Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA Mia Adiningsih
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to test the influence of profitability, operating leverage, and company size to the income smoothing practice at food and beverages companies which go public in Indonesia Stock Exchange. Based on the result of analysis it can be concluded that operating leverage has negative influence to the income smoothing practice since the sig value is 0.023 < (α) 0.05. The operating leverage has an influence to the income smoothing practice which means that operating leverage of food and beverages companies are relatively low and it indicates that the companies have conducted income smoothing since the companies have great liability. The company’s size has influence to the income smoothing practice because the sig value is 0.000 < (α) 0.05. The company’s size has influence to the income smoothing practice, it means that the bigger size of the company the bigger possibility to conduct income smoothing practice. The profitability has no influence to the income smoothing practice because its sig value is 0.252 > (α) 0.05. Profitability has no influence to the income smoothing practice since the company’s profitability level is relatively high therefore the company can fulfill their needs from the profit which has been obtained. Therefore, the company tends to conduct income smoothing practice. Keywords: profitability, operating leverages, company’s size, and income smoothing. ABSTRAK Pada penelitian ini bertujuan menguji pengaruh profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Food and Beverage yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa leverage operasi berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba karena nilai sig sebesar 0,023 < (α) 0,05. Leverage operasi berpengaruh terhadap praktik perataan laba artinya nilai leverage operasi perusahaan Food and Beverage relatif rendah dan diindikasikan perusahaan melakukan perataan laba karena perusahaan tidak memiliki kewajiban yang besar. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena nilai sig sebesar 0,000 < (α) 0,05. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba. Sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba karena nilai sig sebesar 0,252 > (α) 0,05. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan relatif tinggi sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dari laba yang diperoleh. Dengan demikian perusahaan memiliki kecenderungan tidak melakukan praktik perataan laba. Kata kunci: profitabilitas, leverage operasi, ukuran perusahaan, dan perataan laba.
PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya dunia perekonomian di Indonesia saat ini dalam memasuki era pasar bebas mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode. Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi berkaitan erat dengan persaingan antar perusahaan, maka perusahaan dituntut untuk menjaga kestabilan aktifitas operasi agar dapat meningkatkan kualitas perusahaan serta menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
2
yaitu masyarakat dan investor. Investor dan kreditor adalah pihak-pihak yang berpengaruh dalam kegiatan operasi perusahaan, karena mereka berperan sangat penting dalam pemberian modal pada perusahaan. Seorang investor harus mampu menaksir risiko dan keuntungan yang akan diperoleh sebelum menentukan investasi sedangkan seorang kreditor harus mampu memprediksi kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan pengembalian pinjaman. Dalam menumbuhkan kepercayaan pihak luar adalah salah satunya dengan memberi suatu informasi yang berkualitas tentang keadaan suatu perusahaan tersebut. Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan yang tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara sistematis dan periodik. Laporan keuangan merupakan bentuk sarana untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik. Secara umum, semua bagian dari laporan keuangan adalah penting dan diperlukan dalam setiap pengambilan keputusan. Namun, salah satu informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah laba. Tindakan perataan laba merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabelvariabel. Salah satu motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba yaitu untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor, karyawan, dan pihak yang terkait lainnya. Selain itu, tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan di mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah serta dapat memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Dalam penjelasan ini konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa teknik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau memperhatikan tingkat kemampuan yang dikehendakinya (Sartono, 2001). Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri terhadap pihak eksternal perusahaan seperti keditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal tersebut, sehingga sering terdorong untuk melakukan tindakan yang dapat memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri (disfunctional behavior) atau perusahaannya. Dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti terhadap tiga faktor yaitu profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Pada penelitian ini menggunakan pendekatan teori keagenen (agency theory), dan teori agensi merupakan suatu pendekatan yang dapat menjabarkan konsep manajemen laba yang sangat terkait dengan praktik perataan laba. Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik perataan laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Salno dan Baridwan, 2000). Dalam hal ini pihak principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Namun pihak agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
