PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE, EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mutdiyanti 094020120
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2013
PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE, EARNING PER SHARE, RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, Mei 2013 Mengetahui,
Pembimbing,
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc.
Dekan,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP.
Ketua Program Studi,
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc.
MOTTO:
Kesulitan lebih cepat terlihat daripada kemudahan Itu sebabnya mengeluh lebih cepat daripada bersyukur, Sesungguhnya apapun yang ingin kita nikmati dengan Mudah mengharuskan kita melalui kesulitan. -Mario Teguh-
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali… Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon…
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif asosiatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2011. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisisi statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah asumsi klasik, korelasi, regresi sederhana dan berganda dan koefisien determinasi sedangkan pengujianhipotesis yang digunakan adalah metode statistik uji t dan uji F. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Price to Book Value (PBV), Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 56,3% terhadap harga saham, sedangkan sisanya sebesar 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter. Kata kunci: Harga Saham, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER).
KATA PENGANTAR
Assalammu’laikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suhamim dan Ibunda Adny selaku kedua orangtua penulis. Penulis menghaturkan sembah sujud sebagai ucapan terima kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan Ayahanda dan Ibunda, yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu memberikan doa restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai harganya demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta kepada Yth. Bapak Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,dan pemikirannya, serta bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
i
ii
Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung.
2.
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
3.
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
4.
Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
5.
Bapak R. Mochammad Noch, Drs., M.Ak., Ak. selaku dosen wali.
6.
Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.
7.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan.
8.
Kakakku Nur Widyawati S.S serta kakak iparku Ary Sumarno, adikadikku Aziz Maulana Dicaprio dan Rikhan Rahdiwansyah terimakasih atas segala doa, kasih sayang, support dan keceriaannya bagi penulis.
9.
Keponakan pertamaku tersayang Brantandari Bellvania P.S yang selalu memberikan keceriaan dikala penulis sudah mulai lelah, sehat selalu nak.
10.
Seseorang yang tersayang, Dicky Febriana. Terima kasih untuk semangat, kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan dalam proses penyusunan
iii
skripsi hingga akhirnya skripsi terselesaikan. Semoga sukses dalam menggapai cita-cita mu kelak. 11.
Sahabat-sahabat seperjuanganku Anita Trimulia, Reni dan Fanny Rosa Fandini, terimakasih atas dukungannya semoga tali silaturahmi kita selalu terjaga selamanya.
12.
Rekan-rekan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FE UNPAS periode 2011-2012 khususnya Ka Zaky, Ka Ihwan, Ka Akbar SE., Ka Bingky SE., Ka Sammy SE., Ka Jovi dan Azka terimakasih atas semangatnya.
13.
Teman-teman Akuntansi 2009 ulan, tutuy, seni, dyana, tety, dan lain-lain khususnya anak dosen wali Pa Noch terimakasih atas suportnya.
14.
Keluarga besar Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) Angkatan 27, terutama kepada Dedod yang memberikan bantuannya dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini, semoga sukses selalu.
15.
Saudara dan orang-orang terdekat keluarga yang selalu mendukung dan memberikan penulis pembelajaran hidup. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang
positif bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin. Wassalammu’alaikum Wr.Wb. Bandung, Mei 2013 Penulis
Mutdiyanti
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SURAT PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i DAFTAR ISI ………………………………………….………………….…... iv DAFTAR TABEL ……………………………………………..………….….. x DAFTAR GAMBAR …………………………………………….………..…. xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………..………………………..……. 1 1.2. Identifikasi Masalah ……………………………………………… 11 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian …………………………………… 11 1.3.1. Maksud Penelitian …………………………………..…… 11 1.3.2. Tujuan Penelitian ………………………………..……..… 12 1.4. Kegunaan Penelitian …………………………………………..… 13 1.4.1. Kegunaan Praktis ……….………...……………………… 13 1.4.2. Kegunaan Teoritis ……….……………………………….. 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka ………………………..…………………….……. 15 2.1.1. Laporan Keuangan …………..…………………….……… 15
iv
v
2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ….………..……… 15 2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan ………………….. 16 2.1.2. Rasio Keuangan ………………..……………….………… 18 2.1.2.1. Jenis-jenis Rasio Keuangan ……………………... 19 2.1.3. Price to Book Value (PBV) ……..……………..…………. 21 2.1.4. Earning Per Share (EPS) ……………………...…………. 22 2.1.5. Return On Asset (ROA) ……………………..….………… 23 2.1.6. Debt to Equity Ratio (DER) ………………..….………….. 24 2.1.7. Saham ……………………….……………………………. 25 2.1.7.1. Pengertian Saham ……………………………….
25
2.1.7.2. Jenis-jenis Saham ……………………………….
27
2.1.7.3. Jenis-jenis Nilai Saham …………………………
30
2.1.7.4. Manfaat dan Resiko Kepemilikan Saham ………
31
2.1.8. Harga Saham ………………...……………………………. 33 2.1.8.1. Penilaian Harga Saham …………………………. 34 2.1.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham ...…………………………………..……… 36 2.2. Kerangka Pemikiran …………………………………………..…. 37 2.2.1. Pengaruh Price to Book Value dengan Harga Saham …….. 37 2.2.2. Pengaruh Earning Per Share dengan Harga Saham …….... 38 2.2.3. Pengaruh Return On Asset dengan Harga Saham ….…..…. 39 2.2.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham .....… 41 2.3. Hipotesis Penelitian ………………………..…………………….. 42
vi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ………………………………………………. 43 3.1.1. Model Penelitian ………………………………………… 43 3.2. Definisi dan Operasional Variabel ……...……………………… 45 3.2.1. Definisi Variabel ………………………………………… 45 3.2.1.1. Variabel Independen (X1) ………………………. 45 3.2.1.2. Variabel Independen (X2) ………………………. 46 3.2.1.3. Variabel Independen (X3) ………………………. 46 3.2.1.4. Variabel Independen (X4) ………………………. 47 3.2.1.5. Variabel Dependen (Y) …………………………. 47 3.2.2. Operasional Variabel …………………………………….. 48 3.3. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 50 3.3.1. Populasi Penelitian …………………………….………… 50 3.3.2. Teknik Sampel ………………………………...………… 50 3.3.3. Sampel Penelitian …………………………...…………… 52 3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ………………..… 53 3.4.1. Sumber Data …...………………………………………… 53 3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 54 3.5. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis ……………………….. 54 3.5.1. Analisis Data …………………………………………….. 54 3.5.2. Uji Asumsi Klasik ……………………………………….. 55 3.5.2. Uji Normalitas ……………………………………. 56 3.5.3. Uji Multikolinearitas ……………………………… 56
vii
3.5.4. Uji Autokorelasi ………………………………….. 57 3.5.5. Uji Heterokedastisitas …………………………….. 57 3.5.3. Statistika Deskriptif ……………………………………… 58 3.5.4. Analisis Regresi Linear Sederhana ……………………… 59 3.5.5. Analisis Regresi Linear Berganda ……………………….. 60 3.5.6. Analisis Korelasi ………………………………………… 61 3.5.6.1. Analisis Korelasi Parsial …….……………..…… 61 3.5.6.2. Analisis Korelasi Simultan ……………...……… 62 3.5.7. Pengujian Hipotesis ……………………………………… 63 3.5.8. Koefisien Determinasi …………………………………… 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian …………………………………………………. 70 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan …………………………… 70 4.1.2. Perkembangan Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan LQ45 ………………………….…………….. 79 4.1.3. Perkembangan Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan LQ45 …………………….………………….. 84 4.1.4. Perkembangan Return On Asset (ROA) pada Perusahaan LQ45 …………………….………………….. 89 4.1.5. Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) pada Perusahaan LQ45 …………………….………………….. 94 4.1.6. Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan LQ45 ………………………………….…………...…….. 99
viii
4.2. Pembahasan …………………………………………………….. 102 4.2.1. Uji Asumsi Klasik …………………………………..…… 102 4.2.1.1. Uji Normalitas Data …………………………….. 102 4.2.1.2. Uji Multikolinearitas ……………………………. 103 4.2.1.3. Uji Autokorelasi ……………………...………… 105 4.2.1.4. Uji Heterokedastisitas ……………………..…… 105 4.2.2. Analisis Deskriptif ………………………………………. 107 4.2.2.1. Analisis Deskriptif Rasio Price to Book Value (PBV) Perusahaan LQ45 ……………………….. 107 4.2.2.2. Analisis Deskriptif Rasio Earning Per Share (EPS) Perusahaan LQ45 …………………….….. 109 4.2.2.3. Analisis Deskriptif Rasio Return On Asset (ROA) Perusahaan LQ45 …………...………….. 111 4.2.2.4. Analisis Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan LQ45 ………...…………………….. 113 4.2.2.5. Analisis Deskriptif Harga Saham Perusahaan LQ45 …………………..……………………….. 114 4.2.3. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham …………………………………………….. 116 4.2.4. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham …………………………………………….. 123 4.2.5. Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham …………………………………………….. 129
ix
4.2.6. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham …………………………………………….. 135 4.2.7. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Secara Simultan …..…….……………………………………….. 142 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………………………...……………………………. 156 5.2. Saran ……………………………………………………………... 158 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 160 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel
Halaman
1.1. Perkembangan Saham Di Bursa Efek Indonesia ………………………
2
1.2. Jumlah Penggantian Saham dalam Indeks LQ45 ……………………...
9
Operasional Variabel Penelitian ……………………………………….
48
3.2. Gambaran Tahap Penyeleksian Untuk Sampel Perusahaan …………...
52
3.3. Perusahaan-perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian …………….
53
3.4. Tabel Kriteria Penilaian ……………………………………………….
59
3.5. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
62
4.1. Tingkat Rasio Price to Book Value Tahun 2006 – 2010 ……………...
80
4.2. Perkembangan Rasio Price to Book Value Tahun 2006 – 2010 ………
82
4.3. Tingkat Rasio Earning Per Share Tahun 2006 – 2010 …..…………...
83
4.4. Perkembangan Rasio Earning Per Share Tahun 2006 – 2010 ………..
87
4.5. Tingkat Rasio Return On Asset Tahun 2006 – 2010 ……..…………...
90
4.6. Perkembangan Rasio Return On Asset Tahun 2006 – 2010 ……..……
91
4.7. Tingkat Debt to Equity Ratio Tahun 2006 – 2010 ………………..…...
95
4.8. Perkembangan Debt to Equity Ratio Tahun 2006 – 2010 ……….……
96
4.9. Perkembangan Harga Saham Tahun 2007 – 2011 ……….……………
99
3.1
4.10. Hasil Uji Multikolinearitas ……………………………………………. 104 4.11. Hasil Uji Autokorelasi ………………………………………………… 105 4.12. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Price to Book Value ………... 107 4.13. Kriteria Penilaian ……………………………………………………… 108
xi
4.14. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Earning Per Share ..………... 109 4.15. Kriteria Penilaian ……………………………………………………… 110 4.16. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Asset …..………... 111 4.17. Kriteria Penilaian ……………………………………………………… 112 4.18. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio………..……...
113
4.19. Kriteria Penilaian ……………………………………………………… 114 4.20. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham ……………………...
115
4.21. Kriteria Penilaian ……………………………………………………… 116 4.22. Korelasi Rasio Price to Book Value Tergadap Harga Saham …………
117
4.23. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
117
4.24. Regresi Rasio Price to Book Value Tergadap Harga Saham ………….
118
4.25. Hasil Pengujian Uji t …………………………………………………..
120
4.26. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ……………..
122
4.27. Korelasi Rasio Earning Per Share Tergadap Harga Saham …..………
123
4.28. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
124
4.29. Regresi Rasio Earning Per Share Tergadap Harga Saham ……...……. 125 4.30. Hasil Pengujian Uji t …………………………………………………..
126
4.31. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ……………..
128
4.32. Korelasi Rasio Return On Asset Tergadap Harga Saham ……..………
129
4.33. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
130
4.34. Regresi Rasio Return On Asset Harga Saham ………………...………. 131 4.35. Hasil Pengujian Uji t …………………………………………………..
132
4.36. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ……………..
134
xii
4.37. Korelasi Debt to Equity Ratio Tergadap Harga Saham …………..…… 136 4.38. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
136
4.39. Regresi Debt to Equity Ratio Tergadap Harga Saham ………..……….
137
4.40. Hasil Pengujian Uji t …………………………………………………..
139
4.41. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ……………..
141
4.42. Korelasi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham …………..
143
4.43. Kategori Koefisien Korelasi …………………………………………...
143
4.44. Regresi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ………………
144
4.45. Hasil Pengujian Uji F ……………………...…………………………..
147
4.46. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan ….………..
148
4.47. Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………………… 150 4.48. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value Terhadap Harga Saham …………………………………………………………..
150
4.49. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Earning Per Share Terhadap Harga Saham …………………………………………………………..
151
4.50. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Return On Asset Terhadap Harga Saham …………………………………………………………..
152
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap 4.51. Harga Saham …………………………………………………………..
153
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value, Earning 4.52.
Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ……………………………………………………………...…..
154
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar
Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran ………………………………………………… 42
3.1.
Model Penelitian Parsial dan Simultan ……………………………...
44
3.2.
Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Ditolak) ……………………………
65
3.3.
Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Diterima) ………………………….
66
3.4.
Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Ditolak) …………………………
67
3.5.
Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Diterima) ………………………..
68
4.1.
Grafik Rasio Price to Book Value (PBV) …………………………… 83
4.2.
Grafik Rasio Earning Per Share (EPS) ………...…………………… 88
4.3.
Grafik Rasio Return On Asset (ROA) ……….………………………
93
4.4.
Grafik Debt to Equity Ratio (DER) ………….………………………
97
4.5.
Grafik Harga Saham ………………………………………………… 100
4.6.
Normalitas Data ……………………………………………………... 103
4.7.
