1
Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa efek Jakarta Disusun Oleh:
Desi Farida Arianti NIM. F.1303012
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya.
2
Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan gopublic untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham & Gapenski dalam Fatmawati dan Asri, 1999:94). Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan
nilai
nominal per
lembar
saham
yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4. Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya lembar saham yang beredar. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2000:398). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis) dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling hypothesis). Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split (Scott et al. dalam Margaretha, 2004:74):
3
1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas. Pengaruh stock split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh Lamoureux dan Poon dalam Sukardi (2003:330) yang menyimpulkan bahwa pasar memberikan nilai positif terhadap stock split karena adanya tax-option impac. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang dihadapi investor (tax-exampt investor) sehingga investor memperoleh keuntungan lebih. Sementara bagi manajer, pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospeek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Karena stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya.
4
Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya. Ewijaya dan Indriantoro (1998) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap harga saham. Temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga saham secara signifikan. Fatmawati dan Asri (1999) menganalisis bid-ask spread diseputar pengumuman stock split. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, volume turnover dan bid-ask spread pada saat sebelum dan sesudah stock split. Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham pada non-synchronous trading. Hasilnya menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid-ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas setelah stock split. Margaretha (2002) menganalisis dampak stock split terhadap likuiditas perdagangan dan pendapatan saham. Hasilnya menunjukkan bahwa harga saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, terdapat
5
perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split, dan tidak ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah stocksplit. Berdasarkan pada beberapa pandangan mengenai stock split, penelitian ini akan menguji kembali adanya pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Pengujian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Copeland (1979) yang melakukan penelitian terhadap perilaku perdagangan para investor dalam sekuritas yang di split-up (efek likuiditas dari stock split). Ukuran likuiditas yang digunakan yaitu perubahan volume perdagangan saham dan perubahan biaya transaksi yang diukur dengan bid-ask spread. Hasil penelitian Copeland (1979) menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) periode penelitian sebelumnya dilakukan bulan Januari 1963 sampai dengan bulan Januari 1974, sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun pengamatan tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, (2) penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan volume turnover seperti penelitian Fatmawati dan Asri (1999) sedangkan penelitian ini mempertimbangkan volume turnover sebelum dan setelah dilakukan pemecahan saham. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH STOCK SPLIT: ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA”
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka permasalahan yang dihadapi dirumuskan menjadi: 1. Apakah ada perbedaan antara bid-ask spread sebelum stock split dan sesudah stock split? 2. Apakah ada perbedaan antara volume perdagangan sebelum stock split dan sesudah stock split? 3. Apakah ada perbedaan antara volume turnover sebelum stock split dan sesudah stock split?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara bid-ask spread sebelum stock split dengan bid-ask spread sesudah stock split. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume perdagangan sebelum stock split dengan volume perdagangan sesudah stock split. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume turnover sebelum stock split dengan volume turnover sesudah stock split.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi secara empiris reaksi pasar mengenai kandungan informasi di seputar tanggal pengumuman stock split.
7
2. Memberikan informasi bagi investor mengenai sinyal yang diberikan akibat stock split di Bursa Efek Jakarta dalam hubungan dengan likuiditas perusahaan. 3. Memberikan sumbangan tambahan literatur mengenai stock split terhadap likuiditas saham dan juga memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Indonesia 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi (efek-efek) pasar modal adalah suatu sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Menurut UU No 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya. Menurut U Tun Wai dan Prof. Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF berjudul “Stock and Bonds Issue and Capital Market in the Less Developed Countries” (Anonim, 1987: 15-16), menyebut tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: a. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan pendek, primer dan yang tidak langsung.
7
9
b. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta deposito berjangka. c. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter. Dalam Anonim (1987: 16), G.L. Leffler dalam bukunya Stockmarket menyebut fungsi bursa efek adalah: a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat (Efek yang telah dimiliki umum) b. Untuk menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan. c. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha. Tekanan utama kegiatan pasar modal di Indonesia terletak pada tujuannya yang mengarah pada usaha pemerataan pendapatan masyarakat serta
menggairahkan
partisipasi
masyarakat
dalam
membiayai
pembangunan. Pasar modal akan mempermudah perusahaan-perusahaan untuk memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat
10
ditingkatkan. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi tersebut akan menciptakan dana mengembangkan lapangan kerja yang luas, yang dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, sehingga secara langsung dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran. 2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Kegiatan pasar modal Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan sahamnya di BEJ. Dalam perkembangannya kondisi ekonomi dan moneter tidak bisa dilepaskan, tetapi pengaruh yang nampaknyata ternyata berasal dari berbagai kebijaksanaan pemerintah. Pada awalnya perkembangan pasar modal Indonesia, kalau diukur dengan jumlah perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEJ, maupun kegiatan prdagangan saham, ternyata sangat lambat. Sampai dengan tahun 1982 baru 23 perusahaan, tetapi setelah itu terhenti pada angka 24 perusahaan sampai dengan tahun 1988. baru pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan yang cukup besar, mencapai jumlah 124 perusahaan pada tahun 1990. Pada tahun 1982 pemerintah memberikan insentif dalam bentuk keringanan pajak bagi perusahaan yang bersedia menjual sahamnya di pasar modal Indonesia. Insentif ini berakhir pada akhir tahun 1983, karena pada tahun 1984 berlaku sistem perpajakan yang baru. Karena itulah beberapa perusahaan memanfaatkan insentif ini yang ditunjukkan dengan
11
peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ dari 8 perusahaan menjadi 23 perusahaan. Pada tahun 1989 jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat cukup banyak, diikuti tahun 1990, dan masih meningkat pada tahun 1991. Peningkatan tersebut terjadi karena beberapa sebab, yaitu (1) BAPEPAM mulai menerapkan menerapkan kebijakan kebijakan baru yang intinya BAPEPAM tidak ingin mencampuri pembentukan harga saham di pasar perdana, pembentukan harga di pasar perdana ditentukan oleh pihakpihak yang berkepentingan, yaitu emiten dan para penjamin, (2) batasan perubahan harga saham sebesar maksimum empat persen setiap transaksi ditiadakan, harga yang terbentuk diserahkan pada kekuatan permintaan dan penawaran, dan (3) ada dua kebijakan pemerintah yang mempunyai dampak sangat besar bagi perkembangan pasar modal yaitu dikenakannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan diijinkannya pemodal asing untuk membeli saham-saham yang terdaftar di BEJ. Pada tahun 1989 itu pula pemerintah membuka bursa paralel, yaitu bursa yang ditujukan untuk perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di bursa utama (BEJ). Perusahaan-perusahaan yang terdaftaar di bursa paralel biasannya adalah perusahaan yang relatif kecil dan muda. Pada tahun 1992 mulai muncul cara penghimpunan dana dari pasar modal dengan menerbitkan bukti right. Bukti right menunjukkanhak yang dimiliki seorang pemodal untuk membeli suatu saham dengan harga tertentu (biasanya lebih murah dari harga saham yang sedang berlaku pada
12
waktu itu). Karena itu, bukti right hanya dibatasi kepada pemegang saham lama. Tujuan utama dari penerbitan right adalah untuk tidak merubah proporsi kepemilikan pemegang saham, dan menekan biaya emisi (karena biasanya tidak diperlukan underwriter). Dengan perkembangan pasar modal tersebut pemerintah merasa perlu untuk membuat regulatory framework untuk pasar modal agar bisa meningkatkan dan mendorong tumbuhnya pasar yang teratur, terbuka dan efisien agar bisa memberikan perlindungan yang wajar pada masyarakat dan pemodal. Untuk mencapai tujuan ini Badan Pelaksana Pasar Modal kemudian diganti namanya menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (singkatannya tetap BAPEPAM). Dalam bentuk barunya BAPEPAM mempunyai kewajiban untuk: a. Memonitor dan mengatur suatu pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat. b. Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement, dan lembaga-lembaga penyimpanan, reksa dana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional. c. Untuk memberi rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan.
13
B. Stock Split 1. Pengertian Stock Split Stock split atau pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per-lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya (Hartono, 2000:397). Brigham & Gapenski dalam Fatmawati dan Asri (1999:94) stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4. Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya lembar saham yang beredar. 2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Stock Split Pengaturan stock split tidak disebutkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK hanya mengatur mengenai dividen saham yang
14
dibagikan oleh perusahaan, yaitu yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 21 paragraf 23 tentang dividen saham. Uraian mengenai distribusi saham (baik dividen saham atau split) akan dijelaskan dengan contoh: PT. ABC mempunyai struktur modal sebelum distribusi saham seperti yang tertera dibawah ini: Saham biasa (Rp. 1.000,00;100.000 lembar)
Rp. 100.000.000,00
Agio saham
Rp. 50.000.000,00
Laba ditahan
Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham
Rp. 200.000.000,00
Jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan dividen saham sebesar 10% dan pada saat itu harga pasar sahamnya sebesar Rp. 2.500,00 per lembar, maka struktur modal setelah dividen saham adalah sebagai berikut: Saham biasa (Rp. 1.000,00;110.000 lembar)
Rp. 110.000.000,00
Agio saham
Rp. 65.000.000,00
Laba ditahan
Rp. 25.000.000,00 +
Modal saham
Rp. 200.000.000,00
Terlihat bahwa PT. ABC melakukan kapitalisasi rekening laba ditahan pada nilai pasar tambahan saham sebesar 25.000.000 (10%x 100.000 lembar x Rp. 2.500,00). Oleh karena itu, nilai nominal saham tidak berubah, kenaikan jumlah saham tercermin dalam kenaikan rekening saham biasa sebesar 10.000.000 (Rp. 1000,00 x 10.000 lembar), sementara
15
sisanya sebesar 15.000.000 (25.000.000 - 10.000.000) ditambahkan ke rekening agio saham sehingga total modal saham tidak berubah. Namun jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan distribusi saham sebesar 50% dari jumlah saham yang beredar (stock split effected in the form of a stock devident), maka struktur modal setelah distribusi saham tersebut menjadi: Saham biasa (Rp. 1.000,00;150.000 lembar)
Rp. 150.000.000,00
Agio saham
Rp. -
Laba ditahan
Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham
Rp. 200.000.000,00
Oleh karena jumlah saham yang didistribusikan cukup material dalam menurunkan harga pasar saham, maka dilakukan kapitalisasi rekening agio saham pada nilai nominal tambahan saham. Sementara jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan stock split dengan faktor pemecahan 2:1, yang artinya setiap 1 lembar saham lama ditukar dengan 2 lembar saham baru, maka jumlah saham yang beredar sekarang menjadi 200.000 lembar dengan nilai nominal Rp. 500,00 per lembar, sehingga struktur modal setelah stock split menjadi: Saham biasa (Rp. 500,00;200.000 lembar)
Rp. 100.000.000,00
Agio saham
Rp. 50.000.000,00
Laba ditahan
Rp. 50.000.000,00 +
Modal saham
Rp. 200.000.000,00
Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nomunal ini tidak mengubah nilai buku investasi sahamnya. Sekaligus tidak ada pendapatan yang
16
diakui. Dengan demikian terjadinya stock split tidak perlu dijurnal tetapi cukup dibuatkan memo bahwa telah dilakukan stock split, jumlah saham yang beredar meningkat, dan nilai nominal per lembar saham telah berubah (Kieso and Weygant, 2002:822). 3. Alasan Dilakukannya Stock Split Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2000:398). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis) dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling hypothesis). Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split seperti yang dikemukakan oleh Scott et al dalam Margaretha (2004:74): a. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. b. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. c. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas. Menurut Kurniawati (2003), beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai
17
macam manfaat diantaranya adalah (1) harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar, (2) meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi, (3) meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid, dan (4) sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus. Bagi manajer perusahaan pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Karena stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya
18
tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.
