PENGARUH PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PERHIASAN EMAS PADA KELUARGA PETANI
RIKI FAUZI SOMANTRI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluaraga Petani adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Riki Fauzi Somantri NIM I24090040
ABSTRAK RIKI FAUZI SOMANTRI. Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluarga Petani. Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI. Emas merupakan salah satu kelompok logam mulia yang memilki nilai tinggi. Pada umumnya perhiasan emas merupakan salah satu bentuk simpanan berupa tabungan serta memilki likuiditas tinggi . Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian konsumen terhadap perhiasan emas. Contoh pada penelitian ini sebanyak 65 orang. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia contoh termasuk dalam kategori dewasa madya dengan lama pendidikan contoh berkisar pada rentang kurang dari enam tahun, dan besar keluarga rata-rata termasuk kategori keluarga kecil. Hampir Seluruh contoh (93.8%) memilki persepsi yang baik terhadap perhiasan emas sebagai tabungan, sedangkan sebesar (55.4%) memilki persepsi yang baik pula terhadap perhiasan emas sebagai fashion. Sebesar (72.3%) sampel memiliki pengetahuan yang baik tentang perhiasan emas dan (55%) contoh pernah melakukan pembelian perhiasan emas. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa persepsi sebagai tabungan dan total aset memliki pengaruh yang signifikan terhadap fekuensi pembelian emas, dan total aset yang dimiliki keluarga memiliki pengaruh terhadap berat perhiasan emas yang dibeli. Kata kunci: persepsi, pengetahuan, perilaku pembelian emas.
ABSTRACT Riki Fauzi Somantri. The Influence of Perception and Knowledge for the Buying Behavior of Gold Jewelery on Family Farmers supervised by LILIK NOOR YULIATI. Gold is a precious metal and include to pure metal groups which has a high value. Generally, gold jewelry is a form of savings deposits and have the high liquidity. The aim of this study is to know the influence of consumer perception and knowledge towards purchase behavior on gold. This research used 65 samples. All samples in this research are 65 people. Data were collected through interviews using questionnaires. The results showed that sample’s age included in the category of middle adulthood with educational range of each sample less than six years, and due to family size those family include to small family category. According to analysis data (93.8%) have a good perception of the gold jewelery and (55.4%) have a good perceptions of gold jewelry. There are (72.3%) samples have a good knowledge about gold and jewelry (55%) instances ever made a purchase of gold jewelry. Due to regression test results show that the perception of a savings and total assets possess significant influence on purchase frequence of buying gold as saving, and the total assets of the family had an influence on the weight of gold jewelry is purchased by them. Keywords: gold purchase behavior, knowledge, perception
PENGARUH PERSEPSI DAN PENGETAHUAN TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PERHIASAN EMAS PADA KELUARGA PETANI
RIKI FAUZI SOMANTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluarga Petani Nama : Riki Fauzi Somantri NIM : I24090040
Disetujui oleh
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.FSA Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pengaruh Persepsi dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pembelian Perhiasan Emas pada Keluarga Petani Nama : Riki Fauzi Somantri NI~ : 124090040
Disetujui oleh
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, Pembimbing
Tanggal Lulus:
2
1 MAR 201 4
~.FSA
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga selalu tercurah syafaatnya kepada penulis. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak bulan Oktober 2013 sampai November 2013 ini ialah faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian perhiasan emas. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberi saran, dorongan, dan semangat. 2. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen moderator pada saat seminar hasil penelitian. 3. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.sc selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran bermanfaat demi penyempurnaan skripsi ini. 4. Ir. Melly Latifah M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan bimbingan dan motivasi. 5. Pihak seluruh pengurus perangkat desa dan warga yang menjadi contoh di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor atas waktu dan kerjasamanya. 6. Orang tua penulis Bapak H. Asep Dedi Somantri dan Ibu Hj Nurhayati Al’nurliansyah S.pd, MM. Kakak penulis Desi Kurnia S.H dan Adik penulis Winy Fuji Astuti atas doa dan dukungan yang sangat besar dalam proses penyelesaian Skripsi ini. 7. Keluarga besar Bapak Suherman yang telah memberikan tempat tinggal kepada penulis selama penelitian di Desa Ciburayut 8. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman dekat penulis, Eka Istikhomah, Novya Azhari, Rahmi Damayanti, Susanti Kartikasari, Jajang Somantri, Fahmi Dini Hanifa, Chan-chan, Ade Suherman dan teman- teman IKK 46 telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 9. Teman-teman kosan Pondok Sahabat suka senang kita hadapi bersama. Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan dari hati yang tulus dan ikhlas. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang.
Bogor, Maret 2014 Riki Fauzi Somantri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Manfaat Penelitian
4
KERANGKA PEMIKIRAN
4
METODE
5
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
10 10
Hasil
10
Pembahasan
22
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
30
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1 Nilai Validitas dan Realibilitas Instrument 7 2 Variabel penelitian skala data. dan kategori pengelompokan 9 3 Sebaran contoh berdasarkan usia. 11 4 Sebaran contoh berdasarkan lama pendidikan 12 5 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan 12 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 13 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori keluarga miskin dan tidak miskin 13 8 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan jenis aset 14 9 Sebaran contoh berdasarkan persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dan persepsi perhiasan emas sebagai fashion 15 10 Sebaran contoh Menurut Perbedaan antara persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion 17 11Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan pengetahuan perhiasan emas 17 12 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang perhiasan emas 18 13 Sebaran contoh berdasarkan perilaku pembelian perhiasan emas 18 14 Sebaran contoh menurut frekuensi pembelian dan penjualan perhiasan emas 19 20 15 Sebaran contoh berdasarkanjenis perhiasan emas yang dibeli 16 Sebaran contoh berdasarkan berat perhiasn emas yang dibeli dan dijual 20 17 Sebaran contoh menurut alasan pembelian perhiasan emas 20 18 Sebaran hasil uji chi-square Persepsi dan pengetahuan contoh (n= 65) 21 19 Faktor- faktor yang memengaruhi terhadap Frekuensi pembelian dan berat 22 perhiasan emas yang di beli
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran persepsi. pengetahuan.dan perilaku pembelian perhiasan emas 5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji hubungan antar variabel penelitian 2 Sebaran pengeluaran pembelian dan penjualan perhiasan emas 3 Dokumentasi 4 Peta Desa Ciburayut
29 29 29 30
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemasaran berkembang dengan pesat dan memahami perilaku konsumen menjadi salah satu strategi dalam keberhasilan memasarkan produk. Menghasilkan suatu produk yang diinginkan konsumen akan mengefisiensikan kegiatan pemasaran. Melalui pemahaman perilaku konsumen akan diperoleh informasi bagaimana konsumen mengembangkan sejumlah alternatif dalam pembeliannya. Informasi ini akan menjadi fokus kegiatan pemasaran untuk mendesain produk, harga, bauran promosi, distribusi sampai dengan sistem pelayanan sesuai dengan yang diperlihatkan konsumen melalui perilakunya. Dengan demikian konsumen akan mengembangkan sejumlah alternatif untuk sampai kepada keputusan membeli atau tidak membeli suatu produk. Oktavia (2009) menyatakan salah satu produk yang sedang trend di tahun 2009 adalah emas. Emas adalah salah satu logam mulia yang bernilai tinggi. Menurut Oktavia (2009) secara teori, emas adalah campuran emas dengan logam lain seperti nikel (Ni), perak (Ag), palladium (Pd), platinum (Pt), maupun rhodium (Rh), selain itu emas menduduki peringkat kedua setelah berlian. Disamping sebagai alternatif tabungan menggunakan emas dianggap lebih fresh, elegan dan tidak mencolok. Ritonga (2011) menyatakan persyaratan mutu yang telah tercantum dalam SNI 13-3487-1995, barang-barang emas kadarnya sudah disetarakan antara karat dengan persen dan sudah mencantumkan tingkat kemurnian namun titik beratnya masih kepada kadar emas yang dinyatakan dalam karat. Sedang persyaratan mutu pada SNI, barang-barang emas tahun 2005 hanya mencantumkan kadar (%) dan karatnya saja, belum mencantumkan tingkat kemurnian yang dipersyaratkan. Berdasarkan data yang dikumpulkan secara rutin oleh World Gold Council (WGC) atau Dewan Emas Dunia, permintaan emas di seluruh dunia untuk kebutuhan perhiasan telah mengalami penurunan terus-menerus dari 3,204 ton pada tahun 2000, menjadi 1,747 ton pada tahun 2009 (turun 45%). Sedangkan pada triwulan pertama tahun 2013, Jason Toussaint, CEO World Gold Trust Services (WGTS) mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan pertama dalam permintaan perhiasan emas di pasar AS dalam tujuh tahun. Jumlah permintaan perhiasan (naik 12%) pada triwulan pertama 2013 dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu. Umumnya, kaum perempuan di Indonesia menggunakan emas sebagai perhiasan. Perhiasan emas adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang sebagian atau seluruh bahannya terbuat dari emas, termasuk yang dilengkapi dengan batu permata dan atau bahan lain yang melekat pada perhiasan tersebut (Departemen Pajak, 2013). Ritonga (2012) menyatakan bahwa perhiasan-perhiasan yang diproduksi dan dipasarkan terbuat dari berbagai macam bahan seperti emas, perak, dan lainlain. Dari semua produk perhiasan yang dipasarkan, perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan yang penjualannya sangat sensitif, Ritonga (2012) menyatakan bahwa sensitifnya harga jual perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu emas murni sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai tukar mata uang.
