PENGARUH PENGGUNAAN JENIS HURUF DYSLEXIE DALAM BAHAN BACAAN TERHADAP FLUENCY DALAM MEMBACA PADA ANAK DISLEKSIA BERUSIA 8-10 TAHUN Febriani Priskila Universitas Bina Nusantara, Jakarta, DKI Jakarta
ABSTRAK
Anak disleksia memiliki keterbatasan dalam membaca, namun hidup menuntut anak disleksia harus dapat membaca layaknya anak yang lainnya. Anak disleksia sulit dalam mengenali kata dan memiliki short term memory yang lemah. Jenis huruf dapat mempengaruhi kecepatan mengenali kata, maka dibuatlah suatu jenis huruf yang bernama dyslexie oleh Christian Boer, seorang desainer grafis sekaligus penyandang disleksia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penggunaan jenis huruf dyslexie dalam bacaan terhadap fluency dalam membaca pada anak disleksia yang berusia 8-10 tahun dengan menggunakan desain quasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dan jumlah sampel 33 responden. Untuk melihat perbedaan fluency dalam membaca pada anak disleksia sebelum dan sesudah menggunakan huruf dyslexie dianalisa dengan menggunakan statistik parametrik yaitu paired ttest. Hasil analisa data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan fluency dalam membaca pada anak disleksia setelah diberikan bacaan yang menggunakan jenis huruf dyslexie yakni dengan nilai signifikansi (2 tailed) adalah 0,00 (p<0,05).
Kata Kunci: disleksia, fluency, dyslexie
1.
Pendahuluan Dewasa ini, kita hidup di dunia serba teknologi dan multimedia, kita mendapat berbagai
macam informasi melalui berbagai media, sistem informasi terbaru sudah terkomputerisasi yang dilengkapi dengan internet, semuanya ini mewajibkan para penggunanya untuk membaca informasi elektronik yang tertulis di layar monitor. Di Indonesia, sejak jenjang pendidikan dasar sudah mulai diperkenalkan dan dibiasakan untuk menggunakan teknologi dan multimedia. Namun, tidak semua orang dapat membaca dengan baik. Di dunia psikologi pendidikan terutama psikologi anak berkebutuhan khusus ada yang disebut dengan disleksia Disleksia adalah salah satu bagian dari kesulitan belajar terutama dalam belajar membaca. Sebagian besar anak kesulitan belajar memiliki kesulitan dalam membaca yakni kurang lebih 80 % ( Lyon & Moats, 1997; Lyon, 1995b; Kirk & Elkins dalam Lerner, 2000).
Anak yang mengalami disleksia memiliki kelemahan yang menonjol saat belajar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan anak yang mengalami disleksia mengalami kelemahan pada keterampilan fonologi (Marshall dalam Rifa Hidayah, 2009). Keterampilan fonologi artinya keterampilan yang dimiliki saat proses belajar membaca, yaitu ketika anak-anak mengerti tentang fonem (suara yang mewakili setiap huruf) dan grapheme (simbol dari huruf), di mana fonem berkaitan dengan grapheme (de Leeuw, 2010). Keterampilan atau kesadaran fonologi merupakan prediktor terhadap kemampuan baca anak (studi metaanalisis terhadap 1.180 subjek yang dilakukan oleh Bus dalam Rifa Hidayah, 2009) dan didukung oleh penelitian Sofie (dalam Rifa Hidayah, 2009) menunjukkan bahwa keterampilan fonologi memiliki hubungan dengan kesulitan membaca. Anak disleksia juga memiliki kelemahan menamai dengan cepat atau speed naming (Wolf dan Snowling dalam Rifa Hidayah, 2009), memiliki ingatan jangka pendek (short-term memory) yang sangat kurang sehingga menyebabkan sulit mengingat apa yang diucapkan (Wadlington dalam Rifa Hidayah, 2009). Secara singkat dapat dikatakan anak disleksia bermasalah
