Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
Pengaruh Pengendalian Suhu Berbasis Logika Fuzzy Dan Kecepatan Pengadukan Pada Evaporator Vakum Double Jacket Terhadap Karakteristik Fisik Permen Susu Mutiara Nisa’ Amri*, Bambang Susilo, Yusuf Hendrawan Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 *Penulis Korespondensi, Email:
[email protected]
ABSTRAK Permen susu merupakan produk olahan susu dan gula yang memerlukan suhu tinggi untuk mencapai proses karamelisasi. Rekayasa teknologi dalam meningkatkan kualitas produk pangan salah satunya adalah rekayasa penurunan tekanan menjadi dibawah 1 atm (tekanan vakum). Penurunan tekanan akan mempengaruhi titik lebur sukrosa menjadi dibawah 1400C. Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada proses pembuatan permen susu diharapkan mampu menghindarkan permen dari kegosongan serta meningkatkan nilai gizi dari produk permen susu. Sistem kontrol cerdas yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah pengendalian suhu berbasis logika fuzzy. Profil suhu menggunakan metode kontrol fuzzy memberikan profil suhu yang lebih stabil dan error yang lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian suhu berbasis logika fuzzy dan kecepatan pengadukan terhadap karakteristik fisik permen susu. Rancangan percobaan menggunakan dua faktor penelitian yaitu suhu (80, 85, 90 0C) dan kecepatan pengadukan (150, 300, 450 RPM). Pelakuan terbaik dianalisis dengan menggunakan metode pembobotan De Garmo, didapatkan pada perlakuan suhu 850C dan kecepatan pengadukan 300 RPM dengan kadar air 6.61%, tekstur 3.53%, kadar abu 1.87%, warna (B) 464.0, pH 7.0. Kemudian dilakukan analisa kandungan gizi permen susu didapatkan kandungan protein 6.47%, lemak 7.81% dan karbohidrat 77.23%. Kata Kunci : evaporator vakum, logika fuzzy, permen susu
The Influence of Fuzzy Logic Based Temperature Control and Mixing Speed to The Physical Characteristic of Milk Candy in Double Jacket Vacuum Evaporator ABSTRACT Milk candy is a product which undergo a production process under high temperature condition to achieve caramelization process. One of the way to engineer technology for increasing the food quality was manipulating the air pressure under 1 atm (vacuum pressure). The decrease of the pressure would influence the melting point of sucrose to the temperature below 1400C. The temperature control and mixing speed in the milk candy production process were expected to prevent the over-cooked and elevate the content of nutrition in the product. A smart system control which is applied in this experiment is fuzzy logic based temperature control. Temperature profile using fuzzy control method gave more stable profile and less error. The objective in this research is to identify the influence of temperature control based on fuzzy logic and mixing speed to the physical characteristic of the milk candy. The blueprint of this experiment was using two variables; those are temperature (80, 85, 90 0C) and mixing speed (150, 300, 450 RPM). The best treatment was analysed by using weighted index method De Garmo resulted that the best outcome was in treatment temperature 850C and mixing speed 300 RPM with water content of 6.61%, texture of 3.53%, ash content of 1.87%, colour (B) 464.0, pH 7.0. After that, analysis upon the nutrition content was done and showed that it had the protein content of 6.47%, fat content of 7.81% and carbohydrate content of 77.23%. Keywords: vacuum evaporator, fuzzy logic, milk candy
9
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
PENDAHULUAN Permen merupakan makanan ringan yang bersumber dari gula, salah satu jenis permen di pasaran adalah permen susu. Pembuatan permen susu menggunakan pemanasan suhu tinggi untuk mencapai titik lebur sukrosa (140 0C) agar terjadi reaksi karamelisasi. Pemanasan suhu tinggi dalam proses karamelisasi permen susu menyebabkan kandungan gizi permen susu rendah. Pembuatan permen susu secara konvensional dilakukan diatas wajan dengan pengadukan terus menerus hingga terjadi reaksi karamelisasi gula. Tidak adanya pengendalian suhu dalam proses pembuatan permen susu menyebabkan mutu produk permen dalam jumlah banyak secara berkesinambungan dengan ukuran, rasa, keseragaman dan kebersihan kurang terjamin. Pengembangan rekayasa teknologi dalam usaha meningkatkan kualitas produk salah satunya adalah rekayasa tekanan pada proses pemasakan diturunkan dibawah 1 atm. Penurunan tekanan menjadi tekanan vakum akan mempengaruhi titik lebur dari sukrosa menjadi dibawah 1400C. Menurut Foust (1980) penurunan tekanan udara lebih rendah dari 1 atm memiliki keuntungan untuk mencegah kerusakan nutrisi pada susu dan penghematan energi dengan memanfaatkan uap yang terbentuk sebagai pemanas. Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada proses pembuatan permen susu diharapkan mampu menghindarkan permen dari kegosongan (Paramawati dkk., 2009). Salah satu sistem kontrol cerdas adalah sistem kontrol berbasis logika fuzzy yang banyak dikembangkan untuk pengendalian temperatur dengan menggunakan berbagai jenis piranti sistem kontrol (Kavitha et al., 2012). Sistem pengendalian fuzzy dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang karena dapat digunakan sebagai pengganti kontrol on-off ataupun digunakan sebagai logika untuk tuning parameter kontrol PID pada sistem pengendalian umpan balik (Al Riza, 2014). Menurut penelitian Al Riza (2014) profil suhu pada proses fermentasi dengan menggunakan kontrol on-off menunjukkan error dinamik, sedangkan metode kontrol fuzzy memberikan profil suhu yang lebih stabil dan error yang lebih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian suhu berbasis logika fuzzy dan kecepatan pengadukan pada evaporator vakum double jacket terhadap karakteristik fisik permen susu.
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian evaporator vakum waterjet dengan tipe double jacket, rangkaian mikrokontroler Atmega 32, sensor LM35, data logger Graphtec GL220, tachometer, loyang, pisau, alumunium foil, timbangan digital, oven, furnace, pH meter SenseLine Pus F470. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Susu sapi murni didapatkan dari Koperasi Unit Susu Dau Malang Jawa Timur. Gula merk Gulaku, mentega merk Blue Band, dan cuka makanan. Metode Penelitian Metode penelitian yang menggunakan analisis pengaruh pengendalian suhu berbasis logika fuzzy dan kecepatan pengadukan pada evaporator vakum double jacket terhadap karakteristik fisik permen susu. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I merupakan temperatur fluida transmisi atau pengontrolan suhu pada minyak yang terdiri dari 3 level (80, 85, 90 0C), dan Faktor II merupakan kecepatan pengadukan dengan 3 level (150, 300, 450 RPM). Dari kombinasi faktor-faktor tersebut diperoleh 9 perlakuan dengan dua kali ulangan. Tahapan Penelitian Preparasi mesin dan sistem kontrol suhu berbasis logika fuzzy Mesin utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Evaporator Vakum Double Jacket. Mesin evaporator ini didesain telah memiliki pengontrolan suhu heater dan pengontrolan kecepatan pengadukan. Sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan metode yang berbeda dengan pembuatan permen pada umumnya (Handayani, 2007., Genta et al., 2002). Rekayasa yang dilakukan adalah mengubah pengontrolan pemanasan heater sebagai input panas minyak sebagai fluida transmisi yang nantinya akan menghantarkan panas untuk proses evaporasi, di dalam chamber pemasakan dari pengontrolan manual (sistem on-off) menjadi pengontrolan suhu yang berbasis Logika Fuzzy. Tekanan yang dihasilkan pada mesin evaporator vakum adalah -69 cmHg Sistem pengendalian suhu yang diaplikasikan dalam mesin evaporator vakum ini adalah sistem kontrol logika fuzzy dengan penggunaan secara langsung. Perancangan hardware sistem instrumentasi dan kontrol mengacu pada Fuzzy Logic Control (FLC) Al Riza (2014). Kemudian rancangan kontrol tersebut akan
10
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
