perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Terdaftar Di BEI Tahun 2010)
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : ASFIYATI F0308033
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Man Jadda Wa Jadda “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”
Sebaik-baiknya orang paling baik adalah orang yang banyak bermanfaat bagi orang lain. (H.R Buchori dan Muslim)
”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (QS. Al Baqarah : 152)
Lakukan segala sesuatu dengan ikhlas dan penuh cinta.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada : Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan jalan, kemudahan, dan kekuatan bagi penulis Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa serta nasehat yang terus di berikan tanpa mengenal waktu demi kesuksesan dan kebahagiaan penulis, dan untuk kasih sayang yang tak tergantikan sampai kapanpun. Almamater Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Terima kasih
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul
KELUARGA
“PENGARUH DAN
CORPORATE
KARAKTERISTIK
GOVERNANCE,
PERUSAHAAN
KEPEMILIKAN
TERHADAP
TAX
AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Di BEI Tahun 2010)” sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah yang penulis terima. 2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 4. Bapak Drs Sri Hartoko, MBA., Ak. selaku Pembimbing Akademik. 5. Ibu Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. selaku pembimbing skripsi, atas kesediaannya meluangkan waktu, memberikan kritik, perhatian dan sarannya yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta karyawan FE UNS yang telah memberikan ilmu dan bantuannya selama penulis duduk di bangku kuliah. 7. Keluarga (ayah, ibu, kakak, nenek) yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, semangat serta doa yang tiada henti-hentinya untuk keberhasilan penulis. 8. Sahabat-sahabatku tersayang Genk Naga Ting” tempat berbagi suka-duka: Ayu makasih udah sering diajarin - dikasih tau ini itu aku banyak belajar dari kerempongan
dan
keperfect-anmu,
Erna-Suni
makasiih
kalian
dah
banyaaaaaak banget tak repotin, maaf ga bisa balas apa-apa L, Megy makasih udah ngajarin aku betapa sahabat dan keluarga itu sangat berharga, Mita kamu jadi inspirasi aku untuk menjadi wanita karir di usia muda. Jaga terus yah persahabatan kita. 9. Teman-teman kos Tika : Jeng Ningrum, Erista tempat aku membuang rasa jenuh, teman JJS di Solo juga buat Mbak Uki, Mbak Nurul terima kasih untuk nasihatnya. 10. Teman-teman Akuntansi B yang gokil Donny, Andi, Angga, Erin, Indah, Raras, Cyren, Sinta, Yossienta (Woyoo” Joss) Endra, Randy, Ilham, Eko, Andika, Yossi, Chandra, Fauzi, Eko terima kasih untuk persahabatan yang indah ini, untuk semua kebersamaan yang telah kita lalui selama 4 tahun ini, untuk Tias, Pika, Lita, Mariska terima kasih karena udah gosipin aku sampai aku jadi terkenal heheheee…
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Mas Penyiar Muhammad Hafidz Albadar a.k.a Nizar terima kasih sudah ikut memberikan ide-ide, sudah menjadi teman chating+curhat juga di malam hari semoga kamu juga cepet lulus Maret 2013. 12. Teman-teman FORMASI 08 (eva, intan, mita, habib, wulan, sharin, windi,dll) untuk doa-doanya selama kompre dan skripsi ini semoga kita semua sukses kedepannya, senangnya punya teman-teman seperti kalian. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
Asfiyati
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….
i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………..
iii
MOTTO …………………………………………………………….
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..
v
KATA PENGANTAR …………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xiv
ABSTRAK …………………………………………………………
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah ………………………………………….
6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………..
6
D. Motivasi Penelitian …………………………………………
7
E. Manfaat Penelitian …………………………………………
8
F. Sistematika Penulisan ………………………………………
8
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TELAAH LITERATUR A. Teori Agensi ………………………………………………………
10
B. Corporate Governance ……………………………………………
11
1. Komite Audit …………………………………………………
13
2. Kualitas Audit ………………………………………………..
14
3. Proporsi Komisaris Independen ………………………………
16
C. Struktur Kepemilikan …………………………………………….
17
D. Karakteristik Perusahaan …………………………………………
19
1. Ukuran Perusahaan …………………………………………...
20
2. Multi National Company ……………………………………..
22
E. Tax Avoidance ……………………………………………………
25
1. Book Tax Difference …………………………………………
27
2. Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal …………….
29
F. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis …..
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian …………………………………………………
37
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel …………….
37
C. Data dan Metode Pengumpulan Data ……………………………
39
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …………………
40
E. Metode Analisis Data ……………………………………………
43
F. Pengujian Hipotesis …………………………………………….
46
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian …………………………………….
48
B. Statistik Deskriptif ………………………………………………
49
C. Uji Asumsi Klasik ………………………………………………
51
D. Pembahasan ……………………………………………………
58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………..
64
B. Keterbatasan …………………………………………………….
65
C. Saran ……………………………………………………… ……
66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 : Pemilihan Sampel ……………………………………………
48
Tabel IV.2: Statistik Deskriptif Variabel ………………………………….
49
Tabel IV.3: Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov Smirnov ……….
51
Tabel IV.4 : Hasil Uji Multikolonieritas …………………………………..
52
Tabel IV.5 : Hasil Uji Autokolerasi ……………………………………….
52
Tabel IV.6 : Hasil Uji Statistik t …………………………………………..
55
Tabel IV.7 : Hasil Uji Ketepatan Perkiraan ……………………………….
56
Tabel IV.8: Hasil Uji Statistik F …………………………………………..
57
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 : Kerangka Konseptual ……………………………………… 36 Gambar IV.1 : Hasil Uji Heterokedastisitas ……………………………… 53
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Daftar Nama Sampel Perusahaan ………………………………
71
Lampiran II: Sampel Perusahaan Keluarga di Indonesia ……………………..
79
Lampiran III: Hasil Pengolahan Statistik …………………………………….
81
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE
ASFIYATI NIM.F0308033 ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance, kepemilikan keluarga dan karakteristik perusahaan terhadap tax avoidance. Corporate governance diproksikan dengan komite audit, kualitas audit dan independen komisaris dan karakteristik perusahaan diproksikan dengan ukuran perusahaan dan Multi National Company. Sedangkan tax avoidance diukur dengan Book tax difference. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 182 perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan pada tahun 2010. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil pengujian regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: komite audit dan kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan corporate governance di Indonesia telah dapat mencegah tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Sedangkan variabel yang lain tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Kata Kunci : corporate governance, kepemilikan keluarga, karakteristik perusahaan, dan tax avoidance
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, FAMILY OWNERSHIP AND FIRM CHARACTERISTICS TO TAX AVOIDANCE ASFIYATI F0308033 ABSTRACT This research has a purpose to examine the influence of corporate governance, ownership structure and firm characteristics to tax avoidance. Corporate governance are represented by audit committee, audit quality and independent commissioner and firm characteristic are represented by size and multi national company. While tax avoidance is represented by book tax different. The population in this study are all companies listed at the Indonesian Stock Exchange (IDX). Sample used in this study was of 182 companies which published their annual report and financial statement in 2010. The method used in the selection of sample was purposive sampling. The model of analysis used in this study is a multiple linear regression analysis model performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 for Windows. The result of this research indicates that audit committee and audit quality influence tax avoidance activity it means that corporate governance in Indonesia can reduce tax avoidance activity. While the other variables have no significant influence. Key words: corporate governance ,family ownership, firm characteristics and tax avoidance
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, KEPEMILIKAN KELUARGA DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE
ASFIYATI NIM.F0308033 ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance, kepemilikan keluarga dan karakteristik perusahaan terhadap tax avoidance. Corporate governance diproksikan dengan proksi komite audit, kualitas audit dan independen komisaris dan karakteristik perusahaan diproksikan dengan ukuran perusahaan dan Multi National Company. Sedangkan tax avoidance diukur dengan Book tax difference. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 182 perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan dan laporan keuangan pada tahun 2010. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows. Hasil pengujian regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: komite audit dan kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan corporate governance di Indonesia telah dapat mencegah tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Sedangkan variabel yang lain tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Kata Kunci : corporate governance, kepemilikan keluarga, karakteristik perusahaan, dan tax avoidance
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE, FAMILY OWNERSHIP AND FIRM CHARACTERISTICS TO TAX AVOIDANCE ASFIYATI F0308033 ABSTRACT This research has a purpose to examine the influence of corporate governance, ownership structure and firm characteristics to tax avoidance. Corporate governance are represented by audit committee, audit quality and independent commissioner and firm characteristic are represented by size and multi national company. While tax avoidance is represented by book tax different. The population in this study are all companies listed at the Indonesian Stock Exchange (IDX). Sample used in this study was of 182 companies which published their annual report and financial statement in 2010. The method used in the selection of sample was purposive sampling. The model of analysis used in this study is a multiple linear regression analysis model performed with the aid of a computer program SPSS version 17.0 for Windows. The result of this research indicates that audit committee and audit quality influence tax avoidance activity it means that corporate governance in Indonesia can reduce tax avoidance activity. While the other variables have no significant influence. Key words: corporate governance ,family ownership, firm characteristics and tax avoidance