dalam
kecepatan
dan
keakuratan
membaca
serta
kemampuan
dalam
mendapatkan informasi dari apa yang dibaca. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dan keakuratan membaca adalah jenis huruf (font) dari kata-kata yang tercetak (de Leeuw, 2010). Ada banyak studi yang mencoba untuk menentukan aspek apa yang mengganggu secara visual pada sebuah jenis huruf. Serangkaian eksperimen berbeda dilakukan oleh Wilkins dan rekannya (Hughes & Wilkins,; Wilkins, Cleave, Grayson, & Wilson,; Wilkins, et al., dalam de Leeuw, 2010)
dengan
menggunakan jenis huruf, ukuran, dan tugas membaca yang bervariasi. Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa anak lebih baik membaca dengan ukuran huruf yang lebih besar, spasi di antara hurufnya serta keberadaan huruf dengan serif. Serif adalah sedikit garis yang berada di ujung huruf paling atas atau paling bawah seperti pada jenis huruf “Times New Roman”. Berangkat dari hasil penelitian di atas, seorang ahli desain grafis dari Belanda yang juga penyandang disleksia, Christian Boer, menciptakan sebuah jenis huruf dengan karakter yang berbeda. Beliau membuat jenis huruf yang dinamakannya “Dyslexie”. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Renske de Leeuw (2010) untuk menguji apakah jenis huruf “dyslexie” ini mempengaruhi kecepatan dan keakuratan dalam membaca pada orang yang menyandang disleksia dan normal. Hasilnya tidak ada pengaruh yang terlalu signifikan namun hanya beberapa orang saja yang cocok dan lebih akurat dalam membaca dengan menggunakan jenis huruf “dyslexie”. karena itu peneliti tertarik dan tertantang untuk meneliti apakah jenis huruf
“dyslexie” mempunyai pengaruh pada fluency atau kemampuan mengenal kata dengan cepat, mendapatkan informasi dari bacaan pada anak disleksia sehingga dapat menjadi indikator pemahaman membaca anak disleksia dalam membaca.
2.
Metodologi
2.1
Populasi, Sampel Penelitian, Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah anak disleksia di Jakarta. Karakteristik populasi adalah anak
disleksia murni, tanpa komorbid dengan gangguan lain seperti diskalkulia, ADHD, disgrafia, dan sebagainya, yang sedang mengikuti program pembelajaran baik itu di sekolah khusus untuk ABK ataupun sekolah inklusi (negeri ataupun yayasan). Sampel adalah 33 orang anak disleksia yang berasal dari beberapa sekolah inklusi maupun khusus kesulitan belajar disleksia yang ada di Jakarta yakni dari Sekolah Pantara berjumlah 6 orang anak, Sekolah Dasar Negeri Kota Bambu 01 Pagi berjumlah 15 orang anak, Sekolah Dasar Negeri Sukabumi Selatan 07 Pagi berjumlah 5 orang anak dan Sekolah Dasar Negeri Jelambar 03 berjumlah 7 orang anak. Metode atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling artinya pemilihan sampel tidak menggunakan proses random, jenisnya adalah purposive sampling artinya teknik pengambilan sampel berdasarkan judgement/pertimbangan tertentu (Oei, 2010). Sampel dipilih dan ditentukan langsung oleh peneliti, sehingga tidak ada peluang bagi anggota populasi lain untuk menjadi sampel jika mereka
berada di luar
pertimbangan peneliti.