2 Perhiasan emas bagi sebagian besar perempuan memiliki fungsi yang berbeda, selain untuk mempercantik penampilan, perhiasan emas juga memberikan kepercayaan diri sekaligus menunjukkan kelas sosial tertentu bagi pemakainya (Ritonga 2012). Keinginan akan perhiasan emas cenderung mengikuti trend yang sedang berkembang. Perhiasan emas juga dapat digunakan sebagai alternatif tabungan. Selain itu, perhiasan emas juga dapat digunakan sebagai fashion sejalan dengan penelitian Oktavia (2009) menyatakan bahwa dimana dalam keputusan pembelian saat ini harga bukan menjadi pertimbangan utama namun prestise, kenyaman, dan penerimaan lingkungan menjadi pendorong kuat dalam pertimbangan pembelian. Perhiasan yang ditawarkan produsen semakin beragam dan memunculkan keinginan yang juga semakin beragam. Saat ini perhiasan emas tidak hanya digunakan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas saja, masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah pun sering menggunakan perhiasan emas sebagai alternatif tabungan. Salah satu kelompok masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah yang gemar mengonsumsi perhiasan emas adalah petani. Petani menurut Sajogyo (1981) mengusahakan lahan pertaniannya dengan tujuan memperoleh penghasilan. Berdasarkan hasil survey harga konsumen perdesaan 2011 (BPS 2013), rata-rata penghasilan petani nasional pada Maret 2011 sebesar Rp 40 002.00, sedangkan pada April 2011 sebesar Rp 40 082.00 perhari, artinya penghasilan harian yang diterima petani naik 0.2 persen dari bulan Maret ke bulan April. Penghasilan petani pada Maret 2012 sebesar Rp28 607.00, pada April 2012 sebesar Rp 28 579.00, artinya daya beli petani mengalami penurunan sebesar 0.1 persen secara nasional. Akan tetapi pada November 2012, penghasilan petani naik 0.36 persen menjadi sebesar Rp 40 761.00 dibanding penghasilan nominal bulan sebelumnya. Keluarga petani umumnya menggunakan perhiasan emas sebagai tabungan. Menabung merupakan suatu kegiatan dimana sumberdaya pada masa sekarang menghasilkan kepuasan di masa mendatang (Bryant dan Zick, 2006). Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan emas dengan rata-rata 20 gram per keluarga. Oleh karena itu, membeli perhiasan emas merupakan salah satu bentuk alasan yang nyata untuk menghadapi musim paceklik akibat berkurangnya pendapatan. Pada saat paceklik, petani menjual perhiasan emas sebagai mekanisme strategi koping. Menurut McCubbin dan Peterson (1980) dalam Herawati (2011), strategi koping merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencapai tingkat kesimbangan serta bentuk penyesuaian terhadap krisis yang dihadapi keluarga. Naiknya jumlah permintaan emas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah persepsi masyarakat. Lestari (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi dengan perilaku pembelian, khususnya dalam frekuensi pembelian. Menurut Sumarwan (2011), persepsi adalah bentuk tiga tahapan seorang konsumen dalam pengolahan informasi yang diterima. Ketiga tahapan itu adalah pemaparan, perhatian dan pemahaman. Persepsi seorang konsumen dalam konteks pemasaran dapat berupa persepsi produk, persepsi merek, dan persepsi pelayanan. Faktor lain yang ada hubungannya dengan keluarga untuk menggunakan perhiasan emas adalah pengetahuan. Pengetahuan ini berasal dari paparan informasi yang diberikan oleh berbagai sumber informasi yang ada.
3 Engel, Blackwell, & Miniard (1995) Pengetahuan secara umum merupakan segala bentuk cerita informasi yang diingat oleh seseorang. Namun apabila informasi tersebut terkait dengan produk dan jasa, serta dengan segala fungsinya, maka hal itu disebut dengan pengetahuan konsumen. Andersen (1995) juga menyatakan peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku seseorang. Keluarga petani dalam penelitian ini adalah petani di Desa Ciburayut. Wilayah ini merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 348.787 ha. Berdasarkan profil desa, wilayah Desa Ciburayut memiliki areal persawahan dengan luas sebesar 100 Ha. Petani di sebagian besar wilayah Desa Ciburayut pernah melakukan pembelian perhiasan emas untuk dijadikan tabungan. Oleh karena itu, pengaruh persepsi sebagai tabungan maupun persepsi sebagai fashion dan pengetahuan objektif terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani di Desa Ciburayut menarik untuk diteliti. Perumusan Masalah Secara umum, perilaku pembelian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti persepsi dan pengetahuan. Setiap konsumen akan memiliki persepsi dan pengetahuan yang berbeda-beda terhadap perhiasan emas, seperti untuk mempercantik penampilan perhiasan emas juga memberkan kepercayaan diri sekaligus menunjukkan kelas sosial tertentu bagi pemakainya menurut Ritonga (2012). Kelurga Petani melakukan pembelian perhiasan emas dengan alasan jika ada kebutuhan yang mendesak dapat dijual kembali. Perhiasan emas merupakan salah satu alternatif tabungan selain uang. Pada umumnya para keluarga petani berkesempatan untuk membeli perhiasan emas saat musim panen tiba dan menjualnya pada musim paceklik. Oleh karena itu, membeli perhiasan emas merupakan salah satu bentuk alasan yang nyata untuk menghadapi musim paceklik akibat berkurangnya pendapatan. Oleh sebab itu, masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi tentang perhiasan emas sebagai tabungan maupun sebagai fashion bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani? 2. Bagaimana pengetahuan objektif tentang perhiasan emas sebagai produk bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani? 3. Bagaimana perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani? 4. Bagaimana pengaruh persepsi sebagai tabungan maupun sebagai fashion dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani.
4 Tujuan Khusus 1. Menganalisis persepsi tentang perhiasan emas baik sebagai tabungan maupun sebagai fashion bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani. 2. Menganalisis pengetahuan objektif tentang perhiasan emas bagi orang yang mengambil keputusan pembelian pada keluarga petani. 3. Menganalisis perilaku pembelian emas pada keluargapetani. 4. Menganalisis pengaruh persepsi sebagai tabungan maupun persepsi sebagai fashion dan pengetahuan objektif terhadap perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap konsumen sebagai bahan pertimbangan sebelum membeli perhiasan emas. Demikian halnya untuk institusi pendidikan, penelitian ini dapat memperkaya referensi yang berkaitan dengan ilmu konsumen, khususnya dalam topik mengenai persepsi pengetahuan, dan perilaku pembelian perhiasan emas pada keluarga petani. Manfaat penelitian ini tidak terlepas bagi penulis sendiri, antara lain sebagai sarana mengembangkan kompetensi dalam bidang ilmu konsumen serta sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh untuk berkontribusi kepada masyarakat. Hasil penelitian ini juga dapat digunakkan oleh pemerintah dapat memberikan kontribusi dalam membuat kebijakan yang mendorong petani untuk melakukan pembelian perhiasan emas sebagai tabungan .
KERANGKA PEMIKIRAN Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli (Kotler & Amstrong 1996). Emas merupakan salah satu benda berharga dan berpotensi dijadikan sebagai simpanan atau tabungan. Berbagai jenis emas diantaranya adalah emas batangan, emas logam, dan perhiasan emas. Perhiasan emas merupakan salah satu perhiasan yang penjualannya sangat sensitif, Ritonga (2012) menyatakan bahwa sensitifnya harga jual perhiasan emas dikarenakan harga material utamanya yaitu emas murni sangat tergantung pada faktor-faktor lain seperti nilai tukar mata uang. Persepsi seseorang terhadap perhiasan emas dapat berbeda-beda bisa persepsi perhiasan emas sebagai tabungan atau bisa juga persepsi perhiasan emas sebagai fashion, karena keinginan atau kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki produk tersebut. Persepsi konsumen akan berkembang menjadi pengetahuan konsumen. Pengetahuan meliputi pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan pemakaian (Engel, Blackwell, & Miniard, 1995). Pengetahuan konsumen merupakan informasi yang dimiliki konsumen mengenai perhiasan emas tersebut. Perhiasan emas memiliki peranan penting bagi kelompok petani untuk dijadikan barang liquid di masa yang akan datang, karena perhiasan emas satu-satunya barang yang hanya bisa dijualbelikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya pada musim paceklik.
5 Keluarga petani melakukan pembelian perhiasan emas untuk disimpan atau sebagai alternatif tabungan dengan tujuan apabila dia membutuhkan dapat dijual kembali. Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan emas. Perilaku pembelian perhiasan emas dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi konsumen, dan pengetahuan konsumen mengenai perhiasan emas. Karakteristik individu meliputi usia, lama pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu, karakteristik keluarga meliputi pendapatan perkapita, asset, dan besar keluarga. Jika seorang konsumen memiliki persepsi dan pengetahuan yang baik, maka konsumen itu akan melakukan pembelian secara selektif. Perilaku pembelian perhiasan emas diukur dengan cara mengetahui jumlah frekuensi, jumlah gram emas yang dibeli. Secara ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar1. Karakteristik individu - Usia - Lama pendidikan - Pekerjaan
Karakteristik keluarga - Jumlah pendapatan - Asset - Besar keluarga
Persepsi konsumen Perhiasan emas sebagai tabungan - Perhiasan emas sebagai fashion -
Pengetahuan konsumen tentang produk
Perilaku pembelian perhiasan emas - Frekuensi pembelian - Jumlah gram emas yang di beli
Gambar 1 Kerangka pemikiran persepsi, pengetahuan,dan perilaku pembelian perhiasan emas.
6
METODE Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada periode waktu tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan desa dengan areal persawahan terluas. Berdasarkan profil desa, wilayah Desa Ciburayut memiliki areal persawahan dengan luas sebesar 100 Ha. Selain itu menurut penduduk setempat, warga Desa Ciburayut pernah melakukan pembelian perhiasan emas. Pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober dan November 2013. . Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga kelompok petani di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah istri dari keluarga petani yang ikut dalam keanggotaan gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) di Desa Ciburayut. Metode pengambilan contoh menggunakan probability sampling dengan teknik simple random sampling. Penentuan jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Bungin 2011), yaitu: = 62,26 Keterangan : n= jumlah contoh N= populasi d= Nilai presisi (ditentukan dalam penelitian ini sebesar 90% atau
0,1)
Berdasarkan data sekunder dari Desa Ciburayut di ketahui bahwa rumus tersebut, maka batas minimal contoh yang diambil untuk merepresentatifkan populasi adalah 62.26 atau di bulatkan menjadi 65 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber utama (Umar 2003). Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada keluarga petani yang menjadi contoh penelitian dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data primer meliputi karakteristik individu (pendidikan, usia, dan pekerjaan), karakteristik keluarga (pendapatan perkapita, kepemilikan aset, dan besar keluarga), persepsi, pengetahuan, dan perilaku pembelian perhiasan emas. Data sekunder pada penelitian ini berupa jumlah total keluarga petani yang ada di Desa Ciburayut yang diperoleh dari kelurahan setempat berupa data penduduk.
