EFFECT OF PROFITABILITY, FINANCIAL LEVERAGE, NET PROFIT MARGIN (NPM) ON ANY INCOME SMOOTHING IN MANUFACTURING SECTOR CONSUMPTION LISTING OF GOODS INDUSTRY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
Yussie Farlina
Undergraduate Program, Faculty of Economics Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Income Smoothing, Profitability, Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM), Manufacturing and Consumer Goods Industry sector
ABSTRACT Income Smoothing is the way that management used to reduce fluctuations in reported earnings to match the desired target either artificially (through method of accounting) or in real terms (through the transaction). The income smoothing generally regarded as the measures undertaken by management to achieve certain purposes. However, this practice has been criticized by many because it can lead to disclosure in the financial statements. The next result, the financial statements no longer reflect the real situation about the things that happened in the company who should have known by the users of financial statements. This research was designed to examine the factors that influence the practice of income smoothing that profitability (ROA), Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM). The separation between companies that perform smoothing earnings and that do not perform by using Index Eckel against operating profits for manufacturing companies listed on the BEI. Research samples totaling 12 manufacturing companies doing income smoothing over a period of five years from 38 companies manufacturing consumer goods sector. The Results of research using Multiple Linear Regression and hypothesis testing done partially is that there are two factors that do not affect income smoothing practices, there are Profitability and Net Profit Margin (NPM), which affects only the Financial Leverage factor. While for the hypothesis test all three simultaneously or simultaneously did not affect significantly to the practice of income smoothing.
PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP ADANYA INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Yussie Farlina Gunadarma University
[email protected]
ABSTRACT Income Smoothing is the way that management used to reduce fluctuations in reported earnings to match the desired target either artificially (through method of accounting) or in real terms (through the transaction). The income smoothing generally regarded as the measures undertaken by management to achieve certain purposes. However, this practice has been criticized by many because it can lead to disclosure in the financial statements. The next result, the financial statements no longer reflect the real situation about the things that happened in the company who should have known by the users of financial statements. This research was designed to examine the factors that influence the practice of income smoothing that profitability (ROA), Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM). The separation between companies that perform smoothing earnings and that do not perform by using Index Eckel against operating profits for manufacturing companies listed on the BEI. Research samples totaling 12 manufacturing companies doing income smoothing over a period of five years from 38 companies manufacturing consumer goods sector. The Results of research using Multiple Linear Regression and hypothesis testing done partially is that there are two factors that do not affect income smoothing practices, there are Profitability and Net Profit Margin (NPM), which affects only the Financial Leverage factor. While for the hypothesis test all three simultaneously or simultaneously did not affect significantly to the practice of income smoothing. Keywords: Income Smoothing, Profitability, Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM), Manufacturing and Consumer Goods Industry sector
PENGARUH PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP ADANYA INCOME SMOOTHING (PERATAAN LABA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Yussie Farlina Universitas Gunadarma
[email protected]
ABSTRAKSI Perataan Laba (Income Smoothing) adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artificial (melalui metode akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi). Tindakan perataan laba dianggap sebagai tindakan yang umum dilakukan oleh manajemen untuk mencapai maksud tertentu. Namun demikian praktik ini telah dikritik oleh banyak pihak karena dapat menyebabkan disclosure dalam laporan keuangan. Akibat selanjutnya, laporan keuangan tidak lagi mencerminkan keadaan sebenarnya mengenai hal-hal yang terjadi di perusahaan yang seharusnya perlu diketahui oleh pemakai laporan keuangan. Penelitian ini dibuat untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu Profitabilitas (ROA), Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM). Pemisahan antara perusahaan yang melakukan perataan laba dan yang tidak melakukan dengan menggunakan Index Eckel terhadap laba operasi untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sample penelitian berjumlah 25 dari 12 perusahaan yang melakukan perataan laba selama kurun waktu lima tahun dan dengan menggunakan metode split dari 5 tahun tersebut sehingga di dapat 3 periode perataan laba oleh beberapa perusahaan sehingga hasilnya pun menjadi lebih detail dan terlihat berapa kali suatu perusahaan melakukan perataan laba. Hasil penelitian dengan menggunakan Regresi Linier Berganda serta uji hipotesis yang dilakukan secara parsial adalah bahwa ada dua faktor yang tidak mempengaruhi praktik perataan laba yaitu Profitabilitas dan Net Profit Margin (NPM), yang berpengaruh hanyalah faktor Financial Leverage. Sedangkan untuk uji hipotesis secara simultan atau serentak ketiganya tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Kata Kunci: Income Smoothing, Profitabilitas, Financial Leverage, Net Profit Margin (NPM), Perusahaan Manufaktur sektor Industri Barang Konsumsi.
