perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sambirejo)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Kristin Cahyani S841102008
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Tesis ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan setelah penulis menyelesaikan perkuliahan teori di Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS. Adapun tujuan penyusunan tesis ini untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna mencapai derajat magister Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS. Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan apresiasi secara tulus kepada: 1. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. selaku Ketua Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan persetujuan pengesahan tesis ini; 2. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar; 3. Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan lancar; 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya;
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Gatot Supadi, M. B. A., M. M, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di instansi yang ada di bawahnya; 6. Drs. Suyatno selaku Kepala Sekolah SMP N 2 Sambirejo yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya serta memberi motivasi kepada penulis; 7. Drs. Sunardi, M. Pd., selaku Kepala SMP N 2 Gondang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolahnya; 8. Ibu, dan suami yang telah memberikan doa restu dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini; 9. Anak-anak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Surakarta, Penulis, K. C.
commitvito user
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kristin Cahyani. S841102008. Pengaruh Pendekatan Quantum Learning dan Minat Belajar terhadap Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sammbirejo). Tesis. Pembimbing I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori; (2) perbedaan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar rendah; dan (3) interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen; sampel penelitian diambil 60 siswa yang ada di SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang dengan teknik stratified-cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk mengambil data kemampuan mengapresiasi puisi; angket digunakan untuk menjaring data minat belajar siswa. Uji validitas kemampuan mengapresiasi puisi yang dilakukan, yaitu uji validitas item. Validitas item digunakan untuk menguji butir tes dengan rumus korelasi point biserial, uji reliabilitasnya dengan rumus KR-20. Validitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus korelasi product moment, reliabilitasnya dengan koefisien . Uji normalitas menggunakan Uji Lilliefors, sedangkan uji homogenitasnya menggunakan Uji Bartlett. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik Analisis Varian Dua Jalan (ANAVA Dua Jalan). Berdasarkan analisis data, simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 20.40 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf Kedua, kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fhitung = 24.80 > Ftabel = 4.01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada taraf Ketiga, ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi. Hal ini terlihat pada perolehan hasil Fh sebesar 4,14 > Ft sebesar 4,01 dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada 0,05. Kata Kunci: Pendekatan Quantum Learning, Minat Belajar, Kemampuan Mengapresiasi Puisi.
commit viito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kristin Cahyani. S841102008. The Influence of the Quantum Learning Approach and interest in learning to the Ability in Appreciating Poetry. Thesis. Mentors I: Dr. Andayani, M.Pd., II: Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd. Indonesian Language Education Program, the Postgraduate of the University of Sebelas Maret. 2012. ABSTRACT The purpose of the research are to know (1) the difference the ability in appreciating poetry of students between who are taught with quantum learning approach and expository approach; (2) the difference the ability in appreciating poetry of the students who have highly interest in learning and the students who have low interest in learning; (3) the interaction between learning approach and interest in learning to the ability in appreciating poetry. The method of the research is experiment research using 2x2 factorial design. The population of the research are all of the students in the state lower secondary school in Sragen eastern rayon; the sample of the research are 60 students in the state lower secondary school Sambirejo 2 and taken by stratified-cluster random sampling technique. Data collection technique using by test and questionnaire. The test is used to gain the data of the ability in appreciating poetry interest in learning. The validity test of ability in appreciating poetry is performed by item validity test. Items validity is used for using bi-serial correlation point formula, whereas KR-20 is used for reliability test. The validity of interest in learning questionnaire is used for using product moment correlation formula, whereas Cronbach coefficient is used for reliability test. Measuring normality using Lilliefors test, whereas for measuring homogeneity using Barlett test. The technique of data analyze in this research using two ways variant analyze (two ways anava). Based on the data analyze could be concluded, first appreciating poetry taught with quantum learning approach are better than using 20.40 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standard 05. Second, the students ability in appreciating poetry in highly interest in learning are higher than having low interest in learning 24.80 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominat = 0.05. Third, there is interaction between learning approach and interest in learning in poetry 4.14 > Ft amount of 4.01 with db numerator 1 and db denominator 56 in obvious standa = 0.05. Keywords: Quantum Learning, interest in learning, the ability in appreciating poetry.
commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Manusia berharap terlalu banyak te (Allen Tate)
Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK (Dodi Goceng)
bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang
(Pepatah Arab)
berbuat baik dengan diri sendiri, mendholimi orang lain sama dengan
(Penulis)
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahanda Widodo Brotosiswoyo (almarhum) dan Bunda Warsiki yang tercinta; 2. Seto Nugroho, suami terkasih; 3. Muhammad Cahyo Nugroho, Annisa Rihan Jannah, dan Muhammad Cahyo Buwono, anak-anakku tersayang;
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL............................................................................................................... i PENGESAHAN
ii .
iii iv . v vii
PERSEMB
x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xi xv DAFTAR TA DAFTAR
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B.
5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.
8 1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi
8
a. Peng
8
b. Pengertian
10
c. Pengertian Puisi
12
d. Unsur-unsur Puisi e. Jenis-jenis Puisi
.. 14 .. 18
f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi
23
g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP................................... 2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning
25 26
a. Pengertian Pendekatan
26
b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning
28
c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi
.... 33
d. Langkah-langkah Pembelajaran Mengapresiasi Puisi dengan Quantum Learning 3. Hakikat Pendekatan
35 37
a. Pengertian P b. Pengertian P
37
c. Keunggulan dan Kelemahan Pend
40
d. Langkah-langkah
40
4. Hakikat
42
a. Pengertian Minat
commit xiito user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengertian
45
c.
46
d. Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar
47
e. Aspek-aspek Minat Belajar
.. 49
B. Penelitian yang
51
C.
55
D.
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... B.
60
.............................................. 62
C. Populasi
63
D. Variabel Penelitian dan Def
67
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 68 F. Instrumen
68
G. Hasil Uji Validitas dan Reliab
69
H. Uji Persyara
73
I. Teknik Analisis Data................................................................... 73 J. Hipotesis
..... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
........................................................................
77
1. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning 2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar
commit xiiito user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan Pendekatan Ekspositori
79
3. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
80
4. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah
82
B. Pengujian Persyaratan Analisis
83
1. Uji No
84
2. Uji Hom
88
C. Pengujian
89
D. Pembahasan
100
E. Keterbatasan Penelitian
104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Sim
106
B. Impl
107
C. Saran
109
DAFTAR PUS
111 117
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
2.
...
Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
3.
80
Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
5.
78
Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang
4.
58
81
Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
commit xvto user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.
Waktu dan Jenis P
61
2.
Rancangan Analisis Data Model
62
3.
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
4.
78
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa 79
5.
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yangMemiliki Minat Belajar
6.
..... 81
Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar
commit xvito user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A
Halaman
1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi
117
2. Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Sebelum Uji Coba).
118 8
B
1. Kisi-Kisi Instrumen Angket
..............................
138
2. Angket Minat Belajar (Sebelum Uji Coba)......................................... 139 3. Angket Minat Belajar (Setelah Uji Coba)........................................... 142
C
1. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Tahapan I)
145
2. Prosedur Penghitungan Validitas Tes Kemampuan Mengapresiasi 49 3. Hasil Analisis Validitas Butir Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi (Tahapan II)
150
4. Tabel Resume Validitas
D
3
5.
. 154
6. Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Mengapresiasi
. 156
1. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar (Tahapan I)
158
2. Hasil Analisis Validitas Butir Pernyataan Angket Minat Belajar (Tahapan II)
163
3. Uji Reliabilit 4. Hasil Analisis Reliabilitas Butir Pernyataan Angket
E.
1. Data Nilai Pretes Kemampuan Mengapresiasi Puisi
commit to user xvii
168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Data Induk Penelitian
173
3. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Kelas Eksperiman dan Kelas Kontrol
174
4. Data Nilai Minat Belajar Siswa
F
1. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning (Kolom 1 = A1)
177
2. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori (Kolom 2 = A2)
178
3. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (Baris 1 = B1)
179
4. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (Baris 2 = B2)
...
180
5. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (Sel 1 = A1B1)
..
181
6. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (Sel 2 = A1B2)
182
7. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi (Sel 3 = A2B1)
183
8. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (Sel 4 = A2B2)
G
184
Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Mengapresiasi 185
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
H
digilib.uns.ac.id
Tabel Kerja untuk Analisis Data Penelitian dengan Teknik Statistik Anava Dua Jalan
I
187
Proses Perhitungan Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi
189
J
Hasil Analisis Statistik Anava Dua Jalan
193
K
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
M
Foto Uji Coba Instrumen di SMP Negeri 2 Ngrampal
N
Foto Penelitian Kelas Eksperimen di SMP N 2 Sambirejo
O
Foto Penelitian Kelas Kontrol di SMP N 2 Gondang
commit xixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa pada hakikatnya tidak hanya membuat siswa agar terampil berbahasa saja, tetapi juga terampil bersastra. Pembelajaran sastra merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan berbahasa. Dengan demikian, tugas guru bahasa dan sastra Indonesia tidak hanya memberi pengetahuan (aspek kognitif), tetapi juga keterampilan (aspek psikomotorik) dan menanamkan rasa cinta (aspek afektif), baik melalui kegiatan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Namun, tujuan pembelajaran apresiasi sastra ini belum membuahkan hasil yang optimal. Hal itu disebabkan oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa dan sastra itu tidak semenarik pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang diungkapkan oleh Mukhlis A. Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan apresiasi sastra (dan budayanya) kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat di hati siswa.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Di samping itu, pembelajaran apresiasi sastra di lapangan belum dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan kurikulum. Pembelajaran apresiasi sastra masih menitikberatkan pada aspek kognitif. Apresiasi terhadap nilai-nilai sastra yang terkandung dalam karya sastra masih kurang karena mendapat banyak kendala, yaitu: muatan sastra dalam kurikulum bahasa Indonesia relatif kecil; ujian
nasional masih menitikberatkan
pengetahuan
faktual,
dan
belum
menjangkau apresiasi sastra; kurangnya pemahaman guru tentang kebermaknaan belajar sastra bagi siswa; kurangnya pengalaman dan kemampuan guru dalam memahami materi apresiasi sastra; dan kurangnya buku-buku sastra di sekolah. Hal yang sama terjadi dalam pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII yang meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1. menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1. menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2. merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1. membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1. menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2. menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami. Sebagai salah satu pembelajaran sastra di sekolah, pembelajaran apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang sulit bagi siswa dibandingkan karya sastra bentuk prosa. Hal itu, selain disebabkan kurangnya minat siswa terhadap apresiasi puisi, juga karena (1) siswa beranggapan bahwa pelajaran puisi itu sulit, (2) sangat minim buku-buku tentang puisi di perpustakaan sekolah, (3) metode dan teknik pembelajaran yang digunakan masih banyak yang klasik atau konvensional, sehingga kurang mampu memberikan inovasi kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
anak, (4) tingkat atau daya apresiasi terhadap sastra (puisi) masih rendah, (5) guru masih jarang memberikan latihan apresiasi puisi, (6) guru jarang menindaklanjuti hasil apresiai puisi para siswanya, dan (7) belum adanya laboratorium bahasa. Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk menemukan alternatif pendekatan pembelajaran yang diyakini mampu menumbuhkan minat belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif, dan dinamis sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003b: 243). Bukan pembelajaran yang hanya berpusat pada guru atau pembelajaran yang didominasi oleh guru dan tidak melibatkan siswa seperti yang selama ini sering diterapkan guru. Guru tidak melatih kreativitas siswa, tetapi menyampaikan materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafalkan sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar dan minat belajar siswa. Pendekatan ini diibaratkan mengubah energi menjadi cahaya, seperti halya pada teori kuantum (Deporter dan Hernacki, 2005: 14). Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning ini akan membawa siswa dalam situasi pembelajaran yang santai, menyenangkan, menakjubkan, dan menggairahkan. Dalam hal ini guru dituntut untuk menciptakan lingkungan kelas yang dinamis, yang tidak berpaku pada tempat duduk yang statis, namun senantiasa menyenangkan siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini berperan meningkatkan minat belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Di samping itu, metode yang ada dalam quantum learning dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan paradigma mengembangkan dan memperdayakan lingkungan belajar, serta dapat memberikan penghargaan secara nyata kepada siswa dengan latar belakang yang berbeda (Andayani, 2008: 19). Oleh karena itu, guru harus bisa membawa pikiran siswa ke dalam pemikiran guru dan sebaliknya pemikiran guru juga menjadi pemikiran siswa. DePorter, Reardon, dan Nourie (2005: 63-77) menyebutkan bahwa media pembelajaran sangat penting di dalam membangkitkan rasa senang (minat) siswa. Di samping media yang memadai, juga perlu (1) lingkungan sekeliling, yang dimaksud adalah lingkungan belajar yang kondusif; (2) alat bantu atau benda yang dapat mewakili suat gagasan; (3) pengaturan bangku, yaitu penataan meja kursi belajar yang memudahkan semua jenis interaksi; (4) hiasan tanaman, aroma, dan hewan peliharaan; dan (5) musik sebagai ilustrasi. Peranan musik inilah salah satu kelebihan pembelajaran quantum learning, karena bisa meningkatkan semangat, merangsang pengalaman, menumbuhkan relaksasi, meningkatkan pemfokusan pikiran, membangun hubungan baik, memberi inspirasi bagi siswa, dan menyenangkan siswa sehingga membangkitkan minat belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibatasi sejauh mana pengaruh pendekatan pembelajaran quantum learning dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
A. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan yang diajar dengan pendekatan ekspositori? 2. Apakah ada perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah? 3. Apakah ada interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi?
B. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan ada tidaknya pengaruh pendekatan pembelajaran quantum leraning dan minat belajar siswa terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan : 1. Perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan yang diajar dengan pendekatan ekspositori. 2. Perbedaan antara kemampuan mengapresiasi puisi antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan yang memiliki minat belajar rendah. 3. Interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar dalam mempengaruhi keterampilan mengapresiasi puisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat dipakai: a. sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori pendekatan quantum learning; b. sebagai bukti empiris bahwa minat belajar siswa berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi puisi; c. sebagai bukti empiris adanya keterkaitan antara pendekatan quantum learning
dan
minat
belajar
dalam
mempengaruhi
kemampuan
mengapresiasi puisi.
2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Siswa memperolah wawasan yang lebih luas, khususnya menguasai proses apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning sehingga bisa meningkatkan daya apresiasi puisi. b. Bagi Guru 1) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa. 2) Memudahkan guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. c. Bagi Sekolah 1) Menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2) Mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puisi a. Pengertian kemampuan Keterampilan atau kemampuan merupakan dua istilah yang sering tumpang tindih dalam penggunaannya. Kedua istilah tersebut dapat dikatakan sebagai hasil belajar atau pengalaman belajar. Hal itu sesuai dengan pengertian yang dirumuskan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2003a:1), yang menyatakan pengertian kemampuan (kompetensi) sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sejalan dengan pendapat di atas, Nurhadi dan Agus G.S. (2003:15) menyatakan bahwa kemampuan (kompetensi) merupakan pengetahuan, keterampilan , dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Hal itu hampir sama dengan pendapat Yulaelawati, yang mengungkapkan bahwa kemampuan mengacu pada pengetahuan fundamental, keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam menunjukkan pemilikan suatu kompetensi (2004; 16) . Sementara itu, Michelle R. Ennis (2008: 4-5) menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan menerapkan atau menggunakan pengetahuan,
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
keterampilan, kemampuan, perilaku, dan karakteristik pribadi untuk berhasil melakukan tugas-tugas pekerjaan penting, fungsi tertentu, atau beroperasi di sebuah
peran
atau
mental/intelektual/kognitif,
posisi.
Karakteristik
sosial/emosional/sikap,
pribadi dan
mungkin
fisik/psikomotor,
atribut yang diperlukan untuk melakukan peran atau pekerjaan tersebut. Rychen and Salganik (2001: 1) mengungkapkan bahwa kompetensi adalah lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan. Ini melibatkan kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks, dengan menggambar dan memobilisasi sumber daya psikososial (termasuk keterampilan dan sikap) dalam konteks tertentu. Demikian juga Jones, Voorhees, dan Paulson (2002), menjelaskan keterampilan,
bahwa kompetensi didefinisikan sebagai kombinasi dari kemampuan,
dan
pengetahuan
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan tugas tertentu. Selanjutnya, Andrew J. Elliot dan Carol S. Dweck (2006: 5) menyatakan bahwa kemampuan (kompetensi) dapat didefinisikan sebagai kondisi atau kualitas efektivitas kemampuan, kecukupan, atau keberhasilan. Sedangkan Oliver C. Schultheiss dan Joachimb C. Brunstein (2006: 42) mengungkapkan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah konsep yang multifaset, dan dapat mengacu
pada
keterampilan
dan
kemampuan
seseorang
yang
telah
dikembangkan secara efektif dalam dirinya. Begitu pula Bernard Weiner (2006: 73) melihat kompetensi sebagai sinonim kata kemampuan dan sering dianggap baik secara struktur keseluruhan maupun bagian atau komponen diukur dan digunakan untuk memprediksi belajar dan kinerja seseorang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan lebih luas cakupan pengertiannya daripada keterampilan. Kemampuan (kompetensi) adalah sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dihasilkan dari kecakapan, kesanggupan, kebiasaan berpikir dan bertindak yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta kerja seseorang.
b. Pengertian Apresiasi Pembelajaran sastra pada kenyataannya tidak semenarik mata pelajaran lain, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluhan. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh asumsi siswa bahwa pembelajaran bahasa dan sastra itu tidak semenarik pembelajaran mata pelajaran lain, seperti yang diungkapkan oleh Mukhlis A. Hamid (1996: 1), bahwa pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di berbagai jenjang pendidikan selama ini sering dianggap kurang penting dan dianaktirikan oleh para guru, apalagi guru yang pengetahuan dan apresiasi sastranya kurang. Akibatnya, mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi para siswa disajikan kering, kurang hidup, dan cenderung kurang mendapat tempat dihati siswa. Sesuai kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2006 atau KTSP, siswa dituntut menguasai kemampuan berbahasa dan bersastra. Hal itu sesuai dengan pendapat Endraswara Suwardi (2003: 44) bahwa kedudukan pembelajaran sastra sejajar dengan bidang keterampilan berbahasa. Esensi pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
sastra ialah keterampilan berbahasa Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Andayani (2008: 6). Kemampuan bersastra mencakup aspek apresiasi, ekspresi, dan kreasi. Istilah apresiasi dikatakan oleh Aminuddin (2010: 34) berasal dari bahasa Latin apreciatio
,
Aminuddin (2010: 35-36) juga mengungkapkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai sesuatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaninya. Senada dengan pendapat tersebut, Jakob Sumarjo dan Saini (1988: 173) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan sastra dan peristiwa sastra, kata apresiasi mengandung pengertian memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai. Apresiasi mempunyai empat tingkat kegiatan, yaitu (1) tingkat menggemari, (2) tingkat menikmati, (3) tingkat mereaksi, dan (4) tingkat produktif (Disick, 1975 dalam Herman J. Waluyo, 2002: 45). Jika seseorang mengapresiasi puisi baru pada tingkat menggemari, keterlibatan batinnya belum begitu kuat, karena pada tingkat ini seseorang hanya senang membaca atau mendengarkan pembacaan puisi. Pada tingkat menikmati, keterlibatan batin pembaca terhadap puisi semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih, terharu, bahagia, dan sebagainya ketika membaca puisi. Kemudian pada tingkat mereaksi, sikap kritis terhadap puisi menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan seksama dan mampu menilai baik buruk sebuah puisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Pembaca mampu menunjukkan letak keindahan puisi dan kekurangan puisi. Pada tingkat produktif, seseorang mampu menghasilkan (menulis), mengkritik, mendeklamasikan, dan membuat resensi puisi. Berpijak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apresiasi adalah kegiatan memahami, menikmati, dan menghargai sebuah karya sastra.
c. Pengertian Puisi Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya-karya besar dunia yang bersifat fundamental ditulis dalam bentuk puisi, seperti: Oedipus, Hamlet, Mahabarata, Ramayana, dan sebagainya. Di samping itu, nyanyiannyanyian yang ada sekarang ini tidaklah semata-mata lagu yang indah, tetapi lebih dari itu isi puisinya mampu menghibur manusia (Herman J. Waluyo, 2010: 1). Kemudian Herman J. Waluyo (2010: 29) memberikan pengertian, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Barbara Howes (1973: 77) menyatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang dibuat, disatukan, dibangun. Dia mengutip pendapat HDF Kitto yang menyatakan bahwa puisi berasal dari bahas Yunani poiesis yang telah menjadi kata puisi " yang secara harfiah berarti 'kontruksi'. Hal yang berbeda diungkapkan Jack Gilbert (1973: 123) bahwa puisi, adalah kesaksian besar. Ini adalah seni nyata yang mendesak nilai-nilai, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
memaksakannya pada pembaca. Ini adalah perumahan nilai-nilai dalam puisi sehingga mereka akan eksis dengan tekanan maksimum dan untuk waktu yang lama. Ini adalah kerajinan melakukannya dalam struktur yang menyenangkan dalam diri mereka. Dan itu adalah misteri Penciptaan puisi sedemikian rupa sehingga bentuk dan isi adalah satu. Selanjutnya, puisi dapat dikatakan sebagai karangan bahasa yang khas memuat pengalaman yang disusun secara khas pula (Sumardi, 1985: 3). Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi tersusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Kekhasan bahasa dan susunan peristiwa itu diharapkan dapat menggugah rasa haru pembaca. Senada hal itu, Suminto A. Sayuti (2008:3-4) menyimpulkan bahwa batasan puisi sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyibunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan membangkitkan
dengan teknik
pilihan
pengalaman tertentu pula
tertentu, dalam
sehingga mampu
diri pembaca
atau
pendengarnya. Rahmad Joko Pradopo (2010: 7) menegaskan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Diungkapkan juga bahwa puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manuisa yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Selain itu, puisi sebagai jenis sastra memang memiliki susun bahasa yang relatif padat dibandingkan dengan prosa. Pemilihan kata atau diksi dalam cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat. Sumardi (1985: 3) mengungkapkan bahwa kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari segi: makna, kekuatan citraan, rima, dan jangkauan simboliknya. Oleh karena itu, kata-kata dalam puisi tidak semata-mata berfungsi sebagai alat penyampai gagasan atau pengungkap rasa, tetapi juga berfungsi sebagai bahan. Bertolak dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan, pikiran, dan perasaan yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait, dengan memakai bahasa yang indah dalam koridor estetik. Dalam pengertian lain, puisi merupakan pernyataan yang berisi pengalaman batin sebagai hasil proses kreatif terhadap sesuatu yang diungkapkan secara tidak langsung atau merupakan pernyataan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan.
d. Unsur-unsur Puisi Sutejo
Kasnadi
(2008:
1-2) mengatakan
puisi biasanya juga
mengandung beberapa unsur ekstrinsik yaitu : (1) aspek pendidikan, (2) aspek sosial budaya, (3) aspek sosial masyarakat, (4) aspek politik, (5) aspek ekonomi, (6) aspek adat. Sementara itu, Aminuddin (2010: 136) mengungkapkan bahwa bangun struktur puisi meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik/baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Begitu juga Herman J. Waluyo (1987: 66),
commit to user
menyatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
unsur-unsur yang membangun puisi merupakan struktur-struktur yang meliputi struktur lahir dan struktur batin. Struktur lahir meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah. Struktur batin meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana serta amanat. Dalam pembahasan ini, unsurunsur pembangun puisi akan mengikuti pendapat Herman J. Waluyo (2010: 83113) dan Sumardi (1985: 49-57), antara lain: 1) Struktur fisik puisi a) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. b) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka katakatanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. c) Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dapat dikatan pula sebagai kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. d) Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan tempat hidup, bumi, dan kehidupan. e) Bahasa
figuratif,
yaitu
bahasa
berkias
yang
dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. f) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritme merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Sedangkan metrum berupa pengulangan tekanan yang tetap yang bersifat statis. Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiaannya sudah tetap disebabkan jumlah suku kata yang tetap, sehingga alun suara menjadi tetap.
2) Struktur Batin Puisi Adapun struktur batin puisi (Herman J. Waluyo, 2010: 124-151) akan dijelaskan sebagai berikut. (1) Tema/makna (sense); merupakan gagasan pokok atau subjeck-matter yang dikemukakan oleh penyair. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. (2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. (3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
e. Jenis-jenis Puisi Herman J. Waluyo (2010: 156-166) mengungkapkan bahwa macammacam puisi, di antaranya: puisi naratif, lirik, dan deskriptif; puisi kamar dan puisi auditorium; puisi fisikal, puisi platonik dan metafisikal; puisi subjektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dan objektif; puisi konkret; puisi diafan, gelap, dan prismatik; puisi parnasian dan puisi inspiratif; stansa; puisi demonstasi dan pamlet; dan alegori. a) Puisi Naratif, Puisi Lirik, Puisi Deskriptif Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang akan disampaikan. (1) Puisi Naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair, misalnya romansa dan balada. Romansa adalah jenia puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic, yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesona. Sedangkan balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. (2) puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya.
Jenisnya
adalah
(1)
elegi,
yaitu
puisi
yang
mengungkapkan perasaan duka; (2) serenada, yaitu sajak percintaan yang dapat dinyanyikan; (3) ode, yaitu p;uisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan. (3) puisi deskriptif, yaitu puisi yang penyairnya bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau Susana yang dipandang menarik perhatian penyair. Macam puisi deskriptif adalah (1) satire, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
menyatakan keadaan sebaliknya; (2) kritik sosial, yaitu puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap; keadaan atau terhadap
diri
seseorang,
namun
dengan
cara
membeberkan
kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut; (3) puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal. b) Puisi Kamar dan Puisi Auditorium Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua orang pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang. c) Puisi Fisikal, Platonik, Metafisikal Fisikal adalh puisi yang menggambarkan kenyataan apa adanya. Platonik adalah puisi yang berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. d) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi Objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. e) Puisi Konkret Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan (poems for the eve).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
f) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis Puisi diafan adalah puisi polos, yaitu puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuartif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi gelap adalh puisi yang terlalu banyak majas, sehingga puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis adalah puisi yang menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Namun pembaca tetap dapat menyelusuri maknanya. g) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi Inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion, penyair benar-benar masuk ked lam suasana yang hendak dilukiskan. h) Stansa Jenis puisi yang terdiri atas 8 baris. i) Puisi Demonstrasi dan Pamlet Puisi demonstrasi
adalah puisi
yang melukiskan hasil refleksi
demonstrasi dari mahasiswa dan pelajar. Pamlet adalah puisi yang menggunakan bahasa pamlet,
yaitu puisi yang mengungkapkan
ketidakpuasan pada keadaan, yang berisi protes spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
j) Alegori Puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama.
