WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP IMPULSE BUYING BEHAVIOR (STUDI KASUS MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNISMA) Oleh : Sofyan Agung Izzul Haq 1), Abd. Kodir Djaelani 2), A. Agus Priyono 3) 1) Alumni FE Unisma; 2) Dosen tetap FE Unisma; 3) Dosen tetap FE Unisma Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Malang ABSTRACT The economic dynamics of the retail business in Indonesia showed significant growth, so will trigger the development of lifestyle and spending patterns of society (consumers) who have higher expectations, ask for more, wanting better quality and consistent. Problems faced, consumer teens for search identity that reflected the lifestyle patterns that related to fashion. This is to provoke interest in the minds of consumers emotionally so that shopping has become an activity to have fun and is part of the lifestyle. Shopping becomes a means of satisfying the desire for stuff they do not really need, but because of the influence of trend or fad that was valid, then they feel an obligation to purchase these items. This study aimed to examine the effect of lifestyle and fashion shopping involvement in impulse buying behavior in students majoring in accounting unfortunate Islamic university economic faculties simultaneously and partially. The population in this study were all students majoring in accounting Islamic university economic faculties poor. This research sample totaled 89 people. Sampling using random sampling. Data collection instrument using a questionnaire with Likert scale, each of which has been tested and has met the requirements of validity and reliability. The analysis technique used is multiple linear regression, which will make it easier to see the role of lifestyle and fashion Shopping involvement of the impulse buying behavior to be tested. The test results showed that lifestyle Shopping and Fashion Involvement influence the behavior of Impulse Buying on accounting majors poor Islamic university economic faculties. Fashion involvement significantly positive effect on the impulse buying behavior with a significance level of 5%, with a value of 2,721 t and 0,008 t table. Keywords: shopping lifestyle, fashion involvement, and impulse buying behavior PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fashion sekarang ini adalah bisnis yang cukup besar dan menguntungkan. Seperti dikatakan oleh Jacky Mussry, Partner / Kepala Divisi Consulting & Research Mark Plus & Co, bahwa gejala ramai-ramainya berbagai produk mengarah ke fashion muncul ketika konsumen makin ingin diakui jati diri sebagai suatu pribadi. Karena itu, mereka sengaja membentuk identitasnya sendiri dan kemudian bersatu dengan kelompok yang selaras dengannya. Inilah kebanggaan seseorang jika bisa masuk ke dalam apa yang sedang menjadi kecenderungan umum, karena berarti ia termasuk fashionable alias modern karena selalu mengikuti mode (Menangkap Dinamika Sukses Bisnis Fashion, www.swa.co.id ,2004). Arti dari kata fashion itu sendiri memiliki banyak sisi. Menurut Troxell dan Stone dalam Dian (2008) didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Sedangkan Menurut Solomon dalam Dian (2008), fashion adalah proses penyebaran sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh kelompok konsumen. Fashion atau gaya mengacu pada kombinasi beberapa atribut. Kota Malang adalah salah satu kota fashion, masyarakatnya memiliki selera fashion yang tinggi. Mereka lebih memilih berbelanja di mall atau shooping centre, boutique, factory outlet, dan departement store, karena produknya lebih berkualitas dan fashionable. Salah satu
53
54
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
mall atau shopping centre yang terkenal di Malang adalah Malang Town Squart (MATOS). Mall ini terletak di jalan Veteran No. 2 Malang – Jawa Timur yang di bangun di lokasi yang sangat strategis. Pengunjung akan menemukan banyak toko, factory outlet, boutique, departement store yang menyediakan berbagai jenis fashion yang bermerek baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu toko yang menyediakan fashion di MATOS adalah Matahari Depertemen Store yang sudah terkenal kemegahannya. Kualitas dan nilai kreatifitas yang diberikan tidak hanyak sekedar tentang “what do you wear ?” tetapi juga tentang “this is up to date fashion! “. Dalam usahanya Matahari Depertemen Store menargetkan pasarnya kepada konsumen menengah keatas. Matahari Depertemen Store menyediakan berbagai produk fashion untuk pria dan wanita seperti: pakaian, celana, tas, sepatu, aksesoris, yang berkualitas tinggi dan bermerek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang memiliki sifat suka berbelanja. Pembelian yang dilakukan konsumen belum tentu pembelian yang direncanakan namun terdapat pula pembelian yang tidak direncanakan (pembelian impulsif) akibat adanya rangsangan lingkungan belanja dan suasana tersebut. Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang tidak tebiasa merencanakan sesuatu. Sekalipun sudah, tapi mereka akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir. Salah satu bentuk prilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah terjadinya impulse buying (membeli tanpa rencana/spontan membeli ketika tertarik pada sebuah produk). (Marketing.co.id, 2012). Dalam tahap perkembangan, diketahui bahwa pada masa remaja, kematangan emosi individu belum stabil, Hal ini mengakibatkan remaja menjadi pasar yang potensial bagi produsen maupun pemasar karena menurut johstone dalam utami dan surmayono (2008), konsumen remaja mempunyai ciri-ciri (a) mudah terpengaruh rayuan penjual, (b) mudah terbujuk iklan, (c) kurang berpikir hemat, dan (d) kurang realistis dan cendrung impulsif. Masa remaja adalah masa pencarian identitas, masa dimana seseorang mencari jati dirinya sendiri. Pada masa ini para remaja memiliki keinginan untuk berbeda daripada orang lainsehingga akibatnya para remaja berusaha menampilkan diri agar menarik perhatian masyarakat. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tesebut, adapun masalah yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah shopping lifestyle berpengaruh terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang? 2. Apakah fashion involvement berpengaruh terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang? 3. Apakah shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang ? 2. Untuk mengetahui pengaruh fashion involvement terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang ? 3. Untuk mengetahui pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement secara simultan terhadap impulse buying behaviour pada Mahasiswa jurusan akuntansi FE Universitas Islam Malang?
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Kontribusi Penelitian a. Bagi Perusahaan: Dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan srtategi yang tepat dengan sasaran yang hendak dibidik sesuai dengan kondisi sosial, perkembangan jaman, dan teknologi. b. Bagi Penulis: Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama menjalani perkuliahan dan memperluas wahana berfikir ilmiah dalam bidang manajemen. c. Bagi Peneliti Lain: Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan referensi bagi peneliti lebih lanjut dan menambah hasil kajian ilmiah serta memberikan sumbangan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen pemasaran. KERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS PENELITIAN TERDAHULU Japarianto dan Sugiharto (2011), Berdasarkan pada hasil penelitian pengaruh shopping lifestyle dan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying pada masyarakat high income Surabaya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variable Shopping lifestyle dan variable Fashion Involvement berpengaruh secara simultan terhadap variable Impulse Buying pada Masyarakat High Income Surabaya. Shopping lifestyle secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable impulse buying. Fashion involvement secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying. Frastia (2012), Berdasarkan pada hasil penelitian Pengaruh shopping lifestyle, fashion involvement dan hedonic shopping value terhadap impulse buying behaviour pelanggan Toko Elizabeth Surabaya. Shopping lifestyle berpengaruh secara parsial terhadap variabel Impulse Buying di Toko Elizabeth Surabaya, dan Ffashion involvement secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying Elizabeth Surabaya. Sedangkan Shopping value secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying Elizabeth Surabaya. Sembiring (2013), Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Shopping Lifestyle Dan Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Behaviour Pada konsumen di Toko “Top Man, Top Shop” Paris Van Java (PVJ), Bandung, maka menunjukkan bahwa variable shopping lifestyle dan variable fashion involvement secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying di Toko “Top Man, Top Shop” Paris Van Java (PVJ), Bandung. Diketahui untuk variable shopping lifestyle secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Impulse Buyingdi Toko “Top Man, Top Shop” Paris Van Java (PVJ), Bandung., dan variabel fashion involvement secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying di Toko “Top Man, Top Shop” Paris Van Java (PVJ), Bandung. TINJAUAN PUSTAKA Shopping Lifestyle Berbelanja sebagai aktifitas yang melibatkan pertimbangan pembelian suatu produk maupun jasa, mencari toko yang menyediakan produk ataupun jasa yang terbaik, pencarian produk ataupun jasa yang diinginkan di dalam toko tersebut, serta menentukan keputusan untuk membeli (Huddleston dan minahan 2011:301). Pola berbelanja dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kebutuhan konsumen, yaitu hedonic shopping dan utilitarian shopping (Huddleston dan minahan 2011:301): a. Hedonic shopping atau recreational shopping adalah aktifitas berbelanja yang mengutamakan pengalaman dan kesenangan dalam berbelanja. Jadi, tujuan konsumen berbelanja adalah untuk bersenang-senang, serta merasakan fantasi dan kenikmatan emosional, dan biasanya tanpa disertai adanya perencanaan tentang produk ataupun jasa yang ingin dibeli.
