PENGARUH SINETRON TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU NEGATIF REMAJA DI DESA DEMANGAN SIMAN PONOROGO (Study Kasus di RT01/RW01 dan RT02/RW01 Desa Demangan Siman Ponorogo )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Imu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Oleh : DEASI ANNISA RAHMADHIANI
NIM : 08 240 070
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2012 i
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi oleh Deasi Annisa Rahmadhiani ini, Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
ii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi oleh Deasi Annisa Rahmadhiani ini, Telah dipertahankan di depan dan diuji. Pada hari :Selasa Tanggal :23 Oktober 2012 Pukul :12.30 WIB
DEWAN PENGUJI
iii
HALAMAN MOTTO Belajarlah mengucap syukur Alhamdulillah dari hal-hal baik dalam hidupmu. Belajarlah menjadi kuat dari ha-hal buruk dalam hidupmu.
Dari kegagalan kita dapat membaca apa yang salah dari diri kita. Berusaha dan berdoa hanya itulah kuncinya.
Beranilah untuk bermimpi, dan beranikan dirimu untuk mewujudkan semua impianmu. Karena impian tidak akan tercapai tanpa keberanian.
iv
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayang sayangnya dengan tulus ikhlas, serta memberikan makna hidup dan kehidupan. 2. Adikku tersayang yang selalu memberikan suport buat saya. 3. Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan buat kesuksesanku. 4. Mohammad Ajib Taufiqurrahman yang selalu memberikan motivasi dan membantu saya.
v
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah SWT, berkat rahmat taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH
SINETRON
TERHADAP
PERUBAHAN
PERILAKU NEGATIF REMAJA DI DESA DEMANGAN SIMAN PONOROGO ( Study Kasus RT01/Rw01 dan RT02/RW01 desa Demangan Siman Ponorogo)” dengan baik walaupun masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kelak kita nantikan syafa,atnya. Selanjutnya, dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini, tiada kata yang pantas penulis ungkapkan dengan setulus hati, selain ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dra. Hj. Niken Lestarini, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 2. Elli Purwati, S.Sos, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 3. Bapak Dwi Rahmat Hakim, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. 4. Ibu dan Bapak yang senantiasa berkorban dan berdoa dengan penuh kasih sayang untuk kebaikan peneliti. 5. Mohammad Ajib Taufiqurrahman, yang selalu mendukung dan menyuport saya dalam mengerjakan skripsi ini. 6. Semua teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angakatan 2008 .
vi
Semoga jerih payah beliau dalam membantu penyelesaian skripsi ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin. Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, karena itu dengan rendah hati penulis harapkan akan saran-saran yang membangun dari pembaca yang motifnya membawa perbaikan demi tercapainya kesempurnaan pada penyusunan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memohon semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri pada khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Ponorogo, Oktober 2012
Deasi Annisa Rahmadhiani
vii
ABSTRAK PENGARUH SINETRON TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU NEGATIF REMAJA DI DESA DEAMANGAN SIMAN PONOROGO (Study Kasus RT 01 & RT 02 RW 01 di Desa Demangan Siman Ponorogo) Oleh: Deasi Annisa Rahmadhiani NIM: 08240070 Pembimbing: Dwi Rahmat Hakim, M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sinteron terhadap perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan Siman Ponorogo. Dengan kata lain, penelitian ini akan mengkaji pengaruh sinetron dari aspek afektif dan aspek behavioral, hingga faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perilaku negatif remaja akibat tayangan sinetron. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskritf kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah sinetron remaja dengan mengambil tujuh gambar yang mewakili sinetron tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa memang adanya faktor-faktor dari tayangan sinetron yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan Siman Ponorogo. Ini dibuktikan dengan adanya fakta dan opini dari narasumber yang bersangkutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sinetron dapat mempengaruhi perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan Siman Ponorogo dengan adanya faktor-faktor yang menyebabkan perubahan perilaku negatif tersebut. Diantaranya faktor gaya berpakaian, faktor gaya hidup, faktor gaya bahsa, faktor tindakan kriminal, faktor miras, dan pergaulan bebas. Saran penulis, hendaknya para pembuat sinetron meneladani konsep sinetron yang mampu mengemas sinetron secara lebih etis, mengandung nilainilai kehidupan, pesan moral, dan tentunya tidak mengandung unsur pornografi. Bagi remaja, sebaiknya mampu menilai dan menyeleksi sebuah sinetron secara mendalam agar tidak mudah terpengaruh terhadap konten yang terdapat di dalamnya.
