Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
PENGARUH PENGUNGKAPAN INFORMASI CSR DAN PROFITABILITAS TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC)
Rosa Aprilia Melati
[email protected] Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of the information disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) and profitability in the annual statement to the Earning Response Coefficient (ERC). Bassed on the result of the previous theory and research, of this research show the hypothesis that Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure and profitability can influence the Earning Response Coefficient (ERC).The sampling method of the research is using purposive sampling in accordance to the purposive sampling method, which is sample collection based on the certain criteria, it obtains as many as 43 manufacture companies as the research sample of this research for 3 years. The hypothesis test is using multiple regressions. The test result shows that the Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure and profitability has a significant influence to the Earning Response Coefficient (ERC). It is proven that the Corporate Social Responsibility (CSR) and profitability being used and trusted by the investor for making decision in capital investment. Keyword : Corporate Social Responsibility, Profitability, Earning Response Coefficient
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengungk apan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dan Profitabilitas dalam laporan tahunan terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Berdasarkan teori dan hasil penelitiaan sebelumnya, penelitian ini menunjukkan hipotesis bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Profitabilitas dapat mempengaruhi Earning response Coefficient (ERC). Metode pemilihan sample penelitian ini berdasarkan metode purpossive sampling. Dimana pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, diperoleh sebanyak 43 perusahaan manufaktur sebagai sample penelitian ini selama tiga tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Hal ini membuktikan bahwa informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dan Profitabilitas digunakan dan dipercaya investor untuk pengambilan keputusan dalam penanaman modal. Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Earning Response Coefficient
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
2
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi saat ini perkembangan pasar saham sangatlah pesat. Pasar saham menjadi sesuatu yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan dipengaruhi oleh kinerja pasar modal. Pasar modal merupakan salah satu instrumen pembentukan modal perusahaan. Selain sebagai pembentuk modal perusahaan, pasar modal menjadi indikator kualitas perusahaan melalui harga saham perusahaan. Saat ini setiap perusahaaan terutama perusahaan yang telah go public di pasar modal dituntut untuk melakukan keterbukaan. Menurut Sembiring (2003) informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan. Adanya informasi yang akurat, lengkap, serta tepat waktu memungkinkan investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan yang diharapkan.keputusan pemberian kredit, ataupun keputusan lain yang berhubungan dengan stakeholder. Para stakeholder merupakan pihak terpenting dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan, karena stakeholder merupakan pihak yang menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk pengambilan keputusan investasi, perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha sebaik mungkin melakukan berbagai hal agar keputusan yang diambil para stakeholder sesuai dengan harapan manajemen perusahaan, yaitu keputusan yang menguntungkan perusahaan. . Tidak terkecuali dengan melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Para stakeholder memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap aktivitas perusahaan. Dan juga pandangan terhadap pasar modal. Para pemangku kepentingan perusahaan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang pasar modal, di satu sisi pasar modal merupakan penghalang utama perusahaan untuk melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tanggung jawab sosial perusahaan, di sisi lain pasar modal dipandang sebagai suatu kesempatan besar dalam terbentuknya kegiatan yang sesuai dengan keberadaan tanggung jawab sosial perusahaan (Murray et al., 2006). Suatu informasi dikatakan informatif jika informasi tersebut dapat mengubah kepercayaan (belief) para investor dalam pengambilan keputusan investasi. Adanya informasi baru selain laporan keuangan akan meningkatkan kepercayaan dikalangan para investor terhadap suatu perusahaan. Saat ini informasi yang banyak mendapat sorotan adalah mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan. Perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Pertanggung jawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Darwin (2004)mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) praktik pengungkapan CSR merupakan peranan penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup di lingkungan masyarakat dan kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Selain itu, CSR dapat dipandang sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik untuk menjelaskan berbagai dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecca, 1983 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Dengan menerapkan CSR diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan keuangan dalam jangka panjang (Kiroyan, 2006 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Saat ini, pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini (2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
3
informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Untuk itu dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial, lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama laporan keberlanjutan (sustainability reporting). Saat ini penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan mulai berkembang dan dengan melakukan tanggung jawab sosial, organisasi/ perusahaan lebih berkomitmen dan bertanggung jawab kepada para pemegang sahamnya. Reputasi perusahaan yang telah menerapkan CSR mempengaruhi persepsi pemegang saham yang memaksa perusahaan tidak hanya mempertimbangkan kinerja keuangannya saja namun juga mempertimbangkan kinerja lingkungan dan sosial. CSR tidak hanya dikenal dalam hal tanggung jawabnya terhadap perusahaan, CSR juga berfokus pada kewajiban perusahaan kepada masyarakat dan kepeduliannya terhadap lingkungan. Para pendukung CSR mengklaim bahwa CSR mengakibatkan kinerja perusahaan secara finansial lebih baik, meningkatkan citra merek dan reputasi, meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan, dan meningkatkan produktivitas dan kualitas perusahaan. Fokus dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan terhadap respon pasar dan laba akuntansi (EarningResponse Coefficient, ERC). ERC merupakan koefisien yang mengukur respon abnormal return sekuritas terhadap unexpected earning perusahaan yang menerbitkan sekuritas (Naimah dan Utama, 2006). Korelasi earning return yang rendah menunjukan bahwa informasi laba hanya sedikit memberikan informasi mengenai nilai perusahaan, atau dengan kata lain terdapat asimetri yang tinggi. Oleh karena itu dengan tujuan mengurangi asimetri informasi, pengungkapan informasi akan lebih banyak pada perusahaan yang memilki korelasi earningreturn rendah, atau dengan kata lain korelasi earning return berhubungan negatif dengan luas pengungkapan (Lang dan Lundholm, 1993 dalam Widiastuti, 2002). Beaver (1989) dalam Widiastuti (2002) mendefinisikan Earning Response Coefficient (ERC) sebagai “ sensitifitas perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi ”. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC, menunjukan laba yang dilaporkan berkualitas. Sebaliknya, lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin darirendahnya ERC, menunjukan laba yang dilaporkan kurang atau tidak berkualitas.Pengembangan dalam penelitian sebelumnya adalah dengan menggunakan tiga variabel kontrol yang pada penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) hanya menggunakan dua variabel control. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu leverage, pertumbuhan perusahaan, dan size perusahaan. Menurut Scott (2006) variabel kontrol tersebut merupakan determinan ERC dan terbukti secara empiris mempengaruhi ERC. Penelitian ini menggunakan data laporan tahun 2009 sampai dengan 2011. Pada penelitian Widiastuti (2002) menggunakan data laporan tahun 1995, Sayekti dan Wondabio (2007) menggunakan data laporan tahun 2005, sedangkan Maharani (2009) menggunakan data laporan tahun 2007. Pada penelitian ini tahun 2011 dipilih karena menggambarkan kondisi yang relatif baru dipasar modal Indonesia, sehingga diharapkan penelitian ini akan lebih relevan terhadap kondisi aktual di Indonesia. Sedangkan pada variabel independen untuk profitabilitas. Alasan yang mendasari adalah dimana, perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para stake holder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh keuntungan (profit), meningkatkan nilai perusahaan dan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kinerja yang terkait juga dengan pengungkapan informasi CSR yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
4
internal maupun eksternal. Apa yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai keuntungan sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini sering disebut dengan istilah Profitabilitas. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini merupakan bagian dari kinerja perusahaan. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis (business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan usaha, sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha, seperti ROA, ROE dan NPM. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha, sehingga pada kondisi persaingan tersebut akan membuat rate of return cenderung mengarah pada keseimbangan (Gale, 1972). Daya tarik bisnis yang semakin tinggi akan mendorong pendatang baru untuk masuk dalam dunia usaha sehingga laba abnormal lambat laun akan kembali menurun menuju laba normal. Dari kesimpulan diatas maka penelitian ini juga akan memfokuskan pada penelitian tentang pengaruh profitabilitas terhadap ERC. Sebagai rumusan untuk mengetahui sejauh mana manajemen dapat meningkatkan pengelolaan sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan bahwa selain memperhatikan efektivitas manajemen dalam mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara, efektif untuk menciptakan laba bersih. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility dapat diartikan sebagai komitmen industri untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya (Tanudjaja, 2006). Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya. Pinasty (2004), menyatakan dari waktu ke waktu semakin banyak tersedia informasi alternatif, selain informasi akuntansi bagi investor di pasar modal. Informasi tersebut semakin banyak digunakan oleh investor dalam penilaian perusahaan. Dari perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan (Verecchia, 1983 dalam Basalamah dan Jermias, 2005). Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laporan keuangan. Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti darietika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi dan legal ( ar tinya kepada pemengang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban -kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban diatas. Tanggung jawab sosial dari perusahaan terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor (Nurlela dan Islahudin, 2008). Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, diantaranya adalah karena untuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