Grafik Scatterplot …………………………………………………… 106
4.8.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 Terhadap Y ………………………… 120
4.9.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 Terhadap Y ………………………… 127
4.10.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X3 Terhadap Y ………………………… 133
4.11.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X4 Terhadap Y ………………………… 139
4.12.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X1, X2, X3 dan X4 Terhadap Y ………... 147
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat
bertemunya antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. (Jogiyanto, 2003:11) Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: ”Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pasar modal juga mempunyai fungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. (Jogiyanto 2003:12) Pasar modal di Indonesia berangsur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak diaktifkannya kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Peningkatan ini dapat terlihat secara nyata dengan meningkatnya jumlah emiten dari 24 emiten
1
2
pada tahun 1987 menjadi 398 emiten pada tahun 2009. (Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI 2010: 1). Hingga tahun 2011 tercatat terdapat 458 emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. (sumber: www.idx.co.id) Perkembangan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 PERKEMBANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 1994 - 2011
Tahun
Rata-rata Transaksi Harian Nilai Frek. Volume (Rp. (Ribu (Juta) Miliar) X)
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
21.6 43.3 118.6 311.4 366.9 722.6 562.9 603.2 698.8 967.1 1,708.6 1,653.8 1,805.5 4,225.8 3,282.7 6,089.9 5,430.0 4,870,0
104,0 131,5 304,1 489,4 403.6 598.7 513.7 396.4 492.9 518.3 1,024.9 1,670.8 1,841.8 4,269.9 4,435.5 4,046.2 4.800.0 4,960.0
1,5 2,5 7,1 12,1 14.2 18.4 19.2 14.7 12.6 12.2 15.5 16.5 19.9 48.2 55.9 87 105,7 113.6
Indeks Harga Saham Gabungan Tertinggi
Terendah
Akhir
612,888 519,175 637,432 740,833 554,107 716,460 703,483 470.229 551.607 693.033 1,004.430 1,192.203 1,805.523 2,810.962 2,830.263 2,534.356 3.786.097 4,193.441
447,040 414.209 512,478 339,536 256,834 372,318 404,115 342.858 337.475 379.351 668.477 994.770 1,171.709 1,678.044 1,111.390 1,256.109 2.475,572 3.269,451
469,640 469.64 637,432 401,712 398,038 676,919 416,321 392.036 424.945 691.895 1,000.233 1,162.635 1,805.523 2,745.826 1,355.408 2,534.356 3,703.512 3,808.772
Kapitalisasi Pasar (Rp. Triliun)
Jumlah Emiten
104 152 215 160 176 452 260 239 268 460 680 801 1,249 1,988 1,076 2,019 3,247 3,524
217 238 253 282 288 277 287 316 331 333 331 336 344 383 396 398 413 458
(Sumber : idx.co.id dan data diolah)
Saham merupakan sumber keuangan korporasi yang berasal dari pemilik korporasi dan merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa (bursa efek). (Meilinda dan Endang: 2012)
3
Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat yang memerlukan pengukuran untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Oleh sebab itu, seorang investor perlu memperhatikan mengenai kondisi perusahaan yang berhubungan dengan harga saham. (F. Poernamawatie: 2008) Sepanjang tahun 2011, IHSG menguat 3,19 persen. Pada penutupan perdagangan tahun 2010 lalu, indeks berhenti di level 3.703,51. Pada tahun 2011, tercatat IHSG menjadi indeks kedua terbaik di kawasan regional Asia di bawah Bursa Fillipina. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2011 ditutup di level 3.818,072 setelah menguat 13,220 poin (0,34 persen) pada akhir perdagangan. (www.kompas.com | Senin, 2 Januari 2012 | 06:00 WIB ) Sentimen positif mewarnai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (7/9/2012). Saham-saham unggulan diperkirakan akan mendongkrak kenaikan indeks secara signifikan. (www.kompas.com | Jumat, 7 September 2012 | 10:38 WIB) IHSG pada akhir sesi I perdagangan Selasa (13/11/2012) naik 9,95 poin atau 0,23 persen menjadi 4.328,54. LQ45 naik 1,02 poin atau 0,1 persen menjadi 744,07. Sektor pendukung indeks saham terpantau mayoritas bergerak menguat. Sektor agri naik 3,44 poin atau 0,2 persen, sektor infrastruktur naik 4,9 poin atau 0,5 persen dan sektor tambang turun 7,89 poin atau 0,4 persen. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp1,27 triliun dengan volume 2,36 miliar lembar saham. Sebanyak 129 saham menguat, 97 saham melemah dan 100 saham stagnan. (www.okezone.com | Selasa, 13 November 2012 | 12:17 WIB)
4
IHSG Kamis (27/12/2012), naik 0,85 atau setara 0,02 persen ke posisi 4.275,95. Sementara indeks LQ45 terkoreksi 0,17 poin ke posisi 729,42, serta Jakarta Islamic Indeks (JII) naik 0,57 poin atau setara 0,1 persen ke level 587,97. IHSG berpotensi melanjutkan penguatan walaupun terbatas dengan kisaran perdagangan di level 4.250-4.310. Penguatan tipis IHSG kali ini dikarenakan beberapa sektor dalam negeri berada di jalur merah. Sektor perkebunan, konsumer, keuangan, infrastruktur, dan properti harus melemah. Namun beberapa saat
kemudian,
pergerakan
saham
di
sektor
tersebut
mulai
naik.
(www.okezone.com | Kamis, 27 Desember 2012 | 09:32 WIB) Kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2012 terbilang memuaskan. Meski bulan Desember belum berakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mengalami kenaikan 12,94 persen ke 4.316,69 dari tahun lalu, IHSG dapat dikatakan mengalami tren penguatan. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai kapitalisasi pasar saham pada akhir 26 Desember 2012 sebesar Rp4,084 triliun atau naik 15,45 persen dari sebelumnya Rp3,537 triliun pada bulan Desember 2011. (www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB) Sepanjang tahun 2012 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pasang surut. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan pergerakan IHSG meningkat meski belum signifikan bila dibandingkan dengan Bursa Asia Pasifik seperti Nikkei, Hanseng, Straits Times, Sensex, Philippine dan Bangkok. (www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB)
5
Prospek investasi saham di pasar modal Indonesia pada 2013 memiliki ruang tumbuh yang cukup tinggi. Saham sektor infrastruktur, properti, dan barang konsumsi masih menjadi penopang penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG). (www.investor.co.id | Senin, 17/12/12 | 19:49 WIB) Di sisi lain, investasi di pasar modal khususnya saham, dianggap berisiko sangat tinggi. Karena ada faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Misalnya, perubahan ekonomi dunia yang memburuk atau persoalan di industri masingmasing saham. Namun, bagi kalangan tertentu yang memiliki wawasan luas dan kemampuan menganalisis, hal-hal yang sebenarnya bersifat tidak bisa dikontrol bisa diperkirakan sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan dini mengantisipasi hal tersebut. (www.kompas.com | Senin, 1 Oktober 2012 | 09:45 WIB) Tingginya return saham dalam 5-10 tahun terakhir, sangat wajar jika banyak pemilik uang tergoda untuk mengalihkan dananya ke dalam saham. Namun di balik besarnya return, investor tidak boleh mengabaikan tingginya risiko saham. Jika sedang tidak beruntung, investasi saham bisa mengakibatkan kerugian sampai 51 % dalam setahun seperti pada 2008 lalu, atau merosot 65% dalam 15 bulan seperti pada Juni 1997-September 1998. Investor saham di bursa Tokyo harus rela portofolionya turun sampai 75 persen selama 23 tahun terakhir, karena indeksnya pernah mencapai 38.000 pada 1989 dan sekarang tetap berada di 8.700. (www.okezone.com | Minggu, 8 Juli 2012 | 11:57 WIB) Setiap investor akan selalu mempertimbangkan tingkat penghasilan yang akan diharapkan atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa yang akan
6
datang. Namun setelah periode investasinya berlalu, belum tentu tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasinya tersebut seperti yang diharapkan, bisa lebih tinggi atau lebih rendah (F. Poernamawatie: 2008). Suatu organisasi harus memastikan bahwa investasi yang dilakukannya tepat, sebelum melakukan investasi saham. (Dedy Trisno: 2008) Mengingat dalam investasi saham keuntungan di masa yang akan datang tidak dapat diperkirakan secara pasti, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh investor adalah melakukan analisis guna pengambilan keputusan saham apa yang sebaiknya dibeli untuk memaksimalkan keuntungan bagi investor. (F. Poernamawati: 2008) Terdapat dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai dari saham, yaitu analisis sekuritas fundamental dan analisis teknis. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi penjualan) untuk menentukan nilai dari saham. (Jogiyanto 2003: 88) Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham. Sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi. (Jogiyanto 2003: 89). Maka penulis akan menggunakan analisis fundamental dalam penelitian ini. Faktor fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau tingkat pengembalian saham adalah rasio keuangan dan rasio pasar. (Rowland: 2008)
7
Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi rasio profitabilitas, solvabilitas dan rasio pasar. Rasio pasar yang akan digunakan adalah Price to Book Value (PBV), sedangkan rasio profitabilitas yang akan digunakan adalah Earning Per Share (EPS) dan Return On Asset (ROA), kemudian rasio solvabilitasnya adalah Debt to Equity Ratio (DER). Salah satu jenis rasio pasar yang sering dikaitkan dengan harga saham adalah Price to Book Value (PBV), yang merupakan rasio antara harga saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (F. Poernamawatie: 2008). Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan data yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan. EPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham beredar. Besar kecilnya rasio ini dapat empengaruhi harga saham, sehingga investor akan melakukan pembelian saham. (Meilinda dan Endang: 2012) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Jika diperoleh rasio ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif dan hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi investor yang akan menyebabkan peningkatan nilai saham dan karena nilainya meningkat maka saham tersebut akan diminati investor yang akan menyebabkan meingkatnya harga saham perusahaan tersebut. (Stella: 2009)
8
Rasio lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi return saham adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan menjadi semakin berat. Dengan kata lain, DER berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. (Stella: 2009). Seiring dengan meningkatnya investasi yang diperdagangkan di pasar modal Bursa Efek Indonesia, kebutuhan akan informasi bagi investor yang berencana menanamkan modal juga semakin meningkat. Untuk memudahkan informasi mengenai indeks harga saham yang mencerminkan pergerakan saham, Bursa Efek Indonesia mengeluarkan 11 jenis indeks harga saham sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. (Suhendi: 2012) Indeks LQ45 merupakan salah satu dari 11 jenis indeks harga saham yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja perusahaan-perusahaan yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. (Buku
9
Panduan Indeks Harga Saham BEI 2010: 11). Berikut penggantian saham dalam indeks LQ45 dapat di lihat dalam tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Jumlah Penggantian Saham yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 Tahun 2006-2011 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Periode Februari - Juli Tetap Baru
Periode Agustus - Januari Tetap Baru
43 2 39 6 39 6 37 8 39 6 34 11 35 10 37 8 44 1 39 6 40 5 40 5 (Sumber: idx.co.id dan data di olah)
Perusahaan-perusahaan yang dapat mempertahankan posisinya dalam indeks LQ45 pada setiap periode, akan dianggap sebagai perusahaan yang memilliki nilai likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi dan stabil sehingga hal ini akan mempengaruhi minat investor untuk terus menanamkan investasinya. (Suhendi: 2012) Meilinda dan Endang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Eva terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Manufaktur di BEI Tahun 2006-2010 menggunakan variabel-variabel berikut, Return on Asset, Return on Equity, Return on Sales, Earning Per Share, Economic Value Added dan harga saham, adapun hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa dari kelima variabel independen hanya 3 (tiga) variable yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham yaitu ROA, ROS dan EVA. Sedangkan variable lainnya yaitu ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
10
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Stella (2009), dengan judul Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Harga Pasar Saham. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa PER dan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar saham, sedangkan DER dan PBV berpengaruh negatif terhadap harga pasar saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan Fahmi Poernamawatie (2006), dengan judul Pengaruh Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variable PBV dan variable PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu tentang pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dan yang mana di dalamnya terdapat pula hasil yang berbeda satu dengan yang lainnya, maka penulis termotivasi untuk menguji kembali pengaruh PBV, EPS, ROA dan DER terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh faktorfaktor tersebut dengan mengajukan judul penelitian “Pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
11
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang
menjadi pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 2. Bagaimana harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 3. Seberapa besar pengaruh price to book value terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 4. Seberapa besar pengaruh earning per share terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 5. Seberapa besar pengaruh return on asset terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 6. Seberapa besar pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 7. Seberapa besar pengaruh price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham secara simultan (bersama-sama) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, yaitu untuk menganalisis dan membuat kesimpulan mengenai pengaruh price to book value, earning per share,
12
return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar S-1.
1.3.2. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menilai pengaruh price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para investor sebelum melakukan investasi dalam bentuk saham terhadap perusahaan-perusahaan tertentu. Adapun tujuan secara rinci dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 2. Untuk mengetahui harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 3. Untuk mengetahui pengaruh price to book value terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 4. Untuk mengetahui pengaruh earning per share terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 5. Untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
13
6. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. 7. Untuk mengetahui pengaruh price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham secara simultan (bersama-sama) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
1.4.
Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Praktis Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi penulis Membawa wawasan untuk mengetahui pengaruh price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. 2. Bagi Bursa Efek Indonesia Sebagai bahan masukan sampai sejauh mana pengaruh price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
14
3. Bagi investor Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi guna menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian investasi saham yang diharapkan. 4. Bagi BAPEPAM Sebagai informasi perkembangan pasar modal di Indonesia dan sejauh mana pasar modal di Indonesia terhindar dari praktek-praktek tidak sehat. 5. Bagi instansi pendidikan Memperoleh masukan tentang informasi mengenai kualifikasi sarjana yang dibutuhkan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu lulusannya, serta sebagai alat evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan. 6. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk kemunkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai pembahasan harga saham.
1.4.2. Kegunaan Teoritis Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya ilmu akuntansi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1.
Laporan Keuangan
2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:17) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.1 (2012:13): ”Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.”
Kemudian menurut Kashmir (2012:6): “Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu periode tertentu.”
15
16
2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan Mamduh M. Hanafi (2007:12) mengemukakan, secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu: 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Aliran Kas Penjelasan dari ketiga bentuk laporan keuangan di atas adalah sebagai berikut: a. Neraca Pengertian neraca menurut Stice dan Skousen yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar (2009:12): “Neraca melaporkan sumber daya yang dimiliki perusahaan (aset), kewajiban perusahaan (utang) dan selisih bersih antara aset dan kewajiban yang mewakili ekuitas atau pemilik modal.”
Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:12): “Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri).” b. Laporan Laba Rugi Pengertian laporan laba rugi menurut Stice dan Skousen yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar (2009:12): “Untuk rentang waktu tertentu, laporan laba rugi melaporkan aset bersih yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan), aset bersih yang digunakan (beban) dan selisihnya, yang disebut laba bersih. Laporan laba rugi merupakan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu.”
17
Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:15): “Laporan laba rugi melaporkan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Laba bersih merupakan selisih antara total pendapatan dikurangi dengan total biaya. Pendapatan mengukur aliran masuk aset bersih setelah dikurangi hutang dari penjualan barang atau jasa. Biaya mengukur aliran keluar aset bersih karena digunakan atau dikonsumsikan untuk memperoleh pendapatan.” c. Laporan Aliran Kas Pengertian laporan aliran kas menurut Mamduh M. Hanafi (2007:19): “Laporan aliran kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi, dan pendanaan.” Sedangkan menurut Stice dan Skousen yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar (2009:12): “Laporan arus kas melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan oleh perusahaan melalui tiga jenis aktivitas yaitu: operasi, investasi dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai estimasi dan penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan laporan laba rugi.” Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Ada beberapa kasus di mana perusahaan menguntungkan (selalu memeperoleh laba), tetapi tidak mampu membayar hutang-hutangnya kepada supplier, karyawan, dan kreditur-kreditur lainnya. Perusahaanperusahaan yang sedang tumbuh biasanya mengalami kejadian seperti itu; menguntungkan tetapi tidak mempunyai kas yang cukup. (Mamduh M. Hanafi 2007:20)
18
2.1.2.
Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki
kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya utang yang cukup rasional, efesiemsi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran prestasi
yang baik, dan struktur modal
yang sehat
sehingga
tujuan
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang (Agus Sartono 2008:113). Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan diterbitkan. Analisis rasio adalah membandingkan antara unsur-unsur neraca, unsur-unsur laporan laba rugi, unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi, serta rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya. (Mohamad Samsul 2006:143) Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan rugi laba. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu dikaitkan dengan tujuan analis. Apabila analis dilakukan oleh kreditur, aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditur akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih
19
berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. (Husnan S. dan Pudjiastuti 2006:70)
2.1.2.1. Jenis-jenis Rasio Keuangan Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengemukakan bahwa, pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan degan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan rasio quick (sering juga disebut acit test ratio). 2. Rasio Aktivitas Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Empat rasio aktivitas diantaranya adalah rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva. 3. Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung yaitu rasio total hutang terhadap total aset, rasio hutang modal saham, rasio Time Interest Earned, rasio fixed changes coverage. 4. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin, return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan earning per share (EPS). 5. Rasio Pasar Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasiorsio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu PER (Price Earning Ratio), dividend yield dan pembayaran dividen (dividend payout).
