PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, LEVERAGE, FAKTOR INTERN DAN FAKTOR EKSTERN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: UMI MAIMUNAH NIM : 104081002523 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indoyama Nasarudin, SE, MBA
NIP : 150 317 955
NIP : 150317593
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M
i
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM, LEVERAGE, FAKTOR INTERN DAN FAKTOR EKSTERN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia) Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: UMI MAIMUNAH NIM : 104081002523 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indoyama Nasarudin, SE, MBA
NIP : 150 317 955
NIP : 150 317593 Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP : 131 474 891 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M ii
Hari ini Selasa tanggal 10 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Umi Maimunah NIM : 104081002523 dengan judul : Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indoyama Nasarudin, SE, MBA
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Umi Maimunah
Tempat/Tanggal Lahir
: Bekasi, 22 Januari 1986
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Dewi Sartika Rt 04/06 No. 1 Margahayu Bekasi Timur 17113
Nomor Telepon
: 08561222263
Pendidikan : 2004-2008
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen
2001-2004
MA Annida Al-Islamy
1998-2001
Mts. Annida Al-Islamy
1992-1998
SD Negeri Patriot II
iv
Abstract The main objective of the study is to examine the impact of ownership structure, leverage, extern factor, internal factor on the value of the firms in Indonesian Stock Exchange. It is argued that unlike the agency problem advanced stock market, the agency problem in the Indonesian Stock Exchange is the divergence of interest between the minority holders and majority holders. This is because the Indonesian Stock Exchange is characterized, among other things, by the domination of large shareholders. It is hypotheses that : (1) there are the impact of ownership structure, extern factor, internal factor on leverage, (2) there are the impact of ownership structure, external factor, internal factor, leverage on value of the firm. This study is to examine Agency Theory, Jensen and Meckling (1976), Pecking Order Theory, Myers (1984, Trade off Model and Signaling Theory (1979). Population in this study are public company listed in Indonesian Stock Exchange during 20032006. As much as 24 firms listed in Indonesian Stock Exchange were taken as a sample using a purposive sampling method. The data were then analyzed by the structural equation modeling (SEM) analysis, using the LISREL Program version 8.54. The results of this study show that : There are the impact of ownership structure, extern factor, internal factor on leverage. There are not the impact of ownership structure, external factor, internal factor on value of the firm. There is leverage the impact on value of the firm. Key Word
: Ownership Structure, Leverage, Factor Extern, Factor Intern, Value of the Firm.
v
Abstrak Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor ekstern, dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Tidak seperti pada permasalahan keagenan di paasar modal yang sudah maju, problem keagenan di Bursa Efek Indonesia adalah terjadinya perbedaaan kepentingan antara pemilik minoritas dengan pemilik mayoritas. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1) struktur kepemilikan saham, faktor ekstern, dan faktor internberpengaruh signifikan terhadap terhadap leverage, (2) struktur kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Studi ini ingin menguji teori keagenan, Jensen dan Meckling (1976), Pecking Order Theory, Myers (1984), Trade off Model dan Signaling Theory, Bhattacharya (1979). Populasi dalam studi ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2003 sampai dengan 2006. Sebanyak 24 perusahaan diambil sample dengan menggunakan purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan program Lisrel 8.54. Hasil studi menujukkan bahwa struktur kepemilikan saham, faktor ekstern dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan saham, factor ekstern, dan factor intern tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kata kunci
:Struktur Kepemilikan Saham, Faktor Ekstern, Faktor Intern, Struktur Modal (Leverage), Nilai Perusahaan
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah robbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT. Semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah-Nya, sehingga kita termasuk dalam orang-orang yang berada pada jalan yang benar. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita sang pembawa kebenaran Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu anugerah dari banyaknya nikmat yang telah Dia berikan. Selesainya skripsi ini juga tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dikasihi oleh Allah SWT. 1. Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan dukungan baik moral, spiritual, maupun material pada penulis. Kasih sayang mereka yang teruntai begitu indah dan tulus menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam menjalani hidup. Kakakku (Mimi), Adik-adikku (Dayat dan Pipih), dan My Love (Joni)
tersayang yang telah memberikan
motivasi dan dukungan
moral maupun material hingga
dalam bentuk
terselesaikannya skripsi ini. 2. Bapak Drs. Mohammad Faisal Badroen, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Pembantu Dekan Bid. Akademik fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. vii
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dan meluangkan waktunya hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MBA selaku pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk secara cerdas dalam membimbing penulis sehingga terselesaikan juga skripsi ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di bangku kuliah. Kepada seluruh staff bagian Akademik dan Keuangan, serta staff Perpustakaan, terima kasih atas segala bantuannya. 7. Special thanks to teman-teman terbaik dan teman-teman seperjuangan yang bersama-sama berjuang dan saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini Terima kasih sudah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran yang paling berharga. Semoga mereka semua mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dan selalu dijaga dan dilindungi serta benar-benar menjadi orang yang dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT. Tiada balasan apapun jua yang dapat penulis berikan selain doa. Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar bisa lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Oktober 2008 Umi Maimunah (Penulis)
viii
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan...................................................................................................
i
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................................
iv
Abstract
.................................................................................................................
v
Abstrak
.................................................................................................................
vi
Kata Pengantar ............................................................................................................
vii
Daftar isi
.................................................................................................................
ix
Daftar Tabel.................................................................................................................
xii
Daftar Gambar .............................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .....................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................
7
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................
8
D. Perumusan Masalah ..............................................................................................
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Leverage (Struktur Modal) ...................................................................................
11
1. Pengertian Struktur Modal .............................................................................
13
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ........................................
13
3. Utang ..............................................................................................................
17
4. Modal .............................................................................................................
19
B. Nilai Perusahaan ...................................................................................................
20 ix
C. Struktur Kepemilikan Saham ................................................................................
23
D. Faktor Ekstern.......................................................................................................
27
E. Faktor Intern .........................................................................................................
28
F. Penelitian sebelumnya ..........................................................................................
33
G. Kerangka Pemikiran .............................................................................................
38
H. Rumusan Hipotesis ...............................................................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................
47
B. Metode Penentuan Sampel....................................................................................
47
C. Metode Pengumpulan Data...................................................................................
48
D. Metode Analisis ....................................................................................................
49
E. Definisi Operasional Variabel ..............................................................................
63
BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................................
68
A.1 Pasar Modal .....................................................................................................
68
A.2 Organisasi Yang Terkait Di Pasar Modal........................................................
69
A.3 Sejarah Pasar Modal Di Indonesia ..................................................................
71
A.4 Perkembangan Pasar Modal ............................................................................
74
B. Deskriptif Analisis ................................................................................................
76
B.1 Deskriptif Data Sampel ..................................................................................
76
B.2 Analisis Data Penelitian .................................................................................
77
C. Pengujian dan Pembahasan...................................................................................
103
C.1 Pengujian Model Secara Keseluruhan .............................................................
103
C.2 Pengujian Jalur Individual – Measurement Model ..........................................
106 x
C.2 Pengujian Jalur Individual – Structural Model ................................................
113
D. Interpretasi ............................................................................................................
121
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...........................................................................................................
124
B. Implikasi ...............................................................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Sampel Data Penelitian
77
4.2
Struktur Kepemilikan Saham
79
4.3
Faktor Ekstern ( Tingkat Suku Bunga)
83
4.4
Faktor Ekstern ( Value Trade)
85
4.5
Faktor Ekstern ( Pertumbuhan Pasar)
87
4.6
Faktor Intern (Profitabilitas)
89
4.7
Faktor Intern (Pembayaran Dividen)
91
4.8
Faktor Intern (Ukuran Perusahaan)
94
4.9
Leverage (DER)
96
4.10
Leverage (DAR)
98
4.11
Nilai Perusahaan (PER)
100
4.12
Nilai Perusahaan (PBV)
102
4.13
Uji Kecocokan
104
4.14
Hubungan Beta dan Gamma
113
4.15
Squared Multiple Correlations (R²)
120
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
T- Value
107
4.2
Koefisien Path
108
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Struktur modal atau keputusan pendanaan akan sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan. Keputusan apakah dana yang akan digunakan oleh perusahaan dengan hutang atau dengan penjualan saham akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan khususnya dalam rangka memaksimalkan kemakmuran atau kekayaan para pemegang saham atau pemilik yang akan tercermin melalui harga saham perusahaan. Dengan demikian perusahaan perlu mengusahakan suatu keseimbangan yang optimal dalam menggunakan kedua sumber tersebut sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan
ini
sering
diterjemahkan
sebagai
suatu
usaha
untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional yang bertanggung jawab mengelola perusahaan, yang disebut manajer. Para manajer yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai. 1
Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, sering kali tindakannya bukan memaksimumkan
shareholder, melainkan justru
tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan
munculnya
perbedaan
kepentingan
antara
external
shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenaan atau Agency conflik. Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan hansen: 1989, Jensen, Solberg dan
Zorn: 1992). Perusahaan meningkatkan
kepemilikan
manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatnya persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan yang menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik keagenan
diatasi
dengan
meningkatkan
kepemilikan
manajerial.
Sebaliknya pada kepemilikan yang berkonsentrasi masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. Masalah ini dijumpai pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada kepemilikan 2
terpusat terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling mayority stockholder dan minority stockholder. Manajer diangkat dan diberhentikan
oleh
controlling
mayority
stockholder
sehingga
menunjukkan kinerja baik dihadapkan pemegang saham. Kondisi ini memperkecil biaya keagenan ekuitas tetapi menimbulkan biaya keagenan baru yaitu biaya keagenan hutang ( Husnan : 2000). Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dimana dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber
eksternal,
seperti
emisi
saham
baru.
Penambahan
dana
menyebabkan kinerja manajer dimonitor oleh bursa dan penyediaan dana baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru (floating cost). (Crutchley dan Hansen : 1989). Perkembangan riset pasar modal telah memotivasi penulis untuk melakukan penelitian bidang keuangan. Beberapa penelitian tentang struktur modal terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan oleh peneliti dan hasilnya saling kontradiksi. Jensen dan Meckling (1976) beragumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan penurunan
dan nilai
pengendalian. perusahaan.
Konflik Penurunan
keagenan nilai
menyebabkan
perusahaan
akan
mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen. 3
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan menambah kos perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Pemegang saham menginginkan agar kos tersebut dibiayai oleh utang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung risiko yang tinggi. Perbedaan kepentingan itu menimbulkan konflik yaag biasa disebut konflik agensi.
Konflik
kepentingan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi kos keagenan tersebut yaitu : pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Meckling 1976). Analisisnya menyatakan bahwa proporsi kepemilikan saham dikontrol manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Selain itu kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekwensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kedua, dengan meningkatkan dividen 4
payout ratio (Crutley dan Hansen, 1989; Easterbrook, 1989; Leland dan Pyle, 1977). Penelitian mereka menyatakan bahwa pembayaran dividen akan mempengaruhi kebijakan pendanaan, karena dengan pembayaran dividen akan mengurangi cash flow perusahaan akibatnya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasinya akan mencari alternatif sumber pendanaan yang relevan, Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan utang. Penurunan utang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Disamping itu utang akan menurunkan exess cash flow yang ada dalam perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Keempat, institusional investor sebagai pihak yang memonitor agen, Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar seperti institusional investor dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Ada dua pandangan yang terus diperdebatkan oleh ahli-ahli keuangan di dunia. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off Theory dan Pecking Order Theory, Myers (1984). Pandangan kedua dikemukakan oleh Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa struktur 5
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Myers dan Majluf (1984), menyatakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan internal equity terlebih dahulu, dan apabila memerlukan external financing, maka perusahaan akan mengeluarkan debt sebelum menggunakan external equity. Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada perusahaanperusahaan di Indonesia ditemukan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti pecking order theory. Santoso (2001) telah menemukan bahwa pada umumnya para manajer perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti hirarki pendanaan (pecking order theory). Struktur modal perusahaan diprediksi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern dan faktor intern perusahaan. Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik keagenan disebabkan oleh adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Struktur kepemilikan saham diprediksi berpengaruh dalam penentuan struktur modal. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham perusahaan cenderung akan mengurangi utang. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham, maka akan terjadi pengawasan yang efektif terhadap manjemen. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam melakukan peminjaman, sebab jumlah utang yang terlalu tinggi akan menimbulkan risiko financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun. Jumlah utang yang melewati titik optimalnya 6
akan membuat penghematan pajak dari penggunaan utang lebih rendah dari pada nilai sekarang dari financial distress dan agency cost (model trade off). Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham perusahaan juga diprediksi akan menigkatkan nilai perusahaan. Pentingnya penelitian ini dari jurnal sebelumnya penelitian ini menggunakan bantuan software Lisrel 8.54, sedangkan dalam jurnal sebelumnya menggunakan bantuan software Amos 4.0 dan juga dalam penelitian ini menambahkan dua variabel manifest yaitu DAR (Debt to Asset Ratio) dan PER (Price Earning Ratio). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dan evaluasi peneliti sebelumnya maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti mengidentifikasi sebagai berikut : 1.
Pengaruh kepemilikan saham, faktor ekstern dan faktor intern terhadap leverage.
2.
Pengaruh kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern dan leverage terhadap nilai perusahaan.
7
C. Pembatasan Masalah Untuk membatasi masalah agar tidak terlalu meluas pembahasannya maka penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan variabel endogen dan eksogen. 2. Peneliti dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Periode penelitian per 31 Desember 2003 sampai 31 Desember 2006. D. Perumusan Masalah 1. Apakah struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap leverage? 2. Apakah faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage? 3. Apakah faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage? 4. Apakah struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 5. Apakah
faktor
ekstern
berpengaruh
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan? 6. Apakah faktor intern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan? 7. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
8
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian E.1 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan, leverage, faktor ekstern, dan faktor intern terhadap perusahaan di Bursa Efek Jakarta. 1
Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap leverage.
2
Untuk menganalisis pengaruh faktor ekstern terhadap leverage.
3
Untuk menganalisis pengaruh faktor intern terhadap leverage.
4
Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan.
5
Untuk menganalisis pengaruh faktor eksren terhadap nilai perusahaan.
6
Untuk menganalisis pengaruh faktor intern terhadap nilai perusahaan.
7
Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.
E.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi, khususnya dlam Manajemen Keuangan dan Pasar Modal yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui
keadaan
keuangan
perusahaan
sehingga
dapat
9
dimanfaatkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investor dari pasar modal. 3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan publik dalam hal pengambilan keputusan keuangannya terutama dalam menentukan berapa besar proporsi sumber pembiayaan struktur modalnya, dimana diharapkan dengan proporsi struktur modal tersebut perusahaan dapat meningkatkan harga sahamnya. 4. Bagi Akademisi Sebagai penambah kepustakaan dibidang keuangan dan pasar modal.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Leverage (Struktur Modal) Struktur modal / capital structure
: berkaitan dengan struktur
pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri. Ahmad Rodoni dan Indo Yama Nasaruddin (2007). Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan akhir tahun. Struktur modal merupakan perimbangan antara utang dengan modal yang dimiliki perusahaan. Salah satu isi penting yang sering dihadapi oleh manajer suatu perusahaan adalah menentukan perimbangan yang tepat antara utang dengan modal. Terdapat tiga teori utama dalam menjelaskan tujuan perusahaan dalam memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Ketiga teori tersebut berusaha menjelaskan bagaimana struktur modal dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut adalah : a)
Teori Tradisional atau Teori Klasik Menyatakan bahwa struktur modal yang optimal yang dapat memaksimumkan
nilai
perusahaan
adalah
dengan
cara
meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah satu versi teori ini dikembangkan oleh Ezra Solomon yang menyatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila
11
terdapat kelebihan antara debt equity ratio dengan average cost of capital. b) Teori yang dikembangkan oleh Miller dan Modigliani Menyatakan bahwa pasar modal itu adalah sempurna dan tidak ada pajak. Mereka menyatakan nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. c)
Teori yang juga dikembangkan oleh Miller dan Modigliani. Dengan memperhatikan tingkat pajak mereka menyatakan bahwa penggunaan utang dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Weston (1963) dalam Napa (1999), menggunakan analisis regresi
berganda untuk menguji leverage. Hasilnya mendukung teori leverage tradisional. Barger (1963) dalam Napa (1999) menggunakan fungsi kuadrat untuk mempelajari pengaruh perubahan leverage terhadap nilai pasar perusahaan .hasilnya mendukung teori tradisional penelitiannya
menemukan
bahwa profitabilitas
Myers (1984) dalam perusahaan
mempunyai
hubungan yang positif secara signifikan dengan utang perusahaan. Myers dalam Sutiati (2001) menunjukan bahwa perusahaan yang profitabilitas tinggi lebih dipercaya untuk memperoleh utang. Myers juga berpendapat bahwa apabila harga saham dipasaran terlalu mahal maka perusahaan harus menolak menerbitkan saham baru karena harga saham tersebut akan turun melalui proses penilaian.
12
1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan komposisi pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan (Wild et al., 2005). Struktur modal sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan. Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan (Keown et al., 2000). Sedangkan menurut Awat (1999) struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001) bahwa struktur modal adalah perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: a) Tingkat bunga Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut.
13
b) Stabilitas earning Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya, sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk. c) Susunan aktiva Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan menggutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek. d) Risiko aktiva Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko, dan sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.
