Kota Bogor yaitu Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Selanjutnya berdasarkan data dari ketiga kelurahan tersebut, penelitian dilakukan di beberapa rukun warga.
Jumlah dan Teknik Pengambilan Partisipan Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang, terdiri atas 30 orang lansia pensiun perempuan dan 30 orang lansia pensiun laki-laki. Jumlah tersebut diambil untuk memenuhi batas minimal untuk uji statistik yaitu 30 sampel dan uji beda dengan proporsi sampel yang sama yaitu 1:1. Pemilihan partisipan ini dilakukan secara purposif kepada lansia laki-laki dan perempuan yang telah pensiun dan berusia sama dengan atau di atas 58 tahun dan minimal sudah melalui satu tahun pascapensiun. Usia minimal tersebut dipilih dengan alasan partisipan sudah berada pada tahap lansia muda (Neugarten 1974 diacu dalam Rogers 1979; Hurlock 1980) dan telah berjarak minimal setahun hingga beberapa tahun dari batas usia pensiun secara umum. Jarak pensiun minimal satu tahun disyaratkan karena setidaknya setelah satu tahun, partisipan sudah berada pada tahap honeymoon sebagai periode sibuk ataupun disenchantment saat hidup mulai mengalami penurunan, dalam rentang fase pensiun. Selain itu, pada rentang satu tahun, proses penyesuaian yang telah dilakukan lansia pensiun diharapkan dapat dinilai dengan lebih jelas dan menghindari bias saat meretrospeksi peristiwa yang dialami dalam penyesuaian masa pensiun.
Variabel, Jenis, dan Cara Pengumpulan Data Variabel yang diteliti berupa variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan sumber daya pensiun lansia, sedangkan variabel terikat adalah penyesuaian diri lansia terhadap masa pensiun. Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diambil oleh peneliti dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Alat bantu kuesioner yang digunakan yaitu instrumen sumber daya pensiun (Retirement Resources Inventory diadaptasi dari Leung & Earl 2012) dan penyesuaian pensiun (retirement adjustment diadaptasi dari Schulz & Schulz 1997 dalam Wells et al. 2006). Data sekunder berisi jumlah lansia di Kota Bogor dan lokasi kecamatan dengan lansia terbanyak diperoleh dari Badan Pusat statistik (BPS) Kota Bogor. Data lebih rinci meliputi data diri
6 partisipan seperti nama, usia, jenis kelamin, dan alamat diperoleh dari kantor kelurahan, ketua rukun tetangga dan warga (RT/RW), dan kader posbindu di Kelurahan Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Variabel yang diteliti dan penjelasannya disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1 Variabel penelitian Variabel Karakteristik partisipan Jenis kelamin Usia (Neugarten 1974 dalam Rogers 1979) Lama pensiun Pekerjaan sebelum pensiun
Skala Data Nominal
Lansia muda (55-65 tahun)
Rasio
≥ 1 tahun [1] PNS [2] BUMN [3] Swasta/wirausaha [4] profesi lainnya [1] SD (6 tahun) [2] SMP (9 tahun) [3] SMA (12 tahun) [4] Diploma (13-15 tahun) [5] Sarjana-Pascasarjana (≥16 tahun) Rp../bulan [0] Janda/duda/ Tidak menikah [1] Menikah
Nominal
Rasio
Pendapatan pensiun
Rasio
Karakteristik keluarga Usia pasangan
Lama pendidikan pasangan
Status pekerjaan pasangan
[0] Perempuan [1] Laki-laki
Rasio
Lama pendidikan
Status Pernikahan
Kategori untuk Analisis Deskriptif
Nominal Rasio
Rasio
Nominal
...tahun [1] SD (6 tahun) [2] SMP (9 tahun) [3] SMA (12 tahun) [4] Diploma (13-15 tahun) [5] Sarjana-Pascasarjana (≥16 tahun) [0]Tidak bekerja/pensiun [1] Bekerja
Pendapatan per kapita per bulan (BPS 2013a)
Rasio
[1] < Rp 335 829 [2] ≥ Rp 335 829
Besar keluarga
Rasio
[1] Keluarga kecil (1-4 orang) [2] Keluarga sedang (5-6 orang) [3] Keluarga besar (≥ 7 orang)
Jumlah tanggungan Jumlah anggota rumah tangga Sumber daya pensiun (Retirement Resources Inventory diadaptasi dari Leung & Earl 2012): - Sumber daya emosi, kognitif, dan sosial - Sumber daya sosial (RT2) - Sumber daya fisik dan finansial (RT3) (Cronbach-α 0.879 dengan validitas mencapai (r) 0.896) Penyesuaian pensiun (retirement adjustment diadaptasi dari Schulz & Schulz 1997 dalam Wells et al. 2006) (Cronbach-α 0.695 dengan validitas mencapai (r) 0.807)
Rasio Rasio
…orang …orang
Ordinal
[1] sangat tidak setuju [2] tidak setuju [3] ragu [4] setuju [5] sangat setuju
Ordinal
[1] sangat tidak setuju [2] tidak setuju [3] ragu [4] setuju [5] sangat setuju
7 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu proses pengkodean data, pemberian nilai, pemasukan data, kemudian penyuntingan data, pembersihan data, hingga selanjutnya dianalisis. Kemudian data diolah menjadi data statistik deskriptif dan inferensia. Data tersebut meliputi rata-rata, frekuensi, dan standar deviasi, uji korelasi, uji regresi linier berganda, dan uji beda independent samples T-test menggunakan perangkat lunak SPSS dan Microsoft Excel. Pengkategorian data berdasarkan sebaran persentase. Kuesioner sumber daya pensiun (retirement resources) yang terdiri atas 35 pernyataan yang terbagi ke dalam tiga domain. Domain 1 (RT1) terdiri atas 8 pernyataan, domain 2 (RT2) berisi 9 pernyataan, domain 3 (RT3) tersusun dari 15 butir pernyataan. Variabel sumber daya pensiun ini menggunakan skala Likert dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Terdapat beberapa butir pertanyaan yang reverse coded atau dinilai terbalik yaitu pernyataan nomor 5, 7, dan 18 pada RT1 dan nomor 2 dan 3 pada RT3 (Leung & Earl 2012). Kuesioner penyesuaian pensiun berisi 18 pernyataan menggunakan skala Likert serupa, dan diberi nilai 1 sampai 5. Penilaian terbalik dilakukan pada butir pertanyaan ke 5, 6, 7, dan 9. Perhitungan total skor sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun menunjukkan akses sumber daya dan tingkat capaian penyesuaian pensiun partisipan. Semakin tinggi skor kedua variabel tersebut menunjukkan semakin baiknya penyesuaian yang dilalui. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data berdasarkan indeks untuk skor total variabel sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun menggunakan rumus berikut. Indeks = (Nilai yang dicapai- nilai minimum) ( Nilai maksimum- nilai minimum)
x 100
Setelah nilai indeks diperoleh, pengkategorian data untuk sumber daya pensiun dan penyesuaian pensiun dibagi menjadi tiga jenis yaitu: 1. rendah atau buruk jika skor <60% 2. sedang jika skor di antara 60-80% 3. tinggi atau baik jika skor >80% (Khomsan 2000). Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik contoh, karakteristik keluarga, sumber daya pensiun, dan penyesuaian pensiun dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran data yang diperoleh. 2. Uji beda digunakan untuk melihat perbedaan lama pendidikan, agregat sumber daya pensiun, dan penyesuaian pensiun menurut jenis kelamin. Uji beda dilakukan menggunakan independent sample t-test. 3. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik partisipan, karakteristik keluarga, sumber daya pensiun, dan penyesuaian pensiun. 4. Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh karakteristik partisipan, karakteristik keluarga, dan sumber daya terhadap penyesuaian pensiun. Uji regresi diformulasikan sebagai berikut:
8
Keterangan : = penyesuaian pensiun; = konstanta regresi; = koefisien regresi; = usia partisipan; = jenis kelamin; = lama pensiun; = lama = pendapatan pensiun; = status menikah; = usia pasangan; pendidikan; = lama pendidikan pasangan; = status bekerja pasangan; = pendapatan per kapita; = besar keluarga inti; = jumlah tanggungan; = jumlah anggota rumah tangga; = sumber daya pensiun; = galat.
