PENGARUH PROFITABILITAS, UMUR PERUSAHAAN, TIPE PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN BERDASAR ISO 26000 (Studi Empiris pada perusahaan Pertambangan dan Keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Disusun oleh : TEMMY DENY SAPUTRO NIM C2C009198
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
i
ii
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini saya, TEMMY DENY SAPUTRO, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH PROFITABILITAS, UMUR PERUSAHAAN, TIPE PERUSAHAAN, DAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN TERHADAP PENGUNGKAPAN KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN BERDASAR ISO 26000, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau saya ambil tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholeh hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 12 September 2013 Yang membuat pernyataan,
(TEMMY DENY SAPUTRO) NIM : C2C009198
iv
ABSTRACT
ISO 26000 is an international standard that gives a direction on disclosure of corporate social performance. ISO 26000 release in 2010, one year later Indonesia has begun to try to apply the international standards. There are 37 items disclosure of 7 core subjects of ISO 26000. This study aimed to investigate the influence of profitability,company age, type of company, and management ownershipon disclosure of corporate social performance based on ISO 26000. Data collection using purposive sampling method Chosen As many as 30 mining companies and 30 financial companies used as a sample. Methods of analysis of this study using multiple regression analysis. The results of this study indicate that the variables that affect the disclosure of corporate sosial performanceis age company. While the variables that do not affect the disclosure of corporate social performance is profitability, company type and management ownership. Keywords : Disclosure of corporate social performance, ISO 26000, profitability, company age, company type, and management ownership
v
ABSTRAK
ISO 26000 merupakan sebuah standar internasional yang member sebuah arahan tentang pengungkapan kinerja sosial perusahaan. ISO 26000 rilis pada tahun 2010, satu tahun kemudian Indonesia sudah mulai mencoba menerapkan standar internasional tersebut. Terdapat 37 item pengungkapan dari 7 subjek inti ISO 26000. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan, dan kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000. Pengungkapan kinerja sosial perusahaan merupakan variabel dependen dalam penelitian ini diukur dengan standart internasional ISO 26000. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan, dan kepemilikan manajemen. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terpilih Sebanyak 30 perusahaan pertambangan dan 30 perusahaan keuangan digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi pengungkapan kinerja sosial perusahaan adalah variabel umur perusahaan. Sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi pengungkapan kinerja sosial perusahaan adalah profitabilitas, tipe perusahaan dan kepemilikan manajemen.
Kata Kunci : Pengungkapan kinerja sosial perusahaan, ISO 26000, profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan, dan kepemilikan manajemen
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
Innallaha ma'ashobirin (Sesungguhnya Allah itu amat dekat dengan orang yang sabar) fabiayyi alaa irobbikuma tukadziban (Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan) Imagination is more important than knowledge - Albert Einstein Setiap orang punya jatah gagal, habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda - Dahlan Iskan Manusia yang tidak sempurna
Skripsi ini ku persembahan untuk: Bapak ku Sunarto SE dan Ibu ku Suti’ah tercinta Keluarga dan saudara Teman dan sahabat semua
vii
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS, UMUR PERUSAHAAN,
TIPE
PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN BERDASAR ISO 26000 (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan dan Keuangan yang terdaftar di BEI Tahun 20112012)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Suka dan duka mengiringi proses penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaiakn dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. H. Mohamad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2. Bapak Prof. Dr. H. M. Syafrudin. M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 3. Bapak Dr.H. Raharja, M,Si.,Akt, selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan serta saran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terealisasikan.
viii
4. Ibu H. Siti Mutmainah, S.E, M.Si., Akt. Yang telah membantu dan memperlancar penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 6. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang, dorongan, materi, nasihat dan
motivasi kepada penulis yang merupakan
anugrah terbesar dalam hidup. 7. Keluarga besar Bapak dan Ibu yang selalu memberikan nasihat, semangat dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi 8. Teman special Ulfah Meylida yang selalu memposisikan diri sebagai, teman, sahabat maupun mentor dalam berbagai kesempatan dan tidak kenal menyerah dalam menemani, membantu, memberi semangat dan memberi motivasi. 9. Keluarga besar GengGong, Sinta, Luki, Kania, Sika, Putri, Yudha, dan bang Adit yang selalu sedia memberi pertolongan naik secara moril maupun materiil. Terima kasih buat semangat, motivasi dan kasih sayang kalian semua. 10. Kawan-kawan Corner yang saling membantu dalam berbagai masalah, yang penulis sudah anggap sebagai keluarga. Salam kompak selalu. 11. Teman-teman Akuntansi kelas B regular 2 angkatan 2009 yang sudah bertukar ilmu dan pengalaman selama 4 tahun bersama.
ix
12. Teman-teman KKN Tim Hore desa Pagersari, yang selalu memberi keceriaan. Terima kasih atas hiburan dan suka duka selama di desa Pagersari maupun di Tembalang 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan, doa dan motivasi sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.
