Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
PENGARUH PENERAPAN GCG DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ 45 TAHUN 2001-2005 DI BEJ) Abdurrahman, Dihin Septyanto FE – Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Pascasarjana Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
[email protected] Abstract The purpose of this research is to empirically reveal the evidence of what dominant factors influence corporate performance as well as to empirically reveal influences of applying Good Corporate Governance and Ownership structure toward corporate performance (ROE & Tobin‘s Q). Partially, Model 1 depicts that the corporate commitment in applying GCG is still insufficient to influence the corporate performance (ROE), however, indication on Financial Statement shows that implications of GCG significantly influence corporate performance (ROE) and ownership structure plays important role in affecting corporate performance. On the other hand, the result of partial analysis on Model 2 shows that Investor and creditor have not seen the benefit of applying GCG for corporate. The benefit of applying GCG takes a long run to emerge. Simultanoeuosly, analysis on Model 1 and Model 2 indicate that independent variables in this research affects the corporate performance, however, these variables show a low level of influence. It implies that changes in corporate performance are significantly influenced by other factor outside the models. Keyword: Fixed Assets Composition, Growth opportunities, Firm Size, GCG Implementation Commitment, Ownership Structure, ROE, and Tobin‘s Q.
Pendahuluan
Farma dan Lippo berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan. Hadirnya Good Corporate Governance (GCG) dalam pemulihan krisis di Indonesia menjadi mutlak diperlukan, mengingat Good Corporate Governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi/perusahaan. GCG merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders, termasuk di dalamnya adalah shareholders, lenders, employees, executive, government, customers dan stakeholders yang lain. Hadirnya Good Corporate Governance (GCG) dalam pemulihan krisis di Indonesia menjadi mutlak diperlukan, mengingat Good Corporate Governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi/ perusahaan. GCG merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak kepada stakeholders, termasuk di dalamnya adalah share-
Krisis ekonomi yang mengguncang dunia terutama negara-negara berkembang pada pertengahan tahun 1997 yang diawali dengan terdepresiasinya mata uang suatu negara dengan mata uang Dollar Amerika memberikan dampak besar ke seluruh aspek kehidupan terutama aspek bisnis perusahaan. Akibatnya bisnis perusahaan terpuruk dalam kancah perdagangan termasuk runtuhnya kinerja perusahaan-perusahaan. Hal ini juga dialami oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Salah satu faktor terjadinya krisis ekonomi adalah lemahnya Corporate Governance dengan adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak manajer perusahaan. Jika para manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor, maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Kajian mengenai Good Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring terbukanya skandal keuangan berskala besar (misalnya Enron, Tyco, Worldcom dan Global Crossing) yang melibatkan akuntan, salah satu elemen penting dari Good Corporate Governance. Di Indonesia kasus-kasus Kimia Vol. 13 No. 1, Mei 2008
holders, lenders, employees, executive, government, customers dan stakeholders yang lain (Naim, 2000 ).
Motivasi penelitian ini adalah pertama, menginvestigasi keterkaitan Corporate Governance yang diterapkan dalam suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan; kedua, hasil penelitian tentang 21
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
corporate governance antara peneliti satu dengan
peneliti yang lainnya masih terjadi kesenjangan (research gap). Seperti penelitian dari Daily dkk dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche menunjukkan tidak ada hubungan antara Corporate Governance dengan kinerja perusahaan. Sedangkan hasil penelitian lain Berge dan Rider menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor performance disebabkan oleh poor governance, di samping itu hasil penelitian dari Gompers dkk menemukan hubungan positif antara indeks Corporate Governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Adapun Rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap ROE? 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan (Tobin‘s Q) ? 3. Apakah terdapat pengaruh secara bersamasama Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap ROE? 4. Apakah terdapat pengaruh secara bersamasama Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan (Tobin‘s Q) ?
Tinjauan Teori Kata ―governance‖ berasal dari bahasa Perancis ―gubernance‖ yang berarti pengendalian Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan (Siswanto Sutoyo; E John Aldridge, 2005). Menurut The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) (1993), corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, Dewan Pengurus, para manajer, dan semua anggota the stakeholders non-pemegang saham. Sedangkan Menurut Australian Stock Exchange (ASX) corporate governance adalah seba22 Vol. 13 No. 1, Mei 2008
gai sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mencapai sasaran tersebut. Corporate Governance juga mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Good Corporate Governance , mendorong perusahaan untuk meningkatkan nilai (value) perusahaan serta akuntabilitas dan sistem pengendalian kegiatan usaha bisnis. Definisi corporate governance yang ketiga diutarakan oleh dua orang pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon. Dalam buku mereka corporate governance and accountability kedua pakar manajemen tersebut mendefinisikan corporate governance sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan (Board of Directors) dengan pemegang saham, corporate governance juga mengatur hubungan dan pertanggung jawab atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh anggota the stakeholders non-pemegang saham. Corporate governance merupakan suatu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksinya (dewan direksi dan komisaris, untuk negara-negara yang menganut hukum two-tier, termasuk Indonesia), para pemegang sahamnya dan stakeholders lainnya (OECD, 1999). Corporate Governance adalah suatu set mekanisme dengan apa suatu perusahaan diarahkan dan dikendalikan sesuai dengan harapan stakeholders. Struktur penyelenggaraan perusahaan menetapkan distribusi dari hak dan tanggung jawab di antara berbagai partisipan di dalam perusahaan, termasuk pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer dan petaruh lainnya. Struktur penyelenggaraan perusahaan juga menetapkan aturan dan prosedur untuk mengambil keputusan yang bersangkutan dengan urusan perusahaan. Adapun tujuan utama dari Good Corporate Governance (GCG) adalah untuk memberikan perlindungan yang memadai dan perlakukan yang adil kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya melalui peningkatan nilai pemilik saham secara maksimal. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) menurut Linan (2000) terdapat empat prinsip-prinsip utama dalam Good Corporate Governance, yaitu Keterbukaan (transparancy), pertanggungjawaban (responsibility), keadilan (fairness), dan akuntabilitas (accountability). Keempat prinsip yang bersifat universal tersebut merupakan kebutuhan utama bagi investasi dan perdagangan global, sehingga implementasi prinsip-prinsip dapat
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
menjadi dasar bagi pertumbuhan suatu perekonomian yang berkelanjutan dan stabil. a. Keterbukaan (transparancy) merupakan suatu keharusan bagi penciptaan serta penggunaan informasi yang dibutuhkan untuk koordinasi yang efisien, serta mencakup akses yang mudah terhadap informasi relevan penting. Satu perusahaan dikatakan telah menerapkan prinsip transparansi bila laporan perusahaan dimaksud memenuhi karakteristik sebagai berikut: tepat waktu, akurat, dapat dipercaya, dan relevan. b. Tanggung jawab (responsibility) berkisar pada usaha melindungi hak-hak legal dan kontraktual dari pihak-pihak terkait, dan membantu menetapkan batasan-batasan dan parameter-parameter dari sasaran perusahaan yang harus diupayakan oleh manajemen. c. Keadilan (fairness) berbicara mengenai usaha pemenuhan kepentingan stakeholders setiap kali manajemen mengambil sebuah kebijakan strategis. Isu Corporate Governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau sering kali dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanam tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. d. Akuntabilitas (accountability) adalah kapasitas untuk memanggil manajemen untuk mempertangungjawabkan kegiatannya. Prinsip akuntabilitas mempunyai dua komponen, yaitu kemampujawaban (answerbility) dan konsekuensi (consequence). Kemampujawaban adalah keharusan untuk merespon secara periodik pertanyaan-pertanyaan menyangkut sebuah kebijakan manajemen atas apa yang dilakukannya. Tanpa konsekuensi ini, akuntabilitas hanyalah sebuah formalitas yang menghabiskan waktu belaka.