Definisi Operasional Partisipan adalah orang berusia minimal 58 tahun (rentang usia lansia muda) dan sudah pensiun setidaknya selama satu tahun dari pekerjaan formal. Karakteristik partisipan adalah ciri-ciri yang lekat pada partisipan meliputi usia, jenis kelamin, lama pendidikan, penghasilan pensiun rutin bulanan, jenis pekerjaan sebelum pensiun, dan status perkawinan. Karakteristik keluarga merupakan ciri pada keluarga partisipan yang meliputi usia pasangan, lama pendidikan dan status bekerja pasangan, besar keluarga, jumlah anggota rumah tangga, dan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah pendapatan partisipan dan setiap orang yang ditanggung dalam rupiah per bulan. Sumber daya pensiun adalah sumber daya yang dimiliki partisipan di masa pensiun meliputi tiga domain yaitu aspek kognitif, emosi, dan motivasi; sosial; fisik dan finansial. Sumber daya kognitif, emosi, dan motivasi merupakan sumber daya pensiun pada domain satu (RT1), menggambarkan kondisi mental partisipan pada aspek kognitif (daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan), emosi (komunikasi, pengendalian diri dan perasaan), dan motivasi (pencapaian dan fleksibilitas tujuan). Sumber daya sosial merupakan sumber daya pensiun pada domain dua (RT2), menggambarkan relasi sosial dan kehidupan sosialisasi partisipan. Sumber daya fisik dan finansial adalah sumber daya pensiun pada domain tiga (RT3), menggambarkan penerimaan terhadap kondisi kesehatan (fisik dan mental) dan dukungan finansial dari penghasilan pribadi, tabungan, dan investasi. Penyesuaian pensiun merupakan proses penyesuaian lansia terhadap masa pensiun dalam aspek fisik atau aktivitas, psikologis, sosial, spiritual, dan finansial setelah dijalani minimal setahun (tanpa batasan waktu khusus) selama fase lansia muda, dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian terletak di tiga kelurahan yaitu Pasir Jaya, Cilendek Barat, dan Menteng. Ketiganya terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Pasir Jaya terbagi ke dalam 15 rukun warga (RW) dengan jumlah penduduk rentang usia 58-66 tahun sebanyak 953 jiwa. Penelitian ini berlangsung di RW 3, 4, 5, 6, dan 12 Kelurahan Pasir Jaya. Kelurahan berikutnya yaitu Cilendek Barat terdiri atas 18 RW dan 68 rukun tetangga (RT). Penelitian di keluarahan ini melibatkan partisipan di RW 6 dan 18. Kelurahan terakhir yaitu Menteng, terdiri atas dua puluh RW dengan jumlah pensiunan 1090 orang dari total penduduk 15609 jiwa. Penelitian di Kelurahan Menteng melibatkan partisipan di RW 11, 17, dan 18. Karakteristik Partisipan dan Keluarga Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 30 orang laki-laki dan 30 orang perempuan yang berada pada rentang usia lansia muda. Rata-rata partisipan baik laki-laki maupun perempuan berusia 62 tahun dan sudah memasuki masa pensiun tahun keenam. Rata-rata partisipan perempuan sudah mengenyam pendidikan lebih tinggi daripada partisipan laki-laki, namun keduanya sudah menamatkan sekolah menengah atas atau sederajat. Hasil uji beda antara lama pendidikan partisipan laki-laki dan perempuan berbeda nyata dengan nilai signifikansi keragaman sebesar 0.045. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipan perempuan lebih lama mengenyam pendidikan dibandingkan partisipan laki-laki. Perbedaan ini terjadi karena terdapat dua orang partisipan laki-laki yang hanya menamatkan pendidikan hingga sekolah dasar. Lebih dari separuh partisipan memiliki penghasilan pensiun rutin bulanan dari pekerjaan sebelumnya. Rata-rata penghasilan pensiunan perempuan lebih tinggi daripada pensiunan laki-laki. Hal ini dikarenakan sebanyak satu per enam partisipan laki-laki tidak memiliki penghasilan pensiun rutin (Rp 0), sedangkan jumlah partisipan perempuan yang tidak berpenghasilan rutin (Rp 0) hanya dua orang. Biaya hidup partisipan tersebut hanya ditunjang oleh pesangon yang diperoleh saat pensiun ataupun ditanggung oleh anak-anaknya (Tabel 2). Sebanyak lebih dari dua pertiga partisipan dalam penelitian ini masih memiliki pasangan. Berbeda dengan partisipan perempuan, rata-rata usia pasangan partisipan laki-laki sedikit lebih muda dibandingkan usia partisipan, tetapi sama-sama sudah termasuk dalam rentang lansia muda (Neugarten 1974 dalam Rogers 1979). Rata-rata pasangan sudah menamatkan sekolah minimal hingga tingkat SMP (9 tahun). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan baik partisipan laki-laki maupun perempuan sudah memadai, yakni di atas garis kemiskinan Bogor 2012 yang sebesar Rp335 894 (BPS 2013a). Angka nol pada nilai minimum pendapatan per kapita menunjukkan bahwa, partisipan tersebut mengandalkan pendapatan dan mencukupi kebutuhan harian dari pemberian anak, dengan jumlah yang tidak tentu. Besar keluarga inti partisipan laki-laki dan perempuan termasuk pada keluarga sedang (5-6 orang). Rata-rata jumlah
10 tanggungan partisipan laki-laki adalah tiga orang, termasuk dirinya sendiri. Ratarata jumlah tanggungan partisipan perempuan lebih sedikit dari partisipan laki-laki, karena umumnya partisipan perempuan tidak ikut menanggung biaya kehidupan suami. Keluarga inti partisipan tidak seluruhnya tinggal satu atap dengan partisipan. Jumlah anggota rumah tangga menjelaskan seberapa banyak orang yang tinggal di rumah partisipan. Secara umum, partisipan dengan tanggungan anaklah yang masih tinggal dalam satu atap dengan anak-anaknya (Tabel 2). Tabel 2 Karakteristik deskriptif partisipan dan keluarga Karakteristik
Rata-rata±Standar Deviasi L P
L
Minimum P
Maksimum L
P Partisipan Usia (tahun) 62.10±1.97 62.10±1.97 58 58 65 65 Lama pensiun 6.63±3.66 6.37±3.63 1 1 17 18 (tahun) Lama pendidikan* 12.57±3.08 13.87±1.85 6 12 20 16 (tahun) Pendapatan 1 950 000 2 710 000 pensiun ± 1 477 416.06 ±1 158 937.72 0 0 4 000 000 4 000 000 (Rp/bulan) Keluarga Usia pasangan 57.10±3.86 65.40±3.47 49 59 63 73 (tahun) Lama pendidikan 10.72±3.60 14.65± 2.85 pasangan 6 12 19 20 (tahun) Pendapatan 1 650 000± 2 899 500± 0 0 6 000 000 9 250 000 (Rp/kapita/bulan) 1 530 000 1 750 000 Besar keluarga inti 5±2 5±2 3 2 8 7 (orang) Jumlah tanggungan 3±1 2±1 1 1 6 3 (orang) Jumlah anggota rumah tangga 4±2 4±2 2 1 4 7 (orang) Keterangan: L=laki-laki; P=perempuan; *= signfikansi perbedaan lama pendidikan adalah 0.045 (p<0.05).
