PENGARUH PENURUNAN KONSENTRASI KEPEMILIKAN SAHAM KELUARGA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN KELUARGA JATU SETYARSI HARTINI Drs. H. TARMIZI ACHMAD, M.B.A., Ph.D., Akt ABSTRACT The purpose of this study was to investigate the influence of change in share ownership due to IPO on board director independence as dependent variable. This study also investigates the effect of composition of board director on family firms’ performance. Buy and Hold Abnormal Return (BHAR) method was used to measure the firms’ performance. In the other hand, board independence was measured by dummy variable based on the existence of independent director on board. Independent variables which were used in this research are change in share ownership due to IPO, number of independent director and family participation in firm’s management. Family participation was measured by F-PEC score. The samples of this study taken from companies listed in Indonesian Stock Exchange which was release IPO during the period of 2000 until 2009. The samples were collected by purposive sampling methods. The samples were selected by Astrachan’s F-PEC scale and three other definitions of family which were used by Zaenal Arifin. Data was analyzed using logistic and multiple regressions. The result shows that change in share ownership does not affect the independence of board director. Else, family firms’ performance was more affected by the number of independent director than family participation in firm’s management. Thus, this result shows that family director does not have superior performance compared to independent director. For that fact, is could be said that agency theory more proper to apply in family firms. Keyword : Family firm’s performance, board independence, board of director composition, BHAR
1
1.
PENDAHULUAN Pada perusahaan keluarga, kepemilikan saham secara mayoritas dimiliki oleh
keluarga. Tingkat kepemilikan saham akan menentukan kekuatan suara dalam Rapat Umum Pemegang saham (RUPS). Hal ini dapat mempengaruhi proses penyusunan dewan direksi. Ketika keluarga bertindak sebagi pemegang saham mayoritas, keluarga tersebut cenderung memilih dari anggota keluarganya sendiri (Giovannini, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2008) menunjukkan fakta bahwa struktur kepemilikan saham yang terkonsentrasi dapat melemahkan independensi dewan. Namun, ketika perusahaan melaksanakan IPO, persentase saham perusahaan yang dimiliki keluarga turun karena sebagian saham perusahaan dijual kepada publik. Turunnya persentase saham yang dimiliki oleh keluarga dapat meningkatkan independensi dewan direksi (Giovannini, 2009). Ini disebabkan karena pemegang saham nonkeluarga mendorong ditunjuknya direktur independen sebagai anggota dewan direksi untuk meningkatkan independensi dan profesionalisme kerja. Tetapi penelitian sejenis yang dilakukan oleh Cho dan Kim (2007) justru menyatakan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Cho dan Kim (2007) pada perusahaan publik di Korea Selatan menunjukan fakta bahwa perusahaan dengan pengaruh keluarga yang sangat kuat resisten terhadap perubahan sistem pengelolaan dan enggan menunjuk direktur independen sehingga turunnya persentase saham milik keluarga tidak berpengaruh positif terhadap independensi dewan direksi. Direktur independen merupakan faktor penting dalam pencapaian sistem tata kelola perusahaan yang baik. Teori agensi menyatakan bahwa direktur independen merupakan faktor penting dalam membangun independensi dewan direksi. Independensi merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi dalam mencapai good corporate governance (KNKG, 2006). Dengan adanya direktur yang independen dan tidak memiliki hubungan dengan keluarga pemilik, maka perusahaan dapat dikelola secara lebih profesional dan terbebas dari intervensi pihak lain, seperti pemilik perusahaan. Dengan demikian kinerja perusahaan akan meningkat. 2
Namun, pada perusahaan keluarga, disamping direktur independen, dalam perusahaan keluarga seringkali terdapat anggota keluarga pemilik perusahaan yang turut serta atau berpartisipasi dalam manajemen perusahaan. Mereka merupakan perwakilan dari keluarga pemilik dalam manajemen perusahaan (Giovannini, 2009). Keberadaan perwakilan keluarga ini dapat mengurangi pengaruh negatif atas masalah agensi yang ditimbulkan oleh direktur nonkeluarga. Anggota keluarga yang berada dalam manajemen akan cenderung patuh dan menyampaikan informasi mengenai perusahaan secara lengkap kepada pemilik perusahan selaku prinsipal sehingga kecil kemungkinan terjadi konflik kepentingan serta asimetri informasi antara agen dan prinsipal.
Anggota
keluarga
memiliki komitmen
yang
lebih
tinggi
pada
perusahaannya karena mereka ingin mempertahankan perusahaan agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya (Shleiver dan Vishny, 1997; Maug, 1998). Oleh karena itu, perusahaan keluarga cenderung memiliki kinerja yang lebih unggul daripada perusahaan nonkeluarga (Anderson dan Reeb, 2001; Andres, 2006; Isakof dan Weisskopf, 2009). Namun, beberapa penelitian justru menunjukkan hasil yang bertolak belakang. Menyatunya kepemilikan dan kontrol memberikan kesempatan bagi pemegang saham mayoritas, dalam hal ini keluarga pemilik perusahaan, untuk menggunakan laba perusahaan untuk kepentingan pribadi (Fama & Jensen, 1985). Direktur keluarga juga lemah dari segi independensi. Kecenderungan untuk patuh dan mengakomdasi kepentingan-kepentingan keluarganya menyebabkan direktur keluarga tidak dapat bersikap independen dan profesional dalam mengelola perusahaan. Adanya komite pengawas yang dibentuk oleh komisaris diharapkan dapat meminimalkan tindakan tidak independen direktur keluarga. Namun, komite pengawas bentukan komisaris dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja direktur keluarga. Tindakan pengawasan yang dilakukan oleh komite dapat menjadi motivasi negatif bagi direktur keluarga. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian atas pengaruh komite pengawas terhadap kinerja direktur keluarga.
