perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Oleh : Galih Ariyana Purwandari R0108053
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN VALIDASI
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
Galih Ariyana Purwandari R0108053
Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji
Pada Tanggal ................................
Pembimbing I
Pembimbing II
Bambang Widjokongko, dr, PHK, M.Pd.Ked NIP. 19481231 1976 091001
Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes NIP. 19770621 2010 122001
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes NIP. 19780220 2005 011001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
Galih Ariyana Purwandari R0108053
Telah Dipertahankan dan Disetujui TIM Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa D IV Kebidanan FK UNS Pada Tanggal ..........................
Pembimbing I
Pembimbing II
Bambang W, dr, PHK, M.Pd.Ked NIP. 19481231 197609 1 001
Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes NIP. 19770621 201012 2 001
Penguji 1
Penguji II
Anang Giri Mulya, dr, S.PA NIP.19730410 200501 1 001
Mujahidatul M, S.Kep,Ns. NIP. 19820821 200501 2 001
Mengesahkan,
Mengetahui,
Ketua Prodi DIV Kebidanan FK UNS
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG(K) Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes NIP. 19510421 198011 1 002 commit to user NIP. 19780220 2005 011001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini penyusun persembahkan kepada : 1.
Pak Nono dan Mama Jujuk tercinta yang selalu memberi cinta, kasih, dorongan, dan keyakinan yang luar biasa kepadaku. I love u ^^
2.
Mbah Kung dan mbah Uti tersayang, yang selalu mau mendengarkan keluh kesahku dan mampu menyemangatiku
3.
Adik-adik ku tersayang Wahyu dan Satria serta keponakan perdanaku dhek Wika Chimoet^^, Terima kasih atas aksi pelepas jenuh yang kalian hadirkan untukku, tanpa kalian mungkin saya sudah sedikit depresi sekarang ^,^ terima kasih juga karena sudah mau di mintai tolong mengambil ini dan itu. I love u All.
4.
Spesial untuk pembimbingku tercinta, Bu Rini dan Pak Kongko, tanpa njenengan berdua saya mungkin belum bisa menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih ^^
5.
Keluarga besar DIV Kebidanan UNS FK UNS. Mulai dari petinggi, dosen Bu Eka, Bu Ika, mbak-mbak dan mas-mas admin, sampai pak satpam yang menjaga sepedaku. Terima kasih
6.
Orang-orang yang selalu ada dalam suka maupun dukaku, tertawa menyambut gembiraku dan setia membangkitkan semangat hidupku. Mas Wahyu, terima kasih karena mau ikut ribet membantuku.
7.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
8.
Pembaca budiman. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Education is an ornament is prosperity and refuge in adversity” (ANONIM)
”Yang penting bukan dimana kamu mendapatkan pengetahuan tapi dimana kamu menerapkannya” ( Al Haibara, Detective Conan)
“Terima Hidup secara tak bersyarat. Kebanyakan orang minta kebahagiaan dengan syarat. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan jika kita tidak menetapkan syarat apapun” (Arthur Rubenstein)
”Selalu diperlukan keadaan gawat untuk suatu kemajuan. Karena ada kegelapan, maka di buat lampu. Karena adanya kabut, maka dibuat kompas. Rasa lapar mendorong kita bereksplorasi. Dan adanya depresi mengajari kita tentang nilai sebenarnya dari sebuah pekerjaan” (Victor Hugo)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PENGARUH PENYULUHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)
TERHADAP
PENGETAHUAN
IBU
DALAM
PENANGANAN
PERTAMA ISPA PADA BALITA” sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain: 1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan UNS. 2. Erindra B.C., S.Kep.Ns, M.Kes selaku Ketua Tim KTI Program Studi D-IV Kebidanan UNS dan selaku sekretaris penguji KTI 3. Bambang Widjokongdo, dr, PHK, M.Pd.Ked selaku Pembimbing Utama yang selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya. 4. Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang selalu membimbing dan memberikan masukan serta ilmunya. 5. Seluruh Staf D-IV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini di Sukoharjo. 7. Segenap Keluarga Besar D-IV Kebidanan 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat yang luar biasa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran, serta segala dukungan yang telah diberikan baik secara moril atau materil 9. Adik dan teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan dukungan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih belum sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN VALIDASI ..............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
ABSTRACT ..................................................................................................
v
MOTTO ........................................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI..................................................................................... ............
x
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... ..........
xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................. ...........
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................
1
B. Rumusan Masalah.......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian......................................................................
5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Tinjauan Pustaka.........................................................................
6
1) Penyuluhan............................................................................ commit to user
6
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Pengertian Penyuluhan......................................................
6
b) Tujuan Penyuluhan...........................................................
6
c) Ruang Lingkup Penyuluhan..............................................
7
d) Langkah-langkah...............................................................
8
2) Pengetahuan..........................................................................
9
a) Pengertian.........................................................................
9
b) Tingkat Pengetahuan........................................................
10
c) Faktor Yang Mempengaruhi.............................................
12
d) Sumber Pengetahuan.........................................................
13
e) Pembentukan Pengetahuan................................................
14
f) Pengukuran Pengetahuan...................................................
15
g) Metode Untuk Transfer Pengetahuan...............................
15
3) Infeksi Saluran Pernafasan Atas............................................
16
a) Pengertian..........................................................................
16
b) Gejala Umum.....................................................................
16
c) Macam...............................................................................
17
4) Balita......................................................................................
33
5) Pengaruh Pemberian Penyuluhan...........................................
34
B. Kerangka Konseptual...................................................................
36
C. Hipotesis.......................................................................................
37
BAB III : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian..........................................................................
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... commit to user
38
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi Penelitian........................................................................
39
D. Sampel dan Teknik Sampel...........................................................
40
E. Kriteria Retriksi.............................................................................
40
F. Pengalokasian Subyek..................................................................
41
G. Definisi Operasional......................................................................
41
H. Intervensi dan Instrumentasi..........................................................
43
I. Rencana Analisis Data...................................................................
50
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..............................................
54
B. Karakteristik Responden...............................................................
55
C. Data Hasil Penelitian.......................................................................
60
BAB V : PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden.................................................................
64
B. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang ISPA............................
69
BAB VI : PENUTUP A. Simpulan.........................................................................................
73
B. Saran................................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 2.1
: Kerangka Konseptual................................................
36
Diagram 3.1
: Rancangan Penelitian................................................
38
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ...................................
55
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................
56
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan .........................
57
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan ......................
58
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak .....................
59
Gambar 4.6 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Pre test......................................................
60
Gambar 4.7 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Post test.....................................................
61
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal
Lampiran 2
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 3
: Kunci Jawaban
Lampiran 4
: SAP Penyuluhan
Lampiran 5
: Materi Penyuluhan
Lampiran 6
: Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Utama
Lampiran 7
: Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Pendamping
Lampiran 8
: Permohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran 9
: Izin Pra Penelitian dari BAPPEDA
Lampiran 10 : Izin Pra Penelitian dari DKK Lampiran 11 : Uji Validitas Lampiran 12 : Uji Reabilitas Lampiran 13 : Entri data Validitas dan Reabilitas Lampiran 14 : Uji Normalitas Lampiran 15 : Skor Pengetahuan Ibu Pre Test dan Post Test Lampiran 16 : Hasil Analisis Data Lampiran 17 : Karakteristik Responden Lampiran 18 : Tabel Karakteristik Responden Lampiran 19 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Utama Lampiran 20 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Pendamping Lampiran 21 : Leaflet Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment commit to user Lampiran 23 : Lembar Validasi Proposal
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24 : Lembar Pengesahan Proposal Lampiran 25 : Dokumentasi Lampiran 26 : Kisi-Kisi Kuesioner Lampiran 27 : Kuesioner Uji Validitas I Lampiran 28 : Presensi Lampiran 29 : Analisis Karakteristik Responden
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1
: Patogen Akut Rhinosinusitis...............................................
22
Tabel 3.1
: Kisi-kisi Kuesioner............................................................
45
Tabel 3.2
: Kisi-kisi Kuesioner setelah validitas dan reabilitas kedua ..
49
Tabel 4.1
: Hasil Pre test – Post Test ...................................................
61
Tabel 4.2
: Uji Normalitas ...................................................................
62
Tabel 4.3
: Hasil Analisis Data .............................................................
63
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita di Indonesia. Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA menjadi masalah kesehatan utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan menggunakan desain penelitian One group Pre- and Post-test group design dengan uji normalitas shapiro-wilk dan analisis data dengan paired t test. Sampel sebanyak 40 orang dengan tehnik total sampling. Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata pengetahuan ibu sebelum dan sesudah penyuluhan adalah 20,95 dan 24,95. Hasil analisis di dapat p value atau signifikansi 2-tailed = 0,000 yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil korelasi diperoleh 0,925 dengan signifikasi 0,000 ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat/signifikan antara pretest dan post test (sig <0,05). Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan ISPA pada balita.
Kata Kunci
: Penyuluhan, ISPA, Balita
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. THE EFFECT OF EXTENSION UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION (URTI) TO THE WOMEN’S KNOWLEDGE ON URTI FIRST HANDLING FOR TODDLER. DIV Midwifery Study Program of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. URTI ranks at the first cause of infant death and young children in Indonesia. The high mortality rate due to URTI causes upper respiratory infection becomes a major health problem. Therefore, its needs to make an extension to increase the women’s knowledge so the women can provide first aid properly. The purpose of this research is to know the women’s knowledge before and after counseling and then analyze presence or absence influence of an upper respiratory tract infection (URTI) of women’s knowledge on the first treatment of respiratory infection for toddler. This research uses quasi-experimental design using research designs One group Pre-and Post-test group design with the Shapiro-Wilk normality test and analysis of data by paired t test. Sample of 40 people with a total sampling technique. The results of this research is an average of women’s knowledge before and after counseling was 20.95 and 24.95. The results of the analysis can be p value or significance 2-tailed = 0.000 which showed there are significant difference between before and after counseling. The results obtained correlation is 0.925 with a significance of 0.000, it’s indicates that there is a strong relationship / significant between pretest and post test (sig <0.05).