disambungkan pada stop kontak yang tersambung dengan heater. Pengadukan dan pemanasan kontinyu pada suhu yang stabil dapat menghindarkan terbentuknya partikel hitam atau kegosongan pada bagian tertentu produk permen susu. Dalam penelitian ini digunakan jenis pengaduk dengan tipe dayung atau paddle. Pengaduk tipe paddle dapat menyapu dinding serta bagian bawah chamber. Proses pembuatan permen susu Tahapan proses pembuatan permen susu menggunakan evaporator vakum adalah sebagai berikut a. Pengaturan pengontrolan suhu Pengontrolan suhu berbasis logika Fuzzy dilakukan dengan mengubah setting point suhu sesuai dengan rancangan penelitian dengan menggunakan coding. b. Persiapan bahan baku Bahan baku sampel meliputi 1 liter susu murni, 200 gram gula pasir, 2 gram margarin dan 1 ml cuka makanan. Semua bahan baku dimasukkan ke dalam chamber evaporator vakum. Lalu evaporator vakum dinyalakan. c. Pemasakan Bahan baku akan diproses pada mesin evaporator vakum. Bahan akan terhomogenisasi karena adanya pemasakan (panas) dan pengadukan selama proses. Proses ini akan mengurangi kadar air bahan akan berkurang dan menjadi pekat. Pemasakan dilakukan sampai agitator didalam chamber sudah tidak mampu memutar lagi (bahan sudah terlalu pekat). Lama proses pemasakan ini dilakukan selama 140 menit. Dihitung dari suhu awal 450C. d. Pemanenan Hasil pemanenan permen susu tidak dapat dilakukan melalui kran output evaporator vakum, karena viskositasnya yang sudah sangat kental, sehingga pemanenan dilakukan dengan membuka tutup chamber dan dilakukan pengambilan secara manual. e. Pembuatan Sampel Penelitian Setelah pemanenan pencetakan permen susu dilakukan pencetakan sampel penelitian. Pencetakan dilakukan setelah suhu permen susu mulai menurun selanjutnya adonan diratakan dan dicetak dengan dimensi 3 cm x 3 cm dengan tebal permen 0.7 cm. Cetakan ini kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan disimpan pada plastik seal untuk menjaga kualitas sampel. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis karakteristik fisik permen susu memiliki beberapa parameter uji yaitu kadar air menurut Legowo (2004), uji tekstur dengan penetrometer, uji kadar abu menurut Legowo (2004), uji warna dengan color reader dan uji pH menurut Handayani (2007). Kemudian dilakukan pemilihan perlakuan terbaik dengan metode pembobotan De Garmo et al. (1984). Hasil perlakuan terbaik akan dianalisis kandungan gizi berupa protein, lemak dan karbohidrat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil suhu yang dihasilkan dengan sistem kontrol suhu berbasis logika fuzzy Pengamatan suhu dengan menggunakan data logger Graphtec GL220 dengan selang waktu 1 detik selama penelitian (140 menit) akan mendapatkan profil suhu yang stabil pada kisaran 800C. Gambar 1 menjelaskan profil suhu yang diambil pada saat suhu telah mencapai angka setting point yaitu 800C.
Gambar 1. Profil Suhu pada Suhu 800C dengan FLC
11
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
Profil suhu yang didapatkan dari eksperimen pada suhu 800C profil suhu lebih stabil. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Al Riza (2014) mode fuzzy pada proses fermentasi yoghurt cenderung lebih stabil pada kisaran suhu setting point dibandingkan mode on-off. Kadar Air Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada pembuatan permen susu memberikan pengaruh pada nilai kadar air yang ditunjukkan pada Gambar 2. 8.0
Kadar Air (%)
7.0
7.146 6.760 6.098
7.047 6.611 6.080
7.410 6.941 6.390
6.0 5.0 4.0
150 Rpm
3.0
300 Rpm
2.0
450 Rpm
1.0 0.0 80
85 Suhu (0C)
90
Gambar 2. Hubungan Kadar Air (%) dengan Suhu dan Kecepatan Pengadukan Nilai kadar air berkisar antara 5-7 %. Presentase terbaik kadar air didapatkan pada perlakuan suhu 85oC dan kecepatan pengadukan 450 RPM dengan kadar air 6.080% dan terburuk pada perlakuan suhhu 90oC dan kecepatan pengadukan 300 RPM dimana kadar airnya adalah 7.410%. Kadar air ini sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 3547.2 tahun 2008 dimana kadar air untuk permen bukan jelly maksimal adalah 7.5%. Menurut Paramawati dkk. (2009) semakin cepat putaran pengaduk maka semakin besar perpindahan panas yang terjadi. Laju pengeringan, laju penguapan dan kadar air teruapkan berbanding lurus dengan suhu. Tekstur Tekstur produk dapat diartikan sebagai daya tahan terhadap deformasi. Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada pembuatan permen susu memberikan pengaruh pada hasil tekstur seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Nilai hasil tekstur dari setiap perlakuan suhu pemanasan relatif beragam.