55
56
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
b. Utilitarian shopping adalah aktifitas berbelanja yang lebih terstruktur, dengan kata lain konsumen membuata perencanaan terlebih dahulu sebelum pergi ketoko. Individu yang melakukan pola berbelanja seperti ini biasanya didasari karena adanya kebutuhan fisiologis yang mendesak. Bagi sebagian konsumen berbelanja merupakan hal yang sudah menjadi lifestyle mereka, mereka rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan produk yang mereka senangi. Hal ini didukung dengan pernyataan Leon Tan dalam Japarianto (2011:33) yang mengatakan bahwa “bayang-bayang resesi global, baik secara langsung atau tidak langsung, ikut mempengaruhi pola berpikir dan lifestyle masyarakat, termasuk dalam cara berbelanja. Fashion Involvement Park et al, dalam Arief (2010:6) menegaskan bahwa fashion involvement secara langsung mempengaruhi fashion yang berorientasi pembelian impulsif. Bagi konsumen, ketika berbelanja fashion yang berorientasi pembelian impulsifakan mendukung asosiasi kuat keterlibatan produk dengan kecenderungan pembelian impulsif untuk produk-produk spesifik (pakaian dan aksesoris) atau fashion involvement. Involvement atau keterlibatan seseorang terhadap sesuatu adalah motif yang membuat seseorang tertarik atau ingin membeli suatu produk atau mengkonsumsi jasa yang ditawarkan karena dipajang maupun karena situasi yang memungkinkan. (O’Cass, dalam Emir Zakiar 2010:31). Secara umum konsep involvement adalah interaksi antara individu (konsumen) dengan objek (produk). Sedangkan menurut Zaichkowsky dalam Japarianto (2009:33), involvement didefenisikan sebagai hubungan seseorang terhadap sebuah objek berdasarkan kebutuhan, nilai, dan ketertarikan. Kata objek memberikan pengertian umum dan mengacu pada suatu produk, iklan, situasi pembelian. Konsumen dapat menemukan involvement disemua objek, karena involvement membangun motivasi. Impulse Buying Menurut Thomson et al. dalam Hatane (2007:34), mengemukakan bahwa ketika terjadi pembelian impulsif akan memberikan pengalaman emosional lebih dari pada rasional, sehingga tidak dilihat sebagai suatu sugesti, dengan dasar ini maka pembelian impulsif lebih dipandang sebagai keputusan rasional dibanding irasional. secara umum, konsumen telah merencanakan apa yang hendak dibeli. Pola belanja konsumen yang lain yaitu pembelian tidak terencana. Menurut Rook dalam Engel et al (1994:203) impulse buying adalah pembelian tanpa perencanaan yang diwarnai oleh dorongan kuat untuk membeli yang muncul secara tiba-tiba dan sering kali sulit ditahan, yang dipicu secara spontan saat berhadapan dengan produk, serta adanya perasaan menyenangkan dan penuh gairah. Impulse buying adalah proses pembelian barang yang terjadi secara spontan (Ma’ruf 2005:64). Ada tiga jenis pembelian impulsif: a. Pembelian tanpa rencana sama sekali: konsumen belum punya rencana apa pun terhadappembelian suatu barang, dan pembeli barang itu begitu saja ketika terlihat. b. Pembeli yang setengah tak direncanakan: konsumen sudah ada rencana membeli suatu barang tapi tidak punya rencana merek ataupun jenis/berat, dan membeli barang begitu ketika melihat barang tersebut. c. Barang pengganti yang tak direncanakan: konsumen sudah berniat membeli suaatu barang dengan merek tertentu, dan membeli barang dimaksud tapi dari merek lain. Pembelian impusif terjadi pada barang-barang seperti: pakaian dalam wanita (lingerie), pakaian pria, produk bakery, perhiasan, dan barang-barang grocery (food based). Pembelian impulsif terjadi karena impulsif semata-mata, impulsif karena diingatkan ketika melihat barangnya, impulsif karena karena timbul kebutuhan (suggestion impulse), dan impulsif yang
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
direncanakan. Impulsif yang direncanakan adalah pembelian sudah direncanakan tetapi merek, jenis, ukuran atau info spesifik lainnya belum diputuskan. Keputusan membeli dibuat dibuat di toko ketika melihat-lihat merchandise yang tersedia. Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan tinjauan teori, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Shopping lifestyle berpengaruh terhadap impulse buying behaviour H2 : Fashion involvement berpengaruh terhadap impulse buying behaviour H3 : Shopping lifestyle dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap impulse buying behaviour METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory, yaitu menurut Singarimbun dan Effendi (1995:5) yaitu: “Apabila data yang sama peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian”. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang, dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2015. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jurusan Akuntansi Universitas Islam Malang yang berjumlah 590 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan teknik random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (semua mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi (Kountur, 2004:139). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 89 orang 15% dari populasi. Definisi Operasional Variabel 1. Shopping Lifestyle (X1) merupakan gaya hidup customer pada kategori fashion (seperti pakaian) yang diukur melalui indikator: Aktivities, Interests dan Opinions 2. Fashion Involvement (X2) merupakan ketertarikan perhatian pelanggan pada kategori fashion yang diukur melalui pernyataan: pengetahuan tentang fashion, perilaku pembelian dan Karakteristik saya 3. Impulse Buying (Y) adalah pembelian yang tidak direncanakan, dimana karakteristiknya adalah pengambilan keputusannya dilakukan dalam waktu yang relatif cepat, dan adanya keinginan untuk memiliki secara cepat. Variabel ini diukur dengan indikator: Spontanitas, Kekuatan, kompulasi dan intensitas dan Kegairahan dan stimulasi dan Ketidak pedulian akan akibat Model Konseptual Shopping Lifestyle X1 Fashion Involvement X2 Gambar 1 Model Penelitian
Impulse Buying Behavior Y
57
58
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Sumber dan Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk jenis data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Instrumen yang digunakan adalah questionnaire. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan metode kuantitatif mengunakan analisis regresi linier berganda. Sebelum melakukan uji regresi, data yang terkumpul dianalisis terlebih dahulu dengan melakukan uji instremen yaitu uji validitas dan uji rebialitas. Persamaan Model regresi. Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah normalitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis dengan tingkat signifikasi 95% sementara uji F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara simultan. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Pada penelitian ini, digunakan validitas Pearson berdasarkan rumus korelasi product moment. Adapun kriteria pengujiannya adalah: Apabila r hitung < r Tabel maka tidak terdapat data yang valid pada tingkat kepercayaan 95% dan apabila r hitung > r Tabel terdapat data yang valid pada tingkat kepercayaan 95%. 2. Reliabilitas Dalam penelitian ini, reliabilitas diukur dengan metode koefisien alpha cronbach pada tarif signifikan 5%. Jika koefisien memiliki nilai lebih besar dari nilai yang biasa dipakai yaitu sebesar 0.6 maka instument tersebut dinyatakan valid (Sugiyono). Analisis Regresi Berganda Menurut Supranto (2001:189), formulasi dari analisis regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b.X1+ b.X2 + e Keterangan: Y= Variabel terikat (impulse buying) A= Bilangan konstanta X1= Variabel shopping lifestyle X2= variabel fashion invelvoment b1,2 dan 3= Koefisien Regresi e1= Error Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji sampel Kolmogorov-Smirnov dengan test distribution normal dimana kriteria yang digunakan yaitu: jika Sig > taraf signifikansi (α= 0,05) maka data penelitian berasal dari populasi yang bersidistribusi normal. 2. Uji Multikolonieritas Untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006)
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
3.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian terhadap heteroskedastisitas menggunakan metode grafik yang dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPRESID). Ada tidaknya gejala heteroskedastisitas diketahui jika pencaran data berupa titik-titik membentuk pola tertentu, maka terjadi heteroskedastisitas. Jika pencaran data yang berupa titik-titik tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis 1. Uji Simultan (uji F) Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dan jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Pengambilan keputusan juga berdasarkan probabilitas, jika probabilitas >0,05 maka H0 diterima (H1 ditolak) dan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (H1 diterima) 2. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) berkisar dari 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 artinya model dikatakan semakin besar kemampuan variabel independen dapat menggambarkan variasi pergerakan variabel dependen. Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. 3. Uji Parsial (Uji t) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima (H1 ditolak) dan jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak (H1 diterima), artinya variabel-variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Normalitas Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji sampel Kolmogorov-Smirnov dengan test distribution normal dimana kriteria yang digunakan yaitu: jika Sig > taraf signifikansi (α= 0,05) maka data penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Unstandardized Residual 89 N .651 Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) .791 Sumber: Output SPSS. Berdasarkan Hasil uji normalitas data dapat diperoleh nilai sig. sebesar 0,791, berdasarkan hasil tersebut maka data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Asumsi yang digunakan antara lain normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
