Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN INFORMASI KEUANGAN TERHADAP ABNORMAL RETURN Faizah
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of corporate social responsibility disclosure and financial information which is proxy by accounting profit, operating cash flow, investment, financing and return on equity to the abnormal return in the high profile company. The result of research shows that: (1) the disclosure of corporate social responsibility has significant influence to the abnormal return, (2) accounting profit has significant influence to the abnormal return, (3) operating cash flow has negative and significant influence to the abnormal return (4) investment cash flow have no influence to the abnormal return, (5) financing cash flow have no influence to the abnormal return, (6) return on equity have no influence to the abnormal return. Keywords: corporate social responsibility, accounting profit, operation cash flow, investment cash flow, funding cash flow, return on equity and abnormal return. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan corporate social responsibility dan informasi keuangan yang diproksi dengan laba kuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan dan return on equity terhadap abnormal return pada perusahaan high profile. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh terhadap abnormal return; (2) laba akuntansi berpengaruh terhadap abnormal return; (3) arus kas operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap abnormal return; dan (4) arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap abnormal return; (5) arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return; (6) return on equity tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Kata kunci: corporate social responsibility, laba akuntansi, arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, return on equity dan abnormal return.
PENDAHULUAN Suatu pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Hartono, 2009). Pasar efisien di uji dengan melihat return tidak wajar atau abnormal return yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama (Hartono, 2009). Pada umumnya, investor mengharapkan return normal yang proporsional dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Namun, investor yang canggih (sophisticated) dapat memperoleh return aktual melebihi return normal. Return ini disebut abnormal return, yang dihitung dari selisih antara return yang sesungguhnya terjadi (actual return) dengan return yang diharapkan oleh investor (expected return) (Cahyasuci, 2008). Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman ini diantaranya diperoleh karena para investor memperoleh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
2
informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan (Daniati dan Suhairi, 2006). Dalam memilih investasi yang menghasilkan kembalian (return), investor memerlukan berbagai informasi sebagai landasan keputusan. Salah satu sumber informasi potensial yang lazim digunakan oleh para investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi adalah laporan keuangan. Adanya informasi keuangan yang dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan akan mengubah keyakinan para investor. Hal ini dapat dilihat dari reaksi pasar, harga saham, dan tingkat keuntungan. Informasi dalam laporan keuangan yang menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan adalah laba akuntansi. Laba akuntansi mencerminkan kinerja perusahaan karena mengandung informasi laba selama satu periode akuntansi. Investor sangat berkepentingan dengan informasi yang berkaitan dengan laba perusahaan untuk menilai bagaimana kinerja perusahaan dimasa mendatang. Apabila perusahaan memiliki kinerja yang baik akan mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Dengan demikian, laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan sebagai alat untuk mengambil keputusan investasi. Pada umumnya, investor juga mendasarkan keputusan investasi pada informasi yang terdapat dalam laporan arus kas. Dengan tersedianya laporan arus kas, pemakai laporan keuangan (terutama pihak investor) dapat melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta memungkinkan pemakai untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Arus kas terbagi atas beberapa komponen yaitu: pertama, arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Kedua, arus kas dari aktivitas investasi merupakan aliran kas masuk dan keluar karena kegiatan perusahaan dalam hal investasi pada aktiva tetap maupun surat berharga. Ketiga, arus kas dari kegiatan pendanaan merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi modal dan hutang perusahaan (Nelvianti, 2013). Selain informasi laba akuntansi dan laporan arus kas, investor juga perlu mempertimbangkan analisa rasio keuangan yang sering digunakan sebagai pengambilan keputusan investasi yaitu rasio profitabilitas. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholder’s equity. Investor selalu berharap untuk mendapatkan ROE yang tinggi, akan tetapi harapan investor ini tidak selalu sesuai dengan kenyataannya karena adanya faktor resiko. ROE yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan ekspektasi dari investor dapat membuat pasar bereaksi yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Perubahan ROE perusahaan akan mengakibatkan perubahan nilai perusahaan sehingga hal ini akan menimbulkan reaksi dari invetor yang tercermin pada abnormal return (Cheng dan Christiawan, 2011). Dalam pengambilan keputusan, investor tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laporan keuangan perusahaan saja, tetapi kini investor juga mempertimbangkan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja perusahaan tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan. Pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan diharapkan mampu memberikan sinyal dan dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh pelaku pasar sehingga dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang. Suatu informasi dapat dikatakan mempunyai nilai guna bagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
