PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
Sunarmin
Abstract. The purpose for this researching is to know more deeply of the effect of ownership structure and particular correlation transaction to company performance. The ownership structure will be measured by variable of public managerial ownership. The particular correlation transaction will be measured by comparing transaction position report of assets and liabilities in balance sheet divide value of ownership share (equity). Performance company will be measured by using analysis of return of equity ( ROA ). Total the data of sampling are 40 companies. The sampling which could qualify for complying with the research criteria are 32 companies. In order to meet total sampling data, the researcher used the method of pooling data ( cross – section and time series ). Selection sampling was doing by purposive sampling. All companies are registered company at Indonesia Stock Exchange ( BEI ) since 2003 – 2007. The sampling companies are the companies which are running the business in property and real estate sector. The research used analysis of mono regression and multiple regression as method of data analysis. This model is instrument of statistic which is used in order to explain the effect of independent variable to un independent variable on partial and simultaneously. The research is the effect of ownership structure and particular correlation transaction on partial and simultaneously to performance company which is measured by return of equity (ROA). Conclusion the result of this research is ownership structure managerial which is belong to public managerial has positive effect to company performance. The more high of value ownership structure may effect to company performance better. Whereas particular correlation transaction has effect to company performance under managerial structure ownership. Generally the effect of two variable to company performance is in the level of medium category. Key Word : company performance, managerial ownership and particular correlation transaction. Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam pengaruh struktur kepemilikan dan transaksi hubungan tertentu terhadap kinerja perusahaan . Struktur kepemilikan akan diukur oleh variabel kepemilikan manajerial publik. Transaksi korelasi tertentu akan diukur dengan membandingkan laporan transaksi posisi aset dan kewajiban dalam nilai kesenjangan neraca saham kepemilikan (equity). Kinerja perusahaan akan diukur dengan menggunakan analisis pengembalian ekuitas (ROA). Penelitian ini menggunakan analisis regresi mono dan regresi berganda sebagai metode analisis data. Model ini adalah alat statistik yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel independen secara parsial dan secara simultan . Penelitian ini merupakan pengaruh struktur kepemilikan dan transaksi korelasi tertentu pada parsial dan simultan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan kembalinya equity (ROA) . Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan struktur manajerial yang adalah milik manajerial publik berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan . Semakin tinggi nilai struktur kepemilikan, kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan transaksi korelasi tertentu memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan di bawah kepemilikan struktur manajerial. Umumnya efek dari dua variabel kinerja perusahaan adalah pada tingkat kategori sedang . Kata Kunci : kinerja perusahaan , kepemilikan manajerial dan transaksi korelasi tertentu .
Dalam rangka untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, berbagai aktifitas dan kegiatan perusahaan perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan fungís-fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, penjualan dan pengawasan kinerja. Pengelolaan perusahaan yang tidak dapat ditangani langsung oleh pemiliknya akan menimbulkan konflik dalam pengendalian. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian akan menyebabkan manajer (pengelola atau agent) bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik (prisipal) (Jensen dan Meckling, 1976; Harianto dan Sudomo, 1998; Wolk, et al. 2001). Pengukuran kinerja perusahaan biasanya diukur seberapa jauh perolehan laba perusahaan dibandingkan dengan jumlah investasinya yang telah dikeluarkan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan analisa rasio ROA (Return on Asset) atau ROI (Return on Investement) dan ROE (Return on Equity). Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan di Asia Timur diketemukan cenderung terkonsentrasi (Claessens dkk, 1999, 2000, 2002). La Porta dkk. (1998, 1999 dan 2000) menemukan bahwa struktur kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi di negara-negara tingkat corporate govenance yang rendah. Rendahnya tingkat corporate governance juga terjadi di Indonesia. Dalam beberapa penelitian ditemukan hubungan antara struktur kepemilikan dengan daya informasi akuntansi di beberapa negara seperti Jung dan Kwon (2002) di Korea, Fan dan Wong (2002) di 7 negara Asia Timur, Donelly dan Lynch (2002) di Inggris, Gabrielsen dkk. (2002) di Denmark dan Yeo dkk. (2002) di Singapore. Secara umum semua penelitian belum berhasil
menemukan suatu hubungan yang konsisten antara kedua variabel tersebut. Beberapa penelitian menemukan konsentrasi kepemilikan meningkatkan daya informasi akuntansi, sedangkan penelilitan-penelitian lain menemukan sebaliknya. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi ini membawa pengaruh salah satunya adalah makin besarnya kemungkinan pihak pemegang saham mayoritas melakukan expropriation of assets. Expropriation of assets ini salah satunya melalui transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (related party transactions). Turnbull (2004) mengemukakan pendapatnya bahwa ”Dominant shareholders can unfairly extract value through related party transaction” dalam salah satu ulasannya tentang delapan kelemahan single board seperi yang dijumpai di perusahaan-perusahaan di Negara berbahasa inggris. Bahkan Trumbul mengemukakan bahwa pemegang saham dominan dapat ”self-serving misstatement of the financial position”. Dari penelitian Deng dkk (2006) dibuktikan bahwa pemegang saham mayoritas melakukan “firm expropriation resources at the expense of the minority shareholders”. Expropriation yang mereka lakukan salah satunya dengan melalui transaksi hubungan istimewa. Beberapa penelitian mengenai struktur kepemilikan dan keputusan keuangan pernah dilakukan oleh Crutcley (1999) dengan membangun sebuah model yang menunjukkan empat keputusan yang saling terkait menyangkut leverage, dividend, insider ownership, dan instutional ownership ditentukan secara simultan dalam kerangka agency cost. Penelitian Crutcley (1999) memberikan bukti bahwa ada keterkaitan antara keputusan leverage, dividend payout ratio, insider ownership dan institutional ownership yang ditentukan secara simultan meskipun tidak menyeluruh. Selanjutnya penelitian Crutley juga membuktikan bahwa kepemilikan intitusional merupakan subtitusi kepemilikan manajerial. Chen (2000) menemukan hubungan negatif antara analyst coverage dan kepemilikan manajerial, hal ini mendukung hasil peneitian Crutcley (1999). Transaksi hubungan istimewa banyak sekali disorot berkaitan dengan banyaknya perusahaan yang jatuh karena melakukan