59
60
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
a. Uji Multikolinieritas Tabel 5 Hasil Pengujian Multikolinieritas Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Shopping lifestyle .809 1.236 Fashion involvement .809 1.236 Sumber: Data Diolah (2015) Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan bebas multikolinearitas. Nilai VIF (Variance Inflating Factor) pada variabel shopping lifestyle (X1) dan fashion involvement (X2) yaitu sebesar 1,236 hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai VIF disekitar angka 1 sedangkan nilai tolerance mendekati angka 1 yaitu sebesar 0, .809. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada variabel shopping lifestyle dan fashion involvement tidak terjadi multikolinearitas. b. Uji Heterokedastisitas Adapun grafik hasil pengujian heterokesdastisitas menggunakan SPSS versi 21 dapat dilihat pada Gambar di bawah: Gambar 2 hasil pengujian Heterokedastisitas
Hasil analisis menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi adanya heterokedastisitas pada model yang diuji sehingga asumsi ini terpenuhi. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan tersebut ditunjukkan sebagai berikut; Tabel 6 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients t hitung B Std. Error (Constant)
Sig. t
Keterangan
11.578
1.887
6.134
.000
Signifikan
Shopping lifestyle
.093
.131
.708
.481
Tidak Signifikan
Fashion involvement
.354
.130
2.721
.008
Signifikan
t tabel = t(5%,86) 3.10 R .348 R-square .121 F hitung 5.929 Sig. F .004 F tabel = F(5%,2,86) 3.090 Sumber: Data Diolah (2015)
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Variabel dependen pada hasil uji regresi berganda adalah Frekuensi Impilse Buying, sedangkan variabel independennya adalah Shoping Lifestyle dan Fashion Involvement. Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah : Y = 11,578 + 0,093 X1 + 0,354 X2 + e Dari hasil persamaan regresi linier berganda, dapat diketahui bahwa : b1= 0,093 merupakan besarnya kontribusi variabel shopping lifestyle yang mempengaruhi impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang. Koefisien regresi (b1) sebesar 0,093 dengan tanda positif. Jika variabel shopping lifestyle berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang akan naik sebesar 0,093. b2= 0,354 merupakan besarnya kontribusi variabel fashion involvement yang mempengaruhi impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang. Koefisien regresi (b2) sebesar 0,354 dengan tanda positif. Jika variabel fashion involvement berubah atau mengalami kenaikan satu satuan maka impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang akan naik sebesar 0,354. Koefisiensi Determinasi Tabel 7 Koefisien Determinasi R
R Square
Adjusted R Square .101
Std. Error of the Estimate 1.241
.348a .121 Sumber: Data Diolah (2015) Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang dapat dipengaruhi sebesar 12% oleh variabel shopping lifestyle dan fashion involvement. Sedangkan sisanya 88% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. Uji Hipotesis I (Uji Simultan) Untuk menguji hipotesis pengaruh simultan dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), digunakan uji statistik F. Dalam hipotesis I, diduga bahwa variabel Penerapan IFR dan Tingkat Informasi secara bersama-sama mempengaruhi Frekuensi Perdagangan Saham. Tabel 8 Hasil Uji Simultan Sum of Model Df Mean Square F Sig. Squares Regression 18.268 2 9.134 5.929 .004b 1 Residual 132.496 86 1.541 Total 150.764 88 Dari hasil uji F (ANOVA) dengan menggunakan Df1 = 2 dan Df2 = 86 diperoleh F tabel sebesar 3,10. Sedangkan F hitungnya diperoleh sebesar 5,929 sehingga dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian menunjukkan bahwa variabel independent yaitu variabel shopping lifestyle dan fashion involvement secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang.
61
62
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Uji Hipotesis II (Uji Parsial) Tabel 9 Hasil Uji Parsial Model Unstandardized Coefficients B Std. Error 11.578 1.887 .093 .131
Standardize d Coefficients Beta
T
Sig.
