PENGARUH PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KOMPETENSI SOSIAL GURU AKIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs AL-ASROR GUNUNGPATI SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : NURUS SA’ADAH 073111036
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
: Nurus Sa’adah
NIM
: 073111036
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Nurus Sa’adah NIM. 073111036
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 5 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012.
Nama
: Nurus Sa’adah
NIM
: 073111036
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Pembimbing I,
H. Abdul Kholiq, M.Ag NIP. 19710915 199703 1
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 6 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Semarang Assalamu’alaikum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012.
Nama
: Nurus Sa’adah
NIM
: 073111036
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqasah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Pembimbing II, Dra. Hj. Muntholi’ah, M. NIP. 19670319 199303 2 001
ABSTRAK Judul
Penulis NIM
: Pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012. : Nurus Sa’adah : 073111036
Skripsi ini membahas tentang pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh yang positif antara persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif lapangan atau field Research. Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena responden yang berjumlah 48 siswa diambil dari 25% jumlah populasinya yaitu 190 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan angket atau kuesioner tertutup untuk memperoleh data variabel X yaitu persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak dan variabel Y yaitu perilaku sosial peserta didik. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik deskriptif kuantitatif. Adapun pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan metode skor deviasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa: 1. Tingkat persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan nilai mean 87,896 yaitu terdapat antara interval 85-90. 2. Tingkat perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan nilai mean 80,313 yaitu terdapat antara interval 77-83. 3. Terdapat atau ada pengaruh positif antara persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan regresi Ŷ = 26,018 + 0,618 X dan hasil varians garis regresi Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,05 ; 1, 46) = 4,052 berarti signifikan, dan Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,01 ; 1, 46) = 7, 220 berarti signifikan.. Dengan demikian hasilnya dinyatakan signifikan dan hipotesis yang diajukan diterima. Dengan melihat hasil pengujian hipotesis variabel diatas, diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan rujukan bagi semua pihak (terutama bagi guru dan orang tua wali peserta didik) untuk lebih meningkatkan perhatian, pengawasan, bimbingan dan pengarahan terhadap anak-anak peserta didik di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang, sehingga tujuan untuk membentuk generasi penerus yang beriman dan berperilaku yang baik akan terwujud.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademik dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi kita, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa menjaga kesucian jiwanya hingga akhir hayat. Dengan penuh rasa syukur, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini, terutama kepada: 1.
Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah mengabdikan jiwa dan raganya demi memajukan anak bangsa.
2.
H. Nasirudin, M.Ag. selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk membimbing selama masa studi.
3.
H. Abdul Kholiq, M.Ag. selaku pembimbing I dan Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga ditengah kesibukannya yang teramat padat. Terima kasih atas nasihat, motivasi, dan bimbingan yang sungguh tiada ternilai harganya. Mudahmudahan Allah SWT membalas atas segala kebaikannya.
4.
Guru-guruku dari SD hingga MA serta para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah mengabdikan diri untuk sebuah pendidikan dan pengajaran. Terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
5.
Staf pengelola perpustakaan baik Fakultas Tarbiyah maupun Institut yang telah memberikan pelayanan yang baik ketika penulis membutuhkan bahan rujukan sebagai referensi.
6.
Civitas Akademika MTs Al-Asror Gunungpati Semarang yang telah berkenan memberikan bantuan dan kerja samanya.
7.
Kedua orang tua tercinta penulis beserta segenap keluarga besar di Rembang dan Lampung atas segala doa, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.
8.
Ghufroni Misbahudholam, yang senantiasa memberi inspirasi, semangat, nasehat, doa dan dukungan untuk selalu bangkit dari keputusasaan yang datang melanda.
9.
Bapak dan Ibu kost yang telah memberikan tempat dan suasana yang nyaman dan menyenangkan serta teman-teman penghuni kost Amalia.
10. Sahabat-sahabatku PAI A Angkatan 2007, Laskar Zombie KKN Posko 31 dan kawan-kawan PPL Al-Asror ’10 yang selalu membantu, memberikan motivasi dan pelajaran hidup serta menemani penulis untuk belajar bersama. Semoga persabatan ini selalu terukir indah selamanya. 11. Semua pihak yang mungkin belum dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada. Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik yang konstruktif dan saran yang inovatif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat pada diri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan di IAIN Walisongo Semarang khususnya dalam ilmu tarbiyah. Amiiiiin ya Rabbal ‘Alamiiin......
Semarang, 30 Nopember 2011 Penulis, Nurus Sa’adah 073111036
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................................
iv
ABSTRAK ...................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR...................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .............................................................................
7
B. Kerangka Teoritik ........................................................................
9
1. Persepsi ....................................................................................
9
a. Pengertian Persepsi .............................................................. 9 b. Proses Terjadinya Persepsi ..................................................
11
c. Peranan Persepsi................................................................... .
12
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........................
13
2. Kompetensi Sosial ....................................................................
14
a. Pengertian Kompetensi Sosial Guru ....................................
14
b. Tugas dan Tanggung Jawab Guru........................................
14
c. Jenis-jenis Kompetensi Sosial Guru ....................................
16
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Sosial Guru
17
3. Perilaku Sosial ..........................................................................
21
a. Pengertian Perilaku Sosial ...................................................
21
b. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial ............................................
22
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial ..............
27
4. Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik ...
30
C. Rumusan Hipotesis........................................................................ .
34
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..............................................................................
35
B. Waktu Dan Tempat Penelitian .......................................................
35
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ....................................................
35
D. Variabel Dan Indikator Penelitian..................................................
37
E. Pengunpulan Data Penelitian .........................................................
38
F. Analisis Data Penelitian ................................................................
39
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum MTs. Al-Asror Gunungpati Semarang ..................
43
1. Letak Gepgrafis Madrasah ........................................................
43
2. Sejarah Berdirinya ....................................................................
43
3. Visi dan Misi MTs. Al-Asror ....................................................
44
4. Daftar Nama-Nama Guru MTs. Al-Asror ..................................
44
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian .....................................................
44
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................
51
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................
60
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................
62
B. Saran .............................................................................................
63
C. Penutup .........................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
TABEL I Hasil Angket Variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang TABEL II Distribusi Frekuensi Skor Data X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru akidah akhlak TABEL III Hasil Angket Variabel Y (Perilaku Sosial Peserta Didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) TABEL IV Distribusi Frekuensi Skor Data Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) TABEL V Koefisien Korelasi antara Variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) dan Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) TABEL VI Kualitas Variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) TABEL VII Kualitas Variabel Y (Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) TABEL VIII Tabel Analisis Varian Regresi Linier Sederhana
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Nama-Nama Guru MTs Al-Asror Gunungpati Semarang
Lampiran 2
Data hasil perhitungan laboratorium komputer.
Lampiran 3
Daftar Nama Responden
Lampiran 4
Kisi-kisi Instrumen Angket Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik
Lampiran 5
Instrumen Angket
Persepsi Siswa Tentang Kompetensi
Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Lampiran 6
Surat Permohonan Izin Riset
Lampiran 7
Surat Tanda Penelitian
Lampiran 8
Surat Keterangan Ko Kurikuler
Lampiran 9
Transkip Ko Kurikuler
Lampiran 10
Surat Penunjukan Pembimbing
Lampiran 11
Piagam KKN
Lampiran 12
Piagam PASSKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting bagi peserta didik dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.1 Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.2 Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru maka kompetensi merupakan salah satu kualifikasi terpenting yang harus dimiliki oleh setiap guru. Menurut Undang Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10, disebutkan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan , ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai
oleh
guru
atau
dosen
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalannya”.3 Dengan kata lain kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata.4 Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak maksimal. Kompetensi pendidikan merupakan pilar penting dalam menopang pencapaian mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini telah digariskan dalam Peraturan Pemerintah RI No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional 1
Djam’an Satori,dkk, Profesi Keguruan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) Cet. VI,
2
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung:
hlm 2.1
ALFABETA, 2009) hlm 21 3
Undang-Undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hlm 4
4
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm 23
1
Pendidikan bahwa Pendidikan mutlak memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.5 Pentingnya kompetensi ini dikarenakan guru merupakan figur manusia sumber yang menempati posisi sekaligus memegang peranan penting dalam pendidikan.6 Hal ini dikarenakan kewenangan dan tanggung jawab membimbing dan membina anak didik dipercayakan kepada guru. Sehingga seorang guru haruslah totalitas dalam mengajar di kelasnya walaupun itu sangat berat. Lebih-lebih di era globalisasi ini perubahan informasi, keadaan dan budaya terus berkembang. Pendidikan dipacu untuk melahirkan peserta didik yang mapan baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik / balance antara kemampuan IQ, EQ dan SQ agar mereka tidak gagap terhadap perubahan yang terus terjadi dan mereka mampu memfilter serta menyesuaikan dengan keilmuannya yang di dapat. Sekali lagi tuntutan seperti ini mengharuskan pelaku utama pendidikan yaitu guru harus lebih berkompeten terhadap keilmuannya sehingga outputnya sejalan dengan tujuan yang diharapkan. Disamping itu guru dalam proses belajar mengajar juga memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengajar. Guru sebagai pendidik (muaddib) yaitu orang yang berusaha mewujudkan budi pekerti yang baik atau akhlakul karimah atau sebagai pembentuk nilai-nilai moral (transfer of values). Sedangkan sebagai pengajar (muallim) guru merupakan orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik sehingga peserta didik mengerti, memahami, menghayati dan dapat mengamalkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge).
4
Redaksi Sinar Grafika, Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2005) hlm 68 6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000) hlm 1
2
Guru bagi siswa adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu serta merupakan pribadi yang penuh cinta terhadap anak didiknya. 7 Sehingga dalam setiap performance nya guru dituntut untuk dapat menempatkan diri secara profesional dan proporsional. Hal ini dikarenakan kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan berbuat. Kepribadian ini tidak hanya terdiri dari watak tetapi juga terdiri dari seluruh bentuk manusia dengan segala sifat dan ciri yang tampak dalam bersosialisasi dengan orang lain, sehingga kepribadian adalah kesan yang diberikan kepada orang lain. Ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung maka dari situlah terjalin suatu komunikasi dan interaksi antara guru dengan peserta didik / antara peserta didik dengan peserta didik. Interaksi ini sesungguhnya merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang dewasa dan kepribadian peserta didik sebagai anak yang belum dewasa dan sedang berkembang mencari bentuk kedewasaan.8 Sedangkan komunikasi pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima9 yang dalam hal ini yaitu proses penyampaian pesan dari guru kepada peserta didik. Sehingga dari komunikasi tersebut akan menimbulkan suatu respon atau tanggapan dari peserta didik kepada guru. Dan dampak dari respon tersebut sedikit banyak akan berpengaruh pada perilaku sosial peserta didik karena pada dasarnya guru adalah tokoh panutan atau suri tauladan bagi anak didiknya. Adapun perilaku sosial, sebagaimana halnya dengan perkembanganperkembangan yang lain merupakan proses perkembangan sosial dan moral peserta didik dimana hal ini sangat berkaitan erat dengan proses belajar
7
Ahmad Barizi, Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul
(Yogyakarta: AR-RUZZ
Media, 2010) Cet. III, hlm 131 8
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm 251 9 Syaiful Rahim, Teori Komunikasi, Perspektif, Ragam dan Aplikasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm 9
3
(khususnya belajar sosial) peserta didik tersebut, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan kemampuan peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma-norma agama, moral tradisi, moral hukum dan norma lainnya yang berlaku dalam masyarakat peserta didik yang bersangkutan. Dalam lingkup pendidikan islam, penanaman nilai-nilai islami, dalam hubungan antara manusia dengan Sang Khalik dan antara manusia dengan sesamanya secara spesifik ada dalam mata pelajaran akidah akhlak. Mata pelajaran akidah akhlak ini berfungsi memberikan kemampuan dan ketrampilan dasar kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan akhlak islami dan nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pengamalan nilainilai keimanan dan ketakwaan. Sebab secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan, keagamaan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Maka sangatlah tepat apabila seorang guru terlebih bagi guru agama mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Hal ini dikarenakan disamping melaksanakan tugas keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, yang membantu pembentukan kepribadian dan pembinaan akhlak disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan pada siswa. Disamping itu ia juga dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai. Dimana kompetensi sosial ini terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru haruslah berperilaku
santun,
mampu
berkomunikasi
dan
berinteraksi
dengan
lingkungan secara efektif dan menarik serta mempunyai rasa empati terhadap orang lain.10
10
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, hlm 38
4
Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati nurani, rasa peduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru merupakan faktor yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku sosial peserta didik. Sehingga mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs. Al Asror Gunungpati tahun Akademik 2011/2012”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi peserta didik kelas VIII tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012? 2. Bagaimana perilaku sosial peserta didik kelas VIII di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012? 3. Apakah ada pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk memperoleh data empirik di lapangan tentang persepsi peserta didik kelas VIII tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012.
