PENGARUH POLA SOSIALISASI ORANG TUA DAN MODAL SOSIAL TERHADAP PEMILIHAN PEKERJAAN OLEH PEMUDA PEDESAAN (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
ALVIA LILIAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua dan Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan” (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan di Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Alvia Lilian NIM I34130160
ABSTRAK ALVIA LILIAN. Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua dan Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan. Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI. Pekerjaan yang dipilih oleh pemuda saat ini sangat beragam baik pekerjaan di sektor pertanian, industri, maupun jasa. Semakin hari semakin banyak pemuda desa yang lebih memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Pemilihan pekerjaan yang dilakukan pemuda pedesaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya pola sosialisasi orang tua, karakteristik individu, dan modal sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pola sosialisasi orang tua, karakteristik individu, dan modal sosial dalam pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. Pola sosialisasi orang tua terdiri dari sosialisasi otoriter, demokratis, dan permisif. Karakteristik individu terdiri dari umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Modal sosial terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan norma sosial. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial paling berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. Kata Kunci : Modal Sosial, Pemilihan Pekerjaan, Pemuda, Pola sosialisasi
ABSTRACT ALVIA LILIAN. The Effect of Parental Socialization Pattern and Social Capital towards Choosing The Job by Rural Youth. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI. Jobs that chosen by youth nowadays is very diverse, whether in agricultural sector, industrial sector, or the service sector. However, more youth prefer to work in non-agricultural at the present time. Choosing a job by rural youth can be affected by some factors such as socialization pattern by parents, individual characteristics, and social capital. The purpose of this research is to analyze the effect of socialization pattern by parents, individual characteristics, and social capital towards choosing the job by rural youth. Socialization pattern consist of authoritarian socialization, democratic socialization, and permissive socialization. Individual characteristics consist of age, gender, and education level. Social capital consist of trust, networking, and social norms. This research use quantitative and qualitative methods. The result shows that social capital is most affected rural youth on choosing the job. Keywords : Social Capital, Choosing A Job, Youth, Socialization Pattern
PENGARUH POLA SOSIALISASI ORANG TUA DAN MODAL SOSIAL TERHADAP PEMILIHAN PEKERJAAN OLEH PEMUDA PEDESAAN (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
ALVIA LILIAN I34130160
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PRAKATA
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua dan Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan” (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) dengan sangat baik, lancar, dan tanpa hambatan yang begitu berarti. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MA sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Ade Suanda Sudrajat dan Ibu Liliana Suryani serta kakak tersayang, Aldi Suandana Kurnia yang senantiasa memberikan dukungan serta doa-doa kepada penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberikan semangat yakni Adini, Eka, Valenikha, Zahrah, Anggieta. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kerabat terdekat, yaitu Meishayu Indriaty Ulfah, Annisa Nurul Wahidah dan Rahmat Darmawan yang telah membantu dalam proses penelitian. Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman SKPM 50, teman-teman di luar Departemen SKPM, Divisi Public Relation HIMASIERA 2015, serta Shidqu Abdulaziz I. M. yang telah memberikan semangat dan menemani penulis dalam proses penelitian hingga penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis mengetahui bahwa karya ini masih terdapat kekurangan dan belum sempurna karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat digunakan sebagai rujukan pustaka bagi penelitian selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Februari 2017
Alvia Lilian
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ ix PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Kegunaan Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5 Tinjauan Teoritis 5 Sosialisasi 5 Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua 7 Pemuda 8 Modal Sosial 9 Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan 9 Kerangka Pemikiran 11 Hipotesis Penelitian 12 PENDEKATAN LAPANGAN ................................................................................... 13 Metode Penelitian 13 Lokasi dan Waktu Penelitian 13 Teknik Pengumpulan Data 14 Teknik Penentuan Responden dan Informan 14 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 15 Definisi Operasional 16 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................................... 19 Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan 19 Kondisi Demografi dan Sosial Budaya 20 Sarana dan Prasarana 22 Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Pemuda Pedesaan 24 POLA SOSIALISASI ORANG TUA DALAM PEMILIHAN PEKERJAAN .......... 27 Pola Sosialisasi Orang Tua Responden 27 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Pola Sosialisasi Orang Tua 29 MODAL SOSIAL DALAM PEMILIHAN PEKERJAAN ........................................ 35 Kepercayaan 35 Jaringan 36 Norma 37 PEMILIHAN PEKERJAAN OLEH PEMUDA PEDESAAN ................................... 39 Pekerjaan Saat Ini dan Pekerjaan yang Diinginkan 39 Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua terhadap Pemilihan Pekerjaan 44 Pengaruh Karakteristik Individu Responden terhadap Pemilihan Pekerjaan 47 Pengaruh Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan 53 PENUTUP................................................................................................................... 56 Simpulan 57 Saran 58 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 59
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20 21 22
Definisi Operasional Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis agama di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah sarana dan prasarana di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua dalam pemilihan pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan sektor pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan pola sosialisasi yang diberikan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan sektor pekerjaan dengan pola sosialisasi yang diberikan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keinginan pindah sektor pekerjaan, jenis pekerjaan, atau status pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016
16 20 21 21 23 27 29 30 31 32 39 40 41
43 44 46 47 48 49 50 51 52
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka Pemikiran Jumlah sarana pariwisata di Desa Leuwimalang, 2016 Pola jaringan pemuda di Desa Leuwimalang, 2016
12 22 36
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 6 Peta Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor 7 Daftar Kerangka Sampling 8 Kuesioner Penelitian 9 Pedoman Wawancara 10 Dokumentasi
64 65 66 67 68 69 70 73 80 82
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sedang mengalami perubahan dari perekonomian yang didominasi sektor pertanian berbasis di desa, menuju perekonomian dengan pangsa kegiatan yang lebih besar di sektor industri dan jasa di perkotaan. Adanya hal ini mendorong terjadinya urbanisasi secara pesat (ILO 2015). Menurut hasil Sensus Antar Penduduk (SUPAS) 2015 dari BPS, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan yakni 119 juta orang (46,85%). Mengacu pada BPS (2015), jumlah pemuda yang tinggal di pedesaan yakni 29,29 juta orang (11,49%). Di pedesaan sektor pertanian masih memegang peran penting bagi ketenagakerjaan pemuda, sebanyak 14 juta (47,95%) pemuda desa bekerja pada lapangan usaha pertanian, perkebunan dan perikanan. Kemudian sebanyak 5,1 juta (17,66%) pemuda desa bekerja pada lapangan usaha industri, dan sebanyak 4,7 juta (16,11%) pemuda desa bekerja pada lapangan usaha jasa. Namun, di lokasi penelitian mayoritas pemuda bekerja sebagai karyawan swasta dan pedagang di sektor jasa. Padahal di lokasi penelitian terdapat 68,912 ha sawah dan kebun dari total luas wilayah 135,188 ha. Menurut Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2009, tenaga kerja khususnya pada usia muda beranggapan bahwa pekerjaan sektor pertanian merupakan pekerjaan yang kotor dan berpendapatan rendah. Hal ini mengakibatkan mereka tidak ingin bekerja di sektor pertanian. Mereka memiliki pandangan bahwa pekerjaan di luar sektor pertanian baik di sektor formal maupun informal merupakan pekerjaan yang lebih baik. Sektor informal memberikan kemungkinan kepada tenaga kerja yang berlebih di pedesaan untuk pindah ke kota agar terlepas dari kemiskinan. Pekerjaan sektor informal seperti ini lebih mudah dijangkau oleh para pemuda desa karena tidak terlalu mengandalkan pendidikan formal, walaupun upahnya relatif rendah. Pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda desa, baik di sektor pertanian atau sektor non pertanian, serta di sektor formal maupun sektor informal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang memengaruhi pilihan jenis pekerjaan pemuda tersebut terdiri dari faktor internal (yang ada dalam diri individu) dan faktor eksternal (yang ada di luar diri individu). Salah satu faktor eksternalnya yaitu pengaruh sosialisasi pekerjaan dari orang tua (Hendri dan Wahyuni 2013). Pada umumnya, masyarakat desa juga memiliki keinginan untuk maju. Jalan yang ditempuh orang tua biasanya dengan menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya bahkan sampai ke kota. Orang tua menginginkan anaknya menjadi lebih pintar, lebih sukses, dan memiliki pekerjaan yang lebih baik daripada mereka. Dalam hal ini orang tua memiliki kekuatan untuk memberikan pengaruh kepada anak mereka dalam menentukan pilihan pekerjaan yang akan dijalani melalui proses sosialisasi. Menurut A’yun (2015), pengaruh orang tua ini termasuk ke dalam aspek lingkungan sosial budaya. Dalam lingkungan sosial budaya, keluarga atau khususnya orang tua merupakan lingkungan primer bagi anak karena interaksi di antara mereka sering terjadi. Proses interaksi tersebut memengaruhi gaya hidup dan juga pola pikir seseorang dalam memilih pekerjaan. Adanya dorongan dari keluarga, teman, dan tetangga memengaruhi masyarakat Kecamatan Cerme untuk beralih pekerjaan dari sektor
2
pertanian ke sektor industri. Adanya motivasi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan mengungguli orang lain juga menjadi faktor pendorong seseorang untuk beralih pekerjaan (A’yun 2015). Shumba dan Naong (2012) dalam penelitiannya di Afrika Selatan menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang memengaruhi pemilihan dan aspirasi karir atau pekerjaan pada mahasiswa. Faktor-faktor tersebut diurutkan dari yang paling berpengaruh sampai faktor yang kurang berpengaruh, di antaranya keluarga, kemampuan responden dalam mengidentifikasi pilihan karir yang disukai, dan guru/dosen. Hasil penelitian Hendri dan Wahyuni (2013) di Desa Cihideung Udik menunjukkan bahwa pemuda memiliki persepsi negatif terhadap pekerjaan pertanian karena tidak banyak lagi pemuda desa yang diperkenalkan dengan pertanian oleh orang tuanya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar bagi anak dalam memilih jenis pekerjaan yang akan dijalani. Di samping itu, ternyata terdapat konsep modal sosial yang juga berpengaruh dalam pemilihan pekerjaan oleh pemuda. Pada penelitian yang dilakukan oleh Azca dan Sutopo (2013) terhadap pemuda di Yogyakarta mengemukakan bahwa terdapat pengaruh jejaring sosial yang dimiliki oleh pemuda dalam mencari jenis pekerjaan. Salah satu responden laki-lakinya mengatakan bahwa ia sering bertukar informasi dengan teman-temannya terkait dengan pekerjaan. Di lokasi penelitian sebagian besar pemuda juga memanfaatkan jaringan yang dimiliki di luar dari keluarga inti. Pemuda lebih sering berinteraksi dengan teman sepermainan dibandingkan dengan orang tuanya terkait dengan pekerjaan. Berdasarkan pemaparan tersebut, pertanyaan penelitian umum yang diajukan adalah bagaimana pengaruh pola sosialisasi orang tua dan modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan? Rumusan Masalah Orang tua sebagai pihak yang sangat dekat dengan anaknya memberikan sosialisasi mengenai pekerjaan dengan cara yang berbeda-beda. Cara-cara sosialisasi yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dibedakan menurut Hurlock (1972) dalam Ihromi (1999). Ia menggolongkan pola sosialisasi menjadi tiga, yaitu sosialisasi otoriter, sosialisasi demokratis, dan sosialisasi permisif. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi pola sosialisasi yang diberikan orang tua adalah karakteristik sosial ekonomi orang tua (Hurlock 1972). Berdasarkan fakta tersebut dapat dibuat rumusan masalah, bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi orang tua terhadap pola sosialisasi yang diberikan? Menurut Tarigan (2004), pekerjaan pertanian disosialisasikan dengan penilaian yang negatif kepada anaknya. Secara sadar atau tidak sadar, orang tua telah menggambarkan kelelahan, kerendahan, dan ketidakcerahan bekerja di pertanian kepada anaknya. Sebagai agen sosialisasi, orang tua membantu mengarahkan anak untuk berusaha keluar dari pekerjaan pertanian dan sang anak memilih untuk bekerja di sektor non pertanian. Dari fakta tersebut dapat terlihat bahwa sosialisasi yang diberikan orang tua dapat memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. Dengan adanya fakta tersebut dapat dibuat rumusan masalah, bagaimana pengaruh pola sosialisasi orang tua terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan?
3
Dalam memilih suatu pekerjaan, seseorang perlu untuk memenuhi persyaratan pendidikan, pelatihan, maupun keterampilan tertentu agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik (Dariyo 2004). Menurut Dariyo (2004), rendahnya taraf pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap taraf keterampilan, kemampuan, maupun keahliannya yang kemudian berpengaruh kepada pekerjaan yang akan dijalani. Pemuda yang berpendidikan rendah cenderung lebih memilih pekerjaan sektor pertanian karena tidak memerlukan pendidikan dan keterampilan khusus, sedangkan pemuda berpendidikan tinggi lebih memilih pekerjaan pada sektor industri dan jasa (Herlina 2002). Berdasarkan fakta tersebut dapat dibuat rumusan masalah, bagaimana pengaruh karakteristik individu terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan? Selain pola sosialisasi dari orang tua dan karakteristik individu, dalam memilih suatu pekerjaan sang anak dipengaruhi oleh modal sosial yang dimiliki. Pemuda pedesaan membangun hubungan-hubungan sosial di luar keluarga. Hubungan itulah yang kemudian akan membentuk jejaring sosial (Sumarti 2015). Jejaring sosial bersamaan dengan kepercayaan dan norma merupakan unsur dari modal sosial (Coleman 1988). Azca dan Sutopo (2013) dalam penelitiannya menemukan responden yang memanfaatkan hubungan sosial dengan salah satu gurunya di STM sehingga ia mendapatkan pekerjaan sebagai seorang mekanik di PT Astra International Tbk. Berdasarkan fakta di atas dapat dibuat rumusan masalah, bagaimana pengaruh modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi orang tua terhadap pola sosialisasi yang diberikan 2. Menganalisis pengaruh pola sosialisasi orang tua terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan 3. Menganalisis pengaruh karakteristik individu terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan 4. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberi manfaat kepada berbagai pihak sebagai berikut: 1. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu dan wawasan yang telah didapatkan serta dapat menjadikan sumber informasi mengenai ketenagakerjaan pada usia muda di desa penelitian sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu kependudukan yang terkait dengan ketenagakerjaan. 2. Bagi pemerintah
4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai angkatan kerja usia muda sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan, terutama mengenai lapangan pekerjaan di pedesaan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pemuda pedesaan. 3. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai angkatan kerja usia muda di pedesaan dan pekerjaan apa saja yang menjadi pilihan pemuda pedesaan serta faktor-faktor pengaruhnya. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi desa-desa lain, terutama yang memiliki banyak angkatan kerja usia muda.
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Sosialisasi Menurut Soekanto (2001), sosialisasi merupakan suatu proses ketika anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup. Proses sosialisasi merupakan proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Pada proses sosialisasi ini keluarga atau orangtua memiliki peran yang sangat penting. Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki posisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak (Sunarto 2004). Keluarga merupakan wadah sosialisasi primer dan sangat menentukan perkembangan anak. Dalam memilih jenis pekerjaan, pemuda sangat dipengaruhi oleh sosialisasi yang diberikan kedua orangtuanya. Terdapat kecenderungan anak lebih memilih pekerjaan yang sering disosialisasikan oleh orang tua dan cenderung tidak memilih pekerjaan yang dianggap asing atau kurang diketahui oleh anak. Hal tersebut dikemukakan oleh Hendri dan Wahyuni (2013) bahwa anak tidak memilih pekerjaan pertanian karena orang tuanya tidak bekerja sebagai petani. Ihromi (1999) dalam bukunya menjelaskan teori pola sosialisasi dari Elizabeth B. Hurlock (1972). Hurlock menjelaskan pola sosialisasi digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Otoriter Dalam pola ini orang tua terlalu ketat dalam mendidik anaknya. Orang tua memiliki kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya. Tingkah laku anak dikekang secara kaku dan tidak ada kebebasan dalam berbuat kecuali apa yang sudah ditetapkan oleh peraturan dari orang tua. Seorang anak harus mampu mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh orang tuanya. Ketika anak melanggar aturan yang ditetapkan oleh orang tua, sang anak langsung mendapat hukuman dari orang tuanya. Orang tua tidak mendorong anak untuk mengambil keputusan sendiri. Oleh karena itu, anak mengalami tekanan batin dalam berperilaku bahkan kaku dalam bertindak karena adanya rasa ketakutan di dalam dirinya. b. Demokratis Dalam pola ini orang tua lebih menekankannya kepada anak dalam berperilaku. Orang tua lebih menekankan aspek pendidikan daripada
6
hukuman. Jika anak melanggar peraturan maka anak tidak langsung dihukum, tetapi anak dinasehati terlebih dulu. Ketika anak berperilaku dengan baik sesuai dengan aturan, maka anak tersebut akan mendapatkan pujian dari orang tuanya sehingga anak memiliki kebebasan dalam berperilaku berkaitan dengan apa yang diinginkannya. Seorang anak mampu mengetahui bagaimana ia berperilaku semestinya di dalam kehidupan masyarakat. Orang tua yang demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam diri anak sendiri. c. Permisif Dalam pola ini orang tua lebih menekankan kebebasan secara luas. Orang tua membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anak. Seorang anak diberi kebebasan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan anak sendirilah yang akan menemukan bagaimana ia harus berperilaku. Pada saat terjadi hal yang berlebihan barulah orang tua bertindak. Orang tua dalam mendidik anaknya dalam berperilaku sangatlah longgar. Setiap orang tua belum tentu menggunakan satu pola saja dalam memberikan sosialisasi kepada anak, ada kemungkinan orang tua menggunakan ketiga pola sosialisasi tersebut. Namun, ada kecenderungan orang tua memberikan satu pola sosialisasi yang lebih sering digunakan kepada anaknya. Menurut Hurlock (1972) dalam Ihromi (1999), pada dasarnya pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua dapat dipengaruhi oleh sepuluh faktor, di antaranya: 1. Menyamakan diri dengan pola sosialisasi yang dipergunakan oleh orang tua mereka terdahulu. 2. Menyamakan pola sosialisasi yang dianggap paling baik oleh masyarakat di sekitarnya. 3. Usia dari orang tua. 4. Kursus-kursus, orang dewasa yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga atau kursus pemeliharaan anak. 5. Jenis kelamin orang tua. 6. Status sosial ekonomi orang tua. 7. Konsep peranan orang tua. Orang tua tradisional cenderung lebih menggunakan pola yang otoriter dibandingkan orang tua yang lebih modern. 8. Jenis kelamin anak. 9. Usia anak. Pola otoriter biasanya digunakan pada anak-anak kecil karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan buruk. 10. Kondisi anak. Bagi anak-anak yang agresif lebih baik menggunakan pola sosialisasi yang otoriter, sedangkan anak-anak yang mudah merasa takut dan cemas lebih tepat digunakan pola yang demokratis. Teori ini pernah digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Penelitian Alfiana (2013) di Dusun Pandanan, Kecamatan Wonosari, mengungkapkan bahwa sosialisasi orang tua kepada anak dengan usia
7
kurang dari 12 tahun adalah sosialisasi otoriter. Hal ini ditandai dengan semua kendali keputusan berada di tangan orang tua, termasuk dalam proses pemilihan sekolah. Namun, sosialisasi yang diberikan oleh orang tua pada pendidikan anak yang berusia 12-15 tahun cenderung demokratis. Orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk mengambil keputusan sendiri sesuai dengan apa yang diinginkannya. Maka dari itu, teori ini akan dicoba digunakan untuk meneliti pengaruhnya terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Menurut Soekanto (2001), sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumberdaya. Karakteristik sosial ekonomi merupakan suatu hal yang berbedabeda di setiap kategori dan lapisan masyarakat. Oleh karena itu, status sosial ekonomi seseorang, orang tua, atau rumah tangga menunjukkan suatu ketidaksetaraan tertentu. Soekanto (2009) menyatakan bahwa ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut: (1) Ukuran kekayaan, barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, caracaranya mempergunakan pakaian serta bahan, pekerjaan orang tua, penghasilan dan seterusnya, (2) Ukuran kekuasaan, barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan teratas, (3) Ukuran kehormatan, orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa, (4) Ukuran ilmu pengetahuan, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Menurut Rinihastuti (2010), pemuda desa yang memiliki orang tua dengan kedudukan yang lebih sederhana, cenderung untuk memilih pekerjaan yang dengan cepat menghasilkan uang banyak dan bergengsi. Berikut karakteristik sosial ekonomi orang tua yang dilihat dalam penelitian ini: 1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar (SD/MI/Sederajat), pendidikan menengah (SMP/MTs/Sederajat, SMA/MA/Sederajat), dan pendidikan tinggi (Diploma dan Perguruan Tinggi).