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Persetujuan .................................................................................... ii Halaman Pengesahan .................................................................................... iii Halaman Motto ............................................................................................. iv Halaman Persembahan .................................................................................. v Kata Pengantar .............................................................................................. vi Daftar isi ....................................................................................................... vii Abstrak ......................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7 C. Tujuan Masalah ............................................................................... 7 D. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................. 7 E. Definisi Konsep............................................................................... 8 F. Landasan Teori................................................................................ 10 G. Metodologi Penelitian ..................................................................... 34 H. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 36 I. Teknik Analisa Data ........................................................................ 39 BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Penduduk Demangan ....................................................... 42 B. Remaja ............................................................................................ 45 C. Perilaku ........................................................................................... 54 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................... 65 B. Pembahasan .................................................................................... 89 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 92 B. Saran ............................................................................................ 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN TABEL
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Dalam era modern ini, komunikasi menjadi salah satu faktor penting bagi
kemajuan suatu bangsa. Komunikasi yang terjadi dapat melalui suatu media baik elektronik maupun cetak. Salah satu media elektronik yang sudah populer dan sangat efektif untuk menyampaikan informasi atau pesan adalah televisi. Dengan berbagai programnya televisi mampu memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan sebagainya. Acara tersebut dikemas sedemikian bagus agar menarik bagi yang menontonnya. Apalagi sekarang adalah era kebebasan bermedia, dimana banyak bermunculan media – media atau statiun televisi yang menyuguhkan berbagai macam program. Mulai dari program berita, musik, hingga sinetron maupun reality show. Hampir keseluruhan acara tersebut ditujukan untuk menghibur masyarakat. Akan tetapi kebebasan bermedia pada akhirnya berdampak pada kurang kontrolnya acra-acara yang ditayangkan. Salah satunya adalah Sinetron. Banyakn sinetron yang bermunculan tapi terkadang sinetron tersebut sering kali mengesampingkan pesan moral dari sinetron yang ditayangkan. Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya, sutradara terkenal asal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas
1
2
di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono (salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta).1 Pengaruh sinetron yang mendidik dapat dijadikan dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi seorang remaja seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Inti cerita dari sinetron adalah segala perbuatan baik akan selalu menang juga tindakan-tindakan positif yang akan ditayangkan dalam televisi baik untuk kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pengaruh negatif sinetron yang sangat berbahaya apabila ditirukan oleh para remaja sekarang ini. Bahkan terlalu banyak menonton sinetron bagi seorang remaja, mereka yang baru menginjak umur remaja sangat berbahaya baik dalam segi fisik maupun psikis. Hal ini dapat mengakibatkansel-sel syaraf menjadi tidak sempurna karena sinetron tidak mengubah anak untuk berfikir. 2 Bagi remaja SMP/SMA, sinetron menyodorkan berbagai cara untuk menciptakan ketergantungan pada mereka. Hal ini mengakibatkan seorang remaja menjadi lentur, tidak mempunyai pengalaman empiris untuk menempati empati sosial. Pelajar/remaja yang keranjingan menonton sinetron akan mengalami ketergantungan pada televisi. Dan pada akhirnya mereka akan malas untuk melakukan kegiatan lain selain menonton televisi. Mereka akan cenderung meniru tindakan yang mereka lihat. Seperti yang dikatakan seorang Psikolog di salah satu stasiun 2televisi ”what they see is what they do” (apa yang mereka lihat itu yang
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_elektronik
2
http://kuliahtantan.wordpress.com/2012/03/18/tugas-psikologi-sosial-3-vivih rahmawati-pengaruh-sinetron-pada-psikis-anak-dan-remaja/
mereka lakukan). Sehingga mereka memilih berjam-jam di depan televisi daripada mengerjakan pekerjaan sekolah. Sinetron memiliki gejala-gejala yang membahayakan bagi remaja karena akan menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan merusak kecerdasan otak sebelah kanan. Apalagi sinetron pada saat ini cenderung memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan remaja yang hampir sama dengan kehidupan nyata. Kebanyakan juga tema dari sinetron bukan mengenai edukasi melainkan lebih cenderung masalah percintaan, bahkan tidak jarang pula menampilkan adegan-adegan berbau porno. Tindakan-tindakan yang sering dilakukan oleh para remaja yakni gaya hidup seperti berpenampilan gelamor, pergaulan bebas yang identik dengan seks bebas, serta gaya-gaya berbicara yang tidak sesuai dengan kaidah yang baik. Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, „bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk belaku buruk‟ . bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil. 3 Sinetron sekarang kurang menerapkan norma-norma karena tergerus oleh perkembangan zaman yang kemudian terjadi perubahan sosial-budaya. Dampak dari menonton sinetron ada 2 macam yaitu positif dan negatif. Dampak yang 3
http://giwmukti.multiply.com/journal/item/11/Dampak_Sinetron_bagi_anak_rem
aja_dan_keluarga?&show_interstitial
positif terjadi apabila orangtua dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut memiliki kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Sedangkan dampak yang negatif terjadi apabila orangtua tidak dapat mengontrol anaknya dan anak tersebut tidak memiliki kesadaran dalam memilih tontonan atau sinetron yang baik untuk dirinya. Peranan orang tua tentunya sangat penting, orang tua harus bisa memilihkan tayangan yang buruk dari sinetron. Sinetron yang baik untuk ditonton adalah sinetron yang mendidik dan berkualitas. Dampak yang juga sangat terlihat bagi remaja yang sering menonton sinetron akan mengubah pola hidup mereka. Dari penelitian yang telah dipaparkan diatas bahwa penonton televisi pada usia remaja cukup banyak. Oleh karena itu televisi memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan perilaku remaja di Indonesia. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut. Dari tayangan – tayangan tersebut ada remaja yang sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh lalu mengikutinya. Dan ada juga remaja yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh dan ingin mencari sensasi dilingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai remaja yang gaul. Selain itu tayangan televisi yang bersifat sensualitas hingga menimbulkan suatu bentuk penyimpangan dalam bergaul. Serta cara berpacaran yang sudah melewati batas, hingga menimbulkan seks bebas dikalangan remaja yang pada akhirnya banyak diantara remaja-remaja yang menikah di usia muda. Selain itu juga dapat menimbulkan pemerkosaan dan pencabulan dikalangan