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah perempuan yang menjanda lebih banyak daripada laki-laki menduda. Sebanyak sembilan orang partisipan janda karena meninggalnya pasangan, sisanya karena bercerai. Selain itu, partisipan laki-laki umumnya memiliki pasangan dengan usia lebih muda darinya dan masih menjadi orangtua lengkap. Tabel 3 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dengan status menikah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Menikah n 29 20 49
% 96.7 66.7 81.7
Duda/Janda n % 1 10 11
3.3 33.3 18.3
Total n
% 30 30 60
100 100 100
Tabel 4 berikut menunjukkan pekerjaan terakhir partisipan sebelum pensiun. Lebih dari separuh partisipan laki-laki dan dua per tiga partisipan perempuan bekerja sebagai PNS sebelum pensiun. Partisipan laki-laki yang bekerja swasta lebih banyak daripada partisipan perempuan.
11 Tabel 4 Sebaran karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin dan jenis pekerjaan sebelum pensiun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
PNS n
% 16 23 39
53.3 76.7 65.0
BUMN n % 5 2 7
16.7 6.7 11.7
Swasta/Wirausaha n % 7 5 12
23.3 16.7 20.0
Profesi lain n % 2 0 2
6.7 0 3.3
Total n
% 30 30 60
100.0 100.0 100.0
Sumber Daya Pensiun Tabel 5 menunjukkan sebaran partisipan dalam variabel sumber daya pensiun di tiga dimensi. Sumber daya fisik dan finansial partisipan dianggap memadai, karena separuh dari jumlah partisipan berada pada tingkat sedang dan hampir separuh sisanya di tingkat tinggi. Berkaitan dengan kondisi fisik, lebih dari separuh partisipan laki-laki dan perempuan merasa kondisinya baik, sehat dan tidak terganggu dengan penyakit yang diidapnya atau menganggap penyakitnya wajar. Akan tetapi, terdapat 16.7% partisipan perempuan yang merasa kesehatannya terganggu (nomor 2 RT3 Lampiran 1). Hal ini dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita partisipan tersebut cukup parah seperti kanker dan gangguan jantung. Pada dimensi finansial, sebanyak 18.3% partisipan tidak lagi menabung untuk menunjang keuangan pribadi atau keluarga (nomor 6 RT3 Lampiran 1). Demikian halnya dengan investasi, separuh partisipan menganggap netral, karena hanya memiliki rumah yang ditinggali sebagai investasi. Menurut keterangan partisipan, tidak adanya tabungan dan investasi tersebut dapat disebabkan dua alasan yakni, partisipan memiliki keuangan yang hanya cukup untuk digunakan sehari-hari dan hanya ingin menikmati langsung semua penghasilan, tanpa dihemat atau ditabung. Secara umum, kategori sedang dan tinggi pada dimensi ini mengindikasikan partisipan merasa aman dalam kehidupan finansial dan kesehatannya. Meskipun mengalami perubahan penghasilan ataupun mulai terjangkit penyakit di usia senja, hampir seluruh partisipan tidak merasa terganggu dan merasa hal tersebut wajar terjadi (RT3 Lampiran 1). Lebih dari separuh partisipan memiliki sumber daya yang tinggi pada dimensi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan masih memiliki relasi, dukungan, dan berbagai keterlibatan di masyarakat, setidaknya di lingkungan tempat tinggal (nomor 1-9 RT2 Lampiran 1). Dimensi sosial ini pun merupakan dimensi yang paling tinggi pencapaiannya oleh lebih dari separuh partisipan. Terdapat perbedaan sebaran mengenai bantuan bentuk nyata atau tangible (nomor 9 RT2 Lampiran 1), yakni partisipan perempuan lebih sedikit mendapat bantuan nyata dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat disebabkan oleh partisipan perempuan banyak melakukan pekerjaan domestik (rumah tangga) tanpa bantuan, berbeda dengan partisipan laki-laki yang seringkali dibantu oleh istri. Dimensi terakhir yakni emosi, kognitif, dan motivasi dimiliki oleh lebih dari setengah jumlah partisipan dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh beberapa skor rendah dalam kognitif, motivasi dan emosi, seperti dalam pengendalian diri (nomor 5 RT1 Lampiran 1) dan kemampuan belajar keterampilan baru (nomor 10 RT1 Lampiran 1). Oleh karena itu, partisipan tersebut cenderung merasa tidak ingin mempelajari hal baru dan menganggap bahwa faktor eksternal yang mengendalikan kehidupannya. Selain itu, terdapat perolehan skor yang rendah pada kemampuan daya ingat atau kognitif terutama pada memori jangka pendek
12 (nomor 7-13 Lampiran 1). Bahkan terdapat 13.3% partisipan laki-laki dan 6.7% partisipan perempuan yang sering lupa mengenai suatu hal yang baru terjadi (nomor 7 RT1 Lampiran 1). Di samping itu, terdapat 16.7% laki-laki dan 30.0% perempuan yang rendah dalam motivasi (nomor 15 RT1 Lampiran 1). Partisipan tersebut cenderung merasa lebih baik menerima kenyataan daripada terus berusaha mencapai tujuan yang sulit. Meskipun demikian, secara umum partisipan masih merasa dirinya semangat dan aktif untuk menjalani aktivitas sehari-hari (nomor 1 dan 14 RT1 Lampiran 1). Tabel 5 Sebaran kategori sumber daya per dimensi berdasarkan jenis kelamin Kategori Dimensi Sumber daya Fisik dan Finansial Rendah Sedang Tinggi Total Sosial Rendah Sedang Tinggi Total Emosi, Kognitif, dan Motivasi Rendah Sedang Tinggi Total
Laki-laki n
n
%
Perempuan %
Total n
%
1 17 12 30
3.3 56.7 40.0 100
1 13 16 30
3.3 43.3 53.3 100
2 30 28 30
3.3 50.0 46.7 100
0 15 15 30
0 50.0 50.0 100
0 10 20 30
0 33.3 66.7 100
0 25 35 60
0 41.7 58.3 100
0 20 10 30
0 66.7 33.3 100
1 22 7 30
3.3 73.3 23.3 100
1 42 17 60
1.7 70.0 28.3 100
Sumber daya yang dikategorikan ini berdasarkan indeks total skor dari ketiga dimensi sumber daya pensiun. Tabel 6 menunjukkan tidak adanya partisipan yang memiliki sumber daya dalam kategori rendah, sebanyak dua per tiga partisipan laki-laki memiliki sumber daya dalam kategori sedang, begitu pula dengan lebih dari dua per tiga partisipan perempuan. Rata-rata agregat sumber daya pensiun partisipan laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan partisipan perempuan. Akan tetapi, nilai signifikansi keragaman pada uji beda (0.970) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 6 Sebaran kategori dan uji beda agregat sumber daya pensiun berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Hasil Uji Beda (Levene’s Test) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Equal Variance Assumed
