PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PEWARISAN SIFAT (Quasi Experiment Pada Kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh IKA RIFQIAWATI NIM. 106016100578
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PEWARISAN SIFAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Oleh: IKA RIFQIAWATI 106016100578
Di bawah Bimbingan:
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd
Nengsih Juanengsih, M. Pd
NIP. 19650115 198703 1 020
NIP. 19790510 200604 2 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH Skripsi dengan judul : ”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat (Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 2 Ciruas, Serang)”, disusun oleh Ika Rifqiawati, NIM 106016100578, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 18 Maret 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Biologi. Jakarta, 21 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqosah Tanggal Ketua Panitia Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd NIP. 19681228 200003 1 004
...............
Sekretaris Nengsih Juanengsih, M. Pd NIP. 19790510 200604 2 001
...............
Penguji I Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd NIP. 19681228 200003 1 004
...............
Penguji II Meiry Fadilah Noor, M. Si NIP. 150 411 174
...............
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003
iii
Tanda Tangan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Ika Rifqiawati
Tempat/Tgl.Lahir
: Serang, 05 Mei 1988
NIM
: 106016100578
Jurusan / Prodi
: Pendidikan IPA/Pendidikan Biologi
Judul Skripsi
: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd 2. Nengsih Juanengsih, M. Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, Mahasiswa Ybs.
Ika Rifqiawati NIM.106016100578
iv
ABSTRAK
Ika Rifqiawati, ”Pengaruh Penggunaan Pendekatan Problem Posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonrandomized control group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 siswa untuk kelas eksperimen, dan 37 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes berpikir kreatif berbentuk uraian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan ratarata postes kedua kelompok diperoleh nilai hitung sebesar 5,62, sedangkan t tabel dengan signifikansi 5% adalah 1,99. Maka dapat dikatakan bahwa t hitung > t tabel. Hal tersebut menunjukkan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) di tolak. Dengan demikian, terdapat pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat.
Kata Kunci: Pendekatan Problem Posing, dan Berpikir Kreatif.
v
ABSTRACT
Ika Rifqiawati, ”The Influence of uses problem posing approach on creative thinking.” Undergradued thesis, for Biology Education Program, The Departement of Natural Science, The Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta.
The study aims to know the effect of problem posing approach on creative thinking skills in genetica concept. This research was conducted at SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. The methode of this research is quasi eksperiment with design used nonrandomized control group pretest-posttest design. The technique sampling is purposive sampling. The amount of research sample were 36 students for experiment class, and 37 students for control class. Data was collected by using creative thinking test methode, biology essay test and response through science learning by using observation. Analysis data used t-test. The result of analysis posttest t-test data both of classes obtained t count point is 5,62, and t table point in 5% significance is 1,99, It is mean t count more higher than t table or t count > t table. It indicates Ha is accepted and Ho is refused. Therefore, There is effect problem posing approach on creative thinking in genetica concept.
Keywords: Problem posing approach, dan Creative thinking
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah memberikan nikmat serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada tauladan kita, Nabi Muhammad saw., yang telah membawa manusia ke dalam dunia yang berperadaban. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam menempuh masa studi strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M. Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Sujiyo Miranto, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd dan Nengsih Juanengsih, M. Pd selaku pembimbing I dan II. Terima kasih atas tenaga, pikiran, dan waktu yang selalu diluangkan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi. 5. Drs. H. Muhammad Yamin selaku Kepala sekolah SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut. 6. Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, seluruh dewan guru dan siswa terutama kelas IX F dan IX B di SMP 2 Ciruas, Serang.
vii
7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik, dan Mas Huda yang selalu memberikan
kasih
sayang
dan
do’anya
kepada
penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 8. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2006 yang saling memberikan motivasi dan semangatnya. 9. Rekan-rekan di Boarding English Course yang selalu berdoa untuk kesuksesan bersama. 10. Direktur dan Staf Literary Agency Mata Pena Writer yang memberikan dorongan dan semangatnya untuk terus berkarya mencerdaskan Bangsa dengan buku. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR
..................................................................
i
DAFTAR ISI
..................................................................
iii
DAFTAR TABEL
..................................................................
vi
DAFTAR GRAFIK
..................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................. viii
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6 D. Perumusan Masalah........................................................................ 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... 6
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritik 1. Pendekatan Problem posing a. Pengertian Problem posing .................................................. 8 b. Penerapan Problem posing dalam KBM...............................10 c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing .......................14 2. Berpikir Kreatif a. Hakikat Berpikir Kreatif........................................................16 b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran .........................19 c. Karakteristik Anak Kreatif ....................................................19 d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa ...............21 e. Mengukur Kreativitas............................................................22
ix
f. Kendala-kendala Kreativitas..................................................24 3. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir Kreatif...26
B. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .............................28 C. Kerangka Berpikir ........................................................................32 D. Pengajuan Hipotesis .......................................................................33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................34 B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian ......................................................................34 2. Desain Penelitian .......................................................................34 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................35 D. Variabel Penelitian ........................................................................35 E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................36 F. Instrumen Penelitian .....................................................................37 1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................37 2. Lembar Observasi .....................................................................39 G. Kalibrasi Instrumen .......................................................................39 1. Validitas Butir Soal ...................................................................39 2. Reliabilitas ................................................................................40 3. Tingkat Kesukaran ....................................................................41 4. Daya Pembeda ..........................................................................41 I. Teknik Analisis Data Kuantitatif ..................................................42 1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif ................42 2. Normal Gain ..............................................................................43 3. Uji Prasyarat ..............................................................................43 4. Uji Hipotesis .............................................................................44 J. Teknik Analisis Data Kualitatif .....................................................46
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Hasil Pre test ....................................................................47 2. Data Hasil Post test ...................................................................48 3. Data Nilai N-Gain .....................................................................50 4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas .......................................................................52 b. Uji Homogenitas ...................................................................53 5. Hasil Pengujian Hipotesis .........................................................54 6. Data Hasil Observasi a. Data Observasi Aktivitas Guru..............................................56 b. Data Observasi Aktivitas Siswa............................................56 7. Analisis LKS Problem posing...................................................54 B. Pembahasan ...................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................62 B. Saran ..............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................63 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................67
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pokok Pembelajaran dengan Problem posing ........ 10 Tabel 2.2 Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Kemampuan Berpikir.................. 19 Tabel 2.3 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah.............................. 27 Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................. 35 Tabel 3.2 Variabel Penelitian.............................................................................. 36 Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif....................................... 37 Tabel 3.4 Kategori Hasil Observasi .................................................................... 46 Tabel 4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 47 Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa ............................... 48 Tabel 4.3 Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 48 Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa............................... 49 Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen ............................................. 50 Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen. 50 Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol .................................................... 51 Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol....... 51 Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............. 53 Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 54 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .............................................................................................. 55 Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ...................................................... 57
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ......................................................56
xiii
DATA LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen.....................................................................67 Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol............................................................................83 Lampiran 3. LKS Problem posing ........................................................................94 Lampiran 4. Modul Materi Pewarisan Sifat..........................................................104 Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tingkat Kesulitan dan Pengetahuan ..........................109 Lampiran 6. Jawaban dan Pedoman Penilaian Instrumen Berpikir Kreatif .........111 Lampiran 7. Perhitungan Analisis Butir Soal .......................................................120 Lampiran 8. Instrumen Berpikir Kreatif ..............................................................126 Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Guru....................................................127 Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa...................................................131 Lampiran 10. Nilai Kelas Eksperimen ..................................................................135 Lampiran 11. Nilai Kelas Kontrol.........................................................................138 Lampiran 12. Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa................................141 Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Eksperimen.............142 Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Pretes dan Postes Kelas Kontrol ...................146 Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas ............................................................150 Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas ........................................................156 Lampiran 17. Perhitungan Uji Hipotesis...............................................................162 Lampiran 18. Pengolahan Data Hasil Observasi...................................................168 Lampiran 19. Rekapitulasi Penilaian LKS Problem posing .................................169
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku, baik perorangan atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan.1 Melalui pendidikan, akan dihasilkan manusia-manusia yang bertakwa, berilmu, mandiri dan bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan apa yang tertera dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2 Tujuan pendidikan di atas akan tercapai apabila terjadi peningkatan komponen-komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia adalah guru. Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas-tugas utama. Tugas utama guru telah tertera dalam undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 bab I pasal 1 yang berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 10 2 Anonim, Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 7
1
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”3 Salah
satu
tolak
ukur
keberhasilan
seorang
pendidik
dalam
menyampaikan pembelajaran adalah bila dalam pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan tersebut sangat bergantung pada kemampuan pendidik untuk mengelola proses belajar mengajar. Hal ini memiliki makna bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang perlu mendapatkan perhatian lebih, karena pada proses belajar mengajar diharapkan terjadi interaksi langsung antara guru atau pendidik dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa yang lain. Untuk itu maka diperlukan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi dalam pembelajaran mempunyai arti secara sempit sama dengan pengertian teknik dan metode, yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.4 Strategi pembelajaran yang baik adalah yang mampu mengubah paradigma pembelajaran dari siswa sebagai obyek atau sasaran pembelajaran menjadi subyek atau pelaku dari tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut harus mampu mengikutsertakan semua siswa untuk mendapatkan peran, mampu mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik, menantang, dan menyenangkan sehingga prestasinya meningkat. Namun, kenyataannya strategi pembelajaran yang diterapkan oleh para guru saat ini masih kurang bervariasi. Kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dalam proses belajar mengajar, kecakapan berpikir terutama berpikir kreatif juga belum ditangani secara
3
Asrorun Ni’am, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), hal. 157 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 5 4
2
sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah. Hal tersebut tidak sejalan dengan Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV tentang Standar Proses Pasal 19) menyebutkan bahwa: pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (learning how to learn). Munandar juga berpendapat bahwa pengajaran di sekolah pada umumnya hanya melatih proses berpikir konvergen, terbatas pada penalaran verbal dan pemikiran logis. Sehingga siswa akan terbiasa dengan berpikir konvergen dan bila dihadapkan pada suatu masalah, siswa akan mengalami kesulitan memecahkan masalah secara kreatif5 Penemuan Rafi’udin yang dikutip Arnyana, menambah pendapat Munandar. Dalam temuannya dinyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh peserta didik karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan kecakapan berpikir kritis dan kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.6 Rendahnya pengembangan kreativitas disebabkan pembelajaran di sekolah yang terutama dilatih adalah pengetahuan, ingatan, kemampuan berpikir logis atau berpikir konvergen. Berpikir konvergen sendiri mempunyai arti kemampuan menemukan satu jawaban yang paling tepat terhadap masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir. Hal ini dikarenakan biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai serta tanggung jawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara yang 5
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 79 6 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009 ), hal. 498
3
beriman dan bertaqwa. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif. Namun yang terjadi saat ini, dalam pembelajaran biologi guru masih menerangkan tentang konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dengan metode ceramah. Pembelajaran dengan cara ini menyebabkan siswa tidak berperan aktif sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif, sehingga siswa menjadi cepat bosan. Pembelajaran konvensional juga tidak menyentuh ranah dimensi kognitif peserta didik, sehingga masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah. Siswa yang terstimulus dengan masalah akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian. Selain itu, siswa dapat terlibat secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian, dari sekian banyak model dan metode pembelajaran yang ada, problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kreatif, sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning). Problem posing pada intinya adalah meminta siswa mengajukan masalah atau soal. Masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang
4
luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.7 Pada pembelajaran biologi yang menggunakan pembelajaran problem posing, siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui beberapa fakta sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut. Dengan cara mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan lingkungan sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan masalah. Berdasarkan Krulik yang dikutip Tatag, dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar) tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis.8 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat (genetika). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran biologi masih terpusat pada guru (teacher center) 2. Dalam pembelajaran biologi siswa masih pasif, kurang dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian masalah. 3. Siswa tidak terbiasa menggunakan kecakapan berpikir, terutama berpikir kreatif. C. Pembatasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlalu melebar, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada Pengaruh Penggunaan pendekatan
7
Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1) hal. 52 8 Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 2
5
Problem posing terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Pewarisan Sifat. Beberapa hal yang dibatasi yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan problem posing tipe pre solution posing. 2. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan pembelajaran problem posing. 3. Karakteristik kemampuan berpikir kreatif yang diteliti adalah: a. Kelancaran (fluency) b. Keluwesan (flexibility) c. Keaslian (originality) d. Merinci (elaboration) 4. Konsep yang dibahas adalah tentang konsep pewarisan sifat (genetika). D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah
di atas, maka
masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh pendekatan problem posing
terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas, Serang. Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa dapat membantu peningkatan berpikir kreatif siswa dalam pengajuan dan pemecahan masalah pada pembelajaran biologi. 2. Bagi guru dapat dijadikan informasi tentang pembelajaran problem posing untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran biologi.
6
BAB II KAJIAN TEORETIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoretik 1. Pendekatan Problem posing a. Pengertian Problem posing Problem posing adalah teknik pembelajaran yang melatih siswa untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkan siswa akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayati variasi-variasi soal dan mahir dalam memahami substansi soal yang diberikan oleh guru.9 Menurut Dewey dan Piaget, problem posing adalah suatu alat untuk mengembangkan dan memperkuat keterampilan pemikiran kritis. Problem posing juga bermakna untuk pengajaran keterampilan pemikiran kritis dan banyak siswa yang memerlukan struktur awal langkah-langkah dalam pembelajaran yang menyediakan penghargaan dalam rangka membangun kepercayaan dan kemampuan siswa untuk berpikir kritis.10 Istilah problem posing juga merupakan padanan dari istilah pengkonstruksian masalah. Dalam pengajuan masalah atau soal oleh siswa hendaknya didasarkan pada situasi yang diberikan oleh guru. Situasi dalam hal ini bisa berupa informasi (pernyataan), pertanyaan dan sebagainya. Pengajuan
soal
juga
merupakan
9
kegiatan
yang
mengarah
pada
Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (Jurnal MIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 74 10 Sarah Nixon, Using Problem posing Dialogue in Adult Literacy Education, (Literacy Resourch, 2004), hal. 1
7
pembentukan sikap kritis dan kreatif, karena dalam pengajuan soal siswa diminta membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan guru.11 Jadi, problem posing merupakan sebuah pendekatan yang mempunyai arti bahwa siswa dilatih untuk mengajukan masalah atau membuat pertanyaan. Pendekatan ini dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam hal berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran dengan problem posing (pengajuan soal) pada intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah, masalah yang diajukan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yang sudah dikerjakan atau informasi tertentu yang diberikan oleh guru.12 Menurut Silver, terdapat tiga jenis kegiatan problem posing yang diaplikasikan dalam tiga bentuk kegiatan kognitif yang berbeda yaitu: 13 (1) Pengajuan pre-solusi (pre solution posing) yaitu pengajuan soal yang dibuat berdasarkan situasi yang ada. (2) Pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu merumuskan kembali masalah seperti yang telah diselesaikan. (3) Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada intinya problem posing adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah berdasarkan topik dan contoh soal yang telah dijelaskan oleh guru. Jadi, pada pembelajaran ini siswa harus memahami topik yang disampaikan guru sehingga siswa dapat
11
Dinawati Trapsilasiwi, Pengajuan Soal (Problem posing) sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah. (Jurnal Teknobel, Maret 2001, Volume 2, No. 1), hal. 64-65 12 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem posing untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1) hal. 52 13 Sri Surtini, dkk, Implementasi Problem Posing pada Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga, (Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Salatiga, 2003), hal. 10
8
mengkomunikasikan hasil pemahamannya tersebut ke dalam bentuk soal yang disertai pemecahannya. b. Penerapan Problem posing dalam Kegiatan Belajar Mengajar Dalam kegiatan belajar mengajar, problem posing merupakan salah satu teknik dalam metode pemberian tugas kepada siswa untuk merumuskan, membuat soal, atau mengajukan soal. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing umumnya dicirikan dengan perumusan kembali soal yang telah diberikan guru. Oleh karena itu, penerapan problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara individual maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.14 Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pokok Pembelajaran dengan Problem posing Langkah
Kegiatan guru 1. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran 2. Mengarahkan siswa pada pembuatan masalah 3. Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka 1. Memberikan informasi tentang konsep yang dipelajari 2. Memberikan sebuah contoh soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dan cara membuat soal yang identik berdasarkan soal yang ada. 1. Menguji pemahaman siswa atas konsep yang diajarkan dengan memberikan beberapa soal. 2. Mengarahkan siswa mengerjakan soal tersebut dan untuk membuat soal-soal yang identik berdasarkan soal-soal yang dibuat siswa. 3. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
Pendahuluan
Pengembangan
Penerapan
14
Nyimas Aisyah, Problem posing, (Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5, 2000), hal. 61-62
9
Langkah
Kegiatan guru 1. Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah 2. Menyimpulkan hasil pembelajaran
Penutup
Jadi, penerapan problem posing dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan empat tahap yaitu, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup. Dalam sumber lain dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan problem posing terdapat tujuh langkah, yaitu: 15 (1) Mengembangkan isu-isu dalam masyarakat (survey) Survey merupakan bagian terpenting dari seluruh proses, karena pada langkah ini siswa diminta untuk mencari bahan atau materi tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat. Para siswa bebas berbicara tentang halhal yang mereka ketahui, disini guru hanya mendengar percakapan mereka dengan seksama sehingga suasana pada saat itu seperti pasar. (2) Menganalisis bahan atau materi hasil survey (Analysis of survey material) (3) Menyiapkan materi problem posing (Preparing of problem posing materials) Langkah ini menjelaskan bahwa guru menyiapkan rangkaian materi yang dapat merangsang diskusi dalam belajar kelompok baik berupa gambar, poster, slide dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibicarakan. Pada saat itu tiap kelompok memilih dan mempresentasikan sesuai dengan tema yang mereka pilih. (4) Belajar berkelompok (The learning group) Pada langkah ini, tiap kelompok aktif dalam diskusi, semua diperbolehkan berbicara sesuai dengan pemikiran mereka, sehingga menuntut adanya kesadaran berpikir kritis dan kreatif.
15
Donal Mc. Ananey, dkk, Teaching and Learning in Further and Higher Education: A handbook by The Education for Employment Project, (Eropa: The ESF EQUAL Community Initiative, 2007), hal. 82-84
10
(5) Peran pemain (The role of the animator) Peran utama guru adalah membantu para siswa. Dalam hal ini guru tidak banyak berbicara, tetapi terlibat dalam diskusi melalui pembenaran jawaban dari pertanyaan yang ada. Siswa akan mengingat lebih baik tentang apa yang mereka katakan dan temukan. (6) Mengarahkan diskusi (The direction of discussion) Sesekali siswa diminta untuk duduk diam oleh guru pada saat guru memberikan materi problem posing kepada semua kelompok. Dalam diskusi
terdapat
lima
langkah
dasar
yaitu
deskripsi,
analisis,
menghidupkan dengan kehidupan, analisis lebih dalam dan perencanaan tindakan. Seluruh proses ini dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran berpikir kritis terhadap situasi yang ada dan merangsang mereka untuk mencari solusi dari permasalahan. (7) Refleksi-Tindakan (Reflection-Action) Ketika suatu kelompok mampu menyarankan sesuatu yang konkrit yang dapat mereka lakukan dari permasalahan yang ada, pada saat itulah guru mendorong siswa untuk mengambil tindakan. Guru berperan aktif membantu kelompok siswa kemudian mengevaluasinya bersama. Hasil tugas pembuatan soal perlu dilakukan analisis, yaitu pemeriksaan secara teliti (batasan-batasan yang ditetapkan). Dalam menganalisis diperlukan beberapa kriteria. Kriteria tersebut yaitu: 16 (1) Solvabilitas soal, soal tidak dapat diselesaikan apabila soal tersebut kurang informasi atau soal-soal tersebut menimbulkan makna baru tidak ada kaitannya dengan informasi yang diberikan. Sedangkan soal yang dapat diselesaikan apabila soal tersebut mempunyai cukup informasi dan pertanyaan yang diminta sesuai dengan maknanya. (2) Kaitan soal dengan materi yang disampaikan, pemberian tugas yang berhubungan dengan materi yang baru diajarkan.
16
Nyimas Aisyah, Op. Cit., hal. 63-64
11
(3) Penyelesaian soal yang dibuat siswa, dilihat pada tahap perencanaan (kalimat), pelaksanaan perencanaan dan penyimpulan apakah penyelesaian yang dibuatnya benar atau salah. (4) Struktur bahasa kalimat soal. (5) Tingkat
kesulitan
soal.
Mudah
untuk
menyelesaikan
langsung
menggunakan data yang ada. Sedang untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan satu konsep saja. Sulit untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data atau informasi yang ada, tetapi mencarinya dengan beberapa konsep. Selain dilakukan analisis seperti pembahasan di atas, pembelajaran problem posing juga perlu dilakukan penilaian ranah afektifnya. Jadi, dari beberapa pertanyaan yang diajukan siswa, kemudian dibahas dalam forum diskusi, untuk dikomentari baik dari segi pertanyaan maupun menyangkut jawaban dari pertanyaan tersebut. Beberapa aspek dalam penilaian ranah afektif problem posing yaitu:17 (1) Aspek menerima atau memperhatikan. (2) Aspek merespon. (3) Aspek menghargai. (4) Aspek Mengorganisasikan nilai. (5) Aspek mewatak. Kegiatan belajar yang dapat menyediakan lingkungan belajar adalah kegiatan yang memberikan para siswa untuk menyusun, mengembangkan dan mengusahakan cara-cara penyelesaian menurut pemikirannya sendiri. Oleh karena itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dalam pembelajaran dengan problem posing, Suryanto yang dikutip Ketut memberikan beberapa saran dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing sebagai berikut:18
17
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal.
18
Ketut Sukarma, Op. Cit., hal. 53
210-211
12
(1) Berkaitan dengan guru yang meliputi: (a) Guru hendaknya membiasakan untuk merumuskan soal baru atau memperluas soal yang ada di buku pelajaran (b) Guru menyediakan beberapa situasi berupa informasi tertulis, benda manipulatif atau gambar kemudian melatih siswa merumuskan soal dengan situasi yang ada (c) Guru memberikan soal terbuka dalam tes (d) Guru memberikan contoh perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran baik isi maupun bahasanya (e) Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai sebagian isi buku teks yang dilakukan dengan menggilir siswa berperan sebagai guru. (2) Berkaitan dengan siswa, meliputi: (a) Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan
pertanyaan sebanyak-
banyaknya terhadap situasi yang diberikan (b) Siswa dibiasakan merubah soal yang ada menjadi soal baru sebelum menyelesaikan soal tersebut (c) Siswa dibiasakan membuat soal serupa setelah menyelesaikan suatu soal (d) Siswa dibiasakan berani menyelesaikan soal buatan temannya (e) Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin c. Keunggulan dan Kelemahan Problem posing Penggunaan problem posing diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan pemahaman siswa, karena siswa dibiasakan untuk menganalisis data-data untuk membuat soal-soal baru. Problem posing ini sangat penting, karena mendukung pemberian kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk memformulasikan pertanyaan dari suatu masalah mereka sendiri.19
19
Imam Sakroni dan Swida Purwanto, Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Belajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem posing, (Jurnal Matematika, Aplikasi dan Pembelajarannya, Vol. 4 No. 1, 2005), hal. 22 dan 26
13
Pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pendekatan ini antara lain: 20 (1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. (2) Mendidik siswa berpikir sistematis. (3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan. (4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi. (5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain. (6) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan. (7) Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya pada kelompok lain. (8) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Selain mempunyai beberapa kelebihan, pendekatan problem posing juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 21 (1) Pembelajaran problem posing membutuhkan waktu yang lama. (2) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal. (3) Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan problem posing suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswa diberi kebebasan oleh guru pengajar. (4) Menurut hasil penelitian Silver dan Cai, kelemahan utama dari penerapan problem posing berkaitan dengan penguasaan bahasa dimana siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya.