3
keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent. Dengan ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut sebagai asimetri informasi. Asimetris informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent yang dapat mendorong pihak agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pihak principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Indikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberapa faktor yang diduga mempengaruhi praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Selain digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Berdasarkan definisi tersebut, diduga profitabilitas mempengaruhi perataan laba sebab secara logis laba merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba. Jadi, laba merupakan hal yang penting dalam perusahaan, sebab semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan menilai apakah kinerja suatu perusahaan baik atau buruk melalui laba yang didapatkan oleh perusahaan apakah itu naik, turun ataupun tetap (stabil). Rasio profitabilitas dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). Leverage operasi. Tingkat leverage operasi merupakan suatu bentuk dari konsep elastisitas dan merupakan suatu keluarga dengan elastisitas harga yang dikembangkan dalam ilmu ekonomi. Oleh karena leverage operasi merupakan suatu elastisitas, nilainya akan bervariasi tergantung pada bagian tertentu dari grafik impas yang sedang dianalisa. Tingkat leverage operasi yang tinggi terletak dekat dengan titik break even point, dimana perubahan volume penjualan yang kecil saja bisa menghasilkan persentase tambahan laba yang besar. Hal ini bisa terjadi hanya karena laba mendekati nol jika mendekati titik break even point (Weston dan Copeland, 1995). Leverage operasi adalah penggunaan potensial biaya tetap operasi untuk menambah efek pada perubahan penjualan dalam pendapatan perusahaan sebelum bunga dan pajak. Leverage operasi terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap. Semakin besar biaya tetap suatu perusahaan, semakin tinggi risiko usaha yang dihadapinya karena perusahaan menjadi mudah atau peka terhadap perubahan unit yang terjual. Perubahan semacam ini dianggap mempunyai leverage operasi yang tinggi. Di dalam praktiknya rasio leverage operasi dihitung dengan dua cara, yaitu: a. Pertama dengan memperhatikan data yang ada dineraca, mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. b. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis menggunakan keduanya. Ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aset, log size, nilai pasar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
4
saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan, semakin banyak pula alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba (Nasser dan Herlina, 2003). Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset perusahaan (Jatiningrum, 2000). Jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan diukur dari total aset berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan decimal dan skala pengukurannya adalah rasio. Perataan Laba Pengertian Perataan Laba Tindakan perataan laba memiliki unsur kesengajaan yang dilakukan oleh manajemen untuk mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan laba rugi perusahaan guna menarik minat pasar dalam berinvestasi, karena perhatian investor seringkali hanya terpusat pada prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan informasi laba tersebut. Di samping itu laba yang dilaporkan dalam posisi yang stabil akan memberi rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku (Stolowy dan Breton, 2000). Belkaoui (2007) menjelaskan bahwa perataan laba merupakan proses normalisasi laba yang disengaja guna meraih suatu trend atau tingkat yang diinginkan. Tujuan Perataan Laba Tujuan perataan laba adalah memberi informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang, meningkatkan presepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen. Dalam penelitian Juniarti dan Corolina (2005) terdapat berbagai macam tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen dalam perataan laba yaitu: a. Mencapai keuntungan pajak b. Untuk memberi kesan baik dari pemilik dan kreditor terhadap kinerja manajemen c. Mengurangi fluktuasi pada pelaporan laba dan mengurangi risiko, sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar d. Untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil e. Untuk menjaga posisi atau kedudukan mereka dalam perusahaan Tipe Perataan Laba Berdasarkan penelitian Eckel (1981) terdapat dua jenis perataan laba yaitu naturally smooth dan intentionally smooth. Intentionally smooth terbagi atas artificial smoothing dan real smoothing. Berikut ini adalah gambar yang digunakan untuk memperjelas tipe perataan laba tersebut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
5
Smooth Income Stream
Intentionally Being Smoothed by Management
Artificial Smoothing
Naturally Smooth
Real Smoothing Gambar 1 Tipe Perataan Laba
