PENGARUH PERSEPSI TENTANG POLA ASUH DAN ATTACHMENT STYLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (CRITICAL THINKING) SISWA SMK KARYA PUTRA BANGSA DEPOK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh : RATIH NUR SYAFITRI 105070002300
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011
PENGARUH PERSEPSI TENTANG POLA ASUH DAN ATTACHMENT STYLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (CRITICAL THINKING) SISWA SMK KARYA PUTRA BANGSA DEPOK
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh : RATIH NUR SYAFITRI NIM : 105070002300
Di bawah bimbingan :
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rachmat Mulyono, M.Psi., Psi NIP.19650220 199903 1 003
Yufi Adriani, M.Psi NIP.19820918 200901 2006
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSEPSI TENTANG POLA ASUH DAN ATTACHMENT STYLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK KARYA PUTRA BANGSA DEPOK” ini telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Fakultas Psikologi. Jakarta, 11 Oktober 2011
Sidang Munaqasyah Dekan / Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :
Dra. Netty Hartati, M.Si NIP. 1953 10021983032
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. NIP. 19650220 199903 1 003
Yufi Adriani, M.Psi NIP. 19820918 200901 2006
iii
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratih Nur Syafitri NIM
: 105070002300
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSEPSI TENTANG POLA ASUH DAN ATTACHMENT STYLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK KARYA PUTRA BANGSA DEPOK” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun karya tersebut. Adapun kutipankutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari orang lain. Demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 11 Oktober 2011 Yang Menyatakan
Ratih Nur Syafitri NIM: 105070002300
iv
MOTTO
Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada (buhul) tali yang amat kokoh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan (Q.S. Luqman : 22)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al-Insyirah : 5-8)
Ku Dedikasikan Skripsi ini untuk Bapak, Ummi dan Suamiku tercinta ...
v
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Oktober 2011 (C) Ratih Nur Syafitri (D) Pengaruh persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (E) Halaman : xi + 136 (F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi anak tentang pola asuh orang tua (authoritarian, authoritative, permisif memanjakan dan permisif tidal peduli) dan attachment style (secure, anxious resistant, anxious avoidant) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Diduga jenis-jenis pola asuh dan attachment style memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depoki,dikarenakan pola asuh dan attachment style berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi berjumlah 155 dan sampel sejumlah 94 siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok dari kelas X1-X5, sampel diambil dengan menggunakan teknik purposif sampling. Untuk instrumen pengumpulan data, digunakan skala persepsi anak tentang pola asuh orang tua yang terdiri dari 63 item, skala attachment style yang terdiri dari 46 item dan alat tes berpikir kritis yang merupakan adaptasi “Cornell Class Reasoning Test Form X” terdiri dari 43 item. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda, dengan program SPSS versi 17.0. Pengujian validitas konstruk, untuk skala persepsi pola asuh dan attachment style menggunakan program SPSS versi 17.0, sedangkan uji validitas item untuk alat tes adaptasi “Cornell Class Reasoning Test Form X” menggunakan program ITEMAN versi 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Kontribusi variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok sebesar 23,2% dengan indeks signifikansi 0,001 yang berarti P < 0,05.
vi
Berdasarkan kondisi kualifikasi siswa, mayoritas siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berada pada tingkat kemampuan berpikir kritis sedang. Dari 7 variabel yang diteliti hanya dua yang berdampak signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis, yaitu persepsi tentang pola asuh authoritative dan permisif tidak peduli. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran yang dapat dijadikan bahan masukan dan informasi positif bagi siswa, orang tua, pendidik, dan instansi pendidikan yang terkait khususnya SMK Karya Putra Bangsa dalam penelitian ini. Dikarenakan hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh orang tua dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti merekomendasikan untuk membangun persepsi tentang pola asuh dan attachment style siswa melalui program bimbingan dan konseling bekerja sama dengan orang tua siswa sehingga persepsi tentang pola asuh dan attachment style yang dibangun oleh siswa lebih baik (positif) sehingga kemampuan berpikir kritisnya akan meningkat. Disamping itu kendala dalam penelitian ini masih ada 76,8% faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Saran metodologis dalam penelitian ini salah satunya adalah ada baiknya penelitian selanjutnya menggunakan alat tes berpikir kritis yang berbeda agar dapat dilakukan perbandingan. (F) Bahan bacaan : 28 (1969-2010), 15 buku, 3 jurnal, 3 skripsi
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kemudahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan. Peneliti menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Jahja Umar, Phd, Dekan Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dra. Fadhillah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Dra. Netty Hartati, M.Si, selaku penguji I atas bimbingan dan saran yang diberikan 4.
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, Dosen pembimbing I dan penguji II yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi
5. Yufi Adriani, M.Psi, Dosen pembimbing II yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi 6. Ikhwan Luthfi, M.Si, Dosen pembimbing akademik yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 7. Seluruh dosen, staff akademik dan administrasi yang telah membantu penulis selama menempuh studi dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
8. MH. Syafruddin Qomar, M.Pd, Kepala Sekolah SMK Karya Putra Bangsa Depok dan Ibu Nely Inayah, S.Pd, beserta guru-guru yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMK Karya Putra Bangsa Depok 9. Bapak dan Ummi tercinta atas segala limpahan kasih sayang, bimbingan dan juga bantuannya selama hidup penulis. Maafkan jika persembahan ini tertunda dari waktu yang seharusnya. Semoga Allah memaafkan dosa dan menyayangi kalian berdua sebagaimana kalian menyayangi penulis sejak kecil 10. Bapak,
Mamah (Alm) mertua, dan nenek atas segala limpahan kasih
sayang, pengertian dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 11. Suamiku tercinta, yang telah menjadi telaga semangat dan kasih sayang yang tak pernah kering, tanpanya mungkin penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai keluarga penghuni surga 12. Kakak dan adikku, Aa Gugum, Mba Okti, Teteh Nenden, Aa Hendi, Aa Anto, Teteh Lisda, Aa Dawa, dan Opi atas semangat dan bantuannya selama ini kepada penulis 13. Saudara-saudariku di LDK KOMDA Psikologi angkatan 2005 (Rofiqo (Alm), Novi, Eva, Iyung, Arizka, Evi, Via, Nia, Yunita, Yulistin, Yunita S, Desti, Mila, Fillah, Arif, Hari, Rusydi, Didit) atas kebersamaan, kekeluargaan dan semangatnya 14. Kakak-kakak dan adik-adik seperjuangan angkatan 2003-2004 LDK KOMDA Psikologi dan keluarga Besar LDK SYAHID UIN Jakarta atas ukhuwah dan kebersamaannya 15. Keluarga Besar PIM dan DPMU (2007-2008) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kerjasamanya 16. Sahabat-sahabat
yang telah banyak membantu, mendukung, dan
berkontribusi dalam proses penyusunan skripsi ini Deby A. Suganda S.Psi,
ix
Nursakinah Oktaviana S.Psi, Yulistin Tresnawaty S.Psi, Al Falaq HR S.Psi, Hayyu Wildannisa, Putri, Yunita dan Riska 17. Teman-teman Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2005 terutama kelas B 18. Semua saudara, sahabat dan rekan-rekan penulis lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan menfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Ciputat, 11 Oktober 2011 Peneliti
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v ABSTRAK ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2. Pembatasan dan perumusan masalah ....................................... 11 1.3.1. Batasan Masalah........................................................... 11 1.3.2. Peruumusan Masalah ................................................... 13 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................... 15 1.4.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 15 1.4.2. Manfaat Penelitian ....................................................... 17 1.4. Sitematika Penulisan ................................................................ 19 BAB 2 KAJIAN TEORI ............................................................................... 20 2.1. Berpikir kritis ........................................................................... 20
xi
2.1.1. Definisi berpikir ........................................................... 20 2.1.2. Definisi berpikir kritis .................................................. 22 2.1.3. Hukum-hukum logika dasar yang digunakan dalam berpikir kritis ..................................................... 25 2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis ........ 28 2.2. Persepsi .................................................................................... 32 2.2.1. Pengertian persepsi....................................................... 32 2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ................ 33 2.2.3. Proses persepsi ............................................................. 35 2.3. Pola asuh .................................................................................. 36 2.3.1. Pengertian pola asuh .................................................... 37 2.3.2. Aspek-aspek dalam pola asuh ...................................... 38 2.3.3. Jenis-jenis pola asuh..................................................... 39 2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh .............. 43 2.4. Attachment style ....................................................................... 45 2.4.1. Pengertian attachment .................................................. 45 2.4.2. Attachment style .......................................................... 47 2.4.3. Internal working model ................................................ 50 2.4.4. Pengukuran kualitas attachment .................................. 51 2.4.5. Figur attachment .......................................................... 54 2.4.6. Attachment pada remaja ............................................... 56 2.4.7. Stabilitas attachment style ............................................ 57 2.5. Remaja...................................................................................... 58
xii
2.5.1. Definisi remaja ............................................................. 58 2.5.2. Batasan remaja ............................................................. 59 2.5.3. Karakteristik masa remaja ............................................ 60 2.5.4. Perkembangan berpikir kritis pada remaja ................... 66 2.6. Kerangka berpikir..................................................................... 68 2.7. Hipotesa penelitian ................................................................... 73 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 76 3.1. Pendekatan dan jenis penelitian ............................................... 76 3.2. Variabel penelitian ................................................................... 77 3.3. Definisi operasional variabel ................................................... 78 3.4. Populasi, sampel, dan teknik sampling .................................... 79 3.2.1. Populasi ........................................................................ 79 3.2.2. Sampel dan teknik sampling ........................................ 80 3.5. Pengumpulan data .................................................................... 80 3.4.1. Teknik pengumpulan data............................................. 80 3.4.2. Instrumen penelitian ..................................................... 82 3.6. Uji instrumen penelitian ........................................................... 91 3.6.1. Uji validitas................................................................... 91 3.6.2. Uji realibilitas ............................................................... 92 3.6.3. Uji hipotesis .................................................................. 93 3.7. Hasil uji coba instrumen penelitian .......................................... 95 3.7.1. Hasil uji coba instrumen persepsi tentang pola asuh .... 96 3.7.2. Hasil uji isntrumen attachment style ............................ 103
xiii
3.7.3. Hasil uji instrumen kemampuan berpikir kritis ............ 109 3.8. Prosedur penelitian ................................................................... 112 BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .......................................... 109 4.1. Gambaran subjek/objek penelitian ........................................... 114 4.2. Presentasi data .......................................................................... 119 4.2.1. Deskripsi statistik.......................................................... 119 4.2.2. Deskripsi skor subjek .................................................... 119 4.3. Deskripsi data ........................................................................... 121 4.3.1. Analisis regresi berganda .............................................. 121 4.3.2. Uji hipotesis .................................................................. 127 4.3.3. Analisis regresi sederhana dan one way ANOVA ........ 129 4.4. Proporsi varians ........................................................................ 135 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ....................................... 140 5.1. Kesimpulan .............................................................................. 140 5.2. Diskusi ..................................................................................... 142 5.3. Saran ........................................................................................ 145 5.3.1. Saran metodelogis ......................................................... 145 5.3.2. Saran praktis ................................................................. 147 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 148 LAMPIRAN ..................................................................................................... 150
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Jenis-jenis pola asuh berdasarkan aspek-aspeknya .............................. 42 Bagan 2.2. Kerangka berpikir .............................................................................. 72
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor skala Likert .................................................................................. 81 Tabel 3.2 Skala persepsi tentang pola asuh .......................................................... 83 Tabel 3.3 Skala attachment style ........................................................................... 87 Tabel 3.4 Cornell Class Reasoning Test Form X ................................................ 90 Tabel 3.5 Kriteria realibilitas ............................................................................... 92 Tabel 3.6 Realibilitas skala persepsi tentang pol asuh ......................................... 96 Tabel 3.7 Validitas skala persepsi tentang pola asuh ........................................... 97 Tabel 3.8 Blue print skala penelitian persepsi tentang pola asuh .......................100 Tabel 3.9 Realibilitas skala attachment style .....................................................104 Tabel 3.10 Validitas skala attachment style .......................................................104 Tabel 3.11 Blue print skala penelitian attachment style ....................................106 Tabel 3.12 Hasil analisis validitas item Cornell Class Reasoning Test Form X ..............................................110 Tabel 3.13 Blue Print penelitian Cornell Class Reasoning Test Form X ...........110 Tabel 3.14 Reliabilitas adaptasi Cornell Class Reasoning Test Form X ............111 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas ..............................114 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ................115 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan suku bangsa .................115 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Ayah .....................................................................116 Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu .......................................................................117 Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan status ibu bekerja ..............................................................117 Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan tingkat pendapatan orang tua per-bulan ...........................118 Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan figur pengasuh dominan ...................................................118
xvi
Tabel 4.9 Descriptive Statistics kemampuan berpikir kritis (Critical Thinking) .................................119 Tabel 4.10 Komposisi responden berdasarkan skor kemampuan berpikir kritis (critical thinking) ............................120 Tabel 4.11 ANOVAb Analisis regresi dari 7 IV .................................................122 Tabel 4.12 Model Summary analisis regresi dari 7 IV ......................................123 Tabel 4.13 Coefficientsa 7 IV terhadap DV .......................................................124 Tabel 4.14 ANOVAb regresi sederhana tingkat prestasi belajar ........................129 Tabel 4.15 Model Summary tingkat prestasi belajar di kelas ............................130 Tabel 4.16 ANOVA jenis kelamin (jender) .......................................................130 Tabel 4.17 ANOVA suku bangsa ......................................................................130 Tabel 4.18 ANOVA tingkat pendidikan Ayah ...................................................131 Tabel 4.19 ANOVA tingkat pendidikan Ibu ......................................................131 Tabel 4.20 ANOVA status ibu bekerja ..............................................................132 Tabel 4.21 ANOVA tingkat pendapatan orang tua ............................................132 Tabel 4.22 ANOVA figur pengasuh dominan ...................................................133 Tabel 4.23 Hasil Penghitungan Proporsi Varians kemampuan berpikir kritis .................................................................136
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat keterangan penelitian Lampiran 2 Data uji validitas dan realibilitas Lampiran 3 Data instrumen penelitian Lampiran 4 Data input penelitian Lampiran 5 Data hasil analisis regresi ganda Lampiran 6 Data hasil analisis regresi sederhana dan one way ANOVA
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Informasi biasanya digunakan untuk membuat kesimpulan. Setiap orang bisa salah dalam mengambil kesimpulan, karena menerima dan menggunakan informasi dari satu perspektif tertentu saja tanpa membandingkannya dengan infomasi yang lain. Para ilmuwan, psikolog dan dokter bisa memberi saran yang salah karena tidak cermat menimbang informasi. Akibatnya, para pengguna jasa mereka sering dirugikan karena terlalu cepat percaya pada informasi dari satu perspektif tertentu saja.
Manusia memerlukan informasi dalam kehidupannya untuk membantu menjalani kehidupan, terutama untuk mengenali mengetahui masalah-masalah sehari-hari.
Kemudian
menyelesaikan
manusia
berusaha
permasalahan-permasalahannya
memenuhi melalui
kebutuhan
usaha
kreatif
dan dan
kemampuannya memecahkan masalah (problem solving). Usaha manusia untuk bertahan hidup berkaitan langsung dengan aspek kognitif manusia yaitu kemampuan berpikir. Berpikir merupakan proses internal yang di dalamnya terjadi pengubahan informasi sehingga memungkinkan untuk diarahkan menuju pemecahan masalah yang menghasilkan gambaran mental baru. Permasalahan yang kompleks dan tingginya tuntutan kehidupan yang dihadapi manusia seiring perkembangan zaman tidak mungkin teratasi hanya dengan mengandalkan proses
2
berpikir yang „biasa‟ saja, yaitu suatu proses berpikir yang kurang sistematis ataupun analitis. Proses berpikir semacam ini sulit menghasilkan kesimpulan atau solusi yang mengena bagi pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan. Manusia membutuhkan suatu usaha yang lebih aktif lagi dalam menerima dan mengolah informasi baru yang masuk dalam memorinya (Prabandari, 2004).
Moore dan Parker (2007) mengemukakan satu cara untuk menghindari kerugian atau kecelakaan yang disebabkan kesalahan penggunaan informasi yaitu dengan berpikir kritis. Menurut mereka, berpikir kritis memperbesar kemungkinan manusia memperoleh informasi yang benar. Informasi yang benar sangat membantu manusia mengambil tindakan yang tepat. Inti dari berpikir kritis adalah tidak begitu saja menerima atau menolak informasi yang dihadapi. Dengan kata lain tidak begitu saja membuat keputusan tentang sesuatu. Berpikir kritis merupakan suatu perilaku yang bisa dipelajari. Dengan melatih berpikir kritis, seseorang dapat melakukan pertimbangan yang hati-hati dan cermat sebelum memberi penilaian atau judgment, seseorang bisa terhindar dari penggunaan infomasi yang menyesatkan (Moore & Parker, 2007).
Dalam perkembangan berpikir kritis, sebuah periode transisi yang penting terjadi pada masa remaja (Keating dalam Santrock, 2007). Hal itu karena pada periode
ini
terjadi
perubahan-perubahan
kognitif
yang
memungkinkan
peningkatan berpikir kritis. Peningkatan tersebut antara lain:
pertama,
meningkatnya kecepatan, otomotisasi, dan kapasitas pemrosesan informasi, yang memungkinkan mereka lebih dapat menggunakan sumber daya kognitifnya untuk
3
mencapai berbagai tujuan lain; kedua, meningkatnya cakupan isi pengetahuan di berbagai bidang; ketiga, meningkatnya kemampuan untuk menyusun kombinasikombinasi baru dari pengetahuan; lalu keempat, meningkatnya rentang dan spontanitas dalam menggunakan strategi-strategi dan prosedur-prosedur yang diperlukan
untuk
memperoleh
dan
menerapkan
pengetahuan,
seperti
merencanakan, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan melakukan monitor kognitif (Santrock, 2007).
Meskipun masa remaja merupakan suatu periode penting dalam perkembangan berpikir kritis, pada kenyataannya banyak fakta yang menunjukkan kurangnya kemampuan berpikir kritis pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus, salah satu di antaranya, pada masa ujian nasional, banyak siswa yang melakukan kecurangan dengan mencari „bocoran‟ soal bahkan menjualnya kepada siswa yang lain. Apabila ia mempunyai sikap kritis, ia tidak akan melakukan hal tersebut. Karena salah satu karakteristik pemikir kritis adalah mempunyai kejujuran intelektual (Bassham, 2005). Peneliti mendapati kasus tersebut dari siaran banyak televisi swasta mulai dari tahun 2005, sampai tahun ini pun peneliti masih mendengar kasus tersebut masih terjadi. Lalu kurangnya kemampuan berpikir kritis ditunjukkan dengan banyaknya remaja yang terjerumus dengan kasus narkoba, walaupun pengaruh kawan sebaya sangat mempengaruhi masalah remaja ini, tetapi apabila ia mempunyai kemampuan untuk menentukan mana yang baik dan yang salah dengan berpikir kritis, semua masalah tersebut dapat dihindari (Santrock, 2007).
4
Banyak hal yang mempengaruhi rendahnya budaya kritis pada masyarakat terutama remaja. Menurut Nugroho (1994) kualitas interaksi antara “neorological system” dan lingkungan (pendidikan dan budaya) dimana individu berada, berpengaruh terhadap perkembangan berpikir kritis seseorang. “Neorological system” yang dimaksud adalah funsi otak (brain function). Menurut Clark (Nugroho, 1994), otak manusia berisi lebih dari 100-200 trilyun sel otak. Setiap neural sel siap untuk dikembangkan untuk mengaktualisasikan potensi manusia pada tingkat yang lebih tinggi. Setiap neuron sel siap untuk memproses beberapa trilyun informasi yang diterima. Cara untuk mengaktualisasikan potensi tersebut juga bergantung pada keadaan emosi dan motivasi individu untuk mengaktifkan potensi tersebut. Salah satunya adalah memproses informasi yang masuk ke dalam otak dengan berpikir. Potensi-potensi tersebut juga tidak akan berkembang tanpa bantuan lingkungan baik lingkungan pendidikan dan budaya di mana individu tersebut tinggal (Nugroho, 1994).
Penelitian yang dilakukan oleh Chandra (dalam Prabandari, 2004) menemukan bahwa budaya Indonesia juga dapat menghambat kemampuan berpikir kritis, karena adanya keharusan untuk mengikuti budaya. Jika seseorang tidak mengikuti budayanya maka ia akan menerima sanksi yang berupa pengucilan dari masyarakat. Penelitian ini dilakukan di tiga suku bangsa (Batak Toba, Jawa dan Minangkabau) menggunakan pemuka adat dan pendidik sebagai narasumbernya. Pendidik di Indonesia juga lebih aktif sementara peserta didik hanya
pasif
dan
membeo
saja,
akibatnya
peserta
didik
tidak
dapat
mengaktualisasikan potensi dan bakatnya sehingga tidak memiliki kepercayaan
5
diri dan tidak mampu untuk mengekspresikan diri. Padahal menurut Vygotsky, seorang anak akan mencapai perkembangan kognitif yang maksimal jika ia mendapatkan bimbingan yang tepat, dalam hal ini interaksi dengan guru, yang dalam pendidikan dapat mempengaruhi kreativitas, kecerdasan, mutu dan kualitas yang dihasilkan. Hal ini juga ditekankan oleh Yumarma (dalam Prabandari, 2004) bahwa “70% keberhasilan pendidikan lebih ditentukan oleh atmosfer pendidikan daripada isi yang diajarkan “. Peserta didik mungkin tidak mampu untuk mengingat seluruh materi yang diajarkan tetapi pola pikir, metode, pola afeksi, rasa merasa dan kreativitas yang tumbuh selama masa bimbingan akan selalu melekat dalam diri anak dan lama kelamaan menyatu dengan kehidupan anak (Prabandari, 2004). Selain itu, kurangnya usaha pembentukan dan penanaman kebiasaan bersikap dan berpikir kritis sejak dini ikut mempengaruhi kemampuan berpikir kritis remaja. Keluarga dan sekolah sebagai institusi pendidikan utama dan mendasar bagi perkembangan individu kurang mengkondisikan sikap dan pemikiran kritis secara optimal sehingga lahirlah individu-individu yang pasif, tidak cepat tanggap dan tidak mampu menyelesaikan persoalan atau menyikapi kondisi aktual masyarakat secara kritis (Rini, 2008).
Kemampuan berpikir kritis, mulai tumbuh sejak kecil. Anak pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk menemukan atau membuat sebuah runtutan pengertian berdasar pengalaman hidup. Mereka ingin dapat bernalar secara baik atau paling tidak ia bisa teliti tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting, tentang apa yang benar dan apa yang salah, mana yang menenuhi syarat dan mana yang tidak. Mereka ingin berpikir dengan benar dan untuk kebenaran ini mereka
6
mengkonfirmasikan dengan pengalaman. Namun, anak adalah individu yang egosentris yang pertumbuhan pengertiannya tergantung padanya, meningkat secara perlahan dan tersembunyi sangat dalam (tak terlihat). “Apakah saya berpikir harus benar...”, jika belum maka orang tua yang membimbingnya untuk membenarkan arah berpikir anak itu dan ini adalah implementasi bahwa anak itu bergantung pada orang lain dalam menumbuhkan segala aspek pada diri anak itu. Mendorong anak untuk membuat dan berusaha dalam menalar, dan kita perlu mendemonstrasikan penalaran yang benar dan penalaran yang salah, tentu dalam kealamiahan. Menurut Vygotsky, dalam konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang ia kemukakan, ada batas kemampuan yang tidak dapat dicapai anak tanpa bantuan orang lain yang lebih terampil (Santrock, 2003). Karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak, maka pendidikan orang tua pun ikut mempengaruhi kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya dalam berpikir kritis. Dengan alasan tersebut, dapat dikatakan pola asuh orang tua ikut mempengaruhi kemampuan berpikir kritis anak dan remaja.
Pola asuh orangtua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan (Gunarsa dalam Pratiwi, 2007). Terdapat 3 jenis pengasuhan, yaitu authoritarian (otoriter), authoritative, dan permisif (Baumrind dalam Santrock, 2003). Baru-baru ini para ahli perkembangan berpendapat bahwa pengasuhan bersifat permisif terdiri dari dua macam yaitu permisif memanjakan dan permisif
7
tidak peduli (Santrock, 2003). Sejak dilahirkan, anak sudah mulai menjalani proses berpikirnya, stimulasi-stimulasi yang diberikan seperti warna dan suara untuk merangsang respons juga salah satu upaya melatih kemampuan berpikirnya. Untuk membentuk anak mampu berpikir kritis diperlukan suasana dialogis dalam keluarga, dengan mengungkapkan pertanyaan, isi hati dan pendapat anak kepada orang tua. Pemilihan jenis mainan juga bisa berpengaruh kepada proses berpikir anak, kemampuan berpikir kritis anak tidak akan terlalu berkembang bila hanya diberikan mainan instan seperti play station. Anak sebaiknya sering diberikan permainan seperti lego atau puzzle yang merangsangnya untuk berpikir dan bekerja. Situasi dialogis keluarga dan orang tua yang selektif memilih mainan anak seperti ini, hanya dimungkinkan terjadi pada pola asuh orang tua tipe autoritatif, dimana orang tua memberikan aturan yang jelas tetapi juga memberikan perhatian dan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan kehendak mereka (Vidiyanto, 2010). Alpay dkk dalam penelitiannya terhadap 1.026 remaja Turki (usia 12-22 tahun) dengan menggunakan metode Watson Glaser Scale of Critical Thinking Appraisal (WGSCTA) mengatakan bahwa sikap orang tua yang otoriter (terutama ibu) berpengaruh negatif terhadap kemampuan berpikir kritis anak remajanya, sedangkan perilaku ibu yang lebih toleran, empati dan lebih kooperatif memberikan kontribusi positif untuk kemampuan berpikir anak remajanya (Alpay & Ozkan, 2005). Keterampilan dasar seperti keterampilan membaca dan matematika bila dikembangkan sepanjang masa kanak-kanak dengan bantuan dan partisipasi orang tua, maka pada tahap perkembangan
8
selanjutnya (remaja) potensi pemikiran kritisnya akan mengalami pematangan (Santrock, 2003).
Pola asuh yang baik dapat menghasilkan hubungan timbal balik yang baik antara orang tua dan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh yang tepat dapat menumbuhkan ikatan emosional atau kelekatan yang secure (Rini, 2008). Ikatan ini disebut attachment. Lebih lengkapnya attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak (Bowlby dalam Harre & Roger, 1996). Faktor kualitas dari pengasuhan meliputi kepekaan orang tua untuk merespon secara konsisten, tepat dan penuh dengan kehangatan, berkaitan dengan terbentuknya secure attachment yang termasuk salah satu attachment style. Secure attachment juga dihasilkan dari pengasuh yang membangun komunikasi penuh kenyamanan, menggunakan cara yang fleksibel yaitu dengan adanya sikap penerimaan dalam membantu mengatasi pemasalahan anak. Sedangkan insecure attachment terbentuk dari interaksi pengasuh yang ditunjukkan dengan sedikitnya kontak fisik, mengatasi permasalahan anak dengan buruk dan kaku, menunjukkan kemarahan dan benci, serta penolakan (Berk dalam Mamay, 2006). Adanya hubungan yang positif antara kemampuan berpikir kritis anak dengan attachment juga dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabandari (2004). Prabandari memaparkan lebih jelas gambaran kualitas attachment yang secure
9
secara khusus mempengaruhi proses belajar keterampilan berpikir kritis pada anak, dan kemampuan berpikir kritis anak secara umum. Banyak jurnal yang membahas tentang attachment dan manfaatnya dalam kemampuan sosial anak tetapi tidak banyak jurnal yang membahas attachment dengan kemampuan kognitif anak. Padahal jika anak memiliki kualitas attachment yang secure dengan ibu, maka anak mampu untuk mencari jalan atau strategi-strategi untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari (Meins dalam Prabandari, 2004). Hal ini mungkin tidak banyak disadari oleh para ibu, sehingga ketika mereka berinteraksi dengan anak, ibu cenderung memanjakan sehingga seakanakan „lupa‟ untuk mendidik anak, meskipun ibu menyadari bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Atau terkadang seorang ibu yang bekerja, karena terlalu sibuk, ibu menitipkan anaknya pada seorang pengasuh atau pembantu rumah tangga, sehingga pendidikan
yang
diberikan oleh seorang pengasuh atau pembantu rumah tangga bisa jadi tidak sama dengan pendidikan yang diberikan oleh ibu kandung, dalam hal ini bisa keluarga atau orang lain. Sementara pendidikan di sekolah, masyarakat dan pemerintah merupakan pelengkap bagi pendidikan di rumah, sehingga ketika seorang ibu melakukan interaksi, ibu tidak hanya sekedar berinteraksi saja, seperti bermain, mencium pipi dan lain sebagainya, tetapi ibu juga dapat mengarahkan anak menjadi seorang pemikir yang kritis (Prabandari, 2004). Pengalaman penulis sebagai pengajar di salah satu sekolah dasar swasta, banyak melihat anak yang terkesan „cerewet‟, karena bertanya tentang segala sesuatu yang „aneh‟ di mata mereka, dan sesuatu yang mereka tidak mengerti,
10
penulis menganggap bahwa sikap anak-anak yang seperti itu menandakan bahwa anak-anak tersebut punya rasa ingin tahu yang besar, dan ketika mereka berani bertanya tentang hal-hal yang mereka ingin ketahui kepada guru mereka, atau mereka berusaha mencari tahu dengan membaca buku, maka mereka mendapatkan sebuah „ilmu‟ yang mungkin saja tidak mereka dapatkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan rasa ingin tahu, anak-anak tersebut sedang mengasah kemampuan berpikir kritis mereka, karena menurut asumsi peneliti, kemampuan berpikir kritis pada anak terlihat ketika mereka mau berusaha untuk mencari tahu kejelasan (clarity) tentang pengetahuan yang mereka dapat dalam proses pembelajaran, tidak hanya dari guru mereka, tetapi juga dari beberapa sumber yang lain, contohnya orang tua dan buku-buku perpustakaan. Tidak semua anak terlihat „cerewet‟ atau penuh rasa ingin tahu, ada juga anak yang terlihat „cuek‟ dan tidak peduli ketika ada pelajaran yang mereka tidak pahami, penulis melihat perbedaan tersebut terjadi antara anak yang ibunya selalu bertanya tentang keadaan anaknya di sekolah atau bertanya tentang tugas sekolah serta selalu menemani ketika mengerjakan pekerjaan rumah, dengan anak yang ibunya tidak pernah berkomunikasi dengan guru di kelas dan tidak pernah menemani atau mengontrol pekerjaan rumah
anaknya. Variasi „kemampuan
berpikir kritis‟ juga terlihat antara anak yang ibunya selalu mengantar dan menjemputnya di sekolah (tidak bekerja) dengan anak yang diantar dan jemput oleh pembantu rumah tangga (karena ibunya bekerja). Penulis lantas bertanya, mengapa perbedaan ibu yang responsif dengan yang tidak, dibarengi dengan perbedaan kemampuan anak yang kritis dengan yang tidak? Apakah faktor
11
kedekatan ibu dengan anak ikut mempengaruhi hal tersebut? atau seperti apakah pola asuh orang tua yang anaknya mampu bersikap kritis di kelas tersebut? Apakah pola asuh ikut mempengaruhi variasi yang ada? peneliti sangat tertarik meneliti semua itu. Tetapi peneliti lebih tertarik meneliti bila anak-anak yang mempunyai sikap kritis itu sudah beranjak dewasa. Selain itu, berpikir kritis remaja lebih mudah untuk di teliti, karena masa remaja ada pada tahap operasional formal, di mana pada tahap ini individu mampu untuk menganalisis masalah. Penulis juga belum menemukan penelitian yang mengaitkan antara kemampuan berpikir kritis remaja di tingkat SMA/sederajat dengan pola asuh orang tua dan attachment style. Berangkat dari hal-hal tersebut di atas, penulis memfokuskan kepada kemampuan berpikir kritis remaja tingkat SMA/sederajat dan ingin meneliti apakah ada pengaruh persepsi anak tentang pola asuh orang tua dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking)?
1.2. Pembatasan dan Perumusan masalah 1.2.1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan suatu yang penting, karena dengan pembatasan masalah dapat mengarahkan dalam pengumpulan data dan analisis. Selain itu pembatasan masalah dapat menghindari kesalahan dalam penafsiran judul. Oleh karena itu, agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut:
12
a. Persepsi tentang pola asuh yang digunakan adalah persepsi anak terhadap empat jenis pola asuh yang diterapkan orang tuanya yaitu authoritarian, authoritative, permisif memanjakan (permissive indulgent) dan permisif tidak peduli (permissive indifferent) dengan ukuran berdasarkan empat aspek pola asuh yaitu aspek kontrol, aspek demand for maturity (tuntutan), aspek clarity of parent – child communication, aspek parental nurturance (Baumrind dalam Santrock, 2003). b. Attachment style yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada attachment style antara ibu dan anak yang terbentuk berdasarkan teori internal working model, yaitu merupakan representasi mental dari dimensi perlakuan ibu terhadap anak (sensitivity – insentivity, acceptance – rejection, cooperation – interference dan accessibility – ignoring). Dari dimensi perlakuan ibu tersebut membentuk tiga attachment style yaitu secure attachment, anxious resistant attachment, dan anxious avoidant attachment. (Ainsworth dalam Santrock, 2003). c. Berpikir kritis adalah pertimbangan (determination) yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan hati-hati untuk mengevaluasi sebuah claim / pernyataan (Moore & Parker, 1986; Mayer & Goodchild, 1990). d. Sampel penelitian ini adalah siswa siswi SMK Karya Putra Bangsa Depok kelas X. e. Faktor demografi yang digunakan dan analisis dalam penelitian ini adalah jenis kelamin (jender), suku bangsa, tingkat pendidikan Ayah, tingkat
13
pendidikan Ibu, status Ibu bekerja, tingkat pendapatan orang tua setiap bulan, figur pengasuh dominan dan tingkat prestasi belajar di kelas.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah
yang dipaparkan
penulis,
maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style
terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking)
siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritarian terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritative terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan (permissive indulgent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli (permissive indifferent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok?
14
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan secure attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 7. Apakah ada pengaruh yang signifikan pola anxious avoidant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 8. Apakah ada pengaruh yang signifikan pola anxious resistant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 9. Apakah ada pengaruh yang signifikan tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok? 10. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan jenis kelamin? 11. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan suku bangsa? 12. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ayah? 13. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ibu?
15
14. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan perbedaan status ibu bekerja? 15. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan? 16. Apakah ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan figur pengasuh dominan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji :
1. Pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 2. Pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritarian terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok
16
3. Pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritative terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 4. Pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan (permissive indulgent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 5. Pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli (permissive indifferent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 6. Pengaruh yang signifikan secure attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 7. Pengaruh yang signifikan pola anxious avoidant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 8. Pengaruh yang signifikan pola anxious resistant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 9. Pengaruh yang signifikan tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok 10. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan jenis kelamin
17
11. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan suku bangsa 12. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ayah 13. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ibu 14. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan perbedaan status ibu bekerja 15. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan 16. Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan figur pengasuh dominan
1.3.2.
Manfaat Penelitian
1.3.2.1. Manfaat teoritis Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menemukan besaran kontribusi dari masing-masing variabel persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Disamping itu juga, diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan masukan aplikasi teori dibidang
18
psikologi bidang perkembangan remaja serta perkembangan dibidang pendidikan pada umumnya, khususnya mengenai sejauh mana pengaruh dari masing-masing variabel didalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking), mengingat belum banyak penelitian yang meneliti masing-masing jenis dari persepsi tentang pola asuh maupun attachment style kemudian diujikan dengan variabel kemampuan berpikir kritis (critical thinking).
1.3.2.2. Manfaat praktis Bagi para orangtua, penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagaimana seharusnya orang tua berperan sebagai pendidik utama, terutama seorang ibu yang ikatan emosional paling berpengaruh terhadap kemampuan anaknya, baik sosial maupun kognitif. Dengan bertambahnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya attachment dengan anak diharapkan dapat memberikan dasar bagi pola pikir anak sehingga anak mulai belajar untuk berpikir secara kritis melalui hal-hal yang sifatnya lebih kompleks dan abstrak. Selain itu peneliti juga mengharapkan dengan dilaksanakan penelitian ini, maka akan menarik minat ilmuwan untuk mengembangkan teori berpikir kritis pada anak dan
remaja
dengan memperhatikan hubungan anak dengan ibu serta pengembangan alat untuk pengukuran berpikir kritis pada anak dan remaja.
19
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian kemampuan berpikir kritis (critical thinking), persepsi tentang pola asuh dan attachment style, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, kerangka berpikir, beserta hipotesis penelitian. BAB III : Metodelogi Penelitian Bab ini meliputi pendekatan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, pengumpulan data penelitian, uji instrumen, uji validitas, uji reliabilitas, metode analisis data dan prosedur penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai presentasi dan analisis data. Terdiri dari gambaran umum responden, kategorisasi responden dan hasil uji hipotesis. BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Terdiri dari kesimpulan, diskusi dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
20
BAB II KAJIAN TEORI 2.1.
Berpikir kritis Berpikir kritis sulit didefinisikan secara tepat. Belum ada kesepakatan dari
para ahli mengenai teori berpikir kritis ini. Oleh karena itu, penulis akan mengemukakan terlebih dahulu kerangka teori mengenai berpikir yang kemudian akan dilanjutkan dengan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini.
2.1.1. Definisi berpikir Kesulitan mendefinisikan berpikir disebabkan tidak adanya pembatas yang tajam antara kegiatan yang melibatkan berpikir dan tidak (Siegle, 1998). Berpikir secara nyata melibatkan proses mental yang lebih tinggi: penyelesaian masalah, penalaran, kreatiativitas, konseptualisasi, ingatan, klasifikasi, simbolisasi, perencanaan, dsb. Sedangkan contoh lain dari berpikir melibatkan proses yang lebih dasar seperti penggunaan bahasa dan penerimaan objek/peristiwa dari lingkungan eksternal secara bersamaan. Costa (Prabandari, 2004) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses internal dari stimulus eksternal. “Thinking is the receiving of external stimuli throught the sense followed by internal processing” (Berpikir adalah menerima rangsangan eksternal, berpikir arti, diikuti oleh proses internal) .
21
Siegel menambahkan bahwa proses tersebut bersifat aktif karena melibatkan operasi mental. “Thinking is regarded as an active process involving a number of denotable mentall operations” (Berpikir dianggap sebagai suatu proses aktif yang melibatkan sejumlah sistem operasi mental).
De Bono (Prabandari, 2004), seorang ahli pendidikan yang mengembangkan program melatih kemampuan berpikir, menyebutkan berpikir sebagai eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai tujuan. Tujuan itu dapat berupa pemahaman, pengambilan keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, penilaian dan tindakan. De Bono mengelompokkan jenis-jenis berpikir menjadi enam kelompok, yaitu: 1. Berpikir untuk mendapatkan informasi dan data 2. Berpikir mengenai perasaan terhadap sesuatu atau seseorang, termasuk juga intuisi tentang sesuatu 3. Berpikir tentang mana yang benar dan baik, bagaimana mencapainya serta konsekuensinya, jadi mengandung unsur penilaian 4. Berpikir tentang kemungkinan terjadinya sesuatu secara optimis, bahwa sesuatu baik untuk dilakukan atau dicapai 5. Berpikir secara kreatif tentang-tentang hal-hal bau: eksplorasi, saran, usul, pilihan, mencoba-coba ide baru
22
6. Berpikir secara kritis terhadap jenis-jenis berpikir lainnya: sudah sampai dimana, apa langkah selanjutnya, apa yang sebaiknya terjadi. Disebut juga berpikir kritis, berpikir reflektif atau metakognisi
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu proses mental sebagai respon atas stimulus eksternal dimana proses tersebut memiliki suatu tujuan yang berupa hasil dari proses.
2.1.2. Definisi berpikir kritis Dari berbagai literatur yang ada ternyata terdapat berbagai macam pengertian mengenai berpikir kritis. Ini menandakan bahwa belum terdapat pemahaman universal mengenai definisi umum berpikir.
Dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa pandangan pakar mengenai berpikir kritis sebagai acuan dalam kerangka teori ini, yaitu Moore dan Parker (2007), Mayer dan Goodchild (1990).
Moore dan Parker (2003) mendefinisikan berpikir kritis sebagai : “,,, the careful and deliberate determination of whether to accept, reject, or suspend judgment about a claim” (Penentuan secara hati-hati dan disengaja, apakah menerima, menolak atau menangguhkan penilaian tentang pernyataan-pernyataan).
23
Mayer dan Goodchild (1990 dalam Takwin, 1997) mendefinisikan berpikir kritis sebagai : “... an active and systematic attempt to understand and evaluate arguments” (Usaha aktif dan sistematis untuk memahami dan mengevaluasi argumen).
Berpikir
kritis
menurut
Moore
dan
Parker
adalah
pertimbangan
(determination) yang dilakukan secara sengaja dan hati-hati untuk menentukan apakah sebuah claim diterima, ditolak, atau ditunda penilaiannya. Istilah claim disamakan dengan istilah proposisi atau dalam bahasa Indonesia disamakan dengan isilah pernyataan. Pernyataan didefinisikan sebagai kalimat yang dapat betul atau dapat salah (Moore & Parker, 2007). Dalam pernyataan terkandung informasi tentang sesuatu yang bisa dicek dan diuji benar atau salahnya. Pertanyaan dan kalimat perintah bukan pernyataan karena tidak mengandung informasi yang bisa diuji benar atau salahnya. Mayer dan Goodchild (1990 dalam Takwin, 1997) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah usaha yang aktif dan sistematis untuk mengerti dan mengevaluasi argumen. Definisi ini mempunyai enan bagian : 1. Berpikir kritis sebagai proses yang aktif. Ketika seseorang yang berpikir kritis menerima informasi baik secara lisan maupun tulisan, ia tidak hanya mendengar atau membaca setiap kata. Ia juga mencari arti dari setiap kata dan keterkaitannya serta bertanya “Apakah informasi ini masuk akal?”
24
2. Berpikir sebagai proses yang sistematis. Dalam mencari arti, seseorang yang berpikir kritis menggunakan teknik-teknik yang logis. Ia menganalisa informasi yang diterimanya dengan menggunakan proses yang sistematis. Dalam tahap ini orang yang berpikir kritis akan bertanya “Dengan cara dan aturan apa saya bisa mengerti apa yang ingin disampaikan si pemberi informasi ini?” 3. Berpikir kritis didasarkan atas argumen. Unit dasar analisa dalam berpiki kritis adalah argumen. Sebuah argumen dimulai dengan penjelasan tentang ciri suatu objek (contohnya ingatan jangka pendek memiliki kapasitas yang terbatas) atau hubungan di antara dua objek (contohnya makin termotivasi seseorang untuk melakukan suatu tugas, makin baik kinerjanya dalam tugas itu). Argumen juga menunjukkan bukti untuk menunjang dan/memperkuat penjelasan. Orang yang berpikir kritis mampu mengenali dan menganalisa argumen sehingga ia mampu menggunakan argumen secara tepat. 4. Berpikir kritis mencakup pengertian akan argumen. Orang berpikir kritis mampu mengenali dan menganalisa argumen dari si pemberi informasi. Ia mampu menemukenali bagian-bagian dai argumen dan merumuskan argumen pemberi informasi dengan kata-kata sendiri. Ia merasa harus menanyakan “Apakah argumen dari si pemberi informasi menunjang informasi yang disampaikannya?” 5. Berpikir kritis mencakup pengevaluasian argumen. Orang yang berpikir kritis tidak hanya mengerti argumen si pemberi informasi, tetapi juga
25
mampu memberi kritik terhadapnya. Ia mampu menentukan apakah argumen si pemberi informasi valid atau tidak. Ia akan memberi pertanyaan “haruskah saya menyetujui argumen ini?” 6. Berpikir kritis sebagai suatu usaha. Orang yang berpikir kritis mengetahui bahwa tidak hanya ada satu cara yang benar untuk mengerti dan mengevaluasi informasi yang diterimanya. Ia juga mengerti bahwa cara yang dipilihnya tidak langsung menjamin bahwa ia akan mengerti dan mengevaluasi secara benar informasi yang diterimanya secara aktif dan sistematis. Berpikir kritis adalah pendekatan yang umum terhadap masalah, bukan prosedur khusus yang selalu menghasilkan jawaban yang benar. Orang yang berpikir kritis harus berusaha mencoba menggunakan berbagai cara untuk mengerti dan mengevaluasi informasi yang diterimanya.
Berdasarkan definisi dan pandangan dari tokoh tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah pertimbangan (determination) yang dilakukan secara sengaja, sistematis dan hati-hati untuk mengevaluasi sebuah claim (pernyataan).
2.1.3. Hukum-hukum logika dasar yang digunakan dalam berpikir kritis Dalam bagian ini akan dikemukakan hukum-hukum logika dasar dalam berpikir kritis. Hukum-hukum itu mencakup hukum-hukum proposisi logis seta hukum-hukum yang ada pada penalaran induktif dan penalaran deduktif.
26
a. Proposisi logis Aristoteles adalah orang yang pertama kali mengemukakan aturan logika yang kemudian jadi tradisi dalam ilmu pengetahuan. Menurut Aristoteles (Takwin, 1997) hal yang dianggap sebagai pondasi dasar dalam menemukan pengetahuan yang benar adalah logos apophanticos, yaitu proposisi-proposisi logis. Proposisi logis (pernyataan logis) adalah kalimat yang teruji kebenarannya. Kalimat ini mengandung fakta dan terbukti kebenarannya. Proposisi logis hanya bisa dibangun dengan prinsip identitas; “Bila sesuatu itu X maka tak mungkin sekaligus bukan X”. Suatu pengetahuan baru sah disebut episteme atau pengetahuan ilmiah atau benar-benar mewakili realita bila dibangun atas dasar proposisi-proposisi logis. Dalam berpikir kritis penggunaan proposisi logis sangat mutlak diperlukan (Takwin, 1997). Seseorang yang melakukan berpikir kritis adalah orang yang berpikir logis, ia menggunakan proposisi logis. Tetapi tidak setiap orang yang berpikir logis adalah berpikir kritis. Ada syarat-syarat lain untuk berpikir kritis. Proposisi logis diperoleh dan diuji dengan menggunakan penalaran induktif dan penalaran deduktif.
b. Penalaran induktif Penalaran induktif atau induksi secara umum merupakan proses pembuatan kesimpulan umum yang berdasarkan dukungan fakta-fakta khusus (Bittie, Copi & Cohen, Bierman & Assali dalam Takwin, 1997). Penalaran induktif menghasilkan argumen induktif, yaitu argumen yang premis-
27
premisnya ditujukan untuk mendukung kesimpulan. Premis-premis itu bukan keseluruhan dari fakta pendukung yang dibutuhkan tetapi hanya beberapa. Dalam induksi beberapa kasus khusus saja sudah bisa digunakan untuk membuat kesimpulan. Pengambilan keputusan dengan cara induksi menggunakan prinsip probabilitas sehingga induksi terjadi dalam kondisi yang tidak pasti. Prinsip yang mendasari penalaran ini adalah keteraturan dalam alam mengijinkan (to permit) penemuan hukum-hukum sebab akibat yang berlaku umum. Meskipun demikian, penalaran induktif selalu mengandung resiko salah karena fakta yang digunakan tidak sepenuhnya mewakili hal-hal yang akan disimpulkan (Bierman & Assali dalam Takwin, 1997). Oleh karena itu, penalaran induktif harus disertai pula dengan penalaran deduktif.
c. Penalaran deduktif Penalaran deduktif atau deduksi adalah proses penalaran di mana pembuatan kesimpulan khusus berdasarkan hukum yang lebih umum (Bierman & Assali dalam Takwin, 1997). Penalaran deduktif menghasilkan argumen deduktif, yaitu argumen yang premis-premisnya menyediakan hukum umum yang memadai dan diakui kebenarannya untuk mendukung kesimpulan khusus. Dalam deduksi, hukum umum yang digunakan harus benar-benar memadai dan diakui benar untuk bisa digunakan membuat kesimpulan.
28
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis Berpikir kritis pada dasarnya merupakan suatu tugas perkembangan yang akan dihadapi oleh setiap individu. Artinya setiap individu telah memiliki bekal dasar untuk dapat melakukannya (Nugroho, 1994). Namun demikian, Piaget mengatakan (dalam Nugroho, 1994), hal itu bisa muncul atau tidak dalam pribadi individu, masih akan ditentukan oleh kualitas interaksi antara “neorological system” dan lingkungan (pendidikan dan budaya) dimana individu berada. “Neorological system” yang dimaksud adalah modal dasar untuk berpikir adalah funsi otak (brain function). Menurut Clark (Nugroho, 1994), otak manusia berisi lebih dari 100-200 trilyun sel otak. Setiap neural sel siap untuk dikembangkan untuk mengaktualisasikan potensi manusia pada tingkat yang lebih tinggi. Setiap neuron sel siap untuk memproses beberapa trilyun informasi yang diterima. Cara untuk mengaktualisasikan potensi tersebut juga bergantung pada keadaan emosi dan motivasi individu untuk mengaktifkan potensi tersebut. Salah satunya adalah memproses informasi yang masuk ke dalam otak dengan berpikir. Potensi-potensi tersebut juga tidak akan berkembang tanpa bantuan lingkungan baik lingkungan pendidikan dan budaya di mana individu tersebut tinggal (Nugroho, 1994). Sama seperti yang diungkapkan oleh ahli perkembangan Vygotsky, yaitu bahwa lingkungan sosial mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif seseorang. Vygotsky mengemukakan konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang merujuk pada rentang-rentang tugas yang terlalu sulit bagi individu untuk dikuasai sendiri, namun dapat dipelajari melalui bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil.
29
jadi, batas bawah dari ZPD adalah level keterampilan yang mampu dapat diraih anak dengan bekerja sendiri. Sementara batas atas dari ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan instruktur yang mampu (Santrock, 2007). Sehingga denagan kata lain, “neorological system” dan lingkungan (pendidikan dan budaya) adalah faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis seseorang. Menurut Takwin (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis dibagi menjadi faktor situasional dan faktor disposisi. Faktor situasional adalah faktor yang dapat mempengaruhi pada saat seseorang berpikir dalam membuat penilaian terhadap informasi yang diterimanya. Sedangkan faktor disposisi adalah faktor-faktor kebiasaan dan pengalamn masa lalu seseorang yang berpengaruh terhadap penilaiannya. 1. Faktor-faktor situasional 1) Situasi accountable yaitu situasi dimana seseorang dituntut untuk mempetanggungjawabkan hasil keputusannya. Faktor ini sangat penting dalam menambil keputusan. Berpikir kritis adalah salah satu betuk kegiatan pengambilan keputusan, oleh karena itu dipengaruhi pula oleh situasi accountable (Fiske & Taylor dalam Takwin, 1997). 2) Keterlibatan
(involvement)
yaitu
ketelibatan
seseorang
dalam
permasalahan, ikut mempengaruhi proses berpikir dan pengambilan keputusan seseorang (Fiske & Taylor dalam Takwin, 1997).
30
2.
Faktor-faktor disposisi 1) Pengalaman bertukar peran (role-taking). Pengalaman di mana seseorang memiliki kesempatan untuk bertukar peran atau role-taking dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda , meningkatkan kemampuan seseorang dalam menilai suatu hal dari berbagai sudut pandang. (Kohlberg dalam Takwin, 1997) 2) Pembiasaan dan latihan. Berpikir kritis merupakan suatu keterampilan yang bisa diajarkan dan dilatih. Semakin sering seseorang dilatih, semakin mahir ia menggunakannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh psikologi belajar dalam Morgan dkk (Takwin 1997) 3) Pola asuh. Pembiasaan dan latihan tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung dengan interaksi yang baik dengan lingkungan sosial. Terutama pembiasaan dan latihan yang diberikan oleh orang tua dan guru dengan pola asuh yang tepat. Orang tua dan guru adalah orang-orang yang paling membantu anak dan remaja dalam mencapai tugas perkembangan kognitifnya (Vygotsky dalam Santrock, 2007). Hal ini lebih lanjut akan dibahas pada penelitian ini. 4) Ekstirimitas penilaian seseorang terhadap suatu permasalahan. Tetlock (Takwin, 1997) mengemukakan apabila dalam suatu permasalahan seseorang mempersepsikan berbagai nilai yang saling berkonflik satu sama lainnya maka penilainnya terhadap masalah akan menjadi moderat. Sebaliknya, apabila dalam permasalahan tersebut seseorang tidak
31
mempersepsikan adanya konflik nilai, maka penilaiannya terhadap suatu masalah itu akan menjadi lebih ekstrim. 5) Pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan
seseorang,
lebih banyak
pengetahap perkembangan tertentu, ikut mempengaruhi kemampuan pada tahap selanjutnya. Pendidikan yang dimaksud bisa (Takwin, 1997). 6) Nilai (value). Nilai menjadi standar bagi seseorang dalam menentukan apa yang harus dia lakukan dalam menanggapi informasi. Nilai menentukan apakah perlu untuk berpikir kritis atau tidak, atau apabila perlu, seberapa kritis yang diperlukan untuk menanggapi informasi (Rokeach dan Schwartz dalam Takwin, 1997). 7) Metode pengajaran. Berpikir kritis adalah keterampilan yang bisa dilatih dan diajarkan (Moore & Parker, 1986; Mayer & Goodchild, 1990). Cara penyampaian materi juga berpengaruh terhadap hasil belajar (Munandar dalam Takwin, 1997). 8) Usia Usia berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis. Menurut Piaget, tahap kemampuan kognitif manusia berkembang sesuai dengan usianya. Ada perbedaan kemampuan berpikir pada tiap tahap perkembangan. Orang yang mampu melakukan berpikir kritis adalah mereka yang sudah mencapai tahap formal operasional dimana ia sudah dapat melakukan abstraksi, analisa sintesa dan mampu berpikir dengan menggunakan simbol yang abstrak (Piaget dalam Santrock, 2007).
32
2.2.
Persepsi
2.2.1. Pengertian persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga diartikan dengan memberikan makna pada stimuli inderawi (Rakhmat, 1994). Atkinson (1983) juga menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Senada dengan itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului stimulus yang diterima oleh inderawi kemudian diorganisasikan dan dinterpretasikan, sehingga individu menyadari apa yang diinderakannya itu (Davidoff, 1988) Chaplin (2002) menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Secara umum persepsi diperlakukan sebagai variabel campur tangan (intervening variable) yang bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan psikis atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Maka arti suatu objek atau satu kejadian objektif ditentukan baik oleh kondisi perangsang maupun oleh faktor organisme. Dengan alasan demikian, persepsi mengenai dunia oleh pribadipribadi yang berbeda juga akan berbeda, kaena setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-aspek situasi tadi yang mengandung makna khusus sekali bagi dirinya.
33
Dari pengertian peneliti menyimpulkan bahwa apa yang dipersepsikan oleh seseorang dengan orang lain dapat berbeda dalam pemaknaannya. Hal tersebut dapat disebabkan karena apa yang ada di sekitar kita yang ditangkap oleh panca indera tidak langsung diartikan sama dengan realitasnya. Pengertian tersebut pada orang yang mempersepsikan, objek yang dipersepsikan serta situasi sekelilingnya. Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa yang ditangkap oleh panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas atau melakukan sikap-sikap tertentu.
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan, dapat terjadi perbedaan seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh panca inderanya. Menurut Robbins (2001) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan persepsi seseorang, yaitu : 1.
Orang yang melakukan persepsi Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, antara lain : a. Sikap individu yang bersangkutan terhadap objek persepsi b. Motif atau keinginan yang belum terpenuhi yang ada dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan c. Interest (ketertarikan). Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh ketertarikan tentang sesuatu. Hal ini menyebabkan objek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh masing-masing individu
34
d. Harapan. Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap objek yang dipersepsikan atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu objek atau kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.
Target atau objek persepsi Karakteristik dari objek yang dipersepsikan dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Rangsang objek yang bergerak di antara objek yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang objek yang paling besar di antara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya yang paling kuat. Karakteristik orang yang dipersepsikan baik itu karakteristik personal sikap ataupun tingkah laku dapat berpengaruh terhadap orang yang mempersepsikan karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi satu sama lain. Orang tua yang berinteraksi dengan anaknya dengan penuh perhatian, hangat, selalu antusias, dan sebagainya akan berpengaruh terhadap persepsi anak tentang orang tuanya.
Sedangkan menurut Kossen (dalam Mamay, 2006) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seperti faktor keturunan yang mempengaruhi persepsi secara fisik seperti kognisi, indera, dan lain sebagainya; latar belakang lingkungan dan pengalaman, tekanan teman sejawat (peer effect); proyeksi, yaitu kecenderungan manusia untuk melemparkan beberapa kesalahan pada orang lain bisa menjadikan persepsi terhadap sesuatu berbeda; penilaian yang tergesa-gesa dapat menimbulkan kecerobohan dalam persepsi yang menghasilkan sebuah
35
kesimpulan yang salah; serta adanya hallo effect, seperyi seseorang cakap dalam suatu hal juga dapat di anggap cakap untuk hal yang lain sehingga asumsi tersebut akan berpengaruh terhadap pandangan persepsi diri terhadap sesuatu.
2.2.3. Proses persepsi Mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur yang dapat menciptakan sebuah persepsi atau suatu proses yang dapat membuat terjadinya suatu persepsi. Menurut Chaplin (2002) proses persepsi dimulai dengan perhatian (attention) yang merupukan proses pengamatan yang selektif. Orang terlebih dahulu menentukan apa yang akan diperhatikan. Dengan memusatkan perhatian, akan lebih besar kemungkinan bagi individu memperoleh makna dari apa yang ditangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman masa lalu. Beberapa psikolog melihat attensi sebagai suatu alat saring (filter) yang akan menyaring informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi. Namun ada juga yang menunjukkan bahwa manusia mampu memusatkan perhatiannya pada apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan yang secara efektif melibatkan diri mereka dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsang lain yang saling bersaing. Faktor-faktor perangsang yang penting dalam perbuatan memperhatikan seperti intensitas, perubahan, ulangan, kontras, dan gerak. Faktor-faktor organisme yang penting
adalah minat, kepentingan dan kebiasaan
memperhatikan yang telah dipelajari.
36
Proses selanjutnya barulah terjadi persepsi yaitu tahap kedua dalam mengamati dunia mencakup pemahaman, mengenal atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Proses tersebut dalam kenyataannya terjadi dalam kurang lebih serentak, karena pada dasarnya keseluruhan proses ini berjalan dalam waktu yang relatif singkat dan segera.
2.3. Pola asuh Interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seorang anak adalah keluarga. Dengan demikian, nyatalah bahwa keluarga khususnya orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam proses tumbuh kembangnya anak menuju kedewasaan fisik dan psikis. Orang tua akan selalu berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan anaknya, baik itu kebutuhan fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan lain-lain, maupun kebutuhan psikisnya seperti kasih sayang, perhatian dan lain-lain. Semua itu dilakukan orang tua dengan harapan tercapainya perkembangan yang optimal bagi anaknya sehingga ia dapat beradaptasi dengan lingkungan luar dan dapat menggapai apa yang dicitacitakannya. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Baumrind (Conger, 1991) bahwa : “ ... the single most important external influence on the average young person attempting to accomplish the development tasks of adolescence identity self his or her parents”. Pengaruh eksternal utama yang paling penting bagi rata-rata remaja adalah mencoba untuk menyelesaikan tugastugas perkembangan identitas diri remaja adalah orang tua. Selain itu menurut
37
Baumrind (Dusek, 1996), pola asuh orang tua juga berpengaruh terhadap prestasi belajar dan penyesuaian psikologis anak yang lebih baik. Semakin bertambah usia anak, terlebih lagi jika anak telah mencapai usia sekolah, akan bertambah pula pengetahuan, wawasan, dan lingkungan pendidikannya. Pada saat seperti ini, orang tua perlu lebih memperhatikan kondisi anak mereka. Bagi Baumrind (Dusek, 1996), ketika anak memasuki masa remaja orang tua harus memberikan model tingkah laku kemandirian yang sesuai dengan usia mereka. Proses-proses interaksi seperti ini, secara umum disebut juga sebagai proses pengasuhan.
2.3.1. Pengertian pola asuh Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Karena keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Pola asuh orangtua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan (Gunarsa dalam Pratiwi, 2007). Pola asuh menurut peneliti adalah perlakuan orang tua terhadap anak yang meliputi bukan hanya dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, tetapi juga
dalam memberikan pemahaman tentang norma-norma
yang berlaku di lingkungan tempat anak tersebut tinggal.
38
2.3.2. Aspek-Aspek dalam pola asuh Di dalam pengasuhan anak, tercakup berbagai aspek yang terdapat pada hubungan orang tua dan anak. Menurut Mussen ( Hurlock, 1970) ada empat aspek dalam pengasuhan anak , yaitu : 1. Aspek kontrol, meliputi segala usaha orang tua untuk mempengaruhi aktivitas bertujuan (goal oriented activity) memodifikasi ekspresi dari rasa ketergantungan anak, agresifitas atau tingkah laku bermain. Selain itu termasuk pula mengembangkan internalisasi standar yang dimiliki orang tua pada anak. 2. Aspek demand for maturity (tuntutan untuk tingkah laku dewasa atau matang), meliputi tuntutan atau penekanan pada anak agar dapat menampilkan dengan sebaik-baiknya kemampuan dalam bidang sosial, intelektual, serta emosional. Orang tua juga menuntut kemandirian anak, termasuk dalam membuat keputusan. 3. Aspek clarity of parent – child communication (kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak), Orang tua memberikan penjelasan dan menanyakan pendapat anak dalam membuat aturan-aturan bagi si anak. Orang tua juga berusaha memahami pendapat atau perasaan anak mengenai penjelasan yang dilakukan atau ketika anak menuntut pemenuhan kebutuhannya. 4. Aspek Parental nurturance (upaya pengasuhan terhadap anak), yaitu keterlibatan orang tua dalam pengasuhan, pengungkapan rasa kasih sayang, rasa bangga dan senang, kehangatan serta pengertian terhadap anak.
39
2.3.3. Jenis-jenis pola asuh Para tokoh psikologi perkembangan banyak sekali mengadakan penelitian mengenai pengasuhan anak. Baumrind (Santrock, 2003), misalnya, membagi pola asuh dalam tiga jenis, yaitu authoritarian, authoritatif dan permisif. Para ahli perkembangan, yaitu Maccoby & Martin (Santrock, 2003) mengembangkan teori Baumrind menjadi empat jenis pola asuh yaitu pola asuh permisif terdiri dari permisif memanjakan atau permissive indulgent dan permisif tidak peduli atau permissive indifferent (Santrock, 2003). 1. Pola asuh authoritarian (authoritarian pattern) Pola asuh authoritarian adalah pola yang membatasi dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk mengikuti pentun\juk orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang bersifat autoritarian membuat batasan dan kendali yang tegas terhadap anak dan hanya sedikit melakukan komunikasi verbal. Pola asuh ini berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak cakap. Dapat disimpulkan karakteristik dari pengasuhan ini adalah : a. Adanya aturan yang pasti dan yang dijalankan secara kaku dan ketat b. Tidak pernah menggunakan penjelasan dalam menerapkan aturanaturan pada anak (tidak ada komunikasi verbal) c. Sering menggunakan hukuman (biasanya secara fisik) untuk membatasi dan mendesak anak
40
2. Pola asuh authoritatif (authoritative pattern) Dalam pola asuh ini, komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, peraturan yang diberikan orang tua disertai dengan penjelasan dan penalaran kepada anak mengapa suatu peraturan dibuat, dan mengapa anak diharapkan untuk bertingkah laku tertentu. Anak dapat menyampaikan pendapatnya. Terdapat saling memberi dan menerima antara orang tua dan anak. Orang tua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati anak. Pola asuh ini berkaitan dengan perilaku anak yang kompeten. Dengan demikian karakteristik pola pengasuhan ini adalah : a. Menuntut ditampilkannya tingkah laku yang sesuai dengan usia anak, dan juga memiliki aturan-aturan yang pasti. Bilamana perlu menggunakan perintah dan sanksi b. Memiliki komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, dimana orang tua mendengarkan pendapat anak serta sekaligus juga mengemukakan pendapat mereka c. Menyadari adanya hak-hak yang dimiliki kedua belah pihak, baik orang tua maupun anak d. Orang tua bersikap hangat dan membesarkan hati anak
3. Pola asuh permisif memanjakan (permissive indulgent pattern), Pola asuh permisif memanjakan adalah suatu pola di mana orang tua sangat terlibat dengan anak, tetapi sedikit sekali menuntut atau
41
mengendalikan mereka. Orang tua berada dalam posisi „lepas tangan‟, mereka membiarkan anak untuk bertingkah laku sesuai kehendaknya. Orang tua bersikap tidak menghukum, dan menerima serta menyetujui apa saja yang dilakukan oleh anaknya. Pengawasan yang diberikan orang tua bersifat longgar. Anak dibiarkan mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pola asuh ini berkaitan dengan ketidakcakapan sosial anak, terutama kurangnya pengendalian diri. Karakteristik dari pola pengasuhan ini adalah: a. Tidak ada aturan ataupun batasan yang pasti b. Anak diberikan otoritas untuk mengatur dirinya sendiri c. Hampir tidak pernah memberikan hukuman pada anak d. Orang tua bersikap hangat tetapi tidak membatasi dan mengawasi
4. Pola asuh permisif tidak peduli (permissive indiffrent pattern) Pola asuh dimana orang tua sangat tidak ikut campur atau tidak mau terlibat dalam kehidupan anaknya. Orang tua dengan tipe ini memiliki pengasuhan, tuntutan, kontrol, dan komunikasi yang rendah. Pola pengasuhan ini menjauh (bersifat memusuhi) dan sangat permisif (terlalu membolehkan), terlebih ketika kedua orang tuanya tidak peduli dengan anak-anak mereka. Pola asuh ini berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak cakap, terutama kurangnya pengendalian diri. Sehingga dapat digambarkan bahwa pola asuh permisif tidak peduli (permissive indiffrent pattern) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
42
a. Melepaskan perasaan terhadap anak b. Menarik diri dari kehidupan anak c. Komunikasi rendah d. Tidak ada peraturan yang membatasi
Berikut adalah bagan tentang keempat pola asuh tesebut berdasarkan aspekaspek pengasuhannya : Bagan 2.1 Jenis-jenis pola asuh berdasarkan aspek-aspeknya
Tinggi
Tinggi
Rendah
AUTHORITATIVE
AUTHORITARIAN
Adanya kontrol dan tuntutan yang
Banyak aturan dan tuntutan, sedikit
wajar. Konsisten, sensitif dan
penjelasan dan memiliki sensitifitas yang
menerima anak
rendah terhadap kebutuhan dan perspektif anak
Rendah
KONTROL DAN TUNTUTAN
PENERIMAAN DAN CARA MERESPON
PERMISIF MEMANJAKAN
PERMISIF TIDAK PEDULI
Sedikit aturan dan tuntutan, anak
Sedikit aturan dan hukuman, orang tua
mendapatkan izin dengan banyak
tidak melibatkan diri dan tidak sadar akan
kebebasan dari orang tua yang sangat
kebutuhan anak
sabar
43
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh Baik secara sadar ataupun tidak sadar, orang tua menginginkan hal yang terbaik bagi anaknya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemilihan tipe pola asuh (Hurlock, 1970), yaitu : 1. Pola asuh yang diterima oleh orang tua sewaktu masih anak-anak. Orang tua memiliki kecenderungan yang besar menerapkan pola asuh yang mereka terima dari orang tua mereka, pada anaknya. 2. Pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua mempengaruhi pemilihan pola asuh yang diterapkan pada anak. Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menerapkan pola asuh yang lebih demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan orang tua yang pendidikannya terbatas. Pendidikan membantu orang tua untuk lebih memahami kebutuhan anak. 3. Kelas sosial. Perbedaan dari kelas sosial orang tua mempengaruhi pemilihan pola asuh. Ditambahkan pula oleh Elder yang menyatakan bahwa orang tua dari kelas sosial menenagah cenderung lebih permisif dibandingkan dengan orang tua dari kelas sosial bawah. 4. Konsep tentang peran orang tua. Tiap orang tua memiliki konsep tentang bagaimana seharusnya ia berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung memilih pola asuh yang ketat dibandingkan orang tua dengan konsep non tradisional. 5. Kepribadian orang tua.
44
Pemilihan poal asuh dipengaruhi oleh kepribadian dari orang tua. Selain itu, kepribadian dari orang tua juga mempengaruhi bagaimana mereka menginterpretasikan pole asuh yang mereka terapkan. Orang tua yangberkepribadian
tertutup
dan
konservatif
cenderung
akan
memperlakukan anaknya dengan ketat dan otoriter. 6. Kepribadian anak. Tidak hanya kepribadian orang tua saja, yang mempengaruhi pemilihan pola asuh, tetapi juga kepribadian anak. Anak yang ekstrovert akan bersikap lebih terbuka terhadap rangsang-rangsang yang datang padanya dibandingkan dengan anak yang introvert. Hal ini akan memepengaruhi pemilihan pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya. 7. Faktor nilai yang dianut orang tua. Di barat nampaknya orang tua menganut paham „equalitarian‟, dimana kedudukan anak sejajar dengan orang tua. Namun di negara Timur, tampaknya oang tua masih lebih cenderung menghargai kepatuhan anak. 8. Usia anak. Tingkah laku dan sikap orang tua dipengaruhi usia anak. Orang tua lebih memberikan dukungan dan dapat menerima sikap ketergantungan anak usia pra sekolah daripada remaja.
Sedangkan menurut Triwardani (2001 dalam Pratiwi, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu: sosial ekonomi, pendidikan, kepribadian, nilai-nilai yang dianut orangtua, dan jumlah anak.
45
2.4. Attachment style 2.4.1. Pengertian attachment Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh psikolog perkembangan Mary Ainsworth pada tahun 1969 (Santrock, 2003).
Attachment adalah suatu hubungan atau interaksi antara dua individu yang merasa terikat kuat satu sama lain dan masing-masing melakukan sejumlah hal untuk melanjutkan hubungan tersebut (Bowlby dalam Rholes & Simpson, 2004). Bowlby menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu (Hetherington dan Parke, 1999). Menurut Harre & Lamb (1986) kelekatan adalah tali persaudaraan yang terbentuk antara seorang bayi dan orang yang mengasuhnya, baik sebagai petunjuk motivasi ketergantungan, maupun sebagai bentuk organisasi dalam pandangan perkembangan yang berteori sistem.
46
Menurut Flanagan (Damayanti, 2010) attachment adalah “An emotional bond between two people espescially mother and infant” atau sebuah ikatan emosional antara dua orang, utamanya ibu dan anak.
Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut kelekatan. Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah: hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan dengan figure lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam Ervika, 2005). Menurut Maccoby (Ervika, 2005) seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain: a. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang b. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat c. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali d. Orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anak memperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian figur lekatnya
Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan (dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak
47
mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Santrock, 2003). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan (rasa aman). Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelekatan atau attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.
2.4.2. Attachment style Cara orang tua dalam memperlakukan anaknya akan memberikan kualitas kelekatan (attachment) yang berbeda-beda secara individual. Sehingga anak akan memiliki kualitas attachment atau pola kelekatan (attachment style) yang berbedabeda dengan pengasuhnya. Bukti tersebut diperoleh dari penelitian-penelitian yang dirintis oleh Ainsworth (Bowlby, 1988). Berdasarkan hasil penelitiannya, Ainsworth mengemukakan tiga pola utama dari kelekatan (attachment style), yaitu: a. Secure attachment Anak dalam pola ini yakin bahwa orang tuanya akan muncul, responsif, dan sangat
membantu
saat
anak membutuhkan perlindungan
atau
kenyamanan atau pada saat menghadapi situasi yang menakutkan. Dengan
48
keyakinan itu, ia merasa yakin dalam mengeksplorasi lingkungannya. Anak akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri, dan mudah menjalin hubungan dekat dengan orang lain dan percaya pada orang lain. Pola ini didukung oleh orang tua pada tahun-tahun pertama, terutama oleh ibu yang selalu siap dan peka terhadap mereka, responsif dengan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan atau kenyamanan.
b. Anxious avoidant attachment Anak yang termasuk pola ini tidak yakin bahwa jika ia mencari perhatian orang tua ia akan dijawab dengan bantuan, namun sebaliknya ia menduga akan ditolak. Anak berusaha untuk hidup tanpa kasih sayang dan dukungan orang lain, ia mencoba untuk cukup secara emosional. Anak merasa canggung dan tidak nyaman dalam menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain dan tidak mudah percaya dengan orang lain. Selain itu, anak cenderung tumbuh sebagai individu yang lebih mementingkan dirinya sendiri. Pola ini merupakan hasil ibu yang secara konsisten menolak dirinya ketika ia mendekati ibu untuk mencari kenyamanan atau perlindungan. Kasus yang ekstrim dihasilkan dari penolakan yang berulang. Pada tahun-tahun pertama kehidupan anak yang termasuk pola ini, orang tua sering menunjukkan kemarahan dan merasa jengkel pada ulah anaknya.
49
c. Anxious resistant attachment Anak yang tergolong pola ini tidak yakin apakah orang tuanya akan hadir, responsif atau akan membantu saat anak membutuhkan bantuan orang tua. Karena ketidakpastian ini, anak selalu cenderung takut berpisah, tidak dapat dilepaskan dan cemas dalam mengeksplorasi lingkungannya, hal ini membuat anak merasa tidak aman ketika berada di lingkungan sosialnya. Tidak adanya rasa aman ini menyebabkan anak cemas dan ragu-ragu saat berhadapan dengan orang lain, dan mudah cemas dalam menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain. Hal ini menyebabkan anak cenderung terisolasi dari lingkungannya. Pada pola ini, saat terjadi konflik, ditunjang oleh orang tua yang penuh pertolongan pada beberapa kejadian tetapi tidak pada kejadian yang lain. Penemuan klinis menunjukkan bahwa seringkali orang tua memberikan ancaman perpisahan untuk mengontrol tingkah laku anak.
Bowlby dan Ainsworth (Santrock, 2003) juga mengemukakan bahwa kelekatan yang aman pada masa bayi adalah pokok bagi perkembangan kecakapan sosial. Dalam kelekatan yang aman (secure attachment), bayi menggunakan pengasuhnya, biasanya ibu, sebagai landasan rasa aman untuk mengeksplorasi lingkungan. Kelekatan yang aman diteorikan sebagai landasan penting bagi perkembangan psikologis berikutnya pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Pada kelekatan yang tidak aman (insecure attachment), bayi agak menghindari pengasuhnya,
atau
menunjukkan
perlawanan,
atau
keduanya,
terhadap
50
pengasuhnya. Kelekatan tak aman diteorikan berkaitan dengan kesulitan berhubungan dan masalah-masalah perkembangan selanjutnya.
2.4.3. Internal Working Model Untuk menjelaskan kecenderungan attachment style berkembang menjadi bagian dari diri anak, teori attachment menggunakan konsep internal working model dari self orang tua. Internal working model dari hubungan attachment didasarkan pada representasi mental dari hubungan anak sehari-hari dengan figur attachmentnya. Internal working model seorang anak dikembangkan dari cara ibunya berkomunikasi dan berperilaku terhadapnya, juga ayah sebagai figur lain yang signifikan dan model komplementer lain yang saling berinteraksi dan dikembangkan selama beberapa tahun pertama kehidupan dan menetap sebagai struktur kognitif yang berpengaruh. Hasil yang dibentuk, berdasarkan pada interaksi anak sehari-hari dengan orang tuanya. Model ini kemudian mengarahkan bagaimana perasaan anak terhadap orang tua dan juga dirinya, bagaimana anak mengharapkan orang tua dan setiap orang memperlakukannya dan bagaimana anak merencanakan perilakunya terhadap orang tuanya (Bowlby dalam Obegi & Berant, 2009). Hal yang utama dari internal working model ini adalah internal working model dari diri (self) dan figur pengasuh utama. Ciri utama internal working model diri adalah gagasan sejauh mana diterimanya diri tersebut di mata figur attachment. Sedangkan ciri penting dari internal working model figur attachment adalah sejauh mana mudah tercapainya (accessibility), sensitifitas, responsifitas,
51
dan dukungan emosional dari figur attachment. Selanjutnya internal working model dari diri dan figur attachment ini akan saling mengisi. Misalnya jika figur attachment menerima anak sebagaimana adanya, peka dan memperhatikan kebutuhannya, maka anak akan membangun internal working model mengenai orang tua sebagi figur yang menerimanya dan memberikan kasih sayang dan internal working model mengenai diri sebagai orang yang berharga dan dicintai. Sekali dikembangkan, model orang tua dan self ini cenderung menetap dan berfungsi di luar kesadaran. Satu alasan mengapa pola yang dikembangkan cenderung menetap dikarenakan cara orang tua memperlakukan anak cenderung tidak berubah (Bowlby dalam Obegi & Berant, 2009).
2.4.4. Pengukuran kualitas attachment Pengukuran kualitas attachment pada bayi dan anak-anak kecil dapat dilakukan melalui observasi. Seperti yang dilakukan oleh Ainsworth dan kawankawan dalam penelitian-penelitiannya. Namun hal ini sulit dilakukan setelah masa kanak-kanak, karena kehadiran aktual dari pengasuh, dalam hal ini ibu menjadi kurang penting karena anak telah memiliki prediksi tentang kehadiran atau keberadaan figur attachmentnya. Selain itu pada masa anak akhir dan remaja awal, anak sudah lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya. Sehingga pengukuran pola attachment apa anak akhir dan remaja awal dititik beratkan pada perkembangan internal working modelnya (Rholes & Simpson, 2004). Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa ibu berkomunikasi dan berperilaku terhadap anak, menjadi dasar bagi anak dalam membangun internal
52
working model mengenai diri sendiri dan ibu sebagai pengasuhnya. Hal ini mengarahkan berkembangnya pola-pola attachment yang dikembangkan oleh anak. Berdasarkan penelitian Ainsworth, Bell, dan Staylon (Maccoby dalam Ervika, 2005) terdapat empat dimensi perlakuan ibu terhadap anaknya yang berperan dalam mempengaruhi terbentuknya pola attachment yang dikembangkan oleh anak. Empat dimensi tersebut adalah : 1. Sensitivity – Insentivity Skala ini berkaitan dengan respon terhadap isyarat dan komunikasi anak. Ibu yang sensitive mampu untuk melihat sesuatu dari sudut pandang anak dan mampu menginterpretasikan isyarat anak dengan benar. Sebaliknya ibu yang insensitive mengintervensi dan mengawali interaksi hanya berdasarkan harapan, suasana hati dan aktivitasnya sendiri. Ibu ini dapat mendistorsi komunikasi dari anaknya, bahkan sering tidak meresponnya.
2. Acceptance – Rejection Ibu yang accepting sewaktu-waktu dapat merasa terganggu oleh bayinya, tetapi secara umum dia menerima anaknya dengan senang hati terikat dengan anak melalui aktivitas perawatan terhadap anak. Ibu yang accepting menikmati aktivitas yang dilakukan bersama anak pada saat anak dalam keadaan suasana hati yang baik dan suasana hati yang jelek.
53
Ibu yang rejecting secara konsisten menolak anaknya, mempunyai perasaan marah yang melebihi rasa kasih sayangnya terhadap anak, serta mudah
menyatakan
secara
terbuka
pada
anak
bahwa
dirinya
menjengkelkan atau mengganggunya, menciptakan suasana yang tidak enak terhadap anak, sering menolak keinginan atau harapan anak, dan sering memarahi atau mengomeli anak.
3. Cooperation – Interference Ibu yang kooperatif menaruh minat tehadap minat dan otonomi anak dan mencoba untuk menghindari situasi yang dapat menghentikan aktifitas anak atau menggunakan kontrol secara langsung. Jika harus mengontrol secara langsung, ibu menunggu saat suasana hati anak baik sehingga perintahnya akan tampak menyenangkan. Ibu yang interfering, memaksakan keinginan pada anak dengan sedikit memperhatikan suasana hati dan aktifitas tertentu anak. Selain itu ibu berusaha untuk membentuk anak berdasarkan standar dirinya.
4. Accessibility – Ignoring Ibu yang accessible mudah didekati anak dan peduli dengan anak akan mampu menangkap isyarat kebutuhan anak walaupun sedang sibuk, mampu menangkap isyarat komunikasi anak walau sedang sibuk, memperhatikan kebutuhan anak walaupun jauh dari anak.
54
Sedangkan ibu yang ignoring (tidak peduli) pada anak sering tidak mengenali atau mempedulikan isyarat kebutuhan anak dan komunikasi anak, kurang memperhatikan aktivitas anak, cenderung melupakan anak serta hanya memperhatikan anak pada saat saat tertentu.
Dalam hubungannya dengan pola attachment anak, berdasarkan penelitian tersebut, anak yang tergolong pola secure attachment mempunyai ibu yang sensitive, accepting, kooperatif dan accessible. Sedangkan anak yang tergolong pola anxious avoidant attachment mempunyai ibu yang rejecting dan insensitive, sedangkan anak yang tergolong pola anxious resistant attachment mempunyai ibu yang interfering dan ignoring. Dalam menginterpretasikan penemuan tersebut, Ainsworth, Bell & Staylon berpendapat bahwa gaya ibu yang berbeda mempunyai konsekuensi bagi perkembangan anaknya. Dari penelitian tersebut pola-pola yang menunjukkan ibu yang baik yaitu ibu yang memungkinkan anak untuk mengembangkan pola secure attachment dan berkembang berdasarkan tahaptahap perkembangannya.
2.4.5. Figur attachment Dalam menunjukkan perilaku attachmentnya, seorang anak mengarahkan perilaku attachmentnya terhadap figur tertentu, yaitu figur ibu atau ibunya. banyak anak yang memiliki lebih dari satu figur dalam mengarahkan perilaku
55
attachmentnya, figur-figur ini tidak memperlakukan anak dengan cara yang sama. Peran dari figur attachment anak dapat dipenuhi oleh orang lain selain ibunya. Pada saat anak mencapai usia dua tahun, sebagian besar mengarahkan perilaku attachmentnya pada lebih dari satu figur. Beberapa anak memilih lebih dari satu figur attachment segera setelah mereka mulai menunjukkan diskriminasi. Namun demikian, figur attachment ini tidak diperlakukan satu sama dengan yang lain. Anak memilih figur attachment utamanya dan figur lainnya tergantung pada siapa yang merawatnya dan komposisi keluarga di mana ia tinggal. Dari keseluruhan figur-figur yang ada dalam keluarga tersebut anak memilih figur attachment utama dan figur attachment tambahan. Umumnya, figur attachment utama seorang anak adalah ibunya, namun dapat saja peran tersebut dilakukan secara efektif oleh orang lain. Terdapat bukti bahwa seorang ibu pengganti yang berperilaku seperti cara ibu memperlakukan anaknya, anakpun akan memperlakukannya seperti pada ibunya. Namun demikian, hal ini merupakan hal yang paling sulit bagi seorang ibu pengganti, karena bagaimanapun seorang ibu pengganti berespon kurang kuat dan kurang konsisten dibandingkan ibunya yang asli. Selain figur attachment utama, anak mengarahkan juga perilaku attachmentnya pada figur attachment tambahan. Figur attachment tambahan ini bisa ayah, kakak, termasuk kakek, nenek dan orang lain yang tinggal bersama di rumah, dapat juga tetangga. Dalam hal ini, baik jumlah maupun identitas dari figur tambahan dapat berubah, bisa bertambah, bisa juga berkurang.
56
Ainsworth (Bowlby, 1988), menjelaskan bahwa semakin anak merasa tidak aman (insecure) pada figur utamanya, semakin terhambat kecenderungannya dalam mengembangkan attachment pada figur yang lain. Lebih jauh, semakin anak merasa tidak aman (insecure), semakin terhambat kemampuannya dalam mengembangkan relasi dengan orang lain.
2.4.6. Attachment pada remaja Pada saat anak menjadi remaja, hubungan mereka dengan orang tuanya mengalami perubahan. Pada satu pihak, pada umumnya mereka masih menginginkan agar orang tua tetap berada di dekat mereka. Tetapi di pihak lain mereka juga menginginkan lebih banyak kesempatan dan kebebasan untuk lepas dari orang tua. Proses perkembangan yang dialami remaja menyebabkan mereka mulai melepaskan orang tua sebagi figur attachment. Weiss (Kuera, 2004) mengatakan bahwa pada masa ini, remaja mengalami penyelaan (interuption) terhadap attachment kepada orang tua yang telah berlangsung sejak masih bayi. Pada awalnya terjadi jarak yang semakin jauh. Lama kelamaan durasinya menjadi semakin panjang dan semakin lama sampai suatu saat interupsi ini menetap. Attachment tidak menghilang (fade) secara berangsur-angsur, tetapi lebih kepada tidak munculnya attachment itu dalam jangka waktu yang lama. Attachment does not fade in the sense of becoming progressively weaker, but rather is entirely absent for longer intervals (Weiss dalam Kuera, 2004).
57
(Keterikatan tidak luntur/memudar dalam arti tidak menjadi semakin lemah, melainkan hadir dalam interval waktu yang lebih panjang).
Sesuai dengan perkembangan yang dialaminya, hubungan attachment seorang remaja kemudian berkembang ke ruang lingkup yang lebih luas, yaitu ke teman-teman atau sahabatnya, pacarnya, guru-gurunya, dan sebagainya. Attachment pada masa remaja mulai diarahkan pada sosok di luar orang tua (Weiss dalam Kuera, 2004). Setelah anak tumbuh menjadi remaja, orang tua dan keluarga bukanlah satusatunya figur attachment yang dimilikinya. Mereka mulai menjalin hubungan dengan figur-figur lain. Dalam hubungan atau attachment dengan figur baru tersebut, dapat juga dilihat bahwa remaja ini memiliki keinginan atau hasrat untuk didampingi. Dia akan merasa nyaman dan tenang karena kehadiran figur tersebut dan akan merasa tertekan jika terpisah dari figur itu (Kuera, 2004).
2.4.7. Stabilitas attachment style Dalam Hetherington & Parke (1999), dikatakan terdapat stabilitas yang kuat dalam kualitas attachment dari satu periode waktu ke periode waktu berikutnya. Di antara bayi yang diuji dengan strange situation, menunjukkan pola attachment yang sama pada saat usia 6 tahun dan 12 tahun (Main & Cassidy dalam Hetherington & Parke, 1999). Meskipun ada beberapa hal perilaku attachment tidak berkorelasi secara sempurna, secara keseluruhan diperoleh hasil perilaku attachment relatif stabil. Dari sebuah studi di Jerman (Hetherington & Parke,
58
1999), ditemukan attachment pada saat usia satu tahun mampu memprediksikan klasifikasi attachment pada usia 6 tahun sebanyak 78%. Namun tidak berarti dengan adanya stabilitas dalam kualitas hubungan orang tua dan anak, tidak mungkin terjadi perubahan. Dalam beberapa studi, anak-anak yang menunjukkan pola attachment yang insecure pada saat bayi mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan orang tuanya pada saat usia sekolah. Hal ini biasa terjadi ketika orang tua dari anak mengalami sedikit stress (misalnya tidak terlalu mengalami kesulitan keuangan) dan dapat menyediakan waktunnya bagi anak dan berinteraksi secara lebih responsif terhadap kebutuhan anak (Thompson, Lamb, & Estes dalam Hetherington & Parke, 1999).
2.5. Remaja 2.5.1. Definisi remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin “adolescence”yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dapat dikatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Sependapat dengan hal tersebut, Papalia dan Olds (2009) mendefinisikan masa remaja sebagai peralihan masa perkembanagn yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan. Secara umum masa remaja ditandai dengan munculnya pubertas (puberty), proses yang pada akhirnya akan menghasilkan kematangan seksual, atau fertilitas atau kemampuan untuk melakukan reproduksi.
59
Menurut Hurlock (1980), istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1980). Berdasarkan pengertian yang sudah disebutkan, peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dalam perkembangan yang berlangsung sejak usia 10 atau 11, atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal, masa dimana individu mengalami kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
2.5.2. Batasan remaja Meskipun rentang usia remaja dapat bervariasi terkait dengan lingkungan budaya dan historisnya, kini di Amerika Serikat dan sebagian besar budaya lainnya, masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun, dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dialai remaa dapat berkisar mulai dari perkembangan fungsi seksual hingga proses berpikir abstrak hingga kemandirian. Lambat laun, para ahli perkembangan membedakan asa remaja enjadi periode awal dan periode akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau menengah atas dan perubahan pubertas terbesar terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late
60
adolescence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan di masa remaja awal (Santrock, 2007). Berdasarkan yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan bahwa batasan usia remaja adalah mulai usia 10 atau 11 sampai dengan usia 22 atau 23 tahun.
2.5.3. Karakteristik masa remaja Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Karakteristik tersebut adalah :
Perkembangan fisik Remaja dikenal sebagai satu tahap perkembangan fisik ketika alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya, karena secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuk yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula (Sarwono, 2005)
Perkembangan kognitif Karena berpikir kritis remaja sangat berkaitan dengan perkembangan kognitif remaja, maka akan dibahas teori perkembangan kognitif remaja dari dua orang tokoh perkembangan, yaitu Piaget dan Vygotsky :
61
a. Teori Piaget Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja mengorganisasikan pengalaman-pengalamannya, memisahkan gagasangagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu satu sama lain. Ketika mengontruksikan dunianya, remaja menggunakan skema. Skema (schema) adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminat pada bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan dan memahami pengalamannya sekarang. Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasikan skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi (Piaget dalam Santrock, 2007). Asimilasi adalah memasukkan informasi-informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, sedangkan akomodasi adalah menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya infomasi baru. Piaget juga menjelaskan mengenai bagaimana anak-anak dan remaja mengubah pemikiran mereka dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Perubahan ini berlangsung ketika mereka mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium) ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya.
62
Pada akhirnya mereka dapat menyelesaikan konflik dan mencapai keseimbangan (equilibrium) (Santrock, 2007). Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget antara lain: tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Usia remaja berada pada tahap operasional formal. Karakteristik yang paling menonjol dari pemikiran operasional formal adalah sifatnya yang lebih abstrak dibandingkan pemikiran operasional konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-pengalaman yang aktual atau konkret sebagai titik tolak pemikirannya. Mereka dapat menciptakan situasisituasi fantasi, peristiwa-peristiwa yang murni berupa kemungkinankemungkinan hipotesis atau hanya berupa proposisi abstrak, dan mencoba bernalar secara logis mengenainya. Kualitas abstrak yang diperlihatkan remaja pada tahap ini juga termasuk meningkatnya tendensi berpikir mengenai berpikir itu sendiri. Remaja berpikir abstrak, idealistik dan logis. Remaja mulai berpikir seperti seorang ilmuwan berpikir, membuat rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusi. Piaget menemai tipe pemecahan masalah itu sebagai penalaran hipotesis deduktif (hypothetical- deductive reasoning), yang berarti kemampuan untuk mengembangkan sebuah hipotesis atau dugaan, mengenai bagaimana memecahkan masalah, seperti menyelesaikan perhitungan aljabar.
63
Pemikiran operasional formal adalah deskripsi terbaik untuk menggambarkan bagaimana remaja itu berpikir. Meskipun demikian, tidak semua dapat menjadi pemikir operasional formal sepenuhnya. Sesungguhnya, para ahli perkembangan berpendapat bahwa pemikiran operasional formal terdiri dari dua subperiode (Broughton dalam Santrock, 2007) :
Operasional
formal
awal.
Penemuan
remaja
mengenai
kemampuannya untuk berpikir secara hipotesis menghasilkan pikiran-pikran bebas, dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Dalam periode awal ini pelarian ke fantasi dapat menggantikan realitas sehingga dunia dipandang secara terlalu subjektif dan terlalui idealistik. Asimilasi adalah proses yang menonjol dalam subperiode ini.
Operasional
formal
akhir.
Ketika
remaja
mampu
menguji
penalarannya ke pengalaman, keseimbangan intelektual mengalami perbaikan.
Melalui
akomodasi,
remaja
mulai
menyesuaikan
pergolakan yang dialami. Pemikiran operasional formal akhir dapat muncul di masa remaja menengah.
b. Teori Vygotsky Bila Piaget menjelaskan perkembangan kognitif remaja dengan konstruktif kognitif, Vygotsky menjelaskan perkembangan kognitif remaja dengan kontruktif sosial. Vygotsky tidak mengusulkan perkembangan
64
berdasarkan beberapa tahapan perkembangan kognitif seperti yang diusulkan oleh Piaget. Vygotsky menyatakan bahwa pengetahuan itu terkait dengan situasi dan bersifat kolaboratif (situated and collaborative) (Greeno, Collins, & Resnick dalam Santrock, 2007). Dengan demikian, pengetahuan didistribusikan di antara orang-orang dan lingkungan, yang meliputi benda-benda, artefak, perkakas, buku, dan komunitas di mana orang-orang hidup. Distribusi ini memperlihatkan bahwa pengetahuan paling baik ditingkatkan melalui interaksi dengan orang lain dalam aktivitas kooperatif (Glassman dalam Santrock, 2007). Vygotsky
mengemukakan
konsep
ZPD
(Zone
of
Proximal
Development) yang merujuk pada rentang-rentang tugas yang terlalu sulit bagi individu untuk dikuasai sendiri, namun dapat dipelajari melalui bimbingan dan bantuan dari orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. jadi, batas bawah dari ZPD adalah level keterampilan yang mampu dapat diraih anak dengan bekerja sendiri. Sementara batas atas dari ZPD adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan instruktur yang mampu. Penekanann Vygotsky terhadap ZPD memperlihatkan keyakinannya mengenai pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif. Para orang tua, kawan sebaya, komunitas, dan orientasi teknologi budaya juga mempengaruhi pemikiran remaja. Sebagai contoh, sikap orang tua dan kawan-kawan terhadap kompetensi intelektual mempengaruhi motivasi mereka untuk memperoleh
65
pengetahuan. Demikian pula sikap guru dan orang-orang dewasa lainnya di dalam komunitas tersebut.
Perkembangan emosi Masa remaja merupaka puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya (Santrock, 2003).
Perkembangan sosial Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan orang lain (terutama teman sebaya). Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya).
66
Perkembangan moral Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Pada masa ini, muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya memenuhi kebutuhan fisiknya, tetapi psikologisnya (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaiannya positif dari orang lain tentang perbuatannya) (Santrock, 2003).
2.5.4. Perkembangan berpikir kritis pada remaja Dalam sebuah studi yang melibatkan kelas lima, kelas delapan, dan kelas sebelas, diketahui bahwa berpikir kritis meningkat seiring dengan bertambahnya usia; meskipun demikian, jumlah anak-anak kelas sebelas yang sudah memperlihatkan kemampuan ini hanya 43 persen (Lkaczynski & Narashimham dalam Santrock, 2007). Banyak remaja memperlihatkan self-serving bias dalam penalarannya. Masa remaja adalah sebuah periode transisi yang penting dalam perkembangan berpikir kritis (Keating dalam Santrock, 2007). Di antara perubahan-perubahan kognitif yang memungkinkan peningkatan berpikir kritis selama periode ini adalah : a. Meningkatnya
kecepatan,
otomotisasi,
dan
kapasitas
pemrosesan
informasi, yang memungkinkan mereka lebih dapat menggunakan sumber daya kognitifnya untuk mencapai berbagai tujuan lain.
67
b. Meningkatnya cakupan isi pengetahuan di berbagai bidang. c. Meningkatnya kemampuan untuk menyusun kombinasi-kombinasi baru dari pengetahuan. d. Meningkatnya rentang dan spontanitas dalam menggunakan strategistrategi dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk memperoleh dan menerapkan pengetahuan, seperti merencanakan, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan melakukan monitor kognitif.
Meskipun masa remaja merupakan suatu periode penting dalam perkembangan berpikir kritis, apabila individu belum mengembangkan basis yang mantap dalam keterampilan-keterampilan dasarnya (seperti membaca dan matematika) selama masa kanak-kanak, maka keterampilan berpikir kritis individu tersebut juga cenderung kurang matang di masa remaja. Untuk remajaremaja yang kurang memiliki keterampilam dasar seperti itu, mereka kurang dimungkinkan untuk mengembangka pemikiran kritis di masa remaja (Santrock, 2007). Akhir-akhir ini mulai muncul minat untuk mengajarkan berpikir kritis di sekolah. Psikologi kognitif Robert stenberg (Santrock, 2007) berpendapat bahwa sebagian besar program sekolah yang mengajarkan berpikir kritis itu memiliki kekurangan. Ia berpendapat bahwa sekolah terlalu banyak berfokus pada tugastugas penalaran formal dan tidak cukup mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Di antara keterampilanketerampilan berpikir kritis yang menurut Stenberg diperlukan oleh remaja dalam
68
kehidupan sehari-hari adalah : mengenali bahwa masalah itu ada, mendefinisikan masalah secara lebih jelas, menangani masalah yang tidak memiliki sebuah jawaban tunggal atau kriteria yang jelas untuk memecahkan masalahnya (misalnya memilih karier yang menguntungkan), mengambil keputusan yang memiliki relevansi pribadi (seperti memutuskan apakah hendak melakukan operasi yang beresiko), memperoleh informasi, berpikir dalam kelompok, dan mengembangkan pendekatan jangka panjang untuk masalah-masalah jangka panjang (Santrock, 2007). Salah satu cara mendorong para siswa agar berpikir kritis adalah dengan menyajikan topik-topik atau artikel-artikel yang kontroversial yang menyajikan dua sisi dari sebuah isu , untuk kemudian didiskusikan. Kemampuan berpikir kritis akan berkembang apabila para siswa berhadapan dengan argumen yang mengandung konflik maupun debat, yang dapat memotivasi mereka untuk mempelajari topiknya secara lebih mendalam dan berusaha menyelesaikan suatu isu (Gong dan Van Gelder dalam Santrock, 2007)
2.6. Kerangka berpikir
Sejak dilahirkan, manusia mempunyai potensi kognitif yang siap dikembangkan. Potensi tersebut adalah berupa “Neorological system” berupa brain function yaitu otak manusia berisi lebih dari 100-200 trilyun sel otak, setiap neural sel siap untuk dikembangkan untuk mengaktualisasikan potensi manusia pada tingkat yang lebih tinggi, dan setiap neuron sel siap untuk memproses beberapa trilyun informasi yang diterima. Potensi otak tersebut akan berkembang
69
seiring berjalannya waktu, kecuali bila pada saat dilahirkan otak manusia mengalami kelainan atau mengalami masalah. Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan mengadaptasikan skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi (Piaget dalam Santrock, 2007). Asimilasi adalah memasukkan informasi-informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, sedangkan akomodasi adalah menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya infomasi baru. Piaget juga menjelaskan mengenai bagaimana anakanak dan remaja mengubah pemikiran mereka dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Perubahan ini berlangsung ketika mereka mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium) ketika anak dan remaja itu berusaha untuk memahami dunianya. Pada akhirnya mereka dapat menyelesaikan konflik dan mencapai keseimbangan (equilibrium) (Santrock, 2007). Asumsi peneliti, pada saat mereka mengalami konflik untuk mencapai keseimbangan (equilibrium) diperlukan interaksi dengan lingkungan sosial tempat individu tersebut berada, untuk mengoptimalkan potensi fungsi otak (brain function), serupa dengan yang disampaikan oleh Nugroho (1994) sebelumnya. Hal serupa juga dikatakan oleh Vygotsky, bahwa lingkungan sosial ikut berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak dan remaja. Hal itu berarti, berkembangnya kognitif anak dari satu kondisi ke kondisi yang lain atau dari satu tahap ke tahap berikutnya, diperlukan bantuan lingkungan sosial agar brain function dapat terus aktif dan produktif. Kemampuan kognitif yang mengalami perkembangan tersebut salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Seperti yang sudah dibahas
70
sebelumnya, berpikir kritis merupakan salah satu tugas perkembangan yang akan dihadapi setiap individu (Nugroho, 1994). Bila kemampuan berpikir kritis pada tahap tertentu mengalami „konflik‟ (contohnya pada saat seorang individu diharuskan mengidentifikasi masalah yang ada pada informasi yang ia terima), maka perlu ada latihan dan pendidikan yang diberikan dari lingkungan sosial (contohnya orang tua) untuk membimbing, sehingga individu tersebut mampu untuk mencapai „keseimbangan‟ (equilibrium), yang awalnya belum mampu, menjadi mampu untuk menentukan mana informasi yang benar dan yang salah. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa orang tua dapat membantu anaknya untuk menghadapi tugas perkembangan kognitifnya, salah satunya adalah dalam berpikir kritis. Pada saat remaja, manusia merupakan pribadi yang egocentris maka dari itu orang tua perlu membimbing agar anak dapat mengambil keputusan yang tepat dan tidak terjebak dalam kesalahan. Bantuan orang tua adalah melalui pemilihan pola asuh yang diterapkan dalam mendidik dan mengasuh anak. Pemilihan pola asuh yang tepat, menentukan kemampuan anak dalam menghadapi tugas-tugas perkembangannya. Pola asuh yang tepat dapat menghasilkan hubungan timbal balik yang baik antara orang tua dan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh yang tepat dapat menumbuhkan ikatan emosional atau kelekatan yang secure (Rini, 2008). Ikatan ini disebut attachment. Lebih lengkapnya attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan
71
memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak (Bowlby dalam Obegi & Berant, 2009). Perlakuan pengasuh utama (figur utama) yang responsif, hangat, dan konsisten menerima anak, akan menghasilkan attachment style yang secure. Dan sebaliknya, ibu yang konsisten menolak anak, tidak hangat dan tidak sensitif terhadap kebutuhan anak, maka akan menghasilkan attachment style yang anxious avoidant ataupun anxious resistant. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable yang diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini dependent variable yaitu kemampuan berpikir kritis, sedangkan variabel yang di teorikan peneliti sebagai Independent Variable adalah persepsi tentang pola asuh (authoritarian, authoritative, permisif memanjakan, permisif tidak peduli) dan attachment style (Secure, anxious avoidant, anxious resistant), serta faktor-faktor demografi (jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan Ayah, tingkat pendidikan Ibu, status Ibu bekerja, tingkat pendapatan orang tua setiap bulan, figur pengasuh dominan dan tingkat prestasi belajar di kelas). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel siswa kelas X SMK Karya Putra Bangsa Depok.
72
Jika digambarkan dengan model, maka hipotesis utama dan kerangka berpikir akan tampak seperti : BAGAN 2.2 KERANGKA BERPIKIR
PERSEPSI TENTANG POLA ASUH Pola asuh Authoritarian Pola asuh Authoritative Pola asuh permisif memanjakan Pola asuh permisif tidak perduli
ATTACHMENT STYLE Secure attachment style Anxious avoidant attachment style Anxious resistant attachment style
Jenis kelamin
Kemampuan berpikir kritis (critical thinking)
Suku bangsa siswa SMK Karya Tingkat pendidikan Ayah Tingkat pendidikan Ibu Status Ibu bekerja Tingkat pendapatan orang tua Figur pengasuh dominan Tingkat prestasi belajar
Putra Bangsa Depok
73
2.7. Hipotesa penelitian
Karena di dalam penelitian ini terdapat empat macam pola asuh, tiga macam attachment style. Maka dapat ditarik sebanyak satu hipotesis utama (mayor) dan tujuh hipotesis minor. Untuk setiap pengaruh antara persepsi suatu jenis pola asuh dan attachment style dengan kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Untuk mempermudah pengujian statistik, disusunlah hipotesis nihil sebagai berikut :
Hipotesis mayor : H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok.
Sedangkan untuk hipotesa minor yaitu : H0-1: Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritarian terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-2: Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritative terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-3: Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan (permissive indulgent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok
74
H0-4: Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli (permissive indifferent) terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-5: Tidak ada pengaruh yang signifikan secure attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-6: Tidak ada pengaruh yang signifikan pola anxious avoidant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-7: Tidak ada pengaruh yang signifikan pola anxious resistant attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-8: Tidak ada pengaruh yang signifikan tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok H0-9: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan jenis kelamin H0-10: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan suku bangsa H0-11: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ayah
75
H0-12: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ibu H0-13: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan status ibu bekerja H0-14: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan H0-15: Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan figur pengasuh dominan
76
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab tiga ini akan dibahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, serta teknik pengambilan sampelnya dan alasan mengapa cara seperti itu yang digunakan. Kemudian akan dibahas variabel yang dijadikan variabel penelitian serta definisi operasionalnya. Selanjutnya akan dibahas juga instrumen pengumpulan data, metode analisis data serta prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan atau hipotesis penelitian.
3. 1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah salah satu metode yang dilakukan dalam situasi alamiah yang datanya banyak berbentuk angka-angka, sehingga dalam pengolahan data banyak melakukan perhitungan statistik. Alasan menggunakan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum yang lebih objektif dan terukur. Berdasarkan dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh tentang persepsi pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok”, Maka dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian non ekperimental dengan teknik regresi. Sebab penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari variable bebas. Dalam menganalisis data
77
dengan menggunakan data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik,
setelah
diperoleh
hasilnya,
kemudian
dideskripsikan
dengan
menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik tersebut.
3.2. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (Independent variabel) / variabel prediktor : 1. Persepsi tentang pola asuh authoritarian 2. Persepsi tentang pola asuh authoritative 3. Persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan 4. Persepsi tentang pola asuh permisif tidak perduli 5. Secure attachment 6. Anxious avoidant attachment 7. Anxious resistant attachment 8. Jenis kelamin 9. Suku bangsa 10. Tingkat pendidikan Ayah 11. Tingkat pendidikan Ibu 12. Status Ibu bekerja 13. Tingkat pendapatan orang tua setiap bulan
78
14. Figur pengasuh dominan 15. Tingkat prestasi belajar di kelas
Variabel terikat (Dependent variabel) / variabel kriteria : Kemampuan berpikir kritis (critical thinking)
3.3. Definisi operasional variabel 1.
Persepsi tentang pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari skala persepsi anak tentang pola asuh yang diterapkan orang tua, dengan ukuran sub variabel pola asuh orang tua yang terdiri dari empat aspek dalam pola asuh orang tua, yaitu kontrol, tuntutan, komunikasi, dan pengasuhan, aspek dalam pola asuh ini kemudian melahirkan
4 macam pola asuh, yaitu authoritarian,
authoritative, permisif memanjakan dan permisif tidak perduli (Santrock, 2007). Pola asuh ini diukur dengan menggunakan model skala Likert. 2.
Attachment style adalah skor akhir yang didapat dari alat ukur attachment style yang dikembangkan oleh peneliti. Alat ukur tersebut berdasarkan teori internal working model anak, menggunakan empat dimensi perlakuan ibu terhadap anak. Empat dimensi perlakuan ibu tersebut membentuk tiga attachment style yaitu secure attachment, anxious avoidant attachment, dan anxious resistant attachment
79
(Ainsworth dalam Bowlby, 1988). Attachment style ini diukur dengan menggunakan model skala Likert. 3.
Kemampuan berpikir kritis adalah skor akhir yang didapatkan dari alat ukur yang merupakan hasil adaptasi Cornell Class Reasoning TestCornell Critical Thinking Test Form X, karya Robert Ennis tahun 1969, berjumlah 72 aitem.
4.
Faktor demografi antara lain jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan Ayah, tingkat pendidikan Ibu, status Ibu bekerja, tingkat pendapatan orang tua setiap bulan, figur pengasuh dominan dan tingkat prestasi belajar di kelas adalah berasal dari data kontrol dalam angket yang diberikan kepada responden.
3.4. Populasi, sampel dan teknik sampling
3.4.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu melihat adakah pengaruh yang signifikan antara persepsi pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok,
80
maka populasi dari penelitian ini adalah siswa siswi SMK Karya Putra Bangsa yang berjumlah 155 orang.
3.4.2. Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling incidental. Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan / insidental bertemu peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiono, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMK Karya Putra Bangsa yang hadir pada saat penelitian dilaksanakan, dari 5 kelas (2 kelas lain digunakan untuk try out) yaitu 94 anak.
3.5. Pengumpulan Data 3.5.1. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menyusun dua skala untuk alat ukur persepsi tentang pola asuh dan attachment style, sedangkan untuk kemampuan berpikir kritis, peneliti menggunakan alat ukur hasil adaptasi Cornell Class Reasoning Test-Cornell Critical Thinking yang terdiri dari 72 item. Untuk skala yang disusun sendiri oleh peneliti, bentuk skala yang digunakan dalam menyusun pertanyaan adalah skala Likert, sedangkan alat
81
ukur
Cornell Class Reasoning Test-Cornell Critical Thinking diadaptasi
dengan diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Untuk skala persepsi tentang pola asuh dan attachment style, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan (angket) yang mengacu pada skala Likert dengan
metode
summated
rating,
yaitu
pertanyaan-pertanyaan
yang
menempatkan individu pada situasi yang menggambarkan dirinya dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan, dengan menggunakan skala interval yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (ST), sangat tidak sesuai (STS). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata. (Sugiono, 2008). Tabel 3.1 Skor Skala Likert Jawaban
Skor Favorable
Skor Unfavorable
Sangat Sesuai (SS)
4
1
Sesuai (S)
3
2
Tidak Sesuai (TS)
2
3
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
4
Nilai yang diperoleh dari setiap pernyataan dijumlahkan berdasarkan setiap jenis pola asuh atau attachment style. Masing-masing skor total setiap jenis terlebih dahulu di transfer ke dalam angka baku (Z), untuk mengetahui
82
kecenderungan persepsi tentang pola asuh atau attachment style subjek. Jenis yang memiliki angka baku paling tinggi menunjukkan kecenderungan pola asuh atau attachment style yang dialami anak. Dalam penelitian ini, subjek akan diberikan skala persepsi tentang pola asuh dan attachment style serta alat ukur adaptasi
Cornell Class Reasoning Test.
Untuk skala persepsi pola asuh dan attachment style, terdiri dari tiga bagian, yaitu: a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan responden, dan ucapan terimakasih. b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti nama, jenis kelamin, pendidikan, dan program jurusan c. Bagian inti, berisi tiga alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur persepsi tentang pola asuh dan attachment style.
3.5.2. Instrumen penelitian Pada penelitian ini digunakan tiga instrumen penelitian yaitu instrumen yang mengukur persepsi tentang pola asuh, attachment style dan kemampuan berpikir kritis. Adapun untuk mengukur persepsi anak tentang pola asuh yang diterapkan orang tua, disusun menggunakan empat dimensi yang dikemukakan oleh Baumrind (Santrock, 2003) yaitu dimensi control, tuntutan, komunikasi dan pengasuhan. Empat dimensi tersebut menghasilkan empat macam pola asuh, yaitu pola asuh authoritarian, authoritative, permisif memanjakan dan permisif tidak perduli.
83
Tabel 3.2 Skala persepsi tentang Pola Asuh No
Pola Asuh
1.
Authoritarian
Dimensi Kontrol
Tuntutan
Indikator Orang tua menetapkan aturan dengan tegas dan tanpa toleransi Orang tua lebih banyak memberikan hukuman dibandingkan reward agar anak patuh Menuntut anak untuk bergabung dalam kelompok sosial yang ditentukan oleh orang tua Menuntut anak untuk mencapai pestasi belajar yang sesuai dengan keinginan orang tua Menuntut anak untuk mandiri secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
Komunikasi Orang tua tidak pernah memberikan penjelasan tentang „alasan‟ membuat suatu peraturan dan tidak pernah meminta pendapat anak tentang aturan yang berlaku Lebih sering mengeluarkan kalimat perintah dan „kalimat negatif‟ untuk membuat anak patuh
Nomor item Jmh Fav UnFav 1 2* 2
3*
4*
2
5*
6*
2
7*
8*
2
9*, 11*
10, 12*
4
13*, 15
14, 16
4
17*
18
2
84
2.
Authoritatif
Pengasuhan Anak merasa orang tua (suasana mendidik dengan „keras‟ psikologis) karena lebih banyak tuntutan daripada kasih sayang, perhatian dan pengertian
19*, 21*, 23*
20*, 22*, 24
6
Orang tua menetapkan aturan dengan cara berdiskusi bersama anak Orang tua memberikan reward dan hukuman secara seimbang untuk membuat anak patuh Mengarahkan anak untuk bergabung atau bergaul dengan kelompok sosial yang baik Memaksimalkan potensi dan kemampuan dalam mencapai prestasi dan cita-cita anak dengan motivasi positif Memberi motivasi dan arahan kepada anak untuk mampu mandiri secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
25*
26*
2
27*
28*
2
29*
30*
2
31*
32*
2
33*, 35*
34*, 36
4
Komunikasi Orang tua memberikan penjelasan tentang „alasan‟ membuat suatu aturan dan meminta pendapat anak tentang aturan yang ditentukan tersebut Lebih sering memberikan kalimat-kalimat motivasi positif untuk membuat anak patuh Pengasuhan Anak merasa orang tua (suasana mendidik anak dengan psikologis) bijaksana karena lebih banyak perhatian, kasih sayang dan pengertian
37, 39*
38*, 40*
4
41*
42*
43*, 45, 47*
44*, 46*, 48*
Kontrol
Tuntutan
6
85
3.
Permisif memanjakan
Kontrol
daripada tuntutan dan hukuman Tidak ada aturan yang ditetapkan orang tua, anak lebih berkuasa dibandingkan orang tua
49*
50
2
Banyak memberikan reward, tidak pernah memberikan hukuman atau konsekuensi Membebaskan anak untuk bergabung dengan kelompok sosial manapun Orang tua membebaskan anak untuk meraih prestasi atau tidak Orang tua melayani semua kebutuhan anak (tidak dididik mandiri), baik secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
51*
52*
2
53*
54*
2
55
56*
2
57, 59*
58*, 60
4
Komunikasi Orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat sesuka hati
61*
62*
2
Pendapat anak harus selalu didengarkan oleh orang tua, karena orang tua takut anaknya akan merajuk Pengasuhan Anak sering merasa (suasana bosan di rumah oleh psikologis) karena itu mereka bebas melakukan apapun, karena orang tua mereka akan menurut pada
63
64*
65*, 67*
66, 68*
Tuntutan
86
4.
Permisif tidak peduli
Kontrol
mereka Tidak ada aturan yang ditetapkan orang tua, orang tua tidak perduli kepada anak Tidak pernah memberikan reward ataupun hukuman untuk anak, orang tua tidak perduli Orang tua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih lingkungan sosial, dalam hal prestasi dan dalam membuat keputusan, karena orang tua tidak perduli
69*
70*
2
71*
72
2
73*, 75, 77*
74, 76, 78*
6
Komunikasi Orang tua tidak pernah perduli dengan permasalahan anak dan tidak pernah menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya Orang tua tidak pernah mendengarkan pendapat atau keluh kesah anak
79, 81*
80, 82*
4
83*
84
2
Pengasuhan Anak berbuat sesuka hati, karena orangtua mereka (suasana tidak perduli psikologis) Jumlah
85*, 87
86*, 88
4
Tuntutan
Cat : * item valid
Untuk mengukur attachment style, peneliti menggunakan teori internal working model anak, menggunakan empat dimensi perlakuan ibu terhadap anak yaitu sensitivity – insentivity, acceptance – rejection, cooperation – interference dan accessibility – ignoring (Ainsworth dalam Maccoby, 1985). Empat dimensi
88
87
perlakuan ibu tersebut membentuk tiga attachment style yaitu secure attachment, anxious avoidant attachment, dan anxious resistant attachment (Ainsworth dalam Bowlby, 1988).
Tabel 3.3
Skala attachment style
No. 1
Attachment style Secure attachment
Dimensi Sensitivity
Accessibility
Indikator Ibu responsif terhadap isyarat-isyarat dan komunikasi anak
Nomor aitem Fav UnFav 1* 2*
Jmh 2
Ibu mampu melihat sesuatu dari sudut pandang anak
3*, 4*
5*, 6*
4
Ibu mampu menginterpretasikan isyarat-isyarat anak dengan benar
7*
8
2
Ibu memberikan respon 9* yang tepat sesuai dengan isyarat dan komunikasi anak
10*
2
Ibu mudah didekati anak dan peduli dengan anak
11*
12*
2
Ibu mampu menangkap isyarat komunikasi dan kebutuhan anak walau sedang sibuk
13*
14*
2
Ibu mampu menangkap isyarat kebutuhan anak walau jarak jauh
15*
16*
2
88
Acceptance
Cooperation
2
Anxious avoidant attachment
Insensitive
Rejecting
Ibu menerima ikatan dengan anak melalui perawatan terhadap anak
17*
18*
2
Ibu menikmati pada saat suasana hati anak menyenangkan dan tidak merasa terganggu pada saat suasana hati anak tidak menyenangkan
19
20*
2
Ibu menaruh minat pada otonomi anak
21
22*
2
Ibu menghindari situasi yang dapat menghentikan aktivitas anak atau menggunakan kontrol secara langsung
23*
24*
2
Ibu mengintervensi dan mengawali interaksi hanya berdasarkan harapan, suasana hati dan aktivitasnya sendiri
25
26*
2
27* Ibu mendistorsi komunikasi dari anaknya dan sering tidak meresponnya
28*
2
Ibu secara konsisten menolak anaknya
29*
30*
2
Ibu mempunyai perasaan marah yang melebihi rasa kasih sayangnya terhadap anak
31*
32*
2
33*, Ibu mudah menyatakan secara terbuka pada anak 34 bahwa dirinya menjengkelkan atau mengganggunya,
35*, 36*
4
89
menciptakan suasana yang tidak enak terhadap anak
3
Anxious resistant attachment
Interfering
Ignoring
Ibu sering menolak keinginan atau harapan anak
37*
38*
2
Ibu sering memarahi atau mengomeli anak
39*
40*
2
41 Ibu memaksakan keinginan pada anak dengan sedikit memperhatikan suasana hati dan aktifitas tertentu anak
42*
2
Ibu berusaha untuk membentuk anak berdasarkan standar dirinya
43
44*
2
Ibu sering tidak mengenali atau mempedulikan isyarat kebutuhan anak dan komunikasi anak
45*
46*
2
Ibu kurang memperhatikan aktivitas anak
47*
48*
2
Ibu cenderung melupakan anak
49*
50*
2
Ibu hanya memperhatikan anak pada saat saat tertentu
51*
52*
2
JUMLAH TOTAL Cat: * item valid
52
90
Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis (critical thinking) instrumen diadaptasi dari Critical Thinking Test Form X jilid I (1969). Tes ini merupakan tes penalaran yang disusun oleh Robert H. Ennis dan Jason Millman (Takwin, 1997) dan digunakan sebagai alat tes berpikir kritis. Tes ini dapat digunakan untuk tingkat pendidikan grade 10 ke atas atau setara dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan seterusnya. Tes ini terdiri dari tes-tes penalaran yang menggunakan hukum-hukum logika dasar, sama seperti yang sudah dibahas oleh peneliti pada bab 2, sebanyak 6 aitem contoh soal dan 72 aitem soal dengan bentuk soal yang sama. Waktu untuk menyelesaikan tes ini adalah 50 menit.
Tabel 3.4
Cornell Class Reasoning Test Form X
Proposisi Logis
Jenis penalaran
1 Premis
Induktif
2 Premis
Deduktif Induktif
Deduktif
3 Premis
Induktif Deduktif
Nomor item
Jumlah
10*, 11, 16, 17*, 22, 24*, 28, 30, 33*, 35*, 37*, 41, 45, 49*, 52*, 55*, 73 8*, 29*, 38*, 39* 7, 13*, 19, 25, 31*, 40*, 51*, 59, 64, 65*, 68, 70, 72*, 76* 9*, 12*, 14*, 15, 18*, 20, 21, 23*, 26*, 27*, 32, 34*, 36, 42*, 43*, 44*, 48, 53*, 57*, 62, 66, 67, 71, 75*, 77* 46, 50, 56*, 61, 78* 47*, 54, 58*, 60*, 63, 69*, 74*
17
4 14
25
5 7 72
91
3.6. Uji instrumen penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan skala persepsi pola asuh, attachment style dan kemampuan berpikir kritis. Uji Instrumen ini diberikan kepada 36 siswa SMK karya Putra Bangsa Depok. Uji instrumen ini dilakukan dengan maksud : a.
Mengetahui validitas instrumen dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total
b.
Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabiltias skala tersebut.
3.6.1. Uji validitas Validitas skala adalah sejauh mana skala tersebut menghasilkan data yang akurat (tepat) dan cermat selain sesuai dengan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2003). Oleh karena itu , untuk menguji validitas dari skala persepsi tentang pola asuh dan attachment style yang dibuat dengan menggunakan teknik korelasional product moment, dan dalam perhitungannya dilakukan analisa statistik dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Sedangkan untuk uji validitas instrumen adaptasi Cornell Class Reasoning Test Form X,
92
menggunakan program ITEMAN versi 3.0, dengan melihat besaran daya pembeda setiap item.
3.6.2. Uji realibilitas Anastasi dan Urbina (1997) menyebutkan bahwa reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau dalam kondisi pengujian yang berbeda. Reliabililitas adalah kemantapan, konsistensi, prekditabilitas/keteramalan, dan kejituan/ketepatan alias akurasi. (Kerlinger, 1973). Untuk skala persepsi tentang pola asuh dan attachment style, cara penghitungannya menggunakan realibilitas Alpha Cronbach, melalui program SPSS versi 17.0. Sedangkan untuk uji relibilitas alat tes hasil adaptasi Cornell Class Reasoning Test, menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan teknik belah tengah (split half). Norma reliabilitas yang menjadi acuan adalah norma yang dikemukakan Guilford seperti dikutip oleh Azwar (2003) dalam tabel berikut ini: Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Kriteria Sangat Reliabel Reliabel Cukup Reliabel Kurang Reliabel Tidak Reliabel
Koefisien Reliabilitas > 0,9 0,7 – 0,9 0,4 – 0,7 0,2 – 0,4 < 0,2
93
3.6.3. Uji Hipotesis
Dalam menguji hipotesis penelitian yaitu pengujian hipotesis mayor dan pengujian hipotesis minor. Secara empiris, maka peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistic Multiple Regression Analysis (analisis regresi berganda). Untuk kebutuhan pengujian hipotesis mayor, peneliti menggunakan rumus persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = a + b X + b X +b X + b X + b X +b X + b X + e 1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
Keterangan : Ŷ
: variabel dependen
a
: konstanta intersepsi; besarnya sama dengan Ŷ jika X = 0
b –b 1
: koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan
7
X – X : variabel independen dari persepsi pola asuh dan attachment style 1
7
Dengan dependen variabelnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra bangsa, dan independen variabelnya adalah persepsi tentang jenis pola asuh authoritarian, persepsi tentang jenis pola asuh authoritative, persepsi tentang jenis pola asuh permisif memanjakan, persepsi tentang jenis pola asuh permisif tidak peduli, jenis secure pada attachment style, jenis anxious avoidant pada attachment style,dan jenis anxious avoidant pada attachment style. Dari analisis regresi berganda dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara dependen variable kemampuan berpikir kritis
94
dengan independent variable persepsi tentang jenis pola asuh authoritarian, persepsi tentang jenis pola asuh authoritative, persepsi tentang jenis pola asuh permisif memanjakan, persepsi tentang jenis pola asuh permisif tidak peduli, jenis secure pada attachment style, jenis anxious avoidant pada attachment style,dan jenis anxious avoidant pada attachment style. Hasil nilai kemampuan berpikir kritis disebabkan oleh independent variable yang 2
telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R (R Square). 2
R merupakan perkiraan proporsi varians dari intensi yang dijelaskan oleh variabel persepsi pola asuh yang terdiri dari persepsi tentang jenis pola asuh authoritarian, pola asuh authoritative, pola asuh permisif memanjakan, pola asuh permisif tidak peduli, serta variabel attachment style yang terdiri 2
dari jenis secure, anxious avoidant dan anxious avoidant. Uji R yang dilakukan mengindikasikan apakah regresi Y pada variabel independen secara bersama-sama signifikan secara statistik. Metode Analisa data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra bangsa Depok adalah dengan menggunakan analisis regresi, yakni suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda karena jumlah variabel bebas yang lebih dari satu dan diujikan ke satu variabel
95
terikat. Seluruh analisis data penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0. Analisis regresi dilakukan secara keseluruhan terhadap semua variabel untuk menguji hipotesis mayor dalam penelitian ini, kemudian secara satu per satu untuk menguji hipotesis minornya. Hal yang perlu diperhatikan 2
dalam analisis regresi adalah R yang merupakan kontribusi variabel bebas terhadap kemampuan berpikir kritis. Hasil dari R Square tersebut dikalikan 100 untuk mendapat presentase berapa persenkah variabel-variabel bebas tersebut menjelaskan variabel terikat, yaitu kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. 2
Selanjutnya untuk menguji apakah proporsi varians dari R signifikan atau tidak, maka harus dilakukan penghitungan terhadap nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka proporsi varians tersebut signifikan. Adapun penghitungan nilai F dibantu dengan menggunakan software SPSS 17.0.
3.7. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti melakukan uji alat ukur dengan 212 item dari tiga skala, yaitu 88 item pada skala persepsi tentang pola asuh, 52 item pada skala attachment style dan 72 item pada instrumen adaptasi Cornell Class Reasoning Test Form X. Uji alat ukur diberikan pada 36 subjek.
96
3.7.1. Hasil Uji Coba Instrumen Persepsi Tentang Pola Asuh Untuk menganalisis validitas butir item persepsi tentang pola asuh peneliti menggunakan penghitungan SPSS 17.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item dinyatakan valid pada tabel uji r jika sampel berjumlah 94 orang maka memiliki nilai validitas ≥ 0,264. Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson’s product moment terkoreksi dihasilkan 63 item valid dari 88 item skala persepsi tentang pola asuh (24 item pola asuh authoritarian, 24 item pola asuh authoritative, 20 item pola asuh permisif memanjakan, 20 item permisif tidak peduli) yang diujicobakan. item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r hitung ≥ 0,264. Reliabilitas pada skala persepsi pola asuh dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan program SPSS 17.0.
Tabel 3.6 Reliabilitas Skala Persepsi Tentang Pola Asuh Cronbach's Alpha .789
N of Items 88
Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas yang bisa dilihat pada tabel 3.6 dengan nilai alpha sebesar 0.789. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala persepsi tentang pola asuh yang ada memiliki
97
reliabilitas yang baik sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Tabel 3.7 Validitas Skala Persepsi Tentang Pola Asuh Item-Total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024
Scale Mean if Item Deleted 50.8889 51.9722 51.7222 51.6944 51.5556 51.5556 51.0278 51.5556 51.9444 51.1944 51.4722 51.1944 51.7222 51.0278 51.5833 51.1389 51.6667 51.8889 51.7222 51.6667 51.6111 51.8056 51.4444 51.1944
Scale Variance if Item Deleted 59.016 57.971 56.206 55.818 56.254 58.197 56.313 55.568 57.654 58.904 56.085 58.161 55.749 58.428 59.393 62.294 58.857 60.844 54.892 55.886 57.616 58.618 57.225 60.047
Corrected Item-Total Correlation .216 .325 .504 .526 .346 .291 .414 .471 .319 .221 .433 .322 .441 .243 .209 -.058 .333 .138 .594 .575 .299 .290 .290 .165
Cronbach's Alpha if Item Deleted .787 .781 .772 .771 .780 .783 .776 .773 .781 .787 .775 .781 .774 .786 .787 .804 .781 .789 .767 .769 .783 .783 .784 .789
VAR00025 VAR00026 VAR00027
69.8611 69.6944 70.1111
67.037 68.675 71.987
.550 .428 .379
.850 .855 .856
Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid
98
VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00060 VAR00061 VAR00062 VAR00063 VAR00064 VAR00065
69.9722 69.1944 69.6389 69.5000 69.5556 69.8889 69.8889 69.8056 70.1389 70.0278 69.7778 70.0833 69.8889 69.7778 69.6111 69.8333 69.8611 70.1667 69.7778 69.9167 69.8333 38.1944 37.6667 38.2222 38.1389 38.1944 38.1111 37.8333 38.0278 38.3611 38.1944 38.2778 37.9722 38.3611 38.5833 38.1111 37.9444 37.9444
70.599 71.018 70.409 68.371 70.711 72.216 71.130 71.875 73.437 72.256 67.321 66.307 68.559 71.492 69.844 70.371 71.152 76.086 71.492 68.821 69.457 28.390 28.743 28.921 27.094 27.704 28.044 29.971 26.942 31.037 28.333 28.149 28.885 26.980 28.250 29.073 26.854 28.683
.502 .548 .412 .578 .452 .323 .461 .279 .164 .257 .568 .682 .624 .365 .511 .461 .354 -.043 .394 .447 .632 .306 .204 .270 .538 .406 .340 .116 .456 -.049 .288 .450 .186 .472 .341 .218 .412 .294
.853 .852 .855 .849 .854 .858 .854 .860 .863 .860 .849 .845 .848 .856 .852 .854 .857 .873 .856 .854 .849 .737 .747 .740 .720 .730 .735 .750 .724 .759 .739 .729 .748 .723 .735 .744 .728 .738
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid
99
VAR00066 VAR00067 VAR00068 VAR00069 VAR00070 VAR00071 VAR00072 VAR00073 VAR00074 VAR00075 VAR00076 VAR00077 VAR00078 VAR00079 VAR00080 VAR00081 VAR00082 VAR00083 VAR00084 VAR00085 VAR00086 VAR00087 VAR00088
38.1667 38.1944 38.1389 37.3333 37.0556 37.3889 37.2222 37.3889 36.7500 36.9722 36.8889 36.5556 36.6389 37.4167 36.6667 37.4722 37.4167 37.0000 36.5000 37.4722 37.1667 37.1111 37.1111
29.514 28.675 27.437 27.200 27.083 28.702 30.006 29.044 28.707 29.799 29.530 26.711 27.609 29.393 28.286 27.571 28.421 26.114 29.743 27.228 29.343 29.187 29.016
.154 .365 .411 .497 .578 .364 .067 .269 .216 .133 .254 .447 .500 .210 .258 .498 .331 .684 .081 .614 .346 .194 .198
.749 .734 .729 .737 .733 .748 .771 .754 .760 .763 .755 .740 .739 .758 .757 .738 .750 .723 .772 .732 .751 .760 .760
Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid
Berdasarkan tabel 3.7 didapatkan hasil uji validitas skala persepsi pola asuh terhadap 88 item, dalam instrumen ini diperoleh 63 item yang valid baik pada taraf signifikansi 1% yaitu no: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 56, 58, 59, 61, 62, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 73, 77, 78, 81, 82, 83, 85, dan 86. Ke 63 item pernyataan tersebut selanjutnya digunakan sebagai item penelitian yang blue print peneltiannya bisa dilihat pada tabel 3.8.
100
Tabel 3.8 Blue Print Skala Penelitian Persepsi Tentang Pola asuh No
Pola Asuh
1.
Authoritarian
Dimensi Kontrol
Tuntutan
Indikator Orang tua menetapkan aturan dengan tegas dan tanpa toleransi Orang tua lebih banyak memberikan hukuman dibandingkan reward agar anak patuh Menuntut anak untuk bergabung dalam kelompok sosial yang ditentukan oleh orang tua Menuntut anak untuk mencapai pestasi belajar yang sesuai dengan keinginan orang tua Menuntut anak untuk mandiri secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
Komunikasi Orang tua tidak pernah memberikan penjelasan tentang „alasan‟ membuat suatu peraturan dan tidak pernah meminta pendapat anak tentang aturan yang berlaku Lebih sering mengeluarkan kalimat perintah dan „kalimat negatif‟ untuk membuat anak patuh
Nomor item Jmh Fav UnFav 1 1
2
3
2
4
5
2
6
7
2
8, 9
10
3
11
-
1
12
13
2
101
Pengasuhan Anak merasa orang tua (suasana mendidik dengan „keras‟ psikologis) karena lebih banyak tuntutan daripada kasih sayang, perhatian dan pengertian 2.
Authoritatif
Kontrol
Tuntutan
Orang tua menetapkan aturan dengan cara berdiskusi bersama anak Orang tua memberikan reward dan hukuman secara seimbang untuk membuat anak patuh Mengarahkan anak untuk bergabung atau bergaul dengan kelompok sosial yang baik Memaksimalkan potensi dan kemampuan dalam mencapai prestasi dan cita-cita anak dengan motivasi positif Memberi motivasi dan arahan kepada anak untuk mampu mandiri secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
14, 16 18
15, 17
5
19
20
2
21
22
2
23
24
2
25
26
2
27, 29
28
3
29, 31
3
33
2
35, 36, 38
5
Komunikasi Orang tua memberikan 30 penjelasan tentang „alasan‟ membuat suatu aturan dan meminta pendapat anak tentang aturan yang ditentukan tersebut Lebih sering memberikan 32 kalimat-kalimat motivasi positif untuk membuat anak patuh Pengasuhan Anak merasa orang tua 34, 37 (suasana mendidik anak dengan psikologis) bijaksana karena lebih banyak perhatian, kasih sayang dan pengertian
102
3.
Permisif memanjakan
Kontrol
daripada tuntutan dan hukuman Tidak ada aturan yang ditetapkan orang tua, anak lebih berkuasa dibandingkan orang tua
39
-
1
Banyak memberikan reward, tidak pernah memberikan hukuman atau konsekuensi Membebaskan anak untuk bergabung dengan kelompok sosial manapun Orang tua membebaskan anak untuk meraih prestasi atau tidak Orang tua melayani semua kebutuhan anak (tidak dididik mandiri), baik secara emosional, sikap dan dalam memecahkan masalah anak
40
41
2
42
43
2
-
44
1
46
45
2
Komunikasi Orang tua memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dan memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat sesuka hati
46
47
2
Pendapat anak harus selalu didengarkan oleh orang tua, karena orang tua takut anaknya akan merajuk Pengasuhan Anak sering merasa (suasana bosan di rumah oleh psikologis) karena itu mereka bebas melakukan apapun, karena orang tua mereka akan menurut pada
-
48
1
49, 50
51
3
Tuntutan
103
4.
Permisif tidak peduli
Kontrol
Tuntutan
mereka Tidak ada aturan yang ditetapkan orang tua, orang tua tidak perduli kepada anak Tidak pernah memberikan reward ataupun hukuman untuk anak, orang tua tidak perduli Orang tua memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih lingkungan sosial, dalam hal prestasi dan dalam membuat keputusan, karena orang tua tidak perduli
Komunikasi Orang tua tidak pernah perduli dengan permasalahan anak dan tidak pernah menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya Orang tua tidak pernah mendengarkan pendapat atau keluh kesah anak
Pengasuhan Anak berbuat sesuka hati, karena orangtua mereka (suasana tidak perduli psikologis) Jumlah
52
53
2
54
55
2
56, 57
58
3
59
60
2
61
-
1
62
63
2
3.7.2. Hasil Uji Coba Instrumen Attachment Style Untuk menganalisis validitas butir item attachment style peneliti menggunakan penghitungan SPSS 17.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item dinyatakan valid pada tabel uji r jika sampel berjumlah 94 orang maka memiliki nilai validitas ≥ 0,264.
63
104
Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson’s product moment terkoreksi dihasilkan 46 item valid dari 52 item skala attachment style (24 item secure attachment, 16 item anxious avoidant attachment, 12 item anxious resistant attachment) yang diujicobakan. Item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r hitung ≥ 0,264. Reliabilitas pada skala attachment style dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan program SPSS 17.0. Tabel 3.9 Reliabilitas Skala Attachment Style Cronbach's Alpha
N of Items
.821
52
Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas yang bisa dilihat pada tabel 3.9 dengan nilai alpha sebesar 0.821. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala attachment style yang ada memiliki reliabilitas yang baik sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian. Tabel 3.10 Validitas Skala Attachment Style Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted VAR00001 VAR00002
66.3889 66.3889
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
103.444 101.502
.538 .576
Cronbach's Alpha if Item Deleted .906 Valid .905 Valid
105
VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 VAR00039 VAR00040
66.0556 66.1667 66.1667 65.8056 66.3056 66.5833 66.4722 66.6667 66.2222 66.1944 66.5833 66.3056 66.4722 66.2500 66.0278 65.9444 66.5833 66.3333 66.2500 66.3333 66.3333 66.0000 28.5833 28.2500 28.5833 28.3889 28.5278 28.2778 28.2778 28.6944 28.5000 28.0278 28.6111 28.0556 28.1944 28.3056 28.2778 28.1944
105.540 97.057 104.429 102.618 101.018 105.679 102.999 105.486 99.263 99.818 98.993 106.561 104.256 99.679 105.285 100.968 108.021 104.857 109.336 103.029 101.714 103.600 32.421 28.879 27.907 29.844 29.399 29.178 29.063 31.075 28.886 30.942 29.044 29.768 27.590 29.818 29.749 28.504
.429 .689 .592 .595 .710 .287 .546 .411 .801 .703 .761 .300 .617 .716 .408 .583 .203 .346 .141 .523 .580 .514 .035 .535 .634 .467 .639 .617 .489 .337 .561 .186 .438 .450 .570 .481 .427 .703
.908 .903 .906 .905 .903 .912 .906 .909 .901 .903 .901 .911 .905 .902 .909 .905 .913 .911 .913 .906 .905 .907 .858 .830 .824 .834 .827 .827 .832 .840 .829 .852 .836 .835 .827 .833 .836 .822
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
106
VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052
21.4167 21.7222 21.5833 22.1111 21.5556 21.6667 22.1944 21.6944 22.1667 22.1111 21.5556 22.0833
16.421 14.892 14.536 13.816 13.454 12.857 14.447 13.761 13.400 14.673 14.083 13.850
-.100 .338 .253 .536 .425 .551 .323 .453 .477 .289 .307 .485
.764 .696 .706 .671 .681 .660 .696 .678 .673 .700 .699 .676
Tidak valid Valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 3.10 didapatkan hasil uji validitas skala attachment style terhadap 52 item, dalam instrumen ini diperoleh 46 item yang valid baik pada taraf signifikansi 1% yaitu no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51 dan 52. Ke 46 item pernyataan tersebut selanjutnya digunakan sebagai item penelitian yang blue print penelitiannya bisa dilihat pada tabel 3.11. Tabel 3.11 Blue Print Skala Penelitian Attachment Style No. 1
Attachment style Secure attachment
Dimensi Sensitivity
Indikator Ibu responsif terhadap isyarat-isyarat dan komunikasi anak Ibu mampu melihat sesuatu dari sudut pandang anak
Nomor aitem Fav UnFav 1 2
3, 4
5, 6
Jmh 2
4
107
Ibu mampu menginterpretasikan isyarat-isyarat anak dengan benar
Accessibility
Acceptance
Cooperation
7
8
2
Ibu memberikan respon 9 yang tepat sesuai dengan isyarat dan komunikasi anak
10
2
Ibu mudah didekati anak dan peduli dengan anak
11
12
2
Ibu mampu menangkap isyarat komunikasi dan kebutuhan anak walau sedang sibuk
13
14
2
Ibu mampu menangkap isyarat kebutuhan anak walau jarak jauh
15
16
2
Ibu menerima ikatan dengan anak melalui perawatan terhadap anak
17
18
2
Ibu menikmati pada saat suasana hati anak menyenangkan dan tidak merasa terganggu pada saat suasana hati anak tidak menyenangkan
-
19
1
Ibu menaruh minat pada otonomi anak
-
20
1
Ibu menghindari situasi yang dapat menghentikan aktivitas anak atau menggunakan kontrol secara langsung
21
22
2
108
2
Anxious avoidant attachment
Insensitive
Rejecting
3
Anxious resistant attachment
Interfering
Ibu mengintervensi dan mengawali interaksi hanya berdasarkan harapan, suasana hati dan aktivitasnya sendiri
-
23
1
24 Ibu mendistorsi komunikasi dari anaknya dan sering tidak meresponnya
25
2
Ibu secara konsisten menolak anaknya
26
27
2
Ibu mempunyai perasaan marah yang melebihi rasa kasih sayangnya terhadap anak
28
29
2
30 Ibu mudah menyatakan secara terbuka pada anak bahwa dirinya menjengkelkan atau mengganggunya, menciptakan suasana yang tidak enak terhadap anak
31, 32
3
Ibu sering menolak keinginan atau harapan anak
33
34
2
Ibu sering memarahi atau mengomeli anak
35
36
2
37
1
Ibu memaksakan keinginan pada anak dengan sedikit memperhatikan suasana hati dan aktifitas tertentu anak
109
Ignoring
Ibu berusaha untuk membentuk anak berdasarkan standar dirinya
-
38
1
Ibu sering tidak mengenali atau mempedulikan isyarat kebutuhan anak dan komunikasi anak
39
40
2
Ibu kurang memperhatikan aktivitas anak
41
42
2
Ibu cenderung melupakan anak
43
44
2
Ibu hanya memperhatikan anak pada saat saat tertentu
45
46
2
JUMLAH TOTAL
3.7.3. Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Untuk menganalisis validitas butir item adaptasi Cornell Class Reasoning Test Form X, peneliti menggunakan penghitungan ITEMAN 3.0 dengan memasukkan kunci jawaban tiap butir item. Item diterima (valid) bila daya pembedanya > 0,3 dan direvisi bila daya pembedanya 0,10 – 0,29.
46
110
Tabel 3.12 Hasil analisis validitas Item Cornell Class Reasoning Test Form X No. Page
No. Item Diterima
Direvisi
Ditolak
1 (7-14)
8, 9, 12
10, 13, 14
7, 11
2 (15-22)
17
18
15, 16, 19, 20, 21, 22
3 (23-30)
23, 27
24, 26, 29
25, 28, 30
4 (31-38)
34, 37
31, 33, 35, 38
32, 36
5 (39-46)
40, 42, 44
39, 43
41, 45, 46
6 (47-54)
51, 52
47, 49, 53
48, 50, 54
7 (55-62)
55, 56, 58
57, 60
59, 61, 62
8 (63-70)
67, 69
65
63, 64, 66, 68, 70
9 (71-78)
77
72, 74, 75, 76, 78
71, 73
19 item
24 item
29 tem
(Cat : hasil penghitungan tiap item ada pada lampiran) Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan program ITEMAN versi 3.0 dihasilkan 19 item valid, 24 item direvisi dan 29 item ditolak. Dengan demikian, jumlah item yang dapat digunakan untuk penelitian adalah 43 item. Tabel 3.13
Blue Print penelitian Cornell Class Reasoning Test Form X
Proposisi Logis
Jenis penalaran
1 Premis
Induktif
2 Premis
Deduktif Induktif
Nomor item
Jumlah
9, 13, 16, 21, 23, 24, 32, 34, 36 7, 19, 25, 26 11, 20, 27, 33, 41, 44, 47
9 4 7
111
Deduktif
3 Premis
Induktif Deduktif
8, 10, 12, 14, 15, 17, 18, 22, 28, 29, 30, 35, 38, 42, 46, 48 37, 49 31, 39, 40, 43, 45
16
2 5 43
Sedangkan perhitungan realibilitas menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan teknik split half (belah tengah), yang ditunjukkan pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Reliabilitas adaptasi Cornell Class Reasoning Test Form X Cronbach's Alpha
Spearman-Brown Coefficient
Part 1 Value N of Items Part 2 Value N of Items Total N of Items Correlation Between Forms Equal Length Unequal Length Guttman Split-Half Coefficient
.595 36a .630 36b 72 .478 .646 .646 .645
Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas yang bisa dilihat pada tabel 3.13 dengan nilai alpha sebesar 0.595 dan 0,630. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur kemampuan berpikir kritis yang ada memiliki reliabilitas yang cukup baik sehingga memungkinkan atau layak digunakan dalam penelitian.
112
3.8.
Prosedur penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Persiapan penelitian Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat. 2. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menterjemahkan alat tes Cornell Class Reasoning Test yang dibantu oleh ahlinya, kemudian dibicarakan oleh dosen pembimbing, menyusun skala persepsi tentang pola asuh dan skala attachment style. 3. Tahap Uji Coba Peneliti melakukan uji coba alat ukur ketiga skala pada 36 siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. 4. Tahap pengambilan data :
menentukan jumlah sampel penelitian
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untk mengisi skala peneltian.
Memerikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden
5. Tahap Field Study 6. Tahap pengolahan data
113
Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden
Analisis data menggunakan teknik statistik
Melakukan interpretasi dan membahas hasil yang didapat, serta membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
7. Penutup Akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan dari apa yang didapat pada hasil penelitian serta membuat saran bagaimana layaknya penelitian ini untuk dijadikan rujukan penelitian lanjutan.
114
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, analisis deskriptif, uji validitas konstruk dan pengujian hipotesis penelitian. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
4.1. Gambaran Subjek/Objek penelitian Karakteristik responden
meliputi : kelas,
jenis kelamin, suku, tingkat
pendidikan Ayah, tingkat pendidikan Ibu, status ibu bekerja dan tidak bekerja, tingkat pendapatan orang tua dan figur pengasuh dominan. Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 s.d 4.8 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas Kelas
N
Persentase
Migas 1
17
18,09%
Migas 2
17
18,09%
MM 1
19
20,21%
MM 2
20
21,28%
TKJ
25
22,34%
Total
94
100,00%
115
Berdasarkan tabel 4.1 dari total responden 94 siswa, dilihat dari kelas, Migas 1 sebanyak 17 siswa (18,09%) , Migas 2 sebanyak 17 siswa (18,09 %), MM 1 sebanyak 19 siswa (20,21%), MM 2 sebanyak 20 siswa (21,28%), dan TKJ sebanyak 25 siswa (22,34%).
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Siswa Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 64 30 94
Persentase 68,09 % 31,91 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.2 tercatat responden terdiri dari 64 orang siswa lakilaki (68,09%) dan 30 siswi perempuan (31,91%).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan suku bangsa Suku bangsa
Jumlah
Persentase
Sunda
32
34,04 %
Jawa
43
45,74 %
Betawi
6
6,38 %
Minang
5
5,32 %
Batak
4
4,26 %
Lain-lain
4
4,26 %
Total
94
100 %
116
Berdasarkan tabel 4.3, tercatat enam kelompok suku bangsa. Yaitu terdiri 32 (34,04%) siswa suku Sunda, 43 (45,74%) siswa suku Jawa, 6 (6,38%) siswa suku betawi, 5 (5,32%) siswa suku minang, dan 4 (4,26%) siswa suku batak.
Tabel. 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Ayah
Tingkat pendidikan ayah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S1 Total
Jumlah 17 7 53 5 12 94
Persentase 18,08 % 7,45 % 56,38 % 5,32 % 12,77 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.4, tercatat lima kelompok siswa berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ayah. Lima kelompok tersebut terdiri dari 17 siswa (18,08%) tingkat pendidikan akhir ayah adalah SD/sederajat, 7 siswa (7,45%) tingkat pendidikan akhir ayah adalah SMP/sederajat, 53 siswa (56,38%) tingkat pendidikan akhir ayah adalah SMA/sederajat, 5 siswa (5,32%) tingkat pendidikan akhir ayah adalah Diploma, dan 12 siswa (12,77%) tingkat pendidikan akhir ayah adalah S1.
117
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ayah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma S1 Total
Jumlah 24 14 52 2 2 94
Persentase 25,53 % 14,89 % 55,32 % 2,13 % 2,13 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.5, tercatat lima kelompok siswa berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan ibu. Lima kelompok tersebut terdiri dari 24 siswa (25,53%) tingkat pendidikan akhir ibu adalah SD/sederajat, 14 siswa (14,89%) tingkat pendidikan akhir ibu adalah SMP/sederajat, 52 siswa (55,32%) tingkat pendidikan akhir ibu adalah SMA/sederajat, 2 siswa (2,13%) tingkat pendidikan akhir ibu adalah Diploma, dan 2 siswa (2,13%) tingkat pendidikan akhir ibu adalah S1.
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan status ibu bekerja
Status ibu Bekerja Tidak bekerja Total
Jumlah Persentase 20 21,28 % 74 78,72 % 94 100 %
Berdasarkan tabel 4.6, tercatat 20 siswa (21,28%) memiliki ibu yang bekerja dan 74 siswa (78,72%) memiliki ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga).
118
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan tingkat pendapatan orang tua per-bulan
Jumlah pendapatan/bulan < 500.000 500.000 – 1.500.000 1.500.000 – 2.500.000 > 2.500.000 Total
Jumlah 4 48 29 13 94
Persentase 4,26 % 51,06 % 30,85 % 13,83 % 100 %
Berdasarkan tabel 4.7, tercatat empat kelompok siswa berdasarkan perbedaan tingkat pendapatan orang tua per-bulan. Empat kelompok tersebut terdiri dari 4 siswa
(4,26%) pendapatan orang tua kurang dari
Rp500.000/bulan, 48 siswa (51,06%) pendapatan orang tua Rp500.000 – Rp1.500.000/bulan, 29 siswa (30,85%) pendapatan orang tua Rp1.500.000 – Rp2.500.000/bulan, dan 13 siswa (13,83%) pendapatan orang tua lebih dari Rp2.500.000/bulan. Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perbedaan figur pengasuh dominan Figur pengsuh dominan Ayah Ibu Nenek Total
Jumlah 1 89 4 94
Persentase 1,06 % 94,68 % 4,26 % 100 %
119
Berdasarkan tabel 4.8, tercatat tiga kelompok siswa berdasarkan perbedaan figur pengasuh dominan. Tiga kelompok tersebut terdiri dari 1 siswa (1,06%) lebih banyak diasuh oleh Ayah, 89 siswa (94,68%) lebih banyak diasuh oleh ibu, dan 4 siswa (4,26%) lebih banyak diasuh oleh Nenek.
4.2. Presentasi data Pada presentasi data ini, akan diberikan gambaran tentang deskripsi statistik dan deskripsi skor subjek dari kemampuan berpikir kritis (critical thinking) subjek. 4.2.1. Deskripsi statistik Tabel 4.9 Descriptive Statistics kemampuan berpikir kritis (Critical Thinking) N Minimum Maximum CT
94
Valid N (listwise)
94
12.00
Mean
31.00 22.2021
Std. Deviation 4.24411
Dari tabel 4.9, diketahui jumlah subjek penelitian adalah 94 orang, skor critical thinking terendah adalah 13, sedangkan skor tertinggi adalah 31 dengan nilai rata-rata 22,2021.
4.2.2. Deskripsi skor subjek Berdasarkan penghitungan deskripsi statistik pada tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai mean (μ) yang didapat adalah sebesar 22,2 dan nilai standar deviasi (σ) sebesar 7,87959 Nilai minimum yang didapatkan adalah
120
13 dan nilai maksimum adalah 31. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 3113 = 18, jarak tersebut kemudian dibagi tiga untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 18/3 = 6. Penggolongan skor kemampuan berpikir kritis (critical thinking) dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Norma kategorisasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : X ≥ (μ + 1 σ) kategori tinggi (μ + 1 σ) > X > (μ - 1 σ) kategori sedang X ≤ (μ - 1 σ) kategori rendah Keterangan : nilai X di atas adalah skor masing-masing subjek, dengan demikian jika diuraikan dengan norma kategori di atas, maka akan dihasilkan kategorisasi skor kemampuan berpikir kritis (critical thinking) sebagai berikut: Tabel 4.10 Komposisi responden berdasarkan skor kemampuan berpikir kritis (critical thinking) Kategori
Rentang Frekuensi
%
Tinggi
X > 2x + min
X > 25
19
20,21%
Sedang
X < min < X < 2x + min
19 – 25
54
57,45%
Rendah
X < x + min
X < 19
21
22,34%
94
100%
Jumlah
121
Sebagaimana interval dalam tabel 4.10 diketahui bahwa apabila subjek mendapatkan skor total lebih dari 25, maka subjek tersebut dikategorikan memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Apabila skor subjek berada di antara 19 - 25, maka dapat dikategorikan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa terbilang sedang. Sedangkan apabila skor total subjek di bawah 19, maka kemampuan berpikir kritis siswa tersebut dikategorikan rendah.
4.3. Deskripsi data Dalam rangka pengujian hipotesis penelitian, dilakukan analisis regresi dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 19.0.1. Ada satu kali uji regresi berganda, satu kali uji regresi sederhana dan tujuh kali uji one way ANOVA yang dilakukan dalam penelitian ini. Analisis regresi berganda dilakukan pada variabelvariabel dalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style, adapun untuk variabel demografi yang berupa jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, status ibu bekerja, tingkat pendapatan orang tua, dan figur pengasuh dominan dilakukan dengan cara analisis one way ANOVA karena data yang diolah berupa coding. Untuk data demografi pada tingkat prestasi belajar dilakukan analisis regresi sederhana karena datanya merupakan data nominal.
4.3.1. Analisis regresi berganda Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17.00. Langkah pertama peneliti
122
menganalisis dampak dari IV dalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style yang berjumlah 7 variabel terhadap kemampuan berpikir kritis. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11 Tabel ANOVAb Analisis regresi dari 7 IV Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
2160.391
7
308.627
Residual
7139.609
86
83.019
Total
9300.000
93
F 3.718
Sig. .001a
a. Predictors: (Constant), Anxious resistant, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, Anxious avoidant, authoritative, secure b. Dependent Variable: Critical Thinking
Untuk menguji apakah ada pengaruh negatif yang signifikan variabelvariabel bebas dalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis, maka dapat dilihat pada kolom signifikansi. Dalam tabel sig. tersebut diperlihatkan bahwa signifikansinya a
adalah 0.001 , artinya p>0.05, dengan df (7, 86) F = 3.718. Artinya, jenis authoritarian, authoritative, permisif memanjakan, permisif tidak perduli dalam persepsi tentang pola asuh, serta variabel secure, anxious avoidant dan anxious resisitant dalam attachment style berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis dikarenakan F Hitung (3,718) > F Tabel (3,284). Artinya, hipotesis nihil mayor dari penelitian yang berbunyi bahwa “tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok”
123
ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Hal ini berarti variabel-variabel prediktor (independen) dalam persepsi dan attachment style dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan berpikir kritis.
Tabel 4.12 Tabel Model Summary analisis regresi dari 7 IV Change Statistics R Model 1
R
Adjusted R Std. Error of the
Square
.482a
.232
Square
Estimate
.170
9.11146
R Square Change
F
Sig. F
Change df1 df2
.232
3.718
7 86
Change .001
a. Predictors: (Constant), Anxious resistant, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, Anxious avoidant, authoritative, secure 2
Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R (R Square) sebesar 0.232 atau (23,2%). Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh tujuh
variabel
independen
(authoritarian,
authoritative,
permisif
memanjakan, permisif tidak perduli dalam persepsi tentang pola asuh, serta variabel secure, anxious avoidant dan anxious resisitant dalam attachment style) terhadap variabel dependen (kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok) berpengaruh sebesar 23,2%
124
Tabel 4.13 Tabel Coefficientsa 7 IV terhadap DV Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
Beta
T
Sig.
104.779
25.380
4.128 .000
Authoritarian
-.214
.157
-.197 -1.364 .176
Authoritative
-.403
.192
-.385 -2.101 .039
permisif memanjakan
.144
.160
permisif tidak peduli
-.505
.144
.144
.195
Anxious avoidant
-.216
.159
-.203 -1.359 .178
Anxious resistant
-.045
.156
-.042 -.289 .773
Secure
.129
.896 .373
-.467 -3.507 .001 .137
.739 .462
a. Dependent Variable: Critical Thinking
Berdasarkan tabel 4.13,dapat disusun persamaan regresi dari 7 IV sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5+ b6X6+ b7X7+ e Ŷ = 104.779 – 0,214 X1 – 0,403 X2 + 0,144 X3 – 0,505 X4 + 0.144 X5 – 0,216 X6 – 0,045 X7
Hasil analisis regresi pada tabel diatas akan dijelaskan sebagai berikut: a.
Konstanta sebesar 104,779.
b.
Koefisien regresi persepsi tentang pola asuh authoritarian (X1) sebesar 0,214. Koefisien bernilai negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor persepsi tentang jenis pola asuh authoritarian pada siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin rendah tingkat
125
kemampuan berpikir kritisnya. Artinya bahwa semakin besar persepsi anak bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh authoritarian terhadap mereka, maka kemampuan berpikir kritis anak tersebut lebih rendah. Hal ini dikarenakan anak-anak yang menganggap bahwa orang tuanya otoriter, akan mengalami hambatan dalam kegiatannya untuk berpikir kritis, kebanyakan mereka menerima saja apa yang orang tua katakan (tidak berpikir kritis) karena ketakutan mereka akan hukuman yang akan mereka dapatkan. c.
Koefisien regresi persepsi tentang pola asuh authoritative (X2) sebesar 0.403. Koefisien bernilai negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor persepsi tentang jenis pola asuh authoritative pada siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin rendah tingkat kemampuan berpikir kritisnya
d.
Koefisien regresi persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan (X3) sebesar 0.144. Koefisien bernilai positif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor persepsi tentang jenis pola asuh permisif memanjakan pada siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin tinggi pula tingkat kemampuan berpikir kritisnya
e.
Koefisien regresi persepsi tentang pola asuh tidak perduli (X4) sebesar 0.505. Koefisien bernilai negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor persepsi tentang jenis pola asuh permisif tidak peduli pada siswa
126
SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin rendah tingkat kemampuan berpikir kritisnya f.
Koefisien regresi secure attachment (X5) sebesar 0.144. Koefisien bernilai positif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor secure attachment pada siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin tinggi pula tingkat kemampuan berpikir kritisnya. Artinya adalah kelekatan emosional antara ibu dan anak yang terjalin secure (aman) akan mengambangkan kemampuan berpikir kritis anak. Anak selalu yakin bahwa ibunya menyayanginya, ia yakin bahwa dirinya selalu diterima oleh sang ibu, membuat pribadi anak tersebut menjadi anak yang percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya akan diterima dengan baik oleh lingkungan tempat dia berada, dengan demikian, proses untuk membantunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis akan berjalan dengan baik.
g.
Koefisien regresi anxious avoidant attachment (X6) sebesar -0.216. Koefisien bernilai negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor anxious avoidant attachment pada siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok maka akan semakin rendah tingkat kemampuan berpikir kritisnya. Artinya adalah anak yang mengalami keraguan akan kasih sayang dan penerimaan ibu terhadapnya akan tumbuh menjadi anak dengan pribadi yang kurang percaya diri, selalu cemas akan penerimaan orang lain terhadap dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi hambatan dalam proses interaksi anak tersebut
127
terhadap lingkungan, dengan kata lain bantuan lingkungan dalam mengeksplorasi kebutuhan anak tersebut dalam berpikir kritis kurang mendukung. h.
Koefisien regresi anxious resistant attachment
(X7) sebesar -0.045.
Koefisien bernilai negatif, hal ini menunjukkan semakin tinggi skor anxious resistant
attachment pada siswa SMK Karya Putra Bangsa
Depok maka akan semakin rendah tingkat kemampuan berpikir kritisnya
4.3.2. Uji hipotesis Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan: apakah variabel-variabel dalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis. Dari tabel 4.13 dan 4.12 dapat diketahui bahwa nilai R = 0,482, 2
nilai R = 0,232 dan nilai signifikan = 0,001. Sehingga hipotesis mayor yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok terbukti. Ini berarti bahwa besarnya proporsi varian dari DV (kemampuan berpikir kritis) yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh IV (persepsi tentang pola asuh dan attachment style) adalah signifikan secara statistik. Adapun rinciannya sebagai berikut: 1. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk persepsi tentang pola asuh authoritarian = 0,176. Karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
128
persepsi tentang pola asuh authoritarian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa 2. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk persepsi tentang pola asuh authoritative = 0,039. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang pola asuh authoritative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa 3. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk persepsi pola asuh permisif memanjakan = 0,373. Karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa 4. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli = 0,001. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa 5. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk secure attachment = 0,462. Karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secure attachment tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa
129
6. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk anxious avoidant attachment = 0,178. Karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa anxious avoidant atttachment tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa 7. Pada table 4.13 diketahui nilai p untuk anxious resistant attachment = 0,773. Karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa anxious resistant atttachment tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa
4.3.3. Analisis regresi sederhana dan one way ANOVA Untuk menguji pengaruh variabel-variabel demografis berikut akan diuraikan hasil analisis regresi sederhana variabel tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Tabel 4.14 b
Tabel ANOVA regresi sederhana tingkat prestasi belajar Model 1 Regression
Sum of Squares 2122.565
Df 1
Residual
7177.435 92
Total
9300.000 93
Mean Square
F
Sig.
2122.565 27.207 .000a 78.016
a. Predictors: (Constant), Tingkat prestasi belajar b. Dependent Variable: Critical Thinking
Berdasarkan tabel 4.14 ANOVA tingkat prestasi belajar di kelas memiliki nilai p-Value = 0.000 yang lebih kecil nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa regresi secara statistic signifikan.
130
Tabel 4.15 Tabel Model Summary tingkat prestasi belajar di kelas Change Statistics
Model R 1
.478a
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.228
.220
8.83264
.228
F
Sig. F
Change df1 df2 27.207
1 92
Change .000
a. Predictors: (Constant), Tingkat prestasi belajar
Variabel tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir 2
kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan nilai R (R Square) dari Tabel 4.15 memberi sumbangan sebesar 22,8% bagi bervariasinya kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra bangsa. Tabel 4.16 ANOVA jenis kelamin (jender) Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
455.478 1
Within Groups
8844.522 92
Total
9300.000 93
F
Sig.
455.478 4.738 .032 96.136
Berdasarkan tabel 4.16 ANOVA jenis kelamin memiliki nilai p-Value = 0.032 yang lebih kecil nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan jenis kelamin secara statistik signifikan. Tabel 4.17 ANOVA suku bangsa Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square F Sig.
131
Between Groups
364.774 5
Within Groups
8935.226 88
Total
9300.000 93
72.955 .719 .611 101.537
Berdasarkan tabel 4.17 ANOVA suku bangsa memiliki nilai p-Value = 0.611 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan suku bangsa secara statistik tidak signifikan. Tabel 4.18 ANOVA tingkat pendidikan Ayah Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups
278.113 4
Within Groups
9021.887 89
Total
9300.000 93
69.528 .686 .604 101.370
Berdasarkan tabel 4.18 ANOVA tingkat pendidikan Ayah memiliki nilai p-Value = 0.604 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan tingkat pendidikan Ayah secara statistik tidak signifikan. Tabel 4.19 ANOVA tingkat pendidikan Ibu Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
419.867 4
Within Groups
8880.133 89
Total
9300.000 93
F
Sig.
104.967 1.052 .385 99.777
132
Berdasarkan tabel 4.19 ANOVA tingkat pendidikan Ibu memiliki nilai pValue = 0.385 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan tingkat pendidikan Ibu secara statistik tidak signifikan. Tabel 4.20 ANOVA status ibu bekerja Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square F Between Groups
22.808 1
Within Groups
9277.192 92
Total
9300.000 93
Sig.
22.808 .226 .635 100.839
Berdasarkan tabel 4.20 ANOVA status ibu bekerja memiliki nilai p-Value = 0.635 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis antara ibu bekerja dengan yang tidak bekerja secara statistik tidak signifikan. Tabel 4.21 ANOVA tingkat pendapatan orang tua Critical Thinking Sum of Squares Df Mean Square F Between Groups
202.274 3
Within Groups
9097.726 90
Total
9300.000 93
Sig.
67.425 .667 .574 101.086
Berdasarkan tabel 4.21 ANOVA tingkat pendapatan orang tua memiliki nilai p-Value = 0.574 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis
133
berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan secara statistik tidak signifikan. Tabel 4.22 ANOVA figur pengasuh dominan Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
350.082 2
Within Groups
8949.918 91
Total
9300.000 93
F
Sig.
175.041 1.780 .174 98.351
Berdasarkan tabel 4.22 ANOVA figur pengasuh dominan memiliki nilai pValue = 0.574 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05 sehingga mengindikasikan bahwa perbedaan nilai kemampuan berpikir kritis berdasarkan figur pengasuh dominan secara statistik tidak signifikan. Sesuai tabel-tabel di atas juga dapat diketahui signifikan tidaknya masingmasing IV terhadap DV, hal ini untuk menjawab berbagai hipotesis terhadap variabel demografis dalam penelitian ini, yaitu:
Pada Tabel 4.14 ANOVA tingkat prestasi belajar di kelas menunjukkan nilai p-Value = 0.000 yang lebih kecil nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok ditolak.
Pada tabel 4.16 ANOVA jenis kelamin menunjukkan nilai p-Value = 0.032 yang lebih kecil nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
134
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan jenis kelamin ditolak.
Pada tabel 4.17 ANOVA suku bangsa menunjukkan nilai p-Value = 0.611 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan suku bangsa diterima.
Pada 4.18 ANOVA tingkat pendidikan Ayah memiliki nilai p-Value = 0.604 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ayah diterima.
Pada tabel 4.19 ANOVA tingkat pendidikan Ibu memiliki nilai p-Value = 0.385 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ibu diterima.
Pada tabel 4.20 ANOVA status ibu bekerja memiliki nilai p-Value = 0.635 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan status ibu bekerja diterima.
135
Pada tabel 4.21 ANOVA tingkat pendapatan orang tua memiliki nilai pValue = 0.574 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan
yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan diterima.
Pada tabel 4.22 ANOVA figur pengasuh dominan memiliki nilai p-Value = 0.574 yang lebih besar nilainya dari α = 0,05, dengan demikian hipotesis nihil minor yang menyebutkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang
signifikan kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan figur pengasuh dominan diterima.
4.4.
Proporsi varians Dalam rangka mendapatkan informasi tentang berapa besar proporsi varians
terhadap kemampuan berpikir kritis yang dipengaruhi oleh masing-masing independen variabel dalam persepsi tentang pola asuh dan attachment style, maka peneliti melakukan lagi tujuh kali analisis regresi. Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis satu persatu. Besarnya proporsi varians pada kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok dapat dilihat pada tabel berikut :
136
Tabel 4.23 Hasil Penghitungan Proporsi Varians Kemampuan berpikir kritis No.
Independen variabel (IV)
R2
R2 change /
Sig
kontribusi varians (%) 1.
Authoritarian
0,06 0
6%
TS
2.
Authoritarian + authoritative
0,062
0,2%
S
3.
Authoritarian + authoritative +
0,073
1,1%
TS
0,193
12%
S
0,214
2,1%
TS
0,232
1,8%
TS
0,232
0%
TS
p.memanjakan 4.
Authoritarian + authoritative + p.memanjakan + p. tdk peduli
5.
Authoritarian + authoritative + p.memanjakan + p. tdk peduli + secure
6.
Authoritarian + authoritative + p.memanjakan + p. tdk peduli + secure + anxious avoidant
7.
Authoritarian + authoritative + p.memanjakan + p. tdk peduli + secure + anxious avoidant + anxious resistant Total keseluruhan
23,2%
137
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap skor kemampuan berpikir kritis. Berikut ini dijelaskan deskripsi dari masing-masing IV sebagai berikut:
Skor kemampuan berpikir kritis dengan persepsi tentang pola asuh 2
authoritarian diperoleh R (R Square) sebesar 0,060 atau sebesar 6% yang berarti bahwa variable persepsi tentang pola asuh authoritarian memiliki kontribusi sebesar 6% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar –0,214 yang berarti bahwa persepsi tentang pola asuh authoritarian secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi persepsi pola asuh authoritarian siswa maka akan semakin mengurangi kemampuan berpikir kritisnya
Skor kemampuan berpikir kritis dengan persepsi tentang pola asuh 2
authoritative diperoleh R (R Square) sebesar 0,002 atau sebesar 0,2% yang berarti bahwa variable persepsi tentang pola asuh authoritative memiliki kontribusi sebesar 0,2% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar –0,463 yang berarti bahwa persepsi tentang pola asuh authoritative secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi persepsi tentang pola asuh authoritative siswa maka akan semakin mengurangi kemampuan berpikir kritisnya
Skor kemampuan berpikir kritis dengan persepsi tentang pola asuh permisif 2
memanjakan diperoleh R (R Square) sebesar 0,011 atau sebesar 1,1% yang
138
berarti bahwa variabel persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan memiliki kontribusi sebesar 1,1% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar 0,144 yang berarti bahwa persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan secara positif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi persepsi pola asuh permisif memanjakan siswa maka akan semakin meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
Skor kemampuan berpikir kritis dengan persepsi tentang pola asuh permisif 2
tidak peduli diperoleh R (R Square) sebesar 0,12 atau sebesar 12% yang berarti bahwa variabel persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli memiliki kontribusi sebesar 12% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar -505 yang berarti bahwa persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli siswa maka akan semakin mengurangi kemampuan berpikir kritisnya
2
Skor kemampuan berpikir kritis dengan secure attachment diperoleh R (R Square) sebesar 0,021 atau sebesar 2,1% yang berarti bahwa variabel secure attachment memiliki kontribusi sebesar 2,1% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar 0,144 yang berarti bahwa secure attachment secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tidak signifikan.
139
Hal ini berarti semakin tinggi secure attachment siswa maka akan semakin meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
Skor kemampuan berpikir kritis dengan anxious avoidant attachment 2
diperoleh R (R Square) sebesar 0,018 atau sebesar 1,8% yang berarti bahwa variabel anxious avoidant attachment memiliki kontribusi sebesar 1,8% dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar -216 yang berarti bahwa anxious avoidant attachment secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi anxious avoidant attachment siswa maka akan semakin mengurangi kemampuan berpikir kritisnya.
Skor kemampuan berpikir kritis dengan anxious resistant attachment 2
diperoleh R (R Square) sebesar 0,000 atau sebesar 0% yang berarti bahwa variable ini tidak memiliki kontribusi dalam mempengaruhi skor kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pada tabel 4.13 dapat diperoleh nilai sebesar -0,045 yang berarti bahwa anxious resistant attachment secara negatif mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dengan kriteria tidak signifikan. Hal ini berarti semakin tinggi anxious resistant attachment siswa maka akan semakin mengurangi kemampuan berpikir kritisnya.
140
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari penelitian ini. Kesimpulan berisi jawaban terhadap masalah penelitian. Diskusi berisi hal-hal yang perlu dibahas dan tambahan penjelasan atau bagian-bagian yang belum terjelaskan dengan baik, seperti hasil penelitian yang tidak signifikan dan mengapa tidak signifikan. Bagian saran berisi saran-saran terhadap penelitian ini dan saran tentang hal-hal apa yang perlu diteliti lebih lanjut.
5.1.
Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H0 ditolak).
Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritarian terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H01 diterima ).
Ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh authoritative terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H02 ditolak ).
141
Tidak ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif memanjakan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H03 diterima ).
Ada pengaruh yang signifikan persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H04 ditolak ).
Tidak ada pengaruh yang signifikan secure attachment terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H05 diterima ).
Tidak ada pengaruh yang signifikan anxious avoidant attachment terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H06 diterima ).
Tidak ada pengaruh yang signifikan anxious resistant attachment terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H07 diterima ).
Ada pengaruh yang signifikan tingkat prestasi belajar di kelas terhadap kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok (H08 ditolak ).
Ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan jenis kelamin (H09 ditolak ).
142
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan suku bangsa (H010 diterima ).
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ayah (H011 diterima ).
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendidikan Ibu (H012 diterima ).
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan perbedaan status ibu bekerja (H013 diterima ).
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan tingkat pendapatan orang tua setiap bulan (H014 diterima ).
Tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berdasarkan figur pengasuh dominan (H015 diterima ).
5.2.
Diskusi Adanya pengaruh signifikan dari persepsi tentang pola asuh dan attachment
style secara bersama-sama menunjukkan bahwa persepsi tentang pola asuh dan attachment style memberikan kontribusi terhadap perkembangan kemampuan
143
berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alpay & Ozkan (2005) yang menyebutkan bahwa sikap orang tua yang otoriter (terutama ibu) berpengaruh
negatif terhadap
kemampuan berpikir kritis anak remajanya, sedangkan perilaku ibu yang lebih toleran, empati dan lebih kooperatif memberikan pengaruh positif untuk kemampuan berpikir anak remajanya. Prabandari (2004) dalam penelitiannya tentang gambaran kaitan antara attachment Ibu-Anak dengan kemampuan Berpikir kritis, menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis anak yang lebih baik ditunjukkan dari hubungan emosional (attachment) yang secure antara Ibu dan anak. Dari masing-masing IV dalam persepsi tentang pola asuh yang diteliti, hanya 2 IV yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis, yaitu variabel persepsi tentang pola asuh authoritative dan persepsi tentang pola asuh permisif tidak perduli. Namun, berdasarkan proporsi varians, persepsi tentang pola asuh authoritative hanya memberikan sumbangan sebesar 0,2% saja, sedangkan persepsi tentang pola asuh authoritarian menyumbangkan pengaruh sebesar 6% dan persepsi tentang pola asuh permisif tidak perduli memberikan sumbangan sebesar 10,2%. Dapat dikatakan bahwa walaupun persepsi tentang pola asuh authoritarian menyumbangkan pengaruh variasi yang lebih besar terhadap kemampuan berpikir kritis dibandingkan persepsi tentang pola asuh authoritative, hal tersebut tidak memberikan signifikansi pada perubahan skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa, sebaliknya, walaupun sumbangan pengaruh persepsi tentang pola asuh
144
authoritative tidak begitu besar, tetapi mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Vidiyanto (2010) perkembangan kemampuan berpikir kritis anak yang baik, hanya mungkin terjadi pada orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative. Dari masing-masing IV dalam attachment style tidak ada yang berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Tetapi dari ketiga IV dalam attachment style, secure attachment memiliki hubungan yang positif dengan kemampuan berpikir kritis, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat secure attachment semakin tinggi pula skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. Hal ini sesuai dengan penelitian Prabandari (2004) yang menyatakan bahwa kelekatan emosional antara ibu dan anak yang secure akan mendukung perkembangan kemampuan berpikir kritis anak. Dari seluruh IV dalam faktor demografi hanya ada dua IV yang terbukti signifikan, yaitu pengaruh faktor tingkat prestasi belajar di kelas dan perbedaan jenis kelamin. Perbedaan tingkat prestasi belajar di kelas berpengaruh terhadap perubahan skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi juga mempunyai tingkat prestasi belajar yang tinggi. Sedangkan 6 IV lainnya dalam faktor demografi yaitu suku bangsa, tingkat pendapatan orang tua setiap bulan, tingkat pendidikan ayah dan ibu, status ibu bekerja dan tidak bekerja, figur
145
pengasuh dominan tidak menunjukkan adanya perbedaan skor kemampuan berpikir kritis yang signifikan. Sebagian besar skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok berada pada tingkat sedang mendekati rendah. Hal ini dapat dipengaruhi, baik oleh faktor-faktor yang telah dianalisis dalam penelitian ini maupun faktor-faktor lain yang tidak ikut dibahas dalam penelitian ini, contohnya perbedaan asupan gizi masing-masing, kondisi ekonomi, metode pembelajaran di sekolah, dan lain sebagainya.
5.3.
Saran Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang
ada dalam penelitian yang telah dilakukan, namun hal tersebut merupakan sebuah pelajaran berharga yang diperoleh untuk menjadi bahan evaluasi yang lebih baik lagi bagi peneliti sendiri maupun penelti-peneliti lain dimasa mendatang. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman serta hasil penelitian tersebut peneliti memberikan saran-saran yang kiranya bisa bermanfaat, yakni sebagai berikut :
5.3.1. Saran metodologis 1. Variasi dari ke-7 variabel independen yang ada menyumbang pengaruh sebesar 23,2%. Selebihnya sebanyak 76,8% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Oleh sebab itu disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menganalisa pengaruh
146
variabel-variabel lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa Depok. 2. Dari 3 variabel yang berkaitan dengan attachment style tidak ada yang signifikan, peneliti menyimpulkan bahwa variabel-variabel attachment style yang ada di dalam penelitian ini tidak berpengaruh langsung terhadap kemampuan berpikir kritis, dari hasil ini bisa menjadi masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk lebih spesifik dalam menentukan variabel yang berpengaruh langsung terhadap kemampuan berpikir kritis. 3. Ada baiknya penelitian selanjutnya menggunakan alat tes kemampuan berpikir kritis lain, agar hasil validitas dan reliabilitas alat tesnya dapat dijadikan perbandingan. 4. Dari penelitian “Pengaruh persepsi tentang pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra bangsa Depok” ini, didapat sumbangan terbesar yakni dari variabel persepsi tentang pola asuh permisif tidak peduli dengan hubungan yang negatif. Ada baiknya juga peneliti selanjutnya bisa melihat sejauh mana variabelvariabel persepsi tentang pola asuh berpengaruh terhadap variabel attachment style, maupun melihat secara terpisah sumbangan pengaruh dari variabel persepsi tentang pola asuh terhadap kemampuan berpikir kritis atau variabel attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis atau juga meneliti variabel mana yang dapat menjadi variabel moderator bagi kemampuan berpikir kritis.
147
5.3.2. Saran praktis 1. Mengingat skor kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa berada pada tingkat sedang mendekati rendah, maka diharapkan peningkatan persepsi tentang pola asuh dan attachment style yang lebih baik, sehingga dapat mendukung proses peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa di rumah maupun di sekolah. 2. Perlu diperbaikinya persepsi tentang pola asuh dan attachment style melalui bimbingan dan konseling serta seminar-seminar yang berkaitan dengan hal tersebut, dengan melibatkan pihak orang tua dan pendidik. Salah satu contoh kegiatan yang dapat diadakan adalah seminar parenting untuk para orang tua siswa dan para pendidik. 3. Perlu dilakukannya berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak sejak dini, contohnya melalui perbaikan sistem pendidikan dalam proses belajar mengajar agar lebih mengasah kemampuan berpikir kritis, dan lain sebagainya.
148
148
DAFTAR PUSTAKA
Alpay, F.B., Ishak O. (2005). Parental attitude and critical thinking ability in adolescents. Internet. Turkey : Medical School, Department of Psychiatry. Atkinson, R.L., Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard. (1983). Pengantar psikologi. Jilid I. Jakarta : Erlangga. Bassham, G., William I, Henry N, & James M.W. (2005). Critical thinking : a student’s introduction. Boston : McGraw-Hill. Chaplin, J.P. (2001). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Conger, J.J. (1991). Adolescence and Youth : Psychological development in a changing world. New York: Harper & Row Publisher Inc. Damayanti, N. (2010). Hubungan antara tipe kelekatan (attachment style) dengan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Davidoff, L.L. (1988). Psikologi suatu pengantar. Jilid I. Jakarta : Erlangga. Dusek, J. B. (1996). Adolescent development and behaviour. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Ervika, E. (2005). Kelekatan (attachment) pada anak. e-USU Repository : Sumatera Utara.
Harre, R. & Roger L. (1996). Ensiklopedi psikologi. Jakarta: Arcan. Hetherington, E.M & Parke R.D.,(Ed). (1999). Child psychology : a contemporary view point. Fifth Edition. Mc Graw-Hill College Hurlock, E. B. (1970). Child development. New York: McGraw-Hill. Hurlock, E. B. (1980). Developmental psychology : a life span approach. New York: Tata McGraw-Hill, Inc. Kuera, M.T. (2004). Hubungan attachment dan harga diri remaja perempuan delinguent. Skripsi. Depok: UI Press
149
Mamay. (2006). Hubungan antara persepsi terhadap kualitas attachment (keterikatan emosi) dengan self esteem anak usia sekolah. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Moore, B.N. & Richard P. (2007). Critical thinking. California: Mayfield Publishing Co. Nugroho. (1994). Kemampuan berpikir kritis, kematangan emosi, mahasiswa aktivis dan non aktivis dan prestasi akademis pada mahasiswa FISIP. Skripsi. Depok : UI Press Obegi, J.H. & Ety B. (2009). Attachment theory research in clinical workwith adults. New York : The Guildford Press Prabandari, Dyah S. (2004). Gambaran kaitan antara attachment ibu-anak dengan kemampuan berpikir kritis. Skripsi. Depok, Jawa Barat: Fakultas Psikologi UI. Pratiwi, N.I. (2007). Pola asuh pada pernikahan beda agama. Jurnal : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Rakhmat, J. (1994). Psikologi komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Rholes, W.S. & Jeffry E.S. (2004). Adult attachment : theory, research and clinical implications. New York: The Guildford Press. Rini, J.F. (2008). Problem kelekatan. Internet : https://keluargasehat.wordpress.com/2008/04/01/problem-kelekatan/ Robbins, S.P. (2001). Organizational behavioural 9th edition. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Santrock, J.M. (2003). Adolescence. Jakarta : Erlangga Santrock, J.M. (2007). Remaja. Jakarta : Erlangga Siegler, R.S. (1998). Children’s thinking. (3nd ed.). New York: Prentice Hall. Sugiono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: CV ALFABETA Takwin, B. (1997). Hubungan accountable dan nilai terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Skripsi. Depok : UI Press Vidiyanto, E. (2010). Psikologi keluarga : si kecil sedang berpikir kritis, bukan cerewet. Majalah UMMI. Jakarta: Ummi Collection
150
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 /SCALE('ANALISIS AITEM SECURE ATTACHMENT STYLE') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ANALISIS AITEM SECURE ATTACHMENT STYLE Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.910
24
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00001
66.3889
103.444
.538
.906
VAR00002
66.3889
101.502
.576
.905
VAR00003
66.0556
105.540
.429
.908
VAR00004
66.1667
97.057
.689
.903
VAR00005
66.1667
104.429
.592
.906
VAR00006
65.8056
102.618
.595
.905
VAR00007
66.3056
101.018
.710
.903
VAR00008
66.5833
105.679
.287
.912
VAR00009
66.4722
102.999
.546
.906
VAR00010
66.6667
105.486
.411
.909
VAR00011
66.2222
99.263
.801
.901
VAR00012
66.1944
99.818
.703
.903
VAR00013
66.5833
98.993
.761
.901
VAR00014
66.3056
106.561
.300
.911
VAR00015
66.4722
104.256
.617
.905
VAR00016
66.2500
99.679
.716
.902
VAR00017
66.0278
105.285
.408
.909
VAR00018
65.9444
100.968
.583
.905
VAR00019
66.5833
108.021
.203
.913
VAR00020
66.3333
104.857
.346
.911
VAR00021
66.2500
109.336
.141
.913
VAR00022
66.3333
103.029
.523
.906
VAR00023
66.3333
101.714
.580
.905
VAR00024
66.0000
103.600
.514
.907
Scale Statistics Mean
Variance
69.1667
Std. Deviation
111.857
N of Items
10.57625
24
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VA R00038 VAR00039 VAR00040 /SCALE('ANALISIS AITEM ANXIOUS AVOIDANT ATTACHMENT') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ANALISIS AITEM ANXIOUS AVOIDANT ATTACHMENT Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.843
16
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00025
28.5833
32.421
.035
.858
VAR00026
28.2500
28.879
.535
.830
VAR00027
28.5833
27.907
.634
.824
VAR00028
28.3889
29.844
.467
.834
VAR00029
28.5278
29.399
.639
.827
VAR00030
28.2778
29.178
.617
.827
VAR00031
28.2778
29.063
.489
.832
VAR00032
28.6944
31.075
.337
.840
VAR00033
28.5000
28.886
.561
.829
VAR00034
28.0278
30.942
.186
.852
VAR00035
28.6111
29.044
.438
.836
VAR00036
28.0556
29.768
.450
.835
VAR00037
28.1944
27.590
.570
.827
VAR00038
28.3056
29.818
.481
.833
VAR00039
28.2778
29.749
.427
.836
VAR00040
28.1944
28.504
.703
.822
Scale Statistics Mean
Variance
30.2500
Std. Deviation
33.221
N of Items
5.76380
16
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 /SCALE('ANALISIS AITEM ANXIOUS RESISTANT ATTACHMENT STYLE') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: ANALISIS AITEM ANXIOUS RESISTANT ATTACHMENT STYLE Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.711
12
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00041
21.4167
16.421
-.100
.764
VAR00042
21.7222
14.892
.338
.696
VAR00043
21.5833
14.536
.253
.706
VAR00044
22.1111
13.816
.536
.671
VAR00045
21.5556
13.454
.425
.681
VAR00046
21.6667
12.857
.551
.660
VAR00047
22.1944
14.447
.323
.696
VAR00048
21.6944
13.761
.453
.678
VAR00049
22.1667
13.400
.477
.673
VAR00050
22.1111
14.673
.289
.700
VAR00051
21.5556
14.083
.307
.699
VAR00052
22.0833
13.850
.485
.676
Scale Statistics Mean
Variance
23.8056
Std. Deviation
16.447
N of Items
4.05547
12
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VA R00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 /SCALE('Analisis skala pola asuh autoritarian') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: Analisis skala pola asuh autoritarian Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .788
N of Items 24
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00001
50.8889
59.016
.216
.787
VAR00002
51.9722
57.971
.325
.781
VAR00003
51.7222
56.206
.504
.772
VAR00004
51.6944
55.818
.526
.771
VAR00005
51.5556
56.254
.346
.780
VAR00006
51.5556
58.197
.291
.783
VAR00007
51.0278
56.313
.414
.776
VAR00008
51.5556
55.568
.471
.773
VAR00009
51.9444
57.654
.319
.781
VAR00010
51.1944
58.904
.221
.787
VAR00011
51.4722
56.085
.433
.775
VAR00012
51.1944
58.161
.322
.781
VAR00013
51.7222
55.749
.441
.774
VAR00014
51.0278
58.428
.243
.786
VAR00015
51.5833
59.393
.209
.787
VAR00016
51.1389
62.294
-.058
.804
VAR00017
51.6667
58.857
.333
.781
VAR00018
51.8889
60.844
.138
.789
VAR00019
51.7222
54.892
.594
.767
VAR00020
51.6667
55.886
.575
.769
VAR00021
51.6111
57.616
.299
.783
VAR00022
51.8056
58.618
.290
.783
VAR00023
51.4444
57.225
.290
.784
VAR00024
51.1944
60.047
.165
.789
Scale Statistics Mean 53.7500
Variance 62.307
Std. Deviation 7.89349
N of Items 24
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VA R00038 VAR00039 VAR00040 VAR00041 VAR00042 VAR00043 VAR00044 VAR00045 VAR00046 VAR00047 VAR00048 /SCALE('Analisis skala pola asuh autoritatif') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: Analisis skala pola asuh autoritatif Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.860
24
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00025
69.8611
67.037
.550
.850
VAR00026
69.6944
68.675
.428
.855
VAR00027
70.1111
71.987
.379
.856
VAR00028
69.9722
70.599
.502
.853
VAR00029
69.1944
71.018
.548
.852
VAR00030
69.6389
70.409
.412
.855
VAR00031
69.5000
68.371
.578
.849
VAR00032
69.5556
70.711
.452
.854
VAR00033
69.8889
72.216
.323
.858
VAR00034
69.8889
71.130
.461
.854
VAR00035
69.8056
71.875
.279
.860
VAR00036
70.1389
73.437
.164
.863
VAR00037
70.0278
72.256
.257
.860
VAR00038
69.7778
67.321
.568
.849
VAR00039
70.0833
66.307
.682
.845
VAR00040
69.8889
68.559
.624
.848
VAR00041
69.7778
71.492
.365
.856
VAR00042
69.6111
69.844
.511
.852
VAR00043
69.8333
70.371
.461
.854
VAR00044
69.8611
71.152
.354
.857
VAR00045
70.1667
76.086
-.043
.873
VAR00046
69.7778
71.492
.394
.856
VAR00047
69.9167
68.821
.447
.854
VAR00048
69.8333
69.457
.632
.849
Scale Statistics Mean
Variance
72.8611
Std. Deviation
76.237
N of Items
8.73140
24
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00049 VAR00050 VAR00051 VAR00052 VAR00053 VAR00054 VAR00055 VAR00056 VAR00057 VAR00058 VAR00059 VAR00060 VAR00061 VA R00062 VAR00063 VAR00064 VAR00065 VAR00066 VAR00067 VAR00068 /SCALE('Analisis skala pola asuh permisif memanjakan') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: Analisis skala pola asuh permisif memanjakan Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded
% 36
100.0
0
.0
Total
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.747
20
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00049
38.1944
28.390
.306
.737
VAR00050
37.6667
28.743
.204
.747
VAR00051
38.2222
28.921
.270
.740
VAR00052
38.1389
27.094
.538
.720
VAR00053
38.1944
27.704
.406
.730
VAR00054
38.1111
28.044
.340
.735
VAR00055
37.8333
29.971
.116
.750
VAR00056
38.0278
26.942
.456
.724
VAR00057
38.3611
31.037
-.049
.759
VAR00058
38.1944
28.333
.288
.739
VAR00059
38.2778
28.149
.450
.729
VAR00060
37.9722
28.885
.186
.748
VAR00061
38.3611
26.980
.472
.723
VAR00062
38.5833
28.250
.341
.735
VAR00063
38.1111
29.073
.218
.744
VAR00064
37.9444
26.854
.412
.728
VAR00065
37.9444
28.683
.294
.738
VAR00066
38.1667
29.514
.154
.749
VAR00067
38.1944
28.675
.365
.734
VAR00068
38.1389
27.437
.411
.729
Scale Statistics Mean
Variance
40.1389
Std. Deviation
31.037
N of Items
5.57111
20
RELIABILITY /VARIABLES=VAR00069 VAR00070 VAR00071 VAR00072 VAR00073 VAR00074 VAR00075 VAR00076 VAR00077 VAR00078 VAR00079 VAR00080 VAR00081 VA R00082 VAR00083 VAR00084 VAR00085 VAR00086 VAR00087 VAR00088 /SCALE('Analisis skala pola asuh permisif tidak perduli') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Reliability Scale: Analisis skala pola asuh permisif tidak perduli Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 36
100.0
0
.0
36
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.760
20
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
VAR00069
37.3333
27.200
.497
.737
VAR00070
37.0556
27.083
.578
.733
VAR00071
37.3889
28.702
.364
.748
VAR00072
37.2222
30.006
.067
.771
VAR00073
37.3889
29.044
.269
.754
VAR00074
36.7500
28.707
.216
.760
VAR00075
36.9722
29.799
.133
.763
VAR00076
36.8889
29.530
.254
.755
VAR00077
36.5556
26.711
.447
.740
VAR00078
36.6389
27.609
.500
.739
VAR00079
37.4167
29.393
.210
.758
VAR00080
36.6667
28.286
.258
.757
VAR00081
37.4722
27.571
.498
.738
VAR00082
37.4167
28.421
.331
.750
VAR00083
37.0000
26.114
.684
.723
VAR00084
36.5000
29.743
.081
.772
VAR00085
37.4722
27.228
.614
.732
VAR00086
37.1667
29.343
.346
.751
VAR00087
37.1111
29.187
.194
.760
VAR00088
37.1111
29.016
.198
.760
Scale Statistics Mean 39.0278
Variance 31.113
Std. Deviation 5.57795
N of Items 20
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ----
Scale -Item -----
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
Page
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
-------
------
------
----- ---------
------
------ --
7
0-1
0.000
-9.000
-9.000
A B C Other
0.000 0.000 0.000 1.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
-9.000 -9.000 -9.000 -9.000
8
0-2
0.139
0.768
0.492
A B C Other
0.667 0.139 0.194 0.000
-0.655 0.768 0.247 -9.000
-0.505 0.492 0.172 -9.000
A B C Other
0.083 0.778 0.139 0.000
0.166 -0.457 0.499 -9.000
0.092 -0.327 0.320 -9.000
9
0-3
1
0.139
0.499
0.320
*
*
*
10
0-4
0.167
0.272
0.183
A B C Other
0.167 0.278 0.556 0.000
0.272 0.228 -0.366 -9.000
0.183 0.171 -0.291 -9.000
*
11
0-5
0.028
-0.133
-0.052
A B C Other
0.722 0.250 0.028 0.000
0.101 -0.080 -0.133 -9.000
0.076 -0.059 -0.052 -9.000
?
A B C Other
0.528 0.028 0.444 0.000
0.171 0.933 -0.323 -9.000
0.136 0.362 -0.257 -9.000
A B C Other
0.194 0.583 0.222 0.000
0.031 -0.153 0.171 -9.000
0.021 -0.121 0.123 -9.000
A B C Other
0.250 0.278 0.472 0.000
0.161 -0.127 -0.021 -9.000
0.118 -0.095 -0.017 -9.000
CHECK THE KEY C was specified, A works better 12
13
14
0-6
0-7
0-8
0.028
0.222
0.250
0.933
0.171
0.161
0.362
0.123
0.118
*
*
* *
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---15
Scale -Item ----0-9
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
0.056
0.076
0.037
CHECK THE KEY B was specified, C works better 16
0-10
0.528
-0.406
-0.324
CHECK THE KEY B was specified, C works better
Page
2
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
A B C Other
0.750 0.056 0.194 0.000
-0.241 0.076 0.247 -9.000
-0.177 0.037 0.172 -9.000
* ?
A B C Other
0.083 0.528 0.361 0.028
0.000 -0.406 0.454 -0.133
0.000 -0.324 0.354 -0.052
* ?
17
0-11
0.056
0.986
0.483
A B C Other
0.056 0.778 0.139 0.028
0.986 -0.029 -0.423 -0.133
0.483 -0.020 -0.271 -0.052
18
0-12
0.139
0.384
0.246
A B C Other
0.722 0.139 0.139 0.000
-0.583 0.499 0.384 -9.000
-0.437 0.320 0.246 -9.000
A B C Other
0.417 0.111 0.444 0.028
-0.065 0.180 0.000 -0.133
-0.052 0.108 0.000 -0.052
* ?
A B C Other
0.556 0.306 0.139 0.000
-0.344 0.461 -0.115 -9.000
-0.274 0.351 -0.074 -9.000
* ?
A B C Other
0.861 0.056 0.083 0.000
0.461 -0.228 -0.499 -9.000
0.295 -0.111 -0.277 -9.000
? *
A B C Other
0.222 0.250 0.528 0.000
0.228 0.027 -0.192 -9.000
0.164 0.020 -0.153 -9.
? *
CHECK THE KEY C was specified, B works better 19
0-13
0.417
-0.065
-0.052
CHECK THE KEY A was specified, B works better 20
0-14
0.556
-0.344
-0.274
CHECK THE KEY A was specified, B works better 21
0-15
0.056
-0.228
-0.111
CHECK THE KEY B was specified, A works better 22
0-16
0.250
0.027
0.020
CHECK THE KEY B was specified, A works better
*
? *
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---23
Scale -Item -----
24
0-17
25
0-18
0-19
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
0.139
0.730
0.467
0.278
0.083
0.178
-0.277
0.133
-0.154
CHECK THE KEY B was specified, A works better 26
0-20
0.333
0.164
0.126
Page
3
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
A B C Other
0.028 0.778 0.139 0.056
0.933 -0.771 0.730 0.076
0.362 -0.552 0.467 0.037
A B C Other
0.472 0.222 0.278 0.028
-0.064 -0.086 0.178 -0.133
-0.051 -0.061 0.133 -0.052
A B C Other
0.528 0.083 0.389 0.000
0.214 -0.277 -0.111 -9.000
0.170 -0.154 -0.087 -9.000
A B C Other
0.028 0.611 0.333 0.028
0.133 -0.155 0.164 -0.133
0.052 -0.122 0.126 -0.052
*
* ? *
*
27
0-21
0.056
0.607
0.297
A B C Other
0.056 0.278 0.639 0.028
0.607 0.076 -0.341 0.533
0.297 0.057 -0.266 0.207
*
28
0-22
0.778
-0.314
-0.225
A B C Other
0.778 0.056 0.167 0.000
-0.314 0.303 0.238 -9.000
-0.225 0.149 0.160 -9.000
*
A B C Other
0.306 0.361 0.306 0.028
-0.121 0.250 -0.146 0.000
-0.092 0.195 -0.111 0.000
A B C Other
0.194 0.694 0.083 0.028
0.340 -0.243 -0.166 0.267
0.236 -0.185 -0.092 0.104
CHECK THE KEY A was specified, C works better 29
30
0-23
0-24
0.361
0.083
0.250
-0.166
0.195
-0.092
CHECK THE KEY C was specified, A works better
?
*
? *
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ----
Scale -Item -----
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
Page
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
31
0-25
0.417
0.153
0.121
A B C Other
0.417 0.250 0.306 0.028
0.153 0.054 -0.267 0.267
0.121 0.039 -0.203 0.104
32
0-26
0.194
0.093
0.064
A B C Other
0.444 0.361 0.194 0.000
-0.603 0.568 0.093 -9.000
-0.479 0.443 0.064 -9.000
CHECK THE KEY C was specified, B works better
4
*
? *
33
0-27
0.361
0.250
0.195
A B C Other
0.361 0.056 0.583 0.000
0.250 0.076 -0.262 -9.000
0.195 0.037 -0.207 -9.000
34
0-28
0.167
0.511
0.342
A B C Other
0.361 0.444 0.167 0.028
-0.386 0.000 0.511 0.267
-0.301 0.000 0.342 0.104
A B C Other
0.250 0.389 0.333 0.028
0.214 0.133 -0.374 0.267
0.157 0.105 -0.289 0.104
? *
A B C Other
0.083 0.806 0.111 0.000
0.499 -0.278 0.000 -9.000
0.277 -0.193 0.000 -9.000
? *
A B C Other
0.306 0.417 0.278 0.000
0.267 -0.676 0.507 -9.000
0.203 -0.535 0.380 -9.000
A B C Other
0.083 0.528 0.389 0.000
0.555 -0.171 -0.044 -9.000
0.308 -0.136 -0.035 -9.000
35
0-29
0.389
0.133
0.105
CHECK THE KEY B was specified, A works better 36
0-30
0.806
-0.278
-0.193
CHECK THE KEY B was specified, A works better 37
38
0-31
0-32
0.278
0.083
0.507
0.555
0.380
0.308
*
*
* *
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---39
Scale -Item ----0-33
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
0.167
0.238
0.160
Page
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
A B C Other
0.583 0.167 0.222 0.028
-0.196 0.238 -0.057 0.533
-0.155 0.160 -0.041 0.207
40
0-34
0.194
0.556
0.387
A B C Other
0.194 0.611 0.167 0.028
0.556 -0.422 -0.102 0.533
0.387 -0.331 -0.068 0.207
41
0-35
0.167
0.068
0.046
A B C Other
0.750 0.083 0.167 0.000
0.054 -0.222 0.068 -9.000
0.039 -0.123 0.046 -9.000
A B C Other
0.472 0.250 0.278 0.000
0.107 0.375 -0.482 -9.000
0.085 0.275 -0.361 -9.000
A B C Other
0.111 0.722 0.167 0.000
0.180 -0.279 0.238 -9.000
0.108 -0.209 0.160 -9.000
A B C Other
0.250 0.472 0.250 0.028
0.214 -0.577 0.401 0.533
0.157 -0.460 0.295 0.207
42
43
0-36
0-37
0.250
0.111
0.375
0.180
0.275
0.108
CHECK THE KEY A was specified, C works better 44
0-38
0.250
0.401
0.295
5
*
*
*
*
* ?
*
45
0-39
0.611
0.089
0.070
A B C Other
0.611 0.194 0.167 0.028
0.089 -0.124 0.000 0.000
0.070 -0.086 0.000 0.000
*
46
0-40
0.500
-0.384
-0.306
A B C Other
0.500 0.222 0.278 0.000
-0.384 0.571 -0.051 -9.000
-0.306 0.409 -0.038 -9.00
* ?
CHECK THE KEY A was specified, B works better
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---47
Scale -Item -----
48
0-41
0-42
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
0.361
0.136
0.106
0.194
0.000
0.000
Page
6
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
A B C Other
0.417 0.361 0.167 0.056
-0.153 0.136 -0.102 0.303
-0.121 0.106 -0.068 0.149
A B C Other
0.139 0.667 0.194 0.000
0.000 0.000 0.000 -9.000
0.000 0.000 0.000 -9.000
*
*
49
0-43
0.417
0.283
0.224
A B C Other
0.417 0.278 0.306 0.000
0.283 -0.406 0.073 -9.000
0.224 -0.304 0.055 -9.000
*
50
0-44
0.556
-0.129
-0.103
A B C Other
0.556 0.167 0.250 0.028
-0.129 0.477 -0.187 -0.133
-0.103 0.320 -0.137 -0.052
* ?
A B C Other
0.111 0.667 0.194 0.028
-0.225 0.327 -0.247 -0.133
-0.135 0.253 -0.172 -0.052
CHECK THE KEY A was specified, B works better 51
0-45
0.667
0.327
0.253
52
0-46
0.167
0.477
0.320
A B C Other
0.167 0.500 0.306 0.028
0.477 -0.384 0.000 0.533
0.320 -0.306 0.000 0.207
53
0-47
0.278
0.279
0.209
A B C Other
0.556 0.167 0.278 0.000
-0.452 0.340 0.279 -9.000
-0.359 0.228 0.209 -9.000
A B C Other
0.306 0.361 0.333 0.000
0.000 0.045 -0.047 -9.000
0.000 0.035 -0.036 -9.000
CHECK THE KEY C was specified, B works better 54
0-48
0.361
0.045
0.035
*
*
? *
*
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ----
Scale -Item -----
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
-------
------
------
Page
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
----- ---------
------
------ --
55
0-49
0.194
0.402
0.279
A B C Other
0.194 0.556 0.194 0.056
0.402 -0.237 -0.155 0.228
0.279 -0.188 -0.107 0.111
56
0-50
0.278
0.355
0.266
A B C Other
0.444 0.278 0.278 0.000
-0.323 0.355 0.025 -9.000
-0.257 0.266 0.019 -9.000
57
0-51
0.361
0.273
0.212
A B C Other
0.361 0.250 0.389 0.000
0.273 -0.268 -0.044 -9.000
0.212 -0.196 -0.035 -9.000
58
0-52
0.250
0.776
0.570
A B C Other
0.361 0.250 0.389 0.000
-0.159 0.776 -0.488 -9.000
-0.124 0.570 -0.384 -9.000
A B C Other
0.111 0.611 0.250 0.028
0.404 -0.111 -0.080 -0.133
0.244 -0.087 -0.059 -0.052
A B C Other
0.361 0.389 0.250 0.000
0.000 0.288 -0.348 -9.000
0.000 0.227 -0.255 -9.000
A B C Other
0.167 0.361 0.444 0.028
0.443 -0.114 -0.151 -0.133
0.297 -0.089 -0.120 -0.052
A B C Other
0.417 0.417 0.167 0.000
-0.131 -0.196 0.511 -9.000
-0.104 -0.155 0.342 -9.000
59
0-53
0.250
-0.080
-0.059
CHECK THE KEY C was specified, A works better 60
61
0-54
0-55
0.389
0.361
0.288
-0.114
0.227
-0.089
CHECK THE KEY B was specified, A works better 62
0-56
0.417
-0.196
-0.155
CHECK THE KEY B was specified, C works better
7
*
*
*
*
? *
*
? *
* ?
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---63
Scale -Item ----0-57
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
0-58
0-59
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
------
------
----- ---------
------
------ --
0.611
-0.177
-0.140
A B C Other
0.250 0.611 0.111 0.028
0.268 -0.177 -0.045 -0.133
0.196 -0.140 -0.027 -0.052
? *
A B C Other
0.083 0.833 0.083 0.000
0.777 -0.443 -0.055 -9.000
0.431 -0.297 -0.031 -9.000
?
A B C Other
0.694 0.222 0.083 0.000
-0.121 0.029 0.222 -9.000
-0.092 0.020 0.123 -9.000
0.083
-0.055
-0.031
CHECK THE KEY C was specified, A works better 65
8
-------
CHECK THE KEY B was specified, A works better 64
Page
0.083
0.222
0.123
*
*
66
0-60
0.167
0.000
0.000
A B C Other
0.167 0.389 0.444 0.000
0.000 0.000 0.000 -9.000
0.000 0.000 0.000 -9.000
67
0-61
0.167
0.681
0.456
A B C Other
0.778 0.056 0.167 0.000
-0.457 -0.303 0.681 -9.000
-0.327 -0.149 0.456 -9.000
A B C Other
0.306 0.222 0.472 0.000
0.049 -0.086 0.021 -9.000
0.037 -0.061 0.017 -9.000
?
68
0-62
0.472
0.021
0.017
CHECK THE KEY C was specified, A works better
*
*
*
69
0-63
0.611
0.577
0.454
A B C Other
0.611 0.083 0.306 0.000
0.577 -0.111 -0.582 -9.000
0.454 -0.062 -0.443 -9.000
*
70
0-64
0.111
0.090
0.054
A B C Other
0.639 0.250 0.111 0.000
0.091 -0.161 0.090 -9.000
0.071 -0.118 0.054 -9.000
?
CHECK THE KEY C was specified, A works better
*
MicroCAT (tm) Testing System Copyright (c) 1982, 1984, 1986, 1988 by Assessment Systems Corporation Item and Test Analysis Program -- ITEMAN (tm) Version 3.00 Item analysis for data from file data.prn Item Statistics ----------------------Seq. No. Key ---71
Scale -Item -----
0-65
Prop. Correct
Biser.
Point Biser.
0-66
0-67
Alternative Statistics ---------------------------------Alt.
Prop. Endorsing
Point Biser. Biser.
------
------
----- ---------
------
------ --
0.528
-0.256
-0.204
A B C Other
0.222 0.250 0.528 0.000
0.086 0.241 -0.256 -9.000
0.061 0.177 -0.204 -9.000
A B C Other
0.361 0.333 0.278 0.028
0.182 -0.187 0.101 -0.533
0.142 -0.144 0.076 -0.207
?
A B C Other
0.194 0.222 0.528 0.056
-0.124 0.171 -0.043 0.000
-0.086 0.123 -0.034 0.000
* ?
*
0.278
0.101
0.076
CHECK THE KEY C was specified, A works better 73
0.194
-0.124
-0.086
CHECK THE KEY A was specified, B works better 74
0-68
0.361
0.273
0.212
A B C
0.361 0.222 0.389
0.273 0.200 -0.333
0.212 0.143 -0.262
75
0-69
0.194
0.155
0.107
A B C Other
0.583 0.194 0.194 0.028
-0.065 0.062 0.155 -0.533
-0.052 0.043 0.107 -0.207
A B C Other
0.333 0.278 0.333 0.056
0.140 0.254 -0.187 -0.607
0.108 0.190 -0.144 -0.297
A B C Other
0.250 0.528 0.194 0.028
0.000 -0.299 0.556 -0.533
0.000 -0.239 0.387 -0.207
A B C Other
0.611 0.083 0.278 0.028
0.222 0.222 -0.254 -0.533
0.174 0.123 -0.190 -0.207
76
77
0-70
78
0-71
0-72
9
-------
CHECK THE KEY C was specified, B works better 72
Page
0.278
0.194
0.083
0.254
0.556
0.222
0.190
0.387
0.123
CHECK THE KEY B was specified, A works better
? *
*
*
*
* ? *
Di bawah ini adalah panduan untuk membaca nilai-nilai hasil analisis di atas. Kriteria pemilihan soal ragam pilihan (multiple choice): Kriteria Tingkat Kesukaran
Koefisien 0,30 s.d. 0,70 (sedang) 0,10 s.d. 0,29 atau 0,70 s.d. 0,90 (sukar atau mudah) < 0,10 atau > 0,90 (sangat sukar atau sangat mudah)
Keputusan Diterima
Daya Pembeda
> 0,3 0,10 s.d 0,29 < 0,10
Diterima Direvisi Ditolak
Proporsi Jawaban
> 0,05
Berfungsi baik
Direvisi Ditolak
HASIL UJI REALIBILITAS Split Half Reliability Scale Statistics Mean
Variance
Std. Deviation
N of Items a
Part 1
21.2500
17.736
4.21138
36
Part 2
16.2222
21.321
4.61743
36
Both Parts
37.4722
57.628
7.59130
72
a. The items are: VAR00001, VAR00004, VAR00005, VAR00006, VAR00009, VAR00010, VAR00011, VAR00014, VAR00015, VAR00016, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00024, VAR00025, VAR00026, VAR00029, VAR00030, VAR00031, VAR00034, VAR00035, VAR00036.
VAR00002, VAR00007, VAR00012, VAR00017, VAR00022, VAR00027, VAR00032,
VAR00003, VAR00008, VAR00013, VAR00018, VAR00023, VAR00028, VAR00033,
b. The items are: VAR00037, VAR00040, VAR00041, VAR00042, VAR00045, VAR00046, VAR00047, VAR00050, VAR00051, VAR00052, VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00060, VAR00061, VAR00062, VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00070, VAR00071, VAR00072.
VAR00038, VAR00043, VAR00048, VAR00053, VAR00058, VAR00063, VAR00068,
VAR00039, VAR00044, VAR00049, VAR00054, VAR00059, VAR00064, VAR00069,
b
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Part 1
.595
Value
a
N of Items Part 2
36
.630
Value
b
N of Items
36
Total N of Items Correlation Forms Spearman-Brown Coefficient
72 Between
.478
Equal Length
.646
Unequal Length
.646
Guttman Coefficient
Split-Half
.645
a. The items are: VAR00001, VAR00002, VAR00003, VAR00005, VAR00006, VAR00007, VAR00008, VAR00009, VAR00011, VAR00012, VAR00013, VAR00014, VAR00015, VAR00017, VAR00018, VAR00019, VAR00020, VAR00021, VAR00023, VAR00024, VAR00025, VAR00026, VAR00027, VAR00029, VAR00030, VAR00031, VAR00032, VAR00033, VAR00035, VAR00036.
VAR00004, VAR00010, VAR00016, VAR00022, VAR00028, VAR00034,
b. The items are: VAR00037, VAR00038, VAR00039, VAR00041, VAR00042, VAR00043, VAR00044, VAR00045, VAR00047, VAR00048, VAR00049, VAR00050, VAR00051, VAR00053, VAR00054, VAR00055, VAR00056, VAR00057, VAR00059, VAR00060, VAR00061, VAR00062, VAR00063, VAR00065, VAR00066, VAR00067, VAR00068, VAR00069, VAR00071, VAR00072.
VAR00040, VAR00046, VAR00052, VAR00058, VAR00064, VAR00070,
PENGANTAR Jakarta, 30 Mei 2011 Kepada Yth, Responden penelitian Di tempat
Selamat pagi/siang/sore/malam, Saya adalah mahasiswi semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan data dalam rangka menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dalam memperoleh gelar kesarjanaan. Saya mengharapkan kesediaan kamu untuk menjadi responden dalam penelitian saya mengenai pengaruh pola asuh dan attachment style terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMK Karya Putra Bangsa, Depok. Adapun data data yang perlu kamu lengkapi adalah data responden, angket pola asuh, angket attachment style, dan formulir pendapat pribadi. Sebelum kamu mengisi angket, baca terlebih dahulu petunjuk pengisian secara cermat, kemudian jawablah angket-angket tersebut pada lembar jawaban yang telah tersedia dengan selengkap-lengkapnya. Dimohon agar tidak mengosongkan satu nomorpun dan tidak memilih jawaban sekenanya, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil penelitian ini. Data yang diberikan kamu, akan peneliti jamin kerahasiaannya dan dimanfaatkan hanya untuk kepentingan penelitian saja. Atas kesediaan dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.
Ttd, Responden,
(
Hormat saya, Peneliti
)
(Ratih Nur Syafitri) NIM : 105070002300
DATA RESPONDEN Nama
: ................................................................................
Jenis kelamin *)
: L/P
Tempat, Tanggal lahir
: ..................... , .........................................................
Kelas
: .....................
Usia
: ...............................
Alamat
: ................................................................................ ................................................................................
Agama
: ................................
Suku bangsa
: ................................
Anak ke
: ... dari ...
Jumlah nilai rapot terakhir : ................................ Peringkat di kelas
: ... dari ... siswa
Pendidikan Ayah
: ..............................................................
Pekerjaan Ayah
: ..............................................................
Alamat Ayah
: ............................................................................... ...............................................................................
Pendidikan Ibu
: ..............................................................
Pekerjaan Ibu
: ..............................................................
Alamat Ibu
: ............................................................................... ...............................................................................
Jumlah pendapatan orang tua (Ayah & Ibu) setiap bulan *)
: a. < Rp 500.000,b. Rp 500.000,- s.d. Rp 1.500.000,c. Rp 1.500.000,- s.d. Rp 2.500.000,d. > Rp 2.500.000,-
Ekstrakulikuler yang diikuti di sekolah : -
............................................
-
............................................
-
............................................
Jumlah rata-rata buku yang dibaca setiap bulan : ... buku Jenis buku yang digemari : ...................................................................
Seberapa sering kamu berdiskusi dengan keluarga? a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
Topik yang dibicarakan : .................................................................................................................
Selain Ayah dan Ibu, siapa saja yang tinggal serumah denganmu? - ............................................
- ............................................
- ............................................
- ............................................
- ............................................
- ............................................
Sejak lahir sampai dengan sekarang, saya lebih banyak diasuh oleh *) : a. Ayah
c. Nenek
e. Pembantu/pengasuh
b. Ibu
d. Kakek
f. Saudara, yaitu ............................... g. Lain-lain : ......................................
ANGKET POLA ASUH Petunjuk pengisian : Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan keadaan yang temanteman alami dengan orang tua di rumah. Setelah membaca pernyataan tersebut, temanteman diminta untuk memberi tanda check list (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang menurut teman-teman paling sesuai dengan keadaan teman-teman. Pilihan jawabannya adalah : SS (Sangat Sesuai)
:
S (Sesuai)
:
TS (Tidak Sesuai)
:
STS (Sangat Tidak Sesuai)
:
Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan apa yang teman-teman alami Jika pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang teman-teman alami Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan apa yang teman-teman alami Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan apa yang teman-teman alami
Tidak ada jawaban yang salah, karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbedabeda. Jawaban yang teman-teman berikan akan dirahasiakan, sehingga teman-teman tidak perlu takut menjawabnya. Kerjakanlah dengan cermat, jangan sampai ada yang terlewat! Selamat mengerjakan! ^_^ NO. 1.
PERNYATAAN Orang tuaku menetapkan aturan dengan lunak dan bisa memaklumi bila aku mempunyai alasan yang jelas
2.
Orang tuaku lebih banyak memberikan hukuman dibandingkan penghargaan untuk membuat aku patuh pada mereka
3.
Orang tuaku jarang memberikan hukuman, mereka selalu memotivasi aku saja
4.
Orang tuaku menentukan organisasi apa yang harus aku ikuti di sekolah, dan selalu melarang aku bergaul
PILIHAN JAWABAN STS TS S SS
dengan teman yang tidak sesuai dengan keinginan mereka 5.
Orang tuaku tidak pernah melarangku bergaul dengan teman-teman yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, aku dibebaskan memilih teman yang aku sukai
6.
Orang tuaku selalu menuntutku untuk mampu mencapai nilai tertinggi di kelas, walaupun terkadang aku merasa tertekan sekalipun
7.
Orang tuaku tidak pernah menuntutku untuk mencapai nilai tertinggi, tetapi aku berusaha atas motivasi dari mereka
8.
Bila aku sedang marah atau sedih, kemudian aku menangis, orang tua memaksaku untuk berhenti menangis, dan mengatakan aku anak yang cengeng
9.
Aku dididik dengan „keras‟, aku dipaksa agar hidup mandiri dan mengurus keperluanku sendiri, walau aku merasa tidak sanggup
10.
Orang tua tidak pernah memaksaku untuk hidup mandiri bila aku tidak sanggup dan aku tidak dididik dengan „keras‟
11.
Orang tuaku selalu membuat aturan yang ketat tanpa menjelaskan kepadaku kenapa aku harus melaksanakan semua aturan tersebut
12.
Orang tuaku adalah orang tua yang selalu memberikan perintah dibandingkan nasihat
13.
Aku merasa tertekan dengan semua keinginan dan perintah orang tuaku
14.
Aku tidak pernah merasa tertekan, karena orang tua tidak pernah menuntutku berlebihan
15.
Orang tuaku lebih banyak menuntutku dibandingkan memberikan perhatian dan kasih sayang
16.
Orang tua tidak banyak menuntutku, aku merasa diberikan cukup perhatian dan kasih sayang
17.
Orang tuaku akan marah bila mendengar aku bertengkar dengan teman dan malah menyalahkanku, walaupun kenyataannya temanku yang salah
18.
Orang tuaku membuat aturan sesuai dengan kesepakatan bersama, kami biasa bernegosiasi tentang aturan di rumah dan orang tuaku selalu mengevaluasi apabila aku melanggar aturan dengan nasihat yang baik
19.
Orang tuaku membuat peraturan secara sepihak dan tanpa toleransi serta tidak pernah meminta pendapat anak
20.
Orang tuaku lebih banyak memotivasi aku dengan penghargaan dan lebih sedikit memberi hukuman untuk membuatku patuh
21.
Orang tuaku tidak lebih banyak memotivasi aku dengan penghargaan dan lebih banyak memberi hukuman untuk membuatku patuh pada mereka
22.
Orang tuaku tidak pernah menuntutku untuk bergaul dengan kelompok sosial yang sesuai dengan keinginan mereka, aku bebas bergabung dengan ekstrakulikuler apapun dan memilih teman manapun, tetapi mereka tetap mengarahkan agar aku tidak terjebak pada pergaulan yang salah
23.
Orang tuaku menuntutku untuk bergaul dengan kelompok sosial yang sesuai dengan keinginan mereka, aku tidak bebas bergabung dengan ekstrakulikuler apapun dan memilih teman, mereka takut aku terjebak dalam pergaulan yang salah karena mereka tidak percaya padaku.
24.
Orang tuaku selalu memotivasi aku untuk mencapai prestasi terbaik di kelas dan berusaha memberikan nasihat-nasihat dengan kata-kata yang baik untuk membuatku maju meraih cita-cita
25.
Orang tuaku tidak pernah memotivasi aku untuk mencapai prestasi terbaik di kelas dan tidak pernah memberikan nasihat-nasihat dengan kata-kata yang baik untuk membuatku maju meraih cita-cita
26.
Apabila aku marah dan „uring-uringan‟ di rumah karena sedang kesal dengan teman, orang tua akan menunggu sampai aku tenang, baru kemudian berusaha untuk memberikan nasihat-nasihat yang positif dan mau mendengarkan keluhanku
27.
Apabila aku marah dan „uring-uringan‟ di rumah karena sedang kesal dengan teman, orang tuaku akan memarahi aku dan menyalahkanku
28.
Aku rajin membersihkan dan merapihkan kamar tidurku sendiri bukan karena paksaan dari orang tua, tetapi karena bimbingan dan motivasi dari mereka untuk membuat kamar lebih nyaman ditempati
29.
Apabila orang tua mau menetapkan suatu aturan di rumah, mereka tidak pernah menanyakan pendapatku, dan mereka sering menghukumku secara fisik (menjewer atau memukul) bila aku melakukan kesalahan
30.
Orang tuaku sering berdiskusi denganku soal aturan yang akan ditetapkan bersama di rumah dan aku diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatku
31.
Orang tuaku tidak pernah berdiskusi denganku soal aturan yang mereka tetapkan di rumah dan aku tidak diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatku
32.
Apabila orang tuaku ingin meminta bantuanku,
mereka selalu menyebutkan kata „tolong‟ dengan baik, setelah itu mereka akan mengucapkan kata „terimakasih‟ bila aku sudah membantu mereka 33.
Apabila orang tuaku ingin meminta bantuanku, mereka tidak pernah menyebutkan kata „tolong‟ dengan baik, setelah itu mereka tidak pernah mengucapkan kata „terimakasih‟ bila aku sudah membantu mereka
34.
Kedua orang tuaku selalu ada ketika aku membutuhkan mereka berdua
35.
Kedua orang tuaku tidak pernah ada ketika aku membutuhkan mereka
36.
Orang tuaku selalu menuntutku, aku sering merasa tidak disayangi dan tidak dimengerti
37.
Orang tuaku selalu sadar bila aku sedang ada masalah, kemudian berusaha untuk menghibur dan mendengarkan keluhanku
38.
Orang tuaku sadar bila aku sedang ada masalah, dan orang tuaku malah menyalahkanku karena aku dianggap telah membuat masalah
39.
Orang tua tidak pernah mengaturku, mereka akan memberikan apapun yang kuminta
40.
Orang tuaku tidak pernah memberikanku hukuman atau konsekuensi, mereka selalu memujiku walaupun aku melakukan kesalahan sekalipun
41.
Orang tuaku selalu memberikanku penghargaan bila aku berprestasi, tetapi bila aku membuat kesalahan atau melanggar peraturan, aku harus menerima konsekuensi berupa sanksi
42.
Aku bebas bergaul dan bergabung dengan kelompok geng apapun, orang tua tidak berhak melarangku untuk bergaul dengan siapapun
43.
Aku tidak bebas bergaul dengan sembarang kelompok sosial, orang tuaku selalu membimbingku untuk memilih pergaulan yang baik
44.
Ketika aku sedang tidak „mood‟ untuk belajar, orang tuaku akan menghibur dan memotivasi aku agar kembali semangat belajar
45.
Bila aku mempunyai masalah dengan teman, maka orang tuaku akan membimbing dan memotivasi aku agar mampu menghadapinya sendiri dengan penuh tanggung jawab
46.
Orang tuaku selalu melayani kebutuhanku di rumah dan tidak pernah menyuruhku untuk merapikan kamar sendiri
47.
Aku berhak berbuat sesuka hatiku, orang tuaku tidak berhak untuk mengatur hidupku
48.
Aku tidak bebas berbuat sesuka hati, karena ada batasan yang harus aku perhatikan dalam bersikap, apalagi terhadap orang tuaku yang sudah membesarkanku
49.
Orang tuaku selalu bersedia dengan tulus mendengarkan semua keluh kesahku bila aku sedang bersedih
50.
Orang tuaku selalu memenuhi semua keinginanku
Aku tidak betah berada di rumah, kedua orang tuaku 51. 52.
membosankan Aku selalu merasa nyaman berada di rumah, karena kedua orang tua sangat menyenangkan
53.
Tidak ada aturan yang harus aku patuhi di rumah, karena orang tuaku tidak pernah perduli padaku
54.
Ada kesepakatan bersama antara aku dan orang tua yang harus aku patuhi di rumah
55.
Orang tuaku tidak pernah memberiku hukuman ataupun penghargaan karena mereka tidak pernah perduli apapun yang aku lakukan
56.
Aku selalu berada di luar rumah dan bergaul dengan teman-teman sampai larut malam, karena orang tua tidak pernah perduli
57.
Orang tuaku tidak pernah tahu ketika aku merasa bersedih atau sedang ada masalah
58.
Orang tuaku tahu ketika aku sedang merasa sedih dan bila sedang ada masalah
59.
Kedua orang tua selalu memberikanku kebebasan untuk melakukan apapun, walaupun aku main sampai larut malam, mereka tidak pernah tahu aku ada di mana,
dan
tidak
pernah
menelepon
untuk
menanyakan kabarku 60.
Kedua orang tuaku memberikanku hak untuk memilih kegiatan yang positif, apabila kegiatan tersebut sampai larut malam, aku akan izin pada orang tua, atau orang tua yang akan menelepon untuk menanyakan kabarku
61.
Orang tuaku tidak pernah mau mendengarkan keluh kesahku atau sekedar mendengar ceritaku di sekolah, selalu saja ada alasan
62.
Aku bebas berbuat sesuka hatiku, karena kedua orang tuaku tidak pernah perduli padaku
63.
Aku tidak bebas berbuat sesuka hatiku, karena orang tua akan menegur dan menasehatiku bila aku melakukan kesalahan
Alhamdulillah... *Terima kasih *
ANGKET ATTACHMENT STYLE Petunjuk pengisian : Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang menggambarkan keadaan yang temanteman alami dengan ibu di rumah. Setelah membaca pernyataan tersebut, teman-teman diminta untuk memberi tanda check list (√) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang menurut teman-teman paling sesuai dengan keadaan sehari-hari di rumah. Pilihan jawabannya adalah : SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) TS (Tidak Sesuai) STS (Sangat Tidak Sesuai)
: Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan apa yang teman-teman alami : Jika pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang teman-teman alami : Jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan apa yang teman-teman alami : Jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan apa yang teman-teman alami
Tidak ada jawaban yang salah, karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbedabeda. Jawaban yang teman-teman berikan akan dirahasiakan, sehingga teman-teman tidak perlu takut menjawabnya. Kerjakanlah dengan cermat, jangan sampai ada yang terlewat! Selamat mengerjakan! ^_^ NO. 1. 2. 3. 4.
5.
PERNYATAAN Ibu selalu menyadari bila saya sedang sedih, kemudian menanyakan kenapa saya bersedih Ibu sering cuek dan merasa saya baik-baik saja, padahal seringkali ketika itu saya sedang bersedih Ketika saya berbuat salah, ibu selalu menanyakan alasan kenapa saya melakukan perbuatan tersebut Ketika saya berbuat salah, ibu langsung memarahi saya, tanpa menanyakan terlebih dahulu alasan saya melakukan perbuatan tersebut Ibu selalu bersedia dengan sabar memberikan penjelasan sebagai jawaban atas semua pertanyaan
PILIHAN JAWABAN STS TS S SS
6. 7.
8. 9. 10.
11. 12.
13.
14.
15.
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
yang banyak saya ajukan ketika kecil Ketika saya kecil dan penuh rasa ingin tahu, ibu tidak pernah mau menjawab pertanyaan yang saya ajukan Ibu selalu menyadari bila saya sedang merasakan sakit, walau saya berusaha menyembunyikannya dengan wajah ceria Ibu selalu saja salah mengerti perasaan saya Ibu selalu mengerti, kapan saya membutuhkan teman dan kapan saya ingin menyendiri Bila saya sedang sedih, ibu malah menasehati saya, padahal saya sedang ingin menyendiri dan tidak ingin diganggu Ibu selalu ada dan perduli ketika saya membutuhkan bantuannya Saya sulit meminta bantuan ibu, karena ibu sibuk bekerja Walau ibu sedang sibuk, ia selalu tahu ketika saya sedih dan berusaha menghibur, walau sekedar sms atau telepon Bila ibu sedang sibuk memasak atau mencuci, ibu tidak pernah sadar ketika saya pulang dengan wajah bersedih karena ada masalah di sekolah Ibu selalu tahu bila saya sedang membutuhkan bantuan ibu, walau saya jauh darinya Walau saya dekat dengan ibu, ibu tidak pernah tahu bila saya sedang membutuhkan bantuannya Setiap hari libur, ibu selalu menyediakan waktu khusus untuk anak-anaknya Ibu sering sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jarang meluangkan waktu untuk anaknya Ibu akan memarahi saya bila saya „uring-uringan‟ di rumah karena kesal dengan teman di sekolah Ibu jarang memberikan pujian atas pekerjaan saya Ibu akan marah jika saya tidak mau menolong ibu karena sedang asyik mengerjakan PR Ibu selalu memaksa saya agar mau mengikuti kegiatan yang disarankan olehnya
23. 24.
25. 26. 27.
Ibu selalu memotivasi saya untuk rajin mengikuti pelajaran tambahan atau les, agar saya menjadi pintar Ibu tidak pernah mau mendengarkan keluhankeluhan saya Ibu dapat memahami keinginan saya dan berusaha memenuhinya jika keinginan saya baik Ketika saya meminta bantuan ibu, ibu selalu tidak bisa membantu Ketika saya meminta bantuan pada ibu, ibu sering membantu
28.
Ibu lebih sering memarahi saya, daripada memuji saya
29.
Ibu pernah memarahi saya ketika saya salah, tetapi saya tahu ibu menyayangi saya
30.
Sewaktu saya kecil, ibu sering mengatakan bahwa saya anak yang nakal, menjengkelkan dan susah diatur
31.
Ketika saya kecil, banyak pertanyaan yang saya ajukan kepada ibu, dan ibu kadang tidak sabar dan selalu berkata saya cerewet dan “bawel” Ketika saya kecil dan penuh rasa ingin tahu, ibu selalu bersedia menjawab pertanyaan yang saya ajukan dan selalu berkata “saya anak yang pintar” Ibu sering memberikan banyak alasan untuk menolak keinginan dan harapan saya Walaupun keinginan dan harapan saya tidak semua dapat dipenuhi, ibu selalu mendengarkan dan memberikan pengertian bila saya menuntut sesuatu Ibu sering memarahi saya jika saya melakukan sedikit kesalahan Ibu lebih sering memotivasi saya daripada memarahi saya
32.
33. 34.
35. 36.
37.
Ibu akan menasehati saya bila kemarahan saya sudah mereda
38. 39. 40. 41. 42.
43.
44.
45.
46.
Ibu selalu memotivasi saya berusaha memaksimalkan kemampuan saya, untuk mendapatkan nilai yang baik Ibu seringkali tidak menyadari saya tidak enak badan, bila saya tidak mengeluh Ibu langsung bertanya pada saya jika tiba-tiba saya tidak berselera untuk makan Ibu tidak pernah tahu aktivitas atau ekstrakulikuler apa yang saya ikuti di sekolah Ibu selalu tahu kegiatan saya di sekolah, karena ibu mau mendengarkan cerita saya tentang kegiatan di sekolah Bila saya sedang pergi jauh, ibu tidak pernah menelepon untuk menanyakan apakah saya sudah sampai tempat tujuan Bila saya pergi ke suatu tempat dalam waktu yang lama, ibu sering menelepon untuk menanyakan keadaan saya Ibu perhatian pada saya hanya pada saat-saat tertentu saja Ibu selalu memperhatikan saya kapanpun, walaupun saya jauh darinya
Alhamdulillah... *Terimakasih *
ANALISIS DATA TAMBAHAN PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Nama Ayu Ningtiyas W Ihsan Zulhanif Dewa Asmara Putra Sri Indiyani H Asep Setiawan Setio Prayogo Thesar Damara Prasetyo Faisal Hafiizh Janu Ari wibowo Indryani Rahayu Gamal Abdul Rohim Yusuf Mardiansyah Dita Fitriana Eulis Siti Masrifah Anjar Riansyah Ajaey Samsuri Nur Hadiyanti Fitriyatul Mutmainah Andi Maulana Parulian Rangga Adi Permana Fitri Fauziah Hari Nugroho Hendrik Rizki Kurniawan Layli Eksak Agustina Gilang Faqqih Bargowo Sendy Fresya M. Riyadi Prabowo Ibnu Mubahrokul Ulum Eko Mardian Herdiana W. Annisa Larasati Gilang Ardi W. Ferdiansyah Rachmadi S. Martina Caisar Ferananda Irawan Diego sabastian O.H. Roy Tolhas S.S. Putra Prasetyo Mellyana Sauva Ainina Istiqomah Fikran Abdul Aziz Dwi Agista Indah R.a. Reza Ibrahim Ibnu Asyifa Rachman Muhamad Zulfikar Irfan Teguh Saputra Denny Subagja Muhammad Syarifudin R Andika Desta Pratama Nur jaya Dika Widyansyah Fendy Riko Sigit Nurrizal F Dita Dwi Andini Marwan Kurniawan Yayang Rahmat Anggi Fauziah Rafika Dewi Saputri Iqbal irsandi Fitriana Anjar kasih Febriditya Ramdhan D Widyawati Maulana Alamsyah Putri Ramadhani Dimas Adi P M Haerudin Fahmi Rhafi Afif Siska Ismaniar Dhimas Fahrizal Maulana Ridwan Nur Zen Dalima Sarah Wiwin Fadilah Henry Andhika baskoro Devi Rizky Amelia Nur Ikhsan Robbani Anugrah setiawan Dilla Destriani Yunita Agustin Danu Kurnianto Agung Sukma Aulia Yoga Prasetyo Daniel Marchel Hetharia Geger Pamungkas Nia Sulistiani Riki Sigit Nurrizal F Leonsius Kevin andika Rismayanti Morizka Ao Andika Singgih R Aidhys Harta Nalendra Rizky Wahyu Syahputra Atma Wijaya Vijay Dwi Putra Ryan Syahrizal
1
2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1
3 2 4 2 2 1 2 2 1 2 1 4 1 1 4 1 3 2 2 1 5 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 1 2 6 5 5 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 6 1 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 6 2 2 1 6 4 5 2 3 1 1 2 2
65.13 74.39 71.39 67.35 70.43 70.61 70.3 64.78 72.61 71.26 74.3 71.22 76.52 78.83 80.22 78.57 77.13 73.65 76.1 75.6 75.75 81.05 74.45 77.9 85.35 75.35 74 72.3 68.57 69.52 76.22 74.86 76.19 80.71 76.67 76 80.15 75.95 72.91 74.61 65.7 74.09 76.35 75.25 74.1 76.95 74.35 73.95 73.05 72.13 73.13 70.32 68.53 75.65 70.57 73.61 70.04 72.04 73.67 73.57 69.65 74 71.57 74.43 76.1 69.83 72.57 74 67.96 75.35 63.48 80.29 78.43 71.3 75.85 72.95 76.65 78.76 75.22 65.69 69.52 73.8 72.33 64.39 68.78 60.87 69.26 71 69.13 73.48 79 75.24 63.09 75.78
No item 4 5 4 4 4 6 2 4 4 4 2 2 4 2 4 4 2 2 4 5 2 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 6 6 5 4 6 4 3 2 5 4 5 4 6 6 4 4 4 4 2 6 2 4 4 4 2 4 2 3 4 6 4 4 4 4 2 4 4 4 4 6 4 4 6 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 6 4 3 2 2 2 2 6 3
6 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 4 2 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 5 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 3 3 4 4 6 4 4 4 4 2 5 3 2 3 2 4 6 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 3 2 2 2 2 4 4
7 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2
8 3 4 2 2 2 3 2 4 2 2 3 2 1 3 1 2 2 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 2 4 2 1 1 4 2 3 2 4 4 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan No item : 1 : Jenis kelamin (Laki-laki = 1, Perempuan = 2) 2 : Suku (Sunda = 1, Jawa = 2, Betawi = 3, Minang = 4, Batak = 5, Lain-lain = 6) 3 : Prestasi belajar 4 : Pendidikan Ayah (Tidak sekolah = 1, SD = 2, SMP = 3, SMA/SMK/STM = 4, D1/D2/D3 = 5, S1 = 6, S2 = 7, S3 = 8) 5 : Pendidikan Ibu (Tidak sekolah = 1, SD = 2, SMP = 3, SMA/SMK/STM = 4, D1/D2/D3 = 5, S1 = 6, S2 = 7, S3 = 8) 6 : Status ibu (Ibu bekerja = 1, Ibu tidak bekerja = 2) 7: Jumlah Pendapatan ( <500.000 = 1, 500.000 s.d 1.500.000 = 2, 1.500.000 s.d 2.500.000 = 3, > 2.500.000 = 4) 8 : Figur pengasuh dominan (Ayah = 1, Ibu = 2, Nenek = 3, Kakek = 4 Pembantu / pengasuh = 5, Saudara = 6, Lain-lain = 7)
SKOR REASONING TEST No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Nama / No item Ayu Ningtiyas W Ihsan Zulhanif Dewa Asmara Putra Sri Indiyani H Asep Setiawan Setio Prayogo Thesar Damara Prasetyo Faisal Hafiizh Janu Ari wibowo Indryani Rahayu Gamal Abdul Rohim Yusuf Mardiansyah Dita Fitriana Eulis Siti Masrifah Anjar Riansyah Ajaey Samsuri Nur Hadiyanti Fitriyatul Mutmainah Andi Maulana Parulian Rangga Adi Permana Fitri Fauziah Hari Nugroho Hendrik Rizki Kurniawan Layli Eksak Agustina Gilang Faqqih Bargowo Sendy Fresya M. Riyadi Prabowo Ibnu Mubahrokul Ulum Eko Mardian Herdiana W. Annisa Larasati Gilang Ardi W. Ferdiansyah Rachmadi S. Martina Caisar Ferananda Irawan Diego Sabastian O.H. Roy Tolhas S.S. Putra Prasetyo Mellyana Sauva Ainina Istiqomah Fikran Abdul Aziz Dwi Agista Indah R.a. Reza Ibrahim Ibnu Asyifa Rachman Muhamad Zulfikar Irfan Teguh Saputra Denny Subagja Muhammad Syarifudin R Andika Desta Pratama Nur jaya Dika Widyansyah Fendy Riko Sigit Nurrizal F Dita Dwi Andini Marwan Kurniawan Yayang Rahmat Anggi Fauziah Rafika Dewi Saputri Iqbal irsandi Fitriana Anjar kasih Febriditya Ramdhan D Widyawati Maulana Alamsyah Putri Ramadhani Dimas Adi P M Haerudin Fahmi Rhafi Afif Siska Ismaniar Dhimas Fahrizal Maulana Ridwan Nur Zen Dalima Sarah Wiwin Fadilah Henry Andhika baskoro Devi Rizky Amelia Nur Ikhsan Robbani Anugrah setiawan Dilla Destriani Yunita Agustin Danu Kurnianto Agung Sukma Aulia Yoga Prasetyo Daniel Marchel Hetharia Geger Pamungkas Nia Sulistiani Riki Sigit Nurrizal F Leonsius Kevin andika Rismayanti Morizka Ao Andika Singgih R Aidhys Harta Nalendra Rizky Wahyu Syahputra Atma Wijaya Vijay Dwi Putra Ryan Syahrizal
7 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 58
8 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 53
9 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 65
10 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 54
11 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 50
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 62
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 71
14 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 45
15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 31
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 19
17 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 42
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84
19 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 70
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 32
21 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 39
22 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 40
23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 77
24 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 20
25 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 59
26 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 62
27 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 82
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 75
29 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 22
30 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
31 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 48
32 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 62
33 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 43
34 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 56
35 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 29
36 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 54
37 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 11
38 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 48
39 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 67
40 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 35
41 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 59
42 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 45
43 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 72
44 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 52
45 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 54
46 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 40
47 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 40
48 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 11
49 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 37
JMH 15 25 23 19 17 17 16 15 25 18 26 20 24 25 26 28 31 18 26 23 25 24 21 23 25 20 18 20 17 23 23 23 24 30 18 22 27 25 24 25 21 25 24 23 22 29 14 27 17 12 27 23 18 29 27 23 23 24 25 28 15 22 20 24 15 22 22 22 18 24 16 27 20 20 19 16 27 30 24 23 19 19 28 24 13 17 22 20 22 30 22 19 25 26
ANALISIS SKALA POLA ASUH No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Nama / No item Ayu Ningtiyas W Ihsan Zulhanif Dewa Asmara Putra Sri Indiyani H Asep Setiawan Setio Prayogo Thesar Damara Prasetyo Faisal Hafiizh Janu Ari wibowo Indryani Rahayu Gamal Abdul Rohim Yusuf Mardiansyah Dita Fitriana Eulis Siti Masrifah Anjar Riansyah Ajaey Samsuri Nur Hadiyanti Fitriyatul Mutmainah Andi Maulana Parulian Rangga Adi Permana Fitri Fauziah Hari Nugroho Hendrik Rizki Kurniawan Layli Eksak Agustina Gilang Faqqih Bargowo Sendy Fresya M. Riyadi Prabowo Ibnu Mubahrokul Ulum Eko Mardian Herdiana W. Annisa Larasati Gilang Ardi W. Ferdiansyah Rachmadi S. Martina Caisar Ferananda Irawan Diego sabastian O.H. Roy Tolhas S.S. Putra Prasetyo Mellyana Sauva Ainina Istiqomah Fikran Abdul Aziz Dwi Agista Indah R.a. Reza Ibrahim Ibnu Asyifa Rachman Muhamad Zulfikar Irfan Teguh Saputra Denny Subagja Muhammad Syarifudin R Andika Desta Pratama Nur jaya Dika Widyansyah Fendy Riko Sigit Nurrizal F Dita Dwi Andini Marwan Kurniawan Yayang Rahmat Anggi Fauziah Rafika Dewi Saputri Iqbal irsandi Fitriana Anjar kasih Febriditya Ramdhan D Widyawati Maulana Alamsyah Putri Ramadhani Dimas Adi P M Haerudin Fahmi Rhafi Afif Siska Ismaniar Dhimas Fahrizal Maulana Ridwan Nur Zen Dalima Sarah Wiwin Fadilah Henry Andhika baskoro Devi Rizky Amelia Nur Ikhsan Robbani Anugrah setiawan Dilla Destriani Yunita Agustin Danu Kurnianto Agung Sukma Aulia Yoga Prasetyo Daniel Marchel Hetharia Geger Pamungkas Nia Sulistiani Riki Sigit Nurrizal F Leonsius Kevin andika Rismayanti Morizka Ao Andika Singgih R Aidhys Harta Nalendra Rizky Wahyu Syahputra Atma Wijaya Vijay Dwi Putra Ryan Syahrizal
1
2
3
4
5
6
1 3 2 1 2 4 1 1 1 1 2 1 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 3 4 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 163
2 2 4 4 1 1 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 4 2 2 4 2 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 4 2 2 2 1 1 3 2 1 1 2 3 2 1 1 1 2 2 3 2 4 4 4 4 1 3 2 2 1 2 2 196
4 3 2 4 2 1 2 4 4 2 2 1 1 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 3 1 2 2 2 4 3 2 3 4 3 2 3 2 3 1 2 1 205
4 4 3 4 2 2 1 2 4 2 2 2 1 3 4 1 4 1 1 3 2 2 2 4 1 2 3 1 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 1 3 2 2 3 2 4 1 3 3 3 3 1 3 4 1 3 4 1 1 3 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 3 2 1 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 2 1 2 213
3 3 3 4 3 1 4 2 3 2 3 1 1 4 3 1 4 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 3 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 3 3 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 4 2 1 2 2 3 3 3 2 4 4 3 2 1 3 1 2 2 214
2 4 4 1 2 2 4 2 1 2 2 2 1 1 2 4 3 2 1 2 3 4 3 2 3 2 3 4 1 4 2 2 3 2 2 2 2 1 2 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 1 4 2 1 2 3 3 2 4 3 4 3 1 1 2 4 4 3 2 3 4 239
Pola asuh authoritarian 8 9 10 11 1 2 4 3 2 3 1 2 4 1 3 2 3 3 2 1 4 4 4 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 4 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 1 3 1 1 2 1 1 1 3 1 1 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 4 4 1 4 2 1 1 3 2 3 3 2 2 2 2 1 4 4 1 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 1 3 4 1 2 3 3 3 2 4 1 3 4 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 3 1 2 1 3 3 3 4 3 3 3 4 1 1 2 1 2 1 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 4 3 3 4 3 2 1 2 2 1 3 2 3 1 3 2 4 4 1 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 1 3 1 1 1 3 3 1 1 2 3 3 4 2 2 3 3 2 1 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 4 4 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 1 4 4 2 3 2 4 3 4 1 3 2 3 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 4 4 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 1 3 3 3 2 1 4 4 4 1 1 1 1 3 1 2 1 4 4 1 2 1 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 4 4 1 1 1 2 3 2 1 3 2 3 1 4 1 3 4 3 190 177 225 254 185 7
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
2 2 2 4 3 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 3 2 3 1 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 2 2 1 3 2 1 204
3 2 2 4 1 1 1 1 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 3 4 2 2 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 4 3 1 1 1 3 2 3 1 1 2 3 2 1 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 3 2 2 1 194
3 2 2 4 1 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 1 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 4 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 3 2 2 2 188
1 2 3 4 4 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 4 1 2 2 2 1 2 2 3 2 4 3 2 1 2 2 1 1 2 1 2 4 4 2 2 1 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 4 2 2 1 2 2 1 1 2 4 1 1 1 4 2 2 2 2 3 3 4 1 2 2 1 3 2 2 1 195
2 2 3 4 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 2 2 2 2 1 2 1 3 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 3 2 3 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 1 1 4 2 2 2 2 3 2 4 1 2 2 1 3 2 2 2 185
2 3 2 4 2 4 3 2 4 2 2 2 2 2 3 2 4 1 3 1 2 2 2 3 1 2 2 3 2 4 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 3 4 3 1 4 4 3 2 3 1 3 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 4 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 4 2 1 2 2 2 2 3 4 218
3 4 2 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 1 2 3 3 3 4 3 2 3 2 2 2 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 1 4 1 2 4 2 3 2 4 4 4 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 2 4 4 3 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 1 3 4 4 284
2 4 2 4 3 3 4 4 1 3 3 3 3 4 3 4 1 4 3 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 3 3 1 2 2 1 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 1 4 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 296
2 4 2 4 2 2 3 3 1 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 4 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 4 3 3 2 4 3 3 265
3 4 2 1 3 4 3 4 1 4 3 3 3 4 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 3 4 4 2 1 4 4 3 2 2 3 4 3 2 2 1 4 4 3 3 3 3 3 4 276
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 1 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 345
3 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 1 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4 2 4 3 3 3 2 4 4 1 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 307
4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 3 1 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 1 4 3 4 318
3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 316
Pola Asuh Authorit 27 2 3 4 4 2 2 1 1 3 3 1 2 3 3 4 3 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 2 1 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 4 2 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 3 2 2 2 2 4 3 3 4 2 4 3 3 1 2 3 3 4 4 3 3 1 2 2 1 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 1 1 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 270 275