Rendah n % 0 0 0
0 0 0
Sedang n
% 20 21 41
66.7 70.0 68.3
Rata-rata± Standar Deviasi 78.24 7.43 7.40
Tinggi %
n 10 9 19
Total %
n
33.3 30.0 31.7
30 30 60
100 100 100
Signifikansi 0.971 0.970
Penyesuaian Pensiun Tabel 7 menunjukkan indikator penyesuaian pensiun yang dialami oleh partisipan. Skor tersebut berdasarkan penggabungan “sangat tidak setuju” dan “tidak setuju”, hal serupa dilakukan pada pernyataan “setuju” dan sangat setuju,
13 dan tetap mencantumkan netral sehingga menjadi tiga kelompok pernyataan. Seluruh partisipan merasa dapat menyesuaikan dengan baik terhadap masa pensiun (nomor 1). Bahkan lebih dari dua per tiga partisipan laki-laki dan perempuan merasakan pensiun lebih baik dari yang diperkirakan (nomor 10). Hampir seluruh partisipan menikmati hari-harinya sebagai pensiunan dengan berbagai macam kegiatan pribadi maupun sosial, seperti dengan beribadah (dialami oleh seluruh partisipan perempuan), berolah raga atau menjaga kesehatan diri, berkumpul dengan keluarga dan teman atau tetangga. Partisipan juga tidak begitu merindukan hal-hal terkait pekerjaan dan memilih untuk melakukan aktivitas baru yang dulu tidak sempat atau jarang dilakukan (nomor 5, 6, 9, dan 15). Akan tetapi secara khusus, terdapat 6.7% partisipan laki-laki dan 33.3% perempuan yang menyesuaikan diri tanpa menghabiskan waktu dengan pasangan (nomor 11). Hal ini disebabkan oleh sudah tidak adanya pasangan, baik karena meninggal ataupun bercerai. Partisipan juga telah menyesuaikan diri dengan kondisi finansial pensiun (nomor 4 dan 8), misalnya dengan berhemat atau membuat usaha kecil seperti warung atau toko kelontong. Tabel 7 Sebaran indikator penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin Laki-laki No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pernyataan Dapat menyesuaikan diri dengan baik Menikmati pensiun Sibuk beraktivitas Memperhatikan keuangan Tidak merindukan suasana kerja Tidak merindukan kedisiplinan kerja Tetap dihargai orang meski sudah pensiun Menyesuaikan diri dengan keuangan Tidak rindu aktivitas kerja Pensiun lebih baik dari perkiraan Menghabiskan waktu dengan pasangan Menghabiskan waktu dengan keluarga Mengikuti kegiatan sosial Mengakrabkan diri dengan tetangga Memiliki kegiatan baru/ hobi rutin Meningkatkan ibadah Berhubungan baik dengan rekan kerja Menjaga kesehatan
Tidak Setuju
Perempuan
Netral
Setuju
Tidak Setuju
Netral
Setuju
0
0
100.0
0
0
100.0
0 0
0 20.0
100.0 80.0
0 3.3
3.3 6.7
96.7 90.0
10.0
10.0
80.0
6.7
6.7
86.7
16.7
13.3
70.0
23.3
26.7
50.0
10.0
6.7
83.3
3.3
16.7
80.0
6.7
10.0
83.3
0
10.0
90.0
0
3.3
96.7
0
6.7
93.3
6.7
6.7
86.7
3.3
23.3
73.3
0
13.3
86.7
0
13.3
86.7
6.7
3.3
90.0
33.3
3.3
63.3
0
3.3
96.7
0
0
10.0
0
23.3
76.7
6.7
3.3
90.0
0
13.3
86.7
3.3
10.0
86.7
10.0
6.7
83.3
6.7
6.7
86.7
0
3.3
96.7
0
0
100.0
6.7
13.3
80.0
3.3
6.7
90.0
0
0
100.0
0
0
100.0
Gambaran penyesuaian pensiun pada Tabel 7 di atas dapat menjelaskan temuan pada Tabel 8. Data menunjukkan hampir seluruh partisipan dapat menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dengan kategori sedang bahkan baik. Sebanyak setengah dari partisipan laki-laki termasuk dalam kategori penyesuaian pensiun sedang, sementara itu partisipan perempuan lebih dari separuhnya berada
14 pada kategori penyesuaian baik. Temuan menunjukkan adanya perbedaan pada rata-rata indeks penyesuaian pensiun laki-laki dan perempuan, tetapi hal tersebut tidak terbukti nyata pada uji beda dengan hasil signifikansi 0.722 (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran kategori dan uji beda penyesuaian pensiun berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Hasil Uji Beda (Levene’s Test) Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Equal Variance Assumed
Buruk n
Sedang %
1 0 1
3.3 0 1.7
n
Baik %
15 13 28
50.0 43.3 46.7
Rata-rata± Standar Deviasi 78.843±8.61 79.583±7.41
n
Total %
14 17 31
46.7 56.7 51.7
n
% 30 30 60
100 100 100
Signifikansi 0.726 0.722
Hubungan Karakteristik Partisipan, Keluarga, dan Sumber Daya dengan Penyesuaian Pensiun Terdapat beberapa variabel yang secara positif berhubungan kuat dengan penyesuaian pensiun yakni penghasilan pensiun, pemilikan agregat sumber daya pensiun, lama pendidikan, dan pendapatan per kapita per bulan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa, partisipan yang berpendidikan tinggi, atau memiliki sumber daya pensiun tinggi, atau berpenghasilan pensiun rutin, atau memiliki pendapatan per kapita per bulan memadai, cenderung memiliki penyesuaian pensiun yang baik (Tabel 9). Tabel 9 Korelasi karakteristik contoh, keluarga contoh, dan sumber daya pensiun dengan penyesuaian pensiun Variabel Penyesuaian Pensiun A. Karakteristik partisipan Usia (tahun) -0.041 Jenis kelamin (0=perempuan; 1=laki-laki) -0.047 Lama pensiun (tahun) -0.216 Lama pendidikan (tahun) 0.318* Penghasilan pensiun (Rp/bulan) 0.426** Status menikah (0=janda/duda; 1=menikah) 0.109 B. Karakteristik keluarga Usia pasangan (tahun) 0.134 Lama pendidikan pasangan (tahun) 0.236 Status bekerja pasangan (0=tidak bekerja/pensiun; 1=bekerja) 0.216 Pendapatan (Rp/kapita/bulan) 0.366* Besar keluarga inti (orang) -0.277* Jumlah tanggungan (orang) -0.051 Jumlah anggota rumah tangga (orang) -0.290* C. Sumber daya pensiun Agregat sumber daya pensiun (skor) 0.726*** Keterangan: *signifikan pada p< 0.05; **signifikan pada p< 0.01; ***signfikan pada p< 0.001
