PENGARUH PENERAPAN CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 09 SALATIGA Yudo Ardiantoro1, Tri Nova Hasti Yunianta2, Inawati Budiono3 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Jln. Diponegoro, Salatiga, 50711, Telp : (0298) 321212 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Challenge Based Learning terhadap aktivitas dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIG SMP Negeri 09 Salatiga yang diajar menggunakan Challenge Based Learning dan kelas VIIF SMP Negeri 09 Salatiga yang diajar menggunakan metode konvensional. Jumlah masingmasing kelas adalah 30 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket aktivitas belajar matematika dan tes. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh Challenge Based Learning terhadap aktivitas belajar matematika siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji beda rata-rata skor angket aktivitas akhir menggunakan analisis Uji MannWhitney U diperoleh nilai Sig. 0,018 kurang dari 0,05 (0,018 < 0,05), artinya H0 ditolak atau terdapat perbedaan aktivitas belajar antara siswa yang diajar menggunakan Challenge Based Learning dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Penelitian ini juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis uji beda rata-rata nilai posttest menggunakan Uji Mann-Whitney U diperoleh nilai Sig. 0,034 kurang dari 0,05 (0,034 < 0,05), artinya H0 ditolak atau terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan Challenge Based Learning dengan siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Kata Kunci : Challenge Based Learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Matematika
Pendahuluan Matematika merupakan ilmu dasar yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan dalam menempuh jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, sampai dengan perguruan tinggi karena matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis. Kemampuan-kemampuan tersebut mengarah pada salah satu tujuan pembelajaran matematika disemua jenjang pendidikan yaitu hasil belajar (Soedjadi, 2000). Menurut Arifin (2011) hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam mempelajari suatu ilmu atau pengetahuan dan hasil setelah berinteraksi dengan lingkungan sehingga merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa berupa nilai/angka yang didapatkan dari hasil tes yang diberikan kepada siswa sehingga hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran dan digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa perlu dimunculkan dalam suatu proses pembelajaran untuk membantu siswa membentuk pengetahuan dan ketrampilan sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang baik (Djamarah, 2006). Salah satu cara untuk memunculkan aktivitas belajar siswa adalah dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga mengupayakan agar pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher oriented) berubah menjadi berpusat pada siswa atau student oriented (Soedjadi, 2000). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2014 dan 9 April 2014 di kelas VII G SMP Negeri 09 Salatiga, pembelajaran masih bersifat teacher oriented atau masih terpusat pada guru. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran dan tidak ada aktivitas siswa yang melibatkan siswa untuk melakukan penemuan terhadap materi sehingga siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu. Aktivitas pembelajaran di kelas juga menunjukkan bahwa siswa hanya terlihat diam, tidak antusias dalam mengeluarkan gagasan, kurang terdapat umpan balik siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan kurangnya interaksi antara siswa satu dengan siswa lainnya saat pembelajaran berlangsung. Hasil belajar di kelas VII G SMP Negeri 09 Salatiga juga masih rendah. Hal ini terbukti dari perhitungan nilai rata-rata matematika kelas VII G pada saat Ujian Akhir Semester 1 dan Ujian Tengah Semester 2 yang masing-masing sebesar 65,7 dan 67,4 , sehingga kedua nilai rata-rata tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 72. Salah satu upaya yang dilakukan agar siswa memiliki aktivitas-aktivitas yang mendukung pembelajaran sehingga dapat mempangaruhi hasil belajarnya adalah dengan menerapkan Challenge Based Learning di dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan Challenge Based Learning ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, saling berbagi dalam kelompok dan menjadi layaknya peneliti untuk menemukan solusi dari masalah yang diberikan (Swiden, 2013). Kelebihan lain dari Challenge Based Learning dinyatakan oleh Johnson & Adam (2011) yaitu penerapan Challenge Based Learning dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penggunaan waktu yang efisien untuk dapat digunakan sepenuhnya oleh siswa dalam menyelesaikan suatu tantangan, sehingga siswa akan mendapatkan banyak pengetahuan, serta adanya interaksi antara siswa satu dengan yang lainnya yang menyebabkan siswa mendapat kepuasan atau rasa senang dalam pembelajaran sehingga mudah menangkap materi yang dapat meningkatkan hasil belajarnya. Challenge Based Learning adalah pembelajaran yang dimulai dari masalah dalam kehidupan sehari-hari yang nantinya menjadi tantangan siswa untuk menyelesaikannya. Guru di dalam pembelajaran ini akan menghadirkan ide besar yang berasal dari kehidupan nyata, dari ide besar ini akan muncul pertanyaan-pertanyaan esensial dan tantangan yang harus diselesaikan oleh siswa. Guru di dalam proses pembelajaran ini
akan menjadi pemandu dalam menyelesaikan tantangan meskipun dalam penyelesaian tantangan ini telah dibantu oleh sumber-sumber pemandu. Akhir dalam pembelajaran ini adalah ditemukannya solusi dan solusi tersebut dapat berupa tindakan (Johnson dkk, 2009). Penelitian tentang penerapan Challenge Based Learning dilakukan oleh Jatmiko Purwo Supatmo (2011) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan Challenge Based Learning dibandingkan dengan penggunaan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pada siswa. Namun, siswa yang mengikuti pembelajaran Challenge Based Learning terdapat peningkatan pemikiran kreatifnya dan berakibat pada hasil belajarnya lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Siswa menunjukan sikap positif terhadap penggunaan Challenge Based Learning di pembelajaran. Penelitian lain dilakukan oleh Tajuddin dan Azrol Jailani (2013) menunjukkan bahwa terdapat perubahan aktivitas siswa yang dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Challenge Based Learning juga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, terlihat bahwa aktivitas dan hasil belajar matematika siswa masih rendah, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Penerapan Challenge Based Learning Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga” dengan harapan penelitian yang menerapkan Challenge Based Learning dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga. Aktivitas Belajar Siswa Djamarah (2006) menuliskan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktivitas belajar siswa menurut Paul B. Diedrich (Sardiman, 2011) dapat digolongkan menjadi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas motorik, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Bila berbagai aktivitas tersebut dapat terwujud di pembelajaran manfaatnya adalah pembelajaran akan lebih dinamis, tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas dalam belajar, tentu untuk mewujudkannya diperlukan kreativitas guru dalam merancang proses pembelajaran guna mewujudkan aktivitas siswa yang bervariasi.
Hasil Belajar Siswa Sudjana (2010) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sejalan dengan Sudjana, Uno (2012) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar yang bentuknya adalah pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tolak ukur dari perubahan individu melalui suatu pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi pembelajaran yang menjadi dampak dari proses pembelajaran. Hasil belajar dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Challenge Based Learning Johnson, dkk (2009) menyatakan bahwa Challenge Based Learning merupakan pembelajaran baru yang menggabungkan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran konstekstual yang difokuskan pada penyelesaian dari permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini menciptakan ruang dimana siswa berpikir kritis dan aktif mencari solusi untuk memecahkan tantangan yang ada. Challenge Based Learning menggunakan masalah dalam kehidupan nyata sebagai tantangan dimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memecahkan tantangan tersebut. Tantangan yang didesain secara efektif untuk belajar dan membantu siswa meningkatkan ketrampilannya dalam mengaplikasikan konsep dan pengetahuan. Pembelajaran ini membuat siswa mampu bekerja bersama siswa lain dan guru-guru mereka (Swiden, 2013). Langkah-langkah pembelajaran Challenge Based Learning menurut Johnson, dkk (2009) guru menghadirkan ide besar dapat berasal dari hal yang akrab dengan kehidupan kita. Ide besar yang dihadirkan muncul pertanyaan esensial dan tantangan harus diselesaikan oleh siswa. Proses pembelajaran itu sendiri akan menjadi aktivitas pemandu siswa dalam penyelesaian tantangan, selain dibantu dengan pertanyaan dan sumber-sumber pemandu. Akhir dalam pembelajaran ini adalah ditemukannya solusi dan solusi tersebut dapat berupa tindakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam Challenge Based Learning adalah pemilihan tantangan yang akan dihadirkan dalam pembelajaran. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Desain untuk penelitian ini yaitu nonequivalent control group design. Desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random tetapi dengan pertimbangan tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 09 Salatiga yang berjumlah 238 siswa. Penarikan sampel ini berdasarkan teknik purposive sampling dan penarikan sampel ini atas rekomendasi dari guru mata pelajaran. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VII