5
b. Untuk memperoleh data empirik di lapangan tentang perilaku sosial peserta didik kelas VIII di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012. c. Untuk memperoleh data empirik di lapangan apakah ada pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII di MTs Al-Asror tahun akademik 2011/2012. 2. Manfaat Penelitian a. Secara teori Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan penelitian sesuai dengan tema dan judul yang sejenis, utamanya masalah persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak dan perilaku sosial peserta didik. b. Secara praktis 1) Sebagai bahan masukan bagi instansi atau lembaga pendidikan mengenai pentingnya kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar guna mencapai suatu tujuan. 2) Sebagai bahan referensi dan masukan tentang pentingnya kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam setiap instansi pendidikan. 3) Memberikan masukan yang penting bagi guru agar mereka dapat memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik selama PBM berlangsung.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini penulis mengkaji skripsi dan beberapa buku yang berkaitan, sebagai bahan rujukan antara lain : Guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Djam‟an Satori dalam bukunya yang berjudul “Profesi Keguruan” merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan merupakan salah satu pribadi yang mendapat perhatian khusus di masyarakat. Peranan dan segala tingkah laku yang dilakukan
guru senantiasa dipantau oleh masyarakat. Oleh karena itu,
diperlukan sejumlah kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di tempat dia tinggal. Karena misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Oleh karena itu guru harus mempunyai kompetensi sosial karena pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat.1 Syamsul Bachri Thalib mengemukakan bahwa
Kompetensi sosial
guru merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.2 Dengan kata lain kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan dilihat dari dimensi sosialnya, para ulama‟ mengatakan bahwa seorang guru harus bersikap lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik, mampu menahan diri, menahan amarah, lapang dada, sabar dan tidak mudah marah karena hal sepele, sedapat mungkin mampu mencegah peserta didik dari akhlak yang kurang terpuji dengan cara 1
Djam‟an Satori, dkk, Profesi Keguruan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) Cet. VI,
2
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
hlm 2.14
(Jakarta: Kencana, 2010) hlm 276-277
7
sindiran dan tidak “tunjuk hidung” serta bersikap adil pada peserta didiknya. Lebih-lebih seorang guru aqidah akhlak dimana ia harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak didiknya dengan harapan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya dapat berhasil secara optimal. Adapun perilaku sosial sebagaimana yang dikemukakan oleh Bimo Walgito dalam bukunya yang berjudul Psikologi Sosial; Suatu Pengantar, bahwa pembentukan perilaku sosial dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1) Conditioning (kebiasaan) yang merupakan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan. Seperti membiasakan diri untuk selalu bersikap ramah dan halus dalam berbicara kepada orang lain. Hal ini dilakukan supaya dapat mempraktekkan perilaku sopan santun kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. 2) Insight yaitu pengertian terhadap kondisi orang lain. Misalnya : ketika teman sedang sibuk mengerjakan sesuatu, maka kita tidak boleh mengganggunya karena dapat memecahkan konsentrasinya dalam menyelesaikan pekerjaan. 3) Menggunakan model atau contoh (tauladan). Pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh (tauladan). Sebagai contoh guru sebagai contoh bagi siswanya dalam berperilaku sosial yang baik seperti bersikap sopan santun pada orang lain.3 Jadi, perilaku sosial terbentuk oleh pengetahuan dan pengalaman seseorang seiring bertambahnya usia. Semakin luas pengetahuan dan banyaknya pengalaman seseorang yang berkaitan dengan sosial masyarakat, akan mengarahkan pada terbentuknya sikap dan perilaku sosial yang baik. Skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Aktivitas Puasa Wajib Terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas Tinggi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tanduk Ampel Boyolali Tahun Ajaran 2004/2005“ yang ditulis oleh saudara Fatkhur Rakhim (NIM: 3503020) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2005. Skripsi ini menggunakan metode angket dan check 3
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Andi, 2002) Cet. 1,
hlm 16-17
8
list. Kesimpulan dari skripsi ini adalah adanya hubungan antara aktivitas puasa dengan perilaku sosial siswa dengan nilai rata-rata 63,37% yang termasuk dalam kategori baik. Skripsi yang berjudul “ Hubungan Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Akhlak Siswa di SMPN 34 Semarang” oleh saudara Slamet Widodo (NIM: 152061020) dari Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah UNISSULA. Skripsi ini menggunakan metode angket, tes dan dokumentasi. Kesimpulan dari skripsi ini adalah terdapat hubungan yang positif antara kompetensi sosial guru PAI dengan akhlak siswa di SMPN 34 Semarang dengan ditunjukkan oleh koefisien korelasi 31-2=29, yaitu
=0,355 dan
0,456 karena
=0,492 dan untuk db lebih besar dari
pada taraf signifikan 5% dan 1% berarti signifikan. Skripsi saudara Ma‟ruf Yasin (NIM:3503029) dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2005 yang berjudul “Kompetensi Guru PAI Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Magelang”. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah prosentase yang berada diatas garis kategori cukup untuk tingkat kompetensi yang dimiliki oleh guru PAI Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara mencapai 88,054% dan yang berada di bawah garis kategori cukup hanya ada 11,854% maka cukup jelas bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki oleh para guru tersebut secara kualitatif masih cukup memadai.
B. Kerangka Teoritik 1. Persepsi a. Pengertian persepsi Persepsi berasal dari bahasa inggris perception yang berarti “penglihatan, tanggapan daya memahami/menanggapi”.4 Sedangkan
4
John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996)
hlm 424
9
secara istilah para psikolog, para ahli psikologi berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian tersebut, diantaranya: 1. Menurut Slameto, persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.5 2. Kemp dan Dayton seperti dikutip Dewi Salma Prawiradilga dan Eveline Siregar menganggap menyatakan bahwa “persepsi sebagai suatu
proses
di
mana
seseorang
menyadari
keberadaan
lingkunganya serta dunia yang mengelilinginya.”6 3. Clifford T. Morgan mengatakan bahwa “Perception is the process of discriminating among stimuli and interpreting their meaning”. Persepsi adalah proses bagaimana membedakan rangsangan (stimulus)
dan
menginterpretasikan
stimulus-stimulus
yang
diterima.7 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses psikologi yang didahului oleh penginderaan berupa pengamatan, pengingat dan pengidentifikasian suatu objek. Agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu: a) adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan, b) adanya alat indera/ reseptor, c) adanya perhatian.
5
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010) hlm.102. 6
Dewi Salma Prawiradilga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet 3, hlm.132 7
Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Mc. Graw Hill Book
Company, Inc, 1961) hlm 299
10
b. Proses terjadinya persepsi Seseorang dapat mengenali suatu objek berasal dari dunia luar dan ditangkap melalui inderanya, yakni bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera. Oleh karena itu, proses dapat dijelaskan melalui: 1. Proses fisik atau kealaman, yaitu dimulai dengan objek menimbulkan stimulus dan akhirnya mengenai alat indera atau reseptor. 2. Proses fisiologis, yaitu stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. 3. Proses psikologis, yaitu proses yang terjadi dalam otak sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan respon itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.8 Aliran gestalt juga mempunyai hipotesis
penting tentang
bagaimana mempersepsi. Menurut aliran ini, dalam persepsi ini akan cenderung untuk menyusun stimulus-stimulus sepanjang garis tendensi-tendensi alamiyah tertentu yang mungkin berkaitan dengan fungsi menyusun dan mengelompokkan yang terdapat dalam otak. Di antara psikolog masa kini berpendapat bahwa apa yang disebut dengan tendensi-tendensi alamiah itu adalah hasil pengalaman yang dipelajari. Selain dipengaruhi oleh faktor internal, persepsi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor stimulus dan lingkungan.9 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap sesuatu tidak muncul begitu saja dengan sendirinya, tetapi ada hal-hal yang mempengaruhi. Oleh karena itulah persepsi yang dimiliki seseorang berbeda dengan yang lain, walaupun pada objek yang sama. 8
Bimo Walgito, Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm 54
9
Bimo Walgito, Psikologi Umum, hlm 46
11
Secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi antara lain: 1. Faktor internal Yaitu
dari
pelaku
persepsi
yang
meliputi
faktor
biologis/jasmani dan faktor psikologis. Adapun faktor psikologis meliputi: perhatian, sikap, minat, pengalaman dan pendidikan. 2. Faktor eksternal Yaitu dari luar individu/pelaku persepsi yang meliputi objek sasaran dan situasi/lingkungan dimana persepsi berlangsung.
c. Peranan persepsi Persepsi menjadi landasan berpikir bagi seseorang dalam belajar, persepsi dalam belajar berpengaruh terhadap : 1. Daya Ingat Beberapa tanda visual seperti simbol, warna, dan bentuk yang diterapkan dalam penyampaian materi ajar mempermudah daya ingat seseorang mengenai materi tersebut. Dengan memiliki kekhususan yaitu memanfaatkan tanda-tanda visual, maka materi ajar menjadi lebih mudah dicerna dan mengendap dalam pikiran seseorang. 2. Pembentukan Konsep Persepsi dapat dikembangkan tidak hanya melalui tanda visual, tetapi dapat pula dibentuk melalui pengaturan kedalaman materi, spasi, pengaturan laju belajar, dan pengamatan. Kedalaman materi dapat diatur dengan cara memberikan contoh, respon terhadap jawaban yang salah, latihan, ringkasan, atau model penerapan, halhal tersebut merupakan
cara-cara untuk membentuk konsep.
3. Pembinaan Sikap Interaksi antara pengajar sebagai narasumber dan pembelajar merupakan kunci dari pembinaan sikap. Pengajar atau guru sebagai komunikator berperan besar terhadap seseorang. Dalam persepsi,
12
baik pengajar maupun pembelajar memiliki persepsi masingmasing. Pengajar dapat membina sikap pembelajar jika ia berusaha untuk menjadi panutan (role model) baginya. Makin akrab hubungan tersebut, maka semakin mudah bagi pengajar untuk memengaruhi pembelajar. Dengan segala kemampuan inderanya, maka siswa berusaha untuk memersepsikan segala gerak- gerik dan sikap pengajar.10
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentunya ada faktorfaktor
yang
mempengaruhinya.
Faktor-faktor
itulah
yang
menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu.11 Secara umum menurut Sondang terdapat 3 faktor
yang
mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu: 1. Faktor pelaku persepsi, yaitu diri orang yang bersangkutan apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu. Ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2. Faktor sasaran persepsi, dapat berupa orang, benda atau peristiwa. 3. Faktor situasi, merupakan keadaan seseorang ketika melihat sesuatu dan mempersepsinya.
10
Dewi Salma Prawiradilga dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, hlm. 134
11
Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hlm
– 135
96
13
2. Kompetensi sosial a. Pengertian kompetensi sosial guru Kompetensi
sosial
merupakan
kemampuan
guru
untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.12 Syamsul Bachri Thalib, dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif” mendefinisikan Kompetensi
Sosial
Guru
sebagai
kemampuan
guru
untuk
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.13 Dengan kata lain kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan dilihat dari dimensi sosialnya, para ulama‟ mengatakan bahwa seorang guru harus bersikap lemah lembut dan kasih sayang terhadap peserta didik, mampu menahan diri, menahan amarah, lapang dada, sabar dan tidak mudah marah karena hal sepele, sedapat mungkin mampu mencegah peserta didik dari akhlak yang kurang terpuji dengan cara sindiran dan tidak “tunjuk hidung” serta bersikap adil pada peserta didiknya. Lebih-lebih seorang guru aqidah akhlak dimana ia harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak didiknya dengan harapan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya dapat berhasil secara optimal.
b. Tugas dan tanggung jawab guru Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi 12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
(Jakarta: Depdiknas RI, 2005) hlm 69 13
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, hlm
276-277
14
pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat diteladani. Menurut Uzer sebagaimana yang dikutip oleh Hamzah B. Uno terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan pada peserta didik. ]Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orangtua kedua , dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain
(homoludens),
sebagai
makhluk
remaja/berkarya
(homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik dalam mentransformasikan dirinya sebagai upaya
pembentukan
sikap
dan
membantu
peserta
dalam
mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.14 Dengan demikian sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini
14
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Cet. 3, hlm 20-
21
15
terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa datang.15 c. Jenis-jenis kompetensi sosial guru Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Cece Wijaya sebagaimana yang dikutip oleh Djam‟an Satori dkk adalah sebagai berikut: 1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik Ketrampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampaikan oleh guru, dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat dalam menggunakan bahasa secara baik dan benar. Guru dalam hal ini menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga peserta didik senang berada dan belajar di sekolah, menciptakan hubungan baik dengan orang tua sehingga terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan peserta didik dan senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan orang tua terhadap sekolahnya. 2) Bersikap simpatik Mengingat peserta didik dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntu untuk mampu menghadapinya secara individual dan ramah. Ia diharapakan dapat menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga dapat berhubungan dengan mereka secara luwes. 3) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah
15
Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet.
II, hlm 3
16
Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga
kehadirannya
diterima
masyarakat.
Dengan
cara
demikian, dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru perlu memahami kaidah-kaidah psikologis yang melandasi psikologi manusia, terutama yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia. 4) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial.16
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial guru 1. Kecerdasan Emosional (Emotional Intellegence) Pemaknaan seseorang terhadap emosional sering kali salah, karena emosi pada umumnya dimaknai sebagai rasa marah dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Emosi apabila dikendalikan dapat menjadi suatu kekuatan yang siap dibina untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Hal ini menyiratkan bahwa emosi bisa menjadi cerdas. Emosi yang cerdas inilah yang disebut kecerdasan emosional. Menurut Ary Ginanjar Agustian kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber informasi yang penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan.17 16
Djam‟an Satori, Profesi keguruan, hlm 2.17-2.18
17
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, Sebuah Inner Journey melalui Ihsan, (Jakarta:
Arga, 2003), hlm. 62.
17
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri maupun ketika berinteraksi dengan orang lain, kemampuan berempati terhadap apa yang dialami dan dirasakan oleh orang lain, serta mampu membangun dan membina hubungan baik dengan orang lain. Menurut Goleman kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.18 kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. Mengingat betapa pentingnya peran kecerdasan emosi dalam diri seseorang, maka akan menjadi sangat tepat apabila dalam diri seorang guru juga ditunjang dengan kecerdasan emosi. Karena secara tidak langsung hal ini akan membawa pengaruh yang sangat signifikan untuk menjadi seorang guru yang benar-benar berkompeten dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hubungannya dengan kompetensi sosial. 18
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Alex Tri
Kantjono Widodo, (Jakarta: Gramedia, 2005) hlm 514.
18
2. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan adalah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran).19 M. Utsman Najati mengemukakan bahwa dorongan spiritual adalah dorongan yang berhubungan aspek spiritual dalam diri manusia, seperti dorongan untuk beragama, taqwa, cinta kebajikan, kebenaran dan keadilan, benci terhadap kejahatan, kebathilan dan kedholiman.20 Menurut
Khalil
A.
Khavari
dalam
bukunya
Sukidi,
mendefinisikan kecerdasan spiritual: “Spiritual intellegence is the faculty of our nonmaterial dimension the human soul. It is the diamond in the rough that every one of us has. It must be recognized for what it is, polished to high luster with great determination and used to capture lasting personal happiness. Like other two forms of intellegence, spiritual intellegence is also subject to enhancement as well as deterioration, except that is capacity to increase seems limitless.” Kecerdasan spiritual (SQ) adalah fakultas dimensi non material kita jiwa manusia. Inilah intan yang belum terasah, yang dimiliki oleh kita semua. Kita harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Seperti dua bentuk kecerdasan lainnya (IQ dan EQ), kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan diturunkan tampaknya tidak terbatas.21 Lebih jelas John P. Miller mengatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah mengenai kemampuan hati nurani atau “kata nabi” 19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1984) hlm 201. 20
Usman Najati, Al-Qur‟an dan Psikologi, Terj. Ade Asnawi S, ( Jakarta: Asas Pustaka,
2001), hlm 15 21
Sukidi, Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ Lebih Penting dari IQ dan EQ, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002) hlm 77.
19
yang lebih hebat dari semua jenis kecerdasan. SQ dipandang sebagai unsur pokok yang menjadikan seseorang bisa mencapai kesuksesan hidup sejati. Anak dengan IQ tinggi tidak menjamin mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, kecuali dia juga memiliki SQ yang tinggi.22 Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Hal ini dikarenakan SQ bersumber dari fitrah manusia itu sendiri. Dalam kecerdasan spiritual, manusia diinterpretasi dan dipandang eksistensinya sampai pada dataran noumenal (fitriyah) dan universal. Jadi orang-orang yang bisa berfikir dan memilii kecerdasan spiritual (SQ) dan mengetahui sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan memanfaatkan sebagaimana adanya, tetapi mengembalikannya pada asal ontologisnya, yakni Allah SWT.23 Potensi kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual terdapat dalam keseluruhan diri manusia. Dimana kecerdasan intelektual (IQ) berada di wilayah otak (brain), yang karenanya terkait dengan kecerdasan otak,rasio dan nalar intelektual. Kecerdasan emosional (EQ) mengambil wilayah di sekitar emosi, yang karenanya lebih mengembangkan emosi supaya menjadi cerdas, tidak cenderung marah. Sedangkan kecerdasan spiritual (SQ) mengambil tepat di seputar jiwa, hati (yang merupakan wilayah spirit), yang karenanya dikenal sebagai the soul‟s intelligence: kecerdasan hati, yang menjadi hakekat sejati kecerdasan spiritual. Dengan demikian akan menjadi sangat penting jika dalam diri seorang guru juga ditunjang oleh adanya kecerdasan spiritual. Hal ini dikarenakan kecerdasan spiritual ini mempunyai pengaruh yang 22
John P. Miller, Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, Terj. Abdul Munir Mulkhan,
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002) hlm 3. 23
Suharsono, Akselerasi Inteligensi Optimalkan IQ, EQ dan SQ Secara Islami (Jakarta:
Inisiasi Press, 2004) hlm 5.
20
sangat signifikan terutama dalam menunjang kompetensi sosial seorang guru. Dan secara konseptual pun, kecerdasan spiritual (SQ) mengintegrasikan semua kecerdasan, baik IQ maupun EQ. Dengan demikian, dengan adanya kecerdasan spiritual (SQ) ini, kita lebih-lebih jika kita seorang guru diharapkan menjadi prototip manusia yang benar-benar utuh dan holistik, baik secara intelektual (IQ), emosional (EQ) dan sekaligus secara spiritual (SQ).24
3. Perilaku sosial a. Pengertian perilaku sosial Sebelum membahas lebih lanjut tentang perilaku sosial, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang perilaku dan sosial. Perilaku menurut bahasa merupakan tanggapan atau reaksi individual yang terwujud di gerak (sikap) tidak saja badan atau ucapan.25 Perilaku juga diartikan tanggapan atau reaksi seseorang (individu) terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam psikologi dijelaskan bahwa Behavior is the totality of intra and extra organism action and interaction of an organism which is physical and social setting.26 Artinya perilaku adalah keseluruhan gerak gerik psikis maupun fisik individu dan hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Agama Islam mengemukakan bahwa perilaku atau akhlak adalah sikap seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan.27 Dalam „Ilmu nafs (ilmu jiwa) perilaku terdiri dari dua macam yaitu, perilaku fitrah dan 24
Sukidi, Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ Lebih Penting dari IQ dan EQ, hlm 36
25
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985)
26
Wolman Benjamin B, Dictionary of Behavioral Science, (New York: Van Nostrand
hlm. 671
Remhold Company, 1973 ), hlm, 41. 27
Zakiah Daradjat, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 266.
21
perilaku muktasabah.
Perilaku fitrah adalah perilaku yang terjadi
secara fitrah tanpa adanya pembelajaran. Sedangkan perilaku muktasabah adalah perilaku yang terjadi atas proses pembelajaran baik dari keluarga, teman, sekolah dan lingkungan.28 Sedangkan kata sosial diartikan sebagai sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum (menghormati kyai atau ustadz, tolong-menolong, sopan santun, menghargai orang lain dan lainlain).29 Menurut Hasan Langgulung perilaku sosial adalah gerak motorik yang dipengaruhi oleh pengalaman atau pemahaman seseorang yang dimanifestasikan dalam bentuk aktivitas sosial seseorang yang dapat diamati.30 Adapun paradigma perilaku sosial yakni memusatkan perhatiannya pada hubungan antar individu dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah suatu perbuatan atau tindakan perorangan yang merupakan hasil dari hubungan antar individu dengan lingkungannya yang berdasarkan kesadaran untuk memperhatikan lingkungan sekitar.
b. Bentuk-bentuk perilaku sosial Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari lainnya. Ia akan selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan demi kesempurnaan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya pelaksanaan
bentuk-bentuk
sikap sosial yang positif agar tercipta kehidupan yang harmonis. Adapun bentuk sikap sosial yang positif diantaranya adalah:
28
Kamil Muhammad Uwaidloh, Ilmu An-Nafs, (Beirut Libanon: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, 1996) hlm 55 29
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 961.
30
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma‟arif, 1980), hlm. 139.
22
1. Tanggung jawab Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus individual. Sebagai makhluk sosial, manusia akan melahirkan tanggung jawab keluar yaitu tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat (sosial).
Sedangkan
sebagai
makhluk
individu,
manusia
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Dalam bersosialisasi dengan manusia lain, manusia haruslah memperhatikan segala tindakan yang dilakukannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya segala sesuatu yang dilakukannya akan berpengaruh terhadap orang lain. Karene itu sikap dan perilaku tanggung jawab sangatlah penting sebagai kepedulian terhadap orang lain atas konsekuensi dan tindakannya.31 Firman Allah SWT dalam QS Al-Muddatsir : 38 “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya, (Qs. Al-Muddatsir:38)32 2. Tolong menolong Tolong menolong diantara manusia merupakan suatu hal yang mesti dilaksanakan dalam hidup bermasyarakat sebagaimana yang diajarkan dalam mata pelajaran aqidah akhlak. Agama islam menyuruh pada umatnya untuk tolong menolong dan bantu membantu dalam arti yang lengkap yakni tolong menolong, bantu-membantu dengan sesama masyarakat dengan tidak membedakan golongan.33
31
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Bandung:
CV.Diponegoro,1992) hlm 460 32
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2000) hlm
33
Muhammad Rifa‟i, Pembinaan Pribadi Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993) hlm 26
460
23
Tolong menolong bisa berarti untuk kebaikan dan bisa untuk keburukan. Islam menegakkan tolong menolong yang bersifat baik dan melarang tolong menolong dalam hal keburukan. Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2: .… ... “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah...” (Qs. Al maidah : 2)34 Adapun tolong menolong untuk berbuat baik dan takwa ialah membimbing dan memberi petunjuk untuk kebaikan dan menolak kejahatan. Tolong menolong ini bisa dalam bentuk memberikan tuntunan dan bimbingan/pelajaran, serta dengan musyawarah dengan benar dan ikhlas.35 Tolong menolong dalam bidang ini akan sempurna dan memberikan buahnya yang baik apabila ada kekuatan menerima dengan baik dan ikhlas pula, maka tolong menolong dalam bentuk ini hendaknya dijadikan pangkal dalam kehidupan bermasyarakat. Anjuran dan tuntutan bagi manusia untuk berinteraksi sosial kemasyarakatan dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan ini akan memacu pada kebaikan dan ketakwaan serta menjauhkan diri dari berbuat dosa dan melanggar aturan interaksi sosial, seperti berkhianat, dusta dan sebagainya.
3. Menghormati Guru Dalam meningkatkan kerukunan hidup antar umat islam harus ditumbuhkembangkan rasa saling menghormati, pengertian, menghargai, tolong menolong, sopan santun, dan lainnya. Sikap 34
Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, hlm 85
35
Muhammad Rifa‟i, Pembinaan Pribadi Muslim, hlm 50
24
saling menghormati antara sesama manusia harus dibina dalam kehidupan sehari-hari agar dapat tercipta kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Menghormati guru dan ustadz sangat dianjurkan dalam islam, karena menaruh rasa hormat kepada guru dan ustadz menunjukkan kepribadian umat islam yang sangat baik dan terpuji. Setiap peserta didik harus selalu menghormati guru mereka. Guru adalah orang yang memberi pencerahan iman dan pengetahuan ilmu kepada santri setiap saat. Guru adalah orang yang memupuk peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan menuntunnya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, sangat wajar apabila setiap peserta didik wajib menghormati gurunya karena kebaikannya yang sangat banyak dan tak terhingga. Zararah bin Aufa berpendapat bahwa jika seseorang sedang menuntut
ilmu,
jangan
melakukan
tindakan
yang
dapat
menyinggung perasaan seorang guru, sebab hal itu berkaitan dengan kemanfaatan ilmu. Jika perasaan seorang guru tersinggung oleh perbuatan santri maka segeralah santri tersebut minta maaf dan berdo‟alah kepada Allah supaya ilmu yang diterima dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat. Karena sesungguhnya sangat merugi orang yang menghabiskan waktu untuk mencari ilmu, namun ilmu yang didapat tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.36
4. Sopan santun Sopan santun merupakan suatu kebiasaan anak dalam berbicara, bergaul serta bertingkah laku. Sopan santun ini hendaknya selalu dimiliki dan dipegangi oleh seorang anak agar terhindar
36
dari
hal-hal
yang
negatif,
diantaranya
adalah
„Abd Al-Wahhab Al-Sya‟rani, 99 Akhlak Sufi, (Bandung : Al-Bayan, 2004), hlm.143.
25
kerenggangan anak dengan orang tua, karena anak tidak mempunyai sikap sopan santun. Aspek sopan santun dalam perilaku sosial ini sangatlah penting. Artinya perilaku sopan santun merupakan penunjang terhadap
baik
buruknya
akhlak
seseorang.
Sedangkan
kesempurnaan iman seseorang ditentukan oleh baik buruknya akhlak seseorang.37 Di antara perilaku yang dapat mempengaruhi sopan santun adalah: 1. Etika bergurau Salah satu di antara tata krama bergurau adalah tidak berlebihan dalam bergurau dan bermain. Karena hal ini akan melenakan/melupakan orang Islam dari tugas pokoknya, yakni beribadah kepada Allah SWT yang menjadi tujuan hidupnya, menegakkan hukum Allah di muka bumi dan membentuk masyarakat yang shaleh. Selain itu banyak bergurau juga dapat mematikan hati, mewariskan sikap bermusuhan dan membuat anak kecil berani kepada orang dewasa.38 2. Etika berbicara Di antara tata krama berbicara adalah memperhatikan khalayak dan bersikap ramah.39 Dalam berbicara haruslah memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang apa yang dibicarakan agar pendengar/khalayak dapat menangkap dan mencerna pesan yang disampaikan. Selain memperhatikan khalayak, tata krama dalam berbicara adalah bersikap ramah. Bersikap ramah kepada orang 37
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1996) hlm 52
38
Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Pendidikan Sosial Anak,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) hlm 142 39
Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Pendidikan Sosial Anak,
hlm 142
26
yang diajak berbicara pada saat dan sesudahnya termasuk etika yang terpuji agar mereka tidak merasa jenuh di tengah-tengah pembicaraan. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial Adapun perilaku sosial atau yang lazim disebut interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial adalah : 1. Faktor internal (pembawaan). Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri anak dan ikut berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam berperilaku. Faktor internal ini meliputi: a) Pengalaman Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa sebelum anak masuk sekolah, seorang anak pasti memiliki banyak pengalaman yang diterima dari orang tua dan anggota keluarga serta teman-teman sepermainannya. Semua pengalaman yang ia dapat sejak lahir tersebut merupakan unsur dalam kepribadiannya.40 Pengalaman adalah guru yang paling baik bagi kita. Begitu juga dengan pengalaman anak juga mempengaruhi cara berperilakunya. Di rumah anak akan mencontoh orang tua dan anggota keluarga yang lain. Sedangkan diluar rumah ia akan mencontoh perilaku yang baik dari temannya. Begitu penting peran pengalaman pribadi dalam membentuk kepribadian anak. Sehingga pembentukan perilaku sosial perlu ditanamkan sejak dini dalam jiwa anak. b) Ilmu pengetahuan. Mencari dan memiliki pengetahuan merupakan kewajiban bagi orang yang beriman. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pemenuhan dan perealisasian diri tidak lepas dari ilmu
40
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005 ), hlm. 3.
27
pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuanlah kita dapat mencari kebenaran dalam hidup. Ilmu pengetahuan merupakan faktor esensial dalam pendidikan. Keterlibatan ilmu pengetahuan manusia dalam memecahkan
berbagai
permasalahan
sosial
sangat
mempengaruhi kualitas moral dan budi pekertinya. Ilmu pengetahuan
dan
teknologi
sangat
diperlukan
untuk
meningkatkan kualitas manusia. Disisi lain bila tidak terkendali, nilai-nilai yang luhur tersebut dapat menimbulkan kerugian diri sendiri. 2. Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang.41 Adapun faktor-faktor tersebut adalah: a) Lingkungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial pada awal perkembangan anak dan menjadi pedoman bagi perkembangan selanjutnya. Pada dasarnya peranan orang tua sangat dibutuhkan pada pembentukan jiwa dan moral anak, karena pendidikan anak dipengaruhi oleh sikap dan cara orang tua
dalam
membimbing
dan
mendidiknya
sehingga
berpengaruh dalam perilaku sosial mereka. Hubungan timbal balik dalam pendidikan harus tercipta dalam keluarga, mengingat bahwa orang tua juga mempunyai peran yang tak kalah penting dalam menentukan keberhasilan anaknya dan menjadi suri tauladan yang baik bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anaknya. Selain pendidikan agama juga mendidik 41
Syamsu Yusuf L N., Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja
Rosdakarya , 2001), hlm. 137.
28
untuk bersosialisasi dan menanamkan nilai sosial yang akan berpengaruh pada perilaku sosial anak.42 b) Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua sebagai kelanjutan dari pendidikan keluarga. Sekolah bukanlah sekedar tempat menuangkan ilmu pengetahuan kedalam otak peserta didik (transfer of knowledge), tetapi sekolah juga harus mendidik dan membina kepribadian anak (transfer of value). Hurlock dalam bukunya Samsu Yusuf mengemukakan bahwa pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah adalah substitusi dari keluarga dan guru adalah substitusi dari orang tua. 43 Di lingkungan sekolah, guru sangat berperan penting dalam membimbing dan mempengaruhi peserta didiknya. Lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perilaku sosial peserta didiknya, dimana
faktor ini dapat
memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku sosial peserta didiknya.
c) Lingkungan Masyarakat Di dalam masyarakat, individu akan melakukan interaksi sosial
dengan
teman
sebayanya
atau
dengan
anggota
masyarakat lainnya. Apabila temannya berperilaku baik, maka seorang anak akan berperilaku baik pula. Sebaliknya apabila seorang teman cenderung melanggar norma-norma, maka anak itu pun akan mengikutinya.44
42
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000) hlm. 38. 43
Syamsu Yusuf L N, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,. hlm. 140-141
44
Syamsu yusuf L N , Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hlm 141
29
Lingkungan masyarakat juga tidak kalah penting dalam membentuk
pribadi
anak,
masyarakat
berkembang
hal
ini
berbagai
dikarenakan
dalam
organisasi
sosial,
kebudayaan, ekonomi, agama dan lain-lain. Perkembangan masyarakat itu juga mempengaruhi arah perkembangan hidup anak khususnya yang menyangkut sikap dan perilaku sosial. Corak perilaku anak atau remaja merupakan cerminan dari perilaku lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, kualitas perkembangan perilaku dan kesadaran bersosialisasi anak sangat bergantung pada kualitas perilaku sosial warga masyarakatnya. Perilaku sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dengan demikian ada baiknya jika kita lebih cermat dalam memilih lingkungan hidup. Orang tua, guru, maupun pemimpin masyarakat hendaknya juga cermat dalam menciptakan lingkungan sosial yang baik bagi perkembangan setiap individu. d) Agama Selain lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan agama juga berperan penting dalam membina hubungan sosial peserta didik. Ibadah-ibadah dalam ajaran agama mendorong para peserta didik untuk melakukan kebaikan dan mencegah mereka melakukan perbuatan tercela. Ibadah disyariatkan untuk mendidik jiwa dan membina semangat persamaan dan kebersamaan tanpa mengganggu orang lain. Sebagai contoh: sholat adalah ibadah individual yang paling nyata dan shodaqoh adalah bentuk ibadah kepada sesama manusia. Sopan santun, menghormati guru dan perilaku sosial lainnya yang diperlihatkan oleh seorang anak juga disebabkan oleh penghayatan terhadap ajaran agama dan nilai-nilai
30
keagamaan. Perilaku sosial ini kemudian diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik dengan keluarga, guru, teman-teman dan lingkungan sekitar.
4. Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik Kompetensi sosial guru sebagaimana yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 yang membahas tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru merupakan salah satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru disamping
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian
dan
kompetensi profesional yang mana kesemuanya itu terintegrasi dalam kinerja guru.45 Pakar psikologi pendidikan Gardner menyebut kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner. Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang. Hanya saja, mungkin beberapa di antaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang. Uniknya lagi, beberapa kecerdasan itu bekerja secara padu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau mengerjakan sesuatu.46 Kecerdasan lain yang terkait erat dengan kecerdasan sosial adalah kecerdasan pribadi (personal intellegence), lebih khusus lagi kecerdasan emosi atau emotional intelligence.47 Dewasa ini mulai disadari betapa pentingnya peran kecerdasan sosial dan kecerdasan emosi bagi seseorang dalam usahanya meniti karier 45
Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hlm. 131
46
M. Arif Mahdiannur, “Kompetensi Sosial Kemampuan Beradaptasi Seorang Guru”
dalam http://mahdiannurblogspot.com/2009/03/kompetensi-sosial-kemampuan-beradaptasi.html diambil pada hari selasa 18 januari 2011 pukul 15:22 47
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, hlm. 512.
31
di masyarakat, lembaga, atau perusahaan. Banyak orang sukses yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan bekerja sama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi (emotional intelligence) merupakan faktor atau komponen yang dapat mempengaruhi kompetensi sosial yang dalam hal ini yaitu kompetensi sosial guru. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain. Dan dalam kaitannya dengan seorang guru, maka Kompetensi sosial disini berarti kemampuan seorang guru dan dosen untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Inilah kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang pendidik sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen, yang pada gilirannya harus dapat ditularkan kepada anak-anak didiknya.48 Senada dengan hal tersebut, dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 juga disebutkan bahwasanya standar kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya yaitu: 1. Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat.49 Adapun perilaku menurut Kurt Lewin (1951, dalam Brighman, 1991) sebagaimana yang dikutip oleh Syaifuddin Azwar dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya” merumuskan 48
M. Arif Mahdiannur “Kompetensi Sosial Kemampuan Beradaptasi Seorang Guru”
http://mahdiannurblogspot.com/2009/03/kompetensi-sosial-kemampuan-beradaptasi.html di ambil pada hari selasa 18 januari 2011 pukul 15:22 49
Undang-Undang Guru dan Dosen, hlm. 142
32
suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan, yaitu: B = f (P,E)50 Karakteristik individu meliputi berbagai variabel, seperti: motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu.51 Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana. Hal ini dikarenakan dalam menjalani kehidupannya, sosok seorang guru sering dijadikan tokoh/panutan dan identifikasi bagi peserta didik dan juga lingkungannya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan bahkan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga siswa dapat belajar secara optimal.52 Selain itu untuk menciptakan anak didik yang dewasa susila, seorang guru juga harus mempunyai kepribadian yang dewasa pula. Karena salah satu dari tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak mulia pada diri anak didik yang mana semua itu hanya mungkin dilakukan jika guru berakhlak mulia juga.53 Menyadari betapa pentingnya peran guru dalam membentuk kepribadian siswa yang susila pada khususnya, maka sangatlah tepat jika kompetensi sosial harus ada pada diri seorang guru. Hal ini mengingat 50
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995) Cet. I, hlm. 10 51 52
Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, hlm. 11 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002) hlm 36 53
Syaiful Bahri Djamarah Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, hlm 29
33
bahwa guru adalah penceramah jaman (Langeveld, 1955), lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Sehingga guru perlu memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik atau masyarakat tentang masalah peserta didik yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya.54 Dengan demikian kompetensi sosial guru merupakan seperangkat kemampuan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang harus dimiliki oleh guru lebih-lebih guru aqidah akhlak sebagai syarat untuk melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Kompetensi sosial guru ini sangat diperlukan dalam berbagi bentuk interaksi sosial yang mengandung aspek saling mempengaruhi, seperti keberadaan seorang guru baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Jadi untuk mewujudkan perilaku sosial siswa yang baik diperlukan kompetensi sosial dalam diri seorang guru yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Sehingga kompetensi sosial guru ini mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam membentuk perilaku sosial siswa.
C. Rumusan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris.55 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap
54
Djam‟an Satori, dkk, Profesi Keguruan, hlm 215-216
55
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm. 75.
34
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.56 Hipotesis tersebut diperlukan untuk memperjelas masalah yang diteliti. Penentuan hipotesis ini akan membantu penelitian untuk menentukan fakta apa yang akan dicari, prosedur dan metode apa yang sesuai serta bagaimana mengorganisasikan hasil dan penemuan.57 Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah : terdapat pengaruh yang signifikan mengenai persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru Akidah Akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs. Al Asror Gunungpati tahun akademik 2011/2012.
56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 71. 57
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 61-62.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka-angka atau statistik dari satu variabel untuk dapat dikaji secara terpisah dan kemudian dihubungkan. Penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik analisis regresi. Metode survai ini dilakukan untuk mengumpulkan data dari responden dengan menggunakan angket, pengertian survai ini dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.1 Teknik analisis regresi ini digunakan untuk mencari dasar-dasar untuk mengadakan prediksi suatu ubahan (variabel) dari informasi-informasi yang diperoleh dari ubahan atau ubahan-ubahan lain.2 Sedangkan teknik analisis regresi yang digunakan adalah teknik analisis regresi satu prediktor.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 15 hari bertempat di MTs Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian3. Populasi juga diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu yang diadakan suatu penelitian. 1
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), hlm 3
2
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm 1
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rieneka
Cipta, 2006), hlm 130
35
Adapun yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu siswa MTs Al-Asror Gunungpati Semarang kelas VIII yang berjumlah 190 siswa. Dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : KELAS
JUMLAH PESERTA DIDIK
VIII A
40 Peserta didik
VIII B
39 Peserta didik
VIII C
32 Peserta didik
VIII D
34 Peserta didik
VIII E
24 Peserta didik
VIII F
21 Peserta didik
JUMLAH
190 Peserta didik
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Atau sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.5 Dalam pengambilan sampel peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa: Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar (lebih dari 100), dapat diambil 15% atau 25% atau lebih.6 Berdasarkan pertimbangan di atas, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya lebih dari 100 atau lebih tepatnya 190 peserta didik, maka sampel yang diambil adalah sebesar 25% dari jumlah keseluruhan populasi yang ada yaitu 48 peserta didik dengan menggunakan teknik Quota Sampling. Quota Sampling adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., hlm. 131
5
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm. 62
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., hlm. 134
36
yang diinginkan.7 Pengumpulan data pada teknik Quota Sampling ini peneliti menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi (peserta didik kelas VIII A sampai VIII F MTs Al Asror Gunungpati Semarang) tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut (asal masih dalam populasi) yang penting terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.8 Pengambilan sampel pada penelitian ini akan diambil dari 6 kelas, yang terdiri dari kelas VIII A (10 peserta didik), VIII B (10 peserta didik), VIII C (8 peserta didik), VIII D (9 peserta didik), VIII E (6 peserta didik), dan VIII F (5 peserta didik).
D. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi obyek penelitian.9 Sugiyono menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.10 Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Variabel bebas (Independent Variable) Variabel bebas atau Independent Variable (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).11 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak {variabel bebas (X)} dengan indikator sebagai berikut: 1. Tanggapan siswa mengenai ketrampilan berkomunikasi guru akidah akhlak dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. 7
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian), hlm. 67
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , hlm. 141
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.118.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung : Alfabeta, 2009), Cet-7, hlm. 38 11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 39.
37
2. Tanggapan siswa mengenai sikap simpatik guru akidah akhlak terhadap peserta didik 3. Tanggapan siswa mengenai kerja sama guru akidah akhlak dengan dewan pendidikan/komite sekolah 4. Tanggapan siswa mengenai kepandaian guru akidah akhlak dalam bergaul dengan kawan sekerjanya. b) Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat atau Dependent Variable (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.12 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah perilaku sosial peserta didik {variabel terikat (Y)}, dengan indikator : 1. Tanggung jawab 2. Tolong menolong 3. Menghormati guru 4. Sopan santun
E. Pengumpulan Data Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan langsung ke kancah penelitian untuk mendapatkan data yang konkret. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Metode Kuesioner (Angket). Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.13 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak dan data tentang perilaku sosial peserta didik. Hal tersebut
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 39.
13
Sugiyono,Statistik Untuk Penelitian, hlm. 142.
38
diperoleh dari proses penyebaran angket yang berisi beberapa item pertanyaan dan seluruh siswa menjadi responden.
2) Metode Dokumentasi Yaitu teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 14 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh keterangan atau data yang bersifat dokumentatif, misalnya: foto, arsip, surat, keadaan letak geografis, catatan penting dan laporan dari MTs. Al-Asror Patemon Gunungpati Semarang.
F. Analisis Data Penelitian Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.15 Adapun yang dilakukan penulis dalam menganalisis data ini meliputi tiga tahap : 1. Analisis Pendahuluan a. Penskoran Data yang diperoleh peneliti melalui angket tersebut dianalisa dalam bentuk angka, yaitu dalam bentuk kuantitatif. Langkah yang diambil untuk mengubah data dari kualitatif menjadi kuantitatif adalah dengan memberi nilai pada setiap item jawaban pada pertanyaan angket untuk responden dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 231.
15
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, hlm. 263
39
Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijbarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.16 Untuk memudahkan penggolongan data statistiknya, maka dari setiap item soal diberi skor sebagai berikut : 1. Untuk alternatif jawaban ”A” diberi skor 5 2. Untuk alternatif jawaban ”B” diberi skor 4 3. Untuk alternatif jawaban ”C” diberi skor 3 4. Untuk alternatif jawaban ”D” diberi skor 2 5. Untuk alternatif jawaban “E” di beri skor 1 Penskoran di atas digunakan untuk pertanyaan yang positif, sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka digunakan penskoran sebaliknya. b. Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara: 1) Mencari mean Mean variabel X , X Mean variabel Y , Y
X N
Y N
Mencari lebar interval I = R/M Dimana : R=H–L+1 M = 1 + 3,3 Log N Keterangan :
16
I
= Lebar interval
R
= Jarak pengukuran
M
= Jumlah interval
L
= Nilai terendah
N
= Responden
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm. 93.
40
2) Membuat tabel kerja satu prediktor, kemudian mencari skor deviasi dan dimasukkan dalam rumus korelasi product moment.
rxy
xy
x y 2
xy XY
x2 X 2
y2 Y 2
17
2
X Y N
X 2 N
Y 2 N
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini sifatnya adalah melanjutkan dari analisis pendahuluan. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji data tentang pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam hal ini menggunakan rumus regresi satu prediktor. Sedangkan langkah dalam analisis uji hipotesis adalah : a) Mencari persamaan garis regresi dengan rumus :
Y = a bX 18 Dimana : b=
xy dan x2
a =Y b X
Keterangan :
Y = Skor yang diprediksi pada variabel Y a = Harga konstan b = Koefisien regresi
X = Mean dari variabel X 17
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm. 4
18
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian , hlm. 261
41
Y =Mean dari variabel Y b) Menentukan analisis varian garis regresi dengan rumus :
Freg
RK reg RK res
Freg
: harga bilangan F untuk garis regresi.
RKreg
: rerata kuadrat garis regresi.
RKres
: rerata kuadrat residu.19
Adapun ringkasan langkah-langkahnya, adalah : Sumber variable
DB
JK
RK
Freg
Regresi
K
( xy) 2
JK reg
RK reg
dbreg
RK reg
( xy) 2 2 2 x
JK res dbres
-
y
-
-
x
Residu
N-k-1
2
Total
N-1
2
1) Analisis Lanjut Setelah memperoleh
Freg
maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan harga Freg dengan F pada tabel baik taraf signifikan 5% maupun 1% dengan kemungkinan: 1) Jika Freg lebih besar dari pada Ft 1% atau 5% maka signifikan (hipotesis diterima). 2) Jika Freg lebih kecil dari pada Ft 1% atau 5% maka non signifikan (hipotesis ditolak).
19
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, hlm. 13
42
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum MTs Al-Asror Gunungpati Semarang 1. Letak Geografis Madrasah Secara geografis MTs. Al-Asror, berada di pinggiran kota tepatnya di Jl. Legoksari Raya No. 02 Patemon kecamatan Gunungpati kabupaten Semarang dengan luas tanah 4,923 m2 sehingga terlepas dari hiruk pikuk kehidupan pusat kota. Walaupun letaknya dipinggir kota, akan tetapi mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada tidak jauh dari pinggir jalan. Sebelah timur
: Berbatasan dengan Pondok Pesantren Putri Al-Asror
Sebelah utara
: Berbatasan dengan kebun milik warga
Sebelah barat
: Berbatasan dengan Pondok Pesantren Putra Al-Asror
Sebelah selatan
: Berbatasan dengan MA. Al-Asror
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka MTs. Al-Asror mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada di daerah pesantren dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan dalam proses belajar-mengajar.
2. Sejarah Berdirinya MTs Al-Asror didirikan pada tahun 1987 yaitu sekitar 24 tahun yang lalu, yang mana sejak awal berdirinya MTs Al Asror hanya mempunyai beberapa ruangan saja yang didirikan atas bantuan swadaya masyarakat sekitar yang dikelola oleh warga nahdhiyyin Patemon Gunungpati Semarang. Pada tahun awal berdirinya, MTs Al-Asror ini hanya berjumlah 94 siswa. Dengan rincian hanya satu kelas yaitu kelas VII yang kemudian pada tahun ajaran berikutnya siswa bertambah menjadi 145 siswa dengan rincian kelas VII dan kelas VIII. Sedangkan pada tahun
43
ajaran yang ketiga siswa bertambah lagi menjadi 188 siswa dengan rincian kelas VII, kelas VIII dan kelas IX.
3. VISI dan MISI MTs. Al- Asror a.
Visi Unggul dalam ilmu, iman, taqwa dan akhlaq mulia
b.
Misi 1. Membentuk peserta didik yang cerdas, terampil, berpengatahuan luas dan berwawasan Ahli Sunnah Wal Jamaah 2. Menciptakan peserta didik yang dapat melaksanakan kehidupan beragama dengan baik dan benar 3. Menumbuhkan semangat untuk sholat berjamaah dan amalan Ahli Sunnah Wal Jamaah 4. Menciptakan peserta didik yang berakhlaqul karimah, disiplin dan bertanggung jawab 5. Mengembangkan prestasi non akademik
4. Daftar Nama-Nama Guru MTs Al-Asror Adapun daftar nama-nama guru di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang adalah sebagaimana terlampir:1 . B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012. Untuk mendapatkan data, peneliti menggunakan angket dengan 20 item soal yang disebarkan kepada 48 responden.
1
Data diambil dari dokumen MTs. Al- Asror
44
Tabel I Hasil Angket Variabel X (Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) Resp
Alternatif Jawaban
Skor
Total
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
Skor
R.1
13
1
5
0
1
65
4
15
0
1
85
R.2
8
6
5
0
1
40
24
15
0
1
80
R.3
3
8
9
0
0
15
32
27
0
0
74
R.4
14
2
3
1
0
70
8
9
2
0
89
R.5
13
6
0
0
1
65
24
0
0
1
90
R.6
17
1
2
0
0
85
4
6
0
0
95
R.7
11
3
5
0
1
55
12
15
0
1
83
R.8
13
3
4
0
0
65
12
12
0
0
89
R.9
18
0
1
0
1
90
0
3
0
1
94
R.10
15
2
2
0
1
75
8
6
0
1
90
R.11
11
4
4
0
1
55
16
12
0
1
84
R.12
14
3
2
1
0
70
12
6
2
0
90
R.13
10
4
6
0
0
50
16
18
0
0
84
R.14
14
3
2
1
0
70
12
6
2
0
90
R.15
7
11
0
1
1
35
44
0
2
1
82
R.16
16
2
1
1
0
80
8
3
2
0
93
R.17
15
4
1
0
0
75
16
3
0
0
94
R.18
14
3
2
1
0
70
12
6
2
0
90
R.19
11
5
3
1
0
55
20
9
2
0
86
R.20
18
0
2
0
0
90
0
6
0
0
96
R.21
11
3
5
0
1
55
12
15
0
1
83
R.22
10
6
3
0
1
50
24
9
0
1
84
R.23
9
3
6
0
2
45
12
18
0
2
77
R.24
18
1
1
0
0
90
4
3
0
0
97
R.25
12
4
4
0
0
60
16
12
0
0
88
45
R.26
11
5
3
0
1
55
20
9
0
1
85
R.27
15
4
1
0
0
75
16
3
0
0
94
R.28
13
2
5
0
0
65
8
15
0
0
88
R.29
9
4
5
1
1
45
16
15
2
1
79
R.30
11
5
3
1
0
55
20
9
2
0
86
R.31
10
7
3
0
0
50
28
9
0
0
87
R.32
12
6
2
0
0
60
24
6
0
0
90
R.33
13
5
2
0
0
65
20
6
0
0
91
R.34
9
8
2
1
0
45
32
6
2
0
85
R.35
15
3
1
1
0
75
12
3
2
0
92
R.36
17
1
1
0
1
85
4
3
0
1
93
R.37
14
3
3
0
0
70
12
9
0
0
91
R.38
15
1
3
1
0
75
4
9
2
0
90
R.39
11
5
3
0
1
55
20
9
0
1
85
R.40
15
1
4
0
0
75
4
12
0
0
91
R.41
18
1
1
0
0
90
4
3
0
0
97
R.42
12
5
2
0
1
60
20
6
0
1
87
R.43
16
2
1
1
0
80
8
3
2
0
93
R.44
14
2
4
0
0
70
8
12
0
0
90
R.45
15
0
4
0
1
75
0
12
0
1
88
R.46
11
4
4
0
1
55
16
12
0
1
84
R.47
7
5
6
0
2
35
20
18
0
2
75
R.48
16
1
2
0
1
80
4
6
0
1
91
Berdasarkan data pada tabel di atas, langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) yang dapat diuraikan sebagai berikut: Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan range : I = R/M
46
Dimana : R=H–L+1 = (97 – 74) + 1 = 23 + 1 = 24 M = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 48 = 1 + 5,55 = 6,55 dibulatkan menjadi 7 Sehingga dapat diketahui interval nilai : I=R/M = 24 / 7 = 3,42 dibulatkan menjadi 3 Keterangan : I
= Lebar interval
R
= Jarak pengukuran
M
= Jumlah interval
H
= Nilai tertinggi
L
= Nilai terendah
N
= Responden Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai
seperti pada tabel berikut : Tabel II Distribusi Frekuensi Skor Data X (Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) No. Interval
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1
74-76
2
4,17
2
77-79
2
4,17
3
80-82
2
4,17
4
83-85
10
20,83
5
86-88
7
14,58
47
6
89-91
14
29,17
7
92-94
7
14,58
8
95-97
4
8,33
48
100
∑
2. Data tentang perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012 Untuk mendapatkan data penelitian tentang perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang, peneliti menggunakan angket dengan 20 item soal yang disebarkan kepada 48 responden. Tabel III Hasil Angket Variabel Y (Perilaku Sosial Peserta Didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) Resp
Alternatif Jawaban
Skor
Total
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
Skor
R.1
9
0
8
2
1
45
0
24
4
1
74
R.2
5
4
9
2
0
25
16
27
4
0
72
R.3
6
4
8
0
2
30
16
24
0
2
72
R.4
3
2
13
0
2
15
8
39
0
2
64
R.5
6
3
8
3
0
30
12
24
6
0
72
R.6
12
6
2
0
0
60
24
6
0
0
90
R.7
13
1
4
1
1
65
4
12
2
1
84
R.8
3
5
12
0
0
15
20
36
0
0
71
R.9
15
3
0
0
2
75
12
0
0
2
89
R.10
10
4
4
1
1
50
16
12
2
1
81
R.11
3
8
7
2
0
15
32
21
4
0
72
R.12
14
4
2
0
0
70
16
6
0
0
92
R.13
10
1
5
1
3
50
4
15
2
3
74
R.14
13
3
4
0
0
65
12
12
0
0
89
48
R15
1
15
3
1
0
5
60
9
2
0
76
R.16
14
1
5
0
0
70
4
15
0
0
89
R.17
4
4
11
1
0
20
16
33
2
0
71
R.18
13
1
5
1
0
65
4
15
2
0
86
R.19
11
5
3
1
0
55
20
9
2
0
86
R.20
18
0
1
0
1
90
0
3
0
1
94
R.21
12
5
2
1
0
60
20
6
2
0
88
R.22
6
14
0
0
0
30
56
0
0
0
86
R.23
10
6
1
2
1
50
24
3
4
1
82
R.24
17
0
1
0
2
85
0
3
0
2
90
R.25
6
6
8
0
0
30
24
24
0
0
78
R.26
7
10
2
1
0
35
40
6
2
0
83
R.27
11
6
2
1
0
55
24
6
2
0
87
R.28
6
7
5
1
1
30
28
15
2
1
76
R.29
9
5
5
0
1
45
20
15
0
1
81
R.30
8
1
10
0
1
40
4
30
0
1
75
R.31
6
5
5
3
1
30
20
15
6
1
72
R.32
9
8
2
0
1
45
32
6
0
1
84
R.33
16
2
0
2
0
80
8
0
4
0
92
R.34
10
2
5
2
1
50
8
15
4
1
78
R.35
7
5
5
0
3
35
20
15
0
3
73
R.36
6
5
9
0
0
30
20
27
0
0
77
R.37
8
4
4
3
1
40
16
12
6
1
75
R.38
7
3
9
0
1
35
12
27
0
1
75
R.39
4
7
6
2
1
20
28
18
4
1
71
R.40
7
5
6
0
2
35
20
18
0
2
75
R.41
15
2
3
0
0
75
8
9
0
0
92
R.42
10
2
6
0
2
50
8
18
0
2
78
R.43
15
2
3
0
0
75
8
9
0
0
92
R.44
13
0
7
0
0
65
0
21
0
0
86
49
R.45
14
3
3
0
0
70
12
9
0
0
91
R.46
7
5
8
0
0
35
20
24
0
0
79
R.47
4
3
10
3
0
20
12
30
6
0
68
R.48
5
7
6
0
2
25
28
18
0
2
73
Berdasarkan data pada tabel di atas, langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang) yang dapat diuraikan sebagai berikut: Menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan range : I = R/M Dimana : R=H–L+1 = (94 – 64) + 1 = 30 + 1 = 31 M = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 48 = 1 + 5.55 = 6,55 dibulatkan menjadi 7 Sehingga dapat diketahui interval nilai : I=R/M = 31 / 7 = 4,43 dibulatkan menjadi 4 Keterangan : I
= Lebar interval
R
= Jarak pengukuran
M
= Jumlah interval
H
= Nilai tertinggi
L
= Nilai terendah
N
= Responden
50
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel berikut : Tabel IV Distribusi Frekuensi Skor Data Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) No. Interval Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1
64-67
1
2,08
2
68-71
4
8,33
3
72-75
13
27,08
4
76-79
7
14,58
5
80-83
4
8,33
6
84-87
7
14,58
7
88-91
7
14,58
8
92-95
5
10,42
48
100
∑
C. Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara yang harus dibuktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah : Adanya pengaruh antara persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012. Untuk mencari korelasi diatas, maka dibantu dengan tabel koefisien korelasi sebagai berikut:
51
Tabel V Koefisien Korelasi antara Variabel X (Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) dan Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012)
No
X
x =X-X̅
x2
Y
y =Y-Y̅
y2
xy
1
85
-2,896
8,387
74
-6,313
39,854
18,282
2
80
-7,896
62,347
72
-8,313
69,106
65,639
3
74
-13,896
193,099
72
-8,313
69,106
115,517
4
89
1,104
1,219
64
-16,313
266,114
-18,010
5
90
2,104
4,427
72
-8,313
69,106
-17,491
6
95
7,104
50,467
90
9,687
93,838
68,816
7
83
-4,896
23,971
84
3,687
13,594
-18,052
8
89
1,104
1,219
71
-9,313
86,732
-10,282
9
94
6,104
37,259
89
8,687
75,464
53,025
10
90
2,104
4,427
81
0,687
0,472
1,445
11
84
-3,896
15,179
72
-8,313
69,106
32,387
12
90
2,104
4,427
92
11,687
136,586
24,589
13
84
-3,896
15,179
74
-6,313
39,854
24,595
14
90
2,104
4,427
89
8,687
75,464
18,277
15
82
-5,896
34,763
76
-4,313
18,602
25,429
16
93
5,104
26,051
89
8,687
75,464
44,338
17
94
6,104
37,259
71
-9,313
86,732
-56,847
18
90
2,104
4,427
86
5,687
32,342
11,965
19
86
-1,896
3,595
86
5,687
32,342
-10,783
20
96
8,104
65,675
94
13,687
187,334
110,919
21
83
-4,896
23,971
88
7,687
59,090
-37,636
22
84
-3,896
15,179
86
5,687
32,342
-22,157
23
77
-10,896
118,723
82
1,687
2,846
-18,382
52
24
97
9,104
82,883
90
9,687
93,838
88,190
25
88
0,104
0,011
78
-2,313
5,350
-0,241
26
85
-2,896
8,387
83
2,687
7,220
-7,782
27
94
6,104
37,259
87
6,687
44,716
40,817
28
88
0,104
0,011
76
-4,313
18,602
-0,449
29
79
-8,896
79,139
81
0,687
0,472
-6,112
30
86
-1,896
3,595
75
-5,313
28,228
10,073
31
87
-0,896
0,803
72
-8,313
69,106
7,448
32
90
2,104
4,427
84
3,687
13,594
7,757
33
91
3,104
9,635
92
11,687
136,586
36,276
34
85
-2,896
8,387
78
-2,313
5,350
6,698
35
92
4,104
16,843
73
-7,313
53,480
-30,013
36
93
5,104
26,051
77
-3,313
10,976
-16,910
37
91
3,104
9,635
75
-5,313
28,228
-16,492
38
90
2,104
4,427
75
-5,313
28,228
-11,179
39
85
-2,896
8,387
71
-9,313
86,732
26,970
40
91
3,104
9,635
75
-5,313
28,228
-16,492
41
97
9,104
82,883
92
11,687
136,586
106,398
42
87
-0,896
0,803
78
-2,313
5,350
2,072
43
93
5,104
26,051
92
11,687
136,586
59,650
44
90
2,104
4,427
86
5,687
32,342
11,965
45
88
0,104
0,011
91
10,687
114,212
1,111
46
84
-3,896
15,179
79
-1,313
1,724
5,115
47
75
-12,896
166,307
68
-12,313
151,610
158,788
48
91
3,104
9,635
73
-7,313
53,480
-22,700
1370,479
3855
2922,313
846,563
∑
4219
53
Dari tabel diatas dapat diketahui:
N ∑X ∑Y
= 48 = 4219 = 3855
∑y ∑ xy
= 2922,313 = 846,563
∑ x2
= 1370,479
2
1. Mencari Mean (rata - rata) dan Simpangan Baku (standar deviasi) a.
Mean dan simpangan baku variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) X
= ∑X/N
= 4219/48 = 87,896
Sx 2
2 = ∑x /N – 1
= 1370,479/47 = 29,159
Sx
=
Sx 2
=
29,159
= 5,400 b.
Mean dan simpangan baku variabel Y (Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang) Y
= ∑Y/N
= 3855/48 = 80,313
Sy 2
= ∑y2/N – 1 = 2922,313/47 = 62,177
Sy
=
Sy 2
=
62,177
54
= 7,885 2.
Menentukan kualitas variabel a.
Menentukan kualitas variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak)
M + 1,5 SD
= 87,896 + (1,5) (5,4) = 95,996
M + 0,5 SD
= 87,896 + (0,5) (5,4) = 90,596
M – 0,5 SD
= 87,896 – (0,5) (5,4) = 85,196
M – 1,5 SD
= 87,896 – (1,5) (5,4) = 79,796
Tabel VI Kualitas Variabel X (Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak) Rata – Rata
87,896
Interval
Kualitas
Kriteria
97 ke atas
Sangat baik
91 – 96
Baik
85 – 90
Sedang
80 – 84
Kurang
80 ke bawah
Sangat kurang
Sedang
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru Akidah Akhlak di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval nilai 85- 90 dengan nilai rata- rata 87,896 b.
Menentukan kualitas variabel Y(Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang)
M + 1,5 SD
= 80,313 + (1,5) (7,885)
= 92,140
M + 0,5 SD
= 80,313 + (0,5) (7,885)
= 84,255
M – 0,5 SD
= 80,313 – (0,5) (7,885)
= 77,158
M – 1,5 SD
= 80,313 – (1,5) (7,885)
= 68,485
55
Tabel VII Kualitas Variabel Y (Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012) Rata – Rata
80,313
Interval
Kualitas
93 ke atas
Sangat baik
84 – 92
Baik
77 – 83
Sedang
68 – 76
Kurang
68 ke bawah
Sangat kurang
Kriteria
Sedang
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval nilai 77-83 dengan nilai rata- rata 80,313
3. Mencari korelasi antara prediktor dengan kriterium Korelasi antara prediktor X dengan kriterium Y dapat dicari melalui teknik korelasi momen tangkar dari pearson, dengan rumus: rxy =
∑ xy
(∑ x )(∑ y ) 2
2
Sehingga: rxy =
∑ xy
(∑ x )(∑ y ) 2
2
rxy =
846,563 (1370,479)(2922,313)
rxy =
846,563 4004968,598
rxy =
846,563 2001,242
rxy = 0,423
56
Selanjutnya data tersebut diolah ke dalam rumus analisis regresi (analisis regresi satu prediktor), dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menguji signifikansi korelasi Untuk menguji apakah rxy = 0,423 itu signifikan atau tidak, dapat berkonsultasi dengan rtabel pada taraf signifikansi 1% dan 5%, berdasarkan harga tabel dapat diketahui bahwa hasil taraf signifikansi 1% = 0,361 dan 5% = 0,279. Dengan demikian harga rxy = 0,423 dinyatakan signifikan, karena rxy > rt . Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan Y dan hipotesis diterima. 2. Mencari persamaan garis regresi
Ŷ = a + bX
Dimana :
b=
∑ xy ∑ x2
−
dan
−
a =Y − b X
Keterangan :
Ŷ
= Skor yang diprediksi pada variabel Y
a
= Harga konstan
b
= Koefisien regresi
−
X
= Mean dari variabel X
−
Y
= Mean dari variabel Y
Maka :
b= =
∑ xy ∑ x2
846,563 1370,479
= 0,618 −
−
a =Y − b X = 80,313 – (0,618) (87,896) = 80,313 – 54,294
57
= 26,018 Dari pehitungan diatas dapat diketahui bahwa harga a = 26,018 dan
harga b = 0,618 dengan demikian persamaan garis regresinya adalah Ŷ = 26,018 + 0,618 X. 3. Mencari analisis varians garis regresi Untuk mencari varian garis regresi digunakan rumus:
RK reg
Freg =
RK res
Keterangan :
Freg
: harga bilangan F untuk garis regresi.
RKreg : rerata kuadrat garis regresi.
RKres : rerata kuadrat residu. ∑ x 2 = 1370,479
∑ y 2 = 2922,313 ∑ xy = 846,563
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus :
JK reg
2 ( ∑ xy ) =
∑ x2
= =
(846,563)2 1370,479 716668,913 1370,479
= 522,933
JK res = ∑ y
2
2 ( ∑ xy ) −
∑ x2
2 ( 846,563) = 2922,313 −
1370,479 716668,913 = 2922,313 − 1370,479 = 2922,313 − 522,933 = 2399,380
dbreg = 1
58
dbres = N − 2 = 48 − 2 = 46 JK reg dbreg
RK reg =
522,933 1
=
= 522,933
JK res dbres
RK res =
2399,380 46
=
= 52,160
Freg
RK reg
= =
RK res
522,933 52,160
= 10,025 Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,05 ; 1, 46) = 4, 052 berarti signifikan Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,01 ; 1, 46) = 7, 220 berarti signifikan
Tabel VIII Tabel Analisis Varian Regresi Linier Sederhana
Ŷ = 26,018 + 0,618 X Sumber Varian
JK
Db RK
Regresi 522,933
1
522,933
Residu
2399,380
46
52,160
Total
2922,313
47
49,531
Fhitung/
Ftabel
Freg
5%
10,025
4,052 7,220 Signifikan
1%
Kesimpulan
59
D. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah diketahui hasil perhitungan diatas, untuk mengetahui signifikansi pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang adalah dengan membandingkan harga Freg dengan Ftabel. Jika Freg > Ftabel maka Ho ditolak (signifikan) dan sebaliknya jika Freg < Ftabel maka Ho diterima (non signifikan). Dengan taraf signifikansi 5% dk pembilang 1 dan dk penyebut = N– 2 = 46 diperoleh Ftabel sebesar 4,052 sedang Freg sebesar 10,025. Jika dibandingkan keduanya Freg = 10,025 > Ftabel ( 0,05 ; 1,46) = 4,052 dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Kemudian pada
taraf
signifikansi 1% dk pembilang 1 dan dk
penyebut = N–2 = 46 diperoleh Ftabel sebesar 7,220 sedang Freg sebesar 10,025. Jika dibandingkan keduanya Freg = 10,025 > Ftabel ( 0,01 ; 1,46) = 7,220. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak juga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Dengan melihat hasil pengujian hipotesis variabel X dan Y pada taraf signifikansi 1% dan 5%, keduanya menunjukan arah yang signifikan, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012.
E. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga merasa ada banyak hal yang menghambat dan menjadi kendala
60
dalam penelitian ini. Hal itu terjadi bukan karena faktor kesengajaan, tetapi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Diantara keterbatasan tersebut antara lain: 1. Keterbatasan tempat penelitian Penelitian yang penulis lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yaitu MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Namun demikian, tempat ini dapat mewakili beberapa madrasah tsanawiyah yang ada untuk dijadikan tempat penelitian dan kalaupun hasil penelitiannya berbeda, akan tetapi hasilnya tidak akan jauh menyimpang dari hasil yang dilakukan peneliti. 2. Keterbatasan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi, waktu yang dapat mempersempit ruang gerak penelitian. Sehingga, dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. 3. Keterbatasan dalam obyek penelitian Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti tentang persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012. Dari berbagai keterbatasan yang penulis paparkan diatas, maka dapat dikatakan dengan sejujurnya bahwa inilah kekurangan dari penelitian yang penulis lakukan di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang. Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, penulis bersyukur bahwa penelitian ini dapat selesai dengan lancar.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan penelitian dan menganalisis data yang telah diperoleh, baik yang bersifat teoritis maupun lapangan tentang pengaruh persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak di MTs Al-Asror Gunungpati Semarang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak sebesar 87,896. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori sedang karena berada pada interval 85 – 90. 2. Perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata (Mean) hasil angket tentang perilaku sosial peserta didik sebesar 80,313. Nilai Mean tersebut termasuk dalam kategori sedang karena berada pada interval 77 – 83. 3. Ada pengaruh variabel persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak (X) terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012 (Y) dibuktikan dengan persamaan regresi Ŷ = 26,018 + 0,618 X dan hasil varians garis regresi
Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,05 ; 1, 46) = 4,052
berarti signifikan, dan Fhitung = 10,025 > Ftabel ( 0,01 ; 1, 46) = 7, 220 berarti signifikan. Dengan demikian dapat di katakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara persepsi peserta didik tentang kompetensi sosial guru akidah akhlak terhadap perilaku sosial peserta didik kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang tahun akademik 2011/2012.
62
B. Saran Sehubungan dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang Tahun Akademik 2011/2012, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut untuk ditindaklanjuti, yaitu: 1. Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilainilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. 2. Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para peserta didik. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik juga perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Pribadi yang memiliki kecerdasan sosial ditandai adanya hubungan yang kuat dengan Allah, memberi manfaat kepada lingkungan, dan menghasilkan karya untuk membangun orang lain. Mereka santun dan peduli sesama, jujur dan bersih dalam berperilaku. 3. Perilaku sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dengan demikian ada baiknya jika kita lebih cermat dalam memilih lingkungan hidup. Orangtua, guru, maupun anggota masyarakat hendaknya juga cermat dalam menciptakan lingkungan sosial yang baik bagi perkembangan perilaku sosial setiap individu. 4. Tanggung jawab perilaku sosial dan kepribadian anak juga tergantung pada sejauh mana tingkat kepedulian dan kerjasama antara orangtua, sekolah dan masyarakat sebagai basic pendidikan.
