PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP PRAKTEK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN LEMBAGA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Rendy (Binus University, Jl. Syahdan No. 9 Kemanggisan – Jakarta Barat, 11480, 021-5345830)
Sarwo Edy Handoyo (Binus University, Jl. Syahdan No. 9 Kemanggisan – Jakarta Barat, 11480, 021-5345830)
ABSTRACT This study aims to examine the effect of firm characteristics that affect the practice of income smoothing. The study involved 23 companies listed on the Indonesia Stock Exchange to take 3 years of research starting from the year 2008-2010. The factors examined are the type of business, firm size, profitability, net profit margin, financial leverage, and return on assets. The results of univariate tests for the type of business, firm size, profitability, net profit margin and return on assets indicates that there was no significant difference between companies do the income smoothing practice and which do not, while for financial leverage, there are significant differences between companies that graders classified as non income smoothing than income smoothing. The results of univariate tests are not supported by the results of multivariate tests on the type of business, firm size, profitability, net profit margin, financial leverage, and return on assets does not affect the income smoothing. Keywords: income smoothing, firm size, profitability, financial leverage. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan yang mempengaruhi praktik perataan laba. Penelitian ini melibatkan 23 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dengan mengambil 3 tahun penelitian mulai dari tahun 2008-2010. Faktor-
faktor yang diuji adalah jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage, dan return on asset. Hasil pengujian univariate untuk jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, dan return on asset menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara perusahaan yang tergolong dalam perata laba dan bukan perata laba, sedangkan untuk financial leverage, terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang tergolong perata laba dan bukan perata laba. Hasil pengujian univariate tersebut tidak didukung oleh hasil pengujian multivariate pada jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage, dan return on asset tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Kata kunci : perataan laba, ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage.
PENDAHULUAN Bursa Efek Jakarta sebagai pasar modal yang efisien akan bereaksi dengan cepat terhadap informasi yang relevan dan berpengaruh terhadap harga saham. Untuk para investor dalam melakukan kegiatan investasinya akan mencari informasi yang relevan, karena mereka berharap dengan memprediksi harga saham suatu perusahaan berdasarkan informasi akuntansi yang dipublikasikan akan dapat memperoleh tingkat keuntungan tertentu. Salah satu informasi yang relevan yakni laporan keuangan - laporan yang menunjukan kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi kinerja (performance) manajemen. Oleh karena itu manajemen mempunyai kecenderungan atau tendensi untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajemen kadang bertentangan dengan tujuan perusahaan dan biasanya akan merugikan atau mengurangi profitabilitas perusahaan melalui praktik perataan laba atau lebih dikenal dengan income smoothing. Alasan yang logis bagi manajemen untuk mengambil tindakan perataan laba, yaitu: rekayasa mengurangi laba dan menaikan biaya pada periode berjalan agar mengurangi utang pajak, meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung kestabilan dan kebijakan deviden sesuai keinginan, mempererat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari kenaikan gaji atau upah oleh karyawan atau pekerja. Praktek perataan laba berhubungan erat dengan kebebasan manajemen dalam memilih metode-metode akuntansi yang memberi peluang bagi perilaku manajer dalam memaksimalkan penyajian laba. Praktek perataan laba yang dilakukan para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan, sehingga dapat menciptakan laba stabil. Pengawasan atas perlakuan manajemen terhadap laba sangat sulit untuk dilakukan, karena laba yang dihasilkan melalui proses pengukuran dan pengambilan kebijakan metode akuntansi yang tidak dapat dikontrol oleh pihak-pihak diluar manajemen. Penciptaan aliran laba yang stabil dari tahun ketahun yang dilakukan manajer akan mempengaruhi penilaian kinerja manajer dalam mencapai sasaran laba yang telah ditetapkan sebelumnya dari pihak manajemen perusahaan. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba telah dilakukan di Indonesia, antara lain oleh Samlawi dan Sudibyo (2000); Narsa dkk. (2003); Murtanto (2004); serta Yusuf dan Soraya (2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian di atas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri dan leverage operasi memberikan kesimpulan yang berbeda-beda. Namun, praktik perataan laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya tetap menarik untuk di teliti mengingat tidak konsistennya hasilhasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dan pengembangan (expand replicant) dari penelitian Yusuf dan Soraya (2004). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah : 1. Penelitian ini menambahkan variabel sektor industri sebagai salah satu variabel yang diduga dapat mempengaruhi praktik perataan laba. Hal ini berbeda dengan penelitian Yusuf dan Soraya (2004) yang hanya menguji 4 variabel, yaitu : ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan status perusahaan. 2. Variabel leverage dalam penelitian ini diukur dengan financial leverage bukan operating leverage. Hal ini berdasarkan alasan bahwa financial leverage menunjukkan seberapa efisien perusahaan memanfaatkan ekuitas pemilik dalam rangka mengantisipasi hutang jangka panjang dan jangka pendek perusahaan sehingga tidak akan mengganggu operasi perusahaan secara keseluruhan dalam jangka panjang (Andhini, 2005). Hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar. Hutang yang besar mengakibatkan risiko semakin meningkat. Jadi semakin besar leverage, maka risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat (Widyaningdyah, 2001). Rasio leverage yang besar menyebabkan turunnya minat investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga dapat memicu adanya tindakan perataan laba (Narsa,dkk. ,2003). 3. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001, sekarang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Di pilih penelitian pada tahun tersebut dikarenakan adanya krisis global yang menyebabkan harga saham menurun dan dapat memicu perusahaan yang tercantum di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka termotivasi untuk meneliti mengenai adanya kaitan antara krisis global yang terjadi dengan kecenderungan dilakukannya praktik perataan laba dan melakukan analisis terhadap faktor ukuran perusahaan, faktor profitabilitas, dan faktor financial leverage yang berpengaruh pada praktik perataan laba perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mengingat begitu luasnya ruang lingkup dalam penelitian ini, maka di batasi permasalahan tersebut pada : 1. Sampel penelitian tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur, tetapi juga perusahaan keuangan (finansial). Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah perusahaan publik yang termasuk dalam sektor manufaktur dan keuangan terlihat mendominasi keseluruhan perusahaan yang terdaftar di BEJ (Murtanto, 2004). Selain itu, berdasarkan hasil penelitian terdahulu, terbukti bahwa kedua sektor perusahaan tersebut paling banyak melakukan praktik perataan laba (Salno dan Baridwan, 2000; Samlawi dan Sudibyo, 2000). 2. Manajemen laba memiliki cakupan yang sangat luas sehingga dalam penelitian ini hanya mengambil salah satu kategori dalam manajemen laba yaitu perataan laba. 3. Data yang akan di teliti berupa data sekunder yang di dapat dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan dari tahun 2008, 2009 dan 2010. Dalam penelitian ini hanya melihat pengaruh pada perubahan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage karena faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi praktek perataan laba. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui banyaknya praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia 2. Untuk mengetahui faktor profitabilitas perusahaan dan faktor ukuran perusahaan berbeda secara signifikan diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak melakukan perataan laba 3. Untuk mengetahui faktor profitabilitas dan faktor ukuran perusahaan berpengaruh pada praktik perataan laba 4. Untuk mengetahui adanya pengaruh financial leverage terhadap perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan yang dijadikan obyek penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan (annually report) yang dipublikasikan seperti neraca dan laporan laba rugi serta data yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang diambil meliputi total aktiva, total hutang, total modal sendiri, penjualan bersih atau pendapatan, laba bersih setelah pajak, harga penutupan saham serta jumlah saham yang beredar pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Gedung BEI Menara II Lantai I Galeri Edukasi BEI, yang beralamatkan di Jl. Jendral Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan. Serta diperoleh dari website resmi BEI (www.idx.co.id). Penentuan jumlah sample dipilih menggunakan purposive sampling method, yaitu populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah yang memenuhi kriteria sample tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti dan kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31 Desember 2010, menerbitkan laporan keuangan per 31 desember untuk periode 2008, 2009 dan 2010, serta mempunyai data laporan keuangan lengkap sesuai data yang diperlukan dalam variabel penelitian. b. Selama periode peristiwa, perusahaan melaporkan adanya laba mulai tahun 2008-2010, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba.
c. Perusahaan tidak melakukan company restructuring seperti akuisisi dan merger serta perusahaan tidak mengalami perubahan kelompok industri, agar terlihat secara jelas pemerataan penghasilan bersih/laba. d. Selama periode peristiwa perusahaan tidak mengalami rugi mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 karena penelitian ini bertujuan meneliti praktik perataan laba. e. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah di dalam penyusunan laporan keuangannya. Dalam penyajian data yang diperoleh sehubungan dengan masalah perataan laba. Data dalam penelitian ini disajikan ke dalam bentuk tabel dan gambar sebagai hasil dari pengujian dengan menggunakan SPSS 19.