8
2. Sektor Pekerjaan Pekerjaan orang tua dapat memengaruhi sosialisasinya kepada anak. Dalam penelitiannya, Meilina (2015) mengemukakan orang tua pemuda desa yang pekerjaannya sebagai petani justru lebih mendorong anak-anaknya bekerja di perkotaan atau bekerja di sektor non pertanian. Hal ini dilakukan karena orang tua mereka menginginkan anak-anaknya bekerja di sektor yang lebih menjanjikan, dibandingkan dengan pekerjaan orang tuanya yang sebagai petani dan kurang menjanjikan. Karakteristik sosial ekonomi yang dijelaskan di atas dapat menjadi pengaruh bagaimana cara sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Dari hasil penelitian Komar (2015) di pedesaan, ketidaktertarikan pemuda terhadap pekerjaan pertanian dikarenakan pengetahuan pertanian pemuda yang rendah mulai dari mempersiapkan lahan, menanam, memanen, serta mengolah lahan. Cara orang tua mendidik anak mereka untuk jauh dari pekerjaan pertanian adalah dengan tidak memberikan informasi tentang cara bertani. Orang tua berharap agar anaknya bekerja di luar sektor pertanian. Orang tua yang bekerja sebagai petani merasakan keraguan dan ketidakpercayaan terhadap sektor pertanian karena hasil produksinya tidak membuat petani menjadi untung. Hal tersebut memungkinkan anak-anak yang berusia muda enggan untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya sebagai petani dan beralih ke pekerjaan di sektor non pertanian. Pemuda Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menyebutkan bahwa batasan usia pemuda adalah 16-30 tahun. UU tersebut menjelaskan bahwa dalam pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Untuk membangun pemuda diperlukan pelayanan kepemudaan. Beberapa pelayanan kepemudaan yang dimaksud diantaranya peningkatan dan perluasan memperoleh peluang kerja sesuai potensi dan keahlian yang dimiliki, serta perluasan kesempatan memperoleh dan meningkatkan pendidikan serta keterampilan. Dalam kaitannya dengan pemilihan pekerjaan yang dilakukan, karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Hawkins et al. (1986) dalam Bahrin (2008), mengemukakan bahwa usia, jenis kelamin, dan pendidikan seseorang akan memengaruhi perilakunya. Jenis kelamin digunakan untuk membedakan antara laki laki dan perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh. Tingkat pendidikan juga dapat memengaruhi pemuda dalam memilih pekerjaan. Yulianto (1997) mengemukakan bahwa pemuda anak petani banyak yang mempunyai keinginan bekerja di luar sektor pertanian. Apalagi untuk mereka yang telah mencapai pendidikan setingkat SMA. Mereka cenderung untuk memilih pekerjaan sendiri di luar sektor pertanian karena dirasa mampu bekerja pada suatu bidang pekerjaan tertentu, hal ini juga disebabkan oleh kesesuaian tingkat pendidikan yang telah dicapainya.
9
Modal Sosial Coleman (1988) mendefinisikan modal sosial sebagai aspek-aspek dari struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilainilai baru. Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, jaringan-jaringan, dan norma-norma yang dapat meningkatkan efisiensi dalam masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Menurut Putnam (2002), modal sosial ialah jaringan sosial dan norma-norma yang timbal balik. Jaringan sosial menciptakan nilai, baik individu maupun kolektif, manusia dapat berinvestasi dengan adanya sebuah jaringan. Ia mengemukakan bahwa modal sosial lebih berperan untuk kesejahteraan manusia daripada barang-barang material. Rasa percaya (memercayai) merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan (Putnam 2002). Jaringan sosial dapat terbentuk dari hubungan sosial seperti hubungan kenalan biasa, sahabat intim, dan ikatan keluarga. Teman, sahabat, dan anggota keluarga tersebut pada gilirannya berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan sekumpulan ikatan-ikatan, yang terkait bersama menjadi sejumlah besar orang. Namun, hubungan-hubungan sosial selalu terbatas pada jumlah manusia sehingga setiap orang melalui pengalaman sosialnya memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang paling menguntungkan (Sumarti 2015). Menurut Wahyuni (2015), jaringan sosial itu disebut sebagai grup. Grup sosial yang pertama dikenal manusia adalah keluarga. Dari keluarga, pergaulan seseorang akan meluas ke grup-grup di luar keluarga, seperti grup sepermainan, grup-grup di sekolah, serta grup-grup lain dalam masyarakat yang dapat memengaruhi sikap, perilaku, serta kepribadian seseorang. Dengan semakin luas jaringan, maka semakin banyak informasi yang didapatkan. Menurut Hasbullah (2006), norma sosial adalah sekumpulan aturan yang diharapkan, dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma sosial dapat berupa aturan yang tertulis dan tidak tertulis yang berisikan nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam hidup bermasyarakat. Norma yang berlaku di mana pemuda itu tinggal sangat berpengaruh pada pekerjaan yang akan dipilih dan dijalaninya. Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan Menurut Rusli (2012), tenaga kerja yang bekerja di suatu negara dapat di golongkan ke dalam sektor-sektor pekerjaan, diantaranya sektor pertanian (Agriculture), sektor industri (Manufacturing), dan sektor jasa (Services). Sektor Pertanian merupakan kategori lapangan pekerjaan yang mengandung pengertian pertanian dalam arti luas yaitu pertanian, tanaman padi dan palawija, holtikura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian lainnya. Sektor Industri mencakup lapangan pekerjaan pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, dan air, dan bangunan. Sektor Jasa terdiri dari lapangan pekerjaan sisanya, yaitu perdagangan, hotel dan rumah makan, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, keuangan dan asuransi, jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan. Di negara
10
agraris sebagian besar kesempatan kerja masih dalam bidang atau sektor pertanian. Namun seiring berkembangnya zaman, terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri lalu ke sektor jasa. Sebagian besar pekerjaan-pekerjaan di sektor informal diperkirakan terdapat dalam sektor jasa. Menurut BPS (2016), sektor informal maupun formal dapat dikategorikan berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal termasuk dalam kategori berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyaman/pegawai. Kategori sisanya masuk ke dalam pekerjaan informal. Berikut kategori status pekerjaan menurut BPS (2011): a. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus. b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan/atau buruh/pekerja tidak tetap. c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas risiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/pekerja tetap yang dibayar. d. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki satu majikan yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor bangunan batasannya tiga bulan. Apabila majikannya instansi/lembaga, boleh lebih dari satu. e. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. f. Pekerja bebas di nonpertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. g. Pekerja keluarga/tak dibayar, adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. BPS (2016) mengemukakan bahwa pada bulan Februari 2016 di Jawa Barat, penduduk yang bekerja di sektor formal mencapai 9,9 juta orang (48,92%) dan di sektor informal mencapai 10,3 juta orang (51,08%). Pekerja sektor formal
11
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya yang sebesar 9,8 juta orang (47,92%). Selain sektor dan status pekerjaan, BPS juga membagi jenis pekerjaan menjadi pejabat tinggi/manajer, tenaga profesional, tenaga tata usaha, tenaga usaha jasa dan penjualan, tenaga usaha pertanian dan peternakan, tenaga pengolahan dan kerajinan, operator, dan pekerja kasar. Kerangka Pemikiran Pada setiap keluarga, pekerjaan anak-anak mereka menjadi perhatian yang penting untuk menentukan kesejahteraan keluarga selanjutnya. Pekerjaan yang dipilih pemuda pedesaan semakin beragam. Berkembangnya sektor industri dan jasa membuat banyak pemuda memilih pekerjaan di sektor tersebut. Pekerjaan yang dipilih oleh pemuda pedesaan dilihat berdasarkan pekerjaan saat ini dan pekerjaan yang diinginkan. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan ialah sosialisasi yang diberikan orang tua terkait pekerjaan. Hal yang disosialisasikan orang tua dapat berupa nilai dan norma dalam memilih pekerjaan, informasi mengenai berbagai jenis pekerjaan, serta pekerjaan-pekerjaan yang menjadi keinginan orang tua. Dalam memberikan sosialisasi, orang tua menggunakan cara yang berbeda-beda seperti pemaksaan yang mengekang, pengarahan dengan adanya kebebasan, dan pemberian kebebasan secara luas tanpa pengawasan. Menurut Hurlock (1972) dalam Ihromi (1999) perbedaan cara sosialisasi itu dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi orang tua yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan dan sektor pekerjaan. Faktor lain yang dapat memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan adalah karakteristik individu pemuda. Karakteristik individu yang dilihat adalah umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan memberi pengaruh terhadap pekerjaan dan penghasilannya di kemudian hari (Dariyo 2004). Faktor selanjutnya yang dapat memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan adalah modal sosial. Modal sosial mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, jaringan-jaringan, dan normanorma yang dapat meningkatkan efisiensi dalam masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi (Coleman 1988). Adanya trust dapat membangun ikatan-ikatan yang lebih luas yang disebut sebagai jaringan sosial. Semakin luasnya jaringan, maka pemuda pedesaan akan semakin banyak melakukan pertukaran informasi mengenai pekerjaan. Selain itu, norma sosial yang dianut oleh setiap pemuda pedesaan juga dapat memengaruhi pilihan pekerjaannya. Secara rinci kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
12
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua: Tingkat Pendidikan Sektor Pekerjaan
Pola Sosialisasi dari Orang Tua: Sosialisasi Otoriter Sosialisasi Demokratis Sosialisasi Permisif
Karakteristik Pemuda: Umur Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Pemilihan Pekerjaan: Pekerjaan Saat ini Pekerjaan yang Diinginkan
Modal Sosial: Kepercayaan Jaringan Norma
Memengaruhi Dianalisis secara kualitatif
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut : 1. Diduga karakteristik sosial ekonomi orang tua memengaruhi pola sosialisasi yang diberikan. 2. Diduga pola sosialisasi orang tua memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. 3. Diduga karakteristik individu memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. 4. Diduga modal sosial memengaruhi pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan.
13
PENDEKATAN LAPANGAN Pendekatan lapang menggambarkan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan di lapangan. Pendekatan lapang meliputi metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik penentuan responden dan informan, serta teknik pengolahan dan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan pendekatan yang digunakan dalam menggali data dan informasi baik melalui kuesioner kepada responden ataupun wawancara terstruktur kepada informan. Teknik pengolahan analisis data merupakan pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian di analisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei digunakan untuk mencari pengaruh antar variabel yang diuji, yaitu pengaruh karakteristik sosial ekonomi orang tua terhadap pola sosialisasi orang tua, pengaruh pola sosialisasi orang tua, karakteristik individu, dan modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan. Metode survei dilakukan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden. Metode survei yang digunakan berfungsi untuk menggali informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi orang tua, pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya (sosialisasi otoriter, sosialisasi demokratis, dan sosialisasi permisif), karakteristik individu pemuda pedesaan, modal sosial yang dimiliki setiap pemuda pedesaan, serta pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda pedesaan. Sebelum peneliti ke lokasi penelitian, telah dilakukan uji coba 10 kuesioner terlebih dahulu untuk melihat sejauh mana kuesioner dapat dimengerti oleh calon responden dalam penelitian ini. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan. Informasi yang didapatkan dari para informan dibentuk menjadi narasi yang digunakan untuk menyempurnakan data dari hasil kuesioner. Pertanyaan yang terdapat di pedoman wawancara meliputi karakteristik sosial ekonomi orang tua, pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya (sosialisasi otoriter, sosialisasi demokratis, dan sosialisasi permisif), karakteristik individu pemuda pedesaan, modal sosial yang dimiliki setiap pemuda pedesaan, serta pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda pedesaan. Selain itu, pertanyaan juga diajukan ke beberapa perusahaan tempat pemuda pedesaan bekerja. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena di lokasi tersebut terdapat banyak pemuda yang bekerja di luar sektor pertanian seperti
14
karyawan swasta, pedagang, usaha jasa, buruh bangunan, dll. Berkembangnya sektor pariwisata di lokasi penelitian membuat pemuda lebih memilih pekerjaan yang sebagian besar di sektor jasa dan sebagian kecil di sektor industri. Pemuda tidak tertarik lagi dengan pekerjaan di sektor pertanian. Padahal dengan luas wilayah lokasi penelitian 135,188 ha, 30,404 ha merupakan lahan sawah dan 38,508 ha merupakan kebun/tegalan. Penelitian ini dilakukan dalam waktu delapan bulan dari bulan Juni 2016-Februari 2017 (Lampiran 1). Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, uji coba kuesioner, revisi kuesioner, pengambilan data di lapangan, penulisan draft skripsi, uji kelayakan skripsi, sidang skripsi dan perbaikan skripsi. Pengumpulan data dan informasi dilakukan oleh peneliti melalui interaksi langsung dengan pemuda pedesaan yang menjadi responden dan beberapa pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan teknik survei, observasi, kuesioner serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung kegiatan sehari-hari pemuda pedesaan yang menjadi responden, bagaimana hubungannya dengan orang tua, keluarga luas, dan juga teman-temannya. Data primer yang dibutuhkan untuk penelitian ini antara lain data karakteristik sosial ekonomi orang tua responden, pola sosialisasi orang tua, karakteristik individu responden, modal sosial yang dimiliki responden, dan pengaruhnya terhadap pemilihan pekerjaan oleh responden. Data sekunder meliputi berbagai sumber rujukan atau literatur berupa data BPS, data laporan tahunan tentang ketenagakerjaan di Indonesia, hasil penelitianpenelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik penelitian, profil lokasi penelitian, dan data monografi lokasi penelitian. Data-data tersebut dikaji dan dianalisis terlebih dahulu hingga pada akhirnya menjadi sumber rujukan dalam penelitian ini. Teknik Penentuan Responden dan Informan Subjek dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Responden adalah orang yang memberikan informasi mengenai diri mereka sendiri sebagai sumber data. Informan adalah orang yang memberikan informasi ataupun keterangan tambahan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah kategori pemuda yang berumur 16-30 tahun yang tinggal dan menetap sejak lahir di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dan bekerja di luar sektor pertanian. Kerangka samplingnya adalah seluruh pemuda yang bekerja di luar sektor pertanian, baik sektor formal maupun informal di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Populasi sampel ini dipilih karena untuk menganalisis adakah keinginan pemuda yang bekerja di luar sektor pertanian saat ini untuk bekerja di sektor pertanian di masa depan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Setiap responden diwawancarai dengan kuesioner dan pedoman wawancara. Unit analisis ini dipilih
15
karena sesuai dengan topik penelitian yang ingin melihat pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan di lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik simple random sampling. Dalam melakukan teknik ini, pertama kali penulis mendata seluruh populasi sampel di seluruh desa. Desa terdiri dari 3 RW dan 14 RT, dalam proses pendataan populasi sampel penulis dibantu oleh setiap Bapak/Ibu RT. Penulis mengunjungi rumah setiap Bapak/Ibu RT lalu mendata populasi sampel sesuai dengan Kartu Keluarga setiap warga yang dimiliki oleh setiap Bapak/Ibu RT. Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 50 responden, yang terdiri dari 40 laki-laki dan 10 perempuan. Jumlah sampel tersebut dipilih secara acak dari keseluruhan total jumlah populasi sampel yaitu 230 orang. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan sengaja (purposive), serta jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini meliputi setiap pemuda pedesaan yang menjadi responden, pemuda pedesaan yang tidak menjadi responden, orang tua dari responden, Bapak/Ibu RT, serta pihak-pihak perusahaan tempat di mana beberapa responden bekerja. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan pertanyaan terstruktur sebagai pedoman wawancara mendalam. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif, sedangkan pertanyaan terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010. Pengolahan data kuantitatif pada penelitian ini hanya sampai pada tabel tabulasi silang dikarenakan variabelvariabel yang diteliti tidak dapat dihitung melalui uji statistik. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, serta tabel tabulasi silang menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak perlu. Berikutnya adalah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Terakhir adalah verifikasi yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi.
16
Definisi Operasional Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Pola Sosialisasi Orang Tua
Definisi Suatu pola interaksi antara orang tua dengan responden dalam pemilihan pekerjaan responden. Variabel ini dalam konteks relasi orang tua dan anak.
Definisi Operasional Indikator Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, pola sosialisasi orang tua dibedakan menjadi: 1.Otoriter Demokratis Pilihan: a.Orang tua mengarahkan anak untuk bekerja sesuai keinginan orang tua b.Orang tua memberikan aturan tertentu jika anak tidak mengikuti pekerjaan yang diinginkan orang tua 2.Demokratis Pilihan: a. Tidak mengarahkan anak untuk bekerja sesuai dengan keinginan orang tua b. Orang tua memberikan nasehat dan informasi kepada anak dalam pemilihan pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Sektor Pekerjaan
Tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
3.Demokratis Permisif Pilihan: a.Orang tua memberikan kebebasan pada anak dalam memilih pekerjaan sesuai dengan nilai dan norma yang dianut b.Orang tua tidak memiliki pekerjaan yang diinginkan untuk anak Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 1. Rendah: tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD 2. Sedang : SMP / MTs, SMA / MA, SMEA, STM, SMK, Paket C 3. Tinggi : diploma, sarjana 1. Sektor Pertanian: a. Pertanian, tanaman
Skala Pengukuran
Nominal
Ordinal
Nominal
17
Variabel Orang Tua
Umur
Definisi uang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Umur responden saat ini yang sedang menjalani sektor pekerjaan saat ini Jenis Kelamin Perbedaan biologis responden karena perbedaan jumlah kromosom Pekerjaan Usaha yang dilakukan Saat untuk mendapatkan Ini/Pekerjaan uang dalam memenuhi yang kebutuhan sehari-hari Diinginkan
Definisi Operasional Indikator padi dan palawija b. Holtikura c. Perkebunan d. Perikanan e. Peternakan f. Kehutanan dan pertanian lainnya 2. Sektor Industri: a. Pertambangan dan penggalian b. Industri pengolahan c. Listrik, gas, dan air d. Bangunan 3. Sektor Jasa: a. Perdagangan b. Hotel dan rumah makan c. Transportasi dan pergudangan d. Informasi dan komunikasi e. Keuangan dan asuransi f. Jasa pendidikan g. Jasa kesehatan h. Jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan 16 – 30 tahun
Skala Pengukuran
Interval 1. Laki-laki 2. Perempuan
1. Sektor Pertanian: a. Pertanian, tanaman padi dan palawija b. Holtikura c. Perkebunan d. Perikanan e. Peternakan f. Kehutanan dan pertanian lainnya 2. Sektor Industri: a. Pertambangan dan penggalian b. Industri pengolahan
Nominal
Nominal
18
Variabel
Definisi
Definisi Operasional Indikator c. Listrik, gas, dan air d. Bangunan 3. Sektor Jasa: a. Perdagangan b. Hotel dan rumah makan c. Transportasi dan pergudangan d. Informasi dan komunikasi e. Keuangan dan asuransi f. Jasa pendidikan g. Jasa kesehatan h. Jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan
Skala Pengukuran
19
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Desa Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Leuwimalang merupakan salah satu desa yang berada di kawasan pariwisata Puncak, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Desa Leuwimalang memiliki luas wilayah 135,188 ha. Keseluruhan wilayah tersebut terbagi atas 68,912 ha lahan sawah/kebun, 4,504 ha kolam, 2,300 ha lahan kering, 3,600 ha jalan desa, 5,100 ha sarana peribadatan dan pendidikan, 18,825 ha perumahan/pemukiman penduduk, 15,200 ha bangunan hotel dan perkantoran, 2,600 ha makam, dan lahan lain-lain seluas 11,097 ha. Desa ini terdiri atas 3 dusun, 3 Rukun Warga (RW), dan 14 Rukun Tetangga (RT). Secara demografi Desa Leuwimalang memiliki batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara : Kali Ciliwung/Desa Cilember 2. Sebelah Timur : Kali Ciliwung/Desa Jogjogan 3. Sebelah Selatan : Kelurahan Cisarua : Desa Kopo 4. Sebelah Barat Topografi Desa Leuwimalang berbukit-bukit dan bergelombang dengan ketinggian rata-rata 700-800 meter di atas permukaan laut. Kawasan desa ini sangat sejuk dan dingin dengan suhu rata-rata 23-30˚C. Curah hujan di kawasan desa ini cukup tinggi, yakni sekitar 300 mm pertahunnya. Iklim di Desa Leuwimalang sama seperti wilayah Indonesia lainnya, yakni kemarau dan penghujan. Orbitase jarak tempuh dari Desa Leuwimalang ke Ibu Kota Kecamatan yaitu 1 Km, ke Ibu Kota Kabupaten yaitu 65 Km, ke Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yaitu 120 Km, dan ke Ibu Kota Negara Indonesia yaitu 90 Km. Potensi alam di Desa Leuwimalang dianggap kurang bisa diandalkan karena dari keseluruhan luas wilayahnya, hanya sekitar 10,00% yang merupakan lahan produktif dan dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat sekitarnya. Di samping itu, terdapat sungai yang mengaliri Desa Leuwimalang, yakni Sungai Ciliwung. Namun, sungai tersebut tidak dapat digunakan sebagai sumber sarana air bersih untuk mandi, mencuci, memasak, terlebih lagi untuk diminum. Hal ini dikarenakan sungai tersebut berada di dataran rendah dan sudah banyak tercemar oleh limbah industri ataupun penduduk sekitar. Sungai Ciliwung hanya dapat digunakan untuk kebutuhan lahan pertanian dan persawahan di sekitarnya. Untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci, memasak, dan kegiatan rumah tangga lainnya masyarakat menggunakan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) ataupun air yang berasal dari sumur. Secara keseluruhan Desa Leuwimalang merupakan desa dengan lokasi yang sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya puncak dengan akses jalan yang sangat memadai. Desa ini sangat mudah diakses oleh masyarakat yang berada di luar desa. Desa Leuwimalang juga seringkali dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara karena letaknya dekat dengan berbagai tempat wisata seperti Taman Safari Cisarua, Taman Wisata Matahari, Tempat Wisata Curug, Agrowisata Gunung Mas serta banyaknya hotel dan rumah makan.
