[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 1
PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA KOMBINASI MURASHIGE DAN SKOOG (MS) DAN AIR KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ALFALFA (Medicago sativa)
SUBSTITUTION EFFECT OF MEDIA IN COMBINATION Murashige and Skoog (MS) AND COCONUT WATER ON PLANT GROWTH Alfalfa (Medicago sativa) Rizqi Ahmad Ginanjar*, Iin Susilawati**, Lizah Khairani** Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2017 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan persentase penggunaan media kombinasi air kelapa dengan media MS terhadap pertumbuhan eksplan tanaman Alfalfa Medicago sativa Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, dari Bulan April sampai Agustus 2016. Media tumbuh sebagai perlakuan yang dicobakan adalah : P1 = Air Kelapa 10% + MS 90%, P2 = Air Kelapa 15% + MS 85%, P3 = Air Kelapa 20% + MS 80%, P4 = Air Kelapa 25% + MS 75%, P5 = Air Kelapa 30% + MS 70% pada setiap kombinasi perlakuan ditambahkan BAP (6 benzyl amino purine) sebanyak 2 ppm. Parameter yang diamati adalah berat segar kalus, serta pengamatan visual terhadap warna dan tekstur kalus. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara penggunaan media kombinasi air kelapa dengan media MS terhadap berat kalus pada eksplan tanaman Alfalfa. Penambahan air kelapa 25% ke dalam media MS menghasilkan induksi kalus tanaman Alfalfa paling baik secara in vitro dan menghasilkan berat kalus tertinggi yaitu 2,847 gram. Kalus yang dihasilkan berwarna hijau kekuningan, dan bertekstur remah. Kata Kunci: Medicago sativa , In Vitro, Air Kelapa, Murashige dan Skoog , Kalus
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 2
ABSTRACT This study aims to determine the effect and the percentage of media use a combination of coconut water with MS media on the growth of Medicago sativa plant explant. Study was conducted at the Laboratory of Tissue Culture Technology Faculty of Agriculture, University of Padjadjaran, from April to August 2016. Media grows as treatment is tested are: (P1 = Coconut Water 10% + MS 90%, P2 = Coconut Water 15% + MS 85%, P3 = Coconut Water 20% + MS 80%, P4 = Coconut Water 25% + MS 75% of P5 = 30% Coconut Water + MS 70% in any combination treatment was added BAP (6 benzyl amino purine) by 2 ppm). Parameters measured were fresh weight callus, as well as visual observation of the color and texture of the callus. Data were analyzed descriptively. The experimental results showed that there was no difference between media use a combination of coconut water with MS medium to callus weight on the explants plant Medicago sativa. Addition of 25% coconut water into the MS medium to produce callus induction Medicago sativa plants are best in vitro and resulted in the highest callus weight 2,847 grams. The resulting callus yellowish green, and textured crumb. Keywords: Medicago sativa, In Vitro, Coconut Water, Murashige and Skoog, Callus PENDAHULUAN Tanaman Alfalfa merupakan salah satu jenis tanaman leguminosa. Tanaman yang berasal dari daerah subtropis ini mempunyai produktivitas yang tinggi dengan kandungan protein dan palatabilitas tinggi, namun mempunyai keterbatasan jika ditanam di daerah tropis. Cara perkembangbiakan tanaman Alfalfa yang bersiifat long day plant dapat melalui 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Tanaman Alfalfa yang dikembangbiakan dengan cara generatif mengalami kesulitan dalam penyediaan benih yang harus diimpor dan harganya yang relatif mahal. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan perkembangbiakan Tanaman Alfalfa dengan cara vegetatif, diantara nya melalui teknik kultur jaringan. Salah satu masalah dalam pemanfaatan teknologi kultur jaringan secara umum adalah dibutuhkannya keadaan lingkungan yang bersih dan aseptik. Selain itu bahanbahan media kultur jaringan relatif mahal dan sulit didapatkan. Maka dari itu diperlukan bahan lain dalam pembuatan media dengan memanfaatkan material lokal yang mudah diperoleh dengan harga relatif murah serta memiliki nilai efisiensi yang baik. Sedangkan materi lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai media kultur jaringan yaitu air kelapa yang mengandung banyak mineral (K, Mg, Na, Fe, Ca, Cu, P dan S) yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain itu juga mengandung vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenat, asam folat, niasin, ribovlavin serta thiamin. Air kelapa juga memiliki kandungan hormon alami yaitu auksin dan sitokinin, sehingga air kelapa dapat dijadikan sebagai alternatif dalam media kultur jaringan tanaman Alfalfa.