(Constant) 6.134 .000 .080 .708 .481 Sopping_lifestyle 1 Fashion_involve .354 .130 .306 2.721 .008 ment Dari hasil perbandingan antara thitung dan ttabel di atas menunjukkan bahwa variabel shopping lifestyle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini disebabkan karena sig. > 0,05 sehingga variabel tersebut dapat menerima H0 dan menolak Ha. Dan variabel fashion involvement mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena sig. < 0.05 sehingga variable tersebut dapat menolak H0 dan menerima Ha. Secara statistik analisis regresi secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel shopping lifestyle (X1) a. Bila sig. < 0,05, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel shopping lifestyle (X1) impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang (Y). b. Bila sig. > 0,05, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel shopping lifestyle (X1) terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel shopping lifestyle (X1) sebesar 0,708 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,481, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel shopping lifestyle (X1) terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. 2. Variabel fashion involvement (X2) a. Bila sig. < 0,05, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel fashion involvement (X2) terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang (Y). b. Bila sig. > 0,05, maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel fashion involvement (X2) terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang (Y). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung pada variabel fashion involvement (X2) sebesar 2,721 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan variabel fashion involvement (X2) terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang, dengan asumsi yang digunakan yaitu variabel lain konstan. Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variabel dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel, untuk shopping lifestyle (X1) sebesar 0,093, variabel fashion involvement (X2) yaitu sebesar 2,721. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel fashion involvement (X2) mempunyai pengaruh dominan terhadap impulse buying pada mahasiswa jurusan akuntantsi fakultas ekonomi Universitas Islam Malang.
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa variabel shopping lifestyle dan fashion involvement secara simultan berpengaruh terhadap variabel impulse buying, yang dibuktikan dengan nilai Fhitung > Ftabel (5,929>3,10). Berdasarkan hasil koefisien regresi masing-masing variabel dapat diketahui besarnya pengaruh masing-masing variabel, untuk shopping lifestyle (X1) sebesar 0,708, dan variabel fashion involvement (X2) yaitu sebesar 2,721. 2. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel fashion involvement secara parsial berpengaruh terhadap variabel impulse buying, yang dibuktikan dengan nilai Thitung>Ttabel(2,721>1,663. 3. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel fashion involvement (X2) mempunyai pengaruh dominan terhadap impulse buying para pedagang yang bergerak pada bidang busana di Pasar Besar Kota Malang. KETERBATASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka adapun keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Populasi, dimana populasi yang digunakan masi belum bisa menjadi objek penelitian dalam penelitian ini. 2. Variabel, dimana variabel bebas yang digunakan masi kurang berpengaruh signifikan terhadap varibel terikat. 3. Teknik sampel, dimana teknik sampel yang digunakan belum representasi dari populasi yang digunakan. SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil penelitian, maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut: 1. Diharapkan para pedagang yang bergerak pada produk fashion selalu berupaya untuk meningkatkan penjualannya. Cara yang harus dilakukan yaitu dengan menjaga kualitas produk yang ditawarkan, menawarkan produk yang model yang up to date, kualitas yang bagus serta melakukan kegiatan promosi secara rutin sehingga konsumen mendapatkan infromasi secara benar atas keberadaan produk fashion. 2. Bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk menyempurnakannya yaitu dengan menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap impulse buying dan diharapkan untuk menambah jumlah sampel penelitian. DAFTAR PUSTAKA Bayley, G. & Nancarrow, C., 1998, Impulse purchas-ing: a qualitative exploration of the phenol-menon. Qualitative market research: An Inter-natinal Journal, 1(2), pp. 99-114. Andri Ma’ruf, 2005, pemasaran ritel, pp. 64-65. Arikunto, Suharsani. 2002. Prosedur Penelitian Metode Kuantitatif. Jakarta: Rineka Cipta Benjamin D.Z. & Kanter, M.R., 1976, The differen-tiation of life-styles. Annual Reviews of Socio-logy, pp. 269-297. Browne, B.A. & Kaldenberg, D.O., 1997, Concep-tualizing self-monitoring: links to meterialism and product involvement, Journal of Con-sumer Marketing, 14(1), pp. 31-44. Cobb J.C. & Hoyer W.D., 1986, Planned versus impulse purchase behaviour. Journal of Retailing, 62(4), pp. 384-409. Douglas, M.T. & Baron, C., Isherwood, 1979, The world of goods, (New York: Basic Books).
63
64
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Engel, James F., Blackwell, R.D. & Miniard, P.W., 1995, Perilaku konsumen, Jilid 1 (Edisi ke-enam), Jakarta: Binarupa Aksara. Hatane, S., 2005, Respons lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian, Journal Mana-jemen dan Kewirausahaan, 7(2), pp. 152-170. Japarianto, E., dan Sugiharto, S., 2011, Pengaruh Shopping Lifestyle dan Fashion Involvement terhadap Impulse Buying Behavior masyarakat High Income Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April:pp 32-40. Kotler, Philip, & Amstrong, G., 2004, Dasar-dasar Pemasaran, Bagian 1, Jakarta: Prenhallindo Sugiyono, 2011, Motode Penelitian Kuantitataf, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, Bandung