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Ditilik dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasi puisi adalah suatu kemampuan atau kecakapan mengenali, memahami puisi dengan sunggu-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi termasuk menikmati keindahan estetik yang ada di dalam puisi. Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Appreciation, melakukan penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi. Pengalaman puisi siswa melalui berbagai metode pengajaran seperti journal dan seni menghasilkan kesimpulan bahwa siswa memahami bagaimana membaca dan mengenali sastra sebagai catatan pengalaman manusia. Menurut Moody (dalam Nurgiyantoro, 2010: 459-460) untuk mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi, digunakan tes kesastraan. Pengukuran tes kemampuan mengapresiasi puisi dibagi menjadi empat kategori, yaitu
(1) informasi, adalah pertanyaan-pertanyaan tentang
pengetahuan dasar untuk memahami puisi; (2) konsep, yakni pertanyaan tentang persepsi sebuah puisi, (3) persperktif, yakni pertanyaan yang menyangkut pandangan terhadap sebuah karya puisi, (4) apresiasi, yakni, pertanyaan yang menyangkut aspek kesastraan dan kebahasaan, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
mengarah pada kritik atas sebuah puisi, baik dalam unsur intrinsik maupun ekstrinsik puisi. Selain itu, dalam mengukur keberhasilan belajar aspek apresiasi puisi ini juga ditandai oleh kegiatan siswa dalam membaca puisi, memilih kegiatan berpuisi, keterlibatan dalam bergelut dengan puisi, dan sikap siswa terhadap puisi dan belajar puisi.
f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi Penilaian apresiasi puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat utamanya, yakni pemahaman struktur fisik dan struktur batin puisi. Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan-pertanyaan dalam rangka evaluasi pembelajaran puisi dikategorikan ke dalam beberapa tingkat. Sesuai pendapat Moody (dalam Nurgiyantoro, 2001: 341-346), mengategorikan evaluasi pembelajaran sastra (puisi) menjadi empat tingkatan,yaitu tes kesastraan tingkat informasi, tes kesastraan tingkat konsep, tes kesastraan tingkat perspektif, dan tes kesastraan tingkat apresiasi. 1. Tes kesastraan tingkat informasi Tes ini digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, baik yang menyangkut tentang data-data tentang suatu karya maupun data-data lain yang dapat dipergunakan untuk membantu penafsiran. Data-data yang dimaksud berhubungan denga pertanyaan-pertanyaan apa yang terjadi, di mana, kapan, berapa, nama, dan sebagainya. Butir-butir soal yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
dimaksud untuk mengukur pengetahuan siswa tentang informasi sama halnya dengan tes tingkat ingatan. 2. Tes kesastraan tingkat konsep. Tes ini berkaitan dengan bagiamana data-data atau unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang dimaksud anatara lain berupa: apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, apa efek pemilihan unsur itu, mengapa pengarang memilih unsur seperti itu, dan sebagainya. Untuk dapat mengerjakan butir-butir soal tingkat konsep, di samping perlu mempunyai bekal teoretis, siswa harus membaca karya dengan disertai sikap kritis dan analitis. 3. Tes kesastraan tingkat perspektif. Tes tingkat ini berkaitan dengan pandangan siswa sehubungan dengan karya sastra yang dibacanya. Tes tingkat perspektif ini menuntut siswa untuk mampu menghubungkan antara sesuatu yang ada dalam karya sastra dengan sesuatu yang berada di luar karya itu. Masalah-masalah yang dipersoalkan dalam tes tingkat ini antara lain: apa manfaat karya sastra ini, apa kesesuaian dengan realitas kehidupan, kesimpulan apa yang dapat diambil dari karya tersebut, dan sebagainya. 4. Tes kesastraan tingkat apresiasi. Pada tingkat apresiasi ini siswa diberi tugas mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya dan membandingkan efektivitasnya dengan penuturan bahasa secara umum untuk pengungkapan hal yang kurang lebih sama. Tes pada tingkat apresiasi ini antara lain menyangkut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
hal-hal seperti: mengapa pengarang justru memilih bentuk, kata, atau ungkapan yang seperti itu, apa efek pemilihan bentuk, kata ungkapan, kalkimat, dan gaya bagi karya tersebut, jenis atau ragam bahasa apa yang digunakan dalam karya tersebut, dan sebagainya.
g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP Pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluan, meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1 menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1 menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2 merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1 menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2 menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami. Dari 6 kompetensi dasar tersebut, yang dijadikan penelitian adalah kompetensi dasar 13. 2, yaitu merefleksi isi puisi yang dibacakan. Dari kompetensi dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator sebagai berikut. 1. Menangkap isi puisi seperti gambaran penginderaan, perasaan, dan pendapat yang berkaitan dengan isi puisi secara kritis. 2. Mengungkapkan nada, suasana, rima dan pilihan kata yang berkaitan denngan isi puisi. 3. Mengemukakan pesan-pesan puisi secara tepat. 4. Mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata siswa dengan memperhatikan aspek kejujuran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning a. Pengertian Pendekatan Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna,
sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Akhmad Sudrajat, 2008 :1). Sementara itu, strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam
suatu
kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Yatim Riyanto, 2010: 132). Senada pendapat di atas, Wina Sanjaya (2006: 124) mengungkapkan bahwa strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, David (dalam Wina Sanjaya, 2006: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Dengan demikian strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi
pembelajaran
sifatnya
masih
konseptual,
maka
untuk
mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Dengan kata lain, strategi mempunyai dua pengertian pokok, yaitu cara = metode dan rencana (plan) (Soemarsono, 2007: 2). Wina Sanjaya (2007: 125) juga mengatakan bahwa strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian, metode pembelajaran mempunyai arti cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran terdapat juga istilah lain, yaitu teknik dan taktik (gaya) pembelajaran. Wina Sanjaya (2007: 125) menyatakan teknik sebagai cara yang dilakukan guru dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Akhmad Sudrajat (2008 :1) memberikan contoh misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Selanjutnya, taktik pembelajaran oleh Wina Sanjaya (2006: 125) dikatakan bersifat individual, yaitu gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik tertentu. Misalkan, metode ceramah yang digunakan oleh dua orang yang berbeda, tentu taktik yang digunakan juga akan berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Akmad Sudrajat (2008 :1) menjelaskan bahwa jika antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh akan terbentuk apa yang disebut dengan model pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning Bertolak dari paparan tersebut diatas, quantum learning dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran, seperti diungkapkan oleh DePorter dan Henacki (2005: 15), quantum learning adalah seperangkat metode belajar yang efektif digunakan untuk semua umur. Senada pendapat di atas, Quantum Learning Network Magazine (2006) mengungkapkan quantum learning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran yang menggabungkan penelitian, praktik terbaik, metodologi pengiriman yang efektif, teknik pengelolaan kelas, strategi untuk keterlibatan siswa, model kepemimpinan. Istilah quantum sendiri dalam quantum learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Jadi, quantum learning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi (Andayani, 2009: 110). Quantum learning di mulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa quantum learning yang ditawarkan oleh perusahaan Learning Forum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Quantum
learning berakar dari upaya DR. Georgi Lozanov yang
mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (DePorter dan Henacki, 2005: 14). Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu,
menggunakan
poster-poster
untuk
memberi
kesan
sambil
menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang terlatih. Banyak teknik yang bisa digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini, Jeje (2008: 1) menyatakan bahwa quantum learning merupakan pembelajaran yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara quantum learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. Barlas, Campbell dan Weeks (2002 :1) dari Aurora University dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil survei benar-benar menunjukkan perbedaan antara quantum learning dan tradisional instruksi. Penggunaan pendekatan quantum learning di kelas telah membawa ke hubungan yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah dalam melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari. Sementara itu, Joko Adi Waluyo (2008: 3) mengungkapkan pengertian quantum learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Selanjutnya, sama halnya pendekatan pembelajaran lainnya, quantum learning juga mempunyai asas utama yang menguatkan keberadaannya. Asas utama tersebut adalah
arkan (DePorter, Reardon, dan Nouri , 2005: 6). Asas
ini mengingatkan pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertamanya dan utama jika ingin menerapkan berbagai metode pembelajaran Segala hal yang dilakukan dalam penerapan quantum learning selalu menciptakan sebuah interaksi dengan murid, setiap rancangan bahan ajar, dan setiap prosedur penerapan metode pembelajarannya (De Porter, 2005, cit Andayani, 2008: 21). Selain asas utama, quantum learning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Karena, di samping memiliki lagu atau partitur , permainan simfoni ini memiliki struktur chord dasar yang disebut prinsip-prinsip dasar quantum learning. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah: 1) ketahuilah bahwa segalanya berbicara, artinya segala yang terjadi dalam lingkungan kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
menunjang pengiriman pesan tentang belajar; 2) ketahuilah bahwa segalanya bertujuan; 3) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan; 4) akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; 5) sadarila bahwa suatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan (DePorter, Reardon, dan Nouri, 2008: 78). Quantum Learning Network Magazine (2011) dalam The Quantum Learning System mengungkapkan bahwa sistem pembelajaran quantum meningkatkan efektivitas guru dan meningkatkan kinerja siswa melalui orkestrasi bergerak dalam empat komponen inti, yaitu (1) yayasan, (2) suasana, (3) desain & pengiriman, (4) lingkungan. Hasil termasuk keterlibatan siswa, koneksi kuat ke konten, belajar bermakna relevan dengan kehidupan siswa, dan mengingat lebih besar. Uraian tentang komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut. 1) Yayasan Intinya adalah buatlah komunitas pelajar selaras. Foundation atau dasarnya adalah konteks kelas dan meluruskan setiap orang menuju visi bersama. Alignment atau kesejajaran dicapai melalui prosedur dan aturan yang jelas mendefinisikan harapan, nilai-nilai, dan tujuan bagi para guru dan siswa. Hal ini menciptakan budaya belajar di mana siswa memahami prosedur kelas dan tahu bagaimana untuk berinteraksi satu sama lain dan dengan guru mereka untuk mengalami pembelajaran yang berhasil. Inisiatif fondasi penting untuk menginspirasi dan memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
2) Suasana (Atmosfer) Intinya adalah menciptakan iklim emosional yang positif dan penuh hormat di mana siswa merasa aman untuk risiko. Atmosfer memainkan peran penting dalam domain afektif belajar. Ini adalah perasaan umum yang dibuat dalam kelas, siswa merasa aman, didukung dan memiliki rasa yang kuat. Perkembangan
pembangunan
karakter
keterampilan
hidup
mempromosikan rasa hormat dan hubungan antara guru dan siswa. Nada kelas adalah nyaman dan memotivasi. Setiap usaha diakui, semua pembelajaran dan prestasi dirayakan. 3) Desain dan Pengiriman Intinya adalah membuat dan memfasilitasi pembelajaran bermakna. Selain otak, perhatian kerajinan pelajaran yang efektif, desain memadukan elemen siswa, menghubungkan konten dengan pengetahuan sebelumnya, dan transfer belajar untuk situasi kehidupan nyata. Kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan pembelajaran mereka dan memungkinkan guru untuk menilai kemajuan siswa merupakan elemen penting dari desain. Pengiriman berkaitan dengan fasilitasi pelajaran yang dirancang. Pengiriman yang efektif memaksimalkan partisipasi siswa, pemahaman, dan kompetensi, dan memberikan pengalaman belajar multiindrawi, efisien dan terfokus. Elemen pengiriman termasuk strategi bertanya dan keterampilan diskusi yang meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas, memberikan arah mujarab, memaksimalkan perhatian siswa, penggunaan tujuan, dan strategi komunikasi yang penting.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
4) Lingkungan Intinya adalah menciptakan ruang fisik yang mendukung budaya kelas dan meningkatkan pembelajaran. Lingkungan adalah pemanfaatan ruang fisik untuk mendukung budaya belajar. Lingkungan kelas yang ideal adalah mengundang, nyaman, dan merangsang. Karena segala sesuatu di kelas mengirim pesan tentang apa yang penting. Lingkungan ini sengaja dibangun dengan menggunakan tanaman, pencahayaan, dekorasi, penataan furnitur, konten terkait dan poster inspirasional, dan hasil kerja siswa. Musik, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelajaran dan keadaan siswa, merupakan elemen yang kuat dari lingkungan quantum learning. Mengelola lingkungan untuk memaksimalkan dukungannya terhadap pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan.