Pada gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa perataan laba digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu naturally smooth dan Intentionally Being Smoothed by Management. Naturally smooth (Perataan secara alami), perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapatkan pada perolehan penghasilan dari keperluan atau pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Intentionally Being Smoothed by Management (Perataan yang disengaja) dikenal juga dengan designed smoothing, perataan ini berbeda dengan naturally smoothing yang terjadi secara alami. Pada designed smoothing, perataan yang terjadi diakibatkan adanya intervensi atau campur tangan dari pihak lain, dalam hal ini adalah manajemen. Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas terhadap praktik perataan laba. Profitabilitas merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manjemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau meminjamkan dana (Dwiatmini dan Nurkholis, 2001). Dengan kata lain, profitabilitas menjadi tolak ukur kinerja bagi pihak eksternal. Profitabilitas dapat dijadikan patokan oleh investor maupun kreditor dalam menilai sehat tidaknya perusahaan. Profitabilitas perusahaan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola resources yang dimiliki. Faktor profitabilitas menggunakan rasio Return on Total Assets (ROA). Analisis ROA merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pada penelitian Jatiningrum (2000), menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan variabel ukuran perusahaan dan sektor industri bukan merupakan faktor pendorong tindakan perataan laba sementara variabel profitabilitas merupakan faktor pendorong tindakan perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
6
Pengaruh leverage operasi terhadap praktik perataan laba. Leverage operasi menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang didanai dengan hutang. Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunyai resiko menderita kerugian yang besar. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan telah mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada, dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan tindakan income smoothing, minimal untuk mengurangi resiko tersebut. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik tertentu yaitu pada struktur modal optimal, nilai perusahaan akan semakin menurun dengan semakin besarnya proporsi hutang dalam struktur modalnya. Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh pada penggunaan hutang menjadi lebih kecil dibandingkan biaya yang timbul atas penggunaan hutang tersebut. Pada penelitian Jin dan Machfoedz (1998), menjelaskan bahwa hasil penelitian menunjukkan berdasarkan analisis tidak berhasil membuktikan bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri merupakan faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba. Sedangkan variabel leverage operasi berhasil membuktikan terjadinya praktik perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H2 : Leverage operasi berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Variabel yang digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan adalah total aset. Sartono (2001) mengatakan bahwa besaran perusahaan atau skala perusahaan adalah ukuran perusahaan yang ditentukan dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini total aset merupakan total sumber daya ekonomis yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Salah satu perusahaan yang memiliki total aset yang besar akan mendapat perhatian lebih dari pihak luar, diantaranya pemerintah. Pemerintah cenderung membebankan berbagai biaya yang dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Untuk itu perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberi pandangan yang kurang baik. Maka perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. Pada penelitian Sartono (2001), menjelaskan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan analisis multivariate (logistic regression) variabel profitabilitas, deviden payout ratio, dan jenis usaha berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba dan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005), menjelaskan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan kelima variabel yang digunakan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Dari penjelasan diatas hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Beverages yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
7
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Beverages, yang telah go publik di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), serta masih aktif dalam melakukan perdagangan saham tahun 2010-2012, (2) Perusahaan sampel adalah perusahaan Food and Beverages, yang mempunyai laporan keuangan yang lengkap, valid dan telah diaudit serta seluruh prospektusnya terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang melakukan perataan laba, (3) Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2010-2012 tidak berturut-turut merugi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diukur menggunakan rasio antara laba setelah pajak dengan total aset. Pengukuran variabel diukur dengan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang rendah. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio dan satuan ukur dalam bentuk Prosentase (%). Rumus: Laba Setelah Pajak --------------------------- x 100% Total Aset b. Leverage Operasi Leverage operasi menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaaan didanai dengan hutang. Menurut Sartono (2001) financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Satuan pengkuran variabel leverage operasi adalah prosentase (%) dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Leverage operasi dapat dihitung: Rumus: ROA =