skandal dengan menggunakan transaksitransaksi hubungan istimewa. Jatuhnya Enron berkaitan dengan adanya transaksi hubungan istimewa dengan Special Purpose Entity (SPE), dimana direktur dari SPE itu adalah juga CEO dari Enron (Wall Street Journal, 12 Desember 2001). Data dari Indonesia menarik untuk diteliti berkaitan dengan tiga hal, pertama rendahnya kualitas informasi akuntansi walaupun telah mengadopsi standar akuntansi internasional. Kedua, adanya kecenderungan konsentrasi kepemilikan di Indonesia seperti yang ditunjukkan di salah satu bagian penelitian La Porta dkk (1998) dan Claesens dkk (1999, 2000 dan 2002). Ketiga, berdasarkan temuan Rahman dalam penelitiannya Scott (1999), ditemukan bahwa lebih dari setengah sampel perusahaan Indonesia memiliki Transaksitransaksi Hubungan Istimewa. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan dan transaksi hubungan istimewa secara simultan terhadap kinerja perusahaan?, 2) Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan dan transaksitransaksi hubungan istimewa secara parsial terhadap kinerja perusahaan? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah Untuk mengetahui bahwa struktur kepemilikan dan transaksi hubungan istimewa secara simultan (bersama) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan untuk mengetahui bahwa struktur kepemilikan dan transaksi-transaksi hubungan istimewa secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. KAJIAN PUSTAKA Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja perusahaan biasanya dengan menggunakan analisis profitabilitas. Analisis Return on Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa
diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kamampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Menurut Hanafi dan Halim (2007) analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Variasi dalam perhitungan ROA, adalah dengan memasukkan biaya pendanaan. Biaya-biaya pendanaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan dengan hutang. Dividen yang merupakan biaya pendanaan dengan saham dalam analisis ROA tidak diperhitungkan. Biaya bunga ditambahkan ke laba yang diperoleh perusahaan. ROA bisa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental factors). Analisis difokuskan pada profitabilitas asset, dan dengan demikian tidak memperhitungkan cara-cara untuk mendanai asset tersebut. Formula ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Bambang Riyanto, 1990): Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Analisis ini untuk menentukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar nilai rasio in dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan pendapatan. Struktur Kepemilikan Dari penelitian Widodo (2007) bahwa struktur kepemilikan (modal) tidak mempengarui terhadap kinerja perusahaan. Menurut Coffe (1991) untuk meningkatkan akuntabilitas manajerial, dapat digunakan mekanisme pengawasan oleh investor institusional. Dengan peningkatan pengawasan oleh institusi memaksa para insider untuk bertindak lebih hati-hati. Peningkatan aktivitas pengawasan investor publik akan memaksa peningkatan kinerja manajemen perusahaan akan lebih profesional dan maksimal, sehingga efeknya kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik. Hasil penelitian Barnhart dan Rosenstein (1986) mendukung hasil penelitian Moreck, et al (1988) dan Mc. Connell dan Servaes (1990), yaitu adanya hubungan curvilinier antara
kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, dan kepemilikan institusional dan komposisi dewan merupakan substitusi bagi kepemilikan manajerial. Sedangkan hasil penelitian Kuswanto (2006) menyimpulkan bahwa kepemilikan saham oleh manajer, kepemilikan saham oleh lembaga berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Rengganis (2006) bahwa struktur kepemilikan ownership mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap kinerja perusahaan, sedangkan institusionel ownership mempunyai pengaruh positip tetapi tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat control eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost, sehingga perusahaan akan menggunakan deviden yang rendah. Dengan adanya control yang ketat, menyebabkan manajer menggunakan utang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan resiko kebangkrutan (Crutcley, 1999). Kim dan Sorenson (1986) mengemukakan demand dan supply hypothesis. Demand hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikuasai oleh insider menggunakan hutang dalam jumlah besar untuk mendanai perusahaan. Dengan demikian kepemilikan besar, pihak insider ingin mempertahankan efektivitas control terhadap perusahaan. Supply hipotesis menjelaskan bahwa perusahaan yang dikontrol oleh insider memiliki debt agency cost kecil sehingga meningkatkan penggunaaan utang. Menurut Jensen dan Mecling (1976), penggunaan utang mengurangi kebutuhan ekuitas eksternal dan meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial. Penggunaan utang yang berlebihan akan meningkatkan bankruptcy cost sehingga mengurangi minat manajer untuk menambah kepemilikan (Friend dan Lang, 1988). Kepemilikan perusahaan dulu dipandang tersebar di antara banyak pemegang saham sesuai model Berle dan Means (1932). Namun saat ini, hal ini tidak terbukti untuk diluar U.S. La Porta dkk. (1998) memberitahukan suatu kondisi yang tak terduga sebelumnya yaitu kepemilikan perusahaan-perusahaan terkonsentrasi hanya pada beberapa pemegang saham. Seperti yang dikutip dalam La Porta
dkk. (1998) “dispered ownership in large public companies is simply a myth… the finance textbook model of management faced by multitudes of dispersed shareholders is an exception and not the rule”. Mereka menemukan sample 49 negara, rata-rata (median) kepemilikan dari tiga pemegang saham terbesar dari sepuluh perusahaan swasta terbuka yang bukan lembaga keuangan di setiap Negara adalah 46% (45%). Hanya ada empat Negara: Jepang, Taiwan, UK dan USA yang rata-rata kepemilikan tiga pemegang saham terbesarnya 20% atau kurang dari 20%. Kosentrasi kepemilikan ada di Mesir (Shahid, 2003) di Jerman (Edwars dan Weichenrieder, 1999), di Belanda (Chirinko, dkk., 2003), Eropa Barat (Faccio dan Lang, 2000). Menurut penelitian Rofiqoh (2004), bahwa perusahaan yang dimiliki oleh institusi domestik melakukan manajemen laba dalam rangka mencapai kinerja yang baik. Berdasarkan penelitian Feliana (2007), bahwa adanya konsentrasi kepemilikan makin meningkatkan daya informasi akuntansi. Hal ini membuktikan adanya pemegang saham mayoritas dipandang oleh pasar akan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan pemegang saham mayoritas sangat berkepentingan untuk menjaga kepercayaan pasar terhadap perusahaan. Faccio dan Lang (2003) menemukan kendali keluarga sebesar 43,9% atas perusahaan-perusahaan di Eropa Barat (termasuk lima Negara: Perancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Inggris) dengan menggunakan data kepemilikan akhir. Namun kendali keluarga ini agak lemah di Negara Inggris. Walaupun ada kendali keluarga, mereka tidak menemukan expropriation of resources oleh keluarga tersebut. Menurut penelitian Feliana (2007), bahwa kendali keluarga masih dipandang oleh pasar cenderung mempengaruhi informasi akuntansi maupun kinerja perusahaan yang dihasilkan perusahaan untuk kepentingan kalangan yang sangat terbatas saja yaitu pihak keluarga pengendali perusahaan. Transaksi Hubungan Istimewa Transaksi hubungan istimewa adalah transaksi yang terjadi oleh pemilik saham maupun afiliasi yang dianggap mempunyai