BAHAN DAN METODE (1) Bahan dan Peralatan Penelitian
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 3
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah pucuk Alfalfa, media murashige and skoog, alkohol, aquades, air kelapa, dan agar.Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah Autoclave, laminar air flow, magnetic stirrer, timbangan analitik, beaker glass, botol kultur, pipet, labu takar, pinset, pH meter, spatula, cawan petri,sScalpel blade, spirtus, alumunium foil dan plastik P3, label, gunting, lampu, lemari kultur, dan kamera. (2) Prosedur Penelitian Mensterilisasi ruangan menggunakan alkohol 95% dengan cara disemprotkan ke seluruh bagian ruangan dan di gosokan ke seluruh bagian dinding laminar. Mensterilkan Alat. Semua peralatan baik alat pembuat media (botol kultur) dan alat inokulasi eksplan (cawan petri, scalpel blade gunting eksplan, pinset, kertas saring dan tissue). dilakukan sterilisasi. Alat alat dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas saring kemudian disterilisasi di dalam autoclave dengan suhu 121°C tekanan 1,5 atm selama 30 menit. Membuat larutan stok media MS. Dalam pembuatan media MS di buat 1 liter (untuk 50 botol). Media yang digunakan adalah media MS dalam bentuk cair yang sudah siap pakai (instan). Pembuatannya dengan cara mencampurkan MS yang sudah ditimbang sebanyak 100 ml,, gula 25 g, dan hormon BAP 2 ppm kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 900 ml, kemudian diaduk dengan magnetic stirer. Larutan dimasukkan ke dalam botol perlakuan sebanyak 5 botol yang dibungkus dengan alumunium foil dan diberi label (sesuai dengan perlakuannya). Membuat media tanam. Media MS dalam botol perlakuan dikombinasikan antara air kelapa sesuai dengan perlakuan (10%, 15%, 20%, 25%, 30%, kemudian memasukkannya ke dalam gelas ukur hingga mencapai 200 ml. Larutan dikondisikan pada pH dan HCL untuk menurunkan pH. Masing masing botol perlakuan ditambahkan agar-agar sebanyak 9 g /1 (1,8 g/botol). Selanjutnya masing – masing dimasukan ke dalam botol kedua sebanyak ± 20 ml/botol kemudian ditutup dengan plastik alumunium foil 0,03 mm dan diikat dengan karet. Mensterilisasi media. Botol – botol eksplan yang sudah berisi media ditutup dengan plastik tahan panas dan alumunium foil selanjutnya disterilisasi dengan autoclave dengan suhu 121 oC tekanan 1,5 atm selama 40 menit. Mensterilisasi Eksplan. Eksplan berupa pucuk daun media (meristem) tanaman legum Alfalfa disterilisasi secara kimiawi yaitu dengan dicelupkan dalam larutan bayclean hipoklorit, lalu dibilas dengan aquades steril sebanyak 5 kali (Daisy dkk, 1994). Menginokulasi Eksplan. Proses inokulasi dilakukan di luminar air flow dengan kondisi aseptik. Alat- alat inokulasi ditata di dalam laminar air flow. Setiap alat yang akan digunakan tersebut terlebih dahulu dicelupkan ke dalam alkohol 95% dan dan dilewatkan di atas nyala api Bunsen selama 1-2 menit. Pucuk daun tanaman Alfalfa dipotong dan diinokulasikan ke dalam botol kultur yang telah berisi ± 10 ml media MS. Botol kultur diberi pencahayaan dengan lampu neon dan suhu ruang penyimpanan ini diatur relatif konstan 25 oC ±1. (3) Peubah Yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi peubah kualitatif dan kuantitatif. Peubah kualitatif diperoleh dengan mendeskripsikan /memberikan keterangan setiap kondisi peubah kualitatif yang meliputi : warna kalus, tekstur kalus dan berat segar kalus.