63
C. Penutup Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari bahwa meskipun dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan-perbaikan penelitian selanjutnya agar mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
64
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Agustin, Ary Ginanjar, ESQ Power, Sebuah Inner Journey melalui Ihsan, Jakarta: Arga, 2003 Azwar, Syaifuddin, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 Barizi, Ahmad, Muhammad Idris, Menjadi Guru Unggul , Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2010 Benjamin, Wolman, Dictionary of Behavioral Science, New York: Van Nostrand Remhold Company, 1973 Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984 _______, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 2005 Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2000 Djamarah, Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000 Echols, John M., Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996 Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Jakarta: Gramedia, 2005 Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, Yogyakarta: Andi Offset, 2004 Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al- Ma‟arif, 1980
Mahdiannur, M. Arif “Kompetensi Sosial Kemampuan Beradaptasi Seorang Guru” http://mahdiannurblogspot.com/2009/03/kompetensi-sosialkemampuan-beradaptasi.html di ambil pada hari selasa 18 januari 2011 pukul 15:22 Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta : Rineka Cipta, 1994 Miller, John P., Cerdas di Kelas Sekolah Kepribadian, Terj. Abdul Munir Mulkhan, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002 Morgan, Clifford T., Introduction to Psycology, (New York: Mc. Graw Hill Book Company, Inc, 1961) hlm 299 An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: CV.Diponegoro,1992 Najati, Usman, Al-Qur’an dan Psikologi, Terj. Ade Asnawi S, Jakarta: Asas Pustaka, 2001 Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985 Prawiradilga, Dewi Salma dan Eveline Siregar, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008 Rahim, Syaiful, Teori Komunikasi, Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 Rifa‟i, Muhammad, Pembinaan Pribadi Muslim, Semarang: Wicaksana, 1993 Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan , Bandung: ALFABETA, 2009 Satori, Djam‟an,dkk, Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008 Siagian, Sondang P., Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1995 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2009 _______, Statistika untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta, 2007
Suharsono, Akselerasi Inteligensi Optimalkan IQ, EQ dan SQ Secara Islami, Jakarta: Inisiasi Press, 2004 Sukidi, Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ Lebih Penting dari IQ dan EQ, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003 Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, 1983 Al-Sya‟rani, „Abd Al-Wahhab, 99 Akhlak Sufi, Bandung : Al-Bayan, 2004 Thalib, Syamsul Bachri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, Jakarta: Kencana, 2010 Ulwan, Nasikh, Pendidikan Anak Menurut Islam: Pendidikan Sosial Anak, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2010 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas RI, 2005 Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Uwaidloh, Kamil Muhammad, Ilmu An-Nafs, Beirut Libanon: Dar Al-Kutub AlIlmiyah, 1996 Walgito, Bimo, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar),Yogyakarta: Andi, 2002 ___________, Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 1993 Ya‟kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1996 Yusuf, Syamsu L N., Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya , 2001
DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
NAMA NUR LAILA NAFIS ALVIN NUR FATAHILLAH ISMAIL SHALEH AGUS PRASETYO ATIK WALIDIYATIK FARIDA ASTININGRUM ADI PRATAMA CRISMON S W LENNY SETIAWATI YUSUF AS SA’IL NURUL NABAWI SITI AYU RISKIYA M. WAHID NUR IKHSAN AHMAD MIFTAKHUL RIZAL NAIRIL NURUL HIDAYAH RAGIL SOFIYANA ZUROTUL MAGHFIROH SITI FATIMAH TITO ISNA UTAMA TRI APRILIYANTI IVANA FARAH NADYA IKA INDAH ALFIANI WULANDARI SYLVIA INDAH I VIVI AGUS SETIANI ERNA ASTININGRUM PUSPITA MUTIARA MMH DIAH KURNIA PUTRI LIVIA AYU INTAN SARI A INGGAR SILVYANI DEVIE RARANTIKA ELA EVILASARI HIDAYATU NIKMAH RIFKA ANGGRAENI RIZKY AYU CINTYA PUTRI K EVA FITRIANINGSIH SITI NUR FADHILAH RAVINA PUTRI S DIAH WULAN RAMADANTI ZIZADATUL CHOTIMAH FEBRIANA WIDAYANTI SRI WAHYUNI ALWI ABDUL ROZAQ ISMAIL NUR ARIFUDIN NOVITA DEWI ALIFIYANI IKHSAN DINDA AFIANITA HAPSARI
KELAS VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII E VIII E VIII E VIII E VIII E VIII E VIII F VIII F VIII F VIII F VIII F
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN 1. Kisi-Kisi Persepsi Siswa tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Nomor Butir Jumlah No Indikator Pertanyaan Soal Positif Negatif 1. Tanggapan siswa mengenai 1,2,3,4 5,6 6 ketrampilan
berkomunikasi
guru
akidah akhlak dengan peserta didik dan orang tua peserta didik 2.
Tanggapan siswa mengenai sikap simpatik
guru
akidah
7,8,
9,10
4
akhlak
terhadap peserta didik 3.
Tanggapan
siswa
mengenai 11,12,13, 14 kerjasama guru akidah akhlak dewan
4
pendidikan/komite sekolah 4.
Tanggapan
siswa
mengenai 15,16,17, 18 kepandaian bergaul guru akidah
19,20
6
akhlak dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan Jumlah
20
2. Kisi-Kisi Perilaku Sosial Peserta Didik
1.
Bertanggung jawab
Nomor Butir Pertanyaan Positif Negatif 1,2,3 4,5
2.
Tolong menolong
6,7,8,9,
No
Indikator
Jumla h Soal 5 5
10 3.
Menghormati guru
11,12,13
14,15
5
4.
Sopan santun
16,17,18
19,20
5
Jumlah
20
DAFTAR ANGKET PENELITIAN Angket Persepsi Siswa tentang Kompetensi Sosial Guru Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Sosial Peserta Didik Kelas VIII MTs Al-Asror Gunungpati Semarang I. IDENTITAS Nama
:
Kelas
:
No. Absen
:
II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET a.
Isilah biodata di atas terlebih dahulu
b. Berilah tanda (x) pada jawaban a, b, c, d atau e yang anda anggap paling sesuai c. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan keadaan Anda d. Kejujuran Anda dalam menjawab pertanyaan, tidak akan mempengaruhi nilai raport dan jawaban serta identitas anda akan dirahasiakan e. Atas partisipasinya kami ucapkan terimakasih.
III.
BUTIR-BUTIR PERTANYAAN TENTANG PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI SOSIAL GURU AKIDAH AKHLAK A. Tanggapan siswa mengenai ketrampilan berkomunikasi guru akidah akhlak dengan peserta didik dan orang tua peserta didik 1. Apakah guru akidah akhlak Anda memberi kesempatan bertanya kepada peserta didik ketika kegiatan belajar mengajar akidah akhlak berlangsung? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 2. Ketika guru akidah akhlak Anda menerangkan materi pelajaran, ada peserta didik yang bermain sendiri (tidak memperhatikan), apakah guru akidah akhlak Anda menegurnya? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 3. Ketika menyuruh peserta didiknya untuk mengerjakan soal, apakah guru akidah akhlak Anda mengucapkannya dengan lemah lembut? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 4. Ketika berbicara dengan wali peserta didik, apakah guru akidah akhlak Anda bertutur kata dengan baik dan sopan ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 5. Ketika guru akidah akhlak Anda memberi nasehat kepada siswanya, ia mengucapkan dengan kasar ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang 6. Dalam menyampaikan materi pelajaran, apakah penjelasan yang disampaikan guru akidah akhlak Anda sulit untuk di fahami? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang B. Tanggapan siswa mengenai sikap simpatik guru akidah akhlak terhadap peserta didik 7.
Ketika peserta didik yang mendapat juara dalam suatu lomba, apakah guru akidah akhlak Anda memberi ucapan selamat ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 8. Apakah guru akidah akhlak Anda memotivasi peserta didik yang sedih karena nilai ulangannya jelek? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 9. Apakah guru akidah akhlak Anda memperlakukan peserta didiknya secara berbeda (pilih kasih)? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang
10. Apakah guru akidah akhlak Anda bersikap acuh ketika ada peserta didik yang sedang bertengkar saat jam pelajaran berlangsung? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang C. Tanggapan siswa mengenai kerjasama guru akidah akhlak dengan dewan pendidikan/komite sekolah. 11. Ketika ada kegiatan memperingati hari ulang tahun sekolah, apakah guru akidah akhlak Anda ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 12. Apakah guru akidah akhlak Anda memberi tahu komite sekolah terlebih dahulu ketika pengadaan buku paket? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 13. Apakah guru akidah akhlak Anda mengisi kelas yang sedang kosong ketika guru yang bersangkutan tidak hadir? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 14. Ketika ada undangan pertemuan (rapat) yang melibatkan tokoh masyarakat dan orang tua/wali peserta didik, apakah guru akidah akhlak Anda ikut serta dalam rapat tersebut? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang D. Tanggapan siswa mengenai kepandaian bergaul guru akidah akhlak dengan kawan sekerjanya 15. Pada saat berbicara dengan guru yang lain, apakah guru akidah akhlak Anda menggunakan kata-kata yang ramah ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
16. Apakah guru akidah akhlak Anda bersikap ramah terhadap pegawai (TU ) di sekolah ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 17. Apakah guru akidah akhlak Anda menyapa ketika bertemu dengan guru yang lain ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 18. Ketika ada salah satu guru yang sedang sakit, apakah guru akidah akhlak Anda menjenguknya? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 19. Apakah guru akidah akhlak Anda pernah menegur guru yang lain di depan peserta didik ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang 20. Ketika menyuruh pegawai ( TU ) untuk melaksanakan suatu tugas, apakah guru akidah akhlak Anda memerintah dengan seenaknya ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang IV.
BUTIR-BUTIR PERTANYAAN TENTANG PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK A. Bertanggung jawab 1. Apakah Anda mengerjakan tugas yang diberikan guru ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 2. Apakah Anda mendengarkan penjelasan yang diberikan guru ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 3. Apakah Anda bekerja sama dengan baik dengan sesama teman ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 4. Dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, apakah Anda menyontek atau melihat jawaban teman ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang 5. Ketika guru memergoki Anda berbuat kesalahan, apakah Anda akan mengakui dan konsekuen dengan kesalahan yang telah Anda? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang B. Tolong menolong 6. Apabila teman sedang sakit, apakah Anda menjenguk dan mendoakannya supaya cepat sembuh ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 7. Apakah
Anda
memberikan
kesempatan
kepada
teman
yang
kurang
penglihatannya duduk di bangku depan meskipun Anda sendiri membutuhkan bangku itu ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 8. Ketika melihat binatang yang sedang kelaparan dan mencari makan, apakah Anda memberinya makanan ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 9. Pernahkah Anda membayarkan iuran kelas teman sekelas Anda karena memang keluarganya kurang mampu? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 10. Ketika bertemu dengan pengemis yang meminta-minta, apakah Anda akan memberinya uang ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang C. Menghormati guru 11. Sebagai wujud rasa hormat kepada guru, apakah Anda mengucapkan salam lebih dahulu jika bertemu guru? a.
Selalu
b. Sering
d. Hampir tidak pernah e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 12. Ketika akan berbicara dengan seorang guru, apakah Anda bersikap sopan dan ramah? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 13. Apakah Anda meminta ijin terlebih dahulu kepada guru, ketika Anda ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil / besar ? a.
Selalu
b. Sering
d. Hampir tidak pernah e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 14. Ketika guru memberikan penjelasan tentang suatu hal, apakah Anda akan tidak memperhatikannya? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang 15. Apakah anda akan menolak perintah guru, ketika di tunjuk sebagai panitia dalam suatu kegiatan ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang
D. Sopan santun 16. Ketika bertemu dengan teman di jalan, apakah Anda menyapanya terlebih dahulu ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 17. Apakah Anda mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu ketika sedang bertamu ke rumah orang lain ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 18. Ketika sedang bertamu dan menginap di rumah teman, apakah Anda bersikap sopan terhadap keluarganya ? a. Selalu
d. Hampir tidak pernah
b. Sering
e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang 19. Apakah Anda berbicara dengan kasar terhadap orang yang lebih tua ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang 20. Ketika bertemu dengan guru, apakah Anda tidak berjabat tangan dengannya ? a. Tidak pernah
d. Sering
b. Hampir tidak pernah
e. Selalu
c. Kadang-kadang
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Nurus Sa’adah
2. Tempat & Tgl. Lahir
: Rembang, 28 Mei 1988
3. NIM
: 073111036
4. Alamat Rumah
: Ds. Mlatirejo RT: 03 RW: 01 Kec. Bulu Kab. Rembang
5. HP
: 087832101941
6. Email
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Mlatirejo Lulus tahun 2000 2. MTs Ma’arif 2 Blora Lulus tahun 2003 3. MA Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati Lulus tahun 2007 4. IAIN Walisongo Semarang Lulus tahun 2012
Semarang,30 Nopember 2011 Penulis,
NURUS SA’ADAH NIM: 073111036