2.2
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design,
yaitu desain yang bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya pengaruh penggunaan jenis huruf dyslexie terhadap fluency membaca pada anak disleksia. Menurut Myers
& Hansen (2006), Eksperimen kuasi terlihat seperti eksperimen yang sebenarnya,
namun kekurangan satu atau lebih elemen penting dari eksperimen, terutama randomisasi dan manipulasi kejadian sebelumnya. 2.3
Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah fluency sebagai dependent variable dan huruf dyslexie sebagai
independent variable. Fluency dalam penelitian ini dioperasionalisasikan sebagai skor dari tes
membaca, yakni seberapa banyak jawaban yang benar dalam menjawab soal dari bacaan yang bersifat informatif. Fluency dapat dievaluasi ketika anak berhasil membaca bacaan dengan cepat, mencari jawaban yang benar dari soal pada bacaan. Huruf dyslexie adalah jenis huruf yang ditemukan dan dirancang oleh Christian Boer, seorang desain grafis dan penyandang disleksia. Karakter huruf dyslexie berbeda dengan karakter huruf yang lain, huruf ini memiliki keunikan yakni, fokus huruf ini pada bagian bawah, sehingga huruf tidak akan terlihat “jungkir balik”, fokus dari semua huruf akan berada pada bagian bawah dari huruf dan terlihat satu dasar yang berat/tebal, memiliki jarak yang luas/lebar di bagian yang terbuka dari huruf sehingga huruf yang terlihat sepertinya sama satu sama lain akan terlihat lebih jelas perbedaannya, beberapa dari huruf menjadi miring, sehingga satu sama lain tidak terlalu terlihat sama, seperti huruf “i” dan “j”, huruf yang memiliki karakter hampir sama akan diganti bentuknya dengan membuat ekor atau bagian yang lebih lonjong ke atas atau ke bawah sehingga huruf tidak begitu mudah terbalik, dibuat garis/batang untuk beberapa huruf menjadi lebih panjang sehingga huruf tidak mudah berubah, membuat huruf kapital dan tanda baca menjadi lebih tebal (bold), membuat huruf lebih tinggi bukan lebih lebar, dan huruf dan kata memiliki banyak spasi/ruang. 2.4
Instrumen Penelitian dan Pengukuran Instrumen yang digunakan adalah bacaan. Ada dua jenis bacaan, yang pertama adalah
bacaan dengan huruf normal (Arial) sebagai pre-test dan bacaan yang kedua dengan huruf dyslexie. Isi bacaan berbeda namun dengan tingkat kesulitan yang sama karena berasal dari buku Bahasa Indonesia kelas dua (diambil nilai tengah sesuai usia dan kelas). Bacaan juga diujikan kepada anak disleksia dan non-disleksia untuk mengetahui tingkat kesulitan dan standar waktu mengerjakan yang digunakan sebagai standar pengukuran. Penelitian dilakukan pada waktu yang sama di setiap sekolah yakni sebelum waktu istrahat pertama (pukul 08.00-09.00). Pertama-tama, peneliti meminta anak-anak untuk duduk di
tempatnya dengan tenang, peneliti memperkenalkan nama, asal, dan tujuan mengumpulkan mereka. Peneliti mengatakan bahwa pemberian teks bacaan dan soal bukanlah ujian jadi anakanak diharapkan mengerjakannya dengan tenang, selanjutnya peneliti menceritakan sedikit latar belakang cerita dari bacaan dengan tujuan memberikan sedikit gambaran tentang bacaan atau wacana (sesuai dengan teknik yang dianjurkan dalam literatur yaitu dalam Lerner, 2000). Berikut ini skema yang menggambarkan proses persiapan dan pelaksanaan penelitian baik pre-test maupun post-test: Persiapan perlengkap an penelitian
Mengatur setting tempat penelitian
Perkenalan menjelaskan tujuan, latar belakang cerita (secara singkat) pada partisipan
Briefing kepada pihak yang membantu test
Memberi instruksi pengerjaan soal,beri abaaba mulai,observ asi
Skema Proses Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Pre-test dan Post-test
Peneliti melakukan observasi yaitu mendengarkan anak-anak saat mereka membaca sehingga peneliti mengetahui huruf mana yang keliru dibaca oleh anak-anak. Setelah anakanak selesai membaca dan mengerjakan soal, peneliti melakukan wawancara singkat kepada masing-masing anak, pertanyaannya adalah bacaan yang manakah yang paling nyaman dan gampang dibaca hurufnya dan apakah alasannya. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti sudah mengontrol kondisi ruangan secara fisik yaitu extraneous variable yang akan mempengaruhi validitas internal penelitian. Peneliti terlebih dahulu memastikan apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, lalu
menguji hipotesis dengan uji paired-T Test.