Penulis
TEMMY DENY SAPUTRO NIM.C2C009198
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ............................... iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................ iv ABSTRACT ............................................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................ xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................ 9 1.4 Sistematika Penulisan .................................................................... 10 BAB II TELAAH PUSTAKA ................................................................... 11 2.1 Landasan Teori............................................................................... 11 2.1.1 Teori Stakeholder ................................................................. 11 2.1.2 Teori Legitimasi ................................................................... 13 2.1.3 Teori Agensi ......................................................................... 14 2.1.4 Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 ................ 15 2.1.5 Profitabilitas ......................................................................... 20
xi
2.1.6 Umur Perusahaan .................................................................. 22 2.1.7 Tipe Perusahaan .................................................................... 22 2.1.8 Kepemilikan Manajemen ..................................................... 23 2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 25 2.3 Kerangka Pemikiran Teoretik ........................................................ 30 2.4 Perumusan Hipotesis .................................................................... 30 2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 ................................................... 31 2.4.2 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 .................................... 32 2.4.3 Pengaruh Tipe Perusahaan terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 .................................... 33 2.4.4
Pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO .......................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 35 3.1 Populasi dan Sampel ..................................................................... 35 3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 35 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 36 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional ................................. 36 3.4.1 Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 (Y) .......... 36 3.4.2 Profitabilitas (X2) .................................................................. 39 3.4.3 Umur Perusahaan (X1) .......................................................... 40 3.4.4 Tipe Perusahaan (X3) ........................................................... 40 3.3.5 Kepemilikan Manajemen (X4) .............................................. 41 3.5 Metode Analisis ............................................................................ 41 3.5.1 Statistik Deskriptif ................................................................ 42
xii
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 42 3.5.2.1 Uji Normalitas ........................................................... 42 3.5.2.2 Multikolineritas ......................................................... 43 3.5.2.3 Heteroskedastisitas .................................................... 44 3.5.2.4 Uji Autokorelasi ........................................................ 44 3.5.3 Uji Regresi Berganda ............................................................. 45 3.5.4 Uji Koefisien Determinasi .................................................... 46 3.5.5 Uji Statistik Simultan (F test) ................................................ 47 3.5.6 Uji Regresi Parsial (T test) .................................................... 47 3.5.7 Pengujian Hipotesis .............................................................. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 48 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 48 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 49 4.3 Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 51 4.3.1 Uji Normalitas ............................................................. 51 4.3.2 Uji Multikolonieritas .................................................... 53 4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................. 54 4.3.4 Uji Autokorelasi ........................................................... 55 4.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 57 4.5 Uji Statistik F ................................................................................. 58 4.6 Uji Statistik T ................................................................................ 58 4.7 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 59 4.8 Interpretasi Hasil ........................................................................... 61 BAB V PENUTUP ................................................................................... 66
xiii
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 66 5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 68 5.3 Saran ............................................................................................ 68 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 70 LAMPIRAN ............................................................................................. 73
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu ................................ 27 Tabel 3.1
Pengungkapan Kinerja Sosial Perusahaan ............................... 37
Tabel 3.2
Rumus Pengungkapan Kinerja Sosial ...................................... 39
Tabel 3.3 Rumus Perhitungan Kepemilikan Manajemen .......................... 41 Tabel 3.4 Pengambilan keputusan Autokorelasi ....................................... 45 Tabel 4.1 Populasi dan Sampel ................................................................ 48 Tabel 4.2
Hasil Uji Statistic Deskriptif ................................................... 49
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 52 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ...................................................... 53 Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser ...................................................................... 55 Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson ......................................................... 56 Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................... 57 Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan (Uji F) ........................................................ 58 Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial ....................................................................... 59
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran ........................................................ 30 Gambar 4.1 Uji Normalitas ....................................................................... 52 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................. 54 Gambar 4.2 Hasil Autokorelasi ................................................................. 56
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Daftar pengungkapan kinerja sosial ....................................... 73 Lampiran B Sampel perusahaan ................................................................ 82 Lampiran C Data yang diolah .................................................................... 84 Lampiran D Item pengungapan kinerja sosial perusahaan .......................... 86 Lampiran E Output SPSS .......................................................................... 89
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat pasca terjadinya revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis), sehingga orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal ini, perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali. Hal ini mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan dan menggangu kehidupan manusia. Kapitalisme, yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial (Galtung & Ikeda, 1995 dan Rich, 1996 dalam Chwatiak, 1999 dalam Anggraini, 2006). Dunia global banyak memberikan kenyataan bahwa sesungguhnya dunia yang di huni ini bukan hanya untuk manusia saja, namun juga harus memperhatikan rantai kehidupan makhluk hidup lainnya. Manusia kemudian tersadar
akan
kesalahan
yang
telah
dilakukan
hingga
membahayakan
kelangsungan kehidupan makhluk hidup lainnya. Untuk itulah manusia kemudian melakukan gerakan perubahan untuk perbuatan yang telah dilakukan dengan
1
2
membuat program Tanggung Jawab Sosial kepada alam (lingkngan) dan mahkluk lainnya (sosial). Isu lingkungan dan sosial berkaitan dengan perkembangan bisnis di era global, menjadi tema yang banyak diperbincangkan dikalanagan para akuntan.Hal ini seiring dengan perkembangan Sector Industry serta era globalisasi yang semakin pesat, maka persaingan yang berkaitan dengan Competitive advantage semakin tinggi baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu cara untuk dapat memenangkan persaingan tersebut adalah dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi melebihi harapan pelanggan, namun peningkatkatan kualitas produk yang seringkali kurang seimbang dengan peningkatan kualitas lingkungan dan sosialnya (Latifah, et al, 2011). Tahun 1970-an tercipta ide tentang tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility. Pada awalnya, program ini dilakukan untuk kelompok hewan dan tumbuhan yang terkena dampak dari kesalahan manusia, namun seiring berjalananya waktu Corporate Social Responsibility cakupan berubah menjadi luas, bukan hanya untuk kelompok hewan dan tumbuhan saja, melainkan juga mencakup aspek lingkungan dan sosial. Bertahun tahun lamanya pengungkapan sosial dan lingkungan selalu menjadi tema yang hangat untuk dibahas. Banyak perusahaan yang berlombalombamenyalurkan
dana
untuk
melakukan
kegiatan
Corporate
Social
Responsibility (CSR). Bahkan hingga saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu wacana yang sering dibicarakan baik oleh perusahaan, aktivis lingkungan, aktivis pendidikan, maupun masyarakat dunia.