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 4
(4) Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Perlakuan dilakukan dengan metode eksperimental. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dilakukan pada data secara kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara visual yang terjadi terhadap eksplan tanaman Alfalfa. Pada penelitian ini terdapat 5 perlakuan sebagai berikut : : P1 = MS 90% + air kelapa 10%, P2 = MS 85% + air kelapa 15%, P3 = MS 80% + air kelapa 20%, P4 = MS 75% + air kelapa 25%. P5 = MS 70% + air kelapa 30% HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Kalus Dari data penelitian yang telah dilakukan selama 35 HST warna kalus diamati dengan menggunakan Colour chart The Royal Horticultural society (Gambar 2 Fan 3). Warna kalus eksplan tanaman Alfalfa umur 35 HST yang diberi perlakuan air kelapa secara In-Vitro disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Warna kalus eksplan tanaman alfalfa umur 35 HST yang diberi perlakuan substitusi media kombinasi MS dan air kelapa secara In-Vitro Perlakuan Warna P1= air kelapa 10% + MS 90%
Hijau kekuningan
P2 = air kelapa 15% + MS 85%
Hijau kekuningan
P3 = air kelapa 20% + MS 80%
Hijau kekuningan
P4 = air kelapa 25% + MS 75%
Hijau kekuningan
P5 = air kelapa 30% + MS 70%
Tidak muncul kalus
Berdasarkan hasil penelitian, semua perlakuan memiliki warna hijau kekuningan. Hal ini didukung oleh penelitian Harjoko (1999) yang menyatakan perbedaan warna kalus disebabkan oleh adanya perubahan pigmentasi. Kandungan pigmen meningkat linier dengan waktu. Menurut Bustami (2011) kalus dengan warna hijau kekuningan menunjukkan gejala penuaan sel. Kalus berwarna putih dan kehijauan merupakan kalus dapat disubkultur lagi, sementara yang berwarna kecoklatan selanjutnya akan mengering dan mati Pierik (1987). Tekstur Kalus Kalus yang baik memiliki tekstur remah (friable) setiap perlakuan menghasilkan tekstur kalus yang sama yakni bertekstur remah. Seperti pada penelitian (Lizawati, 2012) tekstur kalus yang remah dianggap baik karena dapat meningkatkan aerasi oksigen antar sel dan mudah dipisahkan menjadi sel-sel tunggal pada kultur suspensi, sedangkan kalus yang memiliki tekstur kompak umumnya memiliki ukuran sel yang kecil dengan sitoplasma yang padat, mempunyai inti sel yang besar dan butir pati (kandungan karbohidrat) yang banyak. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Tekstur kalus eksplan tanaman alfalfa umur 35 HST yang diberi perlakuan substitusi media kombinasi MS dan air kelapa secara In-Vitro
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 5
Perlakuan
Tekstur
P1= air kelapa 10% + MS 90%
Remah
P2 = air kelapa 15% + MS 85%
Remah
P3 = air kelapa 20% + MS 80%
Remah
P4 = air kelapa 25% + MS 75%
Remah
P5 = air kelapa 30% + MS 70%
Tidak muncul kalus
Pierik (1987), menyatakan tekstur kalus dapat bervariasi dari kompak hingga remah, tergantung pada jenis tanaman, komposisi nutrien media, zat pengatur tumbuh, dan kondisi lingkungan kultur. George (1993) dalam Dwi (2012) menyatakan bahwa kalus yang diinduksi dengan penambahan sitokinin memiliki tekstur kompak dari pada kalus yang dihasilkan tanpa induksi sitokinin. tekstur kalus yang kompak merupakan efek dari sitokinin auksin yang mempengaruhi potensial air dalam sel. Berat Segar Kalus Pertumbuhan adalah peningkatan parameter ukuran organisme atau bagian dari tumbuhan yang merupakan hasil dari peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pertumbuhan dicirikan dengan bertambahnya berat yang irreversible, sehingga pengukuran berat segar kalus dapat mewakili variable pertumbuhan kalus yang berasal dari eksplan tanaman Alfalfa. Menurut Rusnawingsih (2007) berat segar secara fisiologis terdiri dari dua