Jadi, problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang memacu siswa untuk membuat pertanyaan atau permasalahan, dan siswa pula yang menganalisis jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan 20
Queen_Jamz, Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing, htpp:// queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010 pukul 15.50 WIB 21 Ibid
14
yang diajukan siswa beragam. Oleh karena itu, guru harus melakukan analisis penilaian problem posing baik dari segi kognitif, maupun dari segi afektifnya. Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing juga harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru.
2.
Berpikir Kreatif
a. Hakikat Berpikir Kreatif Edward mendefinisikan berpikir sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.22 Sehingga dapat dikatakan tidak setiap orang yang cerdas memiliki tingkat berpikir yang bagus pula, karena keterampilan berpikir yang bagus didapat juga karena adanya kebiasaan atau pengalaman. Sedangkan definisi kreativitas dirumuskan berdasarkan beberapa sudut pandang. Ada yang mendefinisikan kreativitas berdasarkan sudut pandang yang ditekankan pada kepribadian, dan ada juga mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Sementara pandangan yang lain mendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir divergen adalah kemampuan yang mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah. Analisis Rhodes tentang definisi kreativitas, yang dikutip kembali oleh Munandar, menyatakan tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Dari hasil analisisnya, Rhodes menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu perilaku kreatif. Sehingga Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person Process, Press, dan Product”23 22
Edward de Bono, Revolusi Berpikir, (Bandung: Kaifa, 2007), hal. 24 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat cet. Ke-3, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 20 23
15
Kreativitas memiliki definisi dari beberapa sudut pandang. Ada yang mengungkapkan definisi kreativitas dari sudut pandang yang ditekankan pada kepribadian, sementara pandangan lain mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan, dan mendefinisikan kreativitas sejajar dengan kemampuan berpikir divergen. Sedangkan definisi berpikir kreatif sendiri adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estesis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.24 Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam
benak seseorang terkait dengan apa
yang
teridentifikasi. Baer mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen. Ada empat indikator berpikir divergen, yaitu:25 (1) Fluence yaitu kemampuan menghasilkan banyak ide. (2) Flexibility yaitu kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi. (3) Originality yaitu kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada. (4) Elaboration yaitu kemampuan mengembangkan atau menambahkan ideide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail. Berpikir kreatif bukanlah sebuah proses yang sangat terorganisasi. Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan
intuisi,
menghidupkan
imajinasi,
mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang
24
Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, (Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Singaraja, No. 3, Juli 2009), hal. 498-499 25 Ibid
16
membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti: 26 (1)Mengajukan pertanyaan. (2)Mempertimbangkan informasi baru dan tidak lazim dengan pikiran terbuka. (3)Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda. (4)Menghubungkan-hubungkan berbagai hal dengan bebas. (5)Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. (6)Mendengarkan intuisi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sesuai dengan indikator-indikatornya, diperlukan latihan pemikiran yang mendalam.
Salah
satunya
adalah
dengan
seringnya
mengajukan
pertanyaan, karena pertanyaan merupakan pangkal kreativitas. b. Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran Dalam proses pembelajaran diperlukan latihan yang menguacu pada keterampilan berpikir. Kelas yang mementingkan keterampilan berpikir memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Tabel 01: Ciri-ciri Kelas yang Mementingkan Keterampilan Berpikir a.
b. c. d. e. f.
Siswa Memberi penjelasan dan uraian terhadap jawaban yang dikemukakan Menghasilkan ide baru Memberi saran atau aktif dalam diskusi Berinteraksi antara satu sama lain Terlibat dengan aplikasi pengetahuan secara aktif Terlibat dengan aktivitas yang autentik
a. b.
c. d. e. f. g.
Guru Memberi waktu yang cukup bagi siswa untuk berpikir Menyediakan soal dan tugas yang meminta siswa memberi pendapat kepada penjelasan/informasi yang diberi Memberikan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan ide baru Memodelkan pemikiran Mengintegrasikan pengalaman siswa dengan pelajaran Berperan sebagai fasilitator Memberikan motivasi kepada siswa dalam penyelesaian masalah secara kreatif
26
Elaine Johnson, Contextual Teching &Learning, Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 214215
17
c. Karakteristik Anak Kreatif Menurut Treffinger yang dikutip Munandar, mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.27 Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Hasrat keingintahuan yang cukup besar. (2)Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. (3)Keinginan untuk menemukan dan meneliti. (4)Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit. (5)Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. (6)Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. (7)Berpikir fleksibel. (8)Menanggapi pertanyaaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. (9)Memiliki semangat bertanya serta meneliti, dan lain-lain.28 Jadi, biasanya karakteristik anak yang kreatif yaitu selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada anak-anak pada umumnya. Dalam sumber lain mengatakan ciri-ciri kognitif orang yang kreatif antara lain: (1) Sanggup berpikir dari satu ide ke segala arah (divergen) untuk mencari jawaban yang berbeda, yang mungkin dan kemampuan untuk berpikir dari segala arah (konvergen).
27
Utami Munandar, Op. Cit., hal. 35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 147-148 28
18
(2) Fleksibilitas konseptual, kemampuan untuk secara spontan mengganti cara memandang atau pendekatan kerja yang tidak jalan, luwes, sesuai dengan tuntutan dan kemungkinan yang ada. (3) Kemampuan kuat untuk menghasilkan ide, gagasan yang biasa-biasa saja bahkan adakalanya bisa mengejutkan. (4) Elaboratif terhadap tantangan, tidak menghindar dengan mencari simplisitas melainkan lebih menyukai tantangan. d. Teknik untuk Mengembangkan Kreativitas siswa Seorang guru mempunyai peranan penting dalam pengembangan kreativitas siswanya. Oleh karena itu, Marzano yang dikutip Arnyana menyarankan kepada guru beberapa cara mengajarkan berpikir kritiskreatif, yaitu: 29 (1)Mempersiapkan materi pelajaran dengan baik. (2)Mendiskusikan materi pelajaran yang kontroversi. (3)Mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik kognitif. (4)Menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang bervariasi terhadap suatu masalah. (5)Menugaskan siswa menulis artikel untuk diterbitkan dalam satu jurnal. (6)Menganalisis artikel dari Koran atau media lain untuk menemukan gagasan-gagasan baru. (7)Memberikan masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda. (8)Memberikan
bacaan
yang
berbeda
dengan
tradisi
siswa
untuk
pandangan-pandangan
yang
diperdebatkan atau didiskusikan. (9)Mengundang
orang
yang
memiliki
kontroversial. Dalam mengembangkan kreativitas, terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan, seperti melakukan pendekatan inkuiri, menggunakan teknik sumbang saran, memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif dan meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.30 29 30
Ida Bagus Putu Arnyana, Op. Cit., hal. 500 Slameto, Op. Cit, hal. 156-159
19
e. Mengukur Kreativitas Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu pengukuran langsung, pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan pengukuran ciri kepribadian kreatif, dan pengukuran potensi kreatif secara Non-test. Di luar negeri telah berkembang beberapa tes kreativitas, di antaranya yaitu:31 (1) Tes kemampuan berpikir divergen (Guilford) Model dengan tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek mencakup dimensi operasi (proses) dengan lima kategori mental, dimensi konten dengan empat kategori, dan dimensi produk dengan enam kategori. (2) Tes Torrance mengenai kemampuan berpikir kreatif Tes Torrance tentang berpikir kreatif terdiri dari bentuk verbal dan bentuk figural. Bentuk verbal terdiri dari tujuh sub-tes yaitu: mengajukan pertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki produk, penggunaan tidak lazim, pertanyaan tidak lazim, dan aktivitas yang diandaikan. Bentuk figural terdiri dari tiga sub-tes: tes bentuk, gambar yang tidak lengkap, dan tes lingkaran. (3) Tes berpikir kreatif – produksi menggambar. (4) Berpikir kreatif dengan bunyi dan kata. (5) Inventory Khatena – Torrance mengenai Persepsi Kreatif Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits (ciri kognitif dari kreativitas) dan non aptitude traits (ciri afektif dari kreativitas). Berikut ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (aptitude):32 (1)Keterampilan berpikir lancar (fluency)
31
Utami Munandar, Op. Cit, hal. 65-67 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2001), hal. 88-90 32
20
Berpikir lancar dapat diartikan sebagai keterampilan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan. Indikator dari keterampilan berpikir lancar pada siswa, yaitu: (a) Mengajukan banyak pertanyaan (b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan (c) Mempunyai banyak gagasan
(2)Keterampilan berpikir luwes (fleksibility) Keluwesan berarti kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Seseorang yang luwes dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga mampu mencari banyak alternatif pmecahannya. Adapun indikator dari keterampilan ini antara lain: (a) Memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar, cerita atau masalah (b) Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda (c) Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya (3)Keterampilan berpikir orisinal Indikator dari keterampilan berpikir orisinal yaitu: (a) Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain (b) Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan caracara yang baru (c) Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain (d) Lebih senang mensintesis daripada menganalisa sesuatu (4)Keterampilan merinci (elaboration) Keterampilan ini berarti kempuan memperkaya, mengembangkan suatu gagasan dan merinci detil-detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Indikator dari keterampilan merinci adalah sebagai berikut:
21
(a) Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. (b) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain, (c) Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. (d) Menambahkan garis-garis, warna dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain. (5)Keterampilan menilai (evaluation) Indikator keterampilan menilai, yaitu: (a) Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan “mengapa?” (b) Mempunyai alasan (rasionale) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan. (c) Merancang suatu rencana kerja dari gagasan-gagasan yang tercetus. (d) Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti atau penilai yang kritis.
f. Kendala-Kendala Kreativitas Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang dapat mengalami hambatan, kendala. Atau ransangan yang dapat merusak atau mematikan kreativitasnya. Schallcross menggolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke dalam kendala historis, biologis, fisiologis, dan sosiologis. 33 (1) Kendala Historis (2) Kendala Biologis Dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainnya percaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama. Harus diakui bahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas
33
Utami Munandar, Op. Cit, hal. 219-220
22
intelegensi, tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif, lebih banyak digunakan sebagai alasan daripada merupakan kenyataan. (3) Kendala Fisiologis Seseorang dapat mengalami kendala faali karena terjadi kerusakan otak yang disebabkan penyakit atau kecelakaan. Ketunaan fisik dapat juga menjadi penghambat bagi seseorang yang menyandangnya untuk mengungkapkan kreativitasnya. (4) Kendala Sosiologis Lingkungan sosial mempunyai dampak terhadap kreativitas. Setiap masyarakat memiliki nilai, norma, dan tradisi tertentu, kegiatan, minat dan perilaku kolektif. Sering anggota masyarakat menganggap perilaku yang menyimpang dari norma sebagai tindakan yang tidak bermoral, jika menyimpang dari aturan atau hukum yang tertulis atau tidak tertulis. Penyimpangan dari pola perilaku kelompok dapat mengakibatkan hukuman atau dikucilkan masyarakat. Perilaku unik, saran-saran perubahan dapat dianggap subservif dan mengancam stabilitas dan keamanan yang diperoleh dari afiliasi kelompok. Lingkungan sosial merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi kreatif dan untuk mengungkapkan keunikan kita. Ungkapan kreatif melibatkan resiko pribadi. (5) Kendala Psikologis Dari kendala-kendala yang terdahulu, kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian pendidik adalah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif. Menurut Johnson, di antara banyak kendala yang menutup kreativitas, yang dapat merusak kreativitas yaitu sebagai berikut: (1) Sensor internal dari seseorang. (2) Orang-orang yang mencari kesalahan. (3) Peraturan dan persyaratan yang membatasi dan melarang. (4) Perilaku menerima dengan pasif, tanpa bertanya.
23
(5) Pengkotak-kotakan. (6) Memusuhi intuisi. (7) Takut membuat kesalahan. (8) Tidak menyempatkan diri untuk merenung.34 Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi. Adapun Indikator-indikator berpikir kreatif yaitu berpikir lancar (fluence), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality), dan merinci(elaboration). Berpikir kreatif dapat diukur berdasarkan ciri-ciri dari indikator-indikatornya. 3. Hubungan Pendekatan Problem posing dan Berpikir Kreatif Kreativitas berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat menjadi sarana untuk menilai atau mengukur kemampuan kreatif siswa. Dari hasil penelitian dan pendapat para ahli tampak bahwa pengajuan masalah berkaitan dengan kreativitas dan begitu juga sebaliknya. Kreativitas dalam mengajukan masalah diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu soal (masalah) yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya serta berbeda dari soal (masalah) lain yang dibuat berdasar sebuah informasi tugas. Freire dalam kutipan Munandar, berpendapat kreativitas didasarkan pada pembelajaran dengan pengajuan. Sedangkan menurut Haylock bahwa “Problem posing situations can provide opportunities for pupils to demonstrate considerable creativity”. Demikian juga dengan Getzels &
34
Elaine johnson, Contextual Teching&Learning, menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8, (Bandung: Mizan Learning Center, 2009), hal. 221
24
Csikszentmihalyi dalam Silver yang menyatakan bahwa “The central of creative artistic experience is problem finding (posing).”35 Silver menjelaskan lebih rinci hubungan pengajuan masalah yang meliputi ketiga komponen utama kreativitas yaitu:36 Tabel 2.2 Hubungan Kreativitas dengan Pengajuan Masalah Komponen Kreativitas
Pengajuan Masalah Siswa membuat banyak masalah yang dapat dipecahkan. Siswa berbagi masalah yang diajukan. Siswa mengajukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cara yang berbedabeda. Siswa menggunakan pendekatan “bagaimana jika tidak” untuk mengajukan masalah.
Kefasihan Fleksibilitas
Kebaruan
Kebaruan Siswa memeriksa beberapa masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.
Pembahasan dari tabel di atas yaitu: (1) Kefasihan dalam pengajuan masalah mengacu kepada kemampuan siswa membuat masalah sekaligus penyelesainya yang beragam dan benar. (2) Fleksibilitas dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda terhadap masalah yang diajukannya. (3) Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa dalam mengajukan masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya.37 35
Tatag Yuli Eko Siswono & Yeva Kurniawati, Penerapan Model Wallas untuk Mengidentifikasi Proses berpikir kreatif siswa dalam pengajuan masalah Matematika dengan Informasi Berupa Gambar, (Jurnal Nasional MATEMATIKA, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, ISSN: 0852-7792), hal: 3 36 Ibid 37 Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hal. 45-47
25
Pendapat di atas melihat bahwa kreativitas sebagai produk berpikir kreatif berkaitan dengan pengajuan masalah dan pengajuan masalah dapat merupakan
sarana
untuk
menilai
(mengukur)
sekaligus
mendorong
kemampuan kreatif siswa. Dalam problem posing siswa diminta untuk membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan, dan bertanya merupakan pangkal semua kreasi. Memunculkan pertanyaan, membuat siswa terpacu untuk mencari penyelesaian dari pertanyaan tersebut. Sehingga langkahlangkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing harus saling terpadu dan memerlukan persiapan yang matang dari guru. Hal ini menjadi sangat penting, agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan siswa dapat berperan aktif.
B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya yaitu: Tatag Yuli Eko Siswono berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan pengajuan masalah siswa juga meningkat dengan ditunjukkan semakin banyaknya siswa yang dapat membuat soal sekaligus penyelesaiannya dengan benar. Dalam pembelajaran untuk tiap siklus siswa aktif terlibat dalam pembelajaran dan guru mengajar sesuai dengan langkah pembelajaran yang disusun dalam silabus atau rencana penelitian.38 Penelitian lain dari Tatag Yuli Eko Siswono terkait problem posing dan berpikir kreatif yaitu “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah dalam Menyelesaikan Masalah tentang Materi Garis dan Sudut Di Kelas VII SMPN 6 Sidoarjo.” Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan.39
38
Tatag Yuli Eko Siswono, Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah, (Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005), hal. 14 39 Tatag Yuli Eko Siswono, Op. Cit hal. 50
26
Nurul Amelia dalam penelitiannya pada pembelajaran biologi konsep ekosistem menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem dapat ditingkatkan dengan metode problem posing.40 Aceng Haetami dan Maysara menyatakan bahwa hasil belajar Kimia Dasar I meningkat setiap siklusnya, kualitas proses perkuliahan dan kemampuan dosen dalam mengaplikasikan model pembelajaran pencapaian konsep dan problem posing juga meningkat.41 Penelitian Imam Wahyudi menyatakan bahwa penerapan model round table dan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Secara kuantitatif peningkatan hasil belajar setelah penerapan pembelajaran kooperatif model round table dan problem posing tersebut mencapai rata-rata sebesar 18,87 poin atau sebesar 37,74% dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.42 Siti Maimunah dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang menggunakan metode problem posing secara kelompok dengan siswa yang menggunakan metode problem posing secara individu.43 I Gusti Putu Suharta dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan problem posing dapat memperbaiki kesalahan konsepsi. Hal ini berdasarkan pada persentase kesalahan konsepsi awal mahasiswa tentang pertidaksamaan, limit, diferensial dan integral berturut-turut yaitu 68,75% ; 42,5% ; 85% dan 81,67% berkurang menjadi 17,5% ; 15% ; 20% ; dan 3,3% setelah diterapkan pembelajaran problem posing.44 40
Nurul Amelia, Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Posing pada Konsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2008), h. 65 41 Aceng Haetami dan Maysara, Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem posing, (Jurnal MIPMIPA, Volume 6, No. 1, Februari 2007), hal. 78 42 Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan Problem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember, (Jurnal Teknobel, September 2001, Volume 2, No. 2), hal. 97 43 Siti Maimunah, Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan Menggunakan Metode Problem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posing Secara Individu, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 63 44 I Gusti Putu Suharta, Pengembangan Strategi Problem posing dalam Pembelajaran Kalkulus untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi, (Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun IV, No. 2, Agustus 2000), hal. 94
27
Rina Nur Hidayati juga mengadakan penelitian tentang problem posing. Berdasarkan hasil penelitiannya, pembelajaran dengan problem posing pada pokok bahasan ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar biologi.45 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisnaini, strategi problem posing terstruktur berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata hasil belajar setelah menggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 61,57, sedangkan yang tidak menggunakan strategi problem posing terstruktur yaitu 55,00.46 Penelitian tentang berpikir kreatif yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan Habibah pada pembelajaran Fisika konsep cahaya. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa yang diajar dengan metode eksperimen dibandingkan dengan siswa yang diajar secara konvensional.47 Dalam
penelitiannya
pada
pembelajaran
biologi
konsep
keanekaragaman hayati, Ulfah Amalia menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) setiap siklusnya mengalami peningkatan berpikir kreatif. Pada siklus I diperoleh nilai N gain pada 0,2 (kategori rendah). Setelah dilakukan perbaikan pada siklus II berpikir kreatif siswa mengalami peningkatan dengan N gain 0,41 (kategori sedang). Hal
ini
menunjukkan
bahwa
berpikir
kreatif
siswa
pada
konsep
keanekaragaman hayati dapat ditingkatkan melalui pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM).48
45
Rina Nur Hidayati, Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Surakarta, 2008), hal. 47 46 Lisnaini, Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2010), h. 61 47 Habibah, Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2009), h. 64 48 Ulfah Amalia, Upaya Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati yang Bernuansa Imtak melalui Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM), Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2009), h. 75
28
Kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran analogi mengalami peningkatan menurut penelitian Eva Widiastuti. Hal ini dapat dilihat pada pada peningkatan setiap kategori berpikir kreatif. 49 Berdasarkan penelitian Anny Muljatiningrum, Pembelajaran inkuiri menggunakan metode karyawisata dan diskusi berbasis multimedia dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif kelas karyawisata dapat mengembangkan keterampilan berpikir lancar, keterampilan menilai dan keterampilan berpikir asli, sedangkan kelas multimedia dapat mengembangkan keterampilan merinci.50 Ida Bagus Putu Arnyana juga melakukan penelitian tentang berpikir kreatif dengan hasil penelitian bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung berada dalam kategori sedang.51
C. Kerangka Berpikir Pada pembelajaran biologi siswa seringkali merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata pelajaran yang paling menakutkan bagi mereka. Permasalahan lain menyangkut proses belajar mengajar adalah siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga di dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Sedangkan dalam pembelajaran biologi siswa seharusnya aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
49
Eva Widyastuti, Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogi di SMP X Bandung, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Bandung: Perpustakaan UPI, 2005), h. 59 50 Anny Muljatiningrum, dkk, Pembelajaran Inkuiri untuk Mengmbangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi, (Proceeding The Second International Seminar on Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2), hal. 524 51 Ida Bagus Putu Arnyana, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Juli 2006, No. 2), hal. 511-512
29
berpikir kreatifnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah problem posing. Pembelajaran ini dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif, sebab pendekatan problem posing lebih terpusat pada kegiatan belajar siswa aktif (student active learning). Problem posing akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif, kreatif, berpikir sistematis dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu juga siswa dapat menemukan ide-ide, konsep-konsep baru berdasarkan pengalaman yang ditemukan pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Pembelajaran biologi dengan pendekatan problem posing, yaitu pengajuan soal atau membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan. Tujuannya adalah melatih siswa dalam berpikir sistematis, kreatif dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan hakikat biologi yang merupakan salah satu mata pelajaran yang bisa diintegrasikan dengan pengajaran kecakapan berpikir, karena kita menyadari bahwa pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran
dengan
problem
posing
merupakan
salah
satu
pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Jadi, pembelajaran problem posing diharapkan berpengaruh terhadap berpikir kreatif siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas pada mata pelajaran biologi konsep pewarisan sifat. Pembelajaran ini juga diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab, menumbuhkan kerjasama antar siswa dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran biologi.
30
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Ada pengaruh pembelajaran problem posing terhadap berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Secara operasional dapat dinyatakan “ kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat yang diajarkan dengan pendekatan problem posing lebih tinggi dibanding dengan metode konvensional.”
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 – 23 November 2010 pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian bertempat di SMP Negeri 2 Ciruas.
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
metode
quasi
eksperimen
(eksperimen semu). Metode quasi eksperimen disebut juga dengan Pre Experimental Design (eksperimental yang belum baik).52 Quasi eksperimen hampir sama dengan eksperimen sebenarnya. Perbedaannya pada penggunaan subjek yaitu pada quasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan menggunakan kelompok yang ada. Metode ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh langsung (sebab-akibat) dari perlakuan atau kondisi yang dimanipulasi.
2. Desain Penelitian Desain penelitian ini yaitu nonrandomized control group pretestposttest design. Desain ini menggunakan dua kelas subjek yaitu kelas kontrol (tidak diberikan perlakuan, menggunakan metode konvensional) dan kelas eksperimen (diberikan perlakuan, menggunakan pendekatan problem posing). Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian ini sebagai berikut:53
52
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Cet.III, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 84 53 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal 186
32
Tabel 3.1 Desain Penelitian Grup
Pretes
Variabel terikat
Postes
Eksperimen
Y1
X
Y2
Kontrol
Y1
-
Y2
Keterangan: Y1: Nilai pretes Y2: Nilai postes X: Perlakuan (penggunaan pendekatan problem posing).