SMP Negeri 09 Salatiga. Kelas yang dipilih adalah siswa kelas VII F dan kelas VII G. Siswa kelas VII G sebagai kelompok eksperimen yang akan diajar menggunakan Challenge Based Learning. Sementara kelas siswa VII F sebagai kelompok kontrol yang akan diajar menggunakan metode konvensional. Kedua kelompok ini masing masing berjumlah 30 siswa sehingga sampel penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah 60 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, angket dan observasi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa posttest. Posttest dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur penerapan Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan angket untuk mengetahui pengaruh Challenge Based Learning terhadap aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran dan observasi untuk mengetahui keberhasilan penerapan Challenge Based Learning. Hasil Penelitian Analisis tahap awal dilakukan uji beda rata-rata yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan aktivitas dan hasil belajar matematika di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil uji beda rata-rata dengan menggunakan uji Independent Samples t Test yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Hasil Uji Independent Samples t Test Angket Aktivitas Awal Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-Test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
1.074
0.304
0.499
58
0.619
1.533
3.071
0.499
56
0.619
1.533
3.071
Berdasarkan Tabel 1, uji beda rata-rata dengan menggunakan uji Independent Samples t Test diperoleh nilai Sig. 0,619 lebih dari 0,05 (0,619 > 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan aktivitas pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan.
Tabel 2. Hasil Uji Independent Samples t Test Pretest Levene's Test for Equality of Variances F Equal variances assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
t
3.216 0.078 0.182
Equal variances not assumed
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
58
0.856
0.567
3.114
0.856
0.567
3.114
0.182 51.569
Berdasarkan Tabel 2, uji beda rata-rata dengan menggunakan uji Independent Samples t Test diperoleh nilai Sig. 0,856 lebih dari 0,05 (0,856 > 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberi perlakuan. Analisis tahap akhir dilakukan uji beda rata-rata digunakan untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan hasil belajar di kelompok eksperimen dan di kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Pengujian beda rata-rata dengan menggunakan uji Mann-Whitney U karena data kedua kelompok tidak berdistribusi normal. Hasil uji Mann-Whitney U skor angket aktivitas akhir dan posttest dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Hasil Uji Mann-Whitney U Skor Angket Aktivitas Akhir NILAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
290.500 755.500 -2.361 0.018
Berdasarkan Tabel 3, uji beda rata-rata dengan menggunakan Mann-Whitney U diperoleh nilai Sig. 0,018 kurang dari 0,05 (0,018 < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan aktivitas belajar di kelompok eksperimen dan kelompok control setelah diberi perlakuan. Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney U Nilai Posttest NILAI Mann-Whitney U
309.500
Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
774.500 -2.116 0.034
Berdasarkan Tabel 4, uji beda rata-rata dengan menggunakan uji Mann-Whitney U diperoleh nilai Sig. 0,034 kurang dari 0,05 (0,034 < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas control setelah diberi perlakuan. Pembahasan Penerapan Challenge Based Learning dimulai dengan guru memberikan sebuah Challenge yang diterapkan pada materi persegi dan persegi panjang. Materi ini meliputi sifat, keliling, dan luas persegi dan persegi panjang. Sebuah Challenge memiliki unsur Problem Based Learning, Contextual Learning dan Project Based Learning. Challenge dilakukan siswa secara berkelompok, dimana mereka dapat berdiskusi dalam menyelesaikan Challenge. Guru menghadirkan aktivitas, sumber dan pertanyaanpertanyaan yang dapat membantu siswa menyelesaikan Challenge. Setelah siswa menemukan solusi dari Challenge yang diberikan oleh guru, siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Setelah siswa mempresentasikan hasil pekerjaanya, guru memberi penguatan tentang materi, salah satunya dengan menghadirkan latihan soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Hasil pengamatan pada penerapan Challenge Based Learning di kelas VII G, siswa terlihat