HASIL DAN BAHASAN Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan lembaga keuangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai dengan 2010. Data perusahaan selama periode tersebut sebanyak 50 perusahaan. Sampel yang telah terseleksi dengan metode purposive sampling disajikan pada tabel.1 berikut ini : Tabel.1 Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Perusahaan Kriteria Sampel
Jumlah Data Observasi
Perusahaan manufaktur dan perusahaan lembaga keuangan yang secara konsisten terdaftar di BEI selama tahun 2008 sampai 2010.
50
150
Perusahaan yang tidak mengalami rugi setelah pajak sekurangnya satu periode laporan keuangan selama periode pengamatan dari tahun 2008 sampai 2010.
(18)
(54)
Perusahaan yang datanya tidak lengkap atau tidak menyediakan laporan keuangan per 31 Desember selama periode pengamatan.
(7)
(24)
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. Perusahaan Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
(1)
(3)
Jumlah data penelitian selama 3 tahun
23 69
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan alasan untuk pemilihan kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Pemilihan perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang secara konsisten terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 dipilih karena penelitian ingin dilakukan menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. 2. Pemilihan perusahaan yang tidak mengalami rugi setelah pajak sekurangnya satu periode laporan keuangan selama periode pengamatan dari tahun 2008-2010. 3. Pemilihan perusahaan yang tidak menyediakan laporan keuangan per 31 Desember selama periode pengamatan dipilih karena laporan keuangan yang berakhir 31 Desember adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, laporan keuangan inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini. 4. Pemilihan perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan dipilih karena penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jadi mata uang laporan keuangan perusahaan harus menggunakan rupiah untuk dijadikan sampel penelitian. Setelah sampel perusahaan yang terseleksi diperoleh 23 perusahaan, selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut kedalam kelompok perusahaan perata laba dan kelompok bukan perata laba dengan menggunakan indeks Eckel yang dapat dilihat di lampiran 4. Kelompok perusahaan bukan perata laba diberi status 0, sedangkan perusahaan perata laba diberi status 1. Dari 23 perusahaan yang berhasil dijadikan sampel, terdapat 21 perusahaan yang melakukan perataan laba (91,30% dari total sampel) dan 2 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba (8,70% dari total sampel).
Matriks praktik perataan laba. Jika diklasifikasikan berdasarkan sub kategori bidang usahanya, maka akan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel.2 Perbandingan jumlah perusahaan laba dan non perata laba berdasarkan bidang industri Non Perata Total Kategori Perata laba laba sampel Manufacturing and Commercial
14(60.87%)
1(4.35%)
15(65.22%))
Automotive and Components
7
1
8
Textile and garment
2
0
2
Cables
5
0
5
7(30.43%)
1(4.35%)
8(34.78%)
7
1
8
2(8.70%)
23(100%)
Financial and Non Financial Financial institution
Jumlah 21(91.30%) Sumber : Data sekunder yang telah diolah
Dapat dilihat bahwa dari 21 perusahaan yang melakukan praktik perataan laba menggambarkan 91,30% dari total sampel, yaitu 60,87% untuk perusahaan manufaktur dan 30,43% untuk lembaga keuangan yang melakukan praktik perataan laba. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa masih ada praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini penting unuk penelitian selanjutnya, yaitu mengenai hubungan antara ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage dan return on asset pada praktik peratan laba. Hasil Perhitungan Indeks Eckel Perhitungan indeks Eckel ini dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan melakukan praktik perataan laba atau tidak. Perusahaan diklasifikasikan melakukan praktik perataan laba jika indeks Eckel kurang dari 1. Tabel.3 Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Koefisien Variansi Indeks Eckel Keterangan No. Kode Net Sales Net Income 1
ASII
1.29
0.95
0.73736381
Perata laba
2
AUTO
1.45
0.42
0.289388222
Perata laba
3
BRAM
3.73
3.04
0.81514653
Perata laba
4
GDYR
(1.54)
50.11
-32.44786162
Perata laba
5
GJTL
2.71
(103.82)
-38.26508137
Perata laba
6
IMAS
0.09
1.38
15.4847163
7
NIPS
(5.71)
0.87
-0.152037311
Perata laba
8
SMSM
1.13
0.57
0.506354008
Perata laba
9
INDR
4.28
0.81
0.189530423
Perata laba
10
UNIT
2.48
(1.49)
-0.601365259
Perata laba
11
IKBI
(3.87)
(0.68)
0.17595517
Perata laba
12
KBLI
(3.69)
2.19
-0.592935638
Perata laba
13
KBLM
232.23
(96.81)
-0.41687406
Perata laba
Non perata laba
14
SCCO
25.87
1.00
0.038676939
Perata laba
15
VOKS
(0.18)
26.89
-153.2858284
Perata laba
Tabel.4 Perusahaan Keuangan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Koefisien Variansi No.