20
Dengan keberadaan desa yang terletak di kawasan pariwisata secara otomatis menjadi peluang besar untuk implementasi usaha-usaha bagi para pemilik modal baik masyarakat dalam ataupun luar kota untuk membuka usaha. Hal tersebut tentu dapat menampung tenaga kerja lokal sehingga perekonomian masyarakat desa akan lebih baik. Sebagian besar masyarakat lokal bekerja di tempat-tempat wisata, di hotel, di rumah makan, menjadi pedagang, serta membuka lapangan usaha sendiri. Untuk menunjang itu semua diperlukan juga kemampuan dan keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat lokal, serta kerja sama dan dukungan dari pengusaha dan pemerintah terkait. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya Berdasarkan data monografi Desa Leuwimalang sampai dengan bulan Juni tahun 2016, jumlah penduduk di desa tersebut adalah 8.811 jiwa. Proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.526 jiwa dan proporsi penduduk perempuan sebanyak 4.285 jiwa. Jumlah rumah tangga yang ada di Desa Leuwimalang sejumlah 2.204 keluarga. Sebagian besar penduduk beragama Islam. Perincian jumlah penduduk berdasarkan jenis agama dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis agama di Desa Leuwimalang, 2016 Jenis Agama n % Islam 8 719 98,96 Katolik 29 0,33 Protestan 59 0,67 Hindu 4 0,04 Budha 0 0,00 Konghucu 0 0,00 Jumlah 8 811 100,00 Sumber: Monografi Desa Leuwimalang 2016
Berdasarkan pada tabel 2 mengenai jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis agama di Desa Leuwimalang tahun 2016, sebanyak 98,96% penduduk beragama Islam. Kemudian disusul oleh agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu dengan masing-masing persentase 0,67%, 0,33%, dan 0,04%. Tidak ada penduduk yang beragama Budha dan Konghucu di Desa Leuwimalang. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, fasilitas keagamaan yang ada di desa hanyalah masjid dan musholla. Tidak ada bangunan gereja, vihara, pura, dll. Oleh karena itu, penduduk beragama non muslim yang ingin beribadah perlu untuk pergi keluar desa. Berdasarkan tabel 3 yang menyajikan data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Leuwimalang tahun 2016, sebanyak 38,40% penduduk menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SD (Sekolah Dasar). Kemudian disusul oleh penduduk yang menamatkan pendidikannya sampai menengah atas sebanyak 32,63%. Namun, posisi terendah ditempati oleh penduduk dengan tingkat pendidikan sampai perguruan tinggi yaitu sebanyak 1,87% saja. Beberapa alasan sebagian besar penduduk tidak melanjutkan pendidikannya ke yang lebih tinggi dikarenakan alasan ekonomi keluarga, tidak didukung oleh orang tua, dan
21
tidak adanya keinginan dari setiap individu untuk melanjutkan pendidikannya. Padahal di daerah sekitar desa jumlah sekolah cukup memadai. Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan n % Tamat SD (Sekolah Dasar) 3 383 38,40 Tamat SMP (Sekolah 1 667 18,92 Menengah Pertama) Tamat SMA (Sekolah Menengah 2 875 32,63 Atas) Tamat Akademi 208 2,36 Tamat Perguruan Tinggi 165 1,87 Lainnya 513 5,82 Jumlah 8 811 100,00 Sumber: Monografi Desa Leuwimalang 2016
Potensi jumlah penduduk yang terbilang cukup padat di Desa Leuwimalang diharapkan dapat meningkatkan pembangunan fisik maupun non fisik (ekonomi) melalui beragam pekerjaan yang digeluti oleh seluruh penduduk. Perincian jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Leuwimalang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Jenis Pekerjaan n % Pegawai Negeri Sipil (PNS) 39 1,06 TNI/Polri 6 0,16 Karyawan Swasta 1 020 27,77 Pertukangan 136 3,70 Buruh 345 9,40 Pensiunan 27 0,73 Petani 152 4,14 Buruh Tani 162 4,41 Pedagang/Wiraswasta 1 632 44,44 Jasa dan Lainnya 154 4,19 Jumlah 3 673 100,00 Sumber: Monografi Desa Leuwimalang 2016
Berdasarkan pada tabel 4, terlihat sebaran jenis pekerjaan penduduk di Desa Leuwimalang pada tahun 2016. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan swasta dan pedagang/wiraswasta dengan persentase 27,77% dan 44,44%. Hal ini dikarenakan lokasi desa yang terletak di daerah pariwisata sehingga banyaknya jumlah hotel, rumah makan, dan tempat-tempat wisata yang berfungsi sebagai lapangan pekerjaan untuk penduduk usia produktif. Selain itu, dengan potensi lokasi desa yang strategis dan banyak dikunjungi oleh wisatawan mengakibatkan banyak sekali penduduk yang membuka lapangan usaha sendiri baik pedagang kaki lima, pedagang asongan, pedagang sembako, pedagang
22
makanan ringan, serta usaha lainnya. Berikut rincian jumlah hotel, vila, wisma, rumah makan, dan tempat wisata di Desa Leuwimalang. 160
141
140 120 100 80 60 40 20
15
9
11
9
Wisma
Rumah Makan
Tempat Wisata
0 Hotel
Vila
Gambar 2 Jumlah sarana pariwisata di Desa Leuwimalang, 2016 Di Desa Leuwimalang penduduk yang menjadi petani sangat sedikit dengan persentase 4,14% saja. Sebagian besar petani yang ada pun berusia tua dan tidak adanya regenerasi petani di desa tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya lapangan pekerjaan lain yang menarik hati usia muda untuk bekerja. Selain itu, semakin habisnya lahan pertanian di Desa Leuwimalang dikarenakan banyaknya lahan yang dialih fungsikan menjadi penggunaan non pertanian seperti hotel, rumah makan, tempat-tempat wisata, serta pemukiman penduduk. Penduduk Desa Leuwimalang yang sebagian besar berpendidikan rendah (hanya tamat SD) menyebabkan penduduknya masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh penduduk juga mejadi penghambat dalam mendapatkan pekerjaan. Alternatif pekerjaan yang dijalani bagi penduduk yang berpendidikan rendah yakni membuka lapangan usaha sendiri, baik sebagai pedagang ataupun usaha jasa seperti tukang ojek, usaha jasa sablon, usaha jasa bengkel, dll. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Leuwimalang sudah cukup lengkap yang terdiri dari sarana dan prasarana di bidang pemerintahan, bidang perhubungan, bidang pendidikan, bidang peribadatan, dan bidang kesehatan. Sarana dan prasarana tersebut tersebar di seluruh bagian desa, baik tingkat RT maupun RW. Namun, sayangnya pada bidang pendidikan tidak terdapat sekolah tingkat menengah pertama yang biasa disebut SMP. Hal ini menyebabkan penduduk di desa tersebut harus keluar dari wilayah desa untuk menempuh pendidikan SMP. Jumlah sarana dan prasarana di Desa Leuwimalang tahun 2016 yang lebih rinci dapat dilihat di tabel 5.
23
Tabel 5 Jumlah sarana dan prasarana di Desa Leuwimalang, 2016 Sarana dan prasarana n Bidang Pemerintahan Kantor Desa Pos Kamdes Pos Kamling Kendaraan Dinas Roda Dua Jumlah Bidang Perhubungan Jalan Lapis Hotmik Jembatan Besar Jembatan Kecil Jumlah Bidang Pendidikan PAUD TPA TK/Playgroup SD MI SMA SMK Pondok Pesantren Majlis Ta’lim Jumlah Sarana Peribadatan Masjid Jami Musholla Jumlah Bidang Kesehatan Posyandu Jumlah
1 1 14 2 18 8 6 9 23 4 1 1 1 1 1 1 6 15 31 7 14 21 9 9
Sumber: Monografi Desa Leuwimalang 2016
Pada bidang pemerintahan, sarana dan prasarana yang ada di Desa Leuwimalang sudah cukup memadai yakni adanya kantor desa yang sudah dilengkapi dengan berbagai dukungan peralatan seperti monografi desa, mesin tik, komputer, rak dan lemari arsip, kursi, meja, papan data PKK, telepon dan wifi, jam dinding, sound system, meja kerja, kursi rapat, kursi tamu, printer, dll. Selain itu, pos kamling sejumlah 14 buah juga tersebar di seluruh wilayah RT. Pada bidang perhubungan, di Desa Leuwimalang hanya terdapat jalan lapis hotmik, jembatan kecil, dan jembatan besar. Pada bidang pendidikan, desa tersebut memiliki 4 buah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 1 buah TPA, dan 1 buah TK/Playgroup. Di desa tersebut terdapat berbagai tingkatan sekolah kecuali SMP/MTS/sederajat. Hal itu sedikit menyulitkan bagi penduduk setempat dikarenakan untuk menempuh sekolah tingkat SMP/MTS/sederajat perlu pergi ke wilayah desa lain yang lokasinya lebih jauh. Di desa tersebut lebih banyak jumlah untuk sarana pendidikan keagamaan dibandingkan dengan sarana pendidikan umum, yaitu sebanyak 6 buah pondok
24
pesantren dan 15 buah majlis ta’lim. Hal ini dikarenakan budaya penduduk setempat yang masih sangat kental dengan keagamaan yang dianut dan sekitar 98,96% penduduk beragama Islam. Sebagian besar penduduk beragama Islam, maka sarana peribadatan yang ada di desa pun hanya untuk penduduk beragama Islam, yakni masjid jami sebanyak 7 buah dan musholla sebanyak 14 buah yang tersebar di seluruh wilayah RT. Tidak adanya sarana peribadatan untuk penduduk yang beragama non Islam seperti Kristen, Budha, dan Hindu. Oleh karena itu, penduduk yang beragama non islam perlu ke luar wilayah desa untuk beribadah. Pada bidang kesehatan, di wilayah desa juga hanya terdapat posyandu sebanyak 9 buah. Belum terdapatnya rumah dinas bidan desa dan balai pengobatan seperti puskesmas. Maka dari itu, penduduk yang mengalami sakit atau akan melahirkan perlu untuk ke luar wilayah desa demi mendapatkan fasilitas kesehatan. Di wilayah desa juga banyak terdapat warung/toko milik penduduk yang membuka lapangan usaha sendiri dan tidak bekerja untuk orang lain. Warung/toko itu terdiri dari warung skala kecil hingga warung sembako besar dan warung agen gas yang terdapat di pinggir jalan raya. Selain itu ada juga toko-toko yang membuka usaha jasa seperti usaha sablon, usaha bengkel, usaha pangkas rambut/barbershop, dll. Lapangan usaha yang dibangun oleh penduduk setempat ini juga ikut berkontribusi dalam menyediakan lapangan kerja bagi penduduk desa maupun luar desa. Kondisi Pendidikan dan Pekerjaan Pemuda Pedesaan Jumlah pemuda di Desa Leuwimalang relatif banyak, namun tidak ada data spesifik mengenai jumlah pemuda dari data monografi desa ataupun kecamatan. Mayoritas pemuda masih tinggal bersama orang tuanya. Pemuda di Desa Leuwimalang secara keseluruhan bersuku Sunda. Secara umum, pendidikan pemuda di Desa Leuwimalang ada pada kategori menengah (SMP/Sederajat, SMA/Sederajat). Sebagian besar penduduk usia produktif muda bekerja sebagai karyawan swasta. Sektor industri tidak berkembang di daerah Cisarua, Puncak. Lapangan pekerjaan sebagian besar berasal dari sektor jasa, seperti perdagangan, perhotelan, rumah makan, jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan, dll. Berkembangnya sektor jasa di Cisarua dikarenakan perkembangan sektor pariwisata di daerah tersebut. Kini lingkungan Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua dipenuhi oleh bangunan hotel, rumah makan, swalayan, serta tempat-tempat wisata. Mayoritas pemuda yang bekerja menjalankan tugasnya sebagai waitress, roomboy, cleaning service, housekeeping, security, dan pekerjaan lainnya yang lebih membutuhkan tenaga daripada pikiran. Kurangnya keahlian, kemampuan dan keterampilan pemuda menempatkan mereka pada pekerjaan yang lebih menguras tenaga. Kekurangan itu disebabkan karena tingkat pendidikan pemuda yang mayoritas berada pada pendidikan rendah dan sedang. Sebagian besar pemuda tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi karena permasalahan ekonomi keluarga. Beberapa pemuda yang sudah merasa jenuh bekerja pada orang lain memiliki alternatif untuk membuka lapangan usaha sendiri. Mereka melihat potensi lokasi daerah tempat tinggal yang strategis sebagai tempat pariwisata.
25
Banyak pemuda yang membuka warung sembako, usaha bengkel, usaha sablon, berdagang pulsa, berdagang cenderamata/oleh-oleh, dll.
26
27
POLA SOSIALISASI ORANG TUA DALAM PEMILIHAN PEKERJAAN Pola Sosialisasi Orang Tua Responden Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua kepada responden. Pembahasan dalam bab ini berada dalam konteks relasi antara orang tua dan anak. Pola sosialisasi orang tua responden mengenai pekerjaan kepada anak-anaknya dikategorikan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock tahun 1972. Pola sosialisasi dibedakan menjadi tiga, yaitu sosialisasi otoriter, sosialisasi demokratis dan sosialisasi permisif. Ketiga pola sosialisasi memiliki pengertian yang berbeda-beda. Namun di lokasi penelitian tidak ditemukan adanya orang tua dengan sosialisasi yang bersifat murni otoriter dan tidak ada juga yang bersifat murni permisif. Keseluruhan orang tua responden cenderung memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis. Terdapat juga orang tua yang memberikan sosialisasi otoriter cenderung demokratis dan demokratis cenderung permisif. Berikut rincian pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada pemuda di Desa Leuwimalang yang menjadi responden. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua mengenai pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Kategori n % Otoriter Demokratis 14 28,00 Demokratis 24 58,00 Demokratis Permisif 12 24,00 Jumlah 50 100,00 Berdasarkan pada tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua responden memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis yaitu sebanyak 58,00%. Responden memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Orang tua responden bersifat terbuka atas berbagai pendapat dari anak-anaknya dalam memilih suatu pekerjaan. Mereka percaya bahwa anak-anaknya mampu untuk menentukan pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Mereka lebih sering menasehati sang anak ketika akan melakukan pemilihan pekerjaan, serta memberikan informasi terkait pekerjaan-pekerjaan yang mereka ketahui. “Kalo orang tua ngebebasin kok kerja apa aja. Mereka percaya dan nyerahin ke saya aja. Paling suka nasehatin kerja yang jujur, yang baik, yang nyaman ke kitanya. Terus lebih baik kerja yang deket aja dari rumah. Suka ngobrolngobrol gitu aja sih.” (MI, 25 tahun, pedagang) Sebanyak 28,00% orang tua responden memberikan sosialisasi yang bersifat otoriter demokratis kepada anaknya terkait dengan pemilihan pekerjaan. Pada kategori ini orang tua responden memberikan arahan kepada anak-anaknya
28
agar memilih pekerjaan-pekerjaan yang menjadi keinginan orang tua. Orang tua meminta sang anak untuk bekerja sesuai dengan yang disarankan oleh orang tua. Tidak ada unsur paksaan maupun hukuman yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya apabila sang anak bekerja tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tua. Namun, orang tua memberikan aturan-aturan tertentu kepada anak apabila tidak memilih pekerjaan yang diinginkan. Hal ini disampaikan oleh informan: “Awalnya emang ibu mau dia jadi PNS aja. Tapi udah tes berkali-kali juga belum rezeki, neng. Jadi ibu juga ga mau maksain. Dia kan lulusan sarjana. Yang penting harus kerja aja deh. Harus punya penghasilan. Ibu bilang kerja yang deket aja, yang penting ga nganggur.” (W, 50 tahun, Ibu Responden) “Kalo ibu emang pengen banget saya menjadi penerus kakek dan bapak sebagai guru ngaji di kampung ini. Ibu sering bilang biar saya jadi kaya kakek aja. Soalnya dulu tuh kakek saya sesepuh kampung ini. Tapi ga pernah marah sih, ga maksa-maksa juga. Ibu masih mau denger kalo saya punya pendapat lain.” (AM, 29 tahun, Guru Ngaji) Sebanyak 24,00% orang tua responden memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis permisif. Orang tua dengan pola sosialisasi seperti ini tidak memiliki pekerjaan yang diinginkan untuk dijalankan oleh sang anak. Mereka menyerahkan pemilihan pekerjaan sepenuhnya kepada anak. Namun, mereka percaya sang anak dapat memilih pekerjaan sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Apapun jenis pekerjaan yang dipilih dan dijalani oleh anak, pekerjaan yang baik dan halal adalah yang utama. Didukung oleh lingkungan desa yang masyarakatnya menjunjung tinggi nilai-nilai religi, para responden pun mengutamakan pekerjaan yang halal untuk dijalani. “Duh kalo orang tua mah ga minta kerja harus ini harus itu. Ga pernah kepengen saya kerja A atau B. Katanya kerja mah apa aja yang penting dapet penghasilan sendiri. Tapi yang pasti harus halal!” (BR, 29 tahun, Karyawan Hotel) Pola sosialisasi orang tua yang dikategorikan oleh Hurlock 1972 tidak diterapkan oleh orang tua responden di lokasi penelitian terkait dengan pemilihan pekerjaan anak. Variasi pola sosialisasi yang bersifat otoriter, demokratis, dan permisif lebih berperan pada usia anak-anak (Alfiana 2013). Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa anak yang berusia 12 tahun ke bawah cenderung diberikan sosialisasi otoriter. Namun, pada usia anak 12 tahun ke atas mulai diberikan sosialisasi yang bersifat demokratis, terutama dalam pemilihan sekolah. Menurut Hurlock (1972) sosialisasi yang bersifat otoriter biasanya digunakan pada anakanak kecil karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan buruk.