7 Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diproses ke tahap editing, coding, scoring, entrying, cleaning, dan analyzing. Editing meliputi pengecekan lengkapnya pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, konsistensi jawaban satu sama lain, relevansi jawaban, dan keragaman suatu data. Selanjutnya, dilakukan coding berupa penyusunan kode sebagai panduan entry dan pengolahan data. Kemudian dilanjutkan dengan scoring, entry, cleaning, dan dianalisis. Sebelum dianalisis untuk mengontrol kualitas data kuesioner dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Malhotra (1996) menyatakan bahwa bilamana koefisien regresi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator sama atau lebih besar dari 0.3 (r≥3), maka instrumen tersebut dianggap valid. Untuk menguji reliabilitas instrumen pengukuran digunakan prosedur Cronbrach’s Alpha. Menurut Malhotra (1996) suatu instrumen dianggap sudah cukup reliabel bilamana nilai Alpha lebih besar atau sama dengan jika Cronbach’s alpha 0.70 - 0.90 maka realibilitas tinggi, jika Cronbach’s alpha lebih besar 0.50 – 0.70 maka cukup reliabel. Nilai validitas dan reliabilitas instrument disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai validitas dan reliabilitas instrument Validitas (r) No Variabel Jumlah pertanyaan 0.307- 0.762 1 Persepsi 15 0.420 - 0.745 2 Pengetahuan 7
Cronbach’s alpha 0.773 0.592
Keterangan Reliabel Cukup Reliabel
Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferesia. Analisis deskriptif meliputi frekuensi, rata-rata, standar deviasi, nilai minimal, dan nilai maksimal. Sementara analisis inferesia yang digunakan adalah uji regresi linear berganda. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terkait karakteristik individu, karakteristik keluarga, persepsi, pengetahuan, dan perilaku pembelian perhiasan emas. Sementara itu, untuk mengetahui pengaruh persepsi dan pengetahuan terhadap perilaku membeli serta untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pembelian perhiasan emas menggunakan analisis inferensia yaitu dengan uji regresi linier berganda. Uji regresi linier berganda menurut Silalahi (2012) adalah satu tehnik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisa pengaruh antara satu variabel dependen (kriterion) tunggal dan beberapa variabel independen (predictor). Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel dependen yaitu perilaku pembelian perhiasan emas sedangkan variabel independen yaitu persepsi dan pengetahuan konsumen. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu (pendidikan, usia, dan pekerjaan) dan karakteristik keluarga (jumlah pendapatan, aset, dan besar keluarga) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan makna terhadap data yang diperoleh. 2. Persepsi contoh terhadap perhiasan emas dianalisis dengan statitistik deskriptif. Persepsi yang diukur mengenai perhiasan emas sebagai
8
3.
4.
5.
6.
tabungan dan sebagai fashion sebanyak 15 item pertanyaan. Pengukuran persepsi contoh terhadap perhiasan emas dilakukan dengan pertanyaan menggunakan skala likert yang terdiri dari empat peringkat. Jawaban “sangat tidak setuju” diberi bobot satu, “ tidak setuju” diberi bobot dua, “setuju”diberi bobot tiga, dan ” sangat setuju” diberi bobot empat.. Pengkategorian variabel persepsi di kategorikan menjadi dua kelompok. Kategori Baik bila skor ≥ 51, kurang bila skor ≤ 50 berdasarkan rumus index persepsi contoh dilakukan dengan rumus berikut : Indeks = Skor yang dicapai – Skor Minimal x 100 Skor Maksimal – Skor Minimal Aspek pengetahuan konsumen terhadap perhiasan emas dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif melalui kuesioner sebanyak 15 item pertanyaan. Aspek ini diukur dengan pernyataan yang menghasilkan data ordinal dengan pilihan jawaban benar dan salah. Jawaban benar diberi poin satu (1), sedangkan jawaban salah diberi poin nol (0). Setelah itu, contoh digolongkan berdasarkan tiga kategori dari perolehan skor pengetahuan. Perolehan total skor untuk pernyataan benar dibagi dengan total skor benar semua pernyataan dan dikalikan 100 persen sehingga Pengkategorian variabel pengetahuan di kategorikan menjadi dua kelompok. Kategori Baik bila skor ≥ 51, kurang bila skor ≤ 50 , berdasarkan rumus index persepsi contoh dilakukan dengan rumus berikut : Indeks = Skor yang dicapai – Skor Minimal x 100 Skor Maksimal – Skor Minimal Variabel perilaku pembelian diukur menggunakan indikator utama yaitu frekuensi pembelian, tempat pembelian, tujuan pembelian dan jumlah gram perhiasan emas yang dibeli. Tempat, tujuan pembelian, frekuensi,dan jumlah gram perhiasan emas diuji menggunakan uji analisis deskriptif. Frekuensi pembelian digolongkan berdasarkan empat kategori dari perolehan skor frekuensi membeli dengan nilai minimal satu kali dan nilai maksimal empat kali. Sementara itu nilai minimal jumlah gram perhiasan emas yang dibeli adalah satu gram dan nilai maksimal dua puluh lima gram. Frekuensi pembelian dibagi menjadi empat kategori, yaitu skor 1 untuk kategori “jarang”, 2 “sedang”, 3 “sering”, dan 4 “sangat sering”. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kecenderungan hubungan diantara dua variabel. Jika terdapat kecenderungan hubungan bagaimana arah hubungan dan seberapa besar kecenderungan hubungan antara dua variabel tersebut. Hubungan yang dianalisis adalah persepsi dan pengetahuan. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Uji regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pembelian. Model regresi didefinisikan dengan persamaan sebagai berikut: Y1=α+β1X1+β2X2 +β3X3 +β4X4 +β5X5+β6X6 +e Y2=α+β1X1+β2X2 +β3X3 +β4X4 +β5X5+β6X6 +e
9 Keterangan : Y1= Frekuensi pembelian Y2= Berat Perhiasan emas yang dibeli α = Konstanta regresi β = Koefisien regresi X1= Lama pendidikan Istri X2= Pendapatan total X3= Asset X4= Persepsi sebagai tabungan X5= Persepsi sebagai fashion X6= Pengetahuan e = error Tabel 2 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan. No 1. 2.
Variabel Usia contoh Lama Pendidikan
Skala data Rasio Rasio
3.
Pekerjaan Suami
Ordinal
4.
Pekerjaan Istri
Nominal
5.
Besar keluarga (BKKBN 1998)
Ordinal
6.
Pendapatan per kapita (GK Pedesaan Jawa Barat Maret 2013 BPS) Aset keluarga
Ordinal
sebagai
Ordinal
sebagai
Ordinal
10.
Persepsi Tabungan Persepsi fashion Pengetahuan
11.
Frekuensi membeli
Rasio
12.
Tempat membeli
Nominal
13.
Tujuan membeli
Nominal
14.
Berat perhiasan emas yang dibeli
Rasio
7.
8. 9.
Rasio
Ordinal
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kategori pengelompokan ………tahun 1. ≤ 6 tahun 2. 6.1- 9 tahun 3. 9.1 -12 tahun 4. ≥ 12 tahun 1. Petani Pemilik 2.Petani Penggarap 3.Buruh Tani 1. Ibu rumah tangga 2. Petani Pemilik 3. Petani Penggarap 4 Buruh tani 5.Buruh pabrik 6. Pedagang (warung) 1. Keluarga kecil (0-4 tahun) 2. Keluarga sedang (5-7 tahun) 3. Keluarga besar (≥ 8 tahun) Berdasarkan BPS (2013) 1.Miskin ≤ 240 945 2.Tidak miskin ≥ 240 945 1= Kendaraan ( Rupiah) 2=Pertanian ( Rupiah) 3=Tanah ( Rupiah) 4=Perhiasan ( Rupiah) 5=Lainnya 1= Kurang (≤50) 2= Baik (≥ 51) 1= Kurang (≤50) 2= Baik (≥ 51) 1= Kurang (≤50) 2= Baik (≥ 51) …… kali 1.Toko emas 2.Pegadaian 3.Keluarga 4.Tetangga atau teman 1. Menabung 2. Mode atau gaya 3. Memiliki nilai lebih 4. Meningkatkan status sosial ……. Gram
10 Definisi Operasional Contoh adalah istri dari keluarga petani yang bertempat tinggal di Desa Ciburayut Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Karakteristik individu adalah ciri individu yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan. Usia adalah lama hidup individu yang dinyatakan dalam tahun Lama Pendidikan adalah jumlah tahun individu menempuh tingkat pendidikan Pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan contoh untuk mendapatkan nafkah dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Jenis pekerjaan ini terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, buruh tani,pegawai swasta,ibu rumah tangga, dan jenis pekerja lain. Karakteristik Keluarga adalah ciri yang melekat pada diri individu sebagai anggota dari sebuah keluarga. Besar keluarga adalah jumlah individu yang memiliki perkawinan dan ikatan darah atau adopsi yang tinggal dalam satu atap. Jumlah pendapatan adalah penghasilan keluarga yang diperoleh dalam waktu per bulan dari total jumlah penghasilan anggota keluarga. Aset keluarga adalah kepemilikan terhadap suatu benda yang bernilai atau berharga yang dimiliki seseorang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Persepsi konsumen adalah tanggapan contoh terhadap perhiasan emas yang diterima dari paparan sumber informasi. Persepsi perhiasan emas sebagai tabungan adalah pandangan contoh terhadap perhiasan emas sebagai simpanan selain uang. Persepsi perhiasan emas sebagai fashion adalah pandangan lain contoh terhadap perhiasan emas. Pengetahuan konsumen adalah segala informasi yang dimiliki dari pengalaman seseorang terhadap perhiasan emas. Perilaku pembelian adalah tindakan contoh dalam melakukan pembelian yang diukur menggunkan indikator utama yaitu frekuensi membeli dan jumlah perhiasan emas yang di beli dalam satuan (gram). Frekuensi membeli adalah jumlah contoh dalam melakukan membeli perhiasan emas dalam dua sampai tiga tahun tterakhir. Berat Perhiasan adalah jumlah perhiasan yang akan dibeli oleh seorang konsumen dalam waktu tiga tahun terakhir. Tujuan membeli adalah hasil akhir yang ingin dicapai contoh ketika memutuskan untuk membeli perhiasan. Tempat membeli adalah tempat atau perantara yang digunakan contoh untuk mendapatkan perhiasan emas yang diinginkan. Perhiasan emas adalah jenis perhiasan dalam berbagai bentuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian Desa Ciburayut merupakan salah satu Desa di Wilayah Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, memiliki luas wilayah + 348 787 Ha. Jumlah
11 penduduk pada 2013 sebanyak 12 401 jiwa, terdiri dari 6 503 laki-laki dan 5 898 perempuan. Desa Ciburayut secara umum merupakan daerah persawahan Jenis komoditas pertanian didominasi oleh komoditas tanaman pangan seperti padi. Desa Ciburayut memiliki delapan Rukun Warga, yaitu Ciburayut, Panyarang, Padurenan, Pasir Jaya, Selaawi, Cigowang, Ciadeg, dan Tugu Jaya. Dusun Ciburayut, Padurenan, Selaawi, dan Cigowang merupakan dusun yang ada di Desa tersebut mayoritas berprofesi sebagai Petani dengan luas persawahan sebesar 100 ha. Berdasarkan data BP3K (2013), Jumlah petani sawah di Desa Ciburayut sebanyak 165 orang yang tergabung dalam kelompok tani ( Gapoktan). Akses untuk mendapatkan informasi membeli perhiasan emas di Desa Ciburayut cukup mudah, karena lokasinya 1 km dari desa menuju ke pasar kecamatan Cigombong selain itu di Pasar kecamatan Cigombong memilki empat toko emas yang biasanya konsumen membeli diasana. Karakteristik Individu Usia Pemahaman mengenai usia konsumen adalah penting, karena perbedaan usia akan menyebabkan seseorang megonsumsi produk dan jasa yang berbeda (Sumarwan 2011). Berdasarkan kategori usia menurut Papalia et al. (2009), maka rata-rata usia suami berada pada tahap dewasa madya (41-65 tahun). Hampir dari setengah jumlah rata-rata contoh usia suami dan usia istri berada pada kategori dewasa madya. Keadaan usia contoh antara suami dan istri tidak berbeda jauh. Usia suami contoh paling muda 24 tahun maupun usia istri contoh paling muda 21tahun sedangkan usia suami contoh paling tua 90 tahun maupun usia istri contoh paling tua 70 tahun. Tabel 3 Sebaran keluarga contoh berdasarkan usia Kelompok usia (tahun)
Suami n % 15 23 34 52 16 25 65 100 24-90 52.7±13.3
Istri n 24 36 5 65
% 37 55 8 100 21-70 45.6±11.9
Dewasa awal (20-40) Dewasa madya (41-65) Dewasa Akhir (≥66) Total Min-Max Rata-rata ± sd Lama Pendidikan Pendidikan akan menentukkan jenis pekerjaan yang selanjutnya akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh konsumen (Sumarwan 2011). Pendidikan suami berkisar pada rentang kurang dari enam tahun sampai lebih dari dua belas tahun. Hampir dari setengah jumlah suami dan istri contoh hanya menamatkan pendidikannya tidak sampai dari SD (< 6tahun). Rata-rata keadaan pendidikan suami dan istri tidak berbeda jauh menamatkan pendidikannya antara (6.1-9 tahun) atau SMP. Sebagian kecil saja dari contoh yang menamatkan pendidikannya sampai lebih dari (12 tahun) atau Perguruan Tinggi.
