PENGARUH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN ANGGOTA, PERMODALAN, DAN PENGALAMAN PENGURUS TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KOPERASI Anita Rinawati Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Keberhasilan menjadi tujuan utama setiap badan usaha, tidak terkecuali bagi koperasi. Akan tetapi, untuk mencapai keberhasilan banyak faktor yang mempengaruhi. Hambatan yang sering dialami oleh koperasi pada umumnya adalah faktor internal seperti kemampuan SDM yang dimiliki oleh koperasi, terutama pengalaman pengurus, kesadaran dari anggota tentang pendidikan perkoperasian dan permodalan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka masalah yang akan diteliti adalah Seberapa besar pengaruh dari pendidikan perkoperasian, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi pada KPRI di Kabupaten Purworejo. Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI se Kabupaten Purworejo berjumlah 61 KPRI yang tersebar di 16 Kecamatan. Adapun yang diambil sebagai sampel adalah 14 KPRI dengan jumlah anggota koperasi sebanyak 355 orang, dengan cara pengambilan sampel secara proporsional random sampling. Alat pengumpul data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif persentase dan analisis jalur. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan perkoperasian terhadap keberhasilan usaha koperasi sebesar 7,62%, sedangkan pengaruh modal terhadap keberhasilan usaha koperasi sebesar 10,76%, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi sebesar 12, 46%. Untuk pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap keberhasilan usaha koperasi sebesar 44,30% dan signifikan sebab p value sebesar 0,000<0,05. Berdasarkan hasil peneltian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan perkoperasian, permodalan, dan pengalaman pengurus berpengaruh terhadap keberhasilan usaha koperasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kata Kunci : Pendidikan Perkoperasian, Permodalan, dan Pengalaman Pengurus.
I.
PENDAHULUAN Globalisasi mengharuskan semua bentuk organisasi ikut terlibat dan berjuang agar tetap eksis, sehingga untuk mewujudkannya diperlukan berbagai perubahan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Untuk mencapai keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari sumber daya yang digunakan, yaitu manusia, material, mesin, metoda, uang dan pasar, diantara sumber daya tersebut, yang menjadi faktor penggerak bagi sumber daya lain adalah manusia. Oleh sebab itu kualitas dari sumber daya manusia harus terus ditingkatkan agar organisasi dapat mencapai tujuan. Badan usaha koperasi mempunyai tujuan utama tidak untuk mencari laba tetapi untuk melayani anggota koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan kekeluargaan. Hal ini juga sudah ditegaskan dengan UUD 45 khususnya Pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan wadah untuk mengembangkan demokrasi ekonomi dan menghimpun potensi pembangunan melalui anggota masyarakat dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mengangkat kehidupan anggotanya. Koperasi
secara efektif dapat menjadi wadah atau payung "politik ekonomi” dalam memberdayakan, memperjuangkan kepentingan dan kedaulatan ekonomi rakyat. Untuk mencapai keberhasilan usaha koperasi ada banyak faktor yang perlu diperhatikan diantaranya seperti yang dijelaskan dalam Sukamdiyo (1996:32) bahwa ada tiga faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi diantaranya adalah tingkat kecerdasan masyarakat yang masih rendah, kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi, dan kurangnya kerjasama di bidang ekonomi dari masyarakat kota. Guna mencapai keberhasilan usaha koperasi diperlukan adanya pendidikan perkoperasian bagi anggota, hal ini agar anggota lebih memahami tentang koperasi, dengan adanya pemahaman terhadap perkoperasian maka akan mendukung dan memajukan koperasi, selain itu juga diperlukan tenaga yang berpengalaman untuk mengelola koperasi dalam hal ini adalah pengurus koperasi. Sedangkan untuk sumber modal dari koperasi adalah berasal dari anggota yang terwujud dalam bentuk simpanan. Akan tetapi masih banyak dari anggota koperasi yang belum menyadari tentang pentingnya untuk memupuk modal koperasi, kebanyakan hanya memanfaatkan koperasi sebagai tempat untuk menolong dirinya sendiri tetapi tidak memikirkan kemajuan dari koperasi, akibatnya banyak koperasi yang tidak dapat bertahan hidup, dikarenakan banyak kredit macet dari anggota terutama untuk koperasi simpan pinjam. Pada saat ini di Kabupaten Purworejo yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sudah banyak didirikan koperasi dengan beragam jenis, salah satunya adalah KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia). Ada sebanyak 61 KPRI di Kabupaten Purwoejo yang tersebar di 16 kecamatan. Anggota dalam koperasi ini memang kebanyakan merupakan pegawai negeri atau pegawai pemerintahan, sebagai pegawai pemerintah tentu juga mengalami berbagai kendala dalam meningkatkan taraf hidupnya, banyak kebutuhan yang sulit dipenuhi karena pendapatannya masih belum mencukupi. Akan tetapi perkembangan KPRI di Kabupaten Purworejo belum maksimal, hal ini disebabkan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha koperasi. II. LANDASAN TEORI 1. Koperasi sebagai Lembaga Ekonomi Menurut UU No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa konsep koperasi sebagai organisasi ekonomi dan sosial yang mencerminkan norma-norma atau kaidah- kaidah yang berlaku bagi bangsa Indonesia. Pengertian sebagai badan usaha menunjukkan, bahwa koperasi sebagai bentuk kerja sama di bidang ekonomi mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan yang dimaksud dengan berdasarkan prinsip koperasi merupakan esensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha yang lebih mengutamakan kepentingan anggota yang merupakan pemilik sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa koperasi. Identitas ganda (dual identity) tersebut yang membedakan antara koperasi dengan badan usaha lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Ropke (1985: 17) “an organization is to be considered as cooperative if the (legal) owners of the organization (enterprise) are also the user of the output or service of this organization”. Jadi tidak semua organisasi dapat
disebut sebagai koperasi, dan hanya yang memenuhi kriteria prinsip identitas yang dapat dikategorikan sebagai koperasi. Adanya kekuasaan tidak terbatas yang berkumpul dalam rapat anggota, menjadikan manajemen dari koperasi lebih rumit lagi. Dalam mengelola koperasi seharusnya menerapkan manajemen yang benar, jadi dapat dikatakan bahwa koperasi sebagai badan usaha dalam kegiatannya tidak lepas dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, yang akhirnya berfungsi untuk mencapai tujuan. Semua itu akan dapat terwujud apabila pengurus dan anggota saling bekerjasama untuk mencapai keberhasilan usaha koperasi. 2.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia Koperasi Pegawai Republik Indonesia yang disingkat KPRI anggotanya kebanyakan adalah pegawai negeri. Pegawai negeri merupakan pegawai pemerintah yang memiliki berbagai kendala dalam meningkatkan taraf hidupnya, banyak kebutuhan yang sulit dipenuhi karena pendapatannya masih belum mencukupi, meskipun saat ini pemerintah sedang berusaha memperbaiki kesejahteraan para pegawai negeri, akan tetapi harga kebutuhan saat ini juga terus naik. Berdasarkan pengalaman tersebut kemudian banyak anggota bekerjasama membentuk koperasi pegawai negeri yang pada umumnya jenis usaha yang dikelola sama yaitu bergerak dalam bidang simpan pinjam kemudian berkembang membuka usaha lain sesuai dengan kebutuhan para anggota. Anggota dalam koperasi cenderung homogen, seperti pendapatan yang relatif tetap, dan berdasarkan jenjang kepangkatan, kebutuhan hidup yang cenderung sama, serta anggotanya merupakan rumah tangga keluarga, ditambah dengan pengurus yang dipilih sendiri oleh anggota melalui RAT. Jadi dapat disimpulkan bahwa KPRI merupakan koperasi dengan anggota yang memiliki karakteristik sama dan bidang usahanya kebanyakan adalah simpan pinjam.
3.
Keberhasilan Usaha Koperasi Pertumbuhan atau keberhasilan usaha merupakan suatu kondisi atau keadaan bertambah majunya suatu maksud dalam suatu kegiatan yang dilihat dari volume usaha, dan laba bersih. Pertumbuhan (keberhasilan) usaha juga dapat dilihat sebagai usaha peningkatan ukuran kuantitas asset usaha, jasa, pendapatan, SHU, simpan pinjam, kekayaan, dan modal sendiri (Mutis,2004:89). Lebih lanjut diungkapkan oleh Sitio (2001:19) bahwa keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat diukur dari peningkatan kesejahteraan anggota. manfaat yang diperoleh anggota karena efisiensi yang diciptakan oleh koperasi, yaitu melalui tindakan bersama (joint action), penghimpun kekuatan, dana, ketrampilan, dan lain-lain yang menghasilkan sinergi atau skala ekonomis. Selanjutnya Mutis mengiden-tikan manfaat dari koperasi dengan sinergi. Sinergi menurutnya didefinisikan sebagai the combined performance several entities can be greater than the sum of contribution independently made by individual entities, sehingga pengambilan manfaat dari interaksi/aksi bersama dan saling bergantungan dalam memunculkan synergisme itu merupakan kekuatan koperasi modern masa kini. Pemerintah melalui Menteri Negara koperasi dan UKM mengeluarkan surat keputusan No.03/Kep/M.KUKM.2/II/2008 dan menyusun pedoman pemeringkatan koperasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh lembaga independent dan profesional di bidang penilaian kinerja badan usaha. Tujuan pemeringkatan koperasi ini adalah untuk
mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu, menetapkan peringkat kualifikasi koperasi, dan mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisnis yang sehat. Jadi sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan koperasi adalah koperasi yang memenuhi standar pemeringkatan koperasi, sehingga yang akan diteliti adalah KPRI yang memenuhi standar pemeringkatan minimal dengan kualifikasi cukup berkualitas, sedangkan yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan usaha koperasi adalah yang berorientasi bagi anggota koperasi. 4.
Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi a. Pendidikan Perkoperasian Anggota Pendidikan dan latihan pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh semua bentuk organisasi, besar maupun kecil, termasuk pula perkumpulan koperasi. Menurut Sudarsono (2005:37) dikatakan bahwa pada gerakan koperasi masalah pendidikan dan latihan ini sangat urgen sebab dalam penyelenggaraannya terkandung dimensi ideologi yang harus dipatuhi. Di sinilah antara lain pentingnya masalah pendidikan dan latihan koperasi. Selain itu pendidikan dalam koperasi bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran koperasi di kalangan anggota pada umumnya (termasuk pengurus, badan pengawas, dsb) serta untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan personil-personil yang menangani bidang usaha. Berdasarkan uraian di atas tentang pendidikan perkoperasian bagi anggota indikatornya tercakup dalam pembinaan usaha koperasi dalam memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi anggota, serta studi banding dengan koperasi lain yang gunanya untuk meningkatkan pemahaman anggota terhadap usaha koperasi, sehingga koperasi dapat berhasil dalam usahanya. b. Permodalan Koperasi Sumber modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Untuk modal sendiri dapat diklasifikasikan sebagai modal internal. Sifat dari jenis dana ini adalah tertanam untuk jangka waktu yang tidak terbatas sebab sepanjang koperasi berdiri. Permodalan dalam penelitian ini adalah modal yang bersumber dari anggota yaitu simpanan-simpanan anggota yang digunakan untuk menjalankan usaha dan berpengaruh terhadap jumlah SHU anggota tersebut. Adapun modal yang bersumber dari anggota adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela.
c. Pengalaman Pengurus Pengalaman kerja menurut Manulang (1984:15) dikatakan sebagai proses pembentukan pengetahuan dan ketrampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Menurut Undang- undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dijelaskan tentang kedudukan pengurus sebagai pemegang kuasa rapat anggota dan memiliki tugas serta wewenang. Lebih jauh dikatakan oleh Sudarsono (2005: 45) bahwa pengalaman-pengalaman tertentu yang sesuai sangat berguna dalam praktik
mengurus koperasi. Jadi pengalaman pengurus indikatornya dilihat dari pengalaman mengelola organisasi dan usaha koperasi, lama waktu/masa kerja, tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk keberhasilan usaha koperasi. Faktor internal diantaranya adalah rendahnya kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh koperasi, terutama pengalaman yang dimiliki oleh pengelola koperasi (pengurus dan manajer) masih sangat terbatas, selain faktor pendidikan perkoperasian anggota dan permodalan. Berdasarkan dari uraian di atas terlihat bahwa keberhasilan usaha koperasi banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor intern. Untuk itu permasalahan yang akan dikaji dalam artikel ini adalah Pengaruh Pendidikan Perkoperasian Anggota, Permodalan, dan Pengalaman Pengurus Terhadap Keberhasilan Usaha KPRI seKabupaten Purworejo. III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini mengambil obyek pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Purworejo dengan menggunakan metode penelitian explanatory research dengan survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KPRI di Kabupaten Purworejo, seluruhnya berjumlah 61 KPRI. Dari populasi sebanyak 61 KPRI di Kabupaten Purworejo akan diambil sampel koperasi yang berdasarkan pada hasil pemeringkatan koperasi yang berkriteria berkualitas dan cukup berkualitas. Jadi untuk sampel yang digunakan sejumlah 14 KPRI yang ada di Kabupaten Purworejo. Sedangkan untuk teknik sampling dalam menentukan jumlah anggota tiap-tiap KPRI yang akan dijadikan sampel, peneliti menggunakan teknik yaitu Proporsional Random Sampling. 1.
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 macam variabel yaitu Variabel Bebas (X) yang terdiri dari Pendidikan perkoperasian anggota (X1), Permodalan (X2), dan Pengalaman pengurus (X3), dan Variabel Terikat yaitu Keberhasilan Usaha Koperasi (Y). Adapun Definisi Operasional masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Pendidikan Perkoperasian Anggota (X1) Pendidikan perkoperasian anggota maksudnya adalah pendidikan bagi anggota koperasi agar lebih memahami tentang seluk beluk koperasi, dengan melalui penyuluhan, pelatihan dan studi banding ke koperasi yang lain. b. Permodalan (X2) Permodalan koperasi dalam penelitian ini adalah jumlah harta yang dimiliki oleh koperasi yang berasal dari anggota yaitu terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Simpanan-simpanan tersebut sekaligus menjadi indikator dalam penelitian ini. c. Pengalaman pengurus (X3) Pengalaman pengurus yaitu pengalaman pengurus dalam mengelola usaha koperasi, dengan indikatornya adalah lama waktu/masa kerja, tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dalam mengelola koperasi. d. Keberhasilan Usaha Koperasi (Y) Keberhasilan usaha adalah tercapainya tujuan secara kelembagaan dan kegiatan usaha KPRI se Kabupaten Purworejo. Adapun indikatornya adalah usaha koperasi berkembang sesuai kebutuhan anggota dan perolehan SHU yang diterima anggota meningkat.
Alat pengumpul data adalah dokumentasi dan angket. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan perkoperasian anggota, permodalan koperasi, pengalaman pengurus, dan keberhasilan usaha koperasi. Angket untuk responden digunakan angket terstruktur, yaitu angket yang sudah menyediakan beberapa alternatif jawaban berupa angket tertutup. tertutup. Pada bagian ini alternatif pilihan menggunakan Skala Likert. Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mendeskripsikan data yang ada pada penelitian ini yang terdiri dari pendidikan perkoperasian anggota (X1), permodalan (X2), pengalaman pengurus (X3), dan keberhasilan usaha koperasi (Y). Analisis deskriptif digunakan komputer program SPSS. 2. Uji Hipotesis dengan Menggunakan Analisis Jalur Analisis Jalur (Path Path Analysis) Analysis) digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel exogenous (penyebab) terhadap variabel endogenus (akibat). Pengaruh langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tersebut. Sedangkan hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel tersebut. Adapun kerangka konseptual pengujian hipotesis sebagai berikut :
Gambar 1:: Hubungan Kausalitas antara Variabel dalam Penelitian Klasifikasinya : 1) Variabel Bebas : Pendidikan perkoperasian Anggota (X1), Permodalan (X2), dan pengalaman Pengurus (X3). 2) Variabel Terikat : Keberhasilan Usaha Koperasi (Y) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan pada KPRI se Kab. Purworejo dapat dijelaskan bahwa pendidikan perkoperasian menurut anggota koperasi secara berturut berturut-turut sangat tinggi 3,4%, tinggi 31%, cukup 37,7%, rendah 16,6% dan sangat rendah 11,3%. Sedangkan diperoleh mean atau skor rata-rata rata rata sebesar 36,45 yang terletak pada interval 34 – 42 dalam kategori cukup. Pada aspek permodalan dapat dijelaskan bahwa permodalan koperasi menurut anggota koperasi secara berturut-turut berturut turut sangat tinggi 20,0%, tinggi 40%, cukup 26,48%, rendah 13,52% dan sangat rendah tidak ada, ada sedangkan edangkan diperoleh mean atau skor rat rata-rata sebesar 25,52 yang terletak pada interval 24 – 29 dalam kategori tinggi. Pada aspek pengalaman pengurus dapat dijelaskan bahwa pengurus koperasi dalam mengelola koperasi secara berturut-turut berturut turut sangat baik 13,52%, baik 58,02%, cukup
21,69%, kurang baik 6,76% dan yang mengelola koperasi tidak baik tidak ada, sedangkan diperoleh mean atau skor rata-rata sebesar 44,87 yang terletak pada interval 44 – 54 dalam kategori baik. Pada aspek keberhasilan usaha koperasi sesuai dengan pendapat anggota sangat baik sebesar 30,14%, baik 54,93%, dan cukup baik 14,93%, sedangkan mean atau rata-rata skor keberhasilan usaha koperasi sebesar 49,64 yang terletak pada interval 44 – 54 dalam kategori baik. 1. Hasil Uji Hipotesis Analisis jalur digunakan untuk mengetahui pengaruh pendidikan perkoperasian anggota, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi. Hasil uji hipotesis dengan analisis jalur secara ringkas dapat terlihat pada gambar 2 sebagai berikut: X1 0,188 0,350
X2
0,250
ε 0,557
0,291 Y
0,260 X3
0,303
Gambar 2 : Hasil Uji Hipotesis dengan Analisis Jalur Hasil analisis jalur pada gambar 2 telah berisi koefisien-koefisien di setiap jalurnya dari variabel exogenous terhadap variabel endogennya, dan juga dari variabel residual terhadap variabel terikatnya. Koefisien-koefisien jalur tersebut selanjutnya digunakan untuk mencari besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel exogenous terhadap variabel endogennya dan dari variabel residual terhadap variabel terikatnya. a. Pengaruh Pendidikan Perkoperasian terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pengaruh langsung X1 terhadap Y = (0,250)2 = 0,0625 Pengaruh Tidak Langsung ρyx1. Rx1x2.ρyx2 = 0,250 x 0,188 x 0,291 = 0,0137 Pengaruh Total = 0,0762 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendidikan perkoperasian terhadap keberhasilan usaha koperasi adalah sebesar 0,0762 = 7, 620% b. Pengaruh Permodalan terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pengaruh langsung X2 terhadap Y = (0,291)2 = 0.0847 Pengaruh Tidak Langsung ρyx2. Rx2x3.ρyx3 = 0,291 x 0,260 x 0,303 = 0,0229 Pengaruh Total = 0,1076 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh permodalan terhadap keberhasilan usaha koperasi adalah sebesar 0,1076 =10, 76%
c. Pengaruh Pengalaman Pengurus terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pengaruh langsung X3 terhadap Y = (0,303)2 = 0,0918 Pengaruh Tidak Langsung ρyx3. Rx3x1.ρyx1 = 0,303 x 0,350 x 0,250 = 0,0328 Pengaruh Total = 0,1246 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi adalah sebesar 0,1246 = 12,46% Untuk lebih jelasnya tentang rekapitulasi pengaruh dari variabel X1,X2,X3 terhadap Y dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Rekapitulasi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Besarnya Besarnya No Variabel Kesimpulan Pengaruh Signifikan 1. Pendidikan 7,62% 0,000 Signifikan Perkoperasian Anggota (X1) 2. Permodalan (X2) 10,76% 0,000 Signifikan 3.
4.
Pengalaman Pengurus (X3) X1,X2,X3 secara bersama terhadap Y
12,46%
0,000
Signifikan
44,30%
0,000
Signifikan
Hasil pengujian hipotesis pengaruh pendidikan perkoperasian anggota, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi secara bersama diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 24,432 + 0,518 X1 + 0,477X2 +0,333X3 Adapun besarnya nilai R2 diperoleh 0,443, hal ini berarti besarnya pengaruh secara bersama X1,X2, dan X3 terhadap Y sebesar 44,3% dan sisanya sebesar 55,7% ditentukan oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 2. Pembahasan Adapun hasil dari analisis jalur diperoleh pendidikan perkoperasian berdampak secara langsung terhadap keberhasilan usaha koperasi, hal ini terlihat dari besarnya signifikansi antara XI terhadap Y nilai p value sebesar 0.000 < 0,05 dan besarnya pengaruh sebesar 7,62%, jumlah pengaruh ini termasuk rendah dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sukamdiyo (1996) bahwa memang masih banyak hambatan dalam melaksanakan pendidikan perkoperasian diantaranya masih banyak anggota yang kurang peduli terhadap sistem koperasi, selain itu cara kerja manajemen pendidikan yang masih belum efisien dan adanya keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan. Untuk hasil dari analisis jalur antara permodalan terhadap keberhasilan usaha koperasi dinyatakan signifikan, ini dapat dilihat dari nilai p value sebesar 0,000<0,05(lampiran 3), dan besarnya pengaruh adalah 10,76%. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemupukan modal terutama modal dari anggota akan berdampak pada peningkatan keberhasian bagi koperasi, sebab modal merupakan motor penggerak bagi kelangsungan usaha Untuk analisis jalur antara pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi dinyatakan signifikan, hal ini dapat dilihat dari nilai p value sebesar 0,000 < 0,05, dan besarnya pengaruh adalah 12,46%. Hasil ini termasuk tertinggi dibandingkan dengan variabel yang lain, dan ini menunjukkan bahwa adanya pengurus koperasi yang memiliki kredibilitas tinggi maka akan dapat mengelola koperasi dengan baik dan dapat meningkatkan keberhasilan usaha koperasi. Untuk analisis jalur antara pendidikan perkoperasian, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi dinyatakan signifikan karena p value 0,000 < 0,05 dan besarnya pengaruh adalah 44,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa keberhasilan usaha koperasi dipengaruh oleh pendidikan perkoperasian bagi anggota, permodalan dan pengalaman dari pengurus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan perkoperasian anggota, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi. Adapun model persamaan regresinya adalah Y = 24,432 + 0,518 X1 + 0,477X2 +0,333X3 hal ini menunjukkan bahwa jika pendidikan perkoperasian lebih ditingkatkan satu satuan maka keberhasilan usaha koperasi akan meningkat sebesar 0, 518 satuan dan jika permodalan meningkat satu satuan maka keberhasilan usaha koperasi akan meningkat 0,477 satuan, selain itu jika pengalaman pengurus meningkat satu satuan maka keberhasilan usaha koperasi juga akan meningkat sebesar 0.333 satuan. Koefisien determinan sebesar 44,3% menunjukkan bahwa pendidikan perkoperasian, permodalan, dan pengalaman pengurus mempengaruhi keberhasilan usaha koperasi sebesar 44,3% dan selebihnya sebesar 55,7% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model dalam penelitian ini. I.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pendidikan perkoperasian anggota, permodalan, dan pengalaman pengurus terhadap keberhasilan usaha koperasi KPRI se-Kab.Purworejo secara simultan memiliki pengaruh positif sebesar 44,3% dan nilai F hitung sebesar 62,425 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000<0,05, jadi dapat disimpulkan signifikan, sedangkan sisanya sebesar 55,7% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti, misalnya: pelayanan anggota, lingkungan usaha, ketrampilan kewirausahaan pengurus, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA
Hanel, 2005. Organisasi Koperasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No: 03/Kep/M.KUKM. 2/II /2008 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi Mukner, Hans H. 1989. Ten Lectures on Cooperative Law. Alih bahasa: Abdulkadir Muhammad,SH. Bandung : Alumni.
Mutis, Thoby. 1992. Pengembangan Koperasi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior. Alih Bahasa: Hadyana Pujaatmaka. Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi Aplikasi, Jilid 1. Jakarta: PT Prenhellindo. Ropke, Jochen. 1985. The Economic Theory of Cooperative Enterprise in Developing Country, With Special Reference of Indonesia. Marburg West Germany: Consult for Self Help Promotion. Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta :C.V. Andi Offset. Sitio, Arifin. Halamoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta : Erlangga. Sudarsono, Edilius. 2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi. Jakarta: Erlangga Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.