3
Menurut Darwin(2004) dalam Latifah, et al.(2011), kinerja yang dilakukan perusahaan tidak akan terlepas dari dampak globalisasi, kemajuan teknologi informasi, dan keterbukaan pasar. Oleh karena itu, perusahaan harus serius dan terbuka memperhatikan kinerjanya, terutama kinerja sosial yang dalam dunia bisnis sering disebut dengan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Perusahaan yang melaksanakan CSR dikatakan telah memenuhi triple bottom line: sosial, lingkungan, dan ekonomi. Di Indonesia adalah salah satu negara yang melakukan aktivitas Corporate Social Responsibility dengan intensitas rendah dibanding negara-negara Asia lain. Tercatat hanya sekitar 27 perusahaan yang memberikan laporan mengenai aktivitas Corporate Social Responsibility. Barulah pada tahun 2005 Ikatan Akuntan
Indonesia
Kompartemen
Akuntan
Manajemen
mengadakan
Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan Voluntary Reporting Corporate Social Responsibility kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang
membuat
laporan
terbaik
mengenai
aktivitas
Corporate
Social
Responsibility. Dalam Anggraini (2006) menjelaskan bahwa standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, terutama informasi mengenai tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan. Hal ini mengakibatkan pada praktik di lapangan, perusahaan mengungkapkan informasi sosial tersebut secara sukarela. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh pada saat mereka
4
memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkannya, maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut. Corporate sukarela/komitmen
Social yang
mempertanggungjawabkan
Responsibility dilakukan kegiatan
saat
ini
bukan
perusahaan
perusahaannya,
lagi di
melainkan
bersifat dalam bersifat
wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan: (1) perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL); (2) TJSL merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; (3) perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat(Hukum Online, 2010 dalam Kusumadilaga, 2010 ). Menurut latifah, et al. (2011) adapun salah satu wujud kepedulian perusahaan atas kinerja sosial, kini dapat dijawab dengan sertifikasi ISO 26000 yang merupakan standar baru internasional yang dapat dijadikan pedoman
5
perusahaan-perusahaan pelaku kegiatan usaha yang wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan tentunya. ISO 26000 menjadi kunci penting untuk mendorong CSR yang substansial dan komprehensif. Pengungkapan kinerja sosial perusahaan melalui sertifikasi ISO 26000 memang bukanlah suatu peraturan bagi suatu perusahaan, namun dengan munculnya sertifikasi ISO 2600 memberi sebuah standar baru mengingat di Indonesia belum ada standar yang mengatur secara langsung dalam pelaksanaan pengungkapan sosial. Dengan adanya standar baru itu juga dapat memudahkan stakeholder melihat pengungkapan sosial suatu perusahaan. Stakeholder tentunya berharap dengan adanya standar baru yang mengatur pengungkapan sosial itu, tidak adalagi kasus-kasus lingkungan maupun sosial di masyarakat. Seperti pada kasus Unilever tentang sawit yang direspon negatif oleh greenpeace, karyawan Carefour yang keracunan sampai semburan lumpur di Muara Enim yang terjadi sepanjang tahun 2008. Pengungkapan sukarela baik kinerja sosial maupun kinerja lainnya, dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu karakteristik perusahaan yang bersangkutan. Karakteristik tersebut meliputi ukuran perusahaan, umur perusahaan, kepemilikan manajemen, profit perusahaan, rasio likuiditas, rasio leverage, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan tipe perusahaan (Latifah, et al., 2011). Utomo (2000) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan industry High Profile lebih tinggi daripada pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada industry Low profile. Kemudian penelitian Anggraini
6
(2006) menemukan hanya kepemilikan manajemen dan tipe industri yang berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) menemukan bahwa secara parsial, hanya tema lingkungan dan sumber daya fisik yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara simultan, semua kategori pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Kemudian pada volume perdagangan secara simultan, keselurahan tema-tema sosial dan lingkungan serta perubahan harga saham berpengaruh terhadap perubahan volume perdagangan saham, sedangkan secara parsial hanya tema keterlibatan masyarakat yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, serta tema produk atau jasa berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Sama halnya denganpenelitian sebelumnya, penelitian Fahrizqi (2010) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Latifah, Prasetyo dan Rahardian (2011) yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45”. Karakteristik pada penelitian terdahulu adalah umur perusahaan, tingkat profitabilitas dan tipe perusahaan yang dilakukan pada tahun 2009 menemukan pengaruh umur perusahaan, tingkat profitabilitas dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000 secara simultan, namun secara parsial hanya umur perusahaan yang berpengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000.
7
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya belum ada batasan dalam pembahasan tentang luas pengungkapan ISO 26000, maka dalam penelitian ini mencoba membahas tentang pengungkapan ISO 26000 untuk mengetahui pengaruh terhadap karakteristik perusahaan yang terdiri dari tingkat profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan dan kepemilikan manajemen. Kemudian spesifikasi perusahaan yang lebih dipersempit menjadi perusahaan pertambangan dan keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 hinggan 2012. Dua tipe perusahaan yang berbeda akan coba dibandingkan guna mendapatkan informasi perbedaan tipe perusahaan yang berhubungan langsung dengan sosial dan lingkungan . Selain itu, peneliti juga menambahkan variabel independen baru yaitu prosentase kepemilikan manajemen. Kepemilikan manajemen diambil karena pada penelitian Anggraini (2006) menunjukkan bahwa kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Kepemilikan Manajemen dianggap dapat mempengaruhi pengungkapkan kinerja sosial perusahaan. Owen (2005) dalam Anggraini (2006) menyatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan perhatian yang
besar
terhadap
pelaporan keberlanjutandan
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen resiko dan keunggulan kompetitif nampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informsai sosial. Hasil yang sama juga terdapat dalam penelitian Finch (2005) yang menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial lebih banyak
8
dipengaruhi oleh usaha mengkomunikasikan kepada stakeholdermengenai kinerja manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang.
1.2 Rumusan Masalah Dalam berbagai kesempatan, pengungkapan kinerja sosial perusahaan selalu ada pro dan kontra di dalamnya. Tak terkecuali dalam pembahasannya yang lebih mengutamakan kepentingan stakeholderdan banyak
pihak yang
dirugikan. Pihak yang sering merasa dirugikan adalah masyarakat, lingkungan, bahkan pekerjanya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, berikut perumusan masalah dalam penelitian ini. 1. Apakah profitabilitas berpengaruh pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000? 2. Apakah umur perusahaan berpengaruh pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000? 3. Apakah tipe perusahaan berpengaruh pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000? 4. Apakah kepemilikan manajemen berpengaruh pada pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000?
9
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1. pengaruh profitabilitas perusahan terhadap pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000 2. pengaruh umur perusahaan terhadap pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000 3. pengaruh tipe
perusahaan terhadap
pengungkapan kinerja
sosial
perusahaan berdasar ISO 26000 4. pengaruh kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara manfaat teoritis dan praktis. 1) Manfaat Teoritis Berdasarkan aspek teoritis yang ada, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu khasanah ilmu akuntansi, terutama yang berkaitan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi penerapan pengungkapan kinerja sosial perusahaan, terutama setelah muncul standar ISO 26000 yang mengaturnya. 2) Manfaat praktis Berdasarkan aspek praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan manfaat bagi perusahaan yang melaksanakan pengungkapan kinerja sosial dalam upaya penggunaan standar yang ada.
10
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi dibagi dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I, Pendahuluan. Berisi latar belakang masalahperkembangan pengungkapan kinerja sosial perusahaan.Dengan latar belakang tersebut dilakukan perumusan masalah penelitian.Selanjutnya dibahas mengenai tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II, Telaah Pustaka. Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Landasan teori dan peneltian terdahulu selanjutnya digunakan untuk membentuk kerangka teoritis. Bab III, Metode Penelitian. Menjelaskan metode penelitian, mencakup pemilihan sampel, pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Bab IV, Hasil dan Pembahasan. Menjelaskan nalisis terhadap data dan temuan empiris yang diperoleh. Bab V, Penutup. Berisi kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian dan saran yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya
atau
sebagai
bahan
implikasi.
