Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP ABNORMAL RETURN Vivi Indah Yulia
[email protected]
Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is meant to find out the influence of corporate social responsibility disclosure to the abnormal return in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011 periods. The samples selection are performed by using purposive sampling method which selects the samples by using certain criteria in appropriate with what the researcher wants in which based on the sample selection method as much as 162 observation objects from 54 companies in 2009-2011 have been selected. The multiple linear regression analysis is applied in this research as the analysis technique. In addition to applying corporate social responsibility variable this research also applies other variable (control variable) which consists of return on equity (ROE), price to book value (PBV), size (company size) dan leverage.The result of the research indicates that there are 29 outlier data from 162 observation object due to the data has a very long range from other observation data, so this research tests 133 observation data. The result of partial test indicates that CSR disclosure has significant influence to the abnormal return which indicates that investors consider CSR information in making investment decision. The PBV control variable has significant influence to the abnormal return, but ROE, size and leverage has no influence to the abnormal return is due to the information of these variables for the investors is very limited so the investors consider information more than others. Keywords: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size, leverage
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel di lakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti, dimana berdasarkan metode pemilihan sampel tersebut diperoleh 162 objek observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Penelitian ini selain menggunakan variabel corporate social responsibility juga menggunakan variabel lain (variabel kontrol) yang terdiri dari return on equity (ROE), price to book value (PBV), size (ukuran persahaan)dan leverage.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 162 objek observasi terdapat 29 data outlier dikarenakan data memiliki rentang yang sangat jauh dari data observasi lainnya, sehingga penelitian ini menguji 133 data observasi. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR dalam membuat keputusan investasi. Variabel kontrol PBV berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, namun ROE, size dan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return hal ini dikarenakan informasi atas variabel-variabel tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor lebih mempertimbangkan informasi lainnya. Kata kunci: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size, leverage.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
2
PENDAHULUAN Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki setiap orang dapat ditanamkan ke dalam berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi pada perdagangan valuta asing, obligasi maupun investasi saham. Investasi pada saham merupakan suatu alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor dapat berspekulasi dan berharap bahwa saham yang dimilikinya saat itu akan mendatangkan keuntungan. Ketika return yang didapat investor tidak sesuai dengan pengharapannya maka terjadi abnormal return. Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang diharapkan (return ekspektasian) dengan return yang didapat. Selisih return akan positif jika return yang didapat lebih besat dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung.Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadiankejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana sahamdan lain-lain. Abnormal return dapat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi investor, adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi.Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor, karena dengan adanya informasi yang lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu memungkinkan para investor dapat melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan keseluruhan hubungan perusahaan dengan semua stakeholdernya, yang meliputi konsumen, karyawan, masyarakat, pemilik/investor, pemerintah, dan pemasok (nurdin dan cahyandito, 2006). Tanggungjawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility) sering dianggap inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas (ekonomi dan legal). Tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pemahaman ini disebut dengan 3P (Profit, People,Planet) atau yang terkenal dengan konsep the triple bottom line. Konsep tersebut mengakui bahwa jika perusahaan ingin berlanjut, maka perlu memperhatikan 3P, yaitu bukan cuma (Profit) yang diburu, namun juga harus memberikan konstribusi positif kepada masyarakat (People) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet) (John Eklington dalam Hadi, 2011).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
3
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapanCorporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Signaling Theory Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal perusahaan. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan tentang aktivitas CSR perusahaan. Tujuan dari laporan tambahan ini adalah untuk menyediakan informasi tambahan mengenai kegiatan perusahaan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal) kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang kepedulian perusahaan terhadap wilayah sekitarnya, atau tanda bahwa perusahaan tidak hanya menyediakan informasi berdasarkan ketentuan peraturan tetapi menyediakan informasi yang lebih bagi para stakeholders. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan. Menurut Prasetyaningrum (2008) teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar (investor). Menurut Morris dalam Prasetyaningrum (2008), asimetri informasi dapat terjadi apabila salah satu pihak memiliki sinyal informasi yang lebih lengkap dari pihak lain. Asimetri informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi pada perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada sebagai sinyal. Stakeholder Theory Berdasarkan karakteristiknya Stakeholder dapat dibagi menjadi dua yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Clarkson dalam Fahrizqi, 2010). Stakeholder primer adalah seseorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk going concern, meliputi: shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu pemerintah dan komunitas (organisasi lingkungan). Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi perusahaan dan tidak esensial kelangsunganya, misalnya media massa, dan masyarakat luas. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya.Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar pula