C.
Likuiditas Saham Sebelum melakukan stock split, harga saham perusahaan yang terlalu tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan karena para investor terutama investor kecil tidak dapat membeli saham tersebut atau kemampuan daya belinya rendah. Salah satu tujuan perusahaan melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham pada suatu range tertentu sehingga perdagangan saham bisa lebih optimal dan dapat aktif diperdagangkan serta dapat meningkatkan daya tarik investor kecil untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar. 1. Bid-ask spread Bid-ask spread merupakan perbedaan antara bid price dan ask price. Bid price adalah harga penawaran pembelian tertinggi. Ask price adalah harga penawaran penjualan terendah (Hartono, 2000:57). Biaya pemilikan sekuritas mencerminkan resiko harga dan opportunity cost terhadap pemilikan suatu sekuritas. Biaya order berhubungan dengan proses perdagangan sekuritas, pencatatan, dan kliring transaksi. Biaya informasi terjadi jika dealer melakukan transaksi dengan investor yang memiliki informasi superior (Fatmawati dan Asri, 1999:99).
19
Berdasarkan asumsi bahwa dealer tidak dapat membedakan pedagang berinformasi dengan pedagang tanpa informasi, dealer harus menaikkan spread untuk melindungi dirinya dari kerugian terhadap pedagang berinformasi (Stool dalam Fatmawati dan Asri, 1999). Jika emiten memberikan informasi kepada pasar melalui pengumuman publik arus informasi tersebut akan diterima oleh dealer maupun investor. Hal tersebut berakibat terjadinya penurunan asimetri informasi dan kemudian akan menurunkan adverse selection risk (biaya informasi) yang dihadapi dealer sehingga memotivasi dealer untuk menurunkan spread. Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan
pertemuan
antara
harga
penawaran dan
harga
permintaan relatif lebih besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid ask spread) semakin kecil. Apabila bid ask spread suatu saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. 2. Volume perdagangan Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan
saham tersebut.
Besarnya
variabel
volume
perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA).
20
Sukardi (2003), melakukan penelitian tentang pengaruh pemecahan saham terhadap abnormal return dan likuiditas saham, dengan menggunakan model indeks tunggal dan Trading Volume Activity dan dilanjutkan dengan uji signifikansi. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan setelah stock split dari perusahaan yang melakukannya dan diikuti dengan kenaikan earning. Juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas saham sebelum dan setelah stock split. 3. Volume turnover Volume turnover merupakan volume perputaran saham yang diperdagangkan. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor. Tingkat volume turnover digunakan untuk melihat apakah preferensi investor secara individual menilai kebijakan split sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham di atas keputusan perdagangan normal. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa volume turnover pada saat split menunjukkan bahwa volume turnover pada saat split lebih besar daripada volume turnover sebelum dan sesudah split secara signifikan. Peningkatan volume turnover tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan split mempunyai kandungan informasi yang
menyebabkan terjadinya
21
perbedaan preferensi investor. Kenaikan volume perdagangan saham tetap dapat terjadi apabila investor memiliki presisi informasi pribadi yang berbeda-beda (Kim dan Verrechia dalam Fatmawati dan Asri, 1999:104). Penelitian Fatmawati dan Asri (1999), menunjukkan bahwa adanya pengumuman split oleh perusahaan tidak terdapat perbedaan volume turnover antara sebelum dengan sesudah split.
D.
Efisiensi Pasar 1. Pengertian Efisiensi Pasar Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan (Husnan, 1996:246). Informasi yang relevan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu yang lalu, informasi yang tersedia kepada publik (public information), dan informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and private information). West dalam Husnan (1996:245), membedakan internal dan external efficiency. External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keadaan keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan keseimbangan. Internal efficiency menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya
22
memberikan harga yang “benar”, tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual denngan biaya serendah mungkin. 2. Bentuk Efisiensi Pasar Bentuk efisiensi pasar menurut Hartono (2000:352) dapat ditinjau dari: a. Efisiensi pasar secara informasi (informatinally efficient market) Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Pertanyaannya adalah informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien, apakah informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat. Fama dalam Hartono (2000: 323) menyajikan tiga bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari infoemasi, yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilainilai masa lalu tidak dapat digunakanuntuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
23
2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa: a) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). b) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada hargaharga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua prusahaan emiten. 3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Tujuan dari Fama membedakan ke dalam tiga bentuk pasar efisien ini adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk efisiensi pasar ini
24
berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat, seperti terlihat pada gambar 2.1
Pasar efisien bentuk lemah Pasar efisien bentuk setengah kuat Pasar efisien bentuk kuat Gambar 2.1 Tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya bahwa pasar efisien bentuk lemah tidak harus berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. b. Efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market) Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan bentuk efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah, jika efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar
25
secara keputusan mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang efisien, suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi
pasar
bentuk
setengah
kuat
yang
lebih
tinggi
dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Dengan demikian untuk mengetahui apakah pasar sudah efisien secara keputusan tidaklah cukup hanya melihat efisien secara informasi, tetapi juga harus mengetahui apakah keputusan yang dilakukan oleh pelaku pasar sudah benar dan mereka tidak dibodohi oleh pasar. 3. Faktor-Faktor Penyebab Keefisienan Pasar Modal Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efisien (Hartono, 2000:375), yaitu: a. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga ditentukan oleh banyak investor dari demand dan supply. b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.
26
c. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Random berarti investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru. d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru. Sebaliknya jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini terjadi (Hartono, 2000:376): a. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas. b. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama. c. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku-pelaku pasar. d. Investor adalah individual-individual yang lugas (naïve investors) dan tidak canggih (unsophisticated investors).
27
E.
Reaksi Pasar Terhadap Stock Split Sebagian besar perusahaan melakukan distribusi keuntungan atau laba mereka kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Distribusi laba lainnya juga dapat berbentuk dividen saham dan atau pemecahan saham (stock split), dimana pemegang saham tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan saham tersebut. Pada nilai saham par value tertentu, secara murni distribusi saham tersebut hanya mempengaruhi perusahaan secara “kosmetik” yakni dengan membagi “kue pie” perusahaan menjadi lebih kecil (Baker dan Powell dalam Fatmawati, 1999:95). Sukardi (2003:333), aktifitas split dapat mempengaruhi pasar dalam tiga bentuk: 1. Pengaruh stock split terhadap keuntungan pemegang saham Keuntungan pemegang saham biasanya diukur oleh capital gain dan peningkatan deviden dari tahun sebelumnya. Dalam studi empiris mengenai dampak stock split terhadap kesejahteraan pemegang saham diperoleh kesimpulan bahwa reaksi pasar yang positif terhadap stock split-yang ditunjukkan oleh meningkatnya harga saham di bursa-dipicu adanya harapan para investor bahwa stock split akan meningkatkan deviden dan earning perusahaan. Fama et al (1969), menyatakan bahwa kenaikan harga saham yang besar setelah pengumuman stock split dikarenakan perubahan harapan yang berkenaan dengan dividen mendatang. Hal ini didukung oleh 71,5% dari sampel penelitiannya di NYSE menunjukkan bahwa dividennya
28
meningkat setelah split lebih besar dari rata-rata saham di NYSE. Hipotesa Fama et.al dibantah oleh penelitian Grinblatt et.al (1984) yang menemukan bahwa reaksi harga saham positif terhadap stock split dialami oleh perusahaan yang tidak membagikan dividennya. Kenyataan ini didukung oleh bukti bahwa hanya 11% sampelnya yang melakukan dividen setelah split. 2. Pengaruh stock split terhadap perubahan risiko saham Stock split mengakibatkan jumlah saham beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas split tersebut akan melakukan kembali penyusunan portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan risiko saham (volatilitas harga saham) yang membentuk portofolio tersebut, sehingga diharapkan akan diperoleh tingkat risiko tertentu. Dengan melakukan pengujian terhadap 219 perusahaan split selama 108 bulan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1965 di NYSE, Bar-Yosef dan Brown (1977) melaporkan bahwa risiko sistematis dari pemecahan saham menurun pada bulan-bulan setelah split. Namun Brenan dan Copeland (1988) yang melakukan penelitian terhadap 1034 perusahaan split menemukan bahwa risiko sistematis biasanya lebih tinggi pada pengumuman split dan hari sesudahnya dibandingkan pada hari-hari sesudah itu.