Leverage Operasi =
Total Hutang ------------------- x 100% Total Aset
c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aset berdasarkan nilai buku. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio dan satuan ukur dalam bentuk decimal. Rumus: Ukuran Perusahaan = Log Total Aset Variabel Dependen Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah perataan laba yang diuji dengan Indeks Ekcel (1981). Ekcel (1981) menggunakan Coefficient Variation (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
8
Dalam penelitian ini, perataan laba diukur dengan menggunakan Indeks Eckel dengan rumus: Indeks Perataan Laba =
CV CVS
Ket: ∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode ∆I = Perubahan penghasilan bersih/laba dalam satu periode CV = Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan. Dengan kriteria, perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba: Apabila: CV ∆I > CV ∆S Cara menghitung ∆I dan ∆S adalah sebagai berikut: Laba Operasin – Laba Operasin-1 ∆In = Laba Operasin-1 Penjualann – Penjualann-1 ∆In =
n n-1
Penjualann-1 : tahun ke n : tahun ke n-1
Ket: CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut: Rumus: σ CVΔI dan CVΔS = k CV : koefisien variasi ΔI atau ΔS Δ : deviasi standar σ : perubahan (selisih dengan tahun sebelumnya) k : hasil rata-rata ΔI atau ΔS Dalam penelitian ini variabel laba yang digunakan adalah laba operasi. Hal ini dikarenakan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan praktik perataan laba. Sedangkan variabel penjualan disini digunakan penjualan bersih (net sales) atau pendapatan (revenue). Data kategorial mengenai perusahaan perata laba atau bukan perata laba diberikan data dummy dengan skor 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba dan skor 1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba. Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression) Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logit (logistic regression) untuk mencari pengaruh satu atau lebih variabel bebas (profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran perusahaan) yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang berskala nominal dengan menggunakan program SPSS. Model logistic regression yang akan digunakan dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
9
Status = a + b1(PROFIT) + b2(LO) + b3(UK) Ket: Status
a b1 b2 b3 PROFIT LO UK
: status perusahaan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba 1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba : koefisien konstanta : koefisien variabel profitabilitas : koefisien variabel leverage operasi : koefisien variebel ukuran perusahaan : profitabilitas : leverage operasi : ukuran perusahaan
Pembuktian Hipotesis Secara statistik, ketepatan fungsi regresi sampel setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai satistik t. Apabila uji nilai statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak) maka perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik. Sebaliknya, jika uji nilai statistik berada dalam daerah dimana H 0 diterima disebut tidak signifikan. 1) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2011). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) ini berkisar antara 0 < R2 < 1. Dari sini diketahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. 2) Global Test (Uji statistik F) Uji global atau Uji F dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) secara bersama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen (Perataan Laba). Dengan tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Kriteria uji F: a. Jika nilai Sig uji Fhitung > 0,05 maka H0 diterima yang artinya variabel bebas secara bersamaan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. b. Jika nilai Signifikan uji Fhitung < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya variabel bebas secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat. 3) Individual Test (Uji Statistik t) Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel independen (Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran Perusahaan) terhadap variabel dependen (Perataan Laba) secara terpisah (parsial) serta menerima atau menolak hipotesa. Dengan tingkat signifikansi (5%), maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Kriteria Uji t: a. Apabila nilai Sig uji thitung < 0.05, maka Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. b. Apabila nilai Sig uji thitung > 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik sampel dalam penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif berupa nilai rata-rata (mean) dan tingkat penyimpangan penyebaran (standar deviasi). Variabel penelitian terdiri dari satu variabel dependen yaitu: income smoothing (IS) dan 3 variabel independen yaitu: profitabilitas perusahaan (PROF), leverage operasi (LEV), dan ukuran perusahaan (UP). Jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah 39 data observasi dengan periode laporan keuangan tahun 2010-2012.
