At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
70
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM MATA KULIAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Nyayu Soraya Abstract : A good learning process and achievement can be accomplished through the use of various strategies which are usually called teaching and learning methods. They are divided into interactive (student center) and non-interactive teaming methods. Non-interactive learning method is usually called traditional method, while interactive method is an alternative method. Lecturing method is included as non-interactive method, while interactive method covers constructive teaming, cooperative, and class discussion. Every method has its own function and benefit. The use of the integration of non-interactive and interactive methods on one subject in teaching and learning process will create effective results rather than only use one method. Through the use of these methods, both students' participation and their improvement of cognitive and skills can be achieved. Kata kunci: Strategi Pembelajaran, Integratif Kognitif A. PENDAHULUAN Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan Mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi, terbukti berhasil dalam kompetisi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Belajar Menurut pendekatan kontruktivistik adalah proses pemahaman informasi baru. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interprestasi. Sernentara itu, strategi yang dipakai siswa atau mahasiswa dalam belajar akan menetukan proses dan hasil belajarnya (Degeng dan Suhardjono, 1997). Sampai dengan hari ini, perkuliahan di perguruan tinggi pada tingkat S-1 di Indonesia masih secara dominan Menggunakan metode ceramah. Sebagaian materi . pelajaran yang diajarkan, termasuk teknologi pembelajaran, menggunakan metode konvensional. Padahal,
70
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
71
metode ini dianggap kurang menjamin siswa dan mahasiswa dalam menyerap dan mengkontruksi pengetahuannya. Metode konvensional seperti ceramah menyebabkan siswa dan mahasiswa kurang berperan aktif di dalam kelas, bahkan cenderung pasif dan tidak menyadari usaha yang harus dilakukan untuk berhasil dalam belajar. Kritik terhadap pembelajaran yang berlangsung selama ini adalah karena kegagalannya melibatkan siswa dan mahasiswa untuk aktif dalam proses belajar. Salah satu tugas bagi dosen adalah meyakinkan mahasiswa untuk bertanggung jawab pada proses belajar mereka. Kesalahan konsepsi bagaimana mahasiswa belajar memahami materi pelajaran telah membawa kepada saran dan rekornendasi untuk diintegrasikan dalam metode mengajar yang berbeda-beda. Tiga metode mengajar yang meliputi metode ceramah, metode belajar kooperatif, dan diskusi kelas dapat dipergunakan sekaligus secara bergantian untuk pembelajaran satu bahan ajar dalam satu semester. Pendekatan integratif merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran integratif lebih dipentingkan daripada hasil. Tugas pengajar adalah membantu siswa mencapai tujuannya atau dengan bahasa lain, guru banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi dengan tugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (mahasiswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata pengajar. Begitulah pesan pengajar di kelas yang dikelola dengan pendekatan integratif. Pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan konsep-konsep, sifat konsep, dan bagaimana konsep-konsep itu disajikan dalam struktur kognitif. Konsep yang bersifat konjungtif lebih mudah dipelajari daripada
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
72