20
Sedangkan menurut Husnan S. dan Pudjiastuti (2006:70), analisis rasio keuangan terdiri dari: 1. Rasio-rasio Laverage Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Beberapa rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah rasio hutang, debt to equity ratio, time interest earned, dan debt service coverage. 2. Rasio-rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio yang dipergunakan adalah modal kerja neto dengan total aktiva, current ratio, quick atau acid test ratio. 3. Rasio-rasio Profitabilitas atau Efisiensi. Rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan). Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio rentabilitas ekonomi, rentabilitas modal sendiri atau return on equity, return on investment, profit margin, perputaran aktiva, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. 4. Rasio-rasio Nilai Pasar Rasio-rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut adalah price earning ratio dan market to book value ratio. Menurut Mamduh M. Hanafi (2007:70), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu: -
-
“Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trendtrend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat menculnya tren tertentu. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka ratarata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misal karena perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang
21
-
-
sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataanpernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisis. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan market share akan memberi pandangan baru kenapa penjualan bisa menurun”.
Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi rasio profitabilitas, solvabilitas dan rasio pasar. Rasio pasar yang akan digunakan adalah Price to Book Value (PBV), sedangkan rasio profitabilitas yang akan digunakan adalah Earning Per Share (EPS) dan Return On Asset (ROA), kemudian rasio solvabilitasnya adalah Debt to Equity Ratio (DER).
2.1.3. Price to Book Value (PBV) Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. (Jogiyanto 2003:82) Pengertian Price to Book Value (PBV) menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258):
22
“Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.” Sedangkan menurut Tandelilin (2001:194): “Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya.” Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258), rumus yang digunakan untuk menghitung price to book value adalah sebagai berikut:
Price to Book Value =
2.1.4. Earning Per Share (EPS) Rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai adalah Earning Per Share (EPS) atau laba perlembar saham (Mamduh M. Hanafi 2007:187). Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Irham Fahmi (2012:96): “Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.” Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008): “Rasio Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik
23
perusahaan. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham.” Menurut Irham Fahmi (2012:96), rumus yang digunakan untuk menghitung earning per share adalah sebagai berikut:
Earning Per Share =
EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS bisa digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio PER (Price Earning Ratio). PER adalah harga pasar atau saham dibagi dengan EPS-nya. Mamduh M. Hanafi (2007:191) Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. (Mohamad Samsul 2006:167)
2.1.5. Return on Asset (ROA) Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset (ROA). Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan harga saham. (Tandelilin, 2001: 240)
24
Pengertian Return on Asset (ROA) menurut Mamduh M. Hanafi (2007:159): “Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return on Investment).”
Sedangkan menurut James M. Reeve yang dialih bahasakan oleh Damayanti (2010:332): “Return On Asset (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang menunjukkan efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya.” Rumus yang digunakan untuk perhitungan return on asset menurut Mamduh M. Hanafi (2007:84) adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
2.1.6. Debt to Equity Ratio (DER) Istilah leverage biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap serta memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan (Lukman Syamsudin, 2004:89). Salah satu alat ukur untuk menghitung leverage ratio dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). (Suad Husnan, 2003:70) Pengertian Debt to quity Ratio (DER) menurut M. Hanafi (2007:81):
25
“Debt to quity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur.” Sedangkan menurut Agus Sartono (2008:121): “Semakin tinggi DER maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.” Rumus yang digunakan untuk perhitungan debt to equity ratio menurut Agus Sartono (2008:121) adalah sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
2.1.7.
Saham
2.1.7.1. Pengertian Saham Pengertian saham menurut Tandelilin (2001:18): “Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.” Kemudian menurut Irham Fahmi (2012:81), saham merupakan: 1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana suatu perusahaan. 2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. 3. Persediaan yang siap untuk dijual.
26
Sedangkan menurut Mohamad Samsul (2006:45): “Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Kemudian menurut Suad Husnan (2003:275), saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).” Berdasarkan definisi di atas, menunjukkan bahwa saham merupakan surat berharga dalam bentuk kertas yang mencantumkan nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban pemegangnya yang menunjukkan bukti kepemilikan atau penyertaan modal atas perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham juga dapat dijadikan sebagai persediaan yang siap untuk dijual bagi pemegangnya. Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut. Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham. (Mamduh M. Hanafi 2007:6) Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik terbatas pada modal yang disetorkan (Suad Husnan 2003:275). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS). (Mohamad Samsul, 2006:45)
27
2.1.7.2. Jenis-jenis Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Bila hanya ada satu jenis saham yang diterbitkan, saham ini disebut saham biasa (common stock). Dalam hal ini, setiap saham biasa memiliki hak setara. Untuk menarik pasar investasi yang lebih luas, perseroan dapat menerbitkan satu jenis saham atau lebih dengan berbagai keistimewaan. Contohnya adalah keistimewaan untuk memperoleh dividen lebih dahulu. Saham semacam ini biasanya disebut saham preferen (preferred stock). (James M.Reeve yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian 2010:138) 1. Saham Preferen (Preferred Stock) Pengertian saham prefern menurut Mohamad Samsul (2006:45): “Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuangan.” Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:67): “Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.” Kemudian menurut Suad Husnan (2003:34): “Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividen dengan jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam RUPS.”
28
Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukan bahwa saham preferen merupakan jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif serta mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Walaupun begitu biasanya pemilik saham preferen tidak mempunyai hak dalam RUPS. Jogiyanto (2003:70) mengemukakan bahwa, untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, beberapa macam saham preferen telah dibentuk. Beberapa macam saham preferen menurut Jogiyanto (2003:70) diantaranya: a. Convirtable Preffered Stock Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah di tentukan. Saham preferen semacam ini disebut dengan convirtable preffered stock. Pertukaran dari saham preferen ke saham biasa tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) di perusahaan emiten. Di perusahaan emiten, nilai yang dicatat untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat sebagai rekening Agio Saham. Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran saham tersebut dilakukan langsung dengan perusahaan. b. Callable Preffered Stock Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.
29
c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP) Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill (treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup popular sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas.
2. Saham Biasa (common stock) Pengertian saham biasa menurut Mohamad Samsul (2006:45): “Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila aperusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeksa harga saham didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).” Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:73): “Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan.” Kemudian menurut Suad Husnan (2003:34): “Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya dividen yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.” Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukkan bahwa saham biasa merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan dan akan menerima keuntungan berupa pembayaran dividen setelah dividen saham preferen dibayarkan. Besarnya dividen yang diterima pemegang saham tidak
30
tetap tergantung pada keputusan RUPS. Walaupun begitu, hanya pemegang saham saham biasa yang mempunyai suara dalam RUPS. Irham Fahmi (2012:82) mengemukakan bahwa, common stock memiliki beberapa jenis yaitu: a. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan) Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan dan manajemen yang berkualitas. b. Growth Stock Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain. c. Defensive Stock (saham-saham defensif) Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan dan kinerja pasar. d. Cylical Stock Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat juga saat ekonomi lesuh e. Seasonal Stock Adalah saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan. f. Speculative Stock Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang memungkinkan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.
2.1.7.3. Jenis-jenis Nilai Saham Jogiyanto (2003:79) mengemukakan bahwa setiap jenis saham memiliki beberapa nilai yang terkandung dalam setiap lembar saham tersebut. Nilai yang terkandung dalam setiap lembar saham terdiri dari: 1. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. 2. Nilai Pasar (Market Value)
31
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa. 3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value) Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah nilai seharusnya dari suatu saham. Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:56) saham mempunyai tiga macam nilai yaitu: 1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut 2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham tersebut diperdagangkan di bursa. 3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi. Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrisiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued)., dan investor tersebut bisa mengambil kepputusan untuk menjual saham tersebut. Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini investor sebaiknya membeli saham tersebut. (Tandelilin 2001:183)
2.1.7.4
Manfaat dan Resiko Kepemilikan Saham Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin (2006), pada
dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:
32
1. Dividen (dividend) Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend), artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2. Capital Gain Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan. Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa saham tidak hanya dapat memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga mengandung beberapa resiko, yaitu: 1. Tidak mendapat dividen. Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan kata lain, peluang investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja atau prestasi perusahaan tersebut. 2. Capital Loss Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss. 3. Risiko Likuiditas Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut atau dibubarkan akan di keluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham perusahaan itu tidak tercatat lagi di Bursa sehingga akan menyulitkan investor untuk enjual saham tersebut. Kalaupun ada pihak yang bersedia membeli saham tersebut, tentu saja dengan harga yang relatif rendah. Ketika suatu perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan, pemegang saham akan menempati prioritas yang lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang obligasi. Ini artinya setelah semua asset perusahaan tersebut dijual, hasil penjualan tersebut terlebih dahulu akan dibagikan kepada
33
para kreditor seperti bank dan pemegang obligasi. Jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. Resiko ini sebenarnya relatif jarang terjadi, meskipun demikian pemegang saham tetap perlu waspada dengan jalan mengawasi perkembangan perusahaan sehingga investor dapat menjual sahamnya terlebih dahulu ketika mengetahui perkembangan perusahaan yang semakin kurang berprestasi.
2.1.8.
Harga Saham Pengertian harga saham menurut Agus Sartono (2008:70): “Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.” Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Jogiyanto (2003:88)
bahwa: “Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.”
Sedangkan harga pasar saham menurut Anoraga dan Pakarti (2003:58): “Harga pasar merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price).” Dalam bentuk pasar efisien yang lemah, harga pasar sekuritas dapat diproyeksikan atas dasar pola atau kecenderungan harga sebelumnya. Sedangkan dalam bentuk pasar efisien yang agak kuat, harga pasar sekuritas tidak saja mencerminkan kecenderungan harga periode sebelumnya tetapi juga informasi umum seperti halnya informasi pembayaran dividen, laba perusahaan, penjualan
34
saham baru. Investor tidak dapat secara konsisten memperoleh keuntungan atas dasar informasi yang telah dipublikasikan karena telah tercermin dalam harga pasar saham. Bentuk pasar efisien yang kuat, harga pasar sekuritas mencerminkan kecenderungan perubahan harga periode sebelumnya, informasi yang telah dipublikasikan dan private information. Bentuk yang terakhir ini merupakan bentuk yang ideal karena harga sekuritas merupakan harga yang objektif atau fair price. (Agus Sartono 2008:70)
2.1.8.1.
Penilaian Harga Saham Menurut Sunariyah (2006:168) ada beberapa pendekatan yang dapat
digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: a. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor –faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah: - Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat dieksploitasi ke return abnormal. - Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas. - Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal adalah sebagai berikut: Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan.
35
Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu, penekanannya hanya pada perubahan harga. Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar atau suatu saham. Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada pasar jangka pendek, karena teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek. b. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari ratarata nilai intrinsiknya. 2. Pendekatan portofolio modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa. Sedangkan menurut Stella (2009), untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara: a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisa fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Karena itu seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi atau kinerja perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah nilai saham mewakili nilai perusahaan. 2. Analisa teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis teknikal adalah: a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan
36
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu c. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang Analisa teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang irrasional.
2.1.8.2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Irham Fahmi (2012:87) mengemukakan bahwa, ada beberapa kondisi
dan situasi yang menentukan suatu saham itu mengalami fluktuasi, yaitu: 1. Kondisi mikro dan makro ekonomi; 2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri; 3. Pergantian direksi secara tiba-tiba; 4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan; 5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya; 6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat; 7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham;
Harga saham dapat berubah baik karena adanya informasi baru yang rasional maupun tanpa informasi baru, sehingga perubahan harga tersebut dianggap tidak rasional melainkan emosional. (Mohamad Samsul, 2006:272) Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:91), pada dasarnya kenaikan atau penurunan permintaan saham tidak terlepas dari berbagai informasi informasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: a. Informasi yang bersifat fundamental, informasi ini berkaitan dengan perusahaan. b. Informasi yang bersifat teknis, informasi ini mencerminkan kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
37
c. Informasi yang berkaitan dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter. Pergerakan harga saham setiap detik selalu dipelajari oleh banyak day trader yang berdagang dengan cara beli pagi hari dan jual sore hari, atau jual pagi hari dan beli sore hari. (Mohamad Samsul, 2006:166) Harga saham dinyatakan dalam kelipatan Rp25 (disebut satu point). Jadi apabila harga saham dikatakan naik 5 point, berarti harga saham tersebut naik sebesar Rp125. (Suad Husnan, 2003:31)
2.2.
Kerangka Pemikiran
2.2.1.
Pengaruh Price to Book Value dengan Harga Saham Tandelilin (2001:194) mengungkapkan hubungan antara harga pasar
saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Menurut Subekti dan Surono (2002) Price to Book Value (PBV) merupakan salah satu rasio yang digunakan investor dalam menilai harga saham tertentu di pasar modal. Sedangkan menurut F. Poernamawati (2008), rasio Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan demikian, makin tinggi rasio tersebut, makin berhasil dan mampu perusahaan
38
menciptakan nilai bagi pemegang saham, dimana semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga permintaan akan saham tersebut naik, kemudian mendorong harga saham perusahaan tersebut. Sitinjak (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham, menemukan hasil bahwa ROE, PER dam DER secara signifikan tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan PBV secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap harga saham.
2.2.2.
Pengaruh Earning Per Share dengan Harga Saham Tandelilin (2001:233) menyatakan bahwa EPS sebagai informasi yang
dianggap paling mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning di masa depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning di masa depan karena EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai intristik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan. Menurut Meilinda dan Endang (2012), Earning Per Share (EPS) adalah data yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan. EPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan harga pasar saham bisa memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan dibanding dengan uang yang ditanam pemilik perusahaan. Besar kecilnya rasio ini dapat mempengaruhi harga saham, sehingga investor akan melakukan pembelian saham.
39
Sedangkan menurut Neneng dan Aryati (2008), Earning Per Share (EPS) dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang disajikan, dapat digunakan sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan lain sebagai salah satu analisis fuindamental yang didalamnya terdapat informasi tentang laba yang diperoleh emiten. Bagi emiten, EPS ini dapat digunakan dalam penentuan keputusan investasi yang menyangkut minat jual dan minat beli saham di pasar modal. Bila apresiasi investor positif terhadap suatu perusahaan, maka akan berdampak pada melonjaknya harga pasar saham perusahaan tersebut di bursa saham. Neneng dan Aryati (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada perusahaan manufaktur, menemukan hasil bahwa EPS mempunyai korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham.
2.2.3.
Pengaruh Return on Asset dengan Harga Saham Menurut Stella (2009), Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara
laba setelah pajak terhadap total asset. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa
perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva
untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan.
40
Menurut Meilinda dan Endang (2012), hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan. Efektivitas kinerja perusahaan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Dedy dan Fransiska (2008), Return on Asset (ROA) yang tinggi tentunya akan memberikan isu positif kepada investor karena perusahaan mampu menghasilkan profit berdasarkan tingkat asset tertentu. Hal ini akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian semakin besar. Hal ini tentunya mempunyai dampak pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal, yaitu harga sahamnya menjadi semakin meningkat. Dengan kata lain ROA berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Dedy dan Fransiska (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh rasio profitabilitas yang diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham memperoleh hasil bahwa rasio NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan rasio ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
41
2.2.4.
