UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH POLUTAN DAN MEROKOK TERHADAP NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP 1) PADA TEKNISI PESAWAT TERBANG MILITER
TESIS
LARAS HAPSARI 1006769511
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PENERBANGAN JAKARTA JULI 2013
Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
2
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH POLUTAN DAN MEROKOK TERHADAP NILAI VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP 1) PADA TEKNISI PESAWAT TERBANG MILITER
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
LARAS HAPSARI 1006769511
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PENERBANGAN JAKARTA JULI 2013
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
3
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri. Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Laras Hapsari
NPM
: 1006769511
Tanda Tangan : Tanggal
: 4 Juli 2013
ii Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Kedokteran Penerbangan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ketua Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Bastaman Basuki, MPH; (2) Kepala Lakespra Saryanto dan Komandan Skatek 021 Halim PK beserta anggotanya yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan; (3) dr. Flora Eka Sari,SpP dan dr. Bobby Drastyawan,SpP selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini; (4) dr. Herman Mulijadi, MS, SpKP dan Dr. Ir. Sovian Aritonang, MSi selaku penguji tesis saya (5) Suami dan anak-anak saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 4 Juli 2013
dr. Laras Hapsari
iv Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
6
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Laras Hapsari
NPM
: 1006769511
Program Studi : Kedokteran Penerbangan Departemen
: Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas
: Kedokteran
Jenis karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Pengaruh polutan dan merokok terhadap nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) pada teknisi pesawat terbang militer beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal
: 4 Juli 2013
Yang menyatakan
( Laras Hapsari )
Universitas Indonesia
v Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
7
Pengaruh polutan dan merokok terhadap nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada teknisi pesawat terbang militer Mahasiswa Pembimbing Program studi
Tahun akademik Alamat korespondensi
: Laras Hapsari : Flora Eka Sari, Bobby Drastyawan : Kedokteran Penerbangan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : 2012/2013 :
[email protected]
Abstrak Latar belakang: Teknisi pesawat terbang militer terpajan polutan dan zat solvent di tempat kerja dan asap rokok yang dapat mengakibatkan penurunan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) yang dapat menurunkan kinerja teknisi pesawat. Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan pengaruh antara polutan pekerjaan dan merokok terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat terbang militer. Metode: Penelitian potong lintang ini dengan sampling purposif di antara teknisi pesawat terbang militer yang dilakukan 16-17 Mei 2013 di Skatek 021 Halim PK dan Lakespra Saryanto. Data diperoleh oleh peneliti dengan wawancara menggunakan kuesioner dan hasil pemeriksaan spirometri. Analisis data menggunakan regresi linear. Hasil: Subyek penelitian sebanyak 135 orang. Nilai VEP1 antara 57-122 dengan rerata 87.88 dan standar deviasi (SD) 12.61. Polutan pekerjaan dan lama merokok merupakan faktor risiko dominan terhadap nilai VEP 1. Dengan kenaikan 1 skor polutan pekerjaan akan menurunkan nilai VEP1 sebesar 2.57 [koefisien regresi (r) = -2.57, P=0.000]. Selain itu dengan pertambahan 1 tahun lama merokok akan menurunkan nilai VEP1 sebesar 0.22 (r= -0.22, P=0.015). Kesimpulan: Polutan pekerjaan dan lama merokok menurunkan nilai VEP 1 pada teknisi pesawat terbang militer Kata kunci: volume ekspirasi paksa detik pertama, merokok, polutan pekerjaan, teknisi pesawat terbang militer
Universitas Indonesia
vi
Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
8
Effect of pollutants and smoking on forced expiratory volume in one second (FEV1) among military aircraft technician Student Staff Program
Academic year Corresponding address
: Laras Hapsari : Flora Eka Sari, Bobby Drastyawan : Aviation Medicine Program Department of Community Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia : 2012/2013 :
[email protected]
Abstract Background: Military aircraft technicians exposed to pollutants and solvent substances in the workplace and cigarette smoke can lead to impairment of forced expiratory volume in one second (FEV1) which can degrade the performance of aircraft technicians. The research objective is to prove the effect between pollutants and smoking on FEV1 among military aircraft technicians. Method: This cross-sectional study with purposive sampling among military aircraft technician who performed 16 to 17 May 2013 in the 021 Skatek Halim PK and Lakespra Saryanto. Data obtained by the researchers with the interviews using a questionnaire and the results of spirometry. Analysis of the data using linear regression. Result: Research subjects as much as 135 people. FEV1 value between 57-122 with a mean of 87.88 and standard deviation (SD) 12.61. Pollutants and smoking duration is the dominant risk factor for FEV1 value. With rising 1 scores pollutants will decrease the value of the work at 2.57 FEV1 [regression coefficient (r) = -2.57, P = 0.000]. In addition to the increase in 1 year smoking duration will decrease the value of FEV1 at 0.22 (r = -0.22, P = 0.015). Conclusion: Pollutants and smoking duration lowers the value FEV1 on military aircraft technicians Keywords: forced expiratory volume in one second, smoking, pollutants, aircraft technician
Universitas Indonesia
vii
Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
9
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL....................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................ LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................. ABSTRAK .................................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
i ii iii iv v vi viii x xi xii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Permasalahan ....................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 1.4 Hipotesis .............................................................................. 1.5 Manfaat ................................................................................
1 2 3 3 4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP 1) ................. 2.2 Hasil Studi Serupa ............................................................. 2.3 Kerangka Teori .................................................................. 2.4 Kerangka Konsep ..............................................................
5 11 16 17
METODE 3.1 Disain Penelitian ................................................................ 3.2 Populasi Dan Sampel ......................................................... 3.3 Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Drop-Out ............................. 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................. 3.5 Pengambilan Data .............................................................. 3.6 Prosedur Pemeriksaan ........................................................ 3.7 Instrumen yang Digunakan dan Perlengkapan .................... 3.8 Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 3.9 Definisi Operasional .......................................................... 3.10 Etika Penelitian.................................................................. 3.11 Alur Penelitian...................................................................
18 18 19 19 19 20 20 21 22 23 25
HASIL 4.1 Analisis Univariat .............................................................. 27 4.2 Analisis Bivariat ................................................................ 27 4.3 Analisis Multivariat ........................................................... 28
viii Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
10
BAB 5
PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan ...................................................................... 29 5.2 Keunggulan ....................................................................... 29 5.3 Korelasi faktor polutan pekerjaan dan faktor lainnya terhadap nilai VEP1 .......................................................................... 30
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................... 32 6.2 Saran ................................................................................. 32
RUJUKAN .................................................................................................. 34
ix Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
11
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik responden ................................................................... 26 Tabel 2 Nilai tendensi tengah faktor-faktor risiko nilai VEP1……………….27 Tabel 3 Umur dan beberapa faktor pekerjaan terhadap koefisien regresi kasar nilai VEP1 dan nilai P………………………………………………………...27 Tabel 4 Kebiasaan merokok, nilai koefisien regresi kasar nilai VEP1 dan nilai P………………… ........................................................................................ 28 Tabel 5 Polutan pekerjaan dan lama merokok terhadap nilai VEP1………………28
x Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Struktur Organisasi Lakespra Saryanto ................................. 14
Gambar 2
Kerangka Teori ...................................................................... 16
Gambar 3
Kerangka Konsep .................................................................. 17
Gambar 4
Alur Penelitian ...................................................................... 25
xi Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Bukti penghitungan sampel ...........................................
37
Lampiran 2
Bukti lolos kaji etik .......................................................
38
Lampiran 3
Lembar kuesioner ..........................................................
39
Lampiran 4
Lembar Persetujuan .......................................................
40
Lampiran 5
Definisi Operasional ......................................................
41
Lampiran 6
Rencana Kerja ...............................................................
42
Lampiran 7
Organisasi dan Sumber Daya Utama .............................
43
Lampiran 8
Biaya penelitian……………………………………….. .
44
Lampiran 9
Lembar Penjelasan………………………………………
45
Lampiran 10 Pengolahan data………………………………………...
xii Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
14
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teknisi pesawat merupakan awak penerbangan yang selama ini bekerja sering terpajan oleh polutan yang dihasilkan oleh pesawat terbang maupun dari zat-zat inhalan di tempat kerja. Selain oleh terkena polutan akibat zat-zat yang berada dan digunakan saat bekerja, teknisi pesawat juga dapat terkena polusi udara yang ditimbulkan oleh asap rokok lingkungan (ARL) atau environment tobacco smoke (ETS). Bila terjadi dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan penurunan fungsi paru yang salah satunya terlihat dari penurunan nilai VEP 1 di bawah normal. Penurunan nilai menunjukkan bahwa kondisi kesehatan para pekerja mulai menurun. Hal ini dapat membahayakan pekerja sendiri dan mempertinggi risiko terjadinya insiden maupun kecelakaan pesawat. Penurunan VEP1 dapat menimbulkan penurunan produktivitas dan kinerja para pekerja. Penyebab menurunnya VEP1 diantaranya adalah polutan lingkungan kerja, lama merokok, usia, dan tinggi badan. Pertama, banyaknya pajanan polutan di lingkungan kerja, penelitian potong lintang oleh Ould-Kadi Farid tahun 2007 menemukan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1 yang dinyatakan sebagai persen prediksi) lebih rendah pada pekerja yang terpajan uap pelarut atau solvent 5,6% (CI: -7,9 sampai -3.3, p = 0,0009).1 Kedua, lama merokok, besarnya penurunan VEP1 berhubungan langsung dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pertahun dan lamanya paparan asap rokok.2 Penelitian yang dilakukan oleh Lung Health Study Research Group didapatkan hasil partisipan dengan obstruksi saluran nafas ringan hingga sedang yang berhenti merokok mengalami perbaikan VEP1 pada tahun yang sama saat berhenti.3 Ketiga, usia penelitian oleh Elizabeth (USA, 2010) yang meneliti tentang hubungan usia terhadap fungsi paru di antara beberapa ras di Amerika yang berusia 23 tahun sampai 80 tahun menyebutkan bahwa makin tua usia subjek maka nilai KVP dan VEP1 makin rendah.4 Kelima, tinggi badan, penelitian oleh Peters tahun 2006 pada 600 orang Nigeria, VEP 1 secara signifikan berkorelasi positif dengan tinggi badan (p<0,01). 5 1 Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
15 2
Dari data di klinik paru Lakespra Saryanto selama tahun 2012 (Januari hingga Desember 2012), didapatkan prevalensi sekitar 9,57% dengan 9 orang yang mengalami penurunan nilai VEP1 di bawah % prediksi 80% di antara total jumlah 94 orang teknisi pesawat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Study of Health Outcomes in Aircraft Maintenance Personnel (SHOAMP) RAAF Australia tahun 2004, melaporkan bronkitis dan emfisema (penyakit paru obstruktif yang ditandai dengan penurunan nilai VEP1) naik 2 kali lipat pada grup personil teknisi pemeliharaan pesawat yang terpajan isocyanates, pelarut/larutan organic, jet fuel and jet stream exhaust.6 Perawatan tingkat sedang merupakan tugas dan tanggungjawab Skadron Teknik 021 dengan melakukan pemeriksaan keseluruhan sistem pesawat dan system pendukung pesawat. Beberapa zat yang digunakan dalam pemeliharaan pesawat diantaranya : metiletilketon (MEK), thinner, paint remover, dan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat.7,8 Bagi teknisi pesawat yang telah merokok lama, uap pelarut atau solvent yang terhirup dalam jangka waktu lama, bersama dengan pajanan asap rokok dapat mengakibatkan iritasi saluran pernafasan dan penurunan fungsi paru, yang terlihat pada penurunan nilai VEP1. Dari hasil tersebut kemungkinan fungsi paru atau nilai VEP 1 para teknisi pesawat di Skatek 021 sudah mengalami penurunan. Oleh karena pada saat ini belum ada penelitian mengenai VEP1 di antara teknisi pesawat, maka perlu dilakukan penelitian.