remaja. Selanjutnya adalah dampak positif tayangan televisi bagi remaja yang paling utama adalah meningkatkan wawasan dari remaja di Indonesia. Tayangan yang mengenai sosial secara tidak langsung meningkatkan kepekaan remaja terhadap lingkungan sekitar.4 Sebuah fenomena kenakalan remaja yang tampak di depan mata, hal ini dapat terjadi dimana saja. Kejadian serupa terjadi di daerah Ponorogo pernah mengguncang dunia pendidikan dengan tertangkap basah aksi pencurian yang dilakukan oleh salah satu siswi sebuah SMK yang mencuri kaos serta celana jins di sebuah pusat perbelanjaan di kota Ponorogo. Tentu hal ini merupakan kejadian nyata dan sangat memilukan, kurangnya perhatian orang tua terhadap tayangan yang di tonton anaknya, hingga kejadian ini bisa terjadi. Sebaiknya orang tua mendampingi anaknya ketika sedang menonton televisi, dengan begitu orang tua bisa memberikan pengertian dan pemahaman secara langsung tertang acara televisi tersebut. Seorang anak SMU notabene harus memakai rok sopan, dan tidak mini apalagi diatas lutut, tapi sangat di waijibkan untuk memakai rok 5 centi di bawah lutut, tidak boleh bermake up tebal, apalagi berambut gondrong untuk para siswanya. Sedangkan disinetron-sinetron yang saat ini sedang tayang biasanya, para sisiwinya memakai rok mini 10-15 cm di atas lutut, memakai baju ketat, rambut berwarna, make up tebal, dan tidak dilarang memakai perhiasan berlebihan. Dan bagi para siswanya, rambut gondrong berwarna dengan gaya aneh, memakai anting, gelang dan rantai bergelantungan di banyak tempat. Kendaraan pribadi, 4
Dampak Negatif Televisi, http://arrifa05.multiply.com/journal/item/22
atau sopir pribadi yang siap mengantar kemana-mana juga HP canggih yang menjadi teman berkomunikasi. Dengan seperti bergaya seperti itu remaja RT 01 RT 02 RW 01 desa Demangan Siman Ponorogo lebih kelihatan percaya diri, bahkan merasa gaul, dan selalu ingin dipuji orang. Dari banyaknya kasus yang bermunculan diatas, akibat pengaruh sinetron, para remaja mulai kecanduan. Sinetron ini banyak menyedot penonton bukan hanya para remaja tetapi juga anak-anak yang seharusnya belum diperbolehkan menonton sinetron. Menurut saya pribadi sinetron Indonesia belakangan ini, lebih mengembangkan kemewahan, dan tidak ada nilai pendidikannya sama sekali. Dan jiwa remaja maupun anak-anak yang belum stabil akan terombang-ambing dan tidak karuan, mereka akan meniru penampilan dan tingkah laku dari artis sinetron yang jadi idolanya. Berpijak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti, bagaimana sinetron tersebut berpengaruh terhadap perubahan perilaku negatif remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada? Berdasarkan pada latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul: ”PENGARUH SINETRON TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU NEGATIF REMAJA DI DESA DEMANGAN SIMAN PONOROGO”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh sinetron tersebut terhadap perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan Siman Ponorogo? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh sinetron terhadap perubahan peilaku negatif remaja RT01/RW01 dan RT02/RW01 di desa Demangan Siman Ponorogo. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan perilaku negatif remaja di desa Demangan. 3. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh sinetron. D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini untuk berbagai pihak adalah sebagai berikut: 1. Memberikan tambahan referensi khususnya Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan Pengaruh Sinetron terhadap perubahan perilaku negatif remaja. 2. Dapat menjadi bahan peneliti selanjutnya mengenai Pengaruh Sinetron terhadap perubahan perilaku negatif remaja. 3. Sebagai salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Negara Strata Satu (SI) Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan untuk:
a.
Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk para anak agar lebih selektif dalam memilih sinetron yang akan ditonton sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
b.
Mengetahui dampak yang akan terjadi akibat pengaruh sinetron terhadap perubahan perilaku negatif remaja di Desa Demangan Siman Ponorogo.
E. Definisi Konsep Untuk menghindari munculnya salah pengertian terhadap judul skripsi “Pengaruh Sinetron Terhadap Perubahan Perilaku Negatif Remaja di Desa Deamangan Siman Ponorogo” maka perlu dijelaskan istilah-istilah pada pengertian tersebut: 1. Sinetron adalah merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pita video melalui proses elektronik kemudian ditayangkan melalui stasiun televisi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Sinetron adalah film yang secara khusus dibuat untuk penayangan di media elektronik seperti televisi. 5 2. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan. 6 3. Perubahan perilaku adalah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Tetapi dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku. 7
5
W.J.S.Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,(Jakarta:Balai Pustaka,2006),11270. 6 Ibid,865
3. Perilaku adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksireaksi organisme terhadap lingkungannya. 8 Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu9. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian perilaku negatif adalah Secara bahasa perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan negatif adalah kurang baik, menyimpang dari ukuran umum. Jadi, perilaku negatif menurut bahasa adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan yang kurang baik/menyimpang. 4. Remaja menurut Piagiat adalah Usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, anak tidak merasa lagi dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkat yang sama, sekurangnya masalah hak. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting diawali
dengan
matangnya
organ
seksual
fisik
sehingga
mampu
bereproduksi.10 Menurut Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung atau dependence terhadap orang tua ke arah kemandirian atau independence ditandai adanya minat seksual, perenungan
7
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta:Persada,2002),164. Notoatmojo, Ilmu Perilaku ,(2000),58. 9 Ibid,60 10 Elizabet Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Erlangga,1998),98. 8
diri dan perhatian terhadap nilai estetika serta isu moral. (Truwahyudi; 2001:56) F. Landasan Teori Media masa merupakan sebagai sumber informasi yang disampaikan oleh media massa. Informasi itu dapat berupa hiburan atau pendidikan. 1. Proses Komunikasi Model komunikasi dari Harold Lasswell ini mengatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa).11 Secara
sederhana,
komunikasi
dapat
diartikan
sebagai
proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media hingga dapat menimbulkan reaksi tertentu, komunikasi yang terjalin dengan baik akan menghasilkan penerimaan pesan serta reaksi yang sesuai dengan keinginan komunikator. Dari pengertian Lasswell di atas, dapat dipahami bahwa komponen dalam Ilmu Komunikasi ada lima yaitu: Komunikator (who), Pesan (what), Komunikan (whom), media atau channel (channel), dan reaksi atau efek (effect) Sementara Carl I. Hovland menyatakan bahwa Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Selain itu Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikasi adalah ilmu komunikasi terutama komunikasi oleh dan diantara manusia. Istilah Komunikasi 11
Prof. Drs. Onong Effendy, M.A., Ilmu Komunikasi:teori dan praktek (2007),10.