29
3. Pengaruh stock split terhadap tingkat likuiditas Likuiditas suatu asset diartikan sebagai seberapa cepat asset tersebut dapat dikonversikan menjadi uang kas. Semakin cepat asset tersebut dapat berubah menjadi uang kas maka semakin tinggi likuiditasnya. Likuiditas saham adalah tingkat kemudahan saham tersebut untuk diperjualbelikan. Beberapa ahli keuangan berusaha mencari jawaban atas pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang mengalami stock split tersebut. Conroy et.al (1990) menguji 147 perusahaan split dan 143 perusahaan non split selama periode Januari 1981 sampai dengan April 1983. hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah split likuiditas perusahaan menjadi semakin buruk. Pandangan berbeda dikemukakan Dolley dan Barker yang menyimpulkan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah pemegang saham karena adanya penurunan harga saham pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini mengakibatkan likuiditas saham semakin tinggi karena semakin banyaknya partisipan pasar yang mampu melakukan aksi jual dan beli secara cepat.
F.
Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap perilaku perdagangan para investor dalam sekuritas yang displit-up (efek likuiditas dari stock split). Penelitian dilakukan terhadap pengumuman stock split dari 25 sampel perusahaan selama kurun waktu 1 Januari 1963 sampai dengan 1
30
Januari 1974, yang dipilih secara random dari NYSE. Likuiditas saham diukur dengan: a. Perubahan volume perdagangan, diukur dengan menggunakan rumus Finite Adjustment Time Series Model (FTSM) sebagai berikut: Vjt = −α 0 + β 1Vmt − β 2 Vmt −1 + β 3Vjt −1 + ejt
dalam hal ini, Vjt
= volume perdagangan ke j pada saat t
α
= konstansta
yang
merupakan
proxy
dari
nilai
ekspektasi yang tidak dapat diobservasi β 1 ,β 2 ,β 3 = koefisien Vmt, Vmt-1, Vjt-1 Vmt
= volume perdagangan pasar pada saat t
Vmt −1
= volume perdagangan pasar pada saat t-1
Vjt −1
= volume perdagangan saham ke j pada saat t-1
ejt
= residual dari volume perdagangan saham ke j pada saat t
b. Perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread). Untuk menghitung bid ask spread digunakan sampel acak dari 162 stock split dari saham OTC market antara tahun 1968-1976 karena data bid ask spread untutk sampel saham NYSE yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini tidak pernah dicatat. Penghitungan bid ask spread dilakukan untuk hari –1, -20, -40 yang akan dibandingkan dengan bid ask spread hari +1, +20, +40.
31
Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut: a. Volume perdagangan saham setelah stock split mengalami penurunan dibanding periode sebelum stock split. b. Komisi pialang, yang merupakan komponen utama dari biaya transaksi menunjukkan kenaikan minimal 7,1% setelah stock split. c. Bid ask spread setelah stock split meningkat secara signifikan dibandingkan periode sebelum stock split dengan faktor pemecahan 2:1 Secara keseluruhan, hasil-hasil tersebut memberikan simpulan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split. Dua kemungkinan penyebab yang dikemukan Copeland yaitu: a. Tingkat penyebaran informasi yang lebih rendah pada periode setelah stock split, dimana tingkat yang lebih tinggi sudah terjadi pada periode sebelum split. Hal ini dikarenakan emiten yang mensplit sahamnya merupakan perusahaan dengan kinerja yang relatif lebih baik dibanding emiten lainnya. b. Pengaturan
kembali
portofolio
saham
oleh
investor
untuk
mendapatkan portofolio yang optimal, yang menyebabkan investor memperjualbelikan saham yang displit dalam jumlah yang lebih sedikit. 2. Fatmawati (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid ask spread di BEJ. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
32
sampling terhadap saham-saham yang terdaftar di BEJ dan merupakan saham-saham yang masih aktif diperdagangkan (minimal lima hari perdagangan selama periode penelitian) serta mengumumkan kebijakan pemecahan saham (stock split) di bulan Juli 1995 sampai bulan Juli 1997 namun tidak mengeluarkan kebijakan lain. Dari 75 perusahaan yang menjadi sampel terdapat 30 perusahaan yang memenuhi persyaratan. Pengujian dilakukan untuk melihat perilaku dan uji beda harga saham, volume perdagangan, volume turnover, volatilitas dan tingkat spread di seputar split, serta melihat pengaruh harga saham, volume perdagangan dan volatilitas saham terhadap tingkat spread. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: a. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan harga saham sebelum dan setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 53,00 dengan prob-value 0,00. Hasil ini menunjukkan nilai prob-value lebih besar daripada tingkat signifikansi 5 persen sehingga disimpulkan bahwa untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga saham sebelum dan setelah listing. Dengan demikian, split berpengaruh terhadap harga saham. b. Hasil pengujian terhadap volume perdagangan saham sebelum dan setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 1,2 dengan prob-value 0,296, untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan
33
sebelum dan setelah split. Dengan demikian, split tidak berpengaruh terhadap
volume
perdagangan
saham.
Kondisi
tersebut
mengindikasikan bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi jumlah pemegang saham namun lebih pada proporsi kepemilikan saham oleh investor lama. c. Hasil pengujian terhadap besanya perubahan volume turnover sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,07 dengan prob-value 0,347, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan volume turnover sebelum dan setelah split. d. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan volatilitas harga saham sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,36 dengan prob-value 0,245, hal ini berarti bahwa untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata varian saham sebelum dan setelah tanggal listing. e. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan persentase spread yang mengukur tingkat likuiditas saham, mengalami rata-rata kenaikan sebesar 1,5 persen sebelum listing dan rata-rata penurunan sebesar 1,53 persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata spread sebelum dan setelah tanggal listing dengan t value sebesar –14,39 dengan probvalue 0,00. Hal ini berarti bahwa spread sesudah split lebih besar daripadaa sebelum split atau dengan kata lain terjadi kenaikan spread
34
akibat dari aktivitas split. Kenaikan tersebut berimplikasi pada terjadinya penurunan likuiditas saham. f. Pengujian terhadap pengaaruh harga saham, volume perdagangan dan volatilitas saham pada tingkat spread dilakukan dengan memperhatikan tingkat signifikansi koefisien dan arah masingmasing variabel. 1) Pengujian terhadap pengaruh harga saham terhadap tingkat spread menunjukkan bahwa koefisien variabel harga adalah sebesar –0,495 dan signifikan pada tingkat 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik (tinggi) sebesar 0,495 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap besarnnya spread. 2) Pengujian terhadap pengaruh volume perdagangan terhadap tingkat
spread
menunjukkan
koefisien
variabel
volume
perdagangan (nilai rupiah perdagangan) yakni sebesar – 0,098 dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa apabila volume perdagangan turun sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik sebesar 0,098 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif terhadap besarnnya spread.
35
3) Pengujian terhadap pengaruh volatilitas saham terhadap tingkat spread menunjukkan bahwa koefisien variabel varian saham adalah sebesar – 0,189 dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa apabila varian naik sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik sebesar 0,189 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh positif terhadap besarnnya spread. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah secara keseluruhan, aktifitas split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume turnover dan persentase spread. 3. Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham pada non-synchronous trading. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah saham yang melakukan stock split pada periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di BEJ dan tidak mengeluarkan pengumuman lain selama periode pengamatan. Pengujian dilakukan terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return disekitar tanggal pengumuman dan likuiditas saham dengan melihat perbedaan resiko sistematis (beta), bid ask spread dan volume perdagangan pada saat sebelum dan setelah stock split. a. Pengujian terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya
abnormal
return
disekitar
tanggal
pengumuman
menggunakan uji t (t test). Hasil pengujian signifikansi menunjukkan
36
bahwa abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split tidak signifikan pada tingkat signifikansi a = 5%, sedangkan abnormal return pada saat pengumuman stock split signifikan. Ratarata abnormal return yang signifikan pada saat pengumuman stock split menunjukkan bahwa informasi tersebut direspon publik yang ditunjukkan oleh reaksi pasar yang signifikan. b. Pengujian terhadap likuiditas saham menggunakan alat uji statistik ttes yaitu paired samples test. Hal ini dilakukan untuk menguji signifikansi perbedaan bid ask spread, volume perdagangan dan risiko sistematis (beta) pada saat sebelum dan setelah pengumuman stock split. Hasil yang diperoleh yaitu: 1) Hasil pengujian terhadap beta menunjukkan bahwa terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. 2) Hasil pengujian terhadap volume perdagangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan tetapi tidak signifikan sebelum dan setelah stock split. 3) Hasil pengujian terhadap bid ask spread menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bid ask spread tetapi tidak signifikan sebelum dan setelah stock split.