12 Tabel 4 Sebaran keluarga contoh berdasarkan lama pendidikan Lama Pendidikan < 6 tahun 6.1 – 9 tahun 9.1 – 12 tahun >12 tahun Total Min-Max Rata-rata ± sd
Suami n % 28 43 26 40 9 13.9 2 3.1 65 100 0-16 5.6 ± 3.3
Istri n 27 26 10 2 65
% 41.5 40 15.4 3.1 100 0-16 6.1 ± 3.5
Jenis Pekerjaan Karakteristik wilayah tempat penelitian adalah pedesaan. Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga persentase terbesar pekerjaan suami contoh hampir sebagian contoh berprofesi sebagai petani, hampir sebagian besar contoh menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di bidang pertanian dan sebagian besar contoh adalah ibu rumah tangga, tetapi meskipun ibu rumah tangga contoh ada yang memilki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan keluarga seperti memilki warung, bekeja di lahan pertanian, dan bekerja di pabrik (Tabel 5). Pekerjaan seseorang mempengaruhi pemilihan barang dan jasa yang akan dibeli, sehingga terkadang pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata akan produk mereka (Kotler & Amstrong 1996). Tabel 5 Sebaran keluarga contoh berdasarkan jenis pekerjaan Suami Jenis Pekerjaan n % Petani pemilik 30 46.2 Petani Penggarap 7 10.8 Buruh tani 28 43 Ibu rumah tangga 0 0 Pedagang (warung) 0 0 Buruh pabrik 0 0 Total 65 100
Istri n 4 1 10 37 10 3 65
% 6.2 1.5 15.4 56.9 15.4 4.6 100
Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Menurut BKKBN (1998) besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang). Lebih dari separuh contoh keluarga contoh merupakan kategori keluarga kecil. Jumlah anggota keluarga paling kecil dalam penelitian ini adalah dua orang dan jumlah anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang. Hal ini dapat memengaruhi perilaku contoh dalam pembelian perhiasan emas . Besar
13 keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa (Sumarwan 2004). Tabel 6 Sebaran keluarga contoh berdasarkan besar keluarga Besar keluarga n % Kecil (≤4 orang) 34 52.3 Sedang (5-7 orang) 19 29.2 Besar ( ≥8 orang) 12 18.5 Total 65 100 Min-Max 2 - 11 orang Rata-rata ±sd 4.7 ± 2.2 Pendapatan /kapita per bulan Berdasarkan Garis Kemiskinan Pedesaan Jawa Barat (BPS 2013), rataan pendapatan perkapita dari seluruh keluarga contoh adalah Rp 424 428 per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh yang memilki pendapatan perkapita di atas garis kemiskinan daerah pedesaan jawa barat. Pendapatan perkapita adalah total pendapatan keluarga per bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini yang diamati adalah pendapatan per bulan keluarga, yaitu total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya. Tujuan menghitung pendapatan keluarga per kapita adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam memenuhi kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak miskin. Pendapatan per kapita minimum Rp 59 091 dan pendapatan maksimum Rp1 875 000. Tabel 7 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kategori miskin dan tidak miskin Kategori keluarga n % Miskin (≤ Rp 240 945) 27 41.5 Tidak miskin ( > Rp 240 945) 38 58.5 Total 65 100 Min-maks 59 091-1 875 000 Rata-rata ± sd 422 120.3 ± 355 454.2
Jenis dan Kepemilikan Aset Aset merupakan sumberdaya materi yang dimiliki dan bernilai ekonomi. Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa kelas sosial berguna untuk mengidentifikasi kecenderungan pembelian konsumen, karena konsumen yang berada pada kelas sosial yang sama akan melakukan perilaku pembelian perhiasan emas. Pada penelitian ini jenis aset dilihat dari kendaraan, elektronik, pertanian, kepemilikan rumah, dan barang berharga seperti emas dan tabungan.
14 Tabel 8 Sebaran keluarga berdasarkan kepemilikan jenis aset Kepemilikan aset Keluarga n %
Jenis Aset
Rata-rata Aset keluarga (Rp)
Kendaraan : 1. Sepeda
5
7.7
215 38.5 ± 86 136.4
2. Motor
16
24.6
1 723 076.9 ± 3 578 397.4
3. Mobil
0
0
0
Elektronik : 1. TV
38
58.5
381 430.8 ± 513 977.8
2. Radio
7
10.8
13 461.5 ± 50 597.4
3. VCD/DVD player
16
24.6
48 769.2 ± 136 204.2
4. Rice Cooker
35
53.8
73 384.6 ± 82 310.9
5. Hp
27
41.5
94 615.4 ± 70 819.5
6. Mesin cuci
3
4.6
45 769.2 ± 212 112.2
7. Kulkas
22
33.9
245 384.6 ± 403 667.1
Pertanian. perikanan dan ternak : 1. Sawah 30
46.1
13 561 538.5 ± 21 955 122.5
2. Ladang / kebun
15
23.1
3 323 076.9 ± 7 733 566.6
3. Empang
8
12.3
369 230.7 ± 1 159 293.1
4. Ternak
25
38.5
76 384.6 ± 161 437.6
Kebutuhan papan: 1. Rumah
59
90.8
37 145 276.9 ± 28 441 865.2
2. Pekarangan
47
72.3
3 465 738.5 ± 453 1827.2
1. Emas
36
55.4
775 307.7 ± 1 148 927.4
2. Tabungan
14
21.5
142 000 ± 483 820.1
Barang berharga
Total Aset Keluarga Min – max Rata-rata ± sd
1-13 5.9 ± 2.9
1 150 000 – 173 194 000 62 044 446.1 ± 44 681 240.8
Hasil pada Tabel 8 Aset kendaraan yang paling banyak dimiliki keluarga petani adalah motor karena motor salah satu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sayuran yang siap dipasarkan. Pada jenis aset barang elektronik, televisi merupakan barang paling banyak dimiliki keluarga petani yang menjadi salah satu hiburan keluarga yang bisa dinikmati bersama. Surachman (2011) Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga kepemilikan lahan pertanian dapat menentukan status sosial dan tingkat kesejahteraan adalah sawah. Pada jenis aset dalam bentuk ternak, kepemilikan hewan ternak juga dianggap turut menentukan status sosial suatu keluarga di wilayah pedesaan, jenis aset yang banyak dimilki contoh yaitu ayam yang merupakan ternak paling banyak dimiliki oleh keluarga petani karena pemeliharaan dan pemanfaatan ayam yang tergolong mudah.
15 Sementara itu hampir seluruh keluarga petani telah memiliki rumah sendiri, sedangkan beberapa yang masih tinggal bersama orangtuanya. Iskandar (2007) mengungkapkan bahwa perumahan dan lingkungan dapat dijadikan indikator kesejahteraan rakyat karena semakin baik fasilitas yang dimiliki maka dapat diasumsikan bahwa rumah tangga yang menempatinya akan semakin sejahtera Selain tempat tinggal barang berharga lain yang dimiliki keluarga petani hampir dari separuh contoh keluarga petani memiliki barang berharga lain berupa perhiasan emas, Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan emas. Pernyataan tersebut didukung dalam hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aset berpengaruh positif signifikan dengan frekuensi pembelian dan berat perhiasan emas yang dibeli. Rata-rata aset yang dimilki oleh keluarga petani dalam rupiah minimal Rp 1 150 000 dan maksimal Rp 173 194 000. Persepsi Konsumen Solomon (2002) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses yang dilalui saat sebuah sensasi, tampilan, suara, dan mau dipilih, diatur serta diterjemahkan. Timbulnya persepsi dimulai dari pemaparan stimulus yang kemudian diterima oleh konsumen. Sumarwan (2011) menyatakan bahwa konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut. Dalam konteks pemasaran, maka persepsi konsumen dapat berupa persepsi produk, persepsi harga, persepsi kualitas produk, persepsi toko atau persepsi terhadap produsen. Persepsi yang diukur pada penelitian ini adalah persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dan persepsi perhiasan emas sebagai fashion. Persepsi terhadap perhiasan emas merupakan evaluasi konsumen terkait dengan pandangan konsumen terhadap stimuli berupa atribut perhiasan emas yang kemudian digambarkan dengan kata-kata sifat, dimana menurut Simamora (2002) persepsi tersebut merupakan proses seseorang dalam mengorganisasikan, menyeleksi, dan menginterpretasikan stimuli menjadi sebuah gambaran yang memiliki arti. Stimuli tersebut dalam hal ini adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera perasaan, seperti persepsi terhadap tabungan dan persepsi terhadap fashion. Hasil pada Tabel 9 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jawaban persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai tabungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh tidak setuju terhadap pernyataan bahwa membeli perhiasan emas dapat memberi tambahan pendapatan dengan skor sebesar 2.21. Hal ini disebabkan karena membeli perhiasan emas tidak sesuai dengan harga jualnya, sehingga contoh menjual perhiasan emas tidak sebanding dengan harganya dengan membeli perhiasan emas. Sedangkan sebaran contoh berdasarkan jawaban persepsi pada pernyataan tentang perhiasan emas sebagai fashion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase terbesar jawaban yang diberikan contoh dalam hal persepsi sebagai fashion adalah contoh sangat setuju bahwa pilihan perhiasan emas banyak manfaatnya dengan perolehan skor sebesar 3.09. Hasil ini sejalan dengan penelitian Oktavia (2009) karena perhiasan emas selain banyak manfaatnya juga bisa dijadikan trend bagi seorang wanita dengan bentuk perhiasan yang selalu berubah-ubah dalam setiap tahunnya. Sehingga para wanita tidak bisa lepas dari perhiasannya itu sendiri sebagai fashion.
16 Rata-rata persepsi contoh terhadap perhiasan emas sebagai tabungan adalah 2.9 ± 0.3 dalam rentang nilai minimal 7 dan maksimal 28 (skala likert 1 hingga 4). Sedangkan untuk persepsi terhadap perhiasan emas sebagai fashion. contoh memiliki rata-rata 2.7 ± 0.4 dalam rentang nilai minimal 8 dan maksimal 32 (skala likert 1-4). Adapun rata-rata total persepsi (15 item pernyataan) adalah 2.8 ± 0.3 dari skala nilai minimal 15 dan maksimal 60 (skala likert 1-4). Tabel 9 sebaran contoh berdasarkan tingkatan Persepsi sebagai Tabungan dan Fashion,Rataan Skor, dan Kategori. No 1 2 3 4 5 6 7
No 1 2 3 4 5 6
7 8
Persepsi Perhiasan Emas Sebagai Tabungan Perhiasan emas dapat dijadikan tabungan Perhiasan emas salah satu barang berharga Perhiasan emas mudah diperjual belikan Perhiasan emas dapat memberi tambahan pendapatan Kualitas perhiasan emas menguntungkan Perhiasan emas meningkat nilainya Perhiasan emas sebagai cadangan investasi Rata-rata ± sd Persepsi Perhiasan Emas Sebagai Tabungan Emas membuat lebih percaya diri Emas telah menjadi trend kaum perempuan Emas murni lebih banyak diminati Perhiasan emas dapat mempercantik diri perhiasan emas menigkatkan status sosial Perhiasan emas yang berlebihan sebagai pusat perhatian Perhiasan emas banyak manfaatnya. Emas putih lebih menarik daripada emas kuning Rata-rata ± sd Rata-rata total ± sd
STS
TS
S
SS
Rataan
Kategori
1
10
46
8
2.9
Setuju
0
3
45
17
3.2
Setuju
0
4
42
19
3.2
Setuju
5
42
17
1
2.2
Tidak Setuju
0
9
46
10
3.0
Setuju
0
10
48
7
2.9
Setuju
0
5
53
7
3.0
Setuju
STS
TS
S
SS
2.9 ± 0.3 Rataan
Setuju Kategori
0
30
28
7
2.6
Setuju
1
21
40
3
2.7
Setuju
2
13
46
4
2.8
Setuju
1
26
28
10
2.7
Setuju
5
34
19
7
2.4
TidakSetuju
7
22
25
11
2.6
Setuju
0
9
41
15
3.1
Setuju
1
29
28
7
2.6
Setuju
2.7 ± 0.4 2.8 ± 0.3
Setuju Setuju
ket kategori persepsi sebagai tabungan dan fashion terhadap perhiasan emas yaitu Sangat Tidak setuju( 1.00 – 1.75), Tidak setuju (1.76 – 2.50), Setuju (2.51 – 3.25), Sangat Setuju ( 3.26 – 4.00).
Hasil pada Tabel 10 menunjukkan persepsi contoh tentang perhiasan emas. Persepsi yang diukur mengenai perhiasan emas sebagai tabungan dan perhiasan emas sebagai fashion. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir seluruh contoh sebesar (93.8%) memiliki persepsi baik terhadap perhiasan emas sebagai tabungan, sedangkan (55.4%) memiliki persepsi yang baik terhadap perhiasan emas sebagai fashion. Persepsi kurang mempunyai nilai kurang dari 50, sedangkan persepsi baik mempunyai nilai lebih dari 51. Persepsi emas sebagai tabungan mempunyai nilai rataan sebesar 64.8 dengan nilai minimum sebesar 33.3 dan nilai maksimum
17 sebesar 95.2. Adapun persepsi emas sebagai fashion mempunyai nilai rataan sebesar 56.8, nilai minimum sebesar 29.2 dan nilai maksimum sebesar 87.5. Tabel 10 Sebaran contoh menurut kategori persepsi tentang perhiasan emas Tabungan Fashion Total Persepsi Perhiasan Emas n % n % n % Kurang (≤50) 4 6.2 29 44.6 8 12.3 Baik (≥51) 61 93.8 36 55.4 57 87.7 Total 65 100 65 100 65 100 Min-Maks 33.3 - 95.2 29.2- 87.5 35.6 – 91.1 Rata-rata ± sd 56.8 ± 12.7 60.5 ± 10.3 64.8± 9.9 Pengetahuan Konsumen Salah satu karakter konsumen adalah memilki rasa keingintahuan yang tinggi. Keingintahuan yang tinggi terhadap suatu produk mendorong konsumen untuk cenderung menyukai suatu produk. Sumarwan (2004) mengemukakan bahwa pengetahuan konsumen adalah segala informasi yang dimiliki oleh konsumen tentang berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagi konsumen. Mowen dan Minor (1995) dalam sumarwan (2011) melakukan klasifikasi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif, dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan objektif inilah yang diukur dengan tujuh pertanyaan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan pengetahuan perhiasan emas Jawaban benar No. Pernyataan n % Emas murni adalah emas 24 karat 1 60 92.3 Perhiasan emas murni terkandung unsur 2 48 73.8 3 4 5 6 7
logam mulia perhiasan emas kuning berasal dari 25 persen perak dan 25 persen tembaga Emas kuning merupakan salah satu perhiasan yang memberikan banyak kelebihan Emas putih 18 karat adalah campuran 75 peratus emas dan 25 peratus lain-lain logam seperti perak (Ag) dan palladium (Pd). Menggunakan perhiasan emas dianggap lebih fresh, elegan dan tidak mencolok Investasi perhiasan emas di Indonesia pada tahun 2012 jauh di atas rata-rata Asia yang mencapai 42 persen
32
49.2
46
70.8
36
55.4
44
67.7
34
52.3
18 Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jawaban benar pada pernyataan pengetahuan tentang perhiasan emas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh memiliki pengetahuan yang baik terkait pernyataan bahwa emas murni adalah emas 24 karat. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase contoh sebesar 92.3 persen. Pengetahun paling kurang yang dimiliki contoh terkait pernyataan jenis perhiasan emas kuning berasal dari 25 persen perak dan 25 persen tembaga dapat dilihat sebesar 49.2 persen, karena contoh kurang begitu paham dengan produk yang dia beli akan tetapi pengetahuan contoh membeli perhiasan emas hanya untuk ditabung. Hasil pada Tabel 12 memperlihatkan tingkat pengetahuan contoh terhadap perhiasan emas. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan contoh di dominasi pada tingkat pengetahuan yang baik sebesar (72.3%). Keterjangkauan contoh terhadap sumber informasi diduga memilki kontribusi terhadap baik kurangnya pengetahuan contoh. Solomon (1992) menyatakan bahwa komunikasi verbal menjadi media penyebaran informasi yang baik bagi konsumen. Pengetahuan contoh tersebar diantara kategori sedang dan baik, karena peluang terjadinya pertukaran informasi secara verbal lebih besar. Tabel 12 Sebaran contoh menurut pengetahuan tentang perhiasan emas Contoh Pengetahuan n % Kurang (≤50) 18 27.7 Baik (≥51) 47 72.3 Total 65 100 Min-Maks 14.3 – 100 Rata-rata ± sd 65.9 ± 24.6 Perilaku Pembelian Perhiasan Emas Menurut sumarwan (2004), proses pembelian terdiri dari tahap prapembelian dan pembelian. Tahap prapembelian meliputi pencarian informasi dan pengambilan dana. Pada penelitian ini, tahap prapembelian pencarian informasi dan pengambilan dana. Pada penelitian ini tahap prapembelian meliputi sumber informasi dan sumber uang. Sementara itu, tahap pembelian terdiri dari hubungan langsung dengan toko, hubungan dengan produk, dan transaksi. Pada penelitian ini, tahap pembelian meliputi, waktu membeli dan menjual, alasan membeli, tempat membeli, jumlah produk yang dibeli dan dijual, jenis karat perhiasan yang dibeli dan dijual, harga perhiasan emas yang dibeli dan dijual serta potongan harga dan frekuensi membeli dan menjual. Perilaku Pembelian Perhiasan emas Perilaku pembelian perhiasan emas dapat dilihat dari jenis perhiasan seperti anting, cincin, gelang, dan kalung yang dibeli oleh contoh. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh contoh (55%) pernah membeli perhiasan emas sedangkan kurang dari separuh contoh (45%) tidak membeli. Oktavia (2009) menyatakan bahwa konsumen dalam membeli tidak hanya didasarkan pada ciriciri produk akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti harga, citra
