e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume 2 No.1 Tahun 2014)
PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, TEKANAN KETAATAN DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris Pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali) 1
Kadek Evi Ariyantini, 1Edy Sujana, 2Nyoman Ari Surya Darmawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris pengaruh pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data primer berupa kuesioner untuk menghimpun data. Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali, sedangkan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni teknik purposive sampling dengan kriteria auditor yang sudah bekerja lebih dari satu tahun dan telah melaksanakan pemeriksaan minimal 10 kali. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 62 dan yang bisa diolah adalah 56 kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dan diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 19. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment, (2) tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment, (3) kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment, dan (4) pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Kata kunci : pengalaman auditor, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, audit judgment Abstract This study was aimed at investigating empirically the effect of auditor’s experience, compliance pressure, and task complexity on audit judgment. This study was a quantitative research that used primary data collected by questionnaire. The population consisted of auditors who worked with Bali Province BPKP Representative, while the sampling technique used was purposive sampling with the criteria of auditors as follows. They have worked for more than one year and have audited for at least 10 times. The data were analyzed by multiple regression analysis and processed with the aid of SPSS software version 19. The results showed that (1) auditor’s experience had an effect on audit judgment. (2) compliance pressure had an effect on audit judgment, (3) task complexity had an effect on audit judgment, and (4) auditor’s experience, compliance pressure, and task complexity had an effect on audit judgment. Keywords: auditor experience, obedience pressure, task complexity, audit judgment
PENDAHULUAN Dewasa ini, terdapat tuntutan sektor publik khususnya pemerintah yaitu terlaksananya akuntabilitas pengelolaan
keuangan sebagai bentuk terwujudnya praktik good governance, akibat kinerja pemerintahan di Indonesia mengalami keterpurukan karena buruknya pengelolaan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) keuangan. Buruknya pengelolaan keuangan khususnya di Provinsi Bali dibuktikan dengan terus meningkatnya jumlah korupsi di Provinsi Bali dan pada tahun 2013 ditemukan 21 kasus korupsi oleh Kejaksaan Tinggi Bali selama periode Januari sampai Juni 2013 (http://id.berita.yahoo.com). Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk memenuhi aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan negara. Menurut Mardiasmo (2005) ada tiga aspek yang mendukung terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) yaitu pertama, pengawasan adalah kegiatan pengawasan terhadap kinerja pemerintah yang dilakukan oleh masyarakat serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kedua, pengendalian (control) adalah kegiatan pihak eksekutif untuk menjamin kebijakan dan sistem manajemen agar dilakukan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat terwujud. Ketiga, pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan pemeriksaan tentang hasil kinerja pemerintah terkait kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan ini biasa disebut dengan audit sektor publik. Menurut Bastian (2007:43) audit sektor publik merupakan audit yang dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba, seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aktiva/kekayaan Negara. Pada sektor publik, pihak yang melakukan audit adalah BPKP atau akuntan publik atas penunjukkan BPKP, yang melakukan audit sesuai dengan kode etik profesi dan standar yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008, BPKP adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden yang melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang meliputi kegiatan lintas sektoral, kebendaharaan umum Negara, dan penugasan dari Presiden. Menurut LAKIP Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2012, BPKP sebagai aparatur
pengawasan internal pemerintah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 31 Tahun 1983 Tanggal 30 Mei 1983 yang telah diperbaharui dengan Keppres Nomor : 103 Tahun 2001. Lebih lanjut dikatakan dalam LAKIP Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali Tahun 2012, dasar hukum BPKP telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir kali adalah dengan terbitnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 64 Tahun 2005 Tentang Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Tugas utama dari BPKP adalah melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Didalam melaksanakan audit terdapat kemungkinan akan terjadinya suatu gagal audit seperti kasus besar yang terjadi di Amerika Serikat yaitu kasus Enron yang terjadi di Amerika Serikat. Idris (2012) menyatakan kasus Enron tersebut disebabkan karena manajemen Enron telah melakukan window dressing dengan memanipulasi angka-angka laporan keuangan agar kinerjanya terlihat baik. Dalam hal ini, pendapatan dinaikkan sebesar US $ 600 juta dan dengan teknik off-balance sheet utang senilai US $ 1,2 milyar disembunyikan. Auditor Enron, Arthur Andersen, juga ikut disalahkan karena kasus gagal audit ini. Walaupun kasus gagal audit tersebut terjadi pada ranah sektor swasta, namun di ranah sektor publik perlu juga ditingkatkan kewaspadaan terhadap adanya kasus gagal audit. Untuk menghindari adanya gagal audit diperlukan adanya judgment yang tepat dari auditor. Dalam PSA No 1 (SA 150) disebutkan dalam Standar Pekerjaan Lapangan No.1 disebutkan bahwa dalam melakukan pekerjaan, perencaan sebaik-baiknya harus dilakukan. Didalam melaksanakan pekerjaan audit, professional judgment pasti dilakukan pada semua proses audit baik dalam tahap perencanaan maupun supervisi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341 dikatakan bahwa ada