Kode
Indeks Eckel Net Sales
Net Income
Keterangan
1
ADMF
(7.38)
0.20
-0.027101194
Perata laba
2
BBLD
6,801.72
4.44
0.000653307
Perata laba
3
BFIN
(0.86)
4.16
-4.827256915
Perata laba
4
CFIN
1.20
0.21
0.175682386
Perata laba
5
MFIN
1.27
1.13
0.889310987
Perata laba
6
TRUS
0.22
0.40
1.839916738
Non perata laba
7
VRNA
0.91
0.55
0.601944118
Perata laba
8
WOMF
0.46
0.45
0.977080595
Perata laba
Sumber : Lampiran 4 Berdasarkan perhitungan indeks Eckel di atas tampak bahwa terdapat praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dari ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage dan return on asset. Seperti minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi disajikan dalam table.2 dan tabel.3 untuk perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan tidak melakukan praktik perataan laba selama tahun 2008-2010. Hasil pengolahan data statistik deskriptif yang menunjukan data penelitian pada masingmasing variabel penelitian disajikan pada tabel seperti berikut : Tabel.5 Profil Data Penelitian (Kelompok Perata Laba) Variabel Penelitian
N
Min
Max
Mean
Std. Dev
Ukuran Perusahaan
21
115,838
112,857,000
6,263,296
19960834
Profitabilitas
21
0.12
0.91
0,3456
0.1981
Net Profit Margin
21
0.12
0.91
0,3437
0.197385
Financial Leverage
21
0.12
0.92
0,5277
0.215773
Return On Asset 21 0.00 0.40 0,0892 Sumber : Data sekunder yang telah diolah Tabel.6 Profil Data Penelitian (Kelompok Bukan Perata Laba)
0.084908
N
Min
Max
Mean
Std. Dev
Ukuran Perusahaan
Variabel Penelitian
2
189,905
3,038,412
1,434,424
1233083.433
Profitabilitas
2
0.00
0.09
0,3958
0.02669807
Net Profit Margin
2
0.00
0.36
0,4167
0.136471479
Financial Leverage
2
0.36
0.48
0,4383
0.039433096
Return On Asset 2 0.00 Sumber : Data sekunder yang telah diolah
0.12
0,0767
0.035780985
Dari tabel.2 dan tabel.3 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba maupun yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dalam ukuran perusahaan tampak bahwa perusahaan yang melakukan praktik perataan laba secara rata-rata memiliki ukuran lebih besar daripada perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba, hal tersebut dapat disebabkan karena perusahaan yang dengan total penjualan lebih besar memiliki kemampuan lebih untuk meratakan penghasilan. Dalam profitabilitas tampak bahwa dalam periode 2008-2010 perusahaan yang melakukan praktik perataan laba secara rata-rata memiliki profitabilitas lebih kecil di bandingkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Karena dalam periode tersebut perusahaan yang memiliki fluktuasi profitabilitas ke bawah besar yang cenderung meratakan penghasilan agar fluktuasi penghasilannya relatif sama dengan periode yang lalu meskipun pada periode selama krisis ekonomi global hal itu sulit untuk dilakukan, hal tersebut dapat disebabkan karena perusahaan Dalam net profit margin tampak bahwa perusahaan yang melakukan praktik perataan laba secara ratarata memiliki ukuran yang lebih kecil daripada perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Hal tersebut dapat disebabkan karena perusahaan yang dengan total penjualan bersih lebih besar memiliki kemampuan lebih untuk meratakan penghasilan. Dalam financial leverage tampak bahwa dalam periode pengamatan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba secara rata-rata memiliki financial leverage lebih besar di bandingkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Karena dalam periode tersebut perusahaan yang memiliki tingkat ekuitas ke atas besar yang cenderung meratakan penghasilan agar flutuasi hutang relatif sama dengan periode yang lalu. Dalam return on asset tampak bahwa perusahaan yang melakukan peraktik perataan laba secara ratarata memiliki return on asset lebih besar di bandingkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Ini dikarenakan perusahaan yang mempunyai tingkat aktiva yang besar dapat memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba. Semakin besar perubahan aktiva semakin besar fluktuasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Namun untuk menguji lebih lanjut secara statistik apakah variabel-variabel independen ini berbeda secara signifikan diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba atau tidak akan diuji lebih lanjut dengan analisis univariate. Analisis Hasil Pengujian dengan Univariate Test One Sample Kolmogorov Smirnov Test Pengujian ini merupakan langkah awal dalam pengujian univariate. Uji kolmogorov smirnov ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis bahwa ada atau tidak ada beda antara dua buah distribusi, atau untuk menentukan apakah data dari masing-masing variabel telah terdistribusi dengan normal. Dari hasil yang didapat dengan menggunakan pengujian one sample kolmogorov smirnov ini, akan diketahui pengujian apa yang akan digunakan selanjutnya untuk menguji hipotesis yang timbul dalam penelitian ini berdasarkan normalitas data dari masing-masing variabel. Tingkat signifikasi (α) yang akan digunakan dalam pengujian ini sebesar 5% atau 0,05. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
No.
