PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PANGAN LOKAL UNTUK BALITA TERHADAP PENGETAHUAN IBU BALITA DI COKROBEDOG Afroh Fauziah1*, Sudarti2 Universitas Resapti Yogyakarta
[email protected] *Penulis korespondensi: Afroh Fauziah Abstrak Latar Belakang: Salah satu penyebab masalah gizi pada balita adalah rendahnya atau kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan ibu.Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan.Upaya pendidikan dan penyuluhan merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk mengatasi masalah-masalah gizi. Melalui usaha ini diharapkan orang (terutama ibu balita) dapat memahami pentingnya pangan lokal yang bergizi sehingga terbentuk sikap dan perubahan perilaku ke arah pola makan yang lebih baik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu mengenai pangan lokal untuk balita. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah studi observasional dengan rancangan cross sectional.Penelitian dilaksanakan di cokrobedog pada ibu balita dengan jumlah sampel 60 orang.Varibel bebas adalah penyuluhan sedangkan variabel terikat adalah pengetahuan ibu.Uji statistik menggunakan paired sample t-test. Hasil: Sebagian besar subjek penelitian berusia 26-35 tahun (56,7%), pendidikan terakhir SMA (35%), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (65%). Rerata total skor nilai pengetahuan sebesar 69,50±9,55 dengan skor minimal sebesar 40 poin dan skor maksimal 90 poin. Setelah diberikan penyuluhan, terjadi peningkatan rerata skor pengetahuan ibu menjadi sebesar 75,83±7,76 dengan skor minimal sebesar 60 poin dan skor maksimal 95 poin. Kenaikan rerata skor antara sebelum dan setelah penyuluhan sebesar ± 6,4 poin. Terdapat peningkatan pengetahuan ibu (pre-post test) yang signifikan setelah diberikan penyuluhan (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan penyuluhan tentang pangan lokal terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita Kata Kunci: penyuluhan, pangan lokal, ibu balita terima dan kesukaan anak terhadap
LATAR BELAKANG Salah satu penyebab masalah gizi
suatu
makanan.
Namun,
faktanya
pada balita adalah rendahnya atau
sebagian besar ibu tidak memiliki
kurangnya
pengetahuan
kesehatan
pengetahuan ibu
gizi
(Soekirman,
dan 2000).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan
yang
cukup
sehingga
masalah gizi tetap terjadi (Suhardjo, 1989). Penelitian
sebelumnya
perilaku dalam pemilihan makanan.
memperoleh data bahwa sebesar 72,48%
Praktik pemberian makan yang baik
ibu-ibu memanfaatkan waktu luang
pada
mempengaruhi
hanya dengan istirahat (tidak melakukan
kesehatan dan status gizinya serta daya
hal produktif), Sebanyak 46,79% ibu
anak
akan
tidak pernah mendapatkan informasi
konsumsi. Bahan baku pangan tersebut
kesehatan dari media baik cetak maupun
tersedia secara spesifik di lokasi dengan
elektronik; 25,2% ibu tidak tahu tentang
bahan
ciri-ciri balita gizi kurang dan gizi
bervariasi, sehingga dapat dihasilkan
buruk; bahkan 65,14% ibu tidak tahu
bermacam-macam
cara membaca perkembangan balitanya
tradisional yang sedemikian rupa dan
melalui
menjadi makanan yang lezat dan bergizi
KMS
dari
posyandu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, upaya
dasar
yang
beragam
jenis
dan
makanan
seimbang (Murlan, 2015).
untuk mengatasi masalah gizi dan
Untuk
mengatasi
masalah-
kesehatan masih perlu terus dilakukan
masalah gizi, upaya pendidikan dan
dengan mengoptimalkan potensi lokal
penyuluhan merupakan salah satu usaha
yang
ibu
yang sangat penting.Melalui usaha ini
membentuk
diharapkan orang (terutama ibu balita)
komunitas ibu sehat yang memiliki
dapat memahami pentingnya makanan
pengetahuan
dan
dan gizi, sehingga terbentuk sikap dan
pemanfaatan pangan lokal yang baik
perubahan perilaku ke arah pola makan
merupakan salah satu upaya yang
yang
strategis
2004).Pengetahuan
ada.Kegiatan
rumah
tangga
untuk
gizi,
untuk
pembinaan
kesehatan
mengatasi
masalah
lebih baik (Mulyati, gizi
et
ibu
al., yang
tersebut. Komunitas ibu sehat sadar gizi
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
akan berperan sebagai pendamping di
hari memiliki pengaruh yang besar
masyarakat yang dapat memberikan
terhadap
informasi terkait gizi dan kesehatan,
(Suhardjo, 1989). Berdasarkan latar
serta memberikan contoh pemanfaatan
belakang
pangan
rumusan masalah pada penelitian ini
lokal
untuk
pemenuhan
kondisi
gizi
tersebut,
dapat
kebutuhan gizi keluarga. Selain itu
apakah
penyuluhan
komunitas ibu sehat juga diharapkan
terhadap
pengetahuan
dapat
pemberian penyuluhan.
