ISSN 0000-0000
PENGARUH PENDIDIKAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI Akhmad Riduwan dan Bambang Suryono*)
ABSTRAK Keberhasilan studi mahasiswa jurusan akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ternyata tidak dipengaruhi oleh latar belakang jurusan pada saat mahasiswa tersebut masih di Sekolah Menengah. Demikian pula, bahwa antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan mahasiswa yang berasal dari SMEA, Indeks Prestasi Kumulatif-nya secara signifikan tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa lama masa penempuhan dan banyaknya mata-pelajaran akuntansi yang diberikan di Sekolah Menengah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan mahasiswa akuntansi di STIESIA, yang berdasarkan logika, seharusnya mereka yang berasal dari SMEA lebih berpeluang memperoleh keberhasilan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS. Tidak adanya pengaruh jurusan di Sekolah Menegah dengan keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi juga dibuktikan oleh fakta bahwa ternyata mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) secara signifikan nilai/Indeks Prestasinya berbeda (dalam arti lebih baik) dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan SMEA, padahal berdasarkan logika, mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPS dan SMEA seharusnya berhasil lebih baik dari mereka yang berasal dari Jurusan IPA. Demikian pula hasil uji terhadap nilai/indeks prestasi atas matakuliah akuntansi yang bersifat verbal, ternyata tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antara mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan SMEA dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A1/A2 (IPA). Kata-kata kunci : Jurusan SLTA, Indeks Prestasi Kumulatif
1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pendidikan akuntansi, sebagai salah satu elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dengan elemen pendidikan lainnya, dalam sepuluh tahun terakhir ini makin terasa menjadi *)
Drs. Akhmad Riduwan, Ak. dan Drs. Bambang Suryono, SH, Ak. adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwandan Bambang Suryono)
1
suatu kebutuhan, selaras dengan makin pesatnya pertumbuhan ekonomi sebagai akibat da-ri usaha pembangunan ekonomi yang terus menerus. Sebagai konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, permasalahan ekonomi juga akan semakin kompleks. Tentu saja hal ini menimbulkan tantangan bagi lembaga-lembaga pendidikan kita, terutama pen-didikan tinggi, untuk mampu menghasilkan lulusan di bidang akuntansi secara memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat memenuhi kebutuhan. Untuk memenuhi tuntutan kuantitas dan kualitas lulusan di bidang akuntansi secara bersama-sama, diperlukan suatu proses penyelenggaraan pendidikan akuntansi yang efektif sekaligus efisien. Efektifitas penyelenggaraan pendidikan akuntansi lebih terkait dengan penyelerasan isi kurikulum pendidikan akuntansi dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasar di mana para lulusan akan menapaki karirnya dengan pengetahuan yang dimiliki. Efisiensi menyangkut pada upaya minimisasi input atas proses penyelenggaraan pendidikan akuntansi yang dijalankan sekarang, atau maksimisasi output (kuantitas dan kualitas) proses penyelenggaraan pendidikan akuntansi yang ada, atau bahkan keduanya. Issue penting di sekitar kita saat ini adalah bagaimana sistem pendidikan akuntansi yang kita miliki sekarang ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, sehingga output sistem tersebut mampu memenuhi kualifikasi seperti yang diharapkan (segi efektivitas), tetapi dengan menggunakan sumber daya yang minimal (segi efisiensi). Sekilas permasalahan ini dapat diselesaikan dengan mudah, misalnya dengan cara optimalisasi pemanfaatan hardware maupun software yang terkait dengan pendidikan akuntansi tersebut. Dengan kata lain, kita dituntut untuk secara terus menerus melakukan penambahan atau penggantian peralatan-peralatan yang diperlukan. Dalam kondisi di mana sumber dana sangat terbatas dengan alokasi yang sangat ketat, upaya pengembangan pendidikan akuntansi melalui penambahan fasilitas pendidikan menjadi semakin kecil peluang penerapannya, meskipun sama sekali tak berarti tertutup kemungkinan untuk melakukan hal itu. Upaya lain yang lebih feasible adalah melakukan perbaikan dalam proses berlangsungnya belajar-mengajar itu sendiri, sehingga menjadi lebih efektif sekaligus menjadi lebih efisien. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien adalah melakukan seleksi yang lebih baik terhadap faktor input, dalam hal ini calon mahasiswa. Input yang berkualifi-kasi baik, yang bisa diartikan sebagai mereka yang telah memiliki dasar pengetahuan mi-nimal untuk dapat mengikuti dengan baik jenjang berikutnya bagi pendidikan tertentu (da-lam hal ini pendidikan akuntansi), akan lebih menjamin terselenggaranya proses belajar-mengajar yang efektif sekaligus efisien, yang pada gilirannya juga akan berarti penghematan sumber daya lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
Persoalannya sekarang, adalah input atau calon mahasiswa yang bagaimanakah yang dianggap telah memiliki kualifikasi yang baik, sehingga memungkinkan proses transformasi input-output melalui sistem pendidikan akuntansi berjalan secara lebih efisien? Salah satu jalan yang bisa kita tempuh untuk menjawab persoalan ini adalah dengan mencoba memahami karakteristik akuntansi di satu sisi, dan mengenali serta memahami karakteristik calon mahasiwa akuntansi di sisi yang lain. Pertimbangannya adalah, bahwa semakin match (cocok) antara suatu karakteristik tertentu (dalam hal ini pengetahuan akuntansi) dengan karakteristik lainnya (dalam hal ini calon mahasiswa akuntansi), maka semakin tinggi pula tingkat probabilitas terselenggaranya suatu proses transformasi inputoutput (dalam hal ini pendidikan akuntansi) yang efektif dan efisien. Seperti diketahui, bahwa akuntansi lebih merupakan suatu teknologi daripada suatu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, akuntansi memanfaatkan secara bersamaan matematika sederhana, statistika, bahasa, tata buku, dan pada skala terbatas, juga melibatkan seni (Sudibyo, 1994). Dilihat dari unsur-unsur pengetahuan yang digunakan dalam akuntansi