29
Dariyo (2004) mengemukakan adanya pengaruh pola sosialisasi orang tua terhadap kedisiplinan belajar pada anak usia Sekolah Dasar. Orang tua yang otoriter cenderung membuat anak menjadi disiplin, namun hal itu hanya dilakukan di hadapan orang tua. Anak bertindak kurang disiplin saat di belakang orang tua sehingga anak cenderung memiliki kedisiplinan yang semu. Kedisiplinan semu menunjukkan bahwa pola otoriter cenderung memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kedisiplinan belajar. Pola sosialisasi demokratis membuat anak akan menjadi individu yang bertanggung jawab serta jujur. Sikap tanggung jawab pada anak merupakan bentuk kedisiplinan. Pola demokratis cenderung mempunyai pengaruh yang baik terhadap kedisiplinan belajar anak. Pola yang permisif cenderung membuat anak menjadi kurang disiplin terhadap peraturan. Pola permisif cenderung memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap kedisiplinan anak. Hal ini terjadi karena anak terbiasa bertindak berdasarkan kehendak sendiri. Berdasarkan data di lapang, sebagian besar orang tua responden memberikan sosialisasi demokratis karena mereka menjadikan anak sebagai tulang punggung keluarga. Sang anak diberikan kebebasan memilih pekerjaan selama pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan yang bersifat normatif dan dapat menghasilkan pendapatan yang membantu kehidupan ekonomi keluarga. Orang tua tidak mengarahkan anak untuk bekerja sesuai keinginan orang tua. Mereka merasa percaya bahwa sang anak dapat memilih pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Pola Sosialisasi Orang Tua Hurlock (1972) dalam Ihromi (1999) mengemukakan karakteristik sosial ekonomi orang tua menjadi salah satu faktor pengaruh pola sosialisasi yang diberikan. Dalam penelitian ini karakteristik sosial ekonomi orang tua yang dilihat adalah tingkat pendidikan dan sektor pekerjaan dari kepala keluarga. Berikut rincian tingkat pendidikan orang tua responden. Tabel 7 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan n % ≤Tamat SD 23 46,00 Tamat SMP-Tamat SMA 24 48,00 Perguruan Tinggi 3 6,00 Jumlah 50 100,00 Berdasarkan tabel 7, tingkat pendidikan orang tua responden terbanyak ada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 48,00%. Namun, jumlahnya tidak jauh berbeda dengan kategori pendidikan rendah yakni sebanyak 46,00%. Orang tua responden tidak menganggap sekolah tinggi merupakan suatu hal yang penting. Bahkan juga terdapat orang tua yang tidak menamatkan Sekolah Dasar. Penyebabnya adalah permasalahan keterbatasan ekonomi. Selain itu, banyak orang tua responden yang langsung menikah setelah lulus SD atau SMP. Hal tersebut disampaikan oleh salah satu informan:
30
“Neng, nih ya disini mah orang dulu pada langsung kawin abis lulus SD atau SMP juga. Abis mau ngapain lagi kali jadi pada nikah aja.” (E, 45 tahun, Ibu RT 03 RW 03) Setelah lulus sekolah dasar maupun menengah biasanya orang tua responden langsung menikah kemudian bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sektor pekerjaan orang tua responden di lokasi penelitian sangat beragam. Perincian pekerjaan orang tua responden berdasarkan sektor pekerjaan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan sektor pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Sektor Pekerjaan n % 4 8,00 Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan 3 6,00 Industri Bangunan 5 10,00 Perdagangan 8 16,00 Hotel dan Rumah Makan Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, 7 14,00 dan Perorangan 5 10,00 Lainnya 7 14,00 Tidak Bekerja 11 22,00 Ibu Rumah Tangga Jumlah 50 100,00 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 22,00% orang tua responden menjadi ibu rumah tangga yang mengurus keluarga dan rumah serta tidak memiliki pendapatan. Pekerjaan orang tua responden kedua terbanyak ada pada sektor hotel dan rumah makan yaitu sebanyak 16,00%. Kemudian, disusul oleh orang tua responden yang bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan serta orang tua responden yang tidak bekerja masing-masing sebanyak 14,00%. Orang tua responden pada kategori ini bekerja sebagai PNS, pegawai di kantor desa, serta memiliki usaha yang bersifat perorangan. Sementara itu, orang tua responden yang bekerja pada sektor industri bangunan hanya 6,00% dan sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan hanya 8,00%. “Ya dulu mah ibu ge bertani neng. Seneng ibu mah rajin dulu ge sama bapak. Cuma sekarang mah mana atuh lahannya juga. Udah ga ada lahan. Semuanya jadi bangunan.” (E, 69 tahun, Ibu Responden) Lokasi penelitian yang berkembang sebagai sektor pariwisata sangat memengaruhi sektor pekerjaan kedua orang tua responden. Pembangunan hotel, rumah makan, dan tempat wisata menghilangkan lahan pertanian dan membuat sektor industri sulit untuk berkembang. Sebagian besar orang tua responden pun memanfaatkan lapangan pekerjaan yang berkembang di lokasi penelitian yang sebagian besar berada pada sektor jasa.
31
Berikut tabulasi silang antara tingkat pendidikan orang tua responden dengan pola sosialisasi yang diberikan. Tabel 9 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan pola sosialisasi yang diberikan di Desa Leuwimalang, 2016 Pola Sosialisasi Jumlah Otoriter Demokratis Tingkat Pendidikan Demokratis Demokratis Permisif n % n % n % n % ≤Tamat SD 6 26,09 12 52,17 5 21,74 23 100,00 Tamat SMP-Tamat 7 29,17 11 45,83 6 25,00 24 100,00 SMA Perguruan Tinggi 1 33,33 1 33,33 1 33,33 3 100,00 Jumlah 14 28,00 24 58,00 12 24,00 50 100,00 Berdasarkan pada tabel 9, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua responden yang berpendidikan rendah dan sedang memberikan pola sosialisasi yang demokratis terkait pemilihan pekerjaan kepada anak-anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi tersebar secara merata masing-masing sebanyak 33,33% memberikan pola sosialisasi yang otoriter demokratis, demokratis, dan demokratis permisif. Dari tabel 9 dapat dianalisis bahwa orang tua responden baik berpendidikan rendah, sedang, maupun tinggi memberikan sosialisasi yang demokratis. Mereka tidak mengarahkan anak untuk memilih pekerjaan yang diinginkan orang tua. Mereka memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih pekerjaannya. Namun, mereka tetap memberikan informasi-informasi mengenai berbagai pekerjaan yang mereka ketahui kepada anak-anaknya. “Kebanyakan orang tua di desa ini emang suka ngebebasin anaknya mau kerja apa aja. Ga ada yang maksa harus ini atau harus itu. Paling orang tua suka nasehatin sama ngasih informasi-informasi pekerjaan yang mereka tau.” (NA, 39 tahun, Ketua Karang Taruna) Berdasarkan penuturan dari informan dapat dilihat bahwa orang tua responden baik yang berpendidikan rendah, sedang, ataupun tinggi memberikan sosialisasi yang demokratis mengenai pemilihan pekerjaan untuk anaknya. Berbeda dari tingkat pendidikan orang tua yang tidak memengaruhi pola sosialisasi yang diberikan, sektor pekerjaan orang tua memengaruhi pola sosialisasi yang diberikan orang tua responden kepada anak-anaknya. Secara lebih rinci, berikut tabulasi silang antara sektor pekerjaan orang tua responden dengan pola sosialisasi yang diberikan pada tabel 10.
32
Tabel 10 Jumlah dan persentase orang tua responden berdasarkan sektor pekerjaan dengan pola sosialisasi yang diberikan di Desa Leuwimalang, 2016 Pola Sosialisasi Jumlah Otoriter Demokratis Sektor Pekerjaan Demokratis Demokratis Permisif n % n % n % n % Pertanian, Perkebunan, dan 2 50,00 1 25,00 1 25,00 4 100,00 Peternakan Industri Bangunan 1 33,33 1 33,33 1 33,33 3 100,00 Perdagangan 1 20,00 3 60,00 1 20,00 5 100,00 Hotel dan Rumah 3 37,50 5 62,50 0 0,00 8 100,00 Makan Jasa Kemasyarakatan, 3 42,86 3 42,86 1 14,29 7 100,00 Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya 1 20,00 2 40,00 2 40,00 5 100,00 Tidak Bekerja 2 28,57 4 57,14 1 14,29 7 100,00 Ibu Rumah Tangga 1 9,09 5 45,45 5 45,45 11 100,00 Jumlah 14 28,00 24 58,00 12 24,00 50 100,00 Berdasarkan pada tabel 10, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua responden yang bekerja pada berbagai sektor pekerjaan memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis. Namun, pada orang tua responden yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan cenderung memberikan sosialisasi yang otoriter demokratis, yaitu sebanyak 50,00%. Hal ini dikarenakan orang tua responden yang bekerja pada sektor tersebut lebih mengarahkan sang anak untuk bekerja di luar sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meilina (2015), ia mengemukakan bahwa orang tua pemuda desa yang pekerjaannya sebagai petani justru lebih mendorong anak-anaknya bekerja di sektor non pertanian. “Ya walaupun bapak bertani, bapak ga pernah sih nyaranin anak-anak buat kerja tani kaya bapak. Jangan ah bertani mah. Lagian kan sekarang anak muda mah gaulnya kerja di hotel-hotel. Enak biar pendapatannya tetap.” (S, 61 tahun, Ayah Responden) Di lokasi penelitian, adanya dorongan dari orang tua untuk tidak bekerja di sektor pertanian karena banyak lapangan pekerjaan yang lebih menjanjikan, seperti bekerja di hotel, rumah makan, tempat-tempat wisata, atau membuka usaha sendiri pada sektor jasa. Orang tua responden menginginkan anak-anaknya mendapat pendapatan setiap bulannya, tidak seperti pekerjaan pertanian yang pendapatannya tidak menentu dan tidak setiap bulan.
33
Pada penelitian ini teori Hurlock (1972) tidak dapat dibuktikan berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden, namun dapat dibuktikan berdasarkan sektor pekerjaan orang tua responden. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi orang tua berdasarkan sektor pekerjaan terhadap pola sosialisasi yang diberikan. Orang tua responden yang bekerja pada sektor industri dan jasa lebih memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis dan demokratis permisif. Di sisi lain, orang tua responden yang bekerja di sektor pertanian lebih memberikan sosialisasi yang bersifat otoriter demokratis. Selain itu, ternyata di lokasi penelitian juga terdapat faktor lain yang memengaruhi pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya, yaitu usia anak. “Kalo bapak sih percaya aja sama dia mau kerja apa. Kan udah gede, yang penting kita sebagai orang tua tetep nasehatin aja ke arah yang baik.” (HR, 53 tahun, Ayah Responden) Setyowati (2005) mengemukakan pola sosialisasi diberikan tergantung pada konteks ruang dan waktu. Pola yang demokratis menjadi tuntutan untuk diterapkan dalam keluarga seiring dengan bertambahnya usia anak dengan tujuan melatih kemandirian, keberanian berpendapat, mengasah kemampuan menyelesaikan permasalahan antarpribadi, keberanian mengungkapkan perasaan, dan tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan fakta yang ditemukan di lokasi penelitian bahwa sebagian besar orang tua responden cenderung memberikan sosialisasi yang bersifat demokratis. Tidak ada orang tua yang memberikan sosialisasi bersifat murni otoriter ataupun sosialisasi yang bersifta murni permisif.
34
35
MODAL SOSIAL DALAM PEMILIHAN PEKERJAAN Menurut Putnam (2002), modal sosial merupakan hal yang lebih penting dalam menentukan kesejahteraan manusia daripada barang-barang material. Modal sosial terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan norma. Kepercayaan Pada penelitian ini, kepercayaan yang dimaksud adalah rasa percaya yang dimiliki responden kepada seluruh jaringan yang dimiliki atas informasi dan pengetahuan terkait suatu jenis pekerjaan, kelebihan dan kelemahan dalam menjalani pekerjaan tertentu, serta informasi lowongan kerja. Kepercayaan yang dibangun oleh responden dengan hubungan-hubungan sosialnya sangat kuat dan didukung oleh sikap jujur dan saling terbuka. Kepercayaan yang ada membuat responden dan jejaringnya saling membantu satu sama lain, terutama terkait pemilihan pekerjaan. “Ya pastinya percaya dong kan mereka orang-orang terdekat yang pastinya mendukung untuk kebaikan saya. Ga mungkin menjatuhkan kok. Biasanya kan suka ceritain pengalaman ayah yang juga PNS, sama temen-temen juga.” (WM, 28 tahun, PNS) Kepercayaan merupakan salah satu komponen modal sosial yang penting. Responden menyadari akan pentingnya membangun kepercayaan agar dapat dengan mudah mendapatkan wawasan mengenai berbagai pekerjaan yang berkembang saat ini, terutama pekerjaan yang berkembang di lokasi penelitian. Berdasarkan penuturan informan, rasa percaya yang ada di dalam diri responden ini didasarkan pada hubungan kedekatan yang terjalin di antara keluarga dan lingkungan pertemanannya. Selain itu, kepercayaan ini juga dapat terbangun karena seringnya interaksi yang terjadi di antara mereka. Menurut Putnam (2002) rasa percaya merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil risiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden lebih sering berinteraksi dengan saudara dan teman sepermainan untuk membahas hal yang berkaitan dengan pemilihan pekerjaan. “Percaya dong. Soalnya kan waktu itu temen udah kerja disini duluan. Terus suka cerita-cerita dan diajakin juga kerja disini. Emang kalo sama temen suka cerita-cerita sih, terbuka aja saling bantu cari kerja.” (H, 27 tahun, Karyawan Wisma) “Kalo di kerjaan itu kuncinya satu. Percaya. Awalnya juga saya ga kebayang bakal kerjasama sama orang asing. Tapi gara-gara udah kenalan, temenan, suka ngobrol dan ngerasa cocok jadi bisa kerja bareng. Saya dapet barang
36
dari dia terus saya jual lagi disini.” (GG, 25 tahun, Pedagang) Responden dan jaringan yang dimiliki saling bersikap terbuka atas segala informasi mengenai berbagai pekerjaan dan juga informasi lowongan kerja. Biasanya responden tertarik dengan pekerjaan-pekerjaan yang diinformasikan oleh orang-orang terdekatnya, sehingga ia menjalani atau menginginkan pekerjaan tersebut. Selain itu, rasa percaya ini juga bisa membangun kerjasama yang baik di antara responden dan jaringannya dalam melakukan pekerjaan. Menurut Lawang (2004), adanya trust atau kepercayaan tersebut dapat membuat terciptanya hubungan-hubungan sosial antar individu responden yang disebut sebagai jaringan sosial. Jaringan Jaringan merupakan salah satu komponen modal sosial yang sangat penting. Jaringan digunakan untuk melihat hubungan-hubungan sosial yang terjalin antara responden dengan orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu jenis pekerjaan, kelebihan dan kelemahan dalam menjalani pekerjaan tertentu, serta informasi lowongan kerja. Jaringan yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari keluarga inti, keluarga luas, tetangga, teman sepermainan, rekan kerja, dan organisasi/komunitas lain di mana responden tergabung di dalamnya. Menurut Wahyuni (2015) jaringan itu disebut sebagai grup. Grup sosial yang pertama dikenal manusia adalah keluarga. Dari keluarga, pergaulan seseorang akan meluas ke grup-grup di luar keluarga, seperti grup sepermainan, grup-grup di sekolah, serta grup-grup lain dalam masyarakat. Berikut gambar pola jaringan yang dibentuk oleh pemuda di Desa Leuwimalang. Organisasi
Keluarga Inti Individu
Rekan Kerja
Teman Main
Keluarga Luas
Tetangga Komunitas
Gambar 3 Pola jaringan pemuda di Desa Leuwimalang, 2016 Berdasarkan hasil penelitian, jaringan pertama yang dibangun oleh responden adalah keluarga inti yang terdiri dari orang tua dan saudara kandung.
37
Kemudian, jaringan itu meluas ke keluarga luas dan tetangga yang paling dekat dengan rumah. Semakin bertambah umur, jaringan yang dimiliki responden juga semakin luas hingga ke teman sepermainan, rekan kerja, dan juga ke organisasi pemuda di desa seperti karang taruna. Semakin luas jaringan yang dibangun oleh responden, maka semakin luas juga cakupan informasi yang didapatkan terkait pekerjaan. Berdasarkan penuturan informan, ia bersama jaringan yang dimiliki seringkali membahas terkait pemilihan pekerjaan. Namun, semakin hari pengetahuan keluarga inti semakin terbatas mengenai pekerjaan-pekerjaan yang berkembang saat ini di lokasi penelitian. Oleh karena itu, peran dari jaringan di luar keluarga inti sangat besar dalam membantu responden untuk mendapatkan informasi pekerjaan dan informasi lowongan kerja. Jaringan yang terbentuk ini memiliki tujuan untuk saling membantu pemuda yang ada di desa untuk mengurangi angka pengangguran di lokasi penelitian. Hal ini disampaikan oleh informan: “Pokoknya kita disini sebagai organisasi pemuda harus saling bantu. Harus saling bertukar informasi terkait pekerjaan. Tujuannya supaya pemuda disini pada produktif.” (NA, 39 tahun, Ketua Karang Taruna) Responden sebagian besar berinteraksi dengan saudara atau teman sepermainan untuk memperoleh informasi mengenai berbagai pekerjaan atau informasi lowongan kerja. Hal ini dituturkan oleh informan: “Anak muda di desa sini mah kalo ngomongin soal pekerjaan lebih banyaknya sama temen-temen. Biasanya sih emang suka sharing sama temen aja. Ya sambil maen gitu sambil nongkrong.” (RS, 24 tahun, Pemuda RT 02 RW 01) Para responden yang memiliki jaringan merasakan adanya manfaat berbagi informasi dan pengetahuan dalam hal memilih suatu pekerjaan. Jaringan-jaringan yang dimiliki oleh para responden juga membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pemuda yang menganggur di desa. Norma Selain dari kepercayaan dan jaringan, norma merupakan hal penting lainnya dalam konsep modal sosial. Menurut Hasbullah (2006), norma sosial adalah sekumpulan aturan yang diharapkan, dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Di lokasi penelitian terdapat aturan atau norma yang dianut oleh masyarakat dalam pemilihan pekerjaan. Setiap keluarga, etnis, dan budaya mungkin untuk memiliki aturan yang berbeda-beda. Desa Leuwimalang yang masyarakatnya sangat kental dengan budaya sunda memiliki norma dalam memilih suatu pekerjaan. Mereka mengutamakan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan aturan religi yang dianut dan pekerjaan-pekerjaan yang dekat dari rumah.
38
Rofiah (2012) menyatakan bahwa ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam sangat memengaruhi suku Sunda. Dalam kehidupan suku Sunda biasanya satu keluarga besar dapat tinggal berdekatan. Di satu area yang sama, tetangga yang berada di sekitarnya bisa jadi merupakan saudara, seperti kakak, mertua, keponakan, paman, bahkan sampai cucunya. Selain itu, kebanyakan orang tua dari orang Sunda tidak menganjurkan anaknya untuk merantau, maka mereka lebih memilih untuk hidup bersama. Berdasarkan hasi penelitian, semua responden memiliki norma atau aturan yang harus dipatuhi dalam pemilihan pekerjaan. Norma yang mereka anut adalah norma religi dan budaya masyarakat setempat. Hal ini disampaikan oleh salah satu informan: “Engga sih kalo di keluarga ga ada minta kerja jadi apa jadi apa. Apa aja boleh yang penting kerjaannya halal dan deket aja dari rumah.” (N, 21 tahun, Karyawan Wisma) Pekerjaan yang sesuai dengan religi sangat dipatuhi dalam lingkungan masyarakat di lokasi penelitian. Masyarakatnya masih kental dengan budaya pengajian bersama yang dilakukan secara rutin setiap bulan. Selain itu, sebagian besar responden tidak mau untuk bekerja jauh dari tempat tinggal karena secara turun-temurun tidak ada anggota keluarganya yang pergi merantau untuk bekerja.