3
2.
TELAAH TEORI
2.1. Teori Agensi Teori agensi berfokus pada hubungan dua individu, yaitu agen dan principal (Dirgantiri,dkk., 2000). Dalam teori agensi, manajer didefinisikan sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Dalam hal ini, para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan atau prinsipal mendelegasikan wewenang pembuatan keputusan dalam perusahaan kepada direktur yang merupakan agen para pemegang saham (Solomon, 2007). Pendelegasian wewenang pengelolaan perusahaan dari principal kepada agen dipandang perlu untuk mencapai sistem pengelolaan perusahaan yang independen dan profesional. Sebagaimana diketahui bahwa independensi merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk mencapa sistem tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance. Dengan sistem tata kelola peruahaan yang baik sesuai dengan standar good corporate governance, perusahaan akan mampu mencapai kinerja yang unggul.
2.2. Corporate Governance Corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan perusahaan yang didasarkan pada teori agensi. Namun, sampai saat ini, tidak terdapat satu definisi corporate governance yang diterima secara umum. Terdapat perbedaanperbedaan mendasar dalam definisi tersebut tergantung di negara mana corporate governance tersebut dilaksanakan dan didefinisikan (Solomon, 2007). Corporate governance dapat dipandang secara sempit atau luas tergantung dari sudut pandang pembuat kebijakan, praktisi, atau periset. Dari berbadai definisi, disimpulkan bahwa corporate governance terkait dengan usaha-usaha untuk mengendalikan perusahaan agar kegiatan operasionalnya berjalan dengan efektif dan efisien, mampu memaksimalkkan laba dan meminimalkan risiko usaha.
Selanjutnya
corporate
governance
juga
berfungsi
sebagai
sistem
pertanggungjawaban kepada para stakeholder. 4
Terdapat lima komponen yang harus dipenuhi dalam pencapaian good corporate governance (Kaihatu, 2006): 1.
Keterbukaan informasi (transparency)
2.
Akuntabilitas (accountability)
3.
Pertanggungjawaban (responsibility)
4.
Independensi (independency)
5.
Kesetaraan dan kewajaran (fairness)
2.3. Skala F-PEC Skala F-PEC adalah indeks pengaruh keluarga pemilik dalam perusahaan. Skala F-PEC dirumuskan oleh Astrachan dkk (2002). untuk mengatasi ketiadaan definisi “perusahaan keluarga” yang diterima secara luas. F-PEC merupakan sistem penyeleksian perusahaan keluarga melalui dimensi kekuatan (power), pengalaman (experience) dan budaya (culture). Dalam penelitian ini, digunakan komponen Power dari skala F-PEC yang dirumuskan sebagai berikut: 𝐹 − 𝑃𝐸𝐶 =
𝐸𝑄 𝑓𝑎𝑚 𝐵𝑜𝐷 𝑓𝑎𝑚 𝑆𝐵 𝑓𝑎𝑚 + + 𝐸𝑄 𝑡𝑜𝑡 𝐵𝑜𝐷 𝑡𝑜𝑡 𝑆𝐵 𝑡𝑜𝑡
2.4. Buy and Hold Anormmal Return (BHAR) Buy and Hold AbnormalReturn (BHAR) merupakan instrumen yang digunakan untuk menganalisis kinerja saham jangka panjang melalui return saham. Instrumen ini dirumuskan oleh Barber dan Lyon (1997). BHAR dihitung secara sederhana dengan mengurangkan buy and hold return perusahaan sampel dengan buy and hold return dari benchmark. BHAR dihitung pada satu titik, misalnya satu tahun, tiga tahun, atau lima tahun setelah IPO. Pengukuran abnormal return melalui BHAR dapat mengatasi bias pengukuran return abnormal jangka panjang yang terjadi pada metode cummulative abnormal return (CAR).