konsep disjungtif atau konsep-konsep relasional. Untuk itu, dalam mendesain pembelajaran dengan model integratif, belajar konsep lebih mudah dengan menggunakan paradigma selektif daripada paradigma reseptif. Menurut Champagne dan Bunce (1991), format perkuliahan yang ideal di dalamnya terdapat teori-teori pendidikan, yaitu (a) perlunya melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses belajar yang memiliki nilai tambah bagi mereka, (b) perlunya menyediakan berbagai sarana pengajaran, dan, dan (c) perlunya membuat tingkat-tingkat taksonomi dari tujuan pengajaran yang terimplikasikan dalam langkah-langkah pembelajaran. Metode-metode mengajar alternatif telah banyak diimplikasikan secara sukses dalam kelas-kelas pembelajaran dengan hasil yang memuaskan, termasuk meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran. Sementara itu, hanya sedikit studi yang telah dilakukan mengintegrasikan lebih dari satu metode mengajar ke dalam perkuliahan teknologi pembelajaran. Studi tentang penggunaan pendekatan integratif pada bidang studi lain, misalnya kimia umum (general chemistry) telah dilakukan di Universitas Negeri Wayne (Wayne State University) pada tahun 1998. Dalam melakukan ini, mereka melibatkan 94 orang mahasiswa barn semester kedua. Pertemuan kelas tiga kali seminggu, 50 menit setiap sesi, tanpa pembagian kelompok. Setiap orang dihadapkan pada keseluruhan metode pembelajaran pada waktu yang bersamaan. Secara kebetulan, kelas terdiri dari 69 % laki-laki dan 31% perempuan dan 18% adalah mahasiswa Afrika-Amerika. Hasilnya, siswa yang diajar dengan pendekatan integrant secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya. Sedangkan hasil dari instrumen dengan Skala Likert tentang persepsi mahasiswa terhadap metode mengajar bahwa persepsi para mahasiswa terhadap pengapran dengan metode atau strategi mengajar tradisional berbentuk ceramah dengan rata-rata 2, 3. Kemudian dengan pendekatan metode integratif dengan ratarata 3, 1. Kemudian dengan menunjukkan bahwa penggunaan metode integratif dapat meningkatkan persepsi mahasiswa tentang pentingnya penggunaan metode itu dalam pembelajaran yang berimplikasi pada persiapan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran.
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
73
B. METODE PENELITIAN Berdasarkan sifat permasalahan, penelitian ini adalah penilitian koresional, menggunakan analisis jalur (ANOVA). Tujuan analisis jalur adalah untuk memperoleh model mana yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel dependen dengan satu set variabel independent (predictor). Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester V STAIN Bengkulu tahun akademik 2010/2011, yaitu kelas B sebanyak 53 mahasiswa dan kelas C sebanyak 47 mahasiswa. Penelitian ini melibatkan dua variabel bebas (indipendent variabel), 3 variabel moderator, dan Satu variabel tergantung (dependent variubel) Variabel bebas adalah penggunaan pendekatan metode ceramah untuk kelas A dan metode Integratif untuk kelas B. Variabel moderator adalah apa yang dipersepsikan mahasiswa mengenai penggunaan metode dibagi menjadi dua yaitu (1) bagaimana persiapan mahasiswa sendiri di dalam pelajaran dan (2) bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pelajaran. Sedangkan variabel tergantungnya adalah hasil belajar siswa setelah ujian semester. Dari identifikasi variabel-variabel prediktor terhadap hasil belajar mahasiswa kemudian dikembangkan sebuah midel hubungan kausal seperti label 1. Tabel 1 : Analisis Dua Jalur Menggunakan ANOVA Metode/Strategi Belajar Tradisional
Kelas
Persepsi
Hasil Belajar
B
Tinggi
Nilai
Rendah Intergrative
C
Tinggi
Nilai
Rendah Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengukur keterlibatan mahasiswa yang di “Akses” menggunakan instrumen dengan skala 17, dimana 1 bearti tak ada keterlibatan, dan 7 bearti sangat terlibat, yaitu sangat aktif berperan dalam proses pembelajaran. Sedangkan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan tingkat keterlibatan terhadap hasil belajar mahasiswa secara
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
74