5
untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investasor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998) Deegan dan Rankin (1996) dalam Mutia (2008) menjelaskan pengungkapan CSR sebagai interaksi antara organisasi dan lingkungan sosial yang didalamnya antara lain terdapat pengungkapan mengenai human resources,community involvement, the natural environment, energy. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR merupakan sebuah alat untuk mengkomunikasikan aktivitas sosial lingkungan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Di dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) paragraph 12 dinyatakan bahwa: “Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan. “ Beberapa teori berkaitan dengan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas dan dampak yang ditimbulkan perusahaan tersebut yaitu : pertama adalah Agency Theory, yaitu pertanggungjawaban perusahaan yang berorientasi kepada manajemen (agen) dan pemilik (principal). Kedua adalah Stakeholders Theory, yaitu Kesuksesan perusahaan tidak hanya terletak pada kemampuannya dalam membangun hubungan yang baik dengan pemegang saham (Shareholder) saja, akan tetapi perusahaan juga perlu membangun hubungan baik dengan individu, masyarakat dan lingkungan sebagai stakeholders dalam pembuatan keputusan (Sujatmoko, 2007 dalam Hidayati dan Murni, 2009), dan yang ketiga adalah Legitimacy Theory, yaitu perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Titl, 1994 dalam Sayekti dan Wondabio, 2008). Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, mengupayakan sejenis pengakuan atau legitimacy. Perusahaan senantiasa meningkatkan return saham bagi para investor untuk mendapatkan pengakuan dari investor, untuk mendapatkan pengakuan dari konsumen, perusahaan meningkatkan mutu produk dan layanan dan untuk memperoleh legitimasi dari masyarakat, perusahaan melakukan aktivitas pertanggung jawaban sosial (Hidayati dan Murni, 2009). Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangan dalam jangka panjang (Kiroyan dalam Sayekty dan Wondabio, 2008). Pelaksanaan CSR dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda yaitu : Pelaksanaan CSR merupakan praktik bisnis secara sukarela (discretionary business practice), artinya pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan dan bukan merupakan aktivitas yang dituntut untuk dilakukan perusahaan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Serta pelaksanaan CSR bersifat Mandatory (sukarela) yang sudah diatur oleh undang-undang (Solihin, 2009). Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Performa manajerial dari setiap perusahaan akan dapat dikatakan baik apabila tingkat profitabilitas perusahaan yang dikelola tinggi ataupun dengan kata lain maksimal dimana profitabilitas ini umurnya selalu diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan sejumlah aktiva perusahaan maupun penjualan dan investasi, sehingga diketahui efektivitas pengelolaan keuangan dan aktiva perusahaan. Dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
6
profitabilitas yang maksimal secara tidak langsung akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Profitabilitas memberikan jawaban akhir mengenai efektivitas menejemen perusahaan. Cara menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam- macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Dengan beranekaragaman cara dalam penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan jika ada beberapa perusahaan yang berbeda- beda cara menghitung profitabilitasnya.Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA). Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas diartikan juga kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri. Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance” mengemukakan profitabilitas sebagai berikut : “Profitability is the result of a large number ofpolicies and decision”. Sartono (2001:119) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On Assets, dan Return On Equity. Earning Response Coefficient (ERC) Dewasa ini studi-studi akuntansi yang mendasarkan diri pada mekanisme pasar lebih difokuskan pada studi koefisien respon laba akuntansi (earning response coefficient,disingkat ERC) dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya). Earnings Response Coefficient (ERC) adalah ukuran besaran abnormal return suatu saham sebagai respon terhadap komponen laba abnormal (unexpected earnings) yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (Scott, 2003). ERC berguna dalam analisis fundamental oleh investor, dalam model penilaian untuk menentukan reaksi pasar atas informasi laba perusahaan perusahaan. ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi. Proksi harga saham yang digunakan adalah cummulative abnormal return (CAR), sedangkan proksi laba akuntansi adalah unexpected earning (UE)(Chaney dan Jeter, 1991). Regresi model tersebut akan menghasilkan ERC untuk masing-masing sampel yang akan digunakan untuk analisis berikutnya. ERC oleh Cho dan Jung (1991) diartikan sebagai pengaruh nilai laba bukan ekspektasi (unexpected Earning) dengan return saham, yang secara umum ERC merupakan slope koefisien dalam sebuah regresi return saham abnormal pada pengukuran laba yang surprise. Hal ini menunjukan bahwa ERC adalah reaksi atas laba yang diumumkan perusahaan. ERC disebut juga koefisien sensitifitas laba akuntansi yaitu ukuran perubahan harga saham terhadap perubahan laba akuntansi. Menurut Scott (2006) ada beberapa hal yang mempengaruhi respon pasar yang berbeda-beda terhadap laba yaitu persistensi laba, beta, struktur permodalan perusahaan, kualitas laba, growth opportunities, dan informativeness of price. Nilai ERC diprediksi lebih tinggi jika laba perusahaan lebih persisten dimasa depan, serta jika kualitas laba semakin baik. Apabila Beta yang mencerminkan resiko sistematis semakin tinggi, maka ERC akan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