5
2.5. Kerangka Teoritis Berdasarkan landasan teori di atas, data disusun kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: Gambar 1 Pengaruh Penurunan Tingkat Kepemilikan Saham Perusahaan oleh Keluarga terhadap Independensi Dewan Penurunan Kepemilikan Saham Keluarga Variabel Independen
Independensi Dewan
Kapitalis Ventura Komite Nominasi Variabel Kontrol
Gambar 2 Pengaruh Partisipasi Keluarga dalam Manajemen dan Keberadaan Direktur Independen terhadap Kinerja Perusahaan Direktur Keluarga Direktur Independen
Kinerja Perusahaan
Variabel Independen Leverage Variabel Kontrol
Jumlah Komite Pengawas Variabel Moderasi
2.6. Pengaruh
Penurunan
Kepemilikan
Saham
Keluarga
terhaddap
Independensi Dewan Direksi Tingkat kepemilikan keluarga dalam perusahaan seringkali mempengaruhi independensi dewan direksi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2008) diketahui bahwa struktur kepemilikan perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat mempengaruhi tingkat independensi dewan. Teori agensi menyatakan bahwa apabila 6
pemilik menginginkan kinerja perusahaan yang unggul maka pemilik harus mempekerjakan direktur independen (Giovannini, 2009). Dengan demikian, ketika dilaksanakan IPO dan tingkat kepemilikan saham keluarga menurun, pemilik saham lain
mendorong
ditunjuknya
direktur
independen
untuk
meningkatkan
profesionalisme dan independensi dalam pengelolaan perusahaan. H1: Penurunan persentase saham perusahaan milik keluarga berpengaruh positif terhadap independensi dewan direksi
2.7. Pengaruh Jumlah Direktur Independen terhadap Kinerja Perusahaan Keluarga Direktur independen merupakan pihak eksternal perusahaan yang ditunjuk untuk mengelola perusahaan. Direktur independen diperlukan perusahaan untuk menjaga independensi dan profesionalitas pengelolaan perusahaan. Sebagai agen, direktur independen juga berkewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Dalam penelitian Giovannini (2009) diketahui bahwa keberadaan direktur yang independen dan tidak memiliki hubungan dengan keluarga pemilik perusahaan akan meningkatkan kinerja saham. Direktur yang independen dan tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga pemilik akan bekerja dengan lebih profesional karena ia tidak melindungi kepentingan manapun. Dalam mengambil keputusan, direktur independen tidak mendapat intervensi dari pihak manapun, sehingga keputusan yang dihasilkan netral dan berfokus hanya pada perkembangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan faktor komponen independensi dalam mekanisme good corporate governance yang menyatakan bahwa setiap bagian dari perusahaan dilarang mendominasi bagian lain dan harus bebas dari konflik kepentingan agar dapat mencapai kinerja yang optimal. H2: Direktur independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
7
2.8. Pengaruh Partisipasi Keluarga dalam Manajemen Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan Keluarga Partisipasi keluarga menunjukkan tingkat keikutsertaan keluarga dalam manajemen perusahaan. Selaku anggota keluarga, mereka akan melaporkan kondisi perusahaan secara lengkap kepada keluarganya selaku pemilik perusahaan. Dengan ini, asimetri informasi yang terjadi dalam hubungan pemilik perusahaan dengan direktur independen dapat diminimalisir. Selain itu, konflik kepentingan antara agen dan prinsipal juga dapat diminimalisir. Sebagai anggota keluarga pemilik perusahaan, direktur keluarga memiliki tujuan yang sejalan dengan pemilik sehingga tidak terjadi konflik kepentingan antara direktur dan pemilik perusahaan. Keberadaan direktur keluarga dalam dewan direksi juga dapat menjadi pengawas bagi direktur independen sehingga tidak terjadi moral hazard. Direktur keluarga tentu memiliki komitmen terhadap perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan direktur independen. Komitmen itu akan mendorong direktur independen untuk bekerja dengan baik untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Selain motivasi ekonomi, direktur keluarga juga memiliki motivasi untuk mempertahankan perusahaan agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya (Shliefer dan Vishny, 1997; Maug, 1998). H3: Direktur keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan keluarga
2.9. Pengaruh Jumlah Komite terhadap Hubungan Manajemen Keluarga dan Kinerja Perusahaan Setiap perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib membentuk komite audit. Selain komite audit yang keberadaannya diwajibkan bagi semua perusahaan publik, juga terdapat komite-komite yang pembentukannya masih bersifat sukarela atau tidak diwajibkan bagi perusahaan publik. Komite-komite tersebut adalah komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko dan komite
8
corporate governance. Keempat komite yang dapat dibentuk oleh komisaris tersebut berfungsi untuk mendukung tugas komisaris dalam mengawasi kinerja direksi. Keberadaan komite tersebut dapat mengatasi masalah independensi pada manajemen keluarga. Komite-komite tersebut dapat menjaga agar anggota keluarga yang berada dalam manajemen perusahaan bersikap independen dan tidak hanya mengutamakan kepentingan keluarganya. Hal tersebut dapat mendorong pada kinerja yang lebih unggul. H4: Dengan adanya komite pengawas, keterlibatan keluarga dalam manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja.
3.
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Populasi sasaran penelitian ini adalah perusahaan publik yang melakukan listing di BEI dan melakukan IPO dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2000 sampai dengan 2009 selain bank, perusahaan asuransi dan perusahaan keuangan, perusahaan milik negara (BUMN) yang diprivatisasi serta perusahaan dengan sumber modal asing (PMA). Pengambilan sampel dilakukan melalui metode purposive sampling dengan menyeleksi populasi tersebut dan membedakannya ke dalam kelompok perusahaan keluarga dan perusahaan nonkeluarga. Penyeleksian dilakukan menggunakan empat definisi perusahaan keluarga. Tiga definisi pertama yang digunakan sebelumnya telah diuraikan dalam penelitian Zaenal Arifin pada tahun 2003. Porsi kepemilikan saham yang dapat diklasifikasikan sebagai dominasi oleh keluarga adalah apabila keluarga memiliki saham di atas 20%. Ketiga definisi tersebut adalah: 1.