dipergunakan untuk menunujukan tiga bidang studi yang berbeda:proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi. Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito sebagai: “Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari gangguangangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik, dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya paling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Hal ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi. Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-personal, anatarpersonal, kelompok kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya” 12 Dalam Ilmu Komunikasi Komunikasi Massa mengandung aspek-aspek unik yang menuntut adanya cabang teori komunikasi tersendiri. Cabang teori komunikasi tersebut lebih bersifat sosiologis daripada psikologis, dan lebih normatif daripada teori yang berkenaan mikro. Cabang teori komunikasi tersebut cenderung lebih bersifat tegas, universal, dan daya ramalnya lebih dapat dipercaya. 13
12 13
Prof. Drs. Onong Effendy, M.A., Ilmu Komunika(2005) 5. Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa,(Jakarta:Erlangga,1991),8.
Namun demikian, sebagai ilmu, komunikasi menembus banyak disiplin ilmu. Sebagai gejala perilaku, komunikasi komunikasi mempelajari bermacammacam ilmu disiplin ilmu. Antara lain sosiologi dan psikologi. 2. Komunikasi Massa Dalam ilmu komunikasi, terdapat kajian komunikasi massa yang membahas hubungan antara media dan masyarakat. Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah media massa untuk mengirim pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memberikan informasi, menghibur, atau membujuk.14 Menurut Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar. Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronis. sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa mempunyai beberapa perbedaan dengan komunikasi tatap muka. Komunikasi Massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Maka unsur-unsur penting dalam komunikasi masa adalah:
14
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta:Kencana,2008),450.
a) Komunikator b) Media masasa c) Informasi (pesan) massa d) Gatekeeper e) Khalayak (publik), dan f) Umpan balik15 Tolok ukur kekuatan sosial adalah efek yang muncul akibat pengaruh media terhadap masyarakat dan efek pesan. Efek yang dari pesan disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect), dan efek behavioral (behavioral effect). (Onong Effendy;2003:318).16 pada Penelitian ini lebih menekankan pada efek pesan yang meliputi: a) Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif. Dalam efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
15
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi:Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,(Jakarta:Kencana,2008),71. 16 Ibid
Wilbur Schramm (1977:13) mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu “yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi”. 17 Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi.
Kita
cenderung
memperoleh
informasi
tersebut
semata-mata
berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. b) Efek Afektif Efek afektif adalah efek yang bertujuan mempengaruhi khalayak untuk turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang
17
Jallaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi:edisi revisi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1999)hlm.223
sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Efek ini yang akan menimbulkan pembentukan dan perubahan sikap. Menurut asch, semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok, atau orang.18 Secara singkat, sikap ditentukan oleh citra. Pada gilirannya, citra ditentukan oleh sumber-sumber informasi. Di antara sumber informasi yang paling penting dalam kehidupan modern adalah media massa. Media massa tidak mengubah sikap secara langsung, tetapi mengubah citra dulu, dan citra inilah yang mendasari sikap. c) Efek Behavioral Efek behavioral adalah akibat timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. Pada penelitian ini lebih kearah efek behavioral karena akibat melihat sinetron akan menimbulkan suatu tindakan atau perilaku. Tindakan atau kegiatan ini lah yang bisa menimbulkan perubahan perilaku pada remaja. 18
Jallaudin Rahmat,Op cit, halaman 233
Tidak hanya efek dari komunikasi massa yang menyebabkan perubahan perilaku remaja akan tetapi juga faktor sosiologi. Di mana faktor ini juga dapat menyebabkan remaja untuk melakukan perilaku menyimpang. 3.
Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan
dari sumber
kepada khalayak (menerima) dengan
menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV. Media masaa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Di tengah sengitnya persaingan memperebutkan uang pengiklan dan perhatian publik, media telah mengembangkan dan berbagi sejumlah peran. Sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan berita secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelasan. Kalau media siaran memberi perhatian pada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa lain berkurang.
a) Media Dan Kontrol Sosial Sejumlah teoritis, meski tak sejauh Innis atau McLuhan dalam mengupas kekuatan komunikasi massa, juga mengakui peran komunikasi massa sebagai alat kontrol sosial dan pemeliharaan tertib masyarakat. Ini kontras dengan teori libertarrian yang berkeyakinan bahwa pers atau media adalah kekuatan pembebas manusia dari tirani, kesewenang-wenangan dan kebodohan. Teori baru tadi sebenarnya tidak menolak pandangan libertarian ini, namun sekedar pemberi wawasan baru bahwa sebenarnya selain bisa menjadi alat pembebas, media juga bisa menjadi alat penekan. Kontrol sosial oleh media masa begitu ekstensif dan efektif, sehingga sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media masa memang disitu. Media juga sebagai pengubah bentuk kontrol sosial. Paul Lazarseld dan Robert K. Merton juga melihat media dapat menhghaluskan pakasaan sehingga tampak sebagai
bujukan.