tersebut, dapat dipahami dengan mudah bahwa pemahaman atas akuntansi menuntut penguasaan atas pengetahuan-pengetahuan pendukungnya, yang sebagian bersifat numerikal dan sebagian lagi bersifat verbal. Jika akuntansi diberi karakteristik sebagai pengetahuan yang bersifat numerikal sifatnya, maka secara logika bisa diduga bahwa mereka yang lebih memahami atau menguasai pengetahuan numerikal berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam menempuh jenjang pendidikan akuntansi dibanding mereka yang kurang memahami atau menguasai pengetahuan numerikalnya. Sebaliknya, jika akuntansi dikonotasikan sebagai pengetahuan yang bersifat verbal, maka secara logika juga dapat diduga bahwa mereka yang memiliki tingkat penguasaan verbalnya lebih baik, akan berpeluang lebih besar daripada mereka yang penguasaan segi-segi verbalnya lebih jelek. Sementara itu kita melihat bahwa penjurusan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau yang lazim disebut Sekolah Menengah Umum (SMU) -- meskipun tidak sepenuhnya didasarkan pada perbedaan antara pengetahuan yang bersifat numerikal dan verbal -dalam kenyataannya mencerminkan pembedaan tersebut. Misalnya di Sekolah Menengah Umum (SMU), jurusan A1 dan A2 lebih banyak kandungan mata pelajaran numerikalnya dibandingkan jurusan A3 yang (kalaupun ada) hanya sebatas mata pelajaran tatabuku dan hitung dagang -- yang boleh jadi sekarang ini telah dikemas jadi satu dalam mata pelajaran “Akuntansi”. Bahkan, matematika, jikapun ada di jurusan A3, sudah bisa dipastikan bahwa bobot materi dan intensitas penyampaiannya kepada para siswa akan berbeda, dalam arti lebih sedikit atau lebih ringan. Selaras dengan alur pikiran di atas, timbul pertanyaan: dapatkah disimpulkan bahwa mahasiswa akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan Eksakta (A1 dan A2) akan lebih berhasil dalam studinya dibandingkan dengan mereka yang berasal dari Jurusan Sosial/ Budaya/Bahasa (A3), karena kelompok yang pertama dipercayai memiliki pemahaman
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
3
yang lebih baik terhadap pengetahuan yang bersifat numerikal dibandingkan dengan kelompok yang kedua. Atau dengan membalik pemberian image bahwa akuntansi lebih banyak mengandung unsur verbalnya dibandingkan unsur numeriknya, dapatkah disimpulkan bahwa mereka yang berasal dari SMU Jurusan Sosial (A3) berpeluang meraih keberhasilan lebih besar daripada mereka yang berasal dari Jurusan Eksakta (A1 dan A2). Sementara itu, dalam konteks permasalahan ini, kita melihat bahwa para mahasiswa akuntansi yang berasal dari SMEA (jurusan tata buku atau akuntansi) menempati posisi yang unik. Keunikan ini timbul karena mereka justru telah secara langsung dengan intensitas yang cukup memadai dibekali dengan pengetahuan dasar akuntansi yang untuk sebagi-an besarnya akan diulang kembali pada saat mereka menempuh matakuliahmatakuliah akuntansi tahun pertama, baik di PTN maupun PTS penyelenggara pendidikan akuntansi. Dalam batas tertentu hal ini juga berlaku bagi mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3. Bagaimana peluang mereka, lebih baik, lebih jelek, atau bahkan sama saja dengan mereka yang berasal dari SMU. Issue lain yang erat kaitannya dengan masalah tersebut adalah issue tentang perbedaan masa penempuhan mata pelajaran akuntansi (tata buku dan hitung dagang) di SLTA dan pengaruhnya terhadap keberhasilan kuliah mahasiswa akuntansi. Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sebenarnya ingin diangkat menjadi pokok masalah penelitian ini. Akan tetapi, lepas dari apakah kemungkinan jawabannya “ya” atau “tidak”, terdapat argumen yang dapat dijadikan dasar berpijak mengapa pertanyaan seperti itu tetap relevan dicarikan jawabannya. Bagi mahasiswa akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan Sosial (A3) dan juga mereka yang berasal dari SMEA, lepas apakah proses peralihan mata pelajaran tata buku dan hitung dagang ke pelajaran akuntansi sudah “rampung” atau “belum rampung”, yang pasti pengetahuan tata buku dan hitung dagang (atau akuntansi) yang telah mereka peroleh, telah memberikan dasar mengenai teknik-teknik dan prosedur-prosedur yang juga dite-rapkan dalam mata kuliah akuntansi. Oleh karena itu, dugaan bahwa mereka akan ber-peluang lebih besar dalam menyelesaikan jenjang studinya belum tentu benar, bisa jadi malah sebaliknya. Atau dengan kata lain, sama belum tentu benarnya mengatakan bahwa justru mereka yang berasal dari SMU Eksakta itulah yang berpeluang lebih besar.
2. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang penelitian seperti diuraikan di muka, maka pokok masalah penelitian ini dapat diformulasikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut:
4
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akun-tansi antara mereka yang berasal dari SMU dengan mereka yang berasal dari SMEA? 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akun-tansi antara mereka yang pernah memperoleh matapelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3 dan SMEA dengan mereka yang samasekali belum pernah memperoleh mata pela-jaran akuntansi di SMU Jurusan A1 dan A2? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akun-tansi antara mereka yang memiliki perbedaan dalam masa penempuhan mata pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3 dan SMEA? 4. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akuntansi yang bersifat numerikal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA? 5. Apakah ada perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akuntansi yang bersifat verbal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA?
3. TUJUAN PENELITIAN Sejalan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang berasal dari SMU dengan mereka yang berasal dari SMEA. 2. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang pernah memperoleh matapelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3 dan SMEA dengan mereka yang samasekali belum pernah mempero-leh mata pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A1 dan A2. 3. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas keberhasilan studi mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang memiliki perbedaan dalam masa penempuhan mata pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3dan SMEA?