Pengaruh Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham Menurut Stella (2009), Debt to Equity Ratio (DER) dipergunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total stakeholders equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan dengan pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Dengan kata lain, DER berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan negatif artinya daya tarik investor pun menurun. Dengan demikian perusahaan tidak akan diminati oleh investor dan hal tersebut akan berdampak pada penurunan penjualan saham sehingga harga saham pun akan semakin menurun. Stella (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham menemukan hasil bahwa PER menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan DER dan PBV menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham. ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Seluruh penjelasan di atas memberikan suatu pemikiran bahwa beberapa rasio keuangan diperkirakan dapat mempengaruhi harga saham. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran yang disajikan sebagai berikut:
42
Price to Book Value (X1) Earning Per Share (X2)
Harga Pasar Saham (Y) Return on Asset (X3) Debt to Equity Ratio (X4)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh dari price to book value terhadap harga saham. 2. Terdapat pengaruh dari earning per share terhadap harga saham. 3. Terdapat pengaruh dari return on asset terhadap harga saham. 4. Terdapat pengaruh dari debt to equity ratio terhadap harga saham. 5. Terdapat pengaruh dari price to book value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio secara simultan terhadap harga saham.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2012:4), adalah sebagai
berikut: “Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengatasi masalah”.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti, yaitu pengaruh price to book value, earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio terhadap harga saham. Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2012:53) adalah sebagai berikut: “Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel independen karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel dependen).” Dalam penelitian ini, metode deskriptif akan dipakai untuk menjelaskan tentang beberapa rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari price to book value, earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio dan harga saham.
43
44
Sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model dan pembuktian yang berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Analisis verifikatif merupakan analisis untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari hipotesis yang dilakukan. Analisis ini bermaksud untuk mengetahui hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh price to book value, earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio terhadap harga saham.
3.1.1. Model Penelitian Model penelitian yang dibuat berdasarkan judul skripsi ini yaitu: “Pengaruh price to book value, earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio terhadap harga saham”, dapat digambarkan sebagai berikut:
Price to Book Value (X1) Earning Per Share (X2)
Harga Pasar Saham (Y) Return on Asset (X3) Debt to Equity Ratio (X4)
Gambar 3.1 Model Penelitian Parsial dan Simultan
45
Variabel independen dalam penelitian ini adalah beberapa rasio keuangan perusahaan yaitu sebagai berikut, (X1) adalah Price to Book Value, (X2) adalah Earning Per Share, (X3) adalah Return on Asset dan (X4) adalah Debt to Equity Ratio. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah harga saham.
3.2.
Definisi dan Operasional Variabel
3.2.1. Definisi Variabel Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price to Book Value sebagai variabel X1, Earning Per Share sebagai variabel X2, Return On Asset sebagai variabel X3 dan Debt to Equity Ratio sebagai variabel X4 serta variabel dependen (terikat) adalah Harga Saham sebagai variabel Y.
3.2.1.1. Variabel Independen (X1): Price to Book Value Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur dengan melihat perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Nilai buku saham merupakan perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Price to Book Value =
Sumber: Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258)
46
3.2.1.2. Variabel Independen (X2): Earning Per Share Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur dengan melihat perbandingan antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Earning Per Share =
Sumber: Irham Fahmi (2012:96)
3.2.1.3. Variabel Independen (X3): Return On Asset Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur dengan melihat perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang dinyatakan dalam angka persen. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
Sumber: Mamduh M. Hanafi (2007:84)
47
3.2.1.4. Variabel Independen (X4): Debt to Equity Ratio Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan yang dinyatakan dalam angka persen. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Sumber: Agus Sartono (2008:121)
3.2.1.5. Variabel Dependen (Y): Harga Saham Variabel ini merupakan variabel independen (Y). Variabel ini merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga penututpnya (closing price). Dalam penelitian ini indikator harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham penutupan (closing price) setiap bulan dan dibagi dengan 12.
3.2.2. Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu, “Pengaruh Price to book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham”, terdapat lima variabel yaitu: 1. Price to Book Value sebagai variabel independen (X1)
48
2. Earning Per Share sebagai variabel independen (X2) 3. Return On Asset sebagai variabel independen (X3) 4. Debt to Equity Ratio sebagai variabel independen (X4) 5. Harga Saham sebagai variabel dependen (Y)
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian No.
Variabel
Konsep Variabel
Penelitian Price Price to
1.
to
Book
merupakan
Value
Indikator
Skala
Price to Book Value =
perbandingan
Book Value
antara harga pasar dannilai
(X1)
buku saham. (Husnan S. dan Pudjiastuti, 2006:258)
Rasio (Husnan S. dan Pudjiastuti, 2006:258)
Earning Per Share adalah bentuk Earning 2.
Per Share (X2)
pemberian
Earning Per Share =
keuntungan yang diberikan kepada
para
saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. (Irham Fahmi, 2012:96)
Rasio
pemegang (Irham Fahmi, 2012:96)
49
Return
on
Asset
mengukur
kemampuan
perusahaan
3.
(ROA)
menghasilkan
Return on
laba dengan menggunakan
Asset
total aset (kekayaan) yang
(X3)
dipunyai perusahaan setelah
Return on Asset = Rasio
disesuaikan dengan biaya-
(Mamduh M. Hanafi,
biaya untuk mendanai aset
2007:159)
tersebut.
(Mamduh
M.
Hanafi, 2007:159) Debt to Equity Ratio adalah
4.
Debt to
perbandingan antara dana
Equity
yang berasal dari pemilik
Ratio
dengan dana yang berasal
(X4)
dari kreditur. (Mamduh M.
Debt to Equity Ratio = Rasio
(Mamduh M. Hanafi,
Hanafi, 2007:82)
2007:82) Harga dari suatu saham pada pasar
yang
sedang
berlangsung atau jika pasar Harga 5.
Saham (Y)
sudah ditutup, maka harga pasar
adalah
2003:58)
dan
Closing Price Rasio
harga
penutupnya (closing price). (Anoraga
Rata-rata
Pakarti,
(Anoraga dan Pakarti, 2003:58)
50
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1.
Populasi Penelitian Populasi menurut Sugiyono (2012:115) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap harga saham. Maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan data laporan keuangan perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama lima tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011, sehingga diperoleh jumlah populasi sebanyak 95 perusahaan.
3.3.2.
Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2012:116). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik Nonprobability Sampling. Pengertian teknik Nonprobability Sampling menurut Sugiyono (2012:120) adalah sebagai berikut: “Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sempel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Pengertian Purposive Sampling menurut Sugiyono (2012:122) adalah sebagai berikut:
51
“Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang telah penulis tentukan, oleh karena itu penulis memilih teknik purposive sampling dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah: a. Semua perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. b. Perusahaan tersebut secara periodik menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. c. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan non keuangan. d. Setiap
perusahaan
yang
dijadikan
sampel
penelitian,
memiliki
kelengkapan data yang dibutuhkan, terutama yang menyangkut data yang akan diteliti. Adapun jumlah sampel perusahaan yang masuk ke dalam kriteria dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
52
Tabel 3.2 Gambaran Tahap Penyeleksian Untuk Sampel Penelitian Keterangan Jumlah perusahaan Indeks LQ45 2006-2011.
Jumlah Perusahaan 95
Pelanggaran kriteria perusahaan yang dijadikan sampel penelitian: - Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak terdaftar secara berturut-turut selama periode tahun 2006 sampai
(80)
2011. - Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode tahun
(0)
2006-2011. - Perbankan yang masuk ke dalam Indeks LQ45
(4)
antara tahun 2006-2011. - Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak memiliki data
(0)
lengkap selama periode tahun 2006-2011 Total perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel
3.3.3.
11
Sampel Penelitian Sugiyono (2012:116), menyebutkan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah perusahaan yang
masuk ke dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 secara berturut-turut dan memiliki kriteria tertentu yang
53
mendukung penelitian. Adapun perusahaan-perusahaan LQ45 yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Perusahaan-perusahaan LQ45 yang menjadi sampel penelitian No.
Kode Emiten
Keterangan
1
AALI
Astra Agro Lestari Tbk.
2
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk.
3
ASII
Astra International Tbk.
4
INCO
Vale Indonesia Tbk.
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
6
ISAT
Indosat Tbk.
7
PGAS
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
8
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
9
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
10
UNSP
Bakrie Sumatra Plantations Tbk.
11
UNTR
United Tractors Tbk. Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
3.4.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1. Sumber Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. (Sugiyono 2012:13)
54
Di lihat dari sember datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Adapun menurut Sugiyono (2012:402) yang dimaksud dengan data sekunder adalah: “Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.”
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yang mana pada tahap ini, penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sebanyak-banyaknya untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah data dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji literatur-literatur berupa bukubuku, jurnal, makalah, maupun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data juga diperoleh dari situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal, dan data lainnya.
3.5.
Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis
3.5.1. Analisis Data Pengertian analisis data menurut Sugiyono (2012:206) adalah sebagai berikut: “Analisis data merupakan kegiatan setelah data diolah dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
55
menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan.”
Untuk mengetahui pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham, maka digunakan teknik analisis data statistik parametris. Sugiyono (2012:208) mengemukakan, bahawa statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik parametis dengan menggunakan model Regresi Linear Berganda. Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa analisis regresi bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara variabel-variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Untuk masuk ke model regresi tersebut, data harus diuji asumsi klasik terlebih dahulu. Perhitungan analisis data seluruhnya akan dibantu dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows.
3.5.2.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ada tidaknya bias atas hasil
analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat keakuratnnya. (F. Poernamawatie, 2008). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas (Dedy dan Fransiska, 2008).
56
3.5.2.1. Uji Normalitas Nugroho (2005:18) menjelaskan bahwa data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Ghozali (2009:10) menjelaskan bahwa jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
3.5.2.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model Nugroho (2005:58). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara variabel independen (Dedy dan Fransiska, 2008). Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10.
57
b. Mengkolerasikan antara variabel independen, apabila memiliki korelasi yang sempurna (lebih dari 0,5), maka terjadi problem multikolinearitas demikian sebaliknya.
3.5.2.3. Uji Autokorelasi Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Singgih Santoso (2000:218) mengemukakan uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin Watson (DW test). Adapun cara mendeteksi terjadinya autokorelasi secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut: a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
3.5.2.4. Uji Heterokedastisitas Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
58
tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Singgih
Santoso
(2000:210)
mengemukakan,
deteksi
adanya
heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3.
Statistika Deskriptif Statistik deskriptif merupakan analisis yang meneliti objek dalam
keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun dan disampaikan (Sugiyono, 2011:206). Dalam analisis ini akan dilakukan pembahasan mengenai Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset, Debt to Equity Ratio dan harga saham. Analisis deskriptif yang digunakan adalah nilai maksimum, nilai minimum dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk menentukan kategori penilaian setiap nilai rata-rata (mean) perubahan pada variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah sebagai berikut: a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria
59
b. Menentukan selisih nilai maksimum dan minimum = (nilai mkas - nilai min) c. Menentukan range (jarak interval kelas) = d. Menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian e. Membuat tabel distribusi frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel penelitian: Tabel 3.4 Tabel Kriteria Penilaian RENDAH
Batas bawah (nilai min)
(range)
Batas atas 1
SEDANG
(Batas atas 1) +0,01
(range)
Batas atas 2
TINGGI
(Batas atas 2) +0,01
(range)
Batas atas 3
SANGAT TINGGI
(Batas atas 3) +0,01
(range)
Batas atas 4 (nilai maks)
Keterangan: Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum 3.5.4. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal variabel independen dengan variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi linear sederhana adalah: Y = α + bX (Sumber: Sugiyono, 2012: 270)
60
Dimana: X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan α = Harga Y bila X = 0 (harga konstan) b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen
3.5.5. Analisis Regresi Linear Berganda Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat (Meilinda 2012). Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e (Sumber: Sugiyono, 2012: 277) Dimana: Y
= Harga Saham
α
= Konstanta
β1-4 = Koefisien Regresi X1
= Price to Book Value
X2
= Earning Per Share
61
3.5.6.
X3
= Return On Asset
X4
= Debt
e
= eror, kesalahan baku
to Equity Ratio
Analisis Korelasi
3.5.6.1. Analisis Korelasi Parsial Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien pearson correlation product moment, untuk menguji hubungan asosiatif/hubungan bila datanya berbentuk interval atau rasio (Sugiyono, 2012:216). Adapun rumus dari korelasi Pearson ini adalah sebagai berikut:
rxy =
n ( X 1 Y) ( X 1 )( Y) {n ( X 1 ) ( X 1 ) 2 }{n ( Y 2 ) ( Y) 2 } 2
(Sumber: Sugiyono, 2012:248) Dimana : r = Koefisien korelasi x = Variabel independen y = Variabel dependen n = Banyak sampel
62
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini: Tabel 3.5 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
3.5.6.2. Analisis Korelasi Simultan Analisis korelasi simultan digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Korelasi koefisien tersebut didapat dengan rumus sebagai berikut:
Ryx1x2x3x4 =
√
(Sumber: Sugiyono, 2012:256) Dimana : Ryx1x2x3x4 = Korelasi antara variabel X1, X2, X3, dengan X4 secara bersamasama dengan variabel Y ryx1
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
63
ryx2
= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
ryx3
= Korelasi Product Moment antara X3 dengan Y
ryx4
= Korelasi Product Moment antara X4 dengan Y
rx1x2x3x4 = Korelasi Product Moment antara X1, X2, X3, dengan X4
3.5.7. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F). Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh variabel-variabel bebas yaitu Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Menurut Nazir (2003:394), tingkat signifikan (significant level) yang sering digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Disamping itu tingkat signifikansi ini umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Tingkat signifikansi 0,05 artinya adalah kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. a. Uji Parsial (t-test) Uji t (t-test) dimaksudkan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan (dalam regresi majemuk) (F. Poernamawatie, 2008).
64
Dalam hal ini, variabel independennya adalah Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:
Merumuskan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut: H0 : β1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham. H0 : β2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham. Ha : β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham. H0 : β3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham. H3 : β3 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham. H0 : β4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Ha : β4 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham.
65
Menghitung Uji t (t-test)
√ √ (Sumber: Sugiyono, 2012:250) Dimana: t
= nilai uji t
r
= koefisien korelasi
r2
= koefisien determinasi
n-2 = derajat kebebasan distribusi student
Kriteria Pengambilan Keputusan 1).
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t hitung
-t tabel
0
t tabel
t hitung
Gambar 3.2 Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Ditolak) Keterangan: Jika t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel maka H0 ditolak atau nilai Sig < α
66
2).
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
0
t hitung
t tabel
Gambar 3.3 Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Diterima) Keterangan: Jika t hitung < t tabel atau –t hitung > -t tabel maka H0 diterima atau nilai Sig > α
b. Uji Simultan (F-test) Uji F digunakan untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan variasi pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen (Meilinda, 2008). Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut :
Merumuskan Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:
67
H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham.
Menghitung Uji F (F-test)
(Sumber: Sugiyono, 2012:257) Dimana:
R
= koefisien korelasi berganda
k
= jumlah variabel independen
n
= jumlah anggota sampel
Kriteria Pengambilan Keputusan 1).
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-f hitung
-f tabel
0
f tabel
f hitung
Gambar 3.4 Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Ditolak)
68
Keterangan: Jika f hitung > f tabel atau –f hitung < -f tabel maka H0 ditolak atau nilai Sig < α
2).
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-f tabel
-f hitung
0
f hitung
f tabel
Gambar 3.5 Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Diterima) Keterangan: Jika f hitung < f tabel atau –f hitung > -f tabel maka H0 diterima atau nilai Sig > α
3.5.8.
Koefisien Determinasi Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial digunakan koefisien determinasi (Kd) dengan rumus sebagai berikut : KD = r2 x 100% (Sumber: Sugiyono 2012: 257) Dimana: KD = Koefisien Determinasi r
= Koefisien Regresi
69
Koefisien determinasi (KD) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 . Nilai KD yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:49).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan
1. Astra Agro Lestari Tbk. PT Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan yang berkedudukan di Indonesia. Kegiatan utama Perusahaan adalah operasi kelapa sawit, karet dan kakao, perdagangan umum, manufaktur, transportasi, konsultasi dan layanan terkait. 4059-hektar perkebunan kelapa sawit minyaknya terletak di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan mempunyai anak Perkebunan anak perusahaan dan pabrik berlokasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. PT. Astra Agro Lestari Tbk didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997, Perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian penggabungan usaha. Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh).