IS PROF LEV UP Sumber: Hasil Output SPSS
Tabel 1 Descriptive Statistics Mean Std. Deviation ,5336 ,6050 ,0315 ,1054 ,5858 ,1365 ,50 ,513
N 39 39 39 39
Hasil uji statistik deskriptif untuk 39 sampel perusahaan adalah rata-rata income smoothing (IS) perusahaan food and beverages go public sebesar 0,53360 dan penyimpangan penyebaran sebesar 0,6050. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas (PROF), leverage operasi (LEV), dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh tinggi yaitu sebesar 53% terhadap income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public. Nilai rata-rata profitabilitas (PROF) sebesar 0,03150 dan penyimpangan penyebaran sebesar 0,1054. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa profitabilitas perusahaan food and beverages relatif tinggi. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin efisien dan efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aset dalam menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk melakukan perataan laba. Nilai rata-rata leverage operasi (LEV) sebesar 0,58580 dan penyimpangan penyebaran sebesar 0,1365. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa leverage operasi perusahaan food and beverages relatif rendah. Semakin rendah utang perusahaan maka semakin kecil pula risiko yang ditanggung perusahaan. Perusahaan yang memiliki leverage operasi rendah mempunyai kecenderungan untuk tidak melakukan perataan laba. Nilai rata-rata ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,50 dan penyimpangan penyebaran sebesar 0,513. Dari analisis deskriptif dapat diketahui bahwa ukuran perusahaan (UP) berpengaruh tinggi terhadap income smoothing (IS) yaitu sebesar 50%. Dengan tingkat penyimpangan yang tinggi yaitu sebesar 51%. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan melakukan praktik perataan laba. Uji Normalitas Grafik plot linear yang dihasilkan SPSS 20 menunjukkan Normal P-P of regression standardized residual terdapat penyebaran data disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut. Maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Model regresi yang baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati bentuk bel dan data yang bergerak mengikuti garis linear diagonal. Maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
11
Uji Asumsi Klasik a. Uji Autokorelasi Hasil perhitungan dengan SPSS 20 diperoleh nilai statistik Durbin Watson sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Durbin-Watson
Model 1 a. Predictors: (Constant), UP, Profit, LO b. Dependent Variable: IS Sumber: Hasil Output SPSS
1.978a
Berdasar hasil tersebut di atas hasil perhitungan autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,978. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi. b. Uji Multikolinearitas Hasil perhitungan statistik nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF Profit .994 1 LO .950 UP .951 a. Dependent Variable: IS Sumber: Hasil Output SPSS
1.006 1.053 1.052
Berdasar hasil output SPSS 20 pada bagian coefficient diperoleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk profitabilitas (Profit) sebesar 1,006, leverage operasional (LO) sebesar 1,053, dan ukuran perusahaan (UP sebesar 1,052. Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk profitabilitas (Profit) perusahaan sebesar 0,994, leverage operasional (LO) sebesar 0,950, dan ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,951. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Berdasar grafik Scatterplot yang dihasilkan SPSS 20 terlihat hampir semua titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mengetahui perataan laba berdasar masukan dari variabel independennya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
12
Analisis Regresi Logistik Dari pengolahan data tersebut maka diperoleh hasil-hasil sebagai berikut:
Model 1
Tabel 4 Hasil Perhitungan Regresi Logitik Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1,194 ,449 1,564 1,317 .116 -2,049 ,815 -.462 1,179 ,244 .018
(Constant) PROFIT LO UP a Dependent Variable: IS Sumber: Hasil Output SPSS
Untuk menentukan pengaruh variabel dependen dengan variabel independen digunakan persamaan regresi berganda yaitu: IS= 1,194 + 1,564 PROFIT – 2,049 LO + 1,179UP Berdasar persamaan regresi berganda di atas dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut: 1. α = Konstanta sebesar 1,194 Nilai konstanta adalah sebesar 1,194 artinya apabila profitabilitas (PROFIT), leverage operasi (LO), dan ukuran perusahaan (UP) konstan, maka diprediksi income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public adalah sebesar 1,194. 2. b1 = Koefisien regresi untuk profitabilitas (PROFIT) = 1,564 Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan positif antara variabel profitabilitas dengan income smoothing artinya jika profitabilitas (PROF) naik satu satuan, dengan anggapan variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public akan mengalami kenaikan sebesar 1,564. 