Mereka
mengatakan
“kelompok-kelompok
kuat
kian
mengandalkan teknik manipulasi melalui media untuk mencapai apa yang diinginkannya, termasuk agar mereka bisa mengontrol secara lebih halus”
19
Kekuatan media memang sering menciptakan imitasi di kalangan masyarakat, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Kita sering melihat anak-anak melompat-lompat sperti hendak terbang, atau saling memukul dengan temannya meniru gerakan Supermen atau Batman dalam film di televisi. Kenyataan tersebut sebenarnya menunjukan bahwa ada realitas sosial media yang memiliki daya tarik luar biasa sehingga orang rela bertahan selama beberapa jam di depan layar kaca. Sang pemeran dalam sinetron, sebenarnya tidak lebih 19
William L. Rivers, ET AL, Media Masa & Masyarakat Modern, Jakarta:Kencana,2008),39
dari orang kebanyakan menjadi orang yang memiliki daya tarik dan menjadi panutan penggemarnya.
b) Jenis-jenis Media Massa Media Massa Tradisional Media masa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti: 1) Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan 2) Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu. 3) Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima. 4) Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit. Media massa modern Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti: 1) Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya) 2) Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual
3) Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu 4) Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam 5) Penerima yang menentukan waktu interaksi
c)
Fungsi Media Massa Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No. 4 tahun 1999 tentang pers, fungsi
pers adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sementara itu Pasal 6 UU Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut ; 1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkan nilai nilai dasar
demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus menghormati kebinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benr melakukan pengawasan. 2) Sebagai pelaku Media Informasi
Pers itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi. 1) Fungsi Pendidikan
Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya. 2) Fungsi Hiburan
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi beritaberita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita
pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
3) Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi ini terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsurunsur sebagai berikut: 1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan) 2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat) 3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah) 4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah) d) Karakteristik Media Massa Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa juga mempunyai karaketeristik yaitu: a. Bersifat lembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan peberima. Kalau terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya. e. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa. 20 e) EFEK Media Massa Efek media massa adalah suatu efek yang berasal dari perlakuan media massa kepada kita. Ada 3 pendekatan dalam media massa yakni: efek media massa, perubahan pada diri khalayak komunikasi massa dan tinjauan suatu observasi yang dikenai efek komunikasi massa. Efek kehadiran masa secara fisik memberikan 5 efek yakni: efek ekonomis, efek sosial, efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari, efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu dan efek pada perasaan orang terhadap media. Pesan media massa memberikan efek kognitif, efektif dan behavioral kepada khalayak penerima. Selain efek-efek negatif media massa juga memberikan efek positif dengan menimbulkan efek prososial. Tiga wilayah efek prososial, antara lain efek terapetik, pengembangan kendali diri, kerja sama membagi dan membantu.21 Barangsiapa menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia. Hampir semua orang yang mendengar ungkapan tersebut percaya akan kebenarannya. Dan ini memang bukan basa basi, realitas telah memberikan bukti disepanjang sejarah manusia. Seseorang yang memiliki informasi selalu memenangkan setiap kesempatan yang ada. Oleh karena itu peran media massa
20
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2002) 134-135
21
http://putro2009.wordpress.com/2009/05/25/psikologi-komunikasi-uas/
memiliki pengaruh yang luar biasa. Di dalam media berbagai macam informasi saling bertarung untuk merebut perhatian khalayak. Efek yang ditimbulkan oleh media erat kaitannya dengan perubahan akan pengetahuan, sikap serta perilaku yang disebabkan oleh pemberitaan media massa. Media sebenarnya merupakan sebuah elemen penyalur informasi yang mempunyai pengaruh cukup kompleks. Dapat dikatakan kompleks dikarenakan media tidak hanya mempengaruhi benak individu per individu tetapi lebih jauh media juga mampu merubah tataran kehidupan yang ada di masyarakat. Permasalahan tentang gaya , mode serta trend yang sering kali terjadi dan berubah secara dinamis merupakan campur tangan dari media. Pemberitaan mengenai peristiwa
tertentu
yang
disusun
dan
diberitakan
sehingga
khalayak
menganggapnya lebih penting dibandingkan beberapa peristiwa lain yang sebenarnya lebih penting tetapi dianggap tidak penting karena tidak ada campur tangan media. Bertambahnya pengetahuan individu serta perubahan perilaku individu juga dapat dikatakan merupakan campur tangan media. Dampak media massa lainnya adalah kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah peneliti mengungkapkan, menonton televisi secara berlebihan di kalangan anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis. Kian meningkatnya arus urbanisasi di negara-negara berkembang, memunculkan pula gaya hidup perkotaan ala Barat. Padahal, setiap negara memiliki kebudayaan dan keyakinan khas yang terkadang berseberangan dengan nilai-nilai Barat. Karena itu, media-
media massa lokal harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap nilai dan budaya setempat masyarakatnya. Meski demikian, media massa juga bisa berperan positif bagi masyarakat. Karena itu, masalah kesehatan sosial masyarakat harus kita kaji dari beragam sisi. Dari sisi moral, masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, semacam cinta sesama manusia, menghormati hak-hak orang lain, menyebarnya tradisi saling memaafkan dan mengasihi. Terkait hal ini, media massa bisa berperan positif dalam menyebarkan dan membumikan nilai-nilai moral. Penayangan acara yang mendidik namun menghibur merupakan salah satu cara efektif bagi media untuk membangun masyarakat yang sehat. Media massa juga bisa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang penting dalam mengajak masyarakat untuk memerangi kekerasan, dan tindak kriminalitas. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. 1) Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu, dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