37
G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Tingkat likuiditas dapat dilihat dari perubahan bid-ask spread dan volume perdagangan. Biasanya saham akan dibeli pada harga ask (harga penawaran jual saham) yang ditentukan dealer dan dijual pada harga bid (harga permintaan beli saham) yang lebih rendah Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga permintaan relatif lebih besar. Hal ini menyebabkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid-ask spread) semakin kecil. Sehingga apabila bid-ask spread suatu saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Besar spread antara harga bid dan harga ask untuk saham biasa yaitu kira-kira $ 0,30 per saham untuk sekuritas dan perusahaan besar dan aktif ditransaksikan. Jumlah ini kurang dari 1% dari harga per saham untuk sebagian besar saham jenis ini-jumlah kecil yang masuk akal untuk membayar kemampuan untuk membeli atau menjual dengan cepat. Studi lain pada saham-saham di NYSE, berdasarkan pada kegiatan aktivitas perdagangannya, menemukan spread yang mirip. Secara spesifik, 20% saham yang paling aktif memiliki spread 0,62%. Spread meningkat tidak merata setelah itu dengan 70% saham yang paling tidak aktif memiliki spread terbesar 2,06%. Fajar dan Mc. Conroy (1995) melakukan pengujian terhadap reaksi bid-ask spread pada saat pengumuman stock split. Jika manajer menggunakan suatu sinyal untuk menyampaikan informasi privat ke pasar,
38
maka para pelaku di pasar modal akan melakukan aktivitas perdagangan dengan menggunakan informasi asimetri tersebut. Kesimpulan yang diambil dari studi ini adalah adanya penurunan pada prosentase bid-ask spread pada pengumuman stock split. Manajer menggunakan stock split sebagai suatu sinyal untuk memberi informasi mengenai undervalue saham kepada para pelaku pasar. Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan bid-ask spread yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Selain itu, harga saham yang lebih rendah setelah stock split dimaksudkan untuk mengubah investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 500 lembar atau 1 lot) menjadi investor yang round lot (investor yang membeli saham minimal 500 lembar). Bertambahnya investor round lot dan meningkatnya jumlah pemegang saham karena investor kecil dapat melakukan investasi pada harga yang lebih murah, menyebabkan tingkat likuiditas saham naik. Semakin banyak jumlah saham yang ditransaksikan terhadap jumlah total saham yang beredar di pasar modal maka semakin likuid saham tersebut. Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya perubahan volume perdagangan dan perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread). Hasil penelitian menunjukkan behwa volume perdagangan mengalami penurunan
39
pada saat setelah stock split, komisi broker dan bid-ask spread menjadi bertambah besar setelah stock split. Ketiga kondisi ini menunjukkan penurunan tingkat likuiditas saham. Lamourex dan Poon (1987); Szewezky dan Tsesekos (1991) dalam Fatmawati dan Asri (1999:99) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap volume perdagangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa volume perdagangan dan jumlah pemegang saham setelah stock split mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2: Terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Stoll dalam Fatmawati dan Asri (1999:99) menyatakan bahwa perdagangan saham akan relatif lebih besar jika investor tertentu percaya bahwa mereka memiliki informasi khusus yang tidak dimiliki oleh investor lain atau dealer. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor. Apabila volume turnover suatu saham lebih cepet, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Stool menggunakan turnover sebagai proksi informasi perdagangan saham yang dihitung sebagai proporsi nilai volume perdagangan dengan nilai saham beredar. Hasil penelitian Conroy, Harris, Benet dalam Fatmawati dan Asri (1999:100) menunjukkan bahwa volume
40
turnover untuk perusahaan yang split adalah lebih rendah dari perusahaan yang non split. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak signifikan. Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H3: Terdapat perbedaan volume turnover pada saat sebelum dan setelah stock split. Kerangka Kerja Teoritis
Perusahaan yang melakukan stock split
Perusahaan melakukan pengumuman
Perubahan bid-ask spread
Perubahan volume perdagangan
Perubahan volume turnover
Perubahan tingkat perdagangan saham
Uji beda rata-rata bid-ask spread
Uji beda rata-rata TVA
Uji beda rata-rata volume turnover
41
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data terhadap perusahaan yang melakukan stock split, yang dilanjutkan dengan pengamatan terhadap perubahan bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover yang menunjukkan perubahan tingkat perdagangan saham. Yang selanjutnya akan diuji apakah terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara sebelum perusahaan melakukan stock split dengan sesudah melakukan stock split.
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian event study, karena hanya mengamati pengaruh dari suatu kejadian tertentu pada periode tertentu dengan melihat tanggal pengumuman stock split sebagai titik kritisnya. Penelitian ini bersifat cross sectional, karena hanya mengambil sampel waktu tertentu dan kejadian pada waktu tertentu (berdasarkan dimensi waktu). Dari sisi pengendalian terhadap variabel penelitian, penelitian ini termasuk dalam ex past facto karena penulis tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi variabel.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah data historis berupa data seluruh perusahaan yang melakukan stock split dan terdaftar atau listing di Bursa Efek Jakarta selama periode pengamatan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Sampel perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penerapan metode purposive sampling, dimana penelitian didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut: .
41
43
1. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Jakarta 5 hari bursa sebelum dan 5 hari bursa setelah pelaksanaan stock split dan melakukan perdagangan aktif di Bursa Efek Jakarta selama periode tersebut. Kriteria perdagangan saham aktif adalah berdasarkan surat edaran PT BEJ No. SE-03/ BEJ/ II-1/ 94, yaitu frekuensi perdagangan saham tiga bulan sebanyak 75 kali atau lebih. 2. Perusahaan yang melakukan stock split, tidak melakukan company action seperti dividen kas, dividen bonus, right issue, merger, dan kebijakan lainnya.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup: 1. Data nama perusahaan yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2002, 2003, dan 2004. 2. Tanggal pengumuman pemecahan saham setiap perusahaan yang menjadi sampel yang berasal dari JSX Statistic tahun 2002, 2003, dan 2004. 3. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap bid-ask spread sebagai berikut: a. Harga penawaran jual (ask price) terendah saham harian untuk tiap sampel mulai dari 5 hari sebelum sampai 5 hari setelah stock split. b. Harga penawaran beli (bid price) tertinggi saham harian untuk tiap sampel mulai dari 5 hari sebelum sampai 5 hari setelah stok split.
44
4. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap volume perdagangan sebagai berikut: a. Volume perdagangan saham harian tiap sampel selama 5 hari sebelum stock split sampai 5 hari setelah stock split. b. Jumlah saham yang beredar harian untuk tiap sampel sejak 5 hari sebelum stock split sampai 5 hari setelah stock split. 5. Data yang diperlukan untuk pengujian terhadap volume turnover sebagai berikut: a. Nilai volume perdagangan setiap perusahaan yang menjadi sampel yang berasal dari database Pojok BEJ FE UNS dan Pojok BEJ FE UGM yang dapat diakses lewat sarana komputer. b. Data harga saham harian setiap perusahaan yang menjadi sampel yang berasal dari database Pojok BEJ FE UNS dan Pojok BEJ FE UGM yang dapat diakses lewat sarana komputer. Harga saham harian ini adalah harga saham penutupan karena harga tersebut adalah harga yang telah ditentukan oleh pasar.
D. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian a. Variabel independen Variabel independen adalah suatu variabel bebas yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, bahkan variabel independen merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi
45
variabel lain. Penelitian ini menggunakan pengumuman pemecahan saham (stock split) sebagai variabel independen. b. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel tidak bebas yang artinya variabel tersebut
merupakan
sesuatu
yang
dipengaruhi
oleh
variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas saham perusahaan pemecah saham di Bursa Efek Jakarta yang dihitung menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover. 2. Pengukuran dan Definisi Variabel Penelitian Stock split adalah memecah lembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2003:415-416). Menurut Kieso and Weygant (2002:608) stock split seperti halnya stock deviden meliputi pengurangan dari petambahan saham pada para pemegang saham menurut prosentase kepemilikannya. Stock split menghasilkan pengurangan dalam par atau nilai per lembar saham yang ditetapkan. Tujuan dari stock split adalah untuk meningkatkan marketability saham dengan menurunkan nilai per saham pasarnya. Likuiditas merupakan salah satu motivasi manajemen untuk melakukan perdagangan saham. Likuiditas saham dalam penelitian ini
46
dihitung dengan menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover. Periode pengujian (event windows) yang digunakan adalah 10 hari bursa terhadap ketiga variabel penelitian, yaitu 5 hari bursa sebelum stock split (n-5 sampai n-1) dan 5 hari setelah stock split (n+1 sampai n+5) yang bergantung pada event date (tanggal pelaksanaan stock split yaitu tanggal tercatat di Bursa Efek Jakarta) dari masing-masing sampel. a. Bid ask spread Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan
pertemuan
antara
harga
penawaran dan
harga
permintaan relatif lebih besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid ask spread) semakin kecil. Apabila bid ask spread suatu saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Untuk menghitung bid ask spread masing-masing sampel dengan rumus:
SPj,t =
APj, t − BPj, t 1
2(APj, t + BPj, t )
Kemudian dihitung rata-rata bid ask spread untuk seluruh sampel ssebelum dan sesudah pengumuman stock split.
47
Rata-rata bid ask spread sebelum pengumuman: −5
SPt sebelum =
∑ SPt
t = −1
5
Rata-rata bid ask spread setelah pengumuman: +5
SPt sesudah =
∑ SPt
t = +1
5
Keterangan: SPj,t = prosentase spread dari perusahaan j pada waktu t APj,t = harga penawaran terendah saham j (ask) pada waktu t BPj,t = harga permintaan tertinggi saham j (bid) pada waktu t
SPt
= rata-rata spread seluruh sampel pada sampel pada hari t
b. Volume perdagangan Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Dalam penelitian ini, pengujian terhadap variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA). Untuk menghitung aktivitas volume perdagangan masing-masing sampel dengan rumus: TVAj,t =
∑ saham perusahaan yang diperdagangkan pada waktu t ∑ saham perusahan yang tercatat diBEJ pada waktu t
48
Kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan saham untuk seluruh sampel sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Rata-rata TVA sebelum pengumuman: −5
TVA sebelum =
∑ TVAt
t = −1
5
Rata-rata TVA sebelum pengumuman: +5
TVA setelah=
∑ TVAt
t = +1
5
Keterangan: TVAj,t = volume perdagangan dari perusahaan j pada waktu t
TVA
= rata-rata TVA seluruh sample pada hari t
c. Volume turnover Volume turnover merupakan volume perputaran saham yang diperdagangkan. Tingkat volume turnover digunakan untuk melihat apakah preferensi investor secara individual menilai kebijakan split sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham diatas keputusan perdagangan normal. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka perdagangan
akan
terkonsentrasi
pada
saham
tertentu
yang
informasinya dimiliki oleh investor. Apabila volume turnover suatu saham lebih cepat, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Untuk menghitung volume turnover masingmasing sampel dengan rumus: Volume turnover =
nilai volume perdagangan nilai saham yang beredar
49
Kemudian dihitung rata-rata volume turnover untuk seluruh sampel sebelum dan sesudah pengumuman stock split.