Tabel 9 juga menunjukkan bahwa, besar keluarga inti dan jumlah anggota rumah tangga partisipan berhubungan negatif signifikan dengan penyesuaian pensiun. Hal ini mengindikasikan bahwa partisipan dengan besar keluarga inti dan atau jumlah anggota rumah tangga yang besar, akan cenderung memiliki penyesuaian pensiun yang kurang baik. Dengan kata lain, semakin ideal besar keluarga inti dan anggota rumah tangga, partisipan akan cenderung mengalami penyesuaian pensiun yang baik.
15 Pengaruh Karakteristik Partisipan, Keluarga, dan Sumber Daya terhadap Penyesuaian Pensiun Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada Tabel 10, diketahui variabel penghasilan pensiun rutin dan pemilikan agregat sumber daya pensiun signifikan berpengaruh secara positif terhadap total skor penyesuaian pensiun. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah per bulan pada penghasilan pensiun dapat meningkatkan skor penyesuaian pensiun partisipan sebesar 0.428 poin. Selain itu, setiap peningkatan satu satuan dalam total sumber daya pensiun dapat menambah skor penyesuaian pensiun sebanyak 0.773 poin. Secara keseluruhan, variabel-variabel dalam penelitian ini berpengaruh sebesar 53.6% di dalam model regresi dengan signifikansi yang sangat tinggi. Akan tetapi, sisa variabel lainnya yang berpengaruh sebanyak 46.4% merupakan variabel di luar penelitian ini. Tabel 10 Pengaruh karakteristik individu, keluarga, dan sumber daya terhadap penyesuaian pensiun Variabel
Koefisien tidak terstandardisasi
Koefisien terstandardisasi
B
Beta
Signifikansi
Karakteristik contoh Usia (tahun) Jenis kelamin (0=perempuan; 1=laki-laki) Lama pensiun (tahun) Lama pendidikan (tahun) Penghasilan pensiun (Rp/bulan) Status menikah (0=janda/duda; 1=menikah) Karakteristik keluarga Usia pasangan (tahun) Lama pendidikan pasangan (tahun) Status bekerja pasangan (0=tidak bekerja/pensiun; 1=bekerja) Pendapatan (Rp/kapita/bulan) Besar keluarga inti (orang) Jumlah tanggungan (orang) Jumlah anggota rumah tangga (orang) Sumber daya
0.291
0.097
0.418
-1.371
-0.120
0.459
-0.063
-0.040
0.735
-0.272
-0.123
0.392
1.80x10-6
0.428
0.018*
6.512
0.443
0.564
-0.053
-0.224
0.758
-0.076
-0.078
0.763
0.590
0.051
0.682
-8.048x10-7
-0.245
0.151
-0.052
-0.011
0.928
-0.501
-0.073
0.578
-0.038
-0.011
0.925
Agregat sumber daya 0.431 0.773 pensiun (skor) Adjusted R Square P-value Keterangan: *signifikan pada p< 0.05; **signifikan pada p< 0.01; ***signfikan pada p< 0.001
0.000*** 0.536 0.000***
Pembahasan Sumber daya diartikan sebagai kemampuan total seseorang yang digunakan untuk menilai atau memenuhi kebutuhan dan tujuannya (Hobfoll 2002 dalam
16 Leung & Earl 2012). Sumber daya pensiun secara khusus dimaknai sebagai elemen kunci yang sangat krusial dalam fase pensiun seseorang khususnya dalam kesejahteraan psikologis (Wang et al. 2011; Kim & Moen 2002). Terdapat tiga dimensi sumber daya pensiun yang signifikan dalam model penelitian sebelumnya yakni: 1) emosi, kognitif, dan motivasi; 2) sosial; dan 3) fisik dan finansial (Leung & Earl 2012). Sumber daya keseluruhan mempengaruhi kesejahteraan saat pensiun ataupun setelah lebih dari satu bulan pensiun (Leung & Earl 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan beragamnya sumber daya yang dimiliki oleh partisipan selama pensiun. Dimensi fisik dan finansial yang tinggi dan didukung kuat oleh variabel penghasilan pensiun rutin yang memadai, dapat membantu penyesuaian diri lansia terhadap pensiun. Banyak partisipan yang sudah terkena masalah kesehatan mulai dari artritis bahkan hingga penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan diabetes melitus. Akan tetapi, partisipan tersebut secara umum sudah ikhlas menerima penyakit, tidak merasa terganggu dan bersemangat untuk sembuh sehingga nilai pada dimensi fisik dan finansial tidak rendah (dimensi RT3 Lampiran 1). Hal ini dapat dipahami, karena sumber daya dimensi ini dapat saling berinteraksi dengan sumber daya sosial dan emosi (Niedenthal et al. 2006). Keterbukaan emosi dan saling berbagi dukungan dapat memfasilitasi penyesuaian emosi dalam jangka waktu panjang dan meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis (Niedenthal et al. 2006). Tingginya capaian sumber daya fisik dan finansial juga sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa kondisi keuangan rumah tangga dan kesehatan menjadi prediktor untuk penyesuaian pensiun, bahkan merupakan prediktor terkuat (Leung & Earl 2012). Sedikit berbeda dengan penelitian Leung & Earl (2012), prediktor penyesuaian pensiun yang paling besar dari ketiga dimensi sumber daya pada penelitian ini adalah sumber daya sosial. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hampir seluruh partisipan masih aktif terlibat dalam kegiatan keluarga hingga kemasyarakatan. Partisipan juga banyak tergabung dalam berbagai komunitas pensiun seperti himpunan pensiun instansi tertentu, Persatuan Werdha Republik Indonesia, kelompok pengajian rukun tetangga/warga (RT/RW), dan kelompok arisan warga. Terdapat beberapa partisipan tanpa pasangan, namun relasi dan dukungan sosial bagi para janda atau duda ini masih cukup memadai dan mereka dapat menyesuaikan diri dengan relatif baik. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya terkait perubahan paling dramatis di masa lansia yakni kehilangan pasangan. Oleh karena itu, lansia pensiun perlu memperkuat dukungan sosial agar terhindar dari stress, dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga hidup sejahtera (Wethington & Kessler 1986 diacu dalam Johnson et al. 2005; Sulastri 2013). Dimensi sumber daya terakhir yaitu emosi, kognitif, dan motivasi memiliki persentase capaian kategori tinggi yang lebih rendah dibandingkan dua dimensi lainnya. Hal ini dapat terjadi karena dimensi ini sangat erat berkaitan dengan kondisi mental lansia yang tidak prima lagi. Terjadinya gangguan dalam daya ingat, adanya motivasi rendah untuk belajar, dan lambat dalam menanggapi respon adalah karakteristik lansia secara umum dan sudah dialami oleh partisipan (Long 1984). Oleh karena itu, dapat dianggap wajar jika nilai capaian pada dimensi ini lebih rendah dibandingkan dua dimensi sebelumnya. Pengaruh agregat atau total sumber daya pensiun terhadap penyesuaian pensiun pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Leung & Earl (2012). Agregat sumber daya pensiun