c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi Menata pentas: pembelajaran apresiasi puisi yang berbasis quantum learning. Penataan lingkungan
itu
ditujukan
sebagai
upaya
untuk
membangun
dan
mempertahankan sikap positif siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar puisi. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar (Yuni Susilowati, 2010: 35). Karena hal yang perlu diperhatikan dalam quantum larning adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Hal senada diungkapkan oleh Suyatno (2010: 31), bahwa quantum learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang
menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru. Sebagaimana juga telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa quantum learning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakan lingkungan belajar yang penuh makna dan menyenangkan. Maka agar apresiasi puisi menjadi kegiatan prioritas di sekolah, penciptaan orkestrasi pembelajaran, seperti yang ditawarkan pada pendekatan quantum learning dapat diangkat menjadi model pembelajaran apresiasi puisi. Hal itu sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 29) bahwa di dalam upaya mewujudkan pembelajaran apresiasi sastra yang dapat mencapai cheers (kepuasan) dan applause (kekaguman), salah satu teknik yang dapat diwujudkan antara lain dengan mengintegrasikan pembelajaran apresiasi sastra dengan lagu atau nyanyian. Dengan demikian, Orkestra atau musik menjadi hal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. Howard (1997: 81) melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan puisi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
perempuan dan remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan efektivitas seni ekspresif terhadap perilaku remaja. Hal sama diungkapkan oleh Blank (2010: 1) bahwa para dokter Romawi Soranus membuat resep untuk pasien depresi yang disebut terapis puisi. Di samping itu, Dr Benjamin Rush, yang disebut "Bapak Psikiatri Amerika" menggunakan musik dan sastra sebagai pengobatan komplementer. Kemudian pasiennya menerbitkan tulisannya di Koran. DePorter, Reardor, dan Nourie juga menyebutkan bahwa musik dalam pembelajaran berfungsi sebagai penata suasana hati, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan belajar. Sebagaimana hasil penelitian Dr. George Lozanov bahwa relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2008: 73). Pendapat ini diperkuat oleh Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson (2006: 149), yang dikutip Susilowati bahwa ketika memutar musik yang lembut sebagai latar belakang pada saat siswa memasuki kelas, meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya (Campbell, Bruce C. dan Dee Dickinson dalam Susilowati, 2009: 71).
d. Langkah-langkah Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Quantum Learning Konsep TANDUR (tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) merupakan langkah-langkah pembelajaran apresiasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
puisi dalam pendekatan quantum learning (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2005: 88) dan Andayani (2008: 74-78), berikut penjelasannya. 1) Prosedur Tumbuhkan, dalam apresiasi puisi berbasis quantum learning dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, yaitu bisa berupa aktivitas menyanyi dan bertepuk tangan. 2) Prosedur Alami, yaitu prosedur peserta didik mulai memasuki proses belajar dalam pembelajaran apresiasi puisi. Pada prosedur ini siswa mulai memasuki proses pembelajaran menyimak syair lagu yang berupa puisi. 3) Prosedur Namai, dengan prinsip mereka dapat mengatualisasikan dirinya menemukan konsep-konsep puisi, misalkan baitnya, barisnya, sajaknya, diksinya, gaya bahasanya. 4) Prosedur Demonstrasikan,
aktivitas dalam prosedur ini berwujud
aktivitas gerak. Aktivitas ini diwujudkan dalam kinerja atau performasi, yaitu dengan melalui praktik dan dilatihkan 5) Prosedur Ulangi, dengan prinsip aktivitas gerak dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam berbahasa. Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan keterampilan secara berulang-ulang. 6) Prosedur Rayakan yang melahirkan aspek sikap. Dikatakan demikian karena dalam prosedur tersebut siswa diberi respon-respon khusus dari guru maupun dari siswa-siswa lain di kelasnya secara serentak. Perayaan tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3. Hakikat Pendekatan Ekspositori a. Pengertian Pendekatan Pengertian pendekatan telah diuraikan pada halaman 25, bahwa dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
b. Pengertian Pendekatan Ekspositori Pendekatan
ekspositori
merupakan
bentuk
dari
pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) (Wina Sanjaya, 2007: 177). Dikatakan demikian, karena dalam pendekatan pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan.
Melalui
pendekatan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Pendekatan ekspositori menurut Syaiful Sagala (2006: 7) dikatakan sebagai pendekatan yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, yang menunjukkan bahwa guru berperan lebih aktif dibanding siswanya karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan aktifitas karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan ekspositori juga dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Wina Sanjaya, 2007: 177). Dengan demikian pendekatan ini dapat dikatakan identik dengan metode ceramah . Jaanu (2001: 2) menyatakan bahwa pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada penjelasan guru tentang fakta, konsep, prinsip, dan hubungan generalisasi dengan maksud untuk memberikan pemahaman pada siswa. Ini terdiri dari metode ceramah, presentasi, narasi dan buku teks. Hal itu sedikit berbeda dengan yang diungkapkan oleh Swaak, Jong de, dan Joolingen van, (2004), bahwa pembelajaran ekspositori membayar lebih
banyak
perhatian
untuk
langsung
'mengekspos'
definisi
dan
persamaannya untuk peserta didik. Selanjutnya, O. N.Agbulu dan E. E. Idu (2008: 245) menyatakan bahwa pendekatan ekspositori adalah guru mengetahui segala sesuatu dan bahwa pelajar hampir kosong. Dalam pendekatan ini peran guru adalah untuk memberikan pengetahuan hanya dengan mengatakan atau menjelaskan kepada murid-muridnya. Pendekatan ekspositori berasal dari gagasan umum bahwa studen trelationships, guru memberikan perwujudan pengetahuan, memberikan apa yang ia tahu kepada murid-muridnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Pendekatan ekspositori adalah strategi mengajar yang dilakukan guru dengan menyajikan materi pelajaran tentang aturan dan memberikan contoh yang
menggambarkan
penerapan aturan, prasyarat. Contohnya
aturan. Contoh
konteks
melalui
adalah
termasuk
hubungan
informasi sejarah,
disediakan
untuk
bergambar,
dan informasi
memberikan
elaborasi
kontekstual dan membantu siswa melihat subjek dari perspektif yang berbeda (dalam http://www.ed.psu.edu/NASA/expotxt.html/
diunduh tanggal 26
januari 2012). Sementara itu, Killen menamakan pembelajaran ekspositori ini dengan istilah pembelajaran langsung (direct instruction), karena dalam pembelaran ini materi palajaran disampaikan langsung oleh guru (Killen dalam Wina Sanjaya, 2007: 177). Sedangkan Muijs dan Reynols (2008: 41) menyatakan bahwa pengajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
ekspositori
adalah
pendekatan
pembelajaran
dengan
cara
penyampaian materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data dan fakta secara verbal, dengan tujuan materi yang disampaikan dapat dikuasai dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
c. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Ekspositori Keunggulan pendekatan ekspositori adalah praktis dari sisi pesrsiapan dan media yang digunakan, efisien waktu dan biaya, dapat menyampaikan materi yang banyak, lebih mudah mengontrol kelas, siswa tidak perlu persiapan, mendorong guru atau dosen menguasai materi, dan siswa dapat langsung menerima pengetahuan ( Wina Sanjaya, 2007: 188-190). Selain itu pendekatan ini juga memiliki kelemahan, antara lain : (1) berpusat pada guru, (2) siswa pasif, (3) ketrebatasan kemampuan pada tingkat rendah, (4) mudah terganggu oleh hal-hal yang bersifat visual, (5) rentan dengan kebisingan, (6) membutuhkan daya ingat yang tinggi, (7) kurang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan, (8) bersifat verbalisme, dan (9) tidak dapat diketahui tingkat kepahaman terhadap materi yang disampaikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan memberikan penjelasan seperti halnya metode ceramah.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori Langkah-langkah pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2007: 183-188) yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian, 3) menghubungkan, 4) menyimpulkan, dan 5) penerapan (Wina Sanjaya, 2007: 184). Langkahlangkah tersebut diuraikan sebagai berikut. 1)
Persiapan
(preparation),
mempersiapkan
siswa
untuk
tahap
persiapan
menerima
commit to user
berkaitan
pelajaran.
dengan
Keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ekspositori sangat bergantung pada langkah persiapan. Langkah yang dapat diberikan adalah dengan memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif, memulai dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai, dan membuka wawasan siswa. 2) Penyajian (Presentation), langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang menyegarkan. 3) Menghubungkan (Correlation), langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran denga pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Maksud pemberian korelasi ialah memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna
untuk
meningkatkan
kualitas
kemampuan
berpikir
dan
kemampuan motorik siswa. 4) Menyimpulkan (Generalization), menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Langkah menyimpulan merupakan langkah yang sangat penting dalam pendekatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
ini sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. 5) Penerapan (Aplication), langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Dengan langkah ini, guru dapat mengetahui penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Guru dapat memberi tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan atau dengan memberikan tes sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
4. HAKIKAT MINAT BELAJAR a. Pengertian Minat Minat adalah salah satu hal yang menarik untuk dikaji, karena faktor minat memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tercapainya prestasi belajar anak. Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu obyek, cenderung untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada obyek tersebut. Namun apabila obyek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka ia tidak akan memiliki minat pada obyek tersebut. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Yudrik Yahya (2011) minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Senada pendapat tersebut, Hilgard mengungkapkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Hilgard 1962 cit. Slameto, 2010: 57). Kegiatan yang diminati akan diperhatikan terusmenerus dan apabila dilakukan akan disertai rasa senang. Begitu pula yang diungkapkan oleh Winkel (1996: 30-31) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam diri seseorang untuk tertarik pada bagian atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu. Hal itu diperkuat oleh pernyataan Slameto (2010: 180) bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, sehingga semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Eccles dan Wigfield (dalam Jones et al. 2011: 7), mengungkapkan bahwa individu yang memiliki nilai minat intrinsik yang lebih tinggi mungkin terlibat dalam tugas akan bertahan lebih lama, dan termotivasi dari dalam untuk melakukan tugas. Selanjutnya, dapat dikatakan diantara faktor-faktor motivasi, variabel minat ternyata memiliki pengaruh penting pada fase pemikiran, fase mengontrol kinerja, serta fase pembelajaran mandiri (self-reflektif) (Krapp, 1999 cit. Izabela Soric and Marko Palekcic, 2009:2). Senada pendapat tersebut, minat oleh Asep Dadang (2007: 21) dikatakan merupakan sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan untuk melakukan sesuatu. Siswa yang yang berminat melakukan sesuatu terlihat bersemangat, antusias, dan tidak mengenal lelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
seolah tidak kehabisan energi, dan dijalani dengan penuh kegembiraan. Sedangkan yang tidak berminat akan kelihatan malas, cepat lelah, dan bosan. Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengungkapkan minat sebagai suatu bentuk motivasi intrinsik. Siswa yang mengejar tugas yang menarik minatnya mengalami efek positif yang signifikan seperti kesenangan, kegembiraan, dan kesukaan. Demikian pula Marion Williams and Robert L. Burden (1997:123) menyatakan minat sebagai sumber motivasi sehingga orang yang memiliki minat tidak pernah kehabisan alasan untuk melakukan sesuatu hal tersebut. Sedangkan Lewis R. Aiken (1988: 231) /(1994 : 209) menyatakan bahwa minat merupakan kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Sedikit berbeda, Sardiman (1992:76) yang menjelaskan bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, minat bisa dikatakan sebagai gejala psikis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau memberikan perhatian yang penuh terhadap objek tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukannya bisa membuat orang tersebut menjadi senang dan akan melakukannya secara terus-menerus. Minat juga merupakan salah satu aspek psikis dari individu yang dapat dikatakan
sebagai
suatu
kecenderungan
yang
menentukan,
yaitu
kecenderungan untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui caracara tertentu. Jika individu menemukan suatu objek yang dirasakan cukup menarik, maka ia akan menaruh minat terhadap objek tersebut. Berdasarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
beberapa pengertian minat menurut ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan dengan segenap kesadaran dan perhatian disertai perasaan senang karena menyadari akan pentingnya suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
b. Pengertian Belajar Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Demikian juga Soemarsono (2007:1) memberikan pengertian belajar sebagai proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di sekolah baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Berbeda dengan Skinner (dalam Dimyati dan Mujiyono, 2006: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku, yaitu saat belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiyono, 2006: 9), belajar merupakan kegiatan yang kompleks, yaitu seperangkat proses kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Di samping itu, Cronbach yang dikutip Sardiman (2005: 20) menyatakan bahwa belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman . Belajar juga didefinisikan sebagai mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan (Harold Spears dalam Sardiman, 2005: 20). Belajar juga dapat diartikan merupakan perubahan dalam kinerja sebagai akibat dari praktik (Geoch dalam Sardiman, 2005: 20 ). Berpijak pada pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara langsung dan aktif, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Usaha tersebut bisa berupa mengamati, membaca, mendengarkan, mencoba sesuatu sendiri, dan lain sebagainya.
c. Pengertiaan Minat Belajar Berdasarkan batasan-batasan minat dan belajar di atas
disimpulkan
bahwa minat belajar adalah keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan belajar dengan segenap kesadaran dan perhatian disertai perasaan senang karena menyadari akan pentingnya tujuan belajar, yaitu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bisa berupa kemampuan atau kompetensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat atau perhatian dalam kegiatan pembelajaran (Setya Yuwana Sudikan, 2009: 524). Selanjutnya, dinyatakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 2010: 57). Untuk itu, membangkitkan dan memelihara minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran siswa. Minat akan muncul jika seseorang mendapatkan manfaat dengan melakukan hal yang diminatinya. Manfaat dapat berbentuk tambahan pengetahuan, kesenangan, kepuasan, keberhasilan, dan lain sebagainya (Asep Dadang, 2007: 21). Agar suatu hal yang dipelajari menarik minat anak, guru dan bahkan orang tua perlu memberikan penjelasan bahwa materi yang dipelajari memberikan manfaat bagi kehidupannya dan menyajikan materi secara menarik serta bersentuhan dengan kehidupan siswa. Apabila setiap materi pelajaran terkait dengan kehidupan siswa, siswa akan mudah memahami, menangkap manfaatnya, dan senang mempelajarinya. Oleh karena itu, seorang guru perlu mengubah, metode pembelajarannya.
d. Cara-cara untuk Membangkitkan Minat Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Slameto (2010: 181) menyatakan bahwa cara yang paling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Di samping itu, Tanner and Tanner yang dikutip Slameto menyarankan agar para guru juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antar suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang (Tanner and Tanner, 1975. cit. Slameto, 2010: 181). Selain itu, dapat pula dicapai dengan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita yang sensasional, yang sudah diketahui kebanyakan siswa (Rooijakkkers, 1980 cit. Slameto, 2010:181). Bila usaha-usaha tersebut tidak berhasil, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Karena, berdasarkan studi-studi eksperimen menunjukkan bahwa siswa-siswa yang secara teratur diberi hadiah karena telah bekerja dengan baik atau karena perbaikan dalam kualitas pekerjaannya, cenderung bekerja lebih baik daripada siswa yang dimarahi atau dikritik karena pekerjaannya yang buruk atau tidak ada kemajuannya. Sementara
itu,
beberapa
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
membangkitkan dan menjaga minat siswa menurut Sudikan (2009: 524) antara lain adalah: 1) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain atau aneh yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
2) Memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. 3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari keras ke suara sedang, dan mengubah gaya mengajar. 4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi dapat dilakukan untuk menarik minat atau perhatian siswa.
e. Aspek-aspek Minat belajar Mengacu pada beberapa teori atau konsep yang diketengahkan oleh para pakar di muka, unsur-unsur minat belajar yang perlu dibangkitkan adalah: 1) Kesadaran Perbuatan atau kegiatan belajar akan berhasil apabila seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk belajar itu akan mengantarkan anak untuk mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga anak akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya. Karena minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
2) Kemauan Kemauan anak adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbanganpertimbangan akal budi. Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku seseorang. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk akan membentuk suatu sikap yang positif pada diri anak. Dengan kemauan, anak dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mempunyai sikap untuk berinisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang memuaskan. 3) Perhatian Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan (Slameto, 2010: 105). Tingkat yang lebih tinggi dari menaruh perhatian adalah menaruh minat.