2) Kedua,
penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media
bisa jadi
memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan
kehidupan
keluarga
ideal,
dan
pemirsanya
mulai
membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut. 3) Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian
yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. 4) Keempat, bagi remaja, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau
pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya. 22 Kekuatan efek media massa mempengaruhi khalayak pertama kali dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam disertasinya, dengan menganalisis teknik-teknik propaganda yang dipergunakan oleh pendeta melalui radio dalam mempengaruhi khalayak. Lasswell melalui penelitian itu berpendapat bahwa 22
id.wikipedia.org/wiki/Media_massahttp://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa
khalayak atau pendengar dalam menerima informasi yang disiarkan oleh media massa berada dalam posisi pasif (Mattelart, 1998). DeFleur (1975) mengemukakan“Instinctive S-R Theory” sebagai salah satu teori efek media massa yang menyebut bahwa media dalam menyajikan stimulasi memiliki keperkasaan yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli membangkitkan reaksi berupa emosi atau proses berpikir hingga yang kadang hampir tidak terkontrol oleh individu. Teori ini biasa juga disebut “teori peluru” (bullet theory) atau “teori hypodermic needle” teori jarum hipodermik. Dasar pemikiran yang melatarbelakangi teori ini adalah keyakinan bahwa khalayak bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang diterimanya. Di sini media sangat aktif untuk mempengaruhi khalayak. 23 Teori hypodermic needle mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang tak ditolak bagaikan jarum yang langsung menusuk masuk kulit dan secara langsung mempengaruhui bagaikan kesimpul dan pembentuk persepsi terhadap suatu topik atau realitas hidup setelah mendapat suntikan informasi dari media massa, (apakah itu media elektronik seperti televisi atau radio maupun media cetak seperti surat kabar dan buku). 4. Sosiologi Kata Sosiologi berasal dari sofie, yaitu tanam atau bertanam, kemudian berkembang menjadi socius, dalam bahasa latin yang berarti teman, kawan. Berkembang lagi menjadi kata sosial artinya berteman, bersama, berserikat.24
23
24
McQuail Denis, 1996, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Terjemahan Agus Dharma, Aminuddin Ram, PT. Eblora Aksarana Pratama.
Ibid
Secara khusus kata sosial maksusnya adalah hal-hal yang mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. (Shadily,1993:1-2) Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakat), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. (1993:2) Pitirin Sorokin (Soekanto, 2003:19), mengemukakan sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial, dan ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. Umumnya mempelajari ilmu kemasyarakatan. Salah satu sub bagian sosiologi adalah kajian terhadap interaksi sosial. Yang dimaksud interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial adalah imitasi, identifikasi, sugesti, motivasi, simpati, dan empati. Namun yang berkaitan langsung dengan penelitian ini adalah Imitasi dan identifikasi.
a) Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki oleh orang lain. b) Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjadi sama atau identik dengan individu lainnya yang ditiru. Faktor identifikasi menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Karena itulah, ketika tokoh identifikasi (identifikan) itu kalah, ia juga kecewa, ketika identifikan berhasil, ia ikut gembira. Semuanya ini menunjukan bahwa makin tinggi identifikasi kita dengan tokoh yang ada di media, makin besar intensitas emosional pada diri kita akibat terpaan media massa. Dalam penelitian ini lebih fokus kepada imitasi dan identifikasi karena berhubungan dengan pengaruh sinetron terhadap perubahan perilaku remaja. Maraknya sinetron dan film layar lebar yang mengupas tentang kehidupan remaja turut pula memberikan andil yang besar terhadap perkembangan remaja. Hal itu disebabkan karena keingintahuan mereka yang sangat tinggi terhadap apa yang mereka lihat. Karena itulah mereka cenderung ingin mengikuti apa yang mereka lihat di televisi. Misalnya sikap mereka yang tidak sopan pada orang tua, penampilan yang tidak sopan, gaya hidup yang gelamor. Meraka berusaha untuk meniru apa yang di lihat dan melakukannya agar sama dengan artis idolanya.
Selain faktor sosiologi, faktor psikologis juga berperan penting dalam perubahan perilaku remaja. Karena psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, sedangkan psikologi pada perilaku individu. 5. Psikologi Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya
komunikasi
akan
menghambat
perkembangan
kepribadian.
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Faktor psikologi juga ikut berperan dalam mempengaruhi perilaku remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain: a) Kepentingan (Interest) Faktor ini akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. b) Motivasi (Motivasion) Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu berbuat sesuatu.
Perubahan perilaku remaja itu disebabkan karena pengaruh sinetron yang ada di televisi. Mereka melihat sinetron pasti menggunakan media baik cetak maupun elektronik. 6. Sinetron Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan jika dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Dari segi ilmu komunikasi sinetron merupakan wacana atau teks audio visual yang bermuatan gambaran realitas sosial virtual atau tiruan dari realitas sosial nyata. Sinetron menyajikan versi persepsi hubungan-hubungan sosial terkini, mengandung pesan-pesan respon terhadap perubahan persepsi-persepsi. Di sini sinetron menyodorkan berbagai cara untuk menciptakan ketergantungan pada remaja. Hal ini menyebabkan remaja menjadi pribadi yang lentur, tidak mempunyai pengalaman empirik untuk menempati empati sosial. Bahaya lain yang membuat sinetron Indonesia banyak di hujat oleh banyak orang adalah, karena bisa membawa pengaruh negatif, karena akan membentuk masyarakat jadi konsumtif dan hedonisme. Karena kehidupan disinetron yang serba gelamor. Hal ini dikhawatirkan akan membuat anak-anak dan remaja meniru sikap, tingkah laku, gaya, serta apapun yang mereka lihat dari sinetron-sinetron, yang berlimpah kemewahan. Yang paling utama saat ini, adalah peranan orang tua untuk bisa mengontrol tayangan yang di tonton oleh anak-anaknya. Orang tua perlu mendampingi anak-anaknya saat nonton, memberikan pemahaman, tentang suatu
tayangan sinetron yang sedang disaksikan, juga untuk membangun sarana komunikasi dengan anak, dan hal ini juga bisa mengurangi dampak negative dari tayangan sinetron bagi anak dan remaja. Karena kebiasaan mengkonsumsi televise secara sehat harus dimulai sejak usia dini.
