PENGARUH PENERAPAN SELF CARE PADA KELUARGA PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT INSULIN INJEKSI PADA PASIEN DM DI RUANG RAWAT INAP RSUD. SALEWANGANG MAROS Wahyuni Hidayati1, Yusran Haskas2 1STIKES 2STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar
(Alamat Respondensi:
[email protected]/081342482166)
ABSTRAK Self Care (perawatan diri) merupakan suatu kontribusi berkelanjutan orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya, dan kesejahteraannya. Self care ini menggambarkan dan menjelaskan manfaat perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya (Asmadi, 2012). Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Self Care pada Keluarga Pasien Terhadap Penggunaan Obat Insulin Injeksi pada Pasien DM di Ruang rawat Inap RSUD. salewangang Maros. Penelitian ini, eksperimen semu (Quasi Experiment Design) dengan metode pendekatan rancangan One Group Pretest posttest, menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan 12 responden dari 119 populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan program komputer dengan uji ChiSquare dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut, Tidak ada pengaruh ketepatan tehnik pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM dengan nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,091, Ada Pengaruh ketepatan keluarga menggunakan dosis obat terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM dengan nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,018, Ada pengaruh ketepatan waktu pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,045, Ada pengaruh pengetahuan Self Care keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM nilai pretest p =0,045 dan nilai posttest p =0,045. Kata kunci : Self Care (perawatan diri), Diabetes Melitus, Insulin Injeksi
PENDAHULUAN Penyakit diabetes melitus masih menjadi ancaman serius bagi dunia kesehatan di Indonesia. Jumlah penderita diabetes terus meningkat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WH0), diperkirakan pada 2030 penyandang diabetes di Indonesia akan meningkat sebanyak 21,3 juta orang. Berdasarkan prediksi WH0, Indonesia segera menduduki peringkat keempat setelah Amerika Serikat, China, dan India di antara negara-negara yang memiliki penyandang diabetes terbanyak, dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Penyakit ini telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun terjadi 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Jadi, ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per 1 menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Di Amerika, negara yang sudah maju sekalipun, kematian akibat diabetes bisa mencapai 200.000 orang per tahun (Anonim, 2010)..
Data terbaru menyebutkan tujuh persen dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan menyandang penyakit ini. Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Kota Makassar, Dokter Makbul Aman SpPD-KEMD, mengatakan tidak semua penyandang diabetes berhasil dideteksi (Sudarianto, 2011). Hasil pengumpulan data yang dilakukan peneliti, pada tahun 2012 jumlah pasien DM (Diabetes Mellitus) berjumlah 119 orang, yang terdiri dari DM dengan insulin sebanyak 35 orang dan DM tanpa insulin sebanyak 65 orang (Rekam Medik RSUD. Salewangang maros, 2013). Pada penderita diabetes, terjadi gangguan keseimbangan antara transportasi glukosa kedalam sel, glukosa yang disimpan di hati, dan glukosa yang dikeluarkan dari hati. Keadaan ini menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat dan kelebihannya akan keluar melalui urine. Jumlah urine banyak dan mengandung gula. Penyebab keadaan ini hanya dua. Pertama, pankreas tidak mampu lagi membuat insulin. Kedua, sel
51 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
tubuh anda tidak memberi respons terhadap kerja insulin sebagai kunci untuk membuka pintu sel sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Self care (perawatan diri) memainkan peranan penting dalam manajemen DM, terutama dalam mencegah terjadinya komplikasi diabetik. Komplikasi menjadikan penyakit DM semakin parah dan memerlukan waktu yang lama untuk sembuh, biaya untuk berobat pun semakin mahal. Untuk klien DM tanpa komplikasi, lama perawatan adalah 5 hari. Bila terlalu lama dibiarkan, komplikasi diabetik dapat menimbulkan kecatatan hingga kematian. Kecatatan akan membuat seseorang merasa tidak berguna lagi dalam hidupnya karena keterbatasan fisik dan muncul perasaan harga diri rendah atau kurang percaya diri. Keadaan demikian disebabkan oleh banyak hal diantaranya tidak adekuat insulin dan perencanaan makan, upaya