PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Akhmad Arief
PENGARUH PUBLIKASI LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA Mikha Gorbyanto Nuari, Astuti Yuli Setyani
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SISTEM INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Endang Satyawati, Mardanung Patmo Cahjono
PERSEPSI REDENOMINASI RUPIAH TERHADAP KINERJA USAHA MIKRO DAN KECIL Dwitya Ariwibawa
PENGARUH PENERAPAN ISO 9001:2008 TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI PRODUKSI PT. INSASTAMA Tan Christian Albion Kurniawan, Kazia Laturette
PERSEPSI KEMUDAHAN PENGGUNAAN, PERSEPSI MANFAAT, COMPUTER SELF EFFICACY, DAN KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Elizabeth Octaviana, Tri Setyowati, Agustini Dyah Respati
Vol.13
No. 1
Hal. 1-75
Feb 2017
JRAK, Volume 13, No. 1 Februari 2017
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 0216-5082 Ketua Penyunting Perminas Pangeran
Dewan Penyunting Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana) I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya) Jogiyanto Hartono (Universitas Gadjah Mada) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) Murti Lestari (Universitas Kristen Duta Wacana) Asisten Penyunting Eka Adhi Wibowo Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran) Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya
Alamat Penyunting dan Tata Usaha Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235 www.ukdw.ac.id/jrak/
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan (JRAK) terbit sejak Februari 2005. Terbit dua kali setahun pada bulan Februari dan Agustus. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang Akuntansi dan Keuangan. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Rowland Bismark Fernando Pasaribu (
[email protected])
Dionysia Kowanda (
[email protected])
Akhmad Arief Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma
ABSTRACT The objectives of this study are examine the influence of environmental performance, good corporate governance mechanism and earning management on Corporate Social Responsibility Disclosure. The population used in this study was companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 20092013. Samples were selected using purposive sampling method and there are 24 manufacture companies were able to fulfil the criteria. The analysis method of this reaserch use multiple linear regression. Data used are secondary data from Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory, and menlh.go.id. The result of this reasearch found that environmental performance, public ownership and earning management have insignificant influence to Corporate Social Responsibility Disclosure. board of commissioners, independence of commissioner, and managerial ownership have significantly influence on the disclosure of Corporate Social Responsibility Keywords: corporate social responsibility disclosure, environmental performance, good corporate governance mechanism, earning management.
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kinerja lingkungan, mekanisme tata kelola perusahaan yang baik dan manajemen laba terhadappengungkapan tanggung jawab sosial Perusahaan.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) di 2009-2013.Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan ada 24 perusahaan manufaktur yang mampu memenuhi kriteria.Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.Data yang digunakan adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia, Direktori Pasar Modal Indonesia, dan menlh.go.id. Hasil penelitian menyatakan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan publik dan manajemen laba memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Secara parsial, dewan komisaris, independensi komisaris, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kata kunci: tanggung jawab pengungkapan sosial, kinerja lingkungan, mekanisme good corporate governance, manajemen laba.
PENDAHULUAN Dampak sosial yang dirasakan masyarakat dari kegiatan operasional perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan menimbulkan tuntutan dari berbagai pihak terkhusus masyarakat yaitu berupa tuntutan untuk lebih memperhatikan dampak-dampak sosial serta
1
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
lingkungan dan cara dalam mengatasi dampakdampak tersebut. Tekanan dari berbagai pihak memaksa perusahaan untuk menerima tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat.Perusahaan dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap pihak yang lebih luas dari pada kelompok pemegang saham dan kreditur saja (Permana dan Raharja, 2012). Dalam merespon tuntutan dari berbagai pihak tersebut maka perusahaan berusaha mengungkapkan segala bentuk pertanggung jawabannya terhadap sosial maupun lingkungan dalam bentuk pengungkapan tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) dimana dalam pengungkapan tersebut diterangkan mengenai kegiatan apa saja yang telah perusahaan lakukan dalam upaya menganggulangi dampak sosial dari aktifitas yang dilakukan perusahaan. Untoro dan Zulaikha (2013) mengartikan CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan perusahaan. Alasan perusahaan dalam mengungkapkan CSR-nya bukan hanya karena keadaan mendesak terhadap tanggungjawab pada lingkungan sekitar namun pelaksanaan CSR telah dijadikan strategi dalam menarik dukungan stakeholder dalam menjalankan usahnya karena pelaksanaan CSR dapat meningkatkan nilai maupun image perusahaan. Disamping itu Corporate Social Responsibility dapat digunakan perusahaan untuk melegitimasi aktivitas perusahaan di kalangan masyarakat sekitar. Maksud dari melegitimasi adalah masyarakat akan menerima segala aktifitas perusahaan karena perusahaan telah menaati segala peraturan dan telah mengikuti nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat sekitar sehingga masyarakat dapat menerima perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut penting dalam memperoleh kepercayaan dari masyarakat maupun para investor. Dalam survei Reputation Institute (perusahaan konsultan di New York) tahun 2012, diyatakan bahwa sebesar 42% pandangan masyarakat terhadap suatu perusahaan didasari oleh persepsi mereka mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Smith, 2012 dalam Yawenas, Tan dan Sutanto, 2013). Sehingga dapat dikatakan bahwa Pengungkapan
2