17 berhubungan erat dengan penyesuaian dan akan meningkatkan nilai penyesuaian pensiun (Leung & Earl 2012). Perbedaan penyesuaian pada partisipan laki-laki dan perempuan tidak terlihat nyata dalam penelitian ini. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan meskipun awalnya terdapat ekspektasi penyesuaian pensiun pada laki-laki lebih baik (Wong & Earl 2009; van Solinge & Henkens 2005). Penyesuaian pensiun dianggap lebih mudah dialami oleh pensiunan yang memiliki pasangan (Wong & Earl 2009). Akan tetapi dalam penelitian ini tidak nyata pengaruh dari status menikah partisipan terhadap penyesuaian pensiun. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik partisipan yang hampir seluruhnya memiliki pasangan, sehingga tidak nyata pengaruh status menikah terhadap penyesuaian pensiun partisipan. Usia partisipan dan lama pensiun tidak nyata berpengaruh terhadap penyesuaian pensiun partisipan dalam penelitian ini. Hal ini memperkuat penelitian terdahulu dari Wong & Earl (2009) bahwa variabel usia yang seiringan dengan lama pensiun, cenderung tidak menunjukkan adanya penyesuaian pensiun yang lebih baik pada partisipan. Bahkan pada waktu-waktu tertentu, penyesuaian bersifat fluktuatif seiring beragamnya sumber daya yang dimiliki pensiunan (Braithwaite 1987; Wang et al. 2011). Hal tersebut semakin menguatkan bahwa waktu bukan variabel utama yang mempengaruhi penyesuaian pensiun sehingga tidak ada batasan khusus mengenai proses penyesuaian pensiun (retirement adjustment) (Wang et al. 2011). Akan tetapi, sumber daya pensiun yang berinteraksi bersama waktu selama pensiun adalah prediktor bagi proses penyesuaian tersebut (Wang et al. 2011). Sejalan dengan temuan penelitian ini, Kim & Moen (2002) dalam penelitiannya melaporkan bahwa status bekerja pasangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan masa pensiun bagi laki-laki ataupun perempuan. Sesuai dengan literatur, kesejahteraan masa pensiun bersumber dari penyesuaian pensiun dan kepuasan hidup, sehingga dapat dipahami makna pengaruh variabel status bekerja terhadap penyesuaian pensiun (Kim & Moen 2002; Leung & Earl 2012; Wang et al. 2011). Selain menunjukkan beragam temuan penting, penelitian ini pun memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah desain penelitian berupa satu waktu singkat (cross-sectional) yang kurang peka terhadap dinamika proses dan kualitas penyesuaian partisipan secara spesifik. Selain itu, karakteristik partisipan masih terbatas pada pensiunan dengan jenis profesi yang hampir serupa meskipun dengan waktu pensiun yang rentangnya cukup panjang. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data penduduk pensiun yang representatif sehingga digunakanlah metode purposif yang cenderung mengarahkan peneliti pada partisipan berlatar-belakang serupa. Walau demikian, metode ini sudah dapat menjangkau banyak wilayah yang data penduduknya kurang memadai.
18
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata partisipan perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini berumur 62 tahun, telah menamatkan SMA/sederajat, berstatus menikah, dan sudah pensiun sekitar enam tahun. Rata-rata partisipan laki-laki memiliki pendapatan per kapita sebesar Rp1 650 000,00 sedangkan perempuan lebih tinggi yaitu Rp2 899 950,00. Mayoritas partisipan baik laki-laki dan perempuan memiliki agregat sumber daya pensiun dalam kategori sedang, tanpa perbedaan signifikan. Separuh dari partisipan laki-laki memiliki penyesuaian pensiun dalam kategori sedang, sedangkan lebih dari setengah partisipan perempuan termasuk kategori baik, namun tidak ada perbedaan nyata di antara keduanya. Diperoleh beberapa variabel yang secara positif berhubungan signifikan dengan penyesuaian pensiun yaitu penghasilan pensiun, agregat sumber daya pensiun, lama pendidikan partisipan, dan pendapatan per kapita per bulan. Variabel lainnya yang juga nyata berhubungan tetapi dengan arah negatif adalah jumlah anggota keluarga dan jumlah anggota rumah tangga. Terdapat dua variabel yang berpengaruh signfikan terhadap penyesuaian pensiun, yakni penghasilan pensiun dan agregat sumber daya pensiun.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, lansia pensiun sebaiknya memelihara sumber daya pensiun dengan baik khususnya dimensi sosial, dengan aktif berinteraksi bersama keluarga dan masyarakat, contohnya dengan mengikuti rekreasi keluarga, bina keluarga lansia, dan himpunan pensiunan. Lansia juga perlu melakukan kegiatan positif untuk menjaga kemampuan kognitif, emosi, dan motivasi seperti membaca, merawat tanaman atau hewan, atau mengajarkan keterampilan tertentu pada orang lain. Penyesuaian lansia terhadap masa pensiun dapat menjadi lebih baik melalui kegiatan positif tersebut. Selain itu, akan lebih baik jika instansi pemerintah atau perusahaan swasta mengadakan masa persiapan atau pembekalan yang memadai untuk para karyawan sebelum memasuki pensiun dan memastikan kesiapan karyawan menghadapi masa transisi pensiun. Di samping itu, pemerintah diharapkan mengembangkan sarana dan prasarana ramah lansia seperti sarana transportasi, sarana kesehatan lansia, dan taman di lingkungan permukiman karena sekitar dua puluh tahun mendatang populasi lansia akan sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Ananta A. 2012. Financing Indonesia’s ageing population. South East Asian Affairs (2012). Hal: 135-149. [Bappenas]. 2014. Bappenas dan BPS rancang proyeksi [internet]. [diunduh 2014 Feb 11]. Tersedia pada: perpustakaan.bappenas.go.id/…/Bappenas.pdf.