membantu masyarakat
dalam
keluarga
diambil
berpengaruh ibu
setelah
memberikan informasi akses ke fasilitas kesehatan (Syarifudin, 2015). Pangan
lokal
BAHAN DAN METODE
termasuk
di
Jenis penelitian yang digunakan
dalamnya pangan tradisional dan pangan
adalah
khas
rancangan cross sectional. Penelitian ini
daerah
strategis
dalam
mempunyai upaya
peranan
studi
pemantapan
bertujuan
ketahanan pangan khususnya aspek
pengaruh
observasional
untuk
dengan
mengetahui
penyuluhan
suatu
terhadap
peningkatan Rancangan
pengetahuan penelitian
pretest-postest pengambilan
menggunakan
design sampel
ibu.
dimana
dari
populasi
dilakukan secara acak atau random. Penelitian Cokrobedog, Kabupaten
dilaksanakan
di
Sidoarum, Sleman
DI
dusun
membaca dan menulis, bersedia menjadi responden.
Kriteria
penelitian
ini
mempunyai
eksklusi
adalah:
balita
dalam
ibu
dengan
yang
kelainan
kontingental, penyakit kronis. Variabel
terikat
adalah
Godean
pengetahuan ibu dan variabel bebas
Yogyakarta.
adalah penyuluhan.Uji bivariate untuk
Waktu penelitian dilaksanakan pada
menganalisis
pengaruh
bulan mei 2016. Populasi dan sampel
pengetahuansetelah
diberikan
adalah semua ibu balita yang ada di
penyuluhan
cokrobedog,
Sidoarum,
menggunakan uji paired sample t-test
kecamatan Godean kabupaten Sleman
dengan nilai α = 0.05 dan tingkat
Yogyakarta.
kepercayaan 95%.
kelurahan
Kriteria
inklusi
dalam
dilakukan
dengan
penelitian ini adalah: ibu yang memiliki anak balita usia 13-59 bulan, bisa HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita usia 0 – 59 bulan dengan karakteristik sebagian besar berumur 26-35 tahun (56,7%), pendidikan terakhir SMA (35%), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (65%) (Tabel 1). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel
Umur(tahun) 17-25 26-35 36-45 Pendidikan SD SMP SMA PT Pekerjaan IRT Buruh
Jumlah n
%
9 34 17
15.0 56.7 28.3
17 16 21 6
28.3 26.7 35.0 10.0
39 4
65.0 6.7
Pegawai Swasta PNS Wiraswasta
7 5 5
11.7 8.3 8.3
Perbedaan Pengetahuan Pre test dan Post test tentang Makanan Lokal Berdasarkan hasil pre test diketahui rerata total skor nilai pengetahuan sebesar 69,50±9,55 dengan skor minimal sebesar 40 poindan skor maksimal 90 poin. Setelah diberikan penyuluhan, terjadi peningkatan rerata skor pengetahuan ibu menjadi sebesar 75,83±7,76 dengan skor minimal sebesar60 poindan skor maksimal 95 poin.Kenaikan rerata skor antara sebelum dan setelah penyuluhan sebesar ± 6,4 poin (Gambar 1). Hasil analisis dengan paired sampel t-test diketahui bahwa pengetahuan responden setelah penyuluhan menunjukkan peningkatan yang signifikan dari skor pre test ke post test dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) (Tabel 2). Tabel 2.Perbedaan Rerata Nilai Pretest, Posttest Pengetahuan Pengetahuan Pretest Post test
Min 40 60
Max 90 95
Mean±SD 69,50±9,55 75,83±7,76
SE 1,23 1,00
P 0,000
Gambar 1. Grafik Rerata Pengetahuan Pretest dan Posttest yang PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan ibu
signifikan
penyuluh
setelah
diberikan
an tentang pangan lokal (p<0,05).
baik pola pengasuhan anak. Ibu yang
Hasil penelitian Rahmawati et al. (2007)
berpendidikan
di
Barat
informasi penjelasan yang diberikan
pengetahuan
oleh petugas kesehatan, selain itu tidak
responden bisa ditingkatkan dengan
akan terpengaruh dengan informasi yang
penyuluhan yang menggunakan media.
tidak jelas.