14
e) Jumlah modal yang dibutuhkan Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan, misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan. f) Keadaan pasar modal Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan lebih baik melakukan penerbitan saham. g) Sifat manajemen Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya. h) Besarnya perusahaan Suatu perusahaan yang tergolong besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi kekuasan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, perusahaan besar umumnya lebih menyukai 15
melakukan penerbitan saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) besarnya kecilnya struktur modal atau utang suatu perusahaan ditentukan oleh empat faktor berikut : a. Risiko bisnis Risiko bisnis atau tingkat risiko yang terkandung dalam operasi perusahaan apabila perusahaan tersebut menggunakan utang. Makin besar atau makin tinggi risiko perusahaan, maka perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang rendah. b. Pajak perusahaan Alasan utama penggunaan utang oleh perusahaan adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak. c. Fleksibilitas keuangan Fleksibilitas keuangan atau kemampuan perusahaan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Ketersediaan modal yang cukup merupakan hal yang penting guna mendukung operasi perusahaan yang stabil serta menentukan keberhasilan perusahan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dalam kondisi perekonomian yang sulit, atau apabila perusahaan mengalami kesulitan operasi maka kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh pinjaman dari investor relatif kecil, sehingga kondisi tersebut akan mempengaruhi struktur modal atau utang perusahaan. 16
d. Agresivitas manajemen Pada perusahaan-perusahaan dengan manajer yang agresif pada umumnya lebih cenderung menggunakan utang
untuk
meningkatkan laba. 3. Utang 1) Pengertian utang Utang atau sering disebut dengan istilah kewajiban adalah "tuntutantuntutan dari pihak luar", yaitu kewajiban ekonomis yang harus dibayar kepada pihak luar. Pihak-pihak di luar perusahaan tersebut disebut kreditur (Horngren et al., 1997). Sedangkan menurut Munawir (2001), utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. 2) Jenis utang Utang atau kewajiban perusahaan dapat dikelompokkan menjadi utang jangka pendek (utang lancar) dan utang jangka panjang. 2a) Utang jangka pendek atau utang lancar Utang jangka pendek atau utang lancar adalah utang perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan (Munawir, 2001). Utang lancar tersebut meliputi beberapa utang sebagai berikut : (a) Utang dagang, yaitu utang yang timbul karena adanya pembelian 17
barang dagangan secara kredit. (b) Utang wesel, yaitu utang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. (c) Utang pajak, yaitu utang pajak yang belum disetorkan ke kas negara. (d) Biaya yang masih harus dibayar, yaitu biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. (e) Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, yaitu sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah mejadi utang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. (f) Penghasilan yang diterima di muka (deferred revenue), yaitu Penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum di realisir. 2b) Utang jangka panjang Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2001). Utang jangka panjang tersebut meliputi: a. Utang obligasi b. Utang hipotik yaitu utang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu. c. Pinjaman jangka panjang yang lain. 18
4. Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik Perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya (Munawir, 2001). Dalam praktek kadang-kadang nampak adanya suatu klasifikasi di dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit untuk ditafsirkan) dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya
cadangan ini diklasifikasikan
sesuai dengan
klasifikasi neraca yaitu aktiva, utang dan milik sendiri (modal) sehingga cadangan pada prinsipnya juga terdiri dari tiga golongan yaitu: (Munawir, 2001). 1. Cadangan sebagai pengurang aktiva (reserve that offseting assets). Misalnya cadangan penyusutan (reserve for depreciation), cadangan ini meupakan pengurangan terhadap aktiva yang disusut, sehingga dalam neraca nampak di sebelah debet mengurangi aktiva yang bersangkutan. Cadangan penyusutan itu akan lebih tepat bila diberi nama lain yaitu akumulasi penyusutan, atau akumulasi depresiasi (Munawir, 2001). 2. Cadangan sebagai utang (liability reserve), misalnya reserve for taxes (cadangan untuk pajak) merupakan suatu utang yang dicatat sebagai cadangan, ini tidak benar, seharusnya cadangan untuk pajak ini dimasukkan dalam utang lancar (current liability), yaitu Utang Pajak atau Taksiran Utang Pajak.
19
3. Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik perusahaan, misalnya cadangan untuk ekspansi adalah merupakan pemisahan sebagian dari laba yang ditahan (retained earning), dan dalam neraca masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus). B. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham Gapensi, 1996). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Menurut Fama (1978) dalam Untung wahyudi et.al , nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. 20
Indikator- indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah : 1.
PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. ( Sutrisno, 2000 dalam Mohammad Usman,2001 dalam Malla Bahagia,2008). Rumus yang digunakan adalah :
Harga Pasar Saham PER= ------------------------------Laba per Lembar Saham Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah : Tingkat pertumbuhan laba Dividend Payout Ratio Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal. Menurut Basuku Yusuf, 2005 dalam Malla Bahagia, 2008, hubungan faktorfaktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat 21
profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sehingga saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula, karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar. 2. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER. 3. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin 22
besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2. PBV (Price Book Value) Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92). Rumus yang digunakan adalah :
Harga Pasar per Lembar Saham PBV = --------------------------------------Nilai Buku per Lembar Saham
C. Struktur Kepemilikan Saham Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manjemen dalam kepemilikan saham perusahaan. 1. Kepemilikan Manajerial Shleifer dan Vishny (1986) dalam Theresia (2002) menemukan kepemilikan institusional secara positif terhadap kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk memperbasar kepemilikan pada perusahaan. Namun sebaliknya, menurut Fitri dan Manduh (2003) semakin tinggi kepemilikan institusioanal maka akan semakin meningkatkan kepengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. 23
Proporsi hutang yang besar akan menempatkan manajer di bawah pengawasan debtholders dan manajer cenderung tidak menyukai pengawasan oleh debtholders tersebut, sehingga pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan manajerial adalah negatif. Kontras dengan pernyataan diatas, Fitri dan Mamduh (2003) menyatakan adanya pengaruh positif. Pernyataan ini berdasarkan pada asumsi bahwa penggunaan hutang akan mengurangi kebutuhan
penerbitan
saham
baru
sehingga
meningkatkan
proporsi
kepemilikan manajerial. Hubungan antara dividend dan kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui free cash flow hypothesis (FCF) (Jensen, 1986). Melalui hipotesis ini kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan FCF. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan subtitusi antara kebijakan dividend dan kepemilikan manajerial. 2. Kepemilikan Institusional Dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Ini berarti bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah negatif. Hubungan ini sesuai dengan penelitian Fitri dan Mamduh (2003).
Risiko
mempunyai
hubungan
negatif
dan signifikan
terhadap
kepemilikan institusional. Tingginya risiko yang dihadapi perusahaan meningkatkan risiko kebangkrutan dan volatilitas dari pendapatan, hal ini 24
akan mengurangi minat institusi untuk melakukan investasi pada saham perusahaan itu karena institusi
lebih mementingkan pada
stabilitas
pendapatan (Fitri dan Mamduh,2003). Menurut Crutchley et al (1999), pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan institusional adalah positif. Kebijakan hutang yang tinggi menyebabkan perusahaan
dimonitor
oleh
pihak debtholders,
karena
monitoring dalam perusahaan yang ketat tadi menyebab manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan debtholders dan shareholders, sehingga kondisi ini akan menarik masuknya kepemilikan institusional. Kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap kepemilikan institusional. Dari sudut pandang investor, investor institusional mungkin akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada saham dengan dividen yang tinggi dan mekanisme yang ketat. Semakin banyak saham
yang dimiliki manajer
akan semakin
menurunkan masalah keagenan sehingga membuat dividen tidak perlu dibayarkan pada risiko yang tinggi dalam hal ini berarti kepemilikan manajerial mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Dengan jumlah investasi yang tinggi, investor institusional melakukan monitoring yang semakin ketat dan menghalangi perilaku oportunis manajer. Monitoring oleh investor institusional ini dapat mengurangi agency cost dalam hal ini yaitu biaya yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen seperti biaya audit, sehingga dividen yang dibayarkan juga menurun.
25
Kehadiran kepemilikan institusional memiliki efek subtitusi bagi pembayaran dividen untuk mengurangi biaya keagenan. Menurut Chen dan Steiner (1999), variabe risiko mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Dengan tingginya risiko bisnis yang dihadapi perusahaan akan diantisipasi dengan kebijakan pembayaran dividen yang rendah. Dividen yang rendah dapat digunakan untuk menghindari pemotongan dividen dimasa mendatang sehingga penalokasian sebagian keuntungan pada laba ditahan dapat digunakan untuk investasi lebih lanjut. Malalui penjelasan balancing model of agency cost, Megginson (1997) dalam
Mahadwarta
(2002)
menyatakan
bahwa
kebijakan
hutang
mempengaruhi kebijakan dividen dengan hubungan yang negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha untuk mengurangi agency cost of debt-nya dengan mengurangi hutang, sehingga untuk membiayai investasinya digunakan pendanaan dari aliran cost internal. Pemegang saham akan merelakan aliran kas internal yang sebelumnya dapat digunakan untuk pembayaran dividen untuk membiayai investasi
26
D. Faktor Ekstern Faktor ekstern merupakan pengelompokan dari variablel-variabel yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. Variabel yang termasuk faktor ekstern adalah : 1. Tingkat suku bunga Pengertian operasional variabel tingkat suku bunga adalah tingkat bunga kredit investasi dan tingkat bunga kredit modal kerja Bank Umum rata-rata pertahun yang dibebankan kepada perusahaan atas penggunaan modal kerja dalam bentuk utang jangka pendek dan dana investasi dalam bentuk hutang jangka panjang pada akhir tahun. Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun. 2. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Keadaan pasar modal merupakan besarnya nilai transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di BEI pada akhir tahun.
27
3. Pertumbuhan Pasar Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan industri pada tahun t-1. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat.
E. Faktor Intern Faktor intern merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel yang termasuk variabel faktor intern adalah : 1. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dengan rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan labarugi akhir tahun. Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yakni pendekatan penjualan dan pendekatan investasi (Horne 1992). Ukuran yang banyak digunakan adalah return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). 28
Tingkat profitabilitas masa lalu di suatu perusahaan harus merupakan pene tu atau determinan penting atas struktur modal perusahaan yang bersangkutan dengan besarnya jumlah laba ditahan, suatu perusahaan mungkin cenderung memilih pendanaan dari sunber tersebut dari pada peminjaman. Hal ini sejalan dengan hipotesa pecking order theory yang digunakan oleh Myers, yang menyatakan bahwa
cara-cara
yang
dipergunakan
oleh
perusahaan
dalam
memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut : Pertama, dari laba di tahan. Kedua, dari pendanaan hutang dan Ketiga, dari ekuitas baru. Profitabilitas yang mempunyai pengaruh penting pada kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi cenderung akan membayarkan sebagai besar hasil keuntungan tersebut dalam bentuk dividen. Untuk menilai tingkat profit ini digunakan perhitungan tingkat rata-rata atas asset (ROA) (Hang and Rhee, 1990. Hal 2a). Dengan formula : Laba Bersih yg Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa ROA = ------------------------------------------------------------------Rata-rata Total Aktiva sumber. Brigham Gapenski dan Daves (1999, hal. 77).
29
2. Pembayaran dividen 1.) Definisi kebijakan dividen Kebijakan dividen adalah kebijakan dalam menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan (Copeland, 1997 : 125). Kebijakan dividen mempengaruhi baik pembelajaan jangka panjang ataupun penghasilan yang dibagikan kepada pemegang saham, maka perusahaan memiliki dua kemungkinan sudut pandang untuk membayar dividen : a. Sebagai keputusan pembelanjaan jangka panjang dengan pendekatan ini, semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan dapat dipandang sebagai sumber dana jangka panjang. Suatu pengumpulan dividen kas mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membelanjai pertumbuhan, membatasi pertumbuhan, atau memaksa perusahaan memperoleh sumber dana yang lain. Perusahaan akan menahan pendapatanya, bila : a) tersedia proyek-proyek yang menguntungkan, b) struktur modal membutuhkan modal sendiri. b. Sebagai suatu keputusan kesejahteraan maksimum dengan pendekatan ini perusahaan mengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap harga pasar saham biasa. Perusahaan harus memaksimumkan rasa kesejahteraan dengan mendeklarasikan dividen yang cukup untuk memenuhi harapan investor dan pemegang saham. (Sarwoko, 1995 : 206) kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini 30
dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Brigham, 1994 : 198). 2.) Jenis-jenis dividen Jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham adalah : a. Cash dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk tunai atau kas. b. Property dividend, dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk aktiva selain kas, misalnya mesin, inventory, dll. c. Script dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam dua kali pembayaran atau lebih karena perusahaan dalam kesulitan likuiditas. d. Liquidating
dividend,
yaitu
dividen
dibagikan
dengan
tidak
berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tetapi merupakan pengurangan modal perusahan. Stock dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk sham. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasi pendapatan perusahaan sehingga tidak ada aset yang diberikan. 3.) Jenis kebijakan dividen a. kebijakan dividen yang stabil jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham pertahunnya berfluktuasi. 31
b. kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. c. kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan ini membayarkan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan
setiap
tahunnya
akan
berfluktuasi
sesuai
dengan
perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya. d. kebijakan dividen fleksibel. Pembayaran besarnya dividen setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial perusahan tersebut.
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total aktiva. Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan berarti semakin besar 32
aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Sebuah perusahaan yang besar dan mampu mempertahankan keberadaannya dengan baik akan memiliki akses yang mudah pada pasar modal bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Karena aksebilitas yang mudah terhadap pasar modal berarti memiliki fleksibilitas yang besar dan kemampuan untuk mengumpulkan dana dalam waktu singkat, dengan demikian perusahaan besar biasanya mampu membayarkan rasio dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil.
F. Peneliti Sebelumnya
Peneliti sebelumnya telah dilakukan oleh Sujoko dan Ugy Soebiantoro (2007) yang menguji tentang pengaruh struktur kepemilikan, leverage, faktor ekstern dan faktor intern terhadap nilai perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh struktur kepemilikan, faktor ekstern, dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage, dan untuk mengetahui serta menganalisis apakah ada strukrur kepemilikan, faktor ekstern,faktor intern dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahan. Populasi dalam studi ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sebanyak 134 perusahaan diambil
sebagai sampel dengan menggunakan purposive
sampling. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini 33
adalah dengan menggunakan analisis Structural Equation Modeling. Hasil studi ini menunjukan bahwa struktur kepemilikan, faktor ekstern dan faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage. Struktur kepemilikan, faktor ekstern, faktor intern dan leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Studi ini menguji teori keagenan Jensen dan Meckling (1971). Pecking Order Theory Myers (1984), Trade Off Model dan Signaling Theory, Bhattacarya (1979).
Peneliti lainnya dilakukan oleh Siti Khodijah (2006) analisa faktorfaktor determinan struktur modal dan price earning ratio serta pengujian terhadap harga saham studi empiris perusahaan Jakarta Islamic Index dengan pendekatan Path Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal baik secara langsung dan tidak tidak langsung dalam hal struktur aktiva, operating leverage (DOL), total leverage (DCC), profitabilitas (ROI), penjualan (sales) dan tingkat pertumbuhan (grow rates), untuk menganalisa dari variabel-variabel tersebut. Variabel apa saja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal perusahaan,untuk memperoleh bukti empiris tentang faktorfaktor apa saja yang memperngaruhi price earning ratio (PER) , seperti total leverage (DCL), profitabilitas (ROI), penjualan (sales), dan tingkat pertumbuhan (grow rates), baik secara langsung dan tidak langsung, untuk menganalisa dari keempat variabel tersebut, variabel apa saja yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap price earning ratio (PER) dan untuk memperoleh bukti empiris tentang faktor apa saja dari kedua faktor, 34
yakni struktur modal dan price earning ratio (PER) yang mempengaruhi harga saham, serta mencari faktor apa yang dimiliki pengaruh paling dominan. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis Path Analysis. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan-perusahaan yang terdaftar dalam JII di BEJ dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil studi ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah struktur aktiva dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal ialah profitabilitasnya, total pengaruh dari total leverage dan penjualan maka total leverage mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap PER dan hasil penelitian selanjutnya yakni antara pengaruh struktur modal dan PER terhadap harga saham hasil menunjukan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh.
Peneliti lainnya dilakukan oleh Cyrillius Martono (2002). Analisa pengaruh profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang dan itensitas modal tertimbang serta pangsa pasar terhadap ROA dan ROE perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia. Studi ini meneliti empat proksi rasio-rasio persaingan yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Proksi tersebut meliputi profitabilitas industry, rasio leverage keuangan tertimbang dan pangsa pasar. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia sejak 19941997 dengan total sampel per tahun sebanyak 41 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan pooling data. Uji t dan uji F digunakan untuk 35
menguji hipotesis penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa : pertama, tiga variabel, yaitu ROA industri, intensitas modal tertimbang, dan leverage keuangan tertimbang
terbukti berpengaruh
signifikan terhadap ROA
perusahaan. Kedua, tiga variabel, yaitu ROE industri, leverage keuangan tertimbang, dan pangsa pasar terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE. Ketiga, berdasarkan nilai R2,
hasil analisis regresi ROE.
Keempat,
profitabilitas industri, terbukti superior dalam menjelaskan ROA, sedangkan variabel yang superior dalam menjelaskan ROE adalah rasio leverage keuangan tertimbang.
Peneliti lainnya dilakukan oleh Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto (2007). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure aporan keuangan tahunan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahuanan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 8 perusahaan yang bergerak dalam manufaktur. Pengolahan dan analisis data menggunakan regeresi linier berganda dengan bantuan program SPSS. Pengujian data digunakan untuk regresi linier berganda yaitu uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan.
36
Peneliti lainnya dilakukan oleh Etty M. Nasser dan Fielyandi F. (2006)
meneliti
tentang
pengaruh
kepemilikan
institusional, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan hutang sebagai variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis (structural equation model) dengan bantuan software Amos 4.0. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang dan menguji apakah ada pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini didapat bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil analisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan ditemukan bahwa size mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan,
variabel profitabilitas
juga
memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
37
G. Kerangka pemikiran Struktur kepemilikan secara teoritis mempunyai hubungan dengan leverage. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham maka pengawasan pemilik terhadap manjemen akan semakin efektif. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan nilai perusahaan akan mengalami penurunan sehingga mengurangi kemakmuran pemilik. Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi dehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun. Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Pertumbuhan pasar yang tinggi menunjukan peluang pasar yang bagus sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan peminjaman sehingga leverage akan meningkat. Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Pembayaran dividen yang meningkat akan mengurangi laba yang ditahan sehingga sumber dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik melakukan peminjaman dan leverage akan meningkat. Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran 38
perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan dananya kepasar modal sehingga aktifitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Singnally theory,
Bhattacarya (1979) mengemukakan bahwa
profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Investor akan merespon positif sehingga perusahaan akan meningkat. Leverage yang 39
semakin tinggi menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun. Balancing theory (1976), Stigliz (1976) menyatakan bahwa ada keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan utang. Berdasarkan
perumusan
masalah
dan
tujuan
penelitian yang
disesuaikan dengan konsep jalur, maka secara sistematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
e1 e2
X1.1 X1.2
Struktur Kepemilikan Saham (X 1)
1 Y1.1
e9
Y1.2
e10
Struktur Modal (Leverage) (Y1)
e3
X2.1
e4
X2.2
Trad e off Theory (Rubenstein)(19 73) Pecking Order Theory (Myers)(1984)(-)
Faktor Ekstern (X2)
Steiner (200 4)(+ )
e5
X2.3 Nilai Perusahaan (Y2)
e6
X3.1
e7
X3.2
e8
X3.3
Faktor Intern (X3)
Y2.1
e11
Y2.2
e12
2
Keterangan : X1.1
: Kepemilikan Manajerial
X1.2
: Kepemilikan Institusional
X2.1
: Tingkat Suku Bunga
X2.2
: Keadaaan Pasar Modal
40
X2.3
: Pertumbuhan Pasar
X3.1
: Profitabilitas
X3.2
: Pembayaran Dividen
X3.3
: Ukuran Perusahaan
Y1.1
: DER (Debt to Equity Ratio)
Y1.2
: DAR (Debt to asset Ratio)
Y2.1
: PER (Price Earning Ratio)
Y2.2
: PBV (Price Book Value)
ß
: (beta) koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen ke variabel endogen
?