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.54 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Ciruas. Sedangkan sampel adalah sebagai bagian dari populasi.55 Sampel dianggap mewakili populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas IX F, dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol yaitu kelas IX B. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pemilihan kelompok pada teknik ini didasarkan atas ciriciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciriciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.56 Pemilihan sampel berdasarkan tujuan peneliti dengan cara melihat nilai rata-rata kelas hasil tugas, dan pertimbangan guru karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan kognitif yang mendekati sama.
D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pendekatan problem posing. 54
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan cet.6, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.
55
Ibid, hal. 121 Ibid, hal. 128
118 56
33
2. Variabel terikat Variabel terikatnya adalah berpikir kreatif siswa. Tabel 3.2 Variabel Penelitian Variabel Penelitian
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Variabel X (Pendekatan problem posing)
Problem posing adalah teknik pembelajaran yang melatih siswa untuk membuat soal sendiri dan mengerjakannya, sehingga diharapkan siswa akan lebih aktif untuk belajar, lebih mengenal dan menghayati variasi-variasi soal dan mahir dalam memahami substansi soal yang diberikan oleh guru.
Penerapan problem posing dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara klasikal maupun kelompok di sekolah, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan, penerapan dan penutup.
Variabel Y (Berpikir kreatif siswa)
Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan.
Ada empat indikator berpikir kreatif, yaitu: (5) Fluence (6) Flexibility (7) Originality (8) Elaboration
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data, yaitu dengan tes dan pengamatan (observasi). Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.57 Tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes kemampuan berpikir kreatif yang meliputi pretes dan postes. Sedangkan observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap objek. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis yaitu 57
Suharsimi Arikunto, Op. cit., hal. 150
34
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang timbul dan akan diamati.58 Adapun yang menjadi observer adalah guru bidang studi dan teman sejawat.
F. Instrumen Penelitian 1. Tes kemampuan berpikir kreatif Tes ini terdiri dari 7 butir soal essay. Penyusunan tes ini mengacu pada tes berpikir divergen yang menjajaki berbagai macam kemungkinan jawaban. Tujuan dari penyusunan soal-soal ini adalah untuk mengukur kemampuan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), keaslian (originality), dan merinci (elaboration).
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Komponen berpikir kreatif Kelancaran (fluency)
Berpikir luwes (flexibility)
58
Aspek yang diukur
Indikator
- Lancar dalam - Menyebutkan mengemukakan bagian-bagian jawaban kromosom dan - Mampu fungsinya memberikan jawaban secara tepat dan cepat mengenai objek yang diamati
Jenjang Kognitif C1
No Soal 1
- Lancar dalam mengemukakan pertanyaan
- Mengajukan banyak pertanyaan mengenai wacana tentang iktiosis
C3
3
- Mampu memberikan penafsiran terhadap gambar/masalah
- Menafsirkan gambar tentang hubungan sel, kromosom dan DNA
C2
2
Ibid, hal 156-157
35
Komponen berpikir kreatif Berpikir luwes (flexibility)
Aspek yang diukur
Indikator
Jenjang Kognitif C4
No Soal 4
- Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda
- Mencari alternatif untuk menjawab kemungkinan mendapatkan keturunan laki-laki normal pada perkawinan hemofilia
- Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi
- Memberikan jawaban yang berbeda tentang perkawinan hemofilia yang akan menghasilkan keturunan laki-laki normal
C4
5
Keaslian (originality)
- Mampu membuat kombinasikombinasi dari bagian atau unsur
- Membuat kombinasi hubungan golongan darah, aglutinogen, aglutinin, genotipe dan macam gamet golongan darah
C3
6
Merinci (elaboration)
- Menambahkan atau memperinci detildetil dari suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik dan jelas
- Menambahkan garis-garis, warnawarna, dan bagianbagian terhadap peta silsilah golongan darah
C2
7
36
2. Lembar Observasi Lembar observasi yang digunakan berupa daftar cek atau Check-list. Daftar cek adalah suatu set daftar karakteristik atau kriteria yang memerlukan jawaban sederhana dengan memberikan tanda cek (√) apabila setiap item daftar telah terpenuhi. Instrumen ini berupa lembar observasi yang berisi daftar kegiatan yang timbul dan akan diamati. Lembar observasi ini terdiri dari lembar aktivitas guru dan siswa. Tujuannya adalah untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan problem posing di kelas.
G. Kalibrasi Instrumen Sebelum instrumen diberikan kepada sampel, instrumen terlebih dahulu diuji coba kepada responden, dalam hal ini di luar sampel yang sudah ditentukan. Data hasil uji coba yang dianalisis yaitu dengan validitas butir soal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal. 1. Validitas Butir Soal Validitas adalah ketepatan atau kesahihan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.59 Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment pearson karena skor butir soal yang diukur bersifat kontinum. Adapun rumus korelasi product moment pearson yaitu:
∑x −x x ∑x ∑ i
rit =
2 i
59
t
2 t
Ahmad Sofyan, dkk , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 105
37
Keterangan rit = Koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total 2 ∑xi2 = Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi
∑x ∑x x 2 t
i t
= Jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt2 = Jumlah deviasi skor dari Xi Xt
Berdasarkan pengujian validitas instrumen penelitian yang telah disesuaikan dengan r tabel dari 13 butir soal, didapatkan soal yang valid sebanyak 7 butir soal. Nomor soalnya yaitu 1, 2, 6, 8, 9, 10, dan 11.60 2. Reliabilitas Reliabilitas adalah konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.61 Pengujian realibilitas ini menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach karena skor butir soal yang akan diujikan berbentuk soal kontinum(uraian). Rumus Alpha Cronbach yaitu: 2 k ∑Si 1− 2 rii = k −1 St
Keterangan rii = Koefisien reliabilitas tes k = Jumlah butir Si2 = Varians skor butir St2 = Varians skor total
Adapun kriteria pengujiannya, yaitu: rii = 0,91 – 1,00 = Sangat tinggi rii = 0,71 – 0,90 = Tinggi rii = 0,41 – 0,70 = Cukup rii = 0,21 – 0,40 = Rendah rii = <0,21
60 61
= Sangat rendah
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 7, hal. 120 Sukardi, Op. Cit, hal. 127
38
Berdasarkan pengujian reliabilitas instrumen penelitian yang telah disesuaikan dengan r tabel, didapatkan besarnya reliabilitas soal sebesar 0,6 dan tergolong dalam klasifikasi cukup reliabel.62 3. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Rumus dari uji ini yaitu: 63
P=
B N
Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut : 0,00 < p < 0,25 = soal sukar 0,26 < p < 0,75 = soal sedang 0,76< p < 1,00 = soal mudah Hasil perhitungan lengkap tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 122. 4. Daya Pembeda Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. Cara perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:64 D=
BA − BB o,5 N
Keterangan: D = Daya Pembeda BA = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas BB = jumlah yang menjawab benar paa kelompok bawah 62
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 7, hal. 121 Ahmad Sofyan, dkk, Op. Cit., hal. 103 64 Ibid, hal. 104 63
39
N = Jumlah peserta tes
Klasifikasi daya pembeda, yaitu:65 0,00 – 0,20
: jelek
0,20 – 0,40
: cukup
0,40 – 0,70
: baik
0,70 – 1,00
: baik sekali
Hasil perhitungan lengkap daya pembeda dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 124.
H. Teknik Analisis Data Kuantitatif Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
pemecahan masalah penelitian. Pengolahan data
kuantitatif menggunakan analisis statistik. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil observasi akan dianalisis dengan menggunakan analisis data deskriptif. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran problem posing terhadap berpikir kreatif siswa yaitu:
1. Penskoran dan Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Penskoran dan penilaian yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif siswa menggunakan rumus berikut: Nilai = Skor total yang dikerjakan
x 100%
Skor total yang diharapkan Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa. Pedoman yang digunakan untuk klasifikasi kategori berpikir kreatif siswa, diadopsi dari buku Suharsimi Arikunto dengan perubahan seadanya:66
65
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal. 218 15
Ibid. hal. 245
40
81 – 100 %
: tinggi sekali
61 – 80 %
: tinggi
41 – 60 %
: cukup
21 – 40 %
: rendah
0 – 20 %
: rendah sekali
2. Normal Gain Gain adalah selisih antara nilai pre-test dan post-test, gain menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.67 Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, menggunakan rumus berikut:68 N gain = skor post test – skor pre test Skor ideal – skor pre-test Dengan kategorisasi perolehan g-tinggi : nilai (< g >) > 0,7 g-sedang : nilai 0,70 > (< g >) > 0,3 g-rendah : nilai (< g >) > 0,3
3. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:69 Lo = F(Zi) - S(Zi) 67
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian dalam Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK UIN Syahid, 2008), hal. 53 68 David Meltzer, The Relationship Between Mathematics Preparation an Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible” Hidden Variable in Diagnostic Pretes Scores,” (Departemen of Physics and Astronomy, Lowa State University, 2002), hal. 1260 69 Darwyan Syah, dkk, Pengantar Statistika Pendidikan ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 67-68
41
Keterangan : Lo = Harga mutlak terbesar F(Zi) = Peluang angka baku S(Zi) = Proporsi angka baku
Kriteria pengujian normalitas yaitu: Lhitung < Ltabel , maka data berdistribusi normal Lhitung > Ltabel , maka data tidak berdistribusi normal b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan rumus sebagai berikut:70
Fhitung =
var var
ians ians
terbesar terkecil
Kriteria pengujiannya yaitu: Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi tidak homogen.
4. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat dan jika data dinyatakan berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Rumus untuk uji t yaitu:71
to =
70
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 140 Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), hal. 162 71
42
Keterangan: t0
= t hitung
M1
= mean atau rata-rata kelompok 1
M2
= mean atau rata-rata kelompok 2
SEM1
=
Standar Error Mean kelompok 1
SEM2
=
Standar Error Mean kelompok 2
Namun, jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus sebagai berikut:72
Dengan kriteria pengujian yaitu tolak Ho jika:
Keterangan: = rata-rata kelompok 1 = rata-rata kelompok 2 = varians kelompok 1 = varians kelompok 2 = jumlah siswa kelompok 1 = jumlah siswa kelompok 1
= S12/n1 = S22/n2 = t (1 - α), (n1 - 1) = t (1 - α), (n2 - 1)
I. Analisis Data Kualitatif Hasil observasi direkapitulasi dan dijumlahkan skor masing-masing siswa untuk setiap aspek. Skor yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:
72
Sudjana, Metode Statistika cetakan 6, (Bandung: tarsito, 2001), hal. 241
43
P
=
x 100 %
Kemudian persentase yang didapat dikategorikan sesuai interpretasi sebagai berikut:73 Tabel 3.5 Kategori Hasil Observasi
73
Persentase
Kategori
90 % ≤ A < 100 %
Sangat baik
75 % ≤ B < 90 %
Baik
55 % ≤ C < 75 %
Sedang
40 % ≤ D < 55 %
Kurang
0 % ≤ E < 40 %
Jelek
Ahmad Sofyan, dkk. Op. cit, hal. 89
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Data Hasil Pretes Sebelum melakukan penelitian terhadap kelas IX E dan IX B, peneliti melakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Data hasil pretes dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1.74 Tabel 4.1 Hasil Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai maksimum
58
58
Nilai minimum
17
17
Mean
35,3
35
Median
36,3
34,87
Modus
40,13
26,7
9,4
10,6
Standar Deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan data pretes siswa pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 58 dan nilai terendah 17. Nilai rata-ratanya 35,3 adalah dengan standar deviasi 9,4, nilai tengah (median) adalah 36,3 dan nilai modusnya adalah 40,13. Sedangkan hasil perhitungan data pretes siswa pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah yang sama dengan kelas eksperimen yaitu 58 dan 17. Nilai rata-ratanya adalah 35 dengan standar deviasi 10,6, nilai tengah (median) adalah 34,87 dan nilai modusnya adalah 26,7. Berdasarkan hasil pretes, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Berikut tabel 4.2 yang menunjukkan data tersebut: 74
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10 dan 11. hal. 135 dan 138
45
Tabel 4.2 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Awal Siswa Penggolongan
Kelas
Kelas
Tingkat
eksperimen
Kontrol
Berpikir Kreatif
N
%
N
%
Sangat rendah
27
75
23
62,16
Rendah
8
22,22
13
35,14
Sedang
1
2,78
1
2,7
Tinggi
0
0
0
0
Sangat tinggi
0
0
0
0
Keterangan : N = Jumlah siswa dalam setiap kategori
Berdasarkan tabel 4.2, penggolongan tingkat berpikir kreatif siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen beragam. Dari 36 siswa pada kelas eksperimen diperoleh hasil bahwa 75% masuk dalam kategori sangat rendah, 22,22% kategori rendah, dan 2,78% dengan kategori sedang. Sedangkan dari 37 siswa pada kelas kontrol diperoleh hasil bahwa 62,16% masuk dalam kategori sangat rendah, 35,14% kategori rendah, dan 2,7% dengan kategori sedang. 2. Data Hasil Postes Data hasil postes dari kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3:
75
Tabel 4.3 Hasil Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai maksimum
96
75
Nilai minimum
46
25
Mean
67,4
55,7
Median
62,6
52
Modus
55,95
53,75
Standar Deviasi
14,6
18,3
75
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10 dan 11. hal. 136 dan 139
46
Berdasarkan hasil perhitungan data postes siswa pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 46. Nilai rata-ratanya adalah 67,4 dengan standar deviasi 14,6, nilai tengah (median) adalah 62,6 dan nilai modusnya adalah 55,95. Sedangkan hasil perhitungan data postes siswa pada kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 25. Nilai rata-ratanya adalah 55,7 dengan standar deviasi 18,3, nilai tengah (median) adalah 52 dan nilai modusnya adalah 53,75. Berdasarkan hasil postes siswa, dilakukan juga klasifikasi siswa berdasarkan kategori tingkat berpikir kreatif siswa. Berikut tabel 4.4 yang menunjukkan data tersebut:
Tabel 4.4 Persentase Tingkat Berpikir Kreatif Akhir Siswa Penggolongan Tingkat Berpikir Kreatif Sangat rendah
Kelas eksperimen N % 0 0
Kelas Kontrol N % 2 5,4
Rendah
9
25
16
43,24
Sedang
10
27,78
13
35,14
Tinggi
9
25
6
16,22
Sangat tinggi
8
23,22
0
0
Keterangan : N = Jumlah siswa dalam setiap kategori
Berdasarkan tabel di atas, dari 36 siswa pada kelas eksperimen diperoleh hasil bahwa tidak ada yang termasuk dalam kategori sangat rendah, 25% masuk dalam kategori rendah, 27,78% kategori sedang, 25% kategori tinggi dan 23,22% dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan dari 37 siswa pada kelas kontrol diperoleh hasil bahwa masih terdapat siswa yang tergolong dalam kategori sangat rendah yaitu 5,4%, 43,24% masuk dalam kategori rendah, 35,14% kategori rendah, 16,22% dengan kategori tinggi, dan 0% atau tidak ada yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
47
3. Data Nilai N-Gain a. Data Nilai N-Gain Kelas Eksperimen Peningkatan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen secara langsung dapat dilihat dari nilai rerata N-gain sebesar 0,496. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Berikut rekapitulasi N-gain kelas eksperimen:76
Tabel 4.5 Rekapitulasi N-Gain Kelas Eksperimen Data
Pretes
Postes
N-Gain
Mean
35,3
67,42
0,49
SD
9,4
14,6
0,23
88,51
200,51
0,05
Varians
Berdasarkan hasil perhitungan N-gain pada kelompok eksperimen, 22,22% atau 8 orang termasuk dalam kategori rendah, 55,56% atau 20 orang termasuk dalam kategori sedang, dan 22,22% termasuk dalam kategori tinggi. Data hasil tes berpikir kreatif (pretes dan postes) diperoleh ketercapaian indikator berpikir kreatif sebagai berikut: Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen Indikator Berpikir Kreatif Berpikir Lancar
Pretes
Postes
N-Gain
63
76
0,35
Berpikir Luwes
29
65
0,5
Berpikir Asli
22
67
0,57
Elaborasi
20
63
0,53
Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil bahwa indikator berpikir lancar sebelum perlakuan 63%, dan mengalami peningkatan menjadi 76% dengan NGain 0,35 yang termasuk dalam kategori sedang. Indikator berpikir luwes sebelum
76
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 10. hal. 137
48
perlakuan 29%, dan mengalami peningkatan menjadi 65% dengan N-Gain 0,5 yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan juga terjadi pada indikator berpikir asli yaitu dari 22% menjadi 67% dengan N-Gain 0,57 yang termasuk dalam kategori sedang. Begitu juga dengan indikator elaborasi, sebelum perlakuan 20% dan setelah perlakuan menjadi 63%, dengan N-Gain sebesar 0,53 yang termasuk dalam kategori sedang. b. Data Nilai N-Gain Kelas Kontrol Peningkatan berpikir kreatif siswa kelas kontrol secara langsung dapat dilihat dari nilai rerata N-gain sebesar 0,28. Nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah. Berikut rekapitulasi N-gain kelas kontrol:77 Tabel 4.7 Rekapitulasi N-Gain Kelas Kontrol Data
Pretes
Postes
N-Gain
Mean
35
55,6
0,28
SD
10,56
18,3
0,15
Varians
111,17
336,83
0,02
Berdasarkan hasil perhitungan N-gain pada kelompok kontrol, 54,05% atau 20 orang termasuk dalam kategori rendah, dan 45,95% atau 17 orang termasuk dalam kategori sedang. Data hasil tes berpikir kreatif (pretes dan postes) diperoleh ketercapaian indikator berpikir kreatif sebagai berikut:
Tabel 4.8 Persentase Pencapaian Indikator Berpikir Kreatif Kelas Kontrol Indikator Berpikir Kreatif Berpikir Lancar
Pretes
Postes
N-Gain
33,7
62,5
0,43
Berpikir Luwes
29,2
39,4
0,14
Berpikir Asli
43,1
65
0,38
Elaborasi
17,4
35
0,21
77
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 11. hal. 140
49
Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil bahwa indikator berpikir lancar sebelum perlakuan 33,7%, dan mengalami peningkatan menjadi 62,5% dengan NGain 0,43 yang termasuk dalam kategori sedang. Indikator berpikir luwes sebelum perlakuan 29,2%, dan mengalami peningkatan menjadi 39,4% dengan N-Gain 0,14 yang termasuk dalam kategori rendah. Peningkatan juga terjadi pada indikator berpikir asli yaitu dari 43,1% menjadi 65% dengan N-Gain 0,38 yang termasuk dalam kategori sedang. Begitu juga dengan indikator elaborasi, sebelum perlakuan 17,4% dan setelah perlakuan menjadi 35%, dengan N-Gain sebesar 0,21 yang termasuk dalam kategori rendah. Dari hasil perhitungan N-Gain ketercapaian indikator berpikir kreatif, dapat diketahui bahwa indikator yang paling tinggi kenaikannya untuk kelas eksperimen adalah indikator berpikir asli, dan untuk kontrol adalah indikator berpikir lancar.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari subjek penelitian yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan uji liliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika L hitung < L tabel dan Ho ditolak jika L hitung > L tabel. Dengan diterimanya Ho berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, begitupun sebaliknya. Hasil uji normalitas kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini.78
78
Perhitungan lengkap terdapat pada lampiran 15. hal. 150-155
50
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
N-Gain
Pretes
Postes
Pretes
Postes
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
36
36
37
37
36
37
35,3
67,4
35
55,7
0,49
0,28
SD
9,4
14,6
10,6
10,5
0,23
0,15
L hitung
0,01393
0,04572 0,01567
0,01572
0,0477
0,0886
L tabel
0,14767
0,14767 0,14566
0,14566
0,14767
0,14566
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
N
Normal
Pada pengujian normalitas pretes dan postes baik pada kelas eskperimen maupun kontrol, didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogentias dilakukan dengan uji Fisher pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujiannya yaitu: jika F hitung < F tabel maka data dari dua kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen,begitupun sebaliknya. Hasil pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.10:79
79
Perhitungan lengkap pada lampiran 16. hal . 156-161
51
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol Pretes Postes N-Gain Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol 0,05 0,02 88,51 111,17 200,51 336,83
Statistik S2 F hitung
1,26
1,68
2,46
F tabel
1,75
1,76
1,75
Kesimpulan
Homogen
Homogen
Tidak homogen
Berdasarkan tabel 4.10, hasil pengujian homogenitas data pretes dan postes baik pada kelas eskperimen maupun kontrol, didapatkan hasil bahwa kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen. Sedangkan untuk data NGain tidak homogen.
5. Hasil Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data pretes dan postes kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian data dilanjutkan pada analisis berikutnya yaitu uji hipotesis. Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan uji “t” dengan kriteria pengujian yaitu: jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, Ha ditolak. Begitupun sebaliknya. Hasil perhitungan uji hipotesis kelas pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:80
80
Perhitungan lengkap pada lampiran 17. hal . 162-167
52
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Pretes-postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Statistik N
S2
Pretes Postes Kelas Kelas Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol 36
37
36
37
35,27
34,9
67,4
55,67
88,51
111,17
200,51
336,83
thitung
0,2063
5,62
t tabel
1,99
1,99
Keputusan
Ho diterima
Ho ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pretes diperoleh thitung = 0,2063, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk db 71 adalah 1,99. Hal ini berarti thitung < ttabel, sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan antara pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pretes diperoleh thitung = 5,62, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk db 71 adalah 1,99. Hal ini berarti thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan antara postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan untuk uji hipotesis N-Gain, digunakan uji “t” yang berbeda. Hal ini dikarenakan data tersebut berdistribusi normal, namun tidak homogen. Kriteria pengujian yaitu
. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan t′
yaitu 2,06 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding 1,68, yang artinya Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
53
6. Hasil Analisis Data Observasi a. Data Observasi Aktivitas Guru Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar selama pembelajaran telah sesuai dengan tahapan pada pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Guru bidang studi Biologi berperan sebagai observer atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Pada umumnya, tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan pendekatan problem posing dapat terlaksana dengan baik, persentase keterlaksanaannya mencapai 100%. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil observasi yang dilakukan observer dengan memberikan tanda centang (√) pada setiap pernyataan. Hanya saja pada pertemuan pertama, masih terdapat kendala dalam memulai mengajukan pertanyaan dikarenakan kurang jelasnya pengarahan guru terhadap siswa, sehingga siswa kurang memahami. Tetapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, terlihat adanya perubahan positif yang sangat baik. Terjadi situasi yang sangat baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Pengelolaan kelas pada pertemuan selanjutnya juga baik, terjadi peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. b. Data Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi aktivitas siswa setiap pertemuan dapat dilihat pada grafik berikut:81 Grafik 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa
81
Perhitungan dan hasil lebih lengkap terdapat pada lampiran 18, hal. 168
54
Dari grafik 4.1 dapat diketahui bahwa aspek yang mengalami peningkatan tiap pertemuannya adalah aspek merespon. Sedangkan aspek yang lainnya, terdapat kesamaan hasil yang sama pada beberapa pertemuan. Berdasarkan
perhitungan
hasil
observasi
aktivitas
siswa
secara
menyeluruh, juga didapatkan persentase tiap aspeknya yaitu sebagai berikut: Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Aspek yang diukur
Persentase
Kategori
memperhatikan
65
Sedang
Aspek merespon
68,3
Sedang
Aspek menghargai
65
Sedang
Aspek mengorganisasikan nilai
55
Sedang
Aspek mewatak
77,5
Tinggi
Aspek menerima atau
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa empat aspek aktivitas siswa termasuk dalam kategori sedang, dan satu aspek yaitu aspek mewatak termasuk dalam kategori tinggi. Pada pertemuan pertama siswa masih bingung ketika menjalankan pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk memahami suatu konsep dengan memberikan pertanyaan sebanyak-banyaknya yang mengacu pada tujuan pembelajaran tanpa banyak mendapatkan intervensi dari guru. Pada pembelajaran yang biasa siswa hadapi, siswa hanya diberikan materi atau konsep baru kemudian diberikan pertanyaan serta contoh-contoh yang relevan dengan konsep yang telah diajarkan. Siswa juga tidak terbiasa dengan belajar dalam kelompok, berdiskusi, bertukar pikiran dengan teman-teman dalam kelompoknya, serta mempresentasikan hasil diskusinya. Hal tersebut membuat siswa kurang berkoordinasi secara baik dengan kelompoknya, sehingga pembelajaran pada pertemuan pertama pun berjalan kurang maksimal. Pada pertemuan kedua dan ketiga aktivitas siswa berangsur-angsur membaik, sudah mulai terjadi interaksi sehingga tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Puncak
55
dari antusiasme siswa terjadi pada pertemuan keempat, siswa sudah benar-benar memahami aturan main dari pembelajaran dengan pendekatan problem posing.