signifikan untuk tiap-tiap metode mengajar digunakan teknik ANOVA dengan bantuan komputer program SPSS 12. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Metode Pembelajaran dengan Ceramah Hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan dari metode ceramah dapat dikemukakan sebagai berikut : perkuliahan dengan metode ceramah menyebabkan para mahasiswa kehilangan kesempatan untuk lebih cepat meibatkan diri dalam mempelajari materi pelajaran. Ini juga bearti melewatkan peluang bagi mahsiswa untuk bisa mandiri tentang bagaimana seharusnya belajar materi pelajaran, termasuk teknologi pembelajaran. Para mahasiswa tidak terlatih untuk mencari solusi dan mengerluarkan pendapat atau penjelasannya sendiri untuk persoalan-persoalan bersifat lebih menantang. Para mahasiswa tidak bisa melakukan evaluasi diri tentang Cara berfikirnya, Cara belajarnya, dan mengapa mereka menyenangi (atau tidak menyenangi) tugas tertentu. Para mahasiswa kurang bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka, kurang memiliki motivasi dan usaha lebih besar untuk berprestasi, dan kurang adanya saling memberi dukungan akademik di antara mereka. Metode ceramah menjadikan pembelajaran yang berpusat pada dosen dan kurang melibatkan mahasiswa untuk berinteraksi secara aktif dalam proses belajar. Metode ceramah dalam belajar ditandai dengan “dosen berbicara dan Menulis di depan kelas, mahasiswa mendengarkan dan sibuk mencatat di tempat duduk mereka”. Pengajaran dengan metode ini berpusat pada dosen. Metode ceramah tidak seluruhnya jelek. Metode ini sebenarnya juga memiliki keunggulan, yaitu mampu meliputi sejumlah banyak mata pelajaran. Di samping itu, metode ini juga amat berguna bagi para mahasiswa dalam memperoleh penjelasan konsepkonsep posting secara rinci yang diberikan oleh dosen termasuk pemecahan masalah-masalah yang sulit. Metode Diskusi Kelas
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
75
Dalam metode diskusi kelas, dosen Mengajukan pertanyaan atau persoalan kepada para mahasiswa dalam Cara-Cara yang mendorong, kepada sesuatu pemahaman dan memerlukan fungsi cognitive tingkat tinggi. Metode ini sangat berbeda dengan bentuk pembelajaran tradisional. Para mahasiswa dilibatkan secara aktif dalam diskusi kelas untuk memecahkan persoalan, menjelaskan bagaimana mcnggunakan konsep, memberi gambaran seperti apa hasinya dan menjelaskan apa makna (arti) dari hasil pcmecahan persoalan tersebut. Ada perbedaan di antara dosen dan mahasiswa dalam hal bagaimana memecahkan persoalan yang sama. Untuk seluruh sesi dalam diskusi kelas, dosen menggunakan pertanyaanpertanyaan yang mengarah sebagai ganti pembelajaran, yang diajukan kepada mahasiswa untuk menuntun pemikiran tentang konsep-konsep penting mengenai bahan pelajaran (materi pelajaran). Tidak jarang hal demikian dilakukan oleh dosen sambil berkeliling ke seluruh ruang kelas. Meskipun pembelajaran masih berpusat pada dosen, namun para mahasiswa dengan cepat terbawa oleh arah dan isi dari pembelajaran dosen. Diskusi kelas mengenai materi pelajaran yang dikaitkan dengan soal-soal teknologi pembelajaran lainnya, membuat mctode pembelajaran lebih interaktif dan kreatif dan mendorong para mahasiswa untuk bekerja lebih aktif. Dialog antara dosen dan mahasiswa serta antar para mahasiswa sendiri dapat menumbuhkan kemampuan berpikir secara kritis mengenai konsep-konsep untuk memahami substansi pelajaran bagi para mahasiswa. Pengetahuan berupa konepsi materi pelajaran yang diperoleh para mahasiswa adalah produk pola pikir mereka sendiri. Seluruh kelas terlibat dalam penyusunan konsepsi tersebut yang penuh makna bagi mereka. Metode Kooperatif Cohan (dalam Sri Rahayu) mendefinisikan belajar kooperatif sebagai: "Para mahasiswa bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil di mana setiap orang dapat berpartisipasi pada tugas kolektif yang telah ditentukan dengan jelas. Para mahasiswa diharapkan melakukan tugas mereka tanpa bimbingan langsung dan segera dari dosen (guru)".