19 [BKN] Badan Kepegawaian Negara. 2014. Surat Kepala BKN Nomor K.26-30 V.7-3-99-Batas Usia Pensiun Pegawain Negeri Sipil. [diunduh pada 2014 Apr 1] Tersedia pada:www.bkn.go.id/peraturan-terbaru.html. Bonasir R. 2010. Berapa usia pensiun yang ideal? [internet]. [diunduh 2014 Feb 28]. Tersedia pada: http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2010 /09/100901_pensiunusia.shtml. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Penduduk berumur 10 tahun ke atas berdasarkan perkawinan. __________. 2013. Indikator makro Kota Bogor tahun 2008-2012. __________. 2013. Statistik daerah Kota Bogor. Bogor (ID): Badan Pusat Statistik. Braithwaite VA, Gibson DM. 1987. Adjustment to retirement: what we know and what we need to know. Ageing and Society (7): 1-18. [diunduh pada 2014 Feb 13]. Tersedia pada: http://vab.anu.edu.au/pubs/1/adjustment toretirement.pdf. Calhoun JF, Acocella JR. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Ed ke-3. Satmoko, Ny.RS, penerjemah. Terjemahan dari: Psychology of Adjustment and Human Relationships. New York (US): Mc Graw-Hill, Inc. Earl JK, Yu T. 2012. Promoting The Australian retirement experience [internet]. [diunduh 2014 Feb 13]. Tersedia pada: www.productiveageing.com.au/../Earl. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah. Sijabat RM, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Developmental Psychology: A Life-Span Approach, fifth edition. Johnson ML; associate editors: Vern L Bengtson, peter G Goleman, Thomas B L Kirkwood. 2005. The Cambridge Handbook of Age and Ageing. Edinburgh (UK): Cambridge University Press. Kim JE, Moen P. 2002. Retirement transitions, gender, and psychological wellbeing: a life-course, ecological model. Journal of Gerontology: Psychological Sciences (57B) No.3: 212-222. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, IPB. [Komnas Lansia]. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil penduduk lansia tahun 2009.[internet]. [Diunduh pada 2014 Feb 18]. Tersedia pada: http://www.komnaslansia.go.id/d0wnloads/profil/Profil_Penduduk_Lanjut_ Usia_2009.pdf. Kotzka T, Jachimowicz V. 2010. Relationship of quality of life to dispotional optimsm, health of locus of control and self-efficacy in older subject living in different environments. Qual Life Res (19): 351-361. doi: 10.1007/s11136-010-9601-0. Leung CSY, Earl JK. 2012. Retirement Resources Inventory: construction, factor structure and psychometric properties. Journal of Vocational Behavior 81 (2012) : 171–182. doi:10.1016/j.jvb.2012.06.005. [diunduh pada 2014 Feb 13]. Tersedia pada: http://www2.psy.unsw.edu.au/Users/JEarl/PDF/ LeungEarl2012. pdf. Long JS. 1984.The adult Life 2nd edition. California US: Mayfield publisihing company.
20 Lowis MJ, Edwards AC, Burton M. 2009. Coping with retirement: well-Being, health, and religion. The Journal of Psychology. UK: Heldref Publication. Niedenthal PM, Gruber SK, RIC F. 2006. Psychology of Emotion. NY (US): Psychology Press. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2008. Psikologi Perkembangan. A.K. Anwar, penerjemah. Jakarta (ID): Kencana. Rogers D. 1979. The Adult Years. New Jersey (US): Prentice Hall, Inc. Sulastri S. 2013. Pengaruh dukungan sosial dan strategi nafkah terhadap kesejahteraan subjektif keluarga usia pensiun.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Turner JS, Helms DB. 1986. Contemporary Adulthood. Ed ke-3. New York (US): CBS College Publishing. van Solinge H, Henkens K. 2005. Couple’s adjustment to retirement: a multi-actor panel study. Journal of Gerontology: Social Sciences (60B) 1: S11-S20. [diunduh pada 2014 Feb 25]. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/ profile/Kene_Henkens/publication/8088447_Couples%27_adjustment_to_re tirement_a_multi- actor_panel_study/file/ d912f50f3c9f363c72.pdf. Wang M, Henkens K, van Solinge H. 2011. Retirement adjustment: review of theoretical and empirical advancement. American Psychologist. Advance online publication. doi: 10.1037/a0022414. [diunduh 2014 Feb 26]. Tersedia pada: http://psycnet.apa.org/journals/amp/66/3/204/. Wells Y, deVaus D, Kendig H, Quine S, Petralia W. 2006. Healthy retirement project: technical report. [internet]. [diunduh 2014 Feb 28]. Tersedia pada:http://www.researchgate.net/profile/Yvonne_Wells/publication/ 228827069_HEALTHY_RETIREMENT_PROJECT_Incorporating_HEAL THY_RETIREMENT_PROJECT_%281997-1999%29_HEALTH_ AND_WELL-BEING_IN_RETIREMENT_%282000002%29/file/9fcfd513ecce3a49b2.pdf. Wong JY, Earl JK. 2009. Towards an integrated model of individual, psychosocial, and organizational predictors of retirement adjustment. Journal of Vocational Behavior (75), 1-13. [diunduh pada Feb 28 2014]. Tersedia pada: http://www2.psy.unsw.edu.au/Users/JEarl/Web%20 papers/Wong%20&%20Earl%20(2009).pdf.