B. Pembahasan Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretes kelas eksperimen dan kontrol dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif awal siswa pada kedua kelas tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Hal ini juga diperkuat dengan persentase pengkategorian berpikir kreatif siswa yaitu kategori sedang, dan rendah yang hampir sama pada kedua kelas. Dari semua siswa di kelas kontrol maupun eksperimen tidak terdapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dengan kategori tinggi. Dalam data hasil pretes baik kelas kontrol maupun eksperimen, banyak siswa yang termasuk dalam kategori berpikir kreatif sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa sebelumnya kurang dilatih oleh guru. Kemampuan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya dalam hal ini adalah sekolah. Menurut Munandar, pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih proses berpikir konvergen, sehingga kebanyakan siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalahmasalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.82 Berdasarkan hasil pengolahan data postes, didapatkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif yang signifikan setelah penerapan pembelajaran dengan pendekatan problem posing pada kelas eksperimen, dan pembelajaran dengan metode diskusi biasa pada kelas kontrol. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa telah mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 60, sebesar 61,11% atau 22 siswa, sedangkan pada kelas kontrol hanya 32,43% atau 12 siswa. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penggunaan pendekatan problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada konsep pewarisan sifat. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Suryosubroto 82
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), hal. 79
56
dalam bukunya, dikatakan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis sekaligus ideologis, kreatif dan interaktif yakni problem posing atau pengajuan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan.83 Dalam hasil postes siswa di kelas kontrol, kenaikan nilai kemampuan berpikir luwes atau flexibility mereka masih kurang (N-Gain = 0,14). Hal tersebut disebabkan antara lain karena siswa masih belum terbiasa untuk memunculkan konsep dan konteks yang berbeda dari soal. Siswa lebih sering dilatih dengan pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda yang tidak merangsang daya berpikir mereka. Sehingga siswa tidak memunculkan pertanyaan atau jawaban yang divergen, membuat hubungan antar konsep, dan belum mampu memberikan data yang ada pada pertanyaan. Pada kelas eksperimen juga demikian sebelum diberikan perlakuan dengan pendekatan problem posing. Namun setelah perlakuan, mereka diajarkan untuk mencari data yang ada dalam soal dan membuat soal maupun jawaban yang divergen, nilai kemampuan berpikir luwes mereka meningkat (N-Gain = 0,51). Nilai LKS dalam aspek struktur kalimat mengalami peningkatan, sehingga kemampuan siswa membuat soal juga mengalami peningkatan.84 Hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama buku bacaan yang dimiliki siswa terbatas, sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kalimat dalam membuat pertanyaan. Siswa belum terbiasa membuat soal yang baik, misalnya siswa tidak menggunakan kata tanya dalam soal yang dibuatnya dan struktur bahasa kalimat soal belum sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Namun, pertemuan selanjutnya sudah diantisipasi oleh guru dengan menyediakan buku paket pendamping sebagai referensi, sehingga siswa dapat membuat pertanyaan menjadi lebih baik. Hasil ini dicapai karena dalam beberapa tahapan pendekatan problem posing, guru selalu memberikan motivasi dan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk belajar lebih aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Seperti pada tahap mengajukan masalah dari situasi yang sudah ada, siswa diminta untuk 83 84
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 203 Perhitungan lengkap terdapt pada hal. 169
57
mencari data yang dapat dijadikan pertanyaan, dan menyelesaikannya. Dengan membangun pengetahuannya sendiri, dapat melatih kemampuan berpikir siswa menjadi lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Imam wahyudi, penerapan pembelajaran kooperatif model round table dan problem posing memiliki tingkat keefektifan relatif besar dibanding dengan pembelajaran konvensional di kelas. Dalam hal ini membuktikan bahwa kemampuan membuat soal akan menambah wawasan dan pola pikir siswa karena dengan kemampuan membuat soal berarti siswa sudah mampu menyelesaikannya.85 Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaaan pendekatan problem posing memberikan strategi yang bervariasi untuk digunakan. Sehingga siswa tidak merasa cepat bosan dan jenuh, sebaliknya siswa terlihat antusias dan lebih berani mengungkapkan pendapatnya saat mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada kemampuan berpikir keratif siswa lebih tinggi pada kelas eksperimen dibanding kelas kontrol. Ketut Sukarma dalam jurnalnya juga mengungkapkan hal serupa, pembelajaran dengan pendekatan problem posing memberi peran yang besar kepada siswa untuk beraktivitas dalam pembelajaran. Siswa dapat lebih berperan dalam mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya, selain memberikan peningkatan aktivitas sosialnya.86 Dalam kegiatan diskusi pada pembelajaran problem posing, berisi aktivitas siswa menganilisis pertanyaan dari suatu kelompok tertentu. Kriteria analisisnya yaitu solvabilitas soal atau pertanyaan. Lembar pertanyaan suatu kelompok akan diberikan kepada kelompok lain untuk dicari jawabannya. Diskusi berjalan dengan tidak menjenuhkan karena siswa diajak untuk mengkritisi pertanyaan tersebut. Jika pertanyaan tersebut mempunyai tingkat pertanyaan yang sulit, maka kelompok lain yang bertugas mengisi lembar jawaban, tidak mampu menjawab dengan alasan yang disampaikan dalam forum diskusi. Menurut hasil observasi, biasanya siswa tidak mampu menjawab karena memang soal tidak mempunyai struktur bahasa yang baik, sehingga siswa rancu dalam menjawab soal tersebut. Dapat juga karena soal yang 85
Imam Wahyudi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan Problem Posing untuk Peningkatan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember, (Teknobel, , September 2001, Volume 2, No.2), hal. 96 86 Ketut Sukarma, Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa, (Jurnal Kependidikan, Mei 2004, Volume 3, No. 1), hal. 54
58
dibuat memang sulit untuk dikerjakan, karena tidak sesuai dengan situasi atau informasi yang diberikan, harus mencarinya dengan beberapa konsep lain. Dengan demikian, pendekatan problem posing berpengaruh terhadap berpikir kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tatag Yuli Eko Siswono yang menunjukkan bahwa pengajuan masalah (problem posing) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan.87
87
Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hal. 50
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan Problem Posing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berpikir kreatif siswa konsep pewarisan sifat. Hal ini didapatkan dari hasil analisis data menggunakan uji t. Data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postes kedua kelompok diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel sebesar (5,62 > 1,99). Indikator berpikir kreatif yang paling tinggi kenaikannya adalah berpikir asli (originality) yaitu N-Gain 0,57, dan yang paling rendah kenaikannya adalah berpikir lancar (fluency) yaitu N-Gain 0,35.
B. Saran Pembelajaran
dengan
pendekatan
problem
posing
merupakan
pendekatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu, pendekatan problem posing perlu diterapkan. Dalam penelitian ini, yang diukur hanya aspek kognitif dari kreativitas (berpikir kreatif). Penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengukur aspek afektif dari kreativitas, dan mengukur indikator berpikir kreatif yang lain, berupa evaluasi. Peneliti juga menyarankan untuk mencoba melihat hubungan antara kemampuan kognitif siswa yang tinggi dengan kemampuan berpikir kreatif berdasarkan penerapan pendekatan problem posing.
60
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nyimas. Problem Posing. Jurnal Forum MIPA UNSRI, Vol. 5. 2000 Amalia, Ulfah. Upaya Peningkatan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati yang Bernuansa Imtak melalui Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM). Skripsi Sarjana Pendidikan, Jakarta: Perpustakaan UIN. 2009 Amelia, Nurul. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem posing pada Konsep Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. 2008 Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara. 2006 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Arnyana, Ida Bagus Putu. Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, No. 3. 2009. Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 Bono, de Edward. Revolusi berpikir. Bandung: Kaifa. 2007 Habibah. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Fisika Bernuansa Nilai pada Konsep Cahaya. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. 2009 Haetami,
Aceng, Maysara. Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia Dasar I Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Problem Posing. Jurnal MIPMIPA, Volume 6, No. 1, Februari. 2007.
Hatimah, Ihat. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira. 2000. Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian dalam Pendidikan Sains, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK UIN Syahid. 2006 Hidayati, Rina Nur. Aplikasi Pembelajaran Problem posing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem, Skripsi Sarjana Pendidikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Malang Surakarta. 2008
61
Jamz, Queen. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem posing. htpp:// queenjamz.blogspot.com., diakses pada tanggal 19 Agustus 2010 pukul 15.50 WIB Johnson, Elaine. Contextual Teching & Learning, Menjadikan Kegiatan BelajarMengajar Mengasyikkan dan Bermakna,cet. 8. Bandung: Mizan Learning Center. 2009 Lisnaini. Pengaruh Strategi Problem posing Terstruktur terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. 2010 Maimunah, Siti. Perbedaan Hasil Belajar Kimia siswa dengan Menggunakan Metode Problem posing Secara Kelompok dan Metode Problem posing Secara Individu. Skripsi Sarjana Pendidikan. Jakarta: Perpustakaan UIN. 2010 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan cet.6, Jakarta: Rineka Cipta. 2007 Mc. Ananey, Donal, dkk. Teaching and Learning in Further and Higher Education: A handbook by The Education for Employment Project. Eropa: The ESF EQUAL Community Initiative. 2007 Muljatiningrum, Anny, dkk. Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dan Berpikir Kreatif pada Konsep Bioteknologi. Proceeding The Second International Seminar on Science Education, ISBN: 978-979-98546-4-2 Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. 2001 Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat cet. Ke-3. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2004 Ni’am, Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta : eLSAS. 2006 Nixon, Sarah. Using Problem Posing Dialogue in Adult Literacy Education. Literacy Resourch. 2004 Sakroni, Imam dan Purwanto, Swida. Perbedaan Hasil Belajar Matematika antara Siswa yang Belajar dengan Metode Problem Solving dengan Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Problem posing. Jurnal Matematika, Aplikasi dan Pembelajarannya, Vol. 4 No. 1. 2005 Saleh, Taufikurrahman. Membangun Pendidikan Indonesia. Jakarta: Lembaga Pers dan Penerbitan PP IPNU. 2009
62
Siswono, Tatag Yuli Eko. Model Pembelajaran matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. 2008 Siswono, Tatag Yuli Eko, dan Kurniawati,Yeva. Penerapan Model Wallas untuk Mengidentifikasi Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Pengajuan Masalah Matematika dengan Informasi Berupa Gambar. Jurnal Nasional MATEMATIKA. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. ISSN: 0852-7792 Siswono, Tatag Yuli Eko. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni . 2005 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003. Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2005 Sudjana. Metode Statistika cetakan 6. Bandung: Tarsito. 2001 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2010 Suharta, I Gusti Putu. Pengembangan Strategi Problem posing dalam Pembelajaran Kalkulus untuk Memperbaiki Kesalahan Konsepsi. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, Tahun IV, No. 2, Agustus. 2000 Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2003. Sukarma, Ketut. Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Solving dan Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal Kependidikan, Volume 3, No. 1, Mei. 2004 Surtini, Sri, dkk. Implementasi Problem Posing pada Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga.Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Salatiga. 2003 Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2009 Syah, Darwyan, dkk. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006
63
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004 Trapsilasiwi, Dinawati. Pengajuan Soal (Problem Posing) sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Belajar Matematika di Sekolah. Jurnal Teknobel, Volume 2, No. 1, Maret. 2001, Wahyudi, Imam. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Round Table dan Problem posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SLTPN 2 Sumberjambe Jember. Jurnal Teknobel, Volume 2, No. 2, September. 2001 Widyastuti, Eva. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Sistem Peredaran Darah dengan Pembelajaran Analogi di SMP X Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan. Bandung: Perpustakaan UPI. 2005
64
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
:1
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
: 2.2. Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat pada
makhluk hidup
Indikator
:
1. Mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam pewarisan sifat (gen, kromosom) dan istilah-istilah dalam genetika 2. Menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya 3. Menentukan gamet dari genotipe tetua A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian gen dan kromosom 2. Menyebutkan bagian-bagian kromosom 3. Menyebutkan fungsi bagian-bagian kromosom 4. Membedakan pengertian dari genotipe dan fenotipe 5. Membedakan pengertian dari dominan, resesif dan intemediet 6. Menentukan gamet dari genotipe tetua 7. Menghubungkan antara sifat beda dengan jumlah macam gamet, genotipe dan fenotipe F2
65
Gen
B. Materi Ajar Materi genetik
Terdapat dalam
Terdiri
Kromosom dari
DNA dan RNA Pewarisan sifat
Ditentukan
oleh
oleh
Sifat resesif, dominan, dan intermediet
Sifat fenotip dan genotip
C. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran KEGIATAN Kegiatan awal
TAHAP Pendahuluan
KEGIATAN GURU 1. Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan foto beberapa anak dan otang tua. Kemudian memberikan pertanyaan : “ manakah diantara gambar berikut yang merupakan satu keluarga?” 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan metode yang akan digunakan yaitu problem posing
66
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
WAKTU
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
KEGIATAN Kegiatan Inti
TAHAP Pengembangan
Penerapan
KEGIATAN GURU 1. Guru membagi kelompok siswa menjadi lima kelompok (Untuk mempermudah guru telah membuat kelompok dan menuliskannya di papan tulis) 2. Guru menjelaskan materi tentang konsep pewarisan sifat 3. Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan 1. Guru membagikan LKS ke tiap kelompok. Dalam LKS tersebut terdapat peraturan pembuatan soal 2. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKS secara berkelompok 3. Guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal
67
KEGIATAN SISWA • Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya
• Siswa memperhatikan penjelasan guru • Siswa memperhatikan contoh pembuatan soal yang diberikan guru
WAKTU 5 menit
15 menit
5 menit
• Siswa menerima 5 menit LKS
15 menit • Siswa mengajukan soal dari situasi yang tersedia 5 menit • Siswa bertanya dan meminta bimbingan apabila terdapat ketidakjelasan
KEGIATAN Kegiatan penutup
TAHAP Penutup
KEGIATAN GURU 1. Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiap kelompok 2. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran 3. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan di rumah tentang materi pertemuan selanjutnya
KEGIATAN SISWA
WAKTU
10 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas • Siswa 5 menit memperhatikan • Siswa mencatat materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 4. Lembar Kerja Siswa F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil LKS Ciruas, Mengetahui, Guru Bidang Studi
2010
Dilaksanakan, Peneliti
(___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
68
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
:2
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
: 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan dan hasil pewarisan sifat dan penerapannya
Indikator
:
1. Mendeskripsikan pengertian persilangan monohibrida dan dihibrida 2. Menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida 3. Membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida 2. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida Intermediet 3. Menjelaskan tentang persilangan dihibrida 4. Menghitung persilangan monohibrida 5. Menghitung persilangan dihibrida 6. Membandingkan fenotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida 7. Membandingkan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
69
B. Materi Ajar
Persilangan dua individu
Terbagi
Persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid)
menjadi terbagi menjadi
Dominan penuh
Dominan tidak penuh (intermediet)
Persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
C.
pengertian
pengertian
pengertian
Suatu persilangan yang apabila pada keturunannya sifat dominan menguasai sifat resesif
Suatu persilangan yang apabila kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat antara
Persilangan antara dua individu dengan dua sifat yang berbeda
Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran KEGIATAN Kegiatan awal
TAHAP
KEGIATAN GURU
Pendahuluan
1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan demonstrasi sederhana tentang monohibrid penuh dan intermediet, dengan cara: a. Mencampurkan cairan sirup merah dengan air putih b. Mencampurkan sirup merah dengan air susu 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 70
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
WAKTU
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
KEGIATAN
Kegiatan Inti
TAHAP
Pengembangan
Penerapan
Kegiatan penutup
Penutup
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA
1. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi 2. Guru menjelaskan materi tentang monohibrida dan dihibrida 3. Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya • Siswa memperhatikan penjelasan guru
1. Guru membagikan LKS ke tiap kelompok. Dalam LKS tersebut terdapat peraturan pembuatan soal 2. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKS secara berkelompok 3. Guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal
• Siswa menerima 5 menit LKS
1. Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiap kelompok
10 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas • Siswa 5 menit memperhatikan
2. Guru menyimpulkan 71
• Siswa memperhatikan contoh pembuatan soal yang diberikan guru
WAKTU
5 menit
15 menit
5 menit
15 menit • Siswa mengajukan soal dari situasi yang tersedia dalam LKS • Siswa bertanya dan meminta 5 menit bimbingan apabila terdapat ketidakjelasan
hasil pembelajaran 3. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan di rumah tentang materi pertemuan selanjutnya
• Siswa mencatat materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 4. Lembar Kerja Siswa F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil LKS
Ciruas,
Mengetahui, Guru Bidang Studi
2010
Dilaksanakan, Peneliti
(___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
72
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
:3
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
: 2.3. Mendeskripsikan penerapannya
Indikator
proses
pewarisan
sifat
dan
:
1. Mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan tumbuhan 2. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun 3. Memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang bersifat menurun 4. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino 5. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna, hemofilia dan albino
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan keunggulan mengembangbiakkan tumbuhan dan hewan dengan memperhatikan sifat unggul 2. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun 3. Menjelaskan penyebab terjadinya buta warna, hemofilia, dan albino 4. Menjelaskan cara pewarisan sifat kelainan.penyakit yang bersifat menurun 5. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino 6. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna, hemofilia dan albino
73
B. Materi Ajar
Pewarisan sifat pada makhluk hidup
Mendapatkan sifat unggul
untuk
Tumbuhan dan hewan Terjadi pada
misalnya
Penyakit menurun
Manusia
misalnya
Albino Hemofili a
Golongan darah
Buta warna Penyakitpenyakit lain. Seperti bibir sumbing dan iktiosis.
C.
Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Problem posing
D.
Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN Kegiatan awal
TAHAP
KEGIATAN GURU
Pendahuluan
1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan : Apakah kalian pernah melihat orang yang menderita albino di sekitar kalian? Kenapa dia dapat menderita penyakit tersebut? 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
74
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
WAKTU
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
5 menit
5 menit
5 menit
KEGIATAN
KEGIATAN GURU TAHAP
Kegiatan Inti
Pengembangan
Penerapan
KEGIATAN SISWA
WAKTU
1. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya
5 menit
2. Guru menjelaskan materi tentang penerapan pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan, dan penyakit-penyakit menurun 3. Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan
• Siswa memperhatikan penjelasan guru
15 menit
1. Guru membagikan LKS ke tiap kelompok. Dalam LKS tersebut terdapat peraturan pembuatan soal 2. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKS secara berkelompok 3. Guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal
• Siswa menerima 5 menit LKS
75
• Siswa memperhatikan contoh pembuatan soal yang diberikan guru
• Siswa mendiskusikan tugas
5 menit
15 menit
• Siswa bertanya 5 menit dan meminta bimbingan apabila terdapat ketidakjelasan
KEGIATAN Kegiatan penutup
TAHAP Penutup
KEGIATAN GURU 1. Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiap kelompok 2. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran 3. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan di rumah tentang materi pertemuan selanjutnya
KEGIATAN WAKTU SISWA • Siswa memperhatikan 10 menit dan bertanya apabila ada yang belum jelas • Siswa memperhatikan • Siswa mencatat materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 4. Lembar Kerja Siswa F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil LKS Ciruas, Mengetahui, Guru Biologi
2010
Dilaksanakan, Peneliti
(___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
76
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
:4
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.3. Mendeskripsikan penerapannya
proses
pewarisan
sifat
dan
:
1. Mendeskripsikan penurunan sifat golongan darah 2. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan macam gamet 3. Membuat diagram perkawinan golongan darah 4. Menyebutkan manfaat persilangan
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1.
Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO
2.
Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah MN
3.
Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah Rhesus
4.
Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan macam gamet
5.
Membuat diagram perkawinan golongan darah
6.
Menjelaskan manfaat persilangan bagi manusia
77
B. Materi Ajar Pewarisan sifat pada makhluk hidup
Terjadi pada
Manusia
Ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh)
Golongan darah ABO
Berdasarkan
Golongan darah MN
Berdasarkan
Ada tidaknya anti gen dan antibodi
Golongan darah rhesus
Berdasarkan
Ada tidaknya antigen
misalnya
manfaatnya
Penyakit menurun
Golongan darah
Terbagi menjadi
1. Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat baik 2. Menghasilkan bibit unggul
C.
Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Metode
: Problem posing
D. Langkah-Langkah Pembelajaran KEGIATAN Kegiatan awal
TAHAP
KEGIATAN GURU
Pendahuluan
1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan : Apakah golongan darah kalian sama dengan golongan darah orang tua? Bagaimana dengan anggota keluarga lain? 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
78
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
WAKTU 5 menit
5 menit 5 menit
KEGIATAN
Kegiatan Inti
TAHAP
Pengembangan
Penerapan
KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA
WAKTU
1. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi 2. Guru menjelaskan materi tentang pewarisan golongan darah pada manusia dan manfaat persilangan bagi manusia 3. Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya
1. Guru membagikan LKS ke tiap kelompok. Dalam LKS tersebut terdapat peraturan pembuatan soal 2. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKS secara berkelompok 3. Guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal
• Siswa menerima 5 menit LKS
79
• Siswa memperhatikan penjelasan guru
5 menit
15 menit
• Siswa 5 menit memperhatikan contoh soal yang diberikan guru
• Siswa mendiskusikan tugas
• Siswa bertanya dan meminta bimbingan apabila terdapat ketidakjelasan
15 menit
5 menit
TAHAP
KEGIATAN Kegiatan penutup
Penutup
KEGIATAN GURU 1. Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiap kelompok 2. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
KEGIATAN SISWA
WAKTU
10 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas • Siswa 5 menit memperhatikan
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 4. Lembar Kerja Siswa F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil LKS Ciruas,
Mengetahui, Guru Biologi
2010
Dilaksanakan, Peneliti
(___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
80
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu (Biologi)
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
:1
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.2. Mendeskripsikan konsep pewarisan sifat pada makhluk hidup :
1. Mendeskripsikan materi genetis yang bertanggung jawab dalam pewarisan sifat (gen, kromosom) dan istilah-istilah dalam genetika 2. Menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya 3. Menentukan gamet dari genotipe tetua A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian gen dan kromosom 2. Menyebutkan bagian-bagian kromosom 3. Menyebutkan fungsi bagian-bagian kromosom 4. Membedakan pengertian dari genotipe dan fenotipe 5. Membedakan pengertian dari dominan, resesif dan intemediet 6. Menentukan gamet dari genotipe tetua 7. Menghubungkan antara sifat beda dengan jumlah macam gamet, genotipe dan fenotipe F2
81
Gen
B. Materi Ajar Materi genetik
Terdapat dalam
Terdiri
Kromosom dari
DNA dan RNA Pewarisan sifat
Ditentukan
oleh
oleh
Sifat resesif, dominan, dan intermediet
Sifat fenotip dan genotip
C.