Tabel.7 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Asymp.Sig (2Variabel tailed) Keterangan
1
Ukuran Perusahaan
2 3 4
Ho
0,000
p < 0,05
Tidak Normal
Profitabilitas
0,000
p < 0,05
Tidak Normal
Net Profit Margin
0,000
p < 0,05
Tidak Normal
Financial Leverage
0,632
p > 0,05
Normal
5 Return On Asset 0,075 p > 0,05 Sumber : Perhitungan One Sample Kolmogorov Smirnov
Normal
Dari tabel di atas nampak bahwa untuk ukuran perusahaan, profitabilitas dan net profit margin memiliki nilai probabilita atau p kurang dari 0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Karenanya ukuran perusahaan, profitabilitas dan net profit margin tidak terdistribusi secara normal. Dengan demikian alternatif pengujian yang digunakan selanjutnya adalah dengan analisis U Mann-Whitney. Sedangkan financial leverage dan return on asset mempunyai nilai probabilita atau p lebih dari 0,05 yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Karena itu financial leveraga dan return on asset terdistribusi secara normal. Dengan demikian alternatif pengujian yang akan digunakan untuk menguji status perusahaan akan digunakan pengujian t-test.
Two Independent Sample t-Test Pengujian two-independent sample t-test digunakan untuk menguji data yang terdistribusi secara normal. Dalam hal ini variabel yang terdistribusi secara normal adalah financial leverage dan return on asset. Uji t ini digunakan pada analisis data yang diukur dengan skala inernal dan skala rasio yang bertujuan untuk menguji perbedaan antara sampel denga populasi. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 5% atau 0,05, maka hasil pengujian hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
No. 1
Tabel.8 Hasil Pengujian Two Independent Sample t-Test Asymp.Sig (2Variabel tailed) Keterangan Financial Leverage
0,013
2 Return On Asset 0,544 Sumber : Perhitungan Two Independent Sample t-Test
Ho
p < 0,05
Ditolak
p > 0,05
Tidak dapat ditolak
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa financial leverage memiliki signifikasi (α) lebih kecil dari 0,05 yang berarti secara statistik financial leverage signifikan pada tingkat signifikasi 0,05. Hasil pengujian ini mengakibatkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata financial leverage diantara perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang melakukan praktik perataan laba dan tidak. Sedangkan return on asset secara statistik nilai signifikasinya (α) lebih besar dari 0,05 yang berarti return on asset tidak signifikan pada tingkat signifikasi 0,05. Hasil pengujian ini mengakibatkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaaan rata-rata return on asset diantara perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang melakukan perataan laba dan tidak. Mann-Whitney U Test Berdasarkan uji normalitas one sample kolmogorov smirnov, tampak bahwa data ukuran perusahaan, profitabilitas dan net profit margin tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, pengujian yang tepat untuk menentukan apakah perusahaan melakukan praktik perataan laba berbeda secara signifikan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan praktik perataan laba adalah mann whitney u test Tabel.9 Hasil Pengujian Mann Whitney U Test Asymp.Sig Variabel (2-tailed) Keterangan
No.
