Trikonomika
Volume 7, No.2, Desember 2008, Hal. 97-105 ISSN 1411-514X
Pengaruh Sinergi, Kredibilitas, Kepemilikan Baru, Budaya, Tata Kelola Perusahaan pada Kinerja Bank Pasca Privatisasi Nandan Limakrisna Fakultas Ekonomi, Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Jakarta Kampus A, Jl. Diponegoro No. 74 Jakarta Pusat E-mail:
[email protected] Undang Juju Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan, Bandung Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung. 40116 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT In Indonesia, crisis exchange rate was started by the rupiah depreciation and give negative influence to banking sector marked with the increased of the SBI rate till reached 70,8%. This condition caused difficulties of banking industry progressively culminate. At that moment government have taken some policies. One of the policy was found the BPPN. Banks residing under observation of BPPN have come to property of government and next phase government have set mind on to divest. The purpose of this research is to address and learn more about privatization, especially in the banking industry in Indonesia. The focus of this study is to identify the impact of several important variables such as synergy, credibility, new ownership, culture and good corporate governance to the bank performance after privatized. Those five variables are believed to be the critical aspects in the merger and acquisition process. A simple questionnaire has also been developed in order to collect the primary data from target respondents. Respondents in this research are coming from privatized banks, either the bank was privatized through Initial Public Offering or through strategic partner. There were 188 data collected from more than 300 questionnaires distributed. Sequential Equation Modeling has been chosen as the research methodology and Lisrel 8.30 and SPSS 13.0 has also been chosen as the statistic software to be used. These results definitely do not match with the previous research conducted by researchers from other countries, but it could be used to broaden our way of thinking whereby other situation and condition could really produce different result. Banking privatization which have been done not yet had an effect on to improvement of profitability, specially in ROA. Nevertheless, ROA have shown tendency go up. thereby can be concluded that privatisasi yield better performance. Keywords: privatization, privatized bank, sequential equation modeling menyebabkan kesulitan industri perbankan semakin memuncak. Pemerintah melalui menteri keuangan dan Bank Indonesia mengambil kebijakan untuk. Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil beberapa tindakan seperti restrukturisasi perbankan, memberikan penjaminan terhadap simpanan dan pinjaman perbankan, rekapitalisasi, membekukan beberapa bank sampai dengan membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
PENDAHULUAN
K
risis nilai tukar yang berkembang menjadi krisis multi dimensional di Indonesia diawali dari tertekannya nilai tukar rupiah dan memberikan pengaruh negatif terhadap sektor perbankan dan sektor riil. Krisis ekonomi menjalar menjadi krisis kepercayaan yang melanda seluruh sendi-sendi perekonomian. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mencapai 70,8 persen,
97
Melalui BPPN, pemerintah Indonesia menguasai sebagian besar saham perbankan, baik bank swasta maupun pemerintah. Bank-bank yang berada dibawah pengawasan BPPN, menjadi milik pemerintah dan pada tahap berikutnya pemerintah memutuskan untuk melakukan divestasi. Pada awalnya usaha untuk melakukan privatisasi cukup tersendat, walaupun telah terbukti bahwa banyak perusahaan milik pemerintah di Afrika, Asia, Amerika Latin, Eropa Timur maupun Eropa Barat telah dialihkan ke sektor swasta, disebabkan oleh kinerja yang buruk dan kegagalan perusahaan tersebut (Mueller, 1989) serta keinginan untuk meningkatkan efisiensi setelah privatisasi (Meggison et al., 1994). Menurut Shafik (1996) pertumbuhan volume transaksi privatisasi antara tahun 1988 dan 1993 telah terjadi lebih dari 2600 transaksi di 95 negara di dunia, dan menghasilkan $271milyar. Privatisasi tidak selalu merupakan jalan keluar yang terbaik. Kritik terhadap kegagalan privatisasi disampaikan oleh Bayliss (2002), terkait dengan dampaknya terhadap masyarakat miskin. Yang menjadi dilema adalah bahwa semakin lama privatisasi dilakukan, semakin rawan terhadap timbulnya gelombang kesulitan keuangan berikutnya, khususnya dikaitkan dengan rencana pemerintah untuk menarik kebijakan program penjaminan. Faktor penting lainnya adalah faktor sinergi, kredibilitas serta perbaikan kualitas manajemen, termasuk memperkuat perangkat hukum dan pelaksanaannya, kerangka peraturan untuk industri keuangan, serta memperbaiki lingkungan investasi untuk mengurangi resiko bisnis serta konsekuensinya terhadap resiko pinjaman. Privatisasi dapat dilakukan melalui divestasi. Kekhawatiran akan adanya kontrol oleh pihak asing, tidak perlu dibesar-besarkan sepanjang penyandang dana baru merupakan institusi keuangan yang dapat memberikan sinergi, kredibilitas, dana segar serta manajemen yang lebih baik kepada institusi yang dibelinya. Privatisasi merupakan upaya mengurangi peran an pemerintah serta memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada swasta untuk berperan dalam sistem perekonomian suatu negara, guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Savas (1987) : “The word privatize first appeared in a dictionary in 1983 and was defined narrowly as ‘to make private, especially to change (as a business or industry) from public to private control or ownership’. But the word has already acquired a broader meaning; it has come