Pendekatan/ Metode Pembelajaran Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran NO 1.
KEGIATAN Kegiatan awal
KEGIATAN GURU 4. Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan foto beberapa anak dan otang tua. Kemudian memberikan pertanyaan : “ manakah diantara gembar berikut yang merupakan satu keluarga?” 5. Guru menanggapi jawaban siswa 6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
82
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya • Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
WAKTU 10 menit
2.
3.
Kegiatan Inti
Kegiatan penutup
4. Guru membagi kelompok siswa menjadi lima kelompok (Untuk mempermudah guru telah membuat kelompok dan menuliskannya di papan tulis) 5. Guru menjelaskan materi tentang konsep pewarisan sifat 6. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal pada buku paket secara berkelompok 7. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja kelompok dengan kelompok lain Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya
5 menit
• Siswa 15 menit memperhatikan penjelasan guru 15 menit • Siswa mendiskusikan tugas yang diberikan • Siswa berdiskusi 30 menit dengan kelompok lain 5 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil diskusi Ciruas, 2010 Dilaksanakan, Peneliti
Mengetahui, Guru Bidang Studi (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
83
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
: 2
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.3. Mendeskripsikan penerapannya
proses
pewarisan
sifat
dan
:
a. Mendeskripsikan pengertian persilangan monohibrida dan dihibrida b. Menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida c.
Membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida 2. Menjelaskan tentang persilangan monohibrida Intermediet 3. Menjelaskan tentang persilangan dihibrida 4. Menghitung persilangan monohibrida 5. Menghitung persilangan dihibrida 6. Membandingkan fenotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida 7. Membandingkan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
84
B. Materi Ajar
Persilangan dua individu
Terbagi
Persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid)
menjadi terbagi menjadi
Dominan penuh
Dominan tidak penuh (intermediet)
Persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
C.
pengertian
pengertian
pengertian
Suatu persilangan yang apabila pada keturunannya sifat dominan menguasai sifat resesif
Suatu persilangan yang apabila kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat antara
Persilangan antara dua individu dengan dua sifat yang berbeda
Pendekatan/Metode Pembelajaran Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran NO 1.
KEGIATAN Kegiatan awal
KEGIATAN GURU 4. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan : “Jika kalian mempunyai cat warna merah dicampur dengan cat warna putih maka apa yang terjadi?” 5. Guru menanggapi jawaban siswa 6. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
85
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya • Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
WAKTU 10 menit
2.
3.
Kegiatan Inti
4. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi 5. Guru menjelaskan materi tentang monohibrida dan dihibrida 6. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal pada buku paket secara berkelompok 7. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja kelompok dengan kelompok lain
Kegiatan penutup
Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya • Siswa memperhatikan penjelasan guru • Siswa menerima mendiskusikan tugas yang diberikan • Siswa berdiskusi dengan kelompok lain
5 menit
15 menit
15 menit 30 menit
5 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil diskusi Ciruas, 2010 Dilaksanakan, Peneliti
Mengetahui, Guru Biologi (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
86
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
: 3
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat dan penerapannya :
a. Mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan tumbuhan b. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun c. Memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang bersifat menurun d. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino e. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna, hemofilia dan albino A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: a. Menjelaskan keunggulan mengembangbiakkan tumbuhan dan hewan dengan memperhatikan sifat unggul b. Menyebutkan contoh kelainan/penyakit yang bersifat menurun c. Menjelaskan penyebab terjadinya buta warna, hemofilia, dan albino d. Menjelaskan cara pewarisan sifat kelainan.penyakit yang bersifat menurun e. Membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino f. Menghitung peluang keturunan normal dan tidak dari perkawinan buta warna, hemofilia dan albino
87
B. Materi Ajar
Pewarisan sifat pada makhluk hidup
untuk
Tumbuhan dan hewan
Mendapatkan sifat unggul
Terjadi pada misalnya
Manusia
Penyakit menurun
misalnya
Albino Hemofili a
Golongan darah
Buta warna Penyakitpenyakit lain. Seperti bibir sumbing dan iktiosis.
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran NO 1.
KEGIATAN Kegiatan awal
KEGIATAN GURU 1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan : Apakah kalian pernah melihat orang yang menderita albino di sekitar kalian? Kenapa dia dapat menderita penyakit tersebut? 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
88
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
WAKTU 10 menit
2.
3.
Kegiatan Inti
Kegiatan penutup
1. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi 2. Guru menjelaskan materi tentang penerapan pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan, dan penyakit-penyakit menurun 3. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada buku paket secara berkelompok 4. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja kelompok dengan kelompok lain Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya • Siswa memperhatikan penjelasan guru
• Siswa mendiskusikan tugas yang diberikan
5 menit
15 menit
15 menit
• Siswa berdiskusi 30 menit dengan kelompok lain 5 menit • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil diskusi Ciruas, 2010 Dilaksanakan, Peneliti
Mengetahui, Guru Biologi (___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
89
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Nama Sekolah
: SMP Negeri 2 Ciruas
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Kelas/Semester
: IX/1
Pertemuan Ke-
: 4
Alokasi Waktu
: 2 × 40 menit (2 jam pelajaran)
Standar Kompetensi : 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup Kompetensi Dasar
Indikator
: 2.3. Mendeskripsikan proses pewarisan sifat dan penerapannya :
a. Mendeskripsikan penurunan sifat golongan darah b. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan macam gamet c. Membuat diagram perkawinan golongan darah d. Menyebutkan manfaat persilangan
A. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO 2. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah MN 3. Menjelaskan tentang pewarisan golongan darah Rhesus 4. Memahami hubungan antara fenotipe golongan darah, genotipe dan macam gamet 5. Membuat diagram perkawinan golongan darah 6. Menjelaskan manfaat persilangan bagi manusia
90
B. Materi Ajar Pewarisan sifat pada makhluk hidup
Terjadi pada
Manusia
Ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh)
Golongan darah ABO
Berdasarkan
Golongan darah MN
Berdasarkan
Ada tidaknya anti gen dan antibodi
Golongan darah rhesus
Berdasarkan
Ada tidaknya antigen
misalnya
manfaatnya
Penyakit menurun
Golongan darah
Terbagi menjadi
4. Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat baik 5. Menghasilkan bibit unggul
C. Pendekatan/Metode Pembelajaran Metode
: Ceramah, diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-Langkah Pembelajaran NO 1.
KEGIATAN Kegiatan awal
KEGIATAN GURU 1. Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan : Apakah golongan darah kalian sama dengan golongan darah orang tua? Bagaimana dengan anggota keluarga lain? 2. Guru menanggapi jawaban siswa 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
91
KEGIATAN SISWA • Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawabnya
• Siswa memperhatikan • Siswa memperhatikan
WAKTU 10 menit
2.
3.
Kegiatan Inti
Kegiatan penutup
1. Guru meminta siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi 2. Guru menjelaskan materi tentang pewarisan golongan darah pada manusia dan manfaat persilangan bagi manusia 3. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada buku paket secara berkelompok 4. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja kelompok dengan kelompok lain Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
• Siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya • Siswa memperhatikan penjelasan guru
5 menit
15 menit
15 menit • Siswa mendiskusikan tugas yang diberikan • Siswa berdiskusi 30 menit dengan kelompok lain • Siswa memperhatikan dan bertanya apabila ada yang belum jelas
5 menit
E. Sumber/Alat Pembelajaran Sumber/bahan pembelajaran berupa: 1. Agung Sulistyono, dkk. 2007. Inspirasi Sains Biologi Kelas IX. Jakarta: Ganeca Exact 2. Diana Puspita, Iip Rohima. 2009. Alam Sekitar, IPA Terpadu untuk SMP/Mts Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional 3. Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 3: SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional F. Penilaian Penilaian meliputi: 1. Observasi kegiatan siswa saat berdiskusi 2. Hasil diskusi Ciruas, Mengetahui, Guru Biologi
2010
Dilaksanakan, Peneliti
(___________________) Adeng Daenuri, S. Pd
(___________________) Ika Rifqiawati
92
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing 1 Pertemuan Ke-1
A. 1. 2. 3. 4. B.
Tujuan Pembelajaran Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian dari kromosom serta fungsinya Siswa dapat menjelaskan pengertian istilah-istilah dalam genetika Teori/Situasi
Kromosom merupakan zat yang mudah mengikat zat warna sehingga mudah diamati sewaktu sel membelah. Dalam kromosom terdapat gen yang membawa sifat-sifat keturunan atau disebut juga faktor keturunan. Gen tersusun berada di dalam lokus. Fungsi gen adalah mengatur metabolisme dan perkembangan setiap individu dan sebagai pemberi informasi genetik pada generasi selanjutnya. Bagian-bagian dari kromosom adalah sebagai berikut: a. Sentromer (Kinetokor)
Sentromer adalah bagian yang menyempit dan tampak lebih terang. Sentromer membagi kromosom menjadi dua lengan dan dianggap sebagai kepala kromosom. b. Lengan Kromosom Lengan kromosom merupakan badan kromosom yang mengandung kromonema, yaitu struktur berbentuk benang halus berpilin, tempat gen-gen berderet. Istilah-istilah dalam genetika yaitu: Pariental (P), artinya induk atau orang tua. Filial (F), artinya keturunan. Keturunan pertama (F1) = anak. Keturunan kedua (F2) = cucu Genotipe adalah sifat-sifat menurun yang tidak nampak dari luar, disimbolkan dengan pasangan huruf. Contoh: AA, Aa, aa, AABB,dan AaBB. Gamet adalah sel kelamin dan berasal dari genotipe. Contoh: genotipe Aa, gametnya A dan a. Fenotipe adalah sifat menurun yang nampak dari luar. Contoh: buah besar, buah kecil, rasa manis, rasa asam, batang tinggi, dan batang pendek. Dominan adalah sifat-sifat gen yang selalu nampak atau muncul, disimbolkan dengan huruf besar. Contoh: AA, BB, dan CC. Gen resesif adalah sifat-sifat gen yang tidak selalu nampak baru muncul apabila bersama-sama gen resesif lain, disimbolkan dengan huruf kecil. Contoh: aa, bb, dan cc. Homozigot adalah pasangan gen yang sifatnya sama.Contoh: AA, aa, BB, bb, CC, dan cc. Heterozigot adalah pasangan gen yang tidak sama. Contoh: Aa, Bb, dan Cc
93
C. Tugas Buatlah 5 soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas! D. Soal dan Jawaban 1. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………... ......................................................................................................................... 2. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… .............................................................................................................................. 3. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ............................................................................................................................. 4. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………............................... 5. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
94
LKS PROBLEM POSING 2
Tulislah jawaban dari soal kelompok lain yang kamu terima!
1. ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ 2. ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ 3. ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ 4. ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................ 5. ............................................................................................................ ............................................................................................................ ............................................................................................................
95
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing Pertemuan ke-2
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing 2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan 3. Siswa dapat membedakan pengertian persilangan monohibrida dominan, intermediet dan dihibrida 4. Siswa dapat menghitung persilangan monohibrida dan dihibrida 5. Siswa dapat membandingkan fenotipe dan genotipe keturunan dengan persilangan monohibrida, monohibrida intermediet dan dihibrida
B. Teori/Situasi 1. Monohibrida adalah persilangan dua individu dengan satu sifat beda. Monohibrid ada yang bersifat dominan penuh dan tidak penuh. Suatu persilangan disebut dominan penuh apabila pada keturunannya sifat dominan menguasai sifat resesif. Sedangkan dominan tidak penuh terjadi jika kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat antara atau disebut juga dengan intermediet. Perbandingan fenotip F2 adalah 1 : 2 : 1. Perbandingan ini diperoleh karena sifat merah yang tidak dominan penuh terhadap sifat putih, disebut dengan sifat intermediet, dan warna merah muda disebut warna intermediet. Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda ini disebut dengan persilangan dihibrida. Perbandingan fenotip F2 adalah 9 : 3 : 3 : 1.
2. Diketahui B adalah gen yang menentukan kacang berbiji bulat, sedangkan b berbiji kisut. Kacang berbiji bulat dominan terhadap kacang berbiji kisut. Kemudian dilakukan persilangan antara tanaman kacang berbiji bulat homozigot dan kacang berbiji kisut homozigot.
96
3. Tanaman mangga berbuah besar dan berasa asam (BBmm) disilangkan dengan mangga yang berbuah kecil dan berasa manis (bbMM) menghasilkan F1 (BbMm) dengan fenotip buah besar rasa manis. C. Tugas Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban 1. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… .…………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………… .…………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
97
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing Pertemuan Ke-3 A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing 2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan 3. Siswa dapat mendeskripsikan penerapan pewarisan sifat pada hewan dan tumbuhan 4. Siswa dapat memahami penyebab dan cara pewarisan sifat penyakit yang bersifat menurun 5. Siswa dapat membuat digram penurunan sifat untuk buta warna, hemofilia, dan albino
B. Teori/Situasi 1. Pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan dimanfaatkan oleh manusia untuk mendapatkan bibit unggul. Sifat unggul adalah sifat-sifat yang baik yang ada pada organisme, dipandang dari sudut kebutuhan manusia. Bibit unggul tidak dapat disilangkan lagi karena akan muncul sifat-sifat yang resesif yang akan merugikan. Bibit unggul dapat diperoleh dengan cara hibridisasi. Hibridisasi adalah mengawinkan dua jenis hewan atau tumbuhan yang berbeda varietas dan memiliki sifat-sifat unggul. Selain itu juga bisa didapat dengan cara mutasi gen dan inseminasi buatan (kawin suntik). 2. Diketahui seorang wanita normal namun bersifat karier terhadap penyakit hemofilia. Kemudian wanita tersebut menikah dengan laki-laki normal. 3. Menurut dokter orang yang buta warna disebabkan oleh gangguan salah satu tipe sel kerucut (sensor warna), untuk mendeteksi warna merah, hijau, atau biru. Gejala buta warna yang paling umum adalah buta warna hijau dan merah yaitu ketidakmampuan untuk membedakan kedua warna tersebut.
98
C. Tugas Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban 1. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
2. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………… ……………………………………………………………………………… ………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
3. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
99
Lembar Kerja Siswa (LKS) Problem Posing Pertemuan Ke-4
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat membuat soal berdasarkan metode problem posing 2. Siswa dapat menjawab soal/permasalahan yang sudah disampaikan 3. Siswa dapat menjelaskan tentang pewarisan golongan darah ABO, MN, dan Rhesus 4. Siswa dapat membuat diagram perkawinan golongan darah
B. Teori/Situasi 1. Ada tiga tipe golongan darah pada manusia, yaitu ABO, MN, dan rhesus. a. Golongan Darah ABO Golongan darah manusia dalam sistem ABO ditentukan oleh ada tidaknya antigen (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin) dalam sel darah. Gen penentu golongan darah terletak pada kromosom autosom dan diberi simbol I (Isohemaglutinogen) sehingga alel-alelnya disimbolkan IA menghasilkan antigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO yang tidak menghasilkan antigen. b. Golongan Darah MN Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam sel darah merah seseorang. Menurut para ahli, golongan darah MN ditentukan oleh gen yang mengandung dua alel. Satu alel menentukan faktor M dan yang lainnya menentukan faktor N. Jadi, orang yang bergenotip MM akan bergolongan darah M. Golongan darah N mempunyai genotip NN, sedangkan golongan darah MN mempunyai genotip MN. c. Golongan Darah Rhesus Golongan darah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh) pada sel darah seseorang. Seseorang yang mengandung antigen Rh pada eritrositnya disebut Rh+ (rhesus positif). Sedangkan, yang tidak mempunyai antigen rhesus disebut Rh (rhesus negatif). Seseorang yang mengandung antigen rhesus pada darah merahnya (Rh+) tidak dapat membentuk antibodi yang melawan antigen Rh–. Antibodi terhadap rhesus akan terbentuk pada orang yang bergolongan darah Rh–. Jadi, jika orang bergolongan darah Rh– diberi transfusi darah dari orang bergolongan darah Rh+, maka pada darah penerima tersebut akan membentuk antibodi yang melawan antigen rhesus. 2. Diketahui Nina menikah dengan Anton. Golongan darah Nina adalah A dan Anton bergolongan darah AB. –
100
C. Tugas Buatlah soal dan jawaban berdasarkan teori/situasi di atas!
D. Soal dan Jawaban 1. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
2. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………… ……………………………………………………………………………… ………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………
101
MODUL MATERI PROSES PEWARISAN SIFAT A. Monohibrida dan Dihibrida Dominan penuh Persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid) Persilangan dua individu
Persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
Dominan tidak penuh (intermediet)
1. Persilangan Monohibrida Persilangan dua individu dengan satu sifat beda disebut dengan monohibrida. Monohibrida terbagi menjadi dua, yaitu dominan penuh dan dominan tidak penuh. Suatu persilangan disebut dominan penuh apabila pada keturunannya sifat dominan menguasai sifat resesif. Contoh: Persilangan antara biji kacang polong berwarna kuning dengan biji kacang polong berwarna hijau, dihasilkan biji kacang polong berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa warna kuning bersifat dominan, dan hijau bersifat resesif. Skema persilangannya: P : kacang polong berwarna kuning × kacang polong berwarna hijau Fenotip : Kuning × Hijau Genotip : KK × kk Gamet : Kk Kk (Jika hanya satu sifat beda, homozigot bisa ditulis satu huruf saja) F1 : Kk, Kk Fenotip keseluruhan adalah biji kacang polong berwarna kuning. Jika F1 disilangkan dengan F1, skema persilangannya adalah: F2 : F1 × F1 Fenotip : Kuning × Kuning Genotip : Kk × Kk Gamet : K × K k × k Hasil : KK, Kk, Kk, kk Dengan salah satu induk yang bersifat dominan, diperoleh perbandingan biji warna kuning : hijau = 3:1.
Dominan tidak penuh terjadi jika kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat antara. Sebagai contoh adalah persilangan antara tanaman bunga pukul empat (mirabilis jalapa) warna merah homozigot (genotip MM) dengan bunga pukul empat warna putih (genotip mm), diperoleh tanaman F1 heterozigot berbunga warna merah jambu (genotip Mm). Jika tanaman F1 disilangkan dengan F1, diperoleh keturunan F2 yang memperlihatkan
102
perbandingan fenotip merah : merah jambu : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan ini diperoleh karena sifat merah yang tidak dominan penuh terhadap sifat putih, disebut dengan sifat intermediet, dan warna merah muda disebut warna intermediet. Tanaman bunga merah (MM) dan bunga putih (mm) merupakan galur murni karena memberikan keturunan yang selalu tetap. Galur murni adalah garis keturunan yang bergenotip homozigot untuk semua sifat unggul. Untuk lebih jelasnya, pahami bagan persilangan berikut: P : MM × mm : merah × putih Gamet : M × m F1 : Mm : Merah muda F2 : F1 × F1 Mm × Mm Gamet : M × M m×m F2 : MM (merah) Mm (merah muda) Mm (merah muda) mm (putih) Perbandingan fenotip warna merah : merah muda : putih adalah 1 : 2 : 1. 2. Persilangan Dihibrida Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda ini disebut dengan persilangan dihibrida. Misalnya, beda antara bentuk dan warna biji kapri. Jika disilangkan antara tanaman kapri biji bulat warna kuning homozigot (BBKK) dengan tanaman kapri biji kerut warna hijau homozigot (bbkk). Dihasilkan semua tanaman F1 (dihibrida) adalah sama, yaitu berbiji bulat kuning (BbKk). B : sifat bulat, K : sifat kuning, b : sifat kerut dan k : sifat hijau. Bila disilangkan antara F1 dengan F1, maka dihasilkan keturunan F2 yang memperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas 4 macam fenotip, yaitu berbiji bulat kuning, bulat hijau, kerut kuning, dan kerut hijau. Perhatikanlah bagan persilangan berikut: P : BBKK × bbkk bulat, kuning × kerut, hijau Gamet : BK × bk F1 : BbKk F2 : F1 × F1 BbKk × BbKk Gamet : BK × BK Bk × Bk bK × bK bk × bk
103
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh kemungkinan genotip dan fenotipnya. Individu yang mengandung gen B mempunyai biji bulat, sedangkan individu yang mengandung K memiliki biji berwarna kuning. Oleh karena itu, terdapat empat fenotip pada F2, yaitu: (1) bulat-kuning : nomor 1,2,3,4,5,7,9,10,13 (2) bulat-hijau : nomor 6,8,14 (3) keriput-kuning : nomor 11,12,15 (4) keriput-hijau : nomor 16 Genotip BBKK mempunyai sifat homozigot dominan, disebut galur murni dominan. Sedangkan, genotip bbkk bersifat homozigot resesif, disebut galur murni resesif. Perbandingan fenotip F2 adalah bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau adalah 9 : 3 : 3 : 1. B. Penerapan Pewarisan Sifat pada Tumbuhan dan Hewan Pewarisan sifat pada makhluk hidup
Mendapatkan sifat unggul
Tumbuhan dan hewan
Penyakit menurun
Manusia
Albino Hemofili a
Golongan Buta warna darah Pewarisan sifat pada tumbuhan dan hewan dimanfaatkan oleh manusia untuk mendapatkan bibit unggul. Sifat unggul adalah sifat-sifat yang baik yang ada pada organisme, dipandang dari sudut kebutuhan manusia. Sifat-sifat unggul tersebut umumnya dilihat dari fenotip organisme tersebut. Sifat-sifat unggul yang terdapat pada hewan adalah: a) Tidak mudah terserang penyakit. b) Pemeliharaannya mudah. c) Pada jenis hewan pedaging menghasilkan daging dengan mutu baik. d) Pada unggas petelur dihasilkan telur yang banyak dengan mutu baik. e) Umur pendek, tapi cepat diperoleh hasil sehingga mengurangi biaya pemeliharaan. f) Mudah dan cepat dikembangbiakkan. g) Dapat menyesuaikan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sifat-sifat unggul yang terdapat pada tanaman adalah: a) Tidak mudah terserang hama dan penyakit tanaman. b) Pemeliharaannya mudah. c) Mudah tumbuh di kondisi yang tidak menguntungkan. d) Mempunyai umur pendek dan cepat dipanen. e) Batang, ranting dapat tumbuh dengan kokoh.