3. Teknik Analisis Data 1. Uji Statistik Pengujian dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS versi 10.00. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dalam rangka mencari literatur yang sesuai. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis compare mean dengan prosedur Paired Sample T Test (Uji t) untuk menguji pengaruh pengumuman stock split terhadap likuiditas saham (bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover). 2. Uji Hipotesis a. Menentukan derajat keyakinan ( α ) sebesar 5%. b. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorof Smirnov untuk menentukan alat analisis yang digunakan: 1) Nilai signifikansi nilai probabilitas < 0,05 berarti distribusi tidak normal. 2) Nilai signifikansi nilai probabilitas > 0,05 berarti distribusi normal. c. Setelah distribusi data diketahui maka diputuskan alat uji apa yang akan digunakan untuk menguji hipotesis. Jika data terdistribusi normal, maka alat uji yang digunakan adalah statistic parametric dengan paired sample T test yang merupakan uji signifikansi parameter secara individu. Uji ini dimaksudkan untuk menganalisis perbandingan untuk dua sampel berpasangan. Dua sampel berpasangan dimaksudkan
50
sebagai sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda (Singgih, 2002: 161). Uji paired sample test dipergunakan dalam penelitian ini karena untuk membandingkan hasil uji antara bid-ask spread, volume perdagangan, dan volume turnover sebelum dan sesudah split, yang merupakan sebuah sampel yang sama namun mengalami dua perlakuan yang berbeda. Jika distribusi tidak normal maka dilakukan transformasi log sehingga data berdistribusi normal. Dan jika data tetap tidak normal maka digunakan alat uji statistic non parametrik dengan wilcoxon signed-ranktest. Keputusan untuk melakukan pengujian dengan statistik non parametrik ini diambil dalam kondisi sebagai berikut (Supranto, 1997:323): 1) Apabila ukuran sampel demikian kecil sehingga distribusi statistik pengambilan sampel tidak mendekati normal dan apabila tidak ada asumsi yang dapat dibuat tentang bentuk distribusi sampel. 2) Apabila digunakan data peringkat atau ordinal (data ordinal hanya memberikan informasi tentang apakah suatu item lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan item lainnya. Data ini sama sekali tidak menentukan perbedaan). 3) Apabila data nominal digunakan (data nominal adalah data yang bercirikan terdapatnya sebutan untuk membedakan item-item dari jenis yang berbeda dan tidak ada implikasi di dalam sebutan tersebut bahwa item yang satu lebih tinggi dari yang lain). Uji dengan wilcoxon signed-rank test digunakan jika besaran maupun arah perbedaan relevan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang sesungguhnya antara pasangan data yang diambil dari satu sampel atau dua sampel yang saling terkait (Supranto, 1997:328). d.
Menentukan T table berdasarkan derajat keyakinan sebesar 5%.
e. Menolak Ho jika thit > ttabel, dan menerima H0 jika thit ≤ ttabel.
51
BAB IV ANALISA DATA
Bab ini akan menguraikan data yang telah diperoleh, hasil pengolahan data serta analisis pembahasan pada ketiga variabel yang diteilti yaitu bid ask spread, volume perdagangan dan volume turnover yang tercermin dalam tiga hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS for windows versi 10.00 untuk mengetahui signifikansi setiap perbedaan nilai rata-rata masingmasing variabel pada periode pengujian yang sebelumnya telah dilakukan penghitungan dengan bantuan microsoft excel.
A.
Distribusi Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh penelitian. Penentuan kriteria tersebut untuk menghindari timbulnya misspesifikasi dalam penentuan sampel penelitian yang selanjutnya akan berpengaruh pada hasil analisis. Dari semua emiten yang melakukan stock split selama periode pengamatan tahun 2002 sampai 2004 setelah dilakukan penyaringan diperoleh 20 emiten sebagai sampel akhir dalam penelitan ini. Distribusi sampel penelitian dapat diringkas dalam Tabel 4.1
51
52
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Keterangan Sampel awal Righ issue Warrant Stock deviden Opsi convertion Saham tidak aktif Sampel akhir
2002 12
1 1 7
Tahun 2003 10 1 2 2 3 4
Jumlah 2004 15 1 3 9
37 12 25 3 4 4 20
Sumber: ICMD dan JSX 2002-2004 Seleksi tersebut menghasilkan jumlah peristiwa pengumuman stock split yang memenuhi kriteria sebanyak 20 sampel. Perusahaan yang termasuk dalam kriteria sampel disajikan dalam Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Daftar Sampel Perusahaan No
Kode
Nama Perusahaan
1 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra,Tbk 2 FMII PT. Fortune Mate Indonesia,Tbk 3 HEXA PT. Hexindo Adiperkasa,Tbk 4 JAKA PT. Jaka Artha Graha,Tbk 5 MRAT PT. Mustika Ratu,Tbk 6 PANS PT. Panin Sekuritas, Tbk 7 VOKS PT. Voksel Elektrik,Tbk 8 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia,Tbk 9 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading,Tbk 10 PNIN PT. Panin Insurance,Tbk 11 UNVR PT. Unilever Indonesia,Tbk 12 DNKS PT. Dankos Laboratories,Tbk 13 DAVO PT. Davomas Abadi,Tbk 14 EKAD PT. Ekadharma Tape Industri,Tbk 15 INCO PT. International Nickel Indonesia,Tbk 16 JIHD PT. Jakarta International Hotel & Dev,Tbk 17 KLBF PT. Kalbe Farma,Tbk 18 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa,Tbk 19 RIGS PT. Rigs Tenders,Tbk 20 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk Sumber: JSX Statistic dan ICMD
Tanggal Total Aset Pengumuman (Milyar) 27 Mei 2002 184.265 28 Juni 2002 78.568 26 Juli 2002 638.784 14 Mei 2002 154.493 1 Agustus 2002 291.549 16 September 2002 130.778 14 Maret 2002 397.499 8 Oktober 2003 464.036 8 Desember 2003 2.512.276 28 Mei 2003 1.967.202 1 September 2003 3.416.262 4 Februari 2004 1.022 15 Desember 2004 1.011 10 Februari 2004 63 2 Agustus 2004 13.486 8 Mei 2004 4.087 30 Desenber 2003 3.062 18 Oktober 2004 2.442 18 Agustus 2004 594 27 September 2004 56.115
53
B.
Hasil Pengujian Hipotesis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian normalitas data untuk mengetahui apakah data penelitian termasuk berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan uji non parametrik one-sample kolmogorov-smirnov test untuk masing-masing variabel yang diteliti. Kriteria pengujian yang digunakan dengan pengujian dua arah (two tailed test) yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan. Apabila nilai p > 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai p ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji normalitas data rata-rata spread sebelum dan sesudah tanggal peristiwa. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Spread Di Sekitar Peristiwa Item yang diuji
(Asymp. Sig-2-tailed) Interpretasi
Sebelum pengumuman
0,000
Berdistribusi tidak normal
Sesudah pengumuman
0,019
Berdistribusi tidak normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata spread sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi tidak normal, hal ini ditunjukkan dengan semua nilai p value dibawah 0,05. Karena data berdistribusi tidak normal maka dilakukan transformasi log, tetapi data tetap tidak normal. Dengan demikian untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji non parametrik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test.
54
Uji normalitas data rata-rata untuk Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah peristiwa ditunjukkan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata TVA Di Sekitar Peristiwa Item yang diuji
(Asymp. Sig-2-tailed)
Interpretasi
Sebelum pengumuman
0,000
Berdistribusi tidak normal
Sesudah pengumuman
0,000
Berdistribusi tidak normal
Sumber: Hasil pengolahan SPSS Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi tidak normal, hal ini ditunjukkan dengan semua nilai p value dibawah 0,05. Karena data berdistribusi tidak normal maka dilakukan transformasi log, tetapi data tetap tidak normal. Dengan demikian untuk pengujian hipotesis kedua digunakan uji non parametrik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test. Uji normalitas data rata-rata untuk volume turnover sebelum dan sesudah peristiwa ditunjukkan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Volume Turnover Di Sekitar Peristiwa Item yang diuji Sebelum pengumuman Sesudah pengumuman
(Asymp. Sig-2-tailed) 0,935 0,613
Sumber: Hasil pengolahan SPSS
Interpretasi Berdistribusi normal Berdistribusi normal
55
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata volume turnover sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan dengan semua nilai p value diatas 0,05. Dengan demikian untuk pengujian hipotesis ketiga digunakan uji parametrik dengan paired samples t-test. 1. Hipotesis Pertama Hasil uji statistik untuk uji hipotesis pertama selama event windows 5 hari bursa sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bid-ask spread sebelum dan sesudah stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Hasil uji wilcoxon signed ranks test variabel bid-ask spread x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan 0,0262
-0,0279
0,0541
Z hitung
Nilai p
0,075
0,940
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian beda rata-rata bid-ask spread menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima dengan nilai z hitung sebesar 0,075 lebih kecil dari z tabel 1,725 dan nilai probabilitas 0,940. Ini berarti bid-ask spread secara statistik sebelum dan sesudah stock split tidak ada perbedaan yang signifikan pada derajat keyakinan ( α ) sebesar 5%. Hasil uji z secara lengkap dapat dilihat pada lampiran III.
56
Dari tabel diatas juga terlihat bahwa tingkat spread meningkat dari -2,79% sebelum stock split menjadi 2,62% setelah stock split. Dengan demikian berarti bahwa bid-ask spread sesudah stock split yang lebih besar daripada sebelum stock split mempunyai implikasi pada terjadinya penurunan likuiditas saham. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Copeland (1979). Hal ini menunjukkan bahwa untuk kasus pasar modal Indonesia (BEJ), likuiditas saham menurun setelah stock split. 2. Hipotesis Kedua Hasil uji untuk hipotesis kedua selama event windows 5 hari bursa sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum stock split dan sesudah stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Hasil uji wilcoxon signed ranks test variabel volume perdagangan x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan 0,17800
0,49000
-0,31200
Z hitung
Nilai p
0,985
0,325
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Berdasarkan tabel diatas, hasil pengujian beda rata-rata volume perdagangan menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima dengan nilai z hitung sebesar 0,985 lebih kecil dari z tabel 1,725 dan nilai probabilitas
57
0,325. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split. Hasil pengujian hipotesis kedua ini dapat dilihat pada lampiran VI. Dari mean (x) menunjukkan bahwa rata-rata sebelum stock split adalah 49% kemudian menurun menjadi 17,8% setelah stock split. Hal ini menunjukkan bahwa volume perdagangan justru menurun setelah stock split yang membuktikan bahwa likuiditas saham juga menurun setelah stock split. Hasil ini konsisten dengan penelitian Sukardi (2003). 3. Hipotesis Ketiga Hasil uji statistik untuk hipotesis ketiga selama event windows 5 hari bursa sebelum dan 5 hari bursa sesudah stock split menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara volume turnover sebelum dan sesudah stock split, untuk keseluruhan sampel dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11 Hasil Uji T Variabel Volume Turnover x sesudah stock split x sebelum stock split perbedaan 5231898,88
2464396,72
1767502,16
Z hitung
Nilai p
2,270
0,035
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai t yang sebesar 2,270 lebih besar dari t tabel yang menunjukkan angka sebesar 1,729 dan p sebesar 0,035 lebih kecil dari 0,05. Ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang
58
signifikan antara volume turnover sebelum stock split dan volume turnover sesudah stock split, yang berarti hipotesis ketiga ditolak. Mean yang lebih besar dari 2464396,72 menjadi 5231898,88 menunjukkan bahwa transaksi saham lebih aktif setelah stock split. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dan Asri (1999). Hasil selengkapnya disajikan pada lampiran V.