menjalankan latihan fisik/olahraga, pengontrolan gula darah teratur, serta penanganan segera terhadap hipoglikemik (La Greca et al, 2005). Self care dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan/depresi, perilaku terhadap sakit, lama penyakit yang diderita, dan faktor ekonomi (MinKyoung, 2010 : 93–98). Self care yang berkelanjutan pada dasarnya dapat membentuk cara hidup seseorang dalam mencegah, mengenali, dan mengelola penyakit yang dideritanya. Sehingga diharapkan dengan self care akan meningkatkan derajat kesejahteraan seseorang dengan melaksanakan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri (Yulianti Kusniyah, Nursiswati, Urip Rahayu, 2008). Implementasi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebenarnya tidak harus dilakukan di rumah sakit, klinik, ataupun di gedung puskesmas tetapi dapat juga dilaksanakan dimasyarakat maupun dirumah pasien. Pelayanan keperawatan yang dilakukan dirumah pasien disebut H0me care. Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan perlu dikembangkan karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah atau H0me Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah antara lain kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah (Sharif La Ode, 2012) Dari data diatas dapat dilihat semakin tingginya insiden DM baik secara global maupun secara nasional hingga provinsi, sehingga yang menjadi pertanyaan adalah apakah keluarga pasien DM mampu memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan terapi insulin. Adapun yang menjadi masalah pada penelitian ini yakni, kurang mandirinya keluarga pasien dalam pemenuhan kebutuhan insulin pada pasien DM. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk kemudian meneliti tentang Pengaruh penerapan self care pada keluarga pasien terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM pada tahun 2012 jumlah pasien DM (Diabetes Melitus) berjumlah 119 orang, yang terdiri dari DM dengan insulin sebanyak 35 orang dan DM tanpa insulin sebanyak 65 orang (Rekam Medik RSUD. Salewangang maros, 2013), Sampel pada penelitian ini yaitu Pasien DM yang dirawat diruang rawat inap RSUD Salewangang Maros pada saat pengambilan data. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment Design) dengan metode pendekatan rancangan One Group Pretest posttest. Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), namun dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen (program) (prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, 2012 Pada penelitian ini tehknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dimana penetapan sampel dilakukan dengan memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya dengan kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu: Keluarga pasien DM dengan terapi insulin yang sedang rawat inap di RSUD. Salewangang Maros, Keluarga pasien yang berumur antara 17-55 tahun, dan bersedia menjadi responden. Pengumpulan data Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengukuran dan pengisian kuesioner dan alat yang digunakan adalah alat tulis menulis serta bahan yang digunakan adalah kuesioner.
52 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak rumah sakit yakni data kunjungan pasien penderita DM yang tercatat pada Medical record RSUD Salewangang Maros. Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel pilihan. Adapun urutan prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat kuesioner sebanyak jumlah responden yang akan ditentukan, membagi kuesioner kepada responden, mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi, dan mentabulasi data. Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data Analisis univariat pada masing-masing variabel. Selanjutnya dilakukan Analisis bivariat, untuk mengetahui atau menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yang dilakukan dengan uji Chi-Square pada program SPSS 16,0 dengan nilai kemaknaan α = 0,05. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Demografi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Jenis Kelamin n % Laki-laki 4 33.3 Perempuan 8 66.7 Total 13 100.0 Hasil penelitian pada tabel 1, diperoleh jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden (33,3 %), dan jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 responden (66,7 %). Tabel 2 Demografi Responden Berdasarkan Kelompok Umur diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Umur n % 17-33 5 41.7 34-50 7 58.3 Total 13 100.0 Pada hasil penelitian pada tabel 2, diperoleh jumlah responden umur 17 – 33 tahun sebanyak 5 responden (41,7 %), dan umur 34 – 50 tahun sebanyak 7 responden (58,3 %). Tabel 3. Demografi Responden Pre-test dan Post-test Berdasarkan Tehknik