19 toko, kemasan, nama merek, dan identitas merek juga dapat menjadi faktor yang dipertimbangkan. Dengan demikian terdapat hubungan yang erat perilaku konsumen dengan produk. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan perilaku pembelian perhiasan emas Contoh n % Membeli perhiasan emas 36 55 Tidak membeli perhiasan emas 29 45 Total 65 100
Frekuensi Pembelian dan penjualan Perhiasan emas Oktavia (2009) menyatakan bahwa produk dan ciri-ciri produk bisa memengaruhi kognisi (pikiran), afeksi (perasaan) dan perilaku dari konsumen salah satunya bagaimana meningkatkan kemungkinan dan frekuensi konsumen melakukan kontak dengan produk, membeli dan menjual dan melakukan pembelian ulang. Hasil pada Tabel 14 menunjukkan tiga dari perempat contoh (77.8%) pernah melakukan pembelian terhadap perhiasan emas sebanyak satu kali, dan contoh sebesar (87.1%) pernah melakukan penjualan terhadap perhiasan emas sebanyak satu kali juga, tetapi terdapat perbedaan antara pembelian dan penjualan perbedaannya yaitu dari (36 orang) yang membeli ada (5 orang) yang tidak dijualnya kembali di karenakan persepsi contoh bahwa yang lima orang itu masih menyimpan tabungannya dalam bentuk perhiasan emas. Tabel 14 Frekuensi pembelian dan penjualan perhiasan emas (n=36) Penjualan Pembelian Jumlah (kali) n % n % 27 87.1 1 28 77.8 4 12.9 2 5 13.8 0 0 3 1 2.8 0 0 4 2 5.6 31 100 Total 36 100 Jenis perhiasan emas yang dibeli Hasil pada Tabel 15 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis perhiasan yang dibeli. Hasilnya menunjukkan bahwa jenis perhiasan yang sering dibeli sebesar (33.3%) jenis perhiasan gelang sedangkan yang paling sedikit dibeli sebesar (19.4%) jenis perhiasan kalung. Hal ini dikarenakan berat gram kalung yang besar sehingga memengaruhi harga menjadi lebih mahal dibandingkan jenis perhiasan yang lainnya. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan jenis perhiasan emas yang dibeli (n=36) Jenis Perhiasan
Ya
Tidak
Total
n
%
n
%
Anting Cincin Gelang Kalung
8 11 12 7
22.2 30.6 33.3 19.4
28 25 24 29
77.8 69.4 66.7 80.6
n 36 36 36 36
% 100 100 100 100
20 Berat Perhiasan Emas yang dibeli dan dijual Hasil pada Tabel 16 hampir seluruh contoh berat perhiasan yang dibeli dan dijual. Terdapat perbedaan antara pembelian dan penjualan yang dilakukan oleh contoh terdapat lima orang yang masih menyimpan tabungannya dalam bentuk perhiasan emas dalam rentang 1-5 gram. Hal ini hasil penelitian menyatakan bahwa berat perhiasan hampir sebagian contoh yang membeli dan menjual pada jenis perhiasan anting dan cincin. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan berat perhiasan emas saat pembelian dan penjualan (n=36) Penjualan Pembelian Berat Perhiasan (gram) n % n % 28 90.3 1-5 33 91.7 2 6.5 6-10 2 5.6 1 2.7 >10 1 2.7 31 100 Total 36 100 Alasan Membeli Perhiasan Emas Tahap-tahap yang telah dilalui dalam kehidupan (life cycle) merupakan faktor yang menyebabkan kosumen membeli perhiasan emas. Contoh dapat mempunyai lebih dari satu alasan ketika hendak membeli perhiasan emas. Hampir seluruh contoh membeli perhiasan emas karena alasan perhiasan emas dapat dijadikan tabungan. Oleh karena itu membeli perhiasan emas salah satu bentuk alasan yang nyata untuk ditabung sebesar (86.1%). Tabel 17 sebaran contoh menurut alasan pembelian perhiasan emas (n =36) Contoh Alasan membeli Perhiasan emas n % Mengikuti mode 1 2.8 Menabung 31 86.1 Meningkatkan status sosial 1 2.8 Memilki nilai lebih (dapat dijual kembali) 3 8.3 Total 100 36 Hasil Uji Hubungan Persepsi dengan Pengetahuan Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa persentase terbesar contoh memiliki Sebesar (93.8%) memilki persepsi yang baik terhadap persepsi perhiasan emas sebagai tabungan dengan pengetahuan yang baik (p-value = 0.000 < α = 0.05) Artinya jika persepsi sebagai tabungan semakin baik, maka pengetahuan juga akan semakin baik pula, sedangkan sebesar (55.4%) memilki persepsi baik pula terhadap persepsi perhiasan emas sebagai fashion dengan pengetahuan yang baik (p-value = 0.000 < α = 0.05) maka dari itu persepsi sebagai fashion memilki kecenderungan hubungan dengan pengetahuan meskipun persepsinya baik dengan pengetahuan nya baik. Hasil total uji hubungan menunjukan terdapat hubungan
21 yang nyata dan positif antara persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion dengan pengetahuan (p-value = 0.000 < α = 0.05). Artinya jika persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion semakin positif, maka pengetahuan juga akan semakin baik pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan Lestari (2012) menyatakan bahwa Persepsi contoh terhadap pembelian online memilki hubungan yang positif dengan pengetahuan. Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan persepsi dan pengetahuan dan hasil p-value (n=65) Pengetahuan Persepsi (Skor)
Total
P-value
2 45
4 61
0.000**
18
47
65
Kurang (≤50) Baik (≥51)
15
14
29
3
33
36
Total
18
47
65
Kurang
Baik
(≤50)
(≥51)
Kurang (≤50) Baik (≥51)
2 16
Total
Tabungan
Fashion 0.000**
Persepsi Total Kurang (≤50) Baik (≥51)
5
3
8
13
44
57
Total
18
47
65
0.000**
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Pembelian Perhiasan Emas Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa total nilai asset berpengaruh sangat signifikan terhadap frekuensi pembelian (β=0.330, p=0.008) dan berat perhiasan emas (β=0.311, p=0.019). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar total nilai asset contoh maka frekuensi pembelian akan semakin sering dan jumlah gram emas yang dibeli akan semakin berat. Sedangkan semakin tinggi persepsi contoh mengenai perhiasan emas sebagai tabungan akan meningkatkan frekuensi pembelian perhiasan emas contoh. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi sebagai tabungan terhadap frekuensi pembelian (β=0.186, p=0.050). Berdasarkan nilai adjusted R2, model uji regresi lama pendidikan, pendapatan per kapita/bulan, total nilai aset, persepsi sebagai tabungan, fashion, dan pengetahuan dapat mengukur frekuensi pembelian sebesar 20.6 persen (p=0.001) dan juga berat perhiasan emas sebesar 9,7 persen (p=0.061). Adapun persentase sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
22 Tabel 19 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi pembelian dan berat rerhiasan yang dibeli Frekuensi Pembelian Berat perhiasan (gram) Sig Β B β Sig B Konstanta -1.890 .078 -6.727 .402 Lama pendidikan .053 .195 .143 -5.055E-7 -.028 .816 istri (Tahun) Pendapatan per 3.097E-8 .012 .914 .365 .189 .183 kapita / bulan (Rupiah) Total aset 6.614E-9 .330 .008** 4.422E-8 .311 .019* Keluarga (Rupiah) Persepsi sebagai .098 .186 .050* -.144 -.069 .712 tabungan (skor) Persepsi sebagai .136 .315 .239 .411 .134 .427 fashion (skor ) Pengetahuan -.061 -.207 .174 .222 .060 .681 (skor) F 3.773 2.148 2 Adj. R 0.206 0.097 Sig 0.003** 0.061* Ket: * signifikan pada p-value < 0,05 ** sangat signifikan pada p-value < 0,01
Pembahasan Perilaku pembelian perhiasan emas pada konsumen diartikan sebagai perilaku konsumen yang bertindak untuk membeli atau tidak membeli perhiasan emas. Perilaku pembelian ini meliputi frekuensi membeli perhiasan emas, jumlah gram perhiasan emas yang dibeli, jenis perhiasan emas yang dibeli, serta alasan membeli dan tidak membeli perhiasan emas. Konsumen seringkali memutuskan untuk membeli suatu produk berdasarkan pada persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan 2004). Penelitian ini melibatkan 65 contoh yang berdomisili di daerah pedesaan. Hasil penelitian menunjukkan hampir dari separuh contoh merupakan konsumen yang membeli perhiasan emas, sedangkan sebagian contoh tidak membeli perhiasan emas. Contoh penelitian ini, sebagian besar berdomisili di daerah pedesaan dengan mayoritas jenis pekerjaan di sektor pertanian. Moideen et al. (2012) menyatakan bahwa daerah tempat tinggal konsumen akan memiliki hubungan signifikan dengan pengaruh iklan perhiasan pada pembelian emas. Kualitas informasi yang diterima oleh partisipan yang tinggal di daerah pedesaan akan cenderung terbatas, sehingga pendidikan merupakan salah satu cara partisipan untuk memperoleh pengetahuan. Kualitas informasi yang diterima oleh konsumen akan memberikan pengaruh dalam proses pembelian ( Adityo 2011). Usia juga memiliki peranan penting dalam menentukan produk atau jasa yang akan dikonsumsi, perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera, dan kesukaan terhadap suatu produk atau jasa (Sumarwan
23 2011). Oktavia (2009) berpendapat bahwa usia 40 tahun sampai dengan 55 tahun merupakan sasaran perilaku pembelian perhiasan emas. Dalam hasil penelitian rata-rata usia contoh berkisar pada rentang dewasa madya (41-65 tahun) menurut Papalia et al (2009). Oleh sebab itu, penting bagi keluarga untuk mulai merencanakan tabungannya dalam pembelian perhiasan emas untuk mendapatkan kenyamanan di masa mendatang. Tingkat pendidikan yang rendah sama sekali tidak berpengaruh terhadap perilaku pembelian dikarenakan semakin rendah pendididkan semakin rendah juga pengetahuan yang dia miliki. Pada penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama pendidikan suami contoh dan contoh tidak jauh berbeda dan mayoritas menjalani pendidikan hingga jenjang menengah pertama. Faktor pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan perilaku pembelian (Oktavia 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian Pongyeela (2012) yang menunjukkan bahwa lama partisipan menempuh pendidikan akan memberikannya peluang 0.098 kali untuk membeli perhiasan emas dibandingkan dengan partisipan yang sebentar saja menempuh pendidikan. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuannya. Dengan demikian konsumen dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai perhiasan emas. Seseorang yang berpendidikan tinggi diduga mengetahui manfaat pembelian perhiasan emas dalam kehidupannya, seperti bagian dari tabungan jangka panjang. Menurut Hasansulama (1983), masyarakat desa di Indonesia pada umumnya bercorak pertanian sebagai basis ekonomi utamanya.Wilayah pedesaan dicirikan dengan pertanian sebagai sumber penghasilan sehingga persentase terbesar pekerjaan suami contoh hampir sebagian contoh berprofesi sebagai petani, hampir sebagian besar contoh menggantungkan hidupnya pada pekerjaan di bidang pertanian.