pengaruh kepada arah kebijakan perusahaan. Transaksi hubungan istimewa dapat berupa transaksi piutang (pinjaman pemilik saham atau afiliasi kepada perusahaan), atau berupa transaksi utang atau pendanaan perusahaan dengan perlakuan khusus, misalnya tidak ada transaksi bunga pinjaman, atau tingkat pengembalian yang longgar dan sebagainya. Transaksi hubungan istimewa telah diatur dalam PSAK No. 7. Berikut pengertianpengertian yang digunakan sesuai PSAK No. 7, Ikatan Akuntan Indonesia (2013): Pihak-pihak yang berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan terkait dengan entitas tertentu dalam menyiapkan laporan keuangannya. Transaksi antara pihak-pihak yang berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan subtansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian. Pengaruh signifikan adalah penyertaan dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan, tetapi tidak mengendalikan kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat dijalankan dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan komisaris atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi antar perusahaan yang material, pertukaran karyawan manajerial, atau ketergantungan pada informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat dieroleh berdasarkan kepemilikan bersama, anggaran dasar, atau perjanjian. Dengan kepemilikan bersama, pengaruh signifikan dianggap sesuai dengan definisi yang dimuat dalam PSAK No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian. Transaksi pihak berelasi memiliki dua hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi opportunis atau sebagai transaksi yang efisien. Sebagai transaksi yang opportunis dalam hal transaksi hubungan istimewa menyebabkan conflict of interest yang konsisten dengan agency theory, seperti yang dikemukakan oleh Berle danMeans (1932) dan
Jensen dan Meckling (1976). Transaksi hubungan istimewa dapat digunakan sebagai alat untuk expropriation of the firm’s resourses. Hipotesis yang lain bahwa transaksi hubungan istimewa merupakan transaksi yang dilakukan dalam pertimbangan efesiensi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Penelitian Deng dkk (2006) membuktikan bahwa pemegang saham mayoritas melakukan “firm expropriation resources at the expense of the minority shareholders” Expropriation yang mereka lakukan salah satunya dengan melalui transaksi hubungan istimewa. Dengan menggunakan sample 112 perusahaan Amerika yang terdaftar di bursa periode 2000-2001, Gordon dkk (2004) juga menemukan bahwa transaksi hubungan istimewa menunjukkan kecenderungan opportunis daripada sebagai efesiensi transaksi. Hal ini tampak dengan adanya hubungan yang negative antara industri adjusted return dengan frekuensi dan nilai uang dari transaksi hubungan istimewa tersebut. Selain itu, transaksi hubungan istimewa akan makin sedikit frekuensi dan nilai uangnya jika ukuran akan penerapan corporate governance makin besar, yaitu persentase kepemilikan terbesar dari pihak di luar perusahaan makin besar, makin banyaknya komisaris independent dan makin besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada komisaris independent. METODE PENELITIAN Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2003–2007. Agar dapat memenuhi jumlah sampel, maka peneliti menggunakan metode pooling data (cross-section dan time series). Pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Menurut Jogiyanto (2004) pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini adalah: Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI selama tahun 2003 – 2007, Data laporan keuangan tersedia untuk tahun 2003 – 2007 dan Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan dengan menggunakan tahun buku yang
berakhir pada tangga 31 Desember. Data yang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas dikeluarkan dari sampel penelitian. Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen/Terikat (Dependent Variable) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kinerja perusahaan dalam laporan keuangan tahunan. Pengukuran variabel ini dilakukan dengan mengunakan analisis rasio yaitu ROA (Return On Assets). Rumus ROA adalah: Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Kinerja perusahaan diukur melalui laporan keuangan dengan rasio keuangan, dengan analisis ROA dengan rumus seperti diatas. Skor kinerja dibentuk melalui principal components analysis atas rasio di atas dengan tehnik sebagaimana merujuk kepada Sharma (1996: 58-71). Variabel Independen/Bebas (Independent Variable) Variabel Independen atau variable bebas dalam penelitian ini meliputi struktur kepemilikan dan transaksi-transaksi hubungan istimewa. Pengukuran variabel independen dilakukan sebagai berikut: Struktur Kepemilikan Pengukuran struktur kepemilikan adalah dengan menggunakan kepemilikan institusional dan manajerial. Beberapa peneliti yang dan literatur yang menyimpulkan adanya pengaruh struktur kepemilikan institusional dan manajerial terhadap kinerja perusahaan diantaranya: Coffe (1991), Barhart dan Rosenstein (1986), Morck, et al. (1988), Crutcley (1999), dan Rofiqoh (2004). Perhitungan prosentasi kepemilikan diukur dengan prosentase kepemilikan manajerial (publik) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: √ Menghitung Prosentase Manajerial Kepemilikan Manajerial = Kepemilikan Publik x100% Jumlah Modal Saham
Kepemilikan
Transaksi Hubungan Istimewa Transaksi-transaksi hubungan istimewa ini mengacu pada PSAK No. 7 tentang transaksitransaksi hubungan istimewa. Dari beberapa peneliti terdahulu maupun berdasarkan beberapa literatur yang didapat penulis, adanya transaksi hubungan istimewa ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Untuk perusahaan yang kepemilikannya didominasi oleh keluarga, biasanya terdapat transaksi-transaksi hubungan istimewa yang tidak menguntungkan perusahaan. Beberapa transaksi tersebut diantaranya banyakya transaksi yang seharusnya merupakan biaya-biaya pribadi pemilik, ternyata dimasukkan sebagai transaksi pengeluaran perusahaan seperti pemeliharaan kendaraan keluarga pemegang saham, biaya kesehatan keluarga pemegang saham, dan sebagainya. Tetapi bilamana kepemilikan perusahaan dipegang oleh intitusi ataupun yayasan atau perseroan, banyak ditemukan teransaksi-transaksi hubungan istimewa yang menguntungkan perusahaan, misalnya dalam rangka pengembangan usaha pemilik saham (yayasan, perseroan dan sebagainya) akan memberikan pinjaman lunak dengan jangka waktu panjang dengan tanpa pembebanan bunga pinjaman. Perhitungan prosentasi transaksi hubungan istimewa dapat dihitung sebagai berikut: % Transaksi Hub. Istimewa = Nilai Transaksi Hub. Istimewa Jumlah Modal Saham
x 100%
Nilai transaksi hubungan istimewa sebagai dasar perhitungan prosentase merupakan selisih dari transaksi hubungan istimewa yang berada di aktiva dan kewajiban. Alat Analisis Statistik Pengujian regresi dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel-variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan tingkat kinerja perusahaan (KINERJA). Hasil pengujian tersebut akan memberikan dasar bagi penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian. Untuk menguji signifikansi model, digunakan pendekatan ANOVA (F-Test) dan untuk menguji signifikansi koefisien regresi setiap variabel independen digunakan t-test.