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
5
4. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akun-tansi yang bersifat numerikal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA? 5. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian mata-kuliah akuntansi yang bersifat verbal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA?
4. LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini hanya dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. Penelitian dilakukan terhadap para mahasiswa jurusan akuntansi Angkatan Tahun 1994/1995 yang pada saat penelitian ini dilakukan, mereka telah duduk minimal pada semester kedelapan.
5. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi Sekolah Tinggi Il-mu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya sebagai lembaga penyelenggara pendidikan tinggi akuntansi, serta bermanfaat pula sebagai masukan bagi para tenaga pengajar matakuliah akuntansi. 1. Bagi STIESIA Surabaya. Hasil atau temuan dalam penelitian ini akan bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan perkuliahan di jurusan akuntansi. Misalnya, jika memang ter-bukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mahasiswa akun-tansi yang berasal dari suatu jurusan di Sekolah Menengah dibandingkan dengan jurusan lainnya, maka adalah lebih efisien dan efektif, jika pembagian kelas di jurusan akuntansi didasarkan pada asal jurusan mereka di Sekolah Menengah, dan bukan -seperti sekarang -- di dasarkan pada distribusi target jumlah mahasiswa per kelas.
2. Bagi tenaga pengajar akuntansi Hasil atau temuan penelitian ini akan bermanfaat dalam upaya mengarahkan mahasiswa agar proses belajar mahasiswa bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Misalnya, melalui pemberian perhatian yang lebih besar atas satu atau be-berapa matakuliah yang sensitif oleh perbedaan jurusan di Sekolah Menengah.
6. TINJAUAN PUSTAKA
6
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
Akuntansi lebih merupakan suatu teknologi daripada suatu cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, akuntansi memanfaatkan secara bersama-sama antara matematika sederhana, statistika, bahasa, tata buku dan bahkan pada skala tertentu juga memanfaatkan apa yang disebut seni (Sudibyo, 1986). Dilihat dari unsur-unsur pengetahu-an yang digunakan dalam akuntansi sebagaimana dikemukakan Sudibyo di atas, dapat di-pahami dengan mudah bahwa pemahaman atas akuntansi menuntut penguasaan atas pengetahuan-pengetahuan pendukungnya -- yang dapat dikelompokkan sebagai pengetahuan yang bersifat numerikal dan bersifat verbal. Jika akuntansi diberi karakteristik sebagai pengetahuan yang lebih bersifat numerikal, maka secara logis bisa diduga bahwa mereka yang lebih memahami atau menguasai pengetahuan numerikal berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam menempuh jenjang pendidikan akuntansi, dibanding mereka yang kurang memahami atau menguasai pengeta-huan numerikal itu. Sebaliknya, jika akuntansi diberi karakteristik sebagai pengetahuan yang bersifat verbal, maka secara logis pula dapat diduga bahwa mereka yang lebih me-mahami pengetahuan verbal, keberhasilan studi akuntansinya akan lebih besar dibanding-kan mereka yang kurang memahami pengetahuan verbal itu. Masalah pengembangan pendidikan akuntansi, terutama melalui upaya pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan mahasiswa di bidang akuntansi, sebenarnya telah lama mendapat perhatian dari para peneliti/ akademisi bidang akuntansi. Issue yang paling banyak diteliti adalah pengaruh pengalaman penempuhan mata pelajaran akuntansi (tata buku) terhadap keberhasilan penempuhan matakuliah akuntansi tahun pertama di perguruan tinggi. Termasuk dalam kelompok peneliti masalah tersebut adalah Baldwin dan Howe (1982) yang dengan analisis covariance menemukan bahwa perbedaan prestasi/ keberhasilan belajar di antara mahasiswa jurusan akuntansi yang pernah menempuh mata pelajaran akuntansi (tata buku) di Sekolah Menengah dan mereka yang tidak pernah menempuhnya, sama sekali tidak signifikan. Perbedaan itu hanya muncul pada prestasi ujian secara parsial (bagian per bagian), bukan secara keseluruhan. Maha-siswa yang di Sekolah Menengah pernah memperoleh pelajaran tata buku, lebih baik pres-tasinya pada ujian bagian-bagian awal dari matakuliah akuntansi tahun pertama (disini identik dengan Pengantar Akuntansi I dan II). Pada tes atas bagian-bagian yang lebih lan-jut, yang berarti lebih sulit, prestasi kelompok pertama justru lebih jelek dibandingkan ke-lompok ke dua. Dengan menggunakan ukuran lain, yaitu tingkat drop-out dari matakuliah akuntansi tahun pertama, Baldwin dan Howe, lebih lanjut menemukan bahwa di antara ke-duanya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, meskipun terlihat adanya kecenderungan bahwa kelompok pertama melakukan drop-out lebih akhir dibandingkan dengan kelom-pok kedua. Penemuan Baldwin dan Howe tersebut agaknya mudah dipahami, mengingat bagi kelompok pertama, yaitu mahasiswa yang pernah memperoleh mata pelajaran akuntansi di jenjang sekolah menengah, ada semacam tingkat kepercayaan lebih tinggi akibat
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
7