Keluarga adalah keseluruhan individu dan perusahaan yang kepemilikannya tercatat (kepemilikan di atas 5% wajib dicatat) kecuali perusahaan publik, negara, institusi keuangan dan publik (individu yang kepemilikannya tidak wajib tercatat). Definisi ini digunakan oleh La Porta et al (1999) dan Claessens et al (2000). 9
2.
Keluarga adalah keseluruhan individu dan perusahaan tercatat, kecuali perusahaan asing, perusahaan publik, negara, institusi keuangan dan publik.
3.
Keluarga adalah satu pemilik terbesar di antara individu atau perusahaan tercatat, kecuali perusahaan asing, perusahaan publik, negara, institusi keuangan, dan publik. Definisi keempat atas perusahaan keluarga menggunakan komponen Power
dari skala F-PEC sebagaimana diuraikan dalam penelitian Giovannini. Suatu perusahaan termasuk dalam kelompok perusahaan keluarga jika nilai F-PEC ≥ 0,5. Komponen Power dari skala F-PEC dihitung dengan formula sebagai berikut: 𝐹 − 𝑃𝐸𝐶 =
𝐸𝑄 𝑓𝑎𝑚 𝐵𝑜𝐷 𝑓𝑎𝑚 𝑆𝐵 𝑓𝑎𝑚 + + 𝐸𝑄 𝑡𝑜𝑡 𝐵𝑜𝐷 𝑡𝑜𝑡 𝑆𝐵 𝑡𝑜𝑡
3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Dependen 3.2.1.1. Independensi Dewan Direksi Independensi dewan direksi merupakan suatu kondisi dimana direksi dapat mengelola perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak lain di dalam atau di luar pihak manajemen. Direksi dianggap independen ketika terdapat direktur independen atau juga sering disebut direktur tidak terafiliasi dalam dewan direksi. Variabel independensi dewan direksi diukur dengan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 jika terdapat direktur independen dalam dewan direksi dan nilai 0 apabila tidak.
3.2.1.2. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan pengukuran atas kualitas kerja perusahaan. Kinerja perusahaan diukur menggunakan buy-and-hold abnormal return yang dihitung 12 bulan setelah IPO. Benchmark yang digunakan dalam mengukur BHAR adalah IHSG pada waktu yang sama dengan perusahaan sampel. Dengan
10
menggunakan IHSG sebagai benchmark, secara matematis BHAR dirumuskan sebagai berikut: BHAR = Return saham sampel – Return saham benchmark = (Harga saham sampelt+n – Harga saham sampelt) – (IHSGt+n – IHSGt)
3.2.2. Variabel Independen 3.2.2.1. Penurunan Kepemilikan Saham setelah IPO Tingkat kepemilikan keluarga menunjukkan tingkat kemampuan keluarga pemilik perusahaan untuk menentukan komposisi dewan direksi dalam rapat umum pemegang saham. Variabel kepemilikan keluarga ini diukur melalui rasio penurunan tingkat kepemilikan saham oleh keluarga yang timbul akibat IPO.
3.2.2.2. Direktur Independen Direktur independen adalah direktur yang berasal dari luar keluarga pemilik perusahaan, tidak memiliki hubungan dengan keluarga pemilik sama sekali dan independen. Variabel direktur independen diukur sesuai dengan jumlah direktur independen yang dimiliki oleh perusahaan.
3.2.2.3. Partisipasi Keluarga Variabel partisipasi keluarga menunjukkan besarnya pengaruh keluarga dalam kegiatan manajerial perusahaan. Tingkat partisipasi keluarga diukur melalui nilai komponen Power F-PEC. F-PEC =
𝐸𝑄 𝑓𝑎𝑚 𝐸𝑄 𝑡𝑜𝑡
+
𝐵𝑜𝐷 𝑓𝑎𝑚 𝐵𝑜𝐷 𝑡𝑜𝑡
+
𝑆𝐵 𝑓𝑎𝑚 𝑆𝐵 𝑡𝑜𝑡
3.2.3. Variabel Moderating 3.2.3.1. Jumlah Komite Pengawas Komite pengawas yang dimaksud dalam hal ini adalah komite yang dibentuk oleh komisaris untuk membantu tugas komisaris sebagai pengawas dewan direksi.
11
Variabel jumlah komite pengawas diukur sesuai dengan jumlah komite pengawas yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan.
3.2.4. Variabel Kontrol 3.2.4.1. Kapitalis Ventura Kapitalis ventura adalah pihak yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura, baik badan maupun perorangan. Variabel kapitalis ventura diukur dengan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 jika terdapat kapitalis ventura di antara pemegang saham sampel dan nilai 0 jika tidak.
3.2.4.2. Komite Nominasi Komite nominasi adalah komite khusus yang dibentuk oleh dewan komisaris. Namun, pembentukan komite nominasi tidak diwajibkan oleh regulasi. Variabel ini diukur secara dummy dengan memberikan nilai 1 jika perusahaan sampel memiliki komite nominasi dan nilai 0 jika perushaan tidak.