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini berita mengenai skandal pajak sempat menjadi perbincangan menarik di media massa. Skandal tersebut menyangkut sebuah perusahaan yang ingin pembayaran pajaknya diperkecil sedangkan dalam kenyataannya beban pajak perusahaan tersebut sangat tinggi. Memang dalam menjalankan kegiatan usaha suatu perusahaan tidak akan pernah lepas dari perpajakan. Bagi perusahaan, negara adalah “pemegang saham utama” dengan porsi sebesar 25% (tarif pajak yang berlaku 2011). Sebelum laba dibagikan kepada para pemegang saham/owner, perusahaan terlebih dahulu diwajibkan untuk membayar 25% ke kas negara sebagai kewajiban pajak. Bagi karyawan, demikian pula. Sebelum gaji dibayarkan kepada karyawan, sebelum kita bisa membelanjakan gaji yang kita peroleh, pada dasarnya pajak yang terutang (PPh 21) sudah harus dipotong dan disetorkan ke negara. Mengingat pajak adalah beban (yang akan mengurangi laba bersih perusahaan) maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak. Oleh karena itu pemilik perusahaan diduga cenderung lebih suka jika manajemen melakukan tindakan pajak agresif (Chen et al, 2008). Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan laba kena pajak melalui commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion (Frank et al, 2009). Timbulnya kasus-kasus serupa seperti usaha untuk memperkecil beban pajak yang harus dibayar melalui upaya penghindaran pajak menimbulkan banyak pertanyaan bagi pihak terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan terdistribusi luas atau lebih dikenal dengan corporate governance mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme GCG belum diterapkan di perusahaan-perusahaan publik di Indonesia. Hal ini dapat menjadi pemicu perusahaan untuk mengeluarkan informasi-informasi yang kurang sesuai dengan kenyataan dan dapat mendorong perusahaan untuk cenderung melakukan manipulasi akuntansi guna menghindari besarnya beban pajak terutang. Cara yang paling sering dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisasi beban pajak ialah dengan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance). Tax avoidance menunjukkan suatu rekaya terhadap tax affairs yang masih tetap dalam bingkai ketentuan perpajakan (Suandy, 2010). Dengan melakukan penghindaran pajak, perusahaan berusaha untuk memanfaatkan celah dalam setiap peraturan perpajakan yang ada. Tindakan tax avoidance dapat dilakukan melalui mekanisme perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak merujuk pada suatu proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan (Natawisastra, 2007). Adanya penerapan Good Corporate Governance dapat mempengaruhi sifat dan konsekuensi sistem perpajakan yang ada (Desai dan Dharmapala, 2006). Dalam mewujudkan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, terdapat dua commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aspek keseimbangan, yaitu keseimbangan internal dan eksternal. Keseimbangan internal dilakukan dengan cara menyajikan informasi yang berguna dalam evaluasi kinerja, informasi tentang sumber daya yang dimiliki perusahaan, semua transaksi dan kejadian internal, dan informasi untuk keputusan manajemen internal. Sedangkan keseimbangan eksternal dilakukan dengan cara menyajikan informasi bisnis kepada para pemegang saham, kreditur, bank, dan organisasi lainnya yang berkepentingan. Bila konsep Corporate Governance diterapkan dengan baik pada perusahaan, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007). Dengan
adanya
corporate
governance
juga
diharapkan
mampu
menjembatani konflik keagenan yang sering terjadi dalam kepemilikan perusahaan. Masalah keagenan yang sering muncul di dalam perusahaan tidaklah sama antara satu dengan lainnya. Menurut Chen et al (2008) perbandingan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari seberapa besar efek manfaat atau biaya yang timbul dari tindakan pajak agresif tersebut terhadap pemilik perusahaan yang berasal dari keluarga pendiri (family owners), atau efek yang diterima manajer dalam perusahaan nonkeluarga. Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh Martani dan Sari (2010) menyimpulkan bahwa kepemilikan keluarga pada perusahaan publik di Indonesia juga cenderung berhubungan positif dengan perencanaan pajak yang agresif. Tindakan tax avoidance tidak hanya berkaitan dengan implementasi CG dalam perusahaan. Ada faktor lain yang juga dimungkinkan mempengaruhi commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadinya tindakan tax avoidance. Besar kecilnya ukuran sebuah perusahaan dan ruang lingkup operasi perusahaan juga mempengaruhi tingkat tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Rego (2003) perusahaan besar melakukan aktivitas bisnis lebih banyak daripada perusahaan kecil, melakukan transaksi keuangan lebih besar daripada perusahaan kecil, dan memiliki kemungkinan untuk melakukan pencegahan pengenaan pajak. Perusahaan yang beroperasi lintas Negara memiliki kemungkinan melakukan tax avoidance lebih tinggi dibanding perusahaan yang beroperasi lintas domestik. Karena mereka bisa saja melakukan transfer laba ke perusahaan dimana tarif pajaknya lebih rendah dibanding Negara lainnya. Untuk mengukur penghindaran perpajakan tidaklah mudah. Desai dan Dharmapala (2007) dalam penelitian mereka mengatakan bahwa untuk mengukur penghindaran pajak adalah sulit dan data untuk pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak sulit didapat untuk itu perlu pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya yang dibayar perusahaan kepada pemerintah, oleh karena itu dalam penelitian mereka diadopsi pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan penghasilan /laba kena pajak (gap between financial and taxable income). Perbedaan yang dilaporkan ke pemegeng saham atau investor mengunakan GAAP/SAK sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan Perundang - undangan pajak perbedaan ini terkenal dengan sebutan Perbedaan Buku-Pajak (Book-Tax Gap). commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian yang menghubungkan antara Corporate Governance dan Perataan laba terhadap penghindaran pajak (Pohan, 2008) berargumen bahwa kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, rasio Tobin dan perata laba mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Dalam penelitian ini kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, rasio Tobin mempunyai pengaruh yang negatif yaitu mengurangi terhadap kemungkinan tax avoidance atau tax evasion, sedangkan komisaris independen, komite audit dan perata laba mempunyai pengaruh yang positif yaitu menambah kemungkinan adanya tax avoidance atau tax evasion. Penelitian selanjutnya mengkaji tentang pengaruh corporate governance terhadap tindakan pajak agresif (Martani dan Sari, 2010). Dalam penelitian tersebut kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih agresif dalam perpajakan daripada
perusahaan
non-keluarga,
dan
praktik
corporate
governance
memperlemah tindakan pajak agresif tersebut. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Sari (2010) dengan mengambil topik pembahasan GCG dan tax avoidance dengan memberikan penambahan pengujian yaitu struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan. Dalam penelitian
ini
penulis
ingin
menguji
bagaimana
Pengaruh
Corporate
Governance, Kepemilikan Keluarga, dan Karakteristik Perusahaan terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan di Indonesia.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Atas latar belakang penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang ada di luar negeri dan di dalam negeri yaitu di Indonesia maka masalah yang dapat peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan komite audit terhadap tindakan tax avoidance? 2. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan kualitas audit terhadap tindakan tax avoidance? 3. Bagaimana pengaruh corporate governance yang diproksikan dengan proporsi dewan komisaris terhadap tindakan tax avoidance? 4. Bagaimana pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tindakan tax avoidance? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan ukuran perusahaan terhadap tindakan tax avoidance? 6. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan multi national company terhadap tindakan tax avoidance?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana “Pengaruh Corporate Governance, Kepemilikan Keluarga dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Tax Avoidance” pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010. commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Motivasi Penelitian Penelitian ini peneliti lakukan dengan motivasi karena penelitian terkait pengaruh dari corporate governance ,struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan terhadap tax avoidance masih minim di Indonesia. Isu mengenai corporate governance sendiri telah lama diperbincangkan dan menjadi keharusan bagi perusahaan untuk menerapkan konsep good corporate governance dalam pengelolaan perusahaan. Pajak sebagai bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan perusahaan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Mengingat sistem perpajakan yang dianut Indonesia ialah sistem self assessment dimana Wajib Pajak berkewajiban untuk menghitung, memotong dan melaporkan sendiri pajaknya sehingga kemungkinan Wajib Pajak untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan pajak itu sangat mungkin terjadi. Motivasi lain dalam penelitian ini adalah untuk memberikan suatu gambaran baru mengenai pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan terhadap tindakan tax avoidance. Mengingat masih sedikitnya penelitian mengenai pengaruh corporate governance dan perpajakan hal tersebut menunjukkan masih sedikitnya kajian terkait pengaruh corporate governance, kepemilikan keluarga, dan karakteristik perusahaan terhadap tindakan tax avoidance.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian mengenai corporate governance,karakteristik perusahaan dan tax avoidance ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Dapat menjadi tambahan referensi dan bahan pengembangan penelitian selanjutnya terkait pengaruh corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap tindakan tax avoidance. 2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dan referensi terhadap penelitian pada hal yang sama. 3. Bagi pihak regulator, khususnya Kantor Pajak, memberikan referensi untuk membuat regulasi yang lebih baik dan lebih teliti dalam memeriksa pajak perusahaan.