3. b2 = Koefisien regresi untuk leverage operasi (LO) = -2,049 Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan negatif antara variabel leverage dengan income smoothing artinya jika leverage opearsi (LO) naik satu satuan, dengan anggapan variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public akan mengalami penurunan sebesar - 2,049. 4. b3 =Koefisien regresi untuk ukuran perusahaan (UP) = 1,179 Koefisien regresi menunjukkan arah hubungan positif antara variabel ukuran perusahaan dengan income smoothing artinya jika ukuran perusahaan (UP) naik satu satuan, dengan anggapan variabel lainnya tetap, maka income smoothing (IS) pada perusahaan food and beverages go public akan mengalami kenaikan sebesar 1,179. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage operasi, dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Untuk mengetahui hipotesis tersebut dilakukan uji t. Pengujian dilakukan dengan tingkat signikan α 5%. Uji parsial (uji t) adalah pengujian yang dipakai untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam analisis ini apabila diperoleh uji t < 0,05 berarti secara parsial berpengaruh signifikan. Sebaliknya apabila uji t > 0,05 berarti secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
13 Tabel 5 Hasil Perhitungan Uji t Coefficients(a) Model T 1 (Constant) 2,656 PROFIT 1,187 LO -2,516 UP 4,835 a Dependent Variable: IS Sumber: Hasil Output SPSS
Sig. ,017 ,252 ,023 ,000
1. Pengujian Hipotesis (H1) Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai sig profitabilitas sebesar 0,252 > () 0,05 maka H0 tidak berhasil ditolak yang berarti profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and beverages go public. Faktor penyebabnya adalah berdasarkan perhitungan income smoothing index atas perusahaan food and beverages go public diketahui perusahaan yang melakukan perataan laba tahun 2010-2012 ada 5 perusahaan dengan kode emiten yaitu CEKA, MYOR, SKLT, STTP, dan ULTJ. Tidak berpengaruhnya profitabilitas perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and beverages dapat disebabkan oleh tingkat profitabilitas perusahaan relatif tinggi yang berarti perusahaan memiliki laba yang tinggi. Berdasar perhitungan diketahui selama tahun 2010-2012 rata-rata profitabilitas perusahaan antara 0,1143-0,1329 atau sebesar 11,43%-12,29%. Dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan dapat dikatakan efisien karena laba perusahaan melebihi dari standar yang ditentukan, dimana profitabilitas yang diukur dengan return on assets dikatakan baik apabila return on assets di atas 5% (Hanafi dan Halim, 2007). Dengan dimiliknya laba yang tinggi perusahaan bisa memenuhi kebutuhan perusahaan dari laba yang diperoleh. Semakin besar profitabilitas perusahaan berarti semakin efisien dan efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aset dalam menghasilkan profit. Perusahaan yang memiliki profitabilitas relatif tinggi cenderung tidak melakukan perataaan laba dibanding perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Juniarti dan Corolina (2005) menyatakan fluktuasi profitabilitas yang tinggi atau meningkat memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk tidak melakukan tindakan perataan laba. Penelitian ini konsisten terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti dan Corolina (2005) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Faktor penyebabnya diduga karena manajemen tidak termotivasi melakukan perataan laba melalui profitabilitas. Hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba (Suwito dan Herawaty, 2005; Syahriana, 2006). 2. Pengujian Hipotesis (H2) Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai sig leverage operasi sebesar - 0,023 < () 0,05 maka H0 berhasil ditolak yang berarti leverage operasi berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and beverages go public. Berpengaruhnya leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and beverages dapat disebabkan oleh leverage operasi perusahaan tersebut rendah yang berarti perusahaan tidak memiliki beban yang besar, melainkan memiliki beban yang rendah. Berdasar perhitungan diketahui selama tahun 2010-2012 rata-rata leverage operasi antara 0,5143-04568 atau sebesar 51,43%-45,68%. Dengan demikian leverage operasi perusahaan cenderung rendah dan beban yang ditanggung oleh perusahaan juga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
14