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Kinerja Perusahaan Kepemilikan Publik Transaksi Istimewa Valid N (listwise)
N 160 160 160 160
Minimum -63.05 7.12 -117.41
Maximum 64.78 90.51 18.12
Mean 2.2138 39.3181 -4.1866
Std. Deviation 9.34123 19.43662 15.30208
Keterangan : Hasil analisis satistik deskriptif tahun 2003-2007 dapat dilihat dalam lampiran. Sumber : Olah Data SPSS Sedangkan alat yang digunakan untuk menguji signifikansi model tersebut, penulis menggunakan bantuan SPSS 14. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian, F-test satu sisi terhadap koefisien regresi berganda digunakan untuk menolak atau gagal menolak hipotesis sebagai berikut: H0 : b = c = 0 (atau tingkat kinerja perusahaan dalam laporan tahunan tidak dipengarui secara bersama-sama (simultan) oleh struktur kepemilikan dan transaksi-transaksi hubungan istimewa) Ha : b = c ≠ 0 Jika hipotesis nol ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dalam laporan tahunan secara bersamasama (simultan) dipengarui oleh struktur kepemilikan dan transaksi-transaksi hubungan istimewa. Hipotesis Variabel Pertama Untuk menguji hipotesis variabel pertama, t-test satu sisi terhadap parameter variabel struktur kepemilikan berikut tanda koefisien regresinya digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis sebagai berikut: H0 : b = 0 (atau tidak ada pengaruh dari struktur kepemilikan) Ha : b ≠ 0 Jika hipotesis nol ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja perusahaan dalam laporan tahunan akan semakin tinggi dengan semakin tingginya struktur kepemilikan. Hipotesis Variabel Kedua
Untuk menguji hipotesis variabel kedua, ttest satu sisi terhadap parameter variabel transaksi-transaksi hubungan istimewa berikut tanda koefisien regresinya digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis sebagai berikut: H0 : c = 0 (atau tidak ada pengaruh dari transaksitransaksi hubungan istimewa) Ha : c ≠ 0 Jika hipotesis nol ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja perusahaan dalam laporan tahunan akan semakin tinggi dengan semakin tingginya transaksi-transaksi hubungan istimewa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data statistik ini merupakan iktisar dari analisis data dari tahun 2003-2007. Dari analisis data statistik deskriptif dapat dilihat dalam tabel 1. Dari statistik deskriptif tersebut diatas diketahui bahwa kinerja perusahaan yang dideflasi dengan total aktiva memiliki kinerja (mean) sebesar 2,21%, dengan nilai deviasi standar 9,34% serta maksimum 64,78% dan minimum (63,05%). Hasil ini menggambarkan bahwa rata-rata kinerja atas perusahaan property dan realestate dari tahun 2003-2007 yang tercermin dalam ROA (return on asset) rendah yaitu 2,21%. Untuk kepemilikan publik (manajerial) diketahui memiliki mean sebesar 39,31% dengan nilai deviasi standar 19,43% serta maksimum kepemilikan saham public 90,51% dan minimum 7,12%. Hasil ini menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan property dan real
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Tabel 2: Pengujian Normalitas
Dependent Variable: Y
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Tabel 3. Uji Multikolineritas Coefficientsa Model 1 Kepemimpinan Publik Transaksi Istimewa
Collinearity Statistics Tolerance VIF .898 1.114 .898 1.114
a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber : Olah Data SPSS estate di Indonesia mempunyai nilai kepemilikan publik lebih kecil dibandingkan kepemilikan institusi. Sedangkan transaksi hubungan istimewa diketahui memiliki mean sebesar (4,18%) dengan nilai deviasi standar 15,30% serta maksimum 18,12% dan minimum (117,41%). Hasil ini menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan property dan real estate mempunyai nilai transaksi hubungan istimewa lebih menguntungkan perusahaan. Artinya bahwa perusahaan-perusahaan property dan realestate mempunyai transaksi hubungan istimewa berupa piutang kepada pemilik saham atau afiliasinya sebesar 18,12% lebih kecil dibandingkan perusahaan mempunyai kewajiban kepada pemilik saham sebesar 117,41%. Hasil Uji Asumsi Klasik Model regresi akan memberikan hasil nilai parameter yang valid atau menjadi prediktor
yang baik apabila asumsi klasik dapat terpenuhi. Berikut ini adalah hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan. Pengujian Normalitas Gambar yang diperoleh menunjukkan bahwa sebaran data mengikuti garis diagonal. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi normalitas dengan baik. (Tabel 2) Pengujian Multikolineritas Hasil uji pada tabel 3 di atas adalah output yang menunjukkan hasil pengujian Multikolinieritas dengan menggunakan uji VIF. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga variabel memiliki nilai VIF yang kecil dan di bawah 10 yang menjadi batasan maksimal Multikolinieritas dan nilai toleransi diatas 0,1. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa
model telah memenuhi Multikolinieritas dengan baik.