7.
Film Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar,
tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan TV.
25
Memang sejak TV menyajikan film-film seperti yang diputar di gedung-gedung bioskop, terdapat kecenderungan penonton lebih senang menonton di rumah., karena selain lebih praktis juga tidak perlu membayar. Akibatnya banyak gedung bioskop gulung tikar karena tidak mampu menutup biaya operasionalnya seperti sewa film, pajak, listrik, dan sebagainya. Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah serangkaian gambar diam atau bergerak. Hal ini dihasilkan oleh rekaman gambar fotografi dengan kamera, atau dengan membuat gambar menggunakan teknik animasi atau efek visual. Proses pembuatan film telah berkembang menjadi sebuah bentuk seni dan industri. Film adalah artefak budaya yang diciptakan oleh budaya tertentu yang mencerminkan budaya, yang pada gilirannya mempengaruhi mereka. Film ini dianggap sebagai bentuk seni yang penting, sumber hiburan populer dan metode yang kuat untuk mendidik – atau mengindoktrinasi – warga negara. Unsur-unsur visual dari bioskop memberikan gambar gerakan universal kekuatan komunikasi.
25
Ibid 138
Beberapa film telah menjadi pertunjukkan populer di seluruh dunia menggunakan dubbing atau sub judul yang menerjemahkan dialog dalam bahasa penonton. Film terdiri dari serangkaian gambar individu yang disebut frame. Ketika gambar-gambar yang ditampilkan dengan cepat ke dalam layar, Penonton tidak dapat melihat flicker antara frame karena efek yang dikenal sebagai persistence of vision, dimana mata mempertahankan citra visual untuk sepersekian detik setelah dihapus. Tetapi di beberapa negara lain selain Amerika Serikat dan Filipina ternyata TV tidak mampu menggeser kedudukan bioskop. Hal ini disebabkan biaya pembuatan film tidak begitu tinggi, pengurangan pajak tontonan, serta adanya kerja sama antara pengusaha bioskop dan stasiun TV untuk menayangkan iklan yang bersifat promosi untuk film-film nasional. Film dengan kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efektif sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Ia bisa diputar berulangkali pada tempat dan khalayak yang berberda. Film dianggap sebagai lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh. Karena film memerlukan khalayak yang besar, karena pasar luar negeri merupakan sumber pendapatan utama, dan karena kontrol pemerintah selalu mengancam, para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapa pun. Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara,
perpisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental, namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapa pun. 11. Perilaku Negatif Remaja Pengertian perilaku negatif secara Etimologi terdiri dari dua kata yaitu perilaku dan negatif. Secara bahasa perilaku berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan negatif adalah kurang baik, menyimpang dari ukuran umum. Jadi, perilaku negatif menurut bahasa adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan yang kurang baik/menyimpang dari ukuran umum. Beberapa pakar sosiologi dan psikologi sosial, mengutarakan pengertian perilaku negatif atau perilaku menyimpang, diantaranya : a. Dr. Saparinah Sadli (1977), perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang dinilai sebagai menyimpang dari aturan-aturan normatif atau yang dinilai sebagai menyimpang dari pengharapan-pengharapan lingkungan sosial. b. Robert M. Z. Lawang, perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut. c. Bruce J. Cohen (1992), Perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai setiap perolaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. d. David Berry (1985) dalam bukunya “Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi” yang diterjemah oleh paulus wiroutomo, mengatakan bahwa penyimpangan
secara sederhana dapat didefinisikan sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma, jadi tanpa norma sosial tidak akan ada penyimpangan. Sehingga, dapat disimpulkan perilaku negatif atau perilaku menyimpang merupakan tingkah laku individu yang tidak sesuai norma-norma yang dibuat dalam lingkungan atau masyarakat tersebut.
12. Remaja Remaja sebagai periode tertentu dalam rentang kehidupan manusia. Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun. Rentang usia remaja dibedakan atas tiga yaitu 12-15 tahun = masa remaja awal, 15-18 tahun= masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun= masa remaja akhir. Menurut Monk, Knoers, dan Haditono, (2001) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu: pertama, masa pra remaja atau pra pubertas (1012 tahun), kedua masa remaja awal atau pubertas (12-15 tahun), ketiga masa remaja pertengahan (15-18 tahun), dan keempat masa remaja akhir (18-21). Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut adolesen.26 Menurut Piagiat remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, anak tidak merasa lagi di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan pada tingkat yang sama, sekurangnya masalah hak. Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sering diawali dengan matangnya organ seksual sehingga mampu direproduksi. Ditambah oleh Erikson 26
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2005),189-190
bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity atau pencarian identitas diri yang merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua normatif sebelumnya telah memberikan kontribusi perkembangan identitas diri. Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan morotorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya/Who am I.27
G . Metodologi Penelitian Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “research” yang berati usaha
atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu
metode tertentu dan dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya. Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan, di dalam penelitian dikenal adanya beberapa macam teori untuk menerapkan salah satu metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu. Data atau fakta merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan data atau fakta peneliti dapat menjawab permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian penulis menjabarkan tentang bagaimana metode kualitatif, mulai dari pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan teknik analisa data.