1.2 Permasalahan Nilai VEP1 yang menurun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya polutan pekerjaan, lama merokok, tinggi badan, dan umur. Penelitian pada populasi penerbangan di Indonesia belum dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh polutan pekerjaan, lama merokok dan faktor-faktor lainnya terhadap turunnya nilai volume ekspirasi paksa detik pertama pada teknisi pesawat.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
3 16
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Dibuktikannya pengaruh polutan pekerjaan serta faktor risiko lainnya terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK 1.3.2 Tujuan Khusus Utama Dibuktikannya pengaruh polutan pekerjaan terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK 1.3.3 Tujuan Khusus Lainnya a. Dibuktikannya pengaruh lama merokok terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK b. Dibuktikannya pengaruh usia terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK c. Dibuktikannya pengaruh tinggi badan terhadap nilai VEP1 pada teknisi pesawat di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK
1.4 HIPOTESIS 1. Semakin banyak polutan pekerjaan semakin kurang nilai VEP1 atau sebaliknya 2. Semakin lama merokok semakin kurang nilai VEP1 atau sebaliknya 3. Semakin tua usia semakin kurang nilai VEP1 atau sebaliknya 4. Semakin tinggi badan semakin naik nilai VEP1 atau sebaliknya
1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi TNI AU Sebagai bahan masukan guna penyusunan program penempatan teknisi pesawat pemeliharaan kesehatan personil, pencegahan penyakit akibat dampak polutan yang salah satunya terhadap fungsi paru dan mendukung terwujudnya ―Zero accident" demi terlaksananya tugas pokok TNI AU secara optimal.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
17 4 2. Manfaat bagi satuan kerja Satuan kerja mengetahui faktor-faktor yang meningkatkan risiko penurunan fungsi paru yang dapat menyebabkan gangguan paru. Juga sebagai bahan acuan dalam menyusun atau membuat, melaksanakan dan mengevaluasi program perlindungan teknisi pesawat dari bahaya merokok, pajanan inhalasi pelarut, debu inorganik, dan polutan udara di tempat kerja agar dapat terhindar dari penyakit paru dan mengurangi biaya kesehatan karena penyakit paru.
3. Manfaat bagi subjek penelitian Agar teknisi pesawat dapat mengetahui bahaya merokok, pengaruh pajanan, inhalasi pelarut, debu inorganik, dan polutan udara di tempat kerja terhadap penurunan fungsi paru, sehingga mereka dapat melakukan pencegahan.
4. Manfaat bagi peneliti Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam menambah pengalaman dan pengetahuan khususnya di bidang penelitian masalah gangguan fungsi paru pada teknisi pesawat.
5. Manfaat bagi dunia pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengembangkan penelitian-penelitian lainnya serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi paru.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap tahunnya, angka kejadian penyakit obstruksi paru yang ditandai dengan penurunan nilai VEP1 semakin meningkat.9 Pada Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut dapat diakibatkan oleh :9 • Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70%) • Pertambahan penduduk •Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an • Industrialisasi • Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di pertambangan.9 Penurunan nilai VEP1 tidak hanya terjadi pada populasi umum, tetapi juga pada teknisi pesawat di TNI AU. Data di klinik paru Lakespra Saryanto selama tahun 2012 (Januari hingga Desember 2012), di antara 94 orang teknisi pesawat didapatkan prevalensi sekitar 9,57% dengan 9 orang yang mengalami penurunan nilai VEP1 di bawah 80%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Study of Health Outcomes in Aircraft Maintenance Personnel (SHOAMP) RAAF Australia tahun 2004, terungkap bronkitis dan emfisema (penyakit paru obstruktif ditandai dengan penurunan nilai VEP1) naik 2 kali lipat pada grup personil teknisi pemeliharaan pesawat yang terpajan isocyanates, pelarut/larutan organic, jet fuel and jet stream exhaust.6
Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Volume Ekspirasi Paksa detik 1 (VEP1) adalah jumlah udara (dalam liter) yang dihembuskan di detik pertama manuver ekspirasi. VEP1 paling sering dianggap volume tetapi karena VEP1 adalah pengukuran volume per waktu,
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
5
6 19
dapat dianggap sebagai jenis laju aliran rata-rata yang terjadi selama detik pertama pernafasan. Nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) didapatkan dari hasil spirometri. Kondisi umum yang menyebabkan perlambatan ekspirasi atau obstruksi adalah bronkitis kronis, emfisema, dan asma. Ketika laju aliran diperlambat oleh obstruksi jalan napas, penurunan VEP1 menunjukkan beratnya penyakit. Nilai VEP1 tergantung pada umur, jenis kelamin, dan ras subjek. VEP1 menurun sesuai dengan usia.10,11
SPIROMETRI Pengukuran volume paru dan kapasitas paru adalah teknik yang berguna untuk menentukan ukuran dari paru dan penyimpanan volume gas untuk nafas dalam. Informasi ini dapat digunakan untuk diagnosis penyakit paru tertentu yang dapat mempengaruhi volume dan kapasitas paru. Informasi fungsional lebih mengenai paru dan jalan napas didapat dari pengukuran kemampuan untuk menegeluarkan paksa gas yang bergerak.12 Untuk mendiagnosis gangguan obstruktif paru dapat dilakukan metodemetode yang bersifat morfologis atau fisiologis. Metode yang termasuk fisiologis adalah uji fungsi paru dengan mengukur ventilasi paru. Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume udara masuk dan keluar paru menggunakan alat yang disebut spirometri.13 Kontraindikasi relatif untuk melakukan spirometri adalah hemoptisis yang tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks yang tidak diterapi, status kardiovaskular yang tidak stabil, atau aneurisma serebri; operasi mata akhir-akhir ini (misalnya katarak); adanya proses yang dapat mempengaruhi hasil tes; riwayat operasi toraks atau abdomen akhir-akhir ini.14
AKIBAT PENURUNAN VEP1 Penurunan nilai VEP1 akan menimbulkan gejala-gejala gangguan paru obstruktif di mana berkurangnya aliran udara, adanya air trapping (aliran dan volume) yang menyebabkan penurunan aliran ekspirasi maksimal sehingga pengosongan
paru
secara
cepat
tidak
memungkinkan.