The conclusions of this research is found significant effect between the extension of upper respiratory tract infection (URTI) to the women’s knowledge on URTI first handling of toddler.
Keywords: Counseling, URTI, Toddler
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah MDGs (Millenium Development Goals) menegaskan bahwa angka kematian balita harus mampu diturunkan 2/3 hingga tahun 2015, sehingga tahun 2015 angka kematian balita menjadi 23/1000 kelahiran hidup (Dinkes, 2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. WHO (World
Health Organisation) juga memaparkan bahwa insidens
kesakitannya lebih dari 40 per 1000 kelahiran hidup dan sekitar 15%-20% nya per tahun terjadi pada golongan usia balita (Depkes, 2010). ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita di Indonesia. ISPA juga sering berada pada daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Agnesa, 2009). AKABA (Angka Kematian Balita) di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 11,60/1.000 kelahiran hidup, cenderung meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 10,12/1.000 kelahiran hidup. ISPA bagian atas dapat mengakibatkan kematian serta sejumlah kecacatan seperti contohnya otitis media yang menjadi penyebab utama commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketulian di negara berkembang dan sangat berperan dalam timbulnya gangguan perkembangan dan gangguan belajar pada anak-anak (Dinkes, 2009). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, pada tahun 2010 tercatat Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 2,1/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian tersebut adalah 28, dengan 13 (46,4%) kematian disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernfasan Akut (ISPA) yang merupakan induk dari Infeksi saluran pernafasan atas (DKK, 2010). Untuk Puskesmas Grogol, tidak ditemukan kematian balita pada tahun 2010 tetapi tercatat jumlah kunjungan dengan penyebab ISPA adalah yang terbanyak, yaitu mencapai 27.651 (49%) kunjungan dari 20 penyakit besar pada tahun 2010 (Puskesmas Grogol, 2010). Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA menjadi masalah kesehatan utama. Setiap tahunnya 40%-60% dari kunjungan di Puskesmas ialah penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30% atau sekitar 150.000 balita meninggal tiap tahun karena ISPA yang disebabkan oleh kesulitan geografis, budaya dan ekonomi yang dialami penduduk dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Diperkirakan 11-22% balita yang menderita batuk atau kelainan bernafas tidak dibawa berobat sama sekali (Agnesa, 2009). commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengetahuan merupakan domain
yang sangat
penting untuk
terbentuknya sebuah perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih berkesinambungan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Salah satu cara mendapatkan pengetahuan adalah dengan bertukar informasi, yang menimbulkan hubungan timbal balik dari kedua belah pihak (Suryani, Mahfoedz, 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar, sebab salah satu manfaat penyuluhan adalah berkisar tentang perubahan pengertian yang mempengaruhi sebuah pengetahuan (Syafrudin, Fratidina, 2009). Penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan pernah dilakukan oleh Suparyono (2008) dengan hasil bahwa pemberian penyuluhan Posyandu pada ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap Posyandu. Penelitian tentang Infeksi saluran pernafasan pada balita juga pernah dilakukan oleh Djoko Wahyono (2004) yaitu Pola infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun (balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun 2004, dengan hasil di Puskesmas Purwareja I, Klampok, Banjarnegara terdapat 120 kasus infeksi saluran pernafasan akut pada balita. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita” . B Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam kasus tersebut adalah “ Bagaimana Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada Balita?” C Tujuan Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita 2. Tujuan Khusus a
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita sebelum penyuluhan
b
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita setelah penyuluhan
c
Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
D
digilib.uns.ac.id
Manfaat Penelitian ini dapat memberikan manfaat aplikatif, yaitu: 1. Bagi Puskesmas Sebagai bahan acuan untuk mengoptimalkan penatalaksanaan pada kejadian
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Atas
dengan
melakukan
penyuluhan kesehatan dan melibatkan partisipasi ibu dalam penanganan pertama. 2. Bagi Ibu a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita melalui penyuluhan. b. Dapat melibatkan peran aktif ibu dalam penanganan pertama terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita.
commit to user
5
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan a. Pengertian Penyuluhan Penyuluhan adalah upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari program kesehatan (Machfoedz, Suryani, 2005). b. Tujuan Penyuluhan Menurut Syafrudin dan Fratidhina (2009) tujuan penyuluhan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan cara hidup sehat dan dapat berperan aktif dalam upaya kesehatan. Tujuan
penyuluhan
jangka
pendek
adalah
peningkatan
pengetahuan sedangkan jangka panjang adalah perubahan perilaku menjadi lebih baik.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Ruang Lingkup Penyuluhan Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (2010) ada 3 (tiga), yaitu: 1) Sasaran Penyuluhan Sasaran penyuluhan di kategorikan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: a) Penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang ditujukan kepada semua orang. b) Penyuluhan kelompok yaitu penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok tertentu melalui ceramah, demonstrasi, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi 2 (dua) arah secara timbal balik. c) Penyuluhan perorangan
yaitu penyuluhan yang dilakukan
dengan berhadapan langsung. 2) Materi atau Pesan Materi yang hendak disampaikan hendaknya sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga, masyarakat. Kriteria materi antara lain: menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, materi dapat diterima (tidak terlalu sulit dipahami), penyampaiannya dengan menggunakan alat peraga agar lebih menarik perhatian sasaran. 3) Metode Metode
dalam
penyuluhan
hendaknya
yang
dapat
mengembangkan komunikasi 2 (dua) arah, sehingga diharapkan commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat pengetahuan sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, misalnya dengan menggunakan metode curah pendapat, demonstrasi, stimulasi, dan sebagainya. d. Langkah-langkah Penyuluhan Langkah-langkah menyusun penyuluhan menurut Machfoedz dan Suryani (2005) adalah: 1) Perencanaan Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan ini melibatkan pimpinan program, pelaksana program, petugas latihan, penyuluh, dan masyarakat juga dilibatkan kalau keadaan memungkinkan. Perencanaan yang baik hendaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat diterima masyarakat,
sesuai
dengan
kebutuan
program,
didukung
kebijakan yang ada, dan bersifat praktis situasional. Langkah-langkah dalam merencanakan penyuluhan antara lain: a) Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayahnya. Menentukan prioritas masalah b) Menentukan tujuan penyuluhan. Apabila perlu dapat dibuat skema agar mudah dibaca dan dipahami masyarakat luas. Ada 3 (tiga) tujuan yaitu pemahaman pengetahuan, sikap dan commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketrampilan. Penyuluhan harus ditetapkan hendak mencapai tujuan yang mana. c) Menentukan sasaran penyuluhan, kelompok kecil atau kelompok masa. d) Menentukan isi penyuluhan yang sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami. e) Menentukan metode penyuluhan. Tergantung pada tujuan yang hendak dicapai. Apabila pemahaman pengetahuan saja maka penyuluhan dapat dilakukan dengan presentasi atau secara tertulis. f) Menentukan media penyuluhan, dapat berupa leaflet, poster, dsb g) Membuat rencana penilaian sebagai indikator evaluasi. 2) Penyuluhan Melaksanakan penyuluan kesehatan kepada sasaran sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan. 3) Evaluasi Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan yang dilakukan. 2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
pembau,
dan
peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang/overt behavior (Notoatmodjo, 2003). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dan seluruh badan yang dipelajari. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
mendatakan, dan sebagainya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, terhadap obyek yang dipelajari. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks ini. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (syintesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian didasarkan pada kriteria tertentu. Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan isi materi yang diukur dari subyek penelitian (responden). Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Soekanto, 2000). c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Soekanto (2005) antara lain: 1) Tingkat Pendidikan, menunjukkan korelasi positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat, semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan juga meningkat. 2) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. 3) Budaya, berhubungan dengan tingkah laku manusia, atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. 4) Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Sosial Ekonomi, dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan. Melalui pendidikan yang semakin tinggi, dan media elektronik, seperti TV, Radio,dan lainlain. d. Sumber Pengetahuan Menurut Soekanto (2005) sumber pengetahuan dapat berasal dari: 1) Penemuan secara kebetulan Penemuan
yang
sifatnya
tanpa
direncanakan
dan
diperhitungkan terlebih dahulu. Dengan demikian datangnya pengetahuan tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya. 2) Penemuan melalui cara percobaan dan kesalahan Apabila percobaan pertama gagal maka akan dilakukan percobaan-percobaan berikutnya yang sifatnya memperbaiki kesalahan yang terjadi pada percobaan terdahulu. 3) Kewibawaan Berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau penemuan yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu yang dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang. 4) Usaha yang bersifat spekulatif Dari sekian banyak kemungkinan, dipilihkan salah satu kemungkinan walaupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepattepatnya. 5) Pengalaman Berdasarkan pemikiran kritis seseorang, tetapi pegalaman tersebut hanya untuk dicatat saja karena pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. 6) Penelitian Ilmiah Suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan mendalam terhadap
fakta
masalah
yang
disoroti,
untuk
kemudian
mengusahakan pemecahannya. e. Pembentukan Pengetahuan Tahap-tahap pembentukan pengetahuan menurut Notoadmodjo (2007) di mulai dari proses belajar. Proses belajar sendiri di mulai dari kontak individu dengan dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan (input) yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini akan melakukan penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi dimengerti. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban, baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: pertanyaan subyektif misalnya pertanyaan uraian, dan pertanyaan obyektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar salah, dan pertanyaan menjodohkan (Soekanto, 2005). Pengukuran memberikan
pengetahuan
seperangkat
juga
alat
dapat
dilakukan
tes/kuesioner
tentang
dengan objek
pengetahuan yang akan diukur (Andriyani, 2009). g. Metode untuk transfer Pengetahuan. Metode transfer pengetahuan menurut Emilia (2009) ada 3 (tiga), yaitu: 1)
Metode seminar, untuk 2-20 peserta. Umpan balik diperoleh dari pemimpin kelompok yang memiliki pengetahuan lebih banyak.