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
76
Dalam rnetode ini, para mahasiswa dilibatkan dalam memecahkan persoalanpersoalan selaku sebuah kelompok selama waktu pelajaran. Sebuah kelompok "informal" dapat terdiri dari 3, 4, 5 atau 6 orang yang duduk berdampingan. Setiap mahasiswa melakukan peranan instruktur (dosen) secara bergantian di dalam kelompoknya, Dan mengajar kepada kelompok lain bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan. Diharapkan para mahasiswa dapat menggunakan konsep dan fakta di dalam menyelesaikan persoalan atau problema. Untuk itu, diperlukan aplikasi prinsip-prinsip dasar dan keterampilan konseptual "problem solving". Para mahasiswa didorong untuk menambah, memperbaiki dan memperluas kerjasama dengan teman sekelasnya dengan menawarkan altematifalternatif. Dengan jalan bekerjasama secara aktif dan kolaboratif dalam menghadapi persoalan dan tantangan, para mahasiswa mencapai kesadaran bahwa mereka mampu berargumentasi, mengevaluasi penyelesaian dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengambil tanggungjawab lebih besar bagi pendidikannya. Lebih lanjut, metode kooperatif dapat menumbuhkan kesadaran adanya rasa saling bergantung secara positif di antara para mahasiswa. Sukses pada diri sendiri harus berarti sukses untuk teman dan kelompoknya dan berlaku sebaliknya. Tujuan belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan merupakan kepentingan bersama. Para mahasiswa menyadari bahwa melalui interaksi langsung dan komunikasi verbal secara efektif antar teman dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Mereka saling mendukung secara akademik. Integrasi Ketiga Metode Mengajar Kedalam Perkuliahan Teknologi Pembelajaran Berbagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pengajaran telah lama dilakukan dan sekarang masih berlanjut. Pentingnya implementasi pembelajaran kontruktivistik dalam bidang mata kuliah TEP sebagai salah satu metode pembelajaran alternative diluar yang tradisional perlu dilakukan. Dalam bidang study lain, misalnya sains, Susilo (1997) tclah melakukan kajian dengan pendekatan pembelajaran ini yang dikenal juga STS ( Science-TechnologySociety) atau STM (Sains-Teknologi-Masyarakat) yang menekankan proses dari
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
77
produk dan menjadikan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran telah dianggap efektif. Selanjutnya, pendekatan pembelajaran integratif ini mampu membuat pembelajaran TEP tidak membosankan dan tidak sulit, sebaliknya malah menyenangkan, sehingga sikap sikap dan minat mahasiswa terhadap mata kuliah ini tidak menjadi surut. Sri Rahayu (1998) mengemukakan hasil kajiannya tetang pembelajaran kooperatif, yaitu suatu pembelajaran alternatif yang lain yang berbeda dengan pembelajaran tradisional. Sudah hampir 550 eksperimen dan lebih dari 100 study korelasi telah dilakukan dalam pembelajaran kooperatif (Johnson and Johnson dalam Sri Rahayu,1998). pembelajaran terbukti menumbuhkan sikap positif terhadap materi pelajaran bagi para siswa atau mahasiswa lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya, dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi Dan berpikir kritis, dapat mensintesis dan mengintegrasikan berbagai konsep dan fakta bahan ajar, dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan bersosialisasi. Dalam
wacana
ini,
penulis
ingin
mcmgedepankan
pentingnya
pengintegrasian ketiga metode mengajar, yaitu metode ceramah, metode kooperatif, metode diskusi kelas menjadi pendekatan integratif ke dalam perkuliahan TEP. Pengintegrasian ketiga metode mengajar, yang memang berbeda-beda itu secara bergantian diberlakukan untuk satu kesatuan mata kuliah TEP sepanjang satu semester. Sudah barang tentu, pemberlakuan harus didasarkan atas pemahaman secara mendalam mengenai makna, keunggulan, kegunaan, tujuan dan prosedur dari masing-masing metode mengajar yang dimaksud dengan menselaraskan aspek-aspek tertentu dari satu kesatuan mata kuliah TEP. Dengan demiikian terjadilah akumulasi keunggulan yang berasal dari masing-masing metode mengajar yang diterima oleh hanya satu mata kuliah. Dibandingkan dengan pemberlakuan satu metode mengajar (misalnya pembelajaran kooperatif saja) pada satu mata kuliah, yang berarti satu keunggulan yang diterima oleh satu macam mata kuliah, maka pembelajaran tiga metode mengajar secara integratif pada satu macam mata kuliah akan sangat jauh lebih efektif. Hal ini harus dipandang sebagai inovasi penting lainnya dalam
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
78
pembelajaran dan sesuai dengan era reformasi sekarang ini. Integrasi penggunaan metode ganda ke dalam pengajaran TEP harus dilakukan secara lebih intensif dan luas. Dari identifikasi variabel-variabel prediktor terhadap hasil belajar mahasiswa kemudian dikembangkan sebuah model hubungan kausal seperti terlihat dalam tabel. Dalam melakukan ini melibatkan 100 orang mahasiswa. Pertemuan kelas 13 kali dalam satu semester, 100 menit setiap sesi pertemuan. Setiap kelompok dihadapkan pada keseluruhan metode pembelajaran pada waktu yang berbeda, dalam setiap minggunya. Dan tabel di bawah ini dapat dilihat dengan jelas pada sesi keberapa metode pembelajaran apa dipakai dalam topik bahasan yang mana. Peneliti membagi satu semester menjadi 13 sesi perkuliahan yang masing-masing diisi dengan
topik
bahasan tertentu sebagai bagian dari materi Teknologi Pembelajaran. Tabel 2: Pengintegrasian Metode Pembelajaran dalam Mata Kuliah TEP Sesi ke
Metode/Format
Topik Bahasan
1.