7
semakin rendah (Scott, 2006). Hal tersebut disebabkan karena investor akan menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return dimasa yang akan datang. Jika future return tersebut semakin beresiko, maka reaksi investor terhadap unexpected earning (UE) perusahan juga semakin rendah. Struktur permodalan perusahaan juga berpengaruh terhadap ERC. Peningkatan laba (sebelum bunga) bagi perusahaan high levered berarti bahwa perusahaan semakin baik bagi pemberi pinjaman dibandingkan bagi pemegang saham. Oleh sebab itu, perusahan yang high levered memiliki ERC yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan yang low levered (Scott, 2006). Perusahaan yang memiliki growth opportunities diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi dimasa datang dan diharapkan lebih persisten. Dengan demikian, ERC akan lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki growth opportunities (Scott, 2006). Faktor lain yang juga mempengaruhi respon pasar terhadap laba adalah informativeness dari harga pasar itu sendiri. Biasanya informativeness dari harga pasar tersebut diproksi dengan ukuran perusahaan, karena semakin besar perusahaan maka semakin banyak informasi publik yang tersedia mangenai perusahaan tersebut. Semakin tinggi informativeness harga saham, maka kandungan informasi dari laba akuntansi semakin berkurang. Oleh karena itu, ERC akan semakin rendah jika informativeness harga saham meningkat (Scott, 2006). Beberapa penelitian tentang kualitas laba atau ERC ini, dengan berbagai faktor lain, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Teets (1992), yang menguji apakah regulasi terhadap perusahaan elektrik yang terkena regulasi, dengan perusahaan elektrik yang tidak terkena regulasi. Hasil pengujian Teets tersebut ternyata menunnjukkan bahwa ERC kedua kelompok perusahaan elektrik ini memiliki ERC yang berbedan dan hasilnya adalah konsisten yaitu bahwa regulasi terhadap perusahaan elektrik akan menyebabkan perubahan ekspektasi aliran kas dimasa yang akan datang. Secara singkat, penelitian-penelitian tentang analisis berbagai macam faktor yang mempengaruhiu kualitas laba atau ERC, menunjukkan bahwa reliabilitas dan prediktabilitas laba sangat berpengaruh terhadap ERC dan ketidakpastian disekitar nilai-nilai dasar perusahaan juga terkait dengan perubahan-perubahan ERC. Pengembangan Hipotesis Pengaruh CSR terhadap ERC Berbagai penelitian telah menguji perbedaan ERC terhadap pengumuman laba dengan didasarkan pada premis bahwa informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa datang (Widiastuti, 2006). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian prospek perusahaan di masa datang, maka ERC semakin tinggi. Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan akan mengurangi ketidakpastian tersebut denagan demikian pengungkapan informasi akan menurunkan ERC. Hasil penelitian empiris tentang pengaruh CSR disclosure terhadap ERC yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengindikasikan adanya apresiasi pasar pada informasi CSR terhadap ERC masih jarang dilakukan dan belum menunjukan hasil yang konsisten. Bukan itu saja, banyak ditemukan pengungkapan CSR yang lebih luas pada perusahaan yang memiliki korelasi earning return yang lemah dengan tujuan untuk menurunkan tingkat asimetri informasi yang ditimbulkan oleh ERC yang merupakan kualitas dari laba perusahaan. Penelitian ERC lain yang menguji perbedaaan reaksi pasar (ERC) terhadap pengumuman laba menemukan bahwa value relevance informasi laba akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian prospek perusahaan dimasa mendatang. Semakin tinggi ketidakpastian proses perusahaan dimasa mendatang, semakin tinggi juga keinformatifan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
8
laba (ERC) (Sayekti dan Wondabio, 2007). Penelitian yang dilakukan Sayekti dan Wondabio (2007) memperoleh hasil bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh Widyastuti (2002) yang memprediksi luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC, namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 : Pengungkapan informasi CSR memiliki pengaruh terhadap Earning Response Coefficient (ERC) Pengaruh Profitabilitas terhadap ERC Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Van Horn dan Wachowiez, 1997:148-149). Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian investasi total (Stoner dan Sirait,1994 dalam Sulastini, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profitabilitas suatu perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Laba diyakini sebagai informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (Lev,1989, dalamSayekti dan Wondabio, 2007). Apabila profitabilitas ini dihubungkan dengan ERC maka dapat dikatakan bahwa jika profitabilitas perusahaan tinggi, laba yang dihasilkan perusahaan meningkat selanjutnya akan mempengaruhi para investor untuk menanamkan modalnya. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: (1) Pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, dan profitabilitas secara simultan mempengaruhi Earnings response coeffi cient (ERC); dan (2) Pengungkapan CSR, ukuran perusahaan, dan profi tabilitas secara parsial mempengaruhi Earnings response coeffi cient (ERC). Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H2 : Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap Earning Response Coefficient(ERC) METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangkah pemecahan suatu masalah. Hasil penelitian tidak
pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan permasalahan yang dihadapi, karena penelitian hanya merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah. Fungsi penelitian adalah mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
9
memberikan alternatif kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penulis memakai jenis penelitian korelasional yaitu merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih.Tujuan penelitian korelasional adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar variabel tersebut.Adapun Populasi dalam penelitian terdiri dari perusahaan manufaktur. Diamana penelitian ini melakukan survey ke Bursa Efek Indonesia STIESIA,dimana perusahaan yang digunakan sebagai obyekpenelitian adalah Perusahaan Go Publik (Manufaktur)yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2011.Menurut Sugiyono (2008: 116) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009 - 2011. Dengan menggunakan populasi yang relatif baru diharapkan akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia.Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan ukuran sampel dengan kriteria bahwa perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia memiliki laporan keuangan secara lengkap dan tidak mengalami kerugian dari tahun 2009 sampai dengan 2011, sehingga diperoleh sampel final 43 perusahaan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Corporate Social Responsibility (CSR) Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI). Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrument CSR dalam penelitian diberi nilai satu jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa et al, 2005). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan instrumen yang digunakan pada GRI Indicators (2010), yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori: Ekonomi (9 Item), Lingkungan (30 Item), Tenaga kerja (13 Item), HAM (9 Item), Sosial (8 Item), dan Produk (9 Item). Pendekatan untuk menghitung CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan (Haniffa et al., 2005). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut (Haniffa et al., 2005) : CSRIj = Exij nj Keterangan : CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj <78 Exij : Dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj <1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
10
Profitabilitas
Variabel Independen kedua dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, dimana profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam dalam memperoleh laba. ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan aktiva untuk mengukur tingkat pengembalian investasi total (Stoner dan Sirait,1994 dalam Sulastini, 2007). Rasio ini merupakan rasio yang terpenting untuk mengetahui profi tabilitas suatu perusahaan. Return on Asset merupakan ukuran efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Variabel Dependen Earning Respon Coefficient Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ERC. Untuk mengetahui kualitas laba yang baik dapat diukur dengan menggunakan Earnings ResponseCoefficient (ERC), yang merupakan bentuk pengukuran kandungan informasi dalam laba. Berdasarkan definisi diatas, maka ERC dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : CARit = α + β UEit + ɛ Keterangan : CARit = Cumulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu t UEit = Unexpected Earnings perusahaan i pada waktu t α = Konstanta β = Koefisien yang menunjukan ERC ɛ= Error Estimat ERC dalam penelitian ini merupakan slopa koefisien yang diperoleh dari regresi cross sectional antara Cummulative Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dengan Unexpected Earning (UE). Menurut Jogiyanto (2003) lamanya jendela (window) pengamatan return tergantung dari peristiwanya. Untuk peristiwa pengumuman laba, CAR dihitung pada periode sektor tanggal pengumuman laporan tahunan untuk melihat bagaimana reaksi pasar terhadap informasi tersebut. Window yang terlalu panjang dapat menyebabkan pengukuran yang bias mengenai kontribusi informasi yang diungkapkan perusahaan (Lev, 1989 dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Pada penelitian ini CAR diperoleh dengan menggunakan window (time interval) yang mengacu pada penelitian Mayangsari (2002) yaitu 5 har sebelum,1 hari pengumuman annual report, dan 5 hari setelah pengumuman annual report perusahaan. Hal ini didasarkan dengan alasan bahwa periode window 11 harimerupakan window yang tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang,sehingga diharapkan investor telah bereaksi terhadap pengumuman laba tersebut.Pengukuran abnormal return dalam penelitian ini menggunakan Market adjusted models yang mengasumsikan bahwa pengukuran yang terbaik adalah returnindeks pasar (Pincus, 1993 dalam Widiastuti, 2002) sehingga tidak perlumenggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena returnsekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar pada periodeyang sama. Dalam hal ini, return indeks pasar menggunakan return dari indeksharga saham gabungan (IHSG). Berikut adalah rumus untuk menghitung abnormal return : CAR = Σ ARit ARit : Rit - Rmt Rit : Pit - Pit-1 Pit-1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
11
Rmt : IHSGt - IHSGt-1 IHSGt-1 Keterangan : ARit = Abnormal Return untuk perusahaan i pada hari ke- t Rit = Return harian perusahaan pada hari ke- t Rmt = Return indeks pasar pada hari ke- t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu ke- t Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1 IHSGt= Indeks harga saham gabungan pada waktu ke- t IHSGt-1= Indeks harga saham gabungan pada waktu t-1 Sementara Unexpected Earning (UE) dihitung sebagai perubahan laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sekarang dikurangi dengan laba per saham perusahaan sebelum pos luar biasa tahun sebelumnya, dan diskalakan dengan harga saham per lembar saham pada akhir periode sebelumnya (Kothari & Zimmerman, 1995; Billings, 1999 dalam akuntansi yang direalisasikan terhadap laba akuntansi (Widiastuti, 2002), atau dapat digambarkan dengan rumus berikut: UEit = Eit - Eit-1 Eit-1 Dalam hal ini : UEit = Unexpected Earning perusahaan i pada periode t Eit = laba akuntansi perusahaan i pada periode t Eit-1 = laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian Tabel 1 Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Corporate Social 129 .0897 Responsibility Profitabilitas 129 .0091 Earning Response 129 .0005 Coefficient Valid N 129 (listwise) Sumber: Data Siap Olah (SPSS) Lampiran 1