Uji
paired T-Test adalah salah satu metode
pengujian hipotesis di mana responden atau subjek penelitian diberikan dua buah perlakukan yang berbeda (Kurniawan, 2008).
2.5 Hasil Penelitian 2.5.1
Hasil Pengukuran
Berikut ini hasil yang diperoleh dari hasil tes baca untuk melihat fluency yakni berupa skor total (jawaban yang benar) dan juga waktu total yang dihabiskan dalam membaca bacaan dan mengerjakan soal yang berkaitan dengan bacaan.
14 12 10 8 6 4 2 0
Pre‐test Post‐test
Hasil: Skor Total Responden
Melihat grafik di atas, terjadi peningkatan skor fluency antara pre-test dan post-test. Ratarata (mean) pre-test 6,87 dengan skor total 227,sedangkan rata-rata (mean) post-test 8,51 dengan skor total 281. Ada peningkatan 54 poin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan fluency pada responden sebesar 23,87%. Prosentase peningkatan diperoleh dari dengan membandingkan skor fluency pre-test dan post-test. 700 600 500 400 300 200 100 0
Pre‐test Post‐test
Hasil: Rata-rata waktu total pengerjaan pre-test dan post-test
Berdasarkan gambar di atas, waktu yang dihabiskan untuk membaca bacaan dengan huruf normal yaitu Arial rata-rata 516,7575 detik, sedangkan waktu rata-rata yang dihabiskan untuk membaca bacaan dengan huruf dyslexie detik.
lebih cepat, yaitu 498.8181
2.5.1
Uji Normalitas Menurut hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikansi hasil tes dengan
huruf Arial/ Normal adalah 0,339 dan nilai signifikansi hasil tes dengan huruf dyslexie adalah 0,703. Karena kedua nilai signifikansi ini lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau dengan kata lain data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2.5.2
Uji Beda Hasil Sig (2 tailed) adalah 0,00. Hal ini berarti bahwa probabilitas kurang dari 0,05 dan
berarti juga bahwa H0 ditolak. H0 ditolak artinya fluency dalam membaca ada anak disleksia pada saat menggunakan huruf normal/Arial dan huruf dyslexie adalah tidak identik, atau dengan kata lain penggunaan huruf dyslexie ternyata cukup efektif dalam meningkatkan fluency dalam membaca pada anak disleksia 3.
Kesimpulan Penggunaan jenis huruf dyslexie dalam bacaan cukup efektif dalam membantu anak
disleksia meningkatkan fluency Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari penggunaan jenis huruf dyslexie pada bahan bacaan terhadap fluency dalam membaca pada anak disleksia usia 8-10 tahun, dari hasil analisa statistik didapatkan nilai signifikansi (2 tailed) adalah 0,00 (p<0,05).
DAFTAR PUSTAKA Boer, C. T. (2009). Dyslexie Lettertype. Diambil Juli 2009 dari
http://www.studiostudio.nl/
Cutting, L.E., et al (2009). Effect of fluency, orang language, and executive function on reading comprehension performance. The International Dyslexia Association, 59(--), 34-54 De Leeuw, R. (2010). Special Font for Dyslexia?. NL: University of Twente Gravetter, F.J., & Forzano, L. B. (2012). Research Methods for the Behavioral Canada: Wadsworth
Sciences.