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) tidaknya kesangsian auditor terhadap kemampuan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam satu tahun merupakan dasar terhadap audit judgment mengenai kemampuan suatu usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Idris (2012), dalam setiap proses audit digunakan judgment. Ketepatan judgment auditor akan mempengaruhi kualitas hasil audit dan opini auditor. Menurut Jamilah,dkk (2007) judgment merupakan perilaku pemilihan keputusan. Kejadian-kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang merupakan dasar bagi auditor dalam memberikan judgment. Menurut Tielman (2011), pertimbangan yang mempengaruhi keputusan yang diambil auditor merupakan audit judgment. Dalam pembuatan judgment ini auditor mempunyai kesadaran bahwa suatu pertanggungjawaban merupakan faktor yang cukup penting karena penilaiannya akan ditinjau dan dimintai keterangan. Kualitas judgment akan menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor dalam melakukan tugasnya. Praditaningrum (2012) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi auditor dalam melakukan audit judgment. Terdapat faktor teknis dan nonteknis yang mempengaruhi auditor dalam membuat audit judgment. Faktor teknis dapat dilihat dari aspek perilaku individu. Aspek perilaku individu merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi auditor dalam menerima dan mengelola informasi yang meliputi faktor pengetahuan, perilaku auditor dalam pengambilan dan penilaian informasi, pengalaman, tekanan ketaatan, serta kompleksitas tugas. Sedangkan gender merupakan faktor non teknis yang mempengaruhi judgment auditor. Menurut Asih (2006:13), pengalaman mengarah kepada proses pembelajaran dan pertambahan potensi bertingkah laku dari pendidikan formal maupun nonformal atau bisa diartikan sebagai suatu proses peningkatan pola tingkah laku. Penelitian yang telah dilakukan Putri (2013) dan Tobing (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara pengalaman
dengan judgment auditor. Banyaknya pengalaman dalam bidang audit dapat membantu auditor dalam menyelesaikan tugas yang cenderung memiliki pola yang sama. Maka dari dapat dirumuskan hipotesis pertama yaitu H1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment Praditaningrum (2012) menyatakan bahwa tekanan ketaatan mengarah pada tekanan yang berasal dari atasan atau dari auditor senior ke auditor junior dan tekanan yang berasal dari entitas yang diperiksa untuk melaksanakan penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Penelitian yang telah dilakukan Praditaningrum (2012) dan Idris (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara tekanan ketaatan dengan judgment auditor. Tekanan yang diberikan atasan ataupun entitas yang diperiksa cenderung mengarahkan auditor untuk berprilaku menyimpang dari standar yang telah ditetapkan. Maka dari itu dapat dirumuskan hipotesis kedua yaitu H2 : Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment Menurut Jamilah,dkk (2007) kompleksitas tugas mengarah pada tugas yang sulit, tidak terstuktur dan membinggungkan. Penelitian yang telah dilakukan Sugiarto (2009) dan Tielman (2011) menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh secara negatif terhadap audit judgment. Tingginya kompleksitas tugas akan berdampak pada menurunnya usaha dan motivasi kerja sehingga penurunan kinerja akan terjadi. Maka dari itu dapat dirumuskan hipotesis ketiga yaitu H3 : Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Selain melakukan pengujian secara parsial, penulis juga melakukan pengujian secara simultan tentang pengaruh ketiga variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat, yaitu menguji pengaruh pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. Maka dapat dirumuskan hipotesis keempat yaitu H4 : Pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris : Pertama, pengaruh pengalaman auditor terhadap audit judgment auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Kedua, pengaruh tekanan ketaatan terhadap audit judgment auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Ketiga, pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Keempat, pengaruh pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat, yakni: Pertama, manfaat teoritis dari penelitian adalah sebagai sarana untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment dan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan di bidang akuntansi keprilakuan dan auditing sehingga dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya. Kedua, manfaat praktis dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada auditor, mahasiswa, dan para akademisi tentang pengaruh pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment. METODE Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer berupa kuesioner sebagai sumber data. Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian, bagian A terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan profil responden dan bagian B terdiri atas pernyataan-pernyataan yang mewakili kriteria yang menjadi variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini yaitu variabel pengalaman auditor, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgment. Menurut Sugiyono (2009) populasi adalah suatu wilayah generalisasi objek atau subjek yang memiliki karakteristik sesuai keinginan peneliti. Populasi penelitian ini yaitu auditor pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali yaitu sejumlah 62 auditor.