2)
Konferensi, metode ini baik untuk pengembangan profesional.
3)
Metode Ceramah disertai Diskusi merupakan metode paling baik untuk transfer pengetahuan, memotivasi sasaran dalam kelompok besar.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Machfoedz dan Suryani (2005) juga menambahkan, apabila pemahaman pengetahuan saja maka penyuluhan dapat dilakukan dengan presentasi atau secara tertulis. 3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas a. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Atas adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut golongan Bukan Pnemonia, seperti penyakit rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya. Pada balita sering terjadi sindrom klinis yang tumpang tindih yang menimbulkan tanda dan simptom yang hampir semuanya mirip, baik virus maupun bakteri. Penyebab lain adalah traktus respiratorius pada balita yang masih pendek jarak antara saluran pernafasan atas dan bawah yang tidak terlalu besar serta mempercepat penyebaran penyakit ke seluruh sistem pernafasan (Short, Gray, Dodge, 2009). b. Gejala Umum Menurut Rasmaliah (2004) gejala umum penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa: batuk dan pilek, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala.
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Macam Infeksi Saluran Pernafasan Atas Adapun yang tergolong dalam infeksi akut saluran pernafasan bagian atas antara lain: 1) Rinitis Rinitis adalah radang/inflamasi pada membran mukosa hidung (Short, Gray, Dodge, 2009).
Naning, Triasih, Setyati (2012)
mengelmpokkan rinitis sebagai istilah konvensional untuk infeksi saluran pernafasan atas ringan dengan gejala utama hidung buntu, adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk. Rinitis mudah menular dan merupakan infeksi saluran pernafasan atas yang paling sering terjadi. Penularannya melalui aerosol yang mengandung partikel kecil droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva dan juga dapat menular melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus. Insidensnya dapat terjadi sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh musim. Rinitis meningkat selama musim dingin. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Virus yang paling sering menyebabkan adalah Rhinovirus, sedangkan virus lain adalah virus Parinfluenza, Coronavirus, Adenovirus dan lain-lain (Naning, Triasih, Setyati, 2012). Gejala lokal/di sekitar alat pernafasan biasanya berupa hidung tersumbat, mengeluarkan lendir atau ingus, rasa penuh di telinga. Gejala umumnya dapat berupa gangguan gastrointestinal (seperti mual, muntah, kembung), gangguan saluran kemih (disuria, commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anuria), gangguan mental (mudah tersinggung/rewel, gelisah), dan gangguan musculoskeletal (mialgia). Patologi yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa hidung sehingga membran hidung menjadi sembab dan berisi cairan interstitium. Selain itu infeksi virus ini juga dapat meningkatkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas kapiler, yang pada balita ini akan menyebabkan hidung tersumbat dan dapat menyebabkan dispneu. Balita juga rentan muntah dikarenakan harus mengubah pola bernafas yang pada keadaan normal itu melalui hidung sedangkan pada kasus ini melalui mulut, sehingga pada saat balita minum akan banyak udara juga yang terhisap sehingga menyebabkan tersedak, mual dan akhirnya muntah. Infeksi mudah menyebar ke sinus-sinus, telinga dan laring (Short, Gray, Dodge, 2009). Gejala rinitis muncul setelah masa inkubasi yang sangat bervariasi, tergantung virus penyebabnya. Virus Rhinovirus terjadi setelah 10-12 jam, virus Influenza sekitar 1-7 hari. Biasanya tingkat keparahannya memuncak dalam 2-3 hari dan setelah itu membaik. Rinitis dapat sembuh sendiri. Penyakit ini terjadi sekitar 7-14 hari. Diagnosa Rinitis pada balita umumnya lebih sulit, karena pada golongan umur tertentu balita belum bisa berbicara dan commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan keluhannya secara spesifik. Oleh karena itu, perlu dilakukan anamnesa yang lengkap pada orang tuanya, mengenai bagaimana perilaku anak, terlihat nyeri atau tidak, sering rewel atau
tidak,
apakah
memiliki
alergi,
apakah
orangtua
merokok/sering terpapar asap rokok atau tidak, susah menelan atau tidak. Untuk diagnosa klinis perlu dilihat berapa panasnya, warna sekret mukosa hidungnya, ada oedama atau tidak disekitar hidung, ada whezing atau tidak. Selain anamnesa dan pemeriksaan klinis, terdapat pula diagnosa secara laboratorium seperti kultur, deteksi antigen dan PCR (Polimerase Chain Reaction) untuk dapat menentukan penyebab virus yang sebenarnya sehingga dapat diberikan terapi yang tepat. Pada dasarnya pemeriksaan ini adalah baku emas dalam penatalaksanaan rinitis, akan tetapi tidak direkomendasikan untuk penatalaksanaan pasien sehari-hari, karena serotipe Rhinovirus sangat banyak serta mengingat biaya yang besar, sedangkan esensi rinitis dapat sembuh sendiri. Naning, Triasih, dan Setyati (2012)
membedakan terapi
rinitis ini menjadi 2 (dua), yaitu: a) Terapi Nonmedikamentosa Terapi ini dapat dilakukan ibu di rumah untuk mengurangi gejala. Yaitu dengan memberikan cairan/minum yang banyak untuk mengurangi nyeri/gatal tenggorok dan commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengurangi panas apabila diikuti demam serta melakukan elevasi kepala saat tidur untuk mengatasi hidung tersumbat, memotivasi anak untuk istirahat yang cukup, menjaga kesegaran udara di
kamarnya, mengurangi
pakaiannya
sebanyak mungkin karena dengan kontak langsung dengan udara sekitar diharapkan suhu sekitar dapat membantu menurunkan demam yang dideritanya serta jangan membuat anak lebih stres. b) Terapi Medikamentosa Terapi ini digunakan untuk mengurangi gejala apabila keluhan terlalu mengganggu. Terapi yang dianjurkan adalah asetaminofen atau ibuprofen apabila usianya sudah 6 bulan ke atas untuk mengurangi demam pada hari-hari pertama. Dapat pula diberi tetes hidung, yaitu larutan efedrin 1 % untuk
mengurangi
hidung tersumbat.
Sedativum untuk
menenangkan. Ekspektoran untuk mengurangi batuk bila perlu (Hasan, latief, Alatas, Napitupulu, Pudjiadi, dkk, 2007). Untuk pencegahan rinitis dapat dilakukan dengan menjaga higienitas diri dan lingkungan, mengatur pola makan yang sehat dan bernutrisi, mencuci tangan setelah kontak dengan penderita rinitis, menjauhkan anak dari penderita rinitis, dan dapat juga diberikan imunisasi influenza setiap satu tahun sekali (Naning, Triasih, Setyati, 2012) commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Rinosinusitis Istilah rinitis dan sinusitis sering kali digunakan untuk mendiagnosa secara bersamaan karena tanda dan gejala yang muncul hampir sama. Apalagi pada balita yang memiliki traktus respiratorius
yang
masih
pendek
(Daulay,
Dalimunthe,
Kaswandani, 2012). Dalam kamus Dorland (2002) Sinusitis diartikan sebagai peradangan pada sinus/rongga/kanal, dalam hal ini adalah rongga sekitar saluran pernafasan yaitu hidung sedangkan rinitis adalah inflamasi pada rongga hidung, sehingga Rhinosinusitis diartikan sebagai radang sinus asesorius hidung. Ada 8 (delapan) sinus paranasal manusia yang terletak pada masing-masing sisi hidung, yaitu sinus frontal, etmoid, maksila, dan sfenoid yang masing-masing terdiri dari satu pasang yaitu disebelah kanan dan sebelah kiri. Seluruh sinus ini dilapisi mukosa yang merupakan kelanjutan dari mukosa hidung, berisi udara, dan bermuara ke rongga hidung. Sinus paranasal ini berfungsi untuk resonansi suara, humidifikasi udara, dan meringankan kepala, sehingga apabila sinus ini mengalami gangguan maka akan timbul perubahan suara yang khas yaitu menjadi besar dan kepala terasa berat. Sinus Maksila dan Sinus Etmoid sudah terbentuk sejak lahir. Sinus Stenoid mengalami pneumatisasi pada usia 5 (lima) tahun. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sinus Frontalis terbentuk pada usia 7 (tujuh) tahun tetapi baru berkembang pada usia remaja. Ini merupakan faktor predisposisi, bahwa sinus etmoid dan maksila biasanya akan terlibat dalam kejadian rinosinositis akut (Short, Gray, Dodge, 2009). Rhinosinusitis disebabkan oleh bakteri. Etiologi ini berbeda tiap kategori kejadian akut dan kronis. Berikut adalah penyebab patogen akut.