Tekstur (Kg/cm2)
7.00
6.14
6.00 4.69 4.43
5.00 4.00
3.27 3.51
3.54
3.87 150 Rpm
3.00
2.09
2.00
0.97
300 Rpm 450 Rpm
1.00 0.00 80
85 Suhu (0C)
90
Gambar 3. Hubungan Tekstur dengan Suhu dan Kecepatan Pengadukan Berdasarkan standar baku permen susu, nilai tekstur atau kekerasan belum tercantum, nilai kekerasan berhubungan dengan kadar air yang terkandung dalam permen. Semakin tinggi nilai kadar air yang terkandung dalam permen susu maka tekstur permen susu akan lebih lunak. Penurunan dan peningkatan nilai tekstur dapat dipengaruhi oleh adanya proses pengeringan, faktor lingkungan dan sifat
12
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
bahan penyusun permen itu sendiri (Handayani, 2007). Tekstur dihubungkan dengan sifat higroskopis permen akibat reaksi gula. Kadar Abu Faktor suhu dan kecepatan ditunjukkan pada Gambar 4.
pengadukan memberikan pengaruh pada hasil kadar abu seperti
Kadar Abu (%)
2.0
1.92
1.9
1.85 1.76
1.8
1.85 1.87
1.80
1.94 1.81 1.80 150 Rpm
1.7
300 Rpm
1.6
450 Rpm
1.5 80
85 Suhu (0C)
90
Gambar 4. Hubungan Kadar Abu dengan Suhu dan Kecepatan Pengadukan Secara keseluruhan nilai presentase kadar abu yang berkisar antara 1.76-1.94 % ini sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 3547.2 Tahun 2008 dimana kadar abu untuk permen bukan jelly maksimal adalah 2%. Warna Faktor suhu dan kecepatan pengadukan memberikan pengaruh pada warna seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Pada saat suhu pemasakan dinaikkan maka nilai warna yang dihasilkan akan semakin tinggi. Warna kuning kecoklatan pada permen susu ini dipengaruhi oleh reaksi karamelisasi yang terjadi pada gula. 600 Warna (B)
500
449.5432.5 398.0
400
464.0 402.0 393.0
475.5 437.0 411.5
300
150 Rpm
200
300 Rpm
100
450 Rpm
0 80
85 Suhu (0C)
90
Gambar 5. Hubungan Warna (B) dengan Suhu dan Kecepatan Pengadukan Menurut Winarno (2004) reaksi karamelisasi yang timbul pada saat gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula karamel. Namun dalam penelitian ini tekanan dalam kondisi vakum menyebabkan menurunnya titik didih sukrosa, adanya pengontrolan suhu pada nilai tertentu mengakibatkan pembentukan warna dari reaksi karamelisasi tidak berjalan secara sempurna. pH Pengendalian suhu dan kecepatan pengadukan pada pembuatan permen susu memberikan pengaruh pada nilai pH (derajat keasaman) permen susu seperti ditunjukkan pada Gambar 6. pH permen susu berkisar antara 6.8 hingga 7.1. Kondisi pH ini cukup baik karena mendekati angka pH netral yaitu 7.