Apabila
dalam diri anak sudah anak minat,
perhatian yang dilakukan oleh anak merupakan perhatiaan yang spontan keluar dari dalam diri anak sendiri. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu, terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis. 4) Perasaan Senang Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat merupakan motor
penggerak psikis yang
menimbulkan rasa senang. Karena perasaan akan menentukan sikap anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
dalam menanggapi objek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas, atau gembira akan membentuk sikap positif, sedangkan perasaan takut, sedih, benci, akan menimbulkan sikap yang negatif. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi aktivitas belajar. Berdasarkan bahasan di atas, dapat dikatakan bahwa minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu, mendorong, dam memberi stimulus atau rangsangan pada suatu kegiatan yang sedang atau akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Minat seseorang dapat bertambah kuat atau melemah sesuai dengan pengalamannya. Minat belajar harus selalu dibangkitkan berhubungan dengan dorongan dan respon-respon emosional siswa.
B. Penelitian yang Relevan Kajian yang berkaitan dengan penerapan quantum learning memang telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks (2002) dari Aurora University dalam penelitiannya yang berjudul How Quantum Learning Teaching Strategies Affect Learners A Masters Study About Quantum Learning Effects on Student Attitudes Toward Learning and Academic Achievement,
tentang
Bagaimana
Strategi
Belajar
Mengajar
Quantum
Mempengaruhi peserta didik, Sebuah Studi tentang Pengaruh Belajar Master Quantum pada Sikap Siswa terhadap Belajar dan Prestasi Akademik. Penelitian
ini
mengungkapkan
bahwa
hasil
survei
benar-benar
menunjukkan perbedaan antara quantum learning dan pengajaran tradisional. Penggunaan pendekatan quantum learning di kelas telah membawa ke hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
yang lebih baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah dalam melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari. Penelitian Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks ini memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu pada penggunaan pendekatan quantum learning. Perbedaannya, penelitian Lisa Barlas, Ann Campbell & Heidi Weeks meneliti pengaruh pendekatan
quantum learning terhadap prestasi akademik
siswa dilihat dari sikap belajar siswa, dibandingkan dengan pengajaran tradisional. Penelitian ini meneliti pengaruh pendekatan
quantum learning terhadap
kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari minat belajar siswa, dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Yuni Susilowati (2010) meneliti pengaruh pendekatan quantum learning terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi di SMP. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendekatan quantum learning lebih efektif dan signifikan meningkatkan apresiasi prosa fiksi dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pendekatan quantum learning. Perbedaannya, penelitian Yuni Susilowati ini meneliti pengaruh pendekatan quantum learning dan motivasi berprestasi terhadap kemampuan mengapresiasi prosa fiksi, penelitian ini meneliti pengaruh pendekatan quantum learning dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Penelitian lain dilakukan oleh Sri Mulyani Dwi Hastuti (2008) tentang pengembangan buku ajar apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning di SMP. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa model pengembangan buku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
ajar apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan apresiasi puisi siswa. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang
pendekatan
quantum
learning
dan
apresiasi
puisi.
Perbedaannya penelitian Sri Mulyani Hastuti ini meneliti pengembangan buku ajar, penelitian ini meneliti pendekatan pembelajaran. Jennifer Hennessy, Carmel Hinchion, dan Patricia Mannix McNamara (2010)
dalam
Epistemological
Poetry and
and
Pedagogy:
Affective
Exploring
Development
the
within
Opportunity the
for
Classroom,
mengungkapkan bahwa pengembangan pembelajaran puisi di kelas berdampak perolehan pengalaman secara epistemis dan afektif. Penelitian ini memberikan ulasan mengenai diberikannya prioritas untuk pengembangan afektif siswa dan pembangunan epistemis dalam kelas puisi. Di samping itu, juga mengetengahkan penelitian yang mengeksplorasi pengalaman pengajaran dan pembelajaran puisi. Walaupun penelitian Jennifer dan penelitian ini sama-sama menelaah mengenai pengajaran dan pembelajaran puisi, tetapi bedanya dalam penelitian Jennifer ini tidak menerapkan penggunaan pendekatan quatum learning. Sejalan dengan hal itu, penelitian yang dilakukan oleh Halsey yang berjudu
The Poetry foundation Commissioned in the National Opinion Research
Center ( NORC) at the University of Chicago
. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembaca puisi cenderung hidup aktif bergaul dan memimpin.
Mereka
mendengarkan
musik,
commit to user
membaca
berbagai
genre,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
menggunakan internet, menghadiri acara budaya, relawan dan bersosialisasi dengan teman dan keluarga pada tingkat signifikan lebih tinggi dari pada non pembaca puisi ( Halsey, Anne : 2008 ). Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang masyarakat pembaca puisi. Penelitian Halsey membicarakan masalah membaca puisi, penelitian ini membahas tentang mengapresiasi puisi. Kegiatan mengapresiasi, tentunya melalui kegiatan membaca. Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Appreciation, melakukan penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi siswa melalui metode pengajaran jurnal seni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa memahami dan mengenali puisi dengan metode membaca jurnal seni. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang apresiasi puisi. Perbedaannya, penelitian Ginger berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi, yaitu pengalaman puisi siswa melalui metode pengajaran jurnal seni, penelitian ini mengapresiasi puisi melalui pendekatan quantum learning. Alisha A. Howard (1997) dalam The Effects of Music and Poetry Therapy on the Treatment of Women and Adolescents with Chemical Addictions (Journal of Poetry Therapy) melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan puisi pada perempuan dan remaja. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas seni ekspresif (musik dan puisi) terhadap perilaku. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan musik sebagai media yang bisa menimbulkan efek kenyamanan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
kesenangan bagi responden. Perbedaannya, penelitian Alisha A Howard ini lebih menekankan pada efek penggunaan musik dan puisi pada perilaku remaja dan wanita yang kecanduan
obat kimia atau narkotika. Sedangakan penelitian ini
adalah menekankan efek penggunaan musik untuk keberhasilan pembelajaran apresiasi puisi siswa. Rich Furman, Cynthia Lietz, dan Carol L. Langer (2006) juga melakukan penelitian dengan judul The Research Poem in International Social Work: Innovations in Qualitative Methodology yang intinya adalah melakukan penelitian puisi
menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menyajikan
perspektif penelitian yang menggunakan berbagai bentuk puisi untuk mewakili pengalaman hidup klien pekerja sosial. Penelitian Rich Furman dkk ini memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama meneliti mengenai karya sastra bentuk puisi. Perbedaannya, penelitian Rich Furman dkk ini lebih menekankan pada inovasi metode penelitian kualitatif puisi, sedangkan penelitian ini menekankan pada pendekatan pembelajaran puisi.
C. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Puisi antara Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Siswa yang Diajar dengan Pembelajaran Ekspositori Proses pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan tertentu dikatakan berhasil,
apabila
pendekatan
yang
digunakan
commit to user
itu
dapat
meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
pengatahuan, kemampuan, dan sikap yang terkait dengan kompetensi. Untuk mengetahui seberapa tingkat kefektivan suatu pembelajaran diukur dengan membandingkan pendekatan yang lain. Hal ini dilakukan dengan membandingkan perolehan nilai dari kedua pendekatan yang dibandingkan. Berdasarkan hal di atas, pendekatan quantum learning diasumsikaan memiliki tingkat keefektivan yang tinggi dalam pembelajaran apresiasi puisi dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Pendekatan quantum learning memiliki karakteristik keaktifan yang tinggi karena pembelajaran berlangsung secara nyaman dan santai dalam suasana orchestra. Siswa diberi kesempatan untuk melatih kemampuan mengapresiai puisi, dapat saling memotivasi, dan meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi. Sebaliknya, pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori akan tampak berbeda. Pendekatan ini cenderung didominasi guru atau pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk berlatih mengapresiasi puisi, siswa pasif. Oleh karena itu, diduga kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang belajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada yang belajar dengan pendekatan ekspositori. 2. Perbedaan Kemampuan Mengapresiasi Puisi antara Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi dan Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kegiatan pembelajaran yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang didorong oleh minat untuk menguasai suatu kompetensi atau kemampuan tertentu untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran. Dalam hal ini minat untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
menguasai suatu kemampuan tersebut akan mendorong pencapaian hasil belajar. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan mencapai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi cenderung menganggap belajar adalah kebutuhan untuk mencapai kompetensi atau kemampuan tertentu. Dalam hal ini siswa yang memiliki minat belajar rendah kurang mengerahkan kemampuannya untuk mencapai prestasi yang baik. Begitu pula sebaliknya, siswa yang memiliki minat belajar rendah, kurang mampu mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk meraih keberhasilan. Dengan demikian siswa tersebut akan kesulitan dalam mengapresiasi prosa fiksi. Minat belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan siswa dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, karena dapat menumbuhkan daya tarik belajar, mempermudah pelaksanaan belajar, dan menyenangkan pembelajaran. Oleh karena itu, diduga kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Kemampuan Mengapresiasi Puisi Pemilihan pendekatan quantum learning diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar pada siswa. Pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan ini dapat menimbulkan ketertarikan siswa untuk belajar. Pada akhirnya, siswa akan mengerahkan segenap kemampuannya dalam proses pembelajaran berdasarkan inisiatif sendiri. Dalam proses situ, minat memegang peranan yang cukup sinergis. Jadi, ketika pembelajaran mengapresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning berlangsung yang disertai minat belajar yang tinggi mengakibatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
efektivitas pembelajaran yang tinggi pula. Keduanya memiliki peluang yang besar untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dalam pembelajaran apresiasi puisi. Bertolak dari uraian di atas, diduga terdapat interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut.
Pendekatan Quantum learning
Tinggi
Pembelajaran Mengapresiasi Puisi dengan Perlakuan
Minat Belajar
Siswa
Rendah
Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Pendekatan Ekspositori
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat diajukan berikut ini. 1. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
2. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. 3. Terdapat interaksi antara pendekatan quantum learning dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanankan di SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang, yang ditentukan secara acak dari SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen yang meliputi 9 SMP Negeri, yaitu : SMP Negeri 1 Gondang, SMP Negeri 2 Gondang, SMP Negeri 1 Sambungmacan, SMP Negeri 2 Sambungmacan, SMP Negeri 1 Ngrampal, SMP Negeri 2 Ngrampal, SMP Negeri 1 Sambirejo, SMP Negeri 2 Sambirejo, dan SMP Negeri Satu Atap 3 Sambirejo.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama kurun waktu semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Penyusunan proposal dimulai pada bulan Januari. Setelah proposal disetujui, pada akhir bulan Februari disusun instrument penelitian. Instrumen penelitian yang telah disusun diujicobakan pada awal bulan Maret. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, instrument tersebut digunakan untuk mengambil data penelitian pada bulan Maret dan April. Analisis data dilakukan setelah data diperoleh. Pada bulan Mei, disusun tesis dan melaporkannya. Secara lebih lengkap, rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tabel 1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
N O
Kegiatan
1 Persiapan Penelitian a. Mengajukan judul penelitian b. Menyusun usulan penelitian c. Menyeminarkan usulan penelitian d. Penyusunan Makalah kualifikasi e. Mengurus perizinan penelitian f. Mengembangkan instrumen penelitian 2 Pelaksanaan Penelitian a. Pengujicobaan instrumen penelitian b. Menganalisis hasil uji coba c. Melaksanakan eksperimen d. Mengolah, menganalisis data penelitian 3 Penyelesaian Penelitian Menyusun draf laporan tesis Merevisi draf laporan tesis Mendaftarkan ujian Ujian tesis 4 Penyelesaian Akhir Tesis a. Penggandaan tesis b. Penyelesaian administrasi
Des. 2011
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni 2012 2012 2012 2012 2012 2012 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
X X X X X X
X X
X X
X
X X X X X X X X X X X
X X X X X
X X
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar (Suharsimi Arikunto, 2002 : 86). Subjek penelitian ini dikelompokkan dalam 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dipilih di SMP Negeri 2 Sambirejo, sedangkan kelas kontrol (pengendali) dipilih di SMP Negeri 2 Gondang. Pada kelas eksperimen, siswa mengikuti pembelajaran dengan pendekatan quantum learning, yang proses pembelajarannya menerapkan pendekatan, media, dan waktu sesuai dengan pendekatan quantum learning. Sementara itu, pada kelas kontrol, siswa mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan ekspositori. Tabel 2. Rancangan Analisis data Model Faktorial 2 x 2
Minat Belajar
Pendekatan Pembelajaran (A) Quantum Learning (PQL) ekspositori (PE) (A1) (A2) Tinggi A1B1 A2 B1 B1 (B1) (Kelompok 1) (Kelompok 3) Rendah A1B2 A2B2 B2 (B2) (Kelompok 2) (Kelompok 4) A1 A2
Keterangan : A1 A2 A1B1
: kelas siswa yang belajar dengan pendekatan quantum learning : kelas siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori di kelas : kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang belajar dengan pendekatan quantum learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
A2B A1B2 A2B2
: kelas siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang belajar dengan pendekatan pembelajaran ekspositori : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang belajar dengan pendekatan quantum learning : kelas siswa yang memiliki minat belajar rendah yang belajar dengan pendekatan pembelajaran ekspositori
Sesuai dengan rancangan di atas, jumlah variabel bebas dikategorikan dua, yaitu 1) pendekatan pembelajaran yang terdiri dari dua taraf
(a)
pendekatan quantum learning (b) pendekatan pembelajaran ekspositori dan 2) minat belajar yang terdiri dari dua taraf, yakni (a) minat belajar tinggi dan (b) minat belajar rendah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Penelitian Pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dapat berwujud sejumlah manusia, bendabenda, gejala-gejala, nilai tes, dan peristiwa-peristiwa lain sebagai sumber data yang memiliki karkteistik tertentu di dalam suatu penelitian. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Se-Rayon Timur Sragen.