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Dalam Kusumadilaga (2010) mengungkapkan bahwa konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah dimulai sejak awal 1970-an, yang secara umum dikenal dengan sebutan stakeholder theory. Sebutan ini mempunyai arti sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilainilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier pemerintah, masyarakat, analisis dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Gray, Kouhy dan Adam (1994,p.53) dalam Chariri (2008) mengatakan bahwa: Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah
11
12
untuk mencari dukungan tersebut.Makin powerfull stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog diantara perusahaan dengan stakeholdernya. Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja (stakeholder) perusahaan bertanggung jawab Freeman (2001). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misalnya tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan, dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam Fahrizqi (2010) menjelaskan bahwa salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder perusahaan adalah dengan melaksanakan CSR, dengan
pelaksanaan CSR diharapkan
keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan stakeholdernya. Hubungan yang harmonis akan menjadikan perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau kelestarian perusahaannya (sustainability). Tanggung jawab sosial perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai ketertarikan atau klaim terhadap perusahaan (Untung 2009, dalam Waryanti 2009, dalam Kusumadilaga, 2010).
13
2.1.2 Teori Legitimasi Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan melakukan kegiatan usaha dengan batasan-batasan yang ditentukan oleh norma-norma, nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan (Chariri, 2007). Gray et al. (1994) dalam setyaningrum (2011) berpendapat bahwa teori legitimasi dan teori stakeholder merupakan perspektif teori yang berada dalam kerangka teori ekonomi politik. Hal ini dikarenakan pengaruh masyarakat luas dapat menentukan alokasi sumber keuangan dan sumber ekonomi lainnya, perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan untuk membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat. Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Beberapa
studi
tentang
Pengungkapan
Sosial
Lingkungan
telah
menggunakan teori legitimasi sebagai basis dalam menjelaskan praktik PSL (Wilmshurts dan Frost 2000; Patten 1992; Guthrie dan Parker 1989; Tinker dan Neilmark 1987; Hogner 1982).Dowling dan pfeffer (1975) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku oraganisasi. Mereka mengatakan dalam Chariri (2008): karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.
14
2.1.3 Teori Agensi Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Hendriksen dan Michael, 2000 dalam Permanasari, 2010). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri, sehingga terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan agen. Hal ini dikarenakan kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan, sedangkan para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut (Fahrizqi, 2010). Menurut Belkaoui dan karpik (1989) dalam Anggraini (2006) di dalam hubungan keagenan, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab yaitu biaya pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs), dan visibilitas politis. Perusahaan yang menghadapi biaya pengawasan dan kontrak yang tinggi cenderung akan memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan, dan perusahaan yang menghadapai visibilitas politis yang tinggi cenderung akan memilih metode dan teknik akuntansi yang dapat melaporkan laba menjadi lebih rendah. Perusahaan melakukan pengungkapan informasi sosial dengan tujuan untuk membangun
15
image pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perusahaan memerlukan biaya untuk memberikan informasi sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah dan visibilitas politis yang tinggi
akan
cenderung
untuk
mengungkapkan
informasi
sosial.
Jadi,
pengungkapan informasi sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan visibilitas politis serta berhubungan negatif dengan biaya kontrak dan pengawasan. Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya kontrak dan biaya pengawasan yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen (salah satunya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat). Kemudian, sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak principal, dalam hal ini adalah pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan (Putra, 2010).
2.1.4 Pengungkapan Kinerja Sosial Berdasar ISO 26000 Sesuai dengan mandat FASB no. 1 yaitu Laporan Keuangan harus berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, maka laporan keuangan harus dapat membantu investor dan kreditur untuk menginterpretasikan keadaan perusahaan. Manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna meningkatkan nilai saham perusahaan. Sinyal
16
yang diberikan dapat dilakukan melalui ungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ungkapan wajib (enforced/mandatory disclosure) dan ungkapan sukarela (voluntary disclosure). Ungkapan laporan keungan bermanfaat memberi guide, fasilitas untuk para investor dan pengguna dalam membuat keputusan ekonomi supaya terarah sehingga dapat memperoleh keuntungan dari investasi yang dilakukannya. Meskipun semua perusahaan publik diwajibkan untuk memenuhi ungkapan minimum, mereka berbeda secara substansial dalam jumlah tambahan informasi yang mereka ungkap kepada pasar modal (Siti, 2003 dalam Yulfaida, 2012). Untuk memenuhi mandat FASB no.1 yang telah berganti menjadi FASB no. 8, dunia internasional pada 1 November 2010 mengeluarkan sebuah standar mengenai tanggungjawab sosial seharusnya dilaksanakan, yaitu ISO 26000. Dengan adanya ISO 26000 akan memudahkan bagi perusahaan untuk menetapkan kriteria pengungkapan sosial perusahaan tersebut. Ada 7 subjek inti ISO 26000: 2010 yang dijelaskan oleh CSR Indonesia. 1) Tata Kelola Organisasi Yang dapat didefinisikan tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan dijalankan oleh sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya.
17
2) Hak-hak Asasi Manusia Hak asasi itu berarti bersifat inherent, inalienable (tidak dapat dicabut), universal, indivisible (tidak dapat dibagi-bagi), interdependent (keterkaitan). Oleh karena itu, hak asasi manusia dibagi menjadi 8 indikator, antara lain: (1) Penelitian mendalam (due diligence) (2) Kondisi yang menimbulkan risiko HAM (3) Penghindaran pelanggaran (4) Penyelesaian keluhan (5) Diskriminasi dan kelompok-kelompok rentan (6) Hak-hak sipil dan politik (7) Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (8) Hak-hak fundamental ketenagakerjaan 3) Praktik Ketenagakerjaan Ada kalanya hubungan pengusaha dengan pekerja dipandang tidak seimbang. Kadang pengusaha terlalu mendominasi dunia, manakala pencari kerja lebih tinggi jumlahnya dibanding dengan lowongan kerja yang tersedia. Di samping itu, upah yang disediakan pun tergolong rendah. Dalam masalah ini, seharusnya pemerintah ikut berperan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Untuk itu, disediakan 5 indikator, antara lain: (1) Kerja dan hubungan ketenagakerjaan (2) Kondisi kerja dan jaminan sosial
18
(3) Dialog ketenagakerjaan (4) Kesehatan dan keselamatan kerja (5) Pengembangan sumber daya manusia dan pelatihan 4) Lingkungan Selain dari segi sosial, lingkungan juga mempunyai dampak yang lumayan parah.