Hidayah, R. (2009). Kemampuan Baca Tulis Anak Disleksia . Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Terakreditasi DIKTI. Diambil November 2011 dari 2009/9-vol-1-no-1/70-kemampuan-baca-tulis-siswahttp://www.jurnallingua.com/edisi disleksia.html Imandala,I. (2009). Remedial Membaca dengan Metode Fernald bagi Anak Disleksia. Diambil November 2011 dari http://www.scribd.com/doc/42605592/REMEDIAL MEMBACADENGAN-METODE FERNALD-BAGI-ANAK-DISLEKSIA Katzir, et al. (2006). Reading Fluency: The Whole is more the Parts. Annals of Dyslexia, 56(1), 51-82 Kurniawan, D. (2008). Uji T Berpasangan (Paired T-Test). Diambil Desember 2011 dari R Foundation for Statistical Computing website: http://www.R-project.org Lagrou, R.J et al (2006). Effect of Text Presentation on Reading Fluency and Comprehension: An Exploratory Analysis. Journal of Instructional Psychology. 33(2), 100-109 Lauter, A, Oppenheimer, D.M. (2008). Easy on the mind, easy on the wallet: The roles of familiarity and processing fluency in valuation judgments. Psychonomic Bulletin & Review. 15 (5), 985-990 Lerner, J. (2000),. Learning Disabilities. Boston: Houghton Mifflin Liquori, D. (2004). Boys are More Prone to Dyslexia. School Library Journal, 50(6), 24 Mangunsong, F. ( 2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: LPSP3 UI Myers, A., & Hansen, C., (2006). Experimental Psychology. Belmont USA:Thomson Wadsworth
Oei, I. (2010). Riset SDM. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Osborn, J., Lehr, L., & Hiebert, E.H., (2003). A Focus on Fluency. (Laporan No ES0303). Diambil Desember 2011 dari Penelitian Regional Laboratorium Pendidikan website:http://www.prel.org/products/re_/fluency-1.htm Pramudiarja, U.A. (Juni, 2011). Kisah Aigis Menjadi Penyandang Disleksia DetikHealth. Diambil Oktober 2011 dari http://www.detikhealth.com/read/2011/06/21/111413/1664856/202/kisahaimenjadipenyandang-disleksia Papadopoulos, T.C., Georgiou, G.K., & Kendeou, P. (2009). Investigating the Double-Deficit Hypothesus in Greek. Journal of Learning Disabilities, 42(6), 528-547 Putra, A.B. (2011). Pengaruh Dongeng Boneka Terhadap Frekuensi Perilaku Menabung Pada Murid Taman Kanak-Kanak. Skripsi tidak dipublikasikan,Fakultas Psikologi, Jakarta: Universitas Bina Nusantara Rahman, Z.N., & Wiyancoko, D. (2008). Sarana Bermain Edukatif untuk Anak Jurnal Ilmu Desain, 33.(1),11-22
Disleksia.
Sani, F., & Todman, J. (2006). Experimental Design and Statistics for Psychology. UK: Blackwell Publishing Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Santrock, J.W. (2006). Educational Psychology. NY: McGraw Hill
Dharma
EFFECT OF THE USE OF DYSLEXIE TYPEFACE IN READING MATERIAL TO FLUENCY IN READING AT DYSLEXIA CHILDREN 8-10 YEARS OLD Febriani Priskila BINUS University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
ABSTRACT Dyslexic children have limitations in reading, but life demands dyslexic children should be read like any other child. Dyslexic children is difficult to recognize words and have weak short term memory. The font can affect the speed in recognizing the word, then made a typeface called dyslexie by Christian Boer, a graphic designer as well as people with dyslexia. This study aims to examine the effect of the use of the typeface dyslexie in fluency in reading the literature on dyslexia in children aged 8-10 years by using a quasi experimental design. Sampling is done by purposive sampling and the number sampel 33 respondents. To see the difference fluency in reading in dyslexic children before and after using the letters dyslexie analyzed using parametric statistics are paired t-test. The results of data analysis showed that an increase Fluency in reading in dyslexic children after being given readings that use typeface that is dyslexie with a significance value (2 tailed) was 0.00 (p <0.05). Keywords: Dyslexia, Fluency, dyslexie
1. Introduction Today, we live in a world of technology and multimedia department, we have a wide range of information through various media, new information has been computerized systems that are equipped with internet, it requires all users to read the electronic information is written on the screen. In Indonesia, since the basic education has been introduced and accustomed to using technology and multimedia. However, not everyone can read well. In the world of educational