3
investor apabila informasi tersebut memberikan reaksi untuk melakukan transaksi di pasar pmodal. Hal ini dapat dilihat dari abnormal return yang merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi (Hartono, 2009). Penelitian yang menguji tentang variabel pengungkapan CSR, laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, dan pendanaan serta ROE yang dikaitkan dengan abnormal return sudah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) membuktikan bahwa kandungan informasi arus kas investasi, laba kotor mempunyai hubungan yang signifikan sedangkan arus kas operasi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan expected return. Hasil penelitian oleh (Djam’an, 2011) menunjukkan bahwa arus kas operasi, investasi dan laba akuntansi berpengaruh, sedangkan arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Penelitian yang dilakukan oleh (Nelvianti, 2013) membuktikan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh sedangkan arus kas operasi, investasi dan laba kotor tidak berpengaruh terhadap abnormal return saham. (Silalahi, 2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap abnormal return, hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mulyono, 2008 serta Cheng dan Christiawan, 2011) bahwa ROE memilih pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. Penelitian dengan hasil yang berbeda juga ditemui dalam pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return. Sayekti dan Wondabio (2007) menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar (abnormal return). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh yang (Cheng dan Christiawan, 2011) menyatakan bahwa adanya pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return. Penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) menunjukkan bahwa pengungkapan tematema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk kategori high profile selama periode 2004. Berbeda dengan hasil penelitian (Dahlia dan Siregar, 2008) yang mengungkapkan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Hasil yang tidak konsisten dalam penelitian-penelitian tersebut terhadap abnormal return oleh beberapa peneliti menunjukkan fenomena yang menarik dan perlu dilakukan pengujian ulang. Atas dasar itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pengungkapan CSR dan informasi keuangan yang diproksi dengan laba akuntansi, arus kas operasi, investasi, pendanaan dan ROE berpengaruh terhadap abnormal return pada perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Abnormal Return Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Efisiensi pasar diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi. Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. (Hartono, 2008) mendefinisikan Abnormal return atau excess return sebagai selisih antara actual return dan expected return. Abnormal return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang didapatkan lebih kecil dari return yang diharapkan. Rumus untuk menghitung abnormal return: ARi,t = Ri,t – E(Ri,t)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
4
Return Realisasi (Actual return) merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Tujuan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko investasi yang harus dihadapinya. Dalam Penelitian Brown dan Warner (1985) dalam Hartono (2008: 550) return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Dalam penelitian ini expected return dihitung dengan menggunakan indeks pasar karena menurut market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat periode itu. Maka dengan model ini tidak perlu menggunakan estimation period karena return efek yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Sehingga persamaannya yaitu E (Ri,t) = RMt . Informasi Laba Akuntansi Menurut PSAK 46, Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja yang sering digunakan oleh banyak pihak seperti perusahaan, investor, kreditor, dan lain-lain. Dengan informasi laba akuntansi bisa diketahui performa perusahaan selama suatu periode akuntansi. Selain itu, investor bisa menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen. Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasi dana pada perusahaan tersebut. Menurut Muqodim (2005: 131) dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba bersih. Laba bersih memang mendapat perhatian lebih banyak dari investor karena laba bersih dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rill serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya yang diukur dengan besarnya tingkat laba yang dihasilkan selama periode akuntansi. Informasi Arus Kas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 menyatakan bahwa informasi arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 menyatakan bahwa laporan arus kas mengklasifikasikan penerimaan dan pengeluaran kas kedalam komponen arus kas yang terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu: 1. Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. PSAK No. 2 paragraf 12 menjelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. 2. Arus kas dari aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar (aktiva tetap). PSAK No. 2 paragraf 15 menjelaskan bahwa pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