Corporate Social Responsibility menjadi salah satu nilai tambah ataupun pertimbangan untuk para investor dalam mengambil keputusannya untuk berinvestasi. Dewasa ini dunia usaha tidak lagi hanya melihat nilai perusahaan yang dilihat dengan kondisi keuangannya saja yang merupakan tanggungjawab perusahaan yang sering dikenal dengan single bottom line namun sudah mencakup kondisi keuangan, sosial dan aspek lingkungan yaitu tanggungjawab perusahaan lainnya yang disebut triple botom line. Di Indonesia penerapan CSR mendapatkan respon baik dari pemerintah Indonesia dengan dikeluarkannya undangundang no.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan mewajibkan perseroan yang bidang usahanya dibidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-undang tersebut diperkuat dengan kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam penelitian ini perusahaan yang menjadi sorotan adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur dianggap sebagai perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi sehingga dalam aktivitas pengolahannya tersebut selain menghasilkan produk tentunya akan menghasilkan limbah ataupun polusi sehingga perusahaan manufaktur memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menjaga lingkungan dan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial tersebut perusahaan harus menginformasikan segala upaya yang telah dilakukannnya dalam laporan tahunannya berupa pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial tidak terlepas dari pelaksanakan kinerja lingkungan yang baik. Perusahaan biasanya akan mengungkapkan kualitas kinerja lingkungan tersebut untuk memberikan bukti bahwa perusahaan telah berkontribusi dalam hal sosial dan lingkungan. Sejalan dengan teori legitimasi, menyatakan bahwa teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Dengan legitimasi yang diberikan masyarakat maka dengan kata lain masyarakat telah merestui keberadaan perusahaan tersebut
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
karena telah menaati peraturan yang ada dan berkontribusi kepada lingkungan sekitar. Untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia, kinerja lingkungan dapat dilihat dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaaan Lingkungan Hidup atau PROPER. PROPER merupakan program yang dicetuskan oleh Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002. Diharapkan dengan program tersebut peran perusahaan dalam pelestarian lingkungan akan semakin terlihat. Dalam PROPER kinerja lingkungan perusahaan diukur dengan menggunakan warna mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk hitam dan akan diumumkan setiap periode oleh kementerian lingkungan hidup. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan digunakan sebagai alat komunikasi perusahaan kepada stakeholder, yaitu mengenai keadaan perusahaan dan kepentingan perusahaan.dalam suatu perusahaan perlu adanya penyatuan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajemen. Penyatuan kepentingan tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya asimetri informasi antara pemilik perusahaan dan manajemen sehingga informasi mengenai data keuangan berupa laba dapat dipertanggungjawabkan.Asimetri informasi terjadi karena adanya konflik keagenan antara manajemen dengan pemilik perusahaan.konflik keagenan merupakan pemisahan kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan (Tarzeghi, 2012). Pemilik menginginkan pengembalian yang cepat dan besar atas investasi yang dilakukan. Manajemen menginginkan kompensasi ataupun bonus dari para pemilik karena kinerja dalam meghasilkan laba. Sehingga pada suatu kondisi perusahaan dimana pengawasannya lemah bisa saja dimanfaatkan oleh pihak agen untuk memanipulasi data mengenai laba perusahaan seolah-olah perusahaan mengalami keuntungan yang padahal rugi ataupun mengalami penurunan laba. Kegiatan yang dilakukan agen tersebut sering disebut dengan manajemen laba. Imhoff dan Thomas (1994) dalam djuitiningsih dan marsyah (2012) menyatakan bahwa perusahaan dengan metode akuntansi yang lebih konservatif (dalam penelitian ini diproksikan dengan perusahaan yang terlibat untuk mengurangi manajemen
laba) akan mengungkapkan lebih banyak informasi kepada stakeholders. Sehingga perusahaan yang mengurangi praktik manajemen laba akan lebih transparan atau mengungkapkan informasi aktivitas perusahaan sebaliknya perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengurangi pengungkapan informasi. Menurut Utama (2007) dalam Wahyu dan Apriwenni (2012), praktik dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi logis dari implementasi konsep serta prinsip Good Corporate Governance, yang menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin kerja sama yang aktif dengan stakeholders-nya demi kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Adanya mekanisme struktur corporate governance ini dapat mengurangi asimetri informasi karena adanya satu kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajemen.Good corporate governance itu sendiri dianggap dapat mengatasi konflik keagenan. Menurut Organization for Economic Cooperation ad Development (OECD) dalam Paramita dan Marsono (2014), pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan GCG adalah pengelolaan yang menerapkan prinsip-prinsip GCG, yaitu kewajaran, transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban. Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, khususnya dalam prinsip responsibilitas, secara jelas dinyatakan, “Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.” Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang terkait antara corporate governance dengan corporate social responsibility (Paramita et. al. 2014). Dalam mekanisme good corporate governance dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya Ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, saham publik, dewan komisaris independen, pemilikan saham asing, kualitas audit dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada kepemilikan perusahaan dan ukuran dewan komisaris.Sehingga mekanisme corporate
3
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
governance yang dipilih adalah ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, kepemilikan publik dan kepemilikan manajerial. Ukuran Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate Governance (KNKG, 2006) dalam (Paramita et. al. 2014). Dalam bertugas dewan komisaris bertanggung jawab terhdap RUPS.Pertanggung jawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsipprinsip GCG.Dewan komisaris dalam urutan manajemen merupakan tingkatan tertinggi setelah pemegang saham. Paramita et. al. (2014), semakin besar ukuran dewan komisaris, maka pengalaman dan kompetensi kolektif dewan komisaris akan bertambah, sehingga informasi yang diungkapkan oleh manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran dewan komisaris yang besar dipandang sebagai mekanisme corporate governance yang efektif. Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar pengungkapkan informasi CSR lebih transparan.Selain Dewan Komisaris sebagai pengawas dalam suatu perusahaan, ada pula komisaris independen sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan dari dewan komisaris.Peranan dewan komisaris dan komisaris independen sangat penting dan diperlukan komitmen penuh dari dua hal tersebut dalam menentukan keberhasilan implementasi GCG (Effendi, 2009:19) dalam Ramdaningsih dan Utama (2013). Ukuran dewan komisaris independen merupakan salah satu hal penentu keberhasilan implementasi GCG.Keberadaan dewan komisaris independen di Indonesia diatur dengan ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004. Berdasarkan aturan tersebut, jumlah dewan komisaris independen minimal adalah 30%. Peraturan Bapepam IX.I.5 dalam Untoro dan Zulaikha (2013), mendefinisikan dewan komisaris independen sebagai komisaris yang berasal dari luar emiten
4
atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik. Komisaris independen bertujuan meningkatkan prinsip dewan komisaris dalam pengawasan mekanisme good corporate governance yaitu menitik beratkan kepada tujuan perusahaan diatas apapun. Komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar dapat mendorong dewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholders sehingga hal ini dapat mendorong pengungkapan CSR lebih luas. Kepemilikan publik menggambarkan bahwa perusahaan telah siap dimonitori baik dari segi keuangan maupun non keuangan oleh masyarakat. Semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi perusahaan maka semakin banyak hal sekecil apapun yang dituntut untuk dibuka yang pada akhirnya perusahaan melakukan pengungkapan yang semakin luas. Khan et al. (2012) dalam Paramita et. al. (2014) menyebutkan bahwa ketika suatu perusahaan mulai go public, secara langsung akuntabilitasnya terhadap publik yang merupakan pemegang saham akan sangat diperlukan. Ada penekanan terhadap akuntabilitas akan menyebabkan perusahaan mengungkapkan informasi-informasi tambahan yang berkaitan dengan visibility dan accountability perusahaan terhadap sejumlah besar stakeholder. Semakin besar volume kepemilikan publik, semakin besar pula tekanan dari publik terhadap transparansi informasi dari pihak perusahaan.sejalan dengan hal tersebut seharusnya perusahaan akan semakin luas dalam mengungkapkan kondisi perusahaan dan salah satunya tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosial karena publik tidak hanya membutuhkan data finansial semata namun publik pun berhak dalam mengetahui apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan dan dampak sosialnya serta penanggulangan akibat dampak sosial tersebut. Untuk itu ukuran kepemillikan publik akan mendorong pengungkapan perusahaan kepada publik mengenai kondisi
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
perusahaan dan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial. Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen dalam suatu perusahaan.Manajemen merupakan pihak yang menjalankan perusahaan dimana tata kelola perusahaan dilakukan oleh pihak manajemen.Baik buruk suatu pengelolaan perusahaan bergantung pada kualitas manajemen dalam suatu perusahaan yang bersangkutan. Manajemen akan lebih termotivasi dalam melakukan pengelolaan perusahaan, apabila hasil dari aktivitasnya tersebut akan mendapatkan keuntungan bagi pihak manajemen itu sendiri. Jadi kepemilikan investor mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka akan semakin efektif pengelolaan perusahaan sehingga informasi mengenai perusahaan akan lebih terbuka. Gap research perihal determinan CSR disclosure pun belum mencapai consensus, berikut adalah pembahasan beberapa determinan pada penelitian terdahulu yang dianggap berpengaruh terhadap CSR disclosure: perihal pengaruh ukuran dewan komisaris (UDK) terhadap CSR disclosure, Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014), Tumewu dan Rudiawarni (2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) menyatakan bahwa UDK berpengaruh terhadap CSR Disclosure, sementara Paramita dan Marsono (2014). Ramdhaningsih dan Utama (2013), Oktariani (2013) justru menyatakan bahwa UDK tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure.Selanjutnya adalah pengaruh ukuran dewan komisaris independen (UDKI) terhadap CSR disclosure, dimana Al Azhar (2014) serta Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) menyatakan bahwa UDKI berpengaruh signifikan terhadap CSR disclosure. Sebaliknya, Yawenas, Tan, dan Sutanto (2013), Paramita dan Marsono (2014) serta Iswandika, Murtanto, dan Sipayung (2014) justru menyatakan bahwa UDKI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR disclosure. Berdasarkan teori dan penelitianpenelitian yang telah diungkapkan, mengenai determinan pengungkapan Corporate Social Responsibility, ternyata memang masih menunjukan hasil yang beragam dan tidak
konsisten.Dari pemaparan tersebut penelitian ini termotivasi untuk menguji kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh environmental performance , ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen , kepemilikan public, kepemilikan manajerial, earning management terhadap corporate social responcibility disclosure. TELAAH LITERATUR Pengaruh Environmental Performance terhadap CSR Disclosure Kinerja lingkungan menunjukan seberapa pedulinya perusahaan terhadap komponen-komponen yang terdapat pada lingkungan sekitar. Perusahaan yang mengungkapkan kinerja lingkungan yang baik akan memberikan kesan positif bagi pelaku pasar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan berimplikasi buruk juga terhadap perusahaan. Sehingga untuk perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik perlu mengungkapkannya.Dengan demikian dapat diakatakan bahwa kinerja lingkungan yang semakain baik akan meningkatkan motivasi dalam mengungkapan Corporate Social Responsibility. Hasil Penelitian Permana dan Raharja (2012) mendukung asumsi yang ada, hasil penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa kinerja lingkungan suatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Namun dalam penelitiannya penelitian Wijaya (2012) dinyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan: H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Dewan komisaris memiliki tugas sebagai pengawas terlaksananya konsep Good
5
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Corporate Governance yang dilakukan oleh perusahaan.dewan komisaris dapat dikatakan pula sebgai wakil dari para investor atau pemilik perusahaan untuk mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen. Dengan hak yang dimiliki dewan komisaris maka akan memberikan pengaruh dalam menekan manajemen dalam mengungkapkan informasi-informasi perusahaan salah satunya informasi mengenai tanggungjawab sosial. Menurut Iswandika, Murtanto dan Sipayung (2014) komposisi dewan komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan termasuk praktik dan pengungkapan CSR, sehingga semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Maka dari itu diasumsikan bahwa Ukuran Dewan komisaris akan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Studi empiris terdahulu perihal pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap CSR-Disclosure pun memberikan hasil yang berbeda-beda. Studi yang dilakukan Oktariani (2013), Iswandika, Murtanto dan Sipayung (2014), Untoro dan Zulaikha (2013), dan Terzaghi (2012) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpangaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sebaliknya, Nur dan Priantinah (2012) justru menyatakan ukuran dewan komisaris berpangaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Temuan lainnya pada studi Permana dan Raharja (2012), Wijaya (2012), Djuitangingsih (2012), Paramita dan Marsono (2014) justru menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpangaruh sama sekali terhadap pengungkapan CSR. H2: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Independen terhadap CSR Disclosure Dewan komisaris independen merupakan komisaris yang berasal dari luar perusahaan sehingga tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan yang diharapkan mampu menitik beratkan pada kepentingan para pemegang saham. Dewan komisaris independen difungsikan untuk memonitori
6
manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen dan dalam pengungkapan informasinya tidak berpihak pada salah satu pihak. Komisaris independen diharapkan meningkatkan independensi dari dewan komisaris dalam menjalankan pengawasan kepada terselenggranya good corporate governance.Sehingga dewan komisaris independen dengan wewenang yang dipegang diharapkan mampu menekan dewan komisaris untuk lebih transparan dalam memberikan informasinya kepada pihak yang berkepentingan baik informasi finansial maupun non finansial. Asusmsi dari teori tersebut adalah banyaknya jumlah komisaris independen akan menekan manajemen dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian terdahulu perihal pengaruh komisaris Independen terhadap pengungkapan CSR pun juga terdapat gap research. Hasil studi yang dilakukan Nurkihin (2010), AL Azhar (2014), serta Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) menyatakan bahwa komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sebaliknya, Yawenas, Tan, dan Sutanto (2013), Untoro dan Zulaikha (2013), Paramita dan Marsono (2014), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Iswandika, Murtanto, Sipayung (2014), Tezaghi (2012), Perwira dan Hadiprajitno (2013) justru menyatakan bahwa komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah H3: Ukuran DewanKomisaris independen berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Proporsi saham yang dimiliki oleh masyarakat ataupun publik mengindikasikan bahwa perusahaan telah siap untuk selalu dimonitori oleh publik mengenai keadaan terkini perusahaan dan tentunya mengenai kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar kepemilikan publik maka pihak yang akan memonitori keadaan perusahaan pun akan menjadi lebih banyak dan tuntutan dalam pemberian informasi akan semakin kuat termasuk pengungkapan tanggung jawab sosialnya.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Dengan kata lain, semakin besar saham yang dimiliki oleh publik, seharusnya pihak perusahaan akan semakin luas dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial dan berusaha sebaik-baiknya untuk mendapatkan dukungan dari publik (Khan et.al (2012) dalam Perwira et.al (2013); serta Oktariani, 2013). Sebaliknya, Tumewu dan Rudiawarni (2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015), serta Yawenas, Tan dan Sutanto (2013) Perwira dan Hadiprajitno (2013), Paramita dan Marsono (2014), Nur dan Priantinah (2012) menyatakan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure dengan penjelasan bahwa kepemilikan publik relatif kecil karena kepemilikan publik tersebar ke berbagai investor, sehingga kepemilikan masing-masing investor menjadi sangat lemah untuk dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan termasuk dalam pengungkapan informasi. H4: Kepemilikan Publik Berpengaruh signifikan Terhadap CSR Disclosure Pengaruh Kepemilikan terhadap CSR Disclosure
Manajerial
Kepemilikan Manajerial adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. proporsi saham yang dimiliki manajemen akan meningkatkan motivasi para manajemen dalam memaksimalkan kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah manajemen itu sendiri. Sehingga Manajemen berusaha sebaik mungkin meningkatkan pengelolaan dalam perusahaan dan pengungkapan informasi pun akan semakin terbuka. Asumsi dari teori tersebut adalah semakin banyak kepemilikan manajerial maka pengungkapan informasi salah satunya adalah informasi tanggung jawab sosial. Asumsi ini didukung oleh hasil studi yang dilakukan Paramita dan Marsono (2014), Priantana dan Yustian (2011), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Al Azhar (2014), Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan
(2015). Sebaliknya, Yawenas, Tan dan Sutanto (2013), Laksmitaningrum dan Purwanto (2013), Tezaghi (2012), Djuitaningsih dan Marsyah (2012) justru menyatakan bahwa kepemilikan manjerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility sehingga hipotesis yang diajukan adalah: H5: Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap CSR Disclosure. Pengaruh Earning Management terhadap CSR Disclosure Manajemen Laba timbul karena adanya konflik kepentingan antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen perusahaan dimana dalam konflik tersebut terdapat asimetri informasi, asimetri informasi adalah informasi yang diketahui oleh salah satu pihak pada kasus ini adalah informasi dikuasai oleh pihak manajemen atau pihak agen. Agen dapat mengutak-atik laba perusahaan yang akan dipublikasikan kepada pihak pemilik atau investor guna mendapatkan bonus ataupun komisi dari pihak pemilik perusahaan. Yaitu dengan memberikan informasi keungan, salah satunya menaikan laba yang seharusnya menurun atau rugi disinilah muncul manajemen laba. Perusahaan yang melakukan manjemen laba lebih tertutup kepada stakeholder mengenai informasi perusahaan baik keuangan maunpun non keuangan. Sehingga perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengurangi informasi yang diungkap oleh perusahaan (Djuitaningsih dan Marsyah, 2012). Sebaliknya, Tezaghi (2012) serta Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan (2015) justru menyatakan bahwa earning management tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Dari uraian yang telah diutarakan hipotesis yang diungkapkan adalah: H6: Earning Management berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Kerangka Pemikiran Penelitian
7
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Environmental Performance Ukuran Dewan Komisaris Corporate Social Responsibility Disclosure
Komisaris Independen Kepemilikan Publik Kepemilikan Manajerial Earning Management Gambar 1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa variabel independen meliputi Environmental Performance, Ukuran Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Kepemilikan Manajerial dan Earning Managementmempengaruhi variabel dependen yaitu Corporate Social Responsibility Disclosure secara simultan maupun parsial.
METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009 hingga tahun 2013.Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah: 1) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan (annual report)lengkap selama periode 2009-2013. 2) Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan periode tahun 2009-2013 dan dinyatakan dalam satuan mata uang rupiah. 3) Perusahaan yang mengungkapkan laporan CSR periode tahun 2009 – 2013. 4) Perusahaan yang tergabung dalam PROPER periode tahun 2009 – 2013.
8
Berdasarkan kriteria yang ditentukan, peneliti memperoleh data sampel sejumlah 24 perusahaan yang memenuhi kriteria yang diingingkan sehingga sample secara keseluruhan sejumlah 120 sample. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan: 1. Metode studi pustaka yaitu dengan mempelajari bermacam-macam literatur pustaka seperti jurnal nasional dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 2. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu annual report perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dalam periode 20092013. Data sekunder diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia dan website masing-masing perusahaan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini Variabel Dependen adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Kemudian variabel Independen yang digunakan adalah Environmental Performance, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, Earnings Management.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) atau disebut juga dengan tanggung jawab sosial merupakan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan.Menurut Untoro dan Zulaikha (2013) CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan perusahaan. Pada penelitian kali ini pengukuran pengungkapan CSR serupa dengan penelitian Perwira dan Hadiprakitno (2013) dan penelitian Priantana dengan Yustian (2011) yaitu berdasarkan peraturan Bapepam dimana pengungkapan CSR yang meliputi 7 tema, diantarnya lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum, dimana didalamnya terdapat 78 item yang perlu diungkapkan perusahaan. Dalam Skala pengukuran CSR digunakan pengukuran dengan skala nominal (dummy), yaitu masingmasing item pada tiap kategori pengungkapan
diberi skor 1 sehingga jika perusahaan mengungkapkan 1 item saja akan diberi skor 1 dan skor 0 jika dalam perusahaan tidak mengungkapkan. Kemudian, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor dalam setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI ij adalah sebgai berikut : ΣXji 𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼𝑖𝑗 = 𝑛𝑗 Keterangan : CSRIij :Corporate social resonsibility index perusahaan j tahun i Nj: Jumlah item untuk perusahaan j, nj = 78 Σxij: Jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j untuk tahun i Dibawah ini akan diberikan tabel 1 mengenai item-item pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang terdiri dari 7 tema, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.
Tabel 1. Ringkasan Penjelasan Item-itemPengungkapan CSR Ruang Lingkup
Detail Pengungkapan
Lingkungan
Butir 1 - Butir 13
Energi
Butir 1 - Butir 7
Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja
Butir 1 - Butir 8
Penjelasan Berisi mengenai aspek lingkungan dalam perusahaan, pengendalian polusi, mencegah atau memperbaiki kerusakan lingkungan akibat kegiatan operasi perusahaan, serta bagaimana upaya perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitar dalam kegiatan operasi Berisi mengenai penggunaan energi secara efisien, dan meningkatkan efisiensi konsumsi energi dari pemakaian produk yang dihasilkan perusahaan. Berisi mengenai penerapan peraturan standar mengenai kesehatan dan keselamatan pekerja yang ada diperusahaan
9
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Tabel 1. (Lanjutan) Ruang Lingkup
Detail Pengungkapan
Penjelasan
Lain-lain Tenaga Kerja
Butir 1 - Butir 29
Berisi mengenai program-program yang diadakan perusahaan yang menguntungkan karyawan seperti program pelatihan, program pendidikan, kebijakan penggajian, hubungan perusahaan dengan serikat buruh serta kondisi kerja secara umum
Produk
Butir 1 - Butir 10
Berisi mengenai informasi pengembangan produk, kualitas produk dan keselamatan produk
Keterlibatan Masyarakat
Butir 1 - Butir 9
Berisi mengenai kegiatan perusahaan untuk masyarakat sekitar seperti pelayanan kesehatan, pemberian beasiswa serta perencanaan dan perbaikan masyarakat.
Umum
Butir 1 - Butir 2
Berisi mengenai aktivitas sosial perusahaan yang lain yang tidak tercakup pada ruang lingkup yang ditentukan
Sumber: Diolah
Environmental Performance Menurut Verrecchia (1983) dalam Wijaya (2012), dengan discretionary disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar.Sehingga perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan berupaya menginformasikan hal tersebut kepada pihakpihak yang berkepentingan. Pengukuran kinerja lingkungan ini menggunakan peringkat kinerja PROPER yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Sistem Peringkat Kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yakni : 1. Emas : Sangat sangat baik; skor = 5 2. Hijau : Sangat baik; skor = 4 3. Biru : Baik skor = 3 4. Merah : Buruk; skor = 2 5. Hitam : Sangat buruk , skor = 1 Ukuran Dewan Komisaris
10
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memastikan bahwa pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dilakukan dengan baik. Ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah anggota dewan komisaris di perusahaan (Nur, 2012 dalam Oktariani 2013). Ukuran Dewan Komisaris = ΣDewan Komisaris Perusahaan Ukuran Dewan Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan para pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain. Menurut Muntoro (2006) dalam Untoro et. Al. (2013), komisaris independen diperlukan untuk
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan diatas kepentingan lainnya. Jumlah dean komisaris pun diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 mengenai Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan publik yang menyatakan bahwa dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 orang anggota maka jumlah komisaris independen paling kurang sebanyak 30% dari jumlah anggota dewan komisaris. Dalam penelitian ini Komposisi dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang independen terhadap total seluruh anggota dewan komisaris. Berikut ini rumus dalam mencari Komposisi Komisaris Independen: Komisaris Independen= Jumlah Anggota Komisaris Independen Jumlah Seluruh Anggota Dewan Komisaris Independen
Kepemilikan Publik Perusahaan go public dan telah terdaftar dalam BEI adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham oleh publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham (Menurut Nur dan Priantinah, 2012). Semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin luas. Kepemilikan publik merupakan presentase kepemilikan publik terhadap total saham yang beredar. Kepemilikan Publik = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah proporsi saham yang turut dimiliki oleh para pihak manajemen. Semakin besar kepemilikan manjerial akan memberikan motivasi lebih bagi pihak manjemen dalam mengelola
perusahaan agar profit dari perusahaan maksimal sehingga pengembalian untuk pemegang saham pun akan maksimal yang tidak lain adalah manajemen itu sendiri. Variabel kepemilikan manajerial ini diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen, baik dewan komisaris maupun dewan direksi dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Kepemilikan Manajerial = 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑚𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛
Earning Management Menurut Setiawati & Na’im, (2000) dalam Djuitiningsih (2012) Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan keuangan yang memercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa. Earning management atau manajemen laba dalam penelitian ini merujuk kepada penelitian Djuitaningsih et al. (2012).Manajemen laba diproksikan dengan discretionary accrual (DACC) yang merupakan nilai dari manajemen laba perusahaan. Dimana metode yang digunakan lebih dikenal dengan Modified Jones Model. Berikut adalah cara perhitungan Earning Management dengan Modified Jones: 1) Menghitung total akrual dengan menggunakanpendekatan aliran kas (cash flow approach),yaitu: TACit = NIit – CFOit 2) Menentukan koefisien dari regresi total akrual. Dalam tahap ini akan menentukan β yang akan digunakan dalam menentukan nondiscretionary accrual, karenadalam discretionary accrual (DACC) akan terlihat perbedaan antara total akrual dengan nondiscretionary accrual dan langkah yang dilakukan dengan melakukan regresi sebagai berikut: TACit/TAit-1= β1(1/TAit-1 ) + β2((ΔREVitΔRECit)/TAit-1 ) + β3(PPEit/TAit-1)+e 3) Menghitung nondiscretionary accrual. Seperti diutarakan pada tahap kedua bahwa hasil dari langkah tersebut akan
11
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
menghasilkan β yang akan digunakan untuk memprediksi nilai dari nondiscretionary accrual melalui persamaan berikut: NDAit = β1(1/TAit-1) + β2((ΔREVitΔRECit)/TAit-1) + β3(PPEit/TAit-1) 4) Menentukan discretionary accrual. Setelah didapatkan nondiscretionary accrual,kemudiandiscretionary accrual bisa dihitung dengan rumus: DAit = (TACit/TAit-1) – NDAit Keterangan: TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasiperusahaan i pada periode t TAit-1 = Total aset perusahaan i pada akhirtahun t-1 ΔREVit = Perubahan laba perusahaan i pada periode t ΔRECit= Perubahan piutang bersih perusahaan i pada periode t PPEit = Property, Plant and Equipmentperusahaan atau aset tetap perusahaan i pada periode t NDAit = Nondiscretionary accrualperusahaan i pada periode t DAit = Discretionary accrual perusahaan i pada periode t e = Error
Model Persamaan Multiregresi Dalam penelitian ini analisis regresi berganda dugunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh environmental perfomance, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial dan earning management terhadap pengungkapan corporate social responsibility suatu perusahaan. Model persamaan pada penelitian ini adalah: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e Keterangan : Y = Pengungkapan Corporate Social Responsibility α = Konstanta β1 – β6 = Koefisien regresi variabel independen X1 = Environmental Performance X2 = Ukuran Dewan Komisaris X3 = Komisaris Independen X4 = Kepemilikan Publik X5 = Kepemilikan Manajerial X6 = Earning Management e = Residual
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Statistik
Tabel 2. Deskriptif Statistik
CSRD EP UDK
N 120 93 120 120 120 55 120
UDKI KP KM EM Valid N 50 (listwise) Sumber : Output SPSS 22
12
Min ,269 1,000 2,000 ,142 ,018 ,000 -,260
Max ,705 5,000 12,000 1,000 ,585 ,179 ,6068
Mean ,500 3,204 5,141 ,436 ,278 ,040 ,087
Std. Dev ,1192463 ,8792183 2,3950082 ,1802012 ,1573384 ,0652284 ,1167996
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Pada hasil uji non-parametrik kolmogorov-Smirnov dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov – semirnov sebesar 0,200 dan tidak signifikan pada 0,05 yaitu 0,200 > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa residual berdistribusi normal. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa seluruh variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Sehingga menunjukan bahwa data tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas. Berdasarkan tabel 3 nilai DW adalah sebesar 0,773, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi pada persamaan yang terbentuk. Tabel 3. Hasil Uji Asumsi Klasik Variabel EP UDK UDKI KP KM EM Durbin-Watson Asymp. Sig KS
Tolerance 0.651 0.609 0.76 0.956 0.773 0.933 0.773
VIF 1,537 1,641 1,316 1,046 1,294 1,072
.200c,d
Interpretasi Persamaan Multiregresi dan Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan tabel 4 diperoleh persamaan multiregresi sebagai berikut: CSRD = 0,525 + 0,005EP + 0,020UDK 0,320UDKI + 0,115KP – 0,565KM – 0,211EM Dari table 4 juga diperoleh temuan bahwa secara simultan environmental performance, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial dan earning management berpengaruh signifikan terhadap corporate social rensponsibility disclosure, meski secara parsial hanya ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris independen, dan kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan. Secara keseluruhan environmental performance, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komisaris
independen, kepemilikan publik, kepemilikan manajerial dan earning management mampu menjelaskan variasi corporate social rensponsibility disclosure sebesar 55,7 persen sedangkan sisanya yaitu 44,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian. Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Variabel (Constant) EP UDK UDKI KP KM EM Sig.F Adj.R2
B ,525 ,005 ,020 -,320 ,115 -,565 -,211 ,000b 55.70%
Sig.t ,000 ,767 ,000 ,001 ,181 ,010 ,071
PEMBAHASAN Pengaruh Environmental Performance terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Dari pengujian yang dilakukan, variabel Environmental Performance tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dengan arah koefisien positif.Sehingga hasil ini mendukung penelitiannya Wijaya (2012). Hasil yang diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan bahwa besar atau kecil proporsi Environmental Performance tidak akan mempengaruhi luasnya pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Sebaliknya, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Permana dan Raharja (2012) yang menyatakan semakin bagus kinerja lingkungan perusahaan maka pengungkapan CSR pun akan semakin luas. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
13
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Dari pengujian yang dilakukan, variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD). Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris, maka akan semakin luas pula pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan. hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Untoro dan Zulaikha (2013), Laksmitaningrum dan Purwanto (2013), Iswandika, Murtanto dan Sipayung (2014), Oktariani (2013) dan Terzaghi (2012). Namun hasil penelitian ini berseberangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana dan Raja (2012), Paramita dan Marsono (2014), Wijaya (2012), Ramdhaningsih dan Utama (2013), Oktariani (2013), Djuitaningsih dan Marsyah (2012) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure. Disamping itu hasil dalam penelitian ini mendukung teori agensi yang menyatakan bahwa pada perekonomian yang modern seperti sekarang ini banyak perusahaan yang memisahkan antara pengelolaan dan pemilikan perusahaan, dimana perusahaan melimpahkan wewenang dalam pengelolaan perusahaan kepada pihak profesional yang melaksanakan segala hal untuk kepentingan perusahaan dan memiliki wewenang yang tinggi dalam menjalankan manajemen perusahaan yang sering disebut agen. Agen dalam mengelola perusahaan diawasi oleh dewan komisaris dimana dalam teori agensi dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Untoroet,al., 2013). Menurut Akhtaruddin et al. (2009) dalam (paramita et. al. 2014) , semakin besar ukuran dewan komisaris, maka pengalaman dan kompetensi kolektif dewan komisaris akan bertambah, sehingga informasi yang diungkapkan oleh manajemen akan lebih luas, selain itu ukuran dewan komisaris yang besar dipandang sebagai mekanisme corporate governance yang efektif. Jadi semakin besar ukuran dewan komisaris pada perusahaan manufaktur pada bursa efek indonesia akan memberikan pengawasan yang lebih terhadap pengelolaan perusahaan dan transparansi
14
informasi mengenai perusahaan akan lebih luas. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Independen terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada penelitian ini antara variabel ukuran dewan komisaris independen terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan dengan arah koefisien negatif. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Azhar (2014), Priantina dan Yistian (2011), dan Nurkihin (2010). Sebaliknya penelitian ini tidak mendukung studi yang dilakukan Perwira dan Hadiprajitno (2013), Yawenas, et,al.(2013), Terzagi (2012), Djuitaningsih dan Marsyah (2012), Iswandika et,al.(2014), Untoro dan Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure. Berdasarkan hasil yang didapatkan mengindikasikan bahwa ukuran dewan komisaris independen yang semakin banyak akan menurunkan luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini diduga terjadi karena kurang aktifnya komisaris independen dalam kegiatan operasional perusahaan, komisaris independen merupakan komisaris yang tidak terafiliasi baik oleh perusahaan, manajemen dan sebagainya. Sehingga akses komisaris independen terhadap intern perusahaan minim, semakin besar dewan komisaris independen maka efektifitas pengawasan dewan komisaris akan berkurang karena akses yang terbatas terhadap perusahaan. Disamping itu menurut Muntoro (2006) dalam Azhar L (2014) komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris, namun disayangkan adanya komisaris independen dan penunjukkannya hanyalah semata-mata untuk memenuhi peraturan/ketentuan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 yang mewajibkan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki minimal 30% dewan komisaris independen
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
dari total dewan komisaris yang ada menyebabkan perusahaan akan berusaha memenuhi peraturan tersebut tanpa memperhatikan efektifitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Sehingga pemilihan dewan komisaris independen yang terkesan formalitas tanpa memperhatikan kemampuan yang dimiliki komisaris independen menyebabkan pengawasan yang tidak efektif yang berimbas pada kurangnya tekanan terhadap manajemen dalam pelaporan tanggung jawab perusahaan.
belum tentu menigkatkan pengungkapan corporate social responsibility perusahaan karena dengan rata-rata kepemilikan publik sebesar 27% yang dimiliki oleh sample penelitian ini, menyebar keberbagai investor yang masing-masing kepemilikannya sangat kecil sehingga tekanan yang diberikan tidak sebesar kepemilikan saham lainnya.
Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
Dari pengujian yang dilakukan, variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dengan arah koefisien negatif yaitu sebesar 2,692.Sehingga hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Paramita dan Marsono (2014) serta penelitian Priantana dan Yustian (2011). Hasil yang diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan bahwa meningkatnya kepemilikan manajerial maka akan menurunkan pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam bursa efek indonesia periode 2009-2013. Namun hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh laksmitaningrum dan purwanto (2013), Yawenas, Tan dan Sutanto (2013) serta tarzeghi (2012) yang menyatakan bahawa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap CorporateSocial Responsibility Disclosure. Hasil penelitian kali ini yang menunjukan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara kepemilikan manajerial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure hasil ini dapat terjadi mungkin diakibatkan karena manajer memiliki hak yang tinggi dalam pengambilan keputusan sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat dalam mengendalikan perusahaan dan salah satunya adalah pengendalian terhadap transparansi laporan tahunan, perusahaan akan memaksimalkan laporan tanggung jawab sosial untuk meningkatkan image perusahaan dimata para shareholder dimana salah satunya adalah manajer itu sendiri. Namun dalam penelitian kali ini pengaruh kepemilikan manajerial berimplikasi negatif, hasil tersebut menurut Priantana et,al.
Dari pengujian yang dilakukan, variabel kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure dengan arah koefisien positif. Sehingga hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Perwira et,al.(2013), Yawenas, et,al.(2013), dan Paramita dan Marsono (2014). Hasil yang diperoleh pada penelitian kali ini menunjukan bahwa besar atau kecil proporsi kepemilikan publik tidak akan mempengaruhi luasnya pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Hasil ini dapat terjadi dimungkinkan karena kepemilikan saham publik memiliki proporsi yang relatif kecil karena tersebar ke berbagai investor dengan kepemilikan saham setiap investor dibawah 5%, sehingga kepemilikan masingmasing investor menjadi sangat lemah untuk dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan termasuk dalam pengungkapan informasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Putra (2011) dalam Paramita et,al. (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan publik merupakan gabungan dari seluruh saham-saham masyarakat secara luas diluar institusional, manajer, pemerintah, maupun asing dan hanya memiliki hak minoritas sebagai stakeholder didalam suatu entitas, sehingga tidak memiliki pengaruh apapun ataupun memberikan tekanan kepada manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan. jadi berapapun peningkatan proporsi kepemilikan publik pada perusahaan
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure
15
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
(2011) dapat diakibatkan karena pihak manajemen lebih mementingkan kepentingan pihak manajer dari pada pihak luar perusahaan sehingga semakin tinggi kepemilikan manajerial maka laporan yang diungkapkan perusahaan hanya sekedar laporan vital seperti laporan keuangan perusahaan sedangkan laporan mengenai tanggung jawab sosial dianggap sebagai laporan tambahan yang telah diketahui oleh pihak manajerial sebelumnya.
CSR hingga 0,5001 dengan indikasi earning management yang kecil yaitu 0,087 ini membuktikan bahwa motivasi dalam pengungkapan tanggung jawab sosial bukan sebagai strategi yang dilancarkan untuk menutupi pelaksaaan earning management melainkan sebagai kewajiban perusahaan dalam transparansi laporan tahunan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Pengaruh Earning Management terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada penelitian ini antara variabel earning management terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure yang disajikan dalam tabel 4 dapat diketahui bahwa earning management tidak berpengaruh signifikan dengan arah koefisien negatif. Hasil penelitian ini didukung oleh Terzaghi (2012) dan penelitian Tumewu dan Rudiawarni (2014).Namun hasil penelitian kali ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuitaningsih dan Marsyah (2012) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara earning management terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Menurut prior (2007) dalam tarzeghi (2012) kegiatan CSR diungkapkan untuk dijadikan sebuah tameng dalam melakukan hal-hal yang dilarang bagi manajemen, sehingga perusahaan yang melakukan earning management menganggap CSRD sebagai strategi dalam menjaga hubungan baik kepada stakeholder. Namun dalam penelitian kali ini mendapatkan hasil dan kesimpulan bahwa earning management tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure, Menurut Sukarmi (2008) dalam Terzaghi (2012) kegiatan CSR masih baru dikalangan pelaku usahan nasional dimana baru dimulai beberapa tahun belakangan. Dalam perkembangannya terdapat pro dan kontra atau pandangan yang beragam terhadap kegiatan CSR terutama sejak keluarnya peraturan mengenai CSR yang mendorong pengungkapan CSR. ini dibuktikan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 20092013 yang memiliki tingkat pengungkapan
16
Kesimpulan Berdasarkan data yang diolah, analisa dan hasil pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Environmental performance (Ep) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. 2. Ukuran Dewan Komisaris (UDK) berpengaruh secara signifikan terhadap corporatesocial responsibility disclosure (CSRD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 3. Ukuran Dewan Komisaris Independen (UDKI) berpengaruh secara signifikan terhadap corporatesocial responsibility disclosure (CSRD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. 4. Kepemilikan Publik (KP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap corporatesocial responsibility disclosure (CSRD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 5. Kepemilikan Manajerial (KM) berpengaruh secara signifikan terhadapcorporatesocial responsibility disclosure(CSRD)pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. 6. Earning Management (EM) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap corporate social responsibility disclosure (CSRD) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013.
PENGUNGKAPAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL..…………………………..…...……(Pasaribu, Kowanda & Arief )
Saran Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan perusahaan mampu melaksakan aktivitas sosial dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan perusahaan.dalam penelitian selanjutnya ada beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan diantaranya adalah memperluas dalam pengambilan sample
DAFTAR REFERENSI Al
Azhar, L. 2014. Pengaruh Elemen Corporate Governance terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, 3(1).
Djuitaningsih, Tita; Wahdatul dan A Marsyah. 2012. Pengaruh Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD). Media Riset Akuntansi, 2(2). Iswandika, Ryandi; Murtanto; Emma Sipayung. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan, Corporate Governance dan Kualitas Auditterhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. EJurnal Akuntansi Universitas Trisakti, 1(2). Laksmitaningrum, Chintya Fadila; Agus Purwanto. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan CSR. Diponegoro Journal of Accounting, 2(3). Nur, Marzully; Denies Priantinah. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corpo-rate Social Responsibility Di Indonesia. Jurnal Nominal, 1(1). Oktariani, Wulantika. 2013. Pengaruh Kepemilikan Publik, Ukuran Dewan Komisaris, Profitabilitas dan Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan
penelitian, yaitu tidak hanya menggunakan perusahaan manufaktur tetapi dapat mencakup seluruh perusahaan yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia. Menambahkan variabel penelitian lain yang tidak digunakan dalam penelitian kali ini serta memperbaharui atau mengembangkan item-item yang digunakan dalam indikator pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau CSRD. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1). Paramita, Andina Dwi; Marsono. 2014. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Diponegoro Journal of Accounting, 3(1). Pasaribu, Rowland Bismark Fernando., Dionysia Kowanda., Dian Kurniawan. 2015. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsbility pada Emiten Manufaktur Di BEI. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, 10(2). Permana, Virgiwan Aditya; Raharja.2012. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD). Diponegoro Journal of Accounting, 1(2). Perwira, Yoseph Dimas Edo., Paulus Basuki Hadiprajitno. 2013. Struktur Tata Kelola Perusahaan dan Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2). Priantana, Riha Dedi; Ade Yustian. 2011. Pengaruh Struktur GoodCorporate Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 4(1).
17
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Ramdaningsih, I Made Karya Utama. 2013. Pengaruh Indikator Good Corporate Governance dan Profitabilitas pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 3(3). Terzaghi, Muhammad Titan. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, 2(1). Tumewu, Silvia; Felizia Arni Rudiawarni. 2014. Pengaruh Earning Management Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Corporate Financial Performance Pada Industri Perbankan yang terdaftar di BEI 20102012. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(2). Untoro, Dwi Arini; Zulaikha. 2013. Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Pengung-
18
kapan Corporate Social Responsibility (CSR) Di Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2). Wahyu, Ika; Prima Apriwenni. 2012. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan ProfitabilitasTerhadap Luas Pengung-kapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Auditing, 1(1). Wijaya, Maria. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosialpada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(1). Yawenas, Vinna Erlita; Yuliawati Tan; Aurelia Carina Sutanto. 2013. Studi Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2).