Ho
1
Ukuran Perusahaan
0,287
p > 0,05
Tidak dapat ditolak
2
Profitabilitas
0,557
p > 0,05
Tidak dapat ditolak
3 Net Profit Margin 0,393 Sumber : Perhitungan Mann Whitney U Test
p > 0,05
Tidak dapat ditolak
Seperti yang terlihat pada tabel diatas bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan net profit margin memiliki signifikasi (α) lebih besar dari 0,05 yang berarti secara statistik ukuran perusahaan, profitabilitas dan net profit margin tidak signifikan pada tingkat signifikasi 0,05. Hasil pengujian ini mengakibatkan Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaaan rata-rata return on asset diantara perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang melakukan perataan laba dan tidak. Analisis Hasil Pengujian dengan Multivariate Test Pengujian multivariate dilakukan dengan menggunakan regresi logistik yang dilakukan secara serentak dan terpisah untuk keenam variable. Metode yang digunakan adalah metode enter dan tingkat signifikasi yang digunakan adalah 5%. Langkah pertama dalam pengujian regresi logistik adalah menilai overall fit model terhadap data. Menurut Ghozali (2006) model fit dapat diuji dengan menggunakan Nagelkerke R Square. Tabel.10 Hasil Pengujian Nagelkerke R Square Step
12 Log likelihood
Cox & Snell R Square
1 37,477(a) 0,047 Sumber : Pehitungan Nagelkerke R Square
Nagelkerke R Square 0,105
Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterprestasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,105 artinya 10,5% variasi dari praktik perataan laba dapat dijelaskan dari variable bebas, sedangkan sisanya sebesar 89,5% (100% - 10,5%) dijelaskan oleh variable-variabel lain.
Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak Pengujian secara serentak ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik berganda yang dilakukan secara bersama-sama untuk keenam variable, yaitu jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage dan return on asset. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 5% atau 0,05, maka hasil pengujian hipotesis yang didapat sebagai berikut : Tabel.11 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak No.
Variabel
p-value
Keterangan
Ho
1
Jenis Usaha
0,232
p > 0,05
Tidak ditolak
2
Ukuran Perusahaan
0,834
p > 0,05
Tidak ditolak
3
Profitabilitas
0,969
p > 0,05
Tidak ditolak
4
Net Profit Margin
0,780
p > 0,05
Tidak ditolak
Financial Leverage 0,701 p > 0,05 Return On Asset 0,860 p > 0,05 Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Serentak
Tidak ditolak Tidak ditolak
5 6
Dari tabel.11 di atas, nampak bahwa dengan pengujian multivariate secara serentak ini nilai p untuk keenam variable yaitu jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage dan return on asset adalah lebih besar dari 0,05, yang berarti Ho untuk keenam variabel diterima dan Ha ditolak. Dengan diterimanya Ho, berarti keenam variabel ini tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Untuk lebih meyakinkan bahwa dengan pengujian multivariate secara serentak, maka dilakukan pengujian multivariate secara terpisah dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independen dari pengujian yang sebelumnya. Untuk pengujian multivariate secara terpisah yang pertama, variabel independen yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang memiliki nilai p paling besar, dalam hal ini adalah profitabilitas dengan tingkat signifikasi sebesar 0,969. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate secara terpisah tahap pertama adalah sebagai berikut : Tabel.12 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap I No.
Variabel
p-value
Keterangan
Ho
1
Jenis Usaha
0,413
p > 0,05
Tidak ditolak
2
Ukuran Perusahaan
0,555
p > 0,05
Tidak ditolak
3
Net Profit Margin
0,817
p > 0,05
Tidak ditolak
4
Financial Leverage
0,341
p > 0,05
Tidak ditolak
5
Return On Asset 0,726 p > 0,05 Tidak ditolak Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Terpisah Tahap I
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa apabila variabel profitabilitas dikeluarkan dari pengujian, nilai p untuk jenis usaha, ukuran perusahaan, net profit margin, financial leverage dan return on asset masih lebih besar daripada 0,05 yang berarti Ho dari kelima variabel diterima dan ha ditolak. Hal ini juga membuktikan bahwa kelima variabel tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Pengujian multivariate secara terpisah selanjutnya akan mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p yang telah dikeluarkan sebelumnya, dalam hal ini ukuran perusahaan yang memiliki nilai p sebesar 0,834 yang lebih kecil daripada profitabilitas. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate secara terpisah tahap kedua sebagai berikut : Tabel.13 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II No.