Kabupaten
Kotawaringin
menyimpulkan
Hal
bahwa
tersebut
karena
penyuluh
Selain
akan
itu,
memahami
sebagian
sebar
berada
dalam
memberikan proses belajar mengajar
responden
kepada ibu balita.
rentang usia produktif yaitu 26-35 tahun
Menurut pengetahuan
Worsley gizi
(2002)
seseorang
bisa
penelitian
(56,7%).
Notoadmojo
menyatakan
bahwa
(2007)
usia
akan
mempengaruhi perilaku makan orang
mempengaruhi terhadap daya tangkap
tersebut.Hasil
penelitian
dan pola pikir seseorang terhadap
Citrakesumasari et al. (2006) di Takalar
informasi yang diberikan. Usia juga
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
menjadi faktor penentu dalam tingkat
sangat
mempengaruhi
ibu
pengetahuan, pengalaman, keyakinan
dalam
memenuhi
kebutuhan
gizi
dan motivasi untuk melakukan sesuatu
bayinya.Pengetahuan
juga
hal,
terhadap
perilaku
sehingga
umur
mempengaruhi
sangat didukung oleh latar belakang
perilaku seseorang. Pada rentang usia
pendidikan formal ibu.Sebagian besar
20-35 tahun atau dewasa muda memiliki
ibu
keinginan
balita
dalam
penelitian
ini
untuk
merawat
ataupun
berpendidikan terakhir SMA (35%)
membimbing seseorang anak ke arah
sehingga tergolong cukup tinggi untuk
yang lebih baik, sehingga hal ini dapat
bisa menerima dengan baik informasi
menimbulkan
yang diberikan melalui penyuluhan.
dalam hal pemberian makanan pada
Pendidikan
anak untuk memenuhi status gizinya
dapat
mempengaruhi
seseorang akan pola hidup, terutama dalam sikap pembangunan Notoatmojo
berperan serta kesehatan. (2007),
perilaku
yang
positif
(Perry & Potter, 2005).
dalam
Namun demikian, hasil penelitian
Menurut
ini menunjukkan adanya ibu dengan
semakin
tinggi
nilai pengetahuan yang masih rendah
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
meskipun
keterampilan
penyuluhan.Hasil wawancara dengan
kemungkinan
maka semakin
terdapat baik
tingkat
ketahanan pangan keluarga, semakin
kuesioner
setelah
memperlihatkan
diberikan
bahwa
umumnya ibu masih kurang memahami
tentang pangan lokal, sumber pangan
posyandu menjadikan ibu balita kurang
lokal, dan makanan bergizi dari pangan
memahami pangan lokal.Selain itu di
lokal
Menurut
tempat-tempat sarana kesehatan seperti
Notoatmodjo (2007) meskipun tingkat
posyandu dan polindes belum ada poster
pendidikan sangat berpengaruh terhadap
mengenai
penerimaan suatu program, akan tetapi
mendukung
kurangnya informasi terhadap suatu
samping itu, sebagian besar respoden
program tersebut sangat berpengaruh
penelitian
terhadap
(65%).Disebutkan
untuk
balita.
tingkat
penerimaannya.
pangan
lokal
pemberian
ini
yang bisa informasi.Di
tidak bahwa
bekerja/IRT seseorang
Informasi yang dimaksudkan adalah
yang bekerja di luar rumah cenderung
penyuluhan yang bisa diberikan oleh
memiliki akses yang baik terhadap
kader
balita.Kurangnya
informasi
sosialisasi petugas kesehatan dan kader
seseorang
kepada
ibu
g tidak bekerja.
dipengaruhi
informasi
yang
dengan yan
Intervensi penyuluhan dengan
Selain itu, kondisi tersebut juga dapat
dibandingkan
oleh
penerimaan
kurang
media audio visual dapat dilakukan sebagai
upaya
untuk
merangsang
mengenai
masyarakat terutama keluarga (yaitu ibu
keunggulan setiap jenis bahan makanan
rumah tangga) agar mampu menjadi
lokal yang dilihat dari kandungan gizi
inovator di lingkungan rumah tangganya
maupun
ketersediaannya.Sehingga
sendiri (Lucie, 2005). Pengetahuan yang
masyarakat kurang memilih bahan lokal
ada pada seseorang diterima melalui
sebagai bahan konsumsi rumah tangga.