104
f) Dapat menghasilkan buah yang bermutu tinggi (rasa manis, besar, banyak, tidak berbiji). g) Mudah untuk dikembangbiakkan. C. Pewarisan Sifat pada Manusia Cacat dan penyakit menurun pada manusia, yaitu: a. Albino Orang albino adalah orang dengan ciri-ciri memiliki mata, bulu mata, dan kulit berwarna putih. Hal ini terjadi karena penderita albino tidak memiliki pigmen warna melanin. Pigmen melanin dihasilkan oleh enzim pembentuk melanin. Sedangkan, orang albino tidak dapat menghasilkan enzim melanin. Enzim melanin diproduksi berdasarkan perintah gen melanin. Jadi, penderita albino, gen melaninnya tidak dapat memerintah untuk memproduksi enzim. Gen albino tidak terletak pada kromosom kelamin, melainkan pada autosom. Oleh karena itu, penderita albino dapat berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. b. Buta Warna Penderita buta warna tidak dapat melihat warna tertentu karena tidak dapat menangkap panjang gelombang cahaya tertentu. Buta warna terdiri dari bermacam-macam tipe, yaitu: 1) buta warna biru - hijau 2) buta warna biru - merah 3) buta warna merah - hijau (paling umum) Penyakit ini diturunkan secara resesif pada kromosom X nonhomolog (kromosom X yang tidak memiliki pasangan gen di kromosom Y). Penyakit ini jarang diderita oleh wanita. Wanita pembawa mewariskan cacat tersebut kepada anak laki-lakinya. c. Hemofilia Hemofili ialah penyakit keturunan pada manusia yang menyebabkan darah sukar membeku ketika terjadi luka. Hal ini disebabkan karena tidak adanya faktor pembeku darah. Genotipe yang mungkin terjadi ialah sebagai berikut: XHY : pria normal XhY : pria hemofili XHXH : wanita normal XHXh : wanita pembawa sifat hemofili (karier hemofili) XhXh : wanita hemofili (bersifat letal/mati) D. Pewarisan Golongan Darah pada Manusia
Pewarisan golongan darah pada manusia
Golongan darah ABO
Ada tidaknya anti gen dan antibodi
Golongan darah MN
Ada tidaknya antigen
Golongan darah rhesus
Ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh)
105
Ada tiga tipe golongan darah pada manusia, yaitu ABO, MN, dan rhesus. a. Golongan Darah ABO Golongan darah manusia dalam sistem ABO ditentukan oleh ada tidaknya antigen (aglutinogen) dan antibodi (aglutinin) dalam sel darah. Berikut ini adalah tabel kandungan aglutinin dan aglutinogen dalam masing-masing golongan darah.
Aglutinogen dan Aglutinin pada Golongan Darah
Gen penentu golongan darah terletak pada kromosom autosom dan diberi simbol I (Isohemaglutinogen) sehingga alel-alelnya disimbolkan IA menghasilkan antigen A, IB menghasilkan antigen B, dan IO yang tidak menghasilkan antigen. b. Golongan Darah MN Penggolongan darah MN didasarkan pada ada tidaknya antigen dalam sel darah merah seseorang. Apabila seseorang bergolongan darah M, sedangkan orang yang di dalam sel darah merahnya mengandung antigen N, maka orang tersebut bergolongan darah N. Jadi, orang yang bergolongan darah MN dalam sel darah merahnya mengandung antigen M dan N sehingga orang tersebut bergolongan darah MN. Menurut para ahli, golongan darah MN ditentukan oleh gen yang mengandung dua alel. Satu alel menentukan faktor M dan yang lainnya menentukan faktor N. Jadi, orang yang bergenotip MM akan bergolongan darah M. Golongan darah N mempunyai genotip NN, sedangkan golongan darah MN mempunyai genotip MN. c. Golongan Darah Rhesus Golongan darah ini dipengaruhi oleh ada tidaknya faktor rhesus (antigen Rh) pada sel darah seseorang. Seseorang yang mengandung antigen Rh pada eritrositnya disebut Rh+(rhesus positif). Sedangkan, yang tidak mempunyai antigen rhesus disebut Rh– (rhesus negatif). Seseorang yang mengandung antigen rhesus pada darah merahnya (Rh+) tidak dapat membentuk antibodi yang melawan antigen Rh–. Antibodi terhadap rhesus akan terbentuk pada orang yang bergolongan darah Rh–. Jadi, jika orang bergolongan darah Rh– diberi transfusi darah dari orang bergolongan darah Rh+, maka pada darah penerima tersebut akan membentuk antibodi yang melawan antigen rhesus. E. Manfaat Persilangan bagi Manusia a) Menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang baik b) Menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan, misalnya varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan PB5, PB8, IR22, IR24, juga pada ternak, misalnya sapi Santa gertrudis, hasil persilangan sapi brahman dengan sapi shorthorn. 106
Spesifikasi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Komponen Berpikir Kreatif Kelancaran (fluency)
No Soal 1
Aspek kognitif C1
3*
C3
6
C3
- Memberikan banyak cara - Memberikan saran atau saran untuk tentang pencegahan melakukan berbagai hal bibir sumbing - Memberikan saran tentang pencegahan iktiosis
4*
C3
7*
C3
- Mampu memberikan - Menafsirkan gambar penafsiran terhadap tentang hubungan sel, gambar/masalah kromosom dan DNA - Mencari banyak alternatif - Mencari alternatif untuk menjawab atau arah yang berbedakemungkinan beda mendaparkan keturunan laki-laki normal pada perkawinan hemofilia
2
C2
8
C4
- Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi
9
C4
Aspek yang Diukur
Indikator
- Lancar dalam mengemukakan jawaban - Mampu memberikan jawaban secara tepat dan cepat mengenai objek yang diamati
Menyebutkan bagianbagian kromosom dan fungsinya
- Lancar dalam mengemukakan pertanyaan
Berpikir luwes (flexibility)
- Mengajukan banyak pertanyaan mengenai wacana tentang bibir sumbing - Mengajukan banyak pertanyaan mengenai wacana tentang iktiosis
107
- Memberikan jawaban yang berbeda tentang perkawinan hemofilia yang akan menghasilkan keturunan laki-laki normal
Komponen Berpikir Kreatif Keaslian (originality)
Merinci (elaboration)
Aspek yang Diukur
Indikator
No Soal 10
Aspek Kognitif C3
- Mampu membuat kombinasi-kombinasi dari bagian atau unsur
- Membuat kombinasi hubungan golongan darah, aglutinogen, aglutinin, genotipe dan macam gamet golongan darah
- Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik
- Melahirkan/membuat singkatan dan ungkapan yang unik untuk istilah-istilah dalam pewarisan sifat
13*
C3
- Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
- Mengembangkan gagasan atau informasi tentang perkawinan bibit pohon mangga rasa asam buah besar agar menghasilkan pohon mangga dengan rasa manis dan berbuah besar - Mengembangkan gagasan atau informasi tentang perbandingan fenotipe persilangan dua individu
5*
C3
12*
C3
- Menambahkan atau - Menambahkan garismemperinci detil-detil garis, warna-warna, dari suatu objek, gagasan, dan bagian-bagian atau situasi sehingga terhadap peta silsilah menjadi lebih menarik golongan darah dan jelas
Keterangan: Tanda (*) untuk soal yang tidak digunakan
108
C2 11
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir lancar (fluency)
Indikator Soal Menyebutkan bagianbagian kromosom dan fungsinya
Jawaban
a
1
b
2
a. Sentromer/kinetekor Berfungsi sebagai tempat menggantungnya kromosom pada gelendong sel (spindle) ketika sel membelah b. Lengan kromosom. Berfungsi sebagai tempat kandungan kromonema
3
Lengkapi gambar bagian kromosom di atas (a&b), dan sebutkan fungsinya!
Mengajukan banyak pertanyaan mengenai wacana tentang bibir
*Buatlah pertanyaan sebanyak-banyaknya
- Apa penyebab penyakit bibir sumbing? - Apa akibat dari penyakit bibir sumbing? - Bagaimana ciri-ciri orang yang 109
Pedoman penilaian • Jika menyebutkan bagian-bagian kromosom dan fungsinya dengan tepat = 4 • Jika menyebutkan bagian-bagian kromosom dan fungsinya, tapi tidak lengkap = 3 • Jika hanya menyebutkan bagian-bagian kromosom/fungsinya saja = 2 • Jika menjawab, namun salah = 1 • Jika tidak menjawab sama sekali = 0
• Jika membuat pertanyaan sebanyak tiga atau lebih
Skor Max 4
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal sumbing
Memberikan saran tentang pencegahan bibir sumbing
berdasarkan wacana di atas!
* Apa saran kamu untuk mencegah bibir sumbing? (berikan saran sebanyakbanyaknya)
Jawaban menderita bibir sumbing?
Dengan cara: - Melengkapi nutrisi dan gizi ketika hamil - Tidak menikah dengan kerabat dekat - Tidak menikah dengan penderita bibir sumbing
110
Pedoman penilaian
Skor Max
=3 • Jika membuat pertanyaan sebanyak 2 pertanyaan = 2 • Jika hanya membuat satu pertanyaan = 1 • Jika tidak membuat pertanyaan sama sekali =0 • Jika memberikan saran sebanyak tiga atau lebih dan tepat = 4 • Jika memberikan sebanyak 2 saran dan tepat = 3 • Jika hanya memberikan satu saran dan tepat = 2 • Jika memberikan saran, namun tidak tepat = 1 • Jika tidak memberikan saran apapun= 0
4
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal Mengajukan banyak pertanyaan mengenai wacana tentang iktiosis
Memberikan saran tentang pencegahan iktiosis
Jawaban
Pedoman penilaian
Buatlah pertanyaan sebanyak-banyaknya berdasarkan wacana di atas!
- Apa penyebab penyakit iktiosis? - Apa akibat dari penyakit iktiosis? - Bagaimana gejala orang yang menderita iktiosis?
• Jika membuat pertanyaan sebanyak tiga atau lebih =3 • Jika membuat pertanyaan sebanyak 2 pertanyaan = 2 • Jika hanya membuat satu pertanyaan = 1 • Jika tidak membuat pertanyaan sama sekali =0
* Apa saran kamu untuk mencegah iktiosis? (berikan saran sebanyakbanyaknya)
Dengan cara: - Melengkapi nutrisi dan gizi ketika hamil - Tidak menikah dengan kerabat dekat - Tidak menikah dengan penderita iktiosis
111
• Jika memberikan saran sebanyak tiga atau lebih dan tepat = 4 • Jika memberikan sebanyak 2 saran dan tepat = 3 • Jika hanya memberikan satu saran dan tepat = 2 • Jika memberikan saran, namun tidak tepat = 1 • Jika tidak memberikan
Skor Max
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal
Jawaban
Pedoman penilaian
Skor Max
saran apapun= 0
Berpikir luwes (flexibility)
Menafsirkan gambar tentang hubungan sel, kromosom dan DNA
Berdasarkan gambar di atas (pada soal no.1) Berilah penjelasan tentang hubungan gambar (1), (2), dan (3)!
Dalam sel, atau inti sel terdapat kromosom. Setiap kromosom memiliki dua buah lengan yang dihubungkan oleh sentromer. Pada kromosom terdapat benang-benang halus yang melingkat. Di sepanjang benangbenang inilah terletak gen (pengendali pewarisan sifat). Dan gen terdiri dari untaian-untaian DNA.
Berpikir asli (originility)
Menghasilkan/membuat singkatan dan ungkapan yang unik untuk istilahistilah dalam pewarisan sifat
*Buatlah singkatan dan ungkapan untuk setiap istilah-istilah dalam pewarisan sifat berikut: Haploid, Diploid, Genotipe, Fenotipe, Dominan,
Singkatan = HaDi GeDoR HiFi Ungkapan : Haploid = Satu Diploid = Poligami Genotipe = Pemalu Fenotipe = Eksis Dominan = Menang
112
• Jika menghubungkan ketiga gambar (1), (2) dan (3) dengan benar dan tepat = 3 • Jika menghubungkan 2 gambar dengan benar dan tepat = 2 • Jika menghubungkan 2 atau 3 gambar, namun kurang tepat = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0 • Jika membuat singkatan dan ungkapan mencakup semua istilah dengan kreatif = 3 • Jika membuat singkatan dan ungkapan tidak mencakup semua istilah =2
3
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal Resesif, Intermediet, dan Hibrid!
Berpikir luwes (flexibility)
Mencari alternatif untuk menjawab kemungkinan mendaparkan keturunan laki-laki normal pada perkawinan hemofilia
Doni menderita hemofilia (XhY). Dia tidak ingin anak lakilakinya kelak menderita hal yang sama dengannya. Jadi, wanita yang bagaimanakah yang dapat dia nikahi untuk menghasilkan keturunan laki-laki normal (XHY)?
Jawaban Resesif = Kalah Intermediet = Seri Hibrid = Anak
Dik: Xh Y Menginginkan F1:XH Y Dit: ...... ? Jawab: P: Xh Y >< XH XH G: Xh, Y dan XH F: Xh XH = XH Xh XH Y Y Kemungkinan anaknya adalah perempuan pembawa (XH Xh) dan laki-laki normal (XH Y). Jadi, Doni harus menikah dengan perempuan normal.
113
Pedoman penilaian
Skor Max
• Jika membuat singkatan atau ungkapan saja = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
• Jika memberikan jawaban dan penjelasan dengan benar dan tepat = 3 • Jika memberikan jawaban tapi tidak dijelaskan = 2 • Jika menjawab, namun kurang benar = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
3.
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal Memberikan jawaban yang berbeda tentang perkawinan hemofilia yang akan menghasilkan keturunan laki-laki
Apakah soal no.8 mempunyai jawaban ganda? Jika iya, berikan jawaban lain dari soal tersebut!
Jawaban Iya. Doni dapat pula menikahi perempuan pembawa (karier) P: Xh Y >< XHXh G: Xh, Y dan XH, Xh F: Gamet XH Xh Xh XHXh XhXh Y XHY XhY Jadi, kemungkinan anaknya: - XHXh (perempuan pembawa) - XhXh (perempuan hemofilia) - XHY (laki-laki normal) - XhY (laki-laki hemofilia)
Merinci (elaboration)
Mengembangkan gagasan atau informasi tentang perkawinan bibit pohon mangga rasa asam buah besar agar menghasilkan pohon mangga dengan rasa manis dan berbuah
* Seorang petani mempunyai bibit pohon mangga rasa asam dengan buah besar. Petani ini ingin sekali mendapatkan pohon mangga dengan rasa
Dapat dilakukan persilangan dengan bibit pohon mangga buah kecil berasa asam karena akan mendapatkan keturtunan yang diharapkan. Berikut persilangannya: P1: Besar,asam >< Kecil,manis (BBmm) (bbMM) G: Bm dan bM
114
Pedoman penilaian
Skor Max
• Jika memberikan jawaban dan penjelasan dengan benar dan tepat = 3 • Jika memberikan jawaban tapi tidak dijelaskan = 2 • Jika menjawab, namun kurang benar = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
• Jika memberikan jawaban dan penjelasan dengan benar dan tepat = 3 • Jika memberikan jawaban tapi tidak dijelaskan = 2 • Jika menjawab, namun
3
3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal besar
Mengembangkan gagasan atau informasi tentang perbandingan fenotipe persilangan dua individu
manis dan berbuah besar. Menurut kamu bagaimana mewujudkan keinginan petani tersebut?
* Dari perbandingan fenotipe di bawah ini, buatlah keterangan hubungannya dengan persilangan dua individu dalam bentuk paragraf! a. 3 : 1 b. 9 : 3 : 3 : 1 c. 1 : 2 : 1
Jawaban
Pedoman penilaian
F1: BbMm (Besar Manis) P2: BbMm >< BbMm G: BM BM Bm Bm bM bM bm bm F2: BBMM (Besar Manis) = 9 BBmm (Besar Asam) = 3 bbMM (Kecil Manis) = 3 bbmm (Kecil Asam) = 1
kurang benar = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
a. Rasio ini adalah perbandingan fenotipe keturunan kedua pada persilangan monohibrid penuh b. Rasio perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3 : 1 adalah perbandingan fenotipe keturunan kedua pada persilangan dihibrid c. Rasio ini adalah perbandingan fenotipe keturunan kedua pada persilangan monohibrid intermediet. Terjadi karena adanya pengaruh gen dominan yang tidak sempurna.
• Jika mengembangkan semua gagasan dengan benar = 3 • Jika mengembangkan gagasan < 2 = 2 • Jika engembangkan gagasan, namun kurang tepat = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
115
Skor Max 3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal Menambahkan garisgaris, warna-warna, dan bagian-bagian terhadap peta silsilah golongan darah
Lengkapi peta silsilah di bawah ini dan jelaskan jawabanmu!
A
B
A
X X
A B
B X
Berpikir asli (originility)
Membuat kombinasi hubungan golongan darah, aglutinogen, aglutinin, genotipe dan macam gamet golongan darah
Jawaban
X
Pedoman penilaian
P : IAIB >< IBI0 G : IA, I0 IB, I0 F : IAIB, IAI0, IBI0, I0I0 AB, A heterozigot, B heterozigot, O Jadi, X1 = AB IAIB >< IAIB B IA, IB IA, IB IAIA, IAIB, IBIB Jadi, X2 = A X3 = AB X4 = B
X
Di bawah ini disediakan Golongan aglutinin aglutinogen golongan darah, darah aglutinogen, aglutinin, a. A d c dan genotipe golongan b. B b a darah. Buat kombinasi c.AB c b dari empat kategori d. O a d
116
• Jika menjawab semua pertanyaan dan memberikan penjelasan dengan benar = 4 • Jika menjawab tidak semua pertanyaan dan memberikan penjelasan dengan benar = 3 • Jika menjawab semua pertanyaan dengan benar, namun tidak disertai penjelasan = 2 • Jika menjawab dengan salah = 1 • Jika tidak memberikan jawaban = 0
• Jika semua susunan Genotipe benar = 4 d • Jika menyusun kombinasi 7-9 =3 a b • Jika menyusun kombinasi 4-6 = 2 c
Skor Max 3
KISI-KISI DAN PEDOMAN PENILAIAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF
Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator Soal
Jawaban
Pedoman penilaian • Jika menyusun kombinasi sebanyak 1-3 =1 • Jika susunan tidak benar =0
tersebut! Golongan darah: Aglutinogen: a. A b. B a. B c. AB b. A d. O B A Aglutinin: c. d. – a. α.β Genotipe: b. α c. – a. IB IB, IBI0 d. β b. IA IB c. I0I0 d. IA IA,IAI0
Keterangan: Tanda (*) adalah soal yang tidak digunakan
117
Skor Max 4
REKAPITULASI ANALISIS BUTIR SOAL
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Lancar Berpikir Lancar Merinci Berpikir Lancar Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Luwes
Validasi
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran Keterangan
Indeks
Kategori
Indeks
Kategori
Indeks
Kategori
0,718
Valid
0,5
Baik
0,523
Sedang
Soal digunakan
0,545
Valid
0,3
Cukup
0,288
Sukar
Soal digunakan
0
Jelek
0,4621
Sedang
0
Jelek
0,4318
Sedang
-0,1
Jelek
0,4621
Sedang
0,0804 0,1221 -0,016
Tidak valid Tidak valid Tidak valid
Soal tidak digunakan Soal tidak digunakan Soal tidak digunakan
0,349
Valid
0,22
Cukup
0,462
Sedang
Soal digunakan
0,0103
Tidak valid
0
Jelek
0,4602
Sedang
Soal tidak digunakan
0,3391
Valid
0,14
Jelek
0,5
Sedang
Soal digunakan
0,3663
Valid
0,2
Jelek
0,2424
Sukar
Soal digunakan
10
Keaslian
0,5367
Valid
0,27
Cukup
0,4432
Sedang
Soal digunakan
11
Merinci
0,536
Valid
0,3
Cukup
0,2159
Sukar
Soal digunakan
12
Merinci
0,0721
0,03
Jelek
0,05303
Sangat Sukar
13
Keaslian
0,2077
0,11
Jelek
0,364
Sedang
Soal tidak digunakan Soal tidak digunakan
Tidak valid Tidak valid
SEMANGAT! KAMU PASTI BISA MENGERJAKANNYA. Jangan lupa baca basmalah.
INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF a
1
b
2
3
Untuk soal no.1 dan 2, perhatikan gambar di atas! 1. Lengkapi gambar bagian kromosom di atas (a&b), dan sebutkan fungsinya! 2. Berilah penjelasan tentang hubungan gambar (1), (2), dan (3)! Untuk soal no.3 berdasarkan wacana berikut!
Sampai bulan November 2006, di daerah Bali terdapat 26 penderita iktiosis. Selain di Bali, juga pernah dijumpai di Probolinggo, Jawa Timur. Penderita mempunyai kulit bersisik di sekujur tubuh, mirip kulit ular. Kulit itu terasa gatal,
119
memerah, mengeras, dan mengelupas terutama di musim kemarau. Jika kulit yang gatal itu digaruk, akan terkelupas dan berdarah. Kondisi ini timbul sejak lahir dan konsisten selama bertahun-tahun. Menurut dr AAGP Wiraguna, spesialis penyakit kulit dari RSUP Sanglah, Denpasar, penyakit kulit itu diturunkan secara genetis. Materi genetis orang tua mengalami mutasi (perubahan struktur dan sifat) dan diturunkan kepada anaknya sehingga mengganggu jaringan yang mendukung kulit. Jenis iktiosis bermacammacam, ada yang ringan dan ada yang parah. Pada jenis iktiosis parah, dapat menyebabkan kematian beberapa hari setelah bayi dilahirkan. Sampai saat ini iktiosis belum dapat disembuhkan. Tetapi ada obat penghambat agar kulit tidak mudah mengelupas. Berdasarkan penelurusan silsilah keturunan, diketahui bahwa hampir semua orang tua penderita iktiosis memiliki pertalian darah (suami – istri berasal dari kerabat dekat). Menurut Wiraguna, perkawinan antarkerabat dekat memang cenderung berdampak negatif. Sumber: Tempo, 13 – 19 November 2006 3. Buatlah pertanyaan sebanyak-banyaknya berdasarkan wacana di atas! 4. Doni menderita hemofilia (XhY). Dia tidak ingin anak laki-lakinya kelak menderita hal yang sama dengannya. Jadi, wanita yang bagaimanakah yang dapat dia nikahi untuk menghasilkan keturunan laki-laki normal (XHY)? 5. Apakah soal no.4 mempunyai jawaban ganda? Jika iya, berikan jawaban lain dari soal tersebut! 6. Di bawah ini disediakan golongan darah, aglutinogen, aglutinin, dan genotipe golongan darah. Buat kombinasi dari empat kategori tersebut Golongan darah:
Aglutinin:
Aglutinogen:
Genotipe golongan darah:
e. A f. B g. AB h. O
a. α.β b. α c. d. β
a. b. c. d.
a. b. c. d.
B AB A -
120
IB IB, IBI0 IA IB I0I0 IA IA, IAI0
Golongan darah A B AB O
Aglutinin ..... ..... ..... .....
Aglutinogem ..... ..... ..... .....
Genotipe ..... ..... ..... .....
7. Lengkapi peta silsilah di bawah ini dan jelaskan jawabanmu! A
B
A
B
X X
A B
B X
X
X
121
Setelah selesai, baca hamdallah,yah!
LEMBAR OBSERVASI Aktivitas Guru Selama Pembelajaran
Pertemuan
: ………………
Nama Sekolah/Kelas
: SMP Negeri 2 Ciruas/IX
Konsep
: Pewarisan Sifat
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan. No
Uraian Kegiatan
Penilaian
KEGIATAN GURU
Ya
Catatan
Tidak
Tahap Pendahuluan a. Guru memberikan apersepsi kepada siswa b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran Tahap Pengembangan a. b. c.
a. b. c.
a.