98
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
to symbolize a new way of looking at society’s needs, and a rethinking of the role of government in fulfilling them. It means relying more on society’s private institutions and less on government to satisfy the needs of the people.” Sachs et al. (2000b), menggambarkan tentang alasan mendasar untuk privatisasi adalah, karena situasi informasi asimitris dan masalah kontrak yang tidak lengkap, sehingga menjadikan permasalahan insentif yang rumit, dan berdampak kepada perusahaan milik publik menjadi sangat tidak efisien. Privatisasi mempunyai hubungan dengan usahausaha efisiensi di tingkat mikro atau perusahaan. Pertimbangan tentang masalah perjanjian serta insentif sebagai bagian yang relevan untuk mengembangkan efisiensi pada tingkat mikro-ekonomi, disebut agency view, La Porta dan Silanes (1998). Agency View mengenal dua penyebab terjadinya insentif yang buruk untuk efisiensi, yaitu managerial perspective, (Vickers & Yarrow, 1989) dan political perspective (Shapiro & Willig, 1990). Dalam managerial perspective, ketidakmungkinan kontrak yang lengkap memainkan peranan yang mendasar di dalam menjelaskan pentingnya masalah kepemilikan (Sappington & Stiglitz, 1987). Lebih luas, privatisasi juga berdampak terhadap perekonomian makro. Privatisasi memungkinkan pemerintah meningkatkan dana dalam jangka pendek dan mengeliminasi kebutuhan subsidi yang permanen. Perubahan yang nyata dalam posisi finansial, ditentukan dari selisih dividen dan pajak yang dibebankan, (Perroti & Guney, 1993). Pengangguran akan dapat dikurangi untuk jangka menengah dan panjang, ketika pertumbuhan ekonomi yang membaik sebagai hasil dari meningkatkan efisiensi pada tingkat mikro, serta lebih stabil pada tingkat makro. Markelevich (2003) menunjukkan bahwa akuisisi dengan motivasi sinergi akan menghasilkan kinerja jangka panjang yang lebih tinggi. Studi literatur menunjukkan pola pengaruh positif ini sebagaimana dibuktikan oleh Jensen dan Ruback (1983) serta Bradley, Desai dan Kim (1988). Variabel kredibilitas diidentifikasikan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja bank pasca privatisasi, khususnya bilamana ada keterbukaan informasi serta keberanian untuk menyampaikan berita negatif kepada investor (Dye, 1985). Kredibilitas perusahaan sangat terkait dengan reputasi, kehandalan, kepercayaan rekan bisnis, keinginan stratejik, integritas, kewajaran, hubungan pribadi yang mengutamakan kepentingan perusahaan, penghargaan, kekuatan kepemimpinan serta pengetahuan maupun kompetensi.
Nandan Limakrisna, Undang Juju
Secara teoretis menunjukkan bahwa privatisasi dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas. Berdasarkan data dan pengalaman yang telah terjadi di dunia luar, maka untuk mendapatkan kinerja yang baik dari bank pasca privatisasi, kepemilikan oleh pihak asing akan menjadi pilihan yang utama dengan berbagai alasannya. Privatisasi bank di Indonesia kebanyakan pemilik barunya adalah pihak asing. Studi yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett (1982) serta Sǿrensen (2002) dengan data set yang sama membuktikan adanya hubungan antara budaya dengan kinerja. Meskipun belum memberikan kesimpulan yang nyata, namun paling tidak terdapat mekanisme hubungan antara budaya dengan kinerja. Di samping pengaruh langsung variabel bebas terhadap variabel terikat, terdapat pula pengaruh tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh langsung, diantaranya adalah sinergi akan sangat mempengaruhi kredibilitas. Dengan sinergi, nilai perusahaan menjadi lebih besar dibandingkan dengan kombinasi dari nilai perusahaan secara sendiri-sendiri. Kekuatan para pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan usaha. Bukti empiris dalam restrukturisasi perusahaan menunjukkan bahwa membuang aset yang tidak berhubungan dengan bisnis inti perusahaan, akan dilihat sebagai nilai tambah oleh pasar (Berger & Ofek, 1999). Pemerintah sebagai pemegang saham, tidak akan menjual sahamnya kepada perusahaan yang tidak jelas keberadaannya. Dengan memperhatikan reputasi pemilik yang baru, maka dapat diperkirakan kredibilitas perusahaan akan meningkat. Hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Menurut Hofstede (1991) di dalam lingkungan pekerjaan, perbedaan budaya lebih diperhitungkan menurut budaya nasionalnya. Budaya yang kuat dapat membentuk tingkat motivasi yang tinggi. Nilai-nilai yang dipahami bersama membuat manusia merasa nyaman bekerja, merasakan adanya komitmen dan penghargaan, membuat orang berjuang lebih keras. Kredibilitas dunia usaha dibedakan menurut dua jenis disclosure credibility yaitu persepsi investor terhadap informasi yang dikeluarkan dan management credibility lebih menekankan kepada sifat ketahanan para manager perusahaan dengan mengacu kepada persepsi investor terhadap manager dilihat dari segi kompetensi maupun kepercayaan (Hovland et al., 1953). Stiglitz (2002) mengatakan bahwa dengan tata kelola perusahaan yang lemah, manajemen dapat secara
leluasa dan efektif mencuri dari para pemilik saham. Keasy, Thompson dan Wright (1997) menyarankan empat alternatif paradigma untuk menjelaskan mengapa permasalahan tata kelola perusahaan sering kali memberikan solusi yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Keempat alternatif tersebut adalah The Abuse of Executive Power model, The Myopic Market model, The Stakeholder model dan Principal-Agent model.