LAMPIRAN Lampiran 1 Persentase sebaran jawaban partisipan berdasarkan pernyataan dalam kuesioner sumber daya pensiun (%) No
Pernyataan
STS (RT3) Dimensi Fisik dan Finansial 1 Kondisi kesehatan 0 saya baik 2 Tidak terganggu oleh penyakit yang 0 diderita 3 Tidak terganggu oleh gangguan 0 mental
SS
Laki-laki N
S
SS
STS
SS
Perempuan N S
SS
0
0
73.3
26.7
0
3.3
3.3
63.3
30.0
0
16.7
50.0
33.3
3.3
3.3
10.0
53.3
30.0
0
3.3
56.7
40.0
0
0
6.7
56.7
36.7
21
(Lanjutan dari Lampiran 1) No
Pernyataan
STS
SS
Laki-laki N
Bisa melakukan kegiatan harian 0 0 atau hobi 5 Memiliki penghasilan untuk 3.3 3.3 membiayai diri/ keluarga 6 Memiliki tabungan untuk menunjang 0 20.0 keuangan 7 Memiliki investasi untuk mendukung 0 3.3 keuangan 8 Memanfaatkan penghasilan 3.3 0 pensiun (RT2) Dimensi Sosial 1 Mempunyai banyak teman yang secara 0 3.3 rutin berhubungan 2 Mempunyai banyak anggota keluarga 0 0 yang secara rutin berhubungan 3 Mempunyai banyak 0 3.3 kenalan dari 4 Dukungan dari hubungan dengan 0 0 teman 5 Dukungan dari hubungan dengan 0 0 keluarga 6 Dukungan dari hubungan dengan 0 0 kenalan 7 Menerima dukungan 0 0 informasional 8 Menerima 0 0 dukungan emosi 9 Mendapat bantuan 0 0 dalam bentuk nyata (RT1) Dimensi Emosi, Kognitif, dan Motivasi 1 Selalu merasa 0 0 positif 2 Dapat merasakan 0 0 emosi sendiri 3 Paham bahwa emosi 0 0 mempengaruhi perilaku 4 Mampu mengendalikan 0 0 emosi 5 Memiliki banyak kendali/pengaruh 0 16.7 terhadap kehidupan 6 Merasa diri 0 0 bermanfaat 7 Jarang lupa menyimpan barang 0 13.3 atau hal baru terjadi
Perempuan N S
SS
0
3.3
60.0
36.7
0
6.7
0
46.7
46.7
16.7
0
16.7
0
66.7
16.7
33.3
10.0
0
3.3
50.0
30.0
16.7
3.3
26.7
66.7
0
0
0
6.7
93.3
6.7
63.3
26.7
0
0
3.3
50.0
46.7
0
43.3
56.7
0
0
0
30.0
70.0
3.3
66.7
26.7
3.3
0
0
60.0
36.7
3.3
63.3
33.3
0
0
3.3
56.7
40.0
0
50.0
50.0
0
0
0
36.7
63.3
6.7
50.0
43.3
0
0
3.3
43.3
53.3
0
90.0
10.0
0
0
0
80.0
20.0
0
93.3
6.7
0
0
3.3
93.3
6.7
6.7
73.3
20.0
0
10.0
26.7
40.0
23.3
0
66.7
33.3
0
0
13.3
46.7
40.0
3.3
70.0
26.7
0
0
0
73.3
26.7
3.3
56.7
40.0
0
0
0
73.3
26.7
10.0
63.3
26.7
0
0
6.7
63.3
30.0
10.0
50.0
23.3
0
3.3
23.3
60.0
13.3
13.3
53.3
33.3
0
0
20.0
60.0
20.0
33.3
23.3
30.0
0
6.7
56.7
30.0
6.7
S
SS
STS
0
70.0
30.0
0
3.3
46.7
43.3
6.7
56.7
53.3
SS
4
22 No
(Lanjutan dari Lampiran 1) Pernyataan
STS
SS
Laki-laki N
S
SS
STS
SS
Perempuan N S
Mampu mengingat kejadian yang telah 0 0 3.3 50.0 46.7 0 0 0 berlalu 9 Mudah mengingat suatu kata atau 0 3.3 20.0 60.0 10.0 0 3.3 16.7 artinya 10 Mampu mempelajari 0 3.3 33.3 50.0 13.3 0 13.3 23.3 pengetahuan/ keterampilan baru 11 Cepat dalam mengingat sesuatu 0 3.3 10.0 73.3 13.3 0 3.3 10.0 yang diperlukan 12 Selalu bisa 0 0 3.3 63.3 33.3 0 0 0 mengatasi masalah 13 Mudah membuat 0 3.3 23.3 63.3 10.0 0 3.3 16.7 keputusan tepat 14 Akan meningkatkan usaha, saat 0 0 0 63.3 36.7 0 0 3.3 menghadapi kesulitan 15 Tetap berusaha 0 16.7 36.7 36.7 10.0 0 26.7 30.0 mencapai keinginan 16 Mudah menyesuaikan diri 0 0 3.3 73.3 23.3 0 0 6.7 dengan lingkungan/ rencana 17 Mencari bantuan orang lain ketika 0 3.3 3.3 63.3 30.0 0 0 3.3 sangat kesulitan 18 Tidak memiliki banyak harapan 0 3.3 13.3 40.0 43.3 3.3 10.0 6.7 yang belum tercapai Keterangan: STS=sangat tidak setuju; TS= tidak setuju; N= netral; S= setuju; SS= sangat setuju.
SS
8
66.7
33.3
73.3
6.7
60.0
3.3
80.0
6.7
76.7
23.3
70.0
10.0
73.3
23.3
30.0
13.3
70.0
23.3
80.0
16.7
33.3
46.7
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putri sulung dari pasangan Drs. E Saeful R Fansuri, M.Pd dan Siti Deti Widiakartini. Penulis lahir di Cianjur, 7 April 1992. Pendidikan formal pertama dilalui penulis di TK Islam Al-Azhar 18 Cianjur (1997-1998) dan bersekolah dasar di SD Islam Al-Azhar 18 Cianjur (1998-2004). Selanjutnya sekolah menengah pertama diselesaikan di MTS Persatuan Islam 04 Cianjur (2004-2007). Penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah (Islamic Centre Muhammadiyah Cipanas) pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia tahun 2010-2014. Selama kuliah penulis pernah mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan di antaranya Samisaena 2012 sebagai sebagai koordinator divisi PAUD dan sebagai ketua departemen di Departemen Sosling-BEM FEMA Trilogi 2013. Beberapa kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis antara lain INDEX 2013 sebagai steering committee, FRESH 2013, dan INDEX 2012.
23 Penulis pernah memperoleh beasiswa PPA di semester 3 dan 6-8 serta beberapa prestasi lain. Di tahun 2013 penulis menjadi Duta Konsumen IKK, mahasiswa berprestasi (Mapres) II Departemen IKK, dan peringkat 4 (Mapres) FEMA. Di tahun terakhir kuliah, penulis menjadi mahasiswa berprestasi departemen IKK 2014 dan juara tiga mahasiswa berprestasi FEMA.