3.2.4.3. Rasio Leverage Rasio leverage merupakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dan total asset yang dimiliki perusahaan. Rasio leverage dirumuskan sebagai berikut: 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3.3. Metode Analisis 3.3.1. Uji Statistik Deskriptif dan Distribusi Frekuensi Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adaah rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum (Ghozali, 2007). Distribusi frekuensi digunakan pada variabel-variabel dummy. Analisis distribusi frekuensi menunjukkan jumlah data yang memperoleh nilai 1 (satu) dan
12
berapa yang memperoleh nilai 0 (nol). Uji statistik deskriptif dan distribusi frekuensi tersebut dilakukan dengan program SPSS 17. 3.3.2. Uji Hipotesis – Regresi Logistik Analisis regresi logistic digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independennya. Analisis regresi logistic digunakan karena variabel dependen dalam hipotesis pertama merupakan variabel dummy. Selain itu, analisis regresi logistic digunakan karena asumsi distribusi data normal tidak dapat terpenuhi (Ghozali, 2007). Persamaan regresi logistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah: INDEP = β0 + β1(SHHMIPO) + β2(VENT) + β3(KNOM) Keterangan: INDEP
: dummy independensi dewan
SHMIPO : selisih persentase saham sebelum dan sesudah IPO VENT
: dummy kapitalis ventura
KNOM
: dummy komite nominasi
β
: Koefisien regresi Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
nilai goodness of fit. Secara statistik, goodness of fit dapat diukur dari nilai Nagelkerke’s R2, Hosmer and Lemeshow Test, uji Keteptan Klasifikasi dan nilai parameter individu masing-masing variabel. 3.3.3. Uji Hipotesis – Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda digunakan dalam hipotesis kedua sampai hipotesis keempat dengan variabel independen dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari variabel metrik dan nonmetrik (Ghozali, 2007). Regresi berganda digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dilakukan pula uji interaksi dengan menggunakan Moderated Regression Analysis untuk menguji pengaruh komite pengawas terhadap hubungan 13
partisipasi keluarga dengan kinerja perusahaan. Uji interaksi merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung interaksi dan digunakan untuk menguji regresi dengan variabel moderating (Ghozali, 2009). Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: KNRJ = β0 + β1(DIND) + β2(FPEC) + β3(KPEC) + β4(LEV)
Keterangan: KNRJ
: Kinerja perusahaan
DIND
: Direktur independen
FPEC
: Skor F-PEC
LEV
: Rasio Leverage
KPEC
: Interaksi variabel KOMITE dan FPEC
β
: Koefisien regresi Ketepatan fungsi regresi sampel dalam memprediksi nilai aktual dapat diukur
dari nilai goodness of fit. Secara statistik, nilai goodness of fit dapat diukur dari nilai determinasi (R2), nilai parameter simultan (uji F) dan nilai parameter inndividu (uji t).
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif dan Distribusi Frekuensi Statistik deskriptif merupakan metode statistik yang mampu menggambarkan atau mendeskripsikan data-data variabel penelitian. Alat statistik deskriptif yang dignakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi yang tersaji dalam tabel berikut: Tabel 1 Statistik Deskriptif Perubahan Saham Setelah IPO SHMIPO
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
0,0000
0,0011
0,0374
0,0221
Maksimum
1,8000
0,4632
0,6586
0,4013
Mean
0,4136
0,2397
0,2535
0,1969
Std. Deviasi
0,3669
0,1057
0,1149
0,0990
14
Tabel 2 Statistik Deskriptif Kinerja KNRJ
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
-5603,0700
-1233,4860
-1233,4860
-1233,4860
Maksimum
4423,2500
4219,9750
4219,9750
4219,9750
34,6500
44,4002
26,3888
35,2575
1406,0582
796,6019
798,8304
801,9258
Mean Std. Deviasi
Tabel 3 Statistik Deskriptif Direktur Independen DIND
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
0
0
0
0
Maksimum
1
3
3
1
0,27
0,35
0,36
0,32
0,447
0,563
0,569
0,469
Mean Std. Deviasi
Tabel 4 Statistik Deskriptif Nilai F-PEC FPEC
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