: (gama) koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen
e
: (error) error term yang berkaitan dengan latent variabel endogen
Bentuk persamaan struktural sebagai berikut : Y1
: ? 1 X 1 + ?3 X 2 + ? 5 X 3 + e1
Y2
: ? 2 X 1 + ?4 X 2 + ? 6 X 3 + e2
Y2
: ßY1+e2 Pada persamaan struktural pertama, X1 (Struktur Kepemilikan Saham), X2
( Faktor Ekstern) dan X3 ( Faktor Intern) merupakan variabel eksogen, Y1 (Struktur Modal) sebagai variabel endogen, e1 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen, dan ?1,? 3 ,dan ?5 koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen. Pada persamaan 41
struktural kedua X1 (Struktur Kepemilikan Saham), X2 ( Faktor Ekstern) dan X 3 ( Faktor Intern) merupakan variabel eksogen, Y2 ( Nilai Perusahaan) sebagai variabel endogen, e2 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen, dan ?2,? 4,dan ?6 koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variable endogen. Pada persamaan struktural ketiga Y1 (Struktur Modal) dan Y2 (Nilai Perusahaan) sebagai variabel endogen, ß (beta) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen (Y 2)( Nilai Perusahaan) ke variabel endogen lainnya (Y 1)(Nilai Perusahaan. Sedangkan e2 merupakan residual variabel yang berkaitan dengan variabel endogen. Awal penelitian ini dilakukan dengan mengamati perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia dan menyeleksi perusahanperusahaan yang secara terus menerus membagikan dividen masuk didalamnya selama empat periode yaitu tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Selanjutnya dari perusahaan tersebut peneliti mengambil data laporan keuangan akhir tahun per 31 Desember yang berupa modal saham (share capital), nilai perdagangan saham (value trade), total sales industry, ROA, DPR, total asset, DER, DAR, PER dan PBV. Data tersebut akan diolah untuk mendapatkan variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan variabel latent dan beberapa indikator sebagai variabel manifest. variabel latent yaitu variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi dan variabel manifest adalah variabel yang secara langsung daoat diukur.
42
Variabel latent terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen dalam penelitian ini diantaranya adalah Struktur Modal (Leverage) (Y1), dan Nilai Perusahaan (Y2), dan variabel eksogennya diantaranya Struktur Kepemilikan Saham (X 1), Faktor Ekstern (X2), Faktor Intern (X2). Setelah variabel manifest/indikator tersebut diperoleh maka dilakukan pengujian dengan menggunakan metode structural equation modeling (SEM), metode ini dibantu dengan menggunakan program Lisrel (Linear Structural Relationships) 8.54.
H. Rumusan Hipotesis Secara teoritis, pembiayaan perusahaan dihadapkan oleh berbagai macam pertimbangan. Salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan perusahaan adalah pecking order theory, Myers (1984) yang mengemukakan adanya kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas dasar hirarki risiko (pecking order theory). Pecking Order Theory adalah salah satu teori yang mendasarakan pada asimetri informasi. Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) menunjukan bahwa dengan adanya asimetri informasi investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan equitas. Dengan demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan urutan resiko. Bayless dan Diltz (1994) mengemukakan bahwa pecking order theory 43
cenderung akan memilih internal fund, riskless debt, risky debt dan equity. Myers dan Majluf (1984), dan Myers (1984) mengacu terhadap masalah ini sebagai hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan internal equity terlebih dahulu, dan apabila memerlukan external finance, maka perusahaan akan mengeluarkan debt sebelum menggunakan external equity. Struktur kepemilikan secara teoritis mempunyai hubungan dengan leverage. Semakin terkonsentrasi kepemilikan saham maka pengawasan pemilik terhadap manjemen akan semakin efektif. Manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab jumlah utang yang semakin meningkat akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan nilai perusahaan akan mengalami penurunan sehingga mengurangi kemakmuran pemilik. Suku bunga merupakan biaya modal bagi perusahaan suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi dehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun. Keadaan pasar modal semakin bergairah akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Pertumbuhan pasar yang tinggi menunjukan peluang pasar yang bagus sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan peminjaman sehingga leverage akan meningkat. Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan 44
untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Pembayaran dividen yang meningkat akan mengurangi laba yang ditahan sehingga sumber dana intern akan menurun dan perusahaan akan tertarik melakukan peminjaman dan leverage akan meningkat. Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Kepemilikan institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada manajemen sehingga manajemen terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. Kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan nilai perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan dananya kepasar modal sehingga aktifitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun. Pertunbuhan pasar menunjukan kinerja perusahaan membaik sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahan akan meningkat. Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Singnally theory,
Bhattacarya (1979) mengemukakan bahwa
profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan 45
prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Investor akan merespon positif sehingga perusahaan akan meningkat. Leverage yang semakin tinggi menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan akan menurun. Balancing theory (1976), Stigliz (1976) menyatakan bahwa ada keseimbangan antara manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan utang. Hipotesis penelitian H1= Struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap leverage H2= Faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage H3= Faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage H4= Struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H5= Faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H6= Faktor intern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H7= Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Ruang Lingkup Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Ditetapkan penelitian dimulai tahun 2003 karena pada tahun 2003 keadaan perekonomian mulai pulih kembali setelah terjadi krisis. Ditetapkan BEI sebagai tempat penelitian karena BEI penulis anggap sebagai tempat untuk memperoleh data yang diperlukan berupa laporan keuangan dan harga saham yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun variabel yang diteliti adalah struktur kepemilikan saham, struktur modal (leverage), faktor ekstern, faktor intern, dan nilai perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Penelitian ini mengambil populasi perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di BEI tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 melalui proses screaning. 2. Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang memiliki kriteria sebagai berikut : a.
Perusahaan tercatat di BEI tahun 2003 sampai dengan tahun 2006.
b.
Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk laporan tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. 47
c.
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
d.
Perusahaan harus membagikan dividen pada tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006 secara terus menerus.
C. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dan informasi yang dibutuhkan penulis diperoleh dari : a). Penelitian Laporan 1. Laporan keuangan 31 Desember 2003, 31 Desember 2004, 31 Desember 2005, 31 Desember 2006. 2. Harga saham akhir tahun pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. 3. Rata-rata tingkat suku bunga modal kerja akhir bulan dan ratarata tingkat suku bunga investor akhir bulan dari Bank Umum untuk tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. b). Metode Kepustakaan Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan seperti jurnal, literature, buku, website dan lain-lain yang behubungan dengan penelitian ini.
48
D. Metode Analisis Rancangan penelitian yang dipilih berupa model persamaan struktural atau structural equation modeling (SEM) dan untuk pengujian hipotesis menggunakan path analysis. Path analysis digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel. Identifikasi Variabel Terdapat dua variabel yaitu : a. Variabel Endogen Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen dalam penelitian yaitu : Leverage (Y1) dan Nilai Perusahaan (Y2). b.
Variabel Eksogen Variabel Eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen yaitu : struktur kepemilikan saham (X 1), factor ekstern (X2), dan faktor intern (X3).
c.
Variabel Manifest (variabel observed /indikator) Variabel Manifest (variabel observed /indikator) adalah variabel yang dapat diukur secara langsung. variabel manifest dalam penelitian ini meliputi struktur kepemilikan saham manajerial (X 1.1), struktur kepemilikan institusional (X1.2), tingkat suku bunga (X2.1), keadaan pasar modal (X2.2), pertumbuhan pasar (X2.3), profitabilitas (X3.1), pembayaran dividen (X3.2), ukuran perusahaan (X3.3), debt to
49
equity ratio (DER) (Y1.1), debt to asset ratio (DAR) (Y1.2), price earning ratio (PER) (Y2.1), dan price book value (PBV) (Y2.2). Structural Equation Modeling (SEM) Model persamaan struktural (structural equation modeling) adalah generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan Fornell 1982) yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks baik
recursive maupun non recursive
untuk
memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model. Selain itu menurut Bollen (1989), SEM juga dapat menguji secara bersama-sama : 1. Model struktural. Yaitu hubungan antara variabel laten baik variabel laten endogen maupun eksogen. 2. Model measurement. Yaitu hubungan (nilai loading) antar indikator dengan variabel latennya. Dengan adanya pengujian model struktural dan pengukuran memungkinkan
peneliti untuk menguji kesalahan pengukuran
(measurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Structural Equation
Modeling dan melakukan
analisis faktor
bersamaan dengan pengujian hipotesis. Proses Structural Equation Modeling mencakup beberapa
langkah yang harus dilakukan
antaranya adalah :
50
1 . Konseptualisasi Model Tahap
ini
berhubungan
dengan
pengembangan
hipotesis
berdasarkan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten lainnya, dan juga dengan indikator-indikatornya. Teori dalam konseptualisasi model bukan hanya berasal dari para akademisi, tetapi juga dapat berasal pengalaman dan praktek yang diperoleh dari para praktisi. Selain itu konseptualisasi model juga harus merefleksikan pengukuran variabel laten melalui berbagai indikator yang dapat diukur. 2. Penyusunan Diagram Jalur Tahap ini akan memudahkan kita dalam memvisualisasikan hipotesis yang telah diajukan dalam konseptualisasi model. Path diagram merupakan representasi grafis mengenai bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu sama lain, yang memberikan suatu pandangan menyeluruh mengenai struktur model 3. Spesifikasi Model Tahap ketiga ini memungkinkan kita untuk menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi 4. Identifikasi Model Informasi yang diperoleh dari data yang diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model, disini kita dapat memperoleh nilai yang unik untuk seluruh parameter dari data yang telah kita peroleh. 51
Untuk menentukan apakah model kita mengandung atau tidak masalah identifikasi, maka harus dipenuhi keadaan berikut : t < s/2 dimana : t : jumlah parameter yang diestimasi s : jumlah varians dan kovarians antara variable manifest (observed/manifest) : yang merupakan (p+q) (p+q+1) p : jumlah variabel y (indikator variabel endogen) q : jumlah variabel x (indikator variabel eksogen) Jika t > 2, maka model tersebut adalah unidentified. Masalah ini dapat terjadi pada SEM, dimana informasi yang terdapat pada data empiris (varians dan kovarians variabel manifest) tidak cukup untuk menghasilkan solusi yang unik untuk memperoleh parameter model. Masalah unidentifest tersebut dapat diatasi dengan mengkonstraint model dengan cara menambah indikator (variabel manifest) ke dalam model, menentukan (fix) parameter tambahan menjadi 0 dan mengasumsikan bahwa parameter yang satu dengan parameter yang lain sama.
Jika t = s/2, maka model disebut just-identified, sehingga solusi yang unik, tunggal, dapat diestimasi untuk megestimasi parameter. Model yang just-identified, seluruh informasi yang tersedia telah digunakan untuk mengestimasi parameter, sehinggga tidak ada 52
informasi yang tersisa untuk menguji model ( derajat kepercayaan adalah 0). Jika t < s/2, maka model tersebut adalah over-identified. Dalam hal ini lebih dari satu estimasi masing-masing dapat diperoleh (karena jumlah persamaan yang tersedia melebihi jumlah parameter yang diestimasi). 5. Estimasi Parameter Tahap ini, kita melakukan pengujian signifikansi yaitu menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. Estimasi parameter dalam LISREL mempunyai tiga informasi yang berguna yaitu koefisien regresi standar error dan nilai t. Standar error yang digunakan untuk mengukur ketepatan dari setiap estimasi parameter. Untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan antara variabel laten maupun antara variabel laten dengan indikatornya, maka nilai t harus lebih besar dari nilai t-tabel pada level tertentu yang tergantung dari ukuran sampel dan level signifikan tersebut. 6. Penilaian Model Fit Uji Keseluruhan Salah satu tujuan dari Structural
Equation Modeling adalah
menentukan apakah model plausible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apaabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model secara keseluruhan terdiri dari:
53
Absolute Fit Measures Absolut fit Measures digunakan untuk memiliki kesesuaian model secara
keseluruhan
(baik model
pengukuran
maupun
model
struktural), tanpa menyesuaikan kepada degree of freedom-nya. Indikator-indikator dalam absolut fit Measures adalah sebagai berikut: a. Chi-Square dan Probabilitas Chi-square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai Chi-square sebesar nol menunjukkan bahwa model memiliki fit yang sempurna (perfect fit). Nilai chi-square yang signifikan (kurang dari 0.05) menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah dibangun berdasarkan struktural equation modeling. Sedangkan probabilitas adalah untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar yang ditunjukkan oleh chi-square. Nilai probabilitas yang tidak signifikan (p=0) adalah yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Nilai probabilitas chi-square memiliki permasalahan yang fundamental dalam validitasnya. Menurut Cochran (1952) dalam Imam Ghozali (2005) probabilitas ini sangat sensitif dimana ketidaksesuaian
antara
data
dengan
teori
(model)
sangat
dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel. Jika ukuran sampel kecil, maka chi-square ini akan menunjukkan data secara signifikan tidak berbeda dengan model dan teori-teori
yang mendasarinya. 54
Sedangkan jika ukuran sampel adalah besar, maka uji chi-square akan menunjukkan bahwa data secara signifikan berbeda dengan teori, meskipun perbedaan tersebut adalah sangat kecil b.
Goodness of Fit Indices (GFI) Goodness of Fit Indices (GFI) merupakan suatu ukuran
mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matriks kovarians. Nilai GFI ini harus berkisar antara 0 dan 1. Menurut Diamantopaulus dan Siguaw (2000) dalam Imam Ghozali (2005), nilai GFI yang lebih besar dari 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik. c.
Adjusted Goodness of Fit Index Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah sama dengan
GFI, tetapi telah menyesuaikan pengaruh degress of freedom pada suatu model. Model yang fit adalah yang memiliki nilai AGFI 0.9 (Diamantopaulus dan Sigauw (2000) dalam Imam Ghozali (2005),. Ukuran yang hampir sama dengan GFI dan AGFI adalah Parsimony goodness of fit indexs (PGFI) yang diperkenalkan oleh Mulaik et.al (1989), yang juga telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6 (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005).
55
d.
Root Mean Square Errors of Approximation (RMSEA) Ukuran model fit telah lama diperkenalkan oleh Steiger dan
Lind pada tahun 1980. Nilai RMSEA yang kurang daripada 0.05 mengindikasikan adanya model fit, dan nilai RMSEA yang berkisar antara 0.08
menyatakan
bahwa
model memiliki perkiraan
permasalahan yang reasonable (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005). Sedangkan menurut Maccallum et.al (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menyatakan bahwa model memiliki nilai yang cukup fit jika RMSEA berkisar 0.08 sampai dengan 0.1 dan jika RMSEA lebih besar dari 0.1 mengindikasikan model memiliki nilai fit yang jelek. P-value for test of Close juga merupakan indikator yang menilai fit aatau tidaknya suatu model yang dapat dilihat dari kedekatannya terhadap model fit. Joreskog (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menganjurkan bahwa P-value for test of Close (RMSEA < 0.05) haruslah lebih besar daripada 0.5 sehingga mengindikasikan bahwa model adalah fit. e.
Normed Chi-Square (X2 /df) Normed Chi-Square (X2 /df) merupakan indikator goodness of
fit adalah rasio perbandingan antara nilai chi-square dengan degrees of freedom. Menurut Wheaton (1977) dalam Imam Ghozali (2005) cut-off model fit sebesar 5 dan sedikit lebih tinggi daripada
56
yang dianjurkan oleh Carmines dan Melver (1981) dalam Imam Ghozali (2005) yaitu sebesar 2). Comparative Fit Measures Comparative fit Measures berkaitan
dengan pertanyaan
seberapa baikkah kesesuaian model yang dibuat dibandingkan dengan
beberapa
model
alternatif.
Indikator-indikator
dari
comparative fit Measures dianataranya adalah: a. Normed Fit Index (NFI) Normed Fit Index (NFI) yang ditemukan oleh Bentler dan Bonetts (1980), merupakan salah satu alternatif untuk menentukan model fit. Namun, karena NFI memiliki tendensi untuk merendahkan fit dalam sampel yang kecil, sehingga merevisi index ini dengan nama Comparative Fit Index (CFI). Nilai NFI dan CFI berkisar antara 0 dan 1. Tetapi suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI dan CFI lebih besar dari 0.9 (Bentler,1992). b. Non-Normed Fit Index (NNFI) Non-Normed Fit Index (NNFI) digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) dalam Malla Bahagia (2008) menyatakan bahwa model dikatakan fit jika nilai NNFI 0.90. c. Relative Fit Index (RFI)
57
Relative Fit Index (RFI) digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya 0 sampai 1, nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit. Menurut Kelloway (1998) menyatakan bahwa model dikatakan fit jika nilai NNFI 0.90. d. Comparative Fit Index (CFI) Comparative Fit Index (CFI) suatu model dikatakan fit apabila memiliki Comparative Fit Index (CFI) lebih besar dari 0.90. (Bentler, 1992 dalam Imam Ghozali,205). Parsimonius Fit Measures a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) yang diperkenalkan oleh Mulaik et.al. (1998) dalam Imam Ghozali (2005). PGFI telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6. (Byrne,1998 dalam Imam Ghozali, 2005). Lain halnya menurut Kelloway (1998) nilai PGFI berkisar antara 0-1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik. b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Menurut Kelloway (1998) nilai PNFI berkisar antara 0-1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.