70
71
2. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) didirikan dengan nama "Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli1968. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut. Kegiatan usaha Perusahaan dimulai pada tahun 1989 bergerak dalam bidang perdagangan terutama rokok. Sejak tahun 2002, Perusahaan bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama “Alfamart” yang berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Cikarang, Bandung, Sidoarjo, Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang, Bali, Klaten, Makassar, Balaraja dan Palembang. Pada tanggal 27 Nopember 1997, Perusahaan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Pada tanggal 27 Nopember 1997, seluruh saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
72
3. PT. Astra International Tbk. PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat ASII berdomosili di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd, perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle & Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di Bermuda. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan
dan
penyewaan
alat
berat,
pertambangan
dan
jasa
terkait,
pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.
4. PT. Vale Indonesia Tbk. PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk) (INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo, Citibank Tower, Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi di Sorowako, Sulawesi Selatan.
73
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO adalah
dalam
eksplorasi
dan
penambangan,
pengolahan,
penyimpanan,
pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya. Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INCO kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.
5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INDF kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
74
dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.
6. PT. Indosat Tbk. PT Indosat Tbk (ISAT) didirikan tanggal 10 Nopember 1967 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1969. Kantor pusat ISAT berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta dan memiliki 4 kantor regional yang terletak di Jakarta, Surabaya, Batam dan Balikpapan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ISAT adalah melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, jasa telekomunikasi serta teknologi informasi dan/atau jasa teknologi konvergensi. Pada tahun 1994, ISAT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ISAT kepada masyarakat sebanyak 103.550.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Oktober 1994.
7. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) didirikan tahun 1859 dengan nama “Firma L. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage”. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah Belanda, PGAS diberi nama “NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM)”. Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama PGAS diganti menjadi
75
“Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG)” yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai “Perusahaan Negara Gas (PN. Gas)”. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah menjadi perusahaan umum (“Perum”) dengan nama “Perusahaan Umum Gas Negara”. Perubahan terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun 1994, PGAS diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi “PT Perusahaan Gas Negara (Persero)”. Kantor pusat PGAS berlokasi di di Jl. K.H. Zainul Arifin No. 20, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PGAS adalah melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga, perencanaan, pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan distribusi gas buatan; atau usaha lain yang menunjang usaha. Saat ini, usaha utama PGAS adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri, komersial dan rumah tangga.
8. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) didirikan tanggal 02 Maret 1981. Kantor pusat PTBA terletak di Menara Kadin Indonesia Lt. 9 & 15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Pada tahun 1993,
76
PTBA ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Satuan Kerja Pengusahaan Briket Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTBA adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan
umum,
eksplorasi,
eksploitasi,
pengolahan,
pemurnian,
pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasajasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya. Pada tanggal 03 Desember 2002, PTBA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) PTBA kepada masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,per saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I sebanyak 173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002.
9. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk / TELKOM
(TLKM)
pada
mulanya
merupakan
bagian
dari
“Post
en
Telegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi
77
perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya Perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Perusahaan menjalankan kegiatan yang meliputi: (a)Usaha Utama: Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan, dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika (b)Usaha Penunjang: 1).Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika. 2).Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perusahaan, yang antara lain meliputi pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Jumlah saham Perusahaan sesaat sebelum penawaran umum perdana (Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual saham Perusahaan yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di Bursa
78
Efek New York (“NYSE”) dan Bursa Efek London (“LSE”) atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares (“ADS”). Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu.
10. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) didirikan di Indonesia pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij” dan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Luas tanaman perkebunan UNSP dan Entitas Anak adalah 124.734 hektar. UNSP berdomisili di Kisaran dengan kantor pusat berlokasi di Jl. H. Juanda, Kisaran 21202, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, sedangkan perkebunan serta pabriknya berlokasi di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha kegiatan UNSP meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan pengangkutan hasil tanaman dan produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini, Perusahaan bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman dan industri.
11. PT. United Tractors Tbk. PT United Tractors Tbk (UNTR) didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973. UNTR berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18
79
cabang, 17 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Perusahaan melalui pemegang saham utama, PT Astra International Tbk (Astra), adalah bagian dari Jardine Matheson Holdings Ltd. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNTR dan entitas anak (bersama-sama disebut “Grup”) meliputi penjualan dan penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor pertambangan terpadu. Pada tahun 1989, UNTR melalui Penawaran Umum Perdana Saham menawarkan 2.700.000 lembar sahamnya kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran sebesar Rp7.250,- per saham.
4.1.2
Perkembangan Price to Book Value pada Perusahaan LQ45 Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar
dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya (Husnan S. dan Pudjiastuti, 2006:258). Adapun cara untuk menghitung Price to Book Value ini adalah sebagai berikut:
Price to Book Value =
80
Hasil penghitungan tingkat rasio Price to Book Value (PBV) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Tingkat Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010 No.
KODE
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Harga Pasar Total Ekuitas Jumlah Saham {1} {2} Beredar {3} 12,600 2,748,567 1,575 28,000 4,060,602 1,575 9,800 5,156,245 1,575 22,750 6,226,365 1,575 26,200 7,211,687 1,575 8,000 4,281,602 1,908 4,475 8,763,579 9,538 1,090 8,063,138 9,538 2,200 8,148,939 9,538 2,460 9,580,098 9,538 15,700 22,375,766 4,048 27,300 26,962,594 4,048 10,550 33,080,000 4,048 34,700 39,894,000 4,048 54,550 49,310,000 4,048 31,000 15,187,071 994 96,250 13,059,707 9,936 1,930 16,653,680 9,936 3,650 14,916,459 9,936 4,875 15,081,604 9,936 1,350 4,931,086 9,444 2,575 7,126,596 9,444 930 8,498,749 8,780 3,550 10,155,495 8,780 4,875 16,784,671 8,780
Nilai Buku PBV {4}= {2}/{3} {5}= {1}/{4} 1,745.40 7.22 2578.58 10.86 3,274.34 2.99 3,953.89 5.75 4,579.59 5.72 2,244.39 3.56 918.76 4.87 845.33 1.29 854.32 2.58 1,004.37 2.44 5,527.13 2.84 6,660.14 4.10 8,171.22 1.29 9,854.37 3.52 12,180.25 4.48 15,284.37 2.03 1,314.34 4.85 1,676.04 1.15 1,501.20 2.43 1,517.82 3.21 522.13 2.59 754.60 3.84 967.92 0.96 1,156.61 3.97 1,911.60 2.55
81
6
ISAT
7
PGAS
8
PTBA
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
6,750 8,650 5,750 4,725 5,400 11,600 15,350 1,860 3,900 4,425 3,525 12,000 6,900 17,250 22,950 10,100 10,150 6,900 9,450 7,950 970 2,275 260 580 390 6,550 10,900 4,400 15,500 23,800
15,201,745 5,434 2,797.56 2.41 16,544,730 5,434 3,044.71 2.95 17,409,621 5,434 3,203.87 1.79 17,957,690 5,434 3,304.73 1.43 17,850,646 5,434 3,285.03 1.64 5,576,033 4,537 1,229.02 9.44 6,307,978 4,540 1,389.46 11.45 7,075,257 22,967 308.06 8.80 17,732,080 22,967 483.97 8.06 13,868,573 22,967 572.10 7.73 2,295,460 2,304 996.24 3.54 2,799,118 2,304 1,214.83 10.77 3,998,132 2,304 1,735.20 3.98 5,701,372 2,304 2,474.41 6.97 6,366,736 2,304 2,763.18 8.31 28,068,689 20,160 1,392.30 7.25 33,748,579 20,160 1,674.04 6.43 34,314,071 20,160 1,702.09 4.35 38,989,747 20,160 1,934.02 4.89 44,418,742 20,160 2,203.31 3.61 642,485 2,331 275.63 3.52 2,385,206 3,788 629.70 3.73 2,470,178 3,788 652.11 0.40 2,669,843 3,788 704.82 0.82 8,318,408 3,788 613.73 0.64 4,594,437 2,852 1,611.17 4.07 5,733,335 2,852 2,010.56 5.42 11,131,607 3,327 3,345.96 1.32 13,843,710 3,327 4,161.17 3.72 16,136,338 3,327 4,850.30 4.91 (Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
Gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat rasio Price to Book Value (PBV) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
82
Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010 No.
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AALI ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA TLKM UNSP UNTR
Rata-rata pertahun
2006 7.22 3.56 2.84 2.03 2.59 2.41 9.44 3.54 7.25 3.52 4.07
2007 10.86 4.87 4.10 4.85 3.84 2.95 11.45 10.77 6.43 3.73 5.42
Tahun 2008 2.99 1.29 1.29 1.15 0.96 1.79 8.80 3.98 4.35 0.40 1.32
4.41
6.30
2.57
2009 5.75 2.58 3.52 2.43 3.97 1.43 8.06 6.97 4.89 0.82 3.72
2010 5.72 2.44 4.48 3.21 2.55 1.64 7.73 8.31 3.61 0.64 4.91
4.01
4.11
Rata-rata Rasio 6.51 2.95 3.25 2.73 2.78 2.04 9.10 6.71 5.31 1.82 3.89
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013) Berdasarkan tabel 4.2 di atas, rasio Price to Book Value (PBV) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata rasio PBV yang paling tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,30. Sedangkan rata-rata rasio PBV yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,57. Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata rasio PBV yang paling tinggi dicapai oleh PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu dengan rata-rata sebesar 9,1. Sedangkan rata-rata PBV yang paling rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yaitu dengan rata-rata 1,82. Adapun grafik yang menunjukkan perubahan rasio Price to Book Value (PBV) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
83
Price to Book Value AALI
14.00
ANTM
12.00
ASII
10.00
INCO
8.00
INDF ISAT
6.00
PGAS
4.00
PTBA TLKM
2.00
UNSP 2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.1 Grafik Rasio Price to Book Value (PBV) Dari gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rasio Price to Book Value (PBV) terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,4. Sedangkan rasio Price to Book Value (PBV) tertinggi terdapat pada PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu sebesar 11,45 pada tahun 2007. Untuk tahun 2006 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio PBV paling tinggi yaitu sebesar 9,44. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,03. Untuk tahun 2007 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio PBV paling tinggi yaitu sebesar 11,45. Sedangkan PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,95.
84
Untuk tahun 2008 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,80. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,40. Untuk tahun 2009 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,06. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,82. Untuk tahun 2010 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,31. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,64.
4.1.3
Perkembangan Earning Per Share pada Perusahaan LQ45 Rasio Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2008). Adapun cara untuk menghitung Earning Per Share (EPS) adalah sebagai berikut:
Earning Per Share =
Hasil penghitungan tingkat rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
85
Tabel 4.3 Tingkat Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010 No.
KODE
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
6
ISAT
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Pendapatan Setelah Pajak {1} 787,318 1,973,428 2,631,019 1,660,649 2,016,780 1,552,777 5,132,460 1,368,139 604,307 1,683,400 3,712,097 6,519,273 9,191,000 10,040,000 14,366,000 4,633,056 11,048,826 3,934,510 1,607,544 3,926,645 661,210 980,357 1,034,389 2,075,861 2,952,858 1,410,093 2,042,043 1,878,522 1,498,245 647,174
Jumlah Saham Beredar {2} 1,575 1,575 1,575 1,575 1,575 1,908 9,538 9,538 9,538 9,538 4,048 4,048 4,048 4,048 4,048 994 9,936 9,936 9,936 9,936 9,444 9,444 8,780 8,780 8,780 5,434 5,434 5,434 5,434 5,434
EPS {3} = {1}/{2} 499.97 1,253.17 1,670.76 1,054.55 1,280.70 813.96 538.08 143.43 63.35 176.49 916.94 1,610.35 2,270.30 2,480.02 3,548.60 4,662.74 1,111.96 395.97 161.78 395.18 70.01 103.81 117.81 236.42 336.30 259.50 375.79 345.70 275.72 119.10
86
7
PGAS
8
PTBA
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
1,892,705 1,572,565 633,860 6,229,043 6,239,361 485,670 760,207 1,707,771 2,727,734 2,008,891 11,005,577 12,857,018 10,619,470 11,332,140 11,536,999 172,898 206,575 173,569 252,783 805,630 930,372 1,493,037 2,660,742 3,817,541 3,872,931
4,537 4,540 22,967 22,967 22,967 2,304 2,304 2,304 2,304 2,304 20,160 20,160 20,160 20,160 20,160 2,331 3,788 3,788 3,788 3,788 2,852 2,852 3,327 3,327 3,327
417.17 346.39 27.60 256.96 257.38 210.78 329.93 741.18 1,183.84 871.86 545.91 637.75 526.76 562.11 572.27 74.17 54.54 45.82 66.73 59.44 326.26 523.58 799.77 1,147.48 1,164.13
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013) Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
87
Tabel 4.4 Perkembangan Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010 No. Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AALI ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA TLKM UNSP UNTR
Rata-rata pertahun
2006
2007
Tahun 2008
499.97 813.96 916.94 4,662.74 70.01 259.50 417.17 210.78 545.91 74.17 326.26 799.76
1,253.17 538.08 1,610.35 1,111.96 103.81 375.79 346.39 329.93 637.75 54.54 523.58 625.94
1,670.76 143.43 2,270.30 395.97 117.81 345.70 27.60 741.18 526.76 45.82 799.77 644.10
2009
2010
1,054.55 63.35 2,480.02 161.78 236.42 275.72 256.96 1,183.84 562.11 66.73 1,147.48 680.81
1,280.70 176.49 3,548.60 395.18 336.30 119.10 257.38 871.86 572.27 59.44 1,164.13 798.31
Rata-rata Rasio 1,151.83 347.06 2,165.24 1,345.53 172.87 275.16 261.10 667.52 568.96 60.14 792.24
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013) Berdasarkan tabel 4.4 di atas, rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata rasio EPS yang paling tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 799,76/lembar. Sedangkan rata-rata rasio EPS yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 625,94/lembar. Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata rasio EPS yang paling tinggi dicapai oleh PT. Astra International Tbk. (ASII) yaitu dengan rata-rata sebesar Rp. 2.165,24/lembar. Sedangkan rata-rata EPS yang paling rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yaitu dengan rata-rata Rp. 60,14/lembar. Adapun grafik yang menunjukkan perubahan rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
88
Earning Per Share AALI
5,100.00 4,600.00 4,100.00 3,600.00 3,100.00 2,600.00 2,100.00 1,600.00 1,100.00 600.00 100.00
ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA
TLKM UNSP 2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.2 Grafik Rasio Earning Per Share (EPS) Dari gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa rasio Earning Per Share (EPS) terendah terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 27,60/lembar. Sedangkan rasio Earning Per Share (EPS) tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu dengan sebesar Rp. 4.662,74/lembar pada tahun 2006. Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki rasio EPS paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.662,74/lembar. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar Rp.70,01/lembar. Untuk tahun 2007 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS paling tinggi yaitu sebesar Rp. 1.610,35/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 54,54/lembar.
89
Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS paling tinggi yaitu sebesar Rp. 2.270,30/lembar. Sedangkan PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar Rp.27,60/lembar. Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS paling tinggi yaitu sebesar Rp.2.480,02/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar Rp.66,73/lembar. Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS paling tinggi yaitu sebesar Rp. 5.548,60/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar Rp.59,44/lembar.
4.1.4
Perkembangan Return On Asset pada Perusahaan LQ45 Menurut Mamduh M. Hanafi (2007:159), Return on Asset (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Adapun cara untuk menghitung Return On Asset (ROA) adalah sebagai berikut: Return On Asset = Hasil penghitungan tingkat rasio Return On Asset (ROA) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
90
Tabel 4.5 Tingkat Rasio Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2010 No.
KODE
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
6
ISAT
7
PGAS
8
PTBA
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Laba Bersih {1} 787,318 1,973,428 2,631,019 1,660,649 2,016,780 1,552,777 5,132,460 1,368,139 604,307 1,683,400 3,712,097 6,519,273 9,191,000 10,040,000 14,366,000 4,633,056 11,048,826 3,934,510 1,607,544 3,926,645 661,210 980,357 1,034,389 2,075,861 2,952,858 1,410,093 2,042,043 1,878,522 1,498,245 647,174 1,892,705 1,572,565 633,860 6,229,043 6,239,361 485,670 760,207 1,707,771 2,727,734 2,008,891
Total Asset {2} 3,496,955 5,352,986 6,519,791 7,571,399 8,791,799 7,290,906 12,037,917 10,245,041 9,939,996 12,310,732 57,929,290 63,519,598 80,740,000 88,938,000 112,857,000 19,157,656 17,775,499 20,176,295 19,224,454 19,663,930 16,112,493 29,527,466 39,594,264 40,382,953 47,275,955 34,228,658 45,305,086 51,693,323 55,041,487 52,818,187 15,113,902 20,348,341 25,550,580 28,892,626 32,087,431 3,107,734 3,928,071 6,106,828 8,078,578 8,722,699
ROA {3} = {1}/{2} 22.51 36.87 40.35 21.93 22.94 21.30 42.64 13.35 6.08 13.67 6.41 10.26 11.38 11.29 12.73 24.18 62.16 19.50 8.36 19.97 4.10 3.32 2.61 5.14 6.25 4.12 4.51 3.63 2.72 1.23 12.52 7.73 2.48 21.56 19.44 15.63 19.35 27.96 33.77 23.03
91
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
11,005,577 75,135,745 14.65 12,857,018 82,058,760 15.67 10,619,470 91,256,250 11.64 11,332,140 97,559,606 11.62 11,536,999 99,758,447 11.56 172,898 1,783,001 9.70 206,575 4,310,904 4.79 173,569 4,700,319 3.69 252,783 5,071,797 4.98 805,630 18,502,257 4.35 930,372 11,247,846 8.27 1,493,037 13,002,619 11.48 2,660,742 22,847,721 11.65 3,817,541 24,404,828 15.64 3,872,931 29,700,914 13.04 (Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat Return On Asset (ROA) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Perkembangan Rasio Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2010 No.
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
AALI ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA TLKM
2006 2007 22.51 36.87 21.30 42.64 6.41 10.26 24.18 62.16 4.10 3.32 4.12 4.51 12.52 7.73 15.63 19.35 14.65 15.67
Tahun Rata-rata 2008 2009 2010 Rasio 40.35 21.93 22.94 28.92 13.35 6.08 13.67 19.41 11.38 11.29 12.73 10.41 19.50 8.36 19.97 26.83 2.61 5.14 6.25 4.28 3.63 2.72 1.23 3.24 2.48 21.56 19.44 12.75 27.96 33.77 23.03 23.95 11.64 11.62 11.56 13.03
92
10 UNSP 11 UNTR Rata-rata pertahun
9.70 8.27 13.04
4.79 11.48 19.89
3.69 4.98 4.35 5.50 11.65 15.64 13.04 12.02 13.48 13.01 13.47 (Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, Return On Asset (ROA) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata ROA yang paling tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar 19,89. Sedangkan rata-rata ROA yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2009 yaitu sebesar 13,01. Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata ROA yang paling tinggi dicapai oleh PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu dengan rata-rata sebesar 26,83. Sedangkan rata-rata ROA yang paling rendah dicapai oleh PT. Indosat Tbk. (ISAT) yaitu dengan rata-rata 3,20. Adapun grafik yang menunjukkan perubahan Return On Asset (ROA) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
93
Return On Asset 70.00
AALI ANTM
60.00
ASII 50.00
INCO INDF
40.00
ISAT
30.00
PGAS 20.00
PTBA
10.00
TLKM UNSP
0.00 2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.3 Grafik Rasio Return On Asset (ROA) Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rasio Return On Asset (ROA) terendah terdapat pada PT. Indosat Tbk. (ISAT) pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,23. Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu sebesar 62,16 pada tahun 2007. Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 24,18. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 4,10. Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 62,16. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 3,32.
94
Untuk tahun 2008 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 40,35. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,61. Untuk tahun 2009 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 33,77. Sedangkan PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,72. Untuk tahun 2010 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 23,03. Sedangkan PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 1,23.
4.1.5
Perkembangan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan LQ45 Menurut Suad Husnan (2003:70), salah satu alat ukur untuk menghitung
leverage ratio dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur. (Mamduh M. Hanafi, 2007:82). Adapun cara untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut: Debt to Equity Ratio = Hasil penghitungan tingkat Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
95
Tabel 4.7 Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2006-2010 No.
KODE
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
6
ISAT
7
PGAS
8
PTBA
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Total Debt {1} 657,846 1,150,575 1,183,215 1,144,783 1,334,542 3,009,300 3,273,118 2,130,970 1,748,127 2,709,897 31,498,444 31,511,736 40,163,000 40,006,000 54,168,000 3,970,585 4,715,792 3,522,615 4,307,995 4,582,326 10,523,697 18,679,042 26,435,324 24,886,781 22,423,117 18,826,293 28,462,986 33,994,764 36,753,204 34,581,701 8,980,245 13,311,532 17,508,659 15,892,626 16,986,477 800,093 1,116,799 2,029,169 2,292,740 2,281,451
Total Equity {2} 2,748,567 4,060,602 5,156,245 6,226,365 7,211,687 4,281,602 8,763,579 8,063,138 8,148,939 9,580,098 22,375,766 26,962,594 33,080,000 39,894,000 49,310,000 15,187,071 13,059,707 16,653,680 14,916,459 15,081,604 4,931,086 7,126,596 8,498,749 10,155,495 16,784,671 15,201,745 16,544,730 17,409,621 17,957,690 17,850,646 5,576,033 6,307,978 7,075,257 17,732,080 13,868,573 2,295,460 2,799,118 3,998,132 5,701,372 6,366,736
DER {3}={1}/{2} 0.24 0.28 0.23 0.18 0.19 0.70 0.37 0.26 0.21 0.28 1.41 1.17 1.21 1.00 1.10 0.26 0.36 0.21 0.29 0.30 2.13 2.62 3.11 2.45 1.34 1.24 1.72 1.95 2.05 1.94 1.61 2.11 2.47 1.35 1.22 0.35 0.40 0.51 0.40 0.36
96
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
38,879,969 309,005,419 47,258,399 47,636,512 43,343,684 1,140,516 1,924,315 2,229,141 2,401,056 9,955,000 6,606,651 7,216,432 11,644,916 10,453,748 13,535,508
28,068,689 33,748,579 34,314,071 38,989,747 44,418,742 642,485 2,385,206 2,470,178 2,669,843 8,318,408 4,594,437 5,733,335 11,131,607 13,843,710 16,136,338
1.39 1.16 1.38 1.22 0.98 1.78 0.81 0.90 0.90 1.20 1.44 1.26 1.05 0.76 0.84
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013) Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Perkembangan Rasio Debt to Equty Ratio (DER) Tahun 2006-2010 No.
Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
AALI ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA TLKM UNSP UNTR
Rata-rata pertahun
2006 0.24 0.70 1.41 0.26 2.13 1.24 1.61 0.35 1.39 1.78 1.44 1.14
2007 0.28 0.37 1.17 0.36 2.62 1.72 2.11 0.40 1.16 0.81 1.26 1.11
Tahun 2008 0.23 0.26 1.21 0.21 3.11 1.95 2.47 0.51 1.38 0.90 1.05 1.21
Rata-rata
2009 0.18 0.21 1.00 0.29 2.45 2.05 1.35 0.40 1.22 0.90 0.76 0.98
2010 0.19 0.28 1.10 0.30 1.34 1.94 1.22 0.36 0.98 1.20 0.84 0.89
Rasio 0.22 0.36 1.18 0.28 2.33 1.78 1.75 0.40 1.23 1.12 1.07
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
97
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata DER yang paling tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,11. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2010 yaitu sebesar 0,89. Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata DER yang paling tinggi dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu dengan rata-rata sebesar 2,33. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu dengan rata-rata 0,22. Adapun grafik yang menunjukkan perubahan Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Deb to Equity Ratio 3.50
AALI
3.00
ANTM ASII
2.50
INCO INDF
2.00
ISAT
1.50
PGAS
1.00
PTBA
0.50
TLKM UNSP
-
2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 4.4 Grafik Rasio Debt to Equty Ratio (DER)
UNTR
98
Dari gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa Debt to Equty Ratio (DER) terendah terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,22. Sedangkan Debt to Equty Ratio (DER) tertinggi terdapat pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar 3,1 pada tahun 2008. Untuk tahun 2006 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki DER paling tinggi yaitu sebesar 2,13. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,24. Untuk tahun 2007 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki DER paling tinggi yaitu sebesar 2,62. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,28. Untuk tahun 2008 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki DER paling tinggi yaitu sebesar 2,47. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,21. Untuk tahun 2009 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki DER paling tinggi yaitu sebesar 2,45. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,18. Untuk tahun 2010 PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki DER paling tinggi yaitu sebesar 1,94. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,19.
99
4.1.6. Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan LQ45 Menurut Agus Sartono (2008:70), harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2003:58), harga pasar merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupnya (closing price). Dalam penelitian ini, harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham penutupan (closing price) setiap bulan dan dibagi dengan 12 (perhitungan dapat dilihat pada lampiran). Gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Perkembangan Harga saham Tahun 2007-2011 No.
Perusahaan
1 AALI 2 ANTM 3 ASII 4 INCO 5 INDF 6 ISAT 7 PGAS 8 PTBA 9 TLKM 10 UNSP 11 UNTR Rata-rata pertahun
2007 17,112.50 7,593.75 18,629.17 62,729.17 1,937.92 7,166.67 11,308.33 6,381.25 10,183.33 1,587.92 8,566.67 13,926.97
Rata-rata Harga Saham 2008 2009 2010 20,370.83 17,995.83 22,429.17 2,493.75 1,869.58 2,241.67 19,179.17 24,358.33 47,595.83 5,015.83 3,489.58 4,345.83 2,085.42 2,104.17 4,179.17 6,208.33 5,110.42 5,312.50 8,539.58 2,972.92 4,016.67 10,939.58 11,941.67 18,204.17 7,829.17 7,983.33 15,183.33 1,352.50 615.83 408.75 10,039.58 11,145.83 19,745.83 8,550.34 8,144.32 13,060.27
2011 22,195.83 1,883.75 62,550.00 4,125.00 5,300.00 5,269.50 3,545.83 19,583.33 7,425.00 353.75 23,716.67 14,177.15
Rata-rata
20,020.83 3,216.50 34,462.50 15,941.08 3,121.33 5,813.48 6,076.67 13,410.00 9,720.83 863.75 14,642.92
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
100
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, harga saham pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata harga saham yang paling tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 14.177,15/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 8.144,32/lembar. Selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 rata-rata harga saham yang paling tinggi dicapai oleh PT. Astra International Tbk. (ASII) yaitu dengan rata-rata sebesar Rp. 34.462,50/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham yang paling rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yaitu dengan rata-rata Rp. 863,75/lembar. Adapun grafik yang menunjukkan perubahan harga saham pada perusahaan LQ45 selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Harga Saham 100,000.00
10,000.00
1,000.00
100.00 2007
2008
2009
2010
Gambar 4.5 Grafik Harga Saham
2011
AALI ANTM ASII INCO INDF ISAT PGAS PTBA TLKM UNSP UNTR
101
Dari gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa perubahan harga saham terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 353,75/lembar. Sedangkan perubahan harga saham tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 62.729,17/lembar. Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki harga saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.729,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 1.587,92/lembar. Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 19.179,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 1.352,50/lembar. Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 24.358,33/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 615,83/lembar. Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 47.595,83/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 408,75/lembar. Untuk tahun 2011 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.550/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
102
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar Rp. 353,75/lembar.
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ada tidaknya bias atas hasil analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat keakuratnnya. (F. Poernamawatie, 2008). Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows.
4.2.1.1. Uji Normalitas Data Nugroho (2005:18) menjelaskan bahwa data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Setelah dilaksanakan uji normalitas pada data yang akan digunakan, hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
103
Gambar 4.6 Normalitas Data Dilihat dari gambar grafik normalitas di atas (Normal P-Plot of Regression Standardized Residual) terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal dan tidak terpencar jauh, hal ini menunjukan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
4.2.1.2. Uji Multikolinearitas Nugroho (2005:58) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Cara mendeteksi multikoliniearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance
104
Inflation Factor (VIF). Dedy dan Fransiska (2008) menjelaskan bahwa model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara variabel independen. Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) PBV
.833
1.200
EPS
.857
1.166
ROA
.525
1.905
DER
.631
1.585
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari model tidak mengalami gejala multikolinearitas karena memiliki tolerance yang lebih besar dari 0,01 dan VIF yang lebih kecil dari 10
105
4.2.1.3. Uji Autokorelasi Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian gejala autokorelasi dilakukan dengan uji DurbinWatson (DW). Untuk selengkapnya, hasil uji autokorelasi dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson (DW) ditunjukkan pada tabel betikut ini: Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
R Square a
.970
b
.941
.937
3333.4225
1.914
a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson statistik yang didapatkan dari penghitungan pada tabel di atas, menunjukkan nilai sebesar 1.914, nilai tersebut terletak di antara -2 sampai +2. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini bebas dari autokorelasi.
4.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi
106
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Singgih Santoso (2000:210) mengemukakan, deteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Untuk selengkapnya hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada grafik scatterplot berikut ini:
Gambar 4.7 Grafik Scatterplot Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas karena titik menyebar secara tidak teratur atau tidak
107
membentuk suatu pola tertentu serta titik menyebar di atas dan di bawah angka nol.
4.2.2.
Analisis Deskriptif
4.2.2.1. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Price to Book Value (PBV) Perusahaan LQ45 Dari data tabel 4.2 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Price to Book Value (PBV) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Price to Book Value (PBV) Descriptive Statistics N
Minimum
PBV
55
Valid N (listwise)
55
.4
Maximum 11.5
Mean 4.281
Std. Deviation 2.7426
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.12 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Price to Book Value (PBV) pada 11 perusahaan LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 4,281. Rasio Price to Book Value (PBV) maksimum terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) pada tahun 2007 sebesar 11,5 kali yang artinya bahwa nilai pasar perlembar saham lebih besar 11,5 kali dari nilai bukunya. Sedangkan rasio Price to Book Value (PBV) minimum terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) pada tahun 2008 sebesar 0,4 kali yang artinya bahwa nilai pasar perlembar saham hanya lebih besar 0,4 kali dari nilai bukunya.
108
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price to Book Value (PBV), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata rasio Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 4,281. 3. Nilai tertinggi rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 11,5 dan nilai terendah sebesar 0,4. 4. Selisih dari nilai tertinggi (11,5) dan terendah (0,4) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 2,775 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval. Range =
= 2,775
Tabel 4.13 Kriteria Penilaian Kriteria
Interval
Rendah
0,4 - 3,775
Sedang
3,776 - 5,95
Tinggi
5,96 - 8,725
Sangat Tinggi
8,726 - 11,5
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 4,281 menunjukkan bahwa tingkat rasio PBV perusahaan LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria “sedang” karena berada pada interval 3,776 - 5,95.
109
4.2.2.2. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Earning Per Share (EPS) Perusahaan LQ45 Dari data tabel 4.4 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Earning Per Share (EPS) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.14 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Earning Per Share (EPS) Descriptive Statistics N
Minimum
EPS
55
Valid N (listwise)
55
27.6
Maximum 4662.7
Mean 709.787
Std. Deviation 866.6197
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.14 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Earning Per Share (EPS) pada 11 perusahaan LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp. 709,787/lembar. Rasio Earning Per Share (EPS) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2006 sebesar Rp. 4.662,7/lembar yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar Rp. 4.662,7/lembar saham yang beredar. Sedangkan rasio Earning Per Share (EPS) minimum terdapat pada perusahaan Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) pada tahun 2008 sebesar Rp. 27,6/lembar yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar Rp. 27,6/lembar saham yang beredar. Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Earning Per Share (EPS), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
110
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) adalah sebesar 709,787. 3. Nilai tertinggi rasio Earning Per Share (EPS) sebesar 4.662,7 dan nilai terendah sebesar 27,6. 4. Selisih dari nilai tertinggi (4.662,7) dan terendah (27,6) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval. Range =
= 1.158,775
Tabel 4.15 Kriteria Penilaian Kriteria
Interval
Rendah
27,6 - 1.186,37
Sedang
1186,38 - 2.345,15
Tinggi
2.345,16 - 3.503,92
Sangat Tinggi
3.503,93 - 4.662,7
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) sebesar Rp.709,787/lembar menunjukkan bahwa tingkat rasio EPS perusahaan LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria “rendah” karena berada pada interval 27,6 - 1.186,37.
111
4.2.2.3. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Return On Asset (ROA) Perusahaan LQ45 Dari data tabel 4.6 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Return On Asset (ROA) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Asset (ROA) Descriptive Statistics N
Minimum
ROA
55
Valid N (listwise)
55
1.2
Maximum 62.2
Mean 14.577
Std. Deviation 11.7354
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.16 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Return On Asset (ROA) pada 11 perusahaan LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 14,577. Rasio Return On Asset (ROA) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2008 sebesar 62,2 yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar 62,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) minimum terdapat pada PT. Indosat Tbk. (ISAT) pada tahun 2010 sebesar 1,2 yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar 1,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan. Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Asset (ROA), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
112
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) adalah sebesar 14,577. 3. Nilai tertinggi rasio Return On Asset (ROA) sebesar 62,2 dan nilai terendah sebesar 1,2. 4. Selisih dari nilai tertinggi (62,2) dan terendah (1,2) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 15,25 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval. Range =
= 15,25 Tabel 4.17
Kriteria Penilaian Kriteria
Interval
Rendah
1,2 – 16,45
Sedang
16,46 – 31,71
Tinggi
31,72 - 46,97
Sangat Tinggi
46,98 – 62,2
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) sebesar 14,577 menunjukkan bahwa tingkat rasio ROA perusahaan LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria “rendah” karena berada pada interval 1,2 – 16,45.
113
4.2.2.4. Analisis Statistik Desktiptif Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan LQ45 Dari data tabel 4.8 dapat dihitung nilai statistik deskriptif Debt to Equity Ratio (DER) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.18 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER) Descriptive Statistics N
Minimum
DER
55
Valid N (listwise)
55
Maximum
.2
3.1
Mean 1.066
Std. Deviation .7324
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.18 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada 11 perusahaan LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 1,066 kali. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) maksimum terdapat pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) pada tahun 2008 sebesar 3,1 yang artinya bahwa 3,1 hutang perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan. Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) minimum terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada tahun 2009 sebesar 0,2 yang artinya bahwa hanya terdapat 0,2 hutang perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan perusahaan. Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Debt to Equity Ratio (DER), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
114
2. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 1,006. 3. Nilai tertinggi Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 3,1 dan nilai terendah sebesar 0,2. 4. Selisih dari nilai tertinggi (3,1) dan terendah (0,2) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 0,725 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval. Range =
= 0,725
Tabel 4.19 Kriteria Penilaian Kriteria
Interval
Rendah
0,2 - 0,925
Sedang
0,926 - 1,65
Tinggi
1,66 - 2,37
Sangat Tinggi
2,38 - 3,1
5. Dilihat dari nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,006 menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria “sedang” karena berada pada interval 0,926 - 1,65.
4.2.2.5. Analisis Statistik Desktiptif Harga Saham Perusahaan LQ45 Dari data tabel 4.9 dapat dihitung nilai statistik deskriptif harga saham dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
115
Tabel 4.20 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham Descriptive Statistics N
Minimum
HARGA SAHAM
55
Valid N (listwise)
55
353.8
Maximum 62729.2
Mean 11571.809
Std. Deviation 13256.2189
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.20 di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata harga saham pada 11 perusahaan LQ45 pada periode 2007 sampai dengan 2011 adalah sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Hal ini mempunyai arti bahwa rata-rata harga saham perusahaan yang diteliti bernilai positif sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Harga saham maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 sebesar Rp. 62.729,2/lembar. Sedangkan harga saham minimum terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) sebesar Rp. 353,8/lembar pada tahun 2011. Untuk menentukan penilaian atas rata-rata harga saham, dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. 2. Nilai rata-rata harga saham adalah sebesar 11.571,809. 3. Nilai tertinggi harga saham sebesar 62.729,2 dan nilai terendah sebesar 353,8. 4. Selisih dari nilai tertinggi (62.729,2) dan terendah (353,8) yang kemudian dibagi 4 didapat hasil sebesar 15583,85 yang digunakan sebagai nilai range untuk setiap interval. Range =
= 15583,85
116
Tabel 4.21 Kriteria Penilaian Kriteria
Interval
Rendah
353,8 - 15.947,65
Sedang
15.947,66 - 31.541,5
Tinggi
31.541,6 - 47.135,35
Sangat Tinggi
47.135,35 - 15583,85
5. Dilihat dari nilai rata-rata harga saham sebesar Rp. 11.571,809/lembar menunjukkan bahwa tingkat harga saham perusahaan LQ45 pada tahun 2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria “rendah” karena berada pada interval 353,8 - 15.947,65.
4.2.3. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analsisi Korelasi Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).
117
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.22 Korelasi Rasio Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham Correlations PBV PBV
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N HARGA SAHAM
.108 .433
55
55
Pearson Correlation
.108
1
Sig. (2-tailed)
.433
N
55
55
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.23 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y) adalah 0,108. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y) adalah sangat rendah dan hubungan tersebut positif. Nilai positif
118
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan Price to Book Value maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya diketahui dengan bentuk persamaan regresinya. Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.24 Regresi Rasio Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) PBV
Std. Error
9341.053
3346.775
521.116
660.050
Coefficients Beta
t
.108
Sig.
2.791
.007
.790
.433
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 9.341,05 + 521,116 X1 Persamaan berikut :
regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai
119
a) Nilai koefisien konstanta 9.341,05 memiliki arti bahwa pada saat rasio Price to Book Value sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah sebesar RP.9.341,05/lembar. b) Nilai koefisien regresi b=521,116 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1 satuan akan diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.521,116 lembar.
3. Pengujian Hipotesis (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio Price to Book Value dengan harga saham. Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Price to Book Value terhadap harga saham adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel dibawah ini:
120
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) PBV
Coefficients
Std. Error
9341.053
3346.775
521.116
660.050
Beta
t
.108
Sig.
2.791
.007
. 790
.433
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Nilai thitung = 0,790, sig. = 0.433 Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50 Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007 . Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X1 tampak sebagai berikut:
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
0 t hitung = 0,790 t tabel = 2,007
Gambar 4.8 Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 terhadap Y Keputusan : Karena nilai thitung < ttabel atau 0,790 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,433 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, bahwa Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
121
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredy Hermawan dan Nurdhiana (2012) yang menunjukkan bahwa variabel Price to Book Value (PBV) bernilai positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal, cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham, dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan. Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PBV tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip. Selain itu, Tryfino (2009:11) menyatakan bahwa memang tidak ada ukuran pasti mahal tidaknya suatu harga saham jika diukur dari ratio PBV-nya karena hal ini sangat tergantung pada ekspektasi dan kinerja perusahaan atau saham tersebut.
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).
122
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Model Summary
Model 1
R .108
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
b
.012
-.007
13302.6962
a. Predictors: (Constant), PBV b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0,1082 x 100% = 1,2%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 1,2%, sedangkan sisanya 98,8% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain EPS, ROA, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
123
4.2.4. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analsisi Korelasi Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.27 Korelasi Parsial Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Correlations EPS EPS
Pearson Correlation
HARGA SAHAM 1
Sig. (2-tailed)
.000
N HARGA SAHAM
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
**
.945
55
55
**
1
.945
.000
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
55
55
124
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.28 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y) adalah 0,945. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y) adalah sangat kuat dan hubungan tersebut positif. Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan Earning Per Share maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya diketahui dengan bentuk persamaan regresinya. Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:
125
Tabel 4.29 Regresi Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
1308.858
763.824
14.459
.686
EPS
Coefficients Beta
t
.945
Sig. 1.714
.092
21.090
.000
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 1308,858 + 14,459 X2 Persamaan
regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai
berikut : a) Nilai koefisien konstanta 1308,858 memiliki arti bahwa pada saat rasio Earning Per Share sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah sebesar Rp.1308,858/lembar. b) Nilai koefisien regresi b=14,459 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan akan
diikuti
dengan
kenaikan
tingkat
harga
saham
sebesar
Rp.14,459/lembar.
3. Pengujian Hipotesis (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Earning Per Share dengan harga saham.
126
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Earning Per Share terhadap harga saham adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.30 Hasil Perhitungan Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) EPS
Std. Error
1308.858
763.824
14.459
.686
Coefficients Beta
t
.945
Sig. 1.714
.092
21.090
.000
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Nilai thitung = 21,090, sig. = 0,000 Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50 Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007 Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X2 tampak sebagai berikut:
127
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t hitung
-t tabel
0
t tabel t hitung = 2,007 = 21,090
Gambar 4.9 Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 terhadap Y Keputusan : karena nilai thitung > ttabel atau 21,090 > 2,007 dan sig < 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Meilinda dan Endang (2012) serta Neneng dan Aryati (2008) yang menyatakan bahwa variabel Earning Per Share (EPS) bernilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat korelasi sangat kuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tandelilin (2001:233), bahwa EPS sebagai informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning di masa depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning di masa depan karena EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai intristik
saham
perusahaan
dibanding
harga
pasar
saham
perusahaan
bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.
128
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.31 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Model Summary
Model 1
R
R Square a
.945
.894
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .892
4366.1931
a. Predictors: (Constant), EPS
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.9452 x 100% = 89,4%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 89,4%, sedangkan sisanya 10,6% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain PBV, ROA, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
129
4.2.5. Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Return On Asset (ROA) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.32 Korelasi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Correlations ROA ROA
Pearson Correlation
HARGA SAHAM 1
Sig. (2-tailed) N HARGA SAHAM
.203 .138
55
55
Pearson Correlation
.203
1
Sig. (2-tailed)
.138
N
55
55
130
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.33 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y) adalah 0,203. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y) adalah rendah dan hubungan tersebut positif. Nilai positif menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan Return On Asset maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya diketahui dengan bentuk persamaan regresinya. Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:
131
Tabel 4.34 Regresi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ROA
Std. Error
8233.101
2833.176
229.039
151.938
Coefficients Beta
t
.203
Sig. 2.906
.005
1.507
.138
. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 8233,101 + 229,039 X3 Persamaan
regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai
berikut : a) Nilai koefisien konstanta 8233,101 memiliki arti bahwa pada saat rasio Return On Asset sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah sebesar Rp. 8233,101/lembar. b) Nilai koefisien regresi b=229,039 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan akan diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.229,039/lembar.
3. Pengujian Hipotesis (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Return On Asset dengan harga saham.
132
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Return On Asset terhadap harga saham adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.35 Hasil Perhitungan Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) ROA
Std. Error
8233.101
2833.176
229.039
151.938
Coefficients Beta
t
.203
Sig. 2.906
.005
1.507
.138
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Nilai thitung = 1,507 sig. = 0,138 Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50 Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007 Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X3 tampak sebagai berikut:
133
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
0 t hitung = 1,507 t tabel = 2,007
Gambar 4.10 Kurva Uji Hipotesis Parsial X3 terhadap Y Keputusan : karena nilai thitung < ttabel atau 1,507 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,138 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, bahwa Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko (2006), Meilinda dan Endang (2012) serta Stella (2009) yang menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal, cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham, dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan. Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana
134
laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip. Selain itu, Stella (2009) mengungkapkan bahwa tidak berpengaruhnya ROA terhadap harga saham dimungkinkan karena pasar efek Indonesia yang bisa dibilang terkategori dalam pasar yang sedang berkembang (emerging market) masih sarat dengan intervensi dari pemerintah, sehingga banyak aturan-aturan main pasar efek yang tidak dapat berjalan dengan seharusnya.
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Model Summary
Model 1
R
R Square a
.203
.041
a. Predictors: (Constant), ROA
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .023
13102.7489
135
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.2032 x 100% = 4,1%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 4,1%, sedangkan sisanya 95,9% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain PBV, EPS, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
4.2.6. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analsisi Korelasi Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
136
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.37 Korelasi Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Correlations DER DER
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N HARGA SAHAM
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.251 .065
55
55
-.251
1
.065 55
55
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.38 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y) adalah -0,251. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
137
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y) adalah rendah dan hubungan tersebut negatif. Nilai negatif menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah, sehingga apabila terjadi kenaikan Debt to Equity Ratio maka akan diikuti oleh penurunan harga saham perusahaan.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya diketahui dengan bentuk persamaan regresinya. Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.39 Regresi Debt to Equtiy Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
16410.231
3104.513
DER
-4537.310
2406.836
Coefficients Beta
t
-.251
Sig. 5.286
.000
-1.885
.065
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 16.410,231 – 4.537,310 X4
138
Persamaan
regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai
berikut : a) Nilai koefisien konstanta 16.410,231 memiliki arti bahwa pada saat rasio Debt to Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah sebesar Rp.16.410,231/lembar. b) Nilai koefisien regresi b = -4.537,310 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1 satuan akan diikuti dengan penurunan tingkat harga saham sebesar Rp.4.537,310/lembar.
3. Pengujian Hipotesis (uji t) Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio Debt to Equity Ratio dengan harga saham. Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Debt to Equity Ratio terhadap harga saham adalah sebagai berikut: H0 : β1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Ha : β1 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel dibawah ini:
139
Tabel 4.39 Hasil Perhitungan Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
16410.231
3104.513
DER
-4537.310
2406.836
Beta
t
-.251
Sig. 5.286
.000
-1.885
.065
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Nilai thitung = -1,885 sig. = 0,065 Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50 Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007 Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X4 tampak sebagai berikut:
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel = -2,007
-t hitung
0
t hitung
t tabel
= -1,885
Gambar 4.11 Kurva Uji Hipotesis Parsial X4 terhadap Y Keputusan : karena nilai -thitung > -ttabel atau -1,885 > -2,007 dan sig > 0,05 atau 0,065 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
140
Artinya, bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003) yang menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) bernilai negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal, cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham, dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan. Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DER tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip. Selain itu, Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003) menjelaskan bahwa tidak adanya pengaruh signifikan antara DER dengan harga saham kemungkinan dikarenakan variabel DER tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga saham sehingga DER memiliki pengaruh kecil terhadap harga saham. dibandingkan dengan daya tarik investor yang berasal
141
dari informasi mengenai saham unggulan sehingga DER memiliki pengaruh kecil terhadap harga saham.