Tabel 2.1 Patogen Akut Rhinosinusitis No
Jenis Bakteri
Prosentase Penyebab
1
Streptococcus pnemoniae
20-30%
2
Hemophilus influenzae
15-20%
3
Maroxella catharallis
15-20%
4
Streptococcus pyogenes
5%
Sumber: Daulay, Dalimunthe, Kaswandani, 2012
Untuk patogen kronik tidak diketahui secara pasti. Biasanya disebabkan oleh mikroba. Menurut hasil kultur bakteri biasanya ditemukan Streptococcus ά- haemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
koagulase
negatif,
Dalimunthe, Kaswandani, 2012).
commit to user
dan
lain-lain
(Daulay,
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun faktor predisposisi rinosinusitis adalah infeksi respiratorius akut bagian atas oleh virus, rinitis alergik, kelainan anatomi seperti pada dinding lateral nasal, bula etmoid yang besar, hipoplasia sinus maksilaris, dan lain-lain. Defisiensi imun dan asma juga merupakan faktor predisposisinya (Daulay, Dalimunthe, Kaswandani, 2012). Pada anak tanda dan gejala yang sering muncul adalah rinorea, hidung tersumbat, bersin-bersin/gatal, nyeri pada wajah, ingus purulen, hiposmia/anosmia, demam, sakit kepala, bau mulut, mudah lelah, batuk, mual dan muntah serta kadang disertai sakit pada telinga. Rinosinusitis tidak di ikuti batuk berdehem atau berdahak, sehingga apabila diikuti batuk berdahak itu sudah mengalami penyebaran ke saluran pernafasan bawah. Diagnosis dapat diambil dari keluhan klien dan melalui pemeriksaan penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yang biasa dilaukan adalah pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan kultur bakteri. Selain kultur bakteri sebenarnya bisa dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memastikan adanya sinusitis, tetapi tidak dianjurkan untuk anak balita. Terapi
anjuran
untuk
rinosinusitis
adalah
terapi
medikamentosa yang meliputi antibiotik, irigasi nasal dengan salin, steroid topikal, dan dekongestan. Untuk rinosinusitis akut biasanya diberikan antibiotik golongan pinisilin, misalnya commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
amoksilin selama 10-14 hari atau satu minggu setelah perbaikan gejala. Apabila balita alergi pinisilin dapat diberikan alternatif sefalosporin generasi kedua atau ketiga. Selain itu tenaga kesehatan juga perlu memberikan suport kepada klien untuk menjalani diet, yaitu menghindari kafein, coklat, dan soda asam, tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang menimbulkan alergi, tidak diperbolekan tidur setelah makan serta jangan didekatkan dengan asap rokok (Short, Gray, Dodge, 2009) 3) Faringitis, Tonsilitis dan Tonsilofaringitis Akut Faringitis adalah radang/inflamasi pada faring, meliputi semua infeksi akut yang terjadi pada faring termasuk tonsilitis dan tonsilofaringitis yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis merupakan peradangan akut pada membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan tonsil, maka infeksi ini susah dipisahkan. Faringitis
disebabkan
oleh
virus
dan
bakteri.
Virus
merupakan etiologi terbanyak dari penyakit faringitis ini, terutama pada balita. Virus penyebab penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan Virus Parainfluenza dapat menjadi penyebab faringitis. Bakteripun yang menjadi penyebab tersering adalah Streptococcus beta golongan A, yang mencakup 15-30 % commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyebab tonsilitis dari golongan bakteri pada balita (Naning, Triasih, Setyati, 2012). Gejala faringitis biasanya tergantung pada jenis bakteri/virus yang menyebabkan. Misalnya untuk bakteri Streptococcus biasanya berupa nyeri tenggorokan dengan kejadian mendadak yang didahului demam tinggi hingga dapat mencapai 40° C. Urutan gejala yang dikeluhkan oleh balita biasanya nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Gejala lain juga mungkin timbul, seperti faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung, dan petekie palatum mole. Dan faringitis ini umumnya terjadi pada anak di atas 3 (tiga) tahun (Naning, Triasih, Setyati, 2012). Pada balita faringitis ini timbul disertai demam yang tidak jelas penyebabnya, diare, muntah, atau kejang demam. Pada balita yang lebih dewasa, dapat disertai nyeri perut yang kemudian
akan
mempersulit
diagnosa
banding
dengan
apendiksitis (Short, Gray, Dodge, 2009). Sulit membedakan faringitis oleh virus dan oleh bakteri Streptococcus. Baku emas yang dipakai biasanya adalah pemeriksaan kultur yang diambil dari apusan tenggorok. Atau bisa juga menggunakan uji cepat dengan sensitifitas dan spesifitas tinggi dalam waktu 10 (sepuluh) menit. Ini membantu dalam commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemberian terapi sehingga mengurangi pemberian antibiotik yang tidak perlu (Naning, Triasih, Setyati, 2012). Terapi pada faringitis juga tergantung dari jenis etiologinya. Untuk faringitis akut karena virus tidak perlu diberi antibiotik, karena
tidak
dapat
mengurangi
derajat
keparahan
dan
mempercepat waktu penyembuhan seperti pada infeksi bakteri. Upaya meringankan gejala dapat diberikan lozenges (obat hisap) untuk mengurangi nyeri tenggorok dan gargles (obat kumur) untuk higienitas mulut dan menekan pertumbuhan bakteri. Apabila nyeri berlebihan dan disertai demam dapat diberikan parasetamol atau ibuprofen. Untuk antibiotik, harus didasarkan pada kultur. Faringitis yang disebabkan bakteri Streptococcus group A pada balita dapat diberikan amoksisilin sebagai pengganti pinisilin. Keunggulannya adalah rasanya lebih enak dan efektivitas sama dengan pinisilin dengan waktu konsumsi yang lebih pendek, yaitu dengan dosis 50 mg/KgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari, dibandingkan dengan pinisilin yang biasanya diberikan selama 10 hari. Apabila alergi pinisilin
dapat
diberikan
eritromicin
etil
suksinat
40mg/KgBB/hari atau eritromicin estolat 20-40 mg/KgBB/hari dengan pemberian 2-3 atau 4 kali per hari selama 10 hari. Bila dengan terapi itu hasil kultur masih positif dapat dilanjutkan terapi untuk alternatif kedua yaitu klindamicin oral 20-30 mg/KgBB/hari commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selama 10 hari atau amoksisilin klavulanat 40mg/KgBB/hari yang terbagi menjadi 3 (tiga) dosis dan dikonsumsi selama 10 (sepuluh) hari. Selain terapi medikamentosa juga dapat diberikan terapi nonmedikamentosa, yaitu suport untuk mengkonsumsi cairan yang cukup, istirahat yang cukup, mengurangi mengkonsumsi air dingin seperti es, dan mengurangi makanan yang mengandung zat pengawet seperti snak ringan yang dijual bebas (Short, Gray, Dodge, 2009). Apabila pada tonsilitis berulang dan adenoid berulang dapat dilakukan tonsilektomi atau adenoidektomi. Akan tetapi dalam 2 (dua) dekade terakhir terapi ini menurun. Untuk anak usia kurang dari 3 tahun tonsilektomi sebisa mungkin harus dihindari. Dan untuk pelaksanaannya apabila sedang terjadi infeksi aktif, harus ditunda selama 2-3 minggu (Naning, Triasih, Setyati, 2012). 4) Otitis Media Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah yang berhubungan dengan efusi/telinga tengah. Yang merupakan penumpukan cairan di telinga tengah (Hasan, Latief, Alatas, Napitupulu, Pudjiadi, 2007). Penyebabnya adalah tuba eustachius anak lebih horizontal, lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh folikel limfoid yang jumlahnya banyak, tuba juga lebih pendek, sistem imun commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih rentan. Biasanya juga merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernafasan yang dapat menyumbat tuba eustachius dan lubang hidung sehingga berperan sebagai fokus infeksi di daerah tuba. Insidensnya juga banyak yang diawali dengan infeksi saluran nafas yang berulang (Short, Gray, Dodge, 2009). Penyebab dari otitis media biasanya adalah kuman, seperti Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catharalis. Otitis media merupakan inflamasi telinga tengah dengan gejala dan tanda klinis yang cepat, seperti nyeri, demam, anoreksia, iritabel, mual dan muntah. Beberapa juga ditemukan efusi telinga tengah yang asimtomatis. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan membran timpani yang menurun, dengan bentuk menjadi cembung, kemerahan dan keruh (Dadiyanto, 2012). Menurut Dadiyanto (2012) pembagian jenis otitis media ini nantinya akan mempengaruhi terapi yang diberikan. Adapun jenis terapi ototis media dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: a) Otitis Media Akut Infeksi ini sering terjadi pada anak-anak dengan gejala demam dan membran timpani cembung. Manifestasi klinisnya diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang diikuti dengan commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluan nyeri telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada bayi dan balita kadang gejala yang muncul tidak begitu khas sehingga gejala yang muncul seringkali iritabel, diare, muntah, malas minum dan sering menangis. Pengobatan harusnya didasarkan pada uji sensitifitas terlebih dahulu. Tetapi uji ini biasanya memakan waktu, sehingga pada balita sering diberi amoksisilin oral untuk pilihan awal dengan dosis 40mg/KgBB/24 jam, 3 (tiga) kali sehari selama 10 (sepuluh) hari. Apabila resisten dengan golongan pinisilin bisa diberikan kombinasi dari eritromisin dan sulfonamid atau sulfisoksazol. Apabila tidak disertai dengan kompliksi, pemberian antibiotik cukup selama 5 hari. Terapi yang lain bisa diberikan antipiretik, analgetik, dan dekongestan. Terapi miringotomi juga bisa dijadikan alternatif untuk memberikan kelegaan. Dan tak jarang diikuti dengan insisi
yang
besar
saat
melakukan
miringotomi
untuk