26
Pola Asuh Authoritatif 28 29 30 4 3 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 2 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 1 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 2 3 1 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 3 3 1 4 4 2 4 4 2 3 1 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 1 2 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 1 3 3 3 4 3 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 305 301 297
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 1 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 2 4 3 3 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 303
2 4 3 1 2 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4 4 1 4 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 2 4 3 3 3 1 3 1 2 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 1 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 4 3 3 4 1 3 3 3 267
3 4 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 1 4 3 3 4 3 3 2 4 2 1 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 1 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3 3 4 281
2 4 2 4 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 4 4 2 1 3 4 4 4 4 2 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 280
1 4 2 4 1 4 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 1 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 2 3 3 2 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 4 1 3 3 3 279
3 4 2 1 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 1 4 4 3 4 4 3 3 3 298
2 4 2 4 2 2 2 3 1 3 3 3 3 4 4 4 1 2 3 4 3 4 3 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 4 3 3 4 1 2 3 4 4 4 3 4 2 1 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 2 4 3 1 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 1 3 2 3 276
4 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 1 3 4 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 301
2 2 1 1 2 3 1 1 3 3 3 3 2 2 2 3 1 1 2 3 4 3 2 3 1 2 1 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 1 2 1 2 3 2 3 2 3 2 2 193
2 1 1 1 2 1 2 3 1 2 2 3 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 1 3 2 1 2 1 1 2 2 3 1 3 2 2 173
3 1 2 1 3 3 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 3 3 1 3 2 1 3 4 3 2 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 197
2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 1 2 2 4 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 3 1 4 2 3 2 1 2 2 1 1 3 1 3 3 2 3 1 1 2 3 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 175
Pola Asuh Permisif memanjakan 44 45 46 47 48 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 3 4 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 1 1 2 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 4 2 1 1 1 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 2 1 1 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 4 1 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 3 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 3 4 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 4 3 3 2 3 2 1 1 1 4 3 1 4 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 180 190 164 167 155 145
43
49
50
51
52
53
54
55
3 2 2 4 3 3 3 1 4 2 2 2 1 2 2 2 4 3 2 2 3 1 3 3 3 3 4 3 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 1 4 1 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 214
2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 202
2 1 2 1 4 2 1 2 2 1 2 1 3 1 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 167
2 1 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 3 3 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 1 1 3 2 2 1 180
3 1 2 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 1 2 1 2 2 4 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 150
3 1 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 3 3 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 4 3 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 187
3 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 3 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 150
Pola Asuh Permisif Tidak Perduli 56 57 58 59 2 3 3 2 1 1 1 1 2 3 3 2 1 3 3 1 2 3 3 4 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 4 4 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 4 4 1 1 4 4 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 4 3 2 1 2 3 1 2 3 3 2 2 3 3 1 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 4 3 2 2 4 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 4 4 1 1 4 3 2 2 2 2 1 2 2 3 3 1 4 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 1 1 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 3 1 1 3 3 1 1 2 2 1 2 3 3 2 1 3 3 1 1 2 2 1 2 3 3 2 1 3 3 2 2 4 3 2 1 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 3 4 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 151 229 226 149
a Asuh Permisif Tidak Perduli 60 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 4 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 147
61
62
63
2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 4 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 1 182
2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 144
1 1 2 1 3 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 4 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 169
154 154 142 156 156 144 143 152 132 147 148 146 139 144 149 156 142 142 140 159 166 148 153 143 148 154 146 156 153 153 146 146 143 133 151 140 139 138 148 155 148 144 147 151 157 160 159 139 155 157 145 161 161 132 152 151 144 147 153 150 149 157 157 150 153 146 145 141 140 146 144 141 143 153 153 139 138 132 147 148 152 156 152 142 159 156 144 159 151 156 161 146 145 153
ANALISIS SKALA ATTACHMENT STYLE No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Nama / No item Ayu Ningtiyas W Ihsan Zulhanif Dewa Asmara Putra Sri Indiyani H Asep Setiawan Setio Prayogo Thesar Damara Prasetyo Faisal Hafiizh Janu Ari wibowo Indryani Rahayu Gamal Abdul Rohim Yusuf Mardiansyah Dita Fitriana Eulis Siti Masrifah Anjar Riansyah Ajaey Samsuri Nur Hadiyanti Fitriyatul Mutmainah Andi Maulana Parulian Rangga Adi Permana Fitri Fauziah Hari Nugroho Hendrik Rizki Kurniawan Layli Eksak Agustina Gilang Faqqih Bargowo Sendy Fresya M. Riyadi Prabowo Ibnu Mubahrokul Ulum Eko Mardian Herdiana W. Annisa Larasati Gilang Ardi W. Ferdiansyah Rachmadi S. Martina Caisar Ferananda Irawan Diego sabastian O.H. Roy Tolhas S.S. Putra Prasetyo Mellyana Sauva Ainina Istiqomah Fikran Abdul Aziz Dwi Agista Indah R.a. Reza Ibrahim Ibnu Asyifa Rachman Muhamad Zulfikar Irfan Teguh Saputra Denny Subagja Muhammad Syarifudin R Andika Desta Pratama Nur jaya Dika Widyansyah Fendy Riko Sigit Nurrizal F Dita Dwi Andini Marwan Kurniawan Yayang Rahmat Anggi Fauziah Rafika Dewi Saputri Iqbal irsandi Fitriana Anjar kasih Febriditya Ramdhan D Widyawati Maulana Alamsyah Putri Ramadhani Dimas Adi P M Haerudin Fahmi Rhafi Afif Siska Ismaniar Dhimas Fahrizal Maulana Ridwan Nur Zen Dalima Sarah Wiwin Fadilah Henry Andhika baskoro Devi Rizky Amelia Nur Ikhsan Robbani Anugrah setiawan Dilla Destriani Yunita Agustin Danu Kurnianto Agung Sukma Aulia Yoga Prasetyo Daniel Marchel Hetharia Geger Pamungkas Nia Sulistiani Riki Sigit Nurrizal F Leonsius Kevin andika Rismayanti Morizka Ao Andika Singgih R Aidhys Harta Nalendra Rizky Wahyu Syahputra Atma Wijaya Vijay Dwi Putra Ryan Syahrizal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 1 1 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 1 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 266
1 4 3 1 2 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 2 3 4 3 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 4 4 1 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 2 3 3 4 257
3 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 1 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 292
2 4 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 1 2 3 3 3 4 3 3 2 3 1 2 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 1 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 1 1 4 3 4 4 2 3 3 3 3 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 274
2 4 3 3 2 1 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 278
3 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 4 4 3 2 4 3 3 3 3 304
2 4 3 1 2 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 2 1 3 3 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 4 3 262
2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 1 2 2 4 1 4 3 3 3 2 4 1 3 2 3 1 2 3 3 2 3 2 4 3 4 2 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 4 3 4 1 2 4 4 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 1 2 1 1 3 242
2 3 2 3 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 4 3 2 3 4 3 2 2 4 3 3 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 248
Secure Attachment 10 11 12 13 3 2 1 2 3 4 4 3 2 2 3 2 2 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 4 1 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 1 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 4 4 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 4 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 4 3 2 2 1 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4 1 1 3 3 2 1 4 2 1 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 3 2 2 1 2 1 3 3 3 2 3 4 2 3 2 4 4 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 4 2 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 237 275 278 230
Anxious avo 14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 2 2 4 3 3 1 1 3 3 2 3 1 1 2 3 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 1 3 3 2 1 1 2 3 2 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 3 236
2 2 2 3 2 4 3 3 1 3 3 2 2 3 3 4 1 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 246
2 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 1 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 257
2 3 2 3 2 2 2 3 1 3 3 2 3 4 3 3 2 2 4 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 2 4 2 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 2 4 4 4 3 1 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 267
1 3 2 4 2 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 1 4 4 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3 2 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 285
3 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 1 4 2 3 3 3 1 3 2 3 2 3 3 2 3 2 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 2 3 1 4 2 4 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 246
2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 3 3 1 1 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 4 3 1 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 272
1 2 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 2 1 2 4 4 4 1 1 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 3 271
3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 2 2 4 4 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 1 3 3 4 3 2 1 4 4 4 1 2 3 3 2 3 2 4 4 3 3 2 3 2 3 3 275
1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 186
3 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 2 3 1 2 2 4 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 3 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 192
1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 4 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 172
2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 181
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 4 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 188
Anxious avoidant attachment 28 29 30 31 32 4 1 2 2 3 2 1 1 1 1 3 2 3 2 2 4 1 3 3 1 2 2 2 2 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 1 1 2 1 2 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 1 3 4 4 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 3 1 4 1 4 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 1 2 2 4 3 2 3 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 3 1 1 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 1 1 4 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 3 1 1 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 1 1 3 1 1 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 3 3 3 4 1 4 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 4 1 3 3 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 4 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 203 146 196 188 187
33
34
35
36
37
38
3 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 1 3 3 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 3 4 1 2 2 2 1 2 2 2 199
3 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 1 2 1 2 4 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 168
4 1 3 4 3 4 2 2 3 2 2 2 3 1 2 2 4 3 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 1 1 3 1 1 2 3 3 3 4 1 3 3 2 2 2 2 2 231
2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 1 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 1 2 1 3 2 2 1 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 212
1 1 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 4 2 1 2 2 1 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 4 3 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 198
1 1 2 2 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 159
Anxious avoidant attachment 40 41 42 43 44 4 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 4 2 1 2 1 1 3 2 3 3 3 3 1 2 4 4 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 4 3 3 4 4 4 3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 3 1 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 3 3 1 1 2 1 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 3 4 4 4 4 4 3 4 2 1 4 3 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 4 1 3 3 1 1 2 4 2 4 3 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 2 2 3 2 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 3 3 4 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 238 185 173 191 178 155
39
45
46
4 2 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 1 2 3 4 2 2 2 2 3 1 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 4 4 3 2 1 2 4 4 3 1 1 3 4 2 2 2 4 2 4 1 2 2 1 3 2 2 2 217
2 2 1 2 3 3 3 1 1 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 3 2 1 2 1 1 2 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 4 4 4 1 1 3 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 2 1 163
102 104 106 118 107 111 113 112 100 116 114 101 112 105 113 111 117 103 112 117 113 104 95 103 109 104 114 113 111 111 112 112 109 110 113 114 111 115 104 113 105 115 107 111 116 95 107 112 110 113 103 114 108 103 110 113 112 108 104 112 103 114 112 104 112 112 110 114 118 122 112 113 105 126 107 111 109 113 105 90 110 102 112 106 107 118 105 117 113 111 114 101 103 111
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
Authoritarian
50.0000
9.23313
94
Correlations Critical Thinking Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Critical Thinking
1.000
-.245
Authoritarian
-.245
1.000
.
.009
.009
.
Critical Thinking
94
94
Authoritarian
94
94
Critical Thinking Authoritarian
N
authoritarian
Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered authoritarian
Removed
a
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Critical Thinking
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .245
a
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.060
.050
a. Predictors: (Constant), authoritarian
9.74830
.060
F
Sig. F
Change df1 df2 5.864
1 92
Change .017
b
ANOVA Model
Sum of Squares df Mean Square
1 Regression
557.298 1
Residual
8742.702 92
Total
9300.000 93
F
Sig.
557.298 5.864 .017
a
95.029
a. Predictors: (Constant), authoritarian b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
63.256
5.566
11.366 .000
-.265
.109
-.245 -2.422 .017
authoritarian
Std. Error
Beta
t
Sig.
a. Dependent Variable: Critical Thinking
COMPUTE authoritative=(FAC1_2* 10) + 50. VARIABLE LABELS authoritative 'authoritative'. EXECUTE. REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
authoritarian
50.0000
9.23313
94
authoritative
50.0000
9.56309
94
Correlations Critical Thinking Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
authoritarian
authoritative
Critical Thinking
1.000
-.245
.197
authoritarian
-.245
1.000
-.671
authoritative
.197
-.671
1.000
.
.009
.028
Critical Thinking
N
authoritarian
.009
.
.000
authoritative
.028
.000
.
Critical Thinking
94
94
94
authoritarian
94
94
94
authoritative
94
94
94
Variables Entered/Removed Variables Model
Variables Entered
1
Removed
Method
authoritative, authoritarian
. Enter
a
a. All requested variables entered.
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .249
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.062
.041
9.79135
F Change df1 df2
.062
3.003
a. Predictors: (Constant), authoritative, authoritarian
b
ANOVA Model
Sum of Squares df Mean Square
1 Regression
575.783 2
Residual
8724.217 91
Total
9300.000 93
F
Sig.
287.891 3.003 .055
a
95.871
a. Predictors: (Constant), authoritative, authoritarian b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
57.930
13.357
4.337 .000
-.221
.148
-.204 -1.494 .139
authoritarian
Std. Error
Beta
Sig. F
t
Sig.
2 91
Change .055
authoritative
.063
.143
.060
.439 .662
a. Dependent Variable: Critical Thinking
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative permisifmemanjakan.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
authoritarian
50.0000
9.23313
94
authoritative
50.0000
9.56309
94
permisif memanjakan
50.0000
9.01657
94
Correlations Critical
permisif
Thinking Pearson Correlation
authoritarian authoritative
memanjakan
Critical Thinking
1.000
-.245
.197
-.202
authoritarian
-.245
1.000
-.671
.417
authoritative
.197
-.671
1.000
-.677
-.202
.417
-.677
1.000
.
.009
.028
.026
authoritarian
.009
.
.000
.000
authoritative
.028
.000
.
.000
permisif
.026
.000
.000
.
Critical Thinking
94
94
94
94
authoritarian
94
94
94
94
authoritative
94
94
94
94
permisif
94
94
94
94
permisif memanjakan Sig. (1-tailed)
Critical Thinking
memanjakan N
memanjakan
Variables Entered/Removed Variables Model
Variables Entered
1
Removed
permisif
Method . Enter
memanjakan, authoritarian, authoritative
a
a. All requested variables entered.
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .269
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.073
.042
9.78946
F
Sig. F
Change df1 df2
.073
2.348
3 90
a. Predictors: (Constant), permisif memanjakan, authoritarian, authoritative
b
ANOVA Model
Sum of Squares
1 Regression
df
674.976
Mean Square
3
Residual
8625.024 90
Total
9300.000 93
F
Sig.
224.992 2.348 .078
a
95.834
a. Predictors: (Constant), permisif memanjakan, authoritarian, authoritative b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant)
71.564
18.919
3.783 .000
authoritarian
-.232
.149
-.214 -1.560 .122
authoritative
-.043
.177
-.042 -.245 .807
permisif memanjakan
-.156
.153
-.141 -1.017 .312
a. Dependent Variable: Critical Thinking
Beta
t
Sig.
Change .078
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative permisifmemanjakan permisiftdkpeduli.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
authoritarian
50.0000
9.23313
94
authoritative
50.0000
9.56309
94
permisif memanjakan
50.0000
9.01657
94
permisif tidak peduli
50.0000
9.24001
94
Correlations Critical Thinking Pearson Correlation
authoritarian authoritative
permisif
permisif tidak
memanjakan
peduli
Critical Thinking
1.000
-.245
.197
-.202
-.376
authoritarian
-.245
1.000
-.671
.417
.281
authoritative
.197
-.671
1.000
-.677
-.599
-.202
.417
-.677
1.000
.622
-.376
.281
-.599
.622
1.000
.
.009
.028
.026
.000
authoritarian
.009
.
.000
.000
.003
authoritative
.028
.000
.
.000
.000
permisif
.026
.000
.000
.
.000
.000
.003
.000
.000
.
Critical Thinking
94
94
94
94
94
authoritarian
94
94
94
94
94
authoritative
94
94
94
94
94
permisif memanjakan permisif tidak peduli Sig. (1-tailed)
Critical Thinking
memanjakan permisif tidak peduli N
permisif
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
memanjakan permisif tidak peduli
Variables Entered/Removed Variables Model
Variables Entered
1
Removed
Method
permisif tidak
. Enter
peduli, authoritarian, permisif memanjakan, authoritative
a
a. All requested variables entered.
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .439
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.193
.156
9.18496
F
Sig. F
Change df1 df2
.193
5.309
Change
4 89
.001
a. Predictors: (Constant), permisif tidak peduli, authoritarian, permisif memanjakan, authoritative
b
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
1791.642
4
447.910
Residual
7508.358
89
84.364
Total
9300.000
93
F
Sig.
5.309
.001
a
a. Predictors: (Constant), permisif tidak peduli, authoritarian, permisif memanjakan, authoritative b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
1 (Constant)
103.590
19.814
5.228 .000
authoritarian
-.331
.142
-.306 -2.330 .022
authoritative
-.275
.178
-.263 -1.544 .126
.047
.154
-.513
.141
permisif memanjakan permisif tidak peduli
.042
.304 .762
-.474 -3.638 .000
a. Dependent Variable: Critical Thinking
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative permisifmemanjakan permisiftdkpeduli secure.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
Authoritarian
50.0000
9.23313
94
Authoritative
50.0000
9.56309
94
permisif memanjakan
50.0000
9.01657
94
permisif tidak peduli
50.0000
9.24001
94
Secure
50.0000
9.49614
94
Correlations Critical
permisif
Thinking authoritarian authoritative Pearson
Critical
Correlation
Thinking
memanjakan
permisif tidak peduli secure
1.000
-.245
.197
-.202
-.376
.302
authoritarian
-.245
1.000
-.671
.417
.281
-.549
authoritative
.197
-.671
1.000
-.677
-.599
.760
-.202
.417
-.677
1.000
.622
-.657
-.376
.281
-.599
.622
1.000
-.574
.302
-.549
.760
-.657
permisif memanjakan permisif tidak peduli secure
-.574 1.000
Sig. (1-tailed) Critical
.
.009
.028
.026
.000
.002
authoritarian
.009
.
.000
.000
.003
.000
authoritative
.028
.000
.
.000
.000
.000
permisif
.026
.000
.000
.
.000
.000
.000
.003
.000
.000
.
.000
secure
.002
.000
.000
.000
.000
.
Critical
94
94
94
94
94
94
authoritarian
94
94
94
94
94
94
authoritative
94
94
94
94
94
94
permisif
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
Thinking
memanjakan permisif tidak peduli
N
Thinking
memanjakan permisif tidak peduli secure
Variables Entered/Removed Variables Model 1
Variables Entered
Removed
secure,
Method . Enter
authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, authoritative
a
a. All requested variables entered.
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .463
a
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.214
.170
9.11180
.214
F
Sig. F
Change df1 df2 4.803
5 88
Change .001
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .463
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.214
.170
9.11180
F
Sig. F
Change df1 df2
.214
4.803
Change
5 88
.001
a. Predictors: (Constant), secure, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, authoritative
b
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
1 Regression
1993.816
5
398.763
Residual
7306.184
88
83.025
Total
9300.000
93
4.803
Sig. .001
a
a. Predictors: (Constant), secure, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, authoritative b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
90.427
21.389
4.228 .000
authoritarian
-.301
.142
-.278 -2.115 .037
authoritative
-.390
.191
-.373 -2.038 .045
.105
.158
-.478
.142
-.441 -3.371 .001
.255
.163
.242 1.560 .122
permisif memanjakan permisif tidak peduli secure
Std. Error
a. Dependent Variable: Critical Thinking
Beta
t
.095
Sig.
.667 .506
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative permisifmemanjakan permisiftdkpeduli secure anxiousAvoidant.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
authoritarian
50.0000
9.23313
94
authoritative
50.0000
9.56309
94
permisif memanjakan
50.0000
9.01657
94
permisif tidak peduli
50.0000
9.24001
94
secure
50.0000
9.49614
94
Anxious avoidant
50.0000
9.40610
94
Correlations permisif Critical
permisif
Thinking authoritarian authoritative memanjakan Pearson
Critical
tidak
Anxious
peduli
secure avoidant
1.000
-.245
.197
-.202
-.376
.302
-.287
authoritarian
-.245
1.000
-.671
.417
.281
-.549
.674
authoritative
.197
-.671
1.000
-.677
-.599
.760
-.633
-.202
.417
-.677
1.000
.622
-.657
.519
-.376
.281
-.599
.622
1.000
-.574
.319
secure
.302
-.549
.760
-.657
-.574 1.000
-.668
Anxious
-.287
.674
-.633
.519
.319
-.668
1.000
.
.009
.028
.026
.000
.002
.002
authoritarian
.009
.
.000
.000
.003
.000
.000
authoritative
.028
.000
.
.000
.000
.000
.000
Correlation Thinking
permisif memanjakan permisif tidak peduli
avoidant Sig. (1-
Critical
tailed)
Thinking
permisif
.026
.000
.000
.
.000
.000
.000
.000
.003
.000
.000
.
.000
.001
secure
.002
.000
.000
.000
.000
.
.000
Anxious
.002
.000
.000
.000
.001
.000
.
94
94
94
94
94
94
94
authoritarian
94
94
94
94
94
94
94
authoritative
94
94
94
94
94
94
94
permisif
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
secure
94
94
94
94
94
94
94
Anxious
94
94
94
94
94
94
94
memanjakan permisif tidak peduli
avoidant N
Critical Thinking
memanjakan permisif tidak peduli
avoidant
Variables Entered/Removed Variables Model 1
Variables Entered Anxious avoidant, permisif tidak peduli, authoritarian, permisif memanjakan, secure, authoritative
a
a. All requested variables entered.
Removed
Method . Enter
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .481
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.232
.179
9.06334
F
Sig. F
Change df1 df2
.232
4.369
Change
6 87
.001
a. Predictors: (Constant), Anxious avoidant, permisif tidak peduli, authoritarian, permisif memanjakan, secure, authoritative
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
2153.458
6
358.910
Residual
7146.542
87
82.144
Total
9300.000
93
4.369
Sig. .001
a. Predictors: (Constant), Anxious avoidant, permisif tidak peduli, authoritarian, permisif memanjakan, secure, authoritative b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
101.589
22.732
4.469 .000
authoritarian
-.211
.156
-.194 -1.354 .179
authoritative
-.400
.191
-.383 -2.100 .039
.139
.159
-.509
.143
.169
.174
-.219
.157
permisif memanjakan permisif tidak peduli secure Anxious avoidant
a. Dependent Variable: Critical Thinking
.125
.876 .384
-.470 -3.567 .001 .160
.971 .334
-.206 -1.394 .167
a
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER authoritarian authoritative permisifmemanjakan permisiftdkpeduli secure anxiousAvoidant anxiousResistant.
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
Authoritarian
50.0000
9.23313
94
Authoritative
50.0000
9.56309
94
permisif memanjakan
50.0000
9.01657
94
permisif tidak peduli
50.0000
9.24001
94
Secure
50.0000
9.49614
94
Anxious avoidant
50.0000
9.40610
94
Anxious resistant
50.0000
9.28714
94
Correlations Critical
permisif
permisi
Anxious Anxious
Thinkin authoritaria authoritativ memanjaka f tidak secur avoidan resistan g Pearson
Critical
n
e
n
peduli
e
t
t
.302
-.287
-.259
.281 -.549
.674
.404
.760
-.633
-.617
1.000
-.245
.197
-.202
-.376
authoritarian
-.245
1.000
-.671
.417
authoritative
.197
-.671
1.000
-.677
-.202
.417
-.677
1.000
.622 -.657
.519
.581
-.376
.281
-.599
.622
1.000 -.574
.319
.517
secure
.302
-.549
.760
-.657
-.574 1.000
-.668
-.744
Anxious
-.287
.674
-.633
.519
.319 -.668
1.000
.532
-.259
.404
-.617
.581
.517 -.744
.532
1.000
Correlatio Thinking n
permisif
-.599
memanjaka n permisif tidak peduli
avoidant Anxious resistant
Sig. (1-
Critical
.
.009
.028
.026
.000
.002
.002
.006
tailed)
Thinking authoritarian
.009
.
.000
.000
.003
.000
.000
.000
authoritative
.028
.000
.
.000
.000
.000
.000
.000
permisif
.026
.000
.000
.
.000
.000
.000
.000
.000
.003
.000
.000
.
.000
.001
.000
secure
.002
.000
.000
.000
.000
.
.000
.000
Anxious
.002
.000
.000
.000
.001
.000
.
.000
.006
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.
94
94
94
94
94
94
94
94
authoritarian
94
94
94
94
94
94
94
94
authoritative
94
94
94
94
94
94
94
94
permisif
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
secure
94
94
94
94
94
94
94
94
Anxious
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
94
memanjaka n permisif tidak peduli
avoidant Anxious resistant N
Critical Thinking
memanjaka n permisif tidak peduli
avoidant Anxious resistant
Variables Entered/Removed Variables Model
Variables Entered
Removed
Method
1
Anxious resistant,
. Enter
authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, Anxious avoidant, authoritative, secure
a
a. All requested variables entered.
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .482
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.232
.170
9.11146
F
Sig. F
Change df1 df2
.232
3.718
Change
7 86
.001
a. Predictors: (Constant), Anxious resistant, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, Anxious avoidant, authoritative, secure
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
2160.391
7
308.627
Residual
7139.609
86
83.019
Total
9300.000
93
3.718
Sig. .001
a. Predictors: (Constant), Anxious resistant, authoritarian, permisif tidak peduli, permisif memanjakan, Anxious avoidant, authoritative, secure b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
104.779
25.380
4.128 .000
authoritarian
-.214
.157
-.197 -1.364 .176
authoritative
-.403
.192
-.385 -2.101 .039
.144
.160
-.505
.144
permisif memanjakan permisif tidak peduli
.129
.896 .373
-.467 -3.507 .001
a
secure
.144
.195
Anxious avoidant
-.216
.159
-.203 -1.359 .178
Anxious resistant
-.045
.156
-.042 -.289 .773
a. Dependent Variable: Critical Thinking
.137
.739 .462
ONEWAY CriticalThinking BY Jender /STATISTICS DESCRIPTIVES /MISSING ANALYSIS.
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for Mean N Laki-laki
Mean Std. Deviation Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
64 48.4929
9.96011 1.24501
46.0049
50.9809
25.96
68.37
Perempuan 30 53.2151
9.45896 1.72696
49.6831
56.7472
33.03
70.73
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
Total
94 50.0000
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
455.478 1
Within Groups
8844.522 92
Total
9300.000 93
F
Sig.
455.478 4.738 .032 96.136
ONEWAY CriticalThinking BY Suku ANALYSIS.
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for Mean N
Mean Std. Deviation Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum Maximum
Sunda
32 48.4929
11.51096 2.03487
44.3428
52.6431
25.96
68.37
Jawa
43 50.4005
9.43917 1.43946
47.4955
53.3054
33.03
70.73
Betawi
6 51.4873
12.32606 5.03209
38.5518
64.4227
37.74
68.37
Minang
5 55.1786
3.57336 1.59806
50.7417
59.6156
49.52
58.95
Batak
4 53.6471
7.03582 3.51791
42.4515
64.8427
44.81
61.30
Lain-lain 4 45.4004
6.48849 3.24424
35.0758
55.7250
37.74
51.88
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
Total
94 50.0000
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square F Between Groups
364.774 5
Within Groups
8935.226 88
Total
9300.000 93
Sig.
72.955 .719 .611 101.537
ONEWAY CriticalThinking BY Pend.Ayah /MISSING ANALYSIS.
/STATISTICS DESCRIPTIVES
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for
N SD/sederajat
Mean
Mean
Std.
Std.
Deviation
Error
Lower Bound
Upper Bound Minimum Maximum
17 50.4939
10.23862 2.48323
45.2297
55.7582
25.96
68.37
SMP/sederajat 7 51.8800
6.23394 2.35621
46.1145
57.6454
42.46
58.95
SMA/sederajat 53 49.6571
10.61214 1.45769
46.7320
52.5822
28.32
70.73
Diploma
5 55.6499
10.07950 4.50769
43.1345
68.1652
40.10
68.37
S1
12 47.3639
8.78505 2.53603
41.7821
52.9456
33.03
61.30
Total
94 50.0000
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
278.113
4
69.528
Within Groups
9021.887
89
101.370
Total
9300.000
93
ONEWAY CriticalThinking BY Pend.Ibu /MISSING ANALYSIS.
F
Sig. .686
/STATISTICS DESCRIPTIVES
.604
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for
N SD/sederajat
Mean
Std.
Std.
Deviation
Error
Mean Lower Bound
Upper Bound Minimum Maximum
24 48.5420
9.79941 2.00030
44.4041
52.6799
25.96
68.37
SMP/sederajat 14 52.8898
8.60601 2.30005
47.9208
57.8587
35.39
70.73
SMA/sederajat 52 50.3394
10.51540 1.45822
47.4118
53.2669
28.32
68.37
.00000
49.5237
49.5237
49.52
49.52
Diploma
2 49.5237
S1
2 38.9208
8.33045 5.89052
-35.9253
113.7669
33.03
44.81
94 50.0000
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
Total
.00000
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
419.867 4
Within Groups
8880.133 89
Total
9300.000 93
F
Sig.
104.967 1.052 .385 99.777
ONEWAY CriticalThinking BY StatusIbu /MISSING ANALYSIS.
/STATISTICS DESCRIPTIVES
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for
N
Mean
Std.
Std.
Deviation
Error
Mean Lower Bound
Upper Bound Minimum Maximum
Ibu bekerja
20 49.0525
8.86899 1.98317
44.9017
53.2033
33.03
68.37
Ibu tidak
74 50.2561
10.32531 1.20029
47.8639
52.6483
25.96
70.73
94 50.0000
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
bekerja Total
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
22.808
1
22.808
Within Groups
9277.192
92
100.839
Total
9300.000
93
ONEWAY CriticalThinking BY TingkatPend /MISSING ANALYSIS.
F
Sig. .226
.635
/STATISTICS DESCRIPTIVES
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for
N
Mean
Std.
Std.
Deviation
Error
Mean Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
< 500.000
4 56.0033
2.25590 1.12795
52.4137
59.5929
54.24
58.95
500.000 -
48 49.0329
10.98682 1.58581
45.8426
52.2231
25.96
70.73
29 50.4175
9.49637 1.76343
46.8053
54.0297
33.03
68.37
> 2.500.000
13 50.7925
8.58294 2.38048
45.6059
55.9791
33.03
63.66
Total
94 50.0000
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
1.500.000 1.500.000 2.500.000
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares Between Groups Within Groups
df
Mean Square
202.274
3
67.425
9097.726
90
101.086
F
Sig. .667
.574
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
202.274
3
67.425
Within Groups
9097.726
90
101.086
Total
9300.000
93
ONEWAY CriticalThinking BY Pengasuh /MISSING ANALYSIS.
F
Sig. .667
.574
/STATISTICS DESCRIPTIVES
Oneway Descriptives Critical Thinking 95% Confidence Interval for Mean N Ayah
Mean Std. Deviation Std. Error
Minimum Maximum
.
.
68.37
68.37
89 49.8679
10.02522 1.06267
47.7561
51.9797
25.96
70.73
Nenek 4 48.3456
5.92966 2.96483
38.9102
57.7810
40.10
54.24
10.00000 1.03142
47.9518
52.0482
25.96
70.73
Total
94 50.0000
.
Upper Bound
.
Ibu
1 68.3734
Lower Bound
ANOVA Critical Thinking Sum of Squares df Mean Square Between Groups
350.082 2
Within Groups
8949.918 91
Total
9300.000 93
F
Sig.
175.041 1.780 .174 98.351
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CriticalThinking /METHOD=ENTER Prestasi.
Regression Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
Critical Thinking
50.0000
10.00000
94
Tingkat prestasi belajar
73.2521
4.32638
94
Correlations Critical Thinking Tingkat prestasi belajar Pearson Correlation Critical Thinking
1.000
.478
.478
1.000
.
.000
.000
.
Critical Thinking
94
94
Tingkat prestasi belajar
94
94
Tingkat prestasi belajar Sig. (1-tailed)
Critical Thinking Tingkat prestasi belajar
N
Variables Entered/Removed
b
Variables Model 1
Variables Entered
Removed
Method
Tingkat prestasi belajar
. Enter
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Critical Thinking
Model Summary Change Statistics
Model 1
R .478
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
a
.228
.220
8.83264
F
Sig. F
Change df1 df2
.228
27.207
1 92
Change .000
a. Predictors: (Constant), Tingkat prestasi belajar
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2122.565
1
2122.565
Residual
7177.435
92
78.016
Total
9300.000
93
F 27.207
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Tingkat prestasi belajar b. Dependent Variable: Critical Thinking
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 (Constant) Tingkat prestasi belajar
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
-30.888
15.534
-1.988 .050
1.104
.212
.478 5.216 .000
a. Dependent Variable: Critical Thinking