kandungan yaitu air dan karbohidrat, berat segar kalus yang besar dapat disebabkan karena kandungan airnya yang tinggi, berat basah yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut membelah diri, memperbanyak diri, dan dilanjutkan dengan membesarnya kalus. Berat kalus yang diukur pada akhir penelitian yaitu pada umur 35 hari. Nilai berat segar kalus tanaman Alfalfa dari tiap perlakuan substitusi media kombinasi antara MS dan air kelapa yang mengandung BAP dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Berat kalus (gram) eksplan tanaman alfalfa umur 35 HST yang diberi perlakuan substitusi media kombinasi MS dan air kelapa secara In-Vitro Perlakuan Berat Segar Kalus .......g...... P1= air kelapa 10% + MS 90%
1,163
P2 = air kelapa 15% + MS 85%
1,372
P3 = air kelapa 20% + MS 80%
0,290
P4 = air kelapa 25% + MS 75%
2,847
P5 = air kelapa 30% + MS 70%
Tidak muncul kalus
Hasil dari penelitian selama 35 hari berat segar kalus tanaman Alfalfa sangat bervariasi. Berat segar kalus tertinggi ada pada perlakuan air kelapa 25% dengan berat segar 2,847 gram dan berat segar kalus terkecil pada perlakuan air kelapa 20% yakni 0,290 gram.
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 6
Proses pembentukan kalus tidak terlepas dari pembelahan, pembesaran, dan perpanjangan sel, zat pengatur tumbuh auksin berperan dalam pembentukan kalus tersebut, sehingga dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel, sehingga air, ion-ion organik dan molekul-molekul anorganik masuk ke dalam sel. Menurut Mandang (1996) adanya proses pembelahan dan pembesaran sel menyebabkan jumlah dan besar sel bertambah sehingga berat kalus meningkat pula. KESIMPULAN Media kombinasi air kelapa dengan media MS bisa digunakan sampai 25% untuk menumbuhkan kalus tanaman Alfalfa. Penambahan air kelapa 25% menghasilkan induksi kalus tanaman Alfalfa paling baik secara in vitro dan menghasilkan berat kalus tertinggi yaitu 2,847 gram. Kalus pada semua perlakuan berwarna hijau kekuningan dan bertekstur remah. SARAN Peneliti yang akan melakukan penelitian berikutnya diharapkan memakai bagian meristem lainnya seperti tunas dan akar serta dalam pembuatan media harus dalam keadaan yang bersih dan aseptik, agar terhindar dari kontaminasi jamur dan bakteri. Dan perlunya tentang pengetahuan dalam pemakaian jenis dan konsentrasi ZPT sehingga sesuai dengan apa yang akan dicapai UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing utama Dr. Iin Susilawati S.Pt., MP, dan kepada dosen pembimbing anggota Lizah Khairani S.Pt., MT., M.Agr., yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, saran, serta bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian penyusunan artikel ilmiah ini. Kepada Dr. Rer. Nat. Ir. Suseno Amien selaku kepala Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan dan kang Rian sebagai teknisi Laboratorium Teknologi Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dan Laboratorium Tanaman Makanan Ternak yang telah banyak membantu selama penelitian DAFTAR PUSTAKA Amie Pisesha, Pratiwi 2008. Pengaruh Konsentrasi IAA, IBA, BAP dan air kelapa terhadap pembentukan akar poinsettia (Eaphorbia pulcherrima Wild Et Kiotech) In-vitro. Institut Pertanian Bogor. Andaryani, Setianingrum. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-D Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Secara In Vitro. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 40p. Ariati. S. N. W., Muslimin dan LN, Suswatika. 2012. Induksi Kalus Tanaman Kakao (Theobroma cacao L). pada media MS dengan penambahan 2,4-D BAP dan air kelapa. Universitas Taduloka, Palu. Jurnal Natural Science, Vol 1.(1) 74-84. Aslamyah, S. 2002. Peranan Hormon Tumbuh dalam Memacu Pertumbuhan Algae. Bogor: IPB.