F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, motivasi dan manfaat penelitian. BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini menguraikan tentang kerangka teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dibahas dan perumusan hipotesis dalam penyusunan skripsi ini.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan landasan metodologi penelitian yang merupakan acuan analisis ilmiah yang berisikan desain penelitian, teknik pengambilan sampel, sumber data, metode pengumpulan data, pengujian hipotesis dan analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang data yang digunakan, pengolahan data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari analisis data. Lebih spesifik menganalisis pengaruh corporate governance, struktur kepemilikan dan karakteristik perusahaan terhadap tax avoidance berdasarkan data-data yang telah peneliti kumpulkan dan pembahasan hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil analisis data yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, saran dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TELAAH LITERATUR
A. Teori Agensi Perusahaan merupakan organisasi yang dimiliki oleh beberapa pemegang saham sebagai pemilik. Pemegang saham dalam realitasnya ada yang mengendalikan sendiri usaha yang dimiliki, tetapi ada pula yang mempercayakan kepada seorang manajer atau pengelola yang lazim disebut agent. Pemegang saham yang mengendalikan sendiri perusahaan akan dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya melalui kinerja yang dihasilkan sendiri. Sebaliknya, apabila pemegang saham mempercayakan usaha kepada manajer (agent) maka akan melahirkan masalah yang disebut konflik kepentingan (agency problems). Konflik kepentingan adalah suatu kondisi di mana tujuan manajer sebagai agen tidak sesuai lagi dengan tujuan perusahaan. Tugas manajer sebagai agen adalah memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan sebagai prinsipal untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Namun, manajer sebagai agen tentunya juga ingin memaksimalkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini didukung pula dengan adanya asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Pemilik yang sepenuhnya menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer memiliki tingkat pengetahuan informasi perusahaan yang berbeda. Manajer melaporkan kinerja perusahaan yang baik kepada pemilik padahal sebenarnya kinerja perusahaan sedang tidak terlalu baik. Tindakan ini terjadi commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena pemilik menilai kinerja manajer dari hasil kinerjanya. Apabila kinerjanya baik akan ada kompensasi tambahan yang akan manajer peroleh. Maka manajer sering melakukan upaya memanipulasi laporan keuangan agar dapat memperoleh kompensasi tambahan tersebut. Upaya manajer melakukan manipulasi laporan keuangan ini sangat bertentangan dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) yang sangat menekankan aspek transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan (Arifin, 2005).
B. Corporate Governance Menurut FCGI , Corporate Governance yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Dalam bidang perpajakan, pemerintah dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 43/PMK.03/2008 (DJP – 2008) menyatakan bahwa Wajib Pajak dapat menggunakan nilai buku dalam pemekaran usaha jika WP atau Badan Usaha hasil pemekaran tersebut akan melakukan penawaran umum perdana. Dari peraturan ini terlihat adanya dorongan dari pemerintah bagi perusahaan untuk melakukan transparansi dengan cara menjadi perusahaan publik. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan termasuk di dalamnya adalah perusahaan keluarga. Prinsip transparansi atas commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
pengelolaan
laporan
digilib.uns.ac.id
keuangan
diharapkan
dapat
menghindari
tindakan
kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan salah satunya untuk menghindari beban pajak yang tinggi. Manajer sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan laporan keuangan diharuskan untuk melaporkan laporan keuangan sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Terkait dengan masalah kompensasi yang akan diterima oleh manajer, Desai dan Dharmapala (2006) berpendapat bahwa pengaruh kompensasi/intensif manajemen terhadap tindakan penghindaran pajak perusahaan berbeda antar perusahaan yang memiliki praktik corporate governance yang baik dengan perusahaan yang memiliki praktik corporate governance yang buruk. Hubungan antara kompensasi/intensif manajemen dengan tindakan penghindaran pajak lebih berefek negatif pada perusahaan dengan tingkat praktik corporate governance buruk. Dari konsep corporate governance tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan corporate governance yang baik dapat mencegah tindakan upaya penghindaran perpajakan (tax avoidance) yang sering dilakukan oleh perusahaan karena prinsip transparansi yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan dalam melaporkan laporan keuangan mereka. Penelitian terkait GCG terhadap perilaku perpajakan erat kaitannya dengan manajemen laba karena masalah pajak secara tidak langsung berhubungan dengan pengaturan atau manajemen laba. Maka, dalam penelitian ini banyak yang mengacu pada penelitian terhadap manajemen laba disamping karena penelitian mengenai tax avoidance di Indonesia ini masih sangat minim. Dalam penelitian ini akan dikaji terkait seberapa besar pengaruh corporate governance terhadap kebijakan perpajakan yang dilakukan oleh commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perusahaan. Proksi dari corporate governance ini mengikuti proksi yang diambil oleh Utama dan Siregar (2005) yaitu komite audit, kualitas audit, dan proporsi komisaris independen. 1. Komite Audit Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE 03/PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002 (bagi BUMN). Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan keuangan. Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Komite audit sebagai pihak independen yang betugas untuk memonitor proses pelaporan keuangan akan mengurangi gangguan dalam informasi laba sehingga pasar diduga akan bereaksi lebih kuat atas informasi laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit (Suaryana, 2005). Adanya komite audit diharapkan dapat meminimalkan tindakan independen direktur keluarga. Komite tersebut dapat mengawasi agar direktur keluarga dapat bekerja secara profesional dan independen (Hartini, 2011). commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalahmasalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah: 1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum. 2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai. 3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya. 4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal. Sesuai dengan fungsi komite audit di atas, sedikit banyak keberadaan komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas laporan keuangan yang dihasilkan Dari hasil pengujian Pohan (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan makin baik kualitas good corporate governance di dalam perusahaan tersebut akan makin memperkecil kemungkinan tax avoidance atau tax evasion. 2. Kualitas Audit Salah satu prinsip utama yang disarankan oleh OECD untuk pembuat kebijakan corporate governance adalah didasarkan pada keterbukaan dan transparansi. Transparansi meliputi (a) pengungkapan yang bersifat penting, (b) informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas, (c) penyebaran informasi harus bersifat adil, commit to user tepat waktu dan efisien (Hastuti, 2005).
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kualitas audit dapat diukur dengan proksi ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Lennox (2000) (dalam Susiana dan Herawaty, 2007) memaparkan teori reputasi memprediksikan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dengan kualitas audit. Penelitian DeAngelo (1981) yang dikutip dari penelitian Lennox (2000) (dalam Susiana dan Herawaty, 2007) mengemukakan bahwa KAP yang besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak reputasinya dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP Big-Four dan KAP Non Big-Four. Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Four. Becker dkk (1998) menyimpulkan bahwa klien dari auditor Non big 6 melaporkan akrual diskresioner (proksi dari pengelolaan laba) secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor Big 6. Penelitian di Indonesia mengenai kualitas audit dilakukan oleh Wirjolukito (2003), dimana kualitas audit yang tinggi (yang diproxy dengan KAP besar – KAP Big 4) tidak memperkecil besaran underpricing. Adapun KAP Big-Four yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Price Water House Coopers (PWC) dengan partnernya di Indonesia Drs. Hadi Sutanto dan Rekan. commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Deloitte Touche Tohmatsu dengan partnernya di Indonesia Hans, Tuanakotta dan Mustofa. 3. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International dengan partnernya di Indonesia yaitu Siddharta, Siddharta, dan Harsono. 4. Ernst and Young (EY) dengan partnernya di Indonesia Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja. 3. Proporsi Komisaris Independen Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait. Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) diperlukan anggota DK yang memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum dan independen, serta yang tidak memiliki hubungan bisnis (kontraktual) ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham mayoritas (pemegang saham pengendali) dan Dewan Direksi (manajemen) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam RUPS. Dechow dkk (1996) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan to userbesar kemungkinannya memiliki yang melakukan manipulasicommit laba lebih
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang merangkap menjadi komisaris utama. Chtourou dkk (2001) dan Wedari (2004) menemukan bahwa dewan komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba. Dapat disimpulkan keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integitas suatu laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan.
C. Kepemilikan Keluarga Menurut Handoyo (2010) dalam Simanjuntak (2010), family is a community of persons headed by a man and women, united in marriage and their offsprings as well as relatives to the third or fourth degree of consanguinity. Dengan begitu, bisnis keluarga atau family business merupakan bisnis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh sejumlah orang yang memiliki hubungan kekeluargaan, baik suami-istri maupun keturunannya, termasuk hubungan persaudaraan. Dalam terminologi bisnis, perusahaan keluarga terbagi menjadi dua macam. 1. Family owned enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Keluarga hanya berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri dalam operasi di lapangan. Perusahaan seperti ini merupakan bentuk lanjutan dari usaha yang semula dikelola oleh keluarga
yang
mendirikannya. 2. Family business enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya. Perusahaan tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan oleh anggota keluarga. Tingkat kepemilikan keluarga dalam perusahaan seringkali mempengaruhi independensi dewan direksi. Hal ini terkait dengan independensi pelaporan keuangan yang dilaporkan pihak manajer yang berasal dari anggota keluarga perusahaan. Menurut Villalonga dan Amit (2004), kepemilikan keluarga akan menciptakan nilai serta memperbaiki kinerja perusahaannya jika disertai beberapa bentuk kontrol dan manajemen keluarga tersebut. Dari penelitian yang dilakukan oleh Martani dan Sari (2010) perusahaan keluarga memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan pajak agresif. Untuk menentukan apakah tindakan pajak agresif pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga, tergantung dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan non-keluarga. Dari hasil penelitian Martani dan Sari (2010) menunjukkan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga di Indonesia lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga. Begitu juga dengan hasil penelitian Chen et al (2008) perbandingan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari seberapa besar efek manfaat atau biaya yang timbul dari tindakan commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pajak agresif tersebut terhadap pemilik perusahaan yang berasal dari keluarga pendiri (family owners), atau efek yang diterima manajer dalam perusahaan nonkeluarga. Hasil penelitian Chen et al (2008) menunjukkan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini diduga terjadi karena dibandingkan perusahaan non-keluarga, family owners lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak. Dari penelitian Demsey dan Laber (1993) (dalam Ramadiansyah, 2003) rata-rata perusahaan keluarga adalah insider ownership karena keluarga menjadi pemegang saham yang sekaligus menjadi pengelola perusahan, semakin besar insider ownership maka akan semakin kecil konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen. Karena pemegang saham akan bertindak lebih hatihati dalam menanggung konsekuensi yang mungkin akan terjadi. Jadi bisa disimpulkan bahwa pengelola perusahaan yang termasuk di dalamnya itu ada pemilik keluarganya cenderung berusaha untuk menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi reputasi nama keluarga mereka karena perusahaan tersebut akan diwariskan ke generasi berikutnya.