Penyakit
yang
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
7 20
mengakibatkan defek obstruktif termasuk asma, emfisema, bronchitis kronik, bronkiektasis, dan fibrosis kistik. Keluhan-keluhan respirasi akibat penyakitpenyakit tersebut di atas akan berakibat produktivitas dan kinerja teknisi pesawat dapat menurun.10,11
FUNGSI PARU Individu normal terjadi perubahan (nilai) fungsi paru secara fisiologis sesuai dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya. Mulai pada fase anak sampai umur kira-kira 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada waktu itu nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur dan nilai fungsi paru mencapai maksimal pada umur 22-24 tahun. Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan, berikutnya nilai fungsi paru (KVP : kapasitas vital paksa dan VEP 1 : volume ekspirasi paksa satu detik pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun umur individu.2
PATOFISIOLOGI PAJANAN POLUTAN Pencemaran
udara
lingkungan
mengakibatkan
pajanan
bahan-bahan
berbahaya bagi kesehatan individu-individu yang terkena pajanan. Polusi udara lingkungan yang membahayakan kesehatan mengandung komponen-komponen : karbon monoksida(CO), nitrogen dioksida (NO2), asap, timbal (Pb), bahan partikel (particulate matter), ozon(O3), bahan toksis (benzene, metan, parathion). Beberapa sumber polusi udara lingkungan antara lain emisi kendaraan, termasuk pesawat terbang. Polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar penerbangan adalah nitrogen dioksida. Polutan ini dapat ditemukan di udara dalam kadar yang meningkat hingga radius 20 mil jauhnya dari sebagian besar bandara besar. Nitrogen dioksida dapat menyebabkan peroksidasi membran sel yang secara langsung dapat mengakibatkan kerusakan sel-sel pada saluran pernapasan. Kerusakan pada membran sel di saluran udara bagian atas (trakea atau bronkus) dapat menyebabkan perubahan dalam permeabilitas dan edema yang luas. Bila
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
21 8
keadaan ini ini ditambah dengan pengaruh dari iritan sulphurdioxide dan partikel debu yang juga terdapat dalam polusi bahan bakar penerbangan, maka fungsi paru-paru dapat terganggu. Sulfur dioksida dan iritasi dari partikel debu dapat menyebabkan reaksi alergi yaitu asma yang menyebabkan inflamasi mediasi IgE dan penyempitan saluran udara, dimana asma merupakan gangguan paru obstruktif yang menimbulkan penurunan fungsi paru dengan menurunnya nilai VEP1.8, 16
PAJANAN UAP PELARUT ATAU SOLVENT Beberapa zat yang digunakan dalam pemeliharaan pesawat diantaranya : metiletilketon (MEK), thinner, teepol, ardrox, paint remover digunakan sebagai bahan bakar pesawat. Uap pelarut atau solvent yang terhirup dapat merusak paruparu. Konsentrasi solvent yang menguap di udara yang dapat mengakibatkan iritasi saluran pernafasan bervariasi dari tiap-tiap zat solvent. Seringkali pekerja tidak menyadari efek solvent tersebut pada konsentrasi rendah karena hanya menimbulkan gejala yang ringan misalnya pilek dan infeksi pernapasan. Namun bila paparan tersebut berlangsung selama bertahun-tahun dapat menyebabkan penyakit kronis pada paru seperti bronkitis kronis yang berakibat menurunnya VEP1. Menghirup konsentrasi yang sangat tinggi atau aspirasi cairan pelarut dapat menyebabkan gangguan yang parah termasuk pneumonia kimia dan kematian.15, 17
MEROKOK Merokok secara bermakna dapat memberikan efek merugikan pada struktur dan fungsi paru. Merokok merupakan faktor risiko utama timbulnya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) serta menurunkan nilai VEP 1, percepatan hilangnya fungsi ventilasi paru, meningkatkan simtom respirasi (batuk dan mengeluarkan dahak) dan timbulnya infeksi paru. Efek merokok kronis selain terjadi perubahan struktur dan fungsi, juga terjadi perubahan yang digolongkan pada timbulnya penyakit paru hingga karsinomna in situ ataupun karsinoma bronkogenik invasif. Data dari berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa merokok meninggikan angka mortalitas (terhadap PPOK, pneumonia dan influenza) dibanding bukan perokok.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
9 22
Seseorang yang merokok atau bukan perokok tetapi menghirup udara tercampur dengan asap rokok lingkungan, maka asap rokok tadi akan masuk saluran napas terdistribusi secara merata bersama udara napas ke seluruh cabang saluran napas sampai alveolus. Beberapa komponen gas berdifusi lewat membran alveol-kapiler dan bahanbahan partikel diabsorbsi juga lewat membran tersebut, kemudian masuk ke peredaran darah. Adanya aktivitas merokok berulang atau terjadinya paparan asap rokok kronis akan memberikan dampak berupa beberapa efek patofisiologis berikut: Perubahan pada saluran napas sentral. Yang timbul adalah perubahanperubahan histologis pada sel epitel bronkus : silia hilang (berkurang), hiperplasi kelenjar mukus, meningkatnya jumlah sel goblet. Peneliti lain melaporkan terjadinya transformasi skuktur sel epitel bila aktivitas merokok terus menerus, yaitu perubahan bentuk epitel yang semula pseudostratified
ciliated
epithelium
berubah
menjadi
karsinoma
bronkogenik invasif. Kekerapan dan intensitas kejadian perubahan tersebut tergantung pada jumlah rokok yang dikonsumsi tiap hari. Perubahan pada saluran napas tepi. Perubahan morfologis terjadi pula pada saluran napas tepi. Pada perokok aktif kronis yang terjadi obstruksi kronik berat saluran napas, di situ diketahui terjadi inflamasi, atrofi, metaplasia sel goblet, metaplasia skuamosa dan sumbatan lendir pada bronkiolus terminal dan bronkiolus respiratorius. Perubahan pada alveoli dan kapiler. Pada perokok juga terjadi kerusakan jaringan peribronkiolar alveoli pada perokok yang mengalami emfisema paru. Selain perubahan pada alveoli, terjadi pula pengurangan jumlah kapiler perialveolar dan terdapat penebalan intima dan tunika media pada pembuluh darah ukuran kurang dari 200 µm. Perubahan fungsi imunologis. Hasil penelitian para ahli tidak seragam, namun dapat diketahui bahwa pada perokok terdapat perubahan fungsi imunologis dan inflamasi. Misalnya ditemukan :jumlah lekosit darah tepi meningkat (leukosit polimorfonuklear, limfosit T maupun eosinofil) dan beberapa kasus dengan peningkatan IgE. 2
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
10 23 0 Apabila seorang individu mulai merokok terus menerus,
maka
pengaruhnya pada perubahan nilai fungsi paru tergantung pada kapan mulainya merokok, apakah saat pertumbuhan paru, saat stasioner atau saat sudah mulai terjadi penurunan fungsi paru. Merokok pada usia muda meningkatkan risiko kanker paru yang terus bertambah dengan peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi setiap hari. Perokok remaja berisiko dua hingga empat kali terkena penyakit jantung koroner, stroke, dan 10 kali cenderung terkena penyakit paru obstruktif.18 Di antara orang berusia muda, konsekuensi kesehatan jangka pendek dari merokok meliputi efek respirasi dan non respirasi, adiksi terhadap nikotin, dan risiko yang berhubungan dengan penggunaan obat lain. Konsekuensi kesehatan jangka panjang pada perokok usia muda dihadapkan pada fakta bahwa sebagian besar perokok usia muda akan terus merokok hingga dewasa. Orang yang merokok mempunyai fungsi paru yang lebih rendah dibandingkan orang yang tidak pernah merokok. Merokok juga akan mengurangi tingkat pertumbuhan paru (lung growth).19 Prinsipnya seorang perokok mempunyai nilai fungsi paru (persentase prediksinya) lebih kecil dibanding individu normal untuk umur, jenis kelamin dan tinggi badan yang sama. Besarnya penurunan fungsi paru (VEP 1) berhubungan langsung dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pertahun dan lamanya paparan asap rokok.2
USIA Seiring dengan bertambahnya usia pada proses penuaan, akan terjadi degenerasi sel dan merupakan risiko untuk terjadinya kerusakan pada jaringan paru-paru, dan akhirnya menganggu elastisitas jaringan. Elastisitas paru hilang sehingga saluran udara lebih kecil dan arus yang lebih rendah mengakibatkan penurunan nilai VEP1.2, 4 Beberapa waktu nilai fungsi paru menetap (stasioner) kemudian menurun secara gradual (pelan-pelan), biasanya umur 30 tahun sudah mulai penurunan, berikutnya nilai fungsi paru (KVP : kapasitas vital paksa dan VEP 1 : volume
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
11 24
ekspirasi paksa satu detik pertama) mengalami penurunan rerata sekitar 20 ml tiap pertambahan satu tahun umur individu.2
TINGGI BADAN Ukuran rongga dada dihubungkan dengan tinggi badan. Orang yang badannya lebih tinggi memiliki rongga dada yang lebih besar. Lebih tinggi subjek, semakin besar paru-paru dan saluran udaranya, dan dengan demikian arus maksimal paru lebih tinggi, sehingga nilai VEP1 menjadi lebih besar.10, 14
BERAT BADAN Obesitas merupakan keadaan dimana didapatkan peningkatan jumlah lemak tubuh dari normal yang dapat diterima. Sumber lain menyebutkan bahwa obesitas adalah ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan akibat jumlah lemak tubuh berlebihan. Komplikasi obesitas adalah gangguan fungsi pernapasan. Perubahan karakteristik yang dapat dicatat pada system mekanik pernapasan yaitu meningkatnya jumlah lemak di dinding dada dan diafragma serta menunjukkan adanya perubahan pernapasan yang menyimpang selama inspirasi dan ekspirasi. Efek kompresi jaringan lemak tersebut pada torak menurunkan volume paru akhir ekspirasi pada saat istirahat, ―compliance‖ dinding dada menurun, kerja pernapasan meningkat yang pada dasarnya disebabkan adanya penurunan pada volume residu ekspirasi, kapasitas vital, dan kapasitas total paru.20
HASIL STUDI SERUPA Penelitian potong lintang oleh Ould-Kadi Farid tahun 2007 meneliti tentang pajanan debu dan uap pelarut atau solvent pada 546 pekerja laki-laki. Dengan usia rata-rata 39,3 tahun, ditemukan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1, dinyatakan sebagai persen prediksi) lebih rendah pada tukang las -4.0% (confidence interval 95% [CI], -6,3 sampai -1.8, p = 0,01) dan pekerja yang terpajan uap pelarut atau solvent -5,6% (CI: -7,9 sampai -3.3, p = 0,0009) dibanding subyek kontrol. Kemudian pekerja yang terpajan uap pelarut atau solvent memiliki rasio odds dari 3,43 (95% CI: 1,09-11,6, p = untuk
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
12 25
hiperreaktivitas bronkus dibandingkan dengan kelompok control yaitu 0,037). Prevalensi hiperreaktivitas bronkus lebih tinggi pada pekerja yang terpajan uap pelarut atau solvent mendukung pendapat bahwa pajanan uap pelarut atau solvent pada pekerja menimbulkan efek yang merugikan pada pernapasan.1 Studi
prospective randomized clinical trial pada 10 pusat kesehatan
Amerika Utara pada tahun 2000, yang dilakukan oleh Scanlon PD untuk Lung Health Study Research Group, pada 3926 perokok dengan obstruksi saluran napas ringan hingga sedang, subjek yang terus merokok, penurunan nilai VEP1 dua kali lebih cepat dibandingkan yang telah berhenti merokok, sedangkan subjek yang telah berhenti merokok mendapatkan hasil VEP1 yang membaik pada tahun yang sama subjek berhenti merokok.3 Pengaruh usia pada penelitian oleh Elizabeth (USA, 2010) yang meneliti tentang hubungan usia terhadap fungsi paru di antara beberapa ras di Amerika yang berusia 23 tahun sampai 80 tahun menyebutkan bahwa makin tua usia subjek maka nilai KVP dan VEP1 makin rendah (p<0,001).4 Untuk tinggi badan, penelitian oleh Peters tahun 2006 pada 600 orang Nigeria usia 18 hingga 57 tahun, VEP1 secara signifikan berkorelasi positif dengan tinggi badan (p<0,01).5 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jaowenny Lindajana Lolo tahun 1999 pada 699 orang sehat di RS Kariadi Semarang, ditemukan bahwa semakin berat badan subjek dan semakin besar lemak tubuh subjek, semakin berkurang nilai KV dan KVP, tetapi tidak diikuti dengan penurunan nilai VEP 1.20
2.3 PROFIL TEMPAT PENELITIAN 2.3.1 Profil Lakespra Saryanto Lakespra Saryanto merupakan Badan Pelaksana Pusat Mabes AU yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kesehatan penerbangan bagi awak pesawat, pasukan khas TNI AU dan petugas khusus matra udara lainnya. Selain itu juga melaksanakan pembinaan kesehatan umum sebagai pusat rujukan diagnostik bagi rumah sakit dan instansi kesehatan TNI AU, pemeliharaan kesamaptaan jasmani terhadap anggota
melaksanakan
TNI AU,
serta
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
2613
melaksanakan pendidikan, latihan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan penerbangan. Lakespra Saryanto mempunyai fungsi sesuai Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur sebagai berikut : a. Menyelenggarakan uji badan bagi calon awak pesawat dan awak pesawat terbang TNI AU. b. Menyelenggarakan Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi (ILA) bagi awak pesawat dan petugas khusus matra udara TNI AU. c. Menyelenggarakan rehabilitasi medis, khususnya pada kelainan di
bidang
kesehatan penerbangan. d. Menyelenggarakan pemeliharaan dan peningkatan kesamaptaan jasmani anggota. e. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan penerbangan, kesehatan umum dan keselamatan kerja. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Lakespra Saryanto sebagai Badan Pelaksana Pusat Mabesau maupun sebagai Pembina Utama Kesehatan Penerbangan bagi awak pesawat TNI AU/TNI, maka dalam pencapaian sasarannya perlu melakukan penajaman prioritas kegiatan sebagai berikut : a. Memantapkan dan meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan dukungan kesehatan penerbangan (ILA) bagi calon awak pesawat dan awak pesawat terbang TNI AU , paskhas dan petugas khusus matra udara. b. Memantapkan dan meningkatkan kualitas pelayanan uji kesehatan periodik bagi awak pesawat terbang dan petugas khusus matra udara. c. Meningkatkan dan memantapkan kwalitas personel kesehatan melalui program pendidikan, pelatihan dan seminar. d. Mendukung dan mengembangkan diklat kualifikasi khusus keprofesian kesehatan penerbangan berkelanjutan. e. Memantapkan pengelolaan,pemeliharaan peralatan kesehatan dan fasilitas kesehatan secara efektif dan efisien agar selalu siap untuk dioperasikan. f. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya kesehatan yang terbatas, baik personil, logistik maupun anggaran. g. Sosialisasi aspek Human Factor kepada awak pesawat.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
2714
h. Meningkatkan upaya tertib administrasii dan prosedure kerja guna meningkatkan pelayanan dan kepuasan bagi pelanggan dinas maupun non dinas. i.