Guru membagi kelompok siswa Guru memberikan informasi tentang konsep yang dipelajari Guru memberikan contoh pembuatan soal yang berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan Tahap Penerapan Guru menguji pemahaman siswa atas konsep yang diajarkan dengan memberikan LKS Problem Posing Guru meminta siswa untuk menyelesaikan tugas pada LKS secara berkelompok Guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam mengerjakan soal Tahap Penutup Guru membahas beberapa soal yang dibuat setiap kelompok
b. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran Dilaksanakan, Ciruas, November 2010
Observer
122
LEMBAR OBSERVASI Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Pertemuan Nama Sekolah/Kelas Konsep
: ……………… : SMP Negeri 2 Ciruas/IX F : Pewarisan Sifat
Berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan! ASPEK KEGIATAN SISWA YANG DIUKUR
1
Penilaian 2 3 4
5
Aspek Menerima atau Memperhatikan a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru Siswa memperhatikan penjelasan contoh b. pembuatan soal Siswa memperhatikan pembahasan hasil diskusi c. kelompok Siswa menerima atau memperhatikan tanggapan d. dari siswa/kelompok lain Aspek Merespon a. Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan guru Siswa bertanya dan meminta bimbingan apabila b. terdapat ketidakjelasan Siswa menanggapi pernyataan atau pertanyaan c. kelompok lain dalam diskusi Aspek Menghargai Siswa menghormati pendapat siswa/kelompok lain Aspek Mengorganisasikan Nilai Siswa mampu memahami perbedaan pendapat dalam diskusi Aspek Mewatak a. Siswa mengabungkan diri dengan kelompoknya Siswa mampu mengkondisikan kelompoknya dan b. menanggapi hal-hal yang terjadi dalam kelompoknya Ket : 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = amat baik
Ciruas, November 2010
Observer
123
NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
NO
NAMA SISWA
1
2
SKOR 3 4 5
6
La Lu La Lu Lu As 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ
1 2 1 1 1 1 1 2 2 4 4 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 2 1 1 1 0 4
1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 0 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 2 0 2 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 2 0 1 2
124
1 0 1 1 1 1 0 1 0 2 1 1 1 0 0 0 0 2 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1
DAYA SERAP
7
Ri 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1
7 7 9 9 10 8 8 10 9 14 12 9 9 6 7 10 4 13 11 8 7 8 8 9 7 9 8 9 7 6 10 5 11 6 6 13
29 29 38 38 42 33 33 42 38 58 50 38 38 25 29 42 17 54 46 33 29 33 33 38 29 38 33 38 29 25 42 21 26 25 25 54
KATEGORI BERPIKIR KREATIF Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sedang Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah
JUMLAH RATA-RATA
Ketercapaian indikator per soal Berpikir Lancar Berpikir Luwes Keaslian Merinci
52 41 96 30 23 31 29 309 1270 1.4 1.1 2.7 0.8 0.6 0.9 0.8 8.58 35.27777778 36 63 29 22 20
38
89
28
21
22
20
254
36.24338624
Ket:
La = Berpikir Lancar Lu = Berpikir Luwes As = Keaslian Ri = Merinci
125
NILAI POSTES KELAS EKSPERIMEN NO
La 1 1 4 4 1 4 1 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 3 3 3
Lu 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 3 1 2 1 3 3 1 1 3 2
La 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
Lu 4 3 2 2 3 2 1 2 3 2 3 1 3 1 0 2 3 3 3 3
Lu 5 2 0 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 2 2 2 1 3 3 3
As 6 4 2 2 4 2 4 2 4 3 3 2 4 3 2 1 1 2 4 4
Ri 7 2 3 1 2 3 2 3 3 2 4 2 3 1 3 3 1 2 4 3
16 14 14 15 15 12 13 16 12 23 14 19 13 15 16 11 17 23 21
67 58 58 63 63 50 54 67 50 96 58 79 54 63 63 46 71 96
KATEGORI BERPIKIR KREATIF Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Rendah Sangat tinggi Sedang Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah Tinggi Sangat tinggi
88
Sangat tinggi
3 3 3 1 4 4 1 1 2
1 1 3 0 3 1 1 1 1
3 3 3 2 3 1 3 3 3
3 2 2 2 3 2 1 3 2
3 3 2 1 3 1 1 2 1
3 2 2 4 2 1 4 4 2
2 2 3 2 4 3 2 2 1
18 16 18 12 22 13 13 16 12
75 67 75 50 92 54 54 67
Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sangat tinggi Rendah Rendah Tinggi
50
Rendah
3 1 2 2
3 3 3 2
3 3 3 3
4 2 3 2
3 2 4 4
4 2 2 3
23 14 20 20
96 58 83
Sangat tinggi Sedang Sangat tinggi
FF
3 1 3 4
83
Sangat tinggi
GG HH II JJ
2 4 2 4
2 1 1 2 54 1.5 50
3 3 3 3 96 2.67 88.9
2 3 2 3 84 2.3 78
2 3 2 3 71 1.97 65.7
1 2 1 2 96 2.7 67
3 4 3 1 90 2.5 63
15 20 14 18 583 16.19 475.5
63 83 58 75 2427 67.4166667 67.9232804
Sedang Sangat tinggi Sedang Tinggi
NAMA SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
20 21 22 23 24 25 26 27 28
T U V W X Y Z AA
29 30 31 32 33 34 35 36
S
BB CC DD EE
JUMLAH RATA-RATA Ketercapaian indikator per soal Berpikir Lancar Berpikir Luwes Keaslian Merinci
SKOR
92 2.6 64 76 65 67 63
Daya Serap
Ket:
126
La = Berpikir Lancar Lu = Berpikir Luwes As = Keaslian Ri = Merinci
N-GAIN KELAS EKSPERIMEN No
Nama Siswa
Nilai Pretest (X)
Nilai Postest (Y)
Gain (Y-X)
N-Gain
Kategori
1 2 3
A B
67 58
C
29 29 38
58
38 29 20
0.53521127 0.4084507 0.32258065
sedang sedang sedang
4
D
38
63
25
0.40322581
sedang
E F
63 50
0.36206897 0.25373134 0.31343284
sedang rendah sedang
5 6 7
G
42 33 33
54
21 17 21
8
H
42
67
25
0.43103448
sedang
9
I
38
50
12
0.19354839
rendah
10 11 12 13
J K L
96 58 79
M
58 50 38 38
54
38 8 41 16
0.9047619 0.16 0.66129032 0.25806452
tinggi rendah sedang rendah
14
N
25
63
38
0.50666667
sedang
15
O
29
63
34
0.47887324
sedang
16
P
42
46
4
0.06896552
rendah
17
Q
17
71
54
0.65060241
sedang
18
R
54
96
42
0.91304348
tinggi
19
S
46
88
42
0.77777778
tinggi
20
T
33
75
42
0.62686567
sedang
21
U
29
67
38
0.53521127
sedang
22
V
33
75
42
0.62686567
sedang
23
W
33
50
17
0.25373134
rendah
24
X
38
92
54
0.87096774
tinggi
25
Y
29
54
25
0.35211268
sedang
26
Z
38
54
16
0.25806452
rendah
27
AA
33
67
34
0.50746269
sedang
28
BB
38
50
12
0.19354839
rendah
29
CC
29
96
67
0.94366197
tinggi
30
DD
25
58
33
0.44
sedang
31
EE
42
83
41
0.70689655
tinggi
32
FF
21
83
62
0.78481013
tinggi
33
GG
26
63
37
0.5
sedang
34
HH
25
83
58
0.77333333
tinggi
35
II
25
58
33
0.44
sedang
36
JJ
54
21
0.45652174
sedang
1157
17.873384
Jumlah
1270
75 2427
Rata-rata
35.27777778
67.41666667
32.13888889
0.49648289
SD
9.416129357
14.60014677
15.39415989
0.23265564
127
sedang
NILAI PRETES KELAS KONTROL No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ KK
Skor Butir Soal/Indikator Berpikir Kreatif 1 2 3 4 5 6 7 La Lu La Lu Lu As Ri 1 1 3 2 1 3 1 1 1 3 2 1 3 1 1 2 1 2 1 3 0 1 2 1 0 1 2 1 0 2 3 0 1 2 1 1 2 1 0 1 0 1 0 0 3 0 1 0 1 1 2 1 2 1 2 1 0 2 1 1 1 2 0 1 2 2 0 1 2 1 0 2 1 1 1 2 0 1 2 1 0 1 0 1 0 2 3 0 0 2 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 2 1 0 2 1 2 1 0 0 1 3 3 2 1 3 1 1 2 2 2 1 1 0 1 0 3 2 1 3 1 0 2 2 0 1 0 0 1 2 1 0 0 1 0 0 2 1 2 1 2 0 2 2 3 0 1 0 1 0 2 1 1 0 0 0 1 1 2 2 1 3 2 1 1 2 2 1 3 2 1 2 2 2 0 3 1 1 1 2 2 0 0 0 1 0 3 2 1 3 1 1 2 1 2 1 3 1 0 2 3 1 0 1 0 1 0 3 2 1 3 1 2 2 2 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 2 0 2 3 0 1 0 1 1 2 1 2 0 3 0 27 58 70 42 26 61 25 0.73 1.57 1.89 1.14 0.7 1.65 0.676
Jumlah Rata-rata Ketercapaian indikator per soal
18.8
Berpikir Lancar Berpikir Luwes Keaslian Merinci
33.7 29.2 43.1 17.4
40.3
48.6
29.2
18.1
42.4
Daya Serap
12 12 10 8 9 6 5 10 7 9 7 6 7 5 7 7 6 14 9 11 5 5 8 9 4 12 12 11 6 11 11 7 11 8 6 7 9 309 8.351
50 50 42 33 38 25 21 42 29 38 29 25 33 21 29 29 25 58 38 46 21 21 33 38 17 50 50 46 25 46 46 29 46 33 25 29 38 1294 35
17.36
Ket:
128
KATEGORI BERPIKIR KREATIF Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sedang Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Rendah Rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah
La = Berpikir Lancar Lu = Berpikir Luwes As = Keaslian Ri = Merinci
NILAI POSTES KELAS KONTROL No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
32 33 34 35 36 37
R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ KK Jumlah Rata-rata Ketercapaian indikator per soal Berpikir Lancar Berpikir Luwes Keaslian Merinci
Skor Butir Soal La Lu Lu 3 4 5 3 2 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 2 3 3 3 2 1 2 2 1 1 2 1 3 3 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 2 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 0 1 2 0 2 2 1 1 2 1 1 2 0 1 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 1
La 1 3 3 4 4 2 2 4 4 4 2 4 2 4 1 2 1 4 3 1 4 4 4 1 4 4 3 3 3 2 1 2
Lu 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2
4 3 4 4 2 4 110 2.97
1 1 2 2 1 2 61 1.65
1 3 1 1 3 1 70 1.89
2 2 2 2 3 2 74 2
76.4 62.5 39.4 65 35
42.4
48.6
51
Daya Serap
As 6 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 1 3 3
Ri 7 2 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2
15 13 16 16 18 12 14 14 17 13 15 11 14 6 8 12 12 18 11 13 12 15 10 12 14 15 16 15 11 12 14
63 54 67 67 75 50 58 58 71 54 63 46 58 25 33 50 50 75 46 54 50 63 42 50 58 63 67 63 46 50 58
0 1 1 1 1 1 35 0.95
2 3 3 3 2 2 94 2.5
1 1 1 2 1 1 51 1.4
11 14 14 15 13 13 494 13.35
46 58 58 63 54 54 2060 55.67568
24.3
65
35
Ket:
129
KATEGORI BERPIKIR KREATIF Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Rendah Sedang Rendah Sedang Sangat rendah Sangat rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah
La = Berpikir Lancar Lu = Berpikir Luwes As = Keaslian Ri = Merinci
N-GAIN KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ KK Jumlah Rata-rata Sd
Nilai Pretest (X)
Nilai Postest (Y)
Gain (Y-X)
N-Gain
Kategori
50 50 42 33 38 25 21 42 29 38 29 25 33 21 29 29 25 58 38 46 21 21 33 38 17 50 50 46 25 46 46 29 46 33 25 29 38
63 54 67 67 75 50 58 58 71 54 63 46 58 25 33 50 50 75 46 54 50 63 42 50 58 63 67 63 46 50 58 46 58 58 63 54 54
13 4 25 34 37 25 37 16 42 16 34 21 25 4 4 21 25 17 8 8 29 42 9 12 41 13 17 17 21 4 12 17 12 25 38 25
Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah
1294 34.97297297 10.56326572
2060 55.67567568 10.47498092
0.26 0.08 0.43103448 0.50746269 0.59677419 0.33333333 0.46835443 0.27586207 0.5915493 0.25806452 0.47887324 0.28 0.37313433 0.05063291 0.05633803 0.29577465 0.33333333 0.4047619 0.12903226 0.14814815 0.36708861 0.53164557 0.13432836 0.19354839 0.4939759 0.26 0.34 0.31481481 0.28 0.07407407 0.22222222 0.23943662 0.22222222 0.37313433 0.50666667 0.35211268 0.25806452 10.51 0.284054 0.15
130
16 766 20.7027027 11.45732387
rendah
Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen
1.
Indikator Berpikir Kreatif Berpikir lancar (fluency)
2.
Berpikir luwes (flexibility)
29
65
36
0.507042
sedang
3.
Berpikir asli (originality)
22
67
45
0.576923
sedang
4.
Merinci (elaboration)
20
63
43
0.5375
sedang
No
Pretest (X)
Postest (Y)
Gain (YX)
N-Gain
Kategori
63
76
13
0.351351
sedang
Peningkatan Indikator Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol No 1.
Indikator Berpikir Kreatif Berpikir lancar (fluency)
Pretest (X) Postest (Y) Gain (Y-X)
N-Gain
Kategori
33.7
62.5
28.8
0.434389
sedang
2.
Berpikir luwes (flexibility)
29.2
39.4
10.2
0.144068
rendah
3.
Berpikir asli (originality)
43.1
65
21.9
0.384886
sedang
4.
Merinci (elaboration)
17.4
35
17.6
0.213075
rendah
131
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN
1. Pretes a. Banyak Data 17 29 33 38 50
21 29 33 38 54
25 29 33 38 54
25 29 38 42 58
25 29 38 42
25 33 38 42
26 33 38 42
29 33 38 46
b. Nilai Terbesar : 58 Nilai Terkecil : 17 Rentang kelas : 58 - 17 = 41 c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 +3,3 x 1,56 = 1+ 5,15 = 6,15 = 6 d. Panjang kelas
= R K = 41 6 = 6,8 = 7
e. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas No Interval 1 17-23 2 24-30 3 31-37 4 38-44 5 45-51 6 52-58 Jumlah
f 2 11 6 12 2 3 36
Nilai tengah (Xi) 20 27 34 41 48 55 225
132
Xi2 400 729 1156 1681 2304 3025 9295
fiXi 40 297 204 492 96 165 1294
fiXi2 800 8019 6936 20172 4608 9075 49610
Rerata ( )
= ∑fiXi ∑fi
= 1294 36 = 35,4
Median
= L2 + C
= 30,5 + 7 = 30,5 + 7 = 30,5 + 5,8 Modus
= 36,3
= L+C
= 37,5 + 7 = 37,5 + 7 (0,37)
Varian S²
= 37,5 + 2,63 = 40,13 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1) = (36 . 49610) – (1294)2 36 (36 - 1)
= (1785960) – (1674436) 1260 = 111524 1260 = 88,51
S
= √88,51 = 9,
133
2. Postes a. Banyak Data 46 54 63 75 92
50 58 63 75 96
50 58 63 75 96
50 58 67 79 96
50 58 67 83
54 58 67 83
54 63 67 83
b. Nilai Terbesar : 96 Nilai Terkecil : 46 Rentang kelas : 96 - 46 = 50 c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 36 = 1 +3,3 x 1,56 = 1+ 5,15 = 6,15 = 6 d. Panjang kelas : R = 50 K 6 = 8,3 =9 e. Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval
46-54 55-63 64-72 73-81 82-90 91-99 Jumlah
f
Nilai tengah (Xi)
Xi2
fiXi
fiXi2
9 10 5 4 4 4 36
50 59 68 77 86 95 435
2500 3481 4624 5929 7396 9025 32955
450 590 340 308 344 380 2421
22500 34810 23120 23716 29584 36100 169830
134
54 63 71 88
Rerata ( )
= ∑fiXi ∑fi
= 2421 36 = 67,3
Median
= L2 + C
= 54,5 + 9
= 54,5 + 9 = 54,5 + (8,1) = 62,6
Modus
= L+C
= 54,5 + 9 = 54,5 + 9 (0,16) = 54,5 + 1,44 = 55,95 Varian S²
= n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1) = (36 . 169830) – (2421)2 36 (36 - 1)
= 6113880 – 5861241 1260 = 252639 1260 = 200,51
S
= √200,51 = 14,1 135
DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS KONTROL
1. Pretes a. Banyak Data 17 25 33 38 50
21 25 33 42 50
21 29 33 42 50
21 29 33 46 50
21 29 38 46 58
25 29 38 46
25 29 38 46
25 29 38 46
b. Nilai Terbesar : 58 Nilai Terkecil : 17 Rentang kelas : 58 – 17 = 41 c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 37 = 1 +3,3 x 1,57 = 1+ 5,18 = 6,18 = 6 d. Panjang kelas
= R K = 41 6 = 6,8 =7
e. Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval
17-23 24-30 31-37 38-44 45-51 52-58 Jumlah
f 5 11 4 7 9 1 37
136
Nilai tengah (Xi) 20 27 34 41 48 55 225
Xi2 400 729 1156 1681 2304 3025 9295
f.Xi 100 297 136 287 432 55 1307
f.Xi2 2000 8019 4624 11767 20736 3025 50171
Rerata ( )
= ∑fiXi ∑fi
= 1307 37 = 35,3
Median
= L2 + C
= 30,5 + 7
= 30,5 + 7 = 30,5 + 4,37 = 34,87
Modus
= L+C
= 23,5 + 7 = 23,5 + 7 (0,46) = 23,5 + 3,2 = 26,7 Varian S²
= n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1) = (37.50171) – (1307)2 37 (37 - 1)
= (1856327) – (1708249) 1332 = 148078 1332 = 111,17
S
= √111,17
137
= 10,5 2. Postes a. Banyak Data 25 50 54 58 67
33 50 54 63 67
42 50 58 63 71
46 50 58 63 75
46 50 58 63 75
46 54 58 63
46 54 58 63
50 54 58 67
b. Nilai Terbesar : 75 Nilai Terkecil : 25 Rentang kelas : 75 - 25 = 50 c. Banyaknya kelas (K): K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 37 = 1 +3,3 x 1,57 = 1+ 5,18 = 6,18 = 6 d. Panjang kelas : R = 50 K 6 = 8,3 =9
e. Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval
25-33 34-42 43-51 52-60 61-69 70-78 Jumlah
f 2 1 10 12 6 3 37
138
Nilai tengah (Xi) 29 38 47 56 65 74 309
Xi2 841 1444 2209 3136 4225 5476 17331
f.Xi 58 38 470 672 390 222 1850
f.Xi2 1682 1444 22090 37632 25350 16428 104626
Rerata (X)
= ∑fiXi ∑fi
= 1850 37 = 50
Median
= L2 + C
= 51,5 + 9
= 51,5 + 9 = 51,5 + (0,5) = 52
Modus
= L+C
= 51,5 + 9 = 51,5 + 9 (0,25) = 51,5 + 2,25 = 53,75 Varian S²
= n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1) = (37 . 104626) – (1850)2 37 (37 - 1)
= 3871162– 3422500 1332 = 448662 1332 = 336,83
S
= √336,83 = 18,3
139
Uji Normalitas Kelas Eksperimen 1. Pretes Xi 17 21 25 26 29 33
f 1 1 4 1 6 6
Zn 1 2 6 7 12 18
Zi -1.94681 -1.52128 -1.09574 -0.98936 -0.67021 -0.24468
Ztabel 0.4783 0.4452 0.379 0.3389 0.2704 0.1217
F(Zi) 0.0217 0.0548 0.121 0.1611 0.2296 0.3783
S(Zi) 0.027778 0.055556 0.166667 0.194444 0.333333 0.5
F(Zi)-S(Zi) -0.006078 -0.000756 -0.045667 -0.033344 -0.103733 -0.1217
38
8
26
0.287234
0.0832
0.5832
0.722222
-0.139022
42
4
30
0.712766
0.2357
0.7357
0.833333
-0.097633
46
1
32
1.138298
0.3554
0.8554
0.888889
-0.033489
50
1
33
1.56383
0.4306
0.9306
0.916667
0.01393
54
2
35
1.989362
0.4719
0.9719
0.972222
-0.000322
58
1
36
2.414894
0.4904
0.9904
1
-0.0096
Rata-rata Sd
35.3 9.4
L hitung L tabel
0.01393 0.14767
L hitung
<
L tabel
0.01393
<
0,14767, artinya data berdistribusi normal
2. Postes
Xi 46 50 54
f 1 4 4
Zn 1 5 9
Zi -1.46575 -1.19178 -0.91781
Ztabel 0.4265 0.3849 0.3238
F(Zi) 0.0735 0.1151 0.1762
S(Zi) 0.027778 0.138889 0.25
F(Zi)-S(Zi) 0.04572 -0.023789 -0.0738
58
5
14
-0.64384
0.2486
0.2514
0.388889
-0.137489
63
5
19
-0.30137
0.1293
0.3707
0.527778
-0.157078
67
4
23
-0.0274
0.0279
0.4721
0.638889
-0.166789
71
1
24
0.246575
0.0793
0.5793
0.666667
-0.087367
75
3
27
0.520548
0.1808
0.6808
0.75
-0.0692
79
1
28
0.794521
0.2673
0.7673
0.777778
-0.010478
83
3
31
1.068493
0.3413
0.8413
0.861111
-0.019811
88
1
32
1.410959
0.4082
0.9082
0.888889
0.0193111
92
1
33
1.684932
0.4452
0.9452
0.916667
0.0285333
3
36
1.958904
0.4693
0.9693
1
-0.0307
96 Rata-rata Sd
67.4 14.6
L hitung L tabel
0.04572 0.14767
L hitung 0.045722
<
L tabel
<
0,14767, artinya data berdistribusi normal
140
Uji Normalitas Kelas Kontrol 1. Pretes Xi 17 21 25 29 33 38 42 46 50 58 Rata-rata Sd L hitung L tabel L hitung 0.01567
f Zn 1 1 4 5 5 10 6 16 4 20 5 25 2 27 5 32 4 36 1 37
Zi -1.69811 -1.32075 -0.9434 -0.56604 -0.18868 0.283019 0.660377 1.037736 1.415094 2.169811
Ztabel 0.4545 0.4066 0.3264 0.2123 0.0714 0.1103 0.2454 0.3413 0.4207 0.4846
F(Zi) 0.0455 0.0934 0.1736 0.2877 0.4286 0.6103 0.7454 0.8413 0.9207 0.9846
S(Zi) 0.027027 0.135135 0.27027 0.432432 0.540541 0.675676 0.72973 0.864865 0.972973 1
F(Zi)-S(Zi) 0.018473 -0.04174 -0.09667 -0.14473 -0.11194 -0.06538 0.01567 -0.02356 -0.05227 -0.0154
F(Zi) 0.0018 0.0154 0.0968 0.1788 0.2946 0.4364 0.5832 0.7549 0.8577 0.9265 0.9664
S(Zi) 0.027027 0.054054 0.081081 0.189189 0.351351 0.486486 0.675676 0.837838 0.918919 0.945946 1
F(Zi)-S(Zi) -0.02523 -0.03865 0.01572 -0.01039 -0.05675 -0.05009 -0.09248 -0.08294 -0.06122 -0.01945 -0.0336
35 10.6 0.01567 0.14566 < L tabel < 0,14566, artinya data berdistribusi normal
2. Postes
Rata-rata Sd L hitung L tabel L hitung 0.01572
Xi 25 33 42 46 50 54 58 63 67 71 75 55.7 10.5 0.01572 0.14566
f Zn 1 1 1 2 1 3 4 7 6 13 5 18 7 25 6 31 3 34 1 35 2 37
Zi -2.92381 -2.1619 -1.30476 -0.92381 -0.54286 -0.1619 0.219048 0.695238 1.07619 1.457143 1.838095
Ztabel 0.4982 0.4846 0.4032 0.3212 0.2054 0.0636 0.0832 0.2549 0.3577 0.4265 0.4664