27
Elizabet Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Erlangga,1998),98-99.
a. Metode Penentuan Daerah Desa Demangan adalah sebuah desa lumayan besar. Desa ini terdiri dari beberapa dusun dan RT, dan juga letaknya dekat dengan jalan raya. Secara geografis desa ini posisinya juga lumayan tepat, karena jalur akses untuk menuju kota tidak terlalu jauh. Alasan memilih penelitian di desa Demangan karena untuk memudahkan penelitian. Selain itu mayoritas penduduk khususnya remaja putri maupun lakilaki tidak sedikit yang mempunyai perilaku negatif. Banyaknya perilaku yang menonjol inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa ini. Perilaku negatif itu diantaranya pergaulan yang bebas, miras, perjudian, dan gaya berpakaian serta gaya hidup mereka. b. Jenis Penelitian Dalam penelitan studi kasus ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskripsi kualitatif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam penelitian deskriptif, di titik beratkan pada wawancara dan observasi yang mendalam. Dengan demikian penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif di dalam penulisa skripsi ini. Penelitian kualitatif yaitu “pelaksanaan penelitian yang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.(Suharsimi Arikunto;2002:11)
c. Data dan Sumber data Sumber data penelitian ini diperoleh dari: 1. Data primer yaitu keterangan atau penjelasan yang penulis dapat dan catat dari buku-buku yang ada relevansinya dengan judul skripsi ini. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang meliputi: a) Informan atau subjek penelitian yang ada. b) Data yang berwujud dokumenter, yang berbentuk berkas-berkas, catatan-catatan tertulis, dan bagan-bagan yang berkaitan dengan penelitian. H. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Menurut Sutrisno Hadi (1987 : 1360 observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendiskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap objek, perilaku objek selama wawancara, interaksi objek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
2. Wawancara Andi Prastowo (2010 :146) mengatakan bahwa wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangu makna dalam suatu topik tertentu. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit. Pedoman
wawancara
digunakan
untuk
mengingatkan
interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998) Wawancara terdiri dari pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai. Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu : 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. 3. Alat Perekam Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung. Ada dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya
hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
3. Dokumentasi Sugiyono (2007 :8) berpendapat bahwa istilah dokumentasi berarti catatan peristiwa yang sudah berlalu. Setelah pengamatan dan wawancara menghasilkan banyak data, dilakukan metode dokumentasi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan peristiwa yang telah berlalu. Catatan tersebut dapat berupa tulisan, gambar, rekaman saat wawancara, dan lain sebagainya. I. Teknik Analisa Data Menurut Bogdan analisis data adalah “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono,2008:244)”. Terdapat beberapa tahap dalam analisa data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif (Huberman dan Miles dalam Bungin,2003:69), yaitu:
1. Kategorisasi dan reduksi data, peneliti mengumpulkan informasi-informasi yang penting yang terkait dengan masalah penelitian, dan selanjutnya mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalahnya. 2. Sajian Data. Data yang terkumpul dan dikelompokan itu kemudian disusun secara sistematis sehingga peneliti dapat melihat dan menelaah komponenkomponen penting dari sajian data. 3. Penarikan Kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data sesuai dengan konteks permasalahannya dan tujuan penelitian. Dari interpretasi yang dilakukan akan diperoleh kesimpulan dalam menjawab masalah penelitian. Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada 4 macam triangulasi. Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu : a. Triangulasi data Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. c. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. d. Triangulasi metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancra dilakukan. 28
28
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teknik pengumpulan data kualitatif&source=web&cd=4&ved=0CDYQFjAD&url
DAFTAR PUSTAKA Hurlock, Elizabet, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1998 Notoatmojo, Ilmu Perilaku, 2000 Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 ed. Revisi Rahmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 Vivian John, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Kencana, 2008 Gunarsa S.D. dan Y.S.D.Gunarsa, Psikologi Remaja, Jakarta: BPK, 2000 Santrock, J.W.Adolescence, Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2003 Sarwono S.W, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers, 2001 Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A, Ilmu Komunikasi:teori dan praktek (2007) Drs. Ahmad Mulyana, M.Si, (modul) Sosiologi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi:Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,(Jakarta:Kencana,2008),71 Jallaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi:edisi revisi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1999 William L. Rivers, ET AL, Media Masa & Masyarakat Modern, Jakarta:Kencana,2008 McQuail Denis, 1996, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Terjemahan Agus Dharma, Aminuddin Ram, PT. Eblora Aksarana Pratama Hurlock, E.B.1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa : Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga, O‟Sears, D dan Peplau, L.A,Psikologi Sosial.(Jakarta:Eralangga, 1991 Santrock, John W. 1983. Life—Span Development : Perkembangan Masa Hidup I, Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga, http://id.wikipedia.org/wiki/Sinema_elektronik http://kuliahtantan.wordpress.com/2012/03/18/tugas-psikologi-sosial-3-vivih rahmawati-pengaruh-sinetron-pada-psikis-anak-dan-remaja/ http://giwmukti.multiply.com/journal/item/11/Dampak_Sinetron_bagi_anak_rema ja_dan_keluarga?&show_interstitial Dampak Negatif Televisi, http://arrifa05.multiply.com/journal/item/22 http://putro2009.wordpress.com/2009/05/25/psikologi-komunikasi-uas/ id.wikipedia.org/wiki/Media_massahttp://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teknik pengumpulan data kualitatif&source=web&cd=4&ved=0CDYQFjAD&url http://www.telaga.org/berita_telaga/peran_teman_dalam_kehidupan_remaja
http://baktiraharjo.wordpress.com/2009/12/16/perilaku-menyimpang-pada-remaja/