39
PEMILIHAN PEKERJAAN OLEH PEMUDA PEDESAAN Pada dasarnya setiap orang mempunyai keinginan untuk memiliki dan menjalani pekerjaan yang diidam-idamkan. Namun, tidak semua orang dapat memiliki dan menjalani pekerjaan tersebut. Banyak faktor yang memengaruhi seseorang sehingga menjalankan pekerjaan saat ini. Hal itu pula yang terjadi pada pemuda di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pekerjaan Saat Ini dan Pekerjaan yang Diinginkan Pekerjaan responden yang saat ini dijalani bukanlah pekerjaan yang sebenarnya menjadi impian bagi mereka. Pada prosesnya banyak hal yang menyebabkan pekerjaan saat ini yang mereka jalani sebagai mata pencaharian utama. Berikut rincian responden berdasarkan sektor pekerjaan yang saat ini dijalani. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Pekerjaan Saat Ini n % Perdagangan 9 18,00 Hotel dan Rumah Makan 24 48,00 Jasa Pendidikan 1 2,00 Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Perorangan 12 24,00 Lainnya 4 8,00 Jumlah 50 100,00 Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden saat ini bekerja di sektor hotel dan rumah makan sebesar 48,00%. Kemudian pada urutan kedua terbanyak yaitu sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan sebesar 24,00%. Sektor pekerjaan dengan kategori lainnya terdiri dari jasa kesehatan, jasa transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan. Dari 48,00% responden yang bekerja di sektor hotel dan rumah makan, mayoritas jenis pekerjaannya adalah pekerja kasar. Mereka memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai roomboy, housekeeping, cleaning service, waitress, dan pegawai bunket (ruang rapat) di hotel. Selain itu, ada juga yang menjadi pramuniaga di swalayan seperti Indomaret dan Alfamart. Hal ini dikarenakan daerah Cisarua sebagai kawasan pariwisata menciptakan sebagian besar lapangan kerja pada sektor hotel dan rumah makan. Walaupun pekerjaan di hotel dan rumah makan menjadi pilihan, banyak responden yang mengeluh karena dengan kerja berat yang dilakukannya, upah yang diberikan tidak seberapa. Sebagian besar perusahaan perhotelan dan rumah makan yang berada di kawasan Puncak tidak menetapkan upah berdasarkan UMK (Upah Minimum Kabupaten). “Tenaga kerja lokal disini kan memang pendidikannya pada sampe SMA atau SMK. Paling ya jadi waitress, roomboy, gitu-gitu. Itu juga harus pelatihan atau training dulu. Awalnya kerjanya kurang bagus gitu, tapi karena dilatih
40
mereka jadi bisa. Bahkan ada yang serius sampai sekolah lagi mengambil bagian perhotelan loh. Sebenernya mereka berpotensi.” (MS, 38 tahun, Manajer Food&Beverage Vila Tjokro 2) Kurangnya pendidikan membuat mereka kurang memiliki keterampilan dan keahlian. Oleh karena itu, pekerjaan yang dijalani oleh responden saat ini lebih memerlukan tenaga daripada pikiran. Hal itu membuat responden ingin pindah sektor dalam menjalani pekerjaannya atau berkembang pada sektor yang dijalankannya saat ini. Perincian pekerjaan yang diinginkan oleh responden dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Pekerjaan yang Diinginkan n % Perdagangan 27 54,00 Hotel dan Rumah Makan 11 22,00 Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Perorangan 9 18,00 Lainnya 3 6,00 Jumlah 50 100,00 Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden ingin berpindah pekerjaan dari sektor hotel dan rumah makan ke sektor perdagangan. Sebesar 54,00% responden menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Rasa kelelahan dan terikat jika bekerja dengan orang lain sebagai buruh/pegawai membuat mayoritas responden lebih menginginkan untuk memiliki usaha sendiri. Namun masih terdapat responden yang ingin bertahan di sektor hotel dan rumah makan sebesar 22,00%. Mereka bertahan dengan harapan akan berkembang di sektor tersebut dengan tidak lagi menjadi pekerja kasar. Sektor pekerjaan lainnya terdiri dari jasa pendidikan, jasa transportasi dan pergudangan, serta komunikasi dan informasi. Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada responden yang ingin bekerja pada sektor pertanian. “Udah susah sekarang mah anak muda desa sini buat bertani, neng. Ga ada yang kepengen. Bapak aja kesusahan nyari buruh yang muda buat bantuin kalo panen. Sampe mesti nyari ke desa-desa lain dulu. (P, 50 tahun, Bapak RT 03 RW 02) Semakin hari perkembangan sektor pariwisata di lokasi penelitian semakin maju. Hal ini membuat penduduknya semakin lupa dengan sektor pertanian, padahal masih terdapat banyak lahan sawah di lokasi penelitian. Kini pekerjaan sektor pertanian hanyalah menjadi milik generasi tua. Berdasarkan penuturan beberapa informan, terdapat faktor-faktor yang menyebabkan pemuda desa tidak ingin bekerja di sektor pertanian. Pertama, mereka tidak ingin bekerja di sektor pertanian karena memandang pekerjaan pertanian itu kotor dan tidak menjanjikan. Hal ini disampaikan oleh informan:
41
“Bertani ya? Engga ah. Soalnya ga suka sama yang kotorkotor gitu. Kalo bertani kan nanti kotor.” (NMF, 21 tahun, Pemilik Usaha Bordir Baju) Kedua, semakin berkurangnya lahan pertanian di Desa Leuwimalang karena telah terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Ketiga, kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk bertani. Keempat, tidak adanya keinginan dari orang tua agar anak bekerja di sektor pertanian. Orang tua lebih memusatkan perhatian anak pada pekerjaan-pekerjaan yang memberikan peluang besar seperti bekerja di hotel ataupun rumah makan yang ada di sekitar lokasi penelitian. Berikut secara lebih rinci responden yang ingin berpindah sektor pekerjaan, jenis pekerjaan, ataupun status pekerjaan pada tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan keinginan pindah sektor pekerjaan, jenis pekerjaan, atau status pekerjaan di Desa Leuwimalang, 2016 Kategori n % Perpindahan antar sektor pekerjaan 6 12,00 Perpindahan dalam sektor antar jenis pekerjaan 20 40,00 Perpindahan antar sektor pekerjaan dan status pekerjaan 24 48,00 Jumlah 50 100,00 Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat secara lebih rinci responden yang menginginkan perpindahan sektor pekerjaan, jenis pekerjaan, ataupun perpindahan antar sektor pekerjaan dan status pekerjaan. Sebanyak 48,00% responden menginginkan perpindahan antar sektor pekerjaan dan status pekerjaan. Responden pada kategori ini ingin untuk memiliki usaha sendiri. “Pengennya sih sekarang punya usaha sendiri. Biar enak aja gitu. Kalo kaya sekarang jadi pegawai kerja di orang kan lebih cape kerasanya, disuruh-suruh gitu.” (ZA, 23 tahun, Karyawan Hotel) Berdasarkan penuturan informan, dapat dianalisis bahwa sebagian besar responden yang saat ini bekerja sebagai pegawai di sektor hotel dan rumah makan menginginkan perpindahan status pekerjaan dari pegawai menjadi berusaha sendiri ataupun berusaha dibantu oleh buruh tidak dibayar ataupun dibayar. Usaha yang mereka inginkan mayoritas berada pada sektor perdagangan. Sebanyak 40,00% responden menginginkan perpindahan dalam sektor antar jenis pekerjaan. Responden pada kategori ini tidak menginginkan pindah sektor pekerjaan dari pekerjaan saat ini. Namun, mereka menginginkan adanya kenaikan jabatan seperti yang disampaikan oleh informan: “Kalo sekarang tetep pengen di hotel aja kerja mah. Kan deket juga. Cuma yah lagi berusaha untuk naik jabatan aja gitu. Kan dulu waktu awal saya jadi roomboy. Sekarang
42
diangkat jadi staff pemasaran. Nah kalo bisa ya semakin lama semakin tinggi aja jabatannya, misal jadi manajer gitu hehe.” (TS, 24 tahun, Karyawan Hotel) Sebanyak 12,00% responden menginginkan perpindahan sektor pekerjaan dari pekerjaan saat ini. Hal ini dikarenakan responden merasa tidak nyaman lagi pada sektor pekerjaan saat ini. Mereka menginginkan sektor pekerjaan yang lain tanpa perpindahan status pekerjaan. Sebagai contoh, terdapat responden yang ingin berpindah dari sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan ke sektor komunikasi dan informasi dengan status pekerjaan yang tetap yaitu sebagai pegawai. Secara lebih rinci terdapat tabulasi silang jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan saat ini dan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang tahun 2016 pada tabel 14 (pada halaman selanjutnya). Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa responden yang saat ini bekerja di sektor perdagangan sebagian besar tetap menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan yaitu sebanyak 88,89%, sedangkan sebanyak 11,11% menginginkan sektor yang berbeda yaitu sektor hotel dan rumah makan. Sebanyak 54,17% responden yang saat ini bekerja pada sektor hotel dan rumah makan menginginkan pekerjaan di sektor yang berbeda yaitu sektor perdagangan. Satu responden yang saat ini bekerja di sektor jasa pendidikan pun menginginkan pindah sektor pekerjaan ke sektor perdagangan. Responden yang saat ini bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan mayoritas tetap ingin bekerja pada sektor yang sama, yaitu sebanyak 41,67%. Namun, masing-masing sebanyak 25,00% ingin berpindah pada sektor perdagangan dan sektor lainnya. Responden yang bekerja pada sektor lainnya masing-masing 50,00% ingin berpindah pada sektor perdagangan dan hotel dan rumah makan. Dari tabel 14 terlihat bahwa sebagian besar responden yang bekerja pada sektor pekerjaan saat ini menginginkan pekerjaan pada sektor perdagangan di masa depan.
43
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Pekerjaan yang Diinginkan Jasa Jumlah Hotel dan Rumah Kemasyarakatan, Pekerjaan Saat Ini Perdagangan Lainnya Makan Pemerintahan, dan Perorangan % n % n % n % n n % 8 88,89 1 11,11 0 0,00 0 0,00 9 100,00 Perdagangan 13 54,17 7 29,17 4 16,67 0 0,00 24 100,00 Hotel dan Rumah Makan 1 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 100,00 Jasa Pendidikan Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Peorangan Lainnya Jumlah
3
25,00
1
8,33
5
41,67
3
25,00
12
100,00
2 27
50,00 54,00
2 11
50,00 22,00
0 9
0,00 18,00
0 3
0,00 6,00
4 50
100,00 100,00
44
Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua terhadap Pemilihan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua responden dengan kecenderungan yang demokratis, di antaranya sosialisasi otoriter demokratis, sosialisasi demokratis, dan sosialisasi demokratis permisif. Pola sosialisasi yang diberikan orang tua memberi pengaruh terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda desa yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut tabulasi silang antara pola sosialisasi orang tua dengan pekerjaan responden saat ini. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Pola Sosialisasi Orang Tua Jumlah Otoriter Demokratis Pekerjaan Saat Ini Demokratis Demokratis Permisif n % n % n % n % Perdagangan 2 14,29 5 20,83 2 16,67 9 18,00 Hotel dan Rumah 4 28,57 11 45,83 9 75,00 24 48,00 Makan Jasa Pendidikan 0 0,00 1 4,17 0 0,00 1 2,00 Jasa Kemasyarakatan, 8 57,14 4 16,67 0 0,00 12 24,00 Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya 0 0,00 3 12,50 1 8,33 4 8,00 Jumlah 14 100,00 24 100,00 12 100,00 50 100,00 Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang diberikan sosialisasi otoriter demokratis oleh orang tuanya bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan, yaitu sebanyak 57,14%. Responden yang diberikan sosialisasi otoriter demokratis oleh orang tuanya diarahkan untuk memilih dan menjalankan pekerjaan yang diinginkan oleh orang tuanya. Sebagian besar pekerjaan yang diinginkan oleh orang tua untuk anaknya adalah pekerjaan orang tua responden saat ini ataupun pekerjaan di masa lalu. Mereka menginginkan adanya penerus untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Hal ini disampaikan oleh informan: “Ayah kan PNS. Terus suka banyak ngobrol tentang PNS juga. Jadi suka nyaranin harus sekolah tinggi biar jadi PNS aja kaya ayah. Akhirnya saya kerja PNS deh sekarang. Soalnya emang tertarik juga.” (WM, 28 tahun, PNS) Berdasarkan penuturan informan dapat dianalisis bahwa ia menjalani pekerjaan sebagai seorang PNS saat ini dikarenakan orang tuanya menceritakan pekerjaan PNS dan mengarahkannya untuk mengikuti pekerjaan orang tuanya. Selain diminta untuk mengikuti pekerjaan orang tua, terdapat juga responden yang
45
tidak disarankan untuk mengikuti pekerjaan orang tuanya terdahulu. Hal ini disampaikan oleh informan: “Dulu bapak tentara, sekarang sih udah pensiun. Saya ga disaranin kerja kaya bapak dulu soalnya capek dan pekerjaannya keras. Jadi saya kerja pangkas rambut gini aja” (DS, 28 tahun, Karyawan Barbershop) Orang tua yang tidak menyarankan responden untuk mengikuti pekerjaannya terdahulu dikarenakan pengalaman yang kurang baik semasa kerja yang dirasakan oleh orang tuanya sehingga menyarankan responden untuk memilih dan menjalankan pekerjaan yang lain. Sebanyak 45,83% responden yang diberikan sosialisasi demokratis bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Hal ini dikarenakan sebagian besar orang tua memberikan informasi mengenai pekerjaan-pekerjaan yang ada di daerah tempat tinggalnya. Selain itu, orang tua menyarankan anak-anaknya untuk bekerja tidak jauh dari tempat tinggal. Hal ini disampaikan oleh informan: “Iya emang orang tua suka nyaranin kerja mah yang deketdeket aja. Mau kerja apa juga bebas gimana saya tapi ga boleh kerja jauh. Kan di daerah sini juga banyak tuh hotel, wisma, rumah makan, gitu-gitu. Jadi ngapain jauh-jauh.” (MSR, 20 tahun, Karyawan Wisma) Berkembangnya sektor pariwisata di lokasi penelitian menciptakan banyak lapangan pekerjaan di sektor jasa. Dalam bukunya, Rusli (2012) mengungkapkan bahwa di negara agraris terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri lalu ke sektor jasa. Namun, hal tersebut tidak terjadi di lokasi penelitian. Pesatnya sektor pariwisata yang berkembang menggeser pekerjaan sektor pertanian dan langsung memaksa sektor jasa untuk ikut mengimbanginya. Sektor jasa yang berkembang pesat di daerah tersebut ada pada sektor hotel dan rumah makan. Hal tersebut dapat membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar dan dapat menampung banyak tenaga kerja muda yang ada di desa. Tidak berbeda dengan responden yang diberikan sosialisasi demokratis, responden yang diberikan sosialisasi demokratis permisif pun mayoritas bekerja pada sektor hotel dan rumah makan, yaitu sebanyak 75,00%. Walaupun tidak memiliki pekerjaan yang diinginkan untuk responden, tetapi orang tua tetap mengingatkan responden untuk bekerja tidak jauh dari rumah. Lokasi penelitian yang banyak menyediakan lapangan kerja pada sektor hotel dan rumah makan mau tidak mau dimanfaatkan oleh responden untuk bekerja. Berikut tabulasi silang antara pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua dengan pekerjaan yang diinginkan oleh responden pada tabel 16.
46
Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pola sosialisasi orang tua dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Pola Sosialisasi Orang Tua Jumlah Pekerjaan yang Otoriter Demokratis Demokratis Diinginkan Demokratis Permisif n % n % n % n % Perdagangan 5 35,71 14 58,33 8 66,67 27 54,00 Hotel dan Rumah 2 14,29 6 25,00 3 25,00 11 22,00 Makan Jasa Kemasyarakatan, 5 35,71 3 12,50 1 8,33 9 18,00 Pemerintahan, dan Peorangan Lainnya 2 14,29 1 4,17 0 0,00 3 6,00 Jumlah 14 100,00 24 100,00 12 100,00 50 100,00 Tabel 16 menunjukkan bahwa sosialisasi otoriter demokratis yang diberikan orang tua membuat sebagian besar responden menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan dan jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan, yaitu masing-masing sebanyak 35,71%. Orang tua mengarahkan agar responden dapat memiliki usaha sendiri dan tidak lagi bekerja sebagai buruh/pegawai di perusahaan orang lain. Namun, orang tua tetap menekankan pekerjaan yang dipandang baik di lingkungan sekitar dan tidak mengharuskan responden pergi merantau untuk bekerja. Beberapa informasi yang didapatkan responden mengenai pekerjaan di sektor perdagangan diperoleh dari orang tua. Hal ini disampaikan oleh informan: “Wah kalo dari dulu sih orang tua suka ngajarin dagang. Kaya suka buat es terus dijualin di sekolah gitu. Katanya kan dagang mah gampang yang penting rajin dan ada kemauan.” (PPU, 26 tahun, Karyawan Hotel) Selain itu, terdapat responden yang tetap menginginkan sektor pekerjaan saat ini untuk dijalankan di masa depan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh orang tuanya yang mengarahkan agar responden bertahan pada sektor pekerjaan saat ini. Hal ini disampaikan oleh informan: “Ga pengen kerja yang lain lagi sih. Kata bapak juga suruh nerusin usaha ini aja terus sampe nanti-nanti. Sayang kalo ga ada yang nerusin. Cuma emang pengennya lebih berkembang lagi dan saya engga jadi yang ngelayanin pelanggan terus.” (MS, 21 tahun, Pemilik Usaha Bengkel) Sebanyak 58,33% responden yang diberikan sosialisasi demokratis menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Hal yang sama juga terjadi pada responden yang diberikan sosialisasi demokratis permisif, sebanyak 66,67% responden menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Hal ini dikarenakan
47
orang tua memberikan informasi-informasi mengenai pekerjaan yang berpotensi untuk dilakukan di daerah tempat tinggalnya. “Orang tua suka ngasih tau gitu punya usaha sendiri lebih baik, kaya jual-jual apa gitu. Soalnya katanya lebih enak punya sendiri daripada kerja di orang. Cape banyak aturannya.” (TH, 24 tahun, Karyawan Hotel) Berdasarkan penuturan informan, sebagian besar orang tua responden beranggapan bahwa menjadi pedagang dan memiliki usaha sendiri akan jauh lebih baik daripada bekerja di tempat orang lain. Mereka menganggap menjadi pedagang bukanlah hal yang sulit dan melelahkan. Tidak perlu adanya keterampilan dan keahlian khusus untuk memulai usaha perdagangan. Hal ini mereka ketahui berdasarkan pengalaman dan informasi dari tetangga dan/atau saudara terdekat. Namun, pekerjaan ini belum dapat dijalankan oleh responden dikarenakan belum adanya modal yang cukup untuk memulai usaha perdagangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua memengaruhi pemilihan pekerjaan saat ini maupun pekerjaan yang diinginkan oleh responden. Sebagian besar responden mengikuti saran-saran dan mendengarkan informasi yang diberikan oleh orang tua melalui interaksi primer yang terjadi di antara mereka. Pengaruh Karakteristik Individu Responden terhadap Pemilihan Pekerjaan Karakteristik individu pemuda desa merupakan hal yang penting dalam melihat pengaruhnya terhadap pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda desa. Karakteristik individu pemuda ini terdiri dari umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Responden penelitian dibagi ke dalam 3 kelas umur dengan interval 5. Kelas pertama dengan kategori umur 16-20 tahun, kelas kedua dengan kategori umur 21-25 tahun, dan kelas ketiga dengan kategori umur 26-30 tahun. Perincian sebaran responden berdasarkan kategori umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 17. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Leuwimalang, 2016 Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (tahun) n % n % n % 16-20 5 12,50 3 30,00 8 16,00 21-25 18 45,00 3 30,00 21 42,00 26-30 17 42,50 4 40,00 21 42,00 Jumlah 40 100,00 10 100,00 50 100,00 Berdasarkan tabel 17, jumlah responden laki-laki terbanyak ada pada kelas umur 21-25 tahun yaitu sebanyak 18 orang (45,00%), kemudian disusul oleh kelas umur 26-30 tahun dengan jumlah 17 orang (42,50%). Untuk kelas umur 16-20 tahun, jumlah responden laki-laki sebanyak 5 orang (12,50%).