D. Karakteristik Perusahaan Setiap perusahaan memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan lainnya. Karakteristik menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas (kekhususan) sesuai dengan perwatakan tertentu, commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang membedakan sesuatu (orang) dengan sesuatu yang lain (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Menurut Sidharta dan Christanti (dalam Laraswita dan Indrayani, 2010) karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha yang dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya jenis usaha atau industri, struktur kepemilikan, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan. Menurut Suhardjanto dan Miranti (2009) karakteristik perusahaan dapat berupa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, profil dan cakupan operasional. Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi tax avoidance adalah Size dan MNC mengikuti proksi dari Rego (2003). 1. Ukuran perusahaan (Size) Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat ditandai secara langsung melalui seberapa besar omzet penjualan dibanding rata-rata industrinya, seberapa besar total asetnya dibanding rata-rata industrinya atau seberapa besar laba bersih dibanding rata-rata industrinya (Pohan, 2009). Pada dasarnya perusahaan besar yang selalu memperoleh laba besar akan menarik perhatian pemerintah untuk dikenakan pajak yang sesuai. Proses pemajakan akan didasarkan pada informasi akuntansi yang disajikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, semakin besar laba maka semakin besar pajak yang dikenakan (Pohan, 2009). Ukuran adalah variabel yang banyak digunakan dalam studi mengenai kinerja perusahaan karena variabel ini telah diidentifikasi sejak lama sebagai variabel commit to user penjelas yang cukup signifikan (Zimmerman, 1983) (dalam Pohan, 2009).
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak penelitian merekomendasikan bahwa ukuran perusahaan (company size) yang diukur dengan total asset mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan log total aktiva. Manzon dan Plesko (dalam Martani dan Persada, 2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat memberikan efek noise di mana perusahaan dapat melakukan tax planning antara lain dengan cara investasi aktiva yang memberikan manfaat pajak secara efektif sehingga efek dari book-tax differences menjadi agak bias. Begitu juga dengan Scholes (2001) semakin besar ukuran perusahaan maka dapat melakukan tax planning lebih baik sehingga dapat mempengaruhi book tax gap menjadi lebih besar. Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) mengungkapkan hal lain, perusahaan besar cenderung bertindak hati – hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-undang perpajakan yang berlaku saat ini. Beda pendapat dikemukakan oleh Pohan (2009) dalam penelitiannya ukuran perusahaan yang diproksikan dengan ln sales tidak berpengaruh terhadap BTD, hal ini terjadi karena kemungkinan baik itu perusahaan besar maupun kecil, melakukan pengaturan laba ataupun tidak kewajiban perpajakannya akan terus dikejar oleh fiskus.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Rego (2003) semakin besar perusahaan maka transaksinya akan semakin kompleks dan memungkinkan bagi perusahaan tersebut untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi-transaksi yang ada. Perusahaan dengan ukuran yang besar akan lebih efektif dalam berinvestasi pada aktiva yang memberikan manfaat pajak sehingga ukuran perusahaan akan memberikan efek pada persistensi laba (Scholes et al , 2001) (dalam Martani dan Persada, 2009). Perusahaan besar umumnya ingin meyakinkan bahwa perencanaan pajak mereka itu legal, efisien, dan tepat yang tidak akan menimbulkan resiko terhadap reputasi dan laporan mereka telah memenuhi syarat yang berlaku (Vella dan Freedman, 2009). 2. Multinasional Company (MNC) Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara, perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Era globalisasi mendorong perusahaan untuk melakukan perluasan perdagangan yang semula hanya beroperasi lintas dalam negeri menjadi operasi lintas negara dengan membuka agen atau cabang. Perusahaan yang beroperasi lintas negara memiliki kemungkinan melakukan tax avoidance lebih tinggi dibanding perusahaan yang beroperasi lintas domestik. Karena mereka bisa saja melakukan transfer laba ke perusahaan dimana tarif commit to user pajaknya lebih rendah dibanding negara lainnya (Rego, 2003). Dan secara
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keseluruhan dari penelitian Rego (2003) di Amerika hasilnya menunjukkan bahwa skala ekonomi dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mengurangi beban pajak melalui tax planning. Praktik penghindaran pajak untuk perusahaan multinasional yang paling sering dilakukan ialah dengan transfer pricing. Sebenarnya Direktorat Jenderal Pajak sangat menyadari praktik penghindaran pajak dengan melakukan manipulasi Transfer Pricing (TP) termasuk dalam kategori penghindaran pajak (tax avoidance), karena penghindaran tersebut masih dilakukan dalam koridor peraturan pajak yang berlaku. Tujuan utama dari manipulasi transfer pricing tentu saja adalah pergeseran penghasilan kena pajak. Menurut hasil riset dari Her Majesty Revenue Center (HMRC), Inggris dan Internal Revenues Service (IRS), USA, beberapa indikator dari manipulasi transfer pricing adalah sebagai berikut. 1. SPT Tahunan PPh Badan melaporkan rugi dalam beberapa tahun berturutturut. 2. Peredaran usaha tinggi tapi laba yang diperoleh kecil. 3. Transaksi hubungan istimewa atau transaksi antar afiliasi yang cukup besar. 4. Tingkat menghasilkan laba buruk dibandingkan dengan perusahaan sejenis. 5. Rugi yang tidak dapat dijelaskan. 6. Memiliki perusahaan afiliasi di Negara Tax haven. commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Transfer pricing adalah harga transfer dari barang/jasa atau aktiva tak berwujud (intangible property) yang ditransfer antar perusahaan afiliasi dalam satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaan. Semula transfer pricing digunakan untuk kepentingan penilaian tingkat menghasilkan laba masing-masing divisi atau masing-masing perusahaan afiliasi yang terlibat dalam transaksi afiliasi. Tetapi sejalan dengan makin besarnya perusahaan multinasional, perbedaan tarif pajak antar negara dan perencanaan pajak yang makin komprehensif, maka transfer pricing digunakan sebagai alat untuk menggeser penghasilan kena pajak dari suatu negara ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah, atau dari perusahaan yang berada daalam posisi laba ke perusahaan afiliasi yang masih mengalami kerugian. Menurut Griffin dan Pustay (1999) adanya argumentasi bahwa MNC sangat bersemangat dalam upaya – upaya penghindaran pajak, diantaranya menggunakan transfer pricing dan tax haven dalam dalam mengurangi beban pajaknya adalah suatu hal yang masih dalam batas etika bisnis internasional. Karena beberapa pakar bisnis membedakan antara penghindaran pajak (tax avoidance), dimana perusahaan menggunakan celah (loopholes) atas pasalpasal dalam undang-undang pajak dalam meminimumkan beban pajak, dan tax evasion (penggelapan pajak) dimana perusahaan melakukan aktivitas bisnis yang tidak legal untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarnya.
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Tax Avoidance Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik itu yang memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) (Suandy, 2010). Agar terhindar dari perbuatan melanggar hukum, perusahaan banyak yang memanfaatkan kelemahan dari undang-undang perpajakan yang ada melalui tindakan tax avoidance yang biasanya tertuang dalam tax planning perusahaan. Zain (2003) menyatakan suatu perencanaan pajak atau disebut sebagai suatu perbuatan penghindaran pajak (tax avoidance) yang berhasil harus secara jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak (tax evasion), penghindaran pajak termasuk dalam pengertian perencanaan pajak (tax planning). Antara penghindaran pajak dan penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi perbedaan tersebut menjadi kabur, baik secara teori maupun praktik, akan tetapi konsep undang-undang garis pemisahnya adalah antara melanggar undang-undang dan tidak melanggar undang-undang. Selanjutnya Zain (2003) mendefinisikan penghindaran pajak adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Sebagai perusahaan berorientasi laba, sudah tentu perusahaan domestik maupun multinasional berusaha untuk meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan perpajakan suatu Negara. Tax avoidance
merupakan
tindakan
tradisional
yang
dilihat
sebagai
usaha
penghematan pajak yang mentransfer sumber-sumber dari Negara ke pemegang saham, oleh karena itu dapat meningkatkan nilai perusahaan setelah pajak (Wang, commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2010). Kewajiban perpajakan ini dipandang dari dua segi, ada yang menganggap bahwa kewajiban perpajakan merupakan suatu beban yang harus diminimalkan, atau sebagai kewajiban tanggung jawab sosial. Tetapi banyak perusahaan yang menganggap bahwa pajak ini merupakan suatu beban, kepentingan publik terhadap CSR meningkat, dan membayar pajak secara legal merupakan bagian dari CSR. Reputational cost meningkat seiring dengan disadarinya corporate tax risk yang akan diterima apabila terbukti melakukan tax avoidance (Garbarino, 2007) Saat memutuskan untuk melakukan suatu tindakan pajak yang agresif, pembuat keputusan (manajer) akan memperhitungkan keuntungan dan kerugian tindakan yang dilakukannya. Ada tiga keuntungan tindakan pajak agresif yang akan dipaparkan di sini. (1) Keuntungan berupa penghematan pajak yang dibayarkan perusahaan kepada negara, sehingga porsi kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham menjadi lebih besar. (2) Keuntungan (baik langsung atau tidak langsung) bagi manajer yang mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya. (3) Keuntungan berupa kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction (Chen et al, 2008). Sedangkan kerugian dari tindakan pajak agresif antara lain adalah kemungkinan perusahaan mendapat sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham perusahaan. Kemungkinan harga saham mengalami penurunan, dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui tindakan pajak agresif yang commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dijalankan manajer dilakukan dalam rangka rent extraction (Desai dan Dharmapala, 2006). Dalam penelitian bidang perpajakan sulit untuk mengukur suatu perencanaan pajak karena data-data mengenai perpajakan suatu perusahaan bersifat rahasia, maka dari itu diperlukan suatu taksiran dengan pendekatan “groos up”. Dalam penelitian perpajakan terkait manajemen laba ada yang menggunakan proxy Effective Tax Rate (ETR) seperti yang dilakukan oleh Rego (2003), Martani dan Sari (2010). Ada juga yang menggunakan proksi Book Tax Difference (BTD) seperti Martani dan Sari (2010), Pohan (2009), Anisa (2011). Dalam penelitian ini mengambil proksi BTD. 1. Book Tax Difference Book tax difference adalah perbedaan perlakuan pengakuan dalam perhitungan laba menurut akuntansi (book income) dengan laba / penghasilan menurut pajak (taxable income).