asumsi
Non
Tabel 4. Uji Autokorelasi Model Summary b Model 1 b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
DurbinWatson 1.966
Sumber : Olah Data SPSS Gambar 2 : Grafik Uji Heterokedastisitas
Model Summary b Model
Durbin-Watson Scatterplot
1
1.966
Dependent Variable: VAR00001 12.00 10.00
VAR00001
8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Olah Data SPSS Pengujian Autokorelasi Tabel di atas adalah output yang menunjukkan hasil pengujian Autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson yang diperoleh berada di kisaran angka 1,966. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi Non Autokorelasi dengan sangat baik. Pengujian Heteroskedastisitas Suatu model persamaan empiris dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika semua variabel independen tidak signifikan mempengarui nilai obsulut residual dari estimasi persamaan. Gambaran uji
heterokedastisitas dapat dilihat dalam gambar 2. Grafik di atas adalah output yang digunakan untuk menguji asumsi Hetersokedastisitas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebaran data pada grafik di atas menyebar secara acak dan tanpa ada pola tertentu. Sehingga dinyatakan tidak ada masalah Hetersokedastisitas. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi Non Heteroskedastisitas dengan sangat baik. Hasil Uji Hipotesis Terdapat dua hipotesis yang diajukan yaitu: (1) Struktur kepemilikan dan Transaksi hubungan istimewa terdapat pengaruh signifikan
Tabel 5: Model Regresi (a) ANOVAb Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig. .000a
1 Regression 5907.985 2 2953.992 58.219 Residual 7966.116 157 50.740 Total 13874.101 159 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber : Olah Data SPSS
Tabel 6: Model Regresi (b) Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error 1 (Constant) 6.042 1.387 Kepemilikan Publik .230 .031 Transaksi Istimewa .192 .039 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber : Olah Data SPSS
secara simultan terhadap kinerja perusahaan, (2) Struktur kepemilikan dan Transaksi hubungan istimewa terdapat pengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Pengujian Simultan (F-Statistik) Pengujian statistik ini dilakukan untuk melihat adanya dan seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model secara bersamaan (multiple), atau setidaknya ada satu variabel independen yang dapat menjelaskan variabel dependennya. Di bawah ini adalah hasil analisis regresi untuk seluruh variabel bebas secara simultan terhadap Kinerja Perusahaan. Keseluruhan data digunakan dalam analisis ini tanpa dilakukan pembedaan. (Tabel 5) Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 pada tabel ANOVA di atas. Hasil
Standardized Coefficients
t
Sig.
4.356 7.514 4.938
.000 .000 .000
Beta
.480 .315
tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Pengujian Parsial (t-stat) Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh variabel bebas yaitu X1 (Kepemilikan Publik); dan X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) memiliki pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang seluruhnya lebih kecil dari 0,05. Yaitu sebesar 0,000 untuk variabel Kepemilikan Publik, dan 0,000 untuk variabel Transaksi Hubungan Istimewa. (Tabel 6) Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi Kinerja Perusahaan dengan signifikans secara parsial (sendiri-sendiri) sepanjang tahun 2003 – 2007. Pengaruh terbesar dimiliki oleh variabel X1 Kepemilikan Publik), diikuti oleh X2 (Transaksi Hubungan Istimewa).
Tabel 7: Model Regresi (c)
Model
R
Model Summaryb Adjusted R R Square Square
Std. Error of the Estimate
1 .653a .426 .419 7.12317 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber : Olah Data SPSS Tabel 8: Anova 2003 ANOVAb,c Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression 2031.385 2 1015.692 9.715 .001a Residual 3032.049 29 104.553 Total 5063.433 31 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan c. Tahun = 2003.00 Sumber : Olah Data SPSS Secara umum pengaruh dari kedua variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan adalah sebesar 42,6% dan termasuk dalam kategori Sedang. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -6,042 + 0,230 Kepemilikan Publik + 0,192 Transaksi Instimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 58.219 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,000. Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis penelitian dapat menjelaskan secara keseluruhan pengaruh struktur kepemilikan dan transaksi hubungan istimewa terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2003-2007. Di bawah ini adalah hasil analisis regresi untuk seluruh variabel bebas terhadap Kinerja Perusahaan. Keseluruhan data digunakan dalam analisis ini dengan dilakukan pembedaan atas
tahun. Dari hasil analisis regresi dapat dijelaskan dalam tabel seperti dibawah ini. Tahun 2003 (Tabel 8:Anova 2003) Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 pada tabel ANOVA di atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari kedua variabel bebas yang diikutsertakan dalam model; hanya variabel bebas X1 (Kepemilikan Publik) saja yang memiliki pengaruh signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05; yakni sebesar 0,000. Sehingga disimpulkan bahwa hanya Kepemilikan Publik yang mempengaruhi Kinerja Perusahaan secara signifikans pada tahun 2003.
Tabel 9: Coefficients 2003 Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
B Std. Error Beta 1 (Constant) 6.823 4.814 Kepemilikan Publik .290 .098 .496 Transaksi Istimewa .285 .224 .213 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
t
Sig.
1.417 2.955 1.270
.167 .006 .214
b. Tahun = 2003.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 10: Model Summary 2003 Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.633a .401 .360 10.22514 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Tahun 2003.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 11: Anova 2004 ANOVAb,c Sum of Model df Mean Square F Sig. Squares 1 Regression 407.573 2 203.786 19.921 .000a Residual 296.668 29 10.230 Total 704.240 31 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan c. Tahun = 2004.00 Sumber : Olah Data SPSS 1
(Tabel 9) Sementara itu, variabel X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) tidak memberikan pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan di tahun 2003, karena memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,214 sehingga dinyatakan tidak signifikans. (Tabel 10: Model Summary 2003) Secara umum pengaruh dari variabel variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan
di tahun 2003 adalah sebesar 40,1% dan termasuk dalam kategori Sedang. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -6,823 + 0,290 Kepemilikan Publik + 0,285 Transaksi Istimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 9.715 dengan tingkat signifikansi 0,001. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,1.