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 7
Baskaran P, Rajeswari BR, Jayabalan N. 2006. Development of an In vitro regeneration system in shorgum [Shorgum bicolor (L). Moench] using root transverse Thin Cell Layers (tTLCs).Turkey J Bot 30: 1-9. Budiono, Djoko Pitoyo. 2003. In-vitro Multiplication of onion.(Allium Ascalomicum L) Shoots on Various Concrentations of Coconut Water. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, Jakarta Jurnal Agronomi 8(2) 75-80. Bustami, M.U. 2011. Penggunaan 2,4-D untuk Induksi Kalus Kacang Tanah. Sulawesi Tengah. Media Litbang IV (2): 137-141. Daisy P, Sriyanti dan Ari. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit : Kanisius Yogyakarta. Dodd, B., 1993. Plant Tissue Culture for Horticulture. School of Life Science. Queensland University of Technology. Dwi PYD. Niluh Made., Waeniati., Muslimin., Nengah Suwastika. 2012. Pengaruh Penambahan Air Kelapa dan Berbagai Konsentrasi Hormon 2,4-D Pada Medium MS Dalam Menginduksi Kalus Tanaman Anggur Hijau (Vitis vinifera L). Jurnal Natural Science Vol. 1.(1) 53-62. Elaleem KGA, Modawi RS, Khalafalla MM. 2009. Effect of plant growth regulators on callus induction in tuber segment culture of potato (Solanum tuberosum L.) cultivar Diamant. Afr J Biotechnol 8 (11): 2529-2534. Erwin, N. A., Soekmato, N. H. 2009. 6,6-Dimethoxy-4,4-Dihydroxy 3,2-FuranoIsoflavane, A New Compound from Melochia umbellata (Houtt) Stapf Var. Degrabrata K. (Palisia). Indonesian Journal of Chemistry. No 10 (2): 215-218. Gati, E dan I. Mariska. 1992. Pengaruh Auksin dan Sitokinin Terhadap Kalus Mentha piperita Linn. Buletin Littri 3: 1-4. Gaspar T, Kevers C, Penel C, Greppin H, Reid DM, Thorpe TA. 1996. Plant hormones and plant growth regulators in plant tissue culture. Review. In vitro Cell Dev Biol-Plant 32: 272-289. George E.F and P.D Sherrington. 1984. Plant Propagation byTissue Culture. Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Easten Press. England 709p. George. E.F , and P.D. Sherrington 1984. Plamt propagation Exegetics Ltd England.
by tissue culture.
Gamborg. O.L., J.P Shyluk, and E.A shahin. 1981. Isolation, fusion, and culture of plant protoplast in : thorpe (ed.). plant tissue culture methods and application in agriculture. Academic press. Inc New York.
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 8
Gunawan L.W 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan PAU. Bioteknologi Instiut Pertanian Bogor. Bogor Gunawan, L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Bogor. Laboratorium Kultur Jaringan Tanman: PAU IPB Hendaryono D. P. S. dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Penerbit : Kanisius Yogyakarta. Hendaryono, D. P. S. 2000. Pembibitan Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Harjoko, D. 1999. Pengaruh Macam- macam Auksin terhadap Poliploidisasi Kalus Tanaman Semangka pada Kultur In Vitro. Surakarta: Fakultas Pertanian UNS.