48
Pada responden perempuan jumlahnya cenderung rata pada setiap kelas umur. Jumlah responden perempuan pada kelas umur 16-20 tahun dan 21-25 tahun masing-masing 3 orang (30,00%), sedangkan untuk kelas umur 26-30 tahun sebanyak 4 orang (40,00%). Baik responden laki-laki ataupun perempuan, jumlah paling sedikit ada pada kelas umur 16-20 tahun. Hal ini dikarenakan pemuda pada kategori umur 16-20 tahun di Desa Leuwimalang belum banyak yang memiliki pekerjaan dan masih bersekolah di SMA/SMK/MA. Lebih banyaknya responden laki-laki pada penelitian ini dikarenakan sebagian besar pemuda yang memiliki pekerjaan adalah laki-laki, sedangkan perempuan apabila sudah menikah menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus keluarga dan anak sehingga sedikit yang melakukan kerja produktif. Selain itu, banyak juga perempuan yang pindah ke daerah lain atas ajakan suaminya. Hal ini disampaikan oleh informan: “Wah disini mah banyaknya yang kerja laki-laki, perempuan mah dikit. Udah pada nikah. Adanya juga itu tuh tetangga bapak.” (M, 53 tahun, Bapak RT 01 RW 02) Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 18. Baik responden laki-laki maupun perempuan, tingkat pendidikan terbanyak ada pada kategori sedang. Namun, tidak ada responden perempuan yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sedangkan pada responden laki-laki sebanyak 3 orang (7,50%) berpendidikan rendah. Sebanyak 2 orang (5,00%) responden laki-laki dan 2 orang (20,00%) responden perempuan berpendidikan tinggi. Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin di Desa Leuwimalang, 2016 Laki-laki Perempuan Jumlah Tingkat Pendidikan n % n % n % ≤ Tamat SD 3 7,50 0 0,00 3 6,00 Tamat SMP-Tamat SMA 35 87,50 8 80,00 43 86,00 Perguruan Tinggi 2 5,00 2 20,00 4 8,00 Jumlah 40 100,00 10 100,00 50 100,00 Sebagian besar responden sudah menyadari pentingnya pendidikan sehingga tidak hanya terhenti sampai tingkat Sekolah Dasar (SD), mereka ingin melanjutkan sekolah hingga sampai pendidikan tinggi. Namun, ketika akan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi timbul berbagai permasalahan yang pada akhirnya menyebabkan sebagian besar responden tidak melanjutkan pendidikannya. Hal ini disampaikan oleh informan: “Pengen banget bisa terus sekolah. Cuma yah gimana karena orang tua juga kan pendidikannya rendah jadi ga ngerti. Malah bilang buat apa kuliah jadi sarjana, orangorang juga banyak yang jadi sarjana tapi ujung-ujungnya jadi tukang ojek. Sekarang mah ngejalanin kuliah niat
49
sendiri sama pake uang sendiri aja.” (MMA, 24 tahun, Karyawan Rumah Makan) “Duh dia mah gitu, waktu disuruh kuliah ga mau. Padahal dulu uangnya udah ibu siapin. Eh baru kemaren-kemaren dia minta mau kuliah tapi kan sekarang uangnya ga ada udah kepake kebutuhan lain.” (LSA, 46 tahun, Ibu Responden) Permasalahan yang ada mencakup masalah ekonomi, tidak didukung oleh orang tua, dan tidak adanya keinginan dari individu itu sendiri. Tidak adanya dukungan dari orang tua sebagian besar dikarenakan pendidikan orang tua yang rendah sehingga tidak menganggap sekolah adalah hal yang penting. Penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan responden terhadap pekerjaan saat ini dan pekerjaan yang diinginkan. Berikut jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini dapat dilihat pada tabel 19. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Umur (tahun) Pekerjaan Saat 16-20 21-25 26-30 Ini n % n % n % Perdagangan 0 0,00 4 19,05 5 23,81 Hotel dan 5 62,50 11 52,38 8 38,10 Rumah Makan Jasa Pendidikan 0 0,00 0 0,00 1 4,76 Jasa Kemasyarakatan, 1 12,50 4 19,05 7 33,33 Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya 2 25,00 2 9,52 0 0,00 Jumlah 8 100,00 21 100,00 21 100,00
jenis kelamin Jumlah n 9
% 18,00
24
48,00
1
2,00
12
24,00
4 50
8,00 100,00
Catatan: Angka yang bergaris bawah menunjukkan ada perempuan yang bekerja di sektor tersebut.
Angka bergaris bawah pada tabel 19 menunjukkan adanya responden perempuan yang bekerja pada sektor tersebut. Mayoritas responden laki-laki pada setiap kelas umur bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Responden lakilaki pada kelas umur 16-20 tahun hanya bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Pada kelas umur 21-25 tahun, responden laki-laki bekerja pada sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan, serta sektor lainnya. Pada umur 26-30 tahun, responden laki-laki bekerja pada sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, jasa pendidikan, serta jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan. Berbeda dengan responden laki-laki, umur pada responden perempuan memiliki pengaruh terhadap pekerjaan saat ini. Pada responden perempuan
50
menurut kelas umur terdapat perbedaan sektor pekerjaan. Responden perempuan pada kelas umur 16-20 tahun mayoritas bekerja pada sektor lainnya. Pada kelas umur 21-25 tahun pekerjaannya merata pada sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, serta jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan. Namun, pada kelas umur 26-30 tahun mayoritas bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan serta tidak ada yang bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Hal ini dikarenakan mereka sudah memiliki anak sehingga menghindari pekerjaan yang menggunakan waktu malam sebagai waktu bekerja, seperti di hotel dan rumah makan. “Haduh. Kan sekarang udah punya anak. Jadi waktunya harus diatur-atur yang buat kerja sama ngurus anak. Yang penting jangan sampe pulang malem nanti anak ga keurus.” (DF, 26 tahun, Pegawai di Kantor Desa) Banyaknya responden laki-laki yang bekerja pada sektor hotel dan rumah makan dikarenakan responden laki-laki banyak yang mengikuti ajakan temantemannya untuk bekerja di hotel atau rumah makan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini dapat dilihat lebih rinci pada Lampiran 2. Berikut tabulasi silang antara tingkat pendidikan responden dengan pekerjaan saat ini pada tabel 20. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah Pekerjaan Saat ≤ Tamat Tamat SMPPerguruan Ini SD Tamat SMA Tinggi n % n % n % n % 1 33,33 8 18,60 0 0,00 Perdagangan 9 18,00 Hotel dan 1 33,33 21 48,84 2 50,00 24 48,00 Rumah Makan 0 0,00 1 2,33 0 0,00 Jasa Pendidikan 1 2,00 Jasa Kemasyarakatan, 1 33,33 9 20,93 2 50,00 12 24,00 Pemerintahan, dan Perorangan 0 0,00 4 9,30 0 0,00 Lainnya 4 8,00 3 100,00 43 100,00 4 100,00 Jumlah 50 100,00 Catatan: Angka yang bergaris bawah menunjukkan ada perempuan yang bekerja di sektor tersebut.
Angka bergaris bawah pada tabel menunjukkan adanya responden perempuan yang bekerja pada sektor tersebut. Berdasarkan tabel 20, pekerjaan responden laki-laki menurut tingkat pendidikan tidak memiliki perbedaan karena mayoritas responden berdasarkan tingkat pendidikan rendah, sedang, maupun
51
tinggi bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Responden laki-laki yang berpendidikan rendah bekerja pada sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, serta jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan. Responden laki-laki berpendidikan sedang bekerja pada semua sektor pekerjaan dalam tabel, sedangkan responden laki-laki yang berpendidikan tinggi hanya bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Berbeda dengan responden laki-laki, tingkat pendidikan pada responden perempuan memiliki pengaruh terhadap pekerjaan saat ini. Pada responden perempuan yang berpendidikan sedang pekerjaannya tersebar merata pada sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan, serta sektor lainnya. Namun, pada responden perempuan yang berpendidikan tinggi hanya bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan sebagai PNS dan pegawai di kantor desa. Mereka yang berpendidikan tinggi memanfaatkan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki untuk bekerja pada sektor pemerintahan. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan dapat dilihat pada tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Umur (tahun) Jumlah Pekerjaan yang 16-20 21-25 26-30 Diinginkan n % n % n % n % 3 37,50 9 42,86 15 71,43 27 54,00 Perdagangan Hotel dan 3 37,50 7 33,33 1 4,76 11 22,00 Rumah Makan Jasa Kemasyarakatan, 2 25,00 4 19,05 3 14,29 9 18,00 Pemerintahan, dan Perorangan 0 0,00 1 4,76 2 9,52 3 6,00 Lainnya Jumlah
8
100,00
21 100,00
21
100,00
50
100,00
Catatan: Angka yang bergaris bawah menunjukkan ada perempuan yang bekerja di sektor tersebut.
Angka bergaris bawah pada tabel 21 menunjukkan adanya responden perempuan yang bekerja pada sektor tersebut. Berdasarkan tabel 21, responden laki-laki di setiap kelas umur menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Banyak di antara mereka yang ingin memiliki warung sembako, warung agen gas, serta toko baju. Namun, pekerjaan-pekerjaan tersebut belum bisa dijalankan oleh responden karena belum adanya modal. Mereka berusaha menabung dari hasil pendapatan saat ini untuk mengumpulkan modal agar dapat menjalankan pekerjaan yang diinginkan. Berbeda dengan responden laki-laki, umur pada responden perempuan memiliki pengaruh terhadap pekerjaan yang diinginkan. Pada responden
52
perempuan dengan kelas umur 16-20 tahun mayoritas menginginkan pekerjaan di sektor hotel dan rumah makan, sedangkan pada kelas umur 21-25 tahun responden menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, serta jasa kemasyarakatan, pemerintahan, dan perorangan secara merata. Pada kelas umur 26-30 tahun mayoritas responden menginginkan sektor pekerjaan lainnya dan tidak ada yang menginginkan sektor hotel dan rumah makan. Hal ini dikarenakan mereka sudah memiliki anak sehingga tidak menginginkan pekerjaan yang menggunakan waktu malam sebagai waktu bekerja. Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Menurut Herlina (2002), pemuda yang berpendidikan rendah cenderung lebih memilih pekerjaan sektor pertanian daripada sektor industri dan jasa. Namun hal tersebut tidak terjadi di lokasi penelitian. Berikut tabulasi silang antara tingkat pendidikan responden dengan pekerjaan yang diinginkan. Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan Jumlah Pekerjaan yang ≤ Tamat Tamat SMPPerguruan Diinginkan SD Tamat SMA Tinggi n % n % n % n % 2 66,67 24 55,81 1 25,00 27 54,00 Perdagangan Hotel dan Rumah 1 33,33 9 20,93 1 25,00 11 22,00 Makan Jasa Kemasyarakatan, 0 0,00 8 18,60 1 25,00 9 18,00 Pemerintahan, dan Perorangan 0 0,00 2 4,65 1 25,00 3 6,00 Lainnya Jumlah
3
100,00
43 100,00
4
100,00
50
100,00
Catatan: Angka yang bergaris bawah menunjukkan ada perempuan yang bekerja di sektor tersebut.
Angka bergaris bawah pada tabel 22 menunjukkan adanya responden perempuan yang bekerja pada sektor tersebut. Berdasarkan tabel 22, sebagian besar responden laki-laki menurut tingkat pendidikan rendah, sedang maupun tinggi menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Responden laki-laki yang berpendidikan rendah dan tinggi hanya menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan serta hotel dan rumah makan, sedangkan responden yang berpendidikan sedang menginginkan semua sektor pekerjaan yang terdapat dalam tabel. “Ya pengennya mah sih punya warung sembako gitu. Punya sendiri tapi. Ga cape kerja kaya sekarang kan tinggal dagang aja ngejualin.” (DG, 26 tahun, Karyawan Hotel)
53
Berdasarkan hasil penelitian, keinginan mereka untuk berpindah ke sektor perdagangan karena berdagang tidak memerlukan keahlian dan keterampilan khusus. Jenis pekerjaan sebagian besar responden saat ini ialah pekerja kasar yang membuat mereka lelah secara fisik dalam menjalani pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dijalani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Kurangnya keahlian dan keterampilan menjadikan responden hanya sebagai pekerja kasar di tempat mereka bekerja. Sesuai dengan hasil penelitian Cahyono (1998) bahwa tingkat pendidikan seseorang memengaruhi jenis pekerjaan yang akan didapatkan dan kemudian akan memengaruhi pendapatannya. Berbeda dengan responden laki-laki, tingkat pendidikan pada responden perempuan memiliki pengaruh terhadap pekerjaan yang dinginkan. Pada responden perempuan yang berpendidikan sedang mayoritas menginginkan pekerjaan pada sektor perdagangan serta hotel dan rumah makan, sedangkan responden perempuan yang berpendidikan tinggi tidak ada yang menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan serta hotel dan rumah makan. Mereka merasa bahwa dengan pendidikan yang dimiliki, mereka ingin bekerja pada sektor lain dengan jenis pekerjaan yang lebih baik, seperti menjadi tenaga profesional atau tenaga tata usaha. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 5. Pengaruh Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan Dalam memanfaatkan kesempatan kerja yang tumbuh di lokasi penelitian, orang tua responden menyarankan anak-anaknya untuk berdiskusi dengan temantemannya yang sudah lebih dulu mendapatkan pekerjaan. Hal ini terjadi karena pengetahuan orang tua responden yang kurang cukup dalam memahami berbagai pekerjaan yang berkembang saat ini. Pada saat seperti inilah jaringan-jaringan yang dimiliki responden berperan dalam membantu pemilihan pekerjaan. Jaringan ini terbentuk didasarkan atas rasa kepercayaan yang dimiliki oleh responden. Menurut Lawang (2004), kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak melalui interaksi sosial. Adanya trust merupakan salah satu unsur modal sosial yang sangat penting karena akan membuat terjalinnya hubunganhubungan antar individu responden yang disebut dengan jaringan sosial. “Banyak tau informasi tentang kerjaan sih dari temen main aja palingan. Soalnya suka saling cerita dan terbuka sama temen. Ini juga dapet kerjaan gara-gara ditawarin temen yang duluan kerja disana.” (ISA, 19 tahun, Buruh Industri Rumah Tangga) Jaringan responden terdiri dari keluarga inti, keluarga luas, tetangga, teman sepermainan, rekan kerja serta organisasi/komunitas lain. Namun, hubungan-hubungan sosial selalu terbatas pada jumlah manusia sehingga setiap orang melalui pengalaman sosialnya memilih dan mengembangkan hubunganhubungan sosial yang paling menguntungkan (Sumarti 2015). Responden merasakan adanya keuntungan berlebih ketika berinteraksi dengan teman-teman
54
sepermainan sehingga mereka memilih untuk mempertahankan hubungan sosial tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari teman sepermainan biasanya membuat responden mengetahui informasi mengenai berbagai pekerjaan sampai responden mendapatkan pekerjaan. Biasanya responden tertarik dengan pekerjaan-pekerjaan yang diinformasikan oleh orang-orang terdekatnya, sehingga ia memilih atau menginginkan pekerjaan tersebut. Semakin banyak jaringan yang dimiliki berarti semakin luas responden membangun jejaring. Azca dan Sutopo (2013) dalam penelitiannya menemukan responden yang memanfaatkan jejaring yang dimiliki dengan salah satu gurunya di STM sehingga ia mendapatkan pekerjaan sebagai seorang mekanik di PT Astra International Tbk. Di lokasi penelitian, sebagian besar responden juga mendapatkan pekerjaannya saat ini dikarenakan ada jaringan yang menjembataninya sehingga mendapatkan informasi atau ditawari pekerjaan. Hal ini disampaikan oleh informan: “Dulu saya kerja di Cimory. Tapi sekarang udah engga. Itu karena diajakin sama manager cimory yang dulu juga. Dia kan deket sama saya jadi pas dia keluar dari Cimory, saya ditawarin kerjaan lain yang dia jalanin saat ini terus saya mau.” (TH, 24 tahun, Karyawan Hotel) “Awalnya sih waktu mau kerja disini ngeliat karena ada paman disini. Terus suka nanya-nanya dan ngobrol. Akhirnya ditawarin jadi yaudah kerja disini.” (N, 21 tahun, Karyawan Hotel) Sebagian besar responden saat ini bekerja pada sektor yang sama yaitu sektor hotel dan rumah makan. Itu dikarenakan pengaruh dari lingkungan sosial responden di lokasi penelitian yang menyediakan lapangan pekerjaan di sektor hotel dan rumah makan. Menurut Purba (2002) lingkungan sosial adalah wilayah yang merupakan tempat berlangsungnya macam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan atau buatan (tata ruang). Sebagian besar jaringan yang dimiliki responden bekerja pada sektor yang sama dan mengajak responden untuk bekerja bersama. Banyaknya bangunan hotel dan rumah makan membuat sebagian besar penduduk di desa bekerja pada sektor hotel dan rumah makan. Walaupun saat ini mayoritas responden bekerja pada sektor hotel dan rumah makan, responden menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan untuk masa depan. Hal ini dikarenakan informasi yang mereka dapatkan dari jaringannya sebagian besar mengenai keuntungan jika bekerja pada sektor perdagangan. Mereka lebih banyak mendiskusikan pekerjaan di sektor perdagangan yang dirasa dapat membuat taraf hidup lebih baik secara ekonomi. Mereka seringkali saling mengajak satu sama lain untuk memiliki usaha bersama jika sudah terkumpul modal di masa depan. “Suka ngobrol-ngobrol sama sodara yang dagang. Katanya kalo dagang mah enak yang penting kitanya mau dan rajin
55
aja dapet uangnya bisa cepet juga. Dikasih tau tips-tips dagang sih biasanya sama sodara.” (DS, 28 tahun, Pemilik Usaha Barbershop) Dalam pemilihan pekerjaan, selain mengikuti ajakan teman, responden juga mementingkan norma sosial yang dianut, yaitu norma religi dan budaya. Norma yang dianut oleh responden memberikan pengaruh terhadap pemilihan pekerjaannya. Budaya suku Sunda yang tidak bisa pergi jauh dari keluarga menjadikan mereka tidak merantau dalam bekerja. Terlebih lagi, lokasi tempat tinggal responden membuka banyak lapangan pekerjaan pada sektor jasa. “Pemuda disini mah kerjanya deket-deket kok dari rumah. Soalnya dari keluarga-keluarganya ga ada yang biasa merantau untuk bekerja. Disini kan lapangan kerja juga banyak.” (NA, 39 tahun, Ketua Karang Taruna) Berdasarkan penuturan informan, norma atau aturan yang dianut oleh seluruh responden memengaruhi mereka dalam memilih pekerjaan karena menjadikan mereka menjalani pekerjaan yang halal dan tidak jauh dari tempat tinggal. Responden menginginkan sektor pekerjaan yang dekat dari rumah seperti sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, serta jasa kemasyarakatan, pemerintahan dan perorangan. Budaya tersebut biasa dianut oleh masyarakat suku Sunda yang tidak bisa jauh dari keluarga. Namun, sebenarnya tidak semua suku Sunda melestarikan budaya tersebut. Penelitian Riyani (2016) tentang perempuan yang menjadi buruh migran karena desakan ekonomi dilakukan di tanah sunda. Budaya untuk bekerja tidak jauh dari rumah dilestarikan dan diperkuat pada lokasi penelitian karena tidak ada hal yang memaksa atau mengharuskan responden pergi merantau untuk bekerja, seperti tidak adanya desakan ekonomi. Lingkungan di lokasi penelitian yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan membuat mereka bertahan untuk tinggal dan bekerja di daerah tempat tinggalnya. Budaya tidak merantau dalam bekerja yang dianut oleh responden membuat responden bergantung pada lapangan kerja yang ada di daerah tempat tinggalnya. Oleh karena itu, pilihan pekerjaan saat ini yang kemudian dijalani oleh responden daripada tidak memiliki pekerjaan atau menganggur. Menurut (ILO 2012), pemuda di Indonesia menghadapi masalah tingkat pengangguran yang sangat tinggi dan bagi sebagian besar orang, masa pengangguran ini berlangsung lama. Pengangguran merupakan masalah serius karena banyak pemuda yang tidak ingin menganggur terpaksa menerima pekerjaan apapun yang tersedia. Berkembangnya sektor pariwisata di lokasi penelitian menciptakan lapangan pekerjaan di sektor jasa yang kemudian mau atau tidak mau dimanfaatkan oleh tenaga kerja muda yang ada disana agar tidak menganggur. Menurut Seftiani (2006) adanya objek pariwisata di suatu wilayah merupakan kondisi yang menguntungkan karena dapat membuka peluang bekerja dan berusaha baik di sektor formal maupun informal sehingga akan memberikan pendapatan bagi penduduk di sekitarnya. Hal ini juga yang dirasakan oleh tenaga kerja muda yang memanfaatkan lapangan pekerjaan di lokasi penelitian.