58
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit ) Nilai Yang Direkomendasikan
Laporan Statistik
Holmes- Smith (2002)
Kelloway (1998)
?²
p > 0.05
Tidak Signifikan
Normed Chi-Square (?²/df)
1²/df<2 Nilai 2-3 ?reasonable good fit Nilai < 1 ?overfit
2²/df<5
RMR
< 0.05
< 0.05
RMSEA
< 0.05
< 0.10 ? good fit
0.05-0.08?reasonable fit
<0.05 ? very good fit < 0.01 ?outstanding fit
> 0.95
>0.90? good fit
Absolut Fit
GFI
< 2 ? over fitting
> 0.90 ?reasonable fit AGFI
>0.95 >0.90 ?reasonable fit
>0.90? good fit
NFI
-
0.9 ? good fit
NNFI
>0.95 >0.90 ?reasonable fit >1 ? lack of parsimony
0.9 ? good fit
CFI
>0.95 >0.90 ?reasonable fit
0.9 ? good fit
-
0.9 ? good fit
Nilai sekecil mungkin Nilai sekecil mungkin
0-1 (lebih besar lebih baik) 0-1 (lebih besar lebih baik) 0-1 (lebih besar lebih baik) 0-1 (lebih besar lebih baik)
Comparative Fit
RFI Parsimonious Fit PNFI PGFI AIC CAIC
Uji Individual Measurement Model Bila Kecocokan model secara keseluruhan telah terpenuhi, selanjutnya adalah memperhatikan kecocokan measurement model untuk setiap model. Bila model telah memenuhi criteria yang ditetapkan pada uji keseluruhan, maka langkah selanjutnya menguji 59
setiap construct secara terpisah , dengan Uji signifiakansi setiap indikator dengan uji – t, variabel indikator diaktakan signifikan apabila nilai t yang diperoleh minimal sebesar 1.96 untuk taraf a = 5%, dan 2.58 untuk taraf a = 1% . Uji Individual Struktural Model Langkah selanjutnya adalah menguji structural model. Pada pengujian ini terdapat dual hal yang harus dilakukan , yaitu : a. Uji koefisien gamma dan beta Seperti halnya uji signifikansi untuk indikator, parameter Gamma atau Beta dikatakan diaktakan signifikan apabila nilai t yang diperoleh minimal sebesar 1.96 untuk taraf a = 5%, dan 2.58 untuk taraf a = 1% . b. Uji keseluruhan structural model Untuk menilai kebaikan dari keseluruhan structural model, perhatikanlah nilai Squared Multiple Correlation (R²). Semakin besar nilai tersebut semakin baik model yang dihasilkan. 7. Modifikai Model Modifikasi model dilakukan jika hasil yang diperoleh tidak fit. Model yang tidak fit dapat dilihat dari beberapa indikator goodness of fit yang tidak menunjukan batas dan syarat tertentu misalkan nilai p yang lebih kecil dari 0.05 sehingga menunjukkan model tidak fit padahal model dikatakan fit apabila memiliki p yang tidak signifikan (lebih besar dari 0.05). dalam Lisrel, terdapat modification index yang merupakan 60
salah satu alternatif terbaik untuk memodifikasi model. Namun harus diperhatikan juga bahwa segala modifikasi (walaupun sangat sedikit), harus berdasarkan teori yang mendukung. Beberapa modifikasi model dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengkorelasikan antara dua indikator. 2. Menambah hubungan (path) antara indikator dan variabel laten. 3. Merubah indikator dari suatu variabel. Setelah melakukan modifikasi tersebut, maka yang seharusnya kita lakukan adalah mempertimbangkan dan mencari justifikasi teori yang kuat terhadap dilakukannya modifikasi tersebut. 8. Validasi Silang Model Validasi silang model merupakan tahap terakhir dari analisis SEM yaitu menguji fit tidaknya model terhadap suatu data baru (validasi subsampel yang diperoleh melalui pemecahan sampel). Validasi silang ini penting apabila terdapat modifikasi yang substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis pada SEM dimulai dengan penyusunan hipotesa berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian terdahulu, sehingga dapat ditarik inferensi terhadap masalah penelitian dalam bentuk hipotesis alternatif sebgai jawaban sementara penelitian sebagai berikut :
61
H1= Struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap leverage H2= Faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap leverage H3= Faktor intern berpengaruh signifikan terhadap leverage H4=Struktur kepemilikan saham berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H5= Faktor ekstern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H6= Faktor intern berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan H7= Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Uji Signifikan Uji signifikan dapat dilakukan dengan cara melihat jalur-jalur pada model pengukuran dan model struktural yamg signifikan. Pada model pengukuran, jalur–jalur
(pengaruh)
yang
dapat
dilihat
adalah
pengaruh
yang
menghubungkan antara variabel laten dan indikatornya, apakah mempunyai tingkat signifikan terhadap variabel latennya atau tidak. Uji signifikan pada model pengukuran bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam mengukur variabel latennya. Pada model struktural pengaruh dapat dilihat dari pengaruh yang menghubungkan antara variabel eksogen dengan variabel endogen dan antara variabel endogen dengan variabel endogen. Untuk mengetahui jalur-jalur hubungan dapat dilihat uji koefisien secara parsial. Uji secara parsial terhadap koefisien path pada setiap jalur model pengukuran maupun struktural dapat ditunjukkan dari t-value (nilai t) sebagai berikut : 62
Jika t-hitung > t-tabel, maka terdapat koefisien jalur yang signifikan. Jika t-hitung < t-tabel, maka tidak terdapat koefisien jalur yang tidak signifikan.
E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Endogen a. Leverage ( Struktur Modal ) Indikator-indikator
yang mempengaruhi leverage diantaranya
adalah : 1.
DER (Debt to Equity Ratio) DER yaitu rasio yang mencerminkan besarnya modal sendiri dijadikan jaminan utang, yang diukur dengan formulasi sebagai berikut : Hutang Jangka Panjang DER = --------------------------------------Modal Sendiri
2.
DAR (Debt to Asset Ratio) DAR yaitu perbandingan antara utang jangka panjang dengan total aktiva. Hutang Jangka Panjang DAR = --------------------------------------Total Aktiva
b. Nilai Perusahaan Indikator-indikator
yang
mempengaruhi
nilai
perusahaan
diantaranya adalah : 63
1. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. ( sutrisno,2000 dalam Mohammad Usman,2001 dalam Malla Bahagia,2008). Rumus yang digunakan adalah :
Harga Pasar Saham PER= ------------------------------Laba per Lembar Saham
2. PBV(Price Book Value) Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92).
Harga Pasar per Lembar Saham PBV = --------------------------------------Nilai Buku per Lembar Saham 2. Variabel Eksogen a. Struktur kepemilikan saham Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manjemen dalam kepemilikan saham perusahaan. 1) Kepemilikan Istitusional Kepemilikan Institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri perusahaan, bukan 64
institusi pemegang saham publik yang diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern. Pengukuran ini mengacu dari penelitian Sudarma (2003) dalam Sujoko (2007).
Institusional (X ) =
Inst Shrs it --------------------------Total Shrs it
Keterangan : Inst Shrs it=Saham yang dimiliki oleh institusi pada perusahaan i periode t. Total Shrs it= Jumlah total saham beredar perusahaan I periode t
2) Kepemilikan Manjerial Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan terbesar oleh manjemen perusahaan yang diukur dengan prosentase jumlah saham yang dimiliki manajemen. Pengukuran ini mengaju dari Sudarma (2003) dalam Sujoko (2007).
Managerial Ownership (X ) =
D + C Shrs it ------------------------Total Shrs it
Keterangan : D & C Shrs it = Saham yang dimiliki perusahaan I pada periode t Total Shrs it = Jumlah total saham beredar perusahaan I pada periode t
65
b. Faktor Ekstern Faktor Ekstern merupakan pengelompokan dari variabel-variabel yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. Variabel yang termasuk faktor ekstern adalah: 1)
Tingkat Suku Bunga Pengertian operasional variabel tingkat suku bunga adalah tingkat
bunga kredit investasi dan tingkat bunga kredit modal kerja Bank Umum rata-rata pertahun yang dibebankan kepada perusahaan atas penggunaan modal kerja dalam bentuk utang jangka pendek dan dana investasi dalam bentuk hutang jangka panjang pada akhir tahun. 2)
Keadaan Pasar Modal Keadaan
pasar modal
merupakan besarnya
nilai
transaksi
perdagangan di BEI pada akhir tahun sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di BEI pada akhir tahun. 3)
Pertumbuhan Pasar Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia
dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan industri pada tahun t-1. vol penj pada th t – volpenj pada th t-1 Pertum pasar = --------------------------------------volume penjualan pada tahun t-1 66
c.
Faktor Intern Faktor intern merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel yang termasuk variabel faktor intern adalah : 1)
Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dengan rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan labarugi akhir tahun. 2)
Pembayaran Dividen Pembayaran dividen merupakan besarnya laba yang dibagikan
kepada pemegang saham pada akhir tahun yang juga akan mencerminkan besarnya laba yang akan ditanamkan pada laba ditahan akhir tahun. Variabel ini dinyatakan dengan rasio dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham akhir rahun. Dividen per lembar saham DPR = ------------------------------------------Laba per lembar saham
3)
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total aktiva. SIZE = Ln Total Assets it Keterangan : Total Assets it = Total assets yang dimiliki perusahaan i periode t 67
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian A.1 Pasar Modal Pasar modal adalah pasar yang memperjualbelikan instrument keuangan jangka panjang baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang dibentuk oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta,artinya pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrument
keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Selain itu pasar modal memiliki peran dan manfaat diantaranya : 1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Artinya investor dapat melakukan investasi pada perusahaan melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan/diperdagangkan pasar modal, dan sebaliknya perusahaan dapat memperoleh dana
yang dibutuhkan dengan
menawarkan instrument keuangan melalui pasar modal tersebut. 2. Pasar modal sebagai alternative investasi. Yaitu pasar modal memudahkan alternatif investasi untuk memperoleh keuntungan dengan risiko tertentu. 3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik.
68
Hal ini dikarenakan penyebaran kepemilikan secara luas (tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu saja) akan mendorong perkembambangan perusahaan menjadi transparan. 4. Pelaksanaan manejemen perusahaan secara profesional dan transfaran 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan
keberadaan
pasar
modal perusahaan
akan
lebih mudah
memperoleh dana sehingga akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, terciptanya kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan pendapatan pajak bagi pemerintah.
A.2 Organisasi Yang Terkait di Pasar Modal. 1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). BAPEPAM
melakukan
kewenangan untuk melakukan
pembinaan,
pengaturan, pengawasan pasar modal, di Indonesia dan keberadaan BAPEPAM dibawah Menteri Keuangan sekaligus bertanggung jawab kepadanya 2.Perusahaan (Emiten). Memperoleh dana di pasar modal dengan melaksanakan penawaran umum atau investasi langsung. 3.Self Regulatory Organization (SRO). SRO adalah organisasi yang mewakili kewenangan untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan aktivitas usahanya. SRO terdiri dari :
69
Burasa Efek. Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan sarana mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP). Adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminana trqansaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Setiap trnasaksi akan melewati lembaga ini untuk diselesaikan transaksinya, apakah seorang pemodal akan bertambah jumlah saham yang dimilikinya karena menjual saham yang dimilikinya dan menerima pembayaran. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh BAPEPAM adalah PT.KPEI (PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia). Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaiana (LPP). Adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan custodian sentral (penyimpanan efek) bagi Bank custodian, perusahaan efek dan lainnya. Lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai (LPP) oleh BAPEPAM adalah PT. KSEI (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia). 4. Perusahaan Efek. Perusahaan efek adalah yang mempunyai aktivitas sebagai perantara pedagang efek yaitu bahwa perusahaan efek melakukan jual beli saham atas kepentingan pihak lain, atau dirinya sendiri, sebagai penjamin emisi efek yaitu menjamin agar penerbitan emisi sekuritas yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat terjual smua, dan sebagai manajer iivestasi 70
yaitu mengelola dana nasabah untuk diinvestasikan keberbagai sekuritas atau gabungan dari ketiga tersebut. 5. Penasehat Investasi Penasihat investasi yaitu pihak yang member nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan dan pembelian efek.
A.3 Sejarah Pasar Modal di Indonesia Kegiatan jual beli saham dan obligasi sebenarnya telah dimulai pada abad XIX. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya (Rusdin, Pasar Modal, Bandung; Alfabeta, 2006, hal 4). Minat masyarakat terhadap pasar modal mendorong didirikannya bursa di kota Surabaya (11 Juni 1925) dan Semarang (1 Agustus 1925). Perkembangan pasar modal pada saat itu, terlihat dari nilai efek yang mencapai NIF 1,4 milyar, pun demikian perkembangan pasar modal ini mengalami penyurutan akibat Perang Dunia II. Akibatnya, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijakan untuk memusatkan perdagangan efeknya di Batavia dan menutup bursa efek di 71
Semarang dan Surabaya. Pada tanggal 17 Mei 1940, secara keseluruhan kegiatan perdagangan efek ditutup. Di masa kemerdekaan, pada tahun 1950, pemerintah mengeluarkan obligasi Republik Indonesia, yang menandakan mulai aktifnya Pasar Modal Indonesia. Pada tanggal 31 Juni 1952, Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali. Penyelenggaraan tersebut kemudian diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efeknya (PPUE). Namun pada tahun 1958, terjadi kelesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa, akibat konfrontasi pemerintah dengan Belanda. Pemerintah di masa Orde Baru, berusaha untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap nilai mata uang Rupiah. Pemerintah melakukan persiapan khusus untuk membentuk pasar modal. Pada tahun 1976, pemerintah membentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Hal tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membentuk Pasar Uang dan Pasar Modal. Pada tanggal 10 Agustus 1977, berdasarkan Keppres RI No 52/ 1976, pasar modal diaktifkan kembali. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977–1987, mengalami kelesuan. Pada tahun 1987-1988,
pemerintah menerbitkan
paket-paket deregulasi. Paket
deregulasi ini adalah: Paket Desember 1987 (Pakdes 87), Paket Desember 1988 (Pakto 88), dan Paket Desember 1988 (Pakdes 88). Penerbitan paket deregulasi ini menandai liberalisasi ekonomi Indonesia. Dampak dari adanya ketiga kebijakan tersebut, pasar modal Indonesia menjadi aktif hingga sekarang.
72
Pakdes 1987 . Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek. Pakto 88 Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal. Pakdes 88 Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
73
A.4 Perkembangan Pasar Modal Minggu keempat Februari 2006, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) cenderung menurun. Indeks ditutup pada level 1.216,140 atau turun 27,335 poin (2,19%) dibandingkan akhir minggu sebelumnya yang mencapai level 1.243,475. Pada perdagangan saham hari pertama, indeks mengalami peningkatan sebesar 3,939 poin (0,32%) ke posisi 1.247,414. Peningkatan indeks ini antara lain didorong oleh adanya aksi beli para pemodal atas saham PT Semen Gresik. Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya sentimen positif pasar atas pernyataan dari Bank Indonesia bahwa pertumbuhan ekonomi akan tumbuh secara cepat dalam semester pertama tahun 2006 ini, dan pertumbuhan PDB tahun 2006 diperkirakan akan mencapai antara 5% dan 5,7%. Pada perdagangan saham hari berikutnya indeks melemah 11,325 poin (0,91%) ke level 1.236,089. Para pemodal cenderung melakukan aksi jual atas saham-saham unggulan seperti saham PT. Astra Int, PT Bank BRI dan PT. Bank Mandiri berkenaan dengan kekhawatiran akan kembali naiknya tingkat suku bunga perbankan. Kondisi tersebut tidak terlepas dari rencana pemerintah yang akan menaikkan tariff dasar listrik yang akan berdampak pada naiknya tingkat inflasi. Aksi jual juga terjadi pada saham PT. Indosat dan PT. Telkom berkenaan dengan adanya laporan dari Morgan Stanley yang memberikan rekomendasi industri telekomunikasi di Indonesia dari “attractive” menjadi “cautious” seiring dengan semakin ketatnya persaingan di industri telekomunikasi. Penurunan indeks terus berlanjut pada pertengahan minggu, dimana indeks ditutup pada posisi 1.231,250 atau turun 4,839 poin (0,39%). Para pemodal 74
cenderung melakukan aksi jual atas saham-saham perbankan seiring dengan adanya pernyataan dari US Federal Reserve yang mengindikasikan akan melanjutkan menaikkan tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga di Amerika Serikat akan mendorong Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sebagai upaya mencegah penurunan nilai tukar rupiah. Kondisi tersebut masih berlanjut pada perdagangan saham hari Kamis, dimana indeks mengalami penurunan sebesar 7,086 poin (0,58%) menjadi 1.224,164. Pada akhir pekan indeks turun 8, 024 poin ke level 1.215,140 yang dipicu oleh aksi jual saham PNG yang dinilai harga sahamnya naik terlalu cepat, disamping adanya kekhawatiran investor terhadap laporan keuangan emiten tahun 2005
yang
diprediksi
belum
menunjukan
perbaikan,
terutama
emiten
perbankan. Nilai rata-rata perdagangan saham perhari di BEJ pada minggu ini Rp. 1.045,99 miliar, turun 23,64% dibandingkan minggu sebelumnya Rp. 1.369,78 miliar. Sementara itu, proporsi perdagangan lebih didominasi oleh pemodal domestik yang mencapai 73, 60% dibandingkan dengan pemodal asing 26,40% dari total perdagangan saham. Pemodal asing lebih banyak melakukan penjualan, terlihat dari total posisi jual yang lebih besar daripada posisi belinya sehingga terjadi aliran dana keluar sekitar Rp. 311.812 miliar. (Sumber:Bapepam).
75
B.