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan alat utama dalam menyampaikan suatu informasi keuangan kepada pihak- pihak yang berkepentingan, terutama untuk proses pengambilan keputusan ekonomi. Pihak- pihak yang berkepentingan ini antara lain pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal (pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan sebagainya). Salah satu informasi penting yang sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan adalah informasi atas laba. Informasi ini bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba dalam jangka panjang dan menaksir resiko- resiko investasi.
Para investor dalam menanamkan modalnya sangat memperhatikan beberapa hal, diantaranya melihat informasi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Begitu pentingnya suatu informasi laba tersebut, banyak manajemen perusahaan yang melakukan suatu tindakan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya). Tindakan disfunctional behaviour yang dapat dilakukan dalam hubungannya dengan laba adalah praktik perataan laba (income smoothing). Perataan laba disini adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan perusahaan. Koch (1981), dalam Zulfa dan Anugerah , (2007). Selain itu, praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. (Nasir dkk, 2002). Praktik perataan laba ini terkait dengan manajemen laba (earning management), yaitu praktik yang dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) ketika semua pihak berusaha untuk mencapai dan mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Salno dan Baridwan, (2000) dalam Zulfa dan Anugerah, (2007). Perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal. Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi perataan laba antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, harga saham leverage operasi, rencana bonus, dan kebangsawanan, (Jatiningrum, 2000). Keuntungan yang di dapat dari adanya praktik perataan laba ini yang dapat diambil oleh suatu manajemen, yaitu: 1). Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasi. 2). Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau penggantian manajemen secara langsung. Brayshaw dan Eldin, (1989). Menurut penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Illmainir (1993), Zuhroh (1997) serta Jin dan Machfoedz (1998), memperoleh bukti bahwa perusahaan – perusahaan yang sudah go public dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah banyak yang melakukan praktik perataan laba, karena praktik seperti ini lebih cenderung terjadi pada perusahaan- perusahaan berskala besar. Menurut Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang besar pula untuk melakukan suatu praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari faktor- faktor yang digunakan seperti Profitabilitas, Financial Leverage, Net Profit Margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba (Income Smoothing) pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang listing di BEI selama periode 2004 – 2008. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN PERATAAN LABA Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi (Koch, 1981). Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan Generally Accepted Accounting Principle, mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Menurut Ronen dan Sadan (1981) dan Barnea dalam Belkoui (1993) perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. 2. 3.
Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokkan item laba tertentu ke dalam kategori yang berbeda.
Alasan perataan laba oleh manajemen menurut Heyworth (1953) dalam Subekti (2005) adalah sebagai berikut: 1. Sebagai rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat mengurangi utang pajak. 2. Dapat meningkatkan kepercayaan investor karena kestabilan penghasilan dan kebijakan deviden sesuai dengan keinginan. 3. Dapat mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji karyawan. 4. Memiliki dampak psikologis pada perekonomian. Hipotesis Penelitian Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini dibutuhkan suatu hipotesis mengenai permasalahan di dalamnya yang mengacu pada perusahaan dan literatur yang telah disebutkan dalam uraian sebelumnya. Hipotesis Null (Ho) dalam penelitian ini adalah: Ho1: Ukuran Rasio Profitabilitas tidak mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). Ho2: Financial Leverage tidak mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). Ho3: Net Profit Margin (NPM) tidak mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). Sedangkan Hipotesis alternatifnya (Ha) adalah sebagai berikut: Ha1: Ukuran Rasio Profitabilitas mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). Ha2: Financial Leverage mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). Ha3: Net Profit Margin (NPM) mempengaruhi kegiatan perataan laba (Income Smoothing). METODOLOGI PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN Untuk objek dalam penelitian ini menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur terutama pada sektor industri barang konsumsi yang terlisting di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 5 tahun terhitung dari tahun 2004 – 2008. Penyeleksian perusahaan yang masuk ke dalam sampel menggunakan metode purposive judgment sampling sehingga di dapat 31 perusahaan dari 38 perusahaan sektor barang konsumsi yang memenuhi, criteria tersebut diantaranya adalah : 1. Perusahaan manufaktur sektor industri makanan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2004 – 2008 dan mengalami delisting. 2. Perusahaan manufaktur sektor industri konsumsi yang melaporkan data keuangan secara lengkap dan menerbitkannya selama periode tahun 2004 – 2008. 3. Perusahaan manufaktur sektor industri konsumsi yang tidak mengalami kerugian berturut- turut selama periode tahun 2004 – 2008. 4. Perusahaan manufaktur sektor industri konsumsi yang tidak melakukan suatu kegiatan merger atau akuisisi, serta tidak mengalami perubahan sektor industri selama periode tahun 2004 – 2008.
