Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN, STRUKTUR ASET, DAN TINGKAT PERTUMBUHAN TERHADAP STRUKTUR MODAL Selly Zuliani
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test both simultaneously and partially to the influence of profitability, sales growth, asset structure, and growth opportunity to the capital structure at textile and garment companies which are listed in Indonesia Stock Exchange. By understanding some factors which influence the capital structure, it can help the pharmaceuntical companies to determine the fulfilling of fund which should be done so the company’s goals can be achieved. The samples are 12 textile and garment companies which have been selected by using purposive sampling from which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2008 to 2012. The multiple regressions analysis and classic assumption test have been performed by using SPSS 20.0 version statistic test instrument. The result of the research shows that the research regression model has fulfilled the requirements there are no symptoms of heteroscedasticity, multicollinearity, and correlation and the in used file is normally distributed. The result of the research shows: (1) that profitability has significant influence to the capital structure, (2) the sales growth has no significant influence to the capital structure, (3) assets structure has no significant influence to the capital structure, and (4) growth opportunity has no significant influence to the capital structure. Keywords: profitability, sales growth, assets structure, growth opportunity, capital structure. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara simultan maupun parsial pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor mempengaruhi struktur modal, dapat membantu perusahaan tekstil dan garmen di dalam menentukan pemenuhan dana yang seharusnya dilakukan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Sampel penelitian terdiri atas 12 perusahaan yang dipilih secara purposive sampling dari perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai 2012. Uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda dilakukan dengan menggunakan alat uji statistik SPSS versi 20.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi penelitian ini telah memenuhi syarat yakni tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan korelasi serta data yang digunakan berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, (2) pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur (3) struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, dan (4) tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kata Kunci: profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, struktur modal.
PENDAHULUAN Perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Upaya tersebut merupakan permasalahan tersendiri bagi perusahaan, karena menyangkut pemenuhan dana yang diperlukan. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
2 sangat mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar. Apabila kebutuhan dana sudah sedemikian meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik dari utang (debt financing) maupun dengan mengeluarkan saham baru (external equity financing) dalam memenuhi kebutuhan dananya. Oleh karena itu, pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk pengembangan bisnisnya. Pemenuhan dana tersebut berasal dari sumber internal ataupun sumber eksternal. Karena itu, para manajer keuangan dengan tetap memperhatikan biaya modal (cost of capital) perlu menentukan struktur modal dalam upaya menetapkan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing (Kusumaningrum, 2010). Trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Menurut Brigham dan Houston (dalam Putri, 2012) kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara risiko dengan tingkat pengembalian. Risiko yang lebih tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian harapan akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhi, sehingga dalam melakukan keputusan pendanaan, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana ekonomis guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Menurut Keown dan Martin (2010:149) perusahaan harus memahami komponenkomponen utama struktur modal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal perusahaan yang akan memaksimalkan harga sahamnya. Terlalu banyak utang akan dapat menghambat perkembangan perusahaan yang juga akan membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya. Struktur modal merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal (Kusumaningrum, 2010). Pada penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal pada suatu perusahaan. Dalam penelitian ini akan digunakan empat faktor yang memiliki keterkaitan dan berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu profitabilitas, tingkat pertumbuhan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan. Penelitian ini penting dilakukan karena struktur modal merupakan salah satu barometer tingkat kepercayaan investor perusahaan. Semakin baik struktur modal yang dimiliki maka investor akan semakin banyak menanamkan investasinya, tetapi sebaliknya semakin lemah struktur modal yang dimiliki maka investor akan mempertimbangkan pengambilan keputusan dalam penanaman investasinya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, maka diharapkan manajemen lebih berhati-hati dalam membiayai investasi-investasi yang dilakukan pada masa yang akan datang, serta lebih memahami resiko yang akan timbul sebagai akibat dari keputusankeputusan pembiayaan yang akan diambil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal pada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