Variabel
p-value
Keterangan
Ho
1
Jenis Usaha
0,202
p > 0,05
Tidak ditolak
2
Net Profit Margin
0,755
p > 0,05
Tidak ditolak
3
Financial Leverage
0,204
p > 0,05
Tidak ditolak
4
Return On Asset 0,425 p > 0,05 Tidak ditolak Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Terpisah Tahap II
Dari tabel.13 nampak bahwa setelah variabel ukuran perusahaan dikeluarkan dari pengujian ini, nilai p untuk jenis usaha, net profit margin, financial leverage dan return on asset masih sama yaitu lebih besar daripada 0,05 yang berarti Ho jenis usaha, net profit margin, financial leverage dan return on asset tetap diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa jenis usaha, net ptofit margin, financial leverage, return on asset tetap tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Pengujian multivariate secara terpisah selanjutnya akan mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p yang telah dikeluarkan sebelumnya, dalam hal ini net profit margin yang memiliki nilai p sebesar 0,780 yang lebih kecil daripada profitabilitas. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate secara terpisah tahap ketiga sebagai berikut : Tabel.14 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III No.
Variabel
p-value
Keterangan
Ho
1
Jenis Usaha
0,214
p > 0,05
Tidak ditolak
2
Financial Leverage
0,167
p > 0,05
Tidak ditolak
3
Return On Asset 0,396 p > 0,05 Tidak ditolak Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Terpisah Tahap III
Dari tabel 4.14 nampak bahwa setelah variabel net profit margin dikeluarkan dari pengujian ini, nilai p untuk jenis usaha, financial leverage dan return on asset masih sama yaitu lebih besar daripada 0,05 yang berarti Ho jenis usaha, financial leverage dan return on asset tetap diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa jenis usaha, financial leverage, return on asset tetap tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Pengujian multivariate secara terpisah selanjutnya akan mengeluarkan variabel independen yang memiliki nilai p yang telah dikeluarkan sebelumnya, dalam hal ini return on asset yang memiliki nilai p sebesar 0,860 yang lebih kecil daripada profitabilitas. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh dari pengujian multivariate secara terpisah tahap keempat sebagai berikut : Tabel.15 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap IV No. 1 2
Variabel Jenis Usaha
p-value
Keterangan
Ho
0,294
p > 0,05
Tidak ditolak
Financial Leverage 0,261 p > 0,05 Tidak ditolak Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Terpisah Tahap IV
Dari tabel.15 nampak bahwa setelah variabel return on asset dikeluarkan dari pengujian ini, nilai p untuk jenis usaha dan financial leverage masih sama yaitu lebih besar daripada 0,05 yang berarti Ho jenis usaha dan financial leverage tetap diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa jenis usaha dan financial leverage tetap tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Tahapan terakhir dari pengujian multivariate secara terpisah ini adalah dengan mengeluarkan variabel indpenden yang memiliki nilai p yang lebih kecil daripada nilai p variabel profitabilitas, dalam hal ini jenis usaha yang memiliki nilai p sebesar 0,232. Dengan tingkat signifikasi (α) sebesar 0,05, maka hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap kelima adalah sebagai berikut : Tabel.16 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap V No.
Variabel
p-value
Keterangan
Ho
1 Financial Leverage 0,348 p > 0,05 Tidak ditolak Sumber : Perhitungan Multivariate Secara Terpisah Tahap V Dari tabel.16, nampak bahwa walaupun variabel jenis usaha dikeluarkan dari pengujian ini, nilai p untuk financial leverage masih sama yaitu lebih besar daripada 0,05 yang berarti Ho financial leverage tetap diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa financial leverage tetap tidak berpengaruh pada praktik perataan laba.