Menurut Sugiyono (2009) sampel adalah bagian dari populasi. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan/tujuan tertentu. Kriteria penentuan sampel pada penelitian ini adalah auditor yang sudah bekerja pada Perwakilan BPKP lebih dari satu tahun dan telah melaksanakan pemeriksaan minimal 10 kali dengan jumlah 62 auditor. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu audit judgment. Indikator yang digunakan mengadopsi dari penelitian Praditaningrum (2012) dengan menggunakan skala likert melalui pemberian skor 1-5 yaitu rendah sekali (RS) dengan skor 1, rendah (R) dengan skor 2, cukup tinggi (CK) dengan skor 3, tinggi (T) dengan skor 4, dan tinggi sekali (SK) dengan skor 5. Audit judgment diukur dengan kasus penentuan tingkat materialitas dan kasus upaya perekayasaan transaksi oleh entitas yang diperiksa dengan tiga item pertanyaan untuk setiap kasus. Variabel independen pada penelitian ini sebanyak tiga variabel, yaitu pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas. Variabel independen diukur dengan menggunakan indikator yang diadopsi dari penelitian Praditaningrum (2012). Pengalaman auditor diukur dengan menggunakan 8 pernyataan dengan indikator lamanya bekerja dan banyaknya tugas pemeriksaan. Tekanan ketaatan diukur menggunakan 8 pernyataan dengan indikator tekanan dari atasan dan tekanan dari entitas yang diperiksa. Pengalaman auditor dan tekanan ketaatan diukur dengan skala likert melalui 5 pilihan jawaban dengan pemberian skor 1-5 yaitu sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1, tidak setuju (TS) dengan skor 2, kurang setuju (KS) dengan skor 3, setuju (S) dengan skor 4, dan sangat setuju (SS) dengan skor 5. Kompleksitas tugas diukur menggunakan 6 pernyataan dengan indikator struktur tugas dan kesulitan tugas. Kompleksitas tugas diukur dengan skala likert melalui 5 pilihan jawaban dengan pemberian skor 1-5 yaitu sangat salah (SS) dengan skor 1, salah (S) dengan skor 2, kurang benar (KB) dengan skor 3, benar (B)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) dengan skor 4, dan sangat benar (SB) dengan skor 5. Penelitian ini menganalisis data dengan melakukan beberapa uji yaitu uji statistik deskriptif, uji instrument penelitian (uji validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji heteroskedastisitas) dan uji hipotesis menggunakan uji regresi berganda, uji parsial (uji t), dan uji simultan (uji F). HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan 62 kuesioner secara langsung kepada auditor pada Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali yang menjadi objek penelitian. Pengiriman kuesioner sampai dengan pengembalian kuesioner dilakukan selama satu bulan. Data kuesioner yang diperoleh sebanyak 58 kuesioner dari 62 kuesioner yang disebarkan. Terdapat 2 kuesioner yang tidak bisa digunakan . Jadi kuesioner yang bisa digunakan adalah sebanyak 56 kuesioner dan kuesioner yang tidak kembali adalah 4 kuesioner. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 36 auditor laki-laki dan 20 auditor perempuan. Berdasarkan lamanya bekerja sebagai auditor yaitu 6 auditor yang bekerja antara 1-2 tahun, 1 auditor yang bekerja lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, dan 49 auditor yang bekerja lebih dari 3 tahun. Berdasarkan banyaknya tergabung dalam tim audit, semua auditor telah tergabung dalam tim audit > 10 kali. Berdasarkan uji statistik deskriptif didapatkan hasil yaitu pengalaman auditor memiliki nilai minimum sebesar 29, nilai maksimum 40, nilai rata-rata 36,25 dan standar deviasi 2,868. Tekanan ketaatan memiliki nilai minimum sebesar 24, nilai maksimum 40, nilai rata-rata 34,71 dan standar deviasi 3,925. Kompleksitas tugas memiliki nilai minimum sebesar 20, nilai maksimum 30, nilai rata-rata 26,46 dan standar deviasi 2,419. Audit judgment memiliki nilai minimum sebesar 16, nilai maksimum 30, nilai rata-rata 25,59 dan standar deviasi 3,962. Uji instrumen penelitian terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Berdasarkan uji
validitas dapat disimpulkan bahwa semua instrumen dalam setiap variabel valid karena memiliki signifikansi dibawah 0,05. Berdasarkan uji reliabilitas dapat disimpulkan semua instrumen penelitian reliabel karena memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. Pengalaman auditor memiliki Cronbach’s Alpha 0,792, tekanan ketaatan 0,832, kompleksitas tugas 0,683, dan audit judgment 0,714. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, dan uji multikolonieritas. Berdasarkan uji normalitas, semua variabel memiliki distribusi normal karena memiliki signifikansi diatas 0,05. Pengalaman auditor memiliki signifikansi 0,066, tekanan ketaatan 0,073, kompleksitas tugas memiliki signifikansi 0,300 dan audit judgment memiliki signifikansi 0,126. Berdasarkan uji multikolonieritas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk ketiga variabel bebas lebih besar dari 0,1 sedangkan VIF kurang dari 10. Pengalaman auditor memiliki nilai tolerance 0,888, tekanan ketaatan memiliki nilai tolerance 0,565, dan kompleksitas tugas memiliki nilai tolerance 0,601. Pengalaman auditor memiliki VIF 1,126, tekanan ketaatan memiliki VIF 1,770 dan kompleksitas tugas memiliki VIF 1,664. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi sehingga pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Berdasarkan uji heterokedastisitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian ini karena diagram hasil uji tidak membentuk pola tertentu, titik-titik pada diagram menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah 0,475 atau 47,5%. Hal ini berarti variabel terikat yaitu variabel audit judgment dapat dijelaskan sebesar 47,5% oleh variabel bebas yaitu variabel pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 52,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) Berdasarkan hasil uji regresi berganda dapat diketahui persamaan regresi yaitu Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat signifikansi masing-masing variabel lebih kecil daripada 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap audit judgment auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment auditor.
Tabel 1.1 Hasil Uji Regresi Berganda Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Model B Error Beta T (Constant) 34.175 6.989 4.890 Pengalaman .469 .143 .340 3.277 Ketaatan -.324 .131 -.321 -2.472 Kompleksitas -.542 .206 -.331 -2.625 Sumber : data primer diolah tahun 2014 Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa F hitung (17,585) lebih besar dari pada F tabel (2,770) dan signifikansi kurang dari
Collinearity Statistics Sig. Tolerance .000 .002 .888 .017 .565 .011 .601
VIF 1.126 1.770 1.664
0,05. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Tabel 1.2 Hasil Uji F Mean Model Sum of Squares Df Square 1 Regression 434.894 3 144.965 Residual 428.660 52 8.243 Total 863.554 55 Sumber : data primer diolah tahun 2014 Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Dalam penelitian ini, pengalaman auditor yang dimiliki oleh responden tergolong kedalam pengalaman yang tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dengan mean pengalaman auditor yang melebihi dari mean yang dihasilkan jika responden menjawab dengan skor 3. Mean dari pengalaman auditor adalah 36,25 lebih besar dari mean jika responden menjawab dengan skor 3 yaitu 24. Pengalaman yang tinggi yang didapatkan, jika dikaitkan dengan data responden maka sesuai karena didapatkan data bahwa auditor pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali sebagian besar sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun.
F
Sig
17.585 .000a
Hipotesis 1 menyatakan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment yang dihasilkan. Berdasarkan persamaan regresi berganda yaitu dan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor (X1) berpengaruh terhadap audit judgment auditor. Koefisien arah regresi pada persamaan regresi berganda menunjukkan tanda positif yang menunjukkan bahwa pengaruhnya bersifat positif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pengalaman auditor maka audit judgment yang dihasilkan akan semakin tepat.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) Pengalaman mengarah kepada proses pembelajaran dan pertambahan potensi bertingkah laku dari pendidikan formal maupun nonformal. Pengalaman juga bisa dikatakan sebagai proses yang membawa seseorang menuju kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Seorang auditor berpengalaman akan mampu mengasah kepekaannya dalam memahami informasi, kecurangan dan kesalahan penyajian laporan keuangan yang berhubungan dengan pembuatan judgment. Pengalaman yang dimiliki auditor dapat membuat auditor belajar dari kesalahan dimasa lalu agar bisa membuat judgment yang lebih baik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Putri (2013) dan Tobing (2011) yang menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh positif terhadap audit judgment. Jadi dapat disimpulkan hasil penelitian ini yaitu pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment auditor, sudah mendukung penelitian Putri (2013) dan Tobing (2011). Pengaruh Tekanan Ketataan Terhadap Audit Judgment Dalam penelitian ini, tekanan ketaatan yang dihadapi oleh responden tergolong kedalam tekanan ketaatan yang tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dengan mean tekanan ketaatan yang melebihi dari mean yang dihasilkan jika responden menjawab dengan point 3. Mean dari pengalaman auditor adalah 34,71 lebih besar dari mean jika responden menjawab dengan skor 3 yaitu 24. Hipotesis 2 menyatakan tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara tekanan ketaatan dengan audit judgment auditor. Berdasarkan persamaan regresi berganda yang dihasilkan dan berdasarkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa tekanan ketaatan (X2) berpengaruh terhadap audit judgment auditor, yang mana pengaruhnya bersifat negatif ditunjukkan dengan tanda negatif pada koefisien regresi pada persamaan regresi berganda. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tekanan ketaatan yang dialami auditor maka audit
judgment yang dihasilkan akan mengalami penurunan sehingga audit judgment yang dihasilkan kurang tepat, begitu juga sebaliknya. Semakin rendah tekanan ketaatan yang di alami auditor maka audit judgment yang dihasilkan akan mengalami kenaikan atau semakin tepat. Tekanan ketaatan mengarah kepada tekanan yang didapatkan dari atasan dan juga tekanan yang didapatkan dari entitas yang diperiksa. Perbedaan harapan antara entitas yang diperiksa dengan auditor merupakan hal yang menyebabkan tekanan ketaatan terjadi. Pada saat perbedaan harapan itu terjadi, maka entitas yang diperiksa akan berusaha untuk menekan auditor untuk menyamakan harapannya. Maka akan muncul suatu konflik antara auditor dengan entitas yang diperiksa. Pada saat konflik ini terjadi, muncullah tekanan dari atasan. Tekanan atasan ini berupa perintah untuk menyimpang dari standar yang telah ditentukan. Pada kondisi seperti ini akan muncul dilema etika pada auditor. Adanya sanksi terhadap perintah atasan jika tidak dijalankan, akan menyebabkan dilema etika mengarahkan auditor pada pengambilan keputusan yang salah yaitu menaanti perintah atasan. Sanksi yang didapatkan apabila auditor tidak menaati perintah atasan berupa keterlambatan jenjang karir akibat pemberhentian penugasan di entitas tersebut. Sehingga tekanan ketaatan akan berdampak pada terhadap audit judgment yang dilakukan. Semakin tinggi tekanan ketaatan yang dialami, maka audit judgment yang dihasilkan akan cenderung kurang tepat. Penelitian ini mendukung penelitian Praditaningrum (2012), dan Idris (2012) yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Jadi hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment auditor. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment Dalam penelitian ini, kompleksitas tugas yang dimiliki oleh responden tergolong kedalam kompleksitas tugas yang tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dengan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) mean kompleksitas tugas yang melebihi dari mean yang dihasilkan jika responden menjawab dengan skor 3. Mean dari kompleksitas tugas adalah 26,46 lebih besar dari mean jika auditor menjawab dengan skor 3 yaitu 18. Hipotesis 3 menyatakan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment yang dibuat oleh auditor. Berdasarkan persamaan regresi berganda yang dihasilkan dan signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa kompleksitas tugas (X3) berpengaruh terhadap audit judgment yang dihasilkan auditor, yang mana pengaruhnya bersifat negatif ditunjukkan dengan tanda negatif pada koefisien arah regresi pada persamaan regresi berganda. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas yang dialami auditor maka audit judgment yang dihasilkan akan mengalami penurunan sehingga audit judgment yang dihasilkan kurang tepat. Tugas yang sulit, tidak terstruktur dan membingungkan merupakan maksud dari kompleksitas tugas. Kompleksitas tugas terdiri dari dua komponen yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas. Tugas yang sulit membutuhkan lebih banyak kemampuan individu untuk menyelesaikannya. Jika kesulitan tugas lebih besar daripada kemampuan individu, akan memicu adanya kekhawatiran akan terjadi kegagalan didalam penyelesaian tugas, maka akan berakibat pada menurunnya motivasi dan usaha untuk mnyelesaikan tugas sehingga kinerjanya menurun. Penurunan kinerja ini juga akan berdampak pada kualitas audit judgment yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi kompleksitas tugas maka audit judgment yang dihasilkan akan cenderung kurang tepat. Hasil penelitan ini mendukung hasil penelitian Tielman (2011) dan Sugiarto (2009) yang menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Jadi penelitian ini menyatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment yang dihasilkan auditor.
Pengaruh Pengalaman Auditor, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment Hipotesis 4 menyatakan pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit judgment. Berdasarkan hasil uji F didapatkan bahwa Fhitung(17,585) lebih besar dari pada Ftabel (2,770). Selain Fhitung yang lebih besar daripada Ftabel, jika dlihat dari besarnya signifikansi maka didapatkan hasil bahwa signifikansi kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman auditor, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. Pengalaman mengarah kepada proses pembelajaran dan pertambahan potensi bertingkah laku dari pendidikan formal maupun nonformal. Pengalaman juga bisa dikatakan sebagai proses yang membawa seseorang menuju kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Seorang auditor berpengalaman akan mampu mengasah kepekaannya dalam memahami informasi, kecurangan dan kesalahan penyajian laporan keuangan yang berhubungan dengan pembuatan judgment. Pengalaman yang dimiliki auditor dapat membuat auditor belajar dari kesalahan dimasa lalu agar bisa membuat judgment yang lebih baik. Tekanan ketaatan mengarah kepada tekanan yang didapatkan dari atasan dan juga tekanan yang berasal dari entitas yang diperiksa. Perbedaan harapan antara entitas yang diperiksa dengan auditor merupakan hal yang menyebabkan tekanan ketaatan terjadi. Pada saat perbedaan harapan itu terjadi, maka entitas yang diperiksa akan berusaha untuk menekan auditor untuk menyamakan harapannya. Maka akan muncul suatu konflik antara auditor dengan entitas yang diperiksa. Pada saat konflik ini terjadi, muncullah tekanan dari atasan. Tekanan atasan ini berupa perintah untuk menyimpang dari standar yang telah ditentukan. Pada kondisi seperti ini akan muncul dilema etika pada auditor. Adanya
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) sanksi terhadap perintah atasan jika tidak dijalankan akan menyebabkan dilema etika yang mengarahkan auditor pada pengambilan keputusan yang salah yaitu menaanti perintah atasan. Sanksi yang didapatkan apabila auditor tidak menaati perintah atasan berupa keterlambatan jenjang karir akibat pemberhentian penugasan di entitas tersebut. Sehingga tekanan ketaatan akan berdampak pada terhadap audit judgment yang dilakukan. Semakin tinggi tekanan ketaatan yang dialami, maka audit judgment yang dihasilkan akan semakin tidak tepat. Tugas yang sulit, tidak terstruktur dan membingungkan merupakan maksud dari kompleksitas tugas. Kompleksitas tugas terdiri dari dua komponen yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas. Tugas yang sulit membutuhkan lebih banyak kemampuan individu untuk menyelesaikannya. Jika kesulitan tugas lebih besar daripada kemampuan individu, akan memicu adanya kekhawatiran akan terjadi kegagalan didalam penyelesaian tugas, maka akan berakibat pada menurunnya motivasi dan usaha untuk menyelesaikan tugas sehingga kinerjanya menurun. Penurunan kinerja ini juga akan berdampak pada kualitas audit judgment yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi kompleksitas tugas maka audit judgment yang dihasilkan akan cenderung kurang tepat. Hasil penelitan ini mendukung kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan oleh Tielman (2011) dan Sugiarto (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh pada setiap variabel dapat disimpulkan sebagai berikut. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment auditor BPKP
Perwakilan Provinsi Bali karena berdasarkan perhitungan SPSS versi 19 didapatkan nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,002. Koefisien regresi pada persamaan regresi berganda menunjukkan hasil positif yang memiliki arti bahwa pengaruhnya positif. Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap audit judgment auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali karena berdasarkan perhitungan SPSS versi 19 didapatkan nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,017. Koefisien regresi pada persamaan regresi berganda menunjukkan hasil negatif yang memiliki arti bahwa pengaruhnya negatif. Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment yang dibuat oleh auditor pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali karena berdasarkan perhitungan SPSS versi 19 didapatkan nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu sebesar 0,002. Koefisien regresi pada persamaan regresi berganda menunjukkan hasil negatif yang memiliki arti bahwa pengaruhnya negatif. Pengalaman auditor, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas berpengaruh secara bersama-sama terhadap audit judgment yang dihasilkan oleh auditor pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali karena berdasarkan hasil uji SPSS didapatkan hasil Fhitung lebih besar daripada Ftabel. Yang mana Ftabel dalam penelitian ini sebesar 2,770. Dari tabel dapat dilihat Fhitung sebesar 17,585. Selain itu signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Saran Saran-saran yang diberikan berhubungan dengan hasil penelitian dan demi kesempurnaan penelitian selanjutnya, antara lain: pertama, Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis diharapkan dapat menambah variabelvariabel yang memiliki pengaruh terhadap audit judgment baik pengaruh positif maupun negatif seperti keahlian audit, gender, pengetahuan, dan lain-lain. Kedua, Keterbatasan dari penelitian ini yaitu penelitian ini hanya mengambil obyek yang terbatas yaitu pada Perwakilan BPKP Provinsi Bali. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurnal Akuntansi Program S1 (Volume -- Tahun 2014) pada obyek penelitian yang berbeda diluar dari BPKP Perwakilan Provinsi Bali seperti pada BPKP Perwakilan di luar Bali, BPK, Inspektorat ataupun KAP .
DAFTAR PUSTAKA Antara Kantor Berita Indonesia. 22 Jul 2013. “Kejati Bali Temukan 21 Kasus Korupsi”. Tersedia pada http://id.berita.yahoo.com/kejati-balitemukan-21-kasus-korupsi085437349.html (diakses tanggal 30 Oktober 2013). Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Idris,
Seni Fitriani. 2012. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Dan Persepsi Etis Terhadap Audit Judgment (Studi Kasus Pada Perwakilan BPKP Provinsi DKI Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. PSA No 30 (SA Seksi 341). Audit Kepatuhan yang Diterapkan atas Entitas Pemerintahan dan Penerima Lain Bantuan Keuangan Pemerintah. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. PSA No.01 (SA Seksi 150). Standar Auditing. Jamilah, dkk. 2007. “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment”. Skripsi. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Publisher.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 2008. Jakarta : Presiden Republik Indonesia. Praditaningrum, Anugrah Suci. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Judgment (Studi Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Putri,
Prita Amina. 2013. Pengaruh Lingkungan Etika, Pengalaman Auditor Dan Tekanan Ketaatan Terhadap Kualitas Audit Judgment. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sudjono, Mirawati. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Perwakilan BPKP Provinsi Bali Tahun 2012. Denpasar: Perwakilan BPKP Provinsi Bali. Sugiarto, Daniel. 2009. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranta. Semarang. Sugiyono.2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta. Tielman, Elisabeth. 2011. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengetahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment.Universitas Diponegoro, Semarang. Tobing, Melthakasih. 2011. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Riau. Skripsi. Universitas Riau, Riau.