2. Sampel Penelitian Penetapan populasi dan sampel didasari oleh pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 261) mengatakan bahwa secara umum, untuk penelitian korelasi jumlah sampel sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedangkan dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimen 15 individu untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai. Untuk penelitian survei sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru dipandang cukup memadai, sedangkan untuk kelompok-kelompok sampel berkisar antara 20 sampai 50 individu. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini menggunakan 30 sampel untuk kelas eksperimen (perlakuan) dan 30 sampel untuk kelas kontrol (pembanding). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan teknik stratified-cluster random sampling
yaitu gabungan atau perpaduan dari cara
pengambilan sampel acak berstrata dengan sampel acak klaster ( Nana Syaodih Sukmadinata, 2011: 259), dengan langkah- langkah berikut ini. Tahap pertama, mengacak secara kelompok dua SMP Negeri dari jumlah SMP Negeri di wilayah rayon timur Sragen sebagai kelas eksperimen dan kelas pembanding (kontrol). Dalam langkah ini secara random SMP Negeri 2 Sambirejo ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan SMP Negeri 2 Gondang sebagai kelas pembanding (kontrol). Kedua, ditentukan secara acak satu kelas eksperimen dari lima kelas yang ada di SMP Negeri 2 Sambirejo (30 siswa), dan satu kelas kontrol dari enam kelas yang ada di SMP Negeri 2 Gondang (30 siswa). Perbedaan tinggi-rendah minat belajar didasarkan pada jawaban responden terhadap angket minat belajar yang diberikan sebelum penelitian eksperimen ini dilaksanakan. Jika skor total angket yang diperoleh
siswa di atas rata-rata,
dimasukkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Sebaliknya jika skor total yang diperoleh siswa di bawah rata-rata, dimasukkan ke dalam kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Dalam pelaksanaan penelitian, dibedakan perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perlakuan pada Kelas Eksperimen Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas eksperimen diberikan perlakuan sebanyak 10 kali pertemuan. Materi-materi yang diberikan sama dengan materi yang diajarkan berdasarkan beberapa tahap yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan quantum learning. b. Perlakuan pada Kelas Kontrol Subjek penelitian yang dikelompokkan dalam kelas kontrol diberi pembelajaran dengan pendekatan ekspositori. Materi yang diberikan sama dengan materi yang diajarkan pada kelas eksperimen. Prosedur perlakuan penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (a) tahap persiapan; (b) tahap pelaksanaan; (c) tahap akhir pelaksanaan perlakuan. 1) Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan bahan perlakuan. Penyusunan bahan perlakuan terdiri atas dua kelompok, yaitu bahan perlakuan untuk pembelajaran dengan pendekatan quantum learning dan bahan perlakuan untuk pendekatan ekspositori. Bahan-bahan tersebut disesuaikan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam KTSP. Selanjutnya, bahan tersebut disajikan selama 10 kali pertemuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2) Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan perlakuan berlangsung secara bersama-sama masingmasing selama 10 kali pertemuan. Tiap pertemuan, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilakukan pada hari dan waktu sesuai dengan jadwal pelajaran siswa. Pada kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning pada tiap pertemuan dilakukan dengan apersepsi yang diiringi musik, penjelasan tugas yang harus diselesaikan, mengerjakan tugas, diskusi, dan perayaan dari hasil tugas yang baik. Sementara itu, pada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dilakukan langkah-langkah mendengarkan penjelasan guru, Tanya jawab, dan mengerjakan tugas kognitif. Pelaksanaan perlakuan berlangsung terus-menerus secara terprogram. 3) Tahap Akhir Pelaksanaan Perlakuan Setelah
kesepuluh
kali
pertemuan
dilaksanakan,
kemudian
diadakan postes untuk semua responden. Hal ini untuk melihat kemampuan mengapresiasi puisi siswa berdasarkan penyerapan terhadap materi yang telah dipelajarinya. Penetapan perlakuan tiap-tiap kelompok eksperimen yang dilakukan, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 2. Penetapan perlakuan Tiap Kelompok Eksperimen Pendekatan Minat Minat Tinggi Minat Rendah
Pendekatan Quantum Pendekatan Ekspositori Learning 15 15 15 15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas tersebut, yaitu variabel pendekatan pembelajaran dan minat belajar. Adapun variabel terikatnya adalah kemampuan mengapresiasi puisi. Variabel pendekatan pembelajaran dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendekatan quantum learning dan pendekatan pembelajaran ekspositori. Variabel minat belajar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu minat belajar tinggi dan minat belajar rendah. Secara operasional variabel-variabel penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut. Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan siswa dalam memahami, menilai, mengomentari, menghargai karya sastra sehingga muncul daya apresiasi siswa terhadap karya puisi yang dibacanya. Unsur-unsur tersebut dapat diukur melalui tes tingkat kesastraan yang meliputi tingkat informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi. Pendekatan quantum learning as,
suasana seperti itu, dapat ditumbuhkan (1) minat, (2) simpati dan saling pengertian; (3) sikap takjub kepada pembelajaran; (4) dan perasaan saling memiliki; dan (5) dapat memberikan keteladanan. Pendekatan ekspositori yaitu sebuah pendekatan mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya identik dengan metode ceramah. Alat interaksi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Minat belajar merupakan suatu gejala psikis yang timbul dengan menunjukkan pemusatan perhatian terhadap aktivitas belajar dengan didasari rasa senang dan tertarik. Dengan demikian, siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki sikap positif terhadap tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sehingga meraih prestasi yang tinggi. Untuk mengukur minat siswa, dijabarkan indikator menjadi empat, yaitu (1) kesadaran, (2) kemauan, (3) perhatian, dan (4) perasaan senang.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan mengapresiasi puisi, yaitu responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti. Sementara itu, teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar, yaitu dengan memberikan angket yang harus ditanggapi oleh responden.
F. Instrumen Penelitian Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka instrument penelitian yang perlu disiapkan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
1. Tes Kemampuan Mengapresiasi Puisi Tes ini digunakan untuk menjaring data kemampuan mengapresiasi puisi yang berupa merefleksi isi puisi yang dibacakan. Kemampuan ini mencakup menganalisis tingkat informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi yang ada di dalam puisi. 2. Angket Minat Belajar Angket minat belajar merupakan daftar pertanyaan yang harus diisi atau ditanggapi oleh responden. Pengukuran angket ini menggunakan skala likert (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 55). Karena angket ini menggunakan skala likert, tanggapan atau respon siswa terhadap beberapa persyaratan yang ada dalam angket tersebut disediakan lima macam, yaitu (1) SS = Sangat Setuju; (2) S = Setuju; (3) R = Ragu-ragu; (4) TS = Tidak Setuju dan (5) STS = Sangat Tidak Setuju. Semua butir pernyataan mengarah pada pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jadi, bila responden menjawab SS diberi skor lima; menjawab S diberi skor empat; menjawab R diberi skor tiga; menjawab TS diberi skor dua, dan menjawab STS diberi skor satu.
G. Hasil Uji Validitas Reliabilitas Instrumen Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrument penelitian yang berupa pertanyaan serta angket minat belajar diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas butir soal dan reliabilitasnya. Uji coba dilaksanakan pada siswa di luar anggota sampel yang diteliti. Berikut diuraikan hasil validasi dan reliabilitas yang digunakan untuk tes dan angket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
1. Uji Validilitas Instrumen Untuk mengetahui tingkat validitas butir soal tes kemampuan mengapresiasi puisi digunakan rumus korelasi point biserial dengan rumus:
pbi = Keterangan : Xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke-i Xt : rata-rata skor total semua responden St : standar deviasi skor total pi : Proporsi jawaban benar untuk butir ke-i qi : Proporsi jawaban salah butir ke-i pbi : koefisien
korelasi biserial
(Sumber : Djaali, Pudji Mulyono, dan Ramly, 2000:77)
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan
= 0,361,
diperoleh hasil dari 35 soal yang diujikan ada 7 soal yang drop, yaitu nomor 13, 20, 21, 22, 25, 29, 35. Karena rpbi <
= 0.343, 0.343, 0.270, 0.256, 0.148, -0.202,
dan 0.263 < 0.361, ketujuh soal tersebut drop (lihat lampiran C halaman 145-153).
Dengan demikian, instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi puisi terdiri dari 28 soal.
Untuk mengetahui tingkat validitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Adapun rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut.
Keterangan : =koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan dan skor total yang di cari N = jumlah responden uji coba xi = skor butir pernyataan untuk butir ke-i xt = skor hasil total (Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 117) Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan
= 0.361,
diperoleh hasil dari 45 butir pernyataan yang diujikan ada 8 butir pernyataan yang drop, yaitu nomor 2, 8, 10, 18, 28, 34, 40, dan 43. Karena rpbi <
= 0.356, -
0.199, 0.135, 0.336, 0.112, 0.220, 0.337, 0.135 < 0.361, kedelapan pernyataan tersebut drop (lihat lampiran D halaman158-166). Dengan demikian, instrumen yang digunakan untuk mengukur angket minat belajar terdiri dari 37 pernyataan.
2. Uji Reliabilitas Pengukuran tingkat reliabilitas butir tes akhir kemampuan mengapresiasi puisi menggunakan rumus statistik KR-20, yaitu sebagai berikut:
=
) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Keterangan: = reliabilitas tes secara keseluruhan = proporsi subjek yang menjawab benar = proporsi subjek yang menjawab salah = jumlah hasil perkalian antara
dan
= banyaknya item = varians (Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145) Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, karena r-hitung = 0.863 > r-tabel =0.361 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument yang digunakan reliable . ( lihat Lampiran C halaman 154-157). Untuk menguji tingkat reliabilitas butir pernyataan angket minat belajar digunakan rumus
yaitu :
Keterangan : k
= banyak butir pernyataan yang valid = varians skor total = Varians skor butir ke- i ( Djaali, Pudji Muljono,dan Ramly, 2000: 145) Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan, karena r-hitung = 0.894 > r-
tabel =0.361 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument yang digunakan reliable (lihal Lampiran D halaman 167-171).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
H. Uji Persyaratan Analisis Sebelum data penelitian itu dianalisis secara statistik, perlu dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas distribusi sampel dan uji homogenitas varians. Uji normalitas distribusi sampel yang dilakukan menggunakan uji Lilliefors, untuk menguji data tersebut memiliki sebaran normal atau tidak. Adapun uji homogenitas varian menggunakan uji Bartlett, dengan taraf
antara dua kelompok yang dibandingkan. Kedua uji persyaratan di atas dilakukan pada masing masing kolom, baris, dan masing masing sel.
I. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferansial. Data yang diperoleh dideskripsikan menurut masing masing variable. Teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data penelitian secara inferensial ini ialah teknik analisis Varian Dua Jalan ( ANAVA Dua Jalan ) dengan langkah sebagai berikut. a.
Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JK(T)) =
b.
Menghitung Jumlah Kuadrat Rerata (JK(rerata) dengan rumus:
c.
Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JK(TR)) dengan rumus: JK(TR) = JK(T) - JK(rerata)
d.
Menghitung Jumlah Kuadrat AntarKelompok (JK(AK)) dengan rumus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
JK(AK) = e.
Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (JK(DK)) dengan rumus: JK(DK) = Dengan db = ab(n-1)
f.
Menghitung Jumlah Kuadrat Total Reduksi (JK(TR)) dengan rumus: JK(TR) = JK(AK) + JK(DK) JK(DK) Dengan db = (a-1)(b-1)(n)-1 = JK(A)
g.