Dalam penelitian ini, pengukuran tax avoidance diukur
dengan book tax difference (laba akuntansi / EBIT – laba fiskal) Pohan (2009). Alasan book-tax differences dijadikan sebagai suatu indikator pertumbuhan laba karena (1) mencerminkan jenis kegiatan manajemen laba (2) menunjukkan sejauh mana laba yang dilaporkan manajemen menyimpang dari tingkat konsistensi perusahaan, dan (3) menangkap perbedaan antara GAAP dan peraturan pajak yang mempunyai implikasi untuk laba di masa yang akan datang, bahkan tanpa adanya manajemen laba atau manajemen pajak (Lev dan Nissim, 2004). commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa book tax differences berperan dalam menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba. Penelitian di Indonesia mengenai book-tax differences berkaitan dengan persistensi laba dilakukan oleh Martani dan Persada (2009). Martani dan Persada (2009) menguji apakah perbedaan permanen dan perbedaan temporer akan berpengaruh pada pertumbuhan laba. Dalam penelitian tersebut. Martani dan Persada berhasil membuktikan bahwa perbedaan permanen memiliki hubungan negatif terhadap perubahan laba bersih. Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Jackson, 2009; Lev dan Nissim, 2004). Jackson (2009) dan Lev and Nissim (2004) menemukan bahwa perbedaan permanen memiliki korelasi negatif dengan tax expenses. Jadi secara teoritis akan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan laba ( pertumbuhan laba bersih). Book-tax differences merupakan perbedaan jumlah laba yang dihitung berdasarkan akuntansi dengan laba yang dihitung sesuai dengan peraturan perpajakan (Saputro, 2011). Menurut Desai dan Dharmapala (2006), book-tax difference bisa timbul karena adanya aktivitas perencanaan pajak dan manajemen laba, maka nilai residu dari regresi nilai book-tax difference dan nilai total akrual diharapkan murni merupakan cerminan dari aktivitas perencanaan pajak. Hanlon (2005) (dalam Saputro, 2011) menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan "redflag" bagi pengguna laporan keuangan, dan Penman (2001) juga commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyatakan bahwa book-tax diferences dapat digunakan sebagai diagnose untuk mendeteksi adanya manipulasi pada biaya utama suatu perusahaan Rego (2003) aktivitas tax avoidance berpengaruh pada effective tax rate (ETR) dalam dua hal. Pertama, akitivitas tax avoidance menimbulkan book tax difference (BTD). BTD menimbulkan banyak kreasi dalam ETR karena numeratornya
berdasarkan
pada
taxable
income
(PKP),
sedangkan
denominatornya berdasarkan pada penghasilan akuntansi. Kedua, perusahaan multinasional secara frekuensi sering menggunakan aktivitas operasi luar negeri untuk mencegah dikenainya pajak penghasilan, dan ETR menangkap ini sebagai tindakan tax avoidance. Phillipset al . (2003) menyatakan bahwa Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) telah memberikan diskresi yang lebih besar kepada pihak manajemen perusahaan dibandingkan Undang-Undang perpajakan sehingga manajemen menggunakan diskresi tersebut untuk melakukan manajemen laba. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan yang besar antara book income dan taxable income (book-tax differences) yang akhirnya akan meningkatkan jumlah beban pajak tangguhan (deferred tax expense). 2. Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal terletak pada tujuan dan dasar hukumnya. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para manager, pemegang saham, pemberi kredit, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil, dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jendral Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan yang semena-mena. Pada tingkat perusahaan, manajemen menghitung laba perusahaan untuk dua tujuan setiap tahunnya, yaitu tujuan untuk pelaporan keuangan berdasarkan prinsip standar akuntansi keuangan (SAK) dan pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. Peraturan pajak di Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi, yaitu metode akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut, karena setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak. Rekonsiliasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan terjadi perbedaan antara laba fiskal dan laba akuntansi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak. Perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan temporer atau waktu (temporary differences). Perbedaan permanen merupakan item-item yang dimasukkan dalam salah satu ukuran laba, tetapi tidak pemah dimasukkan dalam ukuran laba yang lain. Dengan commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata lain, jika suatu item termasuk dalam ukuran laba akuntansi, maka item tersebut tidak dimasukkan dalam ukuran laba fiskal dan sebaliknya. Sedangkan perbedaan temporer merupakan perbedaan dasar pengenaan pajak (DPP) dari suatu aktiva atau kewajiban, yang menyebabkan laba fiskal bertambah atau berkurang pada periode yang akan datang (Hamanto, 2003).
F. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Penelitian
mengenai
hubungan
antara
komponen
GCG
dengan
penghindaran pajak berkaitan erat dengan hubungan atau pengaruh antara komponen GCG dengan manajemen laba (earning management), karena masalah pajak secara tidak langsung berhubungan dengan pengaturan atau manajemen laba, maka penelitian ini banyak mengutip dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengaruh GCG terhadap manajemen laba (earning management). Sejumlah penelitian di dalam dan di luar negeri Sari dan Martani (2010), Pohan (2008), Desai dan Dharmapala (2007) Khurana dan Moser (2009) dan (Anisa, 2011) menguji pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance dengan kesimpulan yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh negatife terhadap tax avoidance, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengelolaan perusahaan maka akan memperlemah kegiatan tax avoidance perusahaan. Tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan di Indonesia dimaksudkan bukan untuk menggelapkan pajak, tapi lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang harus dibayarkan dengan cara commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang ada di Indonesia (Suandy, 2011). Darussalam menyebutkan bahwa di banyak Negara, skema penghindaran pajak itu dibedakan menjadi dua macam yaitu: Penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptabel tax avoidance) dan penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptabel tax avoidance. Namun di Indonesia tindakan mana saja yang termasuk dalam kategori acceptabel dan non acceptabel tax planning belum jelas definisinya. Sehingga masih sering muncul penafsiran yang berbeda antara Wajib Pajak dan Fiskus. Alangkah lebih baik jika Wajib Pajak melakukan crosscheck terkait pemahaman undang-undang terkait pemahaman undangundang dengan otoritas perpajakan (Khurana dan Moser, 2009). Sehingga meminimalkan kemungkinan WP terjerumus dalam lingkaran ambiguitas yang merugikan di masa yang akan datang. Dengan
adanya
corporate
governance
diharapkan
ketebukaan
(transparency) terhadap laporan keuangan akan semakin ditingkatkan sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan terhadap informasi yang ada di laporan keuangan tersebut. Mengingat laporan keuangan merupakan satu-satunya sumber yang paling diandalkan oleh pihak-pihak eksternal untuk menilai knierja perusahaan termasuk pemerintah dalam upaya menarik pajak penghasilan untuk Badan. 1. Komite Audit terhadap Tax avoidance Keberadaan komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi commit user dalam menilai laporan keuangan dan pengendalian intern. Peran komiteto audit
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menjaga integritas laporan keuangan diharapkan mampu untuk mencegah tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin efektif peran komite audit, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya tindakan tax avoidance. Dari hasil pengujian Pohan (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan makin baik kualitas good corporate governance di dalam perusahaan tersebut akan makin memperkecil kemungkinan tax avoidance atau tax evasion. H1: jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance 2.
Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big 4 menurut beberapa referensi dipercaya lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4. Sehingga tanda-tanda tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan dapat diketahui dengan baik. H2: kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance
3. Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance Keberadaan Dewan Komisaris Independen merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Suatu Dewan Komisaris yang aktif, canggih, ahli, beragam dan yang terpenting independen yang menjalankan fungsinya secara commit to user efektif dan dibantu oleh Komite Audit adalah yang paling baik untuk 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditempatkan dalam memastikan implementasi GCG berjalan dengan baik sehingga fraud (kecurangan) maupun keterpurukan bisnis dapat dihindari. Apabila hal tersebut dapat terlaksana dengan baik segala aktifitas yang menyangkut kecurangan terhadap laporan keuangan seperti tax avoidance dapat dihindari. H3: dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance 4. Struktur Kepemilikan terhadap Tax Avoidance Untuk menentukan apakah tindakan pajak agresif pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga, tergantung dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan non-keluarga. Pertimbangan mengenai sanksi yang akan diterima yang akan berdampak pada masa depan perusahaan keluarga, harga saham sampai efek nama baik perusahaan menjadi satu pertimbangan yang harus dipikirkan oleh manajemen perusahaan terutama perusahaan keluarga. H4: struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance 5. Size terhadap Tax Avoidance Pada dasarnya perusahaan besar yang selalu memperoleh laba besar akan menarik perhatian pemerintah untuk dikenakan pajak yang sesuai. Menurut Rego (2003) semakin besar perusahaan maka transaksinya akan semakin kompleks dan memungkinkan bagi perusahaan tersebut untuk memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap commit to user transaksi-transaksi yang ada. 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H5: size berpengaruh positif terhadap tax avoidance 6. Multi National Company terhadap Tax Avoidance Era
globalisasi
mendorong
perusahaan
untuk
melakukan
perluasan
perdagangan yang semula hanya beroperasi lintas dalam negeri menjadi operasi lintas negara dengan membuka agen atau cabang. Perusahaan yang beroperasi lintas negara memiliki kemungkinan melakukan tax avoidance lebih tinggi dibanding perusahaan yang beroperasi lintas domestik. Karena mereka bisa saja melakukan transfer laba ke perusahaan dimana tarif pajaknya lebih rendah dibanding negara lainnya (Rego, 2003). Perusahaan multi nasional biasanya memiliki berbagai macam cara untuk melakukan tax avoidance, seperti melakukan transfer pricing, atau menukar laba dari satu perusahaan Negara yang tarif pajaknya tinggi ke perusahaan lain Negara yang tarif pajaknya rendah. H6: multi national company berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II.1 Kerangka Konseptual Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Corporate Governance 1. Komite Audit 2. Kualitas Audit 3. Proporsi Dewan Komisaris Independen
2. Kepemilikan Keluarga
Book Tax Difference (EBIT – Laba fiscal)
3. Karakteristik Perusahaan 1. Size 2. MNC
BAB
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit, kualitas audit, dan proporsi dewan komisaris independen dan struktur kepemilikan serta karakteristik perusahaan yang direpresentasikan dengan size dan multi national company terhadap tindakan tax avoidance. Menurut Sekaran (2006), pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok atau independesi dua variabel atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel Menurut Sekaran (2006) populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang listing di BEI tahun 2010 dengan mengecualikan perusahaan asuransi, perusahaan keuangan, dan BUMN yang diprivatisasi. Perusahaan keuangan dikecualikan dari sampel karena kegiatan operasional perusahaan keuangan diatur dalam aturan-aturan khusus yang berbeda dari perusahaan non keuangan. Perusahaan milik negara (BUMN) commit to user yang diprivatisasi juga dikecualikan dari sampel karena perusahaan tersebut 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dinilai tidak mungkin dimiliki oleh keluarga karena mayoritas saham perusahaan dimiliki oleh pemerintah. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dipelajari secara detail (Sekaran, 2006). Sampel penelitian ini adalah semua perusahaan yang listing di BEI tahun 2010 kecuali perusahaan asuransi, perusahaan keuangan, dan BUMN yang diprivatisasi. Namun, perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti akan dikeluarkan dari sampel. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dengan kata lain pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria yang ditetapkan peneliti. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel di penelitian ini yaitu: a. Perusahaan yang telah terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan lengkap tahun 2010 dan tidak delisting dari BEI selama tahun pengamatan . b. Selain perusahaan asuransi, perusahaan keuangan, dan BUMN yang diprivatisasi. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
Perusahaan
digilib.uns.ac.id
keuangan
dikecualikan
dari
sampel
karena
kegiatan
operasional perusahaan keuangan diatur dalam aturan-aturan khusus yang berbeda dari perusahaan nonkeuangan. Perusahaan milik negara (BUMN) yang diprivatisasi juga dikecualikan dari sampel karena perusahaan tersebut dinilai tidak mungkin dimiliki oleh keluarga karena mayoritas saham perusahaan dimiliki oleh pemerintah. c. Perusahaan go public yang memperoleh laba dari tahun 2010. Perusahaan harus memperoleh laba karena laba merupakan dari dasar pengenaan besarnya penghasilan kena pajak yang dikenakan oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan tidak kena kompensasi pajak akibat rugi tahun sebelumnya karena dapat menutupi laba pada tahun bersangkutan. d. Perusahaan yang menampilkan rekonsiliasi fiskal di Catatan Atas Laporan Keuangan. e. Perusahaan memiliki semua data yang diperlukan untuk variabel-variabel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data 1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sata sekunder berupa data kuantitatif pada perusahaan yang listing di BEI. Data penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdapat di website resmi Bursa Efek Indonesia, factbook 2011, dan ICMD. commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Data yang diperlukan dikumpulkan dan dicatat sedangkan mengenai studi pustaka diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu dan ditunjang dengan literature yang ada.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah corporate governance dan karakteristik perusahaan. Untuk menguji hubungan antara komponen GCG dan karakteristik perusahaan dengan tax avoidance pertama mengukur corporate governance yang diwakili dengan komite audit, kualitas audit, dan struktur dewan komisaris dan struktur kepemilikan kemudian karakteristik perusahaan diwakili dengan size dan Multinational company. a. Komite Audit Keberadaan komite audit diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Keanggotaan komite audit sekurang-kurangnya 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki kemampuan dibidang akuntansi dan keuangan. Penelitian ini jumlah komite audit dalam suatu perusahaan diukur dan dilambangkan dengan COMITEit. commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
COMITEit = Jumlah komite audit b. Kualitas audit Kualitas pengauditan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Kualitas audit diukur dari besar kecilnya KAP yang melakukan audit pada suatu entitas, jika perusahaan diaudit oleh Big 4 maka akan lebih independen karena dapat lebih bertahan dari tekanan manajer untuk melaporkan adanya pelanggaran (Kurniasih & Siregar) (dalam Anisa, 2011). Untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 diberi nilai 1, jika tidak 0. Kualitas audit dilambangkan AUDit. c. Proporsi Dewan Komisaris Independen Dechow dkk (1996) (dalam Siregar dan Utama, 2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang merangkap menjadi komisaris utama. Chtourou dkk (2001) dan Wedari (2004) menemukan bahwa dewan komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba. Beasley (1996) (dalam Nasution dan Setiawan, 2007) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Struktur dewan komisaris independen dihitung dengan INDCOMit =
enru̜
ruσϜ .
¢.Ȗ̜Ϝ enru̜
.Ϝ .Ϝ
commit to user
41
ru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kepemilikan Keluarga Kepemilikan keluarga disini dapat diketahui dengan menelusuri langsung profil Dewan Komisaris, Dewan Direksi, pemegang saham ataupun pendiri masing-masing perusahaan baik itu melalui website perusahaan atau mencari literature lain yang berhubungan. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan keluarga, dan 0 jika perusahaan tersebut bukan merupakan perusahaan keluarga. e. Size Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total aset perusahaan sampel yang ditransformasi dalam bentuk logaritma natural. Sizeit = log (Total Asset) f. Multinational Company Multinasional company dibuat variabel dummy untuk perusahaan yang beroperasi tingkat internasional diberi skor 1, jika tidak 0. 2. Variabel Dependen Menurut Sekaran (2006) variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Tax Avoidance. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan TAXDIFFit = EBIT – Laba Kena Pajak Laba kena pajak dilihat di Catatan Atas Laporan Keuangan yang tercantum di rekonsiliasi fiskal yang telah dibuat oleh perusahaan. Perhitungan ini dipilih commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan pertimbangan bahwa sulit untuk mengetahui dengan pasti berapa penghasilan kena pajak yang dikenakan pada Surat Setoran Pajak sehingga peneliti mengambil alternatif untuk melihatnya dari rekonsiliasi fiskal perusahaan. Beberapa peneliti kualitas laba telah memusatkan perhatiannya pada selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal. Mereka berpendapat babwa laba fiskal dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.
Logika yang
mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang keleluasaan manajemen (management discretion) dalam proses akrual (Djamaludin dan Rahmawati, 2008).
E. Metode Analisis Data 1. Statistik deskriptif Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai mean, minimum, maksimum dan standar deviasi darti variabel-variabel penelitian. 2. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid, dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Ghozali, 2011). Uji asumsi klasik terdiri dari:
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Normalitas data Tujuan dari normalitas data ialah untuk menguji kenormalan distribusi data dalam model regresi, variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini ada dua cara untuk mendeteksi residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2011). Pengujian terhadap normalitas data menggunakan uji Kolgomorov Smirnov, dengan menggunakan nilai p value dengan tingkat signifikansi 5%. Jika p value > 5% maka data terdistribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakan yang dijelaskan oleh variabel independen lainnnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalan nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 0,10 (Ghozali, 2011).