56
57
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pola sosialisasi orang tua dan modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari tingkat pendidikan tidak menentukan pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada pemuda pedesaan karena orang tua yang berpendidikan rendah, sedang, ataupun tinggi memberikan sosialisasi yang demokratis. Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang dilihat dari sektor pekerjaan menentukan pola sosialisasi yang diberikan orang tua kepada pemuda pedesaan karena orang tua yang bekerja pada sektor pertanian memberikan sosialisasi otoriter demokratis, sedangkan orang tua yang bekerja pada sektor industri dan jasa memberikan sosialisasi demokratis. 2. Sosialisasi demokratis adalah pola sosialisasi yang paling banyak diterapkan oleh orang tua kepada pemuda pedesaan. Pola sosialisasi yang diberikan orang tua memengaruhi pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda pedesaan. Hal ini dikarenakan pemuda pedesaan mengikuti saran-saran yang diberikan orang tua dalam menentukan sektor pekerjaan yang dipilih. 3. Karakteristik individu pemuda pedesaan berjenis kelamin laki-laki menurut umur dan tingkat pendidikan tidak memengaruhi pemilihan pekerjaannya karena sebagian besar bekerja pada sektor hotel dan rumah makan serta menginginkan pekerjaan di sektor perdagangan. Karakteristik individu pemuda pedesaan berjenis kelamin perempuan menurut umur dan tingkat pendidikan memengaruhi pemilihan pekerjaannya karena pada setiap kelas umur dan tingkat pendidikan terdapat perbedaan sektor pekerjaan yang dipilih. 4. Modal sosial yang terdiri dari kepercayaan, jaringan, dan norma memengaruhi pemilihan pekerjaan yang dilakukan oleh pemuda pedesaan karena sebagian besar pemuda pedesaan memilih dan menginginkan pekerjaan atas informasi dan ajakan dari jarigan yang dimiliki. Jaringan tersebut dibangun dengan kepercayaan yang kuat antara pemuda pedesaan dengan jaringannya. Selain itu, dalam memilih pekerjaan pemuda pedesaan juga mengutamakan norma atau aturan yang dianut. Hal ini terlihat dari seluruh pemuda pedesaan yang memilih sektor pekerjaan sesuai dengan norma religi dan norma budaya untuk tidak merantau dalam bekerja. Norma tersebut didukung oleh lingkungan tempat tinggal yang religius dan menyediakan banyak lapangan pekerjaan. 5. Sebagian besar pemuda pedesaan menginginkan perpindahan antar sektor pekerjaan dan status pekerjaan dari pekerjaan saat ini. Namun, tidak ada pemuda pedesaan yang menginginkan pekerjaan pada sektor pertanian di masa depan. Hal ini dikarenakan pemuda pedesaan menganggap pekerjaan pertanian adalah hal yang kotor, semakin
58
berkurangnya lahan pertanian di lokasi tempat tinggal, kurangnya pengetahuan untuk bekerja di sektor pertanian, dan tidak adanya dukungan dari orang tua untuk bekerja di sektor pertanian. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian mengenai pola sosialisasi orang tua dan modal sosial terhadap pemilihan pekerjaan oleh pemuda pedesaan di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yaitu: 1. Untuk akademisi, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dalam melihat faktor pengaruh pola sosialisasi yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya tidak hanya menggunakan faktor karakteristik sosial ekonomi orang tua, melainkan menggunakan faktor-faktor lain agar dapat dianalisis faktor mana yang paling berpengaruh. 2. Untuk masyarakat, sebaiknya pola sosialisasi orang tua mengenai pekerjaan tetap dipertahankan untuk membantu pemuda pedesaan dalam memilih pekerjaan. Selain itu, sebaiknya orang tua memperluas wawasannya tentang berbagai sektor dan jenis pekerjaan yang berkembang saat ini. Orang tua sebaiknya mencari banyak informasi tentang berbagai pekerjaan yang kemudian informasi tersebut dapat dibagikan kepada pemuda pedesaan. 3. Untuk masyarakat, sebaiknya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, pemuda pedesaan baik laki-laki maupun perempuan perlu meningkatkan keahlian dan keterampilannya yang bisa didapatkan melalui pendidikan formal ataupun informal. 4. Untuk masyarakat, sebaiknya pemuda pedesaan dapat meningkatkan dan memperluas hubungan sosialnya dengan berbagai pihak yang tidak hanya bekerja pada sektor pekerjaan yang sama sehingga dapat menambah wawasan mengenai berbagai pekerjaan dan tetap mempertahankan norma yang dianut dalam pemilihan pekerjaan. 5. Untuk masyarakat, walaupun sektor pekerjaan industri dan jasa semakin berkembang, sebaiknya pemuda pedesaan tetap peduli dan ingin untuk bekerja di sektor pertanian. Sebaiknya pemuda pedesaan tidak membiarkan sektor pertanian hanya menjadi milik generasi tua untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang lebih baik.
59
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Keadaan angkatan kerja di indonesia agustus 2010. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Populasi indonesia. Dapat di akses di https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Penduduk-Indonesia-hasilSUPAS-2015_rev.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik pemuda indonesia 2015. Dapat diakses di https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/StatistikPemuda-Indonesia-2015--_rev.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Keadaan ketenagakerjaan jawa barat februari 2016. [Diunduh 2017 Januari 10]. Dapat diunduh di https://jabar.bps.go.id/new/website/brs_ind/brsInd-20160504131232.pdf [KPPN] Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Peran sektor informal sebagai katub pengaman masalah ketenagakerjaan. Jakarta (ID). Alfiana E. 2013. Pola asuh orang tua terhadap anak dalam keluarga pada bidang pendidikan di dusun pandanan desa pandanan kecamatan wonosari kabupaten klaten [skripsi]. [Diunduh pada 2016 Desember 25]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta. Dapat diunduh di http://eprints.uny.ac.id/21893/ A’yun Q. 2015. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan pekerjaan masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri di kecamatan cerme kabupaten gresik. J. Swara Bhumi [internet]. [Diunduh pada 2016 Maret 07]; 3(3). Dapat diunduh di http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/swarabhumi/volume/878/vol-3-nomer3-2015 Azca MN, Sutopo OR. 2013. Transisi pemuda yogyakarta menuju dunia kerja: narasi dan perspektif dari selatan. J. Universitas Paramadina. 10(2). Bahrin. 2008. Karakteristik, perilaku, dan pemenuhan kebutuhan rumahtangga petani miskin di provinsi bengkulu [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Cahyono SA. 1998. Karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga penyadap getah pinus di desa somagede, kebumen, jawa tengah. J. Universitas Gajah Mada. 2(4): 173-180. Coleman JS. 1988. Social capital in the creation of human capital. The American Journal of Sociology [internet]. [Diunduh pada 2016 Maret 07]; 94: 95120. Dapat diunduh di http://courseweb.lis.illinois.edu/~katewill/forchina/readings/coleman%201988%20social%20capital.pdf Dariyo A. 2004. Perencanaan dan pemilihan karir sebagai seorang guru/dosen pada dewasa muda. J. Provitae.1(1). Dariyo A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Hasbullah J. 2006. Sosial Kapital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia). Jakarta (ID): MR-United Press. Hendri M, Wahyuni ES. 2013. Persepsi pemuda pencari kerja terhadap pekerjaan sektor pertanian dan pilihan pekerjaan di desa cihideung udik kecamatan ciampea, kabupaten bogor. J. Penyuluhan [internet]. [Diunduh pada
60
2016 Maret 01]; 9(1). Dapat diunduh di http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/706/414 Herlina. 2002. Orientasi nilai kerja pemuda pada keluarga petani perkebunan [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ihromi TO. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. [ILO] International Labour Organization. 2012. Memahami pekerjaan yang dilakukan oleh anak dan pekerja muda di Indonesia. Dapat diakses di http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_183689.pdf [ILO] International Labour Organization. 2015. Tren ketenagakerjaan dan sosial di Indonesia 2014-2015: memperkuat daya saing dan produktivitas melalui pekerjaan layak. Dapat diakses di http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilojakarta/documents/publication/wcms_381565.pdf Komar MT. 2015. Regenerasi petani melawan pola hidup hedonisme: upaya memunculkan generasi penerus pertanian melalui metodologi riset partisipatif di dusun beton megale kecamatan kedungadem kabupaten bojonegoro [tesis]. Surabaya (ID): UIN Sunan Ampel Surabaya. Lawang RMZ. 2004. Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi: Suatu Pengantar. Depok (ID): FISIP UI Press. Meilina Y. 2015. Persepsi Remaja Terhadap Pekerjaan di Sektor Pertanian Padi Sawah di Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor [skripsi]. [Diunduh pada 2016 Maret 16]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/75119 Purba J. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia. Putnam RD. 2002. Democracies in Flux: The Evolution of Social Capital in Contemporary Society [internet]. New York (USA): Oxford University Press, Inc. [Diunduh pada tanggal 22 Juni 2016] Dapat diunduh di https://googledrive.com/host/0B_SsYZssxUJEQXVXZnRWTl96YjA/De mocracies-Flux-Evolution-Capital-Contemporary-0195171608.pdf. Rinihastuti D. 2010. Pemilihan Pekerjaan di Sektor Industri Kecil dan Rumah Tangga (Studi Kasus pada Pemuda di Desa Sidoleren Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo) [skripsi]. [Diunduh pada 2016 Maret 07]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Dapat diunduh di https://eprints.uns.ac.id/8741/1/126840308201008221.pdf Riyani NP. 2016. Peran ayah dalam pengasuhan anak terhadap pencapaian pendidikan anak di keluarga buruh migran perempuan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Rofiah. 2012. Efektivitas komunikasi antarbudaya suku sunda dan suku madura: kasus manajemen konflik di kelurahan kebon kelapa kecamatan bogor tengah, kota bogor) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rusli S. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): LP3ES. Seftiani A. 2006. Pengaruh objek wisata terhadap kesempatan bekerja dan berusaha di sektor informal pada masyarakat sekitarnya (Kasus Desa
61
Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setyowati Y. 2005. Pola komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak (studi kasus penerapan pola komunikasi keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak pada keluarga jawa). J. Ilmu Komunikasi. 2(1):67-78. Shumba A, Naong M. 2012. Factors Influencing Student’s Career Choice and Aspirations in South Africa. Journal Social Science [internet]. [Diunduh pada 2016 April 08]; (33)2:169-178. Dapat diunduh di http://www.krepublishers.com/02-Journals/JSS/JSS-33-0-000-12Web/JSS-33-2-000-12-Abst-PDF/JSS-33-2-169-12-1397-ShumbaA/JSS-33-2-169-178-12-1397-Shumba-A-Tx%5B4%5D.pdf Sumarti T. 2015. Interaksi dan struktur sosial. Di dalam: Nasdian FT. Sosiologi Umum. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sunarto K. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Soekanto S. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan ke-31. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Soekanto S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Rajawali Press. Tarigan H. 2004. Representasi pemuda pedesaan mengenai pekerjaan pertanian. [working paper]. [internet]. [Diunduh pada 2016 Maret 17]. Dapat diunduh di http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/WP_29_2004.pdf [RI] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [RI] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Wahyuni ES. 2015. Grup. Di dalam: Nasdian FT, editor. Sosiologi Umum. Jakarta (ID): Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Yulianto. 1997. Faktor yang mempengaruhi perilaku bekerja pemuda anak tani di pedesaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
62
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Penyusunan proposal penelitian Kolokium Perbaikan proposal penelitian Uji coba kuesioner Revisi kuesioner Pengambilan data lapangan Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji kelayakan Sidang skripsi Perbaikan skripsi
Juni 1
2
3
Juli 4
1
2
3
September 4
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
Desember 4
1
2
3
Januari 4
1
2
3
Februari 4
1
65
Lampiran 2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016
Pekerjaan Saat Ini
Perdagangan Hotel dan Rumah Makan Jasa Pendidikan Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya Jumlah
Umur dan Jenis Kelamin Laki-laki 16-20 21-25 26-30 n % n % n % 0 0,00 3 16,67 4 23,53
Umur dan Jenis Kelamin Jumlah Perempuan 16-20 21-25 26-30 n % n % n % n % 7 17,50 0 0,00 1 33,33 1 25,00
4
80,00
10
55,56
8
47,06
22
55,00 1
33,33 1
33,33
0
0
0,00
0
0,00
1
5,88
1
2,50 0
0,00 0
0,00
1
20,00
3
16,67
4
23,53
8
20,00 0
0,00 1
0 5
0,00 100,00
2 18
11,11 100,00
0 17
0,00 100,00
2 40
5,00 2 100,00 3
Jumlah n 2
% 20,00
0,00
2
20,00
0
0,00
0
0,00
33,33
3
75,00
4
40,00
66,67 0 0,00 100,00 3 100,00
0 4
0,00 100,00
2 10
20,00 100,00
66
Lampiran 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan saat ini di Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Tamat SMPPerguruan Tamat SMPPerguruan Pekerjaan Saat Ini ≤Tamat SD Tamat SMA Tinggi Tamat SMA Tinggi n % n % n % n % n % n % n % Perdagangan Hotel dan Rumah Makan Jasa Pendidikan Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya Jumlah
1
33,33
6
17,14
0
0,00
7
17,50
2
25,00
0
0,00
2
20,00
1
33,33
19
54,29
2
100,00
22
55,00
2
25,00
0
0,00
2
20,00
0
0,00
1
2,86
0
0,00
1
2,50
0
0,00
0
0,00
0
0,00
1
33,33
7
20,00
0
0,00
8
20,00
2
25,00
2
100,00
4
40,00
0 3
0,00 100,00
2 35
5,71 100,00
0 2
0,00 100,00
2 40
5,00 100,00
2 8
25,00 100,00
0 2
0,00 100,00
2 10
20,00 100,00
67
Lampiran 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Desa Leuwimalang, 2016 Umur dan Jenis Kelamin Umur dan Jenis Kelamin Jumlah Jumlah Laki-laki Perempuan Pekerjaan yang Diinginkan 16-20 21-25 26-30 16-20 21-25 26-30 n % n % n % n % n % n % n % n % 2 40,00 8 44,44 14 82,35 24 60,00 1 33,33 1 33,33 1 25,00 3 30,00 Perdagangan Hotel dan Rumah 1 20,00 6 33,33 1 5,88 8 20,00 2 66,67 1 33,33 0 0,00 3 30,00 Makan Jasa Kemasyarakatan, Pemerintahan, dan Perorangan Lainnya Jumlah
2
40,00
3
16,67
2
11,76
7
17,50
0
0,00
1
33,33
1
25,00
2
20,00
0 5
0,00 100,00
1 18
5,56 100,00
0 17
0,00 100,00
1 40
2,50 100,00
0 3
0,00 100,00
0 3
0,00 100,00
2 4
50,00 100,00
2 10
20,00 100,00
68
Lampiran 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat Desa Leuwimalang, 2016 Tingkat Pendidikan Laki-laki Pekerjaan yang Tamat SMPPerguruan diinginkan ≤Tamat SD Tamat SMA Tinggi n % n % n % 2 66,70 21 60,00 1 50,00 Perdagangan Hotel dan 1 33,30 6 17,14 1 50,00 Rumah Makan Jasa Kemasyarakatan, 0 0,00 7 20,00 0 0,00 Pemerintahan, dan Perorangan 0 0,00 1 2,86 0 0,00 Lainnya 3 100,00 35 100,00 2 100,00 Jumlah
pendidikan dan jenis kelamin dengan pekerjaan yang diinginkan di Tingkat Pendidikan Perempuan Jumlah Tamat SMPPerguruan Tamat SMA Tinggi n % n % n % 24 60,00 3 37,50 0 0,00
Jumlah n 3
% 30,00
8
20,00
3
37,50
0
0,00
3
30,00
7
17,50
1
12,50
1
50,00
2
20,00
1 40
2,50 100,00
1 8
12,50 100,00
1 2
50,00 100,00
2 10
20,00 100,00
69
Lampiran 6 Peta Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Sumber: google.com Desa Leuwimalang, Cisarua
70
Lampiran 7 Daftar Kerangka Sampling = Responden No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
1
DD
RT 01 RW 01
26
R
RT 02 RW 01
51
JR
RT 04 RW 01
2
W
RT 01 RW 01
27
L
RT 02 RW 01
52
M
RT 04 RW 01
3
R
RT 01 RW 01
28
D
RT 02 RW 01
53
D
RT 04 RW 01
4
MSR
RT 01 RW 01
29
MSA
RT 02 RW 01
54
YPU
RT 04 RW 01
5
TS
RT 01 RW 01
30
SEF
RT 02 RW 01
55
H
RT 04 RW 01
6
AM
RT 01 RW 01
31
KC
RT 02 RW 01
56
R
RT 04 RW 01
7
A
RT 01 RW 01
32
DP
RT 03 RW 01
57
I
RT 04 RW 01
8
D
RT 01 RW 01
33
BR
RT 03 RW 01
58
N
RT 04 RW 01
9
F
RT 01 RW 01
34
TH
RT 03 RW 01
59
HS
RT 04 RW 01
10
GG
RT 01 RW 01
35
R
RT 03 RW 01
60
W
RT 04 RW 01
11
ISA
RT 01 RW 01
36
S
RT 03 RW 01
61
AJ
RT 04 RW 01
12
K
RT 01 RW 01
37
MR
RT 03 RW 01
62
DW
RT 04 RW 01
13
R
RT 01 RW 01
38
ZA
RT 03 RW 01
63
SR
RT 01 RW 02
14
SA
RT 01 RW 01
39
RA
RT 03 RW 01
64
W
RT 01 RW 02
15
EO
RT 02 RW 01
40
D
RT 03 RW 01
65
SA
RT 01 RW 02
16
Z
RT 02 RW 01
41
L
RT 03 RW 01
66
E
RT 01 RW 02
17
A
RT 02 RW 01
42
W
RT 03 RW 01
67
A
RT 01 RW 02
18
DG
RT 02 RW 01
43
AY
RT 03 RW 01
68
AS
RT 01 RW 02
19
D
RT 02 RW 01
44
YS
RT 03 RW 01
69
S
RT 01 RW 02
20
ID
RT 02 RW 01
45
A
RT 03 RW 01
70
SS
RT 01 RW 02
21
F
RT 02 RW 01
46
I
RT 03 RW 01
71
WA
RT 01 RW 02
22
LS
RT 02 RW 01
47
IW
RT 03 RW 01
72
AS
RT 01 RW 02
23
A
RT 02 RW 01
48
PPU
RT 04 RW 01
73
RS
RT 01 RW 02
24
AR
RT 02 RW 01
49
MI
RT 04 RW 01
74
EP
RT 01 RW 02
25
N
RT 02 RW 01
50
Y
RT 04 RW 01
75
LA
RT 01 RW 02
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
76
H
RT 01 RW 02
101
M
RT 03 RW 02
126
CK
RT 04 RW 02
77
I
RT 01 RW 02
102
DS
RT 03 RW 02
127
O
RT 04 RW 02
78
RK
RT 01 RW 02
103
NMF
RT 03 RW 02
128
S
RT 04 RW 02
79
R
RT 01 RW 02
104
W
RT 03 RW 02
129
KY
RT 04 RW 02
80
D
RT 01 RW 02
105
R
RT 03 RW 02
130
SM
RT 04 RW 02
81
AF
RT 01 RW 02
106
YM
RT 03 RW 02
131
M
RT 05 RW 02
82
AR
RT 01 RW 02
107
AH
RT 03 RW 02
132
MI
RT 05 RW 02
83
Y
RT 01 RW 02
108
ES
RT 03 RW 02
133
AM
RT 05 RW 02
84
AA
RT 02 RW 02
109
S
RT 03 RW 02
134
S
RT 05 RW 02
85
R
RT 02 RW 02
110
IS
RT 03 RW 02
135
ES
RT 05 RW 02
86
CS
RT 02 RW 02
111
I
RT 03 RW 02
136
HR
RT 05 RW 02
71
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
87
A
RT 02 RW 02
112
Y
RT 04 RW 02
137
AR
RT 05 RW 02
88
DR
RT 02 RW 02
113
D
RT 04 RW 02
138
MR
RT 05 RW 02
89
AK
RT 02 RW 02
114
TS
RT 04 RW 02
139
AS
RT 05 RW 02
90
TS
RT 02 RW 02
115
I
RT 04 RW 02
140
IS
RT 05 RW 02
91
I
RT 02 RW 02
116
A
RT 04 RW 02
141
MCP
RT 05 RW 02
92
J
RT 02 RW 02
117
DR
RT 04 RW 02
142
DA
RT 05 RW 02
93
IM
RT 02 RW 02
118
AM
RT 04 RW 02
143
RL
RT 05 RW 02
94
D
RT 02 RW 02
119
YY
RT 04 RW 02
144
AP
RT 05 RW 02
95
ASK
RT 02 RW 02
120
DS
RT 04 RW 02
145
AN
RT 05 RW 02
96
I
RT 02 RW 02
121
AP
RT 04 RW 02
146
AR
RT 05 RW 02
97
NA
RT 03 RW 02
122
P
RT 04 RW 02
147
LH
RT 05 RW 02
98
UY
RT 03 RW 02
123
PS
RT 04 RW 02
148
RG
RT 05 RW 02
99
DY
RT 03 RW 02
124
WS
RT 04 RW 02
149
K
RT 05 RW 02
100
MS
RT 03 RW 02
125
E
RT 04 RW 02
150
MIM
RT 05 RW 02
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
No
Nama
Alamat
151
MH
RT 05 RW 02
176
Y
RT 02 RW 03
201
E
RT 04 RW 03
152
AS
RT 05 RW 02
177
R
RT 02 RW 03
202
EG
RT 04 RW 03
153
MF
RT 05 RW 02
178
EI
RT 02 RW 03
203
H
RT 04 RW 03
154
A
RT 01 RW 03
179
SP
RT 02 RW 03
204
DP
RT 04 RW 03
155
R
RT 01 RW 03
180
MH
RT 02 RW 03
205
O
RT 04 RW 03
156
IA
RT 01 RW 03
181
DS
RT 02 RW 03
206
MS
RT 04 RW 03
157
DF
RT 01 RW 03
182
R
RT 03 RW 03
207
U
RT 04 RW 03
158
WM
RT 01 RW 03
183
A
RT 03 RW 03
208
AJ
RT 04 RW 03
159
MY
RT 01 RW 03
184
MFJ
RT 03 RW 03
209
RS
RT 04 RW 03
160
I
RT 01 RW 03
185
S
RT 03 RW 03
210
S
RT 04 RW 03
161
DS
RT 01 RW 03
186
EP
RT 03 RW 03
211
RA
RT 04 RW 03
162
AG
RT 01 RW 03
187
SJ
RT 03 RW 03
212
A
RT 04 RW 03
163
RT
RT 01 RW 03
188
A
RT 03 RW 03
213
A
RT 05 RW 03
164
K
RT 01 RW 03
189
AR
RT 03 RW 03
214
AS
RT 05 RW 03
165
C
RT 01 RW 03
190
D
RT 03 RW 03
215
AF
RT 05 RW 03
166
AS
RT 01 RW 03
191
DN
RT 03 RW 03
216
T
RT 05 RW 03
167
MM
RT 01 RW 03
192
MY
RT 03 RW 03
217
MRB
RT 05 RW 03
168
N
RT 01 RW 03
193
BG
RT 03 RW 03
218
F
RT 05 RW 03
169
H
RT 01 RW 03
194
MW
RT 03 RW 03
219
C
RT 05 RW 03
170
MI
RT 02 RW 03
195
MMA
RT 03 RW 03
220
FJ
RT 05 RW 03
171
YS
RT 02 RW 03
196
WM
RT 03 RW 03
221
D
RT 05 RW 03
172
D
RT 02 RW 03
197
I
RT 04 RW 03
222
MYS
RT 05 RW 03
173
MAJ
RT 02 RW 03
198
D
RT 04 RW 03
223
SM
RT 05 RW 03
174
S
RT 02 RW 03
199
AS
RT 04 RW 03
224
Y
RT 05 RW 03
175
DS
RT 02 RW 03
200
DC
RT 04 RW 03
225
RW
RT 05 RW 03
72
No
Nama
Alamat
226
US
RT 05 RW 03
227
A
RT 05 RW 03
228
MI
RT 05 RW 03
229
TH
RT 05 RW 03
230
MNI
RT 05 RW 03
73
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
Nomor Kuesioner Hari, Tanggal Survei Tanggal Entri Data
Kuesioner Penelitian PENGARUH POLA SOSIALISASI ORANG TUA DAN MODAL SOSIAL TERHADAP PEMILIHAN PEKERJAAN OLEH PEMUDA PEDESAAN (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) 1. 2.