< L tabel < 0,145658, artinya data berdistribusi normal
141
Persiapan Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata SD Varians
Xi 0.068966 0.16 0.193548 0.253731 0.258065 0.313433 0.322581 0.352113 0.362069 0.403226 0.408845 0.431034 0.44 0.456522 0.478873 0.5 0.506667 0.507463 0.535211 0.626866 0.650602 0.66129 0.706897 0.773333 0.777778 0.78481 0.870968 0.904762 0.913043 0.943662 0
f 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36
Xi² 0.004756 0.0256 0.037461 0.06438 0.066597 0.09824 0.104058 0.123983 0.131094 0.162591 0.167154 0.185791 0.1936 0.208412 0.22932 0.25 0.256711 0.257518 0.286451 0.392961 0.423283 0.437305 0.499703 0.598044 0.604938 0.615927 0.758585 0.818594 0.833648 0.890498 9.7272
0 0.23266 0.05412
142
fXi 0.068966 0.16 0.387097 0.507463 0.516129 0.313433 0.322581 0.352113 0.362069 0.403226 0.408845 0.431034 0.88 0.456522 0.478873 0.5 0.506667 0.507463 1.070423 1.253731 0.650602 0.66129 0.706897 0.773333 0.777778 0.78481 0.870968 0.904762 0.913043 0.943662 17.8738
fXi² 0.004756 0.0256 0.074922 0.128759 0.133195 0.09824 0.104058 0.123983 0.131094 0.162591 0.167154 0.185791 0.3872 0.208412 0.22932 0.25 0.256711 0.257518 0.572902 0.785921 0.423283 0.437305 0.499703 0.598044 0.604938 0.615927 0.758585 0.818594 0.833648 0.890498 10.7687
Uji Normalitas N-gain Kelas Eksperimen
Rata-rata SD L hitung L tabel L hitung 0.0477
Xi 0.068966 0.16 0.193548 0.253731 0.258065 0.313433 0.322581 0.352113 0.362069 0.403226 0.408845 0.431034 0.44 0.456522 0.478873 0.5 0.506667 0.507463 0.535211 0.626866 0.650602 0.66129 0.706897 0.773333 0.777778 0.78481 0.870968 0.904762 0.913043 0.943662 0.49648 0.23266 0.0477 0.14767
f 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Zn 1 2 4 6 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Zi -1.83756 -1.44627 -1.30207 -1.04339 -1.02477 -0.78678 -0.74746 -0.62053 -2.49981 -0.40083 -0.37668 -0.28131 -2.16484 -0.17176 -0.07569 0.015121 0.043776 0.047197 0.166467 0.560416 0.662442 0.708381 0.904406 1.189965 1.209068 1.239295 1.609618 1.754873 1.790469 1.922073
< L tabel < 0,14767, artinya data berdistribusi normal
143
Ztabel 0.4664 0.4251 0.4032 0.3508 0.3461 0.2823 0.2704 0.2324 0.4936 0.1554 0.1443 0.1103 0.4846 0.0675 0.0279 0.004 0.016 0.016 0.0636 0.2123 0.2454 0.258 0.3159 0.381 0.3849 0.3907 0.4452 0.4599 0.4638 0.4726
F(Zi) 0.0336 0.0749 0.0968 0.1492 0.1539 0.2177 0.2296 0.2676 0.0064 0.3446 0.3557 0.3897 0.0154 0.4325 0.4721 0.504 0.516 0.516 0.5636 0.7123 0.7454 0.758 0.8159 0.881 0.8849 0.8907 0.9452 0.9599 0.9638 0.9726
S(Zi) F(Zi)-S(Zi) 0.027778 0.005822 0.055556 0.019344 0.111111 -0.01431 0.166667 -0.01747 0.222222 -0.06832 0.25 -0.0323 0.277778 -0.04818 0.305556 -0.03796 0.333333 -0.32693 0.361111 -0.01651 0.388889 -0.03319 0.416667 -0.02697 0.472222 -0.45682 0.5 -0.0675 0.527778 -0.05568 0.555556 -0.05156 0.583333 -0.06733 0.611111 -0.09511 0.666667 -0.10307 0.722222 -0.00992 0.75 -0.0046 0.777778 -0.01978 0.805556 0.010344 0.833333 0.04767 0.861111 0.023789 0.888889 0.001811 0.916667 0.028533 0.944444 0.015456 0.972222 -0.00842 1 -0.0274
Persiapan Uji Normalitas N-gain Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata SD Varians
Xi 0.05063 0.05633 0.07407 0.08 0.12903 0.13432 0.14814 0.19354 0.22222 0.23943 0.25806 0.26 0.27586 0.28 0.29577 0.31481 0.33333 0.34 0.35211 0.36708 0.37313 0.40476 0.43103 0.46835 0.47887 0.49397 0.50666 0.50746 0.53164 0.59154 0.59677 10.51 0.28405 0.15 0.022
f 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37
Xi² 0.002563 0.003173 0.005486 0.0064 0.016649 0.018042 0.021945 0.037458 0.049382 0.057327 0.066595 0.0676 0.076099 0.0784 0.08748 0.099105 0.111109 0.1156 0.123981 0.134748 0.139226 0.163831 0.185787 0.219352 0.229316 0.244006 0.256704 0.257516 0.282641 0.34992 0.356134 3.86358
144
fXi 0.05063 0.05633 0.07407 0.08 0.12903 0.13432 0.14814 0.19354 0.44444 0.23943 0.51612 0.52 0.27586 0.56 0.29577 0.31481 0.66666 0.34 0.35211 0.36708 0.74626 0.40476 0.43103 0.46835 0.47887 0.49397 0.50666 0.50746 0.53164 0.59154 0.59677 11.5157
fXi² 0.002563 0.003173 0.005486 0.0064 0.016649 0.018042 0.021945 0.037458 0.098763 0.057327 0.13319 0.1352 0.076099 0.1568 0.08748 0.099105 0.222218 0.1156 0.123981 0.134748 0.278452 0.163831 0.185787 0.219352 0.229316 0.244006 0.256704 0.257516 0.282641 0.34992 0.356134 4.87589
Uji Normalitas N-gain Kelas Kontrol Xi 0.05063 0.05633 0.07407 0.08 0.12903 0.13432 0.14814 0.19354 0.22222 0.23943 0.25806 0.26 0.27586 0.28 0.29577 0.31481 0.33333 0.34 0.35211 0.36708 0.37313 0.40476 0.43103 0.46835 0.47887 0.49397 0.50666 0.50746 0.53164 0.59154 0.59677 Ratarata SD L hitung L tabel L hitung 0.0886
f Zn 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 2 10 1 11 2 13 2 15 1 16 2 18 1 19 1 20 2 22 1 23 1 24 1 25 2 27 1 28 1 29 1 30 1 31 1 32 1 33 1 34 1 35 1 36 1 37
Zi 0.337533 0.375533 0.4938 0.533333 0.8602 0.895467 0.9876 1.290267 1.481467 1.5962 1.7204 1.733333 1.839067 1.866667 1.9718 2.098733 2.2222 2.266667 2.3474 2.4472 2.487533 2.6984 2.873533 3.122333 3.192467 3.293133 3.377733 3.383067 3.544267 3.9436 3.978467
Ztabel 0.4394 0.4345 0.4177 0.4131 0.3485 0.3389 0.3159 0.2258 0.1591 0.1141 0.0675 0.0636 0.0199 0.08 0.0279 0.0793 0.1255 0.1443 0.1736 0.2088 0.2224 0.2881 0.334 0.3888 0.4015 0.4117 0.4306 0.4306 0.4505 0.4793 0.4812
0 0.15 0.0886 0.14566 < L tabel < 0,14566 , Artinya data berdistribusi normal
145
F(Zi) 0.0606 0.0655 0.0823 0.0869 0.1515 0.1611 0.1841 0.2742 0.3409 0.3859 0.4325 0.4364 0.4801 0.42 0.5279 0.5793 0.6255 0.6443 0.6736 0.7088 0.7224 0.7881 0.834 0.8888 0.9015 0.9117 0.9306 0.9306 0.9505 0.9793 0.9812
S(Zi) 0.027027 0.054054 0.081081 0.108108 0.135135 0.162162 0.189189 0.216216 0.27027 0.297297 0.351351 0.405405 0.432432 0.486486 0.513514 0.540541 0.594595 0.621622 0.648649 0.675676 0.72973 0.756757 0.783784 0.810811 0.837838 0.864865 0.891892 0.918919 0.945946 0.972973 1
F(Zi)-S(Zi) 0.033573 0.011446 0.001219 -0.02121 0.016365 -0.00106 -0.00509 0.057984 0.07063 0.0886 0.081149 0.030995 0.047668 -0.06649 0.014386 0.038759 0.030905 0.022678 0.024951 0.033124 -0.00733 0.031343 0.050216 0.077989 0.063662 0.046835 0.038708 0.011681 0.004554 0.006327 -0.0188
Perhitungan Uji Homogenitas Pretes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah: F hitung = S₁² = terbesar S2² terkecil Dimana : S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1) 1. Hipotesis Ho
: data memiliki varian homogen
Ha
: data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian kedua populasi homogen b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian kedua populasi tidak homogen 3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil) dk 1 (pembilang)
: n – 1 = 37 – 1 = 36
dk2 (penyebut)
: n – 1 = 36 – 1 = 35
4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² = 111,17 dan S2² = 88,51, sehingga dengan menggunakan rumus di atas diperoleh: F hitung
= S₁² = 111,17 = 1,26 S2² 88,51 5. Tentukan nilai F tabel Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk dk
penyebut
pembilang
= 36 dan
= 35, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
146
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30
36
40
6
34
4
35
36
1
(pembilang)
1 (penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,34) adalah 1,8; F (0,05;dk = 30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk =
40,34)
adalah
1,74;
F
(0,05;dk = 40,36) adalah 1,72; maka: F (30;34) = 1,8 –
F (40;34)
= 1,74 –
= 1,8 – 0,012
=
1,74
= 1,788
= 1,728
–
0,012
F tabel
= F (0,05;dk = 36,35) = = 1,76
Karena Fhitung < F
tabel
(1,26 < 1,76), artinya Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang homogen.
147
Perhitungan Uji Homogenitas Postes
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah: F hitung = S₁² = terbesar S2²
terkecil
Dimana : S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1)
1. Hipotesis Ho
: data memiliki varian homogen
Ha
: data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian c. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian kedua populasi homogen d. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian kedua populasi tidak homogen 3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil) dk1 (pembilang)
: n – 1 = 37 – 1 = 36
dk2 (penyebut)
: n – 1 = 36 – 1 = 35
4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² = 200,51 dan S2² = 336,83, sehingga dengan menggunakan rumus di atas diperoleh:
F hitung
= S₁² = = 336,83 = 1,68 S2² 200,51 5. Tentukan nilai F tabel 6. Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk dk
penyebut
pembilang
= 35 dan
= 36, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini
148
menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30
36
40
34
35
36
6
4
1
(pembilang)
1 (penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,34) adalah 1,8; F (0,05;dk = 30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk =
40,34)
adalah
1,74;
F
(0,05;dk = 40,36) adalah 1,72; maka: F (30;34) = 1,8 –
F (40;34) = 1,74 –
= 1,8 – 0,012
=
1,74
= 1,788
= 1,728
–
0,012
F tabel
= F (0,05;dk = 36,35) = = 1,76
Karena Fhitung < F tabel (1,68 < 1,76), artinya Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang homogen.
149
Perhitungan Uji Homogenitas N-gain
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah: F hitung = S₁² = terbesar S2²
terkecil
Dimana : S2 = n. ∑fXi2 – ( ∑f . Xi )2 n (n-1)
1. Hipotesis Ho
: data memiliki varian homogen
Ha
: data tidak memiliki varian homogen
2. Kriteria pengujian e. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varian kedua populasi homogen f. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varian kedua populasi tidak homogen 3. Tentukan dk pembilang (varian terbesar) dan dk penyebut (varian terkecil) dk 1 (pembilang)
: n – 1 = 36 – 1 = 35
dk2 (penyebut)
: n – 1 = 37 – 1 = 36
4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan data pada tabel persiapan uji homogenitas diperoleh S₁² = 0,05412 dan S2² = 0,022 , sehingga dengan menggunakan rumus di atas diperoleh: F hitung
= S₁² = 0,05412 = 2,46 S2²
0,022
5. Tentukan nilai F tabel Taraf nyata yang digunakan adalah α = 0,05. Untuk dk dk
penyebut
pembilang
= 35 dan
= 36, dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Bila demikian
150
diambil nilai kritis untuk derajat kebebasan yang lebih kecil. Cara ini menyebabkan daerah penolakan hipotesis menjadi sedikit lebih luas, maka cara yang lebih tepat ialah dilakukan dengan interpolasi:
30
35
5
40
36
6 (pembilang)
(penyebut)
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05;dk = 30,36) adalah 1,78; F (0,05;dk = 40,36) adalah 1,72, maka :
F tabel
= F (0,05;dk = 35,36) = = 1,75
Karena Fhitung > F tabel (2,46 > 1,75), artinya Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan kedua data memiliki varian populasi yang tidak homogen.
151
Uji Hipotesis Data Pretes
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan secara statistik data pretes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkahlangkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean = b.
Mencari Standar Deviasi (SD), yaitu : SD =
c. Mencari Standar Error Mean (SEM), yaitu : SEM = d.
Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antarvariabel, yaitu:
e. Mencarai “t” atau “to”, yaitu to = Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Xi 17 21 25 29 33 38 42 46 50 58 Jumlah
f 1 4 5 6 4 5 2 5 4 1 37
152
Xi2 289 441 625 841 1089 1444 1764 2116 2500 3364 12142
fiXi 17 84 125 174 132 190 84 230 200 58 1294
fiXi2 289 1764 3125 5046 4356 7220 3528 10580 10000 3364 49272
Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi 17 21 25 26 29 33 38 42 46 50 54 58 Jumlah
MI SDI SEMI Standar Error to
F 1 1 4 1 6 6 8 4 1 1 2 1 36
0,496 0,2326 1,591
Xi2 289 441 625 676 841 1089 1444 1764 2116 2500 2916 3364 18065
M2 SD2 SEM2
fiXi 17 21 100 26 174 198 304 168 46 50 108 58 1270
fiXi2 289 441 2500 676 5046 6534 11552 7056 2116 2500 5832 3364 47906
0,284 0,1483 1,76
1,8304 0,206391
df = N – 2 dengan N = 36 + 37 = 73, jadi df = 71. Nilai df dikonsultasikan pada tabel nilai “t” ternyata tidak didapatkan nilai df sebesar 71. Maka dapat dilakukan interpolasi antara 70 dan 80. Dengan df 70 dan 80 itu diperoleh harga kritik “t” pada tabel atau ttabel sebagai berikut: Pada taraf signifikansi 5% 70 = 2,00 80 = 1,99 Maka : ttabel (71) = 2,00 – = 1,999
Dengan demikian to lebih kecil dari ttabel yaitu 0,2063 < 1,999. Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan.
153
Uji Hipotesis Data Postes
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan secara statistik data postes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkahlangkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean =
b. Mencari Standar Deviasi (SD), yaitu : SD = c. Mencari Standar Error Mean (SEM), yaitu : SEM = d. Mencari Standar Error dari perbedaan mean (SEM1-M2) antar variabel, yaitu:
e. Mencarai “t” atau “to”, yaitu to = Tabel Penghitungan Uji-t Postes Kelas Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Xi 46 50 54 58 63 67 71 75 79 83 88 92 96 Jumlah
f 1 4 4 5 5 4 1 3 1 3 1 1 3 36
154
Xi2 2116 2500 2916 3364 3969 4489 5041 5625 6241 6889 7744 8464 9216 68574
fiXi 46 200 216 290 315 268 71 225 79 249 88 92 288 2427
fiXi2 2116 10000 11664 16820 19845 17956 5041 16875 6241 20667 7744 8464 27648 1710810
Tabel Penghitungan Uji-t Pretes Kelas Kontrol No 1 2 3 4 5 6h 7 8 9 10 11
df
Xi 25 33 42 46 50 54 58 63 67 71 75 Jumlah
F 1 1 1 4 6 5 7 6 3 1 2 37
Xi2 625 1089 1764 2116 2500 2916 3364 3969 4489 5041 5625 33498
MI
67,4
M2
55,67
SDI SEMI Standar Error to
15,4 2,601 2,086 5,62
SD2 SEM2
10,5 1,75
= N – 2
fiXi 25 33 42 184 300 270 406 378 201 71 150 2060
fiXi2 625 1089 1764 8464 1500 14580 23548 23814 13467 5041 11250 118642
dengan N = 36 + 37 = 73, jadi df = 71. Nilai df
dikonsultasikan pada tabel nilai “t” ternyata tidak didapatkan nilai df sebesar 71. Maka dapat dilakukan interpolasi antara 70 dan 80. Dengan df 70 dan 80 itu diperoleh harga kritik “t” pada tabel atau ttabel sebagai berikut: Pada taraf signifikansi 5% 70 = 2,00 80 = 1,99 Maka : ttabel (71) = 2,00 – = 1,999
Dengan demikian to lebih besar dari ttabel yaitu 5,62 > 1,999. Kesimpulannya, terdapat perbedaan yang signifikan pada kelas eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan.
155
Uji Hipotesis N-gain
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil pretes siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, karena berdasakan hasil perhitungan secara statistik data pretes terdistribusi normal dan homogen. Berikut langkahlangkah pengujiannya:
a. Mencari mean, yaitu : Mean =
b. Mencari “t” yaitu t’ =
t’ =
=
=
t
’
=
= 2,06
0,49
0,28
0,23
0,15
2,06
c. Mencari nilai W1, W2, t1, dan t2 yaitu: = S12/n1
= 0,23/36 = 0,0064
= S22/n2
= 0,15/37 = 0,004
156
d.
= t (1 - α), (n1 - 1)
= t(0,975 (35) = 1,7
= t (1 - α), (n2 - 1)
= t(0,975 (36) = 1,68
Menghitung
, yaitu:
= = = = 1,69 e.
Menentukan hipotesis Kriteria pengujiannya yaitu tolak Ho jika
.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan t’ yaitu 2,06 dan hasil perhitungan dari poin (e) yaitu 1,69. Sehingga sesuai dengan kriteria di atas, maka 2,06 > 1,68, yang artinya Ho ditolak. Kesimpulannya, terdapat perbedaan yang signifikan.
157
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI SISWA Nilai NO
1.
2.
3.
4.
Aspek Kegiatan Siswa yang diukur Aspek Menerima atau Memperhatikan a. Siswa memperhatikan penjelasan guru b. Siswa memperhatikan penjelasan contoh pembuatan soal c. Siswa memperhatikan pembahasan hasil diskusi kelompok d. Siswa atau memperhatikan tanggapan dari siswa/kelompok lain Jumlah Persentase Aspek Merespon a. Siswa menanggapi apersepsi yang diberikan guru b. Siswa bertanya dan meminta bimbingan apabila terdapat ketidakjelasan c. Menanggapi pertanyaan atau pernyataan kelompok lain dalam diskusi Jumlah Persentase Aspek Menghargai Siswa menghormati pendapat siswa/kelompok lain Jumlah Persentase Aspek Mengorganisasikan Nilai
Jumlah
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
3 3
3 3
4 4
4 4
14 14
2
2
4
4
12
2
2
4
4
12
10 50
10 50
16 80
16 80
3
4
4
4
15
3
3
4
4
14
2
3
3
4
8 53.333333
10 66.6666667
11 73.333333
12 80
2
3
4
4
2 40
3 60
4 80
4 80
158
Persentase
Kategori
52
65
Sedang
41
68.3
Sedang
13
65
Sedang
11
55
Sedang
per Aspek
12
13
5.
Siswa mampu memahami perbedaan pendapat dalam diskusi Jumlah Persentase Aspek Mewatak a. Siswa menggabungkan diri dalam kelompoknya b. Siswa mampu mengkondisikan kelompoknya dan menanggapi hal-hal yang terjadi dalam kelompoknya Jumlah Persentase Jumlah Keseluruhan Aspek Persentase Keseluruhan Aspek
1
3
3
4
1 20
3 60
3 60
4 80
4 3
4 3
5 4
5 3
11
18 13 31
7 70 28 50.909091
159
7 70 33 60
9 90 43 78.181818
8 80 44 80
77.5
Tinggi
REKAPITULASI PENILAIAN LKS PROBLEM POSING Skor No
1 2 3 4
Pertemuan 2
Pertemuan 1
Aspek yang diukur Kel. 1
Kel. 2
Kel. 3
Kel. 4
Kel. 5
Solvabilitas soal Tingkat kesukaran Struktur kalimat
10
10
10
10
10
7
7
7
7
10
10
8
Banyaknya soal Jumlah Nilai
15 42 84
15 42 84
15 40 80
Kel. 1
Kel. 2
Kel. 3
Kel. 4
Kel. 5
10
5
10
10
5
10
7
7
7
7
10
10
5
8
8.2
10
10
8
15 37 74
15 40 80
15 40 80
15 37 74
10 37 74
15 43 86
Skor No
Kel. 2
Kel. 3
Kel. 4
Kel. 5
Solvabilitas soal Tingkat kesukaran
10
10
10
10
5
9
10
10
10
7
7
8.8
3
Struktur kalimat
10
8
10
8
8
8.8
4
Banyaknya soal
15
15
15
15
10
14
2
Kel. 2
Kel. 3
Kel. 4
Kel. 5
8
10
5
5
10
10
8
7
8.2
7
7
7
7
10
7.6
5
10
8.6
10
8
8
8
10
8.8
10 30 60
15 42 84
13 38 76
15 42 84
15 35 70
15 35 70
10 35 70
15 45 90
14 38.4 76.8
No.
Kel. 1
1
Kel. 1
Keterangan sistem penilaian:
Pertemuan 4
Aspek yang diukur
Pertemuan 3
1.
Aspek yang diukur
10
Solvabilitas soal Terpecahkan
10
Tidak terpecahkan 2.
5 15
Tingkat kesukaran Mudah
160
Skor ideal
Nilai
7
Jumlah Nilai
45 90
43 86
45 90
40 80
30 60
41 81 3.
4.
Sedang
10
Sukar
15
Baik
10
Sedang
8
Kurang
5 15
Banyaknya soal Mengajukan 1-2 soal
5
Mengajukan 2-4 soal
10
Mengajukan > 4 soal Jumlah
15 100
Niai = skor/skor ideal x 100%
161
10
Struktur kalimat
50