Kegiatan pembinaan khusus, sebagai pusat rujukan diagnostic dan rekomendasi Aeromedis serta BPKP AU pusat.
j.
Kegiatan tindak lanjut ( follow up) hasil rikkes dan ILA , konsultasi,dan kesamaptan jasmani bagi awak pesawat dan petugas khusus matra udara.
k. Penerapan fungsi mendukung program pemerintah bidang pelayanan diagnostic spesialistik bagi masyarakat umum sebagai tugas bakti TNI AU.
Gambar 1. Struktur organisasi Lakespra Saryanto.21
2.3.2 Profil Skatek 021 Halim PK Skadron Teknik 021 merupakan satuan TNI AU di bawah KoopsAU I Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Skatek 021 dipimpin oleh Letnan Kolonel
yang
bertanggungjawab
kepada
Komandan
Lanud
Halim
Perdanakusuma. Perawatan tingkat sedang merupakan tugas dan tanggungjawab Skadron Teknik 021. Melakukan pemeriksaan keseluruhan sistem pesawat seperti Power Plant System; Aircraft Structure; Hydraulic System; Listric and Instrument System; Fuel System; dan Avionic System. Sistem pendukung pesawat pun juga tidak lepas dari pemeriksaan seperti GSE, Fabrikasi, Sheet Metal, Publikasi dan Painting.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
2815
Skadron Teknik 021 melaksanakan kegiatan rutin pengecekan menyeluruh empat bulan sekali terhadap Pesawat Boeing 737-400. Pengecekan menyeluruh ini dibawah tanggung-jawab Kepala Unit GSE (Ground Support Equipment), di hanggar pesawat Skatek 021 Halim PK. Selama pemeriksaan menyeluruh ini dilakukan dengan berpedomankan pada Job Card atau Kartu Kerja yang wajib dan telah ditentukan dari awal, sebagai elemen penting bagi setiap tahapan pemeriksaan. Setelah pengecekan secara menyeluruh pesawat-pesawat tersebut siap melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan TNI AU.22
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
16 29
Tinggi badan rongga dada
2.1 KERANGKA TEORI
lebih besar semakin besar paru-paru arus maksimal Asap rokok bronkus, bronkiolus sampai alveolus perubahan pada saluran napas sentral, tepi, alveolus dan kapiler serta immunologis penyakit paru Umur elastisitas paru hilang saluran
paru lebih tinggi
Nilai VEP1
udara lebih kecil arus lebih rendah
Polutan emisi bahan bakar pesawat Nitrogen dioksida peroksidasi membran sel kerusakan sel-sel saluran pernapasan perubahan dalam permeabilitas dan edema Iritan sulphurdioxide dan partikel debu inflamasi mediasi IgE dan penyempitan saluran udara Uap pelarut atau solvent terhirup lama iritasi saluran pernafasan penyakit paru
Gambar 2. Patofisiologi terjadinya penurunan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) karena pengaruh umur, asap rokok, debu, polusi udara dan inhalasi uap pelarut. Sumber : Modifikasi dari Rahmatullah P pada Pneumonitis dan Penyakit Paru Lingkungan di Buku Ajar IPD FKUI, Respiratory Care Guide to Clinical Practice, 4th edition, dan Cardiopulmonary Anatomy and Physiology.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
3017
2.2 KERANGKA KONSEP
Demografi :
Usia Jenis pekerjaan Lingkungan :
Nilai VEP1
Iritasi inhalasi Polutan
Merokok : - Lama - Jumlah Lama stop merokok Usia mulai merokok
Riwayat penyakit paru: -
Dahulu (asma, TBC, bronkitis kronik) Keluarga (asma, TBC, bronkitis kronik)
-
-
Tinggi badan Berat badan Gambar 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VEP1
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
31
BAB 3 METODE
3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian potong lintang dengan sampling purposif di antara teknisi pesawat. Data yang didapat akan dianalisis dengan regresi linier karena data yang berupa data kontinu.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi penelitian adalah teknisi pesawat yang melakukan Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi-Medical Checkup (ILA-Medex) di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK. 3.2.2 Sampel Sampel penelitian dipilih secara purposif di antara teknisi pesawat. Jumlah sampel didapatkan berdasarkan asumsi bahwa nilai koefisien korelasi (r) antara faktor-faktor risiko dengan VEP1 ialah minimal sebesar 0,25 dengan kesalahan alpha 5% dan kekuatan penelitian 80% maka didapatkan berdasarkan tabel untuk perhitungan jumlah sampel untuk analisis korelasi (Lampiran 1) diperoleh jumlah sampel minimal 123. Untuk mengantisipasi data yang tidak lengkap, konflik, maka sampel ditambah 10% maka total sampel yang diperlukan adalah 135 sampel.23 Rumus perhitungan jumlah sampel yang digunakan pada Tabel Lampiran 1 adalah: CI = 0.5 x In [(1+r1/1-r1)] C2 = 0.5 x In[(1+r2/1-r2)] N = [(zα + zβ)] ÷ (C1 – C2 )]² + 3 Keterangan: r = koefisien korelasi yang diharapkan C = 0.5 X In [(1+r)/1-r] N = total subjek yang diinginkan
18 99 99 Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
19 32
3.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi Untuk mendapatkan sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini, maka pekerja harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
3.3.1 Kriteria Inklusi 1. Teknisi pesawat yang tidak memiliki penyakit jantung atau paru dan tidak mempunyai kontraindikasi
melakukan spirometri.
Adapun kontraindikasi
spirometri yaitu hemoptisis yang tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks yang tidak diterapi, status kardiovaskular yang tidak stabil, atau aneurisma serebri; operasi mata dua tahun terakhir (misalnya katarak); proses akut yang dapat mempengaruhi hasil tes; riwayat operasi toraks atau abdomen dua tahun terakhir.14
2. Bersedia untuk menjadi subyek penelitian, yang dinyatakan dengan persetujuan tertulis dari teknisi pesawat yang bersangkutan.
3.3.2 Kriteria Ekslusi Teknisi pesawat yang memiliki satu atau lebih penyakit jantung atau paru saat dilakukan pemeriksaan spirometri
3.3.3 Kriteria Drop Out Subjek tidak dapat menyelesaikan pemeriksaan spirometri dengan maneuver maksimal 3 kali.
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lakespra Saryanto dan Skatek 021 Halim PK dan pengumpulan data dilakukan setelah mendapat persetujuan komite etik. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei hingga Juni 2013.
3.5 Pengambilan Data
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
3320
Pengambilan data dilaksanakan di Lakespra Saryanto dan Skadron Teknik 021 Halim PK. Teknisi pesawat yang memenuhi kriteria inklusi akan diambil datanya. Pengumpulan data melalui wawancara dan peneliti yang mengisi kuesioner. Nilai volume ekspirasi paksa detik pertama diambil dari data spirometri. Ukuran tinggi badan dan berat badan diambil dari data pemeriksaan umum atau pemeriksa mengukur sendiri. Wawancara, meliputi: · Karakteristik responden, meliputi nama, usia, status perkawinan, dan pendidikan. Karakteristik pekerjaan, meliputi pangkat dan jenis pekerjaan. Kebiasaan merokok, meliputi lama merokok, lama stop merokok, jumlah batang rokok yang diisap tiap hari, dan usia saat pertama kali merokok. · Riwayat penyakit yang pernah diderita responden dan keluarganya. Pengukuran polutan melalui metode semi-kualitatif. Diberi nilai 1 sampai 5 berdasarkan perkiraan banyaknya jumlah pajanan pada masing-masing uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust di lingkungan kerja, dari yang terkecil (nilai 1) hingga yang terbanyak (nilai 5). Nilai dimodifikasi dari CHRA MANUAL 2nd EDITION, Department of Occupational Safety & Health, Ministry of Human Resources, Malaysia Desember 2000.[26] Nilai 1 hampir tidak ada, didapat dari pajanan kurang dari 5 jam per minggu, nilai 2 sedikit, didapat dari pajanan 5 hingga 10 jam per minggu, nilai 3 sedang, didapat dari pajanan 10 hingga 20 jam per minggu, nilai 4 banyak, didapat dari pajanan 20 hingga 35 jam per minggu, nilai 5 banyak sekali, didapat dari pajanan lebih dari 35 jam per minggu. Dari nilai tiap uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust dijumlahkan. Skor banyaknya polutan di tempat kerja antara 2 sampai 10.