METODE Untuk mengkaji pengaruh variabel prediktor sinergi, kredibilitas, kepemilikan baru, budaya serta tata kelola perusahaan terhadap kinerja bank pasca privatisasi dan melibatkan variabel yang dapat diukur secara langsung maupun tidak langsung digunakan metode structural equation modeling (SEM). SEM merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah, yaitu analisis faktor dan model persamaan simultan Ghozali (2005). Model persamaan struktural, merupakan gabungan dari analisis faktor dan analisis jalur, menjadi satu metode statistik komprehensif. Metode estimasi yang dipergunakan adalah metode estimasi maximum likelihood. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas, variabel intervening (perantara) serta variabel terikat. Variabel terikat dalam studi ini adalah kinerja bank yang akan dijelaskan serta dikonfirmasikan oleh variabel-variabel bebas yaitu: (1) sinergi, (2) kredibilitas, (3) kepemilikan baru, (4) budaya serta (5) tata kelola perusahaan. Variabel kredibilitas maupun variabel sinergi juga berfungsi sebagai variabel intervening untuk menganalisis pengaruh budaya maupun tata kelola perusahaan terhadap kinerja. Model Penelitian Dalam model penelitian seperti yang digambarkan pada Gambar 1. variabel-variabel yang akan diteliti digambarkan dalam bentuk elips, yang menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel laten, yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung (unobserved). Pemilik Baru Budaya Tata Kelola Perusahaan
Sinergi
H8
H7
H10 H9 H11 H4
H6 Kredibilitas H1 H2
H3
H5
Kinerja
Gambar 1. Model Penelitian
Pengaruh Sinergi, Kredibilitas, Kepemilikan Baru, Budaya, Tata Kelola Perusahaan pada Kinerja Bank Pasca Privatisasi
99
Pada model penelitian yang digambarkan pada Gambar 1. terdapat sepuluh hubungan positif antara variabel-variabel yang dihubungkan oleh anak panah, yaitu diperlihatkan oleh H1, H2, H3, H4, H5, H7, H8, H9, H10, dan H11. Selain hubungan positif tersebut, terdapat satu hubungan timbal balik yang diperlihatkan oleh H6. Unit analisis yang dipakai adalah data individual, dengan memperlakukan setiap responden sebagai sumber data. Jumlah responden sebanyak 188 orang, dengan komposisi 67% laki-laki dan 33% perempuan. Mayoritas responden berusia antara 30 sampai 40 tahun mencakup 54,3 persen dari keseluruhan responden yang ada, sedangkan kelompok dengan usia diatas 50 tahun sedikit sekali perannya hanya 1,1 persen saja. Responden dengan pendidikan sarjana satu mendominasi pengembalian kuesioner yaitu sebanyak 71,3 persen. Sarjana strata tiga, hanya sebesar 1,6 persen. Responden dengan pengalaman kerja sepuluh tahun merupakan responden terbanyak diikuti responden dengan masa kerja delapan tahun sebesar 13,8 persen. Sensus dilakukan terhadap Bank BCA, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI serta Bank Bukopin. Responden BCA yang terbanyak mengembalikan kuesioner sebesar 21,3 persen, diikuti Bank Mandiri sebesar 16,5 persen. Bank Danamon dan Bank Bukopin tergolong yang paling sedikit dalam pengembalian kuesioner yang diedarkan. Instrumen Penelitian Variabel sinergi diukur dengan menggunakan sepuluh indikator dari tiga sumber sinergi. Dari sisi kualitas sumber daya manusia ditandai dengan indikator (1) efisiensi, efektifitas dan kualitas kerja, (2) interaksi, (3) kontrol dan resiko. Sisi operasional ditandai dengan indikator (1) skala ekonomis, (2) pertumbuhan pangsa pasar, (3) kualitas produk, dan (4) strategi pemasaran. Sisi kekuatan finansial ditandai dengan indikator (1) intermediasi, (2) stabilitas keuangan, dan (3) keuntungan pajak. Sinergi diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Galunic (1994) serta Eisenhardt (1989a). Pertanyaan dikonsentrasikan pada fakta, bukan pada interpretasi para responden. Indikator kredibilitas meliputi sepuluh indikator yaitu (1) kepercayaan investor, (2) kepercayaan karyawan, (3) kontinuitas strategi, (4) mampu memberi informasi yang akurat, (5) kompeten dalam