Deskriptif Analisis
B.1 Deskripsi Data Sampel Berdasarkan pengambilan sampel secara Purposive Sampling maka dapat diperoleh sebagai berikut : Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (Bursa Efek Indonesia) dan mengeluarkan laporan keuangan per 31 desember pada tahun 2003-2006 berjumlah 389 perusahaan. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (Bursa Efek Indonesia) listing sebelum tahun 2003 berjumlah 318 perusahaan. Perusahaan yang membagikan dividen secara terus-menerus selama tahun 2003-2006 berjumlah 58 perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan baik kepemilikan manajerial maupun kepemilikan institusional berjumlah 40 perusahaan. Dari keterangan-keterangan tersebut, maka dapat diperoleh sampel penelitian yaitu 24 perusahaan dengan nama perusahaan sebagai berikut :
76
Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian No Nama Perusahaan 1 AKR Corporatian Tbk. 2 Asuransi Bintang Tbk. 3 Asuransi International Tbk. 4 Astra Graphia Tbk. 5 Astra Otoparts Tbk. 6 Berlian Laju Tanker Tbk. 7 Bank UOB Buana Tbk. 8 Ekhadarma International Tbk. 9 Gudang Garam Tbk. 10 Hexindo Adiperkasa Tbk. 11 Indorama Sythentic Tbk. 12 Indosat Tbk. 13 Intel Nickel Indonesia Tbk. 14 Kimia Farma Tbk. 15 Lautan Luas Tbk. 16 Panin Sekuritas Tbk. 17 Ramayana Lestari Tbk. 18 Rig Tenders Tbk. 19 Selamat Sempurna Tbk. 20 Sorini Corporation Tbk. 21 Sepatu Bata Tbk. 22 Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk. 23 Tempo Scan Pasific Tbk. 24 Tunas Baru Lampung Tbk. Sumber : Bursa Efek Indonesia
B.2 Deskripsi Analisis Data Perolehan data-data dari variabel observed/indicator
yang diteliti,
diantaranya adalah : a. Struktur Kepemilikan Saham Struktur kepemilikan saham (X 1) merupakan distribusi saham antara pihak manjemen perusahaan (manajer dan staf) (X1.1), dan kepemilikan institusional
(X1.2).
Manajer
Ownership
(X1.1)
menggambarkan 77
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen. Rasio ini digunakan untuk mengetahui proporsi kepemilikan saham oleh manajer terhadap total saham
beredar.
Institusioanl
Ownership
(X1.2)
menggambarkan
kepemilikan saham oleh investor institusi yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki investor institusi, adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat dari table yaitu sebagai berikut :
78
Tabel 4.2 Struktur Kepemilikan Saham (X 1). No.
Nama Perusahaan
Mjr. Own
Inst. Own
2003
2004
2005
2006
2003
2004
2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,0048
0,0014
0,0014
0,0014
0,7335
0,7124
0,7124
0,7124
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,0448
0,0717
0,0800
0,0950
0,6146
0,8128
0,8613
0,8648
3
Asuransi International Tbk.
0,0009
0,0009
0,0044
0,0002
0,4755
0,4755
0,5011
0,5011
4
Astra Graphia Tbk.
0,0001
0,0001
0,0001
0,0001
0,7695
0,7687
0,7687
0,7687
5
Astra Otoparts Tbk.
0,0001
0,0004
0,0009
0,0005
0,8731
0,8504
0,8672
0,8672
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
0,0006
0,0006
0,0006
0,0006
0,6325
0,5228
0,4541
0,4542
7
Bank UOB Buana Tbk.
0,0066
0,0065
0,0061
0,0061
0,6814
0,7185
0,8785
0,8788
8
Ekhadarma International Tbk.
0,0505
0,0549
0,0638
0,0588
0,7282
0,7282
0,7326
0,7437
9
Gudang Garam Tbk.
0,0174
0,0174
0,0206
0,0206
0,7212
0,7212
0,7212
0,7212
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,0021
0,0021
0,0508
0,0001
0,7624
0,8131
0,1721
0,7621
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,1318
0,1318
0,1318
0,1937
0,4516
0,4516
0,4516
0,5379
12
Indosat Tbk.
0,0002
0,0002
0,0002
0,0003
0,5694
0,5577
0,5504
0,5510
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,0122
0,0004
0,0004
0,0004
0,7882
0,8207
0,8207
0,8207
14
Kimia Farma Tbk.
0,0097
0,0097
0,0040
0,0039
0,9003
0,9003
0,9003
0,9003
15
Lautan Luas Tbk.
0,0364
0,0364
0,0364
0,0364
0,6303
0,6303
0,6303
0,6818
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,0400
0,0400
0,0400
0,0400
0,3344
0,3344
0,3344
0,3344
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,0371
0,0371
0,0370
0,0368
0,6407
0,6407
0,6378
0,5755
18
Rig Tenders Tbk.
0,0011
0,0011
0,0011
0,0011
0,7746
0,7747
0,9685
0,9684
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,0448
0,0649
0,0666
0,0822
0,6802
0,6802
0,6802
0,6136
20
Sorini Corporation Tbk.
0,0005
0,0005
0,0005
0,0005
0,6462
0,6462
0,6462
0,6462
21
Sepatu Bata Tbk.
0,0011
0,0001
0,0001
0,0001
0,8420
0,7880
0,8410
0,8390
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,0122
0,0125
0,0070
0,0035
0,8374
0,7019
0,6502
0,6502
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,0006
0,0010
0,0011
0,0010
0,7656
0,6628
0,6633
0,1413
24
Tunas Baru Lampung Tbk.
0,0010
0,0010
0,0010
0,0010
0,8269
0,7820
0,7820
0,5957
0,0190
0,0205
0,0232
0,0243
0,6950
0,6873
0,6761
0,6721
Rata-rata per tahun
Sumber : Laporan Keuangan Tiap Perusahaan BEI
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar perusahaan memiliki nilai struktur kepemilikan institusional dari tahun ketahun selama periode 2003-2006 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai struktur kepemilikan saham manajerial.
79
Rata-rata struktur kepemilikan saham manajerial pada tabel tersebut menunjukan jumlah kecil yaitu sekitar 0.0190 (1.90%) pada tahun 2003, 0.0205 (2.05%) pada tahun 2004, 0.0232 (2.32%) pada tahun 2005, dan 0.0243 (2.43%) pada tahun 2006, dimana struktur kepemilikan saham manajerial tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indorama Synthetic Tbk. yaitu sebesar 0.1937 (19.37%) dan 0.0950 (9.50%) oleh perusahaan Asuransi Bintang Tbk. Tetapi tidak hanya pada tahun 2006, perusahaan Indorama Synthetic Tbk. dan Perusahaan Asuransi Bintang Tbk. mempunyai struktur saham manajerial yang sama besar pada tahun 2003, 2004, dan 2005 yaitu 0.1318 (13.18%) yang dimiliki perusahaan IndoramaSynthetic Tbk. dan 0.08 (8%) yang dimiliki oleh perusahaan Asuransi Bintang Tbk. Sementara itu perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan saham manajerial terendah pada tahun 2003 adalah perusahaan astra Graphia Tbk. dan Astra Otoparts Tbk. yaitu sama-sama sebesar 0.0001 (0.01%). Selanjutnya tahun 2004 struktur kepemilikan saham manajerial terendah dimiliki oleh perusahaan Astra graphia Tbk. dan Sepatu BataTbk. yaitu sama-sama sebesar 0.0001 (0.01%). Selanjutnya tahun 2005 yang memiliki struktur kepemilikan saham manajerial terendah adalah perusahaan Astra Graphia Tbk. dan Sepatu Bata Tbk. yaitu sama-sama sebesar 0.0001 (0.01%), dan tahun 2006 yang memiliki struktur kepemilikan saham manajerial terendah adalah perusahaan Perusahaaan Astra Graphia Tbk., perusahaan Hexindo Adiperkasa Tbk., dan perusahaan Sepatu bata Tbk. yaitu sama-sama sebesar 0.0001 (0.01%). Rata-rata struktur kepemilikan saham Institusional pada tabel tersebut menunjukan jumlah yang besar yaitu sekitar 0.6950 (69.5%) pada tahun 2003, 80
0.6873 (68.73%) pada tahun 2004, 0.6761 (67.61%) pada tahun 2005, dan 0.6721 (67.21%) pada tahun 2006. Dimana struktur kepemilikan saham institusi tertinggi dmiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk. yaitu sebesar 0.9685 (96,85%) pada tahun 2005, dan perusahaan Kimia Farma Tbk. yaitu sebesar 0.9003 (90.03%). Sementara itu perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan saham institusional terendah pada tahun 2003, 2004, dan 2005 adalah perusahaan panin Sekuritas Tbk. yaitu sebesar 0.3344 (33.44%), selanjutnya pada tahun 2006 struktur kepemilikan saham institusional terendah dimiliki oleh perusahaan Tempo Scan Pasific Tbk. yaitu sebesar 0.1413 (14.13%). Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar (bahkan seluruh) perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia periode 20032006 mempunyai jumlah kepemilikan saham manajerial yang kecil atau kurang dari 5%, ini menunjukan bahwa dengan kepemilikan manajerial yang rendah, kekuasaan yang dimiliki oleh pihak manajemen atas perusahaan yang semakin rendah. Hal ini juga menyebabkan segala tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh manajer diawasi oleh pihak
institusi. Dengan kepemilikan saham
Institusioanal yang besar akan menimbulkan usaha pengawasan dan kontrol yang lebih besar oleh pihak investor Institusi terhadap opportunistic manajer sehingga pemanfaatan akan aktiva perusahaan semakin besar.
81
b. Faktor Ekstern Faktor ekstern (X2 ), yaitu merupakan pengelompokan dari variabelvariabel yang tidak dapat dikendalikan perusahaan. Variabel yang termasuk dalam faktor ekstern adalah tingkat suku bunga, keadaan pasar modal, dan pertumbuhan pasar. 1)
Tingkat Suku Bunga (X2.1) Pengertian operasional variabel tingkat suku bunga adalah tingkat bunga kredit investasi dan tingkat bunga kredit modal kerja Bank Umum rata-rata pertahun yang dibebankan kepada perusahaan atas penggunaan modal kerja dalam bentuk utang jangka pendek dan dana investasi dalam bentuk hutang jangka panjang pada akhir tahun.
2)
Keadaan Pasar Modal (X2.2) Keadaan pasar
modal merupakan
besarnya nilai
transaksi
perdagangan di BEI pada akhir tahun sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di BEI pada akhir tahun. 3)
Pertumbuhan Pasar (X2.3) Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan industri pada tahun t-1.
82
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.3 Faktor Ekstern (X2 ). No. Nama Perusahaan 2003
Tingkat Suku Bunga 2004 2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
3
Asuransi International Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
4
Astra Graphia Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
5
Astra Otoparts Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
7
Bank UOB Buana Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
8
Ekhadarma International Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
9
Gudang Garam Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
12
Indosat Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
14
Kimia Farma Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
15
Lautan Luas Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
18
Rig Tenders Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
20
Sorini Corporation Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
21
Sepatu Bata Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
24
Tunas Baru Lampung Tbk.
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
Rata-rata per tahun
0,1699
0,1440
0,1413
0,1585
Sumber : Data diolah Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat suku bunga per tahun yaitu pada tahun 2003 tingkat suku bunga sebesar 0.1699 (16.99%), pada tahun 2004 sebesar 0.1440 (14.4%), pada tahun 2005
83
sebesar 0.1413 (14.13%), dan pada tahun 2006 sebesar 0.1585 (15.85%). Dimana tingkat suku bunga tertinggi yaitu pada tahun 2003 sebesar 0.1699 (16.99%), dan tingkat suku bunga terendah yaitu pada tahun 2005 sebesar 0.1413 (14.13%). Semakin tinggi suku bunga berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutunya leverage akan menurun, dan sebaliknya semakin rendah suku bunga berarti biaya penggunaan dana semakin rendah sehingga perusahaan melakukan peminjaman yang tinggi dan selanjutunya leverage akan meningkat. Semakin tinggi suku bunga akan mengurangi minat investor untuk menginvestasikan dananya ke pasar modal sehingga aktivitas perdagangan akan menurun dan nilai perusahaan akan menurun, begitu juga sebaliknya semakin rendah suku bunga akan menambah minat investor untuk menginvestasikan dananya ke pasar modal sehingga aktivitas perdagangan akan meningkat
dan nilai
perusahaan akan meningkat. Selanjutnya adalah tabel 4.4 keadaan pasar modal (X2.2) yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi faktor ekstern (X2) yang merupakan besarnya nilai transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia , yang diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2003-2006.
84
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4 Faktor Ekstern (X2 ). No.
Nama Perusahaan 2003
Value Trade 2004 2005
2006
1 AKR Corporatian Tbk.
1,0986
5,1417
6,1356
6,6606
2 Asuransi Bintang Tbk.
1,7579
2,3514
0,6931
0,1823
3 Asuransi International Tbk.
9,3304
9,7491
9,9166
10,1628
4 Astra Graphia Tbk.
6,0210
5,3660
6,2005
5,5053
5 Astra Otoparts Tbk.
5,8230
6,4968
5,6312
5,1874
6 Berlian Laju Tanker Tbk.
5,3279
6,9147
8,4451
9,6346
7 Bank UOB Buana Tbk.
4,7791
7,0792
7,8120
3,8286
8 Ekhadarma International Tbk.
1,6094
2,5649
1,6094
0,6931
9 Gudang Garam Tbk.
1,6094
2,5649
1,6094
0,6931
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
3,2581
5,7683
5,0626
5,3799
11
Indorama Sythentic Tbk.
5,1475
5,3033
4,4659
3,2958
12
Indosat Tbk.
8,7407
9,3927
9,6366
9,9426
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
5,8861
7,8002
7,8364
8,4002
14
Kimia Farma Tbk.
5,4337
4,9488
4,7362
4,2195
15
Lautan Luas Tbk.
4,6444
5,0814
6,3613
4,4998
16
Panin Sekuritas Tbk.
3,0910
2,1972
2,0794
2,4849
17
Ramayana Lestari Tbk.
7,0842
7,2392
7,2004
7,5501
18
Rig Tenders Tbk.
4,2767
3,4340
6,2558
0,6931
19
Selamat Sempurna Tbk.
3,8501
1,9459
1,9459
1,3863
20
Sorini Corporation Tbk.
1,7918
3,8501
2,8904
1,9459
21
Sepatu Bata Tbk.
2,8285
2,2439
2,1211
2,5321
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
4,1109
4,9345
4,3438
6,4135
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
6,3509
6,5425
5,6168
7,3415
24
Tunas Baru Lampung Tbk.
4,1109
4,9345
4,3438
6,4135
Rata-rata per tahun
4,4984
5,1602
5,1229
4,7936
Sumber : Data diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata per tahun keadaan pasar modal yang diukur dari besarnya nilai transaksi perdagangan di BEI pada akhir tahun sebagai cermin perkembangan BEI. Variabel pasar modal 85
diukur dengan len (ln) dari nilai perdagangan saham di BEI pada akhir tahun, pada tahun 2003 sebesar 4.4984, pada tahun 2004
rata-rata per
tahun sebesar 5.1602, pada tahun 2005 rata-rata per tahun sebesar 5.1229, dan pada tahun 2006 rata-rata per tahun 4.7936. Dimana rata-rata pertahun tertinggi yaitu pada tahun 2004 sebesar 5.1602, dan rata-rata pertahun terendah yaitu pada tahun 2003 sebesar 4.4984. Semakin tinggi keadaan pasar modal akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun Selanjutnya adalah table 4.5 Pertumbuhan pasar (X2.3) yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi faktor ekstern (X2), Pertumbuhan pasar adalah persepsi peluang bisnis yang tersedia dipasar yang harus direbut oleh perusahaan. Pertumbuhan pasar ini diukur dari nilai rasio selisih volume penjualan pada tahun t dengan volume penjualan pada tahun t-1 dibagi dengan volume penjualan industri pada tahun t-1.
86
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.5 Faktor Ekstern (X2 ). No. Nama Perusahaan 2003
Pertumbuhan Pasar 2004 2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
2
Asuransi Bintang Tbk.
11,1794
11,2488
11,1087
11,6630
3
Asuransi International Tbk.
10,8190
11,0566
11,3526
11,2377
4
Astra Graphia Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
5
Astra Otoparts Tbk.
10,8190
11,0566
11,3526
11,2377
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
10,3866
10,6470
10,9090
11,0771
7
Bank UOB Buana Tbk.
11,1794
11,2488
11,1087
11,6630
8
Ekhadarma International Tbk.
10,9804
10,8946
11,0418
11,0747
9
Gudang Garam Tbk.
10,9804
10,8946
11,0418
11,0747
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
11
Indorama Sythentic Tbk.
10,8190
11,0566
11,3526
11,2377
12
Indosat Tbk.
10,3866
10,6470
10,9090
11,0771
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
9,4212
10,0330
10,3686
10,4873
14
Kimia Farma Tbk.
10,7649
11,2274
11,3093
11,4582
15
Lautan Luas Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
16
Panin Sekuritas Tbk.
11,1794
11,2488
11,1087
11,6630
17
Ramayana Lestari Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
18
Rig Tenders Tbk.
10,3866
10,6470
10,9090
11,0771
19
Selamat Sempurna Tbk.
10,8190
11,0566
11,3526
11,2377
20
Sorini Corporation Tbk.
10,9804
10,8946
11,0418
11,0747
21
Sepatu Bata Tbk.
10,8190
11,0566
11,3526
11,2377
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
10,7649
11,2274
11,3093
11,4582
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
10,5443
10,7099
11,0115
11,1590
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
10,7649 10,6965
11,2274 10,9012
11,3093 11,0961
11,4582 11,2270
Sumber : Data diolah Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan pasar tertinggi pada
tahun
2006 sebesar
11.2270 dan
rata-rata
pertumbuhan pasar terendah adalah pada tahun 2003 yaitu sebesar 10.6965, dimana pertumbuhan pasar yang tinggi menunjukan peluang 87
pasar bagus sehingga akan mendorong perusahaan untuk melakukan pinjaman sehingga leverage akan meningkat, pertumbuhan
pasar
menunjukan kinerja perusahaan menbaiksehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
c. Faktor Intern Faktor intern (X3) merupakan variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel-variabel yang termasuk variabel faktor intern adalah : a. Profitabilitas (X3.1) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dengan rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan labarugi akhir tahun. b. Pembayaran Dividen (X3.2) Pembayaran dividen merupakan besarnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham pada akhir tahun yang juga akan mencerminkan besarnya laba yang akan ditanamkan pada laba ditahan akhir tahun. Variabel ini dinyatakan dengan rasio dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham akhir rahun. c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total aktiva. 88
SIZE = Ln Total Assets it. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel Faktor Intern 4.6 No.
Nama Perusahaan
ROA(Return On Asset) 2003 2004 2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,0880
0,0975
0,0925
0,0796
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,0304
0,0198
0,0127
0,0031
3
Asuransi International Tbk.
0,2569
0,2046
0,1746
0,1014
4
Astra Graphia Tbk.
0,0367
0,1040
0,1054
0,1395
5
Astra Otoparts Tbk.
0,1512
0,1351
0,1416
0,1278
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
0,0513
0,0568
0,0826
0,1479
7
Bank UOB Buana Tbk.
0,0223
0,0255
0,0308
0,0348
8
Ekhadarma International Tbk.
0,0887
0,0989
0,0862
0,0862
9
Gudang Garam Tbk.
0,1516
0,1248
0,1225
0,0738
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,1075
0,2077
0,1325
0,0481
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,0132
0,0130
0,0050
0,0049
12
Indosat Tbk.
0,0600
0,0855
0,0718
0,0591
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,1151
0,2522
0,2341
0,3509
14
Kimia Farma Tbk.
0,0560
0,1053
0,0700
0,0536
15
Lautan Luas Tbk.
0,0195
0,0604
0,0518
0,0344
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,0693
0,0859
0,0696
0,0834
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,1603
0,1618
0,1677
0,1584
18
Rig Tenders Tbk.
0,0697
0,1034
0,0896
0,0242
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,1299
0,1506
0,1539
0,1470
20
Sorini Corporation Tbk.
0,0952
0,1172
0,0999
0,0694
21
Sepatu Bata Tbk.
0,2339
0,2019
0,1258
0,1194
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,1553
0,2419
0,2300
0,2153
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,2236
0,2035
0,1726
0,1475
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
0,0407 0,1011
0,0217 0,1200
0,0128 0,1057
0,0386 0,0978
Sumber : data diolah Dari tabel 4.6 tersebut dapat kita lihat bahwa rata-rata pertahun ROA pada tahun 2003 sebesar 0.1011 (10.11%), pada tahun 2004 sebesar 0.1200 (12%), pada tahun 2005 0.1057 (10.57%), dan pada tahun 2006 89
sebesar 0.0978 (9.78%). Dimana rata-rata pertahun tertingggi yaitu pada tahun 2004 sebesar 0.1200 (12%),dan rata-rata pertahun terendah yaitu pada tahun 2006 sebesar 0.0978 (9.78%). Pada tahun 2003 ROA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Asuransi Internasional Tbk. yaitu sebesar 0.2569 (25.69%), untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 ROA tertinggi dimiliki oleh perusahaan Intel Nickel Indonesia Tbk. yaitu masing-masing sebesar 0.2522 (25.22%) untuk tahun 2004, 0.2341 (23.41%) untuk tahun 2005, dan 0.3509 (35.09%) untuk tahun 2006. Pada tahun 2003, 2004, dan 2005 ROA terendah dimiliki perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 0.0132 (1.32%) untuk tahun 2003, 0.0130 (1.3%) untuk tahun 2004, dan 0.0050 (0.5%) untuk tahun 2005. Pada tahun 2006 ROA terendah dimiliki oleh perusahaan Asuransi Bintang Tbk. yaitu sebesar 0.0031 (0.31%). Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan pinjaman dan leverage akan menurun. Probabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Selanjutnya adalah tabel 4.7 dividen payout ratio (X3.2) yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi faktor ekstern (X3). Pembayaran dividen merupakan besarnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham pada akhir tahun yang juga akan mencerminkan besarnya laba yang akan ditanamkan pada laba ditahan akhir tahun.
90
Variabel ini dinyatakan dengan rasio dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham akhir tahun. Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.7 Faktor Intern (X 3) No.
Nama Perusahaan
DPR(Dividen Payout Ratio) 2003 2004 2005 2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,1931
0,3279
0,3139
0,3167
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,4083
0,8328
0,5022
0,6760
3
Asuransi International Tbk.
0,0051
0,0050
0,0048
0,0054
4
Astra Graphia Tbk.
0,7550
2,8179
0,9349
1,1651
5
Astra Otoparts Tbk.
0,1830
0,2065
0,2764
0,2051
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
0,2080
0,1278
0,1289
0,1380
7
Bank UOB Buana Tbk.
0,3649
0,3001
0,3002
0,3000
8
Ekhadarma International Tbk.
0,1030
0,5001
0,5391
0,2910
9
Gudang Garam Tbk.
0,3139
0,5374
0,5091
0,4773
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,3556
0,3951
0,3952
0,3622
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,2561
0,2560
0,4810
0,5068
12
Indosat Tbk.
0,0953
0,4991
0,4926
0,5000
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,3576
0,4123
0,3725
1,0231
14
Kimia Farma Tbk.
0,4000
0,2982
0,3000
0,2992
15
Lautan Luas Tbk.
0,2040
0,2554
0,2529
0,2103
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,1856
0,1469
0,1713
0,1729
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,5553
0,1347
0,5117
0,4950
18
Rig Tenders Tbk.
1,0504
0,5286
0,6755
0,7866
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,9490
0,4527
0,8638
3,2163
20
Sorini Corporation Tbk.
0,1361
0,2052
0,3035
0,3887
21
Sepatu Bata Tbk.
0,5427
0,5561
0,5182
0,4997
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,5032
0,4742
0,5009
0,5000
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,5578
0,5548
0,4548
0,0413
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
0,3194 0,3751
0,2945 0,4633
0,2025 0,4169
0,2981 0,5365
Sumber : data diolah Pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa rata-rata rasio pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan pada tahun 2003 sebesar 91
0.3751 (37.51%), pada tahun 2004 sebesar 0.4633 (46.33%), pada tahun 2005 sebesar 0.4169 (41.69%), dan pada tahun 2006 sebesar 0.5365 (53.65%). Rata-rata rasio pembayaran dividen tertinggi pada tahun 2006 sebesar 0.5365 (53.65%), dan rata-rata rasio pembayaran dividen terendah pada tahun 2003 sebesar 0.3751 (37.51%). Pada tahun 2003 rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) tertinggi dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk. yaitu sebesar 1.0504 (105.04%), untuk tahun 2004 DPR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Astra Graphia Tbk. yaitu sebesar 2.8179 (281.79%), untuk tahun 2005 DPR
tertinggi
dimiliki oleg perusahaan Astra Graphia Tbk. yaitu sebesar 0.9349 (93.49%), dan DPR tertinggi untuk tahun 2006 dimiliki oleh perusahaan Selamat Sempurna Tbk. yaitu sebesar 3.2163 (321.63%). Ini dapat dibuktikan bahwa hampir atau lebih dari 100% keuntungan yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, sementara itu DPR terendah yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham adalah Asuransi Internasional Tbk. pada tahun 2003 yaitu sebesar 0.0051 (0.51%), tahun 2004 sebesar 0.0050 (0.5%), tahun 2005 sebesar 0.0048 (0.48%), dan pada tahun 2006 sebesar 0.0054 (0.54%). Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaanperusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia selama 2003 sampai dengan 2006 memiliki rata-rata DPR yang cukup tinggi sekitar (44.7%). Ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari keuntungan yang diperoleh 92
perusahaan digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham dan sisanya akan diinvestasikan kembali kedalam perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Peningkatan pembayaran dividen akan mengurangi laba yang ditahan sehingga
sumber dana intern akan menurun dan
perusahaan akan tertarik untuk melakukan pinjaman sehingga leverage akan meningkat, dan pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan meningkat. Selanjutnya adalah tabel 4.8 ukuran perusahaan (X 3.3 ) yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi faktor ekstern (X 3). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun yang dilakukan dengan len (ln) dari total aktiva.
93
Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.8 Faktor Intern (X 3). No.
Nama Perusahaan 2003
Total Asset 2004 2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
13,4477
14,3404
14,4985
14,6815
2
Asuransi Bintang Tbk.
12,1635
12,0191
12,0707
12,1147
3
Asuransi International Tbk.
17,1262
17,4828
17,4828
17,6654
4
Astra Graphia Tbk.
13,4655
13,2552
13,1593
13,2791
5
Astra Otoparts Tbk.
14,4871
14,7061
14,9236
14,9235
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
14,9176
15,2884
15,8835
15,8835
7
Bank UOB Buana Tbk.
16,4782
16,6100
16,5881
16,6402
8
Ekhadarma International Tbk.
11,0158
11,0523
11,2274
11,2205
9
Gudang Garam Tbk.
16,6685
16,8404
16,9124
16,8943
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
13,2785
13,3631
13,8827
14,0012
11
Indorama Sythentic Tbk.
15,3263
15,4124
15,5209
15,4930
12
Indosat Tbk.
17,0795
17,1431
17,3055
17,3486
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
16,2075
16,4592
16,5980
16,7682
14
Kimia Farma Tbk.
14,1280
13,9754
13,9754
13,9790
15
Lautan Luas Tbk.
14,0215
14,1697
14,2910
14,4201
16
Panin Sekuritas Tbk.
12,6169
12,6115
13,0815
13,5689
17
Ramayana Lestari Tbk.
14,7367
14,7550
14,6649
14,7429
18
Rig Tenders Tbk.
13,0293
13,3254
13,4156
13,7586
19
Selamat Sempurna Tbk.
13,3576
13,3862
13,4047
13,4824
20
Sorini Corporation Tbk.
13,1825
13,1872
13,3728
12,3556
21
Sepatu Bata Tbk.
12,3556
12,4781
12,6306
12,5116
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
14,5236
14,6848
14,8592
14,9494
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
14,4799
14,5770
14,6681
14,7235
24
Tunas Baru Lampung Tbk.
13,9564
14,1172
14,1881
14,5329
14,2521
14,3850
14,5252
14,5808
Rata-rata per tahun
Sumber : data diolah Pada tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa rata-rata pertahun total asset pada tahun 2003 sebesar 14.2521, pada tahun 2004 sebesar 14.3850, tahun 2005 sebesar 14.5252, dan tahun 2006 sebesar 14.5808. Rata-rata total asset tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 14.5808, dan rata-rata 94
terendah pada tahun 2003 yaitu sebesar 14.2521. Pada tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006 total asset tertinggi dimiliki oleh perusahaan Asuransi International Tbk. yaitu sebesar 17,1262, untuk tahun 2003, sebesar 17.4828 untuk tahun 2004 dan 2005, dan sebesar 17.6654 untuk tahun 2006. Pada tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006 total asset terendah dimiliki oleh perusahaan Ekhadarma International Tbk. yaitu sebesar 11,0158 untuk tahun 2003, sebesar 11,0523 untuk tahun 2004, sebesar 11,2274 untuk tahun 2005, dan sebesar 11,2205 untuk tahun 2006. Ukuran perusahaan menunjukan aktifitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan berarti semakin besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untruk memperoleh hutang sehingga leverage akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat.
d. Struktur Modal (leverage) Struktur
modal
dapat
diukur
melalui
beberapa
indikator
diantaranya Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Asset Ratio (DAR). Adapun rasio-rasio yang diperoleh dari beberapa indikator tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.9 sebagai berikut :
95
Tabel Leverage 4.9 No. Nama Perusahaan 2003
DER 2004 2005
2006
1 AKR Corporatian Tbk.
0,4500
0,7800
0,8600
1,0900
2 Asuransi Bintang Tbk.
1,3800
1,1300
1,3500
1,1100
3 Asuransi International Tbk.
1,1900
1,1800
1,1100
1,4100
4 Astra Graphia Tbk.
1,1200
0,7200
0,8200
0,9800
5 Astra Otoparts Tbk.
0,5200
0,6200
0,7100
0,5700
6 Berlian Laju Tanker Tbk.
1,7800
1,6200
2,9400
1,6200
7 Bank UOB Buana Tbk.
7,5200
7,6000
6,3800
4,1600
8 Ekhadarma International Tbk.
0,2200
0,1800
0,3700
0,2900
9 Gudang Garam Tbk.
0,5800
0,6900
0,6900
0,6500
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
1,8300
1,2500
2,1000
2,4800
11
Indorama Sythentic Tbk.
25,6100
25,6000
48,1000
50,6800
12
Indosat Tbk.
1,1300
1,1000
1,2800
1,2400
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,5000
0,4000
0,2700
0,2600
14
Kimia Farma Tbk.
0,8100
0,4400
0,3900
0,4500
15
Lautan Luas Tbk.
1,9400
1,9700
2,1000
2,4300
16
Panin Sekuritas Tbk.
1,9300
1,4200
2,1500
2,7300
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,6500
0,5400
0,3300
0,3000
18
Rig Tenders Tbk.
0,0400
0,0400
0,0400
0,6600
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,5900
0,7100
0,6100
0,5300
20
Sorini Corporation Tbk.
0,7100
0,6000
0,6700
0,7200
21
Sepatu Bata Tbk.
0,4700
0,5000
0,7300
0,4300
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,3400
0,4100
0,3800
0,3500
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,1900
0,2000
0,2600
0,2300
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
1,2800
1,6500
1,8300
1,3700
2,1992
2,1396
3,1863
3,1975
Sumber : data diolah Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa rata-rata debt to equity ratio (DER) pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2003, 2004, dan 2005. Tahun 2003 rata-rata debt to equity ratio (DER) mencapai 2.1992 dimana nilai DER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 25.6100 dan terendah dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400, sedangkan tahun 2004 96
rata-rata debt to equity ratio (DER) mencapai 2.1396 dimana nilai DER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 25.6000 dan terendah dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400, sedangkan tahun 2005 rata-rata debt to equity ratio (DER) mencapai 3.1863, dimana nilai DER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 48.1000, dan terendah dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400,dan tahun 2006 rata-rata debt to equity ratio (DER) mencapai 3.1975, dimana nilai DER tertinggi dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 50.6800, dan terendah dimiliki oleh perusahaan Tempo Scan Pasific Tbk. yaitu sebesar 0.2300. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dalam membiayai hutang jangka panjang perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2006 menggunakan equity yang dimiliki. Selanjutnya adalah tabel 4.10 Debt to Asset Ratio (DAR) (Y1.2) yang merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi struktur modal (leverage) (Y1). Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
97
Tabel Leverage 4.10 No.
Nama Perusahaan 2003
DAR 2004 2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,3000
0,4000
0,4200
0,4800
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,5700
0,5300
0,5700
0,5300
3
Asuransi International Tbk.
0,5100
0,5000
0,4800
0,5400
4
Astra Graphia Tbk.
0,5300
0,4200
0,4500
0,4900
5
Astra Otoparts Tbk.
0,5700
0,5300
0,5700
0,5300
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
0,6400
0,6200
0,7500
0,6200
7
Bank UOB Buana Tbk.
0,8800
0,8800
0,8600
0,8100
8
Ekhadarma International Tbk.
0,1800
0,1500
0,2700
0,2200
9
Gudang Garam Tbk.
0,3700
0,4100
0,4100
0,3900
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,6500
0,5500
0,6800
0,7100
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,5700
0,5600
0,5800
0,6000
12
Indosat Tbk.
0,5300
0,5200
0,5600
0,5500
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
0,3300
0,2900
0,2200
0,2100
14
Kimia Farma Tbk.
0,4500
0,3100
0,2800
0,3100
15
Lautan Luas Tbk.
0,6300
0,6300
0,6500
0,6700
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,6600
0,5900
0,6800
0,7300
17
Ramayana Lestari Tbk.
0,3900
0,3500
0,2500
0,2300
18
Rig Tenders Tbk.
0,0400
0,0400
0,0400
0,4000
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,3400
0,3800
0,3400
0,3300
20
Sorini Corporation Tbk.
0,3800
0,3600
0,3800
0,4000
21
Sepatu Bata Tbk.
0,3200
0,3300
0,4200
0,3000
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
0,2500
0,2900
0,2700
0,2600
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
0,1600
0,1600
0,2000
0,1800
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
0,5600
0,6200
0,6500
0,5800
0,4504
0,4342
0,4575
0,4613
Sumber : data diolah
Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa rata-rata debt to asset ratio (DAR) pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2003, 2004, dan 2005. Tahun 2003 rata-rata debt to asset ratio (DAR) mencapai 0.4504 dimana nilai DAR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bank UOB Buana Tbk. yaitu sebesar 0.8800 dan terendah dimiliki oleh 98
perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400, sedangkan tahun 2004 rata-rata debt to asset ratio (DAR) mencapai 0.4342 dimana nilai DAR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bank UOB Buana Tbk. yaitu sebesar 0.8800 dan terendah dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400, sedangkan tahun 2005 rata-rata debt to asset ratio (DAR) mencapai 0.4575, dimana nilai DAR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bank UOB Buana Tbk. yaitu sebesar 0.8600, dan terendah dimiliki oleh perusahaan Rig Tenders Tbk yaitu sebesar 0.0400,dan tahun 2006 rata-rata debt to asset ratio (DAR) mencapai 0.4613, dimana nilai DAR tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bank UOB Buana Tbk. yaitu sebesar 0.8100, dan terendah dimiliki oleh perusahaan Tempo Scan Pasific Tbk. yaitu sebesar 0.1800. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dalam membiayai hutang jangka panjang perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2006 menggunakan aktiva yang dimiliki.
e. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat diukur dari beberapa indicator diantaranya Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV). Adapun rasio-rasio yang diperoleh dari indikator-indikator yang diteliti dapat ditunjukkan pada tabel 4.11 sebagai berikut :
99
Tabel Nilai Perusahaan 4.11 No.
Nama Perusahaan
PER 2003
2004
2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
3,4800
9,4300
7,7400
13,2800
2
Asuransi Bintang Tbk.
5,0400
19,7800
11,8000
67,6000
3
Asuransi International Tbk.
4,5600
7,1900
7,5700
17,1200
4
Astra Graphia Tbk.
20,7600
11,5600
11,0300
7,4000
5
Astra Otoparts Tbk.
5,6700
6,6200
7,7400
8,0000
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
13,8700
11,9300
6,7000
6,0000
7
Bank UOB Buana Tbk.
12,3700
14,5100
15,8400
15,7700
8
Ekhadarma International Tbk.
9
Gudang Garam Tbk.
9,7800
12,2500
14,6600
15,5200
14,2300
14,5600
11,8600
19,4700
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
3,6600
5,6500
8,2500
19,1700
11
Indorama Sythentic Tbk.
8,4000
8,8900
15,0700
17,3800
12
Indosat Tbk.
9,8500
4,6300
4,9400
6,6500
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
9,8500
4,6300
4,9400
6,6500
14
Kimia Farma Tbk.
27,1700
14,6400
15,2400
20,8300
15
Lautan Luas Tbk.
29,0700
5,5600
7,1400
10,6400
16
Panin Sekuritas Tbk.
5,1500
4,7000
3,0300
2,6800
17
Ramayana Lestari Tbk.
20,1300
17,4000
18,8400
19,6600
18
Rig Tenders Tbk.
12,8200
8,7200
11,1500
39,3300
19
Selamat Sempurna Tbk.
7,1800
6,5600
6,5900
6,8700
20
Sorini Corporation Tbk.
