PENGARUH SOLVABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI (Survei pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 )
RIKA ST KHADIJAH ROSDIANI (113403172) Email :
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No.24 PO. BOX 164 Tasikmalaya 46115
ABSTRACT Purpose of research to know: (1) Influence of solvency and firm size partially on yield to maturity, (2) Influence of solvency and firm size to yield to maturity simultaneously. The objec research includes solvency, firm size, yield to maturity bonds in company of bank sector registered in BEI period 2011 – 2013. The technique analyze data is multiple regression analysis, coefficien correlation analysis with pearson. The results showed that: (1) solvency partially influence on yield to maturity, firm size partially influence on yield to maturity, (2) solvency and firm size simultaneous influence on yield to maturity bonds.
Keywords: Solvency, Size Company and Yield to Maturity Bonds ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap yield to maturity obligasi secara parsial, (2) pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap yield to maturity obligasi secara simultan. Objek penelitian ini meliputi solvabilitas, ukuran perusahaaan dan yield to maturity pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 - 2013. Teknis analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan analisis korelasi dengan menggunakan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) solvabilitas secara parsial berpengaruh terhadap yield to maturity, sedangkan ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. (2) Solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi.
Kata Kunci
: Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Yield To Maturity dan Obligasi
PENDAHULUAN Banyak faktor yang menyebabkan investor lebih tertarik dengan jenis investasi seperti obligasi dibandingkan saham. Pertama, pendapatan yang diberikan oleh obligasi cenderung bersifat tetap, sehingga resiko kerugian (loss) yang akan diterima investor rendah. Kedua, apabila suatu perusahaan mengalami kebangkrutan maka secara otomatis investor obligasi akan lebih diutamakan dalam pengembalian dananya dibandingkan dengan pemegang saham. Perkembangan menarik dari pasar obligasi korporasi adalah mulai munculnya sektor-sektor baru di luar lembaga finansial seperti: properti dan konstruksi, produk konsumer, minyak dan gas, dan sektor lainnya. Namun tetap multifinance dan bank yang porsinya masih paling besar saat ini (www.katadata.co.id). Perkembangan pasar obligasi dapat dilihat dari peningkatan jumlah emiten dan nilai emisi obligasi. pada tahun 2011 jumlah emiten sebesar 199 emiten dengan nilai emisi Rp. 261 triliun, tahun 2012 jumlah emiten sebesar 210 emiten dengan nilai emisi Rp. 329 triliun serta tahun 2013 jumlah emiten sebesar 222 emiten dengan nilai Rp. 385 triliun. Perkembangan nilai emisi obligasi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa obligasi menjadi tren bagi emiten untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka panjang, modal kerja, penambahan modal perusahaan atau untuk pelunasan hutang perusahaan. Data tersebut diambil dari statistik pasar modal (Bapepam-LK). Di dalam pasar modal Indonesia ada berbagai macam sekuritas, pemodal di beri kesempatan untuk memilih diantara berbagai sekuritas tersebut. Salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal adalah obligasi. Obligasi sebagai suatu instrumen investasi menawarkan yield (tingkat keuntungan) bagi investor. Yield obligasi adalah faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Yield To Maturity adalah tingkat bunga yang menyamakan harga obligasi dengan nilai sekarang dari semua aliaran kas yang diperoleh dari obligasi sampai dengan waktu jatuh tempo, oleh karena persamaan tersebut disadari dengan perhitungan
nilai sekarang maka semua pendapatan yang diperoleh harus diinvestasikan kembali pada tingkat Yield To Maturity (Jogiyanto, 2010). Ada beberapa faktor yang sering digunakan untuk mempengaruhi yield to maturity obligasi, diantaranya adalah tingkat suku bunga, peringkat obligasi, ukuran perusahaan, debt to equity ratio (DER), pertumbuhan perusahaan, rasio hutang dan mekanisme good corporate governance (GCG). Adapun variabel penelitian ini yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap yield to maturity obligasi adalah solvabilitas dan ukuran perusahaan. Peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik tersebut dengan mengambil emiten sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengkaji dan menganalisis solvabilitas, ukuran perusahaan dan yield to maturity obligasi pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap yield to maturity. 3. Untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap yield to maturity. Penelitian sejenis terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan dan Debt to Equity Ratio Terhadap Yield to Maturity Periode Tahun 2004 – 2006. Surya dan Nasher (2011), melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI, exchange rate, ukuran perusahaan, debt to equity ratio (DER) dan bond terhadap yield obligasi korporasi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini bahwa terdapat pengaruh searah yang signifikan antara tingkat suku bunga SBI, exchange rate dan debt to equity ratio terhadap yield obligasi korporasi. Selain itu terdapat juga pengaruh yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi korporasi dan terdapat hubungan yang berlawanan antara bond rating dan yield obligasi korporasi. Riska (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate governance (GCG), ukuran perusahaan dan debt to equity ratio (DER) terhadap yield to maturity (YTM) obligasi pada perusahaan korporasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian ini bahwa good
corporate governance (GCG) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap yield to maturity (YTM). Selain itu terdapat juga bahwa ukuran perusahaan dan debt to equity (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap yield to maturity (YTM) obligasi.
METODE PENELITIAN Metode
penelitian
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif analisis dan metode korelasi. Metode deskriptif akan digunakan penulis untuk mengamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga diperoleh data-data yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Data yang diperoleh tersebut diolah, dianalisis, dan kemudian disimpulkan. Dan metode korelasional adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih.
Operasionalisasi variabel Sesuai dengan penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat diketahui operasionalisasi variabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Operasionalisasi variabel No
Variabel
Definisi variable
1
Solvabilitas
Solvabilitas adalah menunjukkan
(X1)
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
Indikator
Skala Rasio
Debt to Equity Ratio
Perbandingan antara total hutang dengan modal
jangka panjang. Munawir (2007). 2
Ukuran
Ukuran perusahaan adalah besar
Besarnya total asset yang
Perusahaan
kecilnya perusahaan dilihat dari
dimiliki oleh perusahaan
(X2)
besarnya nilai equity, nilai penjualan,
yang diukur dengan
atau nilai aktiva (Riyanto, 2008)
logaritma natural dari total
Rasio
aktiva. 3
Yield to
tingkat bunga yang menyamakan harga Bunga tahunan (kupon)
Maturity
obligasi dengan nilai sekarang dari
Nilai nominal
(Y)
semua aliran kas yang diperoleh dari
Harga pasar
obligasi sampai dengan waktu jatuh
Umur obligasi
tempo. (Jogiyanto, 2010)
Rasio
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuatitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna. Penentuan sampel Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan sektor perbankan yang menerbitkan obligasi periode tahun 2011-2013 2. Kupon obligasi termasuk fixed rate, untuk meyakinkan bahwa tidak adanya pengaruh floating rate terhadap yield obligasi. 3. Obligasi perusahaan terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh Pefindo. 4. Obligasi pada perusahaan korporasi yang aktif diperdagangkan selama periode pengamatan. 5. Obligasi membagikan kuponnya secara triwulanan. Berdasarkan kriteria purposive sampling yang ditetapkan, terdapat yang memenuhi kriteria seperti yang telah dijelaskan diatas. Sampel yang digunakan adalah 6 perusahaan bank dengan penerbitan 27 obligasi Prosedur pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Pengambilan data sekunder, yaitu dengan mengambil data dari Web Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). b) Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu studi kepustakaan yang dilakukan dengan cara mempelajari serta menelaah literatur-literatur berupa buku, jurnal, maupun makalah yang berhubungan dengan penelitian, selain itu ditunjang dengan pengambilan data via akses internet www.idx.co.id, www.ibpa.co.id dan website bank sampel penelitian.
TEKNIK ANALISIS DATA Analisis Regresi Berganda Analisis ini digunakan untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif. Penggunaan dengan model analisis ini dengan alasan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya yaitu solvabilitas (X1) dan Ukuran Perusahaan (X2) berpengaruh terhadap yield to maturity obligasi (Y). Alasan lainnya yaitu untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh antara variabel terikatnya, baik secara simultan maupun parsial. Adapun persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + € Dimana: Y = Yield to maturity obligasi X1 = Debt to equity ratio X2 = Ukuran perusahaan β0 = konstanta βi = koefisien regressi variabel Xi ε = Pengaruh faktor lain Analisis Koefisien Korelasi Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar keeratan atau kekuatan hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan). Secara simultan
R y. x1x2
r 2 yx1 r 2 yx2 2ryx1 ryx2 rx1x2 1 r 2 x1x2
(Sugiyono, 2005)
Secara Parsial Koefisien korelasi parsial antara Y dan X2, apabila X1 konstan
R y. x1x2
ryx1 ryx2 .rx1x2 (Sugiyono, 2005)
1 r 2 x1x2 1 r 2 yx2
Koefisien korelasi parsial antara Y dan X1, apabila X2 konstan
Ry. x2 x1
ryx2 ryx1 .rx1x2 1 r 2 x1x2 1 r 2 yx1 Tabel 3.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00-0.19
Sangat Rendah
0,20-0,39
Rendah
0,40-0,59
Sedang
0,60-0,79
Kuat
0,80-1,00
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2010:184)
Uji Hipotesis Uji Pengaruh Simultan (F-test) Uji pengaruh simultan (F-test) digunakan untuk mengetahui kecocokan model regresi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%), dimana H0 = model regresi tidak cocok, H1 = model regresi cocok. Rumusan hipotesis Ho1 : βi = 0
: Solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan tidak
i = 1, 2
memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
Ha1 : βi ≠ 0
: Solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan
i = 1, 2
memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
Uji Parsial (T-test) Uji parsial (T-test) digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen
secara parsial. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%), dimana H0 = koefisien tidak signifikan, H1 = koefisien signifikan. Rumusan hipotesis : H02 : β1 = 0
: Solvabilitas secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
Ha2 : β1 ≠ 0
: Solvabilitas secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
H03 : β2 = 0
: Ukuran perusahaan secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
Ha3 : β2 ≠ 0
: Ukuran perusahaan secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap Yield To Maturity (YTM)
Uji Koefisien Determinasi Nilai korelasi r hanya menyatakan erat atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y), digunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan suatu nilai yang menyatakan besar pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
PEMBAHASAN a. Solvabilitas Pada Perusahaan Perbankan pada periode 2011 – 2013 Berdasarkan tabel 4.1 bahwa solvabilitas yang memiliki debt to equity tertinggi sebesar 10,98 dimiliki oleh Bank BII yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I Tahap II seri B dan Obligasi subordinasi berkelanjutan I Tahap II pada tahun 2012. Total hutang yang dimiliki oleh Bank BII cukup besar yakni sebesar Rp 106.105.415.000.000 dan total ekuitas sebesar Rp 9.667.493.000.000.
Bank ini
mencerminkan adanya ketidakmampuan untuk memperoleh laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya. Tingginya rasio DER yang dimiliki oleh Bank BII maka akan mengindikasikan semakin besar risiko perusahaan yang dihadapi dimana
adanya kemungkinan perusahaan gagal bayar terhadap yield to maturity obligasi kepada investor. ini akan mengakibatkan penurunan kepercayaan investor terhadap perusahaan dan cenderung memiliki prospek yang buruk di masa yang akan datang. Sedangkan solvabilitas yang memiliki debt to equity terendah sebesar 6,03 dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang menerbitkan obligasi Berkelanjutan I tahap III seri A dan B serta obligasi berkelanjutan II Tahap I seri A dan B pada tahun 2013. Total hutang yang dimiliki Bank BTPN sebesar Rp 59.757.008.000.000 dan total ekuitas sebesar Rp. 9.907.865.000.000. Bank BTPN memiliki total hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan 2 bank lainnya yaitu Bank PERMATA yang menerbitkan tiga jenis obligasi dan Bank CIMB NIAGA yang menerbitkan dua jenis obligasi pada periode tahun yang sama. Bank BTPN mencerminkan perusahaan yang relatif stabil dan tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan 6 bank lainnya dari 23 obligasi yang diterbitkan. BTPN tetap konsisten dan stabil pada tahun 2012 dan 2013 dimana total hutang yang dimiliki oleh BTPN adalah yang terendah. Rendahnya rasio DER yang dimiliki oleh Bank BTPN menunjukkan kemampuan ekuitas perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya, yang akan berdampak pada peningkatan kepercayaan investor dan tingkat nilai pengembalian perusahaan. b. Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan pada periode 2011 – 2013 Berdasarkan tabel 4.2 bahwa ukuran perusahaan dengan total asset tertinggi adalah sebesar Rp. 218.866.409.000.000 dimiliki oleh Bank CIMB NIAGA yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap II seri A, B dan C pada tahun 2013. Hal ini menggambarkan perusahaan relatif lebih stabil dan dapat menarik investor agar berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan, karena Bank CIMB NIAGA dapat
memberikan yield yang terjamin secara signifikan dan dianggap memiliki prospek yang baik untuk jangka waktu yang lama. Bank CIMB NIAGA termasuk perusahaan yang relatif stabil dari tahun ke tahun dengan total asset tertinggi dibandingkan dengan 6 bank lainnya dari 21 obligasi yang diterbitkan dari tahun 2011 sampai dengan 2013. Sedangkan ukuran perusahaan yang memiliki total asset terendah adalah sebesar Rp. 46.651.141.000.000 yang dimiliki oleh Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I Tahap I seri B pada tahun 2011. Obligasi tersebut menawarkan tingkat bunga sebesar 9,90% dengan jangka waktu jatuh tempo umur 7 tahun dimana obligasi ini dikategorikan obligasi jangka panjang. Dana yang diterima dari obligasi digunakan sebagai aktivitas pendanaan jangka panjang dan penyaluran kredit. c. Yield to Maturity Pada Perusahaan Perbankan pada periode 2011 – 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada variabel yield to maturity (YTM) yang memiliki nilai terendah sebesar 7,6% terjadi pada Bank CIMB NIAGA yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap I seri A pada tahun 2012. Obligasi ini akan dapat menarik investor karena umur obligasi dimana selisih jangka waktu antara saat obligasi diterbitkan hingga jatuh tempo yang relatif singkat yakni 3 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena dianggap resikonya lebih kecil (Sapto Rahardjo, 2005). Untuk semakin diminati oleh investor maka dari tahun ke tahun Bank CIMB NIAGA tetap konsisten dalam penerbitan obligasi dengan umur obligasi relatif singkat yakni tidak lebih dari 5 tahun. Sedangkan nilai tertinggi pada variabel YTM sebesar 12,7% yang dimiliki oleh Bank Permata yang menerbitkan obligasi subordinasi berkelanjutan II Tahap I pada tahun 2013. Obligasi ini memiliki tingkat pengembalian atau yang disebut yield to
maturity (YTM) cukup besar sebagai bahan pertimbangan para investor atau pemegang obligasi agar menyimpan obligasinya hingga jatuh tempo. meskipun jangka waktu obligasi tersebut relatif lama adalah 10 tahun dapat dilihat pada data obligasi (Lampiran 1). Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan semakin lebih tinggi tingkat risikonya sehingga yield yang didapatkannya juga akan berbeda dan lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi yang memiliki umur obligasi yang cukup pendek. Pada tahun periode yang sama Bank Permata menerbitkan obligasi yang menawarkan yield to maturity yang cukup besar diatas 10% yaitu obligasi berkelanjutan I Tahap II seri B yang menawarkan yield to maturity (YTM) sebesar 11,4% dan periode sebelumnya tahun 2011 dengan obligasi subordinasi II yang menawarkan yield to maturity (YTM) sebesar 12%. Bank Permata telah menerbitkan 5 obligasi dalam kurun waktu 3 tahun dan di antara 4 dari 5 obligasi yang diterbitkan memiliki jatuh tempo yang relatif lama antara 7 sampai dengan 10 tahun dapat dilihat pada (lampiran 1). Hal ini dikarenakan Bank Permata membutuhkan dana yang diperoleh dari obligasi yang bertujuan untuk pengembangan usaha bank dalam bentuk penyaluran kredit. Analisis Data Regresi Berganda Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 21.0. Maka hasil estimasi regresi yang diperoleh koefisien konstanta sebesar, koefisien solvabilitas sebesar, koefisien ukuran perusahaan sebesar. Jadi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y =11,925 + 0,004X1 - 0,436 X2 + e Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa dari ketiga variabel independen, yaitu solvabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang berbeda beda terhadap yield to maturity (YTM) obligasi. Interpretasi dari persamaan tersebut adalah : 1. Konstanta (costant) = 11,925, artinya bila variabel solvabilitas dan ukuran perusahaan bernilai 0 (nol) konstan atau tetap, maka yield to maturity (YTM) obligasi akan sebesar 11,828%.
2. Koefisien b1 = 0,004, artinya jika nilai variabel solvabilitas meningkat sebesar 1% sedangkan nilai variabel lain tetap maka akan mengakibatkan naiknya variabel yield to maturity (YTM) obligasi sebesar 0,004 atau 0,4%. 3. Koefisien b2 = -0,436 artinya jika nilai variabel ukuran perusahaan meningkat sebesar 1% sedangkan nilai variabel lain tetap maka akan mengakibatkan turunnya variabel yield to maturity (YTM) obligasi sebesar 0,436 atau 43,6% .
Pengaruh Solvabilitas terhadap Yield To Maturity Obligasi Secara parsial Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dalam penelitian ini koefisien regresi solvabilitas (X1) sebesar 0,004, artinya setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% maka akan menyebabkan penambahan yield to maturity (YTM) pada perusahaan perbankan yang menerbitkan obligasi dengan semua jenis seri obligasi yang terdaftar di BEI sebesar 0,004 atau 0,4% dimana nilai koefisien X2 (ukuran perusahaan) dianggap konstan. Namun sebaliknya, jika solvabilitas berkurang 1% dimana nilai koefisien X2 (ukuran perusahaan) dianggap konstan, maka yield to maturity (YTM) pada perusahaan perbankan yang menerbitkan obligasi dengan semua jenis seri obligasi yang terdaftar di BEI akan berkurang sebanding dengan pengurangan solvabilitas yaitu sebesar 0,004 atau 0,4%. Solvabilitas secara parsial memiliki pengaruh signifikan, dapat dilihat pada tabel uji t (lampiran 1) diketahui nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana 0,001 < 0,05 (5%) maka sig lebih kecil dari tingkat kesalahan yang masih bisa diterima yaitu 0,05 (𝛼 = 5%), maka H02 ditolak dengan kata lain Ha2 diterima yang artinya pengaruh solvabilitas terhadap yield to maturity (YTM) obligasi perusahaan perbankan yang terdafatar di BEI signifikan. Koefisien korelasi parsial antara solvabilitas terhadap yield to maturity (YTM) bernilai 0,595, kemudian diinterpretasikan yang mengacu pada Sugiyono (2010:184). Berdasarkan pedoman interpretasi korelasi solvabilitas berada pada rentang 0,40-0,59. Hal ini berarti korelasi antara solvabilitas terhadap yield to maturity (YTM) dikategorikan sedang. Angka koefisien korelasi bertanda positif (+) artinya bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat searah, artinya peningkatan solvabilitas akan diikuti oleh bertambahnya pada yield to maturity (YTM), maka semakin tinggi
solvabilitas semakin besar tingkat risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sehingga YTM obligasi yang diisyaratkan lebih besar pula. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel solvabilitas terhadap Yield to maturity (YTM). Hal ini dapat diketahui terlihat nilai partial dalam kolom correlations pada (lampiran 2) untuk variabel solvabilitas (X1) memiliki kontribusi terhadap yield to maturity (Y) adalah sebesar (0,595)2 x 100% = 32.26% artinya variabel yield to maturity (Y)
dapat
dijelaskan oleh variabel solvabilitas (X1) sebesar 32,26% sedangkan sisanya sebesar 67,74 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh solvabilitas (X1) terhadap yield to maturity (YTM) sebesar 32,26%. Hal penting yang perlu dipahami adalah YTM merupakan yield yang dijanjikan oleh emiten bagi investor, karena investor hanya akan memperoleh yield tersebut apabila obligasi tersebut dipertahankan sampai jatuh tempo dan kupon yang diperoleh diinvestasikan kembali pada tingkat sesuai dengan YTM. Jika kemampuan emiten (penerbit) memenuhi kewajibannya membayar bunga pokok dan return kupon secara tepat waktu maka investor akan menginvestasikan kembali pada tingkat yang sesuai dengan YTM. Dimana dengan solvabilitas yang rendah maka emiten mendapatkan kepercayaan lebih oleh investor dan investor dapat memperoleh return yang tinggi hingga jatuh tempo obligasi. Maka investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui rasio hutangnya. Penelitian ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa debt to equity ratio yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Semakin tinggi rasio ini (DER) maka semakin besar risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tingginya rasio DER maka akan mengindikasikan semakin tingginya risiko default perusahaan dimasa yang akan datang sehingga akan berdampak pada tingginya yield obligasi perusahaan (Indra, 2006) dalam Ibrahim (2008). Hasil penelitian ini sejalan atau mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Surya dan Nasher (2011), Ibrahim (2008) serta Riska Ayu (2012) yang
menemukan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Yield To Maturity Obligasi Secara parsial Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dalam penelitian ini koefisien regresi ukuran perusahaan (X2) sebesar 0,436, artinya setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan yield to maturity (YTM) pada perusahaan perbankan yang menerbitkan obligasi dengan semua jenis seri obligasi yang terdaftar di BEI sebesar 0,436 atau 43,6%, dimana nilai koefisien X1 (solvabilitas) dianggap konstan. Namun sebaliknya, jika ukuran perusahaan berkurang 1% dimana nilai koefisien X1 (solvabilitas) dianggap konstan, maka yield to maturity (YTM) pada perusahaan perbankan yang menerbitkan obligasi dengan semua jenis seri obligasi yang terdaftar di BEI akan bertambah dengan penambahan pada ukuran perusaahaan yang dilihat berdasarkan total asset yaitu sebesar 0,436 atau 43,6%. Ukuran perusahaaan secara parsial memiliki pengaruh tidak signifikan, diketahui nilai signifikansi sebesar 0,680 dimana 0,680 > 0,05 (5%) maka sig lebih besar dari tingkat kesalahan yang masih bisa diterima yaitu 0,05 (𝛼 = 5%), maka H03 diterima dengan kata lain Ha3 ditolak yang artinya pengaruh ukuran perusahaan terhadap yield to maturity (YTM) obligasi perusahaan perbankan yang terdafatar di BEI tidak signifikan. Koefisien korelasi parsial antara ukuran perusahaan terhadap yield to maturity (YTM) bernilai -0,085, kemudian diinterpretasikan yang mengacu pada Sugiyono (2010:184). Berdasarkan pedoman interpretasi korelasi ukuran perusahaan berada pada rentang 0,00-0,19 hal ini berarti korelasi antara ukuran perusahaan terhadap yield to maturity (YTM) sangat lemah. Angka koefisien korelasi bertanda negatif (-) bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan arah, artinya peningkatan ukuran perusahaan akan diikuti oleh penurunan pada yield to maturity (YTM), maka semakin tinggi ukuran perusahaan akan mempunyai risiko yang lebih kecil daripada perusahaan yang berskala kecil sehingga YTM obligasi akan mengalami penurunan.
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh variabel ukuran perusahaan terhadap Yield to maturity (YTM). Hal ini dapat diketahui terlihat nilai partial dalam kolom correlations pada (lampiran 2) untuk variabel ukuran perusahaan (X2) memiliki kontribusi terhadap yield to maturity (Y) adalah sebesar (-0,085)2 x 100% = 0,72% artinya variabel yield to maturity (Y) dapat dijelaskan oleh variabel ukuran perusahaan (X2) sebesar 0,72% sedangkan sisanya sebesar 99,28% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh ukuran perusahaan (X2) terhadap yield to maturity (YTM) sebesar 0,72%. Apabila dibandingkan dengan variabel solvabilitas maka ukuran perusahaan memiliki kontribusi pengaruh yang sangat kecil terhadap yield to maturity (YTM) obligasi. Penelitian ini didukung dengan teori dari hasil penelitian Surya & Nasher (2011) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap yield to maturity. Sehingga apabila investor yang risk taker ingin berinvestasi pada obligasi, maka sebaiknya menanamkan modalnya pada obligasi yang diterbitkan atau dijual oleh perusahaan yang berskala kecil karena menawarkan yield yang besar. Sedangkan bagi investor yang risk averter sebaiknya berinvestasi pada obligasi yang diterbitkan atau dijual oleh perusahaan yang berskala besar dengan yield yang lebih rendah tetapi memiliki tingkat keamanan yang lebih besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) serta Surya dan Nasher (2011) yaitu menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riska Ayu (2012) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi.
Pengaruh Solvabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Yield To Maturity
Obligasi Secara Simultan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis korelasi ganda digunakan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara variabel independen solvabilitas (X1) dan ukuran perusahaan (X2) serta variabel dependen yield to maturity obligasi (Y). Tabel korelasi ganda yang terlampir pada
(lampiran 2) menunnjukkan nilai R adalah 0,597 = 0,60 berada tingkat pengaruh yang diinterpretasikan kuat antara solvabilitas, ukuran perusahaaan dengan yield to maturity obligasi pada perusahaan perbankan yang
menerbitkan obligasi terdaftar di BEI,
periode 2011 – 2013, karena berada pada interval 0,60 – 0,79. Uji pengaruh simultan (F-test) digunakan untuk mengetahui kecocokan hubungan pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap yield to maturity. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Hasil uji simultan (uji F) penelitian ini dapat dilihat pada (lampiran 2) diperoleh besarnya nilai F-hitung adalah 6,638 dengan nilai signifikansi 0,005. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05) maka H0 ditolak dengan kata lain Ha1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan mempengaruhi yield to maturity (YTM) obligasi. Koefisien determinasi simultan (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa pengaruh variabel X1 (solvabilitas) dan X2 (Ukuran Perusahaan) terhadap variabel Y (yield to maturity). Setelah diolah dengan SPSS diperoleh niliai R square = 0,356 atau 35,6%. nilai tersebut menunjukkan bahwa solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh sebesar 35,6% terhadap yield to maturity. Sedangkan sisanya sebesar 64,4% yield to maturity dapat dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lain. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam dalam memperhitungkan yield to maturity pada saat berinvestasi pada obligasi adalah tingkat suku bunga dapat dijadikan patokan untuk menentukan besarnya coupon rate dari obligasi yang akan ditawarkan kepada publik atau investor. Adapun faktor lainnya adalah peringkat obligasi dimana salah satu indikator penting untuk mengetahui tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan penerbit obligasi. Faktor – faktor lainnya adalah profitabilitas, inflasi, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan umur obligasi. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap Yield To Maturity (YTM) obligasi pada perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perusahaan pada sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2013 yang memiliki solvabilitas paling besar berdasarkan debt to equity adalah Bank BII yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I Tahap II seri B dan Obligasi subordinasi berkelanjutan I Tahap II pada tahun 2012., perusahaan dengan ukuran perusahaan paling besar berdasarkan total assets adalah Bank CIMB NIAGA yang menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap II seri A, B dan C pada tahun 2013, dan perusahaan dengan yield to maturity (YTM) paling tinggi adalah Bank Permata yang menerbitkan obligasi subordinasi berkelanjutan II Tahap I pada tahun 2013. 2. Solvabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity (YTM) dengan koefisien regresi positif sebesar 0,004 atau 4%
sedangkan ukuran
perusahaan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap yield to maturity (YTM) dan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,436 atau 43,6%. 3. Solvabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity (YTM).
Saran Penelitian ini membuktikan bahwa hanya solvabilitas berpengaruh terhadap Yield To Maturity (YTM) obligasi sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Yield To Maturity (YTM) obligasi. Berdasarkan hasil tersebut, saran yang dapat diberikan penulis : 1.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengambil rentang waktu yang lebih luas agar mampu mendapatkan hasil yang lebih representatif terhadap keadaan sebenarnya.
2.
Penelitian ini hanya terbatas pada solvabilitas dan ukuran perusahaan yang mana nilai R square ketiga variabel tersebut adalah sebesar
atau, sehingga dapat
disimpulkan bahwa masih terdapat 64,4% variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap yield to maturity (YTM) obligasi, sehingga penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lainnya juga diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti independensi tingkat suku bunga, profitabilitas, peringkat obligasi, inflasi, pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan umur obligasi.
3.
Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan rasio atau indikator lainnya selain debt to equity pada solvabilitas dan logaritma natural pada ukuran perusahaan agar lebuk komprehensif. Dengan komponen yang lebih komprehensif diharapkan nilai R2 meningkat dan hasilnya menjadi signifikan, sehingga solvabilitas dan ukuran perusahaan dalam menjelaskan yield to maturity (YTM) obligasi akan lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Bambang Riyanto. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Budhi Arta Surya dan Teguh Gunawan Nasher. 2011. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Exchange Rate, Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio dan Bond terhadap Yield Obligasi Korporasi di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi. Volume 10, Nomor 2. Ibrahim, Hadiasman. 2008, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan dan Debt To Equity Ratio Terhadap Yield to Maturity Periode Tahun 2004 – 2006. Tesis. Semarang,Universitas Diponegoro. Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis investasi. Yogyakarta: BPFE. Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty. Riska Ayu Hapsari. 2013, Pengaruh Good Corporate Gorvenance (GCG), Ukuran Perusahaan, Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Yield to Maturity (YTM) Obligasi Pada Perusahaan Korporasi Yang Terdaftar di BEI . Universitas Negeri Semarang. Sapto Rahardjo. 2005. Panduan Investasi Obligasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R & D. Bandung : Alfabeta.