Pemberian Obat yang Tepat oleh Keluarga Pasien diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Teknik Pemberian n % Pre-test Kurang Baik 10 83.3 Baik 2 16.7 Post-test Kurang Baik 6 50.0 Baik 6 50.0 Total 13 100.0 Hasil penelitian pada tabel 3, diperoleh jumlah responden yang memiliki tehknik pemberian yang kurang baik pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) dan posttest sebanyak 6 responden (50 %), sedangkan yang memiliki tehknik pemberian yang baik pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan posttest sebanyak 6 responden (50 %). Tabel 4. Demografi Responden Pre-test dan Post-test Berdasarkan Penggunaan Dosis Obat yang diberikan oleh Keluarga Pasien diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Dosis Obat yang n % diberikan Pre-test Kurang Tepat 10 83.3 Tepat 2 16.7 Post-test Kurang Tepat 8 33.3 Tepat 4 66.7 Total 13 100.0 Hasil penelitian pada tabel 4. diperoleh jumlah responden yang memiliki pemberian dosis obat yang kurang tepat pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) dan posttest sebanyak 8 responden (33,3 %), sedangkan yang memiliki pemberian dosis obat yang tepat pada pretest sebanyak 2 responden (16,7%) dan posttest sebanyak 4 responden (66,7%). Tabel 5. Demografi Responden Pre-test dan Post-test Berdasarkan Waktu Pemberian yang Tepat oleh Keluarga Pasien diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Waktu Pemberian n % Pre-test Kurang Tepat 10 83.3 Tepat 2 16.7 Post-test Kurang Tepat 2 16.7 Tepat 10 83.3 Total 13 100.0
53 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
Hasil penelitian pada tabel 5., diperoleh jumlah responden yang kurang tepat dalam waktu pemberian pada pretest sebanyak 2 responden (16,7%) dan posttest 10 responden (83,3%), sedangkan yang tepat dalam waktu pemberian pada pretest sebanyak 8 responden (83,3%) dan posttest 2 responden (16,7%). Tabel 6. Demografi Responden Pre-test dan Post-test Berdasarkan Pengetahuan Keluarga tentang Self Care diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Pengetahuan Keluarga n % tentang Self Care Pre-test Kurang 9 75.0 Cukup 3 25.0 Post-test Kurang 5 41.7 Cukup 7 51.3 Total 12 100.0 Hasil penelitian pada tabel 6. diperoleh jumlah responden yang memiliki Pengetahuan tentang self care yang kurang pada pretest sebanyak 9 responden (75 %) dan posttest sebanyak 5 responden (41,7 %), sedangkan yang memiliki pengetahuan tentang self care yang cukup pada pretest sebanyak 3 responden (25 %) dan posttest sebanyak 7 responden (58,3 %). Tabel 7. Demografi Responden Pre-test dan Post-test Berdasarkan Penggunaan Obat Insulin Injeksi oleh Keluarga Pasien diruang Rawat Inap RSUD Salewangang Maros Penggunaan n % Injeksi Pre-test Tidak Mandiri 10 83.3 Mandirir 2 16.7 Post-test Tidak Mandiri 3 25.0 Mandirir 9 75.0 Total 12 100.0 Hasil penelitian pada tabel 7, diperoleh jumlah responden yang tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) dan posttest sebanyak 3 responden (25 %), sedangkan yang mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan posttest sebanyak 9 responden (75 %).
2. Analisis Bivariat Tabel 8.a Pengaruh penerapan self care (tehknik pemberian pre-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat InapRSUD. Salewangang Maros Teknik Pemberian Kurang Baik Baik Total
Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % n % 10 83.3 0 0 10 83.3 0 0 2 16.7 2 16.7 10 83.3 2 16.7 12 100.0 p= 0.015
Tabel 8.b Pengaruh penerapan self care (tehknik pemberian post-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Teknik Pemberian Kurang Baik Baik Total
Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % N % 3 25.0 3 25.0 6 50.0 0 0 6 50.0 6 50.0 3 25.0 9 75.0 12 100.0 p= 0.091
Pada tabel 8.a dan 8.b menunjukkan bahwa responden yang tehkik pemberian kurang baik dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) pada pretest sebanyak 3 responden (25 %) dan responden yang tehknik pemberian kurang baik dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) pada pretest sebanyak 3 responden (25 %). Sedangkan responden yang tehknik pemberian baik dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) dan responden yang tehknik pemberian baik dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) pada pretest sebanyak 6 responden (50 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan program komputer diperoleh pada pretest nilai p =0,015 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada pretest nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (tehknik pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi dan pada posttest nilai p =0,091 dimana nilai p > α, yang berarti tidak ada pengaruh penerapan self care
54 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
(tehknik pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi. Tabel 9.a Pengaruh penerapan self care (dosis obat yang diberikan pre-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % n % Kurang Tepat 10 83.3 0 0 10 83.3 Tepat 0 0 2 16.7 2 16.7 Total 10 83.3 2 16.7 12 100.0 Dosis Obat yang diberikan
p= 0.015
Tabel 9.b Pengaruh penerapan self care (dosis obat yang diberikan post-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Penggunaan Obat Insulin Injeksi Dosis Obat Total yang Tidak Mandiri diberikan Mandiri n % n % n % Kurang Tepat 2 16.7 0 0 2 16.7 Tepat 1 8.3 9 75.0 10 83.3 Total 3 25.0 9 75.0 12 100.0 p= 0.045
Pada tabel 9.a dan 9.b menunjukkan bahwa responden yang memberikan dosis obat kurang tepat dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) dan pada posttest sebanyak 2 responden 16,7 %) dan responden yang memberikan dosis obat kurang tepat dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi sebanyak pada pretest 0 responden (0 %) dan pada posttest sebanyak 0 responden (0 %). Sedangkan responden yang memberikan dosis obat dengan tepat dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) dan pada posttest sebanyak 1 responden (8,3 %) dan responden yang memberikan dosis obat dengan tepat dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan pada posttest sebanyak 9 responden (75,0 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan program komputer diperoleh pada pretest nilai p =0,015 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, yang berarti ada
pengaruh penerapan self care (tehknik pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi dan posttest nilai p =0,045 dimana nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (tehknik pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi. Tabel 10.a Pengaruh penerapan self care (waktu pemberian pre-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Penggunaan Obat Insulin Injeksi Waktu Total Tidak Pemberian Mandiri Mandiri n % n % n % Kurang Tepat 10 83.3 0 0 10 83.3 Tepat 0 0 2 16.7 2 16.7 Total 10 83.3 2 16.7 12 100.0 p= 0.015
Tabel 10.b Pengaruh penerapan self care (waktu pemberian post-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % n % Kurang Tepat 2 16.7 0 0 2 16.7 Tepat 1 8.3 9 75.0 10 83.3 Total 3 25.0 9 75.0 12 100.0 Waktu Pemberian
p= 0.045
Pada tabel 10.a dan 10.b menunjukkan bahwa responden yang waktu pemberian kurang tepat dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 10 responden (83,3 %) dan pada posttest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan responden yang waktu pemberian kurang tepat dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) dan pada posttest sebanyak 0 responden (0 %). Sedangkan responden yang waktu pemberian tepat dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) dan pada posttest sebanyak 7 responden (8,3 %) dan responden yang waktu pemberian tepat dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan pada posttest sebanyak 9 responden (75 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan program komputer diperoleh
55 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
pada pretest nilai p =0,015 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (waktu pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi dan pada postest nilai p =0,045 dimana nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (waktu pemberian) terhadap penggunaan obat insulin injeksi. Tabel 11.a Pengaruh penerapan self care (pengetahuan tentang self care pre-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Pengetahuan tentang Self care Kurang Cukup Total
Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % n % 9 75.0 0 0 9 75.0 1 8.3 2 16.7 3 25.0 10 83.3 2 16.7 12 100.0 p= 0.045
Tabel 11.b Pengaruh penerapan self care (pengetahuan tentang self care post-test) terhadap penggunaan obat insulin injeksi diruang Rawat Inap RSUD. Salewangang Maros Pengetahuan tentang Self care Kurang Cukup Total
Penggunaan Obat Insulin Injeksi Total Tidak Mandiri Mandiri n % n % n % 3 25.0 2 16.7 5 41.7 0 0 7 58.3 7 58.3 3 25.0 9 75.0 12 100.0 p= 0.0
Pada tabel 11.a dan 11.b menunjukkan bahwa responden yang pengetahuan tentang self care kurang dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 9 responden (75 %) dan pada postest sebanyak 3 responden (25 %) dan responden yang pengetahuan tentang self care kurang dan mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 0 responden (0 %) dan pada postest sebanyak 2 responden (16,7 %). Sedangkan responden yang pengetahuan tentang self care cukup dan tidak mandiri dalam penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 1 responden (8,3 %) dan pada postest sebanyak 0 responden (0 %) dan responden yang pengetahuan tentang self care cukup dan mandiri dalam
penggunaan obat insulin injeksi pada pretest sebanyak 2 responden (16,7 %) dan pada postest sebanyak 7 responden (58,3 %). Hasil uji statistik dengan menggunakan program komputer diperoleh pada pretest nilai p =0,045 dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (pengetahuan tentang self care) terhadap penggunaan obat insulin injeksi dan pada posttest nilai p =0,045 dimana nilai p < α, yang berarti ada pengaruh penerapan self care (pengetahuan tentang self care) terhadap penggunaan obat insulin injeksi. Hasil penjumlahan score pada kuesioner menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari pretest ke posttest, dimana diperoleh (1) jumlah score tehknik pemberian yang tepat pada pretest = 117 dan posttest = 141 , (2) jumlah score pemberian dosis obat yang tepat pada pretest = 58 dan posttest = 75, (3) jumlah score waktu pemberian yang tepat pada pretest = 57 dan posttest = 75, (4) jumlah score pengetahuan tentang self care pada pretest = 70 dan posttest = 90, (5) jumlah score penggunaan obat insulin injeksi pada pretest = 168 dan posttest = 205., jadi hasil ini menunjukkan terdapat 9 dari 12 responden yang mandiri dan 2 dari 9 responden yang telah mandiri pada pretest menunjukkan kemandirian yang meningkat pada posttest. Kemudian ada 3 responden yang tidak mandiri, namun terdapat peningkatan jumlah score dari hasil penjumlahan score pada kuesioner penelitian, dimana pada penelitian ini kuesioner yang digunakan pada pretest adalah sama dengan yang digunakan pada posttest. PEMBAHASAN Pengaruh penerapan self care (ketepatan tehknik pemberian obatoleh keluarga) terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros Hasiluji statistik menggunakan program komputerdiperoleh Tidak ada pengaruh ketepatan tehnik pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM dengan nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,091. Hasil penelitian IA Kshanti, 2011 tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara menggunakan usap alkoH0l dan tanpa menggunakan usap alkoH0l (p=0,625, CI 95% 0,034-3,204).Kesimpulan dari penelitian ini
56 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
bahwa modifikasi edukasi prosedur penyuntikan insulin tanpa menggunakan usap alkoH0l sebelum penyuntikantidak akan berakibat buruk bahkan prosedur penyuntikan yang lebih sederhana dapat meningkatkan motivasi penderita diabetes untuk menggunakan insulin bila diperlukan dalam upaya mencapai kendali gula darah yang baik. Insulin yang disuntikkan ke diabetes berfungsi mengambil alih atau menambah peran dari insulin alami yang biasanya berguna untuk mengontrol gula darah. Namun menggunakan insulin tidak semudah mengonsumsi obat lainnya, karena sejumlah faktor bisa mempengaruhi kemampuan dari obat untuk mengontrol kadar gula darah. Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri (Dinkes kabupaten banjar, 2011). Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti mengatakan bahwa tidak ada pengaruh ketepatan tehnik pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD.Salewangang Maros, karena Hasil penelian pada olah data program komputer posttest menunjukkan bahwatidak ada pengaruh, ini tidak berpengaruh karena responden kurang perhatikan protap tehnik penyuntikan insulin dan ini sejalan dengan penelitian IA Kshanti, 2011 tapi tidak sesuai dengan pustaka tehknik penyuntikan insulin diatas, namun setelah peneliti bandingkan antara hasil penjumlahan scorepada kuesioner pretest dan posttest walaupun tidak mandiri seutuhnya tapi ada peningkatan kemandirian yang terjadi pada responden setelah diberi perlakuan. Pengaruh penerapan self care (ketepatan keluarga menggunakan dosis obat) terhadap penggunaan obat insulin injeksi yang diberikan pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. Hasil uji statistik menggunakan program komputer diperoleh, ada Pengaruh ketepatan keluarga menggunakan dosis obat terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM dengan nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,015. Hasil penelitian Riri afrianti nazulis, 2011 menunjukan bahwa pasien Diabetes Melitus di Bangsal Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang berjumlah 168 orang dan 10 (5,9%) diantaranya adalah pasien dengan TB paru. Pada poliklinik ditemukan pasien DM dengan TB paru sebanyak 9 orang (4,5%). Dari penelitian tidak ditemui adanya indikasi
tanpa obat ataupun pengobatan tanpa indikasi medis (DM dan TB paru). Pada Bangsal Penyakit Dalam, Pasien yang mengalami ketidaktepatan pemberian obat sebanyak 3 dari 10 pasien, yang menerima obat dengan dosis berlebih sebesar 1 dari 10 pasien; yang menerima dosis kurang sebanyak 1 dari 10 pasien, yang mengalami efek samping terapi sebanyak 1 dari 10 pasien dan yang mengalami interaksi obat sebanyak 2 dari 10 pasien. Sedangkan pada Poliklinik, Pasien yang menerima obat dengan dosis kurang sebanyak 1 dari 9 pasien, yang mengalami efek samping terapi yang dapat teratasi sebanyak 4 dari 9 pasien, dan yang mengalami interaksi obat yang dapat teratasi sebanyak 6 dari 9 pasien. Ketepatan pemberian obat bergantung pada kemampuan perawat menghitung dosis obat dengan akurat dan mengukur obat dengan benar. Kesalahan akibat kecerobohan dalam menempatkan angka decimal atau menambah sebuah nol pada dosis obat dapat mengakibatkan kesalahan yang fatal. Perawat betanggung jawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya sertamengajari klien tentang dosis yang diprogramkan (Riky Shiro, 2012). Berdasarkan penelitian diatas, makapeneliti mengatakan bahwa ada Pengaruh ketepatan keluarga menggunakan dosis obat terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros karena sejalan dengan hasil penelitian Riri afrianti nazulis, 2011 yang mengatakan bahwa pengobatan harus ada indikasi medis yang tepat dan pustaka diatasyang didasari bahwa perawat bertanggungjawab mengecek dosis obat sebelum memberikannya serta mengajari klien tentang dosis yang diprogramkan, sehingga peneliti mengatakan berpengaruh. Pengaruh penerapan self care (ketepatan waktu pemberian obat oleh keluarga) terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros Hasil uji statistik menggunakan program kompute rdiperoleh, Ada pengaruh ketepatan waktu pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM nilai pretest p =0,015 dan nilai posttest p =0,045. Hasil penelitian Yunie Armiyat, 2008 menunjukkan bahwa semua perawat belum menerapkan prinsip “enam tepat” dalam pemberian obat secara keseluruhan dengan urutan ketepatan adalah sebagai berikut : (1) tepat dosis, (2) tepat waktu, (3) tepat pasien, (4) tepat pendokumentasian, (5) tepat cara
57 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
dan terakhir adalah (6) tepat obat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan penerapan prinsip ”enam tepat” dalam pemberian obat. Masih banyak factor lain yang mempengaruhi penerapan prinsip ”enam tepat” dalam pemberian obat oleh perawat. Upaya penerapan prinsip ”enam tepat” dapat dilakukan dengan sosialisasi, pengawasan dan pelatihan bagi perawat. Untuk mendapatkan efek obat yang optimal, obat harus diminum pada waktu yang tepat. Tepat bisa terkait dengan sebelum atau sesudah makan, atau terkait dengan waktu pagi, siang, atau malam. Beberapa obat mungkin bisa diminum setiap saat tanpa mempengaruhi efeknya, sedangkan obat lain sebaiknya diminum pada saat-saat tertentu (sullies ikawati, 2010). Berdasarkan penelitian di atas, maka peneliti mengatakan bahwa ada pengaruh ketepatan waktu pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap. RSUD Salewangang Maros karena sejalan dengan hasil penelitian Yunie Armiyat, 2008 bahwa dalam pemberian obat harus menerapkan prinsip ”enam tepat” dan didasari juga pada pustaka di atas bahwa untuk mendapatkan efek obat yang optimal, maka obat harus diminum pada waktu yang tepat, sehingga peneliti mengatakan berpengaruh. Pengaruh penerapan self care(pengetahuan Self Care keluarga) terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. Hasil uji statistik menggunakan program komputerdiperoleh, Ada pengaruh pengetahuan Self Care keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM nilai pretest p =0,045 dan nilai posttest p =0,045. Hasil penelitian Ayu Wahyuni Suzanti, 2011 didapatkan bahwa sebagian besar (53,6%) responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang teori Orem dan hampir setengahnya (46,4%) perawat cukup dalam mengaplikasikan teori dalam asuhan keperawatan. Hasil uji statistik rank spearman menunjukkan ρ (0,434) >α (0, 05), maka H0 diterima. Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai kesejahteraan. Teori Orem ini dikenal sebagi selfcare deficit theory. Orem melabeli teorinya sebagai teori
umum yang terdiri atas tiga teori terkait, yaitu selfcare, teori selfcare deficit, dan teori nursing system. Self Care (perawatan diri) merupakan suatu kontribusi berkelanjutan orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya, dan kesejahteraannya. Self care ini menggambarkan dan menjelaskan manfaat perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas stuktural fungsi dan perkembangan manusia(Asmadi, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Shahibul Ahyan, 2012). Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti mengatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan Self Care keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros karena sejalan dengan hasil penelitian Ayu Wahyuni Suzanti, 2011 bahwa perawat harus menerapkan teori orem dalam asuhan keperawatan agar klien mempunyai pengetahuan yang baik tentang teori Orem (teori self care) dan didasari juga pada pustaka tentang self care diatas bahwa perawatan diri ini perlu diketahui oleh klien dan keluarga klien, sehingga peneliti mengatakan berpengaruh. KESIMPULAN Hasil penelitian tentang pengaruh penerapan self care terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros yang dilaksanakan pada tanggal 12 juni sampai 12 Juli 2013 dengan total sampel sebanyak 12 orang, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak ada pengaruh ketepatan tehnik pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. 2. Ada Pengaruh ketepatan keluarga menggunakan dosis obatterhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. 3. Ada pengaruh ketepatan waktu pemberian obat oleh keluarga terhadap penggunaan obat insulin injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. 4. Ada pengaruh pengetahuan Self Care keluarga terhadap penggunaan obat insulin
58 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721
injeksi pada pasien DM diruang rawat inap RSUD. Salewangang Maros. SARAN 1. Bagi institusi pendidikan Perlu perhatian lebih lanjut Hasil penelitian bagi pihak Akademik STIKES NHM khususnya Jurusan Keperawatan guna meningkatkan kualitas peserta didik kedepan. 2. Bagi peneliti
Kepada peneliti yang selanjutnya, disarankan perlunya memperdalam penelitian tentang efektifitas penerapan self care untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan. 3. Bagi rumah sakit Diharapkan pihak rumah sakit membuat protap tentang penggunaan obat insulin injeksi dan perawat diharapkan mengikuti pelatihan tentang bagaimana penerapan self care pada keluarga pasien.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Jumlah Penderita Diabetes di Indonesia Masih Tinggi. (online), (http://www.jpnn.com/ read/2012/09/21/140458/Jumlah-Penderita-Diabetes-di-Indonesia-Masih-Tinggi-, sitasi tanggal 28 Maret 2013) Atasi Diabetes. 2012. Cara Menyuntikkan Insulin yang Benar. (online), (http://www.atasidiabetes.com/ 2012/04/cara-menyuntikkan-insulin-yang-benar.html, sitasi tanggal 03 April 2013) Asmadi. 2012. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta. Damar. 2011. Injeksi insulin.(online), (http://damarhikaru.blogspot.com/p/injeksi-insulin.html, sitasi tanggal 03 April 2013) El
Syifa, Rahma. 2011. penggunaan insulin pen di rumah. (online), (http://rahma-elsyifa.blogspot.com/2011/11/penggunaan-insulin-pen-di-rumah.html, sitasi tanggal 03 April 2013)
Kusniyah, Yulianti., dkk. 2008. hubungan tingkat self care dengan tingkat hba1c pada klien diabetes melitus tipe 2 di poliklinik endokrin rsup dr. hasan sadikin bandung. (online), (http://www.google.com/search?q =teori+orem+self+care+pdf+tahun+2008&hl=en&gbv=2&gs_l=heirloomhp.3..0l3j0i22i30l7.2254.5052.0.55 47.10.10.0.0.0.0.273.2063.2j1j7.10.0...0.0...1c.1.QqVWQQnnaS8&oq=teori+orem+self+care+pdf+tahun+2 008, sitasi tanggal 28 Maret 2013) La Ode, Sharif. 2012. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012, Metodologi Menelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CIpta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rendy, M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta. STIKES Nani Hasanuddin, 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 12. Makassar: Program Studi Ilmu Keperawatan – STIKES NH. Sudarianto. 2011. Tujuh Persen Penduduk Sulsel Menderita Diabetes. (online), (http://dinkes sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=710&Itemid=1, sitasi tanggal 28 Maret 2013) Sunarman. 2010. Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah (online), (http://healthnotice. blogspot.com/2010/08/insulin-sliding-scale.html, sitasi tanggal 14 April 2013) Tandra, Hans. 2009. Diabetes, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
59 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 6 Nomor 1 Tahun 2015 ● ISSN : 2302-1721