Variabel Dependent (Y) Indeks perataan laba (Y), sebagai variabel terikat merupakan suatu cara yang dipakai oleh manajemen untuk mengurangi variabilitas laba di antara deretan jumlah laba yang dilaporkan. Variabel ini diukur dalam bentuk indeks yang akan membedakan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba dengan menggunakan Indeks Eckel (1981). Hal ini sesuai dengan penelitian Eckel (1981), Yusuf dan Soraya (2004), Juniarti dan Corolina (2005), Suwito dan Herawaty (2005), Masodah (2007), Hasanah (2007), dan Budiasih (2009). CV ∆ I Indeks Eckel = CV ∆ S Ket: ∆ I : Perubahan laba dalam satu periode ∆ S : Perubahan penjualan dalam satu periode CV : Koefisien variasi (standard deviation / expected value) yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Indeks Eckel untuk perusahaan yang bukan perata laba adalah sebesar ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perata laba adalah <1 (Eckel, 1981). Variabel Independent (X) a.
Rasio Profitabilitas, sebagai variabel bebas pertama (X1) Rasio ini merupakan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba dalam periode waktu tertentu. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yaitu diukur dengan rasio antara laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Masodah, 2007). Laba sebelum Pajak Profitabilitas = Total Aktiva
b. Rasio Financial Leverage sebagai variabel bebas kedua (X2) Variabel ini diukur dari rasio antara total kewajiban dengan total aktiva. Financial Leverage ini diproksikan dengan Debt to total Assets dengan rumus : Total Utang Debt to total Assets = Total Akitiva
c. Net Profit Margin (NPM) sebagai variabel bebas ketiga (X3) Variabel ini diukur dari rasion antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan dari perusahaan. Net Profit Margin (NPM) diduga juga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan laba. Laba Setelah Pajak NPM = Total Penjualan
Sedangkan untuk Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda , yang sebelumnya dilakukan uji normalitas data serta uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan persamaan : Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan: Y : Indeks Perataan Laba a : Konstanta X1 : Profitabilitas X2 : Financial Leverage X3 : Net Profit Margin (NPM) β1.....3 : Koefisien Regresi X1.....3 e : error term Regresi Linier Berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat persamaan garis regresi linier berganda. Menurut Hadi (1995:2) “Model regresi linier berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat dengan membuat persamaan garis regresi linier berganda” HASIL DAN PEMBAHASAN Dari sampel yang ada sebanyak 12 perusahaan manufaktur barang konsumsi dengan waktu pengamatan selama 5 tahun dan dengan menggunakan metode split pada jangka waktu tersebut di dapatlah sebanyak 25 pengamatan. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
(IE)Income Smmothing
25
-56.8390
.9916
-10.990784
15.5605681
Profitabilitas
25
-.1290
.5328
.123817
.1906777
Financial Leverage
25
.1038
.9580
.482089
.2098904
NPM (Net Profit Margin)
25
-.2029
.2457
.048018
.0944723
Valid N (listwise)
25
Sumber: Hasil SPSS, 2010.
Tabel Uji - t Coefficients
Model
a
t
Sig.
.719
.480
Profitabilitas
1.600
.124
Financial Leverage
-2.545
.019
NPM (Net Profit Margin)
-1.248
.226
1 (Constant)
a. Dependent Variable: (IE)Income Smoothing
Pengujian Hipotesis Untuk membahas hipotesis pertama, kedua, dan ketiga maka dilakukanlah uji t dengan hasil sebagai berikut: 1. Profitabilitas (X1) terhadap praktik perataan laba (Y) Untuk rasio profitabilitas didapat t- hitungnya sebesar 1.600, dimana nilai t- tabelnya ±2.080, dengan tingkat signifikansi > 0.05 (0.124 > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh antara rasio profitabilitas (X1) dengan praktik perataan laba (Y), tidak berpengaruhnya rasio profitabilitas diduga karena investor cenderung mengabaikan informasi ROA yang ada secara maksimal (Noor 2004:77), sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan praktik perataan laba melalui variabel tersebut. Mengingat bahwa perhitungan ROA hanya melibatkan total aktiva. 2. Financial Leverage (X2) terhadap praktik perataan laba (Y) Financial Leverage di dapat t- hitungnya sebesar -2.545, dimana nilai t- tabelnya ±2.080, dengan tingkat signifikansi < 0.05 (0.019 < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yaitu ada pengaruh antara Financial Leverage (X2) dengan praktik perataan laba (Y). Dalam penelitian ini, dapat dikatakan utang yang digunakan untuk membiayai aset cukup tinggi sehingga risiko yang akan ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin besar. Dengan adanya asumsi bahwa investor dan kreditor akan menghindar untuk berinvestasi atau meminjamkan dananya kepada perusahaan sehingga rasio leverage yang cukup besar ini akan menyebabkan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan akan menurun. Oleh karena kondisi yang seperti itu, akan menimbulkan keinginan manajemen untuk melakukan praktik perataan laba agar menarik para investor dan kreditor.