aktif membaca materi dari beberapa sumber, mengumpulkan ide, mengemukakan pendapat, berdiskusi dan melakukan percobaan untuk menyelesaikan Challenge yang diberikan oleh guru di dalam kelompok. Penyelesaian Challenge mendorong siswa menganalisis Challenge sebelum siswa mengambil keputusan tentang solusi yang tepat dari Challenge yang diberikan. Siswa juga terlihat bersemangat dan senang dalam menyelesaiakan Challenge, namun siswa terlihat gugup saat diminta mempresentasikan solusi dari Challenge yang diberikan. Saat presentasi berlangsung, siswa lain terlihat memperhatikan dan mencatat apa yang dipresentasikan oleh temannya. Penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran hanya terdiri dari guru menjelaskan materi dan memberikan soal latihan. Materi dan soal latihan yang digunakan sama dengan soal latihan yang diberikan di kelompok yang menggunakan metode Challenge Based Learning yaitu meliputi sifat, keliling, dan luas persegi dan persegi panjang. Pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional cenderung kurang memiliki aktivitas yang mendukung pembelajaran, hasilnya siswa bersifat pasif sehingga pembelajaran cenderung bersifat satu arah dimana guru masih menjadi pusat pembelajaran. Berbeda dengan kelompok yang menggunakan Challenge Based Learning, dimana terdapat aktivitas-aktivitas yang mendukung pembelajaran. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haqq, Arif Abdul (2013), bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Challenge Based Learning lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Selain itu, data angket dan observasi menunjukan bahwa siswa menunjukan respon positif terhadap pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran Challenge Based Learning.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Windrianti, Maria Gerrin (2013), penelian tersebut memiliki kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan penerapan CBL dengan pendekatan keterampilan metakognisi dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Kesimpulan Berdasarkan penelitan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Challenge Based Learning terhadap aktivitas belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan Uji Mann-Whitney U diperoleh nilai Sig. 0,018 kurang dari 0,05. (0,018 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas belajar siswa yang menggunakan penerapan Challenge Based Learning dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu, terdapat juga pengaruh Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan uji beda rata-rata menggunakan Uji Mann-Whitney U diperoleh nilai Sig. 0,034 kurang dari 0,05. (0,034 < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran siswa yang menggunakan penerapan Challenge Based Learning dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, terdapat beberapa saran yaitu Challenge Based Learning digunakan sebagai metode alternatif bagi guru dalam pembelajaran matematika pada materi lainnya untuk munculkan aktivitas-aktivitas yang mendukung pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, sekolah memberi sarana yang mendukung pembelajaran sehingga pembelajaran dapat terlaksana seperti yang diharapkan, siswa diharapkan dapat meninggkatkan keaktifan di dalam kelas, mencari sumber belajar, dan tidak bergantung kepada guru sehingga mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Daftar Pustaka Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Azrol Jailani dan Tajuddin. 2013. Challenge Based Learning in Students for Vocational Skills. Malaysia : The Association of Ledang Community Youth Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Haqq, Arif Abdul. 2013. Penerapan Challenge Based Learning Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Penalaran Matematis Siswa SMA. Tesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Johnson, L. and Adams, S.2011. Challenge Based Learning: The Report from the Implementation Project.Austin, Texas: The New Media Consortium
Johnson, L. F., Smith, R. S., Smyte, J. T., Varon, R. K., 2009. Challenge Based Learning : an Approach for Our Time. Austin, Texas : New Media Consortium Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Supatmo, J. P. 2011. Penerapan Challenge Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik Dinamis Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Swiden, C. L. 2013. Effects Of Challenge Based Learning On Student Motivation And Achievement. Montana : Montana State University Uno, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara Windrianti, M. G. 2013. Penerapan Challenge Based Learning (CBL) Dengan Pendekatan Keterampilan Metakognisi Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Materi Persegi Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga. Skripsi.Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana