PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Caesar Sartana Binus University +6281288117935
[email protected] Tjhin Tjiap Lung, S.E., M.M., Ak
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010 – 2014. Penelitian ini menggunakan model analisis logistic regression untuk menguji pengaruh likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas terhadap opini audit going concern. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menunjukan profitabilitas dan solvabilitas berpengaruh pada opini audit going concern Kata kunci : Rasio Keuangan Profitabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan,, Opini Audit Going Concern
ABSTRACT The aim of this research to identify the empiric study of the influence of profitability, liquidity, solvability ratios, and the size of company towards going concern audit opinion. Samples in this research are the manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange during the year of 2010 – 2014. The analysis method used in this research is the analysis of logistic regression to examine the influence of profitability, liquidity, solvability ratios, and the size of company towards going concern audit opinion. This study failed to prove the liquidity and the size of the company significantly affect the going concern audit opinion. This study shows the effect on the profitability and solvability of going concern audit opinion Key Words : Financial Ratio Profitability, Liquidity, Solvability, Size of Company,c Going Concern Audit Opinion
PENDAHULUAN Pertumbuhan perusahaan bisnis dalam suatu negara adalah salah satu indikator penting untuk dijadikan sebagai tolak ukur bagi kondisi kemajuan ekonomi dari negara tersebut. Perusahaan yang memiliki orientasi bisnis dijadikan suatu instrumen perekonomian seiring dengan perkembangan ekonomi suatu negara. Salah satunya adalah perusahaan manufaktur. Sebagai salah satu area bisnis perusahaan yang besar dan berkembang, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, pada umumnya selayaknya perusahaan bisnis lainnya, memiliki prinsip mengenai bagaimana perusahaan dapat melakukan operasional dan kegiataan perusahaan dengan biaya yang minimum namun dengan kualitas yang maksimal sehingga perusahaan menghasilkan profit yang menjanjikan. Profit yang diperoleh perusahaan, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, serta modal yang dimiliki, pada periode per tahunnya, secara umum selalu dijadikan sebagai suatu standar kelangsungan hidup perusahaan kedepannya. Demi kelangsungan hidup perusahaan tersebut (going concern) dan untuk menghindari perusahaan mengalami pailit atau dilikuidasi sebagai akibat dari, contohnya, penyalahgunaan penyaluran kredit, suatu perusahaan harus didukung dengan pengawasan yang ketat. Dalam hal ini, manajemen perusahaan memiliki peranan penting dalam mengelola aktivitas perusahaan. Manajemen harus dapat memastikan bahwa segala aktivitas perusahaan dapat berjalan selayaknya dengan standarisasi perusahaan yang nantinya dirangkum dalam penyajian laporan keuangan sebagai cerminan dari kinerja perusahaan pada periode tertulis. Informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut akan menjadi penghubung antara pihak perusahaan dan pemegang saham atau investor perusahaan. Meskipun demikian, pihak manajemen bukanlah satu-satunya pihak yang memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pihak lainnya yaitu pihak auditor atau KAP yang ditujukan untuk mengaudit perusahaan. Sudah menjadi ketentuan bagi perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang sudah diaudit oleh pihak ketiga demi kepercayaan penilaian kinerja perusahaan sebelum laporan keuangan tersebut disajikan kepada para pihak pemegang saham perusahaan atau pihak investor perusahaan dan pengguna laporan keuangan lainnya termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Adalah kantor akuntan publik (KAP) beserta auditornya, yang dijadikan pihak ketiga tersebut. Data yang telah disusun oleh pihak manajemen perusahaan ke dalam laporan keuangan akan menjadi yang data yang lebih dapat dipercaya oleh pihak investor perusahaan apabila laporan keuangan tersebut sudah diaudit terlebih dahulu oleh KAP. Pentingnya peran auditor dan juga opini audit yang dikeluarkan, dalam hal ini menjadikan auditor sebagai penghubung kepercayaan yang diinginkan oleh para investor perusahaan untuk melihat lebih dalam mengenai kinerja perusahaan. Dinyatakan juga dalam Standar Perikatan Audit (SPA) 200, tujuan audit adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan pemakai laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Peran akuntan publik dalam penyajian laporan keuangan perusahaan dari kemungkinan adanya kecurangan atau salah saji yang tidak disengaja oleh perusahaan adalah suatu hal yang sangat sensitif dan krusial. Auditor harus memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material. Selain itu, dalam melakukan proses auditnya, auditor harus dapat menilai serta mempertimbangkan kondisi going concern perusahaan yang diaudit. Kelangsungan hidup atau going concern adalah suatu asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan dimana suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Sebagai hal yang sensitif, pemberian dan penilaian asumsi going concern pada perusahaan harus dilakukan sangat hati-hati oleh auditor. Apabila auditor memiliki keraguan terhadap kelangsungan hidup perusahaan yang diaudit, maka perlu bagi auditor untuk mengungkapkan asumsi dari keraguannya pada laporan audit dengan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas going concern. Disebutkan oleh Hasanah (2014) bahwa pengeluaran opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat berdampak cukup signifikan pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Selain itu menurut pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa faktor transparansi perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam mengungkapkan laporan keuangan kepada auditor independen agar auditor dapat melakukan penilaian melalui proses auditnya dengan sebenarnya dan sewajarnya sesuai dengan kenyataan kondisi perusahaan. Laporan audit, yang diterbitkan oleh auditor yang dihasilkan dari data-data laporan keuangan perusahaan yang murni tanpa ada mofikasi dari perusahaan akan menghasilkan opini audit yang sesuai dengan kenyataan kondisi perusahaan dan akan sangat membantu perusahaan untuk mengambil langkah kedepannya, terutama apabila opini audit yang diberikan oleh auditor adalah opini going concern. Auditor memberikan opini berdasarkan evaluasi terhadap perusahaan sebagai faktor dalam menentukan pemberian opini dan salah satu faktornya adalah faktor kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan perusahaan dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai beberapa kondisi keuangan perusahaan. Pada penelitian
Riasari (2010), hasil penelitian menyatakan rasio likuiditas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini audit going concern. Namun demikian, rasio keuangan profitabilitas dan rasio leverage pada hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas merupakan aspek penting bagi perusahaan karena dapat memberikan daya tarik yang besar bagi investor untuk melakukan investasi pada perusahaan dan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada dalam perusahaan. Sedangkan rasio leverage atau yang biasa disebut juga dengan rasio solvabilitas adalah rasio yang dapat dijadikan sebagai indikator pengukuran perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Kemudian rasio ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika suatu perusahaan dilikuidasi. Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Rasio lainnnya adalah rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah indikator rasio keuangan lainnya yang mengarah pada kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, likuiditas tidak hanya berkaitan dengan keadaan keuangan perusahaan secara menyeluruh, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan mengubah aset lancar tertentu menjadi uang kas. Pada penelitian yang berbeda, yang dilakukan oleh Susanto (2009) menghasilkan perbedaan dimana penelitian menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah yang ingin diteliti dalam penulisan ini adalah : 1. Apakah faktor rasio keuangan profitabilitas (Return on Equity) memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014? 2. Apakah faktor rasio keuangan likuiditas (Current Ratio) memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014? 3. Apakag faktor rasio keuangan solvabilitas (Debt to Equity Ratios) memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014? 4. Apakah faktor ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014? Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
2.
3.
4.
Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor rasio profitabilitas (ROE) berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 – 2014. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor rasio likuiditas (Current Ratio) berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 – 2014. Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor rasio solvabilitas (Debt to equity ratio) berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufatur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 – 2014? Untuk menemukan bukti empiris apakah faktor ukuran perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 – 2014 berpengaruh terhadap opini audit going concern.
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014 dijadikan sebagai sampel populasi. Sementara yang menjadi objek penelitian adalah rasio keuangan profitabilitas (Return on Equity), likuiditas (Current Ratio), solvabilitias (Debt to equity ratio), ukuran perusahaan, dan opini audit going concern adalah sebagai objek dalam penelitian ini. Objek penelitian ini diperoleh dari isi laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 – 2014. Laporan keuangan diunduh dari website Bursa Efek Indonesia dan atau website perusahaan tersebut yang disebut sebagai data sekunder. Data utama dalam penelitian ini adalah laporan-laporan keuangan
serta annual report yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) pada periode 2010 hingga 2014 dan dari beberapa website perusahaan terkait. Data tersebut diperoleh secara tidak langsung atau disebut sebagai data sekunder. Selain itu, buku dari perpustakaan baik di Binus University ataupun dari perpustakaan lainnya, hasil penelitian sebelumnya, jurnal riset, tulisan ilmiah di media online maupun literatur-literatur juga diperoleh penulis sebagai penambah referensi maupun pengetahuan lebih dalam yang dapat mendukung penelitian. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diterapkan pada populasi sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dari yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Teknik sampling diperlukan dalam penelitian guna menentukan siapa atau apa saja anggota dari populasi yang akan dijadikan sampel penelitian. Jumlah Sampel Sesuai Dengan Kriteria Sampel Kriteria
Jumlah Perusahaan
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
139
tahun 2010 – 2014 Perusahaan-perusahaan manufaktur yang memilki laporan keuangan yang telah diaudit oleh masing-masing KAP yang
122
mengaudit perusahaan tersebut pada periode tahun 2010 – 2014 Perusahaan-perusahaan yang memiliki data lengkap pada laporan auditannya dan mengalami laba bersih negatif sekurang-
35
kurangnya 1 periode selama periode 2010 – 2014 Perusahaan-perusahaan yang menyajikan data pada laporan auditannya menggunakan
16
mata uang rupiah Jumlah Perusahaan
16
Tahun Pengamatan
5
Jumlah Sampel
80
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai olah data penelitian. Semua data yang diperoleh dan yang dianggap relevan akan dikelompokkan ke dalam sub-bagian dari masing-masing variabel. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari olah data nantinya akan diperoleh analisis mengenai hubungan dan pengaruh antara masing-masing variabel penelitian. Sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan maka analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi logistik yang bertujuan untuk menetapkan seberapa baik model yang digunakan cocok untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Penelitian dengan metode kuantitatif ini menggunakan program perangkat lunak komputer (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) v20 untuk pengoperasian analisis datanya. 1) Penggunaan statistik deskriptif bertujuan sebagai deskripsi data-data yang terkumpul yang dilihat dari ratarata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan nilai maksimum dan minimum. Rata-rata adalah sebagai nilai tengah yang diambil dari total nilai sampel yang ada di populasi. Standar deviasi adalah ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-rata. Nilai maksimum dan minimum menunjukan nilai tertinggi dan terendah dari sampel yang ada di populasi. Hal ini perlu dilakuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dari sampel yang dikumpulkan. 2) Penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistik-regresion), karena variable bebasnya merupakan kombinasi antara variable metric dan non parametric (nominal). Regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen (respon) merupakan variable dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi kode angka 0 atau 1 (dummy). Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variable bebasnya (Ghozali, 2013:333), dan mengabaikan uji heteroskedastisitas. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi logistik yang untuk pengujian hipotesis yaitu : GC = α + β1ROE + β2CR + β3DER + β4Size + €
GC
: Opini Audit Going Concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non
going concern) ROE
: Rasio keuangan profitabilitas (ROE)
CR
: Rasio keuangan likuiditas (current ratio)
DER
: Rasio keuangan solvabilitas (Debt to equity ratio)
Size
: Ukuran perusahaan (total aset)
Α
: Konstanta
€
: Error
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Menilai model fit Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2013:333). b) Menilai Keseluruhan Model (overall model fit). Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara - 2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model 72 hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log
Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variable bebas. Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1, hal ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2013: 333) c) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square menunjukkan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variable independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian (Ghozali, 2013:333). d) Uji Multikolinearitas Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. e) Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis. Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output Variable in the Equation. Output Variable in the Equation menunjukkan nilai koefisien regresi dan tingkat signifikansinya. Koefisien regresi dari tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji satu sisi yang dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (a) = 5%. Apabila sig < a maka dapat dikatakan variabel bebas berpengaruh signifikan pada variabel terikat. Gambaran dari hasil penelitian yang menggunakan software SPSS versi 20 pada penelitian ini akan disajikan melalui penjelasan uraian serta visualisasi gambar tabel dari hasil olah data statistik guna memberikan interpretasi yang jelas mengenai hasil analisis hubungan antara kedua variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) kelompok variabel yang terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Secara pembagian variabel tersebut yakni : 1.
Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2011:60). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Pengukuran variabel ini diukur menggunakan dummy. Kode 1 untuk opini audit going concern. Sedangkan 0 untuk opini audit going concern.
2.
Variabel Independen (X) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahaannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono 2011:60). Variabel independen pada penelitian ini adalah rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan.
a)
(X1) Rasio profitabilitas (Return on Equity) Mengukur seberapa besarnya pengembalian keuntungan yang didapat berdasarkan nilai ekuitas. Return on Equity = Net Income / Total Equity
b) (X2) Rasio likuiditas (Current Ratio) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Current Ratio = Current Asset / Current Liability
c)
(X3) Rasio solvabilitas (Debt to equity ratio) Mengukur sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Debt to Equity Ratio = Total Liability / Total Equity
d) (X4) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan diukur dengan nilai kondisi keuangan yang dimiliki perusahaan. Proksi yang digunakan dalam menilai kondisi keuangan perusahaan adalah total asset yang dimiliki. Ukuran Perusahaan = Natural log dari total asset
HASIL DAN BAHASAN Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 16 perusahaan dengan 80 sampel dalam bentuk laporan keuangan auditan dalam tahun pengamatan 2010 - 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan di website Bursa Efek Indonesia. Hasil tabulasi data untuk variabel dependen dan independen disajikan pada. Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada tabel berikut ini
Variabel Return on Equity Current Ratio Debt to Equity Ratio Log Natural Total Aset Opini Audit Going Concern
n 80 80 80 80 80
Statistik Deskriptif Min Max -7.68 12.25 0.15 85.41 -31.78 70.83 23.08 29.96 0 1
Mean 0.0467 3.7126 2.7934 27.0153 0.33
Std. Deviasi 1.78694 9.82662 11.68762 1.53363 .0471
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini. (1) Nilai rata-rata opini audit going concern sebesar 0.33 yang lebih kecil dari 0.50 menunjukan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 80 sampel yang diteliti. Dari 80 sampel, 24 sampel menerima opini audit going concern dan 56 menerima opini audit non going concern. (2) Nilai rata-rata current ratio sampel yang diteliti sebesar 3.7126. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara rata-rata baik. Hasil tersebut sesuai dengan ukuran yang digunakan oleh Hampton (1980) dalam Setyowati (2009) bahwa ukuran likuiditas secara normal 2 : 1. Angka rata-rata current ratio tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki aset lancar di atas kewajiban lancar sehingga sampel diharapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Dilihat dari besarnya standar deviasi menunjukkan terdapat perusahaan sampel yang likuiditasnya sangat rendah tetapi ada yang sangat tinggi. Hal ini berarti likuiditas dari perusahaan sampel memiliki variasi yang tinggi. (3) Nilai rata-rata debt to equity ratio (DER) sampel yang diteliti sebesar 2.7934 dengan minimum -31.78 dan maksimum 70.83. Rasio tersebut memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan -31.78. Namun, ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas negatif atau terdapat indikasi adanya risiko yang cukup besar bagi kreditor. Secara keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio yang tidak terlalu besar yaitu 2.7934, itu berarti bahwa rata-rata
perusahaan sampel memiliki ekuitas yang baik dan diharapkan mampu untuk memenuhi semua kewajibannya pada saat jatuh tempo. (4) Profitabilitas diukur menggunakan rasio return on equity (ROE) yang menggambarkan efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan berdasarkan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Nilai rata-rata rasio ROE perusahaan sampel adalah sebesar 0.0467 atau 5% dalam pembulatan, dengan nilai minimum -7.68 dan maksimum 12.25 Nilai rata-rata rasio ROE menunjukkan nilai positif, yang menunjukan secara garis besar atau rata-rata perusahaan memiliki efisiensi dan kemampuan untuk memperoleh pendapatan berdasarkan jumlah ekuitas yang dimiliki yang baik. (5) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (Log Normal Total Aset) sebesar 27.0153 dengan nilai minimum 23.08 yang dimiliki oleh Alam Karya Unggul Tbk pada tahun 2012 dan maksimum 29.96 yang dimiliki oleh Bentoel International Investama Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata sebesar 27.013 lebih cenderung dengan nilai maksimum 29.9584 dan jauh diatas nilai minimum 23.08 , hal ini menunjukan bahwa lebih banyak perusahaan sampel yang ukurannya tergolong berskala besar berdasarkan jumlah total aset perusahaan. Analisis Regresi Logistik Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225), dan mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597).
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Koefisien determinasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar proporsi variable independen mampu menjelaskan variable dependen. Namun perlu diingat, nilai ini hanya pendekatan saja, karena pada regresi logistik, koefisien determinasi tidak dapat dihitung seperti regresi linear. Berdasarkan besarnya nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square, nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan sebagai berikut pada tabel berikut
-2 Log likelihood 82.868 Sumber : Hasil uji SPSS
Nilai Nagelkerke R Square Cox & Snell R Square 0.202
Nagelkerke R Square 0.281
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah 0.281 menunjukan variabel independen yaitu return on equity, current ratio, debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel dependen yaitu penerimaan opini audit going concern sebesar 28.1%. Sedangkan variabel lain diluar penelitian sebesar 71.9% Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (independen) satu dengan yang lainnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortagonal. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebasnya, maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Multikolinearitas terjadi bila nilai korelasinya yang dapat dilihat dalam matriks korelasi lebih besar dari 0,9 (Ghozali, 2013)
Correlations Ukuran Perusahaan DER CR ROE Sumber : Hasil uji SPSS
Uji Multikolinearitas Ukuran Perusahaan DER 1.00 0.001 0.001 1.00 0.134 0.061 -0.079 0.292
CR 0.134 0.061 1.00 0.022
ROE -0.079 0.292 0.022 1.00
Tabel di atas menunjukkan korelasi antara variabel independennya. Hasil dari matriks korelasi ini tidak menunjukkan gejala multikolinearitas yang serius antara variabel yang diuji, sebagaimana dapat diamati, korelasi terbesar terjadi antara variabel independen debt to equity ratio dengan return on investment yaitu sebesar 0.292. Namun angka korelasi tersebut masih lebih kecil dari 0.90 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi yang kuat atau multikol di antara variabel independen dan variabel kontrol. Korelasi antar
variabel yang menunjukkan angka negatif (-) menunjukkan bahwa terjadi korelasi tidak langsung atau korelasi negatif. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi logistic untuk menganalisis hubungan antara variabel independen yaitu berupa return on equity, debt to equity ratio, current ratio, ukuran perusahaan dengan variabel dependen penelitian yaitu penerimaan opini audit going concern. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitias (sig) dengan tingkat kesalahan (α). Model dinyatakan signifikan jika nilai Sig lebih kecil dari 0.05, yang mengartikan H0 ditolak dan Ha diterima, atau dengan kata lain variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai Sig lebih besar dari 0.05 maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain variabel independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Selengkapnya, H0 dan Ha : H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel berikut menjelaskan nilai Sig masing-masing variabel sebagai hasil uji statistik terhadap hipotesis. Pengujian Hipotesis – Nilai Sig Sig. Hasil Sig Variabel Independen B Return on Equity -0.990 0.012 < 0.05 Current Ratio -0.070 0.328 > 0.05 Debt to Equity Ratio 0.155 0.013 < 0.05 Ukuran Perusahaan -0.328 0.087 > 0.05 Sumber : Hasil uji SPSS (1) Return on Equity (ROE) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukan bahwa variabel ROE diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.012. Nilai signifikansi yang berada dibawah 0.05 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ROE terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga H1 diterima. (2) Current Ratio (CR) Variabel Current Ratio diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.328. Nilai signifikansi yang berada diatas 0.05 menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel CR terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga H1 ditolak. (3) Debt to Equity Ratio (DER) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukan bahwa variabel DER diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.013. Nilai signifikansi yang berada dibawah 0.05 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel DER terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga H1 diterima dengan pengaruh positif sebesar 0.155. (4) Ukuran Perusahaan (Log Natural Total Aset) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan (Log Natural Total Aset) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.087. Nilai signifikansi yang berada diatas 0.05 menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel Log Natural Total Aset terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga H1 ditolak. Interpretasi Hasil Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi logistik untuk menganalisis hubungan antara variabel independen yaitu berupa return on equity, debt to equity ratio, current ratio, ukuran perusahaan dengan variabel dependen penelitian yaitu penerimaan opini audit going concern. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitias (sig) dengan tingkat kesalahan (α). Model dinyatakan signifikan jika nilai Sig lebih kecil dari 0.05, yang mengartikan H0 ditolak dan H1 diterima, atau dengan kata lain variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya variabel dependen. Sebaliknya, apabila nilai Sig lebih besar dari 0.05 maka berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
Variabel Independen Return on Equity Current Ratio Debt to Equity Ratio Ukuran Perusahaan Sumber : Hasil uji SPSS
Hasil Pengujian Hipotesa Nilai B Nilai Sig. -0.990 0.012 -0.070 0.328 0.155 0.013 -0.328 0.087
Hasil Berpengaruh Negatif Tidak Berpengaruh Berpengaruh Positif Tidak Berpengaruh
Pengaruh Rasio Keuangan Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada penelitian ini, perhitungan rasio keuangan profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) dimana rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pengembalian laba berdasarkan saldo ekuitas yang dimilikinya. Perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Semakin tinggi ROE menunjukan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih sebagai bentuk pengembalian yang dihasilkan dari modal yang sudah ditanamkan di perusahaan. Hasil pengujian hipotesis pada sampel perusahaan manufaktur dalam penelitian ini menunjukan bahwa ROE berpengaruh negatif terhadap opini going concern. Hasil tersebut mendukung H1 dalam penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai rasio ROE suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba sehingga semakin rendah kesangsian substansial auditor terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, sehingga semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit dengan modifikasi going concern. Semakin buruk atau terganggunya kondisi keuangan suatu perusahaan maka besar kemungkinan sebuah perusahaan untuk mendapat opini audit going concern (Januarti, 2009). Salah satu contoh yang dapat dilihat dari sampel penelitian ini adalah perusahaan emiten PT Mulia Indostrindo Tbk (MLIA). pada periode tahun 2011. Pada periode tersebut emiten MLIA memiliki laba perusahaan yaitu sebesar Rp 1,3 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp 800 juta. Perbandingan dari nilai laba dan nilai ekuitas yang menghasilkan nilai ROE sebesar 1.56 atau 156% tersebut menyatakan bahwa tingkat pengembalian yang tinggi pada perusahaan tersebut memberikan kepastian terhadap kelangsungan usaha perusahaan pada tahun berjalan, sehingga auditor tidak memiliki keraguan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrilia (2014) yang menyatakan bahwa perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan Widyantari (2011) yang menyatakan bahwa rasio keuangan profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Pengaruh Rasio Keuangan Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada penelitian ini rasio keuangan likuiditas yang digunakan adalah perhitungan Current Ratio yaitu rasio yang membandingkan jumlah aset lancar dengan hutang lancar. Perhitungan rasio ini menjelaskan bahwa semakin rendah nilai current ratio menunjukan semakin rendah pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka hal tersebut dapat mempengaruhi kredibilitas perusaahan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi suatu situasi keuangan yang patut dipertanyakan. Namun demikian, hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern dan mendukung hasil hipotesis atau sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Widyantari (2011), yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Susanti (2014) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Setelah peninjauan, penelitian yang dilakukan Susanti memiliki perbedaan periode dan jumlah sampel dengan penelitian ini. Sampel penelitian yang digunakan Susanti dalam penelitiannya merupakan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007 hingga 2014. Selain itu, salah satu kriteria sampelnya yaitu memasukan perusahaan yang mengalami laba bersih minimal dua tahun juga memiliki perbedaan pada kriteria sampel penelitian ini, dimana pada penelitian ini kriteria sampelnya memasukan perusahaan yang mengalami laba bersih minimal satu tahun saja. Dari keseluruhan kriteria dan periode sampel tersebut menghasilkan perbedaan jumlah lebih banyak pada penelitian ini yaitu berjumlah total 80 sampel dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti yaitu berjumlah hanya 55 sampel. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ria Sari (2009) yang menerima hipotesa bahwa current ratio memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Menurut penelitian tersebut dinyatakan semakin tinggi rasio likuiditas maka kreditor jangka pendek semakin yakin akan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya sehingga pada masa akan datang dapat mempermudah perusahaan untuk memperoleh kreditor jangka pendek. Dengan demikian dapat meningkatkan ekspansi usaha perusahaan sehingga memiliki sedikit kemungkinan untuk mengalami masalah keuangan yang menyimpulkan semakin tinggi tingkat likuiditas berarti semakin rendah kemungkinan suatu perusahaan untuk mendapatkan opini audit going concern. Pengaruh Rasio Keuangan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Rasio keuangan solvabilitas adalah perhitungan rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Selain itu rasio ini juga menyajikan perbandingan antara nilai ekuitas dan liabilitas perusahaan yang dapat memberikan asumsi seberapa banyak ekuitas
perusahaan didanai oleh liabilitasnya. Dalam penelitian ini perhitungan rasio yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER) dimana perhitungan dilakukan dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas perusahaan. Pada penelitian ini nilai standar rasio debt to equity adalah 2.8 yang diambil dari nilai rata-rata industri manufaktur. Perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi ideal, apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Hasil pengujian hipotesis pada sampel perusahaan manufaktur ini menunjukan bahwa DER berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung H3 dalam penelitian sampel perusahaan. Meskipun hasil penelitian menyatakan bahwa variabel independen rasio solvabilitas DER berpengaruh positif yang dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat DER maka semakin tinggi juga kesangsian subtansial auditor terhadap asumsi going concern perusahaan, sehingga semakin besar kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern, namun angka dari nilai B menunjukan 0.1 yaitu angka yang sangat mendekati nilai 0 sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar. Hasil pengujian penelitian ini sejalan dengan pengujian oleh Afrilia (2014) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap opini audit going concern serta berbeda dengan hasil penelitian oleh Yulius (2009) yang dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa DER tidak memiliki pengaruh akan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Penelitian ini menggunakan nilai logaritma total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan. Penggunaan logaritma total aset dipandang dapat mewakili ukuran perusahaan karena dapat menggambarkan kemampuan perusahaan baik kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya maupun kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki. Penelitian ini menghasilkan hasil pengujian hipotesis dimana dinyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern yang diberikan auditor kepada perusahaan. Hasil ini mendukung penelitian oleh Fonda (2009) yaitu tidak ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan going concern. Penelitian tersebut juga berpendapat bahwa tidak ada kepastian perusahaan yang memiliki total aset lebih kecil akan mendapatkan opini audit going concern serta sebaliknya, perusahaan yang memiliki total aset lebih besar, ada kemungkinan menerima opini audit going concern terutama apabila perusahaan mengalami defisit keuangan berulang secara berturut tanpa melihat seberapa besar ukuran perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis dan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan profitabilitas return on equity dan rasio keuangan solvabilitas debt to equity ratio memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan rasio keuangan likuiditas current ratio serta ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh. 1. Hasil penelitian dari variabel profitabilitas yang menggunakan perhitungan return on equity ini menunjukan koefisiensi negative sebesar -0.990 dengan tingkat signifikanasi 0.012 lebih kecil dari α = 5% (0.012 < 0.05). Tingkat signifikansi yang lebih kecil tersebut menyatakan rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on equity berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. 2. Hasil penelitian dari variabel rasio likuiditas yang menggunakan perhitungan current ratio ini menunjukan tingkat signifikanasi 0.328 yaitu lebih besar dari α = 5% (0.328 > 0.05). Tingkat signifikansi yang lebih besar tersebut menyatakan rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern. 3. Hasil penelitian dari variabel solvabilitas yang menggunakan perhitungan debt to equity ratio ini menunjukan koefisiensi positif sebesar 0.155 dengan tingkat signifikanasi 0.013 yaitu lebih kecil dari α = 5% (0.013 < 0.05). Tingkat signifikansi yang lebih kecil tersebut menyatakan rasio profitabilitas yang diproksikan dengan debt to equity ratio berpengaruh positif pada opini audit going concern. Artinya, setiap kenaikan pada nilai rasio debt to equity ratio akan diikuti juga dengan besarnya kemungkinan perusahaan
menerima opini audit going concern. Pada analisa sampel penelitian juga dapat ditinjau bahwa cenderung terdapat bahwa beberapa perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern memiliki nilai liabilitas yang jauh lebih besar dibandingkan nilai ekuitasnya yang dapat menimbulkan keraguan bahwa perusahaan dapat melunaskan hutang-hutangnya tersebut. 4. Ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap opini audit going concern. Hal ini berarti auditor tidak melihat berapapun nilai total aset yang dimiliki perusahaan melainkan seberapa besar kontribusi aset-aset tersebut dapat digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan maupun dalam membayar kewajiban perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern. Meskipun demikian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dimana dari keterbatasan tersebut dapat memberikan gambaran bagi pengguna penelitian ini serta peluang bagi peneliti selanjutnya atau yang akan datang untuk melakukan penelitian yang lebih baik dan lebih lengkap. Keterbatasan yang disebutkan antara lain yaitu : 1. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini hanyalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen dalam penilaian pengaruhnya terhadap opini audit going concern. 3. Pada variabel rasio keuangan profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas, penelitian ini hanya menggunakan masing-masing satu perhitungan rasio. 4. Jangka waktu dari data penelitian yang digunakan hanya 5 tahun yaitu tahun 2010-2014. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan dan juga berdasarkan keterbatasan penelitian ini dapat yang dimana dapat menjadi bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya, saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi investor serta calon investor hendaknya memerhatikan kondisi dan kinerja perusahaan dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan investasi pada suatu perusahaan. Kondisi dan kinerja perusahaan tersebut dapat selalu dilihat pada laporan keuangan auditan serta laporan tahunan perusahaan sebagai bentuk cerminan kinerja perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Diharapkan investor dan calon investor dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan secara keseluruhan secara teliti dari segi material dan non material perusahaan guna mendapatkan cakupan asumsi penilaian yang relevan terhadap kinerja dan kondisi perusahaan.dan lebih mendetail pada perhitungan analisis rasio keuangan perusahaan. 2. Bagi manajemen perusahaan diharapkan sebaiknya melakukan pengawasan yang lebih cermat dan ketat demi identifikasi dini apabila terdapat gejala-gejala kelangsungan usaha perusahaan diragukan, sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu rasio keuangan profitabilitas return on equity yang rendah, meningkatnya rasio keuangan solvabilitas debt to equity ratio yang tinggi, serta nilai kerugian perusahaan yang terjadi berulangkali pada beberapa tahun secara berturut. Hal ini apabila identifikasi dini diketahui tentunya perusahaan akan dapat mengambilan keputusan sesegera mungkin untuk dapat memulihkan kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan sehingga terhindar dari keraguan auditor dalam menilai going concern atau kelangsungan usaha perusahaan kedepannya. 3. Bagi para auditor untuk selalu mengembangkan pertimbangan-pertimbangan yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha perusahaan, baik untuk pemulihan perusahaan dengan mendiskusikan rencana manajemen ataupun untuk perusahaan dapat menghindar dari kondisi yang dapat menimbulkan keraguan investor maupun auditor terhadap kelangsungan usaha perusahaan. 4. Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0.281 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 28.1 persen, sedangkan sisanya sebesar 71.9% persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan penerimaan opini audit going concern. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan variabel independen lain yang secara teoritis mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu seperti contohnya debt default, mekanisme Good Corporate Governance, opinion shopping, dan penerapan strategi manajemen. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis yang berbeda. 5. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, bagi peneliti selanjutnya penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian.
REFERENSI Afrillia, M. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan, Kualitas Auditor, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi pada Perusahaan Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2006 - 2012). Skripsi. Jakarta: Binus University. Anthony, N. R., Govindarajan, V. (2005). Management Control System : Sistem Pengendalian Management. Jakarta: Salemba Empat Anthony, N. R., Govindarajan, V. (2007). Management Control Systems. Singapore : McGraw-Hill Companies Inc Arens, A.A., Randal, J. E., Mark, S. B. (2010). Auditing and Assurance Services Thirteenth Edition. United States of America : Pearson Education Inc Arens, A.A., Randal, J. E., Mark, S. B. (2012). Auditing and Assurance Services Fourteenth Edition. United States of America : Pearson Education Inc Astuti, R. I. (2012). Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro. Carson, E., Fargher, L. N., Geiger, A. M., Lennox, S. C., Raghunandan, K., Willekens, M. (2013). Audit Report for Going-Concern Uncertainty : A Research Synthesis. Auditing : A Journal of Practice & Theory. Vol 32, Supplement 1, diakses 20 Maret 2015 dari http://aaajournals.org/doi/abs/10.2308/ajpt-50324 De Zhola, E. S. (2013). Analisis Hubungan Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Profitabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Dalam Membentuk Earnings Quality Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008 – 2011. Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo : Alfabeta Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gibson, H. C. (2011). Financial Statement Analysis. Canada: Cengage Learning. Harahap, S. S. (2009). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Hasanah, U. (2014). Pengaruh Kualitas Audit, Financial Distress dan Audit Lag Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013. Skripsi. Jakarta: Binus University. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Standar Perikatan Audit. Jakarta : IAPI Januarti, I., Ella, F. (2008). Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern Pada Auditee. Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro Junaidi., Hartono, J. (2010). Faktor Non Keuangan pada Opini Audit Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi XII. Diakses 3 Maret 2015 dari www.sna13purwokerto.com Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-6. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Muhammad, H., Shah, B., Islam, U. Z., Waqas, M., Khan, D. (2013). Comparative Evaluation of Financial Performance of Pakistan Tobacco Company (PTC) and Philip Morris Pakistan Limited (PMPKL) through Ratio Analysis. International Journal of Management Sciences and Business Research. Jilid 1, No. 3, diakses 16 Februari 2015 dari www.ijmsbr.com/Volume%203,%20Issue%201%20Paper%2017.pdf Praptitorini, D. M., Januarti, I. (2011). Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 8, No 1, diakses 20 Maret 2015 dari http://eprints.undip.ac.id/15187/ Riasari, M. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Going Concern. Skripsi. Semarang:Universitas Diponegoro. Susanto, K. S. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 11, 3, diakses 20 Maret 2015 dari http://www.stietrisakti.ac.id/jba/JBA11.3Desember2009/2_Artikel_JBA11.3Desember2009.pdf Subramanyam, K.R. (2014). Financial Statement Analysis Eleventh Edition. New York USA : McGraw-Hill Education. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Susanti, R. (2014). Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Auditor, Disclosure, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Skripsi. Magelang : Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Vonda, H. (2009). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Kecil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008). Skripsi. Jakarta : Binus University. Widyantari, P. A. (2011). Opini Audit Going Concern dan Faktor-Fator Yang Memengaruhi: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Denpasar : Program Magister Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana