1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu mata pelajaran yang memerlukan perhatian khusus bagi siswa SD adalah mata pelajaran IPS. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada pendidikan formal (Sekolah). Mata pelajaran ini berkembang sesuai dengan perkembangan jaman sekarang sehingga materi yang disajikan kepada siswa dapat berubah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap operasional kongkrit. Padahal materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak, konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai , peranan, permintaan, dan kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Sesuai dengan tujuan kelembagaan Sekolah dasar, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tidak bersifat keilmuwan melainkan bersifat pengetahuan, ini berarti bahwa yang diajarkan bukanlah teori-teori sosial/ ilmu-ilmu sosial melainkan hal-hal praktis yang berguna bagi diri dan kehidupan kini maupun kelak dikemudian hari dalam berbagai lingkungan. IPS lebih bersifat pembekalan
2
(pengetahuan, sikap, dan kemampuan)
mengenai kehidupan dalam berbagai
aspek dari kurun waktu. Landasan pengkajian berbagai aspek ini diambil dari berbagai sumber ilmu sosial, yakni sosial budaya, geografi, politik, hukum, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Mengingat manusia dalam kontek sosial sangat luas, maka dalam pembelajaran IPS pada tiap jenjang pendidikan dilakukan pembatasan sesuai dengan kemampuan siswa pada tingkat masing-masing. Pembelajaran Imu Pengetahuan Sosial di sekolah tingkat SD dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang terdapat dalam geografi, sejarah, dan ekonomi. Dalam pembelajaran IPS penggunaan model memegang peranan penting, Karena model yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran sangatlah mempengaruhi kemampuan yang di miliki siswanya. Untuk itu diharapkan menyajikan pembelajaran dengan menggunakan model yang menarik dengan harapan dapat membuat siswa senang sehingga mereka dapat terlihat aktif dalam pembelajaran. Salah satu kompetensi yang harus di capai dalam pelajaran IPS SD kelas IV semester I yaitu harus menguasai Standar Kompetensi memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi, yang kemudian lebih difokuskan lagi
pada Kompetensi Dasar
mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu menjelaskan pengertian kenampakan alam, menjelaskan jenis-jenis kenampakan
3
alam, baik daratan maupun perairan, menunjukkan berbagai peristiwa alam serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial. (KTSP). Namun berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru IPS kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran IPS khususnya dalam kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. Guru tidak pernah mencoba menggunakan metode yang lain untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian masih ada 5 siswa dari 12 siswa (42%) yang belum mencapai nilai 65 yang merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah. Nilai Ujian Ulangan Harian siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan :
NO 1 2 3
Nilai 71 keatas 65- 70 64 kebawah Jumlah
Tabel 1 Frekuensi Persentase 4 33 3 25 5 42 12 100
Kategori Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Dari data tabel bisa dilihat bahwa ada 5 siswa yang nilainya tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah. Akar penyebab anak mendapatkan nilai rendah kerena pembelajaran guru dalam menyampaikan pembelajarn masih menggunakan cara-cara tradisional.Yang dimaksudkan caracara tradisional diatas adalah guru terlalu banyak ceramah menjelaskan materi, tidak adanya media sehingga murid menjadi gantuk, malas, bicara sendiri dengan
4
teman sebangkunya, bermain sendiri, kurang bergairah, dan kurang aktif. Guru menjadi sangat dominan dalam pembelajaran dan siswa menjadi pasif (teacher centered). Guru di dalam kelas menjadi sumber informasi satu-satunya, tidak ada tukar informasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, kerana siswa kurang merespon pelajaran yang disampaikan. Pembelajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan pelajaran dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Akibatnya berpengaruh pada hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan pembelajaran secara langsung dapat
meningkatkan
kemampuan
berfikir
siswa
sehingga
kompetensi
mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan propinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memberikan alternatif berupa saran dan masukan kepada guru untuk mencoba menerapkan metode yang lain agar
pembelajaran yang dilakukan lebih baik dari sebelumnya yang telah
diterapkan. Sehingga kompetensi yang dicapai mengalami peningkatan dari sebelumnya. Untuk itu peneliti memberikan alternative
kepada guru untuk
mencoba menerapkan metode NHT. Peneliti ingin meningkatkan kompetensi siswa melalui metode NHT. Pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together) yang merupakan suatu pendekatan yang melibatkan lebih banyak siswa yang memilih yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
5
mereka terhadap isi pemahaman tersebut (Ibrahim, dkk, 2005 : 28 ). Numbered Heads Together merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian dibuat sebuah kelompok (Kagan, 1992). Selanjutnya, secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik sebagai ganti pertanyaan
langsung
kepada
seluruh
kelas.
Strategi
pembelajaran
ini
mengedepankan kepada aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari beberapa sumber belajar yang akhirnya untuk dipersentasikan di depan kelas. Pada strategi pembelajaran NHT terjadi proses diantaranya adalah : 1) Penomoran (Numbering), Pada tahap ini guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberikan mereka nomor sehingga setiap peserta didik dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi pembelajaran, mempersentasikan, dan dapat mendapatkan tanggapan dari kelompok lain (Suwiyadi, 2006). 2) Pengajuan pertanyaan (questioning), Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. 3) Berpikir bersama (head together), Pada tahap ini peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4) Pemberian jawaban (answering), Pada tahap ini guru menyebut satu nomor dan peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari setiap kelompok mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
6
Strategi pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) mampu membuat peserta didik lebih bertanggung jawab terhadap hasil karena mereka termotivasi dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan berdasarkan nomor yang mereka miliki. Berdasarkan uraian di atas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dengan penelitian yang berjudul “ Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Kompetensi Mendeskripsikan Kenampakan Alam Di Lingkungan Sekitar Siswa Kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode NHT untuk meningkatkan kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan? 2. Apakah tingkat kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar setelah diterapkan metode NHT siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan? 1.3 Tujuan Peneliti Penelitian ini akan berguna apabila bisa menjadi suatu bahan evaluasi pada pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan tentang penerapan metode kooperatif tipe NHT, maka penelitian ini bertujuan :
7
1. Menerapkan metode
NHT
dalam
meningkatkan mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan sekitar siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan. 2. Mendeskripsikan peningkatan kompetensi mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan setelah di terapkan metode NHT. 1.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Jika
diterapkan metode NHT, maka kompetensi mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan sekitar siswa kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan akan meningkat”. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secar langsung maupun tidak langsung. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang bersifat teoritik bagi khasanah pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPS, terutama pada metode pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa sehingga siswa mempunyai kesempatan dalam meningkat kemampuan masing-masing. Pembelajaran
kooperatif
8
menekankan komunikasi dan kerjasama antar siswa sehingga dapat mempermudah siswa dalam mempelajari IPS. 2. Praktis Pada tatanan praktis, penelitian ini memberikan sumbangan pengalaman menggunakan metode NHT bagi guru IPS dan siswa. Salah satunya sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Bagi peneliti, meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan dan menambah pengalaman dalam model pembelajaran NHT. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat di jadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenisnya. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya, maka diperlukan pembatasan penelitian. Adapun pembatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian dilaksanakan di SDN Tanjung IV Pamekasan kelas IV semester I tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah 12 siswa. 2. Metode yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT 3. Kompetensi yang di teliti adalah mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar. 4. Variabel
terkait dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
peningkatan kompetensi. Peningkatan kompetensi yang di maksud
9
dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan siswa yang diperoleh melalui tes setiap akhir siklus. 5. Kompetensi siswa yang akan diteliti adalah kemampuan dan ketuntasan dalam mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan sekitar, yang diperoleh dari hasil tes sehingga memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. 1.7 Batasan Istilah Penelitian Untuk memberikan kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah,
istilah-istilah
yang dimaksud
dalam PTK
“Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Kompetensi Mendeskripsikan Kenampakan Alam Di Lingkungan Sekitar Siswa Kelas IV SDN Tanjung IV Pamekasan ” ini meliputi : Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Metode NHT, Kompetensi, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kenampakan alam di lingkungan sekitar. 1. Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut (Ibrahim, dkk, 2005: 6), yaitu : a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup semati.
10
b. Siswa
bertanggung
jawab
atas segala
sesuatu
di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Para siswa haruslah beranggapan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. e. Para siswa dikenakan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya. f. Para siswa berbagi kepemimpinann dan mereka membutuhkan keterampilan untuk bekerja sama selama proses belajar. g. Para siswa diminta untuk mempertanggung jawabkan secara individu materi yang di tangani dalam kelompok kooperatif. 2.
Metode NHT Numbered Heads Together merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian dibuat sebuah kelompok (Kagan, 1992). Selanjutnya, secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik sebagai ganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas. Strategi pembelajaran ini mengedepankan kepada aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari beberapa sumber belajar yang akhirnya untuk dipersentasikan di depan kelas.
11
3. Kompetensi Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi juga diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Menurut Depdiknas (2002) bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang
menjadi
kompeten
dalam
arti
memiliki
pengetahuan,
keterampilan, dan nilia dasar untuk melakukan sesuatu. 4. Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas,
2007: 7) mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial. Melalui pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses `pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
12
5. Kenampakan alam di lingkungan sekitar Kenampakan alam adalah bagian-bagian permukaan bumi yang dapat kita lihat langsung. Kenampakan alam di Indonesia sangat beragam, seperti gunung, pegunungan, laut, pantai, sungai, danau, teluk, selat, tanjung, dataran
rendah,
dan
dataran
tinggi.
Kenampakan
alam
juga
menmpengaruhi kondisi sosial dan budaya di suatu wilayah. Begitu juga dengan di Indonesia, kenampakan alam mempengaruhi kondisi sosial penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pendduduk Indonesia yang bergantung dengan alam. Secara umum, hal ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.