Sedangkan sebagian besar contoh adalah ibu rumah tangga, tetapi meskipun ibu rumah tangga contoh ada yang memilki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan keluarga seperti memilki warung, bekeja di lahan pertanian, dan bekerja di pabrik. Pekerjaan seseorang mempengaruhi pemilihan barang dan jasa yang akan dibeli, sehingga terkadang pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata akan produk mereka (Kotler & Amstrong 1996). Peran keluarga merupakan hal yang penting dan berpengaruh dalam perilaku pembeliannya. Menurut Santrock (2007) kontribusi teori ekologi mencakup dimensi makro dan dimensi mikro dari sistem ingkungan. Keluarga merupakan lingkungan mikro yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga adalah lingkungan tempat sebagian besar konsumen tinggal dan berinteraksi. Sebagian rata-rata keluarga contoh berada kategori keluarga kecil yang jumlah anggota keluarganya kurang dari empat orang. Besar Keluarga akan menentukkan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa (Sumarwan 2004). Istilah pendapatan mengacu pada aliran kompensasi ekonomi yang diterima dalam suatu periode tertentu (Schiller 2008). Dalam penelitian ini yang diamati adalah pendapatan per bulan keluarga, yaitu total keseluruhan pemasukan yang diterima keluarga baik melalui ayah, ibu, ataupun anggota keluarga lainnya Pendapatan per kapita digunakan untuk menentukkan pengeluaran keseluruhan (Engel et al. 1994). Berdasarkan garis kemiskinan pedesaan Rp. 240 945 (BPS 2013). Rataan pendapatan perkapita dari seluruh keluarga contoh adalah Rp 424
24 428 per bulan. Hasil penelilitian ini sejalan dengan Oktavia (2009) Penghasilan yang konsumen peroleh selama bekerja merupakan faktor yang menyebabkan mereka membeli perhiasan emas. Selain pendapatan aset berpengaruh positif signifikan terhadap frekuensi pembelian dan berat perhiasan emas yang dibeli bahwa contoh memilki hampir seluruh contoh memilki kepemilikan jenis aset pada perhiasan emas, hasil ini sejalan dengan penelitian Kartikasari (2013) menyatakan bahwa keluarga petani memiliki tabungan dalam bentuk perhiasan emas dengan rata-rata 20 gram per keluarga. Rata-rata aset contoh yang dimilki oleh keluarga petani dalam rupiah minimal Rp 1 150 000 dan maksimal Rp 173 194 000. Sebelum melakukan pembelian, konsumen seringkali memutuskan pembelian produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan, 2004). Persepsi merupakan tanggapan seorang konsumen terhadap perilaku pembelian perhiasan emas berdasarkan stimulus yang diterimanya dari paparan sumber informasi. Pada penelitian ini, persepsi yang diukur merupakan persepsi contoh mengenai persepsi sebagai tabungan dan persepsi sebagai fashion. Berdasarkan hasil penelitian, hampir separuh contoh menyatakan setuju terhadap pembelian perhiasan emas. Hal ini dikarenakan contoh merasakan manfaat dalam pembelian perhiasan emas. Hasil ini selaras dengan penelitian Simanjuntak (2010) dan Shergill dan Chen (2005). Stimulus-stimulus yang menimbulkan persepsi konsumen akan berkembang menjadi pengetahuan konsumen. Persepsi suatu proses pemberian makna terhadap berbagai stimulus yang diterima oleh alat indera manusia (Amir 2005). Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan merupakan semua informasi yang dimilki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan dan informasi lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut. Mowen dan Minor (1995) dalam Sumarwan (2011) melakukan klasifikasi pengetahuan konsumen menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan objektif, pengetahuan subjektif, dan informasi mengenai pengetahuan lainnya. Pengetahuan objektif merupakan pengetahuan yang benar mengenai kelas produk yang disimpan dalam memori jangka panjang konsumen. Pengetahuan objektif inilah yang diukur dengan tujuh pertanyaan. Hampir sebagian besar contoh memilki pengetahuan tentang perhiasan emas pada kategori rendah dan hanya sebagian pengetahuan contoh yang berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan contoh tidak terlalu sering melakukan pembelian perhiasan emas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan konsumen mengenai perhiasan emas tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku pembelian emas. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Lestari (2012) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh pengetahuan terhadap pembelian online pada mahasiswa. Perbedaan hasil yang diperoleh diduga karena sampel yang diteliti berbeda sehingga pengaruhnya pun akan berbeda. Perilaku pembelian diukur dengan menggunakan indikator utama yaitu frekuensi membeli dan berat perhiasan emas (gram) yang dibeli. Hasilnya diperoleh bahwa sebagian besar contoh memiliki berat perhiasan emas yang di beli berada pada rentang 1 sampai 5 gram dan frekuensi membeli yang dilakukan oleh hampir seluruh contoh adalah sebanyak 1 kali. Artinya perilaku membeli contoh pada perhiasan emas tergolong kategori rendah. Hasil ini selaras dengan penelitian Oktavia (2009) yang menyatakan bahwa tahap-tahap yang telah dilalui
25 dalam kehidupan (life cycle) dan penghasilan merupakan faktor yang menyebabkan konsumen membeli perhiasan emas. Berdasarkan hasil uji hubungan bahwa ada kecenderungan hubungan antara persepsi dengan pengetahuan. Semakin tinggi persepsi maka semakin tinggi juga pengetahuannya. Menurut Jayanti (2010), persepsi dan pengetahuan juga berhubungan positif dengan perilaku pembelian. Berdasarkan hasil regresi linier berganda yang dilakukan untuk melihat faktor apa saja yang memengaruhi persepsi dan pengetahuan terhadap perilaku pembelian perhiasan emas. Persepsi sebagai tabungan dan total nilai aset yang berpengaruh terhadap frekuensi pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa jika persepsi sebagai tabungan mengalami peningkatan satu satuan, maka perilaku pembelian perhiasan emas juga akan meningkat sebesar 0.050 poin (B= 0.186) dan jika total aset contoh mengalami peningkatan satu satuan. maka perilaku pembelian perhiasan emas akan meningkat sebesar 0.008 poin (B= 0.330). Hal tersebut berarti bahwa persepsi sebagai tabungan dan total aset akan memengaruhi responden untuk melakukan pembelian perhiasan emas. Sesuai dengan penelitian Ardiansyah (2011) yang menyatakan bahwa persepsi berbanding lurus dengan perilaku pembelian. Selain itu, menurut Palantupen (2011), persepsi sebagai tabungan memberikan pengaruh terhadap proses pembelian. Sementara itu, faktor yang memengaruhi perilaku pembelian dalam indikator berat perhiasan emas yang dibeli secara nyata adalah total aset. Hal ini menunjukkan bahwa jika total aset mengalami peningkatan satu satuan, maka perilaku pembelian perhiasan emas juga akan meningkat sebesar 0.019 poin (B= 0.311). Hal tersebut berarti bahwa total aset akan memengaruhi responden terhadap berat perhiasan emas yang dibeli. Sesuai dengan Lestari (2012) menyatakan bahwa semakin banyak asset yang dimilki keluarga dapat berpengaruh terhadap perilaku pembelian. Hal tersebut karena aset merupakan salah satu sumber daya atau kekayaan yang dapat dijadikan alat pemuas kebutuhan (Nadia 2013). Penelitian ini menunjukkan bahwa berat perhiasan emas yang akan dibeli dipengaruhi oleh total asset. Artinya semakin tinggi total asset yang dimiliki maka semakin banyak pula berat perhiasan yang akan dibeli. Total asset yang dimiliki oleh keluarga merupakan gambaran pendapatan keluarga. Semakin tinggi asset yang dimiliki maka akses terhadap pembelian emas akan semakin tinggi. termasuk dalam hal berat perhiasan emas yang dibelinya. Keterbatasan penelitian ini adalah terdapat ketidaksesuaian data pendapatan responden yang terdata dalam data dasar keluarga di lokasi penelitian dengan keadaan di lapang. Selain itu, data dasar keluarga juga tidak mencakup seluruh penduduk dilokasi penelitian. Hal ini menyebabkan beberapa data pendapatan menjadi tidak beragam yang kemudian membatasi analisis penelitian. Simpulan dan Saran Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh pernah melakukan pembelian perhiasan emas dan lebih dari separuh contoh berada pada kategori keluarga tidak miskin dengan rataan pendapatan perkapita dari seluruh keluarga contoh adalah Rp 424 428 per bulan. Rata- rata lama pendidikan suami dan istri kurang dari enam tahun yang berarti hampir suami istri yang berarti menamatkan pendidikan sekolah dasar. Sebesar (93.8%) memilki persepsi yang
26 baik terhadap perhiasan emas, sedangkan sebesar (55.4%) memilki persepsi baik pula terhadap perhiasan emas. Sebanyak (72.3%) sampel memiliki pengetahuan yang baik tentang perhiasan emas. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa persepsi sebagai tabungan dan total asset memliki pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi pembelian emas dan total asset yang dimiliki keluarga memiliki pengaruh terhadap berat perhiasan emas yang dibeli. Saran Keluarga Petani harus mempertimbangkan dengan baik dalam mengambil keputusan untuk membeli perhiasan emas. Sebaiknya contoh untuk lebih mengetahui lagi keuntungan dan kerugian dari membeli perhiasan emas. Kerugian yang didapat oleh contoh yaitu membeli perhiasan emas tidak sesuai dengan harga belinya karena setiap menjual kembali perhiasan emas yang dibeli akan terkena potongan, sehingga contoh menjual perhiasan emas tidak sebanding dengan harganya dengan membeli perhiasan emas. Disarankan contoh membeli perhiasan emas yang sesuai dengan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA Adityo B. 2011. Analisis pengaruh kepercayaan, kemudahan dan kualitas informasi terhadap keputusan pembelian secara on-line di situs kaskus [skripsi]. Bandung: Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Amir MT. 2005. Dinamika Pemasaran (Ed ke-1). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Andersen RM. 1995. Revisting the behavioral model access to medical care: does it matter? Internasional Journal of Health and Social Behavior. [internet]. [diunduh 23 September 2013]; 36 (1). 1-2. Tersedia pada: http://globalhealth.stanford.edu/resources/Revisting Behavioral Model and Access.pdf. Ardiansyah R. 2011. Analisis Pengetahuan, Persepsi. dan perilaku mahasiswa TPB. IPB dalam pembelian nada sambung [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekolgi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Sistem informasi rujujkan statistik [internet] [diunduh 2013 juni 3] Tersedia dari sirusa.bps.go.id./index. [BRS] Berita Resmi Statistik. 2013. Tingkat Kemiskinan Jawa Barat No. 34/07/32/Th.XV [internet] [diunduh 2013 juli 1] Tersedia dari sirusa.bps.go.id./index. Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Wilayah Cigombong [BP3K] 2013. Program Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Wilayah Desa Ciburayut. Bogor : Pemerintahan Kabupaten Bogor. Bryant WK, Zick CD. 2006. The Economic Organization of the Household (2nd Ed.).United State of America (US): Cambridge University Pr. Bol. 2013. Data WGC Tunjukkan permintaan emas fisik bersinar di triwulan pertama 2013 [diunduh 16 mei 2013].