Tabel 12: Coefficients 2004 Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
Model
B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.539 1.277 Kepemilikan Publik .169 .029 .696 Transaksi Istimewa .047 .024 .237 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
t
Sig.
3.554 5.737 1.955
.001 .000 .060
b. Tahun = 2004.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 13: Model Summary 2004 Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .761a .579 .550 3.19842 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Tahun 2004.00 Sumber : Olah Data SPSS Tahun 2004 (Tabel 11: Anova 2004) Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 pada tabel ANOVA di atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari kedua variabel bebas yang diikutsertakan dalam model; hanya variabel bebas X1 (Kepemilikan Publik) saja yang memiliki pengaruh signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05; yakni sebesar 0,000. (Tabel 12: Coefficients 2004) Sehingga disimpulkan bahwa hanya Kepemilikan Publik yang mempengaruhi Kinerja Perusahaan secara signifikans pada tahun 2004. -
Sementara itu, variabel X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) tidak memberikan pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan di tahun 2004, karena memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,060 sehingga dinyatakan tidak signifikans. (Tabel 13: Model Summary 2004) Secara umum pengaruh dari variabel variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan di tahun 2004 adalah sebesar 57,9% dan termasuk dalam kategori Sedang. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -4,539 + 0,169 Kepemilikan Publik + 0,047 Transaksi Istimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 19.921 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,00. Tahun 2005
Tabel 14: Anova 2005 ANOVAb,c Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression 4134.752 2 2067.376 29.224 .000a Residual 2051.559 29 70.743 Total 6186.311 31 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan c. Tahun = 2005.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 15: Coefficients 2005
Model
Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
t
Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.645 3.986 1.165 .253 Kepemilikan Publik .233 .086 .329 2.693 .012 Transaksi Istimewa .658 .133 .606 4.963 .000 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan b. Tahun = 2005.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 16: Model Summary 2005 Model Summaryb R Std. Error of the Model R Adjusted R Square Square Estimate a 1 .818 .668 .646 8.41091 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Tahun 2005.00 Sumber : Olah Data SPSS Dari tabel di atas terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 pada tabel ANOVA di atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel 4.15 terlihat bahwa seluruh variabel bebas yaitu X1 (Kepemilikan Publik); dan X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) memiliki pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang
seluruhnya lebih kecil dari 0,05. Yaitu sebesar 0,012 untuk variabel Kepemilikan Publik, dan 0,000 untuk variabel Transaksi Istimewa. (Tabel 15: Coefficients 2005) Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi Kinerja Perusahaan dengan signifikans pada tahun 2005. Pengaruh terbesar dimiliki oleh variabel X1 (Kepemilikan Publik), diikuti oleh X2 (Transaksi Hubungan Istimewa). (Tabel 16: Model Summary 2005) Secara umum pengaruh dari variabel variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan
Tabel 17: Anova 2006 ANOVAb,c Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig. .000a
1 Regression 690.952 2 345.476 42.291 Residual 236.899 29 8.169 Total 927.852 31 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan c. Tahun = 2006.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 18: Coefficients 2006
Model
Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.715 1.553 Kepemilikan Publik .165 .035 .511 Transaksi Istimewa .197 .044 .484 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
t
Sig.
2.392 .023 4.701 .000 4.450 .000
b. Tahun = 2006.00 Sumber : Olah Data SPSS di tahun 2005 adalah sebesar 66,8% dan termasuk dalam kategori Kuat. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -4,645 + 0,233 Kepemilikan Publik + 0,658 Transaksi Istimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 29.224 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,00. Tahun 2006 (Tabel 17: Anova 2006) Dari tabel 4.17 terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 pada tabel ANOVA di atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang
memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel 4.18 terlihat bahwa seluruh variabel bebas yaitu X1 (Kepemilikan Publik); dan X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) memiliki pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang seluruhnya lebih kecil dari 0,05. Yaitu sebesar 0,000 untuk variabel Kepemilikan Publik, dan 0,000 untuk variabel Transaksi Hubungan Istimewa. (Tabel 18: Coefficients 2006) Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi Kinerja Perusahaan dengan signifikans pada tahun 2006. Pengaruh terbesar dimiliki oleh variabel X1 (Kepemilikan Publik), diikuti oleh X2 (Transaksi Hubungan Istimewa). (Tabel 19)
Tabel 19: Model Summary 2006 Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .863a .745 .727 2.85813 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Tahun 2006.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 20: Anova 2007 ANOVAb,c Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression 395.503 2 197.751 37.669 .000a Residual 152.242 29 5.250 Total 547.745 31 a. Predictors: (constant) Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan c. Tahun = 2007.00 Sumber : Olah Data SPSS Tabel 21: Coefficients 2007
Model
Coefficientsa,b Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta 1 (Constant) .133 .978 Kepemilikan Publik .061 .023 .279 Transaksi Istimewa .248 .035 .727 a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan
t
Sig.
-.136 .892 2.726 .011 7.109 .000
b. Tahun = 2007.00 Sumber : Olah Data SPSS Secara umum pengaruh dari variabel variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan di tahun 2006 adalah sebesar 74,5% dan termasuk dalam kategori Kuat. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -3,715 + 0,165 Kepemilikan Publik + 0,197 Transaksi Istimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 42.291
dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,00. Tahun 2007 (Tabel 20: Anova 2007) Dari tabel 4.20 terlihat bahwa secara umum model telah memenui persyaratan statistik, di mana diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 pada tabel ANOVA di atas.