Pada subjek
ini, perusahaan berusaha untuk
mengeksplorasi lingkungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan dampak yang ada. Oleh karena itu, subjek ini menyediakan 4 indikator, antara lain: (1) Pencegahan polusi (2) Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan (3) Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim (4) Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat 5) Praktik Operasi yang Adil Praktik operasi yang adil pada dasarnya menunjuk pada etika organisasi dalam berhubungan dengan organisasi lainnya.Selain itu, ketaatan, promosi, dan dorongan dari berbagai pihak juga mendasari keseluruhan praktik operasi yang adil. Oleh karena itu, terdapat 5 indikator dalam subjek ini, antara lain: (1) Anti korupsi (2) Keterlibatan yang bertanggung jawab dalam urusan politik (3) Kompetisi yang adil (4) Promosi tanggung jawab sosial dalam sphere of influence
19
(5) Penghormatan hak cipta 6) Isu-isu Konsumen Pada dasarnya perusahaan yang membuat atau menyediakan barang atau jasa harus bertanggung jawab terhadap konsumen dan pelanggannya. Kemudian perusahaan juga harus bertanggung jawab termasuk pada mengedukasi dan memberi informasi yang tepat, akurat dan transparan. Oleh karena itu ada 7 indikator adalah sebagai berikut: (1) Pemasaran yang adil, dengan informasi yang fraktual dan tidak bias, serta praktik kontraktual yang adil. (2) Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen. (3) Konsumsi yang berkelanjutan. (4) Pelayanan dan dukungan terhadap konsumen, serta penyelesaian keberatan. (5) Proteksi dan privasi data konsumen. (6) Akses tehadap pelayanan esensial. (7) Pendidikan dan penyadaran. 7) Pelibatan dan Pengembangkan Masyarakat Menempatkan diri adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari suatu komunitas. Tujuannya untuk mengetahui dan menghormati hakhak
komunitas,
megetahui
karakteristik,
dan
sejarah
dalam
berkomunikasi dengan organisasi, serta untuk mengakui “nilai kerja” di dalam kemitraan, dukungan dan pertukaran pengalaman, sumber daya, dan usaha bersama. Untuk itu Ada 7 indikator adalah sebagai berikut.
20
(1) Pemeliharaan masyarakat. (2) Pemeliharaan dan kebudayaan. (3) Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ketrampilan. (4) Pengembangan dan akses atas teknologi. (5) Kesejahteraan dan peningkatan pendapatan. (6) Kesehatan. (7) Investasi sosial.
2.1.5 Profitabilitas Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan telah dipostulasikan
untuk
merefleksikan
pandangan
bahwa
kepekaan
sosial
membutuhkan gaya manajerial yang sama, sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan Bowman dan Haire (1976) dalam Heckston dan Milne (1996) dalam Fahrizqi (2010). Belkaoui & karpik (1989) dalam Anggraini (2006) menayatakan bahwa dengan kepeduliannya tehadap masyarakat (sosial) menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Kemudian vence (1975) dalam Belkaoui & karpik (1989) dalam Anggraini
(2006)
mempunyai
pandangan
yang
berkebalikan,
bahwa
pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut.
21
Heinze (1976) dalam Heckston dan Milne (1996) dalam Fahrizqi (2010) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Petronila dan Muklasin (2003) dalam Wahidahwati (2002) dalam Kusumadilaga (2010) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Kemudian Ang (1997) dalam Wahidawati (2002) dalam Kusumadilaga (2010) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tetapi juga akan memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar deviden (dividend payment) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat power nya nahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat dari penerimaan deviden sebagai keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
22
2.16 Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan salah satu variabel penting dalam perjalanan suatu perusahaan. Umur perusahaan dapat mencerminkan seberapa besar perusahaan tersebut. Seberapa besar suatu perusahaan dapat digambarkan dalam kedewasaan perusahaan. Kedewasaan perusahaan akan membuat perusahaan yang bersangkutan memahami apa yang diinginkan oleh stakeholder dan shareholder nya. Perusahaan yang sudah lama berdiri tentunya akan mendapat perhatian lebih dari masyarakat luas. Dengan demikian, tentunya perusahaan yang sudah lama berdiri akan selalu menjaga stabilitas dan citra perusahaan. Untuk menjaga stabilitas dan citra, perusahaan akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya. Pengukuran umur perusahaan dihitung sejak berdirinya perusahaan sampai dengan data observasi (annual report) dibuat (latifah et al, 2011). Dari annual report yang diterbitkan perusahaan akan mengungkapkan seberapa bagus kemampuan perusahaan dalam menjaga stabilitas dan citra. 2.17 Tipe Perusahaan Tipe perusahaan merupakan suatu tempat untuk mempermudah pemakai laporan membedakan jenis perusahaan. Pengelompokkan jenis perusahaan berguna untuk membedakan tipe perusahaan yang berhubungan langsung dengan sosial dan lingkungan dengan perusahaan yang tidak berhubungan langsung.
23
Tipe industri pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu high profile dan low profile (latifah, et al, 2011). Menurut Robert, 1992 dalam Utomo, 2000 dalam Purwanto 2011 mengungkapkan perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan, tingkat resiko politik yang tinggi atau tingkat kompetisi yang kuat. Selain itu, perusahaan yang termasuk high profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Industri hight profile diyakini melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang lebih banyak daripada industri yang low profile. Adapun perusahaan yang tergolong dalam industri high profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (zuhroh dan Sukmawati, 2003 dalam Purwanto, 2011). 2.1.8 Kepemilikan Manajemen Faisal (2004), Wahidawati (2001), Born (1998) dalam Junaidi (2006) dalam nurlela dan junaidi (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat.
24
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009 dalam Permanasari, 2010). Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Meningkatnya kepemilikan manajemen digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajemen maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerja, karena manjemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan para pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, karenamanajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang diambil tersebut. Selain itu, manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan yang diambil merekasalah (Muttaqin, 2013). Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil (Jensen dan Meckling dalam Anggraini, 2006). Dalam hal ini, manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan.
25
Sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, et al. dalam Anggraini, 2006).
2.2 Penelitian Terdahulu Fahrizqi (2010) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate sosial responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan. Yang menguji ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris terhadap hubungan dengan pengungkapan corporate sosial responsibility. Secara parsial ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, sedangkan leveragedan dewan komisaris tidak berpengaruh tehadap pengungkapan CSR sacara parsial. Utomo (2000) dalam penelitian Praktek Pengungkapan Sosial pada Pelaporan Tahunan Perusahaan, yang meneliti perbandingan pengungkapan sosial pada perusahaan High Profile dan Low Profile dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia menemukan bahwa perusahaan-perusahaan industri High Profile lebih tinggi daripada pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pada industry Low profile.