3 perusahaan tekstil dan garmen. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal periode pengambilan sampel yaitu tahun 2008-2012, perusahaan yang dijadikan sampel yaitu perusahaan tekstil dan garmen, proxy (wakil pengukur) dalam struktur modal yaitu menggunakan debt to equity ratio (DER). Dengan adanya faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu investor, calon investor, ataupun kreditur dalam melakukan pertimbangan untuk mengambil keputusan rasional yang berkaitan dengan struktur modal dan dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan tekstil dan garmen yang menjadi obyek dalam penelitian. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Modal Seperti kita ketahui bahwa setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, untuk investasi ataupun untuk keperluan lainnya. Modal merupakan salah satu faktor produksi yang semakin menonjol peranannya seiring dengan perkembangan teknologi serta semakin banyaknya perusahaan yang berdiri. Dengan kata lain, modal merupakan kelebihan nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 2011:19). Menurut Sutrisno (2003:9), modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu: Pertama, Modal sendiri. Modal sendiri atau sering disebut dengan equity adalah modal yang berasal dari pemilik (modal saham, agio saham) dan hasil operasi perusahaan itu sendiri (laba dan cadang-cadangan). Modal inilah yang digunakan sebagai tanggungan terhadap keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, dan yang secara hukum akan menjadi jaminan kreditur. Kedua, Modal asing. Modal asing atau hutang adalah modal yang berasal dari pinjaman baik dari bank, lembaga keuangan maupun dengan mengeluarkan surat hutang, dan atas penggunaan sumber dana ini perusahaan harus memberi kompensasi berupa bunga yang menjadi beban tetap bagi perusahaan. Menurut Riyanto (2001:227) modal asing atau hutang dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: (a) Modal asing atau hutang jangka pendek (Short Term Debt), merupakan modal asing atau hutang yang jangka waktunya kurang dari satu tahun. (b) Modal asing atau hutang jangka menengah (Intermediate Term Debt) merupakan modal asing atau hutang yang jangka waktunya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. (c) Modal asing atau hutang jangka panjang (Long Term Debt), merupakan modal asing atau hutang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Struktur Modal Menurut Keown dan Martin (2010:148) struktur modal adalah campuran sumbersumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (2001:22), Struktur modal adalah pembelanjaan permanen di mana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Fungsi pembelanjaan dan fungsi keuangan merupakan dua hal yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Dalam menjalankan fungsi pembelanjaan, perusahaan selalu dihadapkan pada tiga masalah utama atau tiga keputusan utama, yaitu: keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision), dan keputusan mengenai pembagian dividen (dividend decision). Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang dari mana dana untuk membeli aset berasal (Atmaja, 2003). Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan masalah penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah perimbangan terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (apakah sumber dana internal atau eksternal, jangka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
4 pendek ataukah jangka panjang) disebut keputusan pembelanjaan (financing decisions). Keputusan pembelanjaan yang efektif akan tercermin pada biaya dana (cost of fund) yang minimal (Halim, 2007). Sumber dana dapat diperoleh dengan banyak cara, namun pada dasarnya ada dua sumber dana, yaitu dana yang berasal dari sumber asing, atau biasa disebut modal asing, dan dana yang berasal dari dalam perusahaan. Dana yang berasal dari sumber asing dapat diperoleh melalui utang (debt financing) dan melalui pembelanjaan sendiri yaitu dengan jalan penerbitan saham (equity financing). Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu kemampulabaan, menurut Moeljadi (2006:237), pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari hutang jangka pendek, sedangkan untuk hutang jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston dan Brigham (dalam Kusumaningrum, 2010) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang (Sartono, 1999). Pertumbuhan Penjualan Kesuma (dalam Clarensia dan Azizah, 2012) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya. Struktur Aset Aset berwujud yang dimaksud adalah aset tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang dan memberi keamanan bagi peminjam seandainya terjadi financial distress karena nilai dari aset tetap (tangible assets) lebih tinggi dibanding nilai aset variabel. Struktur aset dalam perusahaan mempunyai pengaruh terhadap sumber-sumber pembiayaan. Kebanyakan perusahaan industri sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modalnya yang permanen yaitu modal sendiri sedangkan hutang sifatnya hanya sebagai pelengkap. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aset mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Jika pengukuran struktur aset didasarkan pada rasio antara total aset tetap terhadap total aset maka secara teoretis terdapat hubungan yang negatif antara struktur aset dengan struktur modal. Dengan demikian semakin tinggi struktur aset (yang berarti semakin besar aset tetap) maka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
5 penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi (modal asing semakin sedikit) dengan kata lain struktur modalnya semakin rendah (Prabansari dan Kusuma, 2005). Tingkat Pertumbuhan Tingkat pertumbuhan (growth opportunity) adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Pada dasarnya growth opportunity bergantung pada peluang investasi perusahaan itu sendiri. Growth opportunity merupakan peluang pertumbuhan perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Growth opportunity pada setiap perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lainnya, nilai peluang pertumbuhan atau peluang investasi suatu perusahaan akan sangat tergantung. Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan (Atmaja, 2003). Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Dapat disimpulkan, semakin tinggi ROA, maka semakin kecil proporsi utang di dalam struktur modal perusahaan. Adanya biaya-biaya seperti biaya asimetri informasi dan biaya kebangkrutan pada penggunaan dana eksternal menyebabkan penggunaan dana milik sendiri (laba ditahan) oleh perusahaan dianggap lebih murah. Karena itu perusahaan yang mampu mendapat keuntungan yang tinggi (profitable) akan cenderung banyak memanfaatkan dana sendiri untuk keperluan investasi, sehingga tingkat utang perusahaan yang profitable akan semakin rendah. Dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, kecenderungan penggunaan hutang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Halim, 2007:92). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011:39), perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H2: Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengaruh struktur asset terhadap struktur modal. Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aset tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap (Riyanto, 2001:232). Hal ini biasa dihubungkan dengan adanya acuan stuktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aset lain yang sifatnya permanen, sedangkan perusahaan yang sebagian besar asetnya terdiri atas aset lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
6 Pertumbuhan penjualan diukur dengan didasarkan pada rasio fixed asset terhadap total aset, penggunaan rasio fixed assets terhadap total aset dikarenakan rasio ini memberi gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang. Semakin tinggi rasio tangible asset (semakin besar jumlah aset tetap), maka perusahaan pun memiliki jaminan kemampuan yang lebih besar dalam melakukan pendanaan eksternal yang berarti berpotensi meningkatkan struktur (Harjati dan Eduardus, 2007). Dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut: H3: Struktur aset berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal. Tingkat pertumbuhan (growth opportunity) mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Dalam hal ini growth opportunity mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hal ini berarti semakin tinggi growth opportunity, semakin tinggi pula tingkat penggunaan utang daalm struktur modal perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi (asymentric information) yang tinggi antara manajer dengan investor atas kualitas proyek investasi perusahaan. Adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal utang karena dari sudut pandang investor, modal saham dipandang beresiko dibanding utang. Kesenjangan informasi tersebut juga menyebabkan perusahaan melakukan emisi saham baru, maka investor luar akan curiga bahwa harga saham sudah overpriced dan dibaca sebagai syarat negatif tentang prospek perusahaan di masa mendatang, sehingga akan menyebabkan harga saham akan mengalami penurunan. Implikasinya perusahaan akan cenderung menggunakan utang terlebih dahulu sebelum menggunakan saham yang baru, dengan demikian semakin tinggi tingkat pertumbuhan, semakin tinggi tingkat struktur modal. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi akan cenderung lebih banyak menggunakan utang. Dapat diajukan hipotesis mengenai pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal perusahaan sebagai berikut:
H5: Tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap struktur modal METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 (2) Perusahaan