psychology, especially the psychology of children with special needs have called dyslexia Dyslexia is one part of learning difficulties, especially in learning to read. Most children have difficulty learning difficulties in reading that is approximately 80% (Lyon & Moats, 1997; Lyon, 1995b; Kirk & Elkins in Lerner, 2000). Children who have dyslexia have a weakness that stands out when studying. Several studies have shown that most children who have dyslexia have weaknesses in phonological skills (in Rifa Hidayah Marshall, 2009). Phonological skills means the skills possessed during the process of learning to read, that when children understand the phonemes (sounds that represent each letter) and grapheme (symbol of the letter), in which phoneme-grapheme-related (de Leeuw, 2010). Skills or phonological awareness is a predictor of reading ability of children (the study of meta-analysis of 1180 subjects conducted by Bus in Rifa Hidayah, 2009) and supported by research Sofie (the Rifa Hidayah, 2009) suggests that phonological skills have a relationship with reading difficulties. Dyslexic children also have a weakness quickly rename or naming speed (Wolf and the Rifa Hidayah Snowling, 2009), has a short-term memory (short-term memory) is very limited so that the cause is difficult to remember what was said (in Rifa Hidayah Wadlington, 2009) . In short it can be said dyslexic children have trouble reading speed and accuracy as well as the ability to get information from what is read Dyslexic children also have a weakness quickly rename or naming speed (Wolf and the Rifa Hidayah Snowling, 2009), has a short-term memory (short-term memory) is very limited so that the cause is difficult to remember what was said (in Rifa Hidayah Wadlington, 2009) . In short it can be said dyslexic children have trouble reading speed and accuracy as well as the ability to get information from what is read. One of the factors that affect the speed and accuracy of reading is the typeface (font) of the printed word (de Leeuw, 2010). There are many studies that try to determine what aspects of visually disturbing in a typeface. A series of different experiments conducted by Wilkins and colleagues (Hughes & Wilkins,; Wilkins, Cleave, Grayson, & Wilson,; Wilkins, et al., In de Leeuw, 2010) by using the font, size, and read a variety of tasks. The results of these experiments indicate that the child is better read with a larger font size, spacing between letters and the existence of a serif font. Serif is a little line at the end of the letter at the top or bottom as
in the font "Times New Roman". Depart from the findings above, a graphic design expert from the Netherlands who is also disabled dyslexia, Christian Boer, creating a font with a different character. He makes a typeface named "Dyslexie". Previous research conducted by Renske de Leeuw (2010) to test whether the type of letter "dyslexie" This affects the speed and accuracy in reading the one who bears the dyslexic and normal. The result is no less significant effect, but only a few people who fit and more accurate in reading by using the font "dyslexie". Therefore researchers are interested and challenged to examine whether the type of letter "dyslexie" have an influence on fluency or ability to recognize words quickly, get information from reading the dyslexic child so it can be an indicator of reading comprehension in dyslexic children to read. 2.
Methodology
2.1
Population, Sample Research, Research Methodology Sampling The study population is dyslexic child in Jakarta. Characteristics of the population is
dyslexic child is pure, without comorbid with other disorders such as dyscalculia, ADHD, disgrafia, and so forth, who are following the program's learning both at school for Special Needs Children or inclusive schools (state and foundation). Samples were 33 dyslexic children from several schools inclusion of dyslexia or specific learning difficulties in Jakarta that is, from the School Pantara numbered 6 children, Bamboo City Elementary School District 01 morning of 15 children, Elementary School South Sukabumi totaled 07 Morning 5 children and 03 Jelambar Elementary School has 7 children. Sampling methods or techniques in the study were non-probability sampling means sampling does not use random processes, the type is purposive sampling means sampling technique based on the judgment / specific considerations (Oei, 2010). The sample was selected and determined directly by the researchers, so there is no opportunity for members of other populations to be sampled if they are beyond the consideration of researchers. 2.2 Research Design The study design used in this study was quasi experimental design, the design that aims to reveal the possible influence of the use of fonts on Fluency reading dyslexie in dyslexic children. According to Myers & Hansen (2006), Experimental quasi looks like an actual experiment, but lack one or more essential elements of the experiment, especially before randomization and manipulation of events.