Mean
Std. Deviation
.5000
.245081
.0852321
.8640
.063624
.1274486
.0005
.000498
.0000000
Variabel Earning Response Coefficient (ERC) (Y) memiliki rata-rata 0,000498. Jika nilai rata- rata ERC lebih besar dari 0,000498 maka perusahaan dikatakan mempunyai Earning Response Coeeficien yang tinggi. Sebaliknya ,jika nilai rata- rata Earning Response Coefficient (ERC) lebih rendah dari 0,000498 maka perusahaan dikatakan mempunyai ERC berkisar antara 0,0005. Corporate Social Responsibility (CSR) (X1) memiliki rata- rata 0,245081. Jika nilai ratarata CSR lebih besar dari 0,245081 maka perusahaan dikatakan mempunyai Earning
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
12
Response Coeeficien yang tinggi. Sebaliknya ,jika nilai rata- rata Corporate Social Responsibility (CSR) lebih rendah dari 0,245081 maka perusahaan dikatakan mempunyai CSR berkisar antara 0,0897 sampai dengan 0,5000. Profitabilitas (X2) memiliki rata- rata 0,063624. Jika nilai rata- rata Profitabilitas lebih besar dari 0,063624 maka perusahaan dikatakan mempunyai Profitabilitas yang tinggi. Sebaliknya ,jika nilai rata- rata Profitabilitas lebih rendah dari 0,063624 maka perusahaan dikatakan mempunyai Profitabilitas berkisar antara 0,0091 sampai dengan 0,8640. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Berdasarkan grafik hasil pengujian di atas, terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi normalitas pada model regresi di penelitian ini. Uji Multikolinearitas Berdasarkan tabel uji multikolinearitas, dapat diketahui bahwa semua variabel independen mempunyai nilai toleransi lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10, dari hasil pengujian yang ada nilai VIF adalah 1,019 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian ini. Uji Autokorelasi Dalam penelitian ini Drbin Watson menunjukkan hasil sebesar 1,398 dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Perhitungan Durbin-Watson dengan nilai 1,398 adalah < (kurang dari) 3 maka kesimpulannya tidak ada autokorelasi antara masing-masing variabel independen. Uji Heterokedastisitas Berdasarkan grafik dari penelitian di atas, dapat diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk menyebar secara acak, tersebar naik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heterokedastisitas. Karena data yang sedang diolah sudah tidak mengandung heterokedastisitas, maka persamaan regresi linear berganda yang diperolah dapat dipergunakan untuk penelitian. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Berganda Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Variabel Koefisien Regresi T hitung (Constant) 0,243 6,295 CSR -8,451 -2,748 Profitabilitas 1,995 0,870 Adjusted Rs quare 0,044 F-Statistic 3,956 Sig.F 0,000 Sumber: Data Siap Olah (SPSS) Lampiran 1
Sig.t 0,000 0,000 0,000
Regresi linear berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara lebih dari satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini dugunakan untuk mengukur ada atau tidaknya pengaruh antara Corporate Social Responsibility (CSR) (X1) dan profitabilitas (X2) sebagai
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
13
variabel independent (bebas) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) (Y) sebagai variaber dependent terikat. Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linier berganda maka didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC adalah sebagai berikut : Y = 0,243 – 8,451X1 + 1,995X2 + e Interpretasi dari persamaan tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : Konstanta (βo) : Variabel dependen pada model regresi dalam penelitian ini adalah ERC. Nilai konstanta sebesar 0,243 yang berarti jika tidak ada variabel independen yang mempengaruhi ERC, maka ERC akan mengalami penurunan sebesar 0,243 dengan asumsi variabel dianggap konstan. Koefisien Corporate Social Responsibility: Corporate Social Responsibility mempunyai hubungan negatif terhadap ERC, denga nkoefi sien regresi sebesar -8,451 yang artinya semakin tinggi Corporate Social Responsibility maka ERC juga semakin menurun, dengan ukuran apabila Corporate Social Responsibility meningkat 1% maka ERC juga akan menurun sebesar -0,451. Koefisien Profitabilitas : Profitabilitas mempunyai hubungan positif terhadap ERC dengan koefisien regresi sebesar 1,995 yang artinya jika profitabilitas perusahaan memiliki ukuran yang tinggi maka akan semakin tinggi ERC, dengan ukuran apabila profitabilitas perusahaan meningkat 1% maka ERC akan meningkat sebesar 1,995 dengan asumsi variabel bebas lainnya dalam kondisi konstan. b. Pengujian Secara Simultan (Uji-F) Uji F digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel independen (CSRdan Profitabilitas) secara simultan terhadap variabel dependen Earnings Response Coefficient dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Apabila tingkat signifi kansi uji F lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, maka terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila tingkat signifikansi uji F lebih besar dari tingkat signifi kansi 5%, maka tidak terdapat pengaruh yang signifi kan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Model 1
Sum of Squares
Tabel 3 Hasil Uji F Mean Df Square
Regression
.000
2
.000
Residual
.000
126
.000
F
Sig.