26
Permanasari (2010) dalam penelitian “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan”, menemukan bahwa hanya corporate sosial responsibility yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifiakn terhadap nilai perusahaan. Kusumadilaga (2010) dalam penelitian “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating”, studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan nilai perusahaan, namun variabel CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Nurdin dan cahyandito (2006) yang melakukan penelitian tentang pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor. Yang mengukur pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan yang terdiri dari keterlibatan masyarakat, sumber daya manusia, lingkungan dan sumber daya fisik serta produk atau jasa terhadap reaksi investor yang berupa perubahan harga saham, dan volume perdagangan saham. Dalam hasilnya dapat diketahui bahwa secara simultan pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan (yang terdiri dari tema keterlibatan masyarakat, sumber daya manusia, lingkungan dan sumber daya fisik, serta produk atau jasa) dalam laporan keuangan terbukti berpengaruh terhadap perubahan harga saham secara simultan. Secara parsial, hanya tema lingkungan dan sumber daya fisik yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Sedangkan secara simultan,
27
keseluruh tema sosial dan lingkungan serta perubahan harga saham berpengaruh terhadap perubahan volume perdagangan saham.Kemudian secara parsial hanya tema keterlibatan masyarakat yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, serta tema produk atau jasa berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Latifah, Prasetyo dan Rahardian (2011) yang meneliti “pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000 pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45” mengukur umur perusahaan, tingkat profitabilitas dan tipe perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000. Hasilnya adalah umur perusahaan, tingkat profitabilitas dan tipe perusahaan berpengaruh terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000 secara simultan, sedangkan secara parsial hanya umur perusahaan yang berpengaruh terhadap kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Anggraini (2006) tentang pengaruh kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, tipe industri dan profitabilitas terhadap pengungkapan CSR. Dengan menggunakan metode content analysis dapat menemukan bahwa hanya kepemilikan manajemen dan tipe industri yang berpengaruh terhadap pengungkapanCSR.
28
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian-penelitian Terdahulu Peneliti
Variabel Dependen Pengungkapan corporate social responsibility
Independen Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris
Utomo (2000)
Praktek pengungkapan sosial
High profile dan low profile
Permanasar i (2010)
Nilai perusahaan
Kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate social resposibility
Fahrizqi (2010)
Kusumadila Nilai ga (2010) perusahaan
Corporate social resposibility
Nurdin dan Cahyandito (2006)
Tema-tema sosial dan lingkungan
Reaksi investor
Lain
Profitabilitas
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan profitabilitas berpengaruh, leverage dan dewan komisaris tidak berpengaruh High profile lebih tinggi dalam pengungkapan sosial dari pada perusahaan low profile Hanya Corporate social resposibility yang berpengaruh, kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh Corporate social resposibility berpengaruh, profitabilitas tidak berpengaruh Tema-tema sosial dan lingkungan berpengaruh pada reaksi investor
29
Latifah, Prasetyo, dan Rahardian (2011)
Kinerja sosial berdasarkan ISO 26000
Umur perusahaan, tingkat profitabilitas, dan tipe perusahaan
Anggraini (2006)
Pengungkapan Corporate social resposibility
Kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, tipe industri, dan profitabilitas
Hanya umur perusahaan yang berpengaruh, tingkat profitabilitas dan tipe perusahaan tidak berpengaruh Kepemilikan manajemen dan tipe industri berpengaruh terhadap corporate social resposibility, sedangkan leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh
Sumber: Ringkasan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Latifah, Prasetyo, dan rahardian (2011) yang meneliti tentang pengaruh kerakteristik perusahaan terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000 pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45. Dalam penelitian ini peneliti menambahsatu variabel independen dengan tahun penelitian, dan penentuan sampel yang bebeda. Variabel independen yang ditambahkan yaitu kepemilikan manajemen. Tahun penelitian yang digunakan oleh Latifahet al. yaitu tahun 2009, sedangkan yang digunakan peneliti yaitu 2011-2012. Pada penentuan sampel, Latifah menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di LQ-45, sedangkan
30
peneliti menggunakan sampel perusahaan pertambangan dan keuangan yang terdaftar di BEI. 2.3 Kerangka Pemikiran Teoretik Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka kerangka pikiran dalam penelitian ini digambarkan pada gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikiran Profitabilitas H1 (+) Umur Perusahaan
H2 (+) H3 (+)
Tipe Perusahaan
Kinerja Sosial Perusahaan Berdasar ISO 26000
H4 (+)
Kepemilikan Manajemen
2.4 Perumusan Hipotesis Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini akan menguji pengaruh profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan, dan kepemilikan manajemen terhadap pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000.
31
2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 Heinze (1976) dalam Heckston dan Milne (1996) dalam Fahrizqi (2010) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan. Berbeda dengan pengungkapan
Heinze, (1976) dalam Hackston dan
Milne, (1996) dalam Latifah, et al, (2011) yang menyatakan bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informai tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya, ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna laporan keuangan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Jadi, ketika suatu perusahaan medapatkan profit yang tinggi dalam satu periode peusahaan akan mengurangi pengungkapan sosialnya kemudian ketika perusahaan mendapat profit yang rendah perusahaan justru akan mengungkapkan kinerja sosial dengan tinggi. Dari uraian diatas maka H1 = tingkat profitabilitas
32
perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan kinerja sosial berdasar ISO 26000. 2.4.2 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Penungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 Widiastuti (2002) dalam Nofandrilla (2008) dalam Utami (2012) menyatakan umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing. Dengan demikian, umur perusahaan dapat dikaitkan dengan kinerja keuangan suatu perusahaan. Perusahaan yang berdiri lebih lama memiliki pengalaman lebih banyak dan mengetahui kebutuhan konstituennya atas informasi tentang perusahaan. Tujuan utama perusahaan menerbitkan laporan pertanggungjawaban atas kinerja sosial adalah untuk memberikan feedback kepada stakeholdernya. Dengan pemberian sosial kepada stakeholder setiap tahun dan berkelanjutan, diharapkan semakin lama perusahaan berdiri maka mengetahui apa yang diinginkan oleh stakeholdernya. Menurut penelitian Sembiring (2005) dan Suripto (1999) dalam Latifah, et al. (2011), mereka menemukan adanya korelasi antara umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Sehingga H2adalah : umur perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan kinerja sosial berdasar ISO 26000. 2.4.3 Pengaruh Tipe Perusahaan terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000
33
Banyak peneliti akuntansi sosial, melakukan penelitian mengenai tipe industri yang diidentifikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Para peneliti mengklasifikasi tipe industry menjadi dua jenis yaitu tipe industrihigh-profile dan tipe industrilow-profile. Robert (1992) dalam Hackston and Milne (1996:8) dalam Putra (2011) mendefinisikan bahwa high-profile sebagai perusahaan yang memiliki consumer visibility, tingkat risiko politik dan tingkat kompetisi yang tinggi, sedangkan low-profile adalah sebaliknya. Pelaporan setiap kategori perusahaan tentu berbeda-beda, dengan adanya batasan-batasan tertentu pada setiap kategori, terutama perusahaan pada kategori yang berhubungan dengan stakeholder. Seharusnya perusahaan yang termasuk high profile harus melakukan pengungkapan sosial yang lebih banyak daripada perusahaan yang termasuk kategori low profile. Hackston dan Milne (1996) dalam Latifah, et al (2011), menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti perusahaan ekstratif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan perusahaan yang lain. Berdasarkan uraian tersebut maka H3adalah : tipe perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan kinerja sosial berdasar ISO 26000.
2.4.4 Pengaruh Kepemilikan Manajemen terhadap Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 Menurut agency teory, pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik keagenan. Konflik keagenan disebabkan
34
principal dan agen mempunyai kepentingan sendiri-sendiri yang saling bertentangan karena agen dan principal berusaha memaksimalkan utilitasnya masing-masing (Permanasari, 2010). Menurut Permanasari (2010), manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga. Faisal (2004), Wahidawati (2001), Born (1988) dalam Junaidi (2006) dalam Nurlela dan Islahudin (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer, dan dewan komisaris. Konfik kepentingan yang dapat terjadi antara manajer dengan pemilik akan menjadi besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan itu kecil. Oleh karena itu, manajer akan berusaha memaksimalkan kepentingan individu daripada perusahan, ataupun sebaliknya ketika kepemilikan manajer lebih besar, manajer cenderung semakin produktif untuk melakukan kinerja sosial perusahaannya. Berdasarkan uraian tersebut H4adalah : kepemilikan manajer berpengaruh negatif
terhadap
kinerja
sosial
perusahaan
berdasar
ISO
26000.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Pertambangan dan Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel akan menggunakan metode Purposive Sampling. Kriteria yang akan digunakan sebagai sampel adalah sebagai berikut. 1) Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2012. 2) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan Annual Report secara lengkap (termasuk catatan atas laporan keuangan) tahun 2011-2012. 3) Termasuk kategori high profile dan low profile dalam Bursa Efek Indonesia. 4) Mengungkapkan kinerja sosial dan lingkungan. 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang akan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2012. Data akan diperoleh dari annual report yang telah dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id, Pojok BEI Universitas Diponegoro Studi pustaka atau literatur melalui buku teks, jurnal ilmiah, artikel dan majalah, serta
35
36
sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan, juga dijadikan sumber pengumpulan dat a. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode merupakan metode pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan-catatan atau dokumen. Dalam hal ini, catatan atau dokumen perusahaan yang dimaksud adalah annual report perusahaan. 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel dependen dan variable independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan kinerja sosial perusahaan berdasar ISO 26000.Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan dan kepemilikan manajer. 3.4.1 Pengungkapan Kinerja Sosial berdasar ISO 26000 (Y) Akuntansi pertanggungjawaban sosial (social Responsibility Accounting) didefinisikan sebagai proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan,
ukuran
dan
prosedur
pengukuran,
yang
secara
sistematis
mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang
tertarik,
baik
dalam
maupun
di
luar
perusahaan.
Akuntansi
37
pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas manusia dan lingkungannya (Belkaoui, 2000 dalam Komar, 2004 dalam Anggraini 2006). Fokus penelitian ini berdasar pada standar ISO 26000 yang mulai berlaku 1 November 2010. Kinerja sosial perusahaan dalam ISO 26000 dibagi menjadi tujuh kategori, yang terbagi menjadi 37 item pengungkapan. Item pengungkapan ISO 26000 yang digunakan menjadi pengungkapan kinerja sosial dalam penelitian ini. Kategori serta item tersebut di ambil dari website www.csrindonesia.comyang terdiri atas. Tabel 3.1 Tabel Pengungkapan Kinerja Sosial Perusahaan No Kategori 1 Tata Kelola Organisasi
2
Hak-hak Asasi Manusia
3
Praktik Ketenagakerjaan
Item Pengungkapan A. Penelitian Mendalam (due Diligence) B. Kondisi yang menimbulkan resiko HAM C. Penghindaran pelanggan D. Penyelesaian keluhan E. Diskriminasi dan kelompok-kelompok rentan F. Hak-hak sipil dan politik G. Hak-hak ekonomi, sosial dan politik H. Hak-hak fundamental ketenagakerjaan A. Kerja dan hubungan ketenagakerjaan B. Kondisi kerja dan jaminan sosial C. Dialog ketenagakerjaan D. Kesehatan dan keselamatan kerja E. Pengembangan sumber daya manusia dan pelatihan
38
No
Kategori
4
Lingkungan
5
Praktik Operasi yang Adil
6
Isu-isu Konsumen
7
Pemeliharaan dan Pengembangan Masyarakat
Sumber : www.csrindonesia.com
Item Pengungkapan A. Pencegahan polusi B. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan C. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim D. Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat A. Anti korupsi B. Keterlibatan yang bertanggung jawab dalam urusan politik C. Kompetisi yang adil D. Promosi tanggung jawab sosial dalam sphere of influence E. Penghormatan hak cipta A. Pemasaran yang adil, dengan informasi yang fraktual dan tidak bias, serta praktik kontraktual yang adil B. pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen C. Konsumsi yang berkelanjutan D. Pelayanan dan dukungan terhadap konsumen, serta penyelesaian keberatan E. Proteksi dan privasi data konsumen F. Akses terhadap pelayanan esensial G. Pendidikan dan penyadaran A. Pemeliharaan masyarakat B. Pemeliharaan dan kebudayaan C. Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan ketrampilan D. Pengembangan dan akses atas teknologi E. Kesejahteraan dan peningkatan pendapatan F. Kesehatan G. Investasi social
39
Dengan melihat tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat ada 37 item pengungkapan dalam 7 kategori. Maka kinerja sosial dapat diukur menggunakan rumus pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tabel rumus pengungkapan kinerja sosial
Sumber : www.csrindonesia.om Keterangan:
ΣXn adalah jumlah pengungkapan perusahaan sampel
37 adalah jumlah item pengungkapan
3.4.2 Profitabilitas (X1) Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa ukuran menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu :return of equity, return of assets, earning per share dan net profit margin. Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah Return on Asset (ROA) sebagaimana telah dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) dalam Latifah, et al (2011), yaitu membandingkan antara laba bersih setelah pajak
40
dengan total aset. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba bersih berdasarkan tingkat aktiva tertentu atau dapat dikatakan pula bahwa ROA merupakan rasio yang mengambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah yang digunakan. Menurut Darsono dan Ashari (2005) dalam Purwanto (2011), dengan mengetahui ROA perusahaan, dapat menilai apakah perusahaan tersebut efisien dalam memanfaatkan aktiva pada kegiatan operasional perusahaan.