2.3 Operational Definition of Research Variables Fluency as a research variable is the dependent variable and the independent variable dyslexie letters. Fluency in this study operationalized as scores of tests of reading, namely how many correct answers in answering questions from the text that is informative. Fluency can be evaluated when the children had read the passage quickly to find the correct answer from the reading matter. Dyslexie letter was found and the typeface was designed by Christian Boer, a graphic design and people with dyslexia. Dyslexie different character with another character, this character that is unique, focusing on the bottom of this letter, that letter will not appear "upside down", the focus of all letters will be at the bottom of the letter and there was a weight basis / thick, has a wide range / wide on the exposed parts of letters so that letters that look like each other as will be seen more clearly the difference, some of the letters to be tilted, so that each other does not look the same too, like the letter "i" and "j", the letters that have similar character will be replaced by making the tail shape is more oval or the up or down so that the letters are not so easily reversed, created a line / trunk to some of the letters grew longer so that the letters are not easily changed, make capital letters and punctuation to make it thicker (bold), creating a higher letter rather wider, and letters and words have a lot of space / space. 2.4 Research and Measurement Instruments Instruments used are reading. There are two types of readings, the first is reading with normal letters (Arial) as a pre-test and the second reading with the letter dyslexie. The content is different but the same difficulty level as derived from the Indonesian book second class (the middle value is taken according to age and grade). Reading to children also tested non-dyslexic and dyslexic to know the level of difficulty and time working standards are used as a measurement standard. The study was conducted at the same time in every school that is before the first resting time (08:00 to 9:00 pm). First of all, the researchers asked the children to sit quietly in place, researchers introduced the name, origin, and purpose of their gathering. Researchers say that the administration of the reading text and exam questions are not expected to be a kid to do it quietly, then the researchers told the story of a little background reading in order to give some idea of reading or discourse (according to the technique recommended in the literature that is in Lerner, 2000 ).
The following scheme illustrates the preparation and implementation of research both pre-test and post-test: Preparation of research equipment
Adjust the setting where the research
Briefing to those who helped test
Introduction explains the purpose, background story (briefly) in participants
Giving instructions about the work, give the command to start, the observation
Scheme Process and Implementation Research Preparation Pre-test and Post-test
Researchers observed the children listen as they read so that researchers know where the wrong letter is read by children. After the children finished reading and work on the problems, researchers conducted a brief interview to each child, reading the question is which one is most comfortable and easy to read the letter and whether the reason. Before carrying out the study, researchers had to control the physical condition of the room that is extraneous variables that will affect the internal validity of research. Researchers first determine whether sample data come from a normally distributed population or not, by using the Kolmogorov-Smirnov test, then test the hypothesis with paired-T test Test. Paired T-test Test is one method of testing hypotheses in which the respondents or research subjects are given two different treatment (Kurniawan, 2008). 2.5 Outcomes Research 2.5.1 Measurement Results Here are the results obtained from the test results read to see Fluency in the form of total scores (correct answers) and also the total time spent in reading the literature and work on the problems associated with reading. 14 12 10 8 6 4 2 0
Pre‐test Post‐test
Looking at the graph above, there is increased Fluency scores between pre-test and posttest. The average (mean) pre-test score of 6.87 with a total of 227, while the average (mean) post-test score of 8.51 with a total of 281. There is increasing 54 points. Thus, it can be said that there was an increase Fluency in at 23.87% of respondents. Percentage increase is obtained by comparing the scores of Fluency pre-test and post-test. 700 600 500 400 300 200 100 0
Pre‐test Post‐test
Based on the above image, the time spent to read the passage to normal font Arial is an average of 516.7575 seconds, while the average time spent on reading the letter dyslexie read more quickly, which is 498.8181 seconds. 2.5.1 Normality Test According to the Kolmogorov-Smirnov normality test, the significance of test results with Arial / Normal is 0.339 and the significance of test results by letter dyslexie is 0.703. Because the significance value is greater than 0.05, H0 is accepted or in other words the data comes from a normally distributed population. 2.5.2 Different Test Results Sig (2 tailed) is 0.00. This means that the probability is less than 0.05 and also means that H0 is rejected. Fluency means H0 rejected any dyslexic children in reading when using a normal font / font Arial and dyslexie are not identical, or in other words using the letters dyslexie were
quite
effective
in
improving
Fluency
in
reading
in
dyslexic
children
3. Conclusion The use of letters in reading dyslexie quite effective in helping dyslexic children improve Fluency This is evident from the results of this study indicate that there are effects from the use dyslexie typeface on reading material on Fluency in reading in dyslexic children aged 8-10 years,
from the results of statistical analysis obtained value of significance (2 tailed) was 0.00 (p <0.05).