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
4
kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholder-nya (Iren, 2008). Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Teori Legitimasi Legitimasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari masyarakat. Menurut Suchman (dalam Nurkhin, 2009) legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial. Legitimasi dianggap penting oleh perusahaan kerena berhubungan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatanya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem dengan nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Hanniffa et al. dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Dalam usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan sosial dan kegiatan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan lingkungan yang di publikasikan. Kemudian Cormier dan Gordon, 2001 (dalam Inawesnia, 2008) menambahkan bahwa teori legitimasi berdasar pada konsep bahwa organisasi memiliki kontrak dengan masyarakat dan memenuhi kontrak-kontrak tersebut dapat melegitimasi organisasi dan aktivitas organisasi. Abnormal Return Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya dibandingkan dengan return ekspektasi (Hartono,1998) dalam Budiman (2009). Sedangkan menurut Bodie, Kane dan Marcus (2006) abnormal return yaitu imbal hasil atas apa yang akan diprediksi dari pergerakan pasar saja. Jogiyanto (2009) mendefinisikan Abnormal Return sebagai selisih antara Actual Return dan Expected Return. Abnormal Returnakan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan Abnormal Return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Actual Return Actual Return atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham sekuritas i pada periode t (Pi,t) dikurangi harga saham sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
5
Expected Return Expected Return merupakan return yang digunakan untuk pengambilam keputusan investasi. Expected Return penting jika dibandingkan dengan return historis karena Expected Return merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan (Jogiyanto, 2008). Dengan kata lain, Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang akan diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi. Expected return merupakan return yang harus diestimasi. Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Iguh Wijarnakoh (2012) return ekspektasi dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu : 1. Mean - Adjusted Model Mean – Adjusted Model menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama Estimation Period. 2. Market Model Market Model dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap yaitu, membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi diperiode jendela. 3. Market Adjusted Model Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Keunggulan dengan menggunakan model ini adalah tidak perlu menggunakan estimation period untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Return ekspektasi dengan sesuaian resiko diantaranya yaitu Capital Asset Pricing Model (CAPM). CAPM mempertimbangkan resiko pasar untuk menyesuaikan return ekspektasinya. Resiko yang digunakan di CAPM adalah resiko pasar atau resiko sistemik yang diukur dengan beta. Model CAPM adalah sebagai berikut: E(Ri) = Rf + β (Rm – Rf), dimana Rf adalah tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) yang dalam hal ini digunakan rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Rm adalah return pasar yang biasanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan β adah beta masing-masing saham. Return estimasian tidak diperlukan lagi apabila menggunakan CAPM. Corporate Social Responsibility (CSR) Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (Nurlela dan Ishlahuddin, 2008), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Versi lain mengenai definisi CSR dilontarkan oleh World Bank (Wibisono, 2007). Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
6
“...the commitment of bussiness to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life in ways that are both good for bussiness and good for development”. Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan dan komunitas masyarakat umum dengan cara yang baik bagi perusahaan dan juga baik bagi pembangunan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut CSR dapat dirangkum sebagai aktivitas perusahaan dalam mencapai keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham (menghasilkan profit), sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan stakeholders, shareholder dan lingkungan sekitar. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Menurut Ghozali dan Chariri (2007), pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal ini perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Gray dkk(2001) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) menyatakan bahwa CSR Disclosure merupakan suatu proses penyedia informasi yang dirancang untuk mengemukakan masalah seputar Social Accountability, yang mana secara khas tindakan ini dapat dipertanggungjwabkan dalam media-media seperti laporan tahunan maupun dalam bentuk iklan yang berorientasi sosial. Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan suatu informasi tentang aktivitas sosial perusahaan yang diharapkan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan. Ada 2 jenis pengungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara. Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela. Pengungkapan sosial di Indonesia termasuk ke dalam kategori valuntary disclosure. Oleh karena itu perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal. Hubungan Pengungkapan Informasi CSR dalam Laporan Tahunan dan Abnormal Return Perusahaan sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan CSR, hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa para stakeholders lebih tertarik dan akan memberikan apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan CSR. Meskipun tujuan dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk meningkatkan laba perusahaan, namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata stakeholders. Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau investor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Jogiyanto (2009) dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
7
diukur dengan menggunakan Abnormal Return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap Abnormal Return. Pengembangan Hipotesis Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Dalam skripsi ini meneliti tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Eipstein dan Freedman (1994)yang dikutip dari Sayekti dan Wondabio (2007) menemukan bahwa investor individual tertarik dengan informasi sosial yang dilaporkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini tidak hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial. Penelitian yang dilakukan Muid (2011) dengan judul Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Stock Return.Penelitian dilakukan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2009.Hasil penelitian menunjukkan bahwahanya variable CSR ( social ) secara parsial berpengaruh positif terhadap stock return, sedangkan variable CSR ( environment ) tidak berpengaruh terhadap stock return. Secara bersama – sama dengan menggunakan variable control baik variable environment dan social berpengaruh positif terhadap stock return. Penelitian yang dilakukan Cheng dan Christiawan (2011) dengan judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Penelitian dilakukan terhadap laporan tahunan 40 perusahaan sumber daya alam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan. Penelitian yang dilakukan Pradipta dan Purwaningsih (2012) dengan judul Pengaruh Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient (ERC), Dengan Ukuran Perusahaan Dan Leverage Sebagai Variabel Kontrol. Penelitian ini menemukan bahwa luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC.Artinya, semakin besar luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan maka ERC perusahaan akan semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa investor dapat mempertimbangkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan berinvestasi selain informasi laba. Penelitian lain yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) dengan judulPengungkapan Tema-tema Sosial dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi investor, dimana investor di Indonesia sudah mulai menggunakan informasi sosial dan lingkungan dalam melakukan keputusan investasi. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan teori-teori yang relevan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif signifikan terhadap Reaksi Investor (abnormal return).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
8
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 20092011 secara berturut-turut, (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunanselama tahun 2009-2011 secara berturut-turut, (3) Perusahaanmanufaktur mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan selama tahun 2009-2011 secara berturut-turut. Dengan kriteria-kriteria tersebut diperoleh 162 objek observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Cummulative Abnormal Return Cummulative Abnormal return merupakan akumulasi dari Abnormal Return yang merupakan selisih dari Actual Return dan Expected Return. Cumulative Abnormal Return dirumuskan : CARi,t = ∑ARi,t Dimana : CARi,t = CummulativeAbnormal Return saham perusahaan i pada periode t, yang diakumulasi dari abnormal return saham perusahaan i ARi,t = Abnormal Returnsekuritas perusahaan i pada periode ke-t . Periode jendela yang digunakan dalam menghitung abnormal return penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
t-15
t0 Gambar 1 Periode Jendela
t+15
Keterangan: t0 = tanggal publikasi laporan tahunan t-15 = 15 hari sebelum tanggal publikasi laporan tahunan t+15 =15hari setelah tanggal publikasi laporan tahunan 1.
Menghitung Abnormal Return: ARit= Rit – ER Keterangan: ARit = Return tidak normal (abnormal return) sekuritas perusahaan i pada periode ke-t Rit = Return sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan i pada periode ke-t ER = Return ekspektasi Untuk menghitung abnormal return dilakukan langkah – langkah sebagai berikut: a.
Menghitung Actual Return Actual Return saham atau return sesungguhnya diperoleh dengan mencari selisih antara harga saham saat ini dikurangi dengan harga saham periode sebelumnya dibagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
9
harga saham periode sebelumnya. Menghitung actual return untuk mengetahui perbandingan harga saham saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya digunakan persamaan sebagai berikut : Pit – Pit-1 Rit = Pit-1 Keterangan: Rit = Return sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan i pada periode ke-t Pi.t = Harga saham i pada periode t Pi.t-1 = Harga saham i pada periode t-1 b.
Menghitung Expected Return : Expected return dihitung dengan mengunakan indeks pasar karena menurut market adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks pasar padaa saat periode itu. Maka dengan model ini tidak perlu menggunakan estimation period karena return efek yang diestimasi sama dengan return indeks pasar (Hartono, 2009). Indeks pasar yang digunakan adalah IHSG. Maka untuk menghitung expected return digunakan rumus sebagai berikut: (IHSGt – IHSGt-1) ER= IHSGt-1 Keterangan: ER = Expected Return IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada Periode ke t IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada Periode ke t-1 Variabel Independen Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI) Corporate Social Responsibility Indeks dihitung berdasarkan jumlah item pengungkapan CSR yang diungkapkan perusahaan. Indeks pengungkapan ditentukan dengan teknik tabulasi untuk setiap perusahaan sesuai daftar pengungkapan sosial. Daftar pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibagi dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78 item pengungkapan. Variabel Kontrol a) Return on Equity (ROE) Salah satu analisa rasio yang sering digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholder’s equity perusahaan. Return on Equity sering disebut juga rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga ROE bisa juga disebut rentabilitas modal sendiri. Menurut Panggabean (2005) ROE merupakan rasio antara laba bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau tingkat pengembalian investasi pemegang saham (rate of return on stockholder’s investment).Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
10
semakin kuat, demikian pula sebaliknya(Kasmir, 2008). Menurut Priadi (2008) rumus perhitungan ROE dengan metode net income / equity adalah : Laba Bersih ROE= x 100% Ekuitas b)
Price to Book Value (PBV) Dari berbagai rasio keuangan yang ada, salah satu rasio yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap nilai buku ekuitas perusahaan (Price to Book Value Ratio).PBV atau Pertumbuhan perusahaan menunjukkan apakah kemampuan laba akuntansi perusahaan yang tidak dalam proses bertumbuh atau dalam proses bertumbuh, merupakan laba akuntansi tahun berjalan (sebagai berita baik /buruk) dapat digunakan untuk menunjukkan prospek pertumbuhan dimasa yang akan datang (Chandrarin, 2001). Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan rasio antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas (Collins dan Kothari 1989, Bae dan Sami 1996(Chandrarin 2001). Price to Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : PBV =
HS it NBE it/lbr saham
c)
Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran perusahaan merupakan skala yang menentukan besar atau kecilnya perusahaan. Tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya peusahaan antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan.Pengelompokkan perusahaan atas dasar skala operasi (besar atau kecil) dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variabel dalam menentukan keputusan investasi. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut (Waryanto, 2010): SIZE = log (nilai buku total aset)
d)
Leverage Leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis bergantung pada pembiayaan utang.Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri.Leverage perusahaan dihitung dengan menggunakan rasio perbandingan total hutang dengan modal sendiri, atau dikenal dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan dengan tingkat DER tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Mengacu pada penelitian Indah Sulistyowa-ti, dkk (2010) Debt to Equity Ratio (DER) diukur dengan rumus: Total Kewajiban DER= Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
11
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi yang berbeda, yaitu : CAR = β0 + β1CSRI + β2ROE + β3PBV+ β4Size + β5Lev + Ɛ Keterangan: CAR :Cummulative Abnormal Return perusahaan β0 : konstanta persamaan regresi β1,2,3 : koefisien regresi pada setiap variabel CSRI : corporate Social Disclosure Index ROE : return on Equity Ratio PBV : price to book value Size : ukuran perusahaan Lev : leverage Ɛ : error term HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Outlier Data Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari obeservasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2007).Data yang outlier umumnya nilai Z Score antara rentang: 1. Angka Z Score di bawah -3 atau diatas +3, bilanilai jumlah datanya banyak 2. Angka Z Score di bawah -2,56 atau diatas +2,56, bila data yang diuji dengan nilai outlier diatas masih belum normal 3. Angka Z Score di bawah +1,96 atau diatas +1,96, bila data yang diuji dengan nilai outlier diatasmasih belum normaljuga. Dari 162 perusahaan yang menjadi sampel pengamatan, termasuk sebagai data outlier sebanyak 29 data. Dengan demikian tersisa 133 data pengamatan yang dapat digunakan untuk penelitian ini. Untuk lebih jelasnya hasil deteksi outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Hasil deteksi outlier
Deteksi 1 Deteksi 2 Deteksi 3
Jumlah sampel yang
N Setelah outlier
mengandung outlier
Dibuang
14 4 11
148 144 133
Keterangan Tidak normal Tidak normal Normal
Dan 29 data yang termasuk sebagai data outlier tersaji dalam lampiran 1.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
12
Statistik Deskriptif Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu cummulative abnormal return, corporate social responsibility indeks, ROE, PBV, size dan leverage. Tabel 2 Statistik Deskriptif Mean
Std. Deviation
N
CAR
.011
.109
133
CSRI
.225
.036
133
ROE
15.322
19.113
133
PBV SIZE
4.377 28.250
22.778 1.489
133 133
.843
.616
133
LEVERAGE
Tabel2menunjukkan bahwa rata-rata Cummulative Abnormal Return pada 133 data observasi yang digunakan adalah sebesar 0,011 dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 0, 109. Corporate Social Responsibility Indeks pada 133 data observasi yang digunakan mempunyai rata-rata sebesar 0,225 dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 0,036.Return on Equitymempunyai rata-rata sebesar 15,322dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 19,113.Price to Book Valuemempunyai rata-rata sebesar 4,377dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 22,778.Size mempunyai rata-rata sebesar 28,250dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 1,489.Leveragemempunyai rata-rata sebesar 0, 843dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 0, 616. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance variabel bebas dan variabel kontrol lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.879, karena nilai DW berada di antara diantara -2 sampai +2 maka regresi bebas dari autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas. d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa pola data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesisserta untuk mengetahui apakah variable independen dan kontrol berpengaruh terhadap abnormal return.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
13
Tabel 3 Analisis Regresi CAR= -0,187+1,188CSRI+0,000ROE+0,001PBV-0,003SIZE+0,011LEV+e
Model 1 (Constant)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta -,187 ,171
CSRI 1,188 ,248 ROE ,000 ,000 PBV ,001 ,000 SIZE -,003 ,006 LEVERAGE ,011 ,014 a. Dependent Variable: CAR
,390 ,048 ,211 -,042 ,061
Collinearity Statistics t -1,092 4,793 ,586 2,612 -,510 ,756
Sig. Tolerance ,277 ,000 ,559 ,010 ,611 ,451
,966 ,957 ,981 ,941 ,991
VIF 1,035 1,044 1,019 1,063 1,009
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa CSRIberpengaruh signifikan terhadap CAR dan memiliki hubungan yang positif. Sehingga dengan demikian hipotesis diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2011) dengan judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) dengan judulPengungkapan Tema-tema Sosial dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi investor, dimana investor di Indonesia sudah mulai menggunakan informasi sosial dan lingkungan dalam melakukan keputusan investasi. Hal tersebut sesuai dengan signaling theory yang menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar (investor), dan hasil penelitian ini juga didukung denganlegitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatanya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem dengan nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Disisi lain Variabel kontrol PBV berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, namun ROE, size dan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return hal ini dikarenakan informasi atas variabel-variabel tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor lebih mempertimbangkan informasi lainnya. Nilai R2 sama dengan 0,189 yang berarti hanya 18,9% variabel CAR yang dapat dijelaskan oleh CSRI, ROE, PBV, Size dan Leverage, sedangkan sisanya sebesar 81,1% dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi. Secara bersama-sama CSRI, ROE, PBV, Size dan Leveragemempengaruhi CAR hal ini dapat diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan nilai 5,910 dengan signifikansi 0.000.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
14
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukanMuid(2011), tetapi tidak mendukung penelitian yang dilakukanRetno dan Priantinah (2012)yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan, tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cheng dan Christiawan (2011)yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan, pada pengujian ini hasil penelitian menunjukkan Pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan nilai t hitung 2,336 dan siginikansi 0,021. Nilai signifikansi sebesar 0,021 lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti bahwa variabel Pengungkapan CSR secara parsial memiliki pengaruh signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pengungkapan CSR memiliki pengaruh signifikan terhadap abnormal return. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:Corporate social responsibilityberpengaruh terhadap abnormal returnyang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR dalam membuat keputusan investasi. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya: (1) Periode pengamatan terbatas selama tahun 2009-2011, maka untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan melakukan penelitian dengan periode yang lebih panjang. Jumlah sampel yang lebih besar dengan periode yang lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang mendekati kondisi sebenarnya; (2) Penelitian ini menghasilkan Adjusted RSquare yang cukup rendah yaitu 18,9% dengan demikian penelitian selanjutnya disarankan menambahkan atau menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap Abnomal Return saham yang masih berkaitan dengan pelaporan corporate social responsibility seperti beta, growth opportunities,laporan arus kas, persistensi dan kualitas laba; (3)Penelitian ini hanya membatasi pada sisi pengungkapan CSR, bukan pada aktivitas CSR, maka untuk penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan penggunaan informasi lain selain laporan tahunan perusahaan, misalnya laporan keberlanjutan, informasi surat kabar maupun survei khusus mengenai aktivitas CSR pada perusahaan-perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Cheng, M. dan Y. J. Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return.Jurnal akuntansi dan keuangan, vol. 13, no. 1, mei 2011. Djam’an, N. dan G. Pagalung. Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas, Laba Dan Size Perusahaan Terhadap Abnormal Return Saham Padaperusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Hadi, Nor. (2011). Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu: Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
15
Fahrizqi, A. 2010. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Ghazali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang. Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi keenam). Yogyakarta: Yogyakarta. Murwaningsari, E. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 11, No. 1, Mei 2009: 30-41. Nugroho, Y. 10 Nopember 2007, "Dilema Tanggung Jawab Korporasi", Kumpulan Tulisan, www.unisosdem.org. Nurkhin, A. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Studi Empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia). Tesis. Program Magister Akuntansi. Universitas Diponegoro. Nurlela, R. dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemensebagai Variabel Moderating. Simposium Nasioanal Akuntansi XI.Pontianak. Pemerintah Indonesia. 2007. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Santoso, S. 2001. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) . Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 26-28 Juli 2007. Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo, 15-16 September. Wibisono, Y. 2007. Membedah konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing. Jawa Timur. Wijarnako, I. dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Likuiditas Saham Dan Return Saham(Study Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar BEI Periode 2007-2011). DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012. ●●●