terjadi proses repetisi (pengulangan) atas apa yang sebenarnya pernah mereka peroleh di sekolah menengah. Sejalan dengan penemuan tersebut, Bergin (1983) menemukan hal yang sama dengan apa yang ditemukan oleh Baldwin dan Howe. Konsistensi dua penemuan ini -- yaitu tentang menurunnya prestasi belajar para mahasiswa yang pernah memperoleh pengetahuan akuntansi di sekolah menengah -- lebih disebabkan oleh makin sulitnya pokok-pokok bahasan yang disajikan di bagian-bagian akhir matakuliah akuntansi. Schroeder (1986) tidak saja mencoba menjawab pertanyaan tentang ada atau tidaknya pengaruh pengalaman penempuhan mata pelajaran akuntansi di sekolah menengah terhadap keberhasilan studi atas matakuliah akuntansi tahun pertama, tetapi lebih jauh ia mencoba keluar dari sekedar perbedaan dikotomis antara “pernah menempuh” dan “tidak pernah menempuh”, dan meneliti tentang pengaruh lamanya masa penempuhan mata pela-jaran akuntansi di sekolah menengah terhadap keberhasilan penempuhan matakuliah akun-tansi tahun pertama di perguruan tinggi. Terhadap isu pertama, Schroeder, sebagaimana Baldwin dan Howe serta bergin, menegaskan lagi tentang ketiadaan perbedaan yang signi-fikan antara prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi yang pernah memperoleh mata pelajaran akuntansi di sekolah menengah dengan mereka yang tidak pernah memperoleh-nya. Dengan membagi masa penempuhan ke dalam satu tahun dan kurang dari satu tahun, Schroeder lebih lanjut menemukan bahwa mereka yang di sekolah menengah memperoleh mata pelajaran akuntansi untuk masa satu tahun atau lebih, memiliki prestasi yang lebih baik dari mereka yang hanya memperolehnya kurang dari satu tahun. Peneliti-peneliti lain yang menemukan hal serupa dengan apa yang ditemukan oleh Baldwin dan Howe, Bergin serta Schroeder adalah Canlar (1986) dan Moses (1987). Berbeda dengan Canlar, Moses menambahkan variabel baru dalam penelitiannya, yaitu pengalaman bekerja di bidang akuntansi (atau keuangan) sebelum menjadi mahasiswa dan kebiasaan membaca jurnal-jurnal bisnis. Moses menemukan bahwa pengalaman menem-puh mata pelajaran akuntansi di jenjang sekolah menengah kecil sekali pengaruhnya terha-dap keberhasilan mahasiswa dalam penempuhan matakuliah akuntansi tahun pertama di perguruan tinggi, bahkan lebih kecil dari pengaruh pengalaman bekerja di bidang akuntan-si/keuangan serta kebiasaan membaca jurnal-jurnal bisnis. Penelitian kali ini diilhami oleh temuan-temuan para peneliti di atas, bahkan merupakan suatu replikasi (pengulangan) dari penelitian itu, dengan harapan dapat menjawab pertanyaan apakah temuan-temuan di atas -- lebih kurang sepuluh tahun yang lalu -- masih relevan sampai pada saat ini.
7. HIPOTESIS
8
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
Hipotesis penelitian ini seluruhnya akan dinyatakan dengan hipotesis nol (null hypotheses). Hipotesis tersebut masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang berasal dari SMU dengan mereka yang berasal dari SMEA. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahaiswa jurusan akuntansi antara mereka yang pernah memperoleh pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3 dan SMEA dengan mereka yang samasekali belum pernah memperoleh pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A1 dan A2. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang memiliki perbedaan dalam lamanya masa penempuhan mata pelajaran akuntansi di SMU Jurusan A3 dan SMEA. 4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akuntansi yang bersifat numerikal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 de-ngan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA. 5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akuntansi yang bersifat verbal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA.
8. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: Jurusan yang dipilih mahasiswa sewaktu ia (mereka) masih duduk di Sekolah Menegah, Masa penempuhan pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah dan Keberhasilan belajar mahasiswa di jurusan akuntansi. Secara operasional, definisi variabel-variabel tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut: a). Jurusan di Sekolah Menengah adalah jurusan A1, A2 dan A3 di Sekolah Menengah Umum (SMU), serta jurusan akuntansi (tatabuku/hitung dagang) di SMEA. Jurusanjurusan lain di SMEA seperti kesekretariatan dan tata-niaga (marketing), dalam peneli-tian ini dipersamakan dengan jurusan A3 di SMU. b) Masa penempuhan mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah, adalah lamanya mata pelajaran akuntansi diberikan di SMU Jurusan A3 dan diberikan di SMEA.
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
9
c).Keberhasilan belajar mahasiswa di jurusan akuntansi adalah: -- keberhasilan penempuhan sejumlah matakuliah akuntansi dan non akun-tansi yang diukur dengan angka Indeks Prestasi Kumulatif dari seluruh matakuliah yang sudah ditempuh sampai dengan semester ke-tujuh; dan -- keberhasilan penempuhan sejumlah matakuliah akuntansi pilihan yang didasarkan pada dikotomi perbedaan karakteristik numerikal - verbal. Keberhasilan ini diukur berdasarkan angka Indeks Prestasi atas matakuliah pilihan tersebut. Adapun matakuliah akuntansi yang dipilih adalah: Kelompok Numerikal: Pengantar Akuntansi I, Pengantar Akuntansi II, Akuntansi II, Akuntansi Keuangan I, Akuntansi Keuangan II, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Akuntansi Keuangan Lanjutan II, dan Akuntansi Biaya. Kelompok Verbal: Sistem Informasi Akuntansi I, Sistem Informasi Akuntansi II, Pemeriksaan Akuntansi I dan Teori Akuntansi. 9. DISAIN PENELITIAN a. Responden Penelitian ini berwujud suatu studi kasus (case study design) di mana respondennya akan dipilih dari mahasiswa jurusan akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indone-sia (STIESIA) Surabaya Angkatan Tahun 1994/1995 yang pada semester genap 1996/ 1997 terdaftar sebagai mahasiswa aktif atau tidak sedang menjalani cuti kuliah. b. Pengambilan Sampel Sampel penelitian diambil secara acak dengan memperhatikan strata dari populasi (stratified random sampling). Jumlah sampel untuk setiap strata ditentukan secara pro-porsional (proportionate sampling) sesuai dengan proporsi masing-masing strata ter-hadap populasi. c. Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yang dikumpul-kan melalui achieval research ke bagian-bagian yang secara administratif mengurusi langsung data-data (termasuk data nilai) mahasiswa, seperti Ketua/Sekretaris Jurusan Akuntansi, Bagian Administrasi Pendidikan dan/ atau Bagian Kemahasiswaan. d. Model Analisis Sesuai dengan tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan, maka model analisis yang digunakan adalah Analysis Of Variance (ANOVA) terutama analisis varian satu jalur (one-way ANOVA Analysis).