3.6 Prosedur Pemeriksaan Prosedur awal pemeriksaan adalah peserta diwawancara oleh peneliti berdasarkan kuesioner dan ditulis pada kuesioner tersebut, sebelumnya ditanyakan apakah peserta memiliki riwayat penyakit jantung dan paru, bila ―tidak‖ maka peserta tersebut dapat ditetapkan menjadi subyek penelitian. Kemudian dilakukan pengukuran data tinggi badan, berat badan dan pemeriksaan spirometri.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
21 34
Subjek yang akan melakukan spirometri tidak mempunyai kontraindikasi melakukan spirometri. Adapun kontraindikasi spirometri yaitu hemoptisis yang tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks yang tidak diterapi, status kardiovaskular yang tidak stabil, atau aneurisma serebri; operasi mata dua tahun terakhir (misalnya katarak); proses akut yang dapat mempengaruhi hasil tes; riwayat operasi toraks atau abdomen dua tahun terakhir.14
Pemeriksaan spirometri Protokol untuk melakukan tes spirometri : Sebelumnya pastikan alat spirometri telah terhubung dengan arus listrik yang tepat dan para teknisi pesawat sudah diberi contoh melakukan manuver oleh pemeriksa. 1) Alat spirometri yang akan digunakan dihidupkan terlebih dahulu dengan menekan tombol On pada alat. 2) Masukkan mouth piece untuk meniupkan udara pada alat. 3) Tekan tombol start dengan 1/3 mouth piece telah masuk ke dalam mulut tanpa ada sedikitpun udara yang bocor/keluar melalui mulut. 4) Mengambil udara (inspirasi) kemudian mengeluarkannya (ekspirasi) pada tube yang telah berada di dalam mulut dengan dihentakkan (dengan lama kurang lebih 6 detik) sampai diperintah stop oleh pemeriksa (bila gagal peserta diminta untuk beristirahat sejenak dan dapat diulang maksimal tiga kali manuver). 5) Baca hasil pengukuran pada display dan kertas print out yang keluar. Peneliti memakai alat spirometri merk Sibelmed Datospir (SIBEL S.A. Rosello 500 08026 BCN SPAIN 15V DC/30W MOD. DATOSPIR 120 No Ser 118-E029) dan telah dikalibrasi oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tanggal 7 Agustus 2012
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data Data yang terkumpul dari penelitian ini dicatat dalam kuesioner yang telah disiapkan. Dilanjutkan dengan verifikasi data secara manual, dan kemudian data entry.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
22 35
3.7.2 Analisis Data Analisis data terhadap risiko nilai VEP1 dengan pendekatan regresi linear menggunakan Stata Versi 9. Analisis bivariat diakukan untuk setiap faktor risiko terhadap nilai VEP1. Faktor risiko pada analisis bivariat dengan nilai p < 0,25 dijadikan kandidat untuk dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan pendekatan stepwise (backward) untuk menetapkan model akhir.
3.8 Definisi Operasional No Variabel Definisi 1. Volume ekspirasi paksa Volume udara yang dapat dihembuskan paksa detik pertama (VEP1) pada satu detik pertama yang dinyatakan dalam % 2. Usia Usia saat pemeriksaan spirometri 3.
Tinggi badan
4. 5.
Berat badan Usia mulai merokok
6. 7.
Lama merokok Stop merokok
8.
Jumlah rokok
9.
Teknisi pesawat
10. Pangkat 11. Polutan pekerjaan
Tinggi badan dalam satuan sentimeter dan diukur dalam posisi berdiri tegak Berat badan dalam satuan kilogram Usia teknisi saat merokok pertama kali; 0 = tidak pernah merokok Lama merokok (dalam tahun) Lama (tahun) dari stop merokok hingga saat penelitian; 0 = tidak pernah merokok Jumlah batang rokok per hari bagi subjek yang pernah atau masih merokok Awak penerbangan yang bekerja membersihkan, mengecat, dan memperbaiki pesawat Hierarki jabatan di lingkungan TNI-AU. Urutan pangkat dari yang terendah hingga yang tertinggi Pengukuran polutan semi-kualitatif. Diberi nilai 1 sampai 5 berdasarkan perkiraan banyaknya jumlah pajanan pada masing-masing uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust di lingkungan kerja, dari yang terkecil (nilai 1) hingga yang terbanyak (nilai 5). Nilai dimodifikasi dari CHRA MANUAL 2nd EDITION, Department of Occupational Safety & Health, Ministry of Human Resources, Malaysia Desember 2000.26 Nilai 1 hampir tidak ada, didapat dari pajanan kurang dari 5 jam per minggu, nilai 2 sedikit, didapat dari pajanan 5 hingga 10 jam per minggu, nilai 3 sedang, didapat dari pajanan 10 hingga 20 jam per minggu, nilai 4 banyak, didapat dari pajanan 20 hingga 35 jam per minggu, nilai 5 banyak sekali, didapat dari pajanan lebih dari 35 jam per minggu. Dari nilai
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
23 36
tiap uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust dijumlahkan. Skor banyaknya polutan di tempat kerja antara 2 sampai 10. Cairan kimiawi organik yang dapat melarutkan material solid. Digunakan sebagian besar pada cat, tiner, dan pembersih. stream Polutan yang berasal dari uap cairan avtur dan emisi pembakaran bahan bakar penerbangan
12. Solvent
13. Fuel and exhaust
3.9 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti dan petugas pemeriksa. Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada responden. 2. Teknisi pesawat yang setuju mengikuti penelitian dan tidak memiliki masalah kesehatan paru dan jantung menandatangani informed consent. 3. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan pengisian kuisioner oleh peneliti untuk mendapatkan data identitas, usia, status perkawinan, pangkat, pendidikan, jenis pekerjaan, lama merokok, lama stop merokok, jumlah batang rokok yang diisap tiap hari, usia saat pertama kali merokok, riwayat penyakit pada subjek dan keluarga. Setelah itu dilakukan pemeriksaan spirometri yang dilakukan oleh petugas pemeriksa. 4. Data berupa data tinggi badan dan berat badan diambil dari data pemeriksaan umum dan pemeriksaan oleh peneliti.
3.10 Etika Penelitian 1. Perlindungan subyek penelitian Penelitian diminta persetujuan dari komite etik. Sifat penelitian adalah sukarela. Untuk melindungi subjek dari bahaya penelitian berupa fisik, mental, dan sosial sehingga data subjek dirahasiakan.
2. Persetujuan pelaksanaan penelitian · Contoh informed consent terlampir.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
24 37
· Penelitian sudah disetujui oleh Kepala Lakespra Saryanto dan Komandan Skatek 021 Halim PK · Teknisi pesawat yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi syarat kriteria inklusi diambil sebagai sampel. Pengambilan dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jumat sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
25 38
3.11Alur Penelitian
Informed Consent
Wawancara
dengan
mengisi lembar kuesioner
Pemeriksaan : Tinggi Badan, VEP1
Inklusi
Eksklusi
Pengumpulan data
Verifikasi data
Analisa Data
Penyajian Data
Publikasi
Gambar 4. Alur penelitian
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
39
BAB 4 HASIL
Pengambilan data ini dilakukan sejak 16 Mei 2013 sampai 17 Mei 2013 dengan jumlah subyek 146 orang. Selama penelitian ada 11 orang tidak dapat mengikuti penelitian disebabkan satu orang menderita asma, sepuluh pekerja sedang menderita batuk dan pilek. Total subyek yang menyelesaikan penelitian berjumlah 135 orang sesuai dengan perhitungan sampel minimal. Berikut ini adalah data demografi berupa karakteristik responden atau subjek penelitian : Tabel 1. Karakteristik responden Status perkawinan - Kawin - Belum kawin - Cerai Pendidikan terakhir - SMA/STM/SMK - D3/Akademi - S1 Kebiasaan merokok - Tidak pernah - Pernah - Masih
(n=135)
%
116 19 0
85,9 14,1 0
113 15 7
83,7 11,1 5,2
32 26 77
23,7 19,3 57,0
Subjek terdiri dari 135 orang teknisi pesawat laki-laki, kawin, pendidikan terakhir SLTA, dan masih merokok. Dari jumlah sampel 135 subjek terdapat status perkawinan yang terbanyak yaitu kawin sebanyak 85,9%, pendidikan terakhir responden SLTA sebanyak 83,7%, dan kebiasaan merokok subjek yang masih merokok sebanyak 57%. Berikut ini adalah nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan koefisien variasi untuk setiap faktor-faktor risiko :
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
26
27 40
Tabel 2. Nilai tendensi tengah faktor-faktor risiko nilai VEP1 n Minimum Maksimum Rata- Standar Koefisien rata Deviasi variasi Umur 135 25 54 36,33 8,597 23,66 Tinggi Badan 135 160 182 168,90 4,372 2,59 Berat Badan 135 53 96 70,46 9,181 13,03 Merokok Lama merokok 135 0 34 10,47 9,555 91,26 Stop merokok 135 0 25 1,77 4,882 275,81 Jumlah rokok 135 0 24 7,01 6,162 87,90 Usia mulai 135 0 47 16,41 10,107 61,59 merokok Pangkat 135 1 12 6,15 2,722 44,26 Polutan pekerjaan 135 2 10 5,99 2,946 49,18 Pada tabel 2 terlihat yang paling bervariasi adalah lama berhenti merokok (koefisien variasi = 275,81) dan yang paling tidak bervariasi adalah tinggi badan (koefisien variasi = 2,59).