4,0800
5,5100
5,7700
11,6600
21
Sepatu Bata Tbk.
5,1000
5,1900
7,5100
9,0300
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
7,5900
7,7500
8,8800
16,7200
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
8,2300
10,5400
8,5700
14,8600
24
Tunas Baru Lampung Tbk. Rata-rata per tahun
10,2200
22,5800
51,9500
18,7200
10,7608
10,0325
11,3671
16,2921
Sumber : data diolah Tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata PER dari semua industri pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan tahun 2003, 2004, dan 2005. Tahun 2003 rata-rata PER dari semua industri sebesar 10.7608, dimana nilai tertinggi PER dimiliki oleh perusahaan Lautan Luas Tbk. yaitu sebesar 29.0700 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan AKR Corporation Tbk. yaitu sebesar 3.4800. Sementara itu rata-rata PER tahun 100
2004 rata-rata PER dari semua industri sebesar 10.0325, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Tunas Baru Lampung Tbk. yaitu
sebesar 22.5800, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Indosat Tbk. dan Intel Nickel Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4.6300. Sementara itu rata-rata PER tahun 2005 rata-rata PER dari semua industri sebesar 11.3671, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Tunas Baru
Lampung Tbk. yaitu sebesar 51.9500, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Indosat Tbk. dan Intel Nickel Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4.9400. Selanjutnya rata-rata PER tahun 2006 rata-rata PER dari semua industri sebesar 16.2921, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Asuransi Bintang Tbk. yaitu sebesar
67.6000, sedangkan terendah
dimiliki oleh perusahaan Panin Sekuritas Tbk. yaitu sebesar 2.6800. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi PER maka semakin tinggi pula prospek pertumbuhan dimasa depan, karena menurut Foster (1986) dalam Yetti Iswahyuni (2002) dalam Malla Bahagia (2008), PER dapat mempresentasikan aliran laba masa depan. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selanjutnya adalah tabel 4.12 Price Book Value (Y2.2) yang merupakan salah satu indikator
yang mempengaruhi nilai perusahaan
(Y2). Adapun rasio yang diperoleh dari indikator yang diteliti dapat dilihat dari tabel yaitu sebagai berikut :
101
Tabel Nilai Perusahaan 4.12 No.
Nama Perusahaan
PBV 2003
2004
2005
2006
1
AKR Corporatian Tbk.
0,4000
0,8400
0,9500
1,6400
2
Asuransi Bintang Tbk.
0,3700
0,4900
0,5100
1,0100
3
Asuransi International Tbk.
1,7200
2,3600
2,0600
2,8400
4
Astra Graphia Tbk.
1,3400
1,3000
1,4000
1,3900
5
Astra Otoparts Tbk.
0,9800
1,0600
1,3200
1,2100
6
Berlian Laju Tanker Tbk.
1,9100
1,7400
2,1500
2,3100
7
Bank UOB Buana Tbk.
1,6300
2,1600
2,5300
1,9700
8
Ekhadarma International Tbk.
0,8500
1,0200
1,3900
1,5500
9
Gudang Garam Tbk.
2,3900
2,1400
1,7100
1,4900
10
Hexindo Adiperkasa Tbk.
0,7500
1,8200
2,3400
2,1900
11
Indorama Sythentic Tbk.
0,1800
0,1900
0,1300
0,1500
12
Indosat Tbk.
1,2700
2,3000
2,0800
2,4100
13
Intel Nickel Indonesia Tbk.
1,1900
1,1400
1,0300
2,0300
14
Kimia Farma Tbk.
1,5500
1,4000
0,9500
1,0500
15
Lautan Luas Tbk.
0,5600
0,6300
0,7500
0,6200
16
Panin Sekuritas Tbk.
0,9500
0,9300
0,6300
0,8000
17
Ramayana Lestari Tbk.
3,9900
3,2700
3,2300
3,1600
18
Rig Tenders Tbk.
0,8500
0,8500
0,9400
1,0700
19
Selamat Sempurna Tbk.
0,9600
1,1000
1,0700
1,0100
20
Sorini Corporation Tbk.
0,4800
0,6200
0,6000
0,9100
21
Sepatu Bata Tbk.
1,1600
1,0400
1,0700
0,9600
22
Tambang Batu Bara Bukit Tbk
1,2300
1,9300
2,0200
3,5400
23
Tempo Scan Pasific Tbk.
1,7000
2,0000
1,4200
2,0900
24
Tunas Baru Lampung Tbk.
0,5100
0,7300
0,6300
1,1500
1,2050
1,3775
1,3713
1,6063
Rata-rata per tahun
Sumber : data diolah Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata PBV dari semua industri pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan tahun 2003, 2004, dan 2005. Tahun 2003 rata-rata PBV dari semua industri sebesar 1.2050, dimana nilai tertinggi PBV dimiliki oleh perusahaan Ramayana Lestari Tbk. yaitu sebesar 3.9900 sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 0.1800. Sementara itu rata-rata PBV tahun 102
2004 dari semua industri sebesar 1.3775 dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Ramayana Lestari Tbk. yaitu sebesar 3.2700, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 0.1900. Sementara itu rata-rata PBV tahun 2005 dari semua industri sebesar 1.3713, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Ramayana Lestari Tbk. yaitu sebesar
3.2300 sedangkan terendah dimiliki oleh
perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 0.1300. Selanjutnya rata-rata PBV tahun 2006 dari semua industri sebesar 1.6063, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan Tambang Batu Bara Bukit Tbk. yaitu sebesar 3.5400, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Indorama Sythentic Tbk. yaitu sebesar 0.1500. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi PBV maka semakin tinggi pula prospek pertumbuhan dimasa depan.
C.
Pengujian dan Pembahasan
1. Pengujian Model Secara Keseluruhan Berdasarkan pada output analisis SEM yang menggunakan software Lisrel diperoleh nilai-nilai yang digunakan sebagai acuan dalam pengujian model secara keseluruhan. Nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut :
103
Tabel 4.13 Uji kecocokan pada beberapa Kriteria Goodness of Fit Index Goodness of Fit Index Degree Of Freedom Normed Chi Square (X²/df) RMR RMSEA GFI AGFI NFI NNFI CFI RFI PNFI PGFI
Cut Off Value
Hasil Penelitian
Evaluasi Model
Positif <2
44 1.25
Over fitting
< 0.05 < 0.05 > 0.90 > 0.90 0.9 0.9 0.9 0.9 0-1 0-1
0.048 0.040 0.92 0.86 0.90 0.97 0.98 0.86 0.60 0.52
Good fit Good fit Good fit Cukup fit Good fit Good fit Good fit Good fit Cukup fit Cukup fit
Koefisien Goodness of Fit Index diatas menunjukkan adanya kecocokan model dengan tingkat kecocokan yang baik. Dari beberapa indikator yang digunakan dalam menilai kecocokan model ini, seluruhnya terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat ditujukan dari beberapa indikator fit diantaranya adalah : Normed Chi-Square (X²/df) yang mempunyai nilai sebesar 1.25, karena nilai tersebut mendekati nilai yang direkomendasikan yaitu 1 < X²/df < 2, maka dapat dikatakan bahwa model tersebut Over fitting. Hal ini disesuaikan dengan standar penilaian kesesuaian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Holmes Smith (2002) dalam Didi Achjari (2003) menyatakan bahwa nilai normed chi-square antara 2-3 merupakan reasonable good fit. Kelloway (1998) menyatakan bahwa model dikatakan fit jika 2 < X²/df < 5 dan dikatakan overfitting nilai normed chi-square < 2.
104
RMR ( Root Mean Square Residual ) yang menunjukkan good fit karena RMR
mempunyai
nilai
0.048,
nilai
tersebut
lebih
dari
yang
direkomendasikan yaitu 0.050. RMSEA ( Root Mean Square Error of Appoximation ) yang menunjukkan bahwa model adalah good fit, karena RMSEA mempunyai nilai 0.040 yang mendekati 0.05. GFI ( Goodness of Fit Index ) yang mempunyai nilai sebesar 0.92, yang menunjukkan bahwa model adalah good fit karena mendekati nilai yang direkomendasikan sebesar 0.90. AGFI ( Adjusted Goodness of Fit Index ) yang mempunyai nilai sebesar 0.86 lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu 0.90, sehingga dapat dikatakan bahwa model adalah cukup fit. NFI ( Normed Fit Index ) menunjukkan bahwa model adalah good fit. Ini dapat dilihat dari nilai NFI yaitu sebesar 0.90, nilai tersebut sama dengan nilai yang direkomendasikan yaitu sebesar 0.90. NNFI / Tucker Lewis Index (TLI) yang mempunyai nilai sebesar 0.97, menunjukkan bahwa model adalah good fit, karena nilai tersebut mendekati dari yang direkomendasikan yaitu 0.90. CFI ( Comparative Fit Index ) mempunyai nilai sebesar 0.98 lebih besar dari nilai yang direkomendasikan yaitu sebesar 0.90, sehingga dapat dikatakan bahwa model adalah good fit.
105
RFI ( Relative Fit Index ) mempunyai nilai sebesar 0.86 lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu sebesar 0.90, sehingga dapat dikatakan bahwa model adalah good fit. PNFI ( Parsimony Normed Fit Index ) menunjukkan bahwa model adalah cukup fit, ini dapat dilihat dari nilai PNFI yang sebesar 0.60, nilai tersebut berkisar 0-1 dimana nilai yang mendekati 1 tersebut menunjukkan model cukup fit. PGFI ( Parsimony Goodness Fit Index ) mempunyai nilai sebesar 0.52 sehingga dikatakan bahwa model cukup fit karena nilai tersebut berkisar 01 dimana nilai yang mendekati 1 tersebut menunjukkan model cukup fit. Berdasarkan pada nilai-nilai koefisien diatas yang memenuhi pesyaratan kecocokan sebuah model, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum, model yang diperoleh memiliki tingkat kecocokan yang baik.
2. Pengujian Jalur Individual – Measurement Model Setelah
dilakukan
pengujian
secara
keseluruhan,
langkah
selanjutnya adalah melakukan pengujian secara individual, yaitu untuk melihat apakah seluruh jalur yang dihipotesiskan memiliki tingkat signifikansi yang baik atau tidak. Untuk mengetahui apakah masingmasing jalur memiliki tingkat signifikansi yang tinggi atau tidak dilakukan dengan melihat nilai t-hitung yang diperoleh. Sebuah jalur dikatakan signifikans jika nilai t-hitung untuk jalur tersebut lebih besar dari 1,96. 106
Berikut diagram yang berisikan nilai-nilai T-Value dan Standardized Solution untuk seluruh koefisien jalur : Gambar 4.1 T-Value
107
Gambar 4.2 Koefisien Path
Dari path diagram diatas dapat menunjukkan hubungan indikator terhadap variabel latennya yaitu sebagai berikut : 1. Kepemilikan Manajerial (X1.1) terhadap Struktur Kepemilikan Saham. Kepemilikan manajerial mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap struktur kepemilikan saham, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.91 dan nilai-t hitung yang sebesar 6.28 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator kepemilikan manajerial mempunyai tingkat 108
signifikan yang baik. Kepemilikan manajerial mempunyai koefisien path sebesar 0.91 (91%) terhadap struktur kepemilikan saham. 2. Kepemilikan Institusional (X1.2) terhadap Struktur Kepemilikan Saham. Kepemilikan institusional mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap struktur kepemilikan saham, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.75 dan nilai-t hitung yang sebesar 5.62 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator kepemilikan institusional mempunyai tingkat signifikan yang baik. Kepemilikan Institusional mempunyai koefisien path sebesar 0.75 (75%) terhadap struktur kepemilikan saham. Kepemilikan Institusional merupkan indikator dari Struktur Kepemilikan Saham dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Kepemilikan institusional mempunyai koefisien path sebesar 0.75 (75%) terhadap
struktur
kepemilikan saham.
3. Tingkat Suku Bunga (X2.1) terhadap Faktor Ekstern. Tingkat suku bunga merupakan indikator dari faktor ekstern. Tingkat suku bunga mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor ekstern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.97 dan nilai-t hitung yang sebesar 12.51 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator tingkat suku bunga mempunyai tingkat signifikan yang baik.
109
Tingkat suku bunga mempunyai koefisien path sebesar 0.97 (97%) terhadap factor ekstern. 4. Keadaan Pasar Modal (X2.2) terhadap faktor Ekstern. Keadaan Pasar Modal merupakan indikator dari Faktor Ekstern, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Keadaan pasar modal mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor ekstern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.94 dan nilai-t hitung yang sebesar 11.99 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator keadaan pasar modal mempunyai tingkat signifikan yang baik. Keadaan pasar modal mempunyai koefisien path sebesar 0.94 (94%) terhadap factor ekstern. 5. Pertumbuhan Pasar (X2.3) terhadap Faktor Ekstern. Pertumbuhan pasar mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor ekstern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.75 dan nilai-t hitung yang sebesar 8.56 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator pertumbuhan pasar
mempunyai tingkat signifikan yang baik.
Pertumbuhan pasar mempunyai koefisien path sebesar 0.75 (75%) terhadap factor ekstern. 6. Profitabilitas (X3.1) terhadap Faktor Intern. Profitabilitas merupakan indikator dari Faktor Intern, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Profitabilitas mempunyai 110
koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor intern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.81 dan nilai-t hitung yang sebesar 8.19 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel sebesar 1.96, sehingga indikator probabilitas mempunyai tingkat signifikan yang baik. Profitabilitas mempunyai koefisien path sebesar 0.81 (81%) terhadap factor intern. 7. Pembayaran Dividen (X3.2) terhadap Faktor Intern. Pembayaran dividen mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor intern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.52 dan nilai-t hitung yang sebesar 5.02 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator pembayaran dividen mempunyai tingkat signifikan yang baik. Pembayaran dividen mempunyai koefisien path sebesar 0.52 (52%) terhadap factor intern. 8. Ukuran Perusahaan (X3.3) terhadap Faktor Intern. Ukuran Perusahaan mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap faktor intern, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.86 dan nilai-t hitung yang sebesar 8.77 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator ukuran perusahaan
mempunyai tingkat signifikan yang baik.
Ukuran Perusahaan mempunyai koefisien path sebesar 0.88 (86%) terhadap factor intern.
111
9. Debt to Asset Ratio (Y1.2) terhadap Leverage. Debt to Asset Ratio merupakan indikator dari Leverage, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Debt to Asset Ratio mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap leverage, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.92 dan nilai-t hitung yang sebesar 5.84 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator Debt to Asset Ratio mempunyai tingkat signifikan yang baik. Debt to Asset Ratio mempunyai koefisien path sebesar 0.92 (92%) terhadap Leverage. 10. Price Book Value (Y2.2) terhadap Nilai Perusahaan. Price Book Value merupakan indikator dari nilai perusahaan, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Price Book Value mempunyai koefisien path (jalur) positif dan hubungan yang signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini dapat ditujukan dari koefisien jalur yang sebesar 0.87 dan nilai-t hitung yang sebesar 3.32 yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1.96, sehingga indikator Price Book Value
mempunyai tingkat signifikan yang baik.
Price Book Value
mempunyai koefisien path sebesar 0.87 (87%) terhadap Nilai Perusahaan. Dari gambar 4.1 diatas terlihat bahwa jalur dari indikator terhadap latennya yang dihipotesiskan nilai t-hitung yang lebih besar dari 1.96 dan dapat disimpulkan bahwa seluruh koefisien jalur tersebut signifikan, kecuali indikator Y1.1 dan Y2.2 tidak memiliki t-value, karena didalam
112
SEM indikator pertama dari variabel endogen tidak memiliki nilai t (tvalue). 3. Pengujian Jalur Individual – Stuctrural Model Langkah berikutnya adalah menguji struktural model. Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : 1.Signifikansi koefisien Beta dan Gamma dengan uji t 2.Kecocokan dari model structural dengan memperhatikan nilai R² (Squared Multiple Correlation).
Tabel 4.14 Hubungan Beta dan Gamma Hipotesis
Variabel indipenden
Variabel Dependen
Koefisien Path (t-value)
Struktur Kepemilikan Saham
Struktur Modal (leverage)
-0.30 (-2.47)
Struktur Kepemilikan Saham
Nilai Perusahaan
0.12 (0.94)
Faktor Ekstern
Struktur Modal (leverage)
-0.24 (-2.16)
Faktor Ekstern
Nilai Perusahaan
0.05 (0.49)
Faktor Intern
Struktur Modal (leverage)
-0.38 (-2.95)
H
H
H
H
H
113
H Faktor Intern
Nilai Perusahaan
0.18 (1.28)
Struktur Modal (leverage)
Nilai Perusahaan
-0.52 (-2.61)
H
Sumber : data diolah
Dari
output
yang
ditampilkan dengan
path
diagram dan
ditunjukkan dengan tabel, maka didapatlah hubungan dan pengaruh sebagai berikut : H1 Struktur Kepemilikan Saham terhadap Struktur Modal. Dari tabel 4.14 diatas menujukkan adanya koefisien path negatif dan berpengaruh signifikan antara struktur kepemilikan saham terhadap struktur modal, ini dapat dilihat dari koefisien path sebesar -0.30 dan nilai t-hitung sebesar -2.47 lebih besar dari 1.96, hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel struktur kepemilikan saham berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage), artinya semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaan, maka pengawasan yang dilakukan pemilik terhadap managemen akan semakin efektif, manajemen akan berhati-hati dalam melakukan pinjaman sehingga leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage). H2 Struktur Kepemilikan Saham terhadap Nilai Perusahaan.
114
Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path positif dan tidak berpengaruh signifikan antara struktur kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan. Pengaruh positif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar 0.12 dan hubungan yamg tidak signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar 0.94 lebih kecil dari 1.96. kepemilikan
hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel struktur saham
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
nilai
perusahaan, artinya semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaan maka nilai perusahaan akan meningkat, dengan peningkatan kepemilikan saham
institusional
akan
mendorong
pemilik
untuk
melakukan
peminjaman kepada manajemen sehingga terdorong untuk meningkatkan kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Dan kepemilikan manajerial akan mendorong manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan, kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur kepemilikan
saham
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
nilai
perusahaan. H3Faktor Ekstern terhadap Struktur Modal. Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path negatif dan berpengaruh signifikan antara faktor ekstern terhadap struktur modal (leverage). Pengaruh negatif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar -0.24 dan hubungan yamg 115
signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar -2.16 lebih besar dari 1.96. Hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel faktor ekstern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage), artinya semakin tinggi faktor ekstern maka leverage akan menurun, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu tingkat suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun, indikator lainnya yaitu keadaan pasar modal yang tinggi, akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor ekstern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage).