13
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
7.2
7.00
7.0 pH
6.8
6.75
6.85 6.85
6.75
7.05
6.95 6.75
6.75
6.6
150 Rpm
6.4
300 Rpm
6.2
450 Rpm
6.0 80
85 Suhu (0C)
90
Gambar 6. Hubungan pH dengan Suhu dan Kecepatan Pengadukan Pada suhu tinggi, air dapat berlaku sebagai asam akibat terurainya H2O menjadi ion H+ dan OH-. Ketika suhu perlakuan dinaikkan, air yang terionisasi akan semakin banyak dan bersifat semakin asam. Namun pada penelitian ini, pengaruh suhu dan kecepatan pengadukan tidak memberikan efek penurunan pH yang signifikan. Kecepatan pengadukan mempengaruhi homogenisasi bahan dan meningkatkan laju pindah panas, sehingga tidak berpengaruh secara langsung terhadap nilai pH permen susu. Hal ini dapat disebabkan karena adanya proses ionisasi yang tidak berjalan sempurna, sehingga ion H+ tidak terurai dengan baik. Perlakuan terbaik dengan metode De Garmo Penentuan perlakuan terbaik dilakukan dengan metode pembobotan (De Garmo et al., 1984) . Nilai akhir perlakuan terbaik didapatkan pada perlakuan suhu 85oC dan kecepatan pengadukan sebesar 300 RPM. Perbandingan hasil penelitian Pembuatan permen susu metode konvensional dilakukan dengan pemanasan yang tidak terkontrol, hasil secara fisik yang terlihat kenampakan warna untuk permen susu hasil penelitian dan permen susu dengan metode konvensional mengacu pada penelitian Susilawati dan Dewi (2011) dengan metode konvensional berbahan susu kambing dan gula serta penelitian Handayani (2007) dengan bahan baku pembuatan permen susu sama dengan penelitian ini. Perbandingan hasil analisis pada penelitian ini dengan penelitian permen susu sebelumnya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Peneliti Susilawati (2011) Handayani (2007) Amri (2015)
Kadar Air 5.18% 4.05%
Kadar Abu 0.95% 1.76%
Warna
pH
Coklat Putih kekuningan
6.20-6.44 6.75-7.05
Proses pembuatan permen susu dengan metode vakum dimana suhu yang rendah mengakibatkan proses pembentukan warna dengan memecah gugus amino tidak berjalan sempurna seperti pada pembuatan permen susu konvensional. Nilai gizi pada penelitian ini dibandingkan dengan produk permen susu yang diproduksi oleh PT. X dan dijual di pasar nasional dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan dengan Produk di Pasaran Produksi PT. X Amri (2015)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
2%
12%
64%
6.47%
7.81%
77.23%
14
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
Nilai kadar abu pada penelitian ini lebih tinggi (1.76%) dibandingkan dengan penelitian terdahulu (0.95%). Menurut Hidayat dkk. (2006) kadar abu susu kambing adalah 0.8% sedangkan kadar abu susu sapi adalah 0.7% Perbedaan nilai kadar abu bahan dasar permen susu tidak terlalu besar, namun pada penelitian yang dilakukan oleh Susilawati dan Dewi (2011) tidak ada penambahan asam cuka, sedangkan penambahan mentega pada bahan baku dilakukan setelah pemasakan permen susu namun hanya untuk mengolesi wadah agar permen susu hasil pemasakan tidak lengket. Sehingga sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1987) kadar abu pada bahan olahan sangat bergantung pada asal bahan baku yang digunakan. Nilai kadar air untuk proses konvensional lebih tinggi dikarenakan tidak adanya pengontrolan suhu pada saat pemasakan, sehingga proses pencoklatan non enzimatis dapat berlangsung secara sempurna, menurut Winarno (1994) mekanisme dari pencoklatan pada reaksi Maillard dan karamelisasi adalah gugus karbonil gula bereaksi dengan gugus amino menghasilkan N-glikosamin dan air, gugus glikosamin yang tidak stabil mengalami pengaturan kembali membentuk ketosamin dan kemudian ketosamin dapat mengalami proses lebih lanjut yaitu memproduksi air dan redukton serta membentuk polimer nitrogen berwarna coklat (melanoidin). Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan molekul air dari proses karamelisasi gula saat molekul sukrosa dipecah. Pada saat pemecahan dan dehidrasi tersebut akan diikuti dengan polimerisasi sehingga beberapa jenis asam akan timbul dari proses tersebut, sehingga dengan metode pembuatan permen susu secara konvensional didapatkan presentase kadar air serta pH yang lebih tinggi. Perbedaan warna juga dipengaruhi oleh adanya proses karamelisasi, pada pembuatan permen menggunakan tekanan vakum reaksi karamelisasi tidak berjalan secara sempurna seperti pada pemasakan konvensional, sehingga zat warna coklat (melanoidin) yang dihasilkan lebih sedikit sehingga permen susu hasil produk penelitian ini adalah berwarna cenderung putih susu sedikit kuning. Hal ini pula yang menyebabkan nilai kandungan protein dan karbohidrat pada permen susu penelitian ini lebih tinggi, karena gugus amino dan karbonil gula yang mengalami reaksi maillard menjadi zat warna melanoidin lebih sedikit. Menurut Paramawati dkk. (2009) rekayasa pengolahan dengan tekanan vakum dapat meningkatkan nilai gizi dari suatu produk.
KESIMPULAN Pengaruh pengendalian suhu berbasis logika fuzzy dan kecepatan pengadukan pada evaporator vakum double jacket terhadap karakteristik fisik permen susu memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air dan warna pada permen susu. Sedangkan parameter tekstur, kadar abu dan pH suhu dan kecepatan pengadukan tidak berpengaruh nyata, ketiga parameter ini lebih dipengaruhi oleh bahan dasar permen susu sendiri. Hasil analisis perlakuan terbaik menggunakan metode pembobotan De Garmo didapatkan perlakuan terbaik pada perlakuan suhu 850C dan kecepatan pengadukan 300 RPM dengan kadar air 6.61%, tekstur 3.53%, kadar abu 1.87%, warna (B) 464.0, pH 7.0. Kemudian dilakukan analisa kandungan gizi permen susu didapatkan kandungan protein 6.47%, lemak 7.81% dan karbohidrat 77.23%.
DAFTAR PUSTAKA Al Riza, D.F., Damayanti, R., Hendrawan, Y. 2014. Rancang Bangun Fermentor Yogurt Dengan Sistem Kontrol Logika Fuzzy Menggunakan Mikrokontroler Atmega32. Jurnal Agritech. 34(4): 456-462. Buckle, K. A., Edward, R. A., Fleet G. H., dan Wooton M.. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono) De Garmo, E.P., Sullivan W.G., Canada J.R. 1984. Engineering Economy Seventh Edition. Macmillan publishing Company. New York Foust, A. S. 1980. Principles of Unit Operations. John Wiley and Sons, Inc. London Genta, H.D., Genta M.L., Alverez, N.V., Santana, M.S. 2002. Production and Acceptance of a Soy Candy. Journal of Food Engineering. 53: 199-202 Handayani, E. 2007. Pembuatan Karamel dari Susu Sapi (Kemasan) Dan Karakterisasi Fisik Serta pHnya. Skripsi. IPB. Bogor Hidayat, N., Padaga,M. C., Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi Offset. Yogyakarta
15
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 3 No.2, 2015
Kavitha, S., B.Chinthamani, Ponmalar, S. J. 2012. Fuzzy Based Control Using Lab view For Temperature Process. International Journal of Advanced Computer Research 2, 8-13. Legowo, A. M., dan Nurwantoro. 2004. Diktat Kuliah Analisis Pangan. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang Paramawati, R., Mardison, Reni Y. G., Lilik T. M., Sigit T. 2009. Design And Manufacturing of Vacuum Evaporator Prototype. Jurnal Engineering Pertanian Vol. VIII, No. 2 Standar Nasional Indonesia. 2008. Kembang Gula Karamel. SNI Permen Karamel No. 3547.2 Tahun 2008. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta Susilawati dan Dewi, P. C. 2011. Pengaruh Jenis Kemasan Dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi Dan Organoleptik Permen Karamel Susu Kambing. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Lampung Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia. Jakarta
16