Oleh karena beberapa penjelasan di atas, maka faktor seperti Financial Leverage bisa dikatakan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan untuk dapat menjelaskan bahwa suatu perusahaan melakukan praktk perataan laba dilihat dan diukur menggunakan faktor ini. 3.
Net Profit Margin (X3) terhadap praktik perataan laba (Y) Net Profit Margin di dapat t- hitungnya sebesar – 1.248, dimana nilai t- tabelnya ± 2.080, dengan tingkat signifikansi > 0.05 (0.226 > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yaitu tidak ada pengaruh antara Net Profit Margin (X3) dengan praktik perataan laba (Y). Tidak berpengaruhnya NPM dapat dipengaruhi oleh tingkat dari laba setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan dan juga tingkat penjualannya. Apabila laba yang dihasilkan kecil walau dengan total penjualan yang tetap maka nilai NPM yang dihasilkan pun menjadi rendah. Selain itu, dalam NPM ini berhubungan dengan faktor- faktor biaya dan apabila dilihat kembali nilai NPM untuk keseluruhan perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi cukup stabil sehingga NPM bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan praktik perataan laba. Selain itu , hal ini sejalan dengan ROA atau rasio profitabilitasnya yang tidak mempengaruhi bahwa perusahaan melakukan praktik perataan laba berdasarkan faktor ini.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pengujian Secara parsial, rasio profitabilitas dan net profit margin memberikan hasil bahwa kedua variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktek perataan laba (Income Smoothing), hal ini terlihat dari masing – masing t tabel dan t hitung yang dihasilkan serta tingkat signifikansi yang lebih dari 5% (0.05). Sedangkan untuk variabel Financial Leverage secara parsial, variabel ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap adanya praktik perataan laba yang dilakukan oleh objek penelitian disebabkan terlihat bahwa t hitung yang dihasilkan lebih besar daripada t tabel yang diperoleh dan tingkat signifikansinya pun lebih kecil dari 5% (0.05). Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan metode analisis yang lainnya seperti metode analisis binary logistic regression. Selain itu, juga dapat menambahkan atau menggunakan variable lainnya seperti bonus plan, sektor industry, dan lain sebagainya serta dapat menggunakan sampel yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA Ashari, N., Koh H.C., Tan S.L., dan Wong W.H., 1994, Factors Affecting Income Smoothing among Listed Companies in Singapore, Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291 – 304 Assih, Prihat dan M. Gudono. 2000. “Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1). Januari, h:35 – 53. Belkaoui, Ahmed. 1981. “Accounting Theory”. University of Illinois at Chicago Circle. Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Budiasih. 2007. “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Udayana. Dye, R. 1998. “Earnings Management in an Overlapping Generations Model”. Journal of Accounting Research. Autumn. Eckel, N. 1981. “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”. Abacus. Vol. 17 (1). Heyworth, S.R. 1953. “Smoothing Periodic Income”. The Accounting Review. January. Harahap, Sofyan Safri. 2004. “Teori Akuntansi”. Jakarta: Rajawali Pers. Ilmainir. 1993. “Perataan Laba dan Faktor- faktor Pendorongnya Pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis Program Pasca Sarjana Master of Science Akuntansi Universitas Gadjah Mada. Jatiningrum. 2000. “Analisis Faktor- faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasil Bersih atau Laba Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ”. Journal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 (2), Agustus, hal:145- 155. Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz. 1998. “Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Journal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1 (2), Juli, hal: 174 – 191. Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia”. Kelola: Gadjah Mada University Business Review, No. 7/III. Masodah. 2007. “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya”. Procceeding PESAT. Agustus. Salno, Meilani Hanna dan Baridwan, Zaki. 1999. “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor- faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”. Journal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 (1), Januari, hal: 17 – 34. Scott. 2003. “Earning Management and Manipulation”. Financial Accounting Theory, 3rd edition- Chapter II. Sulistiyanto, Sri. 2008. “Manajemen Laba”. Edisi 1. PT Grasindo – Jakarta. Suwito, Edi., dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII Solo. September. Watt, Ross L and Jerold I Zimmerman. 1996. “Positive Accounting Theory”. Prentice Hall, Inc. Englewwod Clifts. Yusuf, dan Soraya. 2004. “Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaa Asing dan Non Asing di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 8 (1). Juni, hal: 99- 125.
Zuhroh, D. 1996. “Faktor- faktor yang berpengaruh pada Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Tesis s2, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. www. idx.co.id