10
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
10. HASIL PENELITIAN Sampai dengan Tahun Akademik 1996/1997, STIESIA Surabaya memiliki tidak ku-rang dari 2.500 orang mahasiswa jurusan akuntansi Program Strata 1 yang terbagi dalam lima angkatan, yaitu Angkatan Tahun 1992/1993 sampai dengan Angkatan Tahun 1996/ 1997. Responden penelitian ini terdiri dari mahasiswa jurusan akuntansi Program Strata 1 Angkatan tahun 1994/1995 yang berjumlah 513 orang. Klasifikasi responden berdasarkan jurusan mereka di Sekolah Menengah adalah sebagai berikut: SMU Jurusan A1 sebanyak 80 orang; Jurusan A2 sebanyak 133 orang, Jurusan A3 sebanyak 273 orang dan SMEA -- seluruhnya jurusan tata buku/ akuntansi -- sebanyak 27 orang. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa sampel yang digunakan untuk tujuan penelitian ini diambil secara acak dengan memperhatikan strata -- dalam hal ini jurusan -dari populasi (stratified random sampling). Jumlah sampel untuk setiap strata ditentukan secara proporsional sesuai dengan proporsi masing-masing strata terhadap populasi (proportionate sampling). Dengan cara demikian, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 163 orang sesuai dengan perhitungan yang tampak dalam Tabel 1. Tabel 1 Penentuan Sampel Penelitian STRATIFIED - PROPORTIONATE RANDOM SAMPLING Jurusan di SM Jumlah Proporsi Jumlah Sampel A1 92 orang 18 % 17 orang A2 133 orang 26 % 35 orang A3 231 orang 45 % 104 orang SMEA 57 orang 11 % 7 orang Jumlah 513 orang 100 % 163 orang
Keberhasilan Belajar Mahasiswa a. Indeks Prestasi Kumulatif Keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi diukur berdasarkan angka Indeks Prestasi Kumulatif dari seluruh mata kuliah -- baik mata kuliah akuntansi maupun non
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
11
akuntansi -- yang telah ditempuh sampai dengan semester ke-tujuh untuk masingmasing strata (jurusan di sekolah menengah). b. Nilai Test/Ujian Matakuliah Akuntansi Prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi diukur berdasarkan nilai test/ujian dan angka Indeks Prestasi dari mata kuliah akuntansi terpilih -- baik yang bersifat numerikal maupun verbal -- untuk masing-masing strata (jurusan di sekolah menengah).
11. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis pertama “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi, antara mereka yang berasal dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan mereka yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMEA)” Untuk menguji hipotesis pertama tersebut, sampel dikelompokkan ke dalam dua grup, yaitu: Grup 1 : mahasiswa yang berasal dari Sekolah Menengah Umum -- dalam hal ini Jurusan A1, A2 dan A3 (atau sekarang disebut kembali Jurusan IPA dan IPS), yang ter-diri dari 156 orang, dan Grup 2 : mahasiswa yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan -- dalam hal ini SMEA Jurusan Tata Buku/Akuntansi, yang terdiri dari 7 orang. Pengujian dilakukan terhadap Indeks Prestasi Kumulatif masing-masing kelompok sampel. Hasil pengujian dikhtisarkan dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 ANALYSIS OF VARIANCE ONE-WAY ANOVA Pengujian Perbedaan Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang berasal dari SMU dan SMEA GROUP MEAN N 1 2.393 156 2 2.569 7 GRAND MEAN 2.400 163
12
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
SOURCE SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE F RATIO PROB. BETWEEN .208 1 .208 1.879 .1724 WITHIN 17.800 161 .111 TOTAL 18.007 162
Hasil pengujian sebagaimana tampak dalam Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa F hitung sebesar 1,879 lebih kecil daripada F tabel sebesar 3,90 pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelom-pok sampel yang diuji, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa akuntansi antara mereka yang berasal dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan mereka yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMEA). Berdasar-kan hasil pengujian ini, maka hipotesis pertama tidak berhasil ditolak. Hipotesis ke-dua “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang pernah memperoleh pelajaran akuntansi dengan mereka yang belum pernah memperoleh pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah.” Untuk menguji hipotesis ke-dua di atas, sampel responden dikelompokkan ke dalam dua grup, yaitu: Grup 1 : mahasiswa yang belum pernah memperoleh pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah, yang dalam hal ini diwakili oleh mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA), yang terdiri dari 52 orang. Grup 2 : Mahasiswa yang pernah memperoleh pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah, yang dalam hal ini diwakili oleh mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan mahasiswa yang berasal dari SMEA, yang terdiri dari 111 orang. Pengujian dilakukan terhadap Indeks Prestasi Kumulatif masing-masing kelompok sampel. Hasil pengujian dengan menggunakan One-Way Anova Test, diikhtisarkan dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 ANALYSIS OF VARIANCE ONE-WAY ANOVA Pengujian terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang belum pernah dan yang sudah pernah memperoleh pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah GROUP MEAN N
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
13
1 2
2.484 2.353
52 111
GRAND MEAN 2.395 163 SOURCE SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE F RATIO PROB. BETWEEN .615 1 .615 5.606 .0191 WITHIN 17.670 161 .110 TOTAL 18.285 162
Hasil pengujian sebagaimana tampak dalam Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa F hitung adalah sebesar 5,606. Angka tersebut lebih besar dari F tabel sebesar 3,90 pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sampel yang diuji, atau dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang belum pernah memperoleh pelajaran akuntansi dengan mereka yang sudah pernah memperoleh pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa prestasi mahasiswa akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan IPA ternyata lebih baik daripada mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPS maupun dari SMEA, meskipun mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPA samasekali belum pernah mengenal tatabuku/akuntansi serta mata pelajaran ilmu-ilmu sosial -- terutama matapelajaran ekonomi. Sebaliknya, walaupun matakuliah yang diberikan di STIESIA -- jurusan akuntansi -- lebih banyak matakuliah non-eksakta, justru maha-siswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan SMEA tidak dapat menunjukkan presta-sinya secara lebih baik, padahal kebanyakan matakuliah yang diberikan di STIESIA sudah mereka kenal atau pernah diperoleh/dipelajari di Sekolah Menengah. Berdasarkan hasil pengujian ini, maka hipotesis ke-dua berhasil ditolak. Hipotesis ke-tiga “Tidak ada perbedaan secara signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi, antara mereka yang memiliki perbedaan dalam lamanya masa penempuhan mata pelajaran akuntansi di Sekolah Menengah.” Untuk menguji hipotesis ke-tiga di atas, sampel responden dikelompokkan ke dalam dua grup, yaitu: Grup 1 : Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) untuk mewakili kelompok sampel yang pernah memperoleh pelajaran akuntansi selama 2 (dua) tahun, yang berjumlah 104 orang.
14
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
Grup 2 : Mahasiswa yang berasal dari SMEA untuk mewakili kelompok sampel yang per-nah memperoleh pelajaran akuntansi selama 3 (tiga) tahun, yang berjumlah 7 orang. Pengujian dilakukan terhadap Indeks Prestasi Kumulatif masing-masing kelompok sampel. Hasil pengujian dengan menggunakan One-Way Anova Test, diikhtisarkan dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 ANALYSIS OF VARIANCE ONE-WAY ANOVA Pengujian terhadap Indeks Prestasi Kumulatif Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan dari SMEA GROUP MEAN N 1 2.338 104 2 2.569 7 GRAND MEAN 2.353 111 SOURCE SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE F RATIO PROB. BETWEEN .348 1 .348 3.737 .0558 WITHIN 10.164 109 .093 TOTAL 10.512 110
Hasil pengujian sebagaimana tampak dalam Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa F hitung adalah sebesar 3,737. Nilai tersebut lebih kecil nari nilai F tabel sebesar 3,93 pada tingkat signifikansi 5%. Karena F hitung lebih kecil dari F tabel, maka hasil pengujian menun-jukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sampel yang diuji, atau dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi antara mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) dengan mereka yang berasal dari SMEA. Berdasarkan hasil pengujian ini, maka hipotesis ke-tiga tidak berhasil ditolak. Hipotesis ke-empat “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian matakuliah akuntansi yang bersifat numerikal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA.” Pengujian hipotesis ke-empat ini mengarah pada pengujian terhadap Indeks Prestasi yang ditentukan dari nilai ujian matakuliah-matakuliah terpilih. Seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, matakuliah-matakuliah terpilih dikelompokkan dalam mata kuliah yang bersifat numerikal dan matakuliah yang bersifat verbal. Mata kuliah akuntansi yang diidentifikasikan sebagai matakuliah yang bersifat numerikal dalam penelitian ini adalah: Pengantar Akuntansi I, Pengantar Akuntansi II, Akuntansi
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
15
Keuangan I, Akuntansi Keu-angan II, Akuntansi Keuangan Lanjutan I, Akuntansi Keuangan Lanjutan II, Akuntansi Biaya dan Manajemen Keuangan. Untuk menguji hipotesis ke-empat tersebut, sampel responden dikelompokkan ke dalam dua grup, yaitu: Grup 1 : Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dengan masingmasing Indeks Prestasi dari matakuliah-matakuliah akuntansi yang bersifat nu-merikal, untuk mewakili kelompok sampel yang dipandang lebih banyak mema-hami/menguasai pengetahuan-pengetahuan numerikal. Grup ini meliputi 52 orang. Grup 2 : Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) dan SMEA dengan masing-masing Indeks Prestasi dari matakuliah-matakuliah akuntansi yang bersifat nu-merikal, untuk mewakili kelompok sampel yang dipandang lebih banyak mema-hami/menguasai pengetahuan-pengetahuan yang bersifat verbal. Grup ini terdiri dari 111 orang. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan keberhasilan belajar -- yang diukur berdasarkan Indeks Prestasi dari mata kuliah akuntansi yang bersifat numerikal -masing-masing grup. Hasil pengujian dengan menggunakan One-Way Anova Test, diikhtisarkan dalam Tabel 5 di halaman berikut ini. Tabel 5 ANALYSIS OF VARIANCE ONE-WAY ANOVA Pengujian terhadap Indeks Prestasi Matakuliah Akuntansi -- Numerikal Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dan dari SMU Jurusan A3 (IPS) / SMEA GROUP MEAN N 1 2.543 52 2 2.389 111 GRAND MEAN 2.438 163 SOURCE SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE F RATIO PROB. BETWEEN .829 1 .829 6.457 0.0120 WITHIN 20.679 161 .126 TOTAL 21.508 162
Hasil pengujian sebagaimana tampak dalam Tabel 5 di atas, menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 6,457. Nilai tersebut lebih besar dari nilai F tabel sebesar 3,90 pada
16
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
tingkat signifikansi 5%. Karena F hitung lebih besar dari F tabel, maka hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan atas keberhasilan mahasiswa -- yang diu-kur dari nilai ujian/Indeks Prestasi matakuli-ah akuntansi yang bersifat numerikal -antara mereka yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) dan SMEA. Atau lebih jelasnya, mahasiswa jurusan akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) mempunyai nilai ujian matakuliah akun-ansi -- yang bersifat numerikal -- secara signifikan lebih baik daripada mereka yang bera-al dari SMU Jurusan A3 (IPS) dan SMEA. Dugaan logis, bahwa mereka yang mempunyai pemahaman lebih baik tentang pengeahuan-pengetahuan numerik akan lebih berpeluang meraih keberhasilan dalam studinya di jurusan akuntansi dibandingkan dengan mereka yang kurang memiliki pemahaman atas pe-geahuan-pengetahuan tersebut, dalam konteks penelitian ini ternyata benar, karena berda-arkan hasil pengujian, hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini ternyata ber-hasil ditolak. Hipotesis ke-lima “Tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai test/ujian mata kuliah akuntansi yang bersifat verbal antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA.” Pengujian hipotesis ke-lima ini mengarah pada pengujian terhadap Indeks Prestasi yang ditentukan dari nilai ujian matakuliah-matakuliah akuntansi terpilih yang dianggap mempunyai konotasi sebagai matakuliah verbal. Adapun matakuliah akuntansi -- verbal - yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah : Sistem Informasi Akuntansi I, Sistem In-formasi Akuntansi II, Pemeriksaan Akuntansi I dan Teori Akuntansi. Untuk menguji hipotesis ke-lima tersebut, sampel responden dikelompokkan ke dalam dua grup, yaitu: Grup 1 : Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dengan masingmasing Indeks Prestasi dari matakuliah-matakuliah akuntansi yang bersifat ver-bal, untuk mewakili kelompok sampel yang dipandang lebih banyak memahami/ menguasai pengetahuan-pengetahuan numerikal. Grup ini terdiri dari 52 orang. Grup 2 : Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) dan SMEA dengan masing-masing Indeks Prestasi dari matakuliah-matakuliah akuntansi yang bersifat ver-bal, untuk mewakili kelompok sampel yang dipandang lebih banyak memahami/ menguasai pengetahuan-pengetahuan yang bersifat verbal. Grup ini terdiri dari 111 orang.
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
17
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan keberhasilan belajar -- yang diukur berdasarkan Indeks Prestasi dari mata kuliah akuntansi yang bersifat verbal -- masingmasing grup. Hasil pengujian dengan menggunakan One-Way Anova Test, diikhtisarkan dalam Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 ANALYSIS OF VARIANCE ONE-WAY ANOVA Pengujian terhadap Indeks Prestasi Matakuliah Akuntansi -- Verbal Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dan dari SMU Jurusan A3 (IPS) / SMEA GROUP MEAN N 1 2.288 52 2 2.345 111 GRAND MEAN 2.327 163 SOURCE SUM OF SQUARES D.F. MEAN SQUARE F RATIO PROB. BETWEEN .112 1 .112 .401 .5275 WITHIN 44.805 161 .278 TOTAL 94.215 210
Hasil pengujian sebagaimana tampak dalam Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 0,401. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3,90 pada tingkat signifikansi 5%. Karena F hitung lebih kecil dari F tabel, maka hasil pengujian menunjukkan bahwa hipotesis tidak berhasil ditolak. Artinya, hasil pengujian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara dua kelompok sampel yang diuji, atau dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas nilai ujian/indeks prestasi dari matakuliah-matakuliah akuntansi -- verbal -- antara mahasiswa jurusan akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3 dan SMEA. Dugaan logis, bahwa mereka yang mempunyai tingkat pemahaman lebih baik tentang pengetahuan-pengetahuan yang bersifat verbal akan lebih berpeluang meraih keberhasilan dalam studinya di jurusan akuntansi dibandingkan dengan mereka yang kurang dalam mem-peroleh pengetahuan-pengetahuan verbal, dalam konteks ini ternyata tidak benar, karena hasil pengujian menunjukkan bahwa keberhasilan belajar antara dua kelompok sampel tersebut tidak berbeda secara signifikan. Mahasiswa jurusan akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan A3 (IPS) dan SMEA yang berdasarkan logika seharusnya memperoleh nilai ujian atau mencapai indeks prestasi atas matakuliah akuntansi verbal lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan mereka
18
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA), ternyata menurut hasil pengujian tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
12. ANALISIS KUALITATIF a. Walaupun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi -- yang diukur berdasarkan IPK seluruh mata kuliah sampai semester ke-tujuh -- antara mereka yang berasal dari SMU dan SMEA, tetapi tampak adanya kecenderungan bahwa kelompok kedua mempunyai prestasi belajar yang baik pada Semester I sampai Semester IV dan mengalami penurunan prestasi belajar mulai Semester V dan seterusnya. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh adanya rasa percaya diri yang lebih tinggi pada Semester I - IV, mengingat matakuliah yang diberikan pada semester-semester tersebut merupakan suatu repetisi (pengulangan) -- dengan sedikit pen-dalaman -- atas apa yang sebenarnya pernah mereka peroleh di SMEA. Sementara itu, matakuliah yang mereka peroleh mulai Semester V merupakan matakuliah yang sama-sekali baru bagi mereka. b. Secara signifikan, prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi yang berasal dari SMU Jurusan IPA lebih baik daricpada mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPS/SMEA. Namun demikian, IPK kelompok pertama tersebut lebih banyak ditunjang oleh nilai yang baik atas matakuliah-matakuliah lain yang bukan mata kuliah akuntansi, walaupun nilai-nilai matakuliah akuntansinya sendiri juga tidak jelek. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya mata kuliah (dalam kurikulum jurusan akuntansi) yang lebih supportive bagi mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPA untuk menaikkan angka Indeks Pres-tasi. Mata kuliah yang dimaksud misalnya Matematika, Statistika, Teori Ekonomi Mi-kro/Makro, dan semacamnya yang dapat dikonotasikan sebagai matakuliah numerikal. c.
Walaupun Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa jurusan akuntansi yang berasal SMEA (yang pernah memperoleh matapelajaran akuntansi selama tiga tahun) tidak berbeda secara signifikan dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS (yang hanya pernah memeperoleh matapelajaran akuntansi selama satu tahun), tetapi pada dua tahun pertama di perguruan tinggi, mereka yang berasal dari SMEA academic record-nya menunjukkan prestasi -- nilai-nilai ujian semester -- yang lebih baik dibandingkan me-reka yang berasal dari SMU Jurusan IPS; sedangkan pada tahun berikutnya prestasi me-reka relatif tidak berbeda.
d. Mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan IPA (yang memiliki tingkat pemahaman le-bih baik atas pengetahuan-pengetahuan numerikal) telah menunjukkan nilai/indeks pres-tasi mata kuliah-matakuliah akuntansi tertentu -- numerikal -- secara signifikan lebih baik dari rekan-rekannya yang berasal dari SMU Jurusan IPS/SMEA.