tekstil dan garmen yang menerbitkan laporan keuangan 5 (lima) tahun, yaitu tahun 2008 sampai tahun 2012 (3) Perusahaan manufaktur yang laporan tahunan dinyatakan dalam mata uang rupiah Indonesia. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dokumenter yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari sumber Bursa Efek Indonesia berupa catatan laporan keuangan perusahaan tekstil dan garmen meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
7 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Profitabilitas Profitabilitas merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio return on total assets (ROA) yang membandingkan laba bersih sebelum pajak dengan total aset. Return on total assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimiliki. ROA menurut (Nadeem dan Wang, 2011:124) dirumuskan sebagai berikut: EBIT (Laba sebelum bunga dan pajak) Profitabilitas = ------------------------------------------------------ x 100% Total asset (Total aset) b. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan Penjualan dalam penelitihan ini dihitung dengan menggunakan prosentase kenaikan dan penurunan dari suatu periode ke periode berikutnya. Sales Growth (SG) menurut (Warsono, 2003:236) diformulasikan dengan : Sales t – Sales t-1 Pertumbuhan penjualan = ------------------------ x 100% Sales t-1 c. Struktur Aset Struktur Aset (Tangible Asset) diukur didasarkan pada rasio fixed asset perusahaan dalam melunasi hutang dikarenakan fixed asset memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan terhadap total aset. Struktur aset menurut (Weston dan Thomas, 1995:175) Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala rasio yang dinyatakan dalam persamaan: Fixed asset (Aset tetap) Struktur aset = ---------------------------------- x 100% Total asset (Total aset) d. Tingkat Pertumbuhan Tingkat pertumbuhan adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Pada dasarnya Tingkat pertumbuhan bergantung pada peluang investasi perusahaan yang dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri. Menurut Kuntari (2002) pengukuran variabel tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dangan melihat investasi yang dilakukan oleh perusahaan, dengan rumus: Total aset t - Total Aset t-1 Tingkat Pertumbuhan = ------------------------------------- x 100% Total Aset t-1 Variabel Dependen Struktur Modal Struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Struktur modal diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
8 digunakan untuk mengukur penggunaan total utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. DER menurut (Horne 2005:234) dirumuskan sebagai berikut: Total liabilities (Total kewajiban) Debt to equity ratio = ----------------------------------------------- x 100% Total equity (Modal sendiri) Teknik Analisis Data Pada penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standart yang dibantu dengan program Statistical Package Social Sciences (SPSS). Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis untuk menganalisis 4 (empat) variabel independen terhadap variabel dependen. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Ghozali (2007) menyatakan uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Wiyono, 2011:160). Prasyarat yang harus terpenuhi dalam uji ini adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan dengan meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut. Apabila probabilitas signifikan variabel independen di atas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2007:93). 3. Uji Autokorelasi Ghozali (2007:95) menyatakan uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji statistic Durbin- Waston (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Angka D-W di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif; (2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi; (3) Angka D-W di atas +2 berarti terjadi autokorelasi negatif. 4. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal ataukah tidak. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data harus berdistribusi normal. Namun, jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit maka dapat menggunakan metode non parametrik. Dalam uji ini akan digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 0,05 atau 5% (Wiyono, 2011:149). Jadi, jika nilai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
9 signifikan > 0,05, maka data berdistribusi normal. Namun, jika nilai signifikan 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Analisis Regresi Linear Berganda Setelah persyaratan regresi linier berganda dari uji asumsi klasik terpenuhi maka pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan. Adapun Model persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: SM = α + β1 P + β2 PP + β3 AT + β4 TP + e Keterangan: SM = Struktur Modal α = Konstanta β = Koefisien regresi P = Profitabilitas PP = Pertumbuhan Penjualan SA = Struktur Aset TP = Tingkat Pertumbuhan e = Standar eror Uji Kelayakan Model 1.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1(0≤ R2≤1). Koefisien determinasi (R2) dapat di interprestasikan sebagai berikut: (1) Jika nilai R2 mendekati 1, menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin kuat; (2) Jika nilai R2 mendekati 0, menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin lemah.