100
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
bidangnya, (6) pengetahuan, (7) kepemimpinan, (8) kerjasama, (9) integritas tinggi, dan (10) kepercayaan publik. Ukuran kredibilitas didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala lima poin Likert-type. Sebagai indikator kepemilikan adalah (1) nilai tambah (value added), (2) kepedulian, (3) kompetisi, (4) kepatuhan, (5) kehati-hatian, (6) efisiensi finansial, (7) efisiensi operasional, (8) profesionalisme kerja, (9) kualitas pelayanan, (10) pasar saham, dan (11) keleluasaan. Ukuran efisiensi kepemilikan didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala lima poin Likert-type. Indikator budaya yang dipelajari meliputi dua belas items yaitu (1) struktur, (2) etos kerja, (3) prestasi kerja, (4) komunikasi, (5) kepemimpinan, (6) reward and punishment, (7) norma, (8) filosofi, (9) sikap kerja, (10) ketulusan, (11) kejujuran, dan (12) kerja sama. Ukuran budaya didasarkan pada dua penafsiran yaitu kesamaan internal adalah derajat dimana orang-orang dalam perusahaan mempunyai kepercayaan yang sama dan ketidaksamaan eksternal yaitu derajat dimana kepercayaan dasar berbeda dengan kepercayaan masyarakat pada umumnya. Indikator tata kelola perusahaan yang dipelajari meliputi sepuluh indikator yaitu (1) transparansi, (2) disclosure, (3) kemandirian, (4) akuntabilitas, (5) pertanggung-jawaban, (6) kewajaran, (7) keselamatan kerja, (8) kesejahteraan, (9) evaluasi atau penilaian, dan (10) etika. Ukuran tentang pemahaman tata kelola perusahaan didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala lima poin Likert-type. Angka yang diperoleh dari responden setelah mengisi kuesioner tentang tata kelola perusahaan akan dipakai sebagai acuan. Indikator kinerja yang diukur meliputi dua belas indikator yaitu (1) reaksi pasar saham, (2) cost of capital, (3) perlindungan resiko, (4) return on asset (ROA), (5) return on equity (ROE), (6) interest margin, (7) non performing loans, (8) efisiensi operasional, (9) efisiensi finansial, (10) pertumbuhan perusahaan, (11) capital adequacy ratio, dan (12) loan to deposit ratio.
HASIL Korelasi antara variabel menggunakan analisis faktor dengan menghitung korelasi parsial. Untuk maksud perhitungan tersebut diatas diasumsikan bahwa variabel lain dianggap tetap. Korelasi antara variabel menggunakan nilai faktor muatan (loading factor) dengan menggunakan confirmatory
Nandan Limakrisna, Undang Juju
diagram jalur model teoretis yang menghubungkan enam variabel laten yang ada secara struktural yaitu variabel sinergi (SN), budaya (KO) (Gambar 2). PB Kepemilikan baru
0. 34
8N
KO Budaya
.S.
N .20
KR Kredibilitas
3.0
Bartlett’s Test of Sphericity
–1.57 N.S.
KMOMSA
Signifikansi
Sinergi
0.731
0.000
45
577.866
Kredibilitas
0.824
0.000
45
590.935
Chi-square = 933.86; df = 970; P –value = 0,792; RMSEA = 0,00
Kepemilikan Baru
0.694
0.000
55
555.730
Budaya
0. 862
0.000
66
814.994
Gambar 2. Hasil Olah Data setelah Modifikasi Indeks
Tata Kelola Perusahaan
0. 660
0.000
45
429.606
Kinerja
0. 716
0.000
66
780.072
Setelah dilakukan uji kesesuaian keseluruhan model (overall model fit) selanjutnya dibentuk
SN KB KO KR PB GCG
= = = = = =
0
26
.
GCG Tata kelola perusahaan
–0.
0S
Approx Chisquare
.S.
–0.01 N.S.
–0.27 N.S. –0.57 N.S.
1.1
Tabel 1. Hasil tes KMO-MSA dan Bartlett dari setiap variabel df
S.
5
0.1
SN Sinergi
S. N.
0.41 N.S.
factor analysis (CFA). Pada tahapan ini ukuran yang digunakan adalah Bartlett’s test of sphericity dan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO-MSA). Bartlett test of sphericity harus signifikan pada level 0.000 sedangkan nilai KMO-MSA bervariasi dari 0 sampai 1. Jika nilai KMO-MSA < 0.50, maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Nilai KMO-MSA dan Bartlett’s test (Tabel 1).
N.S
.
–0.89 N.S.
KB Kinerja
Sinergi Kinerja Budaya Kredibilitas Kepemilikan baru Tata kelola perusahaan
Tabel 2. Indikator Goodness of Fit setelah Modifikasi Indeks Goodness of Fit Index
Cut-Off Value
Χ 2 – Chi-Square
Hasil Model 933.86
Nilai-p
> 0.05
Derajat bebas, DF
0.792 970
RMSEA
≤ 0.05
0.00
GFI
Nilai besar
0.82
AGFI
≥ 0.90
0.80
CFI
≥ 0.95
1.00
Relative χ 2 CMIN/DF
≤ 2.00
0.96
NCP
Nilai kecil
0.00
TLI
≥ 0.90
1.12
RMR
Nilai kecil
0.066
PNFI
Nilai kecil
0.55
Independence AIC
Model
AIC model < AIC Saturated dan AIC Independence
Saturated Independence ECVI
Keterangan
Model Saturated
Baik
2158.79 1155.86
Baik
2162.00 ECVI model < ECVI Saturated dan ECVI Independence
11.54 6.37
Baik
11.56
Pengaruh Sinergi, Kredibilitas, Kepemilikan Baru, Budaya, Tata Kelola Perusahaan pada Kinerja Bank Pasca Privatisasi
101
Dari hasil olah data juga diperoleh persamaan struktural yang terdiri dari tiga persamaan, yaitu SN = 0.41KR – 0.15KO + 0.34GCG KB = -0.57SN – 1.57KR + 3.00PB – 0.26KO – 0.89GCG KR = -0.27SN + 1.18PB – 0.01KO – 0.20GCG Guna mengetahui hasil penelitian yang lebih berkualitas maka dilakukan pengolahan data return on asset (ROA) dengan model yang sama. Hasil olah data memperoleh persamaan struktural sebagai berikut: SN = 0.31KO + 0.26GCG KR = -0.47SN + 3.99PB – 0.043KO – 0.99GCG ROA= -0.23SN – 0.24KR + 1.28PB – 0.64KO – 0.40GCG Keluaran dari olah data menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. Uji kesesuaian model struktural titik fokusnya ada pada hubungan antara variabel laten eksogen dan endogen, serta hubungan antara variabel endogen. Hubungan antara variabel terikat sebagaimana diperoleh dari keluaran Beta digambarkan pada Gambar 3. SN
–0
.57
0.41 N.S.
0.27 N.S. KR
N.S
.
KB
–1.57
N.S.
Hubungan antar variabel terikat dan bebas diperlihatkan oleh keluaran Gamma yang menggambarkan pengaruh variabel eksogen independen terhadap variabel endogen dependen. Dengan mengacu kepada keluaran yang dihasilkan, dapat terlihat hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas yang dipakai dalam penelitian sebagaimana tertera pada Gambar 4. PB
KO
GCG
1.18
N.S.
S.
5 N.
–0.1
SN
0.34 S.
–0.01 N.S.
KR 3.00 S.
–0.2
6 N.
S.
KB
-0.89 N.S.
Gambar 4. Model TeoretisVariabel Bebas dan Terikat
Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat menunjukkan bahwa (1) adanya pengaruh yang tidak signifikan dari budaya terhadap sinergi, (2) adanya pengaruh positif yang signifikan dari tata kelola perusahaan terhadap sinergi, (3) budaya tidak signifikan berpengaruh terhadap kredibilitas, (4) kepemilikan secara signifikan berpengaruh positif terhadap kredibilitas, (5) tata kelola tidak signifikan mempengaruhi kredibilitas, (6) kepemilikan baru berpengaruh positif terhadap kinerja, (7) budaya tidak signifikan pengaruhnya terhadap kinerja, dan (8) tata kelola perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Tabel 4. Hubungan antara Variabel Terikat dan Variabel Bebas
Gambar 3. Model TeoretisVariabel Terikat
Estimasi Parameter
S.E.
t-value
Signifikansi
SN <--- KO
-0.15
0.35
-0.45
N.S.
SN <--- GCG
0.34
0.17
2.02
S
KR <--- PB
1.18
1.27
0.93
N.S.
KR <--- KO
-0.01
0.40
-0.02
N.S.
KR <--- GCG
-0.20
0.34
-0.59
N.S.
Keterangan: N.S. = Not Significant
KB <--- PB
3.00
9.36
0.32
S
Sumber: Hasil pengolahan
KB <--- KO
-0.26
1.30
-0.20
N.S.
Hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa (1) pengaruh sinergi dan kredibilitas tidak signifikan terhadap kinerja, (2) adanya pengaruh positif kredibilitas terhadap sinergi namun tidak signifikan, (3) terdapat pengaruh negatif antara variabel kredibilitas terhadap sinergi namun tidak signifikan.
KB <--- GCG
-0.89
2.43
-0.36
N.S.
Tabel 3. Hubungan antara Variabel Terikat Estimasi Parameter
S.E.
KR <--- SN
-0.27
0.25
-1.06
N.S.
KB <--- SN
-0.57
1.75
-0.33
N.S.
SN <--- KR
0.41
0.5
0.81
N.S.
KB <--- KR
-1.57
4.6
-0.34
N.S.
102
Trikonomika
t-value Signifikansi
Vol. 7, No.2, Desember 2008
Keterangan: N.S.= Not Significant
S = Significant
Dari Correlation Matrix of ETA on KSI dapat diketahui korelasi antara dua variabel, yang menunjukkan bahwa hubungan paling kuat terjadi antara
Nandan Limakrisna, Undang Juju
kepemilikan baru dengan kredibilitas yaitu sebesar 0,91. Keadaan ini dapat dimengerti mengingat perubahan kepemilikan akan berdampak langsung dan nyata. Hubungan yang paling lemah terlihat antara kinerja dengan sinergi yaitu sebesar -0.01. Tabel 5. Matriks Korelasi ETA pada KSI SN
KR
KB
PB
KO
SN
1.00
KR
0.23
1.00
KB
-0.01
0.41
1.00
PB
0.47
0.91
0.49
1.00
KO
0.35
0.79
0.38
0.85
1.00
GCG
0.45
0.47
0.01
0.67
0.53
GCG
1.00
Kontribusi relatif variabel laten independen yang mempengaruhi variabel laten endogen perlu untuk diindentifikasi. Perhatikan keluaran Lisrel pada bagian Regression Matrix ETA on KSI seperti Tabel 6. Tabel 6. Matrik Regresi ETA pada KSI PB
KO
GCG
SN
0.43
-0.14
0.23
KR
1.06
0.03
-0.27
KB
1.09
-0.23
-0.60
baru, pimpinan yang lama dengan baru tidak terjadi secara nyata, (b) perubahan budaya yang diperkirakan akan terjadi oleh karena adanya pemegang saham baru, terutama budaya kerja yang baru juga tidak terjadi, dan (c) perbedaan kredibilitas secara nyata antara sebelum dan sesudah privatisasi juga tidak terlihat, mengingat pelakunya masih sama. Tabel 7. Metode Privatisasi/Divestasi Bank Bank
Bulan/Tahun
Metode
Mandiri
Jul-03
Initial Public Offering
BNI
Nov-96
Initial Public Offering
BRI
Nov-03
Initial Public Offering
Bukopin
Jul-06
Initial Public Offering
BCA
Aug-01
Strategic Partner
Niaga
Oct-02
Strategic Partner
Danamon
May-03
Strategic Partner
BII
Nov-03
Strategic Partner
Permata
Aug-04
Strategic Partner
Lippo
Dec-98
Strategic Partner
Sumber: Website masing-masing bank
PEMBAHASAN
Kelima bank yang lain yaitu Bank Niaga, Bank Danamon, Bank BII, Bank Lippo, dan Bank Permata telah memasukkan wakil pemegang sahamnya yang baru ke dalam posisi-posisi strategis seperti komisaris, direktur utama, maupun direktur disamping posisi lain dibawah direksi. Kurun waktu privatisasi yang dilakukan belum cukup lama, maka perubahanperubahan yang diharapkan terjadi sesuai dengan teori privatisasi masih belum terlihat nyata. Dipastikan kebenarannya bahwa “privatization is a process, not an event” (Verbrugge, Meggison & Owens, 1999).
Pelaksanaan Privatisasi Dari beberapa bank yang diteliti, pelaksanaan privatisasi dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu (1) metode initial public offering dan (2) metode strategic partner, dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu berkisar tiga tahun sampai dengan lima tahun (Tabel 7). Dari sepuluh bank yang diprivatisasi terdapat lima bank yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank Bukopin dan Bank BCA tidak mengganti pimpinannya ataupun mengikutsertakan wakil dari pemegang saham yang baru. Dengan tidak adanya keikutsertaan wakil dari pemegang saham yang baru maka terdapat situasi sebagai berikut (a) sinergi yang diharapkan terjadi antara pemegang saham lama dengan yang baru, antara karyawan lama dengan yang
Tahapan Privatisasi Privatisasi di Indonesia dilakukan secara bertahap dimana pemerintah melepas sahamnya sebagian-sebagian, sehingga berdampak pada proses sinergi yang diharapkan terjadi antara pemegang saham lama dengan yang baru juga berjalan secara bertahap. Kredibilitas perusahaan pun, terutama bank yang pada awalnya milik pemerintah tidak dilihat ada perubahan yang signifikan oleh para investor. Keadaan ini sejalan dengan Otchere dan Chan (2003) yang mengatakan bahwa privatisasi parsial hanya memberikan perubahan kinerja yang sangat terbatas. Shleifer dan Vishny (1996) mengatakan bahwa privatisasi parsial masih membuka kesempatan bagi politikus untuk mempengaruhi kinerja bank guna kepentingan politik.
Keluaran total and indirect effects menunjukkan pengaruh tidak langsung dan pengaruh total variabel bebas pada variabel terikat. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh suatu variabel independen terhadap suatu variabel dependen lainnya yang dimediasi oleh satu atau lebih variabel perantara.
Pengaruh Sinergi, Kredibilitas, Kepemilikan Baru, Budaya, Tata Kelola Perusahaan pada Kinerja Bank Pasca Privatisasi
103
Kinerja menurut Return on Assets Peneliti terdahulu mengelompokkan indikator kinerja menurut profitabilitas, efisiensi operasional, perlindungan resiko serta skala ekonomis (economies of scale), sedangkan indikator profitabilitas dikelompokkan menurut Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Non-Performing Loan (NPL), serta Net Interest Income (NII). Penelitian ini memakai ROA rata-rata dengan pengambilan data dimulai sejak bank tersebut diprivatisasi. Tabel 8. ROA Rata-rata Bank ROA
Bank
Bank
rata-rata
ROA rata-rata
Mandiri
2.03
BII
2.56
BCA
5.24
Niaga
2.75
BNI
2.10
Permata
-18.78
BRI
3.52
Lippo
-31.19
Danamon
5.96
Bukopin
2.83
Sumber: Laporan Triwulan Bank Indonesia, 1996-2003
Bank BCA dimana pemegang saham baru tidak ikut campur didalam operasional perusahaan tetap menunjukkan ROA yang semakin membaik. Peneliti tidak memakai data return on equity (ROE) sebagai bahan penelitian karena masalah akurasi yang disebabkan oleh pengaruh besarnya bad loan yang dihapus bukukan. Mengacu kepada hasil penelitian, dapat dilihat bahwa beberapa variabel telah memberikan pengaruh positif terhadap variabel lainnya. Kredibilitas berpengaruh positif kepada sinergi. Dengan sinergi, nilai perusahaan menjadi lebih besar dibandingkan dengan kombinasi dari nilai perusahaan secara sendiri-sendiri. Disamping itu kekuatan para pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan usaha. Bukti empiris dalam restrukturisasi perusahaan menunjukkan bahwa membuang asset yang tidak berhubungan dengan bisnis inti perusahaan, akan dilihat sebagai nilai tambah oleh pasar (Berger & Ofek, 1999). Kepemilikan baru bergaruh positif kepada kinerja. Kepemilikan baru berpengaruh positif kepada kredibilitas. Budaya bergaruh positif kepada kredibilitas dan tata kelola perusahaan berpengaruh positif kepada sinergi. Dengan memperhatikan reputasi pemilik yang baru, maka dapat diperkirakan kredibilitas perusahaan akan meningkat. Hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Bilamana dikaitkan dengan masa privatisasi yang relatif masih sangat singkat, maka pengaruh-pengaruh positif tersebut telah menunjukkan arah yang sejalan
104
Trikonomika
Vol. 7, No.2, Desember 2008
dengan teori yang ada. Sejalan dengan hasil olah data, kepemilikan baru memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Pengaruh signifikan tata kelola perusahaan terhadap sinergi juga diperoleh, namun belum signifikan terhadap kinerja. Bank Indonesia mengeluarkan peraturan Bank Indonesia tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada tanggal 30 Januari 2006, maka dipahami bilamana tata kelola perusahaan masih belum terlihat pengaruhnya terhadap kinerja bank.
KESIMPULAN Privatisasi industri perbankan yang telah dilakukan belum menunjukkan perbaikan profitabilitas perusahaan sebagaimana diharapkan, khususnya dilihat dari ROA yang ada. Namun demikian ROA yang ada menunjukkan trend yang meningkat sehingga dapat pula disimpulkan bahwa privatisasi memberikan kinerja yang lebih baik. Keadaan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Sinergi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja seperti diteorikan oleh para ahli sebelumnya, disebabkan oleh karena kelima bank tidak mengganti pimpinannya dan tidak memasukkan wakil-wakil ke dalam jajaran pengambil keputusan. Selain itu jangka waktu penelitian dengan waktu privatisasi yang masih terlalu singkat ikut menjadi penyebab. Seperti halnya sinergi, kredibilitas juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bank pasca privatisasi. Kepemilikan baru ternyata memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja bank pasca privatisasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa pergantian kepemilikan memberikan dampak yang positif. Secara teoretispemilik baru yang merupakan institusi finansial yang kuat akan memberikan kinerja keuangan yang lebih baik bagi bank pasca privatisasi. Budaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja menunjukkan bahwa proses privatisasi yang dilakukan belum memperhatikan faktor budaya antara pemilik baru dengan para karyawan ataupun budaya yang telah terbentuk sebelumnya. Namun demikian keadaan ini sebenarnya mengkonfirmasikan bahwa masalah budaya sangatlah marjinal dan tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Tata kelola perusahaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja maupun kredibilitas, namun memberikan pengaruh yang positif terhadap sinergi. Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bank Indonesia baru menerbitkan ketentuan tentang tata kelola perusahaan pada tanggal 30 Januari 2006 yang lalu. Akibatnya dapat dipahami bilamana tata kelola
Nandan Limakrisna, Undang Juju
perusahaan masih belum sepenuhnya dijalankan oleh seluruh jajaran dalam bank. Kepemilikan baru tidak berpengaruh positif terhadap kredibilitas sebagaimana diteorikan, karena tidak semua pemilik baru setelah privatisasi berasal dari pihak-pihak yang mempunyai bidang usaha sejenis. Tata kelola perusahaan mengatur pemisahan fungsi antara setiap bagian yang terlibat didalam perusahaan seperti menejer, pemegang saham dan lain-lain. Stiglitz (2002) mengatakan bahwa dengan tata kelola perusahaan yang lemah, manajemen dapat secara leluasa dan efektif mencuri dari para pemilik saham. Keasy, Thompson dan Wright (1997) menyarankan empat alternatif paradigma untuk menjelaskan mengapa permasalahan tata kelola perusahaan sering kali memberikan solusi yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Keempat alternatif tersebut adalah The Abuse of Executive Power Model, The Myopic Market Model, The Stakeholder Model dan Principal-Agent Model. Khusus untuk Principal-Agent model menunjukkan pengaturan tata kelola perusahaan sebagai jawaban terhadap permasalahan keagenan dengan memisahkan kepemilikan serta kontrol.
DAFTAR PUSTAKA Barney, J. 1998. Returns to Bidding Firms in the Mergers and Acquisitions: Reconsidering the Relatedness Hypothesis. Strategic Management Journal, Summer Special Issue 9: 71-78. Bayliss, Kate. 2002. Privatization and Poverty: The Distributional Impact of Utility Privatization. Annals of Public and Cooperative Economics 73: 603-625. Berger, P. G. & Ofek, E. 1999. Causes and Effects of Corporate Refocusing Programs. Review of Financial Studies, 12: 311-345. Bradley, M., Desai, A. & Kim, H. 1988. Synergistic Gains from Corporate Acquisitions and Their Division between the Stockholders of Target and Acquiring Firms. Journal of Financial Economics, 21: 3-40. Chatterjee, S. 1986. Types of Sinergy and Economic Value: The Impact of Acquisitions on Merging and Rival Firms. Strategic Management Journal, 7: 119-139. Chevalier, J. & G. Ellison. 1997. Risk taking by Mutual Funds as a Response to Incentives. Journal of Political Economy, 105: 1167-1200. Demirgüç-Kunt, A. & Huizinga, H. 1999. Determinants of Commercial Bank Interest Margins and Profitability: Some International Evidence. The World Bank Economic Review, 13: 379-408.
Dye, R. 1985. Disclosure of Non-Propietary Information. Journal of Accounting Research, 23: 123-145. Havrylyshyn, & Donald McGettigan. 1998. Privatization in Transition Countries: A Sampling of the Literature. IMF Working Paper, 99:6. Jensen, M.C. & Ruback, R.S. 1983. The Market for Corporate Control: The Scientific Evidence. Journal of Financial Economics, 11: 5-50. John, K. & Ofek, E. 1995. Asset Sales and Increase in Focus. Journal of Financial Economics, 37: 105-126. Keasey, K., Thompson, S., & Wright, M. 1997. Corporate Governance: Economic and Financial Issues. Oxford: Oxford University Press. Lang, M., & R., Lundholm. 1993. Cross-Sectional Determinants of Analysis Rating of Corporate Disclosures. Journal of Accounting Research, 31(2): 246-271. Levine, R. 1997. Financial Development and Economic Growth: View and Agenda. Journal of Economic Literature, 35: 688-726. Michael, A.A. 2005. State-Owned Banks, Stability, Privatization and Growth: Practical Policy Decisions in a World without Empirical Proof. International Monetary Funds Working Paper, 05(10). Nellis, J. 1999. Time to Rethink Privatization in Transition Countries?. Discussion Paper 38, International Finance Corporation, World Bank. Otchere, I., & Chan, J. 2003. Intra-Industry Effects of Bank Privatization. Journal of Banking and Finance, 27: 949-975. Poznanski, P.J., & Dennis M. B. 1997. Using Structural Equation Modeling to Investigate the Causal Ordering of Job Satisfaction and Organizational Commitment Among Staff Accountants. Behavioral Research in Accounting, 9: 154-198. Sachs, Jeffrey., Clifford, Z., & Yair, E. 2000b. “The Gains from Privatization in Transition Economies: Is ‘Change of Ownership’ Enough?” CARE II Discussion Paper 63. Cambridge, Massachusetts: Harvard Institute for International Development. Sappington, D.E., & J., Stiglitz. 1987. Privatization, Information and Incentives. Journal of Policy Analysis and Management, 6: 567-582. Shafik, N. 1996. Selling Privatization Politically. Columbia Journal of World Business. Shleifer, A. & Robert, Vishny. 1996. A Theory of Privatization. Economic Journal, 106: 309-319. Vickers, J. & George, Y. 1989. Privatization: An Economic Analysis. Cambridge, Massachusetts: MIT Press.
Pengaruh Sinergi, Kredibilitas, Kepemilikan Baru, Budaya, Tata Kelola Perusahaan pada Kinerja Bank Pasca Privatisasi
105