PENGARUH PENERBITAN SUKUK TERHADAP KINERJA BANK MUAMALAT INDONESIA PERIODE 2010-2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
HAYATIN NUPUS NIM 1111046100003
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M./ 1436 H.
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2014” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 29 September 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta,
Oktober 2015
Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. NIP. 19691216199603 1 001 Panitia Sidang: Ketua
: AM. Hasan Ali, M.A NIP. 19751201200501 1 005
(……………………)
Sekretaris
: H. Abdurrauf, Lc., M.A NIP. 19731215200501 1 002
(……………………)
Pembimbing : Dr. Hasanuddin, M. Ag NIP. 19610304199503 1 001
(……………………)
Penguji 1
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. (……………………) NIP. 195505051982031012
Penguji 2
:H. Abdurrauf, Lc., M.A NIP. 19731215200501 1 002 ii
(……………………)
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Hayatin Nupus
NIM
: 1111046100003
Fakultas
: Syariah dan Hukum
Jurusan
: Muamalat/ Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan. 2. Tidak melakukan plagiat terkadap naskah orang lain. 3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau menyebut pemilik karya. 4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Ciputat, 11 September 2015 Yang menyatakan,
Hayatin Nupus
iii
ABSTRAK HAYATIN NUPUS, NIM 1111046100003, Pengaruh Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja Bank Muamalat Indonesia Periode 2010-2014, Strata Satu (S1), Jurusan Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah variabel sukuk berpengaruh terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia dan untuk mengetahui pengaruh kinerja bank yang diukur dengan ROA dan ROE terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan triwulan Bank Muamalat Indonesia dengan tahun penelitian 2010-2014. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, variabel independen yang digunakan adalah variabel dummy yaitu penerbitan sukuk dimana 0 untuk periode sebelum penerbitan sukuk dan 1 periode setelah penerbitan sukuk, ROE dan ROA. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah CAR untuk mengukur kecukupan modal bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultanvariabel sukuk, ROE dan ROA berpengaruh signifikan terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan secara parsial variabel sukuk berpengaruh positif terhadap CAR, ROE berpengaruh negatif terhadap CAR hal ini dikarenakan aktiva produktif yang bermasalah dalam jumlah besar sehingga penambahan modal mengakibatkan penurunan ROE dan ROA tidak berpengaruh terhadap CAR karena penggunaan manajemen liabilitas dengan menerbitkan sukuk akan menyebabkan bank mengorbankan profitabilitasnya.
Kata Kunci: Sukuk, CAR dan ROE
iv
ABSTRACT HAYATIN NUPUS, Studend ld 1111046100003, The Influence of Bond Publication on Bank Muamalat Indonesian Performance on the periode of 2010-2014, Bachelor’s Degree (BA), Department of Sharia Banking, Study Program of Muamalat, Faculty of Sharia and Law, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. The purpose of this research is to know whether bond variable influenced on sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’a fund and to know the influence of Bank performance which is meashured Return on Equity (ROE) and Return on Asset (ROA) on the sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’s fund. The data is used in this research obtained from Bank Muamalat Indonesia quarter financial report in the year of 2010-2014. The technique that the reaseacher used to ananlyze is double linier regression. Independent variable that used is dummy variable, that is, bond publication is 0 before the periode of publication and 1 after the peride bond publication, ROE and ROA. Meanwhile, dependent variable which is used is CAR to measure the sufficiency of Banks Fund. The result of this research showed that bond by using variable simultaneously, ROE and ROA, significantly influenced on the sufficiency of Bank Muamalat Indonesia’s fund. Meanwhile, by using variable partially the bond positively influenced on CAR, otherwise, ROE negatively influenced on CAR. This occurred because productive assets having problem in big amount, thus, it cause the degradation of ROE and ROA did not influence on CAR because the use of liability management with bond publication would cause the bank bargaining its ability to get profit. Keyword: Bond, CAR and ROE
v
KATA PENGANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Segala puji bagi Allah SWT atas izin dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang dibuat untuk memenuhi syarat memperoleh gelar S.E.Sy di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya yang sangan luar biasa, maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum. 2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak H. Abdurrauf, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum. 3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini. 5. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si yang telah membantu memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini. Serta Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
6. Ibunda Hj. Robiatul Adawiyah, S.Pd.I yang telah memberikan cinta, semangan serta do’a yang luar biasa selama penyusunan skripsi ini. 7. Kakak tersayang M. Fajar Sodiq, S.T yang telah memberikan dukungan, semangan serta do’a yang luar biasa selama penyusunan skripsi. 8. Muhammad Fahri calon S.Sy yang selalu memberikan dukungan, semangat serta do’a kepada penulis. Terima kasih selalu ada untuk mendengarkan keluh kesah penulis. 9. Teman-teman seperjuangan Fitriyani Lathifah, Suci Hanifa, Elis Sri Ramdhani, Mutia Sarayati, Muhammad Firdaus dan seluruh anggota PS A 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas canda tawa dan support selama masa perkuliahan. 10. Inayah Handy, S.E., Aulia Khairunnisa, S.S., Muhammad Furqon, Ahmad Farhan, Syarofi Azami, Zahrian Hakim dan Nasor Kahfi yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis. 11. Sepupu-sepupu yang tiada henti memberikan semangat dan setia mendengan keluh-kesah penulis Sakinah Mawaddah, Miftahul Jannah dan the best roommate ever Nurus Shobah. 12. Keluarga baru KKN MIK yang sudah menjadi keluarga dan warna tersendiri di akhir masa perkuliah penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
vii
kritik dari berbagai pihak untuk penyempurnaannya.Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Ciputat, 11 September 2015
Hayatin Nupus
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………. LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………………… ABSTRAK ……………………………………………………………………………... KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………... BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. A. LATAR BELAKANG ……………………………………………..... B. IDENTIFIKASI MASALAH ………………………………………... C. BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ……………………….. D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ………………………... E. KAJIAN PUSTAKA ………………………………………………… F. KERANGKA TEORI ……………………………………………….. G. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………… H. SISTEMATIKA PENULISAN ………………………………………
ii iii iv vi ix xi xii 1 1 8 8 9 10 12 19 20
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………… A. PENGERTIAN MODAL ……………………………………………. B. FUNGSI MODAL BANK …………………………………………... C. KECUKUPAN MODAL BANK ……………………………………. D. MANAJEMEN DANA BANK ……………………………………… E. MANAJEMEN LIABILITAS ………………………………………. F. THE SHIFTABILITY THEORY …………………………………… G. SUKUK ……………………………………………………………… H. MACAM-MACAM SUKUK ……………………………………….. I. SUKUK SUBORDINASI …………………………………………… J. ANALISIS KINERJA PERBANKAN ……………………………… K. RETURN ON ASSET (ROA) ………………………………………. L. RETURN ON EQUITY (ROE) ……………………………………... M. CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) …………………………… N. PENGARUH RASIO-RASIO KEUANGAN BANK TERHADAP CAR …………………………………………………………………. 1. PENGARUH SUKUK TERHADAP CAR ……………………... 2. PENGARUH ROE TERHADAP CAR …………………………. 3. PENGARUH ROA TERHADAP CAR ………………………… O. HIPOTESIS …………………………………………………………..
22 22 26 28 30 33 35 36 38 40 42 46 47 48 49
METODOLOGI PENELITIAN …………………………………………… A. RUANG LINGKUP PENELITIAN …………………………………
52 52
BAB II
BAB III
ix
50 50 50 51
METODE PENENTUAN SAMPEL ………………………………... JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ………………….. DEFINISI VARIABEL OPERASIONAL …………………………... TEKNIS ANALISIS DATA ………………………………………… 1. METODE ANALISIS DATA …………………………………... 2. UJI ASUMSI KLASIK …………………………………………. a. UJI NORMALITAS ………………………………………... b. UJI MULTIKOLINEARITAS ……………………………… c. UJI AUTOKORELASI ……………………………………... d. UJI HETEROSKEDASTISITAS …………………………... 3. PENGUJIAN HIPOTESIS ……………………………………… a. UJI SIMULTAN (UJI STATISTIK F) ……………………... b. UJI PARSIAL (UJI STATISTIK t) ………………………… c. KOEFISIEN DETERMINASI ………………………………
52 53 53 55 55 56 56 58 58 59 60 60 62 63
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………. A. ANANLISIS STATISTIK DESKRIPSTIF …………………………. B. UJI ASUMSI KLASIK ……………………………………………… 1. UJI NORMALITAS …………………………………………….. 2. UJI MULTIKOLINEARITAS ………………………………….. 3. UJI AUTOKORELASI …………………………………………. 4. UJI HETEROSKEDASTISITAS ……………………………….. C. PENGUJIAN HIPOTESIS ………………………………………….. 1. UJI SIMULTAN (UJI STATISTIK F) ………………………….. 2. UJI PARSIAL (UJI STATISTIK t) ……………………………... 3. KOEFISIEN DETERMINASI ………………………………….. D. INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN ………………………….. 1. PENGARUH SUKUK TERHADAP CAR ……………………... 2. PENGARUH ROE TERHADAP CAR …………………………. 3. PENGARUH ROA TERHADAP CAR …………………………
64 64 66 68 69 70 71 72 72 73 76 77 77 77 78
PENUTUP …………………………………………………………………. A. KESIMPULAN ……………………………………………………… B. SARAN ……………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. LAMPIRAN ……………………………………………………………………………
80 80 81 83 85
B. C. D. E.
BAB IV
BAB V
x
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Tabel 4.2
Uji Normalitas Statistik
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Uji Statistik F
Tabel 4.6
Uji Statistik t
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Diagram Pembiayaan
Gambar 1.2
Diagram NPF
Gambar 1.3
Diagram Rasio Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia
Gambar 1.4
Kerangka Pemikiran
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Dunia perbankan saat ini dihadapkan dengan masalah perekonomian Indonesia yang semakin memburuk, nilai rupiah yang terus menurun terhadap kurs dollar mengakibatkan penurunan permintaan pembiayaan karna tingginya bunga kredit sehingga aktiva produktif bermasalah semakin tinggi. Kondisi keuangan seperti ini menyebabkan bank harus menyediakan modal yang cukup sehingga dapat mengatasi kerugian akibat aktiva produktif bermasalah maupun kelancaran bank dalam setiap kegiatan operasionalnya. Kecukupan modal bank sering kali dipenuhi dengan menerbitkan surat berharga karena sifatnya yang mudah dicairkan. Saat ini sukuk sebagai salah satu instrumen surat berharga menjadi pilihan yang kuat karena tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan surat berharga lainnya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sukuk adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban
1
2
yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiataan tertentu menurut syarat dan ketentuan serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad.1 Obligasi syariah (sukuk) pada prinsipnya adalah pendanaan jangka pendek yang berarti modal atau prinsipal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Praktek sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan kinerja semua pihak yang terlibat. Mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan dan sukuk merupakan instrumen yang masih dapat memberikan return yanag besar dibandingkan instrumen lain seperti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diketahui market share sukuk korporasi per 19 November 2014 mencapai 3,32.2 Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2002, sampai saat ini secara kumulatif terdapat 64 penerbitan sukuk korporasi oleh emiten dengan total emisi Rp 11,9 triliun dan pada periode November 2014 masih terdapat 36 sukuk yang diterbitkan. Pada periode Mei 2015 tercatat 4 bank yang menerbitkan sukuk yang masih beredar yaitu, PT Bank Internasional 1
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syari’ah ( Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010, Cetakan Pertama), h. 107 2 http://www.ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk diakses pada 27 Mei 2015
3
Indonesia, PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Nagari Sumatera Barat dan PT. Bank BNI Syariah.3 Sebagai bank syariah pertama Bank Muamalat Indonesia pun merupakan pionir penerbit sukuk dari kalangan perbankan syariah, dimana Bank Muamalat Indonesia menerbitkan Obligasi Syariah 1 Subordinasi pada tahun 2003 sebesar 200 miliyar. Selanjutnya pada Juni 2012 Bank Muamalat kembali menjadi bagian dari 36 perusahaan yang menerbitkan Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan sebesar 1,5 Triliun secara bertahap. Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan I tahap I sebesar 800 miliyar pada tahun 2012 dan Sukuk Subordinasi Mudharabah berkelanjutan I tahap II sebesar 700 miliyar pada tahun 2013.4 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan, maka penerbitan sukuk ini pun ditujukan untuk kelancaran kegiatan operasional bank karena bertambahnya modal bank akan dialokasikan pada kegiatan usaha bank diantaranya pembiayaan.
3
http://www.ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk diakses pada 27 Mei 2015 http://www.bankmuamalat.co.id/berita/detail/bank-muamalat-issues-subordinated-sukukworth-idr-15-trillion#.VZO3o_BRvIV diakses pada 27 Mei 2015 4
4
Diagram 1.1 Diagram Pembiayaan
30000000 25000000 Maret
20000000
Juni
15000000
Setember
10000000
Desember
5000000 0 2002 2003 2004 2012 2013 2014
Sumber: Bank Muamalat Indonesia Dari data diatas dapat dilihat data pembiayaan baik pada periode pertama penerbitan sukuk maupun periode kedua penerbitan sukuk. Perkembangan pembiayaan terlihat stabil pada periode pertama penerbitan sukuk. Namun terjadi penurunan pembiayaan pada bulan Desember 2013 dan Desember 2014. Keadaan ini berbanding terbalik dengan keadaan seharusnya dimana penerbitan sukuk meningkatkan pembiayaan Bank Muamalat Indonesia. Seiring dengan terjadinya peningkatan pembiayaan Bank Muamalat Indoneia, maka akan meningkatkan pula kemungkinan resiko gagal bayar yang akan terjadi.
5
Diagram 1.2 Diagram NPF
NPF 25 20 15 10
NPF
5 0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: Bank Muamalat Indonesia Dari data diatas terlihat fluktuasi NPF dari tahun ke tahun, baik pada periode sebelum penerbitan maupun sesudah penerbitan obligasi. Namun NPF yang terlalu tinggi pula menunjukkan keadaan bank yang tidak stabil, artinya adanya penambahan modal dari penerbitan sukuk tidak dapat mengimbangi antara pembiayan yang diberikan dengan resiko gagal bayar yang terjadi. Dalam kondisi lain, penerbitan dan pengalokasian dana sukuk terhadap pembiayaan tentu akan berpengaruh pada pengembalian asset dan pengembalian modal yang dimiliki.
6
Diagram 1.3 Diagram Rasio Kinerja Bank Muamalat Indonesia
Grafik Kinerja Bank Muamalat 45
ROE
40 35 30 25
CAR
20
ROA
CAR
15
ROE
10 5
ROA
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Sumber: Bank Muamalat Indonesia Berdasarkan data diatas dapat dilihat fluktuasi kinerja Bank Muamalat baik pada periode pertama maupun periode kedua penerbitan sukuk. Grafik CAR menunjukkan adanya peningkatan dalam kecukupan modal bank walaupun dengan nilai yang tidak terlalu tinggi. Walaupun terdapat penurunan namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh penerbitan sukuk terhadap kecukupan modal bank. Sedangkan disisi lain kinerja Bank Muamalat dapat diukur dengan melihat nilai ROA da ROE karena pengembalian asset dan pengembalian
7
modal menunjukkan efektifitas bank dalam mengasilkan keuntungan. Melihat data ROA diatas perkembangan ROA baik pada periode pertama maupun periode kedua penerbitan sukuk terlihat cukup stabil. Hal ini menunjukkan bahwa bank dapat memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional. Karena semakin tinggi nilai ROA maka akan menunjukkan efektifitas manajemen aktiva. Namun dalam data ROE terlihat fluktuasi yang cukup tinggi, bahkan terlihat penurunan yang cukup tajam pada penerbitan sukuk periode pertama yaitu pada tahun 2004 dan terlihat penurunan kembali pada sebelum penerbitan sukuk periode kedua. Hal ini bertentangan dengan keadaan seharusnya dimana bertambahnya modal dari sukuk maka semakin tinggi pula nilai ROE, karena rasio ini akan menunjukkan kemampuan bank dalam manajemen pengembalian kepada pemegang saham. Melihat fluktuasi pembiayaan dan kinerja bank pasca penerbitan sukuk, penulis ingin mengetahui lebih lanjut seberapa besar pengaruh penerbitan sukuk hingga bank menerbitkan sukuk untuk yang kedua kalinya secara bertahap. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengangkat judul: “Pengaruh Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja PT. Bank Muamalat Indonesia periode 2010-2014.
8
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bank Muamalat Indonesia mengatasi kecukupan modalnya dengan menerbitkan surat berharga yaitu sukuk dimana dapat menghasilkan keuntungan lebih dibandingkan surat berharga lainnya. 2. Kecukupan modal yang baik akan meningkatkan profitabilitas bank. 3. Masalah kecukupan modal akan berakibat pada manajemen liabilitas dimana bank akan mengurangi profitabilitasnya untuk mengimbangi kerugian yang ada. 4. Pemenuhan kecukupan modal bank akan mempertimbangankan profil resiko yang ada, diantaranya resiko pasar dan resiko kredit. 5. Baik buruknya kecukupan modal bank dapat menjelaskan kebijakan dalam Good Corporate Governance.
C.
Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi permasalahan pada Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama yang ikut bergabung dalam penerbitan sukuk. Selanjutnya periode pengambilan data dibatasi pada periode 2010-2014 yaitu 2 tahun sebelum penerbitan sukuk dan 2 tahun sesudah penerbitan sukuk. Untuk mengukur kinerja Bank Muamalat Indonesia, penulis membatasi pada rasio permodalan bank yang diukur
9
dengan CAR baik sebelum maupun sesudah penerbitan sukuk. Selanjutnya kecukupan modal yang baik akan mempengaruhi profitabilitas bank yang diukur dengan ROE dan ROA. 2. Perumusahan Masalah Dengan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh penerbitan sukuk terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia? b. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) secara parsial terhadap kecukupan modal bank? c. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) secara simultan terhadap kecukupan modal bank? D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh penerbitan sukuk terhadap kinerja Bank Muamalat Indonesia 2. Menganalisis pengaruh ROE dan ROA terhadap kecukupan modal bank secara parsial dan simultan. 2. Manfaat Penelitian
10
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada : 1. Akademisi, dapat memotivasi akademisi untuk menjadi ekonom kreatif dalam mengembangkan investasi sukuk di dunia pasar modal. 2. Praktisi Perbankan Syariah, dapat mengetahui pengaruh penerbitan sukuk dalam memaksimalkan kinerja perbankan dan menjadi alternatif pendanaan dalam manajemen liabilitas. 3. Penulis, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh penerbitan sukuk terhadap kinerja perbankan khususnya Bank Muamalat Indonesia. E.
Kajian Pustaka 1. Pengaruh Penerbitan Obligasi Syariah (sukuk) terhadap Reaksi Pasar Modal Indonesia oleh Mochamad Rizki Pratama, Universitas Widyatama, Skripsi, 2013. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti secara empiris mengenai penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar modal yang dilakukan terhadap perusahan yang menerbitkan sukuk serta terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable dependen. Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh penerbitan obligasi syariah terhadap reaksi pasar modal yaitu sebesar 11,8% sedangkan 88,2 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian.
11
2. Dampak penerbitan sukuk terhadap kinerja bank syariah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri), oleh Muhammad Handriyo Akbarullah, Universitas Indonesia, Thesis, 2011. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak dari penerbitan sukuk terhadap pembiayaan, pendapatan margin dan bagi hasil serta kinerja Bank Syariah Mandiri setelah penerbitan sukuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembiayaan serta pendapatan margin dan bagi hasil, rasio likuiditas juga menunjukkan peningkatan akan tetapi untuk rasio profitabilitas hanya ROE yang menunjukkan peningkatan, untuk ROA memiliki kecenderungan sama sebelum dan sesudah penerbitan obligasi, sedangkan untuk rasio kecukupan modal mengalami penurunan setelah penerbitan obligasi akan tetapi penurunan dalam taraf yang aman. 3. Pengaruh penerbitan obligasi subordinasi terhadap pembiayaan dan kinerja bank syariah (studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia), oleh Novietha Indra Sallama, Universitas Indonesia, Thesis, 2005. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui kinerja Bank Muamalat Indonesia setelah penerbitan sukuk subordinasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembiayaan dan tingkat kecukupan modal setelah emisi obligasi, tetapi tidak pada kinerja rentabilitas dan likuiditas akibat tingginya tingkat bagi hasil yang ditetapkan bank.
12
F.
Kerangka Teori a. Sukuk Obligasi secara syar’i sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002,5 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obigasi syariah berupa hasil/ margin/ fee, serta membayar kembali dana obigasi pada saat jatuh tempo. Obligasi syariah (sukuk) pada prinsipnya adalah pendanaan jangka panjang yang berarti modal atau principal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor, disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Praktik sukuk harus dilaksanakan secara hati-hati karena berkaitan dengan kinerja unsur-unsur dari semua pihak yang terlibat. Mayoritas investor pada sukuk ini adalah dari sektor perbankan islam, dikarenakan perbankan masih mempunyai banyak masalah dalam pemenuhan aspek likuiditas untuk memenuhi portofolio pembiayaan perbankan, dan sukuk merupakan instrumen yang masih dapat memberikan return yang besar dibandingkan instrumen lain seperti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
5
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010, Cetakan Pertama), h. 107.
13
Keputusan bank dalam penerbitan sukuk ini merupakan alternatif pendanaan bank dalam manajemen liabilitas, dimana bank membutuhkan dana likuid dan proses untuk menjamin likuiditas melalui penerbitan sukuk ini bukan tanpa biaya. Pada umumnya pinjaman mempunyai yield yang tinggi tetapi merupakan asset berbunga yang paling tidak likuid. Makin tinggi derajat likuiditas suatu portofolio asset yang tersedia, maka makin rendah yield yang dihasilkan. Untuk memastikan likuiditas, bank terpaksa mengorbankan profitabilitas dalam hal ini nilai ROA.6 b. Sukuk Subordinasi Sukuk subordinasi adalah sekuritas dengan peringkat di bawah hutang dengan jaminan, setelah obligasi debenture (tidak dijamin oleh aktiva tertentu), dan dalam hal tuntutan terhadap aktiva dan pendapatan atas penerbit seringkali setelah kreditur umum lainnya. Pinjaman subordinasi dapat dimasukkan sebagai komponen modal bank, karena memiliki waktu jatuh tempo yang relatif panjang dan permanen. Meskipun demikian instrumen hutang ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai tier 1, karena pada akhirnya akan jatuh tempo. Pengakuan sukuk subordinasi sebagai bagian dari modal memberikan insentif bagi bank untuk mengeluarkan instrumen ini. Meskipun demikian
6
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Ciputat: Pustaka Alvabet, 2006 Cetakan ke-4), h. 124
14
dalam Basel Accord juga disebutkan sejumlah batasan bagi sukuk subordinasi. Pertama, subdebt diakui hanya 50% dari modal inti. Kedua, modal tier 2 dibatasi maksimal 100% dari modal di tier 1. Meskipun peraturan ini tidak berdampak langsung pada subdebt, bank jumlah elemen modal tier 2 yang cukup besar selain jumlah subdebtnya, akan berkurang keinginannya untuk mengeluarkan subdebt. Sukuk subordinasi dapat dikategorikan sebagai modal pada bank syariah,
dengan
menggunakan
prinsip
mudharabah,
sehingga
bisa
digolongkan dalam sumber dana yang berasal dari kuasi ekuitas (mudharabah Account). Jadi, dana yang berasal dari penerbitan obligasi subordinasi syariah mudharabah itu dapat dikategorikan sebagai modal karena bersumber dari dana mudharabah. c. Analisis Kinerja Perbankan Sesuai
dengan
Peraturan
Ototritas
Jasa
Keuangan
No.
8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dan unit usaha syariah, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-based Bank Rating). Peraturan ini menggantikan metode penilaian sebelumnya yaitu berdasarkan Capital, Asset, Management, Equity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS).
15
Berdasarkan surat edaran No.10/SEOJK.03/2014 penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari faktor-faktor berikut :7 1. Penilaian Profil Resiko Penilaian profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam aktivitas operasional bank. Resiko yang dinilai terdiri dari 8 (delapan) jenis resiko yaitu, resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional, resiko likuiditas, resiko hukum, resiko strategik, resiko kepatuhan dan resiko reputasi. Berdasarkan delapan resiko yang telah disebutkan diatas, profil resiko menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya resiko. Rasio utang sering kali dijadikan dasar dalam mengevaluasi resiko, sehingga dapat ditentukan seberapa beresiko suatu bank. Ukuran resiko yang sering digunakan adalah resiko gagal bayar. Bank dalam kegiatan operasionalnya pun banyak mengalokasikan pada pembiayaan sehingga semakin banyak pembiayaan yang diberikan maka semakin tinggi pula resiko gagal bayar yang akan terjadi. Jika rasio utang bank tinggi, maka beban utang perusahaan pun akan tinggi sehingga modal
7
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
16
yang dimiliki bank harus mampu mem-back up beban utang yang tinggi. Dalam perbankan, resiko gagal bayar diukur dengan Net Performing Financing, sehingga semakin tinggi resiko yang dimiliki maka semakin tinggi kcukukupan modal yang harus dimiliki bank. 2. Penilaian Good Corporate Governance Penilaian terhadap faktor GCG dalam metode RBBR didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance
structure
mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksaan tugas komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan
manajemen
resiko
termasuk
sistem
pengendalian
intern,
penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar serta rencana strategis bank. Aspek terakhir governance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip
Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency dan
Fairness (TARIF)”.
17
3. Penilaian Rentabilitas Analisis keuntungan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi, walaupun demikian, ada beberapa rasio keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada prinsipnya, rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering kita jumpai adalah tingkat pengembalian atas asset total (return on asset assets), tingkat pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity). Tingkat pengembalian atas asset (retun on total asset) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan asset yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini merupakan kombinasi dari profit margin dengan perputaran asset total. Tingkat pengembalian asset diukur sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan total asset. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki tingkat pengembalian atas asset yang baik jika nilai yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripada biaya modalnya. Dengan kata lain, tingkat pengembalian atas sebesar 20%, maka perusahaan dapat mampu menghasilkan laba bersi dari asset 20% dari total asset yang dikelolanya. Secara ekonomis, semakin tingi pengembalian yang diperoleh, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asset-aset yang dimiliki guna memperoleh laba.
18
Tingkat pengembalian atas modal (return on equity) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan mengunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan total equitas. Suatu perusahaan dikatakan memiliki tingkat pengembalian atas modal yang baik jika rasio yang diperoleh lebih besar daripada biaya modalnya. Atau rasio yang diperoleh harus lebih tinggi daripada modal yang dimiliki. 4. Penilaian Permodalan Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi teradap kecukupan modal
dan
kecukupan
permodalan.
Dalam
melakukan
perhitungan
permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM. Selain itu dalam penilaian kecukupan modal, bank harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil resiko bank. Semakin tinggi resiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi resiko. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang sering kali digunakan untuk mengukur rasio kecukupan modal. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah dengan menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio). dimana rasio ini menunjukkan permodalan dalam megukur resiko dan
19
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena gagal bayar. G.
Kerangka Pemikiran
Penguatan struktur permodalan bank
Penerbitan Sukuk Subordinasi Mudharabah Berkelanjutan yang dialokasikan pada kegiatan operasional
Tambahan modal akan mempengaruhi kinerja bank diukur dari segi profitabilitas
Analisis Regresi Linear Berganda - Analisis Statistik Deskriptif - Uji Asumsi Klasik - Uji Hipotesis
Interpretasi dan Pembahasan
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran
20
H.
Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang pemilihan judul penelitian. selanjutnya bab ini menguraikan batasan dan rumusan masalah yang dihadapi dari penerbitan sukuk terutama mengenai modal dan kinerja bank
BAB II
KAJIAN TEORITIS Bab ini akan membahas teori terkit tinjauan literatur dan teoriteori yang berkaitan dan menjadi acuan dalam pembahasan materi penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas tentang metode yang digunakan serta menjelaskan alat analisis yang digunakan penulis dalam menjelaskan penelitian yang dilakukan.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan analisis terhadap data penelitian yang dilakukan guna menjawab masalah penelitian.
BAB V
PENUTUP
21
Pada bab ini akan diambil kesimpulan mengenai kecukupan modal bank dan kinerja bank dengan adanya tambahan modal dari penerbitan sukuk serta saran-saran kepada bank.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Modal Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia sesuai dengan pasal 3 ayat (1) sesuai keputusan tersebut modal terdiri atas modal inti dan modal pelengkap1. 1. Modal inti Modal inti terdiri dari modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa: a) Modal disetor, yaitu bagi modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi bank yang berbentuk hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya. b) Agio saham, yaitu selesih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar masing-masing bank.
1
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000) h. 164
22
23
d) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan setelah mendapat persetujuan RUPS atau RA e) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak oleh RUPS atau RA diputuskan untuk tidak dibagikan. f) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau RA. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. g) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. h) Bagian kekayaan bersih dari anak perusahaan yang laporan keuangannya di konsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank lain, lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.
24
Apabila dalam pembukuan bank terdapat goodwill, maka modal inti yang sudah dijelaskan diatas harus dikurangi dengan jumlah goodwill tersebut. 1. Modal pelengkap Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa: a) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak. b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan membebani laba rugi tahun berjalan, dengan mkasud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. Dalam kategori, cadangan ini termasuk cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan penurunan nilai surat-surat berharga. Jumlah cadangan pengahapusan aktiva yang
diklasifikasikan
yang
dapat
diperhitungkan
adalah
maksimum sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang menurut resiko. c) Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri :
25
a. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh. b. Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI. c. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank. d. Pembayaran bunga dapat ditanguhkan bila bank dalam keadaan rugi. d) Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank b. Mendapat persetujuan BI. c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan. d. Minimal berjangka waktu 5 tahun. e. Pelunasan pinjaman harus dengan persetujun BI. f. Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir (keduduknnya sama dengan modal). e) Investasi Subordinasi setinggi-tingginya sebesar 50% dari modal inti yang memenuhi kriteria sebgai berikut: a. Berdasarkan prinsip mudharabah atau musyarakah b. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan investor c. Mendapat persetujuan lebih dahulu dari Bank Indonesia, dalam hubungan ini pada saat bank mengajukan permohonan
26
persetujuan, bank harus menyampaikan program pembayaran kembali investasi subordinasi d. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh e. Minimal jangka waktu 5 tahun f. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari
Bank
Indonesia
dan
dengan
pelunasan
tersebut
permodalan bank tetap sehat g. Dalam hal terjadi likuidasi hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada. h. Peningkatan nilai penyertaan pada portofolio yang tersedia untuk dijual setinggi-tingginya sebesar 45%. B.
Fungsi Modal Bank Bank sebagai unit bisnis membutuhkan darah bisnis, yaitu berbentuk modal. Dengan kata lain, modal bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Sebab beroperasi tidaknya atau dipercaya tidaknya suatu bank, salah satunya sebagai dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. Menurut Johnson, modal bank mempunyai tiga fungsi2 sebagai berikut :
2
Frank P Johnson dan Richard D. Johnson. Commercial Bank Management, (New York: The Druden Press, 1985), h. 331-332
27
1. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan teradap kepentingan para deposan. 2. Sebagai dasar bagi menetapkan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan diversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur. 3. Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan return on investment diantara bank-bank yang ada. Sementra itu, Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika, dalam kaitannya dengan fungsi dari modal bank menekankan ada empat hal, yaitu :3 a. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan insolvable dan dilikuidasi 3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Depok: PT. Raja Grapindo Persada, 2014), h. 136-137
28
b. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi. c. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk menawarkan pelayanan bank. d. Sebagai alat pelaksanaan peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat. C.
Kecukupan Modal Bank Kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan, karena bank yang memiliki tingkat kecukupan modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab kecukupan modal baik menunjukkan keadaaan yang dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Equity Ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal ini dapat diukur dengan cara :4 1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga Dilihat
dari
suduut
perlindungan
kepentingan
para
deposan,
perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang keamanan simpanan masyarakat pada bank. Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu, modal harus dilengkapi oleh berbagai
4
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, Cetakan ke-4), h.139-140
29
cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara umum modal bank sendiri dari modal inti dan modal pelengkap. 2. Membandingkan modal dengan aktiva berisiko. Ukuran kedua ini menjadi kesepakan BIS (Bank for International Settelments) yaitu organisasi bank sentral dari negara-negara maju. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai pada tahun 1988, dengan menetapkan CAR, yaitu rasio minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan aktiva berisiko. Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh hasil pengamatan para ahli perbankan negara-negara maju, termasuk para pakar IMF dan Worl Bank, tentang adanya ketimpangan struktur dan sistem perbankan internasional. Hal ini didukung beberapa indikasi sebagai berikut : a. Krisis pinjaman negara-negara Amerika Latin telat mengganggu kelancaran arus peredaran uang internasional b. Persaingan yang dianggap unfair antara bank-bank Jepang dengan bankbank Amerika dan Eropa di Pasar Uang Internasional. Bank-Bank Jepang memberikan pinjaman amat lunak (sangat rendah) karena ketentuan CAR di negara tersebut hanya berkisar 2-3% c. Terganggunya situasi pinjaman internasional yang berakibat terganggunya perdagangan internasional.
30
Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut, lalu BIS menetapkan ketentuan perhitungan CAR yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di pasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko. D.
Manajemen Dana Bank Manajemen dana bank merupakan usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan
masyarakat atau dari lembaga lainnya. Kemudian
untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dari modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana tersebut, pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh karena itu, pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari:5 1. Dana yang diperoleh dari bank itu sendiri Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yng diperoleh dari dalam bank. perolehan ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuka memperoleh dana dari luar. Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank itu sendiri.
5
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 51
31
Salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah modal setor dari pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portopel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi, jika tujuan perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru di pasar modal. Di samping itu, dana yang bersumber dari bank itu sendiri dapat pula berupa cadangan laba, atau laba yang belum dibagi. Keuntungan dari sumber dana itu sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. Keuntungan lainnya adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan. Sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif lama. Kemudian perlu diingat bahwa penggunaan dana sendiri harus diseimbangkan dengan dana pinjaman sehingga rasio penggunaan dana pinjaman dan dana sendiri dapat dioptimalkan sedemikian rupa. 2. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya.
32
Mudah dikarenakan jika dapat memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan dapat memberikan fasilitas menarik. Untuk memeperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan rekening, yaitu simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri sehingga bank harus pandai dalam mensiasati pemilihan sumber dana. Kemudian keuntungan dari sumber ini dana yang tersedia di masyarakat tidak terbatas. Sedangkan kerugiannya adalah sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri untuk biaya bunga maupun biaya promosi. 3. Dana yang bersumber dari lembaga lain Dalam praktiknya, sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain: a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu.
33
b. Pinjaman antarbank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingan dengan pinjaman lainnya. c. Pinjaman dari bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri. d. Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat sukuk bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya. E.
Manajemen Liabilitas Secara sederhana arti likuiditas adalah tersedianya uang kas yang cukup apabila sewaktu-waktu diperlukan. Secara garis besar manajemen likuiditas terdiri dari dua bagian, yaitu:6 1. Memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari pengimpunan dana dan untuk penyaluran dana dan berbagai komitmen pembiayaan.
6
Dwi Nuraini ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 269-270
34
2. Bagaimana bank bisa memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu, bank harus mampu mengidentifikasi karakteristik setiap produk bank baik disisi aktiva maupun pasiva serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemampuan likuiditas asset tergantung pada dua faktor utama, yaitu kandungan daya cair asset itu sendiri dan daya jual asset tersebut. Daya cair asset ditentukan oleh pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat penjualan asset tersebut, baik jangka waktu maupun waktu pembayarannya. Sedangkan daya jual aset ditentukan oleh kemampuan pengalihan asset tersebut kepada pihak lain secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi mendanai dana tersebut. Berikut jenis dana bank dalam manajemen liabilitas:7 1. Primary Reserve Yaitu pengalokasian dana untuk memnuhi kebutuhan likuiditas bank. Di neraca tercermin dalam kas dan giro pada Bank Indonesia. Kegunaan primary reserve antara lain. a. Menyediakan saldo Giro BI sesuai ketentuan b. Menyediakan saldo kas secukupnya untuk operasional c. Menjaga penarikan dana penabung/deposan/giran d. Menjaga penarikan dana dari debitur/peminjam 2. Secondary reserve 7
Dwi Nuraini ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 273-274
35
Yaitu cadangan yang berfungsi sebagai penyangga dan menunjang kebutuhan primary reserve terhadap likuiditas dan dapat segera menjadi alat likuid. Biasanya berupa penempatan antar bank dan surat berharga jangka pendek yang mudah dicairkan dengan tidak mengalami kerugian terlalu banyak dan juga dapat memberikan pendapatan pada bank walaupun dalam jumlah yang kecil dari pendapatan bagi hasil dari margin pembiayaan. Keguanaan secondary reserve antara lain: a. Menjaga kebutuhan alat likuid jangka pendek dan kebutuhan musiman b. Menjaga kebutuhan alat likuid yang tidak terduga terhadap penarikan dana c. Meminimalkan jumlah dana yang idle 3. Maturity Gap Yaitu selisih antara asset dan liabilititas pada periode tertentu berdasarkan jatuh tempo masing-masing perkiraan di on balance sheet dan off balance sheet. F.
The Shiftability Theory Teori ini berpendapat bawa likuiditas bank dapat dipertahankan apabila bank mempunyai harta (assets) yang dapat dijual kepada investor lain. Dengan menjual asset tersebut bank segera dapat memperoleh uang tunai (likuiditas). Menurut teori ini likuiditas bank dapat dipertahankan bila dana-
36
dana yang dapat dihimpun diinvestasikan pada surat-surat berharga yang marketable, yang mudah dicairkan dalam bentuk uang tunai.8 Kelemahan teroi ini, dalam proses shifting (jual/beli) asset tersebut bisa saja mengalami kerugian karena penurunan harga atau nilai kurs. Kerugian bisa lebih besar lagi bila proses jual beli dilakukan secara terpaksa dan tergesa-gesa karena kebutuhan likuiditas. G.
Sukuk Istilah sukuk merupakan bentuk jama’ dari kata sakk yang berasal dari bahasa arab yang dapat diartikan sebgai sertifikat. Meskipun sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda, sukuk sebagai salah satu produk dasar modal syariah yang sering disejajarkan dengan obligasi. Sukuk juga sering diistilahkan sebagai obligasi syariah. Istilah sukuk mulai digunakan Pasar Modal Indonesia sejak tahun 2006 sejalan dengan terbitnya Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang penerbitan Efek Syariah.9 Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep181/BI/2009 tentang Penerbitan Efek Syariah dijelaskan pengertian sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas: 1. Asset berwujud tertentu 8
Dwi Nuraini Ihsan, Manajemen Treasury Bank Syariah, (Ciputat: UIN Press, 2015, Cetakan Pertama), h. 279 9 Ibid, h. 149
37
2. Nilai manfaat atas asset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang aka nada. Jasa yang sudah ada maupun yang aka nada 3. Asset proyek tertentu 4. Kegiatan investasi yang telah ditentukan. Sejauh ini, obligasi syariah diatur dalam fatwa DSN MUI antara lain Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah10, No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah dan No. 59/DSNMUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.11 Secara umum, sukuk adalah kekayaan pendukung pendapatan yang stabil, dapat diperdagangkan dan sertifikat yang sesuai dengan syariah. Kondisi utama mengapa sukuk ini dikeluarkan adalah sebagai penyeimbang dari kekayaan yang terdapat dalam neraca keuangan pemerintah, penguasa moneter, perusahaan, bank dan lembaga keuangan serta bentuk entitas lainnya yang memobilisasi dana masyarakat. Emiten atau pihak yang menerbitkan sukuk dapat berasal dari institusi pemerintahan, perusahaan swasta, lembaga keuangan, maupun otoritas moneter. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa obligasi syariah atau sukuk merupkan bukti kepemilikan atau bukti kerja sama yang memiliki pengertian lebih luas dan lebih beragam daripada sekedar surat pengakuan 10
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, (Ciputat: Erlangga, 2014), h. 579-583 11
Ibid., h. 606-629
38
utang (obligasi), tergantung dari perjanjian yang digunakan pada penerbitan sukuk tersebut. Selain itu, berbeda dengan obligasi, dalam setiap penerbitan sukuk wajib ada asset yang mendasari. Adanya obligasi syariah sebagai alternatif atas obligasi sebagai surat hutang tanpa underlying asset. Berdasarkan prinsip syariah dimana melarang adanya riba yang sering kali terdapat dalam surat hutang. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an AlKariem surat An-Nisa 29:
۟ َُٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِيهَ َءا َمى ٍۢ عه ت ََزا ۚ ض ِ ّمى ُك ْم َ ً ىا ََل ت َأ ْ ُكلُ َٰٓى ۟ا أ َ ْم َٰ َىلَ ُكم بَ ْي َى ُكم بِ ْٱل َٰبَ ِط ِل إِ ََّّل أَن ت َ ُكىنَ تِ َٰ َج َزة َّ س ُك ْم ۚ إِ َّن ٱَّللَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًًۭما َ َُو ََل ت َ ْقتُلُ َٰٓى ۟ا أَوف "Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian. Sungguh Allah Maha Penyayang kepada kalian." H.
Macam-macam Sukuk Terdapat berbagai macam sukuk yang diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya:12 1. Sukuk Mudharabah Sukuk atau sertifikat mudharabah dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan partisipasi publik pada kegiatan investasi dalam suatu 12
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cetakan 1), h. 116-119
39
perekonomian. Jenis ini merupakan sertifikasi yang mewakili proyek atau kegiatan yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah dengan menunjuk partner atau pihak lain sebagai mudarib untuk manajemen bisnis. Penjualan sukuk mudharabah harus mengikuti aturan berikut: a. Jika modal mudharabah, sebelum beroperasinya proyek tertentu, adalah masih berbentu utang, perdagangan SM akan seperti pertukaran uang dengan uang dan hal tersebut harus memenuhi aturan bay al sharf b. Jika modal muqaradah adalah bentuk utang, harus didasarkan pada prinsip-prinsip perdagangan utang dalam hukum islam. c. Jika modal adalah dalam bentuk kombinasi tunai, tagihan, barang, asset, dan manfaat riil. Perdagangan harus didasarkan pada pasar yang berkembang berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. 2. Sukuk Ijarah Sukuk ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan asset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada kontrak sewa beli. Sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk. Berkat fleksibillitas pada aturan ijarah, pelaksanaan sekuritisasi kontrak ijarah merupakan faktor kunci dalam mengatasi masalah manajemen likuiditas dan untuk pembiayaan kebutuhan-kebutuhan sektor public di negara-negara berkembang.
40
Sukuk ijarah dianggap instrumen investasi jangka panjang yang ideal karena lebih mudah dipasarkan pada pasar sekunder dan memberikan return yang diketahui oleh investor.terdapat dua macam bentuk sukuk ijarah, yaitu: a. Sukuk ijarah dengan pendapatan tetap dimana sewa yang didapatkan bersifat tetap selama masa kontrak b. Sukuk ijarah dengan pendapatan tidak tetap yaitu dimana tingkat sewa bersifat tidak tetap karena ia kembali diperbaharui secara periodic sesuai dengan gerakan tingkat sewa pasar yang dipatok berdasarkan kontrak persetujuan akad ijarah. 3. Sekuritas/ Sukuk Portofolio Gabungan Jenis sukuk ini bank dapat membuat sekuritas gabungan dari berbagai kontrak untuk melaksanakan tugas tertentu dengan menetapkan pembayaran pada periode tertentu. Return/ resiko pada sekuritas tersebut akan bergantung pada gabungan kontrak yang dipilih. Contoh yang terkenal dari sukuk portofolio gabungan adalah solidarity trust sukuk dari IDB untuk 400 juta dollar Amerika yang diterbtkan pada tahun 2003. I.
Sukuk Subordinasi Sukuk subordinasi adalah sekuritas dengan peringkat di bawah hutang dengan jaminan, setelah obligasi debenture (tidak dijamin oleh aktiva
41
tertentu), dan dalam hal tuntutan terhadap aktiva dan pendapatan atas penerbit seringkali setelah kreditur umum lainnya.13 Sukuk subordinasi dapat dimasukkan sebagai komponen modal bank, karena memiliki waktu jatoh tempo yang relatif panjang dan permanen. Meskipun demikian instrumen hutang ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai tier 1, karena pada akhirnya akan jatuh tempo. Pengakuan
obligasi
subordinasi
sebagai
bagian
dari
modal
memberikan insentif bagi bank untuk mengekuarkan instrumen ini. Meskipun demikian dalam Basel Accord juga disebutkan sejumlah batasan bagi obligasi subordinasi. Pertama, subdebt diakui hanya 50% dari modal inti. Kedua, modal tier 2 dibatasi maksimal 100% dari modal di tier 1. Meskipun peraturan ini tidak berdampak langsung pada subdebt, bank jumlah elemen modal tier 2 yang cukup besar selain jumlah subdebtnya, akan berkurang keinginannya untuk mengeluarkan subdebt. Obligasi subordinasi syariah dapat dikategorikan sebagai modal pada bank syariah, dengan menggunakan prinsip mudharabah, sehingga bisa digolongkan dalam sumber dana yang berasal dari kuasi ekuitas (mudharabah account). Jadi, dana yang berasal dari penerbitan obligasi subordinasi syariah mudharabah itu dapat dikategorikan sebagai modal karena bersumber dari dana mudharabah. 13
Novietha Indra Sallama, Pengaruh Penerbitan Obligasi Subordinasi terhadap Pembiayaan dan Kinerja Bank Syariah (studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia), (Thesis S2 Program Studi Timur Tenah dan Islam, Universitas Indonesia, 2005), h. 40-41
42
J.
Analisis Kinerja Perbankan Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakanpendekatan resiko. Peraturan ini menggantikan metode penilaian sebelumnya yaitu berdasarkan Capital, Asset, Management, Equity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS). Berdasarkan surat edaran 13/24/DPNP penilaian tingkat kesehatan bank terdiri dari faktor-faktor berikut :14 1. Penilaian Profil Resiko Penilaian profil resiko merupakan penilaian terhadap resiko inheren dan kualitas penerapan manajemen resiko dalam aktivitas operasional bank. Resiko yang dinilai terdiri dari 8 (delapan) jens resiko yaitu, resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional, reiko likuiditas, resiko hukum, resiko strstegik, resiko kepatuhan dan resiko reputasi. Berdasarkan delapan resiko yang telah disebutkan diatas, profil resiko menjadi dasar penilaian tingkat bank pada saat ini dikarenakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh bank sangat memungkinkan akan timbulnya resiko. Rasio utang sering kali dijadikan dasar dalam mengevaluasi resiko, sehingga
14
Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
43
dapat ditentukan seberapa beresiko suatu bank. Ukuran resiko yang sering digunakan adalah resiko gagal bayar. Bank dalam kegiatan operasionalnya pun banyak mengalokasikan pada pembiayaan sehingga semakin banyak pembiayaan yang diberikan maka semakin tinggi pula resiko gagal bayar yang akan terjadi. Jika rasio utang bank tinggi, maka beban utang perusahaan pun akan tinggi sehingga modal yang dimiliki bank arus mampu mem-back up beban utang yang tinggi. Dalam perbankan, resiko gagal bayar diukur dengan Net Performing Financing, seingga semakin tinggi resiko yang dimiliki maka semakin tinggi kcukukupan modal yang harus dimiliki bank. 2. Penilaian Good Corporate Governance Penilaian terhadap faktor GCG dala metode RBBR didasarkan ke dalam tiga aspek utama yaitu, governance structure, governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance
structure
mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kleengkapan dan pelaksaan tugas komite. Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan
manajemen
resiko
termasuk
sistem
pengendalian
intern,
penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar serta rencana strategis
44
bank. Aspek terakhir governance output mencakup transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip
Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency dan
Fairness (TARIF)”. 3. Penilaian Rentabilitas Anlisis keuntungan atau profitabilitas biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi, walaupun demikian, ada beberapa rasio keuntungan yang menggunakan data atau informasi dari neraca. Pada prinsipnya, rasio ini menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari asset total yang dimiliki. Rasio-rasio keuntungan yang sering kita jumpai adalah tingkat pengembalian atas asset total (return on asset assets), tingkat pengembalian terhadap modal atau ekuitas (return on equity). 4. Penilaian Permodalan Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi teradap kecukuan modal
dan
kecukupan
permodalan.
Dalam
melakukan
perhitungan
permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM. Selain itu dalam penilaian kecukupan modal, bank harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil resiko bank. Semakin
45
tinggi resiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi resiko. Parameter/indikator dalam menilai permodalan meliputi: a. Kecukupan modal Penilaian kecukupan modal Bank Umum Syariah perlu dilakukan secara komprehensif, minimal mencakup: 1. Tingkat, trend dan komposisi modal. 2. Rasio
Kewajiban
Penyertaan
Modal
Minimum
dengan
memperhitungkan Resiko Kredit, Resiko Pasar dan Resiko Operasional dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku mengenai kewajiban penyertaan modal minimum bagi Bank Umum Syariah 3. Kecukupan modal dikaitkan dengan Profil Resiko b. Pengelolaan permodalan Analisis terhadap pengelolaan permodalan Bank Umum Syariah meliputi manajemen permodalan dan kemampuan akses permodalan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah dengan menggunakan CAR (Capital Adequacy Ratio). dimana rasio ini menunjukkan permodalan dalam megukur resiko dan cadangan penghapusan
46
dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena gagal bayar. K.
Return on Asset (ROA) Tingkat pengembalian atas asset (return on assets) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunkan asset yang ada untuk menghasilkan (memperoleh) laba atau keuntungan. Rasio ini merupakan kombinasi dari profit margin dengan perputaran total asset (total assets turnover). Rumus yang dipakai untuk menghitung ROA di bank syariah yaitu sebagai berikut:15
ROA =
Rasio
ini
menggambarkan
x 100%
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan dalam kegiatan operasional perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki pengembalian atas asset yang baik jika nilai yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripada biaya modalnya. Atau lebih spesifik, tingkat pengembalian yang diperoleh harus lebih besar daripada asset-aset yang dimiliki. Secara ekonomis, semakin tinggi tingkat
15
Tatang Ary Gumanti, Manajemen Investasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 116
47
pengembalian yang diperoleh, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan yang memanfaatkan asset-aset yang dimiliki guna memperoleh laba. L.
Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan. Rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat
kembalian pada pemegang saham.
Sebagai
pembanding untuk rasio ini adalah tingkat sukuk bunga bebas resiko. Rumus yang dipakai bank syariah untuk menghitung ROE adalah:16
ROE =
x 100%
Suatu perusahaan dikatakn memiliki tingkat pengembalian atas modal yang baik jika rasio yang diperoleh lebih besar atau lebih tinggi daripada modalnya. Atau lebih spesifik, rasio yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya modal yang dimiliki. Jika suatu perusahaan nemiliki tingkat pengembalian atas modal 25%maka dikatakan bahwa selama satu periode akuntansi, perusahaan mampu menghasilkan laba bersih 25% dari modal total yang dikelolanya. Secara ekonomis, semakin tinggi tingkat pengembalian yang diperoleh, maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan
16
Tatang Ary Gumanti, Manajemen Investasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 116
48
dalam memnfaatkan modal yang dimliki guna memperoleh laba. Dengan kata lain, rasio ini mencerminkan tingkat efesiensi penggunaan modal dalam menghasilkan laba atau keuntungan bersih. M.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misal kredit yang diberikan. Untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu mengetahui estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit yang akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:17
CAR =
x 100%
CAR merupakan indicator kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
17
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), h. 233
49
disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, teradpat ketentuan modal bank terdiri dari modal inti dan modal penengkap sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Di samping itu, ketentuan BI juga mengatur cara perhitungan aktiva tertibang menurut resiko, yang terdiri atas jumlah antara ATMR yang dihitung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank dikalikan dengan bobot resikonya masing-masing ATMR yang dihintung berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada rekening administratif bank dikalikan dengan bobot resikonya masing-masing. N. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Bank terhadap Bank pencapaian dan kemajuan bank dalam ekspansi kegiatan operasional tentu didukung oleh kebijakan operasional terlebih lagi adanya hambatan dari kondisi pasar yang semakin memburuk dengana danya inflasi. Penerbitan sukuk merupakan solusi yang diambil pihak bank dalam mengatasi kecukupan modal bank agar tetap dapat menjalankan kegiatan operasional bank dan tetap dapat menunjukkan kinerja bank dalam menghasilkan profitabilitas. Perusahaan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis efektifitas kinerja perusahaan harus melihat rasio keuangan yang dimiliki dan dibandingkan dengan standard dan tolak ukur yang memadai. Adapun dalam
50
penelitian ini hanya mengulas mengenai faktor utama yang mempengaruhi CAR secara langsung. 1. Pengaruh Sukuk terhadap CAR Di tengah kondisi perekonomian yang semakin memburuk dengan kurs dollar yang semakin tinggi terhadpa nilai rupiah bank harus tetap menunjukan kinerja yang baik, baik dari permodalan bank dan kinerja bank itu sendiri. Dalam mendukung ekspansi pembiayaan sesuai target yang diinginkan, peningkatan modal dipenuhi melalui penerbitan sukuk oleh Bank Muamalat pada tahun 2012. Dengan begitu ketika adanya penerbitan sukuk tentu akan meningkatkan kecukupan modal yang dimiliki bank. 2. Pengaruh ROE terhadap CAR ROE menunjukkan kesuksesan bank dalam memaksimalkan tingkat pengembalian modal pada pemegang saham. Sehingga ketika terjadi peningkatan ROE tentu akan meningkatkan kecukupan modal yang dimiliki bank. Namun seiring memburuknya kondisi perekonomian global dapat menjadi hambatan juga dalam memaksimalkan profitabilitas bank. Sehingga kerap kali peningkatan ROE malah menurunkan nilai CAR. 3. Pengaruh ROA terhadap CAR ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan menfaatkan aktiva atau asset yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
51
penggunaan asset. Sehingga CAR yang merupakan salah satu indicator ukuran kinerja bank akan meningkat karena ketika terjadi kerugian, maka modal bank digunakan untuk menutupi segala kerugian agar tetap terjaga stabilitas keuangan bank. O.
Hipotesis Proposisi sebagai sebuah pernyataan mengenai konsep yang mungkin dipertimbangkan sebagai benar atau salah jika mengacu kepada fenomena yang dapat diamati. Ketika proposisi diformulasikan untuk pengujian empiris, hal ini disebut hipotesis.18 Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan diatas serta keterkaitan antara penerbitan sukuk dengan kinerja bank, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis sebagai jawaban sementara terhadap permasalaan yang akan diteliti adalah sebagai berikut. H1 = Perbitan sukuk berpengaruh signifikan terhadap CAR H2 = ROE berpengaruh signifikan terhadap CAR H3 = ROA berpengaruh signifikan terhadap CAR H4 = Perbitan sukuk, ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap CAR
18
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: PFE, 2002), h. 72
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat variabel penerbitan sukuk dan profitabilitas yang diukur melalui ROA dan ROE apakah mempengaruhi kinerja Bank Muamalat Indonesiadari sisi permodalan yang diukur dengan CAR pada tahun 2010-2014 dimana merupakan periode kedua penerbitan sukuk. Periode penerbitan sukuk pun dibagai menjadi dua, yaitu periode sebelum dan sesudah penerbitan sukuk, dengan data masing-masing periode sebanyak 2 tahun sebelum penerbitan sukuk dan 2 tahun setelah penerbitan sukuk. B. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Penarikan sampel dengan teknik purposive sampling pun dibagi dua cara yaitu, convience sampling dan judgment samping. Dalam penelitian ini menggunakan convience sampling dimana penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan karakteristik sampel. Adapun kriteria tersebut meliputi : 1. Perusahaan Perbankan Syariah yang sudah 2 kali menerbitkan sukuk dalam periode 2000-2015.
52
53
2. Sukuk yang masih beredar sampai periode Juni 2015 yang diterbitkan oleh perusahaan perbankan syariah. Dari kriteria yang sudah disebutkan diatas maka PT. Bank Muamalat Indonesia terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara dan diolah kembali oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan adalah data cross section triwulan tahun 2010-2014. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laporan neraca, laporan kualitas aktiva produktif dan laporan rasio keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, laporan keuangan Otoritas Jasa Keuangan, dokumendokumen perusahaan atau organisasi dan media online lainnya. D. Definisi Variabel Operasional Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR.
Capital
Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk melihat kinerja bank dari tingkat kecukupan modal bank. Untuk mencari rasio ini perlu terlebih dahulu mengetahui estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit yang
54
akan terjadi dalam perdagangan surat-surat berharga. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: CAR =
x 100%
Sedangkan variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, variabel penerbitan sukuk, Return On Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Sukuk merupakan salah satu cara bank dalam mengatasi liabilitas bank yang akan mempengaruhi kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Variabel penerbitan sukuk ini berbentuk variabel dummy, dengan 1 untuk periode setelah penerbitan sukuk dan 0 untuk periode setelah penerbitan sukuk. Return on Equity (ROE) diunakan untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat sukuk bunga bebas risiko misalkan sukuk bunga sertifikat Bank Indonesia. Variabel ROE ini didefinisikan sebagai berikut: ROE = Laba Bersih / Rata-rata Ekuitas
55
Return on Asset disebut juga Earning power menurut sistem Du Pont. Rasio ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yan digunakan. Dengan mengetahui rasio ini kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberi ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menujunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Variabel ROA didedinisikan sebagai berikut: ROA = Laba Bersih / Total Aktiva E. Teknik Analisis Data Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu CAR dengan prediksi bahwa variabel dependen tersebut dipengaruhi oleh variabel independen yaitu penerbitan sukuk, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap. Pertama analisis deskriptif yaitu dilakukan dengan mengetahui disperse dan distribusi data. Kemudian dilakukan analisis inferensial menggunakan model regresi linear berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Statistic. 20 1. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dengan variabel dummy. Regresi variabel dummy hampir sama dengan regresi linear berganda, dimana berguna untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
56
fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat hanya saja dalam menganalisis model terdapat variabel dammy digunakan untuk variabel bebas. Analisis regresi dengan variabel dummy ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penerbitan sukuk, ROE dan ROA terhadap CAR Bank Muamalat Indonesia periode tahun 2010-2014. Model persamaan regresi dengan variabel dummy sebagai berikut: Y = α + β 1D1 + β2 X2 + β3 X3 + εi Dimana: Y
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
α
= Bilangan Konstanta
β1 – β3 = Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen D1
= Penerbitan Sukuk
X2
= Return on Asset (ROE)
X3
= Return on Equity (ROA)
ε
= Variabel Residual
2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan refresentatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu: 1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki
57
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sum u diagonal dari grafik pada normal P- Plot of Regression Standardized atau dengan melihat histogram dari residualnya, dimana: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atu grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memnuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk melihat keakuratan normalitas data perlu dilengkapi dengan uji statistik. Dalam penelitian ini uji statistik untuk menguji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, kriteria pengujian normalitas data dengan melihat nilai signifikan data. Dengan tingkat signifikansi 5%, data dikatakan normal jika angka signifikansi > 0.05.
58
2. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tingga antar variabel bebas. Model regresi yang baik menunjukkan tidak adanya korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas pada model regresi tersebut. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antar variabel bebas apat dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakan yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam penelitian ini untuk menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan variance inflation faktor (VIF) di bawah 10. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t engan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Uji ini digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan asanya konstansta
59
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag
diantara variabel
independen. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dalam uji Durbin-Watson test adalah sebagai berikut: a. Bila nilai terletak antara batas atas atau (du) dan (4-du), maka koefisien korelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebi besar daripada nol, berrti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negative. d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ditjukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance
dan residual satu
pengamatan ke pengmatan lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterskodastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafit scatterplot
60
antara nilai prediksi variabel terikat (ZEPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisis dari uji heterkodastisitas melalui grafik plot adalah sebagai berikut: a. Jika membentuk pola tertentu seperti titik-titik membentu pola tertentu yan tertentu (gelombang, melebar kemudian menyempit), maka terindikasi telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak terjadi pola yang jelas, artinya titi-titik menyebar rata di bawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 3. Pengujian Hipotesis Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen terhadap variabel dependen baik secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji statistik t (t-test), dan untk melihat kelayakan model dilakukan dengan uji statistik F (F-test), pada level 5% (α = 0.05). 1. Uji Simultan (uji statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen. Uji ini digunakan untuk meguji kelayakan model (goodness of fit). Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat
61
kebebasan df = (n-k-1), dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel bebas. Adapun kriteria uji sebagai berikut: Jika f hitung > f tabel maka H0 ditolak Jika f hitng < f tabel maka Ha diterima. Sedangkan hipotesisnya adalah H0 = B1, B2, B3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen H1 = B1, B2, B3 ≠ 0, artinya terdapat pengaru secara bersamasama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji dominasi variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat pada koefisien beta. Pengambilan keputusan uji hipotesis secara simultan juga didasarkan pada nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS statistik parametric sebagai berikut: Jika signifikansi < 0,05 maka H0 diterima. Jika signifikansi > 0,05 maka H0 ditolak. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan H1 diterima dan H0 ditolak), artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
62
Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen. 2. Uji Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan yaitu df = (n-(k-1)), dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel. Adapu hipotesisnya yaitu: H0 = B1, B2, B3 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 = B1, B2, B3 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel dependen terhadap variabel independen. Untuk melihat apah Ho ditolak atau H1 diterima dengan melihat pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima, artinya secara parsial variabel independen berpanguh terhadap variabel depeden. Sedangkan jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis ditolak,
63
artinya secara parsial variabel dependen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti
kemampuan
varibel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Untuk melihat koefisien determinasi yaitu dengan melihat Adjusted R Square pada tabel Model Summary, artinya semakin tinggi nilainya
maka semakin tinggi pula variabel
independen menjelaskan variabel dependen.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Analisis Statistik Deskriptif Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
4 (empat) variabel, satu variabel dependen dan tiga variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah penerbitan sukuk, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE). Tabel berikut menunjukkan statistik deskriptif dari keempat variabel tersebut. Descriptive Statistics
Tabel 4.1
N
Minimum Maximum
SUKUK 20 .00 ROA 20 .10 ROE 20 1.56 CAR 20 10.03 Valid N 20 (listwise) Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
1.00 2.72 42.32 17.61
Sum
Mean
11.00 26.52 441.43 265.21
.5500 1.3260 22.0715 13.2605
Std. Deviation .51042 .59333 11.56916 2.06911
Dari data 4.1 di atas maka data-data tersebut dideskriptifkan sebagai berikut: 1. Jumlah seluruh observasi pengamatan penenlitian adalah 20 observasi pengamatan, dengan 4 (empat) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen.
64
65
2. Variabel independen pertama adalah data penerbitan sukuk, variabel ini juga merupakan variabel numerika yang menggunakan variabel dummy, dimana perioode setelah menerbitkan sukuk diberi nilai satu (1) sebagai nilai maksimum dan periode sebelum menerbitkan sukuk diberi nilai nol (0) sebagai nilai minimum. Sehingga dengan jelas dapat diketahui bahwa range antara data adalah sebesar satu (1), dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,55% dan standar deviasi sebesar 0,51%. Menunjukan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata dengan nilai
standar deviasi. 3. Variabel independen kedua adalah Return on Asset (ROA) , yaitu memiliki nilai minimum sebesar 0,10 % yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia dan nilai maksimum sebesar 2,72% yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 0,593%. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Return on Asset (ROA)
pada Bank Muamalat Indonesia adalah 1.32% dapat
disimpulkan bahwa Bank Muamalat
Indonesia memiliki tingkat
pengembalian asset yang baik. Dimana rata-rata CAR menunjukkan 1,32% artinya Bank Muamlaat Indonesia tidak termasuk dalam kategori sehat, dimana tidak memenuhi peraturan BI untuk nilai minimal ROA sebesar 1,5%. Sedangkan standar deviasi ROA sebesar 0,59 menunjukkan simpangan data yang nilainya lebih kecil daripada meannya sebesar 1.32% menunjukkan data variabel ROA yang baik.
66
4. Variabel independen ketiga adalah Return on Equity (ROE) , yaitu memiliki nilai minimum sebesar 1,56 % yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia dan nilai maksimum sebesar 42,32% yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 11,56%. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Return on Equity (ROE) pada Bank Muamalat Indonesia adalah 22,07% dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat
Indonesia memiliki tingkat
pengembalian atas modal yang baik. Dimana rata-rata ROE menunjukkan 22,07%
artinya selama satu periode akuntansi perusahaan mampu
menghasilkan laba bersih sebesar 22,07% dari total modal yang dimiliki. 5. Variabel dependen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) , yaitu memiliki nilai minimum sebesar 10,03% yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia dan nilai maksimum sebesar 17,61% yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 2,069%. Dilihat dari nilai rata-rata sebesar CAR pada Bank Muamalat Indonesia adalah 13,26% dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat Indonesia dapat memenuhi standar minimum CAR yang telah ditetapkan yaitu sebesar 8%. B.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regres, variabel terikat da variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
67
tidal. Model regresi yang baik adalah emiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji normalitas berdasarkan grafik probability Plot dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1
Uji Normalitas
Sumber : Output SPSS (data diolah) Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data dibandingkan dengan garis normal. Berdasarkan gambar diatas data membentuk satu garis lurus diagonal mengikuti plot, artinya distribusi data dikatakan normal karena data mengikuti dan mendekati garis diagonal. Selain menggunakan grafik, uji statistik juga dapat digunakan untuk menguji normalitas data. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
68
Tabel 4.2
Uji Normalitas Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviatio n Absolute Positive Negative
ROE
CAR
20 20 20 1.3260 22.0715 13.2605 .59333 11.56916 2.06911
.223 .193 -.223 .997 .274
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Output SPSS (data diolah)
.120 .120 -.105 .537 .935
.150 .150 -.107 .671 .758
SUKUK 20 .5500 .51042
.361 .309 -.361 1.614 .011
Data terdistribusi secara normal apabila nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diliat bahwa nilai signifiansi ROA 0,274, nilai signifikansi ROE sebesar 0,935, nilai signifikansi CAR sebesar 0,758 sedangkan nilai signifikansi sukuk 0,011. Artinya terdapat tiga variabel yang datanya terdistribusi normal yaitu ROA, ROE dan CAR. Sedangkan variabel sukuk tidak terdistribusi normal karena variabel berbentuk dummy, dimana nilainya hanya diwakili oleh 0 dan 1. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas yang tinggi antar
69
variabel independen dapat dideteksi dengan cara melihat nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Nilai minimum yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10. Hasil uji ultikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
13.615
.889
SUKUK
2.657
.668
.656
.873
1.146
ROE
-.151
.056
-.842
.241
4.147
ROA 1.136 1.091 a. Dependent Variable: CAR Sumber: Output SPSS (Data Diolah)
.326
.242
4.127
Hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance dari ketiga variabel berada diatas 0,10 dan VIF kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolinearitas, maka maka model regresi yng ada layak untuk dipakai. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji pakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian ini dilakukan dengan
70
menggunakan uji Durbin-Watson (DW-test). Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square a
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .788 .620 .549 a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR
1.38949
DurbinWatson 1.130
Nilai uji DW-test sebesar 1,130 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 20 dan jumlah variabel independen 3, maka di tabel DW-test yang dimulai dari umlah 15 sampai 30 akan didapatkan nila dl 1,00 dan 1,68 du. Oleh karena itu karena nilai DW 1,130 dan lebih kecil daripada batas atas (du) 1,68 dan kurang dari (4du) 41,68, mak dapat disimpulkan disimpulkan bahwa tidak ada kesimpulan yang pasti atau berada di daerah keragu-raguan (dl < DW < du) 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adala yang homokedastisitas atau
71
tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas melalui grafit plot adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi hetreskedastisitas. Hasil uji heterskedastisitas berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS (Data Diolah) Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa data menyebar secara merata di atas dan di bawah garis 0 dan tidak berkumpul di satu tempat serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
72
C.
Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji Statistik F) Uji statsitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel dependen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel dependen. Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan dengan cara membandingkan nilai F hitung dalam tabel Anova dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel maka hipotesis yang diajukan diterima, artinya terdapat pengaruh secara simultan. Selanjutnya dapat dengan meliat nilai probabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan dterima. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5
Uji Statistik F ANOVAb
Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
50.452
3
16.817
Residual
30.891
16
1.931
F
Sig.
8.711
Total 81.343 19 a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR Sumber : Output SPSS (Data Diolah) Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 8,711 dengan signifikansi sebesar 0,001. Nilai signifikansi tersebut lebi kecil daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
.001a
73
independen yaitu penerbitan sukuk, ROA dan ROE berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu CAR sehinga hipotesis yang diajukan diterima. Apabila dengan menggunakan cara F hitung dapat dilihat dalam tabel alfa 0,05 dengan nilai residual 16 sehingga diketahui bahwa nilai F tabel adalah sebesar 3,24. Dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel yaitu nilai F hitung 8,711 > F tabel 3,24 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh secara simultan teradap variabel dependen shingga hipotesis diterima. Artinya setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu penerbitan sukuk, ROA dan ROE secara simultan atau bersama-sama berpengaruh pada CAR Bank Muamalat Indonesia. 2. Uji Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan sebebrapa jauh engaruh satu variabel independen terhadap variabel depden dengan menganggap variabel indepeden lainnya konstan. Uji menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dengan cara membandingkan nilai t hitung dalam tabel coefficient dengan t tabel. Jika t hitung > tabel maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
74
Cara kedua dapat dengan menggunakan nilai profitabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan. Hasil uji t dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 4.6
Uji Statistik t
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
13.615
.889
SUKUK
2.657
.668
ROE
-.151
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
15.319
.000
.656
3.975
.001
.056
-.842
-2.682
.016
ROA 1.136 1.091 a. Dependent Variable: CAR Sumber: Output SPSS (Data Diolah)
.326
1.040
.314
Dari hasil koefisien regresi tersebut, selanjutnya dapat dibuat persamaan dari model penenlitian sebagai berikut: CAR = 13,615 + 2,657 (penerbitan sukuk) – 0,151 (ROE) + 1,136 (ROA) + e Persamaan regresi linear berganda di atas diketahui mempunyai konstanta sebesar 13,615. Besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen diasumsikan konstan, maka variabel dependen yaitu CAR akan naik sebesar 13,615%. H1 = penerbitan sukuk berpengaruh positif signifikan terhadap CAR
75
Variabel penerbitan sukuk dalam tabel diatas menunjukkan tingkat signifikansi 0,001 atau jika dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dapat dilihat bahwa t hitung sebesar 3,975 sedangkan t tabel 1,746. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan t hitung lebi besar daripada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa penerbitan sukuk berpengaruh terhadap CAR. Koefisien penerbitan sukuk sebesar 2,657 menunjukkan berhubungan positif terhadap CAR. Atau dapat dijelaskan bahwa setiap kenaikan penerbitan sukuk sebesar 1% maka akan meningkatkan CAR sebesar 2,657%. H2 = ROE berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR Variabel ROE dalam tbel diatas menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,016 atau jika dengan embandingkan t hitung dengan t tabel dapat dilihat bahwa t hitung sebesa -2,682 sedangkan t tabel 1,746. Karena nilai signifikansi lebih kecil adri 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel maka dapat disimpulkan bahwa ROE berpengaruh terhadap CAR. Sedangkan nilai koefisien -0,151 menunjukkan hubungan negatif terhadap CAR atau dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan ROE sebesar 1% akan menurunkan CAR sebesar 0,151%. H3 = ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap CAR Variabel ROA dalam tabel diatas menunjukkan tingkat signifikansi sebsar 0,314 dan jika dengan membandiungkan t hitung dengan t tabel dapat dilihat bahwa t hitung sebsar 1.040 sedangkan t tabel 1,746. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan t hitung lebih kecil dari t tabel maka
76
dapat disimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap CAR. Sehingga kenaikan atau penurunan nilai ROA tidak berpengaruh terhap CAR. 3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan varabel terikat. Untuk melihat seberapa besaar variabel independen menerangkan variabel dependen dengan melihat Adjust R Square yang merupakan nilai R2 yang dissesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model. Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
1
.788a
R Square .620
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
.549
1.38949
1.130
a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR Sumber: Output SPSS (Data Diolah) Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,549 atau sebesar 54,9%. Hal ini berarti bawa tingkat CAR dapat dijelaskan oleh variabel penerbitan sukuk, ROA dan ROE sebesar 54,9% sedangkan sisanya 45,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam model.
77
D.
Interpretasi dan Pembahasan 1. Pengaruh penerbitan sukuk terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Sukuk merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kecukupan modal perusahaan. Dalam penelitian jenis sukuk yang digunakan adalah sukuk subordinasi dimana sukuk ini dapat dimasukkan sebagai komponen modal bank karena memiliki waktu jatuh tempo yang relatif lama. Pada dasarnya penerbitan sukuk digunakan untuk memperkuat struktur permodalan bank. Tambahan modal ini nantinya akan digunakan untuk mendukung ekspansi kegiatan operasional bank. Demikian pula tujuan Bank Muamalat Indonesia menerbitkan sukuk subordinasi dengan prinsip mudhorobah ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerbitan sukuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Artinya pasca penerbitan sukuk rata-rata rasio kecukupan modal bank meningkat, nilai positif menunjukkan hubungan searah antar penerbitan sukuk dan peningkatan CAR. Sehingga disimpulkan bahwa tercapainya tujuan Bank Muamlat Indonesia untuk menjaga rasio kecukupan modal pada batas tertentu yang diinginkan. 2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Return on Equity (ROE) merupakan salah satu ukuran profitabilitas yang menunjukkan tingkat pencapaian laba bersih (setelah pajak) terhadap modal sendiri yang digunakan oleh bank. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula modal yang dimiliki bank.
78
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE berpengaruh negatif namun signifikan terhadap CAR, bahwa semakin rendah ROE maka semakin tinggi jumlah CAR. Hal tersebut disebabkan karena padatahun 2013 dan 2014 terdapatnya aktiva produktif bank yang bermasalah dalam jumlah besar sehingga mengalami kondisi sulit dan manajemen akan cenderung menambah modal. Namun apabila aktiva produktif bermasalah tidak terjadi dan tidak menimbulkan kerugian, bank akan meningkatkan equity multiple-nya dengan mengurangi jumlah modal yang pada gilirannya akan meningkatkan ROE 3. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar bank dapat menghasilkan keuntungan dari asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi ROA suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. Sebagaimana dijelaskan dalam manajemen liabiliabiltas, dalam memenuhi kebutuhan modalnya bank kerap kali menggunakan surat berharga seperti menerbitkan sukuk subordinasi mudhorobah. Namun bank sering kali melupakan bahwa ketika bank memenuhi kecukupan modalnya dengan menerbitkan surat berharga, bank harus memikirkan yield yang tinggi yang harus diberikan kepada emiten.
79
Sehingga bank harus mengurangi profitabilitasnya utnuk memenuhi likuiditasnya seperti ROA.
BAB V KESIMPULAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa sukuk, ROE dan ROA berpengaruh terhadap kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia. Berikut kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh: 1. Variabel penerbitan sukuk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Pada dasarnya penerbitan sukuk digunakan untuk memperkuat struktur permodalan bank. Tambahan modal ini nantinya akan digunakan untuk mendukung ekspansi kegiatan operasional bank. Demikian pula tujuan Bank Muamalat Indonesia menerbitkan sukuk subordinasi dengan prinsip mudhorobah ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerbitan sukuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Artinya pasca penerbitan sukuk rata-rata rasio kecukupan modal bank meningkat, nilai positif menunjukkan hubungan searah antar penerbitan sukuk dan peningkatan CAR. 2. Variabel ROE berpengaruh negatif namun signifikan terhadap CAR, bahwa semakin rendah ROE maka semakin tinggi jumlah CAR. Hal tersebut disebabkan karena padatahun 2013 dan 2014 terdapatnya aktiva produktif bank yang bermasalah dalam jumlah besar sehingga mengalami kondisi sulit dan manajemen akan cenderung menambah modal. Namun 80
81
apabila aktiva produktif bermasalah tidak terjadi dan tidak menimbulkan kerugian,
bank
akan
meningkatkan
equity
multiple-nya
dengan
mengurangi jumlah modal yang pada gilirannya akan meningkatkan ROE. 3. Variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap CAR. Hal ini disebabkan karena dalam memenuhi kebutuhan modalnya bank kerap kali menggunakan surat berharga seperti menerbitkan sukuk subordinasi mudhorobah. Namun bank sering kali melupakan bahwa ketika bank memenuhi kecukupan modalnya dengan menerbitkan surat berharga, bank harus memikirkan yield yang tinggi yang harus diberikan kepada emiten. Sehingga bank harus mengurangi profitabilitasnya utnuk memenuhi likuiditasnya seperti ROA. 4. Variabel penerbitan sukuk, ROE dan ROA secara simultan atau bersamasama berpengaruh pada CAR Bank Muamal at Indonesia. Ada pengaruh signifikan secara simultan karena nilai signifikansi yaitu sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan jika membandingkan f hitung dengan f tabel yaitu nilai f hitung sebesar 8,711 > f tabel sebesar 3,24. B.
Saran Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu agak pihak penerbit sukuk dalam penelitian ini dapat memaksimalkan manfaat dari penerbitan sukuk tersebut, sehingga tujuan bank dalam meningkatkan kinerja bank dengan adanya tambahan kecukupan modal dapat terpenuhi. Bagi peneliti selanjutnya yang mengambil tema sejenis agar menambahkan jumlah
82
tahun penelitian dan jumlah variabel atau mengganti dengan variabel yang berbeda dalam penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang variabel independen yang mempengaruhi kecukupan modal bank. Serta perlu dipertimbangkan subjek penelitian lainnya dengan melihat perkembangan perbankan di Indonesia.
83
DAFTAR PUSTAKA Akbarullah, Muhammad Handriyo. Dampak Penerbitan Sukuk terhadap Kinerja Bank Syariah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri). Tesis, PSTTUI. Depok. 2011. Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006. Darmawi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011. Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: ANDI, 2005. Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009. Evanoff, Douglas D dan Larry D. Wall. Sub-Debt Yield Spreads as Rank Risk Measures. Jurnal, Federan Reseve Bank of Atlanta Chicago, May 2001. Estrella, Arturo. Cost and Benefits of Mandatory, Subordinated Debt Regulation for Bank. Jurnal, Reasearch and Mrket Analisys Group Federal & Reserve Bank of New York, October 2000. Ghozali, Imam.
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013. Gumanti, Tatang Ary. Manajemen Investasi : Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011. Handayani, Diah Agustine Tri. Analisa Kinerja Bank Ditinjau dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas dan Efisiensi Biaya (studi kasus PT. BNI Persero, Tbk). Tesis, MMUI. 2004. http://www.bankmuamalat.co.id
84
http://www.ojk.go.id/data-statistik-syariah-sukuk Iljas, Achjar. Perbankan Syariah: tinjauan terhadap Pembiayaan Bagi Hasil, Jurnal Equilibrium, Volume2, Nomor 2, Mei-Agustus 2004 Ihsan, Dwi Nuraini. Manajemen Treasury Bank Syariah. Ciputat: UIN Press, 2015. Indonesia, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional MUI, Ciputat: Erlangga, 2014.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014. Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2014 Pandia,
Frianto. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta:
PT. Asdi
Mahasatya, 2012. Reed, Edward W dan Edward K Gill. Commercial Banking. Fourh Edition, United States of Amerika: Prentice-hall Internasional, 1989. Sallama, Novietha Indra. Pengaruh Penerbitan Obligasi Subordinasi terhadap Pembiayaan dan Kinerja Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia). Tesis, PSTTUI, Depok. 2005 SE BI No. 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 tentang
Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000. Supranto, J. Ekonometri. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010. Widyaningrum, Hening Asih dkk. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Risk-Based Bank Ratin. Jurnal Universitas Brawijaya vol 9 no 2, Malang, 2014
85
LAMPIRAN 1 TABEL DATA VARIABEL DEPENDEN DAN VARIABEL INDEPENDEN TAHUN MARET 2010 JUNI 2010 SEPTEMBER 2010 DESEMBER 2010 MARET 2011 JUNI 2011 SEPTEMBER 2011 DESEMBER 2011 MARET 2012 JUNI 2012 SEPTEMBER 2012 DESEMBER 2012 MARET 2013 JUNI 2013 SEPTEMBER 2013 DESEMBER 2013 MARET 2014 JUNI 2014 SEPTEMBER 2014 DESEMBER 2014
ROA 1.48 1.07 0.81 1.36 1.38 1.74 1.55 1.52 1.51 1.61 1.62 1.54 2.72 1.69 1.68 0.5 1.44 1.03 0.1 0.17
ROE 26.86 19.63 11.54 17.78 21.93 21.79 20.02 20.79 26.03 27.72 28.57 29.16 41.77 42.32 41.69 11.41 12.77 15.96 1.56 2.13
CAR 10.48 10.03 14.53 13.26 12.29 11.57 12.36 12.01 12.06 14.49 13.22 11.57 12.02 12.51 12.75 17.27 17.61 16.31 14.72 14.15
SUKUK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
86
REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI(95) BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT CAR /METHOD=ENTER SUKUK ROE ROA /SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED) /RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID). [DataSet1] F:\data lengkap 2010-2014.sav
87
Descriptive Statistics
N SUKUK ROA ROE CAR Valid N (listwise)
Minimum Maximum 20 20 20 20 20
.00 .10 1.56 10.03
1.00 2.72 42.32 17.61
Sum
Mean
11.00 26.52 441.43 265.21
.5500 1.3260 22.0715 13.2605
Std. Deviation .51042 .59333 11.56916 2.06911
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences
ROE
20 20 1.3260 22.0715 .59333 11.56916 .223 .120 .193 .120 -.223 -.105 .997 .537 .274 .935
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
CAR
SUKUK
20 13.2605 2.06911 .150 .150 -.107 .671 .758
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
50.452
3
16.817
Residual
30.891
16
1.931
Total 81.343 19 a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR
F 8.711
Sig. .001a
20 .5500 .51042 .361 .309 -.361 1.614 .011
88
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
13.615
.889
SUKUK
2.657
.668
ROE
-.151
ROA 1.136 a. Dependent Variable: CAR
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
15.319
.000
.656
3.975
.001
.873
1.146
.056
-.842
-2.682
.016
.241
4.147
1.091
.326
1.040
.314
.242
4.127
Model Summaryb Change Statistics
Model
R
Std. Error Adjusted R of the R Square Square Estimate
1 .788a .620 .549 1.38949 a. Predictors: (Constant), ROA, SUKUK, ROE b. Dependent Variable: CAR
R Square Change .620
Durbi nSig. F Watso F Change df1 df2 Change n 8.711
3 16
.001 1.130