2.
Uji F - Statistik Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Untuk menguji kelayakan data ini digunakan uji statistik F, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Taraf signifikan α = 0,05; (2) Kriteria pengujian dimana p value < α berarti model layak untuk di uji, sedangkan apabila p value > α berarti model tidak layak untuk di uji.
Uji t (Hipotesis) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dengan tingkat signifikan level 0,05 (α=5%). Kriterianya: (1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen; (2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
10 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a.
b.
c.
d.
Uji Multikolinearitas Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasi adanya multikoliniearitas. Uji Autokorelasi Hasil perhitungan autokorelasi, diperoleh nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,892. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi karena nilai DW berada di antara -2 dan +2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji gletser. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel independen diatas tingkat kepercayaan 5% sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Normalitas Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikan ≤ 5%. Dengan demikian, data berdistribusi normal yang berarti asumsi normalitas terpenuhi.
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif terhadap variabel dependen dan seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian berkaitan dengan struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia secara linier. Tabel 1 Hasil Uji Regresi Berganda
Model 1 (Constant)
Unstandardized Coefficients Std. B Error ,598 2,166
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Beta
T ,276
Sig. ,786
Tolerance
VIF
Profitabilitas
-,162
,039
-,822
-4,146
,001
,597
1,674
Pertumbuhan penjualan
,154
,252
,112
,611
,549
,703
1,422
Struktur aset -,099 Tingkat pertumbuhan -,001 Dependent Variable: Struktur Modal Sumber Data: Hasil perhitungan SPSS
,580 ,006
-.031 -,021
-,171 -,122
,866 ,904
,710 ,828
1,408 1,207
Dari data tabel 1 di atas persamaan regresi yang diperoleh SM = 0,598 – 0,162P + 0,154PP – 0,099SA – 0,001TP. Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Konstanta (a) Konstanta (a) adalah intersep Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel dependen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 0,598 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
11 struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas = 0, maka variabel struktur modal perusahaan garmen dan tekstil sebesar 0,598. 2. Koefisien Regresi Profitabilitas Besarnya nilai 1 adalah -0,162 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara profitabilitas dengan struktur modal. Hasil ini mengindikasi bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan akan diikuti dengan penurunan struktur modal dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat profitabilitas naik sebesar satu satuan maka struktur modal akan turun sebesar 1 yaitu 0,162 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Uji Kelayakan Model 1.
Uji Koefisien Determinasi (R2) Dari perhitungan yang telah dilakukan tingkat koefisien determinasi berganda sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Analisis Korelasi dan Determinasi Model summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1
0,775
0,601
0,507
0,9060
1,809
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, Sruktur Aset, Tingkat Pertumbuhan b. Dependent Variable: Struktur Modal Sumber: Hasil Perhitungan SPSS
Dari tabel 2 tersebut di atas diketahui Adjusted R Square sebesar 0,507 atau 50,7% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan secara bersama-sama terhadap struktur modal. Sedangkan sisanya (100%-50,7% = 49,3%) dikontribusi oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,775 atau 77,5% yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara simultan kuat terhadap struktur modal. 2.