0,5028
0,2880
0,6000
0,3000
Maksimum
2,5000
2,6667
2,6667
2,5300
Mean
1,2033
1,5556
1,5925
1,4038
Std. Deviasi
0,4410
0,4854
0,4727
0,4808
Tabel 5 Statistik Deskriptif Komite KOMITE
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
1
1
1
1
Maksimum
2
3
3
2
Mean
1,020
1,110
1.090
1,060
Std. Deviasi
0,149
0,398
0,336
0,240
15
Tabel 6 Statistik Deskriptif Rasio Leverage LEV
Definisi F-PEC
Definisi 1
Definisi 2
Definisi 3
Minimum
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
Maksimum
0,6170
0,6170
0,6170
0,6170
Mean
0,1041
0,1095
0,0981
0,0930
Std. Deviasi
0,1489
0,1499
0,1473
0,1438
Distribusi frekuensi digunakan pada variabel-variabel dummy. Statistik distribusi frekuensi digunakan pada variabel INDEP, VENT, dan KNOM,. Statistik distrbusi frekuensi dapatt dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Statistik Distribusi Frekuensi Definisi F-PEC 0
Definisi 1
1
0
Definisi 2
1
0
Definisi 3
1
0
1
INDEP
33
12
48
23
45
22
45
21
VENT
43
2
67
4
64
3
63
3
KNOM
44
1
65
6
62
5
62
4
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis 4.2.1. Regresi Logistik Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Logistik F-PEC
Sig
Def 1
Sig
Def 2
Sig
Def 3
Sig
Hosmer and Lemeshow Test
6,955
0,434
8,785
0,361
11,475
0,119
9,275
0,234
Nagelkerke R²
0,218
0,022
0,043
0,080
Ketepatan Klasifikasi
73,3%
66,2%
68,7%
71,2%
NILAI PARAMETER INDIVIDU SHMIPO
-3,255
0,048
-0,381
0,879
-1,386
0,574
1,589
0,573
VENT
-20,595
0,999
-0,577
0,638
-0,434
0,752
-0,647
0,665
KNOM
-15,489
1,000
0,859
0,333
1,164
0,249
2,237
0,083
0,145
0,802
-0,694
0,300
-0,447
0,517
-1,198
0,064
CONSTANT
16
4.2.2. Regresi Linier Berganda Hasil pengujian regresi linier dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda FPEC Adjusted R²
0,185
Uji F
3,321
Sig
Def 1
Sig
0,113 0,020
3,110
Def 2
Sig
0,156 0,021
3,953
Def 3
Sig
0,234 0,007
5,724
0,001
UJI PARAMETER INDIVIDU (UJI t) CONSTANT
1,336
0,190
-0,614
0,541
-1,402
0,166
-0,929
0,357
DIND
2,608
0,013
3,472
0,001
3,947
0,000
4,752
0,000
FPEC
-1,704
0,097
0,038
0,970
0,647
0,520
0,317
0,753
KPEC
1,179
0,246
-0,069
0,945
-0,281
0,780
-0,447
0,656
-1,617
0,114
-0,043
0,966
0,077
0,939
-0,638
0,526
LNLEV
4.3. Pembahasan 4.3.1. Pengaruh Penurunan Persentase Kepemilikan Saham Keluarga terhadap Independensi Dewan Direksi Hasil uji hipotesis pada keempat kelompok sampel menunjukkan bahwa hanya pada kelompok data F-PEC variabel penurunan kepemilikan saham keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap independensi dewan direksi, sedangkan pada tiga kelompok data lainnya tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas perubahan kepemilikan saham terhadap independensi dewan. Terlebih lagi, pada kelompok data F-PEC, penurunan tingkat kepemilikan saham berpengaruh negatif terhadap independensi dewan direksi. Dengan demikian, hipoteis pertama yang menyatakan bahwa penurunan kepemilikan saham setelah IPO berpengaruh positif terhadap independensi dewan ditolak. Seleksi data pada kelompok F-PEC tidak hanya mendasarkan pada tingkat kepemilikan saham, tetapi juga pada keterlibatan anggota keluarga pada manajemen perusahaan. Hal ini mengakibatkan adanya pengaruh keluarga pemilik yang kuat pada
17
perusahaan-perusahaan pada kelompok data F-PEC. Pada perusahaan dengan ikatan kekerabatan yang kuat, pengaruh keluarga dalam perusahaan tetap kuat sehingga menjadi halangan bagi pemegang saham nonkeluarga untuk menunjuk direktur independen. Hal ini juga terjadi pada kelompok Definisi 1 dan 2. Hasil yang berbeda tampak pada kelompok Definisi 3. Hasil pengujian pada definisi menunjukkan bahwa penurunan tingkat kepemilikan saham keluarga mendorong penunjukkan direktur independen dalam dewan direksi. Hal ini dapat disebabkan karena pada Definisi 3, keluarga adalah satu individu atau badan dengan kepemilikan saham terbesar di antara para pemegang saham perusahaan. Ketika dilakukan IPO, kepemilikan saham keluarga tersebut akan banyak berkurang sehingga pemilik saham nonkeluarga memiliki kekuatan yang cukup besar dan dapat mendorong penunjukan direktur independen.