27 Boyd WH, Walker CO, Larreche J. 2000. Manajemen Pemasaran (Ed ke-2). Nurmawan, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Marketing Management. Bungin.B. 2011.Metodologi penelitian kuantitatif : komunikasi. ekonomi.. dan kebijakan public serta ilmu- ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana 2011. Deacon RE. Firebaugh FM. 1988. Family Resource Management: Principles and Applications (2nded.). Allyn and Bacon. Boston. Departemen Pajak 2013.Pengertian perhiasan emas. Pajakonline.com/engine/view.php?id Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen.Jilid 1. Drs F. X Budiyanto. penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari :Consumer Behavior. Garman ET. 1993. Consumer Economic Issues In America. Dame Publication. Houston. Gounaris S. Stathakopoulus V. 2004. Antecedent and consequences of brand loyalitiy: an empirical study. Internasional Journal of Brand Management [internet]. [diunduh 13 Juli 2013]; 11(4). (pp. 24. pp. 283). Hasansulama MI, Mahmudin E, Sugarda TJ. 1983. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Depdikbud. Hawskin et al. 2001. Consumer Behavior : Building Market Strategi Edition. New York (US): Mc Graw-Hill
Eight
Herawati T. 2011. Kajian Manajemen Sumberdaya Keluraga dan Ketahanan Keluarga Peserta Pemberdayaan Masyarakat di Pedasaan [Disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia [HPLI]. 2005. Indonesian oil reserves-resources. www.HPLI.org [30 September 2012]. Jayanti TS. 2010. Persepsi, pengetahuan, dan perilaku remaja siswa SMA Kornita Kabupaten Bogor dalam pembelian CD bajakan [skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Mnausia, Institut Pertanian Bogor. Iskandar A. 2007. Analisis praktek Manajemen Sumberdaya Keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di kabupaten Bogor [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kartikasari S. 2013. Manajemen Keuangan dan Perilaku Menabung pada Keluarga Petani. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran (Jilid 1, Ed ke-11). Molan B, penerjemah. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Marketing Management Elevent Edition. Kotler P. A mstrong G. prinsip-prinsip pemasaran . Edisi Bahasa Indonesia. Jakarata : Erlangga. Kotler P. 1995.Manajemen Pemasaran. Analisis. Perencanaan. Implementasi dan pengendalian. Edisi Indonesia. Salemba Empat Prentice Hall. Jakarta. Lestari A. 2012. Persepsi. Pengetahuan. dan Perilaku Pembelian online pada mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB)IPB [skripsi]. Bogor:
28 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Malhotra N.K. 1996. Marketing Research.Prentice Hall InternasionalInc.London. McCubbin HI, Peterson JM. 1980. Family Inventory of Life Events and Change.In H.I. McCubbin & A.I. Thompson, Family Asessment Inventories for Research and Practice. USA (US): University of Wisconsin. Moideen AK, Khan R, Sreeranhganadhan K. 2012. An emperical study of the marketing strategies on the indian gold ornament market. Indian Journal of Commerce & Management Steudies 3: 24-30. Mowen JC, Minor M. 1999. Consumer Behavior (ED ke-5). New Jersey: Prentice Hall. Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2009. Perkembangan Manusia. Marswendy B, penerjemah; Widyaningrum R, editor. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Terjemahan dari: Human Development. Ed ke-10. Palantupen O. 2011. Pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk shampoo ( studi kasus pada masyarakat tanah baru Depok) [skripsi]. Jakarta: Fakultas Ekonomi. Universitas Gunadarma. Pongyeela A. 2012. The decision making process of jewelry buyers in Thailand. Proccedia Economics and Finance 3: 188-192. Prihatiningsih. 2008. Pola Perilaku Keputusan Pembelian pada Segmen pasar Ibu. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 8: Octavia A. 2009. Gaya hidup dan perilaku pembelian emas putih di kota Jambi. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern. Vol.1 :1. Jurusan manajemen pemasaran. Fakultas Ekonomi. Universitas Jambi. Jambi. Ritonga MM. 2012.Pengaruh sikap dan gaya hidup konsumen terhadap pengambilan keputusan pembelian emas putih di pusat kota Surabaya [skripsi]. Surabaya:Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa timur. Sajogyo P. 1981 Peranan wanita dalam keluarga. rumah tangga dan masyarakat yang lebih luas di pedesaan jawa : dua kasus penelitian di kabupaten sukabumi dan sumedang jawa barat.[Laporan Penelitian]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Santrock JW. 2007. Child Development. Amerika, US: McGraw Hill. Schiffman LG. Kanuk LL.2004. Consumer behavior 8th .Tsinghua : Pearson Education Asia Limited and Tsinghua University Press. Schiffman LG. Kanuk LL.2010. Consumer behavior 8th. New jersey : Pearson Prentice Hall. Ranityasari.2012.pengaruh persepsi risiko dan persepsi manfaat terhadap niat penggunaan listrik prabayar pada rumah tangga [skripsi].Bogor (ID): ipb. Schiller BR. 2008. The Economics of Poverty and Discrimination. New Jersey: Prantice Hall. Shergill GS, Chen Z. 2005. Web-based shopping: consumers’attitudes towards online shopping in New Zealand. Journal of electronic Commerce Research, Vol. 6, No.2, 2005. [internet] [diunduh 2014 Januari 23] tersedia dari : http://www.csulb.edu/journals/jecr/issues/20052/paper1.pdf. Silalahi U. 2012.Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
29 Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Simanjuntak SFM. 2010. Persepsi manfaat dan risiko dalam perilaku pembelian konsumen online shop [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M. Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PP3S Solomon MR. 2002. Consumer Behavior (fifth ed.) New Jersey : Prentice Hall. Sumarwan U. 2004.Perilaku Konsumen: Teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor : PT Ghalia Indonesia. Sumarwan U. 2011.Perilaku Konsumen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
30
LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Hubungan antar variabel Frekuensi Total Variabel bebas Pembelian Gram Usia isteri -.109 .008 Lama Pendidikan istri .216 1.84 Usia suami -.109 .018 Lama Pendidikan suami .213 .195 Jumlah anggota keluarga .054 -.025 Pendapatan keluarga .316* .188 Pendapatan/kapita/bulan .259* .174 Total nilai aset .281* .328** Total Persepsi Tabungan .160 .085 Total Persepsi Fashion -.132 -.119 Total Pengetahuan .043 -.016
Statistik Uji Pearson Pearson Pearson Pearson Pearson Pearson Pearson Pearson Spearman's Spearman's Spearman's
Lampiran 2 Sebaran Pengeluaran Harga perhiasan emas Perhiasan emas Pengeluaran Pembelian
Pembelian n
250001-500000 500001-1000000 1000001-2500000 2500001-5000000 Total
28 5 1 2 36
Penjualan %
77.8 13.8 2.8 5.6 100
n
27 4 0 0 31
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian
%
87.1 12.9 0 0 100
31 Lampiran 4 Peta Lokasi penelitian Desa Ciburayut
32
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 29 juni 1991 putra dari Bapak H.Asep Dedi Somantri dan Ibu Hj. Nurhayati Al’ Nurliansyah S.Pd, MM. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 4 Banjarsari dari tahun 1997 sampai 2003. Pada tahun 2003 sampai 2006 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Banjarsari, kemudian pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Banjarsari hingga tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tercatat sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, diantaranya : Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai anggota Family Club (2011), anggota Sosial Kesejahteraan Mahasiswa dalam organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Galuh CIAMIS (2009- 2011), dan Lingkungan Seni Sunda Gentra Kaheman IPB (2009-2012). Penulis juga banyak mengikuti kepanitiaan, diantaranya : Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen sebagai divisi acara (2011), sebagai divisi acara dalam kepanitiaan IPB Goes To School (2010), Master Of Ceremony pada acara Family and Consumer Day (2011), staff divisi konsumsi dalam kepanitiaan Family and Consumer Day (2012). Penulis juga pernah menjalani masa Kuliah Kerja Profesi selama bulan Juli-Agustus 2013 di Desa Ciburayut, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Prestasi yang pernah ditorehkan penulis antara lain: Juara 1 aerobic dalam rangka Olimpiade Mahasiswa IPB (2010), Juara 1 Tari tradisional dalam rangka Gebyar Nusantara (2011), Perwakilan IPB dalam rangka Mandiri Young Technopreneur (2014), serta penerima beasiswa beasiswa BBM periode 20092010.
33