3.956
.022a
Total .000 128 Sumber: Data Siap Olah (SPSS) Lampiran 1 Berdasarkan tabel hasil uji F di atas, dapat diketahui bahwa tingkat signifikansi dari uji F adalah sebesar 0,022. Karena tingkat signifikansi uji F lebih kecil daripada tingkat signifi kansi 5%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. c. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) Uji t digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel independen (CSR dan Profitabilitas) parsial terhadap variabel dependen (ERC) dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5%. Apabila tingkat signifi kansi uji t lebih kecil dari tingkat signifi kansi 5%, maka terdapat pengaruh yang signifi kan dari variabel independen terhadap
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
14
variabel dependen. Apabila tingkat signifi kansi uji t lebih besar dari tingkat signifi kansi 5%, maka tidak terdapat pengaruh yang signifi kan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 3 Hasil Uji t Variabel Koefisien Regresi Koefisien β (Constant) 0,243 CSR -8,451 -0,240 Profitabilitas 1,995 0,085 Adjusted R Square 0,044 F Statistik 3,956 Sig.f 0,000 Sumber: Data Siap Olah (SPSS) Lampiran 1
T.hitung 6,295 -2,748 0,970
Sig t. 0,000 0,000 0,000
Berdasarkan pengujian terhadap variabel Corporate Social Responsibility diketahui nilai koefisien regresi sebesar -8,451 dan probabilitas sebesar 0,000<0,05. Dengan demikian hipoesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifi kan Corporate Social Responsibilit (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dapat didukung. Hal ini konsisten dengan penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. Sayekti dan Wondabio (2007) mengungkapkan bahwa informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang (Widiastuti, 2006). Diharapkan jika perusahaan melakukan pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunannya akan dapat mengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi CSR tersebut akan menurunkan ERC. Hal ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan investasinya. Berdasarkan pengujian terhadap variabel profitabilitas diketahui nilai koefisien regresi sebesar 0,085 dan probabilitas sebesar 0,000<0,05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan profitabilitas terhadap ERC dapat didukung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naimah dan Utama (2006). Pengujian empiris pada penelitian tersebut menyimpulkan bahwa koefisien respon laba pada perusahaan besar lebih kuat dibanding dengan perusahaan kecil, sedangkan perusahaan dengan profitabilitas tinggi juga mempunyai koefisien respon laba yang lebih besar dibanding dengan perusahaan denganprofitabilitas rendah. Pembahasan Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) Nilai signifikan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar 0,059 > 0,05, artinya CSR mempunyai peran dalam mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Yang mana Corporate Social Responsibility (CSR), apabila dilaksanakann dengan baik dan teratur akan berdampak pada laba abnormal perusahaan.. Pada nilai t hitung untuk variabel Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebesar 2,748 sedangkan nilai t tabelnya adalah sebesar 2,021. Selain itu nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansinya (α) 0.05. karena bila hitung < t tabel (-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
15
2,748 < 2,021) dan nilai signifikansinya lebih besar daripada taraf signifikansi (α) 0,05 (0,059 > 0,05), maka hipotesis pertama diterima, artinya CSR berpengaruh dan signifikan terhadap ERC. Hasil penelitian ini mendukung dua penelitian terdhulu yang telah dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) dan Widyastuti (2009), dimana penelitian Sayekti dan Wondabio(2207) memperoleh hasil bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporn tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC .Hal ini konsisten dengan prediksi yang dilakukan oleh Widyastuti (2002) yang memprediksi luas pengngkapan sukarela bepengaruh negatif terhadap ERC, namun hasil penelitian empirisnya justru menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar -2,748, sedangkan nilai t tabel 2,021 (-2,748< 2,021) selain itu nilai signifikansinya adalah sebesar 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi (α) 0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh signifikan negativ terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dapat diterima. Pengaruh Profitabilitas terhadap Earning Response Coefficient (ERC) Nilai signifikan variabel profitabilitas sebesar 0,059 > 0,05, artinya CSR mempunyai peran dalam mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Yang mana