3.4.3 Umur Perusahaan (X2) Umur perusahaan mencerminkan pengalaman dari perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang sudah berpengalaman akan melakukan perubahanperubahan dalam menghasilkan informasi yang berkualitas. Pengukuran umur perusahaan dihitung sejak berdirinya perusahaan sampai dengan data observasi (annual report) dibuat.
3.4.4 Tipe Perusahaan (X3) Tipe perusahaan diukur dengan menggunakan checklist, yaitu pemberian skor 2 untuk perusahaan yang termasuk dalam perusahaan high-profile, dan skor 1 untuk perusahaan yang termasuk dalam perusahaan low-profile. Kriteria untuk menentukan perusahaan termasuk high-profile dan low-profile digunakan pengelompokan. Menurut Muhammad Rizal Hasibuan (2001) dalam Utomo (2000) memasukan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, makanan dan minuman,
41
media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, transportasi dan pariwisata sebagai perusahaan yang high profile sedangkan bangunan, keuangan dan perbankan, suplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, produk rumah tangga sebagai perusahaan yang low profile.
3.4.5 Kepemilikan Manajemen (X4) Kepemilikan manajemen dapat diartikan persentase kepemilikan saham oleh direksi, manajemen komaris maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan manajemen diukur dengan natural logaritma, seperti tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.3 Rumus perhitungan kepemilikan manajemen
Sumber : Nurlela dan Islahudin (2008) 3.5 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan beberapa tahapan analisis data. Berikut akan dijabarkan tahapan-tahapan tersebut.
42
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang meliputi nilai mean, median, maksimum, minimum dan deviasi standar. Data yang diteliti dikelompokkan menjadi lima yaitu pengungkapan kinerja, profitabilitas, umur perusahaan, tipe perusahaan dan kepemilikan manajemen. 3.5.2 Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2012). Untuk menghindari terjadinya bisa, data yang digunakan harus terdistribusi dengan normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mengetahui normalitas distribusi residual data dengan analisis statistik. Yang pertama adalah dengan menggunakan uji statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skenes dari residual dengan menggunakan rumus. Yang kedua adalah menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai probabilitas Kolmogorov-Smirnov < nilai signifikansi, maka distirbusi data dikatakan tidak normal dan jika nilai probablilitas Kolmogorov-Smirnov > nilai signifikansi, maka data distribusi data dikatakan normal.
43
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas Pengujian ini bertujuan untuk mengujiapakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2012). Ghozali (2012) menyatakan bahwa untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikansi mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen
tidak
berarti
bebas
dari
multikolonieritas.
Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c. Multikolonieritas dapat dilihat juga dari nilai tolerance dan lawannya,
variance
inflation factor (VIF). Kedua ukuran
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang sama rendah dengan nilai VIF tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
44
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance di bawah 0.10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10.
3.5.2.3 Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tejadiketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskesdatisitas (Ghozali, 2012). Ghozali (2012) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut : a. Dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED diamana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y Sesungguhnya) yang telah di-studentized. b. Dengan menggunakan uji Glejser, yaitu mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
45
pengganggun pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2012). Pada pengujian ini, cara yang digunakan yaitu Uji Durbin – Watson (DW Test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 Tabel Pengambilan keputusan Autokorelasi Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No desicison
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif
No desicison
4- du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak
du < d < 4 – du
atau negatif Sumber : Ghozali, 2012
3.5.3 Uji Regresi Berganda Metode regresi berganda (multiple regression), akan dilakukan dengan model yang diajukan peneliti menggunakan Software SPSS untuk memprediksi hubungan antara 2 variabel independen atau lebih, dengan 1 variabel dependen. Dalam penelitian ini terdapat 4 variabel independen yaitu profitabilitas, jenis perusahaan, umur perusahaan, dan kepemilikan manajemen, sedangkan kinerja
46
sosial berdasar ISO 26000 sebagai variable dependen. Dapat diukur dengan rumus:
Y’ = a+b1X1 +b2X2 +b3X3 +b4X4 + e
Keterangan: Y’
= Indeks Pengungkapan nilai kierja sosial berdasar ISo 26000
a
= Konstanta; besarnya sama dengan Y’ jika X1, X2, X3, X4 = 0
b1, … b4
= Koefisien regresi
X1
= Rasio Profitabilitas
X2
= Jenis Perusahaan
X3
= Umur Perusahaan
X4
= Kepemilikan Manajemen
e
= Error
3.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang semakin kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012).
47
3.5.5 Uji Statistik Simultan (F test) Uji statistik simultan atau yang sering disebut analisis varian (ANOVA) merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini peran ANOVA adalah untuk menguji signifikasi pengaruh tingkat profitabilitas, tipe perusahaan, umur perusahaan, dan kepemilikan manajemen secara bersama-sama terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000. Pengujian akan menggunakan signifikansi 0,05 atau 5%.
3.5.6 Uji Regresi Parsial (T test) Uji koefisien regresi secara parsial atau yang sering disebut Uji t, digunakan untuk mengetahui apakah tingkat profitabilitas, tipe perusahaan, umur perusahaan, dan kepemilikan manajemen berpengaruh signifikan atau tidak secara parsial terhadap kinerja sosial berdasar ISO 26000. Hal ini dapat diukur menggunakan tingkat signifikansinya.
3.5.7 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesisini digunakan untuk membuktikan signifikansi perumusan H1, H2, H3, dan H4. Pengujian ini dilakukan dengan mengacu pada tabel perhitungan uji statistik T . Hal ini dapat diukur dengan nilai signifikansi, dimana
nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah 0.05 atau 5%