Berikut ini adalah hasil analisis bivariat untuk setiap faktor-faktor risiko. Tabel 3. Umur dan beberapa faktor pekerjaan terhadap koefisien regresi kasar nilai VEP1 dan nilai P Koefisien regresi kasar P Umur 0,083 0,516 Konstanta 84,875 0,000 Tinggi badan -0,383 0,124 Konstanta 152,663 0,000 Berat badan -0,068 0,565 Konstanta 92,711 0,000 Polutan pekerjaan -2,518 0,000 Konstanta 102,969 0,000 Pangkat 2,008 0,000 Konstanta 75,533 0,000 Pada tabel 3 terlihat bahwa umur dan berat badan tidak berpengaruh terhadap nilai VEP1. Selanjutnya tinggi badan dan polutan pekerjaan nampaknya berkorelasi negatif terhadap nilai VEP1, sedangkan pangkat nampaknya berkorelasi positif terhadap nilai VEP1.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
28 41
Tabel 4. Kebiasaan merokok, nilai koefisien regresi kasar nilai VEP1 dan nilai P Koefisien regresi kasar P Lama merokok -0,162 0,156 Konstanta 89,577 0,000 Jumlah rokok(batang/hari) -0,291 0,099 Konstanta 89,926 0,000 Lama stop merokok 0,374 0,094 Konstanta 87,219 0,000 Usia mulai merokok -0,029 0,786 Konstanta 88,363 0,000 Pada tabel 4 terlihat bahwa usia mulai merokok tidak berpengaruh terhadap nilai VEP1. Selanjutnya lama merokok dan jumlah rokok per hari nampaknya berkorelasi negatif terhadap nilai VEP1, sedangkan lama stop merokok nampaknya berkorelasi positif terhadap nilai VEP1.
Tabel 5. Polutan pekerjaan dan lama merokok terhadap nilai VEP1 Koefisien p regresi suaian Polutan pekerjaan -2,574 0,000 Lama merokok -0,224 0,015 Konstanta 105,654 0,000 Pada tabel 5 yang merupakan model akhir ternyata terdapat dua faktor yang dominan berkaitan dengan nilai VEP1 yaitu polutan pekerjaan dan lama merokok. Subjek yang makin banyak pajanan polutan di lingkungan kerjanya dan makin lama merokok nilai VEP1 akan makin turun. Bertambahnya 1 skor polutan pekerjaan dan 1 tahun lama merokok masing-masing akan menurunkan nilai VEP1 sebanyak 2,57 dan 0,22. Prediksi nilai VEP1 = 105,65 – (skor polutan pekerjaan x 2,57) – (lama merokok x 0,22). Misalnya teknisi pesawat bekerja pada pekerjaan yang memiliki pajanan polutan di lingkungan kerja paling banyak (nilai 10) dan merokok selama 10 tahun maka prediksi nilai VEP1 = 105,65 – (10 x 2,57) – (10 x 0,22) = 77,75.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
42
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Keterbatasan Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain : (1) Bias informasi yang berasal dari pengambilan data : kebiasaan merokok sehingga penilaian tergantung pada daya ingat dan kejujuran teknisi pesawat. Peneliti telah melakukan upaya mengurangi kelemahan dengan menjelaskan (informed consent) kepada subjek penelitian bahwa data mereka akan dirahasiakan dan tidak akan berpengaruh terhadap karir mereka. (2) Pada penelitian ini tidak mengukur tingkat polusi udara dan kadar pajanan solvent pada subjek karena selama ini pada Skatek 021 Lanud Halim PK tidak pernah diukur. (3) Keterbatasan waktu penelitian dan jumlah sampel sehingga menggunakan purposive sampling.
5.2 Keungggulan Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan nilai VEP1 pada teknisi pesawat. Peneliti belum menemukan penelitian yang serupa di Indonesia. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan nilai VEP1 pada teknisi pesawat, sehingga dapat mendeteksi secara dini penurunan fungsi paru.
5.3 Korelasi Faktor-faktor Risiko Penurunan Nilai VEP1 pada Teknisi Pesawat
5.3.1 Korelasi Polutan Pekerjaan dengan Nilai VEP1 pada Teknisi Pesawat Subjek penelitian ini memiliki pekerjaan yang terpajan polutan sedikit sekali atau hampir tidak ada (skor 2) hingga yang terpajan polutan sangat tinggi 29 Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
43 30
atau banyak sekali (skor 10). Hasil analisis regresi linier bivariat pada penelitian ini, faktor banyaknya polutan di lingkungan kerja terbukti berkorelasi negatif dengan penurunan nilai VEP1 (r = -2,518; p = 0,000). Melalui analisis multivariat regresi linear, faktor banyaknya polutan di lingkungan kerja memiliki keterkaitan yang bermakna dengan risiko penurunan nilai VEP 1 pada teknisi pesawat (r = 2,574, p = 0,000), sehingga dapat disimpulkan dengan kenaikan 1 skor banyaknya polutan di tempat kerja akan menurunkan nilai VEP 1 sebanyak 2,57. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian-penelitian lainnya. Penelitian potong lintang oleh Ould-Kadi Farid tahun 2007 menemukan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1 yang dinyatakan sebagai persen prediksi) lebih rendah pada pekerja yang terpajan uap pelarut atau solvent -5,6% (CI: -7,9 sampai -3.3, p = 0,0009).1 Penelitian yang dilakukan oleh Study of Health Outcomes in Aircraft Maintenance Personnel (SHOAMP) RAAF Australia tahun 2004, melaporkan bronkitis dan emfisema (penyakit paru obstruktif yang ditandai dengan penurunan nilai VEP1) naik 2 kali lipat pada grup personil teknisi pemeliharaan pesawat yang terpajan isocyanates, pelarut/larutan organic, jet fuel and jet stream exhaust.6 Pada subjek memang sudah memakai APD berupa masker, akan tetapi masker yang digunakan adalah masker kertas biasa yang digunakan sehari-hari bahkan tidak jarang menggunakan kain biasa, bukan masker yang sesuai dengan standar untuk polutan, contohnya seperti masker respiratory protection dengan kacamata/google. Sehingga diduga tipe masker yang dipakai tidak dapat melindungi subjek dari iritasi saluran nafas akibat polutan yang mengakibatkan penurunan nilai VEP1.
5.3.2 Korelasi Lama Merokok dengan Nilai VEP1 pada Teknisi Pesawat Subyek penelitian ini memiliki lama merokok 0-34 tahun dengan mean 10,47. Hasil analisis regresi linier bivariat pada penelitian ini, faktor lama merokok terbukti berkorelasi negatif dengan penurunan nilai VEP1 (r = -0,162; p = 0,156). Melalui analisis multivariat regresi linear, faktor lama merokok memiliki keterkaitan yang bermakna dengan risiko penurunan nilai VEP 1 pada teknisi
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
31 44
pesawat (r = -0,224, p = 0,015), sehingga dapat disimpulkan dengan kenaikan 1 tahun lama merokok akan menurunkan nilai VEP1 sebanyak 0,22. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian-penelitian lainnya. Studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Boskabady pada pengunjung Rumah Sakit Ghaem Medical Centre di Iran, di mana semakin lama merokok, VEP 1 semakin turun (p<0.05 hingga p<0.01). Efek merokok pada tes fungsi paru menunjukkan bahwa merokok akan menimbulkan konstriksi saluran nafas ukuran sedang dan besar sebagai akibat dari durasi/lama merokok, tetapi tidak dengan jumlah rokok.24 Studi potong lintang yang dilakukan Nadeem pada 400 subjek laki-laki di rumah sakit Pravara Rural India menunjukkan penurunan nilai VEP 1 yang sangat signifikan berkorelasi dengan lama merokok (p = 0,000692).25 Faktor polutan pekerjaan dan lama merokok terbukti berhubungan dan menguatkan. Terbukti pada analisis bivariat menggunakan lama merokok saja, koefisien regresi (r) = -0,162. Setelah dianalisis bersama dengan polutan pekerjaan, maka r naik lebih dari 10% menjadi -0,217.
5.3.3 Korelasi Usia dengan Nilai VEP1 pada Teknisi Pesawat Hasil analisis regresi linier data bivariat pada penelitian ini, faktor usia ternyata tidak berkorelasi dengan penurunan nilai VEP 1 (r = 0,082; p = 0,516). Setelah dilakukan regresi linear multivariat, faktor usia memang tidak memiliki keterkaitan yang bermakna dengan risiko penurunan nilai VEP 1 pada teknisi pesawat. Faktor usia tidak berkaitan dengan penurunan nilai VEP 1 mungkin dikarenakan sebagian besar subjek teknisi pesawat masih berusia muda.
5.3.4 Korelasi Tinggi Badan dengan Nilai VEP1 pada Teknisi Pesawat Hasil analisis regresi linier data bivariat pada penelitian ini, faktor tinggi badan nampaknya berkorelasi negatif dengan penurunan nilai VEP1 (r = -0,383; p = 0,124). Setelah dilakukan regresi linear multivariat, faktor tinggi badan ternyata tidak memiliki keterkaitan yang bermakna dengan risiko penurunan nilai VEP 1 pada teknisi pesawat. Hal ini mungkin dikarenakan oleh faktor banyaknya polutan pekerjaan yang ternyata lebih berpengaruh terhadap penurunan nilai VEP 1
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan studi potong lintang menggunakan data primer melalui wawancara kuesioner dan data pemeriksaan spirometri di Skatek 021 Lanud Halim PK dan Lakespra Saryanto dengan melibatkan 135 responden, diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan (1) Semakin banyak polutan semakin kurang nilai VEP 1 dan semakin lama merokok semakin kurang nilai VEP1. (2) Tidak ada keterkaitan yang bermakna antara usia dan tinggi badan terhadap nilai VEP1. (3) Dari analisis multivariat, didapatkan persamaan linier untuk menilai nilai VEP1 para teknisi pesawat yaitu : Prediksi nilai VEP1 = 105,65 – (skor polutan pekerjaan x 2,57) – (lama merokok x 0,22).
6.2 Saran a. Saran untuk Skatek 021 Lanud Halim PK : (1) Edukasi untuk berhenti merokok, tidak merokok di lingkungan kerja (2) Edukasi kepada para teknisi pesawat mengenai APD, pentingnya selalu memakai APD dengan benar saat bekerja (penerangan berulang-ulang, supervisi dari perwira lambangja dan perwira safety, bila perlu adanya teguran hingga punishment kepada para teknisi pesawat yang tidak patuh atau tidak benar memakai APD) (3) Apabila teknisi pesawat sudah mengalami gangguan fungsi paru, supaya ditangani dengan jalan pengobatan rutin dan dimutasikan ke area kerja yang lain. b. Rekomendasi untuk TNI AU : (1) Agar memperhatikan kesehatan para teknisi pesawat, tidak hanya kepada para penerbang saja, sebagai bagian dari awak penerbangan yang juga bertanggung
Universitas Indonesia
32
Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
33 46
jawab terhadap keselamatan pesawat. Perlu adanya pemeriksaan kesehatan yang lengkap terhadap para teknisi pesawat secara berkala. (2) Menyediakan APD termasuk masker yang sesuai standar, jumlahnya sesuai dengan pengajuan dari tempat kerja dan didistribusikan tepat waktu.
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
47
RUJUKAN
1. Ould-Kadi F, Nawrot TS, Hoet Peter H et al. Respiratory function and bronchial responsiveness among industrial workers exposed to different classes of occupational agents: a study from Algeria. Journal of Occupational Medicine and Toxicology. 2007, 2:11 doi:10.1186/17456673-2-11. 2. Rahmatullah P. Pneumonitis dan penyakit paru lingkungan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta 2010. p : 2279-96 3. Scanlon Paul D, John E. Connett, Lance A. Waller dkk. Smoking Cessation and Lung Function in Mild-to Moderate Chronic Obstructive Pulmonary Disease. AM J RESPIR CRIT CARE MED 2000;161:381– 390. 4. Elizabeth M. Kiefer, John L. Hankinson, R. Graham Barr et al. Similar Relation of Age and Height to Lung Function Among Whites, African Americans, and Hispanics. American Journal of Epidemiology. 2011. Vol. 173, No. 4. 173:376–387 5. Nku OC, Peters EJ, Eshiet AI, et al. Prediction Formulae For Lung Parameters In Females Of South Nigeria. Nigerian Journal Of Physiological Sciences. 2006. Vol 21 (1-2):43-47 6. Study of Health Outcomes in Aircraft Maintenance Personnel (SHOAMP). Report on the General Health and Medical Study. RAAF Australia September 2004 7. Health Hazards of Chemicals Commonly Used on Military Bases. Sciencecorps Lexington, Massachusetts, USA, 2012 ,p:9-12. Diunduh tanggal 4 April 2013 dari : http://www.sciencecorps.org/Veteranshealth/ 8. Chapman Beth. Airport Air Pollution, New York, 2002, p: 1-5. Diunduh tanggal 4 April 2013 dari : http://www.areco.org/FuelEssay.pdf. 9. Perhimpunan
Dokter
Paru
Indonesia.
Pedoman
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) di Indonesia. 2004.
34 Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
Universitas Indonesia
4835
10. Hyatt Robert E, Scanlon Paul D, Nakamura Masao. Interpretation of Pulmonary Function Tests 2nd edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia, 2003 Hicks George. Cardiopulmonary Anatomy and Physiology. W.B. Saunders Company. Oregon. 2000 11. SPIROMETRY FOR HEALTH CARE PROVIDERS. Global Initiative for Chronic
Obstructive
Lung
Disease
(GOLD).
Diakses
dari
:
http://www.goldcopd.org/uploads/users/files/GOLD_Spirometry_2010.pdf 12. Hicks George. Cardiopulmonary Anatomy and Physiology. W.B. Saunders Company. Oregon. 2000 13. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. 14. Burton GG, Hodgkin JE, Ward JJ, et al. Burton G. Respiratory Care. Guide to Clinical Practice, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 1997. p : 1087-95 15. Monona Rossol. Data Sheet : Solvents. New York ,1995, p:1-10. Diunduh tanggal
4
April
2013
dari
http://www.usa829.org/Portals/0/Documents/Health-and-Safety/SafetyLibrary/Solvents.pdf. 16. Raymond H. Tu, Clifford S. Mitchell, Gary G. Kay, et al. Human Exposure to the Jet Fuel, JP-8. Aviat Space Environ Med January 2004; 75:49 –59. 17. Health Hazards of Chemicals Commonly Used on Military Bases. Sciencecorps Lexington, Massachusetts, USA, 2012 ,p:9-12. Diunduh tanggal 4 April 2013 dari : http://www.sciencecorps.org/Veteranshealth/ 18. Jawed Shireen, Ejaz Saima, Rehman Rehana. Influence of smoking on lung functions in young adults. J Pak Med Assoc. Vol. 62, No. 8, August 2012 19. CDC, Preventing Tobacco Use Among Young People—A Report of the Surgeon General, 1994. Diunduh tanggal 20 Juni 2013 dari : http://www.who.int/tobacco/research/youth/health_effects/en/index.html 20. Lolo JL. Hubungan Kelebihan Berat Badan Dengan Faal Paru. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Diponegoro Semarang. 1999
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
36 49
21. Anonim. Profil Lakespra Saryanto. Diunduh tanggal 4 April 2013 dari : http://www.lakesprasaryanto.org/detail.htm 22. Puspen TNI. Profil Skadron Teknik 021 Halim PK. Last update 16 Maret 2012.
Diunduh
tanggal
4
April
2013
dari
:
http://tni-
au.mil.id/berita/perawatan-tingkat-sedang-boeing-737-200-di-skatek-021lanud-halim 23. Hulley SB , Cumming SR. Designing Clinical Research . Baltimore , 3rd ed, USA, 2007, p : 89 24. Mohammad
Hossein
Boskabady,
Hamideh
Dehghani,
Mehdi
Esmaeilzadeh. Pulmonary Function Tests and Their Reversibility in Smokers. NRITLD, National Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease, Iran. Tanaffos (2003) 2(8), 23-30 25. Nadeem Ahmad, Rubeena Bano, A.M Mahagaonkar, et al. A Comparative Study of Pulmonary Function Tests in Smokers and Non-smokers in Rural Maharasthra. Indian Journal of Community Health. Vol 21 No.2, Vol 22 no. 1. July 2009-June 2010. 26. Department of occupational safety and health. Ministry of human resources Malaysia. Assessment of the health risks arising from the use of hazardous chemicals in the workplace (a manual of recommended practice 2nd
edition).
2000.
Diunduh
tanggal
4
April
2013
dari
:
http://www.ibs.upm.edu.my/note/garispanduan27.pdf
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
37 50
Lampiran 1 Bukti Perhitungan Sampel APPENDIX13.C Total sample size required when using the correlation coefficient ( r ) Table 13.C. Sample size for revealing a correlation One – tailed α = Two – tailed α = Β= 0,05
0.005 0.01 0,10
0,20
0,05
0,025 0,05 0,10
0,20
0,05
0,05 0,010 0,10
0,20
ra 0,05 0,10 0,15
7118 1773 783
5947 1481 655
4663 1162 514
5193 1294 572
4200 1047 463
3134 782 346
4325 107 8 477
3424 854 378
2469 616 273
0,20 0,25
436 276
365 231
287 182
319 202
259 164
194 123
266 169
211 134
153 98
To estimate the total sampel size, read across from r (the expected correlation coefficient) and down from the specified value of α and β ).23
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
38 51
Lampiran 2 Keterangan Lolos Kaji Etik
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
39 52
Lampiran 3 Kuesioner Tanggal: RAHASIA A. Demografi responden A.1Nama: A.2 Umur: ............ tahun A.3 Status Perkawinan: 1. Belum 3.Cerai/Duda A.4 Pendidikan terakhir responden: B. Status gizi: B1. TB: Cm, B2.BB = kg B3.Kondisi kesehatan: 1.Sehat 2.Tidak sehat: Batuk: Pilek: C.Pekerjaan C.1 Pangkat : C.2 Jenis Pekerjaan : D. Merokok
2. Kawin
3.Lainnya:
D1. Kebiasaan Merokok 0. tak pernah 1. Pernah 2. masih D2. Lama rokok…….. tahun, D3. Stop rokok …..tahun D4. Jumlah……..btg/hari D5. Usia mulai merokok……..tahun E.Riwayat penyakit responden E.1. Asma
E2. Bronchitis
E3. TB Paru
E4. Hipertensi atau jantung
E5. Diabetes
0.Tidak pernah 1.
Pernah,
Berapa
lama
Terakhir
kena Tahun
Berobat:
bulan
ya/tidak
bulan
Tahun ya/tidak
bulan bulan
Tahun
Tahun ya/tidak
bulan
Tahun ya/tidak
ya/tidak 2.
Masih Berapa lama: Berobat:
bulan
ya/tidak
bulan
bulan
bulan
bulan
ya/tidak
ya/tidak
ya/tidak
ya/tidak
F2.Bronchitis
F3.TB Paru
F4. Hipertensi
F5. DM
3. Tidak tahu F. Riwayat penyakit keluarga 0.Tidak ada
F1 Asma
G. Hasil Spirometri G1. VEP1 :
G2. KVP :
G3 Ratio :
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
40 53
Lampiran 4. Formulir Persetujuan
FORMULIR PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Alamat
:
Menyatakan bahwa saya telah
:
1. Mendapatkan informasi yang lengkap mengenai tujuan penelitian, prosedur pengisian kuesioner dan cara pemeriksaan spirometri dan kerugian yang mungkin terjadi pada saya akibat pemeriksaan ini 2. Mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk mengambil keputusan dan tidak ada paksaan Berdasarkan hal tersebut maka saya BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA * untuk ikut dalam penelitian ini.
Responden
(
)
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
41 54
Lampiran 5. Definisi Operasional No Variabel Definisi 1. Volume ekspirasi paksa Volume udara yang dapat dihembuskan paksa detik pertama (VEP1) pada satu detik pertama yang dinyatakan dalam % 2. Usia Usia saat pemeriksaan spirometri 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
13.