profitabilitas, apabila dilaksanakan, diperhitungkan dengan baik dan teratur akan berdampak pada laba abnormal perusahaan.. Pada nilai t hitung untuk variabel profitabilitas adalah sebesar 0,970 sedangkan nilai t tabelnya adalah sebesar 2,021. Selain itu nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf signifikansinya (α) 0.05. karena bila hitung < t tabel (0,059 < 2,021) dan nilai signifikansinya lebih besar daripada taraf signifikansi (α) 0,05 (0,059 > 0,05), maka hipotesis pertama diterima, artinya Profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap ERC. Hasil penelitian ini mendukung dua penelitian terdhulu yang telah dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) , dimana laba diyakini sebagai informasi utama yang disjikan dalam laporan keuangan perusahaan.Apabila profitabilitas ini dihubungkan dengan ERC maka dapat dikatakan bahwa jika profitabilitas tinggi, laba yang dihasilkan perusahaan meningkat selanjutnya akan mempengaruhi para investor untuk menanamkn modalnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung sebesar 0,970, sedangkan nilai t tabel 2,021 (0,970< 2,021) selain itu nilai signifikansinya adalah sebesar 0.000 lebih kecil daripada taraf signifikansi (α) 0,05 (0,000 < 0,05). Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dapat diterima. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan profitabilitas perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Earnings resp onsecoefficient (ERC). Seperti Sayekti dan Wondabio (2007) Ungkapkan bahwa Informativeness of earnings akan semakin besar ketika terdapat ketidakpastianmengenai prospek perusahaan di masa yangakan datang (Widiastuti, 2006). Diharapkan jikaperusahaan melakukan pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunannya akan dapatmengurangi ketidakpastian tersebut. Dengan demikian pengungkapan informasi CSR tersebut akan menurunkan ERC. Hal ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan investasinyan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan profitabilitas perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Earnings responsecoeffi cient (ERC). Dan dapat disimpulkan bahwa pada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 12 (2013)
16
perusahaan besar tersedia banyak informasi non akuntansi sepanjang tahun. Informasi tersebut digunakan oleh pemodal sebagai alat untuk menginterpretasikan laporan keuangan dengan baik, sehingga dapat dijadikan alat untuk memprediksi arus kas dan ketidakpastian. Keterbatasan Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan antara lain sebagai berikut: Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berupa laporan keuangan dan annual report perusahaan, oleh karena kemungkinan terdapat pengungkapan CSR melalui laporan lain tidak dimasukkan dalam penelitian ini, selain itu periode penelitian ini terbatas pada periode 2009-2011 dan hanya menggunakan dua variabel independen, pengungkapan CSR dan profitabilitas sehingga hasil kesimpulan ini kurang dapat digeneralisasikan untuk periode-periode yang lain. Jumlah sampel yang terbatas. Selain itu, periode laporan tahunan dalam penelitian ini tidak diambil tahun yang paling mutakhir, yaitu 2009-2011 karena adanya keterbatasan data dalam memperoleh laporan tahunan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak jumlah sampel dan menggunakan data laporan tahunan yang paling mutakhir untuk dapat menggambarkan kondisi yang paling terbaru. Selain itu, periode penelitian sebaiknya diperpanjang menjadi beberapa periode. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. dan R. Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan ( Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Basamalah, A. S. dan J. Jermias . 2005. Sosial and Envoronmental Reporting and Auditing in Indonesia : Gadjah mada Internasional Journal of Business. Januari – April 2005, Vol 7, No.1, PP.109-127. Darwin, A. 2004. Penerapan SustainabilityReporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Progam Profesi Lanjutan, 13-15 Desember. Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang. Badan Penerbit-UNDIP. Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR diclosure terhadap Earning Response Coefficientyang terdfatar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi X. Scott, W. R. 2003. Financial Accounting Theory, third Edition. Toronto: Prentice Hall. Sembiring, E. R. 2005. “Karakteristik Prusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”,Simposium Nasional Akuntansi VIII, Vol. 2005. Zahroh, N. dan U. Siddharta. 2006. “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba dan Koefisien Respon nilai Buku Ekuitas : Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang ●●●