Nama Lengkap Jenis Pekerjaan
3.
Status Pekerjaan
I. :
:
Profil Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
4.
Tempat, tanggal lahir
:
5. 6.
Umur Jenis Kelamin
: :
7. 8.
No. Telepon/Handphone Status Pernikahan
: :
9.
Agama
10.
Pendidikan Formal Terakhir
:
Wirausaha Pegawai Negeri Sipil (PNS) Karyawan Swasta Manajer Usaha Jasa Pedagang Buruh …………………… Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar Buruh/karyawan/pegawai Majikan Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga/Pekerja tak dibayar
…….. tahun 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. 2.
Belum Menikah Sudah Menikah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5.
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Konghucu Lainnya Tidak tamat SD/MI SD/MI SMP/Mts SMA/SMK/MA Diploma I
74
11.
Pendidikan Non formal
:
12.
Anak Ke
:
II.
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua
Nama Lengkap Ayah: 13.
Nama Lengkap Ibu: Alamat : Desa :
14. Kecamatan: Kabupaten/Kota : 15.
16.
17.
6. Diploma II 7. Diploma III 8. Diploma IV/Sarjana I 1. Kursus 2. PAUD 3. Pendidikan kepemudaan 4. Pendidikan pemberdayaan perempuan 5. Pendidikan keaksaraan 6. Pendidikan keterampilan 7. Pelatihan kerja 8. Pendidikan kesetaraan (paket A, B, C) …… dari …… bersaudara
Umur Ayah: …….. tahun Umur Ibu: …….. tahun Agama Ayah: 1. Islam 2. Katolik 3. Protestan 4. Hindu 5. Budha 6. Konghucu 7. Lainnya Agama Ibu: 8. Islam 9. Katolik 10. Protestan 11. Hindu 12. Budha 13. Konghucu 14. Lainnya Pendidikan Terakhir Ayah: 1. Tidak tamat SD/MI 2. SD/MI 3. SMP/Mts 4. SMA/SMK/MA 5. Diploma I 6. Diploma II 7. Diploma III 8. Diploma IV/Sarjana I Pendidikan Terakhir Ibu:
75
18.
19.
1. Tidak tamat SD/MI 2. SD/MI 3. SMP/Mts 4. SMA/SMK/MA 5. Diploma I 6. Diploma II 7. Diploma III 8. Diploma IV/Sarjana I Pendidikan Non Formal Ayah: 1. Kursus 2. PAUD 3. Pendidikan kepemudaan 4. Pendidikan pemberdayaan perempuan 5. Pendidikan keaksaraan 6. Pendidikan keterampilan 7. Pelatihan kerja 8. Pendidikan kesetaraan(paket A, B, C) Pendidikan Non Formal Ibu: 1. Kursus 2. PAUD 3. Pendidikan kepemudaan 4. Pendidikan pemberdayaan perempuan 5. Pendidikan keaksaraan 6. Pendidikan keterampilan 7. Pelatihan kerja 8. Pendidikan kesetaraan(paket A, B, C) Jenis Pekerjaan Ayah: Pertanian 1. Lahan milik sendiri 2. Lahan milik keluarga 3. Lahan milik orang lain 4. Lahan sewa 5. Buruh Bukan Pertanian 6. Wirausaha 7. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8. Karyawan Swasta 9. Manajer 10. Usaha Jasa 11. Pedagang 12. Tidak bekerja 13. ………………………. Jenis Pekerjaan Ibu: Pertanian 1. Lahan milik sendiri 2. Lahan milik keluarga 3. Lahan milik orang lain 4. Lahan sewa 5. Buruh Bukan Pertanian 6. Wirausaha 7. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8. Karyawan Swasta 9. Manajer 10. Usaha Jasa
76
11. 12. 13. 14.
III.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Pedagang Ibu Rumah Tangga Tidak bekerja ……………………….
Pola Sosialisasi Orang Tua, Modal Sosial, Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda
Apa yang orang tua Anda katakan dalam mendiskusikan suatu pekerjaan yang dianggap cocok untuk Anda? 1. Mengingatkan Anda untuk menjalankan pekerjaan tersebut 2. Pekerjaan tersebut menjanjikan untuk di masa depan 3. Pekerjaan tersebut dapat membuat Anda sukses 4. Pekerjaan tersebut dapat menghasilkan uang yang banyak 5. Pekerjaan tersebut mudah untuk dilakukan 6. …………………………….. Bagaimana cara orang tua Anda membahas pekerjaan yang dianggap cocok kepada Anda? Jawab: 1. Memaksa Anda untuk menjalani pekerjaan itu 2. Mengarahkan tetapi tidak memaksa 3. Membebaskan dalam memilih pekerjaan tanpa mempertimbangkan hal apapun 4. …………………………….. Apa dalam lingkungan keluarga Anda, dalam memilih suatu pekerjaan harus melalui proses diskusi? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Apa ada peraturan tertentu yang harus dipatuhi dalam memilih suatu pekerjaan? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Apa orang tua Anda mengetahui pekerjaan yang saat ini sedang Anda jalani? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Darimana Anda bisa mendapatkan pekerjaan yang saat ini dijalani? Jawab: 1. Ditawari oleh orang tua 2. Ditawari oleh kakak/adik 3. Ditawari oleh suami/istri 4. Ditawari oleh teman 5. Mendapat informasi lowongan pekerjaan dari koran 6. Mendapat informasi lowongan pekerjaan dari internet 7. …………………………….. Siapa yang menolak pekerjaan Anda saat ini? Jawab: 1. Ayah 2. Ibu Adakah yang lainnya? Bagaimana cara orang tersebut menunjukkan bahwa mereka menolak pekerjaan yang Anda jalani? Jawab: 1. Mengatakan secara jujur bahwa ia tidak suka 2. Mengejek pekerjaan Anda
77
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34. 35. 36.
37.
38.
3. Menawarkan pekerjaan lain yang lebih cocok 4. Meminta Anda keluar dari pekerjaan Anda 5. …………………………….. Orang tua Anda menginginkan Anda bekerja sebagai? Jawab: 1. Wirausaha 2. Karyawan Swasta 3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Petani 5. Pedagang 6. Buruh 7. …………………………….. Apa yang orang tua Anda lakukan jika Anda tidak bekerja sesuai dengan keinginannya? Jawab: 1. Memarahi Anda 2. Menghukum 3. Menasehati tapi tidak memaksa 4. Membiarkan Anda menjalankan pilihan Anda 5. Tidak peduli sama sekali dengan pilihan Anda 6. …………………………….. Apa orang tua Anda sering mengingatkan Anda untuk pindah ke pekerjaan yang menjadi keinginan mereka? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Pernahkah Anda ditawari suatu pekerjaan tertentu oleh orang tua Anda? Jawab: 1. Pernah 2. Tidak pernah Apa terdapat budaya merantau dalam menjalani suatu pekerjaan? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Apakah orang tua Anda merasa senang dengan pekerjaan yang Anda jalani saat ini? Jawab: 1. Ya 2. Kurang 3. Tidak Apa orang tua Anda puas dengan pekerjaan yang Anda jalani saat ini? Jawab: 1. Ya 2. Kurang 3. Tidak Apa orang tua Anda meminta Anda untuk mengikuti profesinya? 1. Ya 2. Tidak Apa Anda yakin dalam memilih pekerjaan yang saat ini dijalani? Jawab: 1. Ya 2. Kurang 3. Tidak Alasan Anda dalam memilih pekerjaan yang saat ini dijalani? Jawab: A. Pilihan orang tua 1. Orang tua menawari 2. Orang tua meminta 3. Orang tua memaksa B. Pilihan diri sendiri 4. Sesuai dengan minat dan bakat 5. Sesuai dengan keinginan C. Pilihan keadaan 6. Tidak ada lapangan pekerjaan lain 7. Ada lapangan pekerjaan lain tetapi tidak diterima 8. Pemenuhan kebutuhan memaksa untuk cepat bekerja Apa lokasi tempat Anda bekerja saat ini merupakan keinginan Anda? Jawab: 1. Ya 2. Tidak
78
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50. 51.
Apa Anda merasa senang dalam menjalani pekerjaan saat ini? Jawab: 1. Ya 2. Kurang 3. Tidak Alasan: Apa Anda puas dengan pekerjaan yang Anda jalani saat ini? Jawab: 1. Ya 2. Kurang 3. Tidak Alasan: Apa Anda memiliki pekerjaan impian yang belum tercapai? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Pekerjaan apa yang menjadi keinginan Anda? Jawab : 1. Wirausaha 2. Karyawan Swasta 3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Manajer 5. Petani 6. Pedagang 7. Buruh 8. …………………………….. Apa Anda memiliki keinginan untuk pindah dari pekerjaan yang dijalani saat ini ke pekerjaan yang Anda inginkan? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Jika Anda bekerja di lingkungan terdekat, bersama siapa Anda lebih senang menjalankan pekerjaan Anda? Jawab: 1. Orang tua 2. Saudara 3. Suami/Istri 4. Teman 5. …………………………….. Apakah Anda ingin bekerja di luar Bogor? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Dimana: …………………………….. Apakah Ayah Anda sering membahas agar Anda menjalankan pekerjaan yang Anda inginkan? Jawab: 1. Ya 2. Pernah, Tidak sering 3. Tidak pernah sama sekali Apakah Ibu Anda sering membahas agar Anda menjalankan pekerjaan yang Anda inginkan? Jawab: 1. Ya 2. Pernah, Tidak sering 3. Tidak pernah sama sekali (Untuk yang sudah menikah) Apakah Suami/Istri Anda sering membahas agar Anda menjalankan pekerjaan impian Anda? Jawab: 1. Ya 2. Pernah, Tidak sering 3. Tidak pernah sama sekali Apakah teman-teman Anda sering membahas agar Anda menjalankan pekerjaan yang Anda inginkan? Jawab: 1. Ya 2. Pernah, Tidak sering 3. Tidak pernah sama sekali Apa Anda memiliki rekan/kerabat terdekat yang bekerja sesuai dengan pekerjaan impian Anda? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Darimana saja Anda mendapatkan informasi mengenai pekerjaan yang Anda inginkan?
79
52.
53.
54.
55.
56.
57.
Jawab: 1. Keluarga 2. Saudara 3. Teman 4. Suami/Istri 5. Internet 6. Televisi 7.…………… Apa Anda tergabung dalam suatu organisasi/perkumpulan yang memberikan Anda pengetahuan mengenai pekerjaan? Jawab: 1. Ya 2. Tidak Apa jenis organisasi/perkumpulan tersebut? Jawab: 1. Organisasi karang taruna/pemuda 2. Perkumpulan keluarga besar 3. Perkumpulan teman sepermainan 4. Perkumpulan rekan kerja 5. …………………………….. Apa Anda percaya atas informasi yang diberikan oleh orang-orang tersebut? 1. Ya 2. Tidak 3. ……………………… Apa yang mereka lakukan sehingga membuat Anda percaya? Jawab: 1. Menceritakan berdasarkan pengalaman 2. Memberikan berbagai informasi dari internet/media lain 3. Meyakinkan Anda bahwa pekerjaan itu dapat membuat sukses 4. …………………………….. Apa saja informasi yang Anda dapatkan dari perkumpulan tersebut? 1. Tentang berbagai jenis pekerjaan 2. Pengalaman menjalani pekerjaan tertentu 3. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan tertentu 4. Informasi lowongan kerja 5. ……………………………… Pentingkah bagi Anda untuk pindah pekerjaan ke pekerjaan yang Anda inginkan? Jawab: 1. Sangat penting 2. Penting 3. Kurang penting 4. Tidak penting
80
Lampiran 9 Pedoman Wawancara Pengaruh Pola Sosialisasi Orang Tua dan Modal Sosial terhadap Pemilihan Pekerjaan oleh Pemuda Pedesaan (Kasus Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) (Informan : Pemuda pedesaan) Hari/tanggal wawancara Lokasi Wawacara Nama Informan Usia
: : : :
1. Mengapa Anda menjalankan pekerjaan saat ini? 2. Bagaimana cara Anda mendapatkan pekerjaan yang saat ini dijalani? 3. Bagaimana cara orang tua Anda ikut serta dalam proses pemilihan pekerjaan? 4. Mengapa orang tua Anda mengarahkan/tidak mengarahkan Anda untuk menjalankan pekerjaan saat ini? 5. Mengapa orang tua Anda mengenalkan/tidak mengenalkan pekerjaannya kepada Anda? 6. Mengapa orang tua Anda memaksa/tidak memaksa Anda untuk meneruskan pekerjaan orang tua Anda? 7. Mengapa orang tua Anda menginginkan Anda untuk menjalani pekerjaan yang mereka inginkan/sarankan? 8. Apa yang dikatakan Ayah seputar pekerjaan Anda saat ini? 9. Apa yang dikatakan Ibu seputar pekerjaan saat ini? 10. Mengapa Anda memercayai orang-orang sekitar Anda dalam memberikan informasi mengenai suatu pekerjaan? 11. Bagaimana Anda berinteraksi dengan orang-orang sekitar Anda terkait suatu pekerjaan? 12. Darimana saja biasanya Anda mendapatkan banyak informasi mengenai suatu pekerjaan? 13. Bagaimana aturan/tradisi di keluarga dan lingkungan masyarakat Anda dalam memilih suatu pekerjaan? 14. Mengapa Anda sangat menginginkan/tidak menginginkan pekerjaan yang sedang Anda jalani? 15. Mengapa Anda yakin dan mantap dalam memilih dan menjalankan pekerjaan yang saat ini dijalani? 16. Apa dengan penghasilan Anda saat ini, Anda dapat menabung untuk masa depan? 17. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki dalam menjalankan pekerjaan saat ini? 18. Mengapa Anda ingin pindah pekerjaan? 19. Bagaimana upaya Anda dalam mewujudkan pekerjaan yang Anda inginkan? 20. Bagaimana minat Anda terhadap pekerjaan di sektor pertanian?
81
(Informan : Orang tua) 1. Mengapa anak Anda menjalankan jenis pekerjaan yang saat ini dijalani? 2. Bagaimana cara anak Anda mendapatkan pekerjaan yang saat ini dijalani? 3. Bagaimana cara Anda ikut serta dalam pemilihan pekerjaan yang dilakukan? 4. Mengapa Anda melakukan cara tersebut? 5. Mengapa Anda mengarahkan/tidak mengarahkan anak Anda untuk menjalankan pekerjaan saat ini? 6. Mengapa Anda mengenalkan/tidak mengenalkan pekerjaan Anda kepada kepada anak Anda? 7. Mengapa Anda memaksa/tidak memaksa anak Anda untuk meneruskan pekerjaan Anda? 8. Mengapa Anda menginginkan anak Anda untuk memilih pekerjaan yang Anda sarankan? 9. Bagaimana cara anak Anda mendapatkan berbagai informasi mengenai suatu pekerjaan? 10. Apa anak Anda mengikuti saran-saran Anda dalam memilih pekerjaan? 11. Apa ada perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan dalam memilih suatu pekerjaan? 12. Bagaimana aturan/tradisi di keluarga dan lingkungan masyarakat dalam menentukan pekerjaan untuk anak? 13. Mengapa anak Anda sangat menginginkan/tidak menginginkan pekerjaan yang sedang dijalani? 14. Mengapa anak Anda yakin dan mantap dalam menentukan dan menjalankan pekerjaan yang saat ini dijalani? 15. Bagaimana upaya yang dilakukan agar anak memilih dan menjalankan pekerjaan sesuai keinginan Anda? 16. Bagaimana minat anak Anda terhadap pekerjaan di sektor pertanian? (Informan : Perusahaan tempat responden bekerja) 1. Apakah perusahaan ini mengambil semua tenaga pekerja dari masyarakat lokal dalam usia muda (16-30 thn)? 2. Mengapa perusahaan mengambil masyarakat lokal? 3. Apa saja jenis pekerjaan yang biasanya dipenuhi oleh masyarakat lokal? 4. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan pekerjaan tersebut? 5. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki untuk menjalankan pekerjaan tersebut? 6. Apakah kinerja masyarakat lokal usia muda cukup baik?
82
Lampiran 10 Dokumentasi
Hotel tempat responden bekerja
Restoran tempat responden bekerja
Warung responden
Produk usaha responden
Wawancara dengan responden
Responden yang sedang bekerja
83
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 29 November 1995 di kota Bogor dan dibesarkan pula di kota Bogor. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah Penulis bernama Ade Suanda Sudrajat dan Ibu penulis bernama Liliana Suryani. Penulis memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Aldi Suandana Kurnia. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Amaliah pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Bogor pada tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2013. Penulis melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tulis Mandiri. Penulis diterima sebagai mahasiswi di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, angkatan 2013/50. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis memiliki berbagai macam kegiatan. Penulis menjadi pengurus pada organisasi mahasiswa HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) selama satu tahun di Divisi Public Relation. Penulis juga banyak terlibat berbagai kepanitiaan seperti SAMISAENA BEM FEMA, Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia 51, Open House 51, dan masih banyak lainnya. Selain itu, penulis juga memiliki kegiatan di luar kampus sebagai wirausaha.