Tabel 22: Model Summary 2007
Model
R
Model Summaryb Adjusted R R Square Square
Std. Error of the Estimate
1 .850a .722 .703 2.29123 a. Predictors: (constant), Transaksi Istimewa, Kepemilikan Publik b. Tahun 2007.00 Sumber : Olah Data SPSS Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara model telah memenuhi persyaratan secara statistik. Langkah selanjutnya adalah memperhatikan variabel mana saja yang memiliki pengaruh yang signifikans terhadap variabel Y (Kinerja Perusahaan). Dari tabel 4.21 terlihat bahwa seluruh variabel bebas yaitu X1 (Kepemilikan Publik); dan X2 (Transaksi Hubungan Istimewa) memiliki pengaruh yang signifikans terhadap Kinerja Perusahaan, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang seluruhnya lebih kecil dari 0,05. Yaitu sebesar 0,011 untuk variabel Kepemilikan Publik, dan 0,000 untuk variabel Transaksi Istimewa. (Tabel 21: Coefficients 2007) Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa kedua variabel tersebut mempengaruhi Kinerja Perusahaan dengan signifikans pada tahun 2007. Pengaruh terbesar dimiliki oleh variabel X1 (Kepemilikan Publik), diikuti oleh X2 (Transaksi Hubungan Istimewa). (Tabel 22: Model Summary 2007) Secara umum pengaruh dari variabel variabel tersebut terhadap Kinerja Perusahaan di tahun 2007 adalah sebesar 72,2% dan termasuk dalam kategori Kuat. Model regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = -0,133 + 0,061 Kepemilikan Publik + 0,248 Transaksi Istimewa Model regresi yang dihasikan menunjukkan bahwa F hitung model tersebut adalah 37.669 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan kata lain model regresi tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0,000.
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Dari model regresi diketahui bahwa struktur kepemilikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien 0,480 dengan nilai t hitung 7,514 dengan signifikansi 0,000. Nilai koefisien menunjukkan bahwa hubungan antara struktur kepemilikan publik dengan kinerja perusahaan adalah positif, dimana setiap kenaikan struktur kepemilikan publik sebesar 1 satuan, ceteris paribus, akan menghasilkan kenaikan kinerja perusahaan sebesar 0,480 unit. Pengaruh signifikansi yang lebih besar adalah struktur kepemilikan manajerial (publik) terhadap kinerja perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa dengan semakin besar tingkat kepemilikan publik mengakibatkan tingkat kinerja perusahaan akan semakin bagus. Kontrol atas kinerja perusahaan oleh investor umum dalam penelitian ini terbukti efektif dalam rangka mengawasi operasional perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006), Kuswanto (2006) dan Rengganis (2006) yang menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai (kinerja) perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan. Menurut Coffe (1991) untuk meningkatkan akuntabilitas manajerial, dapat digunakan mekanisme pengawasan oleh investor institusional. Dengan peningkatan pengawasan oleh institusi memaksa para insider untuk bertindak lebih hati-hati. Peningkatan aktivitas pengawasan investor publik akan memaksa peningkatan kinerja manajemen perusahaan akan lebih profesional dan maksimal, sehingga efeknya kinerja
perusahaan akan menjadi lebih baik. Hasil penelitian Barnhart dan Rosenstein (1986) mendukung hasil penelitian Moreck, et al (1988) dan Mc. Connell dan Servaes (1990), yaitu adanya hubungan curvilinier antara kepemilikan manajerial dengan kinerja perusahaan, dan kepemilikan institusional dan komposisi dewan merupakan substitusi bagi kepemilikan manajerial. Penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalahmasalah (agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan). Struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan di Asia Timur diketemukan cenderung terkonsentrasi (Claessens dkk, 1999, 2000, 2002). La Porta dkk. (1998, 1999 dan 2000) menemukan bahwa struktur kepemilikan yang terkonsentrasi terjadi di negara-negara tingkat corporate governance yang rendah. Rendahnya tingkat corporate governance juga terjadi di Indonesia. Pengaruh Transaksi Hubungan Istimewa Terhadap Kinerja Perusahaan Pada hasil regresi diketahui bahwa transaksi hubungan istimewa mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai koefisien 0,315 dengan nilai t hitung 4,938 dengan signifikansi 0,000. Nilai koefisien menunjukkan bahwa hubungan antara transaksi hubungan istimewa dengan kinerja perusahaan adalah positif, dimana setiap kenaikan transaksi hubungan istimewa sebesar 1 satuan, ceteris paribus, akan menghasilkan kenaikan kinerja perusahaan sebesar 0,315 unit. Sedangkan untuk transaksi hubungan istimewa terbukti mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, artinya adalah transaksi-transaksi yang terjadi antara pemilik saham maupun afiliasi ternyata mempunyai keuntungan positif terhadap kelancaran operasional usaha perusahaan. Transaksi pinjaman dana lunak kepada pemilik saham biasanya mempunyai karakterisitik memberikan kemudahan pendanaan dengan tingkat pengembalian yang sangat lunak, bahkan kadang tanpa ada imbal balik jasa kepada pemegang saham atas pinjaman dana operasional tersebut. Hal ini juga sejalan
dengan hasil penelitian Deng dkk (2006) dibuktikan bahwa pemegang saham mayoritas melakukan “firm expropriation resources at the expense of the minority shareholders”. Expropriation yang mereka lakukan salah satunya dengan melalui transaksi hubungan istimewa. Berdasarkan temuan Rahman dalam penelitiannya Scott (1999), ditemukan bahwa lebih dari setengah sampel perusahaan Indonesia memiliki Transaksi-transaksi Hubungan Istimewa. Hal ini memunculkan dugaan adanya expropriation kepentingan pemegang saham minoritas oleh pemegang saham mayoritas melalui Transaksi-transaksi Hubungan Istimewa ini. Menurut penelitian Feliana (2007), bahwa kendali keluarga masih dipandang oleh pasar cenderung mempengaruhi informasi akuntansi maupun kinerja perusahaan yang dihasilkan perusahaan untuk kepentingan kalangan yang sangat terbatas saja yaitu pihak keluarga pengendali perusahaan. Jadi siapa pihak pengendali perusahaan sangat menentukan daya informasi akuntansi dan kinerja perusahaan terhadap pasar. Pandangan lain dari Gordon dkk (2004) menyatakan bahwa transaksi hubungan istimewa menunjukkan kecenderungan opportunis daripada sebagai efesiensi transaksi. Hal ini tampak dengan adanya hubungan yang negative antara industri adjusted return dengan frekuensi dan nilai uang dari transaksi hubungan istimewa tersebut. Selain itu, transaksi hubungan istimewa akan makin sedikit frekuensi dan nilai uangnya jika ukuran akan penerapan corporate governance makin besar, yaitu persentase kepemilikan terbesar dari pihak di luar perusahaan makin besar, makin banyaknya komisaris independent dan makin besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada komisaris independent. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan (1) Struktur kepemilikan publik memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa semakin besar struktur kepemilikan maka akan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan; (2) Transaksi hubungan istimewa memiliki pengaruh positif terhadap Kinerja Perusahaan. Berdasarkan hasil ini dinyatakan bahwa semakin besar transaksi hubungan istimewa