REFERENCES Boer, C. T. (2009). Dyslexie Lettertype. Retrieved at July 2009 from http://www.studiostudio.nl/ Cutting, L.E., et al (2009). Effect of Fluency, the language, and executive function on reading comprehension performance. The International Dyslexia Association, 59 (-), 34-54 De Leeuw, R. (2010). Special Fonts for Dyslexia?. NL: University of Twente Gravetter, F.J., and Forzano, L. B. (2012). Research Methods for the Behavioral Sciences. Canada: Wadsworth Hidayah, R. (2009). Dyslexia Children's Literacy. Journal of Language and Literature Higher Education Accreditation. Retrieved November 2011 from http://www.jurnallingua.com/edisi 2009/9-vol-1-no-1/70-kemampuan-baca-tulissiswa-disleksia.html Imandala, I. (2009). Fernald Remedial Reading Methods for Children with Dyslexia. Retrieved at November 2011 from http://www.scribd.com/doc/42605592/REMEDIAL READWITH-METHOD-TO-CHILD FERNALD-dyslexic Katzir, et al. (2006). Reading Fluency: The Whole is more the Parts. Annals of Dyslexia, 56 (1), 51-82 Kurniawan, D. (2008). Paired T test (Paired T-Test). Taken in December 2011 of Statistical Computing R Foundation for the website: http://www.R-project.org Lagrou, R.J et al (2006). Effect of Text Presentation on Reading Fluency and Comprehension: An Exploratory Analysis. Journal of Instructional Psychology. 33 (2), 100-109 Lauter, A, Oppenheimer, D.M. (2008). Easy on the mind, easy on the wallet: The rol familiarity and Processing Fluency in Judgments valuation. Psychonomic Bulletin & Review. 15 (5), 985-990 Lerner, J. (2000),. Learning Disabilities. Boston: Houghton Mifflin Liquori, D. (2004). More boys are prone to Dyslexia. School Library Journal, 50 (6), 24 Mangunsong, F. (2009). Child Psychology and Education Needs Special. Depok: LPSP3 UI Myers, A., & Hansen, C., (2006). Experimental Psychology. USA Belmont: Thom Wadsworth Oei, I. (2010). Human Resource Research. New York: Scholastic Press Osborn, J., Lehr, L., & Hiebert, E.H., (2003). A Focus on Fluency. (Report No. ES0303). Retrieved at December 2011 of the Regional Research Laboratory of Education website: http://www.prel.org/products/re_/fluency-1.htm Pramudiarja, U.A. (June, 2011). Aigis story Dyslexia Being Disabled DetikHealth. Retrieved at October 2011 from http://www.detikhealth.com/read/2011/06/21/111413/1664856/202/kisahaimenjadipenyandang-disleksia Papadopoulos, T.C., Georgiou, G.K., & Kendeou, P. (2009). Investigating the Double-Deficit Hypothesus in Greek. Journal of Learning Disabilities, 42 (6), 528-547 Son, A.B. (2011). Effect of Frequency Behavior Of Fairytale Doll Saving The kindergarten student. Unpublished Thesis, School of Psychology, London: University of Bina Nusantara Rahman, Z.N., & Wiyancoko, D. (2008). Play Means for Children's Educational Dyslexia.
Journal of Design Sciences, 33. (1) 0.11 to 22 Sani, F., & Todman, J. (2006). Experimental Design and Statistics for Psychology. UK: Blackwell Publishing Santoso, A. (2010). Statistics for Psychology. London: University of Sanata Dharma Santrock, J.W. (2006). Educational Psychology. NY: McGraw Hill