Ceramah
Pengertian TEP
2.
Ceramah
Peran dan Fungsi TEP
3.
Belajar Kooperatif
Desain Instruksional dan Model
4.
Diskusi Belajar
Aplikasi Berbagai Model PBM
5.
Ceramah,
belajar Penggunaan Multimedia
kooperatif 6.
Ujian
Evaluasi Formatif
7.
Diskusi Kelas
Strategi Belajar E. Learning
8.
Ceramah
Teori Konstruktivisme
9.
Belajar Kooperatif
Evaluasi FortoPolio
10.
Ceramah
Kurikulum Berbasis Kompetensi
11.
Diskusi Kelas
Peranan teknologi dlm PBM
12.
Belajar Kooperatif
Sumbangan TEP dalam PBM
13.
Ujian Akhir
Final test
Ket
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
79
Dalam penelitian yang dilakukan, para mahasiswa diminta untuk membuat spesifikasi bagaimana mereka merasakan keterlibatannya secara langsung dalam metode mengajar antara tradisional (ceramah) dan integratif yang dilakukan pada akhir semester untuk menilai persepsi keterlibatan mereka dalam mengikuti pelajaran. Hasil dari instrumen dengan Skala Likert tentang persepsi mahasiswa terhadap metode mengajar, dapat dilihat dalam label 3 di bawah ini : Tabel 3: Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode Integratif No
Metode/strategi pengajaran
1.
Metode Ceramah
Tingkat keterlibatan yang dipersepsikan 2,5
2.
Metode Integratif
3,8
Tabel ini mendiskripsikan bahwa persepsi para mahasiswa terhadap pengajaran dengan metode atau strategi mengajar tradisional berbentuk ceramah dengan rata-rata 2,5. Kemudian dengan pendekatan metode integratif dengan ratarata 3,8. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode integratif dapat meningkatkan persepsi mahasiswa tentang pentingnya penggunaan metode itu dalam pembelajaran yang berimplikasi pada persiapan dan keseriusan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran. Dari hasil analisis korelasional antara penggunaan metode ceramah dan metode integratif terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan bantuan SPSS.11. metode ceramah dengan metode pembelajaran integrative dcngan N = 100; F = 4,25; r < 0,1. hasil ini menunjukkan adanya perbedaan keefektifan dan besarnya fungsi dari masing-masing metode mengajar. Terbukti pula bahwa jika suasana kelas lebih variatif maka hal itu sangat membantu pembelajaran para mahasiswa terutama dalam proses berpikir metakognitif. Dari tabel di atas juga terlihat adanya. fungsi-fungsi kognitif yang dipersepsi oleh para mahasiswa sebagai hal yang menjamin pemahaman mereka mengenai TEP. Metode mengajar yang digunakan secara integrative dalam
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
80
mengajarkan materi pelajaran oleh dosen dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa secara luas. Hasil penelitian ini mendorong para dosen untuk memikirkan mengenai perlunya memakai metode mengajar yang lebih interaktif dan efektif. Kepada mahasiswa juga dilakukan survei. Mereka diminta untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi dari tiap-tiap metode mengajar dalam membantu mereka. Untuk setiap metode mengajar, mahasiswa boleh memberi lebih dari satu fungsi, kemudian dibuat daftarnya seperti terdapat dalam tabel 4. Table 4. Persepsi Mahasiswa Terhadap Fungsi Utama Metode mengajar No 1.