Tinggi badan
Tinggi badan dalam satuan sentimeter dan diukur dalam posisi berdiri tegak Berat badan Berat badan dalam satuan kilogram Usia mulai merokok Usia teknisi saat merokok pertama kali; 0 = tidak pernah merokok Lama merokok Lama merokok (dalam tahun) Stop merokok Lama (tahun) dari stop merokok hingga saat penelitian; 0 = tidak pernah merokok Jumlah rokok Jumlah batang rokok per hari bagi subjek yang pernah atau masih merokok Teknisi pesawat Awak penerbangan yang bekerja membersihkan, mengecat, dan memperbaiki pesawat Pangkat Hierarki jabatan di lingkungan TNI-AU. Urutan pangkat dari yang terendah hingga yang tertinggi Polutan pekerjaan Pengukuran polutan semi-kualitatif. Diberi nilai 1 sampai 5 berdasarkan perkiraan banyaknya jumlah pajanan pada masing-masing uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust di lingkungan kerja, dari yang terkecil (nilai 1) hingga yang terbanyak (nilai 5). Nilai dimodifikasi dari CHRA MANUAL 2nd EDITION, Department of Occupational Safety & Health, Ministry of Human Resources, Malaysia Desember 2000.26 Nilai 1 hampir tidak ada, didapat dari pajanan kurang dari 5 jam per minggu, nilai 2 sedikit, didapat dari pajanan 5 hingga 10 jam per minggu, nilai 3 sedang, didapat dari pajanan 10 hingga 20 jam per minggu, nilai 4 banyak, didapat dari pajanan 20 hingga 35 jam per minggu, nilai 5 banyak sekali, didapat dari pajanan lebih dari 35 jam per minggu. Dari nilai tiap uap pelarut/solvent dan fuel and stream exhaust dijumlahkan. Skor banyaknya polutan di tempat kerja antara 2 sampai 10. Solvent Cairan kimiawi organik yang dapat melarutkan material solid. Digunakan sebagian besar pada cat, tiner, dan pembersih. Fuel and stream Polutan yang berasal dari uap cairan avtur dan exhaust emisi pembakaran bahan bakar penerbangan
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
42 55
Lampiran 6. Rencana Kerja Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli 2013
2013 1 2
3 4 1 2 3 4 1 2 3
X X
X
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal Ujian proposal dan perbaikan
X
X
Permintaan ijin etika penelitian Perijinan
X
X
X
X
ke
Lakespra dan
X
X
X
X
Skatek 021 Pengambilan
X
X
X
X
X
X
data Entri data Olah data dan analisa Penyusunan tesis
dan
X
X
pembahasan Penulisan tesis
X
lengkap Ujian tesis
X
Perbaikan X
tesis
X
Penulisan X
manuskrip untuk jurnal Upload ke UI
X
dan manuskrip ke jurnal
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
43 56
Lampiran 7. Organisasi dan Sumber Daya Utama
1. Dr. Flora Eka Sari,SpP
: Dosen pembimbing
2. Dr. Bobby Drastyawan,SpP
: Dosen pembimbing
3. Dr. Laras Hapsari (FKUI)
: Peneliti
4. Dr. Klara Sinabutar (FKUI)
: Dokter pemeriksa
5. Lakespra Saryanto
: Tempat pengumpulan data
Skatek 021 Halim PK
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
5744
Lampiran 8 Biaya No.
Kegiatan
Total (Rupiah)
1
Persiapan
1.1
Penyusunan Proposal
600.000
1.2
Fotokopi dan penjilidan
800.000
1.3
Seminar Proposal
2
Pelaksanaan
2.1
Konsumsi
2.2
Honorarium petugas lapangan
3
Pemasukan data
3.1
Penyusunan pratesis lengkap
4
Ujian pratesis
-
1.000.000 200.000 300.000 -
Perbaikan pratesis
200.000
Penyusunan tesis lengkap
300.000
Ujian tesis/sidang tesis
-
Perbaikan tesis
200.000
Pencetakan dan penjilidan tesis lengkap
300.000
Pengunggahan hasil tesis ke UI Publikasi hasil penelitian
2.000.000
TOTAL
5.900.000
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
45 58
Lampiran 9. Lembar Penjelasan
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat, Kepada segenap teknisi pesawat sekalian, saya mengharapkan partisipasi anda sekalian dengan sukarela dalam kajian: ―Pengaruh polutan dan faktor-faktor risiko lainnya terhadap nilai volume ekspirasi paksa detik pertama pada teknisi pesawat militer‖
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang mempengaruhi nilai volume ekspirasi paksa detik pertama pada teknisi pesawat militer. Kajian ini akan dilaksanakan dengan melakukan Wawancara, pemeriksaan tinggi badan, dan pemeriksaan spirometri Melakukan analisis terhadap semua data tersebut di atas Seluruh data berupa keterangan maupun hasil pemeriksaan kesehatan personil yang kami dapat, dijamin kerahasiaannya. Manfaat dari kajian ini adalah memberikan informasi kepada subjek dan instansi penerbangan
tentang faktor-faktor risiko dan dapat berupaya meminimalisasi
risiko dengan upaya preventif.
Hormat saya,
(dr. Laras Hapsari)
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
46 59
Lampiran 10. Pengolahan Data 1. ANALISIS UNIVARIAT . sum a2_umur usiamulai
b1_tb
b2_bb
d2_lamarok
d3_stoprok
d4_jmlhrok
pangkat
pekerjaan
Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max -------------+-------------------------------------------------------a2_umur | 135 36.33333 8.597119 25 54 b1_tb | 135 168.9037 4.372359 160 182 b2_bb | 135 70.45556 9.18111 53 96 d2_lamarok | 135 10.47407 9.554892 0 34 d3_stoprok | 135 1.77037 4.882104 0 25 -------------+-------------------------------------------------------d4_jmlhrok | 135 7.014815 6.161974 0 24 pangkat | 135 6.148148 2.722265 1 12 pekerjaan | 135 5.992593 2.946023 2 10 usiamulai | 135 16.40741 10.10711 0 47
2. ANALISIS BIVARIAT . reg g1_fev1 a2_umur Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 67.7814127 1 67.7814127 Residual | 21232.3223 133 159.641521 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= 135 = 0.42 = 0.5158 = 0.0032 = -0.0043 = 12.635
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------a2_umur | .0827275 .1269602 0.65 0.516 -.1683948 .3338499 _cons | 84.87572 4.739331 17.91 0.000 75.5015 94.24993 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 b1_tb Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 376.846689 1 376.846689 Residual | 20923.257 133 157.317722 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 2.40 0.1241 0.0177 0.0103 12.543
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------b1_tb | -.3835431 .247811 -1.55 0.124 -.8737037 .1066175 _cons | 152.6633 41.87012 3.65 0.000 69.84586 235.4808 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 b2_bb Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 53.0668847 1 53.0668847 Residual | 21247.0368 133 159.752157 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= 135 = 0.33 = 0.5654 = 0.0025 = -0.0050 = 12.639
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------b2_bb | -.0685432 .1189257 -0.58 0.565 -.3037736 .1666873 _cons | 92.71073 8.449296 10.97 0.000 75.99835 109.4231 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 d2_lamarok
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
47 60
Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 320.594415 1 320.594415 Residual | 20979.5093 133 157.740671 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 2.03 0.1563 0.0151 0.0076 12.559
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------d2_lamarok | -.1618825 .1135517 -1.43 0.156 -.3864833 .0627184 _cons | 89.57705 1.607172 55.74 0.000 86.39813 92.75597 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 d3_stoprok Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 447.356634 1 447.356634 Residual | 20852.7471 133 156.787572 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 2.85 0.0935 0.0210 0.0136 12.521
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------d3_stoprok | .3742549 .2215626 1.69 0.094 -.0639873 .8124971 _cons | 87.21891 1.146843 76.05 0.000 84.9505 89.48732 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 d4_jmlhrok Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 432.114546 1 432.114546 Residual | 20867.9892 133 156.902174 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 2.75 0.0994 0.0203 0.0129 12.526
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------d4_jmlhrok | -.2914252 .1756071 -1.66 0.099 -.6387694 .0559189 _cons | 89.92578 1.636978 54.93 0.000 86.6879 93.16365 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 pangkat Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 4005.40264 1 4005.40264 Residual | 17294.7011 133 130.035346 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 30.80 0.0000 0.1880 0.1819 11.403
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------pangkat | 2.008354 .3618662 5.55 0.000 1.292597 2.724112 _cons | 75.53382 2.431664 31.06 0.000 70.72408 80.34356 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 pekerjaan Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 7372.25509 1 7372.25509 Residual | 13927.8486 133 104.720666 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 70.40 0.0000 0.3461 0.3412 10.233
------------------------------------------------------------------------------
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013
48 61
g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------pekerjaan | -2.517745 .3000736 -8.39 0.000 -3.111279 -1.924211 _cons | 102.9693 2.002323 51.42 0.000 99.00878 106.9298 -----------------------------------------------------------------------------. reg g1_fev1 usiamulai Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 11.8340393 1 11.8340393 Residual | 21288.2697 133 160.062178 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 1, 133) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= 135 = 0.07 = 0.7861 = 0.0006 = -0.0070 = 12.652
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------usiamulai | -.0294027 .1081347 -0.27 0.786 -.2432889 .1844835 _cons | 88.3639 2.081698 42.45 0.000 84.24639 92.48142 ------------------------------------------------------------------------------
3. ANALISIS MULTIVARIAT . stepwise, pr(.2):reg g1_fev1 b1_tb d2_lamarok d3_stoprok d4_jmlhrok pekerjaan begin with full model p = 0.6027 >= 0.2000 removing d4_jmlhrok p = 0.5269 >= 0.2000 removing b1_tb p = 0.3236 >= 0.2000 removing d3_stoprok Source | SS df MS -------------+-----------------------------Model | 7981.59802 2 3990.79901 Residual | 13318.5057 132 100.89777 -------------+-----------------------------Total | 21300.1037 134 158.955998
Number of obs F( 2, 132) Prob > F R-squared Adj R-squared Root MSE
= = = = = =
135 39.55 0.0000 0.3747 0.3652 10.045
-----------------------------------------------------------------------------g1_fev1 | Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval] -------------+---------------------------------------------------------------pekerjaan | -2.574437 .2954475 -8.71 0.000 -3.158862 -1.990013 d2_lamarok | -.2238622 .0910942 -2.46 0.015 -.4040554 -.0436689 _cons | 105.6538 2.248603 46.99 0.000 101.2058 110.1017 ------------------------------------------------------------------------------
Universitas Indonesia Pengaruh polutab..., Laras Hapsari, FK UI, 2013