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
19
Sebaliknya, ma-hasiswa yang berasal dari SMU Jurusan IPS dan SMEA (yang dipandang memiliki tingkat pemahaman yang baik atas pengetahuan-pengetahuan verbal) ternyata memiliki nilai/indeks prestasi atas matakuliah-matakuliah akuntansi -verbal -- yang secara signifikan tidak berbeda dengan rekan-rekannya yang berasal dari SMU Jurusan IPA. Kenyataan ini menimbulkan beberapa dugaan. Pertama, bahwa matapelajaran tatabuku/ akuntansi di sekolah menengah tidak dapat dijadikan bekal minimal untuk dapat mengi-kuti jenjang pendidikan akuntansi berikutnya di perguruan tinggi. Kedua, bahwa kuali-tas lulusan SMU Jurusan IPA memang lebih baik dari lulusan SMU Jurusan IPS dan SMEA seperti yang sering disinyalir oleh banyak kalangan selama ini.
13. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini mengarah pada pengujian ada-tidaknya perbedaan keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi -- yang diukur berdasarkan IPK untuk seluruh mata-kuliah baik akuntansi maupun non-akuntansi serta berdasarkan IP untuk matakuliah akuntansi tertentu -- antara mereka yang mempunyai jurusan berbeda di Sekolah Menengah. Salah satu faktor penting yang tidak diperhitungkan dalam pengukuran keberhasilan belajar mahasiswa tersebut di atas adalah faktor ketepatan waktu bagi mahasiswa untuk menempuh setiap matakuliah sesuai dengan jalur penempuhan yang lazim -- yang ditentu-kan sesuai kurikulum. Apabila mahasiswa terlambat menempuh suatu mata kuliah -- dalam arti mundur posisi semesternya atau mengikuti/memperbaiki nilai ujian berulang-ulang -- berdasarkan logika seharusnya mengurangi angka indeks keberhasilan. Sebaliknya, maha-siswa yang menempuh suatu matakuliah lebih cepat -- dalam arti mendahului posisi semester yang seharusnya -- berdasarkan logika seharusnya menambah angka indeks ke-berhasilan. Tidak diperhitungkannya faktor ini, menyebabkan adanya distorsi dalam meni-lai keberhasilan belajar mahasiswa.
14. SIMPULAN Keberhasilan studi mahasiswa jurusan akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ternyata tidak dipengaruhi oleh latar belakang jurusan pada saat mahasiswa tersebut masih di Sekolah Menengah. Hal ini dapat diketahui dari hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa antara mahasiswa yang berasal dari SMU dan SMEA, tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas Indeks Prestasi Kumulatif untuk se-luruh matakuliah yang telah mereka selesaikan sampai dengan semester ke-tujuh. Demikian pula uji hipotesis yang lain, membuktikan bahwa antara mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan mahasiswa yang berasal dari SMEA, Indeks Prestasi Kumula-tif-nya secara signifikan tidak berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
20
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21
lama masa penempuhan dan banyaknya mata-pelajaran akuntansi yang diberikan di Sekolah Mene-ngah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan mahasiswa akuntansi di STIESIA, yang berdasarkan logika, seharusnya mereka yang berasal dari SMEA lebih berpeluang memperoleh keberhasilan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS. Tidak adanya pengaruh jurusan di Sekolah Menegah dengan keberhasilan belajar mahasiswa jurusan akuntansi juga dibuktikan dari hasil uji hipotesis yang menyatakan bah-wa nilai/indeks prestasi untuk matakuliah akuntansi tertentu -- yang dalam penelitian ini dikonotasikan sebagai matakuliah numerikal -- ternyata mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A1 dan A2 (IPA) secara signifikan nilai/Indeks Prestasi-nya berbeda (dalam arti lebih baik) dengan mahasiswa yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan SMEA, pada-hal berdasarkan logika, mereka yang berasal dari SMU Jurusan IPS dan SMEA seharusnya berhasil lebih baik dari mereka yang berasal dari Jurusan IPA. Demikian pula hasil uji terhadap nilai/indeks prestasi atas matakuliah akuntansi yang bersifat verbal, ternyata tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antara mereka yang berasal dari SMU Jurusan A3/IPS dan SMEA dengan mereka yang berasal dari SMU Jurusan A1/A2 (IPA).
DAFTAR PUSTAKA Baldwin, Bruce A., and Keith R. Howe, 1982, Secondary Level Study of Accounting and Subsequent Performance in the First College Course, The Accounting Review, Vol. LVII No.3, July. Bambang Sudibyo, DR., 1992, Tantangan dan Peluang Pendidikan Akuntansi di Masa Mendatang, Makalah disampaikan dalam Konvensi Nasional Akuntansi Ke2, Yogyakarta, Desember 1992. Bergin, J. Lawrence, 1983, The Effect of Previous Accounting Study on Student Performance in The First College-Level Financial Accounting Course, Issues in Accounting Education. Emory, William C., dan Donald R. Cooper, 1995, Business Research Method, Fifth Edition, Richard D. Irwin, Inc., USA. Ibnu Subiyanto, Drs.,Akt., 1993, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi kedua, Cetakan Per tama, Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta. Moses, O., Douglas, 1987, Factors Explaining Performance in Graduate-Level Accounting, Issues in Accounting Education, Vol.2 No.2.
Pengaruh Pendidikan Akuntansi (Akhmad Riduwan & Bambang Suryono)
21
Schroeder, Nicholas W., Previous Accounting Education and College-Level Accounting Exam Performance, Issues in Accounting Education, Vol.1 No.1. Zainal Mustafa EQ, 1994, Panduan Microstat untuk mengolah data statistik, Edisi III, Cetakan pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
22
Ekuitas Vol.2 No.1 Maret 1998 : 1-21