C.
Pembahasan Hasil Olah Data Berdasarkan hasil pengolahan data untuk pengujian hipotesis penelitian, ternyata diperoleh bukti bahwa likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2002 sampai 2004 menurun setelah dikeluarkannya kebijakan stock split. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis pertama sampai ketiga yang menunjukkan meskipun ada peningkatan volume turnover tetapi diikuti dengan kenaikan bid-ask spread dan penurunaan volume perdagangan. Hal ini terlihat dari pengujian hipotesis satu maupun dua dengan bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan biaya transaksi mengalami kenaikan setelah stock split tetapi volume perdagangan yang tercermin dalam aktivitas volume perdagangan tidak mengalami kenaikan setelah stock split. Adanya pengumuman stock split ini juga memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan menengah atau kecil dilihat dari total asset. Bursa Efek Jakarta sebagai pasar modal yang sedang berkembang, yang ditandai dengan masih banyaknya investor yang belum bertindak
59
rasional dalam kegiatan investasinya, adanya kebijakan stock split sebagai sebuah informasi yang pada dasarnya tidak memiliki nilai ekonomis ditafsirkan oleh investor sebagai dua kemungkinan yaitu kabar baik dan kabar buruk. Ketidakseimbangan informasi (information asymetry) ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang lebih tinggi yang dialami investor setelah adanya informasi stock split
yaaanng ditandai dengan
meningkatnya bid-ask spread. Hal ini mengakibatkan investor ragu-ragu untuk melakukan transaksi yang lebih tinggi dari biasanya dan justru melakukan transaksi yang lebih kecil daripada dalam kondisi normal yang tercermin dengan hasil temuan menurunnya volume perdagangan setelah stock split.
60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan terhadap perubahan likuiditas saham akibat pengumuman stock split di Bursa Efek Jakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pengujian terhadap bid-ask spread sebagai variabel yang mencerminkan biaya transaksi secara implisit membuktikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bid-ask spread sebelum stock split dan bid-ask spread sesudah stock split. Hal ini dikarenakan para investor menghadapi biaya transaksi yang lebih tinggi setelah stock split. 2. Untuk variabel volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA) ditemukan tidak perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum stock split dan volume perdagangan sesudah stock split. Hal ini dapat disebabkan karena preferensi investor mengenai informasi perusahaan melalui kebijakan split dianggap tetap, baik sebelum maupun sesudah stock split. 3. Untuk pengujian terhadap variabel volume turnover, diperoleh hasil yang memberikan bukti bahwa volume turnover naik secara signifikan setelah stock split, ini menunjukkan bahwa saham akan semakin aktif setelah dilakukan kebijakan stock split.
61
B. KETERBATASAN Ada beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. 1. Sampel penelitian mengambil data pada tahun tertentu saja. 2. Sampel yang diambil hanya 20 perusahaan sehingga bellum dapat mengeneralisasikan hasil penelitian.
C. SARAN Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah 1. Periode yang dianalisis hendaknya lebih dari tiga tahun agar hasil penelitian lebih baik lagi. 2. Perlu menggunakan variabel independen lain seperti penggolongan industri. 3. Sampel
yang
diteliti
sebaiknya
mengeneralisasikan hasil penelitian.
ditambah
sehingga
dapat
62
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, T. E. 1979. “Liquidity Changes Following Stock Split”. Journal of Finance, 34, 115-141. Djarwanto dan Pangestu Subagyo. 1996. Statistic Induktif. Yogyakarta, BPFE. Endang. 2003. “Perubahan Likuiditas Saham Akibat Pengumuman Stock Split di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi (tidak dipublikasikan). UNS Fatmawati dan Marwata. 1999. “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham Yang Diukur Dengan Besarnya Bid-ask Spread di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 14, No. 4, 93- 110. Hartono, Jogiyanto. 2000. “Teori Portofolio dan Analisa Investasi”. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE UGM. Husnan, Suad. 1996. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Khomsiyah dan Sulistyo. 2001. “Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham (Stock Splits): Aplikasi Analisis Diskriminasi”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 16, No. 4: 388-400. Kieso and Weygand. 2002. “Accounting Princidles”. 6th Edition. Wiley International. Kuncoro, Mudrajad. 2001. “Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Kurniawati, Indah. 2003. “Analisis kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris Pada Non-Synchronous Trading”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 6, No 3: 264-275. Margaretha. 2004. “Analisis Pemecahan Saham: Dampaknya Terhadap Likuiditas Perdagangan dan Pendapatan Saham”, Balance, Maret, 1: 73-86. Santoso, Singgih. 2002. “Riset pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS”. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business. Southern. Illionis University at Caroonadale.
63
Siegel, Sidney. 1997. "Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial". Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sukardi. 2003. “Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Abnormal return dan Likuiditas Saham: Analisis di Bursa Efek Jakarta”. Aplikasi Bisnis, Vol 4, No 5: 328-346.
Sularso, Sri. 2003. "Buku Pelengkap Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi". Yogjakarta: BPFE UGM.
Supranto. 1997. “Statistik Teori dan Aplikasi”. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
Wilfrid dan Massey. 1991. "Pengantar Analisis Statistik". Yogjakarta: BPFE UGM. --------------. 1987. “Pasar Modal Indonesia: Gagasan dan Tanggapan”. Jakarta: PT (Persero) Danareksa-Boeconomica-FE UI
64
65
Lampiran 1
Data Bid Price
EMITEN
BP_5
BP_4
BP_3
BP_2
BP_1
Rata²
BP0
BP+1
VOKS
235
235
235
280
280
253
340
360
JAKA
1800
1400
1500
1400
1900
1600
1350
1350
ASDM
360
370
350
320
375
355
415
375
FMII
1025
1025
1025
1000
1025
1020
1000
1000
HEXA
1600
1575
1575
1550
1575
1575
1500
1525
MRAT
2075
2200
2200
2250
2000
2145
2150
500
PANS
225
230
230
245
235
233
240
235
PNIN UNVR
265 26900
270 27400
275 27400
295 27900
295 27800
280 27480
295 29700
295 30200
CFIN
280
260
250
255
255
260
270
280
EPMT
1475
1625
1625
1825
1900
1690
1800
1850
DNKS
1475
1500
1400
1475
1425
1455
1450
1475
EKAD
1125
1225
1250
1225
1200
1205
230
225
JIHD
625
600
575
575
550
585
525
500
INCO
34800
34300
34100
34350
34550
34420
34250
8700
RIGS
9500
9200
9350
9500
9900
9490
900
900
TLKM
8150
8400
8400
8250
8300
8300
8300
4100
RALS
4375
4275
4350
4350
4325
4335
4325
4300
DAVO
1000
1025
975
975
1000
995
1075
1050
KLBF
525
525
525
550
550
535
550
560
66
Lampiran 2 Data Ask Price
EMITEN
AP_5 AP_4 AP_3 AP_2 AP_1 Rata²
AP0 AP+1 AP+2 AP+3 AP+4 AP+5 Rata²
VOKS
2500
265
250
285
300
720
370
390
190
170
175
170 219
JAKA
0
0
0
0
1925
385
0
2450
200
205
210
210 655
400
390
400
400
415
401
425
415
215
215
225
235 261
FMII
1050
1050
1050
1025
1050
1045
1050
1050
200
210
220
215 379
HEXA
1625
1600
1600
1575
1600
1600
1525
1550
1550
1525
1500
1500 1525
MRAT
2325
2350
2350
2350
2350
2345
2200
525
525
525
525
500 520
PANS
265
240
235
255
265
252
260
255
125
115
115
115 145
270
275
280
300
300
285
300
300
310
165
165
170 222
27050 27700 27500 27950 27950 27630 29800 30250
3375
3450
3450
3400 8785
ASDM
PNIN UNVR CFIN
285
265
255
260
260
265
275
285
280
270
265
270 274
EPMT
1500
1650
1650
1850
1925
1715
1825
1875
1900
390
390
400 991
DNKS
1500
1525
1450
1500
1450
1485
1475
1500
775
750
775
750 910
EKAD
1200
1275
1300
1275
1250
1260
240
240
245
240
245
240 242
JIHD
650
625
600
600
575
610
550
525
500
500
255
250 406
34900 34500 34200 34500 34600 34540 34300
INCO
8750
8750
8700
8600
8450 8650
RIGS
9900
9900
9900
9900 10000
9920
1000
100
975
900
900
900 755
TLKM
8200
8450
8450
8300
8350
8350
8350
4125
4125
4150
4200
4350 4190
RALS
4400
4300
4375
4375
4350
4360
4350
4325
4275
4175
875
875 2905
DAVO
1050
1050
1200
1075
1025
1080
1100
1100
220
200
200
200 384
KLBF