maka akan menyebabkan peningkatan kinerja perusahaan. Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan publik yang kepemilikannya oleh masyarakat ternyata mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi nilai kepemilikan publik dimungkinkan akan mempengarui kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan untuk transaksi hubungan istimewa mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan dengan signifikansi dibawah struktur kepemilikan manajerial. Saran (1) Penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan memperpanjang periode amatan dan periode normal atau menggunakan alat analisis yang berbeda. Seperti yang dinyatakan sebelumnya bahwa periode amatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah selama lima tahun yaitu 2003 – 2007; (2) Untuk penelitian mengukur kinerja suatu perusahaan, dapat digali lagi variabel-variabel lain yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja perusahaan, seperti ukuran perusahaan, tingkat corporate governance, adanya komite audit dan sebagainya DAFTAR PUSTAKA Amirin, M., Tatang 1983, “Menyusun Rencana Penelitian”, Manajemen PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Berle, Adolf dan Gardiner Means, 1932, “The modern corporation and private property”, Mac. Millan, New York. Bambang Riyanto, 1990, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta. Claessens, S., S, Djankov, and L.H.P. Lang, 2002, “The separation of ownership and control in East Asian corporation’, Journal of Financial Economics, 58, pp. 81-112. _____________________, 2002, “Disentangling the incentive and entrenchement effects of large shareholdings’, Journal of Finance, vol. 57, no. 6, December, pp. 2741-2771. Claessens, S., J, H., Fan. and and L.H.P. Lang, 2002, “The benefit and costs of group affiliation: evidence from East Asia’, Working paper, World Bank.
Crutchley, Claire E Marlin R.H. Jensen, John S. Jahera, Jr, Jennie E. Raymountd, 1999, “Agency problems and the simultaneity of financial decision making the role of institutional ownership”, International Review of Financial Analysis; 8:2, pp. 177197. Deng, Jianping, Jie Gan, dan Jie He, 2006, “A dark side of privatization: creation of large sheholders an expropriation”, Working Papers 2006. Fama, Eugene F, 1978, “The effect of s firm investment and financing Dececion on the welfare of its security hilders”, American Economic Review, Vol. 68 pp. 272-280. Feliana, Yie Ke., SE, M.Com, Ak, CPA., 2007, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi Dengan Pihakpihak yang Memiliki Hubungan Istimewa Terhadap Daya Informasi Akuntansi”, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar, 26-28 Juli 2007. Friend, I and L.H.P. Lang, 1988, “An Empirical test of the impact of managerial seltinterest on corporate capital structure”, The Journal of Finance; 43, pp. 271-282. Faccio, Mara dan Larry H.P. Lang, 2000, “The separation of ownership and control: an anlysis of ultimate ownership in Western European corporation”, Working Paper. Fuerst, Oren and Hyon Kang-Sok, 2000, “Corporate governance expected operating performance, and pricing”, Working Paper, Yale School of Management, pp. 1138. Gordon, Elizabeth A., Elaine Henry dan Darius Palia, 2004, “Related party transactions: asspciations with corporate governance and firm value”, EFA 2004 Maastricht Meeting Paper & AFA 2006 Bostin Meetings Papers. Gujarati, D.N., 1995, “Basic Econometrics”, Mc. Graw Hill Higher Education. Harianto, F. dan S. Sudomo, 1998, “Perangkat dan Tehnik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta. Hanafi, Mamduh M., Dr., MBA, dan Halim, Abdul, Prof. Dr. MBA., Akt., 2007, “Analisis Laporan Keuangan”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Hair, J.F., Jr., R.E Anderson, R.L. Tataham, dan W.C. Black, 1995, “Multivariate Data Analysis-With Reading, 4th ed, Englewod Clifts”, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Halim, Abdul dan Nasukhi Hidayat, 1999, “Pengaruh Krisis Moneter dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Publik di BEJL Suatu Penerapan MANOVA”, KOMPAK, Juli, 311-337. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Imam Ghizali, 2002, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Jensen, M.C., dan W.H. Meckling, 1976, “Theory of Firm: Managerial Behavior Agency Cost and Capital Structure”, Journal of Financial Economics, Oktober. Jogiyanto, H.M., Prof. Dr., MBA., Akt., 2004, “Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman”, BPFE, Yogyakarta. Kuswanto, Adi, 2006, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan Leverage Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”, Universitas Gunadarma, Jakarta. Masruchin, Dr., MM., Apt, 2009, “Materi Kuliah Manajemen Strategik”, Dosen Maksi, Universitas Pancasila, Jakarta. Rofiqoh, Ifah, 2004, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rengganis, Dewi, 2006, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya. Shleifer, A., dan R. Vishny, 1997, “A survey of corporate governance”, Journal of Finance, Vol. 52, hal. 737-783. Sedarmayanti, Hj., Dr. M.Pd., dan Hidayat, Syarifudin, Scheiner, Drs., 2002, “Metedologi Penelitian”, Mandar Maju, Bandung. Sharma, Subhan., 1996, “Applied Multivariate Techniques”, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Turnbull, Shann, 2004, “Why Anglo corporation are irresponsible, unethical and should not be trusted and how these problem can be corrected”, Makalah dipresentasikan dalam the Third International Society of Business, Economic and Ethic (ISBEE) World Congress. Wahyudi, Untung dan Pawestri, Hartini Prasetiyaning, 2006, “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006. Widodo, M. Agung, 2007, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Modal Terhadap Kinerja Perusahaan dalam Sektor Industri Tekstil dan Garmen”, Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.