Indrianto A. 2003. Kultur jaringan tumbuhan. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Kristina, Natali Ninova dan Sitti Fatimah Syahid. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi Tunas In-Vitro, Produksi Rimpang. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Kristina, N.N dan Syahid, Sitti Fatimah. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multipikasi Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. Jurnal Litri 18 (3): 125-134 Kusuma, Leo Anjar. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Jarak Pagar. Available online at http://leqi.files.wordpress.com. (diakses pada 19 Mei 2014). 4p. Lizawati. 2012. Proliferasi Kalus dan Embriogenesis Somatik Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Berbagai Kombinasi ZPT dan Asam Amino. Universitas Jambi, Mendalo Darat. Jambi. 1(4):7. Mandang J. P. 1993. Peranan Air Kelapa dalam Kultur JAringan Tanaman Krisan (Chrysanthenum Morifalium Ramat), Disertasi Institut Pertanian Bogor. Bogor 113p. Mandang. J.P. 1996. Penggunaan Air Kelapa sebagai Bahan Subtitusi sebagian Sukrosa dalam Media Kultur Jaringan Krisan, Dalam Eugenia 2(1) : 8-13 Nursetiadi. Eka. 2008. Kajian Macam Media dan Konsentrasi BAP. Terhadap Muliplikasi Tanaman Manggis. (Garcinia Mangostania L.) Secara In-Vitro. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta 34p. Pierik, R.L.M. 1987. In-vitro culture of higher plants. Martinus Nijhoof of Publishers, Neteherland
[PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 9
Ren JP, Wang XG, Yin J. 2010. Dicamba and sugar effects on callus induction and plant regeneration from mature embryo culture of wheat. Agricultural Sci China 9 (1): 31-37. Ruswaningsih, F. 2007. Pengaruh Konsentrasi Ammonium Nitrat dan BAP Terhadap Pertumbuhan Eksplan Pucuk Artemisia annua L. pada Kultur In Vitro. Skripsi Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Santoso U. dan F. Nursandi 2003. Kultur Jaringan Tanaman Universitas Muhammadiyah Malang Press.. malang. Seswita, D .2010. Penggunaan Aplikasi Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Pada Multiplikasi Tunas Temulawak. (Curcuma xantharrhiza Roxb) In-Vitro. Jurnal litrri 16(4). Hlm 135-140. Sirait I : K, Simanihuruk dan R, Hutasoit 2012. Potensi Indigofera sp Sebagai Pakan Kambing Produksi Nilai Nutrisi dan Palatabilitas. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih Vol 1 No.2 : 56-60. Suci Rahayu, 2016. Pengaruh jenis dan konsentrasi auksin pada kalus induksi Centella asiatica. Bogor Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik : Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta. Sutriani E. 2014. Pengaruh Perlakuan Beberapa Konsentrasi 2,4-D yang Dikombinasikan dengan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Klorofil Total Kalus Alfalfa (Medicago sativa L.) pada Media MS. Turhan H. 2004. Callus Induction and Growth in Transgenic Potato Genotypes, African Journal of Biotechnology3(8) : 375-578. Tsuro, M. 1998. Comparation Effect of Different Types of Cytokinin for Shoot Formation and Plant Regeneration in Leaf-Derived Callus of Lavender (Lavandula Vera DC). Laboratory of Plant Breeding Science. Faculty of Agriculture. Kyoto Prefecural University. Shimogamo-Hangi Sakyoku. Kyoto 606-8522. Japan. Sci. Hort. 81:331–336. Wardani, D.P., Solichatun, dan Ahmad, D.S. 2004. Pertumbuhan dan Produksi Saponin Kultur Kalus Talium paniculatum Gaertn. Pada Variasi Penambahan Asam 2,4Diklorofenoksi Asetat dan Kinetin. Biofarmasi 2 (1): 35-43. Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro. Terjemahan oleh Dra. Koesoemardiyah Seri Kultur Jaringan Tanaman. Avery Publishing Group, Inc. Wayne , New Jersey. 110 p.
1 [PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 0 Zia M, Rehman RU, Chaudhary MF. 2007. Hormonal regulation forcallogenesis and organogenesis of Artemisia absinthhium L. Afr JBiotechnol 6: 1874-1878. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. Penerbit : Bumi Aksara. Jakarta.
1 [PENGARUH SUBSTITUSI MEDIA ...................................RIZQI AHMAD GINANJAR] 1
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama
: Rizqi Ahmad Ginanjar
NPM
: 200110120101
Judul Artikel : “Pengaruh Substitusi Media Kombinasi Murashige dan skoog (MS) dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Tanaman Alfalfa (Medicago sativa) Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian dari penulis, data dan tulisan ini bukan karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dari pernyataan ini. Jatinangor, Januari 2017 Penulis,
(Rizqi Ahmad Ginanjar) Mengetahui, Pembimbing Utama,
(Dr. Iin Susilawati S.Pt., MP) Pembimbing Anggota
(Lizah Khairani S.Pt., MT., M.Agr)