H4Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path positif dan tidak berpengaruh signifikan antara faktor ekstern
terhadap nilai
perusahaan. Pengaruh positif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar 0.05 dan hubungan yamg tidak signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar 0.49 lebih besar dari 1.96. Hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel faktor ekstern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan artinya semakin tinggi 116
faktor ekstern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu keadaan pasar modal mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa para pemodal secara umum akan mempertimbangkan faktor perkembangan pasar modal dalam membeli saham, indikator lainnya yaitu pertumbuhan
pasar
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
nilai
perusahaan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya pertumbuhan pasar akan mempengaruhi earning perusahaan, earning perusahaan yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus dimasa yang akan datang, prospek bagus tersebut akan direspon positif oleh investor, respon positif oleh investor tersebut akan meningkatkan harga sahamuntuk selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan.
H5Faktor Intern terhadap Struktur Modal. Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path negatif dan berpengaruh signifikan antara faktor intern terhadap struktur modal (leverage). Pengaruh negatif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar -0.38 dan hubungan yamg signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar -2.95 lebih besar dari 1.96. Hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel faktor intern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage), artinya semakin tinggi faktor intern maka leverage akan menurun, faktor intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang meningkat akan 117
meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor intern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage). H6Faktor Intern terhadap Nilai Perusahaan. Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path positif dan tidak berpengaruh
signifikan
antara
faktor
intern
terhadap
nilai
perusahaan. Pengaruh positif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar 0.18 dan hubungan yamg tidak signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar 1.28 lebih besar dari 1.96. Hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel faktor intern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan artinya semakin tinggi faktor intern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Singnally theory, Bhattacarya (1979) mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan 118
nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor intern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H7Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan. Tabel 4.14 diatas menunjukkan adanya koefisien path negatif dan berpengaruh signifikan antara struktur modal (leverage) terhadap nilai perusahaan. Pengaruh negatif tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien path (pengaruh) yang diperoleh yaitu sebesar -0.52 dan hubungan yamg signifikannya dapat dilihat dari nilai t-tabel sebesar -2.61 lebih besar dari 1.96. hubungan tersebut menyatakan bahwa variabel struktur modal (leverage) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan artinya, semakin tinggi leverage maka nilai perusahaan akan menurun, karena leverage yang semakin tinggi akan menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur modal (leverage) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Pada tabel 4.14 Gamma di atas, terlihat bahwa pada model yang dihipotesiskan, variabel Struktur Kepemilikan Saham, Faktor Ekstern, dan Faktor Intern mempengaruhi Struktur Modal secara signifikans. Ini ditunjukkan dengan nilai t-hitung nya masing-masing yang lebih besar dari 1,96. Sementara itu, tidak terdapat satupun variabel yang mempengaruhi 119
Nilai Perusahaan, dimana Struktur Kepemilikan Saham, Faktor Ekstern, dan Faktor Iintern tidak mempengaruhi secara signifikans karena memiliki nilai t-hitng yang lebih kecil dari 1,96. Sementara pada tabel Beta terlihat bahwa Struktur Modal secara signifikans mempengaruhi Nilai Perusahaan. Ini diperlihatkan oleh nilai t-hitung yang lebih besar dari 1,96.
Selanjutnya,
kecocokan
dari
model
structural
dengan
memperhatikan nilai R² (Squared Multiple Correlation). Tabel 4.15 Squared Multiple Correlations (R²) Variabel Laten Struktur Kepemilikan Saham Faktor Ekstern
Faktor Intern Struktur Modal (leverage) Nilai Perusahaan Sumber : data diolah
Indikator X1.1 X1.2 X2.1 X2.2 X2.3 X3.1 X3.2 X3.3 Y1.1 Y1.2 Y2.1 Y2.2
R² 0.83 0.56 0.93 0.89 0.57 0.65 0.27 0.74 0.52 0.85 0.25 0.76
120
Dari tabel 4.15 diatas, dapat dilihat bahwa X2.1 (tingkat suku bunga) memiliki R² tertinggi yaitu sebesar 0.93, artinya faktor ekstern (variabel laten endogen) berkontribusi besar terhadap varians tingkat suku bunga yaitu sebesar 93% sedangkan sisanya sebesar 7% dijelaskan oleh measurement error, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat suku bunga merupakan indicator yang paling baik dari variable latennya yaitu factor ekstern, sedangkan Y2.1 (price earning ratio) merupakan indiaktor yang paling kurang baik dari variable laten endogennya yaitu nilai perusahaan karena mempunyai nilai R² yang paling kecil dibanding dengan indikator variabel endogen yang lain.
D. Interpretasi Berdasarkan pembahasan hipotesis diatas terdapat pengaruh negatif antara struktur kepemilikan saham terhadap struktur modal. Hal ini terjadi karena kepemilikan saham yang tinggi dapat mengurangi penggunaan leverage artinya, kepemilikan institusi yang tinggi akan meningkatkan pengawasan dan kontro lterhadap tindakan dan keputusan yang dibuat oleh pihak manjemen sedangkan jika kepemilikan saham manajerial meningkat maka akan menimbulkan sikap berhati-hati bagi pihak manajemen untuk bertindak dan mengambil keputusan. Variabel struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaan maka nilai perusahaan akan meningkat, dengan peningkatan kepemilikan saham institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan 121
peminjaman kepada manajemen sehingga
terdorong untuk meningkatkan
kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Variabel faktor ekstern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage), artinya semakin tinggi faktor ekstern maka leverage akan menurun, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu tingkat suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun, indikator lainnya yaitu keadaan pasar modal yang tinggi, akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun.
Variabel faktor ekstern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan artinya semakin tinggi faktor ekstern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu keadaan pasar modal mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa para pemodal secara umum akan mempertimbangkan faktor perkembangan pasar modal dalam membeli saham Variabel faktor intern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage), artinya semakin tinggi faktor intern maka leverage akan menurun, faktor intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor intern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage). 122
Variabel faktor intern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan artinya semakin tinggi faktor intern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Variabel struktur modal (leverage) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan artinya, semakin tinggi leverage maka nilai perusahaan akan menurun, karena leverage yang semakin tinggi akan menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan menurun.
123
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Struktur Kepemilikan Saham mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (leverage). Ini menggambarkan semakin tinggi kepemilikan kepemilikan saham baik kepemilikan saham manjerial maupun institusional maka semakin rendah tingkat hutang (leverage) yang digunakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Sujoko (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaan, maka 124
pengawasan yang dilakukan pemilik terhadap managemen akan semakin efektif, manajemen akan berhati-hati dalam melakukan pinjaman sehingga leverage akan menurun. Temuan penelitian ini juga tidak mendukung Agency Theory, Jensen dan Meckling (1979) yang menjelaskan tentang adanya pemisahan yang jelas antara fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan. Manajemen tidak mempunyai kendali dalam menentukan hutang karena banyak dikendalikan oleh mayoritas.
2. Struktur kepemilikan Saham Struktur kepemilikan saham mempunyai koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya, semakin tinggi struktur kepemilikan saham perusahaan maka nilai perusahaan akan meningkat, dengan peningkatan kepemilikan saham institusional akan mendorong pemilik untuk melakukan peminjaman kepada
manajemen
sehingga
terdorong
untuk
meningkatkan
kinerjanya, selanjutnya nilai perusahaan akan meningkat. Dan kepemilikan
manajerial
akan
mendorong
manajemen
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan, kinerja perusahaan yang meningkat akan meningkatkan perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini sesuai 125
dengan temuan penelitian Sudarma (2003) yang menemukan bahwa Struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Faktor Ekstern mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (leverage). Artinya, semakin tinggi faktor ekstern maka leverage akan menurun, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu tingkat suku bunga yang tinggi berarti biaya penggunaan dana semakin tinggi sehingga perusahaan enggan untuk melakukan peminjaman dan selanjutnya leverage akan menurun, indikator lainnya yaitu keadaan pasar modal yang tinggi, akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman karena perusahaan lebih tertarik melakukan pembiayaan melalui pasar modal sehingga leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor ekstern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage). 4. Faktor Ekstern mempunyai koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya, semakin tinggi faktor ekstern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor ekstern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu keadaan pasar modal mempunyai pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa para pemodal secara umum akan mempertimbangkan faktor perkembangan pasar modaldalam membeli saham, indikator lainnya yaitu pertumbuhan pasar mempunyai 126
pengaruh positif terhadap nilai perusahaan, temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa
meningkatnya
pertumbuhan
pasar
akan
mempengaruhi earning perusahaan, earning perusahaan yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus dimasa yang akan datang, prospek bagus tersebut akan direspon positif oleh investor, respon positif oleh investor tersebut akan meningkatkan harga sahamuntuk selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan 5. Faktor
Intern
mempunyai
koefisien
path
(jalur)
negatif dan
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (leverage). Artinya, semakin tinggi faktor intern maka leverage akan menurun, faktor intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan laba yang ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan untuk melakukan peminjaman dan leverage akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor intern berpengaruh negatif terhadap struktur modal (leverage). Hasil penelitian ini mendukung Pecking Order Theory, Myers (1984) dimana dalam melakukan pembiayaan, perusahaan mendasarkan pada urutan dari laba yang ditahan , kemudian hutang dan yang terakhir adalah emisi saham baru. 6. Faktor Intern mempunyai koefisien path (jalur) positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya, semakin tinggi faktor intern maka nilai perusahaan akan meningkat, faktor 127
intern dapat dilihat dari indikatorrnya yaitu Profitabilitas yang tinggi akan menunjukan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Singnally theory,
Bhattacarya (1979)
mengemukakan
bahwa
profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan
yang
besar
menunjukan
perusahaan
mengalami
perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel faktor intern berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 7. Struktur Modal (leverage) mempunyai koefisien path (jalur) negatif dan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya, semakin tinggi leverage maka nilai perusahaan akan menurun, karena leverage yang semakin tinggi akan menimbulkan financial distress sehingga nilai perusahaan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sujoko (2007) yang membuktikan bahwa variabel struktur modal (leverage) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung teori struktur modal Trade off Model yang
128
menyatakan bahwa jumlah hutang yang semakin meningkat akan menurunkan nilai perusahaan.
B. Implikasi Penelitian ini belum menggunakan kepemilikan saham public sebagai indikator dari variabel laten eksogen struktur kepemilikan saham, peneliti mendatang perlu memasukan kepemilikan public sebagai dari indicator struktur kepemilikan saham. Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan
implikasi
yang
mungkin bermanfaat
diantaranya : 1. Bagi Perusahaan Adanya
pengaruh-pengaruh
yang
terjadi
antara
struktur
kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern terhadap struktur modal (leverage), dan struktur kepemilikan saham, faktor ekstern, faktor intern terhadap nilai perusahaan, dapat membantu pihak perusahaan dalam mengambil keputusan yang amat penting, karena keputusan yang nantinya diambil dapat menentukan kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan. 2. Bagi Investor Dengaan adanya struktur modal (leverage) pengaruh-pengaruh yang terjadi dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan karena setiap investor 129
menginginkan prospek yang amat baik bagi perusahaan di masa depan. 3. Bagi Akademisi Perlu diadakan penelitian selanjutnya mngenai pengaruh-pengaruh variable endogen dan variable eksogen dengan menambahkan sample yang lebih banyak dan juga menggunakan analisis SEM dengan konseptualisasi model yang berbeda dan menggunakan software lainnya. DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica, dan Meliza Silvy, ”Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Tehnik Analisis Multinomial logit”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.6, No. 1, hal. 1 – 19, 2006. Achjari, Didi. “Pelaporan statistic Structural Equation Modeling : Temuan Tiga Jurnal Bisnis”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 6, No. 3,September 2003. Bahagia, Malla, “Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen dan Kwbijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pendekatan Structural Equation Modeling (SEM)”, Jakarta: UIN Syarifhidayatullah, 2008. Christianti, Ari, “Penentuan Prilaku Kebijakan Struktural Modal pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta : Hipotesis Static Trade Off atau Pecking Order Theory”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 2006. Ghozali, Imam. “Structural Equatin Modeling Theory, Konsep n Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54”, Semarang : Universitas Diponegoro, 2005. Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. Jakarta : FEIS UIN Syarif Hidayatullah Press, 2007.
130
Muslimin, “Analisis Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividend an kebijakan Utang Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, volume 7, No. 2, Juni, 2006. Nasser, Etty M., dan Fielyandi F., “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Hutang Sebagai Variabel Intervening Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Ekonomi STEI, No.2. 2006. Putra, AA GP Widana, “Pengaruh Free Cash Flows Terhadap Hubungan Antara Struktur Modal dan Kebijakan Dividend an Return Saham” Yogyakarta : Tesis S2, Universitas Gajah Mada, 2003. Putri, Imanda, dan Moh. Nasir, “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen Dalam Perpektif Teori Keagenan”, Simposium Nasional Akuntansi, Ikatan Akuntansi Indonesia. 2006. Riyanto, Bambang. “Dasar- Dasar Pembelanjaan Perusahaan”. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Gajah Mada, 1998. Rodoni, Ahmad dan Nasaruddin, Indo Yama, “Modul Manajemen Keuangan”, Jakarta : Bab IX Capital Sstructure and Leverage, 2007. Sholihah, Maratush. Engujian Empiris Balance Theory, Pecking Order Theory dan Signaling Theory pada Struktur Modal Perusahaan di Indonesia”. Skripsi S1 FEIS UIN Syarif Hidayatullah. 2006. Sudana, I Made, dan Wiayaningrum, M Enny, “Analisis Kebijakan Investasi Modal Kerja Hubungannya dengan Profitabilitas pada Kondisi Ekonomi SebelumKrisis dan Masa Krisis”, Majalah Ekonomi, Fak. Ekonomi Unair dan Fak. Ekonomi Ubhara, 2003. Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Sularto, Lana, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap luas Voluntary disclosure laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil), Auditorium Kampus Gunadarma, 2007. Suhartoro, “Pengaruh Insider Ownership Net Organizational Capital dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen”, Yogyakarta : Tesis S2, Universitas Gajah Mada, 2002. Sujoko,”Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Lverage,Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 9 no. 1, Surabaya : Universitas Kristen petra, 2007. 131
Suranta, Eddy, dan Pratana P. Midiastuti, ”Analisis Hubungan Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan, dan Investasi dengan Model Persamaan Linier Simultan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6, No.1. 2003. Utami, Sih Widhi. “Asosiasi Investment Opportunity Set dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, dan Implikasinya pada Perubahan Harga Saham”. Simposium Nasional Akuntansi, IAI. 2006. Wahyudi, Untung, dan Hartini P.Pawesti, “Implikasi Struktur Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 2006.
132
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. GOODNESS O FIT INDEX Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 44 Minimum Fit Function Chi-Square = 55.45 (P = 0.12) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 50.72 (P = 0.23) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 6.72 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 28.57) Minimum Fit Function Value = 0.58 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.071 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.30) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.040 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.083) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.60 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.25 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.18 ; 1.48) ECVI for Saturated Model = 1.64 ECVI for Independence Model = 6.35 Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 579.61 Independence AIC = 603.61 Model AIC = 118.72 Saturated AIC = 156.00 Independence CAIC = 646.39 Model CAIC = 239.91 Saturated CAIC = 434.02 Normed Fit Index (NFI) = 0.90 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.60 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.86 Critical N (CN) = 118.71
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.048 Standardized RMR = 0.048 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.92 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.86 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.52
132
2. T- VALUE DAN KOEFISIEN PATH LAMBDA-Y SM -------0.72
NP -------- -
Y1.2
0.92 (0.16) 5.84
- -
Y2.1
- -
0.50
Y2.2
- -
0.87 (0.26) 3.32
SKS -------0.91 (0.15) 6.28
FE -------- -
FI -------- -
X1.2
0.75 (0.13) 5.62
- -
- -
X2.1
- -
0.97 (0.08) 12.51
- -
X2.2
- -
0.94 (0.08) 11.99
- -
X2.3
- -
0.75 (0.09) 8.56
- -
X3.1
- -
- -
0.81 (0.10) 8.19
X3.2
- -
- -
0.52 (0.10) 5.02
Y1.1
LAMBDA-X
X1.1
133
X3.3
- -
- -
0.86 (0.10) 8.77
Y1.2 -------0.15 (0.12) 1.22
Y2.1 -------0.75 (0.13) 5.95
Y2.2 -------0.24 (0.20) 1.21
X1.2 -------0.44 (0.16) 2.73
X2.1 -------0.07 (0.04) 1.76
X2.2 -------0.11 (0.04) 2.89
Y1.2 -------0.15
Y2.1 -------0.75
Y2.2 -------0.24
X1.2 -------0.44
X2.1 -------0.07
X2.2 -------0.11
THETA-EPS Y1.1 -------0.48 (0.10) 4.83 THETA-DELTA X1.1 -------0.17 (0.23) 0.74
X2.3 -------0.43 (0.07) 6.47
X3.1 -------0.35 (0.10) 3.59
X2.3 -------0.43
X3.1 -------0.35
THETA-DELTA X3.2 -------0.73 (0.11) 6.39
X3.3 -------0.26 (0.10) 2.62
THETA-EPS Y1.1 -------0.48 THETA-DELTA X1.1 -------0.17 THETA-DELTA X3.2 -------0.73
X3.3 -------0.26
134
3. BETA DAN GAMMA BETA
SM
SM -------- -
NP -------- -
-0.52 (0.20) -2.61
- -
SKS --------0.30 (0.12) -2.47
FE --------0.24 (0.11) -2.16
FI --------0.38 (0.13) -2.95
0.12 (0.12) 0.94
0.05 (0.11) 0.49
0.18 (0.14) 1.28
NP
GAMMA
SM
NP
135
4. SQUARED MULTIPLE CORRELATION (R²)
Squared Multiple Correlations for X - Variables X1.1 -------0.83
X1.2 -------0.56
X2.1 -------0.93
X2.2 -------0.89
X2.3 -------0.57
X3.1 -------0.65
Squared Multiple Correlations for X - Variables X3.2 -------0.27
X3.3 -------0.74
Squared Multiple Correlations for Y - Variables Y1.1 -------0.52
Y1.2 -------0.85
Y2.1 -------0.25
Y2.2 -------0.76
1 3 6