Dari pengujian multivariate secara serentak dan multivariate secara terpisah dapat dilihat memang terjadi konsistensi bahwa variabel- variabel jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin, financial leverage dan return on asset tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Perbandingan Hasil Pengujian Univariate dan Multivariate Pengujian univariate maupun multivariate memberikan hasil pengujian yang konsisten, kecuali untuk variabel financial leverage memberikan hasil pengujian yang berbeda. Pada saat menggunakan sample ttest, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan financial leverage antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan praktik perataan laba, sedangkan pada saat pengujian multivariate dengan menggunakan regresi logistik diperoleh bahwa financial leverage tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Perbedaan hasil pengujian tersebut dapat disebabkan karena dalam pengujian univariate, variabel bebas tersebut diuji secara terpisah sehingga hasil yang diperoleh hanya untuk menjelaskan variabel itu sendiri. Dalam pengujian multivariate, semua variabel bebas diuji secara bersamaan dan hal ini memungkinkan pengaruh satu variabel bebas dapat menghilangkan pengaruh variabel bebas lainnya, namun hal ini tidak diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa diantara perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur lebih banyak melakukan praktik perataan laba dibandingkan perusahaan lembaga keuangan. Hal ini nampak bahwa 14 dari 15 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel diindikasikan melakukan praktik perataan laba atau sekitar 93% dari total sampel yang diuji untuk perusahaan manufaktur tersebut. Sedangkan untuk perusahaan lembaga keuangan nampak bahwa 7 dari 8 perusahaan lembaga keuangan yang melakukan praktik perataan laba atau 88% dari total sampel yang diuji untuk perusahaan lembaga keuangan. Berdasarkan hasil pengujian univariate, menunjukan bahwa financial leverage perusahaan manufaktur dan lembaga keuangan yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba secara statistik menunjukan perbedaaan yang signifikan. Sedangkan pada variabel jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin dan return on asset diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba secara statistik tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik berganda secara serentak dan secara terpisah, menunjukan bahwa financial leverage tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Sedangkan pada variabel yang lain seperti jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, net profit margin dan return on asset menunjukan hasil yang sama dengan pengujian sebelumnya yaitu tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. Dengan berbagai telaah dan analisis yang telah dilakukan, serta berdasarkan keterbatasan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Kepada para investor agar lebih teliti dalam menilai laporan keuangan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sehingga keputusan investasi yang diambil tidak akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Kepada manajemen tidak melakukan praktik perataan laba karena hal itu dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai dan menyesatkan. Dan hal itu tentu saja akan merugikan banyak pihak terutama investor yang akan menilai perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Sebaiknya untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar meningkatkan cara mengukur atau mendeteksi adanya praktik perataan laba serta mengamatinya dalam periode waktu yang berbeda dengan jangka waktu penelitian yang lebih lama dari penelitian ini dan memperbanyak jumlah perusahaan yang dijadikan sampel sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan valid, sehingga bisa dijadikan suatu informasi yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya manajemen dan investor. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya mempertimbangkan untuk menambahkan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan 10,5% dari variabel dependennya. Disarankan juga untuk menambahkan variabel independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dalam hal ini peneliti selanjutnya juga dapat melakukan perbandingan perilaku perataan laba yang
dilakukan perusahaan-perusahaan antara bursa yang satu dengan bursa yang lain dengan menambahkan variabel-variabel lain yang terikat dengan praktik perataan laba seperti rencana bonus, biaya pensiun, harga saham, risiko bisnis dan lain sebagainya.
REFERENSI Belkaoui, A. R. Alih bahasa oleh Yulianto, A. K., Dermauli, R. (2006). Teori Akuntansi buku 1. Jakarta: Salemba Empat, 73-79. Budhijono, F. (2006). Evaluasi Perataan Laba pada Industri Manufaktur dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di BEJ. Akuntanbilitas, Vol.6, No.1 , 70-79. Dewi, S. P., & Carina. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur dan Lembaga Keuangan Lainnya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi, No.2 , 117-131. Donald, E., Kieso, Jerry J, W., & Terry D, W. (2010). Intermediate Accounting: IFRS Edition, Volume 1. United States America: John Wiley & Sons, 159-162. Herni, & Yuliunus, K. S. (2008). Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitailitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba: Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia , 302-314 Juniarti, & Corolina. (2005). Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-perusahaan Go Public. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol.7, No.2 , 148-162. Kuntanto. (2003). Pengaruh Profitabilitas dan Ukuran Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. ISSN Vol.3, No.1 , 32-45 Kustianti, D., & E, E. (2006). Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi: Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Febuari , 53-56. Masodah. (2007). Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, arsitek dan Sipil), 16-23 Prasetio, J. E., S, A., & A, W. (2002). Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 6, No.2, Desember , 45-63. Priyanto, D. (2010). Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyanto, S. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model empiris. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Suwito, E., & Herawaty, A. (2005). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo , 136-146. Syafriont. (2008). Risiko, Profitabilitas, Leverage Operasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Peratan Laba. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12, No.2 , 217-228. Tuty, & Indrawati, T. (2007). Faktor-faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol.1, no.2 , 155-170. Wirawan, N. (2002). Statistik 2 (Statistik Inferensial) untuk Ekonomi dan Bisnis. In Edisi kedua. Denpasar: Keraras Emas. Yusuf, M., & Soraya. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Peratan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. JAAI volume 8 No.1 , 99-125.
RIWAYAT PENULIS Rendy lahir di kota Bekasi pada 29 Juli 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang akuntansi dan keuangan pada tahun 2012.