PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG
Retno Nursanti, Kriswandani, Tri Nova Hasti Yunianta Progam Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak
Salah satu cara menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran diperlukan sebuah metode yang memberikan siswa sebuah tantangan untuk diselesaikan yaitu melalui bekerja. Pembelajaran sambil bekerja (learning by doing) salah satunya dapat diterapkan dengan pembelajaran berbasis tantangan atau challenge based learning (CBL). Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang dilakukan di SMP Negeri 1 Getasan tahun ajaran 2014/2015, dengan populasi seluruh siswa kelas IX. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX C sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 34 dan siswa kelas IX D sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 34. Teknik pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui tes pilihan ganda. Desain dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Getasan tahun ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikan 0,045 < 0,05. Selain itu sebagian besar kelas eksperimen memiliki hasil belajar berkategori tinggi dan sedang yaitu terdapat 13 siswa dengan presentase 38% berkategori tinggi, dan 14 siswa berkategori sedang dengan persentase 41% dan sebagian besar kelas kontrol memiliki hasil belajar berkategori sedang dan rendah yaitu terdapat 12 siswa dengan presentase 35,5% berkategori sedang dan 12 siswa berkategori rendah dengan persentase 35,5%. Kata Kunci
: challenge based learning, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran yang baik diawali dengan desain yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menetapkan dan mengembangkan strategi pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009). Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu curriculum, 1
teaching, learning and assessment (Arends, 2012). Keberhasilan salah satu dari teaching adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Seorang guru yang baik tidak cukup mengajar hanya mengandalkan strategi-strategi pembelajaran, tetapi juga harus menguasai model yang baik agar memiliki arah yang lebih jelas dalam penyampaian materi ajarnya. Berdasarkan hasil observasi di SMP N 1 Getasan khususnya di kelas IX pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran dan tidak ada aktivitas siswa yang melibatkan siswa untuk melakukan penemuan terhadap materi sehingga siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu. Aktivitas pembelajaran di kelas juga menunjukkan bahwa siswa hanya terlihat diam, tidak antusias dalam mengeluarkan gagasan, kurang terdapat umpan balik siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan kurangnya interaksi antara siswa satu dengan siswa lainnya saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar matematika siswa masih rendah. Berdasarkan hal di atas, untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Salah satu upaya tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Salah satu cara menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran diperlukan sebuah metode yang memberikan siswa sebuah tantangan untuk diselesaikan yaitu melalui bekerja. Pembelajaran sambil bekerja (learning by doing) salah satunya dapat diterapkan dengan pembelajaran berbasis tantangan atau challenge based learning. Pembelajaran Berbasis Tantangan atau Challenge based Learning merupakan model pembelajaran yang merupakan gabungan dari aspek pembelajaran yang sudah ada sebelumnya yaitu Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based Learning), dan Pembelajaran Konstekstual (ContextualTeaching Learning). Pembelajaran ini difokuskan pada permasalahan yang ada di sekitar kita (Johnson, 2009). Pembelajaran ini memfokuskan pada penyelesaian challenge di bawah bimbingan guru. Challenge Based Learning merupakan pembelajaran kolaboratif dimana guru dan siswa bekerja sama untuk belajar tentang masalah yang akan diangkat menjadi sebuah challenge. Tugas guru dalam Challenge Based Learning adalah memandu siswa, memandu apa yang sudah diketahui siswa dan menghantarkan kepada sebuah tantangan yang harus diselesaikan. Siswa dapat membangun pertanyaan, menginvestigasi dan mencari solusi yang tepat dari topik yang dibangun bersama guru. Kerangka Challenge Based Learning dapat dilihat pada gambar berikut:
2
Gambar 1. Framework Challenge Based Learning (Johnson dkk: 2009) Epstein dalam Orme (2010) mengatakan bahwa tantangan yang tepat dapat termasuk tugas untuk memilih dengan penuh kehati-hatian karena siswa belum mengetahui solusinya hingga mereka melakukan proses pengerjaan tantangan yang sering menghasilkan peningkatan mental memproses yang menghasilkan keterampilan berpikir siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Challenge Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP N 1 Getasan Kabupaten Semarang.Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran challenge based learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Getasan yang beralamatkan di Jampelan Kecamatan Getasan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 1 Getasan Tahun Ajaran 2014/2015. Waktu penelitian dari bulan Juli sampai bulan Agustus. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP N 1 Getasan Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 205 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX C sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 34 siswa dan siswa kelas IX D sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 34 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling. Variabel bebas dalam peneitian ini adalah Model
3
Challenge Based Learning (X) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar (Y). Desain dalam penelitian adalah pretest-posttest control group design. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan cara tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang diujicobakan untuk diketahui validitas, taraf kesukaran dan reliabilitas. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis uji beda rerata, yang sebelumnya telah diuji normalitas menggunakan shapiro-wilk dan homogenitas menggunakan Levene’s.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian diperoleh data deskripsi awal dan deskripsi akhir dari hasil belajar. Deskripsi awal digunakan untuk melihat hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan yaitu model Challenge Based Learning. Hasil belajar awal (pretest) didapat dari nilai Ulangan Akhir Semester 2 SMP Negeri 1 Getasan tahun ajaran 2013/2014. Nilai pretest kedua kelas diperoleh rata-rata 62,64 pada kelas kontrol dan 61,23 pada kelas eksperimen. Hasil belajar siswa dikategorikan menjadi kategori tinggi, sedang, rendah. Batas interval ditentukan dengan cara
+ 0,5
dan
− 0,5
. Kategori hasil belajar (Pretest) dapat dilihat
pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Hasil Belajar (Pretest) Kelas Kontrol Kategori
Kelas Eksperimen
Interval Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Tinggi
67 < x ≤ 82
12
35%
6
18%
Sedang
57 ≤ x ≤ 67
13
38%
18
53%
Rendah
36 ≤ x < 57
9
27%
10
29%
Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar dari kelas kontrol dan eksperimen memiliki hasil belajar yang sedang. Pada kelas kontrol terdapat 13 siswa berkategori sedang, dan pada kelas eksperimen, terdapat 18 siswa berkategori sedang. Hasil belajar kedua kelas diuji normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikan kelas kontrol 0,557 dan nilai signifikan kelas eksperimen adalah 0,561. Kedua nilai signifikan lebih dari 0,05 yang berarti H0 diterima, dengan kata lain masing-masing kelas berasal dari populasi yang distribusi normal, hasil uji homogenitas diperoleh bahwa nilai signifikan sebesar 0,500 > 0,05 berarti H0 diterima, dengan kata lain kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama atau homogen. Setelah diuji normalitas dan homogenitas, 4
selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata dan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,563 > 0,05, yang berarti H0 diterima atau tidak terdapat perbedaan hasil belajar awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Deskripsi akhir penelitian ini adalah hasil belajar (Posttest) akhir setelah diberikan perlakuan menggunakan model Challenge Based Learning. Hasil belajar (Posttest) pada kelas kontrol (IX C) diperoleh nilai rata-rata 64,90 dan rata-rata kelas eksperimen (IX D) 75,09. Hasil belajar siswa dikategorikan menjadi kategori tinggi, sedang, rendah. Hasil pengkategorian kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Hasil Belajar (Posttest) Kategori
Interval
Tinggi
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
81 < x ≤ 100
10
29%
13
38%
Sedang
59 ≤ x ≤ 81
12
35,5%
14
41%
Rendah
6,67 ≤ x < 59
12
35,5%
7
21%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelas kontrol sebagian besar memiliki hasil belajar sedang dan rendah yaitu masing-masing berjumlah 12 siswa dan 12 siswa dengan persentase masing-masing 35,5%, sedangkan untuk kelas eksperimen sebagian besar memiliki hasil belajar tinggi dan sedang yaitu masing-masing berjumlah 13 siswa dan 14 siswa dengan persentase masing-masing 38% dan 41%. Hasil belajar akhir diuji normalitas dan homogenitas dengan SPSS 16 for windows, dari uji normalitas diperoleh hasil nilai signifikansi dari kelas kontrol 0,300 dan kelas eksperimen 0,093. Kelas kontrol nilai signifikannya 0,300 > 0,05 untuk kelas eksperimen adalah 0.098 > 0,05. Berdasarkan uji normalitas maka H0 diterima dengan kata lain sebaran data dari kedua kelas masing-masing berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji prasyarat selanjutnya adalah uji homogenitas soal posttest. Hasil uji homogenitas dikatakan homogen jika nilai signifikan > 0,05 yang berarti kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki varian sama. signifikan untuk uji homogenitas nilai posttest sebesar 0,166 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama (homogen). Uji beda rerata menggunakan independent t-test. Hasil dari perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t. Data dari kedua kelas dikatakan memiliki kemampuan awal yang sama jika nilai signifikan > 0,05. Hasil perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel 4. 5
Tabel 4 Uji Banding Dua Sampel (Posttest) Levene's Test for Equality of Variances
F
t-test for Equality of Means
Df
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Sig.
T
0,166
-2,042
66
0,045
-10,19606
4,99252
-2,042
61,411
0,045
-10,19606
4,99252
Equal variances
1,957
assumed Equal variances not assumed
Berdasarkan tabel 4 terlihat nilai signifikansi (2-talled ) pada bagian equal variance assumed sebesar 0,045 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel tidak memiliki kemampuan akhir yang sama. Rata-rata hasil belajar matematika menggunakan model Challenge Based Learning adalah 75,09 dan yang tidak menggunakan model Challenge Based Learning yaitu 64,90, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas yang menggunakan model Challenge Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran challenge based learning, sehingga terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Getasan.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Callenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP N 1 Getasan. Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,045 < 0,05 yang berarti hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki rataan yang berbeda. Rata-rata hasil belajar kelas kontrol 64,90 dan kelas eksperimen 75,09. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih bagus daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Challenge Based Learning terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Getasan Kabupaten Semarang. 6
DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard. 2012. Learning to Teach. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Johnson, dkk. 2011. Challenge Based Learning: The Report from the Implementation Project.Austin, Texas: The New Media Consortium Orme, Geoff. 2010. Creativity in the Learning Commons: Supporting the Development of Student Creativity Through the School Library Program. Departement of Elementary Education. University of Alberta Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Supranto. 2007. Teknik Sampling. Jakarta: Rineka Cipta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
7