memungkinkan drainase telinga tengah yang cukup. Apabila setelah terapi antibiotik telah diberikan selama 1014 hari , maka dapat dilakukan berbagai alternatif lain, yaitu: pemberian antimikroba jenis lain dari antibiotik sebelumnya, dekongestan dan antihistamin, dan atau kortikosteroid sistemik (Dadiyanto, 2012). commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Otitis Media dengan Efusi Otitis media dengan efusi adalah efusi telinga tengah dengan tidak diikuti gejala otitis media akut. Otitis media ini dapat terjadi pasca pengobatan otitis media sebelumnya. Lama efusi sendiri dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: akut (kurang dari tiga minggu), sub akut ( 3 minggu-3 bulan), dan kronis (lebih dari 3 bulan). Efusi dapat bersifat serosa mukoid dan purulen. Manifestasi klinis yang muncul adalah efusi dan membran timpani yang retraksi. Membran timpani ini biasanya keruh, mobilitasnya juga terganggu, pendengaran terganggu, telinga berasa penuh, tinitis dan dapat juga terjadi vertigo. Otitis media dengan efusi sering sembuh dengan sendirinya tanpa dilakukan terapi. Tetapi apabila gangguan pendengaran yang dirasakan berat, maka dapat diberikan terapi medika mentosa yaitu kombinasi dekongestan dan antihistamin. Apabila efusi akut dan sub akut dapat dapat diberikan antibiotik amoksisilin maupun amoksisilin- klavulanat selama 10-30 hari. Apabila terjadi kejadian berulang pada balita dengan sebab yang kurang jelas, maka dapat diberikan terapi antibiotik profilaksis selama beberapa bulan selama musim dingin. Misalnya adalah amoksisilin dengan dosis 20mg/KgBB/24 jam commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau sulfonamid dengan dosis 50 mg/24 jam. Bersamaan dengan terapi antibiotik profilaksis dapat juga dilakukan terapi miringotomi dan pipa ventilasi yang efektif untuk mengurangi keluhan, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya insiden berulang
serta
perlu
dilakukan
miringotomi
dengan
memasukkan pipa timpanostomi, untuk memperbaiki ventilasi telinga tengah. 5) Epiglottiditis Akut Epiglottiditis akut merupakan penyakit yang jarang terjadi dan disebabkan oleh virus Haemophillus influenzae tipe B serta angka kejadian tertinggi pada usia 3-5 tahun. Dapat berakibat fatal. Karena akan dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas akut dan dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati (Short, Gray, Dodge, 2009). Epiglottiditis banyak terjadi pada anak berusia 2-7 tahun, dengan puncak usia 3,5 tahun. Epiglottiditis hampir selalu disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B. Penyebab yang lain adalah Staphylococcus aureus, S. peumonie, Candida albicans, virus dan trauma. Trauma ini dapat terjadi karena 2 (dua) hal yaitu karena asam asetat dan air panas (Yangtjik, Arifin, 2012). Gambaran klinisnya adalah sakit menelan, dispneu, epiglotis sangat bengkak dan merah serta diikuti demam. Mula timbulnya commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cepat. Penanganannya harus di rumah sakit yang dilengkapi dengan anestesi untuk membebaskan jalan nafas. Menurut prosedur pengobatan antibiotik harus segera diberikan (Short, Gray, Dodge, 2009). Pada balita biasanya diawali dengan nyeri tenggorok, disfalgia, lebih suka posisi duduk dengan badan membungkuk ke depan dengan mulut terbuka dan leher ekstensi. Diagnosis diperoleh dengan ditemukannya epiglotis yang besar, bengkak, berwarna merah ceri dengan pemeriksaan langsung ataupun laringoskopi, dan dapat menyumbat faring. Kadang disertai radang di sekitarnya. Pemeriksaan yang lain dapat dilakukan secara radiologis, dengan indikator ditemukannya gambaran thumb sign. Apabila anak diduga Epiglottiditis, maka pemeriksaan dengan spatula harus dihindari karena akan menimbulkan reflek laringospasme dan obstruksi total akut, aspirasi sekresi, serta henti kardiorespirasi. Apabila tetap arus dilakukan maka arus dipersiapkan intubasi dan trakeostomi. Selain itu anak yang diduga epiglotis tidak diperbolehkan untuk tidur dalam posisi terlentang karena akan semakin banyak kemungkinan terjadi agitasi dan terjadi perubahan posisi epiglotis akibat gravitasi yang akan menambah berat obstruksi/kerusakan jalan nafas (Yangtjik, Arifin, 2012).
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Epiglotis normal bentuknya mirip lidah dan menggantung pada larinks. Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya makanan ke dalam saluran pernafasan saat menelan. Apabila mengalami gangguan, maka makanan dapat masuk ke dalam saluran pernafasan (Dorland, 2002). Untuk terapi pada penderita Epiglottiditis dapat dilakukan terapi medikamentosa seperti intubasi atau trakeostomi dan antibiotik. Untuk melakukan intubasi dan trakeostomi tidak perlu memandang derajat gawat nafas yang terlihat. Intubasi dapat menurunkan resiko kematian sebanyak 5% dari yang tidak diberikan intubasi. Intubasi dilakukan selama 2-3 hari hingga terlihat perbaikan inflamasi. Untuk antibiotik biasanya diberikan secara intravena berupa sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaksim atau cefriaxon. Cefotaxim diberikan selama 7-10 hari dan anak bebas demam 2 (dua) hari, sedangkan ceftriaxon dosis tunggal dapat diberikan selama 5 (lima) hari. Prognosis egiglotis adalah pasien meninggal yang disebabkan obstruksi jalan nafas dan komplikasi trakeostomi (Yangtjik, Arifin, 2012). 4. Balita Balita merupakan akronim Bawah Lima Tahun. Balita didefinisikan sebagai periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari 1 (satu) tahun sampai 5 (lima) tahun (Muaris, commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2008). Moersintowati (2006) juga memperkuat definisi di atas, bahwa disebut balita bila berusia antara rentang 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. 5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dalam Penanganan Pertama ISPA Pada Balita Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan penyuluhan karena tujuan dari penyuluhan jangka pendek adalah peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009). Penyuluhan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya terdapat proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan (input) yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini
akan
melakukan
penelaahannya
pada
kawasan
(domain)
pengetahuan. Sifat khas dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi dimengerti (Notoadmodjo, 2007). Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia, 2009). Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan maupun tertulis serta pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis (Soekanto, 2000).
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengetahuan yang dimaksud dalam karya tulis ilmiah ini adalah pengetahuan mengenai pertolongan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita. Pertolongan atau penanganan pertama adalah tindakan pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami sakit. Tindakan ini dilakukan sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Pertolongan pertama ini tujuannya adalah untuk meringankan gejala/rasa sakit yang dirasakan dan mengurangi komplikasi yang mungkin timbul dalam arti mencegah keadaan bertambah buruk. Untuk dapat menjalankan tujuan dari pertolongan pertama tersebut, maka penolong harus sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pemberi pertolongan seharusnya tidak panik. Dan yang paling penting adalah mengetahui penyebab sakit yang muncul dan tahu apa yang harus diberikan (Cho, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar (Syafrudin, Fratidina, 2009).
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kerangka konseptual untuk penelitian
ini dapat dijelaskan melalui diagram berikut: Variabel Bebas Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Direduksi (Transfer Informasi)
Disimpan (dimasukkan dalam ingatan)
Ditemukan kembali (Pencarian kembali informasi)
Dimanfaatkan (Penggunaan informasi) Faktor yang mempengaruhi - Pendidikan - Pengalaman - Informasi - Sosial budaya - Ekonomi
Variabel Terikat Pengetahuan Ibu Pada Tingkatan Paham Dalam Memberikan Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita
Diagram 2.1 Kerangka Konseptual Keterangan: : Variabel yang tidak diteliti to user : Variabelcommit yang diteliti
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis ”Ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada Balita”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperimental) dengan menggunakan desain penelitian One group Preand Pots-test group design, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak ada kelompok pembanding/kontrol (Riyanto, 2010). Model rancangan pada penelitian ini adalah :
Langsung
15 hari Perlakuan
Pretest
Posttest
Sumber: Riyanto (2010) Diagram 3.1 Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat dan waktu penelitian ini adalah: 1. Tempat Tempat penelitian ini di Desa Parangjoro Grogol Sukoharjo. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Waktu Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2012, dengan diskripsi sebagai berikut: a. Validitas I dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 di Posyandu Menur III Parangjoro b. Validitas II dilakukan pada tanggal 14 Mei 2012 di Posyandu Menur 1 Parangjoro c. Penelitian dan Pretest dilakukan pada tanggal 30 Mei 2012 di Posyandu Menur VI Parangjoro d. Post test dilakukan pada tanggal 15 Juni-17 Juni 2012 secara door to door. C. Populasi Penelitian Adapun populasi dalam penelitian ini adalah: 1. Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan mengikuti Posyandu di Desa Parangjoro. 2. Populasi Aktual Populasi Aktual dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu Desa Parangjoro antara bulan Mei-Juni tahun 2012, dan datang sendiri mengantarkan balitanya ke posyandu. Berdasarkan survey pendahuluan, besar populasi adalah 40 orang. commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sampel dan Tehnik Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi target yang akan diteliti secara langsung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Darmadi H, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu di Desa Parangjoro pada bulan MeiJuni tahun 2012 dan datang sendiri bersama balitanya ke posyandu yang diambil dengan tehnik total sampling dimana semua populasi yang ada dijadikan sampel yaitu 40 orang. Penulis memilih tehnik ini karena populasi yang ada terbatas dan untuk menghindari kesan yang tidak etis (Tafiqurrahman, 2009). E. Kriteria Restriksi Meliputi 2 (dua) kriteria, yaitu: 1. Kriteria Inklusi Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah: a. Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun b. Berdomisili di Desa Parangjoro c. Mengikuti kegiatan Posyandu d. Bisa membaca dan menulis e. Tidak mengalami gangguan jiwa.