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji suatu model regresi linear, untuk melihat keberadaan korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan periode t-1 (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam model regresi terdapat autokorelasi atau tidak, dapat diketahui melalui uji Run Test. Jika nilai asymp. sig > 5%, maka dapat dinyatakan tidak terdapat autokorelasi. d. Uji Heterokedastisitas Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah adalah yang homokedastisitas atau tidak heterokedastisitas. Heterokedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Scatterplot. Ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi dan sumbu X adalah residual. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika pola menyebar di atas dan dibawah angka 0 maka tidak terjadi heterokedastisitas.
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Pengujian Hipotesis Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Dalam analisis linier berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, juga untuk menunjukkan arah pengaruh tersebut. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komite audit, kualitas audit, struktur dewan komisaris, kepemilikan keluarga, size dan multinational company sedangkan variabel dependennya adalah book tax difference. Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah: TAXDIFFit = α + β1COMITEit + β2AUDit + β3INDCOMit +β4FAMit +β5SIZE it+β6MNCit + ε Keterangan: TAXDIFFit
= book tax different
KOMITEit
= jumlah komite audit
AUDit
= kualitas audit
INDCOMit
= struktur dewan komisaris
FAMit
= kepemilikan keluarga
SIZEit
= ukuran perusahaan
MNCit
= multinational company
ε
= Error
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi F < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi F > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Uji statistik t Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individual
menerangkan
variasi.
Pengujian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi t < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi t > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. 3. Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance (komite audit, kualitas audit, dan proporsi komisaris independen), kepemilikan keluarga dan karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan dan MNC) terhadap tax avoidance. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, artinya sampel harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis, pembahasan, serta perbandingan dengan penelitian sebelumnya. Pengujian data menggunakan software SPSS release 17.0. Tabel IV.1 Pemilihan Sampel Kriteria Sampel 1. Populasi perusahaan yang listing di BEI 2010 2. Perusahaan asuransi, keuangan, bank dan BUMN 3. Perusahaan yang rugi dalam tahun pengamatan 4. Perusahaan yang menggunakan mata uang asing 5. Perusahaan yang menerbitkan annual report selain Desember 6. Perusahaan dengan data tidak lengkap Jumlah Sampel Penelitian Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
Jumlah 428 (85) (89) (11) (57) (4) 182
Setelah dilakukan beberapa kali pengujian, sampel akhir yang bisa digunakan ialah 102 sampel saja.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Statistik Deskriptif Uji statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari suatu data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut ini dijelaskan statistik data penelitian: Tabel IV.2 Statistik Deskriptif Variabel Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviatioan
COMITE
102
1
4
2.99
0.385
AUD
102
0
1
0.24
0.426
INDCOM
102
0.14
0.80
0.3804
0.10094
FAM
102
0
1
0.27
0.448
SIZE
102
9.49
13.20
11.686
0.65223
MNC
102
0
1
0.15
0.356
TAXDIFF
102
-2.E10
1.E10
-1.74E9
7.352E9
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Berdasarkan tabel IV.2 di atas menunjukkan nilai minimum variabel komite audit (COMITEit) adalah 1 dan nilai maksimumnya adalah 4. Jumlah komite audit paling kecil dimiliki oleh Tempo Inti Media Tbk (TMPO) dan jumlah komite audit paling besar dimiliki oleh Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG). Rata-rata jumlah komite audit yang dimiliki oleh perusahaan di Indonesia berjumlah 3 orang. commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variabel selanjutnya ialah kualitas audit (AUDit), variabel ini merupakan variabel dummy. Rata-rata perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four sebanyak 24%, sisanya 76% diaudit oleh KAP Non The Big Four. Proporsi dewan komisaris independen (INDCOMit) yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia rata-rata adalah 38%. Proporsi dewan komisaris independen terkecil 14% dimiliki oleh PT. Mahaka Media Tbk (ABBA), sedangkan proporsi dewan komisaris terbesar 80% dimiliki oleh Lippo Karawaci Tbk (LPCK). Selanjutnya
variabel
struktur
kepemilikan
(FAMit),
variabel
ini
merupakan variabel dummy. Rata-rata perusahaan keluarga dalam sampel penelitian ini berjumlah 27% sisanya 63% merupakan non family owners. Ukuran perusahaan (SIZEit) paling besar 13,20 dimiliki oleh Indofood Berlina Tbk (BRNA), sementara ukuran perusahaan paling kecil 9,49 dimiliki oleh Myoh Technology Tbk (MYOH). Rata-rata ukuran perusahaan di Indonesia adalah 11,68. Variabel independen terakhir yaitu Multi National Company (MNCit) yang juga merupakan variabel dummy. Dalam sampel ini jumlah perusahaan Multi National Company ada 15% sisanya 85% merupakan perusahaan lokal. Variabel dependen Book Tax Different (TAXDIFFit) memiliki rata-rata 1.74E9. Perusahaan yang memiliki TAXDIFFit terbesar yaitu Pool Advistama Tbk (POOL) sebesar 1.E10, sedangkan perusahaan dengan TAXDIFFit terkecil yaitu Fajar Wisesa Tbk (FASW) yaitu -2.E10. Nilai dari TAXDIFFit ini commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menunjukkan suatu bentuk upaya tindakan manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
C. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan metode uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolgomorov-Smirnov Parameter yang diuji
Z
P
Keterangan
Unstandardized Residual
1.016
0.254
normal
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besaran nilai statistik Kolgomorov Smirnov untuk variabel TAXDIFFit adalah 1,016 dengan p = 0,254 Jika digunakan signifikansi α = 5% atau 0,05, nilai p lebih besar dari α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel independen to user dapat dilihat bahwa Tolerance (Ghozali, 2011). Melalui tabel ujicommit multikolonieritas
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel bebas > 0,10 dan VIF variabel bebas < 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas tidak saling berkorelasi secara signifikan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa data yang dianalisis memenuhi asumsi multikolonieritas. Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel
Tolerance
VIF
COMITE
0.902
1.108
AUD
0.792
1.263
INDCOM
0.945
1.058
FAM
0.937
1.068
SIZE
0.767
1.305
Keterangan tidak terdapat multikolonieritas tidak terdapat multikolonieritas tidak terdapat multikolonieritas tidak terdapat multikolonieritas tidak terdapat multikolonieritas
MNC
0.890
1.124
tidak terdapat multikolonieritas
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi di antara variabel-variabel yang diteliti. Pada penelitian ini digunakan alat Uji Run Test untuk melihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Pengujian didasarkan pada nilai asymp.sig dalam Uji Run Test. Kriteria yang digunakan adalah apabila asymp. sig lebih besar dari 0,05 atau 5% maka tidak terjadi autokorelasi. Berikut ini disajikan hasil Uji Run Test :
Tabel IV.5 Hasil Uji Autokorelasi Parameter yang diuji
P
Keterangan
Unstandardized Residual
0.320
tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai asymp. sig sebesar 0,320 atau lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala autokorelasi.
Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi dikatakan baik jika homokedastisitas yaitu varian residual satu pengamatan ke pengamatan lain jumlahnya tetap (Ghozali, 2011). Asumsi ini diuji menggunakan grafik scatterplot. Grafik scatterplot menunjukkan tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar IV.1 Hasil Uji Heterokedastisitas
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Gambar IV.1 menampilkan grafik-grafik scatterplot dari variabel dependen yaitu TAXDIFFit. Dari grafik scatterplot tersebut dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini berarti bahwa model peneltian ini telah bebas dari heterokedastisitas.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel IV.6. Dari tabel dibawah dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: TAXDIFF = 2.873E10 - 3.664E9COMITE - 6.901E9AUD + 8.582E9INDCOM 2.773E8FAM - 1.839E9SIZE + 2.920E9MNC
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa variabel COMITE dan AUD, FAM dan SIZE memiliki pengaruh negatif terhadap tax avoidance sedangkan variable INDCOM dan MNC memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance.
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.6 Hasil Uji Statistik t Unstandardized Coeficient Variabel
B
Std. Error
Konstanta
2.873E10
1.259E10
COMITE
-3.664E9
1.754E9
AUD
-6.901E9
INDCOM
t
Sig.
2.282
.025
-0.192
-2.089
0.039
1.694E9
-0.400
-4.074
0.000
8.582E9
6.542E9
0.118
1.312
0.193
FAM
-2.773E8
1.479E9
-0.017
-0.187
0.852
SIZE
-1.839E9
1.124E9
-0.163
-1.636
0.105
MNC
2.920E9
1.912E9
0.141
1.527
0.130
R Square Adj. R Square F Sig Dependent Var: TAXDIFF
Koefisien
0.276 0.230 6.023 0.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Uji Statistik t Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu GCG, Struktur kepemilikan dan Karakteristik Perusahaan terhadap Tax Avoidance. Berdasarkan uji statistik t menunjukkan dari 6 variabel yang dimasukkan dalam model regresi, ada 5 variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu COMITE, AUD,dan SIZE. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas signifikansi commit to user untuk COMITE sebesar 0,039 (p < 0,05), AUD signifikan dengan nilai 0,000 (p < 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0,05), SIZE signifikan dengan nilai 0,105 (p < 0,1). Sedangkan variable INDCOM, FAM dan MNC ditemukan tidak signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Tax Avoidance dipengaruhi oleh variabel komite audit, kualitas audit, dan ukuran perusahaan.
Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R²) Uji ketepatan perkiraan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel IV.7 Hasil Uji Ketepatan Perkiraan Model R 1
R Square
0.525 0.276
Adjusted R Square
Std. Error of Estimate
0.230
6.452E9
Dependent Var: TAXDIFF
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Uji Statistik F Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variable dependen. Dari Tabel IV.8 dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signifikansi, yaitu 0,000 lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam model penelitian ini secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Book Tax Difference (TAXDIFFit). commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.8 Hasil Uji Statistik F Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
2.1504E21
6
2.507E20
6.023
0.000
Residual
3.954E21
95
4.162E19
Total 5.459E21 Dependent Var: TAXDIFF
101
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki 6 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik penghindaran pajak perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut dijelaskan sebagai berikut. Hipotesis pertama adalah komite audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh nilai t hitung -2,089 tingkat signifikansi 0,039 sehingga lebih kecil jika dibandingkan dengan probabilitas signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance berarti hipotesis pertama diterima Hipotesis kedua kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Dilihat dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh t hitung -4,074 nilai signifikansi 0,000 dibandingkan dengan probabilitas signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 maka variabel kualitas audit berpengaruh negatif secara signifikan berarti hipotesis kedua diterima. Hipotesis ketiga dewan komisaris independen berpengaruh negatif commit to user terhadap tax avoidance. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh t hitung 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1,312 nilai signifikansi 0,193 berada jauh diatas probabilitas signifikansi sebesar 0,1 maka variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap tax avoidance berarti hipotesis ketiga ditolak. Hipotesis keempat kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Dari hasil pengujian analisis regresi diperoleh t hitung -0,187 nilai signifikansi 0,852 dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,05 maka variabel kepemilikan keluarga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tax avoidance, berarti hipotesis keempat ditolak. Hipotesis kelima size berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Dari hasil pengujian diperoleh nilai t hitung -1,636 nilai signifikansi 0,105 dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,1 maka variabel ini berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance berarti hipotesis kelima ditolak. Hipotesis keenam multi national company berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Dari hasil pengujian diperoleh nilai t hitung 1,527 tingkat signifikansi 0,130 dengan probabilias signifikansi sebesar 0,1 maka variabel ini berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tax avoidance menunjukkan bahwa hipotesis keenam ditolak.
D. Pembahasan Dalam pengujian secara simultan, tingkat pengaruh variabel independen (COMITEit, AUDit, INDCOMit, FAMit, SIZEit, dan MNCit) terhadap variabel dependen Book Tax Different (TAXFIDDit) ditemukan pengaruhnya cukup kecil yaitu 23%, sisanya 77% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari nilai signifikansinya, secara simultan variabel yang digunakan berpengaruh secara signifikan dengan nilai F 6,023 dengan nilai signifikansi 0,000. a. Pengaruh komite audit terhadap tax avoidance Berdasarkan pengujian yang dilakukan hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Anisa (2011) dan Pohan (2008) bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan makin baik kualitas good corporate governance di dalam perusahaan tersebut akan makin memperkecil kemungkinan tax avoidance atau tax evasion. Hal ini menujukkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan lebih bertanggungjawab, terbuka, dalam pelaporan keuangan dan menghindari praktik penghindaran pajak karena komite audit akan memonitor kegiatan yang ada di perusahaan. Komite audit memiliki peranan yang penting dalam mengawasi berbagai aspek organisasi, oleh karena itu keberadaannya pun telah diatur oleh pemerintah dengan mewajibkan perusahaan mempunyai komite audit (Pohan 2008). Dari sini dapat terlihat bahwa komite audit yang ada di perusahaan Indonesia telah menjalankan tugas dengan semestinya dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan dengan menjunjung prinsip corporate governance, transparansi, fairness, tanggung jawab, dan akuntabilitas. commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengaruh kualitas audit terhadap tax avoidance Berdasarkan pengujian yang dilakukan hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian ini konsisten dengan penelitian dari Anisa (2011) bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Banyak yang beranggapan bahwa untuk KAP The Big Four memiliki kualitas audit yang lebih tinggi di banding KAP lain saat melakukan proses audit (Siregar dan Utama 2005). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas audit yang tinggi dapat mengurangi praktik penghindaran pajak. Perusahaan yang diaudit oleh KAP besar tidak terbukti melakukan penghindaran pajak. Dilihat dari hubungan antara variabel kualitas auditor dengan penghindaran pajak yang negatif yang dapat disebabkan oleh auditor yang termasuk Big Four lebih kompeten dan profesional dibanding auditor Non Big Four, sehingga ia memiliki pengetahuan lebih banyak tentang cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan maupun melakukan tindakan penghindaran pajak. c. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap tax avoidance Hasil
pengujian
menunjukkan
bahwa
dewan
komisaris
independen
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini berarti keberadaan dewan komisaris independen tidak efektif dalam usaha mencegah tindakan penghindaran perpajakan. Penelitian ini sejalan dengan Ujiyantho dan Pramuka (2007) hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan turun (Boediono, 2005). Sylvia dan Siddharta (2005) juga menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survai Asian Development Bank (dalam Boediono, 2005) yang menyatakan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif. d. Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tax avoidance Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chen et al (2008) bahwa perusahaan keluarga memiliki agresifitas yang lebih kecil daripada perusahaan non keluarga dalam hal perpajakan. Berbeda dengan hasil penelitian Martani dan Persada (2010) bahwa perusahaan keluarga di Indonesia memiliki pengaruh positif terhadap tindakan pajak agresif. Hal ini bisa disebabkan karena di Indonesia menganut sistem self assessment dimana WP yang menghitung, melaporkan dan membayar pajak mereka sehingga dapat dengan mudah mereka melakukan tindakan penghindaran pajak. Sementara sanksi terhadap Wajib Pajak yang terbukti melakukan tindakan commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penghindaran pajak pun belum seberapa artinya tidak terlalu berat sehingga WP akan dengan mudah melakukan tindakan penghindaran pajak. Di Indonesia sendiri sanksi yang diberikan masih berupa sanksi finansial artinya perusahaan harus membayar pajak sebesar kekurangannya beserta denda, sementara sanksi secara hukumnya sendiri belum terlalu ketat. e. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nasution dan Setiawan 2007). Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Pohan (2009) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap beda laba akuntansi dan laba pajak dan penelitian dari Rego (2003) bahwa perusahaan yang memiliki pre tax income besar akan mencegah dikenainya income taxes yang tinggi. Perusahaan besar pasti akan mendapat banyak perhatian dari pemerintah terkait dengan laba yang diperoleh, sehingga mereka sering menarik perhatian dari fiskus untuk dikenai pajak yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu tidak berpengaruhnya variabel ini juga disebabkan karena baik itu perusahaan besar maupun kecil kewajiban perpajakan mereka pasti akan selalu dikejar oleh fiskus apabila melanggar ketentuan perpajakan (Pohan 2009).
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Pengaruh Multi Nasional Company terhadap tax avoidance Hasil pengujian menunjukkan bahwa MNC tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rego (2003) bahwa MNC berpengaruh positif signifikan terhadap Effective Tax Rate dimana Negara yang memiliki tingkat pre tax income asing yang tinggi akan memiliki beban pajak yang tinggi pula. Menurut Prihandono (2006) terdapat beberapa keuntungan bagi perusahaan MNC. Keuntungan tersebut antara lain memungkinkan MNC untuk mendapatkan tenaga kerja dengan gaji yang rendah, aturan perpajakan yang ringan dan aturan-aturan hukum lain yang lebih longgar. Di samping itu, perusahaan MNC memiliki pengaruh kuat dalam politik global dan ekonomi sehingga mereka dapat melakukan lobi politik. Negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada MNC, seperti pemotongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik (Belinda, 2011). Sehingga mereka tidak perlu melakukan tindakan penghindaran pajak karena pemerintah sendiri sudah memberikan kelonggaran bagi mereka.
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka dapat pada Bab V ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi yang disarankan oleh peneliti.
A. Kesimpulan 1. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance artinya semakin besar jumlah komite audit semakin kecil tindakan penghindaran pajak yang dilakukan karena pengawasan yang dilakukan lebih efektif. 2. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance berarti perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dapat mendeteksi tindakan penghindaran pajak karena profesionalisme dan pengalaman mereka lebih baik dibanding KAP Non Big 4. 3. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance artinya jumlah komisaris independen yang ada tidak mempengaruhi penghindaran pajak yang dilakukan. commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance karena dilihat dari keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada kerugian yang diderita. 5. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik size berpengaruh terhadap tax avoidance artinya baik itu perusahaan besar atau kecil tidak melakukan tax avoidance. 6. Dari hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa secara statistik multi national company tidak berpengaruh terhadap tax avoidance karena adanya kelonggaran yang diberikan oleh Negara sehingga mereka tidak melakukan penghindaran pajak.
B. Keterbatasan Pada penelitian ini ditemukan keterbatasan setelah peneliti melakukan analisis dan interpretasi data. Beberapa keterbatasan tersebut antara lain: 1. Tahun penelitian hanyalah 1 tahun yaitu tahun 2010. 2. Kepemilikan yang dipakai dalam penelitian ini hanyalah kepemilikan keluarga sehingga
kurang
dapat
mencerminkan
struktur
kepemilikan
secara
keseluruhan. 3. Proksi dari Tax Avoidance kurang begitu mencerminkan penghindaran pajak.
commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan penelitian dengan mengembangkan beberapa hal berikut: 1. Memperluas tahun penelitian. 2. Struktur kepemilikan yang digunakan ditambah dengan kepemilikan manajerial atau kepemilikan institusional. 3. Proksi dari Tax Avoidance perlu diperluas lagi.
commit to user
66