4.3.2. Pengaruh Jumlah Direktur Independen terrhadap Kinerja Perusahaan Hasil uji hipotesis pada keempat kelompok data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari jumlah direktur independen terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa direktur independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan keluarga tidak dapat ditolak. Adanya pengaruh yang signifikan ini mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah direktur independen yang dimiliki perusahaan akan mendorong semakin tingginya kinerja perusahaan. Direktur yang independen dan tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik perusahaan akan bekerja dengan lebih profesional karena ia tidak melindungi kepentingan manapun. Proses komunikasi dan kontrol dalam birokrasi perusahaan lebih profesional karena tidak ada rasa sungkan yang seringkali timbul pada manajemen keluarga. Direktur independen juga tidak akan terlibat konflik kepentingan seperti masalah ahli waris perusahaan seperti yang data terjadi pada direktur keluarga. Dengan proses komunikasi dan kontrol yang
18
profesional, direktur independen mampu mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
4.3.3. Pengaruh Parisipasi Keluarga dalam Manajemen terhadap Kinerja Perusahaan Dari tabel di atas diketahui bahwa variabel F-PEC memiliki pengaruh positif terhadap kinerja data kelompok data definisi 1, 3 dan 4 tetapi berpengaruh negatif pada kelompok data seleksi F-PEC. Namun, pengaruh variabel FPEC terhadap Kinerja tidak signifikan sehingga Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa partisipasi keluarga berpengaruh positif terhadap kinerja ditolak. Partisipasi keluarga yang berpengaruh negatif pada kelompok data seleksi FPEC dapat disebabkan karena pada perusahaan keluarga yang diseleksi dengan definisi F-PEC hubungan kekerabatan dalam keluarga tersebut lebih erat daripada kelompok data definisi lainnya. Keeratan hubungan kekerabatan tersebut berpengaruh negatif terhadap proses komunikasi dan profesionalisme. Proses komunikasi dan evaluasi kerja yang buruk akan berakibat buruk pula pada kinerja berusahaan. Hasil positif pada kelompok data definisi lainnya dapat disebabkan karena keeratan hubungan kekerabatan antar anggota keluarga tidak sekuat pada kelompok F-PEC sehingga masih mampu menjaga profesionalisme dan komunikasi yang lancar antar anggota keluarga baik yang berada di direksi, komisaris, maupun pemegang saham. Hal itu berpengaruh positif terhadap kinerja.
4.3.4. Pengaruh Jumlah Komite Pengawas terhadap Hubungan Manajemen Keluarga terhadap Kinerja Perusahaan Keluarga Hasil uji hipotesis pada keempat set sampel menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan atas jumlah komite pengawas yang dimiliki oleh perusahaan terhadap hubungan keikutsertaan keluarga dalam mananejen dengan kinerja perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa keberadaan
19
komite dan keterlibatan kelurga dalam manajemen meningkatkan kinerja dewan ditolak. Pada kelompok data F-PEC, keberadaan komite pengawas yang dibentuk oleh komisaris memiliki arah hubunggan positif dengan partisipasi keluarga dalam manajemen perusahaan. Hal ini berarti bahwa keberadaan komite pengawas dapat meminimalisir buruknya proses komunikasi dan evaluasi dalam manajemen keluarga. Namun, pengujian pada kelompok data Definisi 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah komite pengawas yang dimiliki oleh perusahaan justru berdampak buruk pada kinerja perusahaan keluarga terutama dalam hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam manajemen. Kondisi ini mungkin disebabkan karena peranan komite tersebut sebagai pengawas direksi. Berdasarkan teori Maslow mengenai hierarki kebutuhan, kebutuhan anggota keluarga yang bekerja di perusahaan yang lebih menonjol adalah kebutuhan akan ego/kekuasaan dan kebutuhan untuk aktualisasi diri dibandingkan dengan kebutuhan lain. Keberadaan komite yang membatasi kekuasaan direksi dan mengawasi tindakan direksi dapat menjadi motivasi negatif bagi direktur keluarga. Motivasi negatif tersebut dapat mendorong pada kinerja yang negatif.
5.
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada kelompok data F-PEC, penurunan tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh keluarga berpengaruh negatif terhadap independensi dewan, sedangkan pada kelompok data Definisi 1, 2 dan 3 menunjukkan pengaruh positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan yang memiliki tingkat kekerabatan keluarga yang erat penurunan tingkat kepemilikan saham tidak serta merta mendorong independensi dewan.
20
2. Jumlah direktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah direktur independen, kinerja perusahaan juga akan semakin baik. 3. Partisipasi keluarga dalam manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan keluarga. Partsipasi keluarga yang diukur melalui skala F-PEC menunjukkan hubungan negatif pada kelompok data Definisi F-PEC dan hubungan positif pada kelompok data Definisi 1, 2 dan 3. 4. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa direktur independen memiliki andil yang lebih besar dalam pencapaian kinerja perusahaaan yang unggul. 5. Interaksi antara komite dan FPEC memiliki hubungan positif pada kelompok data F-PEC namun negatif pada kelompok Definisi 1, 2 dan3.
5.2. Keterbatasan Penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Identifikasi hubungan keluarga dengan hanya mengandalkan nama sehingga proses seleksi tidak maksimal. Dimungkinkan ada perusahaan keluarga yang tidak terseleksi karena tidak adanya nama keluarga yang dapat menunjukkan hubngan kekerabatan. 2. Rentang waktu yang digunakan untuk menghitung Buy and Hold Abnormal Return (BHAR) sebagai alat ukur kinerja hanya satu tahun karena keterbatasan jumlah sampel. Hal ini menyebabkan pengukuran kinerja menjadi tidak maksimal.
5.3. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh maka saran-saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagi berikut: 1.
Peneliti berikutnya disarankan untuk mencari alternatif metode penelusuran hubungan kekerabatan yang lebih valid selain menggunakan nama.
2.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah rentang waktu dalam pengukuran Buy and Hold Anormal Return (BHAR) menjadi tiga atau lima 21
tahun dan mengubah benchmark untuk memperoleh hasil pengukuran yang lebih optimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tarmizi. 2008. “Concentrated Family Ownership Structures Weakening Corporate Governance: A Developing Country Story The Case of Indonesian Companies”. Jurnal Maksi, Vol. 8, No.2, h. 118-134 Akimova, Iryna dan Gerhard Schwodiauer. 2004. “Ownership Structure, Corporate Governance, and Enterprise Performance: Empirical Result for Ukraine”. IAER Februari Vol 10, No. 1, h. Anderson, Ronald C. dan David M. Reeb. 2001. Founding Family Ownership and Firm Performance. Washington DC: American University Andres, Christian. 2006. “Family Ownership as the Optimal Organizational Structure?”. Bonn: University of Bonn Arifin, Zaenal. 2003. “Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Terkonsentrasi yang Dikontrol Keluarga: Bukti Empiris dari Perusahaan Publik di Indonesia.” Tesis Tidak Dipublikasikan, Program Studi Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Astrachan, J.H., S.B. Klein, dan K.X. Smyrnios. 2002. “The F-PEC Scale of Family Influence: A Proposal for Solving the Family Business Definition Problem. Family Business Review, Vol. 15, No. 1, h.45-58 Barber, Brad M. dan John D. Lyon. “Detecting Long Run Abnormal Stock Returns: The Empirical Power and Specification of Test Statistics”. Journal of Financial Economics, Vol. 43 h.341-372 Caselli, G., A. Di Giuli dan S. Gatti. 2008. “Family Firms Performance and Agency Theory: What’s Going on in Italian Market?”. The Icfai Journal Of Corporate Governance, vol. 7, No. 1, h. 36-50 Caselli, S.,S. Gatti, F. Pertini. 2009. “Are Venture Capitalist a Catalyst for Innovation?”. European Financial Management, Vol. 15, No. 1, h. 92-111 Cho, Dong-suh dan Kim Joo-tae. 2007. “Outside Directors, Ownership Structure and Firm Profitability in Korea”. Journal Compilation of Blackwell Publishing, Vol. 15, No. 2, h. 239-250
23
Claessens, Stijn. 2003. “Corporate Governance and Development Focus I”. Dalam Penerapan Good and Corporate Governance. Jakarta: Kencana Dirgantiri, Novi, dkk. 2000. “Agency Theory vs Stewardship Theory dalam Perspektif Akuntansi”. Dalam Media Akuntansi no 14. Jakarta: PT Intama Artha Indonusa Djatmiko, Harmanto Edy. 2011. “Siapa Bilang Bisnis Keluarga Jelek”. SWA Sembada, No. 05/XXVII/3, h. 44-45 Giovannini, Renato. 2009. “Corporate Governanve, Family Ownership and Performance”. Springer Science & Business Media, Vol.14, h. 145-166 Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Huang, Hsu-Huei, dkk. 2006. “Does The Appointment of the Outside Director Increase Firm Value? The evidence from Taiwan”. Isakov, Dusan dan Jean-Philippe Weisskopf. 2009. Family Ownership, Multiple Blockholders and Firm Performance. Fribourg: University of Fribourg Jaskiewicz, P., V.M. Gonzales, S. Menendes, dan D. Schiereck. 2005. “Long-Run IPO Performance Analysis of German and Spanish Family Owned Business”. Family Business Review, Vol. 18, No. 3, h. 179-202 Kaihatu, Thomas S. 2006. “Good Corporate Governance dan penerapannya di Indonesia”. Dalam Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Surabaya: Universitas Kristen Petra Markin, Anthony. 2004. “Family Ownership and Firm performance in Canada”. Research Project, Faculty of Business Administration, Simon Fraser University National Committee on Governance, 2006, Indonesia’s Code of Corporate Governance, Jakarta OECD. 2004. Experience from the Corporate Governance Roundtables. Dalam Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta : Kencana Peng, Mike W., Trevor Buck dan Igor Filatochev. 2003. “Does Outside Directors and New Managers Help Improve Firm Performance? An Exploratory Study in Russian Privatization”. Journal of Worls Business, No. 38, h. 348-360 24
Phan, Phillip H. 2001. “Corporate Governance in the Newly Emerging Economie”. Dalam Asia Pacific Journal of Management vol. 18. Belanda: Kluwer Academic Publishers Pindado, Julio, dkk. 2008. Does Family Ownership Impact Postively on firm Value? Empirical Evidence from Western Europe. Salamanca: Universidad de Salamanca Price waterhouse Coopers. 2000. “Conceptual Model of Corporate Governance Definition”. Dalam Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta : Kencana Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. Semarang: Universitas Diponegoro Saito, Takuji. 2009. “Presence of Outside Directors, Board Effectiveness and Firm Performance: Evidence from Japan”. Kyoto Sangyo University Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach 4th Edition. New York:John Wiley and Sons, Inc. Soelaeman, Henni T. 2011. “Belajar dari Kearifan Bisnis Keluarga”. SWA Sembada, No. 05/XXVII/3, h. 46-49 Solomon, Jill. 2007. Corporate Governance and Accountability. West Sussex: John Wiley and Sons Ltd. Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance. Jakarta: Kencana
25