2.
Metode Mengajar Ceramah
Diskusi kelas
Fungsi
Menjelaskan konsep secara terinci
Menjelaskan hal-hal penting/sukar
Materi pelajaran terorganisasi
Mempelajari ulang konsep-konsep.
Menunjukkan kekurangfahaman
Mejawab pertanyaan materi pelajaran
Mengorganisasi materi dalam cara yang penuh makna
3.
Kooperatif
Membuat materi pelajaran lebih menarik
Mempelajari kembali konsep-konsep.
Membuat materi pelajaran lebih menarik
Mengembangkan sikap kerjasama
Saling bertanggung jawab
Penghargaan terhadap teman yang sukses.
Dari data tabel terlihat dengan jelas bahwa tiap-tiap metode mengajar yang dintegrasikan memiliki fungsi yang berbeda-beda,walaupun ada yang tumpang
Nyayu Soraya, Pengaruh Strategi Pembelajaran Integratif
81
tindih. Semua fungsi-fungsi itu membantu proses metakognitif dan menumbuhkan minat bagi para mahasiswa. Dalam hal ini, membantu proses berpikir yang aktif dan mengembangkan wawasan berpikir yang luas. Bodner (dalam Farnsisco, Nicoll dan Trautman, 1998), menyatakan hanya ada sedikit sekali informasi mengenai peran guru dalam pembelajaran yang menggunakan metode integratif. Ini merupakan kritik yang menyatakan perlunya pemakaian metode mengajar yang lebih efektif dan interaktif oleh para dosen dan guru didalam pembelajaran. D. KESIMPULAN Selama ini, metode mengajar tradisional kurang melibatkan aktivitas para mahasiswa, makanya perlu dicari metode interaktif yang berbeda-beda, sehingga mereka betul-betul berperan secara aktif. Untuk bidang studi TEP, mahasiswa tidak hanya dituntut partisipasi, tetapi tetapi juga kemudahan pemahamannya. Untuk itu, diperlukan implementasi metode-metode mengajar ganda (non interaktif dan interaktif) sekaligus. Para dosen pada bidang studi lainnya seharusnya memahami strategi pembelajaran integratif ini kemudian memakainya setahap demi tahap. Para dosen dapat menjadikan pembelajaran ini sebagai sebagai area penelitian yang cukup menarik dan menguntungkan khususnya dosen kependidikan. Hendaknya juga para dosen segera tertarik untuk memikirkan dan bekerja sama dan menciptakan model-model pembelajaran integratif di dalam suatu proyek pengembangan. Penulis :Nyayu Soraya, M.Hum adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu DAFTAR PUSTAKA Caston, J.J., 1984. The Learning Experience: Impact on Measure Institutional Effectiveness Presented at "Leadership 2000", the 16 th annual International Conference of the League for Inno ation in The Community Coolege and the Community College Leadership Program San Deego, CA: July.
82
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 1, Januari 2012
Champagne, A.B. and Bunce, D.M.1991. The Psychology of Learning Science. Glyn, S., Renny.R., Britton, B.: Lawrance Earlbaum Associaties. Degeng, I Nyoman S.1997. "Analisis Komparatif Pandangan Behavioristik vs Konstruktivistik tentang Pemecahan Masalah Belajar Abad ke XXI". Makalah disajikan dalam seminar Nasional teknologi Pembelajaran. Malang, 26 Juni. Fransisco, Nicoll dan Trautman, 1998. "Integrating Multiple Teaching Methods inti General Chemistry Claasroom". Journal of Chemical Education, 75 (2). Herawati, Susilo. 1977. "Implementasi Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Sains". Jurnal Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pembelajarannya, 26 (2). Rahayu, Sri, 1998. "Pembelajaran Kooperatif Dalam pendidikan IPA". Jurnal Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Pembelajarannya, 27 (2).