Menghitung Jumlah Kuadrat Antar (JK (A)) yang meliputi: 1) Antarkolom dengan rumus: JK (A) =
+
+
2) Antarbaris dengan rumus: JK (AB) = h.
+
+
Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi (JK(I)) dengan rumus: JK(I) = JK(AK) - JK(AB) - JK(A)
i.
Memasukkan hasil hitung yang telah diperoleh ke dalam Tabel ANAVA.
j.
Menentukan Kriteria Pengujian: 1) Jika untuk antarkolom Fh > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan; 2) Jika untuk antarbaris F h > Ft maka terdapat perbedaan yang signifikan; 3) Jika untuk interaksi Fh > Ft maka terdapat interaksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Bila hasil menunjukkan adanya perbedaan dan interaksi, maka analisis dilanjutkan dengan uji Tuckey dengan rumus: Q=
Keterangan: Q : angka Tucey : rerata kelompok ke-i : rerata kelompok ke-j
: banyak data tiap kelompok ni = nj : rerata Jumlah Kuadrat dalam Kelompok ( Suharsimi Arikunto, 2010: 377-381)
J. Hipotesis Statistik Untuk menguji hipotesis nol (H0), hipotesis statistik dirumuskan: a) Hipotesis Pertama H0 : µ H1 : µ b) Hipotesis Kedua H0 : µ H1 : µ c)
Hipotesis Ketiga H 0: A x B = 0 H1: A x B > 0
Keterangan : A
: Pendekatan Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
B
: Minat Belajar
µ
Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning.
µ
Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori
µ
Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk
kelompok siswa
yang memiliki minat belajar tinggi. µ
Rerata skor kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah.
A x B : Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data bertujuan untuk mengetahui data ditinjau dari masingmasing faktor maupun pendekatan pembelajaraninila Berikut ini disajikan berturut-turut deskripsi mengenai (1) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning, (2) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori, (3) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi, dan (4) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. 1. Data Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning tanpa membedakan minat belajar, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 39 (54
93), dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 93.
Kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 78,933, nilai modus sebesar 75, nilai median sebesar 79, varians sebesar 99,926, dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 9,996 (Harga-harga statistik deskriptif ini, perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
halaman 188). Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning Interval 53 59 60 66 67 73 74 80 81 87 88 94 Total
Nilai Tengah 56 63 70 77 84 91
f abs. 1 2 5 8 7 7 30
f rel. (%) 3,33 6,67 16,67 26,67 23,33 23,33 100
Berpijak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini sebagai berikut.
10 8
Frekuensi
8
7 6
7
5
4 2
2
1 52,5
59,5
66,5
73,5
80,5
87,5
94,5
Nilai
Gambar 2. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning
commit to user
A1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
2. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori tanpa membedakan minat belajar, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 43 (46
89), dengan nilai terendah 46 dan nilai tertinggi 89. Kemampuan
mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 69,833, nilai modus sebesar 68, nilai median sebesar 68, varians sebesar 78,420, dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,855 (Harga-harga statistik deskriptif ini, perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188). Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori Interval 46 54 55 63 64 72 73 81 82 90 Total
Nilai Tengah 50 60 68 77 86
f abs. 1 4 15 6 4 30
f rel.(%) 3,33 13,33 50,00 20,00 13,33 100
Bertolak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
16 15 14
Frekuensi
12 10 8 6
6 4
4 2
4
1 45,5
54,5
63,5
72,5
81,5
A2
90,5
Nilai
Gambar 3. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
3. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 47 (93 - 46) dengan nilai terendah 46 dan nilai tertinggi 93. Kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 79,400, nilai modus sebesar 75, nilai median sebesar 82, varians sebesar 116,179, dan simpangan baku (standar
deviasi)
sebesar
10,779
(Harga-harga
statistik
deskriptif
ini,
perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188). Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Memiliki Minat Belajar Tinggi Interval 45 54 55 64 65 74 75 84 85 94 Total
Nilai Tengah 50 60 70 80 90
f abs. 1 1 5 11 12 30
f rel.(%) 3,33 3,33 16,67 36,67 40,00 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini sebagai berikut.
12
12 11
Frekuensi
10 8 6
5
4 2
1 45,5
1 54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
Nilai
Gambar 4. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi
commit to user
B1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
4. Nilai Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah, secara keseluruhan memiliki rentang nilai 28 (54 - 82), dengan nilai terendah 54 dan nilai tertinggi 82. Kemampuan mengapresiasi puisi untuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 69,367, nilai modus sebesar 71, nilai median sebesar 71, varians sebesar 52,930, dan simpangan baku (standar
deviasi)
sebesar
7,275
(Harga-harga
statistik
deskriptif
ini,
perhitungannya dilakukan dengan komputer melalui fasilitas program excel yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran H halaman 188). Distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi data kelompok ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Interval 54 58 59 63 64 68 69 73 74 78 79 83 Total
Nilai Tengah 56 61 66 71 76 81
f abs. 2 5 8 7 4 5 30
f rel.(%) 6,67 16,67 26,67 23,33 13,33 16,67 100
Berpijak dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan mengapresiasi puisi di atas, dapat divisualisasikan gambar histogram frekuensi nilai data ini sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
10 8
8 Frekuensi
7 6
5
5 4
4 2
2 53,5
58,5
63,5
68,5
73,5
78,5
83,5
Nilai
Gambar 5. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah
B. Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui apakah data penelitian yang telah dikumpulkan dan dideskripsikan di atas benar-benar memenuhi persyaratan statistic atau teknik analisis yang digunakan sehingga pada gilirannya nanti dapat dipertanggungjawabkan untuk dipakai dalam penarikan simpulan penelitian ini. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis atau analisis data secara inferensial dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan atau pengujian normalitas dan homogenitas varian. Uji tersebut melingkupi: (1) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning (A1), (2) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori (A2), (3) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki
commit to user
B2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
minat belajar tinggi (B1), (4) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah (B2), (5) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi (A1B1), (6) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah (A1B2), (7) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori untuk siswa yang memiliki minat belajar tinggi (A2B1), dan (8) nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah (A2B2). Uraian berikut ini mengetengahkan hasil pengujian tersebut.
1. Uji Normalitas Data a. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Lilliefors. Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.086 (lihat Lampiran F. 1 halaman 177). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 30
t
=0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
b. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.115 (lihat Lampiran F. 2 halaman 178). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 30
t
= 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.104 (lihat Lampiran F. 3 halaman 179). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 30
t
= 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom B1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal d. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom B2) menghasilkan L o maksimum sebesar 0.111 (lihat Lampiran F. 4 halaman 180). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
n = 30
t
= 0.161. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom B2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. e. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A1B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.131 (lihat Lampiran F. 5 halaman 181). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 15
t
= 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1B1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal f. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A1B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.97 (lihat Lampiran F. 6 halaman 182). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 15
t
= 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A1B2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. g. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A2B1) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.142 (lihat Lampiran F. 7 halaman 183). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 15
5 diperoleh Lt = 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2B1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. h. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori untuk Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Pengujian normalitas terhadap data kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok ini (= Kolom A2B2) menghasilkan Lo maksimum sebesar 0.152 (lihat Lampiran F. 8 Halaman 184). Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 15
t
= 0.220. Dari perbandingan tersebut
tampak bahwa Lo lebih kecil daripada Lt, sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan mengapresiasi puisi yang ada pada kelompok ini (= Kolom A2B2) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
2. Uji Homogenitas Data Pengujian homogenitas varians ini dilakukan untuk menguji kesamaan variansi nilai kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kelompok-kelompok nilai yang ada pada tiap sel (A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2). Teknik statistik yang digunakan untuk kepentingan ini sebagaimanaa disebutkan pada Bab III adalah dengan teknik uji Bartlett. Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis
nol (H0) yang menyatakan bahwa varians
nilai kemampuan
mengapresiasi puisi dilihat dari kelompok-kelompok tersebut adalah homogen 1)
yang
menyatakan bahwa varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari kelompok-kelompok nilai tersebut tidak homogen pada taraf nyata yang sama. Kriteria pengujian yang digunakan adalah bahwa H0 ditolak jika ternyata lebih besar atau sama dengan (
harga
Sebaliknya, jika harga
<
pada
pada
0
yang
menyatakan bahwa varians nilai homogen diterima. Pengujian homogenitas varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kelompok di sel A1B1, kelompok di sel A1B2, kelompok di sel A2B1, dan kelompok di sel A2B2 menghasilkan
= 5.633. Dari tabel
distribusi chi-kuadrat dengan dk (derajat kebebasan) 56 dan diperoleh
=
. Yang jauh lebih besar daripada
0,05 . Dengan
demikian, berdasarkan kriteria pengujian, hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa nilai kemampuan mengapresiasi puisi dilihat dari kelompok-kelompok nilai di sel A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2 diterima. Kesimpulannya ialah bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
varians nilai kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kelompok-kelompok antarsel bersifat homogen. Secara lengkap penghitungan uji homogenitas varians ini dapat dilihat pada Lampiran G halaman 185. Berdasarkan
kedua hasil
pengujian
persyaratan
analisis
di atas
memberikan kesimpulan bahwa persyaratan analisis yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut dalam melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok yang dibandingkan.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0) yang diajukan ditolak, atau sebaliknya oada taraf
kepercayaan tertentu
hipotesis alternatif (H1) yang diajukan diterima. Sesuai dengan yang telah disebutkan pada Bab III, pengujian hipotesis penelitian diuji dengan teknik Analisis Varians Dua Jalan. Teknik analisis statistik tersebut digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh perlakuan secara keseluruhan. Maksud keseluruhan di sini adalah perbedaan pengaruh baik karena (1) perbedaan pendekatan pembelajaran yang berlainan (quantum learning minat belajar (tinggi
ekspositori), (2) perbedaan
rendah), dan (3) interaksi antara keduanya (pendekatan
pembelajaran dan minat belajar).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
1. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning Lebih Baik daripada Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber variasi antarkolom (A) sebesar 20.40. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada
4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J halaman 196
0
: µ A1 = µ A2) ditolak, jika Fh > 1 dan dk penyebut 56
Simpulannya adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.
2. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik daripada Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah Berdasarkan analisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber variasi antarbaris (B) sebesar 24.80. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada
4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J halaman 196
0
: µB1 = µ B2 ) ditolak, jika Fh > Ft 1 dan dk penyebut 56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Simpulannya adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah.
3. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap Kemampuan Mengapresiasi Puisi Berdasarkan amalisis variansi dua jalan sebagaimana terangkum pada Tabel Anava pada Lampiran J halaman 195 diperoleh F-hitung dari sumber variasi interaksi (AXB) sebesar 4.14. Sementara itu F-tabel dengan db pembilang 1 dan db penyebut 56 pada
4.01.
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang tertulis pada Lampiran J halaman 196
0
: AXB = 0) ditolak, jika Fh > Ft 1 dan dk penyebut 56
Simpulannya adalah ada interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa. Adanya perbedaan yang signifikan antarkolom (pendekatan quantum learning dan pendekatan ekspositori) dan perbedaan yang signifikan antarbaris (minat belajar tinggi dan rendah) dalam mempengaruhi perbedaan kemampuan mengapresiasi puisi siswa, maka untuk mengetahui lebih lanjut tindak lanjut kemampuan mengapresiasi puisi dari kelompok mana yang lebih baik, baik dilihat dari perbedaan pendekatan pembelajaran, maupun perbedaan minat belajar siswa, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan metode Tuckey (sebab jumlah sampel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
antara dua kelompok sama besar, yaitu n = 30 untuk antarkolom dan antarbaris, dan n = 15 untuk antarsel). Uji Tuckey diadakan karena antara kedua kelompok (antarkolom = pendekatan quantum learning dan pendekatan ekspositori, dan antarbaris = minat belajar tinggi
rendah) ada perbedaannya dan ada interaksinya. Selain itu, uji
Tuckey tersebut digunakan untuk mengetahui manakah di antara rerata ) yang lebih tinggi secara signifikan. Oleh karena itu, di sini akan
(
dikemukakan secara rinci hasil uji Tuckey tersebut, sehingga dengan langkah ini dapat diketahui atau diperoleh secara signifikan pengaruh di antara pendekatan pembelajaran yang berbeda ditinjau dari minat belajar siswa.
1. Kemampuan
Mengapresiasi
Puisi
Siswa
yang
Diajar
dengan
Pendekatan Quantum Learning Lebih Baik daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori (A1 : A2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 6.387 dan niai Qt = 2.89
30 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Q h > Qt 0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori, yaitu 78.933 dan 69.833. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori.
2. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Memiliki Minat Belajar Rendah (B1: B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 7.043 dan niai Qt = 2.89
30 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Q h > Qt 0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah, yaitu 79.400 dan 69.367 . Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
3. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik (A1B1) daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning yang Memiliki Minat Belajar Rendah (A1B2) Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Qh = 7.015 dan niai Qt = 3.01
15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Q h > Qt 0,05 dengan N = 30. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning yang memiliki minat belajar rendah. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah, yaitu 86.000 dan 71.867. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
4. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori
dan
Memiliki
Minat
Belajar Tinggi
Sama
dengan
Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 2.846 dan niai Qt = 3.01
15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt 0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi hampir sama dengan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar rendah, yaitu 72.600 dan 66.867. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
5. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 6.651 dan niai Qt = 3.01
15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Q h > Qt 0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi, yaitu 86.000 dan 72.600. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
6. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Rendah sama dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 2.482 dan niai Qt
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt 0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah hampir sama dengan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar rendah, yaitu 71.867 > 66.867. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
7. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Tinggi Lebih Baik daripada Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Rendah Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 9.496 dan niai Qt = 3.01
15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh > Qt 0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar rendah, yaitu 86.000 > 66.867. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
8. Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Quantum Learning dan Memiliki Minat Belajar Rendah Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi sama dengan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa yang Diajar dengan Pendekatan Ekspositori yang Memiliki Minat Belajar Tinggi Hasil pengujian hipotesis pertama untuk uji Tuckey, diperoleh nilai Q h = 0.364 dan niai Qt = 3.01
15 dan derajat
bebas = 56 (lihat Lampiran J halaman 198). Apabila dibandingkan, diperoleh bahwa nilai Qh < Qt 0,05 dengan N = 15. Dengan demikian dapat dinyatakan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah tidak ada perbedaan dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah hampir sama siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori dan memiliki minat belajar tinggi, yaitu 71.867 dan72.600. Dengan begitu, dalam pembelajaran mengapresiasi puisi, siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi sama dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki minat belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
D. Pembahasan Melalui
analisis
deskriptif
diperoleh
nilai
rata-rata
kemampuan
mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning berbeda dengan nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yaitu masing-masing 78.933 dan 69.833. Kenyataan ini didukung oleh hasil analisis inferensial yang menyatakan terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dengan siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Dilihat dari besarnya rata-rata nilai yang dihasilkan oleh kedua perbedaan penerapan pendekatan pembelajaran, dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan
quantum
learning
menghasilkan
nilai
kemampuan
dibandingkan
dengan
dalam
pendekatan
pembelajaran
mengapresiasi
mengapresiasi
puisi
ekspositori.
Dengan
puisi
yang lebih tinggi demikian,
secara
keseluruhan pendekatan quantum learning jauh lebih baik daripada pendekatan ekspositori dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Besarnya simpangan baku (standar deviasi) yang dihasilkan oleh pendekatan pembelajaran antara pendekatan quantum learning dan pendekatan ekspositori masing-masing 9.996 dan 8.855. Dari besarnya standar deviasi yang dihasilkan tersebut tampak bahwa pendekatan quantum learning menghasilkan standar deviasi yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan ekspositori. Ini dapat diartikan nilai kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning mempunyai variasi nilai yang lebih besar daripada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
variasi nilai yang dihasilkan oleh siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Dilihat dari rata-rata nilai kemampuan mengapresiasi puisi antara kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah secara keseluruhan menunjukkan adanya perbedaan yang cukup besar, yaitu masing-masing 79,400 dan 69,367. Hal ini diverifikasi oleh hasil analisis varians yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nilai kemampuan mengapresiasi puisi pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar rendah. Berdasarkan data dan hasil pengujian tersebut, memberikan bukti bahwa antara siswa yang memiliki minat belajar tinggi dan memiliki minat belajar rendah memiliki kemampuan mengapresiasi puisi yang berbeda dan dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kondisi tersebut memberikan bukti empirik bahwa pengelompokkan siswa berdasarkan minat belajar tinggi dan rendah cukup efektif dalam melihat pengaruh pendekatan pembelajaran quantum learning maupun ekspositori terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa dalam penelitian ini. Kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi melalui pendekatan statistik
deskriptif
memberikan
perbedaan
rata-rata
nilai
kemampuan
mengapresiasi puisi antara kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Besarnya rata-rata nilai itu adalah 86,000 dan 72,800. Terlihat kedua rata-rata nilai ini memberikan selisih yang cukup besar, sehingga secara deskriptif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dapat dikatakan keduanya berbeda. Hasil pengujian hipotesis memperkuat daya perbedaan itu, yakni dihasilkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori, khususnya bagi siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Hasil analisis data untuk pengujian hipotesis ketiga tentang interaksi juga menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengujian hipotesis tersebut di mana diputuskan menolak hipotesis Ho pada ta signifikan dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi. Hasil ini diperkuat dengan hasil uji Tuckey pada kolom A1B2 dan A2B1. Berdasarkan uji Tuckey, nilai Qh sebesar 0,364 yang kurang dari Qt sebesar 3,01. Artinya adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori yang memiliki minat belajar tinggi secara signifikan lebih baik daripada kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan memiliki
minat belajar rendah. Kenyataan
ini mengindikasikan bahwa
pengelompokkan siswa berdasarkan minat belajar tinggi dan minat belajar rendah memberikan efek ataupun pengaruh yang berarti terhadap perbedaan pendekatan pembelajaran (quantum learning maupun ekspositori) dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Seluruh hasil analisis yang telah diuraikan baik dengan analisis deskriptif maupun dengan analisis inferensial, sangat beralasan untuk mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa. Dalam hal ini pendekatan pembelajaran yang paling efektif adalah quantum learning. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karakteristik siswa berdasarkan minat belajar mereka karena pendekatan pembelajaran ini memberikan hasil yang lebih baik pada kelompok yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara kemampuan mengapresiasi puisi yang dihasilkan oleh kelompok siswa yang memiliki minat belajar tinggi dengan yang memiliki minat belajar rendah. Dilihat dari besarnya nilai kemampuan mengapresiasi puisi, kelompok siswa dengan minat belajar tinggi secara relatif lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan minat belajar rendah dari masing-masing pendekatan quantum learning dan pendekatan ekspositori, dan secara statistik perbedaan itu sangat signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan mengapresiasi puisi yang memiliki minat belajar tinggi adalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar rendah. Secara rasional kondisi objektif ini dapat diterima dengan alasan bahwa mereka yang memiliki minat belajar tinggi mempunyai tanggung jawab yang lebih besar terhadap belajarnya daripada mereka yang memiliki minat belajar rendah. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai kesempatan yang lebih leluasa untuk mengapresiasi puisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, ditunjukkan bahwa temuan dalam penelitian ini memperkuat teori bahwa pendekatan pembelajaran terbukti berpengaruh secara signifikan pada kemampuan mengapresiasi puisi siswa di samping juga minat belajar yang dimiliki siswa.
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini masih
terdapat beberapa keterbatasan
yang perlu
dikemukakan sebagai referensi bagi pembaca dan penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. Keterbatasan yang dimaksud antara lain berikut ini. Pertama, hasil penelitian ini maupun simpulannya hanya berlaku pada siswa SMP Negeri 2 Sambirejo dan SMP Negeri 2 Gondang, Sragen yang dijadikan subjek penelitian, sehingga simpulan penelitian ini relatif tidak bisa digeneralisasikan untuk subjek yang memiliki karakteristik berbeda. Kedua, variabel-variabel lain yang dapat mengganggu kemurnian hasil penelitian eksperimen ini tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga bisa terjadi simpulan penelitian ini bukan disebabkan variabel yang telah ditetapkan, apalagi dalam ilmu sosial seperti bahasa. Namun, karena subjek penelitian adalah siswa yang tidak dapat dibatasi perilakunya, kekhawatiran adanya komunikasi antarsubjek ataupun variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi hasil penelitian ini menjadi berkurang. Ketiga, pengelompokkan tidak didasarkan oleh keseragaman terhadap kemampuan awal subjek penelitian, tetapi hanya sekadar dikelompokkan berdasarkan angket minat belajar pada saat penelitian. Sebaiknya, setiap subjek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
memiliki kemampuan awal sama sehingga perubahan yang terjadi benar-benar akibat perbedaan pendekatan pembelajaran dan bukan karena faktor kemampuan mereka yang berbeda. Dengan demikian, hasil penelitian ini masih harus dicermati sebab kemungkinan adanya bias yang disebabkan oleh faktor seleksi kelompok. Keempat, jumlah sampel yang diteliti kurang dari 100 yang menyebabkan jumlah tiap sel sangat sedikit, yaitu 15. Jumlah sel yang sedikit ini tidak memenuhi syarat untuk disusun histogramnya. Akibatnya, distribusi frekuensi tiap sel tidak dihitung. Kelima, instrumen angket tidak dapat mengukur tingkat kejujuran seseorang. Namun, hal ini dapat diantisipasi dengan menyusun pernyataan yang mengarah pada pernyataan yang jujur dan positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan di muka, dapat ditarik beberapa simpulan hasil penelitian berikut ini. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning lebih baik hasilnya daripada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Artinya, pendekatan pembelajaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Artinya minat belajar siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, khususnya yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi kemampuan mengapresiasi puisi siswa. Bertolak dari uraian dan penjelasan tersebut di atas, ditunjukkan bahwa hasil penelitian ini memperkuat teori bahwa pendekatan pembelajaran terbukti berpengaruh secara signifikan pada kemampuan mengapresiasi puisi siswa, di samping juga minat belajar yang dimiliki oleh siswa.
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
B. Implikasi Temuan penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor yang saling berhubungan, antara lain: (1) Faktor dari guru, yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran, mengembangkan dan menyajikan materi, mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan mengelola kelas; (2) Faktor dari siswa adalah antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; (3) Faktor lingkungan yaitu terciptanya suasana belajar yang kondusif sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru. Di samping itu, siswa juga akan tumbuh minat belajar yang tinggi. Temuan penelitian ini juga menggambarkan bahwa pengaruh yang signifikan dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa, melahirkan beberapa implikasi berikut ini. Pertama, siswa yang diajar dengan pendekatan quantum learning memiliki kemampuan mengapresiasi puisi lebih baik daipada siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Pendekatan quantum learning merupakan cara pembelajaran secar
arti pembelajaran yang penuh ai,
menakjubkan,
menyenangkan
dan
pendekatan mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya diidentikkan dengan metode ceramah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Perbedaan
karakteristik
kedua
pendekatan
di
atas
menyebabkan
kemampuan mengapresiasi puisi siswa berbeda. Siswa yang diajar dalam suasana yang menyenangkan dan santai memiliki kemampuan mengapresiasi puisi yang tinggi.
Sebaliknya,
siswa
yang
diajar
dengan
pendekatan
ekspositori
menyebabkan siswa merasa jenuh dan kemampuan mengapresiasi puisinya rendah. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, guru perlu mengupayakan menerapkan pembelajaran yang inovatif. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi siswa,
yaitu: (1)
menyosialisasikan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan yang salah satunya adalah pendekatan quantum learning di semua jenjang
sekolah
dengan
cara
pelatihan
maupun
seminar-seminar;
(2)
memberdayakan semua lapisan yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk menciptakan
pembelajaran
yang
inovatif
dan
menyenangkan;
(3) memperluas wawasan dan pemahaman tentang pentingnya pengembangan pembelajaran yang inovatif secara memadai, seperti memahami langkah-langkah pembelajaran quantum learning dengan orkestra dan TANDUR. Kedua, guru hendaknya berupaya menumbuhkan minat belajar siswa untuk meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi karena kemampuan mengapresiasi puisi siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Temuan penelitian ini menandakan bahwa kegiatan belajar yang efektif adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena adanya dorongan minat untuk menguasai suatu kemampuan tertentu untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
mengatasi masalah. Dalam hal ini minat belajar akan menimbulkan pencapaian hasil belajar. Bertolak dari temuan penelitian tersebut, minat belajar siswa harus ditumbuhkan. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga kemampuan mengapresiasi puisi mereka bisa meningkat yaitu, (1) memberikan apersepsi yang berupa pemberian pengertian kepada siswa tentang semangat belajar untuk meraih kesuksesan; (2) memperdengarkan musik sebelum kegiatan belajar berlangsung; (3) memberikan balikan atau koreksi setiap pemberian tugas seperti tepuk tangan dan kata-kata yang membangkitkan semangat (aplaus/reward) sehingga siswa terdorong untuk aktif belajar. Apabila upaya-upaya di atas dilakukan dengan baik, terarah, terprogram, dan dijadikan kegiatan berkala, barulah akan terlihat bahwa penumbuhan minat belajar siswa akan menyebabkan peningkatan kemampuan mengapresiasi puisinya.
C. Saran Bertolak dari hasil penelitian dan implikasi yang telah dirumuskan tersebut perlu diajukan saran-saran sebagai berikut. Pertama, sebagai fasilitator yang menerapkan pendekatan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, guru disarankan agar: (1) memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga siswa akan terdorong untuk belajar puisi; (2) menciptakan suasana demokratis di lingkungan sekolah sehingga dengan suasana dan lingkungan yang demikian, siswa akan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
mengembangkan kemampuan mengapresiasi puisinya; (3) meningkatkan minat belajar
siswa
dengan
menceritakan
kisah
tokoh-tokoh
sukses
dan
memperdengarkan musik yang tepat sebelum pembelajaran; Kedua, penerapan KTSP di sekolah menuntut penetapan pendekatanpendekatan pembelajaran yang inovatif dan konstruktivistis. Oleh karena itu, hendaknya sekolah menyediakan dana guna menunjang kegiatan siswa, pengadaan media pembelajaran, seperti laboratorium bahasa, dan memfasilitasi guru-guru bahasa untuk pelatihan teknologi pembelajaran. Ketiga, peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian serupa dengan melibatkan lebih banyak lagi variabel bebas (prediktor), sehingga faktor-faktor lain yang diduga memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap kemampuan mengapresiasi puisi siswa dapat diketahui secara lebih komprehensif. Selanjutnya, dapat dikembangkan model pembelajaran dengan pendekatan lain yang mengikuti landasan kontruktivisme sehingga dapat memperkaya perbendaharaan pendekatan dan metode pembelajaran bagi guru di Indonesia yang pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
commit to user