Penerapan Good Corporate Governance
Tujuan utama penerapan tata kelola perusahaan yang baik adalah memaksimalkan nilai perusahaan dan pemegang saham melalui keterbukaan, kepercayaan, dan pertanggungjawaban. Penerapan pengelolaan perusahaan yang baik adalah prasyarat bagi pemulihan perekonomian Indonesia. Sebagai kelanjutannya diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat terus berlangsung dan stabil. Pemulihan ekonomi dapat tercipta dengan berkembangnya kembali pasar barang dan jasa dan pasar finansial. Tolok ukur pertumbuhan sebuah pasar finansial 23 Vol. 13 No. 1, Mei 2008
adalah bila pemodal memilih investasi pada perusahaan publik sebagai alternatif investasi yang terbaik, di mana investor yakin bahwa perusahaan publik dapat dipercaya baik dari sisi finansial, hukum, dan etika dalam menggunakan modal publik dalam menjalankan usahanya. Di Indonesia, Undang-undang dan peraturan-peraturan yang relevan dengan konsep Corporate Governance telah memadai, dalam arti cukup mengakomodasi diterapkannya prinsip-prinsip Corporate Governance, walaupun perbaikan masih terus diperlukan.
Alasan penerapan Good Corporate Governance (GCG) Penjajaran kepentingan dari manajemen dan pemegang saham telah menjadi perhatian publik sejak lama. Bahkan sampai saat ini kepentingan kedua belah pihak tersebut masih berbenturan satu sama lain dan masih menjadi perhatian serius para analis, agar terdapat penyatuan pandangan antara pengelola perusahaan atau manajemen dan pemegang saham. Publik melihat bahwa kepentingan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan seakan diabaikan. Untuk menjamin dan mengamankan kepentingan pemegang saham maka muncul gagasan wacana penegakkan Good Corporate Governance (GCG).
Ukuran yang digunakan dalam Penerapan Good Corporate Governance Mengukur Good Corporate Governance dalam perusahaan memang agak sulit dilakukan dikarenakan masih belum adanya standar yang jelas dan pasti, kapan sebuah perusahaan dikatakan sudah menerapkan GCG dengan baik atau tidak? Namun demikian bukan berarti tidak ada yang mencoba untuk mengukur hal tersebut, seperti yang dilakukan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG)-lembaga di bawah naungan Masyarakat Transparansi Indonesia mencoba melangkah lebih jauh dengan melakukan riset, yakni, mendeteksi sejauh mana penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia.
Diukur dengan menggunakan Komitmen Penerapan GCG Diawali pada tahun 2001 IICG bekerja sama dengan Majalah SWA berupaya mendeteksi penerapan GCG dengan acuan yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance Indonesia (KNKCGI) yang mencakup empat kom-
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
ponen utama/prinsip utama GCG yaitu Fairness, Transparancy, Akuntanbility, dan Responsibility. Untuk membentuk indeks pengukuran penerapan GCG, IICG membentuk Tim kerja untuk menciptakan indikator penilaian yang ditetapkan komite penilaian. Adapun indikator penilaiannya mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) Komitmen perseroan terhadap implementasi GCG; (2) Pelaksanaan RUPST dan perlakuan atas pemegang saham minoritas; (3) Tata Kelola Dewan Komisaris; (4) Struktur direksi; (5) komite fungsional; (6) Hubungan dengan stakeholder; (7) Transparansi dan akuntabilitas. Namun index GCG tidak bisa digunakan penulis dikarenakan banyaknya objek penelitian yang tidak memiliki nilai index maka penulis hanya bisa mem-proxy-kan dalam bentuk kesungguhan atau komitmen sebuah perusahaan dalam menerapkan GCG dengan ikut serta dalam survey penerapan GCG pada perusahaan di Indonesia.
lancar dan aktiva tak berwujud lebih mudah diselewengkan dibandingkan dengan aktiva tetap berwujud. Hal ini dikarenakan bahwa aktiva berwujud mudah dimonitor dan sulit untuk dicuri. Hubungan ini sangat penting untuk diperhatikan pada saat kita mengestimasi hubungan antara corporate governance dengan kinerja, karena besarnya proporsi aktiva tidak berwujud dan aktiva tetap bisa menyebabkan tingginya nilai Tobin‘s Q (nilai pasar aktiva tidak berwujud biasanya lebih tinggi dari nilai bukunya). Sejalan dengan hal tersebut, kinerja operasional juga akan lebih tinggi karena penyebab yang digunakan untuk menghitung kinerja operasional (misalnya total aktiva) tidak sepenuhnya memasukkan aktiva tidak berwujud. Pada penelitian ini, komposisi aktiva tetap diukur dengan menggunakan rasio antara aktiva tetap terhadap Total Aktiva (Klapper dan Love, 2002). memasukkan komposisi aktiva tetap dalam signal penerapan GCG untuk memastikan bahwa hubungan corporate governance dengan kinerja tidak disebabkan oleh heterogenitas komposisi aktiva tetap. Rumus Komposisi Aktiva Tetap (KAT) (Klapper dan Love, 2002), adalah sebagai berikut:
Diukur dengan menggunakan Laporan Keuangan Disamping komitmen penerapan GCG, GCG juga dapat dilihat pada laporan keuangan dalam bentuk signal-signal penerapan GCG. Signal tersebut dapat berperan menentukan penerapan GCG di suatu perusahaan, adapun signal yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
KAT = Aktiva Tetap / Total Aktiva
Kesempatan Tumbuh Kesempatan tumbuh dalam penelitian ini menggunakan Pertumbuhan penjualan selama 3 tahun terakhir. Sehingga jika pertumbuhan penjualannya positif berarti penjualan tiap tahunnya meningkat maka diharapkan akan meningkatkan laba perusahaan. Dalam kaitannya terhadap penerapan Good Corporate Governance, perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi pada umumnya membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam penerapan corporate governance dalam rangka untuk menurunkan biaya modal (La Porta dkk, 1999); Klapper dan Love, 2002; Himmelberg dkk, 1999; Himmelberg, Hubbard dan Love, 2001). Nilai Tobin‘s Q cenderung lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh tinggi. Hal ini bisa disebabkan adanya endogenitas pada variabel corporate governance dalam asosiasi antara corporate governance dengan kinerja. Pada Penelitian ini, kesempatan pertumbuhan diukur dengan menggunakan ratarata pertumbuhan penjualan selama 3 tahun terakhir. (Klapper dan Love, 2002). Rumus Kesempatan Tumbuh (KT) (Klapper dan Love, 2002), adalah sebagai berikut:
Komposisi Aktiva Tetap Secara teori Aktiva Tetap merupakan jenis aktiva perusahaan yang penting, merupakan sarana ataupun prasarana dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Aktiva tetap adalah aktiva yang mempunyai sifat tetap atau aktiva yang mempunyai umur relatif panjang. Selain itu aktiva tetap merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan dengan tujuan tidak untuk dijual, akan tetapi aktiva tetap dipakai untuk menjalankan kegiatan usaha perusahaan. Selanjutnya dapat menunjang peningkatan penjualan. Bila penjualan meningkat diharapkan akan diikuti dengan meningkatnya laba yang dapat dihasilkan perusahaan. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan maka diharapkan dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memperbesar penjualan kemudian dapat meningkatkan laba perusahaan. Dalam kaitannya terhadap penerapan Good Corporate Governance, perusahaan yang memiliki aktiva tidak berwujud dan aktiva lancar yang besar cenderung untuk menerapkan corporate governance yang lebih ketat. Hal ini dikarenakan aktiva Vol. 13 No. 1, Mei 2008
24
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
KT = { ∆(PENJt1 – PENJt0) + ∆(PENJt2 – PENJt1) + ∆(PENJt3 – PENJt2) } / 3
Kinerja Perusahaan
Kinerja Keuangan Perusahaan dilakukan untuk melakukan evaluasi kinerja di masa yang lalu, dengan melakukan berbagai analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi yang kinerja yang akan berlanjut. Berdasarkan, evaluasi yang dilakukan terhadap kinerja di masa yang lalu, dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga valuasi untuk nilai perusahaan dapat dilakukan untuk melakukan berbagai keputusan-keputusan investasi (termasuk kredit) yang harus dilakukan pada saat ini. Dalam hubungannya dengan mekanisme corporate governance, keberhasilan perusahaan tercermin dalam corporate performance (kinerja perusahaan). Sloan (2001) mengukur corporate performance berdasarkan return on capital (ROC). Sementara Husnan (2001) return on equity digunakan sebagai proxy untuk mengukur keberhasilan corporate governance. Corporate Performance juga dapat diukur berdasarkan economic Value added dan Tobins-Q (Lambert, 2001; Ittner dan Larcker, 2001). Berdasarkan uraian tersebut maka keberhasilan mekanisme corporate governance tercermin dalam corporate performance, dimana corporate performance dapat diukur dari return on capital (ROC), return on equity (ROE) dan economic Value added (EVA). Pengukuran kinerja perusahaan dalam penelitian ini di-proxy-kan melalui:
Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini dengan menggunakan penjualan perusahaan pertahun. Adapun definisi Penjualan/pendapatan adalah hasil usaha yang dilakukan perusahaan dengan cara menjual barang dan menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Jika Penjualan/pendapatan suatu perusahaan meningkat berarti meningkat pula laba perusahaan jika dibarengi peningkatan biaya operasional yang juga proposional. Dalam kaitannya terhadap penerapan Good Corporate Governance, perusahaan besar dapat memiliki masalah keagenan yang lebih besar (karena lebih sulit untuk dimonitor) sehingga membutuhkan corporate governance yang lebih baik. Pada penelitian ini, Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural dari penjualan (Klapper dan Love, 2002). Rumus Ukuran Perusahaan (UP) (Klapper dan Love, 2002), adalah sebagai berikut:
UP = Ln (Penjualan)
Struktur Kepemilikan Struktur kepemilikan adalah komposisi pemegang saham dalam suatu perusahaan yang dihitung berdasarkan jumlah saham yang dimiliki dibagi dengan seluruh jumlah saham yang ada. Proporsi dalam kepemilikan saham ini akan menentukan jumlah mayoritas dan minoritas kepemilikan saham dalam perusahaan. Teori yang dikembangkan Stulz (1988) tentang struktur kepemilikan dan mendapatkan bahwa hubungan antara kepemilikan manajer dan nilai perusahaan adalah non motorik. Pada tingkat kepemilikan saham oleh manajer (α ) yang rendah, nilai perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya α karena pada level ini insentif manajer untuk bertindak ―konsumtif‖ menurun. Pada level α yang tinggi, nilai perusahaan justru menurun. Ketika α meningkat karena adanya pengaruh management entrenchment, yaitu suatu posisi kepemilikan di mana manager dapat dengan bebas memaksimumkan utilitasnya tanpa takut adanya akuisisi dari perusahaan lain, perlawanan dari dewan komisaris, maupun proxy fight oleh investor besar. Pada penelitian ini penulis menggunakan Concentration Ratio 1 (CR 1) dengan melihat proporsi satu saham terbesar dalam bentuk persentase saham. Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Retun On Equity (ROE)
ROE adalah sebuah ukuran dari besarnya jumlah laba dari perusahaan yang dihasilkan dalam satu tahun terakhir dibandingkan nilai ekuitasnya. Dalam penelitian ini ROE digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Adapun rumus ROE adalah sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih / Ekuitas Saham Biasa
Tobin’s Q Tobin‘s Q merupakan ukuran kinerja, Tobin‘s Q sering digunakan sebagai proxy dalam menilai kualitas perusahaan atau corporate opportunity. Dalam penelitian ini di-proxy-kan sebagai kinerja pasar. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh James Tobin, ia mengemukakan bahwa kombinasi dari market value seluruh perusahaan yang terdapat di bursa saham seharusnya hampir sama dengan replacement cost dari aset-aset perusahaan.
Tobin‘s Q atau rasio Q = market value / asset value 25
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Dengan ketentuan bila nilai Q yang rendah (antara 0 – 1 ) berarti replacement value dari aset-aset perusahaan lebih besar dari market value saham perusahaan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa saham perusahaan tersebut undervalued. Jika market value seluruhnya merefleksikan nilai aset asset perusahaan, maka Tobin‘s Q = 1. Jika Tobin‘s Q > 1, maka market value lebih besar dari nilai asset perusahaan, dapat dikatakan bahwa market value merefleksikan aset-aset yang tidak dapat diukur (intangible value) dari perusahaan, seperti merek, reputasi, atau inovasi-inovasi, yang merupakan nilai yang diberikan oleh para pemegang saham ataupun analis-analis bisnis terhadap perusahaan. Tobin‘s Q dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Chung & Pruitt, 1994, Yaitu:
Tobin’s Q = ( MVE + PS + DEBT ) / TA Dimana : MVE : Harga penutupan saham diakhir tahun x banyaknya saham biasa yang beredar PS : Nilai likuidasi dari saham preferen yang beredar DEBT : (hutang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang. T A : Nilai Buku Total Aktiva Peneliti menyesuaikan rumus tersebut dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dengan demikian rumus yang digunakan untuk mengukur Tobin‘s Q menggunakan rumus sebagai berikut:
Tobin’s Q = ( MVE + DEBT ) / Total Aktiva
Hipotesis Beberapa jurnal sebelumnya memuat tentang Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu dalam jurnal yang dibuat pada saat simposium nasional akuntansi VIII di Denpasar tanggal 2 Desember 2004 dengan judul ― Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan‖, menyimpulkan dengan menggunakan 2 model regresi pada uji hipotesis di mana model regresi pertama menggunakan ROE sebagai ukuran kinerja (Variabel dependen) & Tobin‘s Q sebagai ukuran kinerja pada model regresi kedua. Hasil pengujian pertama menunjukkan bahwa, hanya variabel Good Corporate Governance yang secara statistik signifikan mempengaruhi ROE, sedangkan tidak ada satupun variabel kontrol yang secara statistik signifikan mempengaruhi ROE. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didu26 Vol. 13 No. 1, Mei 2008
kung, yaitu bahwa corporate governance mempengaruhi kinerja operasional perusahaan. Hasil analisa model Tobin‘s Q menunjukkan bahwa baik variabel Good Corporate Governance maupun variabel variabel kontrol secara statistik tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance mempengaruhi kinerja pasar perusahaan secara statistik tidak didukung. Theresia Dwi Hastuti dalam jurnal yang dibuat pada Simposium Nasional Akuntansi ke VIII di Solo tanggal 15 – 16 September 2005 dengan judul ―Hubungan Antara Good Corporate Covernance dan Struktur Pemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi kasus pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta), menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara manajemen laba dengan kinerja perusahaan, terdapat hubungan yang signifikan antara disclosure dengan kinerja perusahaan. Susanto dalam jurnal ‗fokus Ekonomi‘ desember 2003 dengan judul ―Corporate governance dan Kinerja saham‖, menyimpulkan bahwa keberhasilan corporate governance dipengaruhi oleh kondisi makro dan mikro perusahaan. Proporsi kepemilikan saham yang relatif seimbang, dan proporsi dewan komisaris (board of directors) dari pihak luar yang semakin besar, serta peran audit committee yang semakin efektif akan meningkatkan keberhasilan pencapaian good corporate governance. Pencapaian good corporate governance akan meningkatkan kinerja saham di Bursa Efek Jakarta. Dari hal tersebut di atas, maka hipotesis alternatif yang diajukan sebagai berikut: 1. Terdapat Pengaruh komposisi aktiva tetap, kesempatan tumbuh, ukuran perusahaan, Komitmen penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan secara parsial terhadap ROE. 2. Terdapat Pengaruh komposisi aktiva tetap, kesempatan tumbuh, ukuran perusahaan, Komitmen penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan secara parsial terhadap Tobin‘s Q. 3. Terdapat Pengaruh komposisi aktiva tetap, kesempatan tumbuh, ukuran perusahaan, Komitmen penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan secara bersama-sama terhadap ROE. 4. Terdapat Pengaruh komposisi aktiva tetap, kesempatan tumbuh, ukuran perusahaan, Komitmen penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan secara bersama-sama terhadap Tobin‘s Q.
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
2. Kausalitas, yang dalam hal ini akan menganalisa hubungan dan pengaruh antara variabelvariabel diatas, yang jika terjadi hubungan maka akan juga diteliti seberapa jauh tingkat pengaruh (signifikansi) suatu variabel akan mempengaruhi variabel lainnya.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah menggunakan desain: 1. Deskriptif (paparan), yang ditujukan untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yang digunakan yaitu: Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan tumbuh, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Komitmen Penerapan GCG, ROE, dan Tobin‘s Q
K A T ( X1) ROE ( Y1)
K T ( X2) U P ( X3) TOBIN’S Q ( Y2)
S P (X4) K P GCG (X5) Dimana, Y1 Y2 X1 X2 X3 X4 X5
Kinerja Perusahaan (ROE) : Kinerja Perusahaan (Tobin-Q) : Komposisi Aktiva Tetap : Kesempatan Pertumbuhan : Ukuran Perusahaan : Stuktur Kepemilikan : Komitmen Penerapan GCG :
Metode Analisis
pemilihan populasi tersebut adalah karena sahamsaham perusahaan yang listed dalam LQ 45 merupakan saham-saham dengan nilai perusahaan dan likuiditas yang tinggi sehingga cenderung memberikan keuntungan yang lebih pasti dibandingkan saham lainnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive (Judgment) sampling dengan kriteria perusahaan yang dikehendaki sebagai berikut: a. Masuk dalam LQ 45 per periode tahun 2001 s/d tahun 2005 b. Tetap konsisten dalam LQ 45 selama 5 tahun berturut-turut. c. Perusahaan bukan termasuk Perusahaan Bank dan bukan Lembaga Keuangan
Populasi dan Sampel
Berdasarkan kriteria diatas perusahaan yang terpilih atau memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka-angka. Data kuantitatif yang digunakan berupa data keuangan tahunan perusahaan. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data sekunder, yaitu dari laporan tahunan yang ada di BEJ berupa data JSX (Jakarta Stock Exchage) dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) tahun 2001-2005 dan juga Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) tahun 2001-2005.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu perusahaan-perusahaan yang listed (terdaftar) di BEJ dalam kategori 45 saham liquid (LQ 45) pada tahun 2001 s/d tahun 2005. Pertimbangan dalam Vol. 13 No. 1, Mei 2008
27
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Tabel 1 Perusahaan yang memenuhi syarat No Kode Nama Perusahaan 1 AALI PT Astra Agro Lestari, Tbk 2 ANTM PT Aneka Tambang, Tbk 3 ASII PT Astra Internasional, Tbk 4 AUTO PT Astra Otoparts, Tbk 5 GGRM PT Gudang Garam, Tbk 6 GJTL PT Gajah Tunggal, Tbk 7 HMSP PT H M Sampoerna, Tbk 8 INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 9 INTP PT Indocement, Tbk 10 ISAT PT Indosat, ( Persero) Tbk 11 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk 12 MPPA PT Matahari Putra Prima, Tbk 13 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 14 RMBA PT Bentoel International Investama, Tbk 15 SMGR PT Semen Gresik, Tbk 16 TINS PT Timah, Tbk 17 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia, (Persero) Tbk 18 TSPC PT Tempo Scan Pasific, Tbk 19 UNTR PT United Tractors, Tbk 20 UNVR PT Unilever Indonesia, Tbk Sumber: Jakarta Stock Exchage (JSX) Tahun 20012005
Analisis Data Pada penelitian ini penulis melakukan analisis data dalam beberapa tahap pengujian, yaitu sebagai berikut: a. Uji Deskriptif Menghitung statistik deskriptif masing-masing variabel seperti mean, nilai minimum, nilai maksimum serta standar deviasinya. b. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen dan keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini penulis menggunakan Kolmogorov smirnov. Data dikatakan normal jika Nilai signifikansi (sig) adalah > 0.05 c. Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan regresi terdapat beberapa asumsi dasar, asumsi-asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik: 1) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi model regresi apakah ada variabel bebas memiliki korelasi kuat satu sama lain. Suatu regresi dikatakan bebas multikolinearitas apabila: Nilai Tolerance mendekati angka 1 dan Nilai VIF menjauhi angka 1 dan kurang dari 10 (< 10) Vol. 13 No. 1, Mei 2008
28
2) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah dalam sebuah regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas menguji apakah dalam sebuah regresi telah terjadi ketidaksamaan variasi variabel pada semua pengamatan. d. Pengujian Hipotesis 1) Analisis Regresi linear berganda Regresi linier berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan/ dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan seterusnya variabel bebas namun masih menunjukan diagram hubungan yang linear. 2) Analisis Koefisien Korelasi (R) Koefisien Korelasi untuk mengetahui erat atau tidaknya hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel tidak bebas (dependent variable). 3) Analisis Koefisien Determinasi (R2 & Adjusted R2) Nilai R2 menunjukan besarnya variasi variabel-variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Semakin besar R 2 berarti semakin besar variasi variabel bebas dapat menjelaskan variasi variabel tidak bebas. Nilai R2 yang disesuaikan adalah besarnya nilai R2 yang telah memperhitungkan derajat kebebasan. Adjusted R2 diperlukan untuk menghindari bias yang timbul terhadap sejumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R2 cenderung meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut terpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 4) Uji Parsial ( T-Test) Uji t digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas (parsial) terhadap variabel tidak bebas. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan Uji Parsial (T-Test) adalah sebagai berikut ( jika α = 5%): a) Jika Nilai Sig (P) > 0.05 maka hipotesis alternatif ditolak (Ho) Artinya tidak signifikan b) Jika Nilai Sig (P) < 0.05 maka hipotesis alternatif diterima (Ha) Artinya signifikan
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
5) Uji simultan ( F-Test) Uji F atau uji ANOVA digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan Uji Simultan (F-Test) adalah sebagai berikut ( jika α = 5%): a) Jika Nilai Sig (P) > 0.05 maka hipotesis alternatif ditolak (Ho) Artinya tidak signifikan b) Jika Nilai Sig (P) < 0.05 maka hipotesis alternatif diterima (Ha) Artinya signifikan
persediaan + utang jangka panjang) dibagi dengan total aktiva. 2. Variabel Independen Adapun variabel independen pada penelitian ini adalah: a. Komposisi Aktiva Tetap Diukur dengan menggunakan rasio antara aktiva tetap terhadap total aktiva b. Kesempatan Tumbuh Diukur dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan penjualan selama 3 tahun terakhir c. Ukuran Perusahaan Merupakan nilai dari Log Natural dari penjualan d. Struktur Kepemilikan Variabel ini menggunakan Concentration Ratio 1 (CR1) yaitu Proporsi saham terbesar pertama. e. Komitmen Penerapan GCG Variabel ini ditetapkan menggunakan variabel dummy dimana nilai 0 digunakan untuk yang tidak berkomitmen dalam menerapkan GCG sedangkan 1 untuk yang komitmen dalam menerapkan GCG
Operasionalisasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah : a. ROE Merupakan rasio dari Laba Bersih dibagi Ekuitas Saham Biasa b. Tobin‘s Q Harga penutupan saham di akhir tahun dikalikan dengan banyaknya saham biasa yang beredar ditambah dengan hutang (utang lancar-aktiva lancar + nilai buku
ROE TOBINSQ KAT KT UP KPGCG SP Valid N (listwise) Sumber: Hasil Olahan
N 80 80 80 80 80 80 80 80 Data
Pembahasan Statistik Deskriptif
Tabel 2 Statistik Deskriptif Minimum Maximum -2,37 38,95 ,12 2,41 ,16 ,80 -9 95 14,16 17,93 ,00 1,00 8,93 87,31
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran dari kecenderungan (measure of central tendency) dan besarnya variasi atas sampel penelitian, tergambar dalam tabel 2 terdiri dari minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Adapun uraian deskriptif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Nilai minimum dan maksimum untuk ROE adalah -2.37 dan 38.95 serta rata-rata ROE adalah 18.6344 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 10.12968. Artinya perusahaan yang menjadi sampel ada yang memiliki ROE yang cukup jelek sebesar 2.37 meski hanya ada dua sampel saja dan juga Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Mean 18,6344 1,0726 ,3587 41,72 15,5627 ,3500 56,9564
Std. Deviation 10,12968 ,53931 ,17804 26,321 ,92922 ,47998 16,16240
ada memiliki ROE yang sangat baik 38.95 meskipun secara rata-rata masih dikategorikan baik bila dibandingkan dengan komponen suku bunga yang ditawarkan SBI atau Instrumen Keuangan lainnya. b. Nilai minimum dan maksimum untuk Tobins‘Q adalah 0.12 dan 2.41 serta rata-rata Tobins‘Q adalah 1.0726 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 0.53931. Artinya perusahaan yang menjadi sampel ada yang memiliki nilai perusahaan yang dinilai pasar sebesar 0.12 X dari nilai buku perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berada pada kondisi dengan 29
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
nilai dibawah 1 yang artinya perusahaan tersebut ditaksir lebih rendah oleh pasar (undervalued) dan juga ada yang memiliki nilai perusahaan yang dianggap atau dinilai pasar 2.41 X dari nilai buku perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berada pada kondisi dengan nilai diatas 1 yang artinya perusahaan tersebut ditaksir lebih tinggi oleh pasar (Overvalued). mesikipun secara ratarata perusahaan yang menjadi sampel memiliki nilai buku perusahaan relatif hampir sama dengan nilai pasar perusahaan yaitu sebesar 1.0726. c. Nilai minimum dan maksimum untuk Komposisi Aktiva Tetap adalah 0.16 dan 0.80 serta ratarata Komposisi Aktiva Tetap adalah 0.3587 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 0.17804. Artinya perusahaan yang menjadi sampel ada yang memiliki aktiva tetap sebesar 16 % saja dari total aktivanya dan juga ada yang memiliki 80 % dari total aktivanya, meskipun secara rata-rata perusahaan yang menjadi sampel memiliki aktiva tetap sebesar 35.57 % dari total aktivanya. Besaran komposisi aktiva tetap dapat mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam memproduksi maupun menjalankan usahanya. Di satu sisi mempunyai aktiva tetap yang besar bila tidak didasari oleh kebutuhan perusahaan akan menimbulkan masalah ketidak efisienan. Semakin besar perusahaan yang mempunyai besaran Komposisi Aktiva tetap semakin membutuhkan pengawasan dan pengelolaan perusahaan yang lebih baik lagi. d. Nilai minimum dan maksimum untuk Kesempatan Tumbuh adalah -9 dan 95 serta rata-rata Kesempatan Tumbuh adalah 41.72 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 26.321. Artinya perusahaan yang menjadi sampel ada yang memiliki kesempatan tumbuh yang negatif sebesar -9 % dan juga ada perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh sebesar 95 %, meskipun rata- rata kesempatan tumbuh perusahaan yang diambil sampelnya adalah 41.72 %. Suatu perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi mempunyai kesempatan memperoleh pendapatan yang tinggi pula sehingga dapat berpengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan tersebut demikian juga sebaliknya. e. Nilai minimum dan maksimum untuk Ukuran Perusahaan adalah 14.16 dan 17.93 serta ratarata Ukuran Perusahaan adalah 15.5627 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar
Vol. 13 No. 1, Mei 2008
deviasi sebesar 0.92922. Artinya perusahaan yang menjadi sampel ada yang memiliki ukuran perusahaan (dilihat dari log natural penjualan) sebesar 14.16 dan juga ada perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan sebesar 17.93. meskipun rata-rata Ukuran perusahaan berada pada posisi 15.5627. Penjualan yang besar merupakan replikasi dari besarnya perusahaan tersebut sehingga semakin besar suatu perusahaan pasti akan lebih sulit untuk dimonitor sehingga membutuhkan pengawasan dan pengelolaan perusahaan yang lebih baik f. Nilai minimum dan maksimum untuk Komitmen Penerapan GCG adalah 0.00 dan 1.00 serta rata-rata Komitmen Penerapan GCG adalah 0.3500 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 0.47998. Artinya perusahaan yang menjadi sampel banyak yang tidak mempunyai komitmen dalam menerapkan GCG diperusahaannya. Hanya 35 % perusahaan yang berkomitmen menerapkan GCG. g. Nilai minimum dan maksimum untuk Struktur Kepemilikan adalah 8,93 dan 87.31 serta ratarata Struktur Kepemilikan adalah 56.9564 dengan tingkat penyimpangan yang ditunjukkan standar deviasi sebesar 16.16240. Artinya perusahaan yang menjadi sampel rata-rata berstruktur Kepemilikan terkonsentrasi. Padahal menurut penelitian yang dilakukan Gilberg dan idson pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang lebih besar kepada pihak manajemen daripada perusahaan yang kepemilikannya lebih terkonsentrasi.
Uji Normalitas Data Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas penelitian ini menggunakan uji kolmogorov
smirnov.
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan, ROE dan Tobins‘Q memberikan hasil signifikansi α diatas 0.05. Variabel tersebut dapat disimpulkan normal karena α (signifikansi) lebih besar dari 0.05. Sedangkan Komitmen Penerapan GCG merupakan Variabel Dummy.
30
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Variabel
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov Smirnov Asymp. Kesimpulan Sig (2-tailed)
Komposisi Aktiva Tetap Kesempatan Tumbuh Ukuran Perusahaan Komitmen Penerapan GCG Struktur Kepemilikan ROE Tobins‘Q
0.106 0.826 0.183 0.000 0.054 0.982 0.349
Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Dummy Variable Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Sumber: Hasil Olahan Data
Uji Asumsi Klasik
dipastikan gejala multikoliniaritas dengan variabel dependennya yakni ROE tidak ada.
Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat gejala-gejala yang terjadi pada bentuk studi kausalitas. Pengujian ini meliputi multikolinearitas, autokorelasi dan Heteroskedastisitas. Pengujian asumsi klasik dapat ditujukan sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Pengujian Multikolinieritas Variabel Tolerance Komposisi Aktiva Tetap Kesempatan Tumbuh Ukuran Perusahaan Komitmen Penerapan GCG Struktur Kepemilikan
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi linier berganda ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinieritas pada model regresi dapat dilihat dari besaran VIF dan Tolerance. Jika nilai Tolerance lebih dari 0.10 atau mendekati angka 1 dan VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan model regresi tersebut tidak dapat problem multikol atau bebas multikol dan sebaliknya. Tabel 4 Hasil Pengujian Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Komposisi Aktiva Tetap 0.952 1.050 Kesempatan Tumbuh 0.920 1.087 Ukuran Perusahaan 0.826 1.211 Komitmen Penerapan 0.925 1.081 GCG Struktur Kepemilikan 0.858 1.165 Dependent Variable : ROE
1.050 1.087 1.211 1.081 1.165
Dependent Variable :Tobins‘Q Dari tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian menunjukan bahwa nilai tolerance dan VIF untuk variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan terhadap variabel dependen yaitu Tobins‘Q yang mana nilai Tolerancenya dalam kisaran 0.8260.952 sedangkan VIF dalam kisaran 1.050-1.211. sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kondisi tersebut diatas dipastikan gejala multikoliniaritas dengan variabel dependennya yakni Tobins‘ Q tidak ada.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelsi adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah dalam sebuah regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi serial, maka akan mengakibatkan uraian residual (error terms) menjadi lebih rendah dari yang semestinya yang mengakibatkan R 2 menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya. Selain itu, pengujian hipotesis dengan menggunakan t hitung dan F hitung akan menyesatkan. Adapun hasil
Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian menunjukan bahwa nilai tolerance dan VIF untuk variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan terhadap variabel dependen yaitu ROE yang mana nilai Tolerancenya dalam kisaran 0.826-0.952 sedangkan VIF dalam kisaran 1.050-1.211. sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kondisi tersebut di atas Vol. 13 No. 1, Mei 2008
0.952 0.920 0.826 0.925 0.858
VIF
31
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
perhitungan uji korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Hasil Pengujian Autokorelasi Variabel N DW dL Du Dependen Statistik ROE
80
2.169
1.51
1.77
Tobins‘Q
80
2.224
1.51
1.77
Sumber: Hasil Olahan Data Dari tabel 6 di atas terlihat bahwa nilai D W statistik sebesar 2.169 dan 2.224, sedangkan nilai DW tabel pada n =80 dan k=5 nilai dU=1.77 dan dL= 1.51 Karena nilai 1.77 < 2.169 < 4 – 1.77 atau 1.77 < 2.169 < 2.23 dan 1.77 < 2.224 < 4 – 1.77 atau 1.77 < 2.224 <2.23, maka dapat disimpulkan bahwa dua model regresi yang diajukan tidak satupun
yang mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif (bebas autokorelasi).
Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokedastisitas adalah pengujian untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilihat pada grafik scatterplot. Menurut Santoso(2002), jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas.
Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: ROE
Dependent Variable: TOBINSQ Regression Standardized Predicted Value
Regression Standardized Predicted Value
Grafik 1 Hasil Pengujian Heterokedastisitas
4
3
2
1
0
-1
-2
-3 -4
-2
0
2
4
Regression Studentized Residual
Grafik 1 di atas memperlihatkan titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang jelas, serta menyebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dengan demikian bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi hete-
4
2
0
-2
-4 -2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
roskedastisitas pada dua model regresi dalam penelitian ini.
Pengujian Hipotesis ( Fit of Goodness) a. Uji Simultan (model) – (F Test)
Model Penelitian 1: Tabel 7 Hasil Pengujian F-Test (ANOVA)—ROE ANOVAb Model Sum of df Mean F Squares Square 1. Regression 2280.232 5 456.046 5.793 Residual 5825.984 74 78.730 Total 8106.216 79 a. Predictors: (constant), SP, KT, KAT, KPGCG, UP b. Dependent Variable: ROE 32 Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Sig. .000a
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Uji Hipotesis Kesebelas
secara signifikan atau dengan kata lain variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan secara bersama-sama memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROE).
Tabel 7 di atas menunjukan hasil uji ANOVA atau F Test, diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.000, maka Ho11 ditolak dan Ha11 diterima. Hal1 ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen Model Penelitian 2:
Tabel 8 Hasil Pengujian F-Test (ANOVA)—Tobin‘s Q ANOVAb Model Sum of df Mean F Squares Square 1. Regression 4.686 5 .937 3.791 Residual 18.291 74 .247 Total 22.977 79 c. Predictors: (constant), SP, KT, KAT, KPGCG, UP d. Dependent Variable: TOBINSQ
Uji Hipotesis Keduabelas
0
Tabel 8 di atas menunjukan hasil uji ANOVA atau F Test, diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0.004, maka Ho12 ditolak dan Ha12 diterima. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara sifnifikan atau dengan kata lain variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan secara bersama-sama memiliki pengaruh. secara signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tobins‘Q).
1
.004a
= Yang tidak ber komitmen dalam menerapkan GCG = Yang ber komitmen dalam menerapkan GCG
Model penelitian 2: Ŷ2 = α + β1XKAT+ β2XKT + β3XUP β4XKPGCG + e Dimana: Ŷ2 = Tobin‘s Q α = Konstanta β1 - β5 = Koefisien regresi XKAT = Komposisi Aktiva Tetap XKT = Kesempatan Tumbuh XUP = Ukuran Perusahaan XSP = Struktur Kepemilikan XKPGCG =Komitmen Penerapan Good
b. Analisis Persamaan Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini pengolahan data meng-gunakan Software program SPSS for Windows Release 12.0. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda adalah: Model penelitian 1:
0
Ŷ1 = α + β1XKAT+ β2XKT + β3XUP + β4 XSP + β5XKPGCG + e Dimana: Ŷ1 = ROE α = Konstanta β1 - β5 = Koefisien regresi XKAT = Komposisi Aktiva Tetap XKT = Kesempatan Tumbuh XUP = Ukuran Perusahaan XSP = Struktur Kepemilikan XKPGCG = Komitmen Penerapan Good Corporate
1
Governance,
+ β5XSP +
Corporate
= Yang tidak ber komitmen dalam menerapkan GCG = Yang ber komitmen dalam menerapkan GCG
Setelah semua variabel dimasukkan dan diolah dengan menggunakan software program SPSS. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Model penelitian 1:
Governance,
Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Sig.
33
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Tabel 9 Hasil Regresi Linier Berganda (ROE)
Coefficientsa
Model 1 (Constant) KAT KT UP KPGCG SP
Unstandardized Coefficients B -62.673 -11.827 .088 4.572 .163
Std.Error 19.957 5.746 .040 1.182 2.163 .067
Standardized Coefficients
t
Sig.
-3.140 -2.058 2.229 3.867 1.898 2.446
.002 .043 .029 .000 .062 .017
Beta -.208 .229 .419 .194 -.260
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.952 .920 .826 .925 .858
1.050 1.087 1.211 1.081 1.165
Sumber: Hasil Olahan Data a. Dependent Variable: ROE Ŷ1 = -62.673 – 11.827 XKAT + 0.088 XKT + 4.572 XUP + 0.163XSP + 4.104 XKPGCG + 8.87297
berdasarkan tabel 9 di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
Model penelitian 2: Tabel 10 Hasil Regresi Linier Berganda ( Tobins Q )
Coefficientsa
Model 1 (Constant) KAT KT UP KPGCG SP
Unstandardized Coefficients B -2.461 .147 .005 .210 -.175 .001
Std.Error 1.118 .322 .002 .066 .121 .004
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .049 .220 .362 -.156 .042
-2.201 .458 2.037 3.175 -1.443 .378
.031 .648 .045 .002 .153 .706
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.952 .920 .826 .925 .858
1.050 1.087 1.211 1.081 1.165
Sumber: Hasil Olahan Data a. Dependent Variable: TOBINSQ Berdasarkan tabel 10 di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai berikut:
Tabel 11 Klasifikasi tingkat korelasi antar variabel Koefisien Korelasi Kekuatan nisbah asosiatif 0.00 Tidak memiliki nisbah asosiatif Nisbah asosiatifnya sangat lemah 0.01-0.20 0.1-0.40 Nisbah asosiatifnya lemah 0.41-0.70 Nisbah asosiatifnya moderat 0.71-0.90 Nisbah asosiatifnya kuat 0.91-0.99 Nisbah asosiatifnya sangat kuat 1.00 Nisbah asosiatifnya deterministik Sumber: Hasil Olahan Data Dari ketentuan tersebut didapat hasil sebagai berikut:
Ŷ2 = -2.461 + 0.147 XKAT + 0.005 XKT + 0.210 XUP+ 0.001 XSP - 0.175 XKPGCG + 0.49717 c. Analisis Koefisen Korelasi Koefiseien korelasi untuk mengetahui erat atau tidaknya hubungan antara variabel bebas ( independent variable) dengan variabel tidak bebas (dependent Variable). Adapun tabel keputusan mengenai hubungan dibentuk kriteria sebagai berikut:
Model penelitian 1: Vol. 13 No. 1, Mei 2008
34
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted
Tabel 12 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinan (Variabel Dependen: ROE) R R Square Adjusted Std. Error of The R Square Estimate a 0.530 0.281 0.233 8.87297 Sumber: Hasil Olahan Data a. Predictors: (Constant), KPGCG, UP, KT, SP, KAT b. Dependent Variable : ROE
R 2)
Model Penelitian 1: Dari tabel 12 terlihat nilai Adjusted R2 sebesar 0.233 atau 23.3 %, artinya bahwa variabel independen yang ada pada model regresi satu mampu menjelaskan 23.3 % terhadap ROE. Keadaan ini megindikasikan bahwa faktor-faktor diluar 5 variabel itu mampu menjelaskan variabel ROE sebesar 0.767 atau 76.7 %. Dengan demikian Kemampuan variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan memiliki kontribusi sebesar 23.3 % dalam menjelaskan kinerja perusahaan (ROE).
Berdasarkan tabel 12 di atas, angka korelasi menunjukkan nilai sebesar 0.530 atau 53 %. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen (Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Stuktur Kepemilikan) adalah moderat, berdasarkan kriteria tabel keputusan pada tabel 11.
Model Penelitian 2: Dari tabel 13 terlihat nilai Adjusted R2 sebesar 0.150 atau 15 %, artinya bahwa variabel independen yang ada pada model regresi dua mampu menjelaskan 15 % terhadap Tobins‘Q. Keadaan ini megindikasikan bahwa faktor-faktor diluar 5 variabel itu mampu menjelaskan variabel Tobins‘Q sebesar 0.850 atau 85%. Dengan demikian Kemampuan variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan memiliki kontribusi sebesar 15 % dalam menjelaskan kinerja perusahaan (Tobins‘Q).
Model penelitian 2: Tabel 13 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinan (Variabel Dependen: Tobins Q) R R Square Adjusted Std. Error of R Square The Estimate 0.452a 0.204 0.150 0.49717 Sumber: Hasil Olahan Data a. Predictors: (Constant), KPGCG, UP, KT, SP, KAT b. Dependent Variable : Tobins Q
d. Uji Parsial (T Test) Untuk menguji koefisien regresi yang menunjukkan sumbangan atau kontribusi variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan tabel 13 di atas, angka korelasi menunjukkan nilai sebesar 0.452 atau 45.2 %. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen (Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Stuktur Kepemilikan) adalah moderat.
Variabel KAT KT UP KPGCG SP
Koefisien -11.827 0.088 4.572 4.104 0.163
Model Penelitian 1: (lihat tabel 14).
Tabel 14 Hasil Pengujian t-test (ROE) T-hitung Sig Kesimpulan -2.058 0.043 Signifikan 2.229 0.029 Signifikan 3.867 0.000 Signifikan 1.898 0.062 Tidak Signifikan 2.446 0.017 Signifikan
Sumber: Hasil Olahan Data Berdasarkan tabel 14 di atas, maka uji t dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Uji Hipotesis Pertama Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Komposisi Aktiva Tetap dengan ROE mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya Vol. 13 No. 1, Mei 2008
sebesar 0.043, maka Ho3 ditolak, sedangkan Ha3 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Komposisi Aktiva Tetap berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Berdasarkan koefisien β diperoleh nilai β dari Komposisi Aktiva Tetap sebesar -11.827 yang artinya Komposisi Aktiva 35
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Tetap berpengaruh secara negatif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar Komposisi Aktiva Tetap maka nilai ROE yang dihasilkan akan semakin kecil. 2) Uji Hipotesis Kedua Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Kesempatan Tumbuh dengan ROE mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.029, maka Ho4 ditolak, sedangkan Ha4 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Kesempatan Tumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Berdasarkan koefisien β diperoleh nilai β dari Kesempatan Tumbuh sebesar 0.088 yang artinya Kesempatan Tumbuh berpengaruh secara positif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar Kesempatan Tumbuh maka nilai ROE yang dihasilkan akan semakin besar pula. 3) Uji Hipotesis Ketiga Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Ukuran Perusahaan dengan ROE mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.000, maka Ho5 ditolak, sedangkan Ha5 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Berdasarkan koefisien β diperoleh nilai β dari Ukuran Perusahaan sebesar 4.572 yang artinya Ukuran Perusahaan Variabel KAT KT UP KPGCG
Koefisien 0.147 0.005 0.210 -0.175
SP
0.001
berpengaruh secara positif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka nilai ROE yang dihasilkan akan semakin besar pula. 4) Uji Hipotesis Keempat Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Komitmen Penerapan GCG dengan ROE mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.062, maka Ho6 diterima, sedangkan Ha6 ditolak. Hal ini berarti bahwa interaksi Komitmen Penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap ROE. 5) Uji Hipotesis Kelima Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Struktur Kepemilikan dengan ROE mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.017, maka Ho7 ditolak, sedangkan Ha7 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Struktur Kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Berdasarkan koefisien β diperoleh nilai β dari Struktur Kepemilikan sebesar 0.163 yang artinya Struktur Kepemilikan berpengaruh secara positif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Struktur Kepemilikan akan menaikkan nilai ROE yang dihasilkan.
Model Penelitian 2: Tabel 15 Hasil Pengujian t-test (Tobin‘s Q) T-hitung Sig Kesimpulan 0.458 0.648 Tidak signifikan 2.037 0.045 Signifikan 3.175 0.002 Signifikan 1.443 0.153 Tidak signifikan 0.378
0.706
Tidak Signifikan
Sumber: Hasil Olahan Data Berdasarkan tabel 15 di atas, maka uji t dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Uji Hipotesis Keenam Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Komposisi Aktiva Tetap dengan Tobin‘s Q mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.648 maka Ho8 diterima, sedangkan Ha8 ditolak. Hal ini berarti bahwa interaksi Komposisi Aktiva Tetap tidak berpengaruh terhadap Tobin‘s Q. 2) Uji Hipotesis Ketujuh Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Kesempatan Tumbuh dengan Tobin‘s Q mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.045, maka Ho9 ditolak, sedangkan Ha9 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Kesempatan Tumbuh berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin‘s Q. Berdasarkan koefisien β diperoleh nilai β dari Kesempatan Tumbuh sebesar 0.005 yang artinya Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Kesempatan Tumbuh akan menaikkan nilai Tobin‘s Q yang dihasilkan. 3) Uji Hipotesis Kedelapan Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Ukuran Perusahaan dengan Tobin‘s Q mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.002, maka Ho10 ditolak, maka Ha10 diterima. Hal ini berarti bahwa interaksi Ukuran Perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Tobin‘s Q. Berdasarkan koefisien 36
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
β diperoleh nilai β dari Ukuran Perusahaan sebesar 0.210 yang artinya Ukuran Perusahaan berpengaruh secara positif terhadap ROE dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan akan menaikkan nilai Tobin‘s Q yang dihasilkan. 4) Uji Hipotesis Kesembilan Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Komitmen Penerapan GCG dengan Tobin‘s Q mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.153, maka Ho11 diterima, sedangkan Ha11 ditolak. Hal ini berarti bahwa interaksi Komitmen Penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap Tobin‘s Q. 5) Uji Hipotesis Kesepuluh Hasil Persamaan regresi menunjukan bahwa interaksi Struktur Kepemilikan dengan Tobin‘s Q mempunyai probabilitas atau nilai signifikansinya sebesar 0.706, maka Ho12 diterima, sedangkan Ha12 ditolak. Hal ini berarti bahwa interaksi Struktur Kepemilikan tidak berpengaruh terhadap Tobin‘s Q. Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik ROE maupun Tobin‘s Q. Namun, kemampuan Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan secara bersama-sama dalam menjelaskan variabilitas Kinerja Perusahaan ROE dan Tobin‘s Q masih kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan Kinerja Perusahaan (ROE dan Tobin‘s Q) sebagian besar dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di luar model. Faktor-faktor diluar model tersebut kemungkinan dapat berasal dari faktor ekonomi makro dan faktor eksternal perusahaan lainnya seperti iklim investasi, Penegakkan Hukum, Standar Akuntansi, Kualitas Pemeriksaan keuangan, Tingkat Kepercayaan publik, Kondisi Pasar modal, gejolak politik dalam dan luar negeri dan lain-lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Chamlou (2000) dan Kurniawan dan Indriantoro (2000); Deni Darmawati, Khomsiyah dan rika gelar rahayu (2004) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelaksanaan Corporate Governance di Indonesia dinilai masih belum berjalan baik dan hal tersebut dikarenakan faktor-faktor external perusahaan lebih mempunyai pengaruh dibandingkan faktor internal perusahaan. Hasil analisis pertama menunjukkan bahwa untuk model regresi dengan ROE sebagai variabel dependennya, Variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan dan 37 Vol. 13 No. 1, Mei 2008
Struktur Kepemilikan mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Operasional Perusahaan (ROE), Sedangkan Variabel Komitmen Penerapan GCG tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Operasional Perusahaan (ROE). Ini artinya bahwa Komitmen perusahaan dalam penerapan GCG masih belum mampu mempengaruhi kinerja perusahaan (ROE) namun bila dilihat dari signal keuangan, penerapan GCG terlihat mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (ROE) serta struktur kepemilikan mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi kinerja perusahaan (ROE). Hal ini terjadi diduga Para Pengelola Perusahaan dan Pemilik Perusahaan (pemegang Saham) masih belum melihat manfaat terhadap komitmen dalam Penerapan GCG bagi perusahaannya, terlihat masih minimnya perusahaan yang berkomitmen menerapkan GCG dengan keikutsertaan perusahaan dalam survey yang dilakukan oleh IICG yang hanya 35 % sedangkan signal laporan keuangan dalam rangka penerapan GCG dan juga struktur kepemilikan mendukung dan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Darmawati, Khomsiyah, Rika Gelar Rahayu (2004) yang hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa penerapan GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia masih belum begitu bagus. Hasil analisis kedua menunjukkan bahwa untuk model regresi dengan Tobins‘Q sebagai variabel dependennya, hanya ada 2 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pasar (Tobins Q) yaitu Kesempatan Tumbuh dan Ukuran Perusahaan. Sedangkan variabel lainnya Komposisi Aktiva Tetap, Komitmen Penerapan GCG dan Struktur Kepemilikan tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Pasar (Tobins‘Q). Hal ini terjadi diduga dikarenakan para investor dan kreditor masih belum melihat manfaat yang didapatkan dalam Penerapan GCG bagi perusahaan. Kecenderungan manfaat penerapan GCG membutuhkan waktu untuk bisa terlihat hasilnya (jangka panjang) sehingga untuk jangka pendek kecenderungan yang diperhatikan kreditor dan Investor adalah bagaimana perusahaan tersebut dapat meningkatkan penjualan/ pendapatannya dan bagaimana perusahaan itu berkembang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Darmawati, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu (2004); Berghe dan Ridder (1999); Daily dkk (1998); dan Deloitte dan Touche (1996) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa implementasi GCG tidak bisa secara langsung (imediate) mempengaruhi kinerja perusahaan akan tetapi membutuhkan waktu.
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Hasil peneltian ini juga dapat disimpulkan bahwa pada model pertama, Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi ROE adalah yang pertama Ukuran Perusahaan, yang kedua Struktur Kepemilikan, yang ketiga Kesempatan Tumbuh, yang keempat Komposisi Aktiva Tetap. Sedangkan pada Model penelitian kedua Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi Tobin‘s Q adalah yang pertama Ukuran Perusahaan dan kedua Kesempatan Tumbuh.
punyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROE) yaitu Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan sedangkan 1 variabel secara statistik tidak mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Perusahaan (ROE) yaitu Komitmen Penerapan GCG. Sedangkan untuk model kedua, Tobin‘s Q sebagai variabel dependen hanya ada 2 variabel independen yang secara statistik mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan (Tobin‘s Q) yaitu Kesempatan Tumbuh dan Ukuran Perusahaan, sedangkan 3 variabel yang lain secara statistik tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahan (Tobin‘s Q) yaitu Komposisi Aktiva Tetap, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan. Hasil peneltian ini juga dapat disimpulkan bahwa pada model pertama, Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi ROE adalah yang pertama Ukuran Perusahaan, yang kedua Struktur Kepemilikan, yang ketiga Kesempatan Tumbuh, yang keempat Komposisi Aktiva Tetap. Sedangkan pada Model penelitian kedua Faktor-faktor yang dominan dalam mempengaruhi Tobin‘s Q adalah yang pertama Ukuran Perusahaan dan kedua Kesempatan Tumbuh.
Implikasi Hasil Penelitian Untuk pengembangan terhadap penelitian berikutnya sebaiknya perlu dilakukan penambahan dan perubahan, yaitu : a. Dalam memproksikan Penerapan GCG pada penelitian ini masih sangat lemah hanya menggunakan Komitmen penerapan GCG dan signalsignal GCG saja, sehingga masih belum bisa banyak menjelaskan Penerapan GCG sesungguhnya. b. Perlunya Penambahan dan perubahan konsep dasar penelitian dengan mencoba membentuk model Penerapan GCG berdasarkan 4 prinsip GCG yaitu: Transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan keadilan, dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dan membagikan pertanyaan tersebut ke responden (perusahaanperusahaan). Diharapkan Variabel-variabel tersebut mungkin akan memberikan pemahaman yang lebih tepat dalam menjelaskan Penerapan GCG yang sesungguhnya. c. Sebaiknya diteliti seluruh perusahaan per sektor yang terdaftar di bursa efek jakarta, dan dilihat bagaimana pengaruh penerapan GCG ditiap-tiap sektor tersebut.
Daftar Pustaka
Darnawati, D, Gelar Rahayu. R dan Khomsiyah, ―Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan‖, SNA VII Denpasar, 2004. Demsetz, H dan Villalonga, B., ―Ownership Struktur
and corporate performance‖, Jurnal of corporate finance, vol 7, 2001.
Kesimpulan
Dwi
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan (ROE dan Tobin‘s Q) pada perusahaan yang tergabung dalam LQ 45, maka model persamaan regresi penelitian ini memenuhi syarat digunakan untuk melihat pengaruh Variabel Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan (ROE dan Tobin‘s Q). Komposisi Aktiva Tetap, Kesempatan Tumbuh, Ukuran Perusahaan, Komitmen Penerapan GCG, dan Struktur Kepemilikan secara bersamasama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan baik ROE maupun Tobin‘s Q. Secara Parsial untuk model pertama, ROE sebagai variabel dependen ada 4 variabel independen yang secara statistik memVol. 13 No. 1, Mei 2008
Novi
Kusumawati,
Bambang
Riyanto
LS,
―Corporate Covernance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja‖, SNA VIII Solo, 2005.
Eugene F Brigham, Joel F Houston, ―Manajemen Keuangan‖, Edisi terjemahan, Erlangga, 2001. Hastuti Theresia Dwi, ―Hubungan antara Good Corporate Covernance dan struktur kepemilikan dengan Kinerja keuangan (Studi kasus pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta)‖, SNA VIII Solo, 2005. Indriantoro Nur, Supomo Bambang, ―Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & 38
Abdurrahman, Dihin Septyanto – Pengaruh Penerapan GCG dan StrukturKepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan LQ 45 Tahun 2001 – 2005 di BEJ)
Manajemen‖, Edisi Yogyakarta, 2002.
Pertama,
BPFE-
Wibowo, Buddi, ―Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap kinerja Perusahaan: kasus Indonesia‖, Usahawan, No.05 th XXX, 2006.
Johnson, Simon, P. Boone, A dan E Friendman,
―Corporate Governance in Asian Financial crisis‖, Jurnal Of Financial Economics, 2000.
Komite Nasional Kebijakan Corporate governance (KNKGCG), ―Pedoman Good Corporate governance‖, 2001. Rudy, ―Financial Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
Lesmana
Rico,
Performance
Surjanto
analyzing‖,
Manurung Jonni J, Manurung Adler Haymans, Saragih Ferdinand Dehoutman, ―Ekonometrika Teori dan Aplikasi‖, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005. Naim,
Ainun dan Rakhman, Fuad, ―Analisis Hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan‖, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No 1, 2000.
Pambudi Teguh S, ―Barisan Perusahaan Terpercaya‖, Majalah SWA, 19/XVII/20, 2001. Pambudi Teguh S, ―Mereka yang percaya terpercaya‖, Majalah SWA, 23/XVIII/5-17, 2002. Pambudi Teguh S, ―Barisan perusahaan terpercaya‖, Majalah SWA, 04/XX/19, 2004. Rodoni Achmad, ―Analisis Teknikal dan Fundamental pada pasar Modal‖, Cetakan pertama, CSES Press, Jakarta, 2005. Siswanto Sutoyo; E John Aldridge, ―Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan yang Sehat‖, Cetakan Pertama, PT Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2005. Sumariyati Siti, ―Terpercaya dulu, menuai Manfaat kemudian‖, Majalah SWA 09/XXI/ 28, 2005. Sunarto, ―Corporate Governance dan Saham‖, Fokus Ekonomi, 2003.
Kinerja
Suratman Adji, ―Manfaat GCG‖, Media Akuntansi, No. 7/TH.I/Maret: 6, 2003.
Vol. 13 No. 1, Mei 2008
39