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.41 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Model Summary
Model 1
R
R Square a
.251
.063
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .045
12953.4457
a. Predictors: (Constant), DER
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0,2512 x 100% = 6,3%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 6,3%, sedangkan sisanya 93,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain PBV, EPS, ROA, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan
142
ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
4.2.7. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Secara Simultan Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analsisi Korelasi Berganda Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi antara variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y). Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel berikut:
143
Tabel 4.42 Korelasi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Model Summary
Model 1
R
R Square a
.750
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.563
.528
9111.7621
a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut: Tabel 4.43 Kategori Koefisien Korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau korelasi antara variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) secara bersama-sama dengan variabel harga saham (Y) adalah sebesar 0,750 dengan tingkat hubungan korelasi yang kuat.
144
2. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat (Meilinda 2012). Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.44 Regresi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
5723.456
4220.284
PBV
904.209
496.782
EPS
11.942
ROA DER
Coefficients Beta
t
Sig. 1.356
.181
.187
1.820
.075
1.596
.754
7.483
.000
238.034
150.659
.211
1.580
.120
-2855.338
2209.210
-.158
-1.292
.202
a.Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut: Y= 5723,456 + 904,209 X1 + 11,942 X2 + 238,034 X3 – 2855,338 X4 Persamaan berikut :
regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai
145
a) Nilai koefisien konstanta 5723,456 memiliki arti bahwa pada saat rasio Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan adalah sebesar Rp.5.723,456/lembar. b) Price to Book Value sebesar 904,209 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.904,209/lembar. c) Earning Per Share sebesar 11,942 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.11,942/lembar. d) Return On Asset sebesar 238,034 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.238,034/lembar. e) Debt to Equity Ratio sebesar -2855,338 merupakan koefisien arah regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan
diikuti
dengan
Rp.2.855,338/lembar.
penurunan
harga
saham
sebesar
146
3. Pengujian Hipotesis (uji f) Uji F digunakan untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan variasi pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen (Meilinda, 2008). Pengujian secara simultan dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut: H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Ha : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji f disajikan pada tabel dibawah ini:
147
Tabel 4.45 Hasil Pengujian Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
Df
Mean Square
Regression
5.338E9
4
1.335E9
Residual
4.151E9
50
8.302E7
Total
9.489E9
54
F 16.074
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Nilai Fhitung = 16,074 sig. = 0,000 Dk1 (derajat kebebasan) = k-1 = 4-1 = 3, Dk2 (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50, sig = 0,05 nilai Ftabel = 2.55 Jika disajikan dalam gambar, maka nilai Fhitung dan Ftabel tampak sebagai berikut:
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-Fhitung
-Ftabel
0
F tabel F hitung = 2,55 = 16,074
Gambar 4.12 Kurva Uji Hipotesis Simultan X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y Keputusan : karena nilai Fhitung > Ftabel atau 16,074 > 2,55 dan sig < 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
148
Artinya, bahwa Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini mempunyai makna bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang masuk ke dalam perusahaan indeks LQ45 harus memperhatikan dengan baik-baik variabel Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio karena ke empat variabel ini mempengaruhi harga saham perusahaan yang merupakan daya tarik investor dalm berinvestasi.
4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) sebagai variabel independen terhadap harga saham (Y) sebagai variabel dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.46 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan Model Summary
Model 1
R
R Square a
.750
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.563
a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA
.528
9111.7621
149
Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.7502 x 100% = 56,3%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 56,3%, sedangkan sisanya 43,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs dan volume transaksi, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
150
Tabel 4.47 Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik No.
Analisis
1
Uji Normalitas Data
2
3
4
Uji Multikolinearitas
Hasil Keterangan Titik-titik menyebar disekitar Model regresi layak garis diagonal, serta dipakai karena memenuhi penyebarannya mengikuti asumsi normalitas garis diagonal Hal ini membuktikan VIF untuk masing-masing bahwa model regresi variabel adalah < 10 dan yang digunakan dalam Tolerance tidak kurang dari penelitian ini tidak 0,1 terdapat gejala multikolinearitas.
Hal ini dapat Nilai Durbin Watson adalah disimpulkan bahwa data 1,914 yang akan diolah tidak terjadi autokorelasi di antara variabel independen karena nilai DW terletak antara -2 sampai +2 Tidak terlihat adanya pola Hal ini dapat Uji tertentu serta titik-titik disimpulkan bahwa tidak Heteroskedastisitas menyebar di atas dan di terjadi heteroskedastisitas bawah angka 0 pada sumbu Y Uji Autokorelasi
Tabel 4.48 Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value (PBV) terhadap Harga Saham No.
1
Analisis
Analisis Korelasi
Hasil
r = 0,108
Keterangan Artinya terdapat hubungan positif dan diketahui koefisien korelasi sebesar 0,108 mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sangat rendah antara Price to Book Value (PBV) dengan harga saham.
151
2
3
4
Analisis Regresi Sederhana
Uji t
Koefisien Determinansi
Y = 9.341,05 + 521,116 X1
thitung < ttabel yaitu 0,790 < 2,007 dan tingkat signifikansinya adalah 0,433 > 0,05
Rumus di samping menunjukan bahwa setiap kenaikan Price to Book Value (PBV) sebesar 1 kali akan diikuti dengan peningkatan tingkat harga saham sebesar Rp. 521,116/ lembar Ho diterima dan Ha ditolak. Maka Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Artinya bahwa pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham sebesar 1,2% sedangkan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kd = 1,2%
Tabel 4.49 Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham No.
1
Analisis
Analisis Korelasi
Hasil
r = 0,945
Keterangan Artinya terdapat hubungan positif dan diketahui koefisien korelasi sebesar 0,945 mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara Earning Per Share (EPS) dengan harga saham.
152
2
3
4
Analisis Regresi Sederhana
Uji t
Koefisien Determinansi
Y = 1308,858 + 14,459 X2
Rumus di samping menunjukan bahwa setiap kenaikan Earning Per Share (EPS) sebesar 1 kali akan diikuti dengan peningkatan tingkat harga saham sebesar Rp. 14,459/ lembar.
thitung > ttabel yaitu 21,090 > 2,007 dan tingkat signifikansinya adalah 0,000 < 0,05
Ho ditolak dan Ha diterima.. Maka Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Artinya bahwa pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham sebesar 89,4% sedangkan sisanya sebesar 10,16% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kd = 89,4%
Tabel 4.50 Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Return On Asset (ROA) terhadap Harga Saham No.
1
Analisis
Analisis Korelasi
Hasil
r = 0,203
Keterangan Artinya terdapat hubungan positif dan diketahui koefisien korelasi sebesar 0,203 mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang rendah antara Return On Asset (ROA) dengan harga saham.
153
2
Analisis Regresi Sederhana
3
Uji t
4
Koefisien Determinansi
Y = 8233,101 + 229,039 X3
Rumus di samping menunjukan bahwa setiap kenaikan Return On Asset (ROA) sebesar 1 kali akan diikuti dengan peningkatan tingkat harga saham sebesar Rp. 229,039 /lembar
thitung < ttabel yaitu 1,507 < 2,007 dan tingkat signifikansinya adalah 0,138 > 0,05
Ho diterima dan Ha ditolak. Maka Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Kd = 4,1%
Artinya bahwa pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap harga saham sebesar 4,1% sedangkan sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 4.51 Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Debt to Equtiy Ratio (DER) terhadap Harga Saham No.
1
Analisis
Analisis Korelasi
Hasil
r = -0,251
Keterangan Artinya terdapat hubungan negatif dan diketahui koefisien korelasi sebesar -0,251 mempunyai arti bahwa terdapat hubungan yang rendah antara Debt to Equtiy Ratio (DER) dengan harga saham.
154
2
3
Analisis Regresi Sederhana
Uji t
Y = 16.410,231 – 4.537,310 X4
thitung < ttabel yaitu -1,185 < -2,007 dan tingkat signifikansinya adalah 0,065 > 0,05
Rumus di samping menunjukan bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1 kali akan diikuti dengan penurunan tingkat harga saham sebesar Rp. 4.537,310/lembar. Ho diterima dan Ha ditolak. Maka Debt to Equtiy Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Artinya bahwa pengaruh Debt
4
to Equtiy Ratio (DER) terhadap
Koefisien Kd = 6,3% Determinansi
harga saham sebesar 6,3% sedangkan
sisanya
sebesar
93,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
Tabel 4.52 Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham No.
Analisis
Hasil
Keterangan Artinya tingkat hubungan Price to Book Value (X1), Earning Per
1
Analisis Korelasi
r = 0,750
Share (X2), Return On Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) secara
bersama
terhadap harga
saham (Y) adalah sebesar 0,750 dengan tingkat hubungan korelasi kuat.
155
Rumus di samping menunjukkan bahwa: Setiap kenaikan 1 kali pada setiap rasio Price to Book Value (PBV) mempengaruhi peningkatan harga saham sebesar Rp. 904,209/lembar. 2
Regresi Berganda
Y = 5.723,456 + 904,209 X1 + 11,942 X2 + 238,034 X3 – 2.855,338 X4
Setiap kenaikan 1 kali pada setiap rasio Earning Per Share (EPS) mempengaruhi peningkatan harga saham sebesar Rp. 11,942/lembar Setiap kenaikan 1 kali pada setiap rasio Return On Asset (ROA) mempengaruhi peningkatan harga saham sebesar Rp. 238,034/lembar. Setiap kenaikan 1 kali pada setiap Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi penurunan harga saham sebesar Rp. 2.855,338/ lembar.
3
Uji F
Artinya bahwa Price to Book Value Fhitung 16,074 > Ftabel 2,55 (PBV), Earning Per Share (EPS), dan tingkat signifikansinya adalah Return On Asset (ROA) dan Debt 0,000 < 0,05 (α) to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Artinya bahwa Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
4
Koefisien determinansi
KD = 56,3%
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh sebesar 56,3% terhadap harga saham sedangkan sisanya 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik serta pengujian hipotesis mengenai pengaruh-pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari variabel-variabel independen yang diteliti pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan 2010, menghasilkan kesimpulan bahwa: a. Kondisi Price to Book Value (PBV) berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai rata-rata sebesar 4,281 dengan nilai minimum sebesar 0,4 dan nilai maksimum sebesar 11,5. b. Kondisi Earning Per Share (EPS) berada pada kriteria rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 709,787/lembar, dengan nilai minimum sebesar Rp. 27,6/lembar dan nilai maksimum sebesar Rp. 4.662,7/lembar.
156
157
c. Kondisi Return On Asset (ROA) berada pada kriteria rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 14,577 dengan nilai minimum sebesar 1,2 dan nilai maksimum sebesar 62,2. d. Debt to Equty Ratio (DER) berada pada kriteria sedang yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,066 dengan nilai minimum sebesar 0,2 dan nilai maksimum sebesar 3,1. 2. Perubahan harga saham pada perusahaan LQ45 pada periode tahun 2007 sampai tahun 2011 berada pada kriteria rendah. Perubahan harga saham ini memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 11.571,809/lembar dengan nilai terendah sebesar Rp. 353,8/lembar dan nilai tertinggi sebesar Rp. 62.729/lembar. 3. Secara parsial, Price to Book Value (PBV) memiliki hubungan yang positif dan sangat rendah dengan harga saham. Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 1,2% sedangkan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh faktor lain. 4. Secara parsial, Earning Per Share (EPS) memiliki hubungan yang positif dan sangat kuat dengan harga saham. Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 89,4% sedangkan sisanya yang hanya sebesar 10,16% dipengaruhi oleh faktor lain. 5. Secara parsial, Return On Asset (ROA) memiliki hubungan yang positif dan rendah dengan harga saham. Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 4,1% sedangkan sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh faktor lain.
158
6. Secara parsial, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang negatif dan rendah dengan harga saham. Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 6,3% sedangkan sisanya sebesar 93,7% dipengaruhi oleh faktor lain. 7. Secara simultan, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang positif dan kuat terhadap harga saham. Rasio-rasio tersebut secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 56,3% sedangkan sisanya sebesar 43,7% dipengaruhi oleh faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transaksi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter.
5.2.
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran
sebagai berikut: 1. Kondisi rasio Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 masih tergolong rendah, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja perusahaan agar rasio-rasio tersebut meningkat dan tergolong tinggi. 2. Bagi perusahaan ataupun investor, perlu memperhatikan Earning Per Share (EPS) perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari investasi saham karena
159
dari ke empat rasio yang diteliti hanya EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Bagi peneliti selanjutnya: a. Dalam penelitian ini hanya 4 rasio keuangan saja yang digunakan untuk memprediksi harga saham, yaitu rasio Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham. b. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ45 periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 dimana hanya 11 sampel perusahaan yang diteliti, sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti perusahaan jenis tertentu seperti perusahaan manufaktur, asuransi, perkebunan dan lain-lain atau dapat pula meneliti perusahaan secara heterogen. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih kuat. c. Sebaiknya periode pengamatan untuk penelitian selanjutnya menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang dari periode pengamatan penelitian ini, hal ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji. & Piji, Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate Accounting. Edisi Delapan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. 2010. Indonesia Stock Exchange. Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat. Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta CV. Fredy, Hermawan dan Nurdhiana. 2012. “Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2010” Ghozali, Imam. 2009. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit BP Universitas Diponegoro. Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Husnan, Suad. & Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima.Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.. 1. Jakarta: Salemba Empat. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Juniarti & Yunita, Frency. 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 2, Nopember 2003: 150 – 168. Universitas Kristen Petra. Kashmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 859/KMK.01/1987.
160
161
M. Hanafi, Mamduh. & Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. M. Reeve, James. S. Warren, Carl. et.al. 2010. Pengantar Akuntansi AdaptasiIndonesia. Jakarta: Salemba Empat. Meilinda, Haryuningputri. & Tri Widyarti, Endang. 2012. “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Eva Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Manufaktur di BEI”. Jurnal Ilmiah Manajemen. Vol 1. No.2. Tahun 2012. Hal. 67-79. Universitas Diponegoro. Semarang. Nazir, 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia. Nugroho, Bhuono, Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS, Edisi 1. Yogyakarta. Andi Poernamawatie, Fahmi 2008. “Pengaruh Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Manajemen Gajayana. Vol 5, No. 2, November. 2008. Hal 105-118. Universitas Gajayana. Rina Andriani, Neneng. & Kusumastuti, Aryati. 2008. “Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham”. Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol.3, No.2. Tahun 2008. ISSN: 1907-9958. Tasikmalaya: FE Universitas Siliwangi. Rowland Bismark 2008. “Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN: 1978-3116. Vol.2. No. 2. Juli. 2008. Hal. 101-113. Jakarta. Asian Banking Finance and Informatics Institute of Perbanas. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Stella 2009. “Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 11, No.2. Agustus. 2009. Hal. 97-106. STIE Trisakti.
162
Stice. Stice. & Skousen. 2009. Akuntansi Keuangan-Intermediate Accounting. Buku 1. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat. Subekti & Surono. 2002. Kiat Bermain Saham. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka umum. Subiyantoro, Edi. dan Fransisca. Andreani. 2003. "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia." Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 5. No. 2. September. hal. 171-180 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Suhendi Cece 2012. “Pengaruh-Pengaruh Fundamental Perusahaan terhadap Return Saham. Bandung: Universitas Pasundan. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Fortofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta. Trisno, Dedy. & Soejono, Fransiska. 2008. “Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI”. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol 6. No.1. Maret. Tahun 2008. Hal. 39. STIE Musi. Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: Transmedia Pustaka Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Studi Kepustakaan Lain: www.kompas.com www.idx.co.id www.investor.co.id www.okezone.com www.pasardana.com www.google.com