Uji F - Statistik Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan secara bersama-sama terhadap struktur modal dengan taraf signifikan 5%. Tabel 3 Hasil Perhitungan Uji F ANOVAb Sum of Mean Model Df F Sig. Squares Square 1 Regression 21,015 4 5,254 6,401 0,002 Residual 13,953 17 0,821 Total 34,968 21 a. Predictors: (Constant), profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, tingkat pertumbuhan b. Dependent Variable: Struktur Modal Sumber: Hasil Perhitungan SPSS
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
12 Dari tabel 3 didapat tingkat signifikan uji F = 0,002 < 0.05 (level of signifikan), yang menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen adalah signifikan. Hasil ini mengindikasi bahwa naik turunnya struktur modal pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa model layak untuk di uji. Uji t (Hipotesis) Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas yang dijadikan model penelitian yaitu: profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan mempunyai pengaruh terhadap variabel struktur modal. Dengan taraf signifikan 5%. Tabel 4 Tingkat Signifikan Model Penelitian pada Uji t Variabel
Sig
Keterangan
Profitabilitas
0,001
Signifikan
Pertumbuhan Penjualan
0,549
Tidak Signifikan
Struktur Aset
0,866
Tidak Signifikan
Tingkat Pertumbuhan
0,904
Tidak Signifikan
Sumber: Tabel 1 diolah
Dari tabel 4 dapat dilihat hasil dari pengujian hipotesis uji t adalah sebagai berikut: a. Uji Parsial pengaruh variabel Profitabilitas terhadap Struktur Modal Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel profitabilitas = 0,001 < = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 terdukung. Dengan demikian pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah signifikan. b. Uji Parsial pengaruh variabel Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel pertumbuhan penjualan sebesar 0,549 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 tidak berhasil ditolak dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan. c. Uji Parsial pengaruh variabel Struktur Aset terhadap Struktur Modal Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel struktur aset sebesar 0,866 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 tidak berhasil ditolak dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan. d. Uji Parsial pengaruh variabel Tingkat Pertumbuhan terhadap Struktur Modal Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel tingkat pertumbuhan sebesar 0,904 > = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh tingkat pertumbuhan terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
13 Pembahasan Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen adalah signifikan. Hasil ini mengindikasi bahwa naik turunnya struktur modal pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan perolehan tingkat koefisien korelasi sebesar 77,5 % yang menunjukkan variabel bebas yaitu profitabilitas, pertumbuhan penjualan,struktur aset, dan tingkat pertumbuhan memiliki hubungan yang kuat terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen. Profitabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 < α = 0,05 (level of signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kondisi ini mencerminkan semakin tinggi tingkat profitabilitas semakin turun tingkat struktur modal. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Brigham dan Houston (2011), perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lusangaji (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. Bagi perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih fleksibel dalam menentukan struktur modalnya, sehingga perusahaan tidak dihadapkan pada resiko pengambilan keputusan yang sulit dalam menentukan sumber modalnya. Pertumbuhan penjualan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,549 > α =0,05 (level of signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kondisi ini menunjukkan naik turunnya pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap hutang karena perusahaan tidak menggunakan pendanaan dari luar tetapi menggunakan laba dari dalam perusahaan yaitu laba yang diperoleh dari hasil penjualan yang digunakan untuk operasional perusahaan sehingga perusahaan tidak menggunakan hutang. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Halim (2007:92) yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh utami bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Struktur aset mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,886 > α =0,05 (level of signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa variabel struktur aset secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kondisi ini menunjukkan besar kecilnya struktur aset tidak berpengaruh terhadap hutang karena perusahaan yang memiliki proporsi aset tetap yang lebih tinggi dibanding aset lancar akan mengurangi penggunaan dana dari luar atau cenderung tidak menggunakan hutang, karena perusahaan menganggap sumber pendanaan internal memiliki risiko yang relatif kecil dan dana tersebut juga sudah mampu mencukupi kebutuhan dananya. Pada umumnya perusahaan industri sebagian besar modalnya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