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kriteria Eksklusi Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan mengikuti posyandu di Desa Parangjoro, yang: a. Tidak bersedia menjadi obyek penelitian dari awal sampai akhir. b. Ibu yang tidak mengantar balitanya sendiri ke Posyandu. F. Pengalokasian Subjek Pengalokasian
subjek
pada
eksperimen
semu
tidak
mengelompokkan subjek secara random, hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti tidak etis, dan tidak praktis karena ukuran sampel yang terlalu kecil (Taufiqurrahman, 2009) sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan total sampling dengan mengambil semua populasi yang ada yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel. Sampelnya sebanyak 40 orang dilakukan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal mengenai infeksi saluran pernafasan atas pada balita. Kemudian diberikan perlakuan berupa penyuluhan. Setelah 15 hari dilakukan posttest pada kelompok tersebut untuk mengetahui hasil pengetahuan yang diketahui dan dipahami responden secara door to door (Notoatmodjo, 2010). G. Definisi Operasional 1. Variabel Bebas
: Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
a. Definisi Operasional : Upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lakunya pada masa yang akan datang mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Atas yang meliputi definisi, gejala, penyebab, penularan, dan pertolongan pertama yang dapat diberikan. b. Alat Ukur
: Presensi Kehadiran
c. Skala Pengukuran
:-
2. Variabel Terikat : Pengetahuan ibu dalam penanganan pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita a. Definisi Operasional : Hasil tahu dan paham yang terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
Infeksi
saluran
pernafasan atas, sehingga dapat memberikan penanganan pada balitanya bila terjadi Infeksi saluran pernafasan atas meliputi definisi, gejala, penyebab, penularan, dan pertolongan pertama yang dapat diberikan. Definisi, gejala, penyebab, dan penularan hanya digunakan sebagai pengantar sedangkan penekanannya adalah pada pertolongan pertama yang dapat diberikan. b. Cara Pengukuran
: Kuesioner pengetahuan dalam penanganan
pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita. c. Skala Pengukuran
: Menggunakan skala Interval yaitu dari total
score yang nantinya diperoleh dari interval. d. Hasil Pengukuran
: total score yang didapat dalam mengisi
kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kemudian hasil score sebelum dan sesudah dibandingkan (Riyanto, 2010).
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Intervensi dan Instrumentasi Cara kerja dalam penelitian ini meliputi: 1. Intervensi Pada penelitian ini, semua sampel diambil dan diberikan intervensi. Di mulai dari memberikan pretest pada 40 orang ibu yang diambil sebagai sampel berupa pertanyaan multiple choice question untuk mengetahui pengetahuan awal tentang infeksi saluran pernafasan atas. Pretest dilaksanakan bersamaan dengan program posyandu bulanan yang telah menjadi agenda rutin yaitu pada tanggal 30 Mei 2012 dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan kepada ibu tentang infeksi saluran pernafasan atas meliputi definisi, gejala, penyebab, diagnosa, dan penanganan pertama yang diberikan pada balita apabila terserang infeksi saluran pernafasan atas. Setiap ibu diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan. Penyuluhan dilakukan dengan
presentasi
menggunakan
LCD
dan
diskusi
dengan
menggunakan leaflet selama 40 menit. Setelah 15 hari (15 Juli 2012) sejumlah sampel tadi dilakukan posttest dengan kuesioner yang sama seperti saat pretest untuk mengetahui pemahaman mengenai infeksi saluran pernafasan atas pada balita. Post test dilaksanakan secara door to door ke rumah masing-masing sampel. Kemudian hasil pretest dianggap sebagai score awal dan hasil post test dianggap sebagai score akhir yang akan dibandingkan. commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Instrumentasi a. Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas 1) Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa presensi kehadiran 2) Cara Pengukuran :
Cara
pengukurannya
adalah
dengan
mewajibkan semua mengisi presensi sebelum masuk ke ruangan penyuluhan. Peneliti bekerja sama dengan kader posyandu. b. Pengetahuan Mengenai Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas 1) Alat Penelitian: Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah LCD, Laptop, dan leaflet 2) Alat Ukur Alat ukur atau instrumen penelitian ini adalah kuesioner tes berupa pertanyaan tertutup dalam bentuk multiple choice question (MCQ). Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti karena belum ada standar baku sehingga sebelum digunakan, peneliti akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Pada
kuesioner
pengukuran
pengetahuan
dalam
penanganan infeksi saluran pernafasan atas pada balita adalah berupa daftar pernyataan, dengan pilihan jawaban A, B, dan C, dimana skoring untuk penarikan kesimpulan ditentukan dengan commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membandingkan dengan score sebelum dan sesudah (Darmadi, 2010). Kuesioner untuk pengambilan data yang dibuat sendiri oleh peneliti karena belum ada kuesioner penelitian yang baku. Oleh karena itu,
kuesioner ini sebelumnya dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu kepada sejumlah populasi yang tidak termasuk dalam sampel. Adapun kisi-kisi kuesiner yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi-kisi kuesioner Kompetensi Dasar
Pengetahuan tentang penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita
C1 No
Indikator
1
Definisi
3
Nomor Soal 1, 2, 23
2
Gejala
3
3
Penyebab
5 6
Total
Jumlah
C2 Jumlah
Nomor Soal
Jumlah Soal
3
7, 17, 31
6
5, 24, 33
2
10, 25
5
4
4, 6, 8, 37
3
3, 39, 49
7
Penularan
2
12, 21
2
9, 20
4
Pertolongan Pertama
9
15, 22, 26, 32, 34, 38, 41, 42, 44
19
11, 13, 14, 18, 19, 27, 29, 30, 35, 40, 43, 45, 47, 48, 50
21
16, 28, 36, 46,
29
Adapun soal test sebelum diberikan kepada sampel akan dilakukan uji coba dan dianalisis terlebih dahulu. Uji Validitas dan reabilitas pada penelitian pada 2 (dua) tempat yaitu di commitini to dilakukan user
45
28
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Posyandu Menur III pada tanggal 2 Mei 2012 dan Posyandu Menur I pada tanggal 14 Mei 2012. Uji validitas dan reabilitas pada penelitian ini diberikan pada 30 responden. 1) Uji Validitas Sebelum kusioner digunakan maka harus dilakukan uji validitas terlebih dahulu untuk menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu
mengukur
apa
yang
mengetahui validitas item digunakan
diinginkan.
Untuk
rumus korelasi product
moment (Notoadmodjo, 2002). Formula dari rumus korelasi product moment ini adalah sebagai berikut : ∑ √
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi
N
= jumlah responden
X
= skor tiap-tiap butir pertanyaan
Y
= skor total
Suatu item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki nilai korelasi product moment yang positif dan memiliki nilai signifikansi lebih commit kecil dari tingkat ketelitian 0,05 (Notoadmodjo, to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2002).
Sugiyono (2007) juga menegaskan bahwa suatu item
petanyaan dikatakan valid apabila harga rxy (r hitung) lebih besar dari r tabel. Pengolahan data untuk uji validitas ini menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for Windows. Pada Uji validitas pertama
kuesioner
penyuluhan tentang
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita didapatkan 24 soal valid dan 26 yang tidak valid. Setelah di lihat satu per satu didapatkan bahwa dari 24 soal yang valid terdapat suatu item pertanyaan yang tidak terwakili sehingga dilakukan uji validitas yang kedua. Uji validitas ini dilakukan pada kuesioner yang telah diperbaiki struktur kalimat dan item pertanyaannya. Hasilnya didapat 30 soal valid dan 20 soal yang tidak valid. Uji validitas kedua ini semua item pertanyaan dapat terwakili, sehingga kuesioner yang telah di uji validitas kedua inilah yang digunakan untuk penelitian. Untuk 20 soal yang tidak valid akan dihilangkan. 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas diperoleh apabila kuesioner dapat dipercaya dan dapat menunjukkan ketepatan pada hasil kuesioner. Teknik analisa untuk uji reliabilitas menggunakan formula Cronbach’s Alpha (Notoadmodjo, 2002). commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Formula dari cronbach’s alpha adalah sebagai berikut :
(
)(
∑
)
Keterangan : : reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s
r11
Alpha) Vt
: varians total atau varians skor total
∑Vi
: jumlah keseluruhan varians item
n
: jumlah item (yang valid)
Suatu item pertanyaan dikatakan reliabel apabila memliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo H, 2009). Pengolahan data untuk uji reabilitas ini menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for Windows. Pada uji reabilitas pertama didapatkan 24 soal reliabel dan 26 soal yang tidak reliabel. Sedangkan pada uji reabilitas kedua didapatkan 30 soal reliabel dan 20 soal tidak reliabel. Untuk item yang tidak reliabel akan dihilangkan dari kuesioner penelitian.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun item yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2: Kisi-kisi kuesioner setelah uji validitas dan reabilitas kedua
Indikator
Kompetensi Dasar
C1
No
Pengetahuan tentang penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita
Valid
jumlah
C2 Tidak valid 1, 2, 31
jumlah
Valid
Jumlah
Tidak valid
jumlah
3
17
1
7
1
1
Definisi
23
1
2
Gejala
24
1
5, 33
2
25
1
10
1
3
Penyebab
4, 6
2
8, 37
2
49
1
3, 39
2
5
Penularan
12
1
21
1
20, 9
2
-
-
4
11,13, 14,18, 19,27, 29,36, 43,45, 46,47, 48,50
14
16,30, 35,40
4
Pertolongan Pertama
6
TOTAL
15,22, 26,32, 38,42
6
11
12, 34, 41, 44
12
19
3) Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara langsung dari responden (data primer) dengan cara mengisi kuesioner yang diberikan peneliti pada pretest dan posttest. 1) Pretest Data diambil dengan cara mengisi kuesioner beberapa hari sebelum penyuluhan. Peneliti dibantu kader posyandu saat memberikan pretest. Pengambilan data dilakukan di commit to user posyandu bersamaan dengan kegiatan rutin posyandu pada 49
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bulan Mei. Pretest dilakukan secara serentak dalam satu tempat. Ibu diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal tes. 2) Posttest Posttest dilakukan 15 setelah penyuluhan secara door to door. Setiap ibu yang telah terdata sebagai responden akan dikunjungi satu-satu untuk dilakukan posttest. Ibu diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan kuesioner penelitian. I.
Rencana Analisis Data 1. Pengolahan Data a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan maupun buku register. b. Coding (pemberian kode) yaitu mengubah data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu untuk mempermudah pengolahan. c. Entry (pemasukan data) yaitu memasukkan satu per satu data yang didapat ke dalam Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for Windows. d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data dalam bentuk tabel agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata, untuk disajikan dan dianalisis. (Budiarto, 2002) commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Data a. Analisis Univariat Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang terlampir dalam kuesioner dan penyuluhan Infeksi saluran pernafasan akut. b. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan
atau
tidak.
Analisis
data
dilakukan
dengan
menggunakan paired t test (Fajar,2007). Proses analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS 18 for windows. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Data Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 50 (Agusyana, 2011).
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kriteria yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk dengan significansi 0,05
menurut Ghozali (2006) adalah sebagai
berikut: a) Bila nilai p>0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya data yang akan diuji tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya data tersebut berdistribusi normal. b) Bila nilai p<0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya data tersebut tidak berdistribusi normal. 2) Uji Hipotesis Jika terbukti berdistribusi normal maka tehnik analisis data yang digunakan adalah uji-t dependen (dependent t-test) atau paired t-test karena bertujuan untuk membandingkan hasil tes yang variasinya sama sebelum dan sesudah penyuluhan (Fajar, 2009). Akan tetapi, bila data tidak berdistribusi normal maka analisisnya dengan uji Wilcoxon. Data diolah dengan program SPSS 18 for Windows (Dahlan, 2009)
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kriteria yang digunakan pada paired t test dengan signifikansi 0,05 menurut Sugiyono (2007) adalah sebagai berikut: a) Bila nilai p<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan sesudah penyuluhan b) Bila p>0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan sesudah penyuluhan.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Parangjoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Wilayah Desa Parangjoro tergolong dataran rendah yang terbagi menjadi area pemukiman rumah, area pertanian, dan pabrik textil serta mebel. Desa Parangjoro ini terdiri dari 3 RW. RW I terdiri dari 3 RT, RW II terdiri dari 3 RT, dan RW III terdiri dari 3 RT. Penelitian ini dilakukan di RT 1 RW 3 yang memiliki jumlah ibu - balita sebanyak 62 orang. Responden dalam penelitian ini yang menjadi populasi aktual adalah sebanyak 40 orang dan semua populasi tersebut diambil sebagai sampel untuk penelitian. Mayoritas warga bekerja sebagai buruh pabrik dengan penghasilan rendah. Upah Minimum Regional (UMR) di daerah ini adalah Rp 800.000,00. Penduduk di Desa Parangjoro ini banyak yang memanfaatkan fasilitas posyandu. Sebagian besar dari mereka akan datang berkunjung ke posyandu untuk menimbang balitanya. Warga juga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan posyandu yang lain seperti penyuluhan, kunjungan sales promosi, lomba balita favorit, dan lain sebagainya. Posyandu biasanya diadakan di rumah Ibu “Bayan” karena pertimbangan keluasan tempat dan jarak yang tidak terlalu jauh, karena mayoritas dari warga akan berjalan kaki saat mendatangi posyandu. commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Karakteristik Responden Penelitian menggunakan semua sampel yang ada atau secara total sampel, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu didapatkan sebanyak 40 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh gambaran subyek sebagai berikut: 1.
Usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
30
24
20
14
10
2
0 < 20
20-30
< 20
20-30
31-40 31-40
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar berada pada kelompok usia 20-30 tahun yang terdiri dari 24 responden (60%), sedangkan jumlah responden terkecil berada pada kelompok usia <20 tahun yang terdiri dari 2 responden (5%). commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Jumlah Responden
16 14 8 0 2 Tidak tamat Tamat SD SD
Gambar
tersebut
Tamat SMP
Tamat SMA
menunjukkan
bahwa
Perguruan Tinggi
mayoritas
responden
menempuh pendidikan terakhir hingga tamat SMP yaitu sebanyak 16 responden (40%). Tidak ditemui responden yang tidak tamat SD (0%).
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Responden
33
4
3
0 Tidak Bekerja
Swasta
Wiraswasta
PNS
Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak bekerja yaitu mencapai kelompok tertinggi dengan jumlah 33 responden (82,5%). Tidak ada yang menjadi pegawai negeri sipil (0%).
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Pendapatan Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
25
21
20
16
15 10 2
5
0
1
0 Jumlah Responden < Rp 500.000,00
Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00
Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
> Rp 2.000.000,00
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar atau 21 responden (52,5%) memiliki pendapatan < Rp 500.000,00. Hanya ada 1 (2,5%) responden yang memiliki pendapatan > Rp 2.000.000,00.
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Jumlah Anak Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak 24
10 6
satu
dua tiga
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar, yaitu sekitar 24 orang (60%) baru memiliki satu orang anak, dan jumlah responden yang terkecil, yaitu sekitar 6 orang (15%) memiliki tiga anak. 6.
Kunjungan Posyandu Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan selalu mengikuti posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden rata-rata memperoleh informasi dengan takaran yang sama dari posyandu.
7.
Riwayat ISPA Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan bahwa balitanya pernah commit to user menderita ISPA seperti batuk pilek dan flu. Hal ini menunjukkan bahwa
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semua ibu sudah mengetahui gambaran umum awal tentang infeksi saluran pernafasan atas, sehingga akan memudahkan dalam apersepsi penyuluhan. C. Data Hasil Penelitian 1.
Pengetahuan Ibu sebelum dan sesudah penyuluhan (Pre test dan Post test) a. Pretest Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.6 Rata-rata perolehan hasil pretest responden Mean: 20,95 Std. Dev: 1,974
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan hasil pretest responden adalah 20,95.
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Post test Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.7 Rata-rata perolehan hasil post test responden Mean: 24,95 Std. Dev: 1,894
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan hasil pretest responden adalah 24,95.
Tabel 4.1 Hasil Pre test – Post Test Mean
Standar Deviasi
Skor Tertinggi
Skor Terendah
Pre test
20,95
1,974
25
16
Post test
24,95
1,894
29
21
Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan skor tertinggi maupun terendah sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah dilakukan penyuluhan. commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Uji Normalitas Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Normalitas Pre Test dan Post Test Tests of Normality
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
Pre test
0,959
40
0,158
Post test
0,956
40
0,123
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Sig untuk pre test dan post test dengan menggunakan Shapiro-Wilk berturut-turut adalah 0,158 dan 0,123. Semuanya menunjukkan p > 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data Pre Test dan data Post Test terdistribusi normal.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji t dependen atau paired t-test karena data berdistribusi normal. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Paired Samples Test
Paired Differences
Pre Test Pair 1 Post Test
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
-4,000
,751
,119
95% Confidence Interval of the Difference Lowe r Upper -3,760 4,240
T
df
Sig. (2tailed)
-33,683
39
,000
Tabel di atas menunjukkan nilai p (Sig. 2-tailed) adalah 0,000 dimana nilai p<0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan skor yang bermakna antara hasil pre test dan post test. Dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol, Sukoharjo.
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 1. Usia Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-30 tahun. Umur merupakan ciri kedewasaan fisik dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan keputusan dan perilaku tindakan. Semakin dewasa umur maka tingkat kemampuan, kematangan dalam berfikir dan kemampuan menerima informasi akan lebih baik jika dibandingkan dengan umur yang masih muda atau belum dewasa. Mulai umur 20 tahun, taraf berfikir seseorang akan semakin matang. Dari data yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini mayoritas responden termasuk dalam golongan umur yang matang sehingga lebih mudah dalam penyampaian informasi dalam suatu penyuluhan (Mubarak, 2007). Setelah dilakukan analisis terlihat bahwa peningkatan skor pretest dan post test untuk kelompok usia di bawah 20 tahun tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan dengan kelompok usia di atas 20 tahun. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang ada. 2. Pendidikan Ditinjau dalam hal pendidikan, sebagian besar responden memiliki ijasah pendidikan terakhir pada jenjang tamat SMP. Tingkat pendidikan commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pola pikirnya. Pola pikir yang baik ini nanti akan menyebabkan seseorang memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang baik pula. Kemampuan analisis dan sintesis sendiri merupakan domain kognitif dari pengetahuan. Semakin baik kemampuan analisis dan sintesis seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang. Ibu dengan pendidikan yang tinggi pada umumnya akan lebih memperhatikan kesehatan daripada ibu dengan pendidikan rendah. Responden dalam penelitian ini memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang cukup baik, sehingga memudahkan dalam penerimaan informasi saat penyuluhan (Notoadmodjo, 2010). Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat tingkat pendidikan responden, rata-rata mengalami peningkatan skor yang lebih tinggi pula. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang ada. 3. Pekerjaan Data yang terkumpul menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja (Ibu rumah tangga). Status pekerjaan ibu dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) akan memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan karena secara otomatis akan memiliki lebih banyak waktu juga mengakses informasi melalui berbagai macam sumber commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi seperti mengikuti kegiatan kemasyarakatan misalnya PKK, arisan RT, Posyandu, dan lain sebagainya dan juga melalui media elektronik seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Dengan mengakses informasi dari berbagai sumber informasi tersebut akan menambah pengetahuan dan pengalaman ibu. Dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan berbagai macam informasi kesehatan dari berbagai sumber, sehingga memudahkan dalam penangkapan informasi saat penyuluhan (Soekanto, 2002). Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang tidak bekerja rata-rata mengalami peningkatan skor pengetahuan yang lebih tinggi daripada ibu tidak bekerja. Kesimpulannya sesuai dengan teori yang ada. 4. Pendapatan Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa responden memiliki pendapatan yang relatif rendah (< Rp 500.000,00). Berdasarkan data yang di peroleh dari Kelurahan Parangjoro, dapat diketahui bahwa Upah Minimum Regional (UMR) daerah ini adalah
Rp 800.000,00.
Sehingga mayoritas warga berpendapatan di bawah UMR. Pendapatan akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Soekanto (2005) menyatakan dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan karena kesempatan menempuh pendidikan yang semakin tinggi, dan kepemilikan serta akses media elektronik yang lebih mudah, seperti TV, Radio, internet dan lain-lain. Akan tetapi, untuk memperoleh informasi pun commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak selalu harus dengan media elektronik yang mahal. Menurut Syafrudin (2009) informasi yang baik didapat dari media yang tepat. Syafrudin juga menambahkan bahwa informasi di dunia global dapat sangat mudah sekali diakses oleh siapapun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak selalu dibutuhkan media yang mahal untuk mendapatkan informasi, bahkan melalui koran atau televisi saja sudah bisa menambah informasi tentang infeksi saluran pernafasan atas. Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa kelompok dengan pendapatan yang rendah (dibawah UMR) rata-rata mengalami peningkatan skor yang tidak terlalu tinggi. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang ada. 5. Jumlah Anak Berdasarkan data yang terkumpul responden rata-rata memiliki satu orang anak. Soekanto (2005) memaparkan bahwa jumlah anak akan mempengaruhi pola pikir dan pengalaman seseorang, terutama dalam memberikan penanganan pada anak balitanya apabila terjadi suatu masalah. Mubarak (2007) juga menambahkan bahwa pengetahuan akan semakin baik apabila diperoleh suatu gambaran atau apersepsi yang baik pula sebelumnya. Untuk menumbuhkan apersepsi atau pemahaman ini dapat dilakukan dengan memperoleh pengalaman terlebih dahulu yang dapat meningkatkan imaginasi dalam kemaknaan selanjutnya. Responden dalam penelitian ini rata-rata mempunyai 1 (satu) orang anak, sehingga pengalaman dalam perawatan balita bermasalah juga masih sedikit, khususnya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Ini menunjukkan commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sasaran sangat tepat untuk diberikan perlakuan dan diamati perubahan pengetahuannya. Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang memiliki satu jumlah anak rata-rata mengalami peningkatan nilai yang lebih rendah daripada ibu yang memiliki anak lebih dari satu. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang ada. 6. Kunjungan Posyandu Semua responden selalu datang dalam kegiatan posyandu. Kunjungan posyandu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dengan rutin datang ke posyandu seorang ibu akan selalu dapat mengetahui perkembangan yang terjadi di luar sana dari penyuluhan penyuluhan dari bidan desa, kader posyandu, maupun kunjungan dari luar seperti PLKB, promosi kesehatan dari mahasiswa PKK, dan lain sebagainya. Secara otomatis pengetahuannya akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa responden aktif dalam mengikuti posyandu dan mempunyai sumber informasi yang banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga akan memudahkan saat penyuluhan (Soekanto, 2005). 7. Status ISPA Semua responden menyatakan bahwa semua balitanya pernah mengalami Infeksi saluran pernafasan atas, seperti flu, batuk tidak berdahak, pilek, radang tenggorokan, dan lain sebagainya. Sehingga secara tidak langsung ibu sudah memiliki gambaran tentang Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Ini akan memudahkan dalam melakukan apersepsi dan diskusi commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lebih lanjut tentang ISPA pada saat penyuluhan berlangsung (Soekanto, 2005).
B. Pengaruh Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Masa balita merupakan periode yang penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, seperti perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi yang berjalan cepat. Infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Balita yang terjangkit ISPA akan dapat mengalami gangguan tumbuh kembang, berat badan turun, nafsu makan berkurang, dan lain sebagainya. Keadaan yang lebih parah dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penanganan yang tepat dapat meringankan gejala/rasa sakit yang dirasakan dan mengurangi komplikasi yang mungkin timbul dalam arti mencegah keadaan bertambah buruk. Untuk dapat memberikan penanganan yang tepat, seorang ibu harus terlebih dahulu mengetahui mempunyai pengetahuan tentang penanganan infeksi saluran pernafasan atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan adalah dengan penyuluhan karena tujuan jangka pendek dari penyuluhan adalah peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009). Penyuluhan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan (input) yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam
ingatan (memory). Memory ini akan melakukan
penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi dimengerti (Notoadmodjo, 2007). Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia, 2009). Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan maupun tertulis serta pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis (Soekanto, 2000). Penyuluhan mengenai penanganan pertama infeksi pernafasan atas pada balita dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang infeksi saluran pernafasan atas pada balita. Proses penyuluhan ini dipengaruhi oleh karakteristik responden seperti usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan kunjungan posyandu. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita maka dilakukan pre test dan post test. Pada Pre test rata-rata skor responden mayoritas di atas rata-rata. Pada Post test rata-rata skor responden mayoritas juga di atas rata-rata. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan rata-rata post test lebih tinggi daripada rata-rata pre test. Peningkatan pengetahuan tersebut commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebabkan ibu memperoleh tambahan informasi dalam penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa informasi merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Adanya pemberian informasi yang baru tersebut menimbulkan minat yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan memperoleh informasi yang baru dapat membantu seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan paired t test menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita. Peningkatan pengetahuan ini disebabkan karena ibu memperoleh penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Syafrudin, Fratidina ( 2009) bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar, sebab salah satu manfaat penyuluhan adalah berkisar tentang perubahan pengertian yang mempengaruhi sebuah pengetahuan. Hasil penelitian ini didukung pula oleh penelitian serupa seperti yang dilakukan oleh Suparyono (2008) bahwa pemberian penyuluhan Posyandu
pada ibu balita mampu meningkatkan
pengetahuan dan sikap terhadap Posyandu. Analisis menggunakan paired t test karena data berdistribusi normal. Hal ini terbukti dari pengolahan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (n<50) didapat p untuk pre test dan post test >0,05. commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan ISPA terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA pada balita. Namun demikian, penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut yaitu pada penelitian ini tidak semua variabel luar bisa dikendalikan seperti: pendidikan, pengalaman, informasi, sosial budaya, dan ekonomi.
commit to user
72
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan Simpulan dari penelitian pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol, Sukoharjo adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum penyuluhan adalah 20,95. 2. Rata-rata skor pengetahuan ibu setelah penyuluhan adalah 24,95. 3. Ada pengaruh penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA pada balita (p=0,000< 0,05). B. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan agar tenaga kesehatan, khususnya bidan dapat lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada balita yang tertular ISPA melalui penyuluhan tentang ISPA pada balita dengan metode presentasi dan leaflet serta senantiasa mendukung dan memotivasi agar ibu dapat aktif dalam perawatan balitanya. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan bagi masyarakat (khususnya ibu) untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan penanganan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada balita yang tertular ISPA dengan cara mengikuti penyuluhan maupun melalui media yang lain seperti media elektronik dan media cetak. 3. Bagi Puskesmas Diharapkan puskesmas dapat secara aktif memberikan kebijakan kepada setiap posyandu untuk melakukan penyuluhan tentang ISPA pada balita dengan metode presentasi dan leaflet guna meningkatkan pengetahuan ibu serta peran aktif ibu dalam penanganan pertama apabila terjadi ISPA pada balitanya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan agar peneliti selanjutnya mengembangkan penelitian ini dengan menambah variabel yang lain seperti sikap, perilaku ibu serta mempertimbangkan metode penyuluhan yang berbeda seperti pendidikan intensif individual ataupun kelompok kecil, design yang lain misalnya dengan menggunakan kontrol, agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih luas, atau dengan menggunakan parameter yang berbeda.
commit to user