550
525
525
550
575
545
550
560
600
600
640
660 612
67
Lampiran 3
Data Saham yang Diperdagangkan
EMITEN
LS-5
LS-4
LS-3
LS-2
LS-1
Rata-rata
LS+1
LS+2
VOKS
63000000
63000000
63000000
63000000
63000000
63000000
126000000
126000000
12
JAKA
260000000
260000000
260000000
260000000
260000000
260000000
2600000000
2600000000
260
ASDM FMII
96000000
96000000
96000000
96000000
96000000
96000000
192000000
192000000
19
320000000
320000000
320000000
320000000
320000000
320000000
1600000000
1600000000
160
HEXA
84000000
84000000
84000000
84000000
84000000
84000000
168000000
168000000
16
MRAT
107000000
107000000
107000000
107000000
107000000
107000000
428000000
428000000
42
PANS
160000000
160000000
160000000
160000000
160000000
160000000
320000000
320000000
32
PNIN
1186757411
1186757411
1186757411
1186757411
1186757411
1186757411
2373514822
2373514822
237
UNVR
763000000
763000000
763000000
763000000
763000000
763000000
1298668800
1298668800
129
CFIN
463606040
463606040
463606040
463606040
463606040
463606040
927212080
927212080
92
EPMT
700000000
700000000
700000000
700000000
700000000
700000000
1400000000
1400000000
140
DNKS
893025000
893025000
893025000
893025000
893025000
893025000
1786050000
1786050000
178
EKAD
447721600
447721600
447721600
447721600
447721600
447721600
805494400
984380800
116
JIHD
965019600
965019600
965019600
965019600
965019600
965019600
965019600
965019600
96
INCO
248408468
248408468
248408468
248408468
248408468
248408468
993633872
993633872
99
60913000
60913000
60913000
60913000
60913000
60913000
1157347000
1705564000
225
RIGS TLKM
10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 10079999640 20159999280 20159999280 3023
RALS
1400000
1400000
1400000
1400000
1400000
1400000
7000000000
7000000000
700
DAVO
1240371132
1240371132
1240371132
1240371132
1240371132
1240371132
1240371132
6201855660
620
KLBF
4060800000
4060800000
4060800000
4060800000
4060800000
4060800000
8121600000
8121600000
812
68
Lampiran 4 Data nilai volume perdagangan
EMITEN
VOL-5
VOL-4
VOL-3
VOL-2
VOL-1
VOKS
15000
0
0
46000
18000
15800
81500
60000
16000
JAKA
500
0
0
0
10000
2100
0
55084000
18082500
214
0
20000
42500
0
22500
17000
99000
22000
20000
2
ASDM FMII
Rata²
VOL+1
VOL+2
VOL+3
V
27000
30000
16000
67500
25000
33100
2500
125000
1879500
HEXA
599500
110500
24500
62000
92000
177700
53000
15500
47000
MRAT
12500
7500
2000
0
2000
4800
15400
0
1500
PANS
0
22500
0
6500
5000
6800
5000
0
195500
PNIN
1740500
5600000
4371500
8590500
7378500
5536200
2953500
6913500
10934000
328
UNVR
171500
342500
48000
161500
157500
176200
379000
8632500
16570000
481
CFIN
22440500
9703500
13018000
35875000
24890000
21185400
13433000
17466000
4010500
741
EPMT
1567000
3426000
2534000
7887000
2082500
3499300
1067000
4114500
26832000
530
DNKS
452500
3849500
4367000
2050000
570500
2257900
552500
455000
1325000
7
EKAD
242
23500
173500
152500
225500
10000
117000
7500
2550
0
JIHD
21147000
6590000
3965000
389500
2572500
6932800
4920000
4569000
1822000
808
INCO
546500
226000
120500
45000
484000
284400
902000
1101000
819500
130
RIGS
0
500
0
0
7500
1600
0
0
30000
TLKM
15828500
41431000
9350500
13298000
4144000
16810400
18019000
5874000
8585500
RALS
675500
2436500
969500
1425000
846500
1270600
929000
685000
1690500
DAVO
224500
23000
0
0
84500
66400
332000
177500
131500
KLBF
8705000
6258000
2092500
1674000
3005500
4347000
411000
43616000
8375000
216
234
444
69
Lampiran 5 Data nilai saham yang diperdagangkan
EMITEN
HS-5
HS-4
HS-3
HS-2
HS-2
HS+1
Rata²
HS+2
HS+3
HS+4
HS+5
Rata²
VOKS
250
250
250
285
300
390
287.5
195
175
170
165
176.3
JAKA
1900
1900
1900
1900
1900
1900
1900.0
195
200
205
205
201.3
ASDM
390
370
350
350
400
415
379.2
215
205
225
235
220.0
FMII
1050
1025
1025
1000
1025
1050
1029.2
200
210
215
210
208.8
HEXA
1600
1575
1600
1550
1575
1525
1570.8
1550
1500
1475
1475
1500.0
MRAT
2350
2250
2250
2250
2200
525
1970.8
525
525
525
500
518.8
PANS
240
235
235
245
245
240
240.0
120
115
115
110
115.0
295
285.8
305
165
165
165
200.0
30250 27941.7
3375
3425
3450
3400
3412.5
PNIN
270
270
280
300
300
27050
27500
27400
27650
27800
280
265
255
255
255
280
265.0
275
265
260
270
267.5
EPMT
1475
1650
1650
1850
1900
1850
1729.2
1900
390
385
400
768.8
DNKS
1500
1500
1450
1475
1450
1475
1475.0
750
750
750
750
750.0
EKAD
1200
1275
1300
1275
1250
225
1087.5
245
245
245
220
238.8
JIHD
650
625
575
575
575
525
587.5
500
500
255
250
376.3
INCO
34800
34350
34200
34400
34550
8750 30175.0
8750
8700
8600
8400
8612.5
RIGS
0
500
0
0
7500
0
1333.3
0
30000
20000
TLKM
8150
8450
8450
8300
8350
4125
7637.5
4125
4150
4200
4350
4206.3
RALS
4400
4275
4375
4375
4350
4325
4350.0
4275
4150
875
875
2543.8
DAVO
1050
1025
1025
1025
1025
1100
1041.7
220
200
200
200
205.0
KLBF
550
525
525
550
575
560
547.5
600
600
640
660
625.0
UNVR CFIN
0 12500.0
70
Lampiran 6 Data nilai saham yang beredar
EMITEN
VAL-5
VAL-4
VAL-3
VAL-2
VOKS
3725000
0
0
JAKA
9500000
0
0
0
7400000
ASDM FMII
VAL-1
Rata-rata
VAL+1
13122500
5385000
4446500
30467500
0
19000000
5700000
15700000
0
9000000
6420000
42407500
28350000
30750000
16400000
68875000
25625000
34000000
26250000
HEXA
359600000
75187500
28012500
38312500
9600000
102142500
312500
MRAT
29375000
16875000
4500000
0
4450000
11040000
80850000
PANS
90650000
90650000
96562500
0
37500000
63072500
79687500
1596000
1200000
PNIN
0
5162500
0
1592500
1225000
UNVR
4658825000
9398475000
1318100000
4521475000
4392675000
CFIN
127350000
2190977500
2500677500
910450000
11363065000
EPMT
2260912500
5570762500
4183287500
13991937500
DNKS
672500000
5769125000
6440887500
2949575000
EKAD
11
0 11103
5
3
278
4857910000 11456200000 27705 3418504000 24135667500
6334
4025837500
6006547500
1988087500
7878
820975000
3330612500
814947500
341
25600000
213500000
200100000
280400000
12237500
146367500
1687500
5
JIHD
13246212500
4022625000
2378800000
225087500
1476187500
4269782500
2582500000
2276
INCO
19140250000
7829950000
4141350000
1543800000
16895875000
9910245000
7842900000
9601
RIGS
0
4950000
0
0
73400000
15670000
0
TLKM
128860750000
348477550000 78779750000
110493875000
34340125000
RALS
2986087500
10527050000
4208787500
6207800000
3682275000
5522400000
4034000000
2925
DAVO
229350000
22600000
0
0
86400000
67670000
363187500
38
KLBF
4787625000
3440837500
1148812500
920700000
1660637500
2391722500
140190410000 74623212500 24080
229600000 26296
71
Lampiran 7 Data perhitungan bid ask spread
EMITEN VOKS JAKA ASDM FMII HEXA MRAT PANS PNIN UNVR CFIN EPMT DNKS EKAD JIHD INCO RIGS TLKM RALS DAVO KLBF
SP-5 1.65631 -2.00000 0.10526 0.02410 0.01550 0.11364 0.16327 0.01869 0.00556 0.01770 0.01681 0.01681 0.06452 0.03922 0.00287 0.04124 0.00612 0.00570 0.04878 0.04651
SP-4 0.12000 -2.00000 0.05263 0.02410 0.01575 0.06593 0.04255 0.01835 0.01089 0.01905 0.01527 0.01653 0.04000 0.04082 0.00581 0.07330 0.00593 0.00583 0.02410 0.00000
SP-3 0.06186 -2.00000 0.13333 0.02410 0.01575 0.06593 0.02151 0.01802 0.00364 0.01980 0.01527 0.03509 0.03922 0.04255 0.00293 0.05714 0.00593 0.00573 0.20690 0.00000
SP-2 0.01770 -2.00000 0.22222 0.02469 0.01600 0.04348 0.04000 0.01681 0.00179 0.01942 0.01361 0.01681 0.04000 0.04255 0.00436 0.04124 0.00604 0.00573 0.09756 0.00000
SP-1 0.06897 0.01307 0.10127 0.02410 0.01575 0.16092 0.12000 0.01681 0.00538 0.01942 0.01307 0.01739 0.04082 0.04444 0.00145 0.01005 0.00601 0.00576 0.02469 0.04444
SP+1 0.08000 0.57895 0.10127 0.04878 0.01626 0.04878 0.08163 0.01681 0.00165 0.01770 0.01342 0.01681 0.06452 0.04878 0.00573 -1.60000 0.00608 0.00580 0.04651 0.00000
SP+2 0.05405 0.02532 0.09756 0.02532 0.01626 0.10000 0.08333 0.01626 0.00743 0.01802 0.01325 0.03279 0.15385 0.05128 0.01149 0.08000 0.00608 0.00587 0.02299 0.01681
S+P 0.0923 0.0246 0.0476 0.0241 0.0165 0.1000 0.0909 0.0307 0.0072 0.0186 0.0129 0.0339 0.1098 0.0512 0.0057 0.0571 0.0060 0.0060 0.0253 0.0168
72
Lampiran 8 Data perhitungan trading volume activity
EMITEN VOKS ASDM FMII HEXA MRAT PANS PNIN UNVR CFIN EPMT DNKS EKAD JIHD INCO RIGS TLKM RALS DAVO KLBF
TVA-1 0.000 0.000 0.000 0.007 0.000 0.000 0.001 0.000 0.048 0.002 0.001 0.000 0.022 0.002 0.000 0.002 0.483 0.000 0.002
TVA-2 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.005 0.000 0.021 0.005 0.004 0.000 0.007 0.001 0.000 0.004 1.740 0.000 0.002
TVA-3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004 0.000 0.028 0.004 0.005 0.000 0.004 0.000 0.000 0.001 0.693 0.000 0.001
TVA-4 0.001 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.007 0.000 0.077 0.011 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.001 1.018 0.000 0.000
TVA-5 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.006 0.000 0.054 0.003 0.001 0.000 0.003 0.002 0.000 0.000 0.605 0.000 0.001
TVA+1 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000 0.000 0.005 0.000 0.046 0.005 0.003 0.000 0.007 0.001 0.000 0.002 0.908 0.000 0.001
TVA+2 0.001 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.014 0.001 0.000 0.000 0.005 0.001 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000
TVA+3 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003 0.007 0.019 0.003 0.000 0.000 0.005 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.005
TVA+4 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.001 0.005 0.013 0.004 0.019 0.001 0.000 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001
TV 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
73
Lampiran 9 Data perhiitungan volume turnover
EMITEN TV-5 TV-4 TV-3 TV-2 TV-1 VOKS 14900.00 0.00 0.00 46043.86 17950.00 ASDM 0.00 20000.00 44857.14 0.00 22500.00 FMII 27000.00 30000.00 16000.00 68875.00 25000.00 HEXA 224750.00 47738.10 17507.81 24717.74 6095.24 MRAT 12500.00 7500.00 2000.00 0.00 2022.73 PANS 377708.33 385744.68 410904.26 0.00 153061.22 PNIN 0.00 19120.37 0.00 5308.33 4083.33 UNVR 172230.13 341762.73 48105.84 163525.32 158009.89 CFIN 454821.43 8267839.62 9806578.43 3570392.16 44561039.22 EPMT 1532822.03 3376219.70 2535325.76 7563209.46 2118861.84 DNKS 448333.33 3846083.33 4441991.38 1999711.86 566189.66 EKAD 21333.33 167450.98 153923.08 219921.57 9790.00 JIHD 20378788.46 6436200.00 4137043.48 391456.52 2567282.61 INCO 550007.18 227946.14 121092.11 44877.91 489026.77 RIGS 0.00 9900.00 0.00 0.00 9786.67 TLKM 15811134.97 41239946.75 9323047.34 13312515.06 4112589.82 RALS 678656.25 2462467.84 962008.57 1418925.71 846500.00 DAVO 218428.57 22048.78 0.00 0.00 84292.68 KLBF 8704772.73 6553976.19 2188214.29 1674000.00 2888065.22
TV+1 TV+2 11401.28 105973.91 15469.88 111843.96 32380.95 25506.07 66978.69 198.94 21028.57 41023.26 262802.08 332031.25 23 5410.17 4198.25 160592.07 410004.18 82 12208942.86 91077990.57 230 3246782.43 1149737.35 41 2258042.37 552506.78 4 650522.22 1551.72 8132919.05 4395744.68 45 1132599.43 259913.84 10 0.00 0.00 33985553.94 9770633.39 58 1276855.49 927356.32 6 61518.18 348660.00 1 4270933.04 419360.73 438
74
Lampiran 10 Ringkasan perhitungan bid ask spread, trading volume activity, dan volume turnover
NO EMITEN
SP_SBLM
SP_SSDH
TV_SBLM
TV_SSDH
TVA_SBLM
TVA_SSDH
0.38497 -1.59739 0.12294 0.02422 0.01575 0.08998 0.07746 0.01773 0.00545 0.01908 0.01480 0.02052 0.04491 0.04192 0.00348 0.04459 0.00601 0.00575 0.08041 0.01819
0.06319 0.13543 0.05808 0.03376 0.01653 0.09078 0.06895 0.02489 0.00620 0.01843 0.01301 0.03004 0.10006 0.03827 0.00695 -0.24478 0.00599 0.02110 0.02909 0.00987
237410.53 136842.11 258836.95 312269.45 53172.04 47366.99 666898.25 4188186.21 27768.03 1771876.26 413972.11 605579.86 355597.65 1612712.35 7208.85 25989.55 1208850.38 321.50 1204355.71 7459704.12
638808.72 10613521.61 792522.77 6440753.05 111669.53 823390.48 2494861.66 11796528.74 313056.50 3436476.93 2443941.22 2147296.27 4947576.29 4197429.79 115031.13 17827.20 6706051.35 4188534.20 34392108.66 13314062.34
0.00217 0.00012 0.00158 0.00097 0.00304 0.00035 0.00008 2.50047 0.00004 0.04549 0.00060 0.00068 0.00082 0.00167 0.00003 0.00004 0.00012 0.00023 0.00020 0.00000
0.01390 0.19133 0.00401 1.00288 0.04471 0.00124 0.00012 1.03254 0.00024 0.00149 0.00174 0.00121 0.00187 0.00281 0.00012 0.00044 0.00024 0.00061 0.00101 0.00065
( 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
VOKS JAKA ASDM FMII HEXA MRAT PANS PNIN UNVR CFIN EPMT DNKS EKAD JIHD INCO RIGS TLKM RALS DAVO KLBF
75
Lampiran 11 UJI NORMALITAS Npar Tests
SP SBLM Bid ask spread 5 hr Sblm Pengumuman SP SSDH Bid ask spread 5 hr Ssdh Pengumuman TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SSDH TVA 5 hr Ssdh Pengumuman TV SBLM TURNOVER V 5 hr Sblm Pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr Ssdh Pengumuman
Descriptive Statistics N 20
Mean -2.7961503E02
20
Std. Deviation .3789358
Minimum -1.59739
Maximum .38497
7.299114E-02
-.24478
.13543
.2024427
.00000
.90800
6.732920E-02
.00000
.30300
4708438.000
1980.00
16184691.00
8190530.5000
2137.33
36132680.00
2.629200E-02 20 4..900000E-02 20 1.780000E-02 20 2464396.7500 20 5231899.0000
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SP SBLM Bid ask spread 5 hr Sblm Pengumuman N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed)
20 -2.7961502E-02 .3789358 .483 .295 -.483 2.160 .000
SP SSDH Bid ask spread 5 hr Ssdh Pengumuman 20 2.629200E-02 7.299113E-02 .340 .135 -.340 1.523 .019
TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman 20 4..900000E-02 .2024427 .482 .482 -.404 2.156 .000
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig.(2-tailed) a.
Test distribution is Normal
TV SBLM TURNOVER 5 hr Sblm Pengumuman 20 2464396.7500 4708438.000 .328 .328 -.300 .538 .935
TV SSDH TURNOVER 5 hr Ssdh Pengumuman 20 5231899.0000 8190530.5000 .281 .281 -.261 .759 .613
TVA SSDH TVA 5 hr Ssdh Pengumuman 20 1.780000E-02 6.732920E-02 .470 .470 -.396 2.100 .000
76
b.
Calculated from data
77
Lampiran 12 BID ASK SPREAD Npar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman a. b. c.
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
10a 10b 0c 20
Mean Rank 10.70 10.30
Sum of Ranks 107.00 103.00
SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman < SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman >SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman SP SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman = SP SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Test Statisticsb SP SSDH TVA 5 hr Sblm pengumumanSP SBLM TVA 5 hr Ssdh pengumuman Z -.075a Asymp.Sig.(2-tailed) .940 a. Based on negative ranks b. Wilcoxon Signed Ranks Test
78
Lampiran 13 VOLUME PERDAGANGAN Npar Tests Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks N TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman d. e. f.
Negative Ranks Positive Ranks Ties Total
7a 4b 9c 20
Mean Rank 6.29 5.60
Sum of Ranks 44.00 22.00
TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman < TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman >TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman TVA SBLM TVA 5 hr Sblm Pengumuman = TVA SSDH TVA 5 hr Sblm Pengumuman
Test Statisticsb TVA SSDH TVA 5 hr Sblm pengumumanTVA SBLM TVA 5 hr Ssdh pengumuman Z -.985a Asymp.Sig.(2-tailed) .325 c. Based on negative ranks d. Wilcoxon Signed Ranks Test
79
Lampiran 14 TURNOVER T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
Mean 222464396.7215
N 20
Std. Deviation 4708438.1107
Std. Error Mean 10528338.7683
5231898.8800
20
8190530.5659
1831458.3117
Paired Samples Correlations N Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman & TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
Correlation
20
Sig.
.772
.000
Paired Samples Test
Mean Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
-2767502.1585
Paired Differences Std. Deviation Std. Error Mean 5452029.5266
122219110.8637
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence interval of the Difference Lower Upper Pair 1
TV SBLM TURNOVER 5 hr sblm pengumuman TV SSDH TURNOVER 5 hr ssdh pengumuman
-5319130..5212
-215873.7958
t
df
Sign. (2-tailed)
-2.270
19
.035
80
Lampiran 15 ONEWAY Descriptives ASSET Asset Perusahaan (dalam Milyar)
1 Besar 2 Kecil Total
N
Mean
10 10 20
4789796.21 63000.00 4553456.40
Std. deviation 12796709.42
Std. Error 2935766.48
12500167.09
2795122.33
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound - 10957612.72 1378020.30 10403714.68 1296801.88
Minimum
Maximum
130775 63000 63000
56115000 63000 56115000
ANOVA ASSET Asset Perusahaan (dalam Milyar)
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 21225472295053.640 2947603896501025.0 2968829368796079.0
df 1 18 19
Mean Square 21225472295053.640 163755772027834.700
F .130
Sign. .723