14 tertanam dalam aset tetap dan akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang hutang hanya sebagai pelengkap. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang.Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lusangaji (2012) yang menunjukkan bahwa struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Karena sumber pendanaan intern memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan sumber pendanaan ekstern yang memiliki resiko atas bunga dan biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan. Tingkat Pertumbuhan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,904 > α =0,05 (level of signifikan). Hal ini menunjukkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Kondisi ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap utang karena perusahaan yang memiliki total asetnya yang lebih telah mencukupi kebutuhan dananya, sehingga tidak membutuhkan hutang (eksternal) melainkan dari sumber internal sendiri, yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, misalnya dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan, sehingga dapat dikatakan perusahaan tersebut melakukan pembelanjaan dari pendanaan internal. Namun hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Erhart (dalam Kusumaningrum, 2010) yang menyatakan, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Utami (2009) bahwa tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1)Hasil pengujian simultan menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen adalah signifikan. Hasil ini mengindikasi bahwa naik turunnya struktur modal pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. (2) Tingkat perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 77,5% yang menunjukkan bahwa hubungan antara model yang digunakan dalam penelitian tersebut terhadap struktur modal adalah erat. (3)Hasil pengujian parsial menunjukkan dari 4 variabel yang digunakan model penelitian yaitu profitabilitas, pertumbuhan penjualan, struktur aset dan tingkat pertumbuhan yang menunjukkan pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan tekstil dan garmen hanya variabel pofitabilitas. Hal ini diindikasi dengan nilai signifikansi yang dihasilkan variabel tersebut lebih kecil dari tingkat α = 5%. Sedangkan untuk variabel pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan tingkat pertumbuhan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. (4) Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah profitabilitas yang memiliki nilai koefisien determinasi parsial paling tinggi terhadap struktur modal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
15 Keterbatasan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jadi untuk peneliti selanjutnya dimungkinkan untuk mengganti dengan perusahaan lain yang go public dan lebih luas untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel yang digunakan terhadap struktur modal perusahaan. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan proxy yang berbeda dengan menambah variabel, jumlah sampel dan periode penelitian yang lebih lama sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Atmaja, L. S. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta. Clarensia, J. R. S. dan N. Azizah. 2012. Pengaruh likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan kebijakan deviden terhadap harga saham. Jurnal. Universitas Budi Luhur. Jakarta. Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan keempat. Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, D. N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. Halim, A. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi keuangan daerah. Edisi Revisi. Salemba Empat. Jakarta. Harjati, T. T. dan T. Eduardus. 2007. pengaruh firm size, tangible assets, growth opportunity, profitability dan business risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia:Studi kasus di BEJ. Jurnal Ekonomi & Bisnis No. 1 maret 2007. Keown, A. J. dan J. D. martin. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Salemba Empat . Jakarta. Kuntari, E. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2002. Skripsi SI, FE UNWAMA. Yogyakarta. Kusumaningrum, E. A. 2010. Analisis Pengaruh Profitabilitas,Pertumbuhan Asset, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Lusangaji, D. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal. Jurnal. UNDIP. Semarang. Moeljadi. 2006. Manajemen keuangan pendekatan kuantitatif. Jilid 1. Banyuwedo. Jawa Timur. Munawir. 2011. Analisa laporan keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Nadeem A. S. dan Z. Wang. 2011. Determinants of capital structure: An empirical study of firms in manufacturing industry of Pakistan, International Research Journal of Managerial Finance. Prabansari, Y. dan H. Kusuma. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus on Finance, Hal 1-15. Putri, M. E. D. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sektor industry makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal manajemen. Universitas Air Tawar. Padang. Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Universitas Gajah Masa. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
16 Sartono. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal perusahaan manufaktur di BEJ tahun 1994-1997. Skripsi. Jakarta. Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan:Teori, konsep, dan aplikasi. Edisi Pertama.Ekonisia. Yogyakarta. Utami, E. S. 2009. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Jurnal. Undip. Semarang. Horne, J. C. dan J. M. Wachowicz. 2005. Prinsip-prinsip manajemen keuangan. Edisi Duabelas. Salemba empat. Jakarta. Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 3. Bayumedia Publishing. Malang. Weston, F. J. dan E. C. Thomas. 1995. Manajemen Keuangan. Edition 9th. Jilid Dua. Binarupa Aksara, Jakarta. Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0. STIM YKPN. Yogyakarta. ●●●