5
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan Arus kas dari aktivitas pendanaan merupakan arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi modal dan hutang perusahaan. PSAK No. 2 paragraf 16 menjelaskan bahwa pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Return On Equity (ROE) Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dengan menggunakan Return On Equity (ROE). ROE adalah rasio yang sangat penting bagi para pemilik perusahaan yang rasio ini dapat mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan/pengembalian kepada ekuitas/modal para pemegang saham. Semakin tinggi nilainya, maka perusahaan semakin baik dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham, sebaliknya jika nilai ROE menurun maka bukti bahwa investasi baru yang dilakukan perusahaan memiliki nilai ROE yang lebih rendah dibandingkan investasi masa lalu. Tingkat pengembalian yang tinggi ini akan menunjukkan keberhasilan perusahaan sehingga dapat menghasilkan peningkatan harga saham. Hal ini mengakibatkan perusahaan dapat mudah menarik dana baru dan melakukan ekspansi usaha yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan keuntungan perusahaan (Mulyono, 2008 ). Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada dasarnya tanggungjawab sosial perusahaan merupakan bentuk perhatian perusahaan pada lingkungan disekitarnya karena dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tapi juga untuk kemaslahatan pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007). Menurut The World Business Council for Sustainable Development dalam (Cheng dan Christiawan, 2011), menjelaskan CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak secara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. Dapat disimpulkan bahwa CSR adalah suatu komitmen perusahaan untuk melakukan praktek bisnis yang terbuka dan transparan berdasarkan nilai-nilai etika, terintegrasi dengan lingkungan, peduli terhadap karyawan, komunitas lokal dan lingkungan sosial secara keseluruhan demi meningkatkan kualitas hidup. Konsep CSR merujuk bahwa perusahaan bukan hanya organisasi yang mencari profit saja, tetapi juga mempunyai peranan dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan dan lingkungannya untuk membentuk suistainable society. Menurut Ghozali dan Chariri (2007) pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut memperluas tanggungjawab organisasi, dalam hal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
6
ini perusahaan di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Pengungkapan CSR merupakan bagian dari akuntansi pertanggung jawaban sosial yang mengkomunikasikan informasi sosial kepada stakeholder. Menurut Guthrie dan Parker (1990) sebagaimana dikutip oleh Sayekti dan Wondabio (2007), pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan politis. Selain itu juga, akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya. Industri High Profile Perusahaan-perusahaan high profile, pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas. Masyarakat umumnya lebih sensitif terhadap tipe industri ini karena kelalaian perusahaan dalam pengamanan proses produksi dan hasil produksi dapat membawa akibat yang fatal bagi masyarakat. Perusahaan high profile juga lebih sensitif terhadap keinginan konsumen atau pihak lain yang berkerpentingan terhadap produknya. Adapun perusahaan yang tergolong dalam perusahaan high profile pada umumnya mempunyai sifat: memiliki jumlah tenaga kerja yang besar, dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah cair dan polusi udara. Contoh perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri high profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan pariwisata (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Pengembangan Hipotesis Pengaruh pengungkapan csr terhadap abnormal return. Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau investor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Hartono (2008) dapat diukur dengan menggunakan abnormal return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap abnormal return. Penelitian yang mendukung adanya hubungan antara CSR dengan abnormal return adalah penelitian oleh Cheng dan Christiawan (2011) menemukan bahwa secara simultan dan parsial CSR berpengaruh terhadap abnormal return. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) yang menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar (abnormal return). Demikian juga penelitian Nurdin dan Cahyandito (2006) menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan berpengaruh signifikan terhadap reaksi investor yang diukur dengan abnormal return dan volume perdagangan saham pada perusahaan yang masuk kategori high profile selama periode 2004. H1:
Terdapat pengaruh pengungkapan CSR terhadap abnormal return.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
7