rendah. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa perusahaan cenderung melakukan praktik perataan laba karena perusahaan tidak memiliki kewajiban yang besar. Kim et al. (dalam Kustono, 2009) menyatakan leverage merupakan proksi yang tepat untuk mengukur risiko perusahaan. Leverage menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar utang. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba. Salah satu alasan perataan laba adalah untuk mengurangi risiko sesungguhnya atau persepsi risiko atas perusahaan. Sartono (dalam Budiasih, 2007) menyatakan leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004) terhadap perusahaan asing dan non asing di Indonesia menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap perataan laba. Kesimpulannya adalah perusahaan asing yang melakukan perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dibanding dengan perusahaan asing yang bukan perata laba. 3. Pengujian Hipotesis (H3) Berdasar hasil pengujian parsial sebagaimana yang tersaji pada tabel 5 diperoleh nilai sig ukuran perusahaan sebesar 0,000 < () 0,05 maka H0 berhasil ditolak yang berarti ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan food and beverages go public. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba dikarenakan berdasar perhitungan ukuran perusahaan yang dinilai dari log total aset setiap tahun mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan perusahaan tersebut dikategorikan besar. Perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Untuk itu, perusahaan besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang besar. Fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar pula dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004) terhadap perusahaan asing dan non asing di Indonesia melalui perhitungan total aset memperoleh kesimpulan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba cenderung memiliki total aset lebih besar dibanding yang bukan perata laba. Hal ini diduga karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih kritis oleh para investor. Penelitian ini konsisten terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juniarti dan Corolina, (2005) menyebutkan perusahaan yang memiliki aset besar dikategori sebagai perusahaan besar umumnya mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasar perhitungan diperoleh nilai uji t untuk profitabilitas (PROF) sebesar 0,252, leverage operasi (LEV) sebesar 0,023, dan ukuran perusahaan (UP) sebesar 0,000. Kesimpulannya bahwa leverage operasi (LEV) dan ukuran perusahaan (UP) berpengaruh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
15
secara parsial terhadap income smoothing (IS). Sedangkan variabel profitabilitas (PROF) secara parsial tidak berpengaruh terhadap income smoothing (IS). Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa penguji melakukan penelitian pada perusahaan Food and Beverages, sehingga mungkin belum dirasakan efek dari praktek perataan laba yang terdapat pada perusahaan tersebut. Untuk penelitian selanjutnya disarankan meneliti perusahaan dari sektor lain agar hasil pengujian yang diperoleh lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Belkaoui, A. R. 2007. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit Salemba Empat. Budiasih. I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis (Januari): Vol. 4 No. 1. Dwiatmini, S. dan Nurkholis. 2001. Analisis Reaksi Pasar terhadap Informasi Laba: Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Tema, Maret Vol 2, No. 1. Eckel, N. 1981. The Income Smoothing Hyphothesis Revisited. Abacus. Vol. 17, No. 1. pp: 2840. Ghozali, I. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Revisi, cetakan II. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hanafi, M. M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta. Penerbit UPP AMP YKPN. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis Akuntansi, Vol 2, No. 2. Jin, L. S. dan M. Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 1, No.2. Juniarti dan Corolina. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan (November): Vol. 7, No. 2: 148-162. Kustono, A. S. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Dividen Payout, Risiko Spesifik, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002-2006. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 3: 200-205. Nasser, E. M. dan Herlina. 2003. Teori Akuntansi. Buku 2. Jakarta. Salemba Empat. Salno, H. M. dan Z. Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Sartono, A. R. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. BPFE. Stolowy, H dan G. Breton. 2000. A Framework for the classification of accounts manipulations. France. Working Paper, HEC School of Management. Suwito, E. dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo. 136-146.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 6 (2014)
16
Syahriana, N. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004). Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta. Weston, J. F. dan T. E. Copeland. 1995. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jilid 1. Alih bahasa: Jaka wasana dan Kirbrandoko. Jakarta. Gelora Aksara Pratama. Yusuf dan Soraya. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 8. No. 1: 99-125. ●●●