indra. Menurut penelitian para ahli
Hal tersebut dinyatakan oleh Cox &
indra, yang paling banyak menyalurkan
Anderson
pengetahuan ke dalam otak adalah
(2009)
bahwa
ketika
konsumen menganggap sebuah produk
indera pandang.
itu sangat penting bagi mereka maka
sampai 87% dari pengetahuan manusia
akan bersedia menghabiskan cukup
diperoleh/disalurkan
banyak
mendapatkan
pandang sedangkan 13% melalui indera
pengetahuan tentang produk tersebut.
dengar dan 12% lainnya tersalur melalui
Hal itu akan memfasilitasi informed
indra yang lain (Arsyad, 2006). Dari sini
choise yaitu sikap memilih setelah
dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual
memperoleh informasi serta kemampuan
lebih mempermudah cara penyampaian
untuk mengekspresikan diri sendiri.
dan penerimaan informasi atau bahan
waktu
untuk
Kurang lebih 75%
melalui
indera
pendidikan (Machfoedz, dkk., 2005).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
total skor nilai pengetahuan sebesar
hasil penelitian Feby, dkk., (2004) pada
69,50±9,55
post-test
bahwa
sebesar 40 poin dan skor maksimal 90
terjadi peningkatan rerata pengetahuan
poin. Setelah diberikan penyuluhan,
pada kelompok intervensi lebih tinggi
terjadi
(21,61) dibandingkan dengan kelompok
pengetahuan
ibu
kontrol (20,35).
75,83±7,76
dengan
yang
Selama disampaikan,
menunjukkan
materi
penyuluhan
responden
mengikuti
dengan
skor
peningkatan
minimal
rerata
skor
menjadi
sebesar
skor
minimal
sebesar 60 poin dan skor maksimal 95 poin.
Kenaikan
rerata
skor
antara
dengan baik dan antusias. Hal ini
sebelum dan setelah penyuluhan sebesar
ditunjukkan dengan adanya beberapa
±
pertanyaan yang diajukan oleh sampel.
pengetahuan ibu (pre-post test) yang
Dengan
signifikan
demikian,
(penyuluhan)
pendidikan
kesehatan
dapat
6,4
poin.Terdapat
peningkatan
setelah
diberikan
penyuluhan(p<0,05).
memotivasi orang untuk mengambil
Dalam
rangka
meningkatkan
informasi dan berbuat sesuatu dengan
kualitas pemanfaatan pangan lokal untuk
informasi tersebut (Green, dkk., 1980).
anak balita, para petugas kesehatan atau
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
kader perlu memberikan penyuluhan
penyuluhan memiliki dampak positif
secara
bagi
dipuskesmas tentang pangan lokal yang
peningkatan
pengetahuan
ibu
kontinu
karena dengan dilakukannya penyuluhan
dapat
dapat memberikan informasi tambahan
untuk anak balita
mengenai
pangan
lokal.
dijadikan
diposyandu
atau
makanan tambahan
Dengan
penyuluhan terkait pangan lokal, ibu dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal yang bergizi untuk makanan balita dan dapat membuat di rumah sendiri tanpa harus membeli dari luar.
DAFTAR PUSTAKA Amad Syarifudin, Novami
Lestari
Rahayu, Eliza Eka Nurmala. 2015. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Kosagi Desa Iwul, Bogor.
KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar subjek penelitian
Available
online:
URL:
http://ejurnal.poltekkes-
berusia 26-35 tahun (56,7%), pendidikan
tjk.ac.id/index.php/JK/article/downl
terakhir
oad/97/87
SMA (35%), dan
bekerja
sebagai ibu rumah tangga (65%). Rerata
Ariani M, Ashari. 2006. Arah, Kendala, dan
Pentingnya
Konsumsi
Diversifikasi
Kedokteran Masyarakat. Vol XX, Hal : 97-135.
Pangan di Indonesia.
Glanz, K., Lewis, F.M. & Rimer, B.K.,
Forum AgroEkonomi;21(2):99-112.
1997, Health Behaviour and Health
Arsyad, A., 2006. Media Pembelajaran.
Education, Theory, Research, and
Penerbit PT. Rajagrafindo Persada,
Practice.Second
Jakarta.
Fransisco : Jossey-Bass Publishers.
Azrul & Azwar, 1983.
Pengantar
Pendidikan Kesehatan.
Penerbit
Sastra Hudaya, Jakarta.
Edition,
San
Green W.L., Simons B.G-Morton, & Gottlieb N.H.,
1980.
Health
Education Planning A Diagnostic
Citrakesumasari, Wahidudin, Jafar, N.,
Approach.
The John Hopkins
Taddaga, K., Amqan, H., Lusiana,
University.United
S., Suarni (2006) Penanggulangan
America.
Stated
Of
gizi buruk pada bayi melalui
Lucie, S., 2005, Tekhnik Penyuluhan
pendampingan dan pemberian MP-
dan Pemberdayaan Masyarakat,
ASI
Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
lokal
di
Sulawesi
Selatan.Badan
Penelitian
Pengembangan
Daerah
dan
Provinsi
Sulawesi Selatan, Makassar.
dalam buku Gibney. MJ, Margetts. BM, Kearney. JM, Arab. L, Gizi Masyarakat,
Jakarta,
EGC
a.Pendidikan
Kesehatan
Masyarakat.Penerbit
Fitramaya,
Yogyakarta. Perry
&
Potter.(2005).
ajarfundamental
Buku
keperawatan
konsep,proses, dan praktik.volume
Departemen Kesehatan RI, 1997, Profil Peran
2005
Bagian Dari Promosi Kesehatan
Cox & Anderson (2009), Pedoman Diet,
Kesehatan
Machfoedz I, Sutrisno E.S, & Santosa S,
Serta
Pembangunan 1995/1996,
1 edisi4. Jakarta : EGC.
Masyarakat
dalam
Kesehatan
tahun
Paramastri, I. (2007) Pengaruh
Binkesmas,
Peyuluhan Dengan Media Audio
Ditjen
Jakarta.
Rachmawati,
Visual
I.,
Sudargo,
Terhadap
T.,
&
Peningkatan
Feby A.M, Sudargo T. & Fatwa S.T.D.,
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
2004. Pengaruh Media Ceramah,
Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk
Leaflet
dan
Pencegahan
VCD
dalam
di Kabupaten Kotawaringin Barat
Gangguan
Akibat
Provinsi Kalimantan Tengah.Jurnal
Kekurangan Iodium. Jurnal Berita
Gizi Klinik Indonesia.Vol. 4 (2) November, hal. 69 – 77.
dan
Proses
Penyuluhan.
Penerbit Rineka Cipta, Yakarta. Soekirman.
2000.
Ilmu
Gizi
Pendidikan
Direktorat Tinggi
dan
Jendral
Departemen
Pendidikan Nasional. Suhardjo.
1989.
Pendidikan
Promosi
ilmu
perilaku.
Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo,
S.
(2010).Metodologi Kesehatan.
Jakarta:Rineka Cipta Sarwono S. 2004. Sosiologi kesehatan konsep beserta aplikasinya. Gadjah Mada
University
Press,
Yogyakarta.
Berbagai
Gizi
dan
2007.
Penelitian
Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat.
S.
kesehatan
Sukardi & Ketut, D., 1995. Bimbingan
Notoatmodjo
Cara
(Methods
of
World
Health
Organization,
1992,
Pendidikan Kesehatan, Pedoman
Nutrition Education). Ministry of
Pelayanan
Education–FN
Terjemahan I.B. Tjitarsa, Bandung :
IUC,
Bogor
Agricultural University. Bogor.
Kesehatan
Dasar,
ITB-UNUD.
Murlan, Ruwiah, Suardi S, Lestari W,
Worsley,
A.,
(2002)
Nutririon
Pratiwi NL. 2015. Pengetahuan,
knowledge and food comsumption:
Sikap Dan Perilaku Ibu Balita
can nutrition knowledge change
Dalam Pemanfaatan Sisa Produk
behaviour?. Asia Pasific Journal
Virgin Coconut Oil (Blondo Vco)
Clin Nutr, 11 (suppl): S579 – S585.
Pada
Makanan
Lokal
Peningkatan
Gizi
Kabupaten
Buton.
Untuk
Balita
Di
Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan;18(3): 257–265. Mulyati T, Prawirohartono EP, Sudargo T. 2004. Pengaruh pendidikan gizi kepada
ibu
terhadap
konsumsi
makanan dan status gizi anak balita penderita tuberculosis primer di rawat jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang,
Jurnal
Indonesia;1(2):97-10.
Gizi
Klinik