Pengaruh laba akuntansi terhadap abnormal return. Perusahaan yang mengalami laba akan dapat dikatakan telah melakukan kinerja keuangan dengan baik dan akan memengaruhi ekspektasi para investor untuk memperoleh pembagian laba dalam bentuk dividen. Selanjutnya ekspektasi tersebut akan memengaruhi perilaku investor dalam melakukan transaksi di bursa. Secara teori jika perusahaan memperoleh laba yang semakin besar, maka perusahaan akan mampu membagikan dividen yang semakin besar dan akan berpengaruh secara positif terhadap return saham yang akan diharapkan investor sehingga berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Djam’an (2011) membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara laba akuntansi terhadap abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai laba perusahaan masih banyak dipakai oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan walaupun terdapat informasi yang lain. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan nilai perusahaan di masa yang akan datang. H2:
Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap abnormal return
Pengaruh arus kas operasi terhadap abnormal return. Investor menanamkan modalnya pada sebuah perusahaan mengharapkan return yang tinggi yang akan diterimanya. Calon investor akan melihat bagaimana kinerja suatu perusahaan dan bagaimana imbalannya terhadap investor, salah satu yang dijadikan alat ukur investor adalah arus kas operasional. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan arus kas dari aktivitas operasi memengaruhi ekspektasi investor untuk memperoleh arus kas setiap periode. Secara teori Semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai return saham yang pada akhirnya bisa dijadikan dasar dalam memprediksi abnormal return suatu saham. Hasil penelitian terdahulu oleh Djam’an (2011) menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh terhadap abnormal return yang menandakan adanya hubungan yang positif antara variabel arus kas operasi dengan saham. H3:
Terdapat pengaruh arus kas operasi terhadap abnormal return
Pengaruh arus kas investasi terhadap abnormal return. Dalam kondisi normal arus kas investasi bertanda negatif yang artinya perusahaan lebih memilih untuk membeli peralatan, gedung, dan aset tetap dibanding dengan menjual asetnya sehingga perusahaan bertambah kapasitasnya yang berarti bahwa investor merespon positif terhadap perusahaan yang berinvestasi. Secara teori, semakin tinggi arus kas investasi perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return saham yang akan berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu oleh Daniati dan Suhairi (2006) menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap expected return. Djam’an (2011) menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap abnormal return. H4:
Terdapat pengaruh arus kas investasi terhadap abnormal return
Pengaruh arus kas pendanaan terhadap abnormal return. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi utang jangka panjang dan ekuitas perusahaan. Aktivitas ini terkait dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
8
bagaimana perusahaan memperoleh dana dari pihak luar seperti utang atau penjualan saham apabila dana dari internal perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Peningkatan arus kas pendanaan ini berarti perusahaan mempunyai banyak dana untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja tersebut berdampak positif terhadap return yang diterima oleh investor. Secara teori, semakin tinggi arus kas pendanaan perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut dan semakin besar pula return saham yang diharapkannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh positif terhadap return saham yang akan berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu oleh Nelvianti (2013) menunjukkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh terhadap abnormal return. H5:
Terdapat pengaruh arus kas pendanaan terhadap abnormal return
Pengaruh return on equity terhadap abnormal return. Return on Equity (ROE) memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, semakin tinggi ROE perusahaan maka semakin besar peluang para investor untuk memperoleh laba bersih dari setiap modal yang diinvestasikan sehingga akan direspon positif oleh pasar yang tercermin dalam abnormal return. Sebaliknya, semakin rendah ROE perusahaan berarti semakin kecil peluang pemilik perusahaan memperoleh keuntungan dari laba bersih untuk setiap modal yang diinvestasikan sehingga akan direspon negatif oleh pasar (Cheng dan Christiawan, 2011). Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh ROE terhadap abnormal return telah diteliti oleh Mulyono (2008) dan Cheng dan Christiawan, 2011) bahwa ROE berpengaruh terhadap abnormal return. H6:
Terdapat pengaruh ROE terhadap abnormal return
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah adalah perusahaan go publik yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan high profile yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010 secara berturut – turut, (2) Perusahaan high profile yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) dalam mata uang rupiah selama tahun 2008-2010 secara berturut – turut dan tidak terlambat menerbitkan laporan tahunan perusahaan di BEI paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Peraturan Bapepam No. X.K.2 Tahun 2011), (3) Perusahaan high profile yang mengungkapkan informasi CSR dalam laporan tahunan selama tahun 2008-2010 secara berturut – turut, (4) Perusahaan high profile yang tidak mengalami kerugian selama tahun 2008-2010. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan akumulasi dari abnormal return. Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Sebelum menghitung CAR, menghitung terlebih dahulu abnormal return dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
9
a. Menghitung actual return saham Actual return merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya dengan rumus sebagai berikut: Pi,t - Pi,t-1 Ri,t = -------------Pi,t-1
Keterangan: Ri,t = Actual return untuk saham i pada periode ke-t Pi,t = Harga saham i pada periode ke-t Pi,t-1 = Harga saham i pada periode ke t-1 b. Menghitung expected return saham Penelitian Brown dan Warner (1985) dalam Hartono (2008: 550) return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Dalam penelitian ini expected return dihitung dengan menggunakan indeks pasar karena menurut market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat periode itu. Maka dengan model ini tidak perlu menggunakan estimation period karena return efek yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Sehingga persamaannya yaitu E (Ri,t) = RMt maka perhitungan expected return dengan rumus sebagai berikut: IHSGt1 - IHSGt-1 E (Ri,t) = ---------------------IHSGt-1 Keterangan: E(Ri,t) = Return pasar (expected return) saham i pada periode ke-t. I HSGt = Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode ke t. I HSG t −1 = Indeks harga saham gabungan yang terjadi pada periode ke t −1 c. Menghitung abnormal return Abnormal return saham merupakan selisih antara actual return dengan expected return. Abnormal return dihitung dengan rumus sebagai berikut: ARi,t = Ri,t – E(Ri,t) Keterangan: ARi,t = abnormal return saham i pada periode ke-t Ri,t = actual return saham i pada periode ke-t E(Ri,t) = expected return saham i pada periode ke-t Dalam penelitian ini, periode jendela yang digunakan untuk menghitung abnormal return adalah 11 hari melibatkan 5 hari sebelum dan sesudah dan 1 hari pada saat publikasi annual report masing-masing perusahaan seperti terlihat pada gambar 1:
t-5
t0 Gambar 1 Periode Jendela
Keterangan: t0 = tanggal publikasi laporan tahunan t-5 = 5 hari sebelum tanggal publikasi laporan tahunan t+5 = 5 hari setelah tanggal publikasi laporan tahunan
t+5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
10
Untuk dapat menguji nilai abnormal return selama 11 hari dengan indeks CSR dan informasi keuangan maka perlu mengakumulasikan abnormal return. Perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR): CARit = ∑ ARit Keterangan: CARit = Cumulative abnormal return saham perusahaan i pada periode t yang diakumulasi dari abnormal return saham perusahaan i Variabel Independen a. Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) Indeks pengungkapan corporate social responsibility dihitung berdasarkan jumlah item pengungkapan CSR yang diungkapkan perusahaan. Indeks pengungkapan ditentukan dengan teknik tabulasi untuk setiap perusahaan sesuai daftar pengungkapan sosial. Daftar pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dibagi dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Penghitungan CSR dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Haniffa et al (2005) dalam Sayekti dan Wondabio (2007), rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut: ∑Xij CSRIj = -------nj Keterangan: CSRIj = Corporate Social Responsibility Index perusahaan j nj = Jumlah item pengungkapan CSR untuk perusahaan j, nj=78 Xij = 1: jika item i diungkapkan; 0: jika item i tidak diungkapkan Dengan demikian, 0 ≤ CSRDIj ≤ 1 b. Laba Akuntansi (LAK) Menurut Muqodim (2005: 131) dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen pokok seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum pajak dan laba bersih. Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba bersih. Laba bersih memang mendapat perhatian lebih banyak dari investor karena laba bersih dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rill serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya yang diukur dengan besarnya tingkat laba yang dihasilkan selama periode akuntansi. Dalam penelitian ini Laba Akuntansi diproksi dari laba bersih (net income). c. Arus Kas Operasi (AKO) Berasal dari arus kas bersih yang dihasikan dari aktivitas operasi. d. Arus Kas Investasi (AKI) Berasal dari arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi. e. Arus Kas Pendanaan (AKP) Berasal dari arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
11
f. Return On Equity (ROE) ROE merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Secara matematis, ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Setelah Pajak (EAT) ROE =----------------------------------Total Equitas Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan satu persamaan regresi, yaitu : CAR = a + β1 CSRI + β2 LAK + β3 AKO + β4 AKI + β5 AKP+ β6 ROE + ε Keterangan: CAR = Cumulative abnormal return = Konstanta a b 1,2,3,4,5,6 = Koefisien variabel bebas CSRI = Corporate social responsibility indeks LAK = Laba akuntansi AKO = Arus kas operasi AKI = Arus kas investasi AKP = Arus kas pendanaan ROE = Return on equity ε = Kesalahan pengganggu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil uji normal plot pola data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. Di samping menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov. Nilai kolmogorov-smirnov Z sebesar 0,728 dengan tingkat signifikan 0,664 berarti hal itu menunjukkan bahwa variabel penelitian terdistribusi normal karena tingkat signifikasinya 0,664 ≥ 0,05. b. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas adanya multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,897 terletak Antara -2 sampai +2, yang berarti tidak ada masalah autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara ZEPRED dengan SRESID. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Uji Hipotesis Hasil nilai koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0,212 yang berarti sebanyak 21,2% variabel independen (CSRI, LAK, AKO, AKI, AKP, ROE) dapat menjelaskan variabel dependen abnormal return (Cumulative Abnormal Return) dan sisanya 78,8% dipengaruhi oleh faktor yang lain di luar penelitian.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
12
Pengujian Hipotesis 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Persamaan regresi ini digunakan untuk menjawab hipotesis 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Hasil uji hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1 Analisis Regresi CAR = a + β1 CSRI + β2 LAK + β3 AKO + β4 AKI + β5 AKP+ β6 ROE + ε Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Coefficients Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) -.281 .101 -2.786 .007 CSRI .386 .151 .354 2.561 .013 .700 1.429 LAK .018 .008 .286 2.338 .023 .889 1.124 1 AKO -7.355E-009 .000 -.255 -2.136 .037 .939 1.065 AKI 1.499E-008 .000 .120 .947 .348 .834 1.199 AKP -9.229E-009 .000 -.137 -.973 .335 .674 1.484 ROE .055 .055 .122 .997 .323 .887 1.128 a. Dependent Variable: CAR Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: a. Pengaruh corporate social responsibility indeks (CSRI) terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR) Berdasarkan pada tabel 1, nilai signifikan sebesar 0,013 yang artinya lebih kecil dari 0,05 (α=0,05) dengan nilai koefisien regresi CSR sebesar 0,386. Tanda koefisien regresi positif menunjukkan pengaruh CSRI searah terhadap CAR sehingga dapat disimpulkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap CAR perusahaan, dengan demikian hasil uji t mendukung hipotesis 1 bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap abnormal return. Berpengaruhnya CSR terhadap CAR dikarenakan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat menimbulkan image yang baik atau memiliki reputasi yang baik di mata stakeholder, hal ini membuat investor dapat menilai bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik sehingga mendorong investor untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Perusahaan yang mempunyai tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tinggi akan memberikan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut sehingga pengungkapan CSR dapat dijadikan bahan pertimbangan yang diperhatikan investor maupun calon investor dalam memilih tempat investasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007), Cheng dan Christiawan, (2011) serta Nurdin dan Cahyandito (2006) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlian dan Siregar (2008) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diproksi dengan CAR. Hal tersebut disebabkan karena investor memiliki persepsi yang rendah terhadap CSR serta kebanyakan investor berorientasi pada kinerja jangka pendek, sedangkan CSR dianggap berpengaruh pada kinerja jangka menengah dan jangka panjang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
13
b. Pengaruh laba akuntansi terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan pada tabel 1, nilai signifikan sebesar 0,023 yang artinya lebih kecil dari 0,05 (α=0,05) dengan nilai koefisien regresi LAK sebesar 0,018. Tanda koefisien regresi positif menunjukkan pengaruh LAK searah terhadap CAR sehingga dapat disimpulkan bahwa LAK berpengaruh signifikan terhadap CAR perusahaan, dengan demikian hasil uji t mendukung hipotesis 2 bahwa LAK berpengaruh terhadap abnormal return. Dalam penelitian ini besarnya laba akuntansi dapat melihat dari perhitungan laba bersih. Hal ini menunjukkan bahwa investor telah memanfaatkan informasi laba akuntansi. Sesuai dengan PSAK 46, Laba akuntansi merupakan ukuran kinerja yang sering digunakan oleh banyak pihak seperti perusahaan, investor, kreditor, dan lain-lain. Dengan informasi laba akuntansi bisa diketahui performa perusahaan selama suatu periode akuntansi. Selain itu, investor bisa menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen. Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasi dana pada perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Daniati dan Suhairi (2006) yang menyatakan bahwa laba kotor berpengaruh terhadap expected return, dan Djam’an, (2011) menyatakan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap abnormal return. Namun, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nelvianti (2013) yang menyatakan bahwa laba kotor tidak berpengaruh terhadap abnormal return, hal ini disebabkan karena informasi laba kotor tidak cukup informatif sebagai alat ukur kinerja perusahaan. b. Pengaruh arus kas operasi (AKO) terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan pada tabel 1, variabel AKO berpengaruh signifikan terhadap CAR dengan nilai signifikan sebesar 0,037 yang artinya lebih kecil dari 0,05 (α=0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa AKO berpengaruh signifikan terhadap CAR perusahaan, dengan demikian hasil uji t mendukung hipotesis 3 bahwa AKO berpengaruh terhadap abnormal return. Dalam penelitian ini nilai koefisien regresi AKO sebesar -7,355x10-9. Tanda koefisien regresi negatif menunjukkan pengaruh AKO tidak searah terhadap CAR. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai koefisiean regresi AKO negatif (tidak searah) dengan CAR. Adanya pengaruh yang signifikan berarti tinggi rendahnya nilai arus kas operasi dapat mempengaruhi abnormal return. Sedangkan arah negatif mengindikasikan semakin rendah arus kas operasional perusahaan akan berpengaruh pada peningkatan abnormal return dan sebaliknya. Nilai arus kas operasi yang negatif menandakan bahwa pengeluaran kas operasi lebih banyak dibandingkan pemasukan kas operasi. Besarnya akun pengeluaran lebih diakibatkan oleh tingginya pembayaran atau pengeluaran kepada pemasok. Pembayaran kas kepada pemasok dikarenakan pembelian bahan baku yang menyebabkan hutang. Perusahaan yang melakukan pembayaran hutang lebih besar menunjukkan sinyal positif bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajibannya dan mampu bertahan di masa depan. Hal ini tentunya akan direspon oleh investor sebagai kabar baik, sehingga tingkat pengharapan atas pengembalian saham meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah arus kas operasi maka akan semakin tinggi nilai abnormal return. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Djam’an (2011) yang menunjukkan bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap abnormal return. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Daniati dan Suhairi (2006) bahwa arus kas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
14
operasi tidak berpengaruh terhadap expected return, dan penelitian Nelvianti (2013) yang menunjukkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap abnormal return. c. Pengaruh arus kas investasi (AKI) terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan pada tabel 1, nilai signifikan sebesar 0,348 yang artinya lebih besar dari 0,05 (α=0,05) yang berarti AKI tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR perusahaan, dengan demikian hasil uji t tidak mendukung hipotesis 4 bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap abnormal return. Namun, jika dilihat dari nilai koefisien regresi AKI sebesar 1,499x10-8 yang berarti koefisien regresi bertanda positif menunjukkan pengaruh AKI searah terhadap CAR. Sesuai dengan teori bahwa jika perusahaan melakukan investasi yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula return sahamnya yang pada akhirnya akan menimbulkan abnormal return. Dari hasil tabel 1 menberikan makna yang berbeda bahwa investor menganggap informasi arus kas investasi tidak cukup informatif sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Investor dalam hal ini tidak melihat pelaporan arus kas dari aktivitas investasi yang berisikan informasi yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas sebagai informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi serta tidak berhubungan secara langsung dengan laba yang menjadi perhatian utama investor dalam menanamkan modal. Sehingga Hal ini dapat diasumsikan bahwa berapapun besar kecilnya nilai arus kas investasi perusahaan tidak mampu berpengaruh pada peningkatan nilai CAR perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nelvianti (2013) bahwa arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian. Daniati dan Suhairi (2006) yang menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap expected return serta penelitian Djam’an (2011) yang menunjukkan bahwa arus kas investasi berpengaruh terhadap abnormal return. d. Pengaruh arus kas pendanaan (AKP) terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan pada tabel 1, nilai koefisien regresi variabel AKP sebesar -9,229x10-8 dengan nilai signifikan sebesar 0,335 yang artinya lebih besar dari 0,05 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tanda koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa AKP tidak searah dengan CAR serta AKP tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR dengan demikian hasil uji t tidak mendukung hipotesis 5 bahwa AKP berpengaruh terhadap abnormal return. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien arus kas pendanaan negatif (tidak searah) dengan CAR. Hal ini disebabkan karena investor mempunyai presepsi lain tentang arus kas pendanaan dalam penelitian ini. Jika arus kas pendanaan semakin tinggi maka proporsi hutang pun juga akan semakin tinggi. Sedangkan hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Risiko tersebut berhubungan dengan risiko pembayaran bunga yang umumnya tidak dapat ditutupi perusahaan. Investor beranggapan jika menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang mempunyai jumlah hutang yang tinggi akan lebih beresiko yaitu jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban hutangnya serta bunganya yang akan mengakibatkan financial distress yang artinya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan, hal ini membuat tingkat pengharapan investor akan pengembalian investasi akan menurun. Sehingga dapat disimpulkan semakin tingginya arus kas pendanaan maka maka semakin rendah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
15
kepercayaan investor pada perusahaan tersebut dan semakin menurun pula tingkat return atas investasinya. Hasil penelitian ini tidak berpengaruh antara variabel AKP dengan CAR. Hal ini disebabkan karena investor tidak merespon besar kecilnya nilai arus kas pendanaan pada perusahaan tersebut. Sehingga keputusan pendanaan kurang dapat merefleksikan kinerja perusahaan sehingga informasi yang terkandung dalam arus kas pendanaan kurang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Djam’an, 2011) menunjukkan bahwa arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nelvianti, 2013) menunjukkan bahwa arus kas pendanaan berpengaruh terhadap abnormal return saham. e. Pengaruh return on equity (ROE) terhadap abnormal return yang dilihat dari cumulative abnormal return (CAR). Berdasarkan pada tabel 1, nilai signifikan sebesar 0,323 yang artinya lebih besar dari 0,05 (α=0,05) yang berarti ROE tidak berpengaruh terhadap CAR perusahaan, dengan demikian hasil uji t tidak mendukung hipotesis 6 bahwa return on equity berpengaruh terhadap abnormal return. Namun, jika dilihat dari nilai koefisien regresi ROE sebesar 0,055 yang berarti koefisien regresi bertanda positif menunjukkan pengaruh ROE searah terhadap CAR. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai ROE, maka perusahaan semakin baik dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham. Tingkat pengembalian yang tinggi ini akan menunjukkan keberhasilan perusahaan sehingga dapat menghasilkan peningkatan harga saham. Hal ini mengakibatkan perusahaan dapat mudah menarik investor untuk menginvestasi dananya dan melakukan ekspansi usaha yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan keuntungan perusahaan (Mulyono, 2008 ). Namun, hasil pengujian statistik dalam penelitian ini memberi makna bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. Hal ini menunjukkan bahwa informasi ROE kurang informatif bagi investor dalam mengestimasi return. Pasar tidak merespon ROE sebagai informasi yang bisa mengubah keyakinan investor sehingga tidak dapat mempengaruhi return saham yang pada akhirnya tidak berpengaruh terhadap CAR. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Silalahi (2009) bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap abnormal return, namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Mulyono, 2008 serta Cheng dan Christiawan, 2011) bahwa ROE memilih pengaruh yang signifikan terhadap abnormal return. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. (2) laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. (3) arus kas operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap abnormal return. (4) arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap abnormal return. (5) arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap abnormal return. (6) return on equity tidak berpengaruh terhadap abnormal return. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini terutama adalah: 1. Penelitian ini hanya terdapat 25 sampel perusahaan high profile dengan periode pengamatan 3 tahun sehingga bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik jika memperluas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
16
obyek penelitian seperti seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI serta memperpanjang periode pengamatan. 2. Berlakunya standart IFRS pada tahun 2011 membuat perusahaan yang terdaftar di BEI harus melaksanakan standart yang telah ditetapkan. Agar hasil penelitian ini konsisten, peneliti menggunakan tahun amatan yang mana perusahaan belum menggunakan standart IFRS yaitu dari tahun 2008 – 2010. Sehingga bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan dan tahun amatan yang sudah mengungkapkan standart IFRS, agar hasilnya lebih maksimal dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya. 3. Pengukuran indeks CSR dalam penelitian ini masih mengikuti acuan dari penelitian terdahulu yang sudah lama, sehingga bagi peneliti selanjutnya harus terus mengikuti perkembangan yang ada dari berbagai badan internasional yang terkait dengan CSR dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Serta mempertimbangkan penggunaaan informasi lain selain laporan tahunan perusahaan. 4. Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang cukup rendah. Mengingat 78,8% penelitian ini dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini, dengan demikian penelitian selanjutnya hendaknya menambahkan faktor –faktor lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap abnormal return. DAFTAR PUSTAKA Cahyasuci, S. 2008. Pengaruh Kandungan Informasi Laba, Komponen Arus Kas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Cumulative Abnormal Return. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. Cheng, M. dan Y. J. Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 13(1):2436. Dahlia, L. dan S.V. Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. 22-25 Juli: 1-23. Daniati, N. dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. Simposium Nasional Akuntansi 9 (Padang). 23-26 Agustus: 1-23. Djam’an, N. 2011. Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas, Laba dan Ukuran Perusahaan terhadap Abnormal Return Saham. Jurnal Riset akuntansi Indonesia. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hartono, J. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima. BPFE. Yogyakarta. . 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. BPFE. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Mulyono. 2008. Hubungan Rasio Keuangan, Ukuran Perusahaan dan Arus Kas pada Laporan Keuangan Interim dan Tahunan terhadap Abnormal Return Saham (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20022006). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Muqodim. 2005. Teori Akuntansi. Edisi 1. Ekonesia FE UII. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2 (2014)
17
Nelvianti. 2013. Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas, Laba, dan Ukuran Perusahaan terhadap Abnormal Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Nugroho, Y. 2007. Dilema Tanggung Jawab Korporasi. Kumpulan Tulisan, http://www.unisosdem.org. 19 Januari 2014 (21.30). Nurdin, E. dan M. F. Cahyandito. 2006. Pengungkapan Tema-Tema Sosial dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/jurnal_klh_penungkapan_sosiallingk_dl m_lap_tahunan_faniemilia.pdf. 28 September 2013 (14.00). Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akntansi X Makasar. 26-28 Juli: 1-35. Silalahi, S. A. 2009. Analisis Pengaruh Laporan Keuangan terhadap Abnormal Return pada Sektor Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Zuhroh, D. dan Sukmawati. 2003. Analisis Pengaruh Luas Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus pada PerusahaanPerusahaan High Profile di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya. 16-17 Oktober: 1314-1341.
●●●