PENGARUH PENDAPATAN, SUKU BUNGA TABUNGAN, INFLASI TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI DI KOTA MEDAN (TAHUN 2006 – 2014)
O L E H
NAMA NPM PROGRAM STUDI
: DANIEL.N. SIMANUNGKALIT : 12530007 : EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Pendapatan, Suku Bunga Tabungan, dan Inflasi Terhadap Pengeluran Konsumsi Di Kota Medan” ini dapat diselesaikan penulis dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, dan oleh karena itu dimohon kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini. Selama menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Jusmer Sihotang, Msi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen yang sekaligus menjadi Pembimbing Utama penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran – saran kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Elvis Purba, SE, MSi, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan dan sekaligus Dosen Wali yang memberikan bimbingan, dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Dame Esther M. Hutabarat, SP, MM, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Pembangunan
Nommensen.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
HKBP
4. Bapak Agus N. Simanjuntak, S.E, MM, selaku Pembantu Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Tumpal Butarbutar, Msi,Penguji Utama saya yang telah banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Badhu Nadapdap, MS, Anggota Penguji saya yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan, yang telah memberikan pelayanan yang cukup berarti. 8. Teristimewa Orang Tua Tercinta : Ayahanda (†) Diapari Simanungkalit, dan Ibunda Mardiana Simorangkir yang memberi motivasi, dukungan dana, serta doa bagi penulis selama perkuliahan serta dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ayah dan ibu atas segala nasehat dan doanya, serta senantiasa selalu membimbing saya sampai saat ini saya bisa menjadi Sarjana (S1). Buat adik-adik ku Stepani Putri Simanungkalit, Dennis Leo Simanungkalit, dan Susan Pionita Simanungkalit terima kasih buat dukungannya, aku dapat menyelesaikan skripsi ini. Ini semua aku persembahkan hanya untuk kalian, ayahanda, ibunda, dan adik- adikku. 9. Kepada Jernita Sari Sijabat, si kiting paling bawel yang selalu marah – marah kalau aku tidur terus, terima kasih telah memberikan dukungan motivasi dan bantuan kepada saya untuk menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Terima kasih ya sayang udah mau bantu aku, sorry ya udah sering
buat kamu marah-marah i love u kitingg |* 10. Kepada kakak saya Chris Natalia Sijabat, dan adik – adik saya Putri Yani Sijabat dan Andri Hartanto Sijabat terima kasih buat motivasi dan dukungannya. 11. Kepada teman-teman seperjuangan skripsi, Bosur Samuelson Simamora, Dooly Indra Malau, Guslia Kristine Ritonga, Nova Hutapea, dan senior saya Yogi Yosua Sitorus dan Darmo Butarbutar. 12. Kepadateman-teman stambuk 2012, Julias Napitupulu, Nova Sirait, Citra Jujur Sihombing, Mei Rumahorbo, Susi Gultom dan teman-teman yang tidak penulis sebutkan namanya sukses selalu buat kita semua dan trimakasih telah hadir ke kehidupan ku. Maaf ya atas kesalahan-kesalahan yang pernah kulakukan buat teman-teman. 13. Kepada
teman-teman
kompleks
ekonomi
pembangunan:
Arjuna
Sihombing, Mian Sirait, dan Godder manik, Amanda Saragi, Rumondang Limbong, Denita, Novita, Krisna Napitupulu, Junfikar dan adik-adik yang tidak disebutkan sukses buat kalian semua. Segala budi baik yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini, kiranya Tuhan Yesus Kristus memberikan balasannya dan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Amin. “God Bless You All”. Medan,
Maret 2016 Penulis,
Daniel Novaldi Simanungkalit
ABSTRAK Daniel Novaldi Simanungkalit (12530007), JudulSkripsi“Pengaruh Pendapatan, Suku Bunga Tabungan, dan Inflasi Terhadap Pengeluaran Konsumsi Di Kota Medan Tahun 2006 – 2014”. DenganPembimbingUtama :Bapak Drs. Jusmer Sihotang, MSi,PembantuPembimbing : Bapak Agus N. Simanjuntak, SE, MM.Dan PengujiUtama : Drs. Tumpal Butarbutar, Msi., AnggotaPenguji : Bapak Drs. Badhu Nadapdap, MS. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuipengaruhpendapatan, suku bunga tabungan, dan inflasi terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di kota medan dari tahun 2006 - 2014. Data yang dianalisisadalah PDRB kota Medan berdasarkan harga konstan sebagai pendapatan, suku bunga tabungan, dan inflasi.
Hasilanalisismenunjukkanbahwapendapatanberpengaruhpositifdansignifik anterhadappengeluarankonsumsikota Medan, sedangkantingkatsukubungatabungandaninflasiberpengaruhnegatifdantidaksignifi kanterhadappengeluarankonsumsi di kota Medan Penelitianinimenyarankanagar pemerintahKota Medan untuk mengupayakan meningkatkan pendapatan ( PDRB ) sebagai salah satu faktor penentu besarnya pengeluaran konsumsi masyarakat, pemerintah Kota Medan harus melakukan kebijakan moneter untuk menstabilkan suku bunga tabungan dan menjaga kestabilan harga – harga agar tingkat inflasi dapat dikendalikan Kata Kunci :ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga Tabungan, Inflasi,Pengeluaran Konsumsi Masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan konsumsi, baik konsumsi dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan, maupun kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Pengeluaran konsumsi melekat pada setiap manusia mulai dari lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang atau masyarakat mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akanmempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyakjumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, semakin sedikit pendapatan makasemakin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi inginditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, maka terpaksa tabungan yangdigunakan akibatnya tabungan berkurang. Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makroekonomi yang dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsepyang diIndonesiakan dalam bahasa Inggris“Consumption”, merupakanpembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhirdan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yangmelakukan pembelanjaan
tersebut
atau
juga
pendapatan
yang
dibelanjakan.Bagian
pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkandengan huruf
“S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluarankonsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalahpengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan1. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barangbarang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi. Banyak alasan yang menyebabkan perlunya memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan daerah. Di kebanyakaan daerah pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatannya. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. “Hubungan antara konsumsi dan pendapatan seseorang berbanding lurus”2. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Propensity to Save,MPS).
1
Dumairy, Perekonomian Indonesia, Cetakan kelima, Jakarta :Penerbit Erlangga, 1996,
hal 114 2
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Ricard Startz, Makroekonomi, Jakarta :Pt. Media Global Edukasi, 2008, hal.194
Pada
pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
terdapat
konsumsi
minimumbagi rumah tangga tersebut, yaitu besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan, walaupun tidak ada pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumahtangga
ini
disebut
pengeluaran
konsumsi
otonom
(outonomous
consumtion). Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan, konsumsi dan tabungan memiliki hubungan yang erat. Tabungan merupakan pendapatan seseorang yang tidak dibelanjakan. Tabungan sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Tingkat bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan.Orang akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena lebih banyak bunga yang akan diperoleh. Pada tingkat bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan di bank karena mereka merasa lebih baik melakukan pembelanjaan konsumsi dari pada menabung dan sebaliknya apabila suku bunga tinggi orang akan senang menabung/menyimpan uang di bank dengan kompensasi tingkat bunga. Tingkat
bunga
tabungan
berperan
penting
dalam
mempengaruhi
pengeluaran konsumsi masyarakat. Bila tingkat bunga tinggi maka masyarakat cenderung lebih memilih menabung serta mengurangi pengeluaran konsumsinya, karena mengharapkan bunga yang besar dari tabungannya. Dan hal yang sebaliknya terjadi apabila suku bunga menurun maka masyarakat cenderung meningkatkan pengeluaran konsumsinya. Tingkat bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Perubahan tingkat bunga
mempunyai dua efek yaitu efek substitusi (Substitution Effect) dan efek pendapatan (Income Effect). Efek substitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek totalnya tergantung dari mana efek yang lebih kuat (dominan). Bagi golongan kaya yang mempunyaiAverage Propensity to Consume(APC) lebih rendah dari pada golongan miskin, dimana APC adalah kecendrerungan mengkonsusmsi rata – rata. kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek pendapatan mungkin lebih kuat dari pada efek substitusi. Akibatnya rumah tangga cenderung menambah pengeluaran konsumsinya. Sebaliknya bagi golongan miskin, kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek substitusi lebih kuat dari efek pendapatan, sehingga pada kondisi ini rumah tangga cenderung akan menabung lebih banyak. Jadi, secarateoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat bunga menyebabkan seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih sedikit. Tingkat inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian di suatu daerah . Konsumen akan mengurangi pembelian
terhadap
barang-barang
yang
harganya
relatif
mahal
dan
menambahpengeluaran konsumsi terhadap barang-barang yang harganya relatif murah. Adanya inflasi berarti harga semua barang mengalami kenaikan dan ini akan menimbulkan efek substitusi antara pengeluaran konsumsi dengan tabungan. Kenaikan tingkat harga umum tidaklah berarti bahwa kenaikan harga barang
terjadi secara proporsional. Hal ini mendorong konsumen untuk mengalihkan konsumsinya dari barang yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang tinggi akanmelemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam negeriyang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang nasional.Perkembangan konsumsi masyarakat Pada tahun 2003 sampai tahun 2005 mulai membaik dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga sehingga pengeluaran konsumsi masyarakat mulai menunjukkan peningkatandari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsikarena peranan sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangankonsumsi di Provinsi Sumatera Utara daritahun 2006 sampaidengantahun
2012
menunjukkankecenderunganpeningkatandaritahun-
ketahun.
HalIniterjadikarenakondisiperekonomian
dipengaruhiolehpertumbuhanekonomi
yang yang
cukuptinggi.Namunjikadilihatdarisegilajupertumbuhannyamakaperkembangankon sumsi
di
Provinsi
Sumatera
berfluktuasidaritahun
Utara
mengalamitrenpeningkatan
yang –
2006
2012.Adanyafluktuasipertumbuhankonsumsimasyarakattersebutmenunjukkanadan yapeningkatan,halinidipengaruhiolehpeningkatanpertumbuhanekonomi Sumatera Utara.Indikatoruntukmenilaipertumbuhanekonomi regionaladalahdenganmelihatkondisiProdukDomesikRegionalBruto (PDRB).Berdasarkan
data
BadanPusatStatistikPovinsi
Sumatera
perkembangan (PDRB) Sumatera Utara dapatdilihatpadatabeldibawahini:
Utara,
Tabel 1.1.Perkembangan PDRB AtasDasarHargaKonstan 2000 Tahun 2006 – 2012 (dalamMiliyarRupiah ) TAHUN PDRB LAJU PERTUMBUHAN (%) 2006 93.347,40 6,19 2007 99.792,27 6,90 2008 106.172,36 6,39 2009 111.559,22 5,07 2010 118.640,90 6,19 2011 126.590,21 6,70 2012 134.460,10 6,22 Sumber : BPS Prov. Sumatera utara, 2006 – 2012 ( data diolah). TabeldiatasmenunjukanbahwaterjadipeningkatanProdukDomesik Regional Bruto (PDRB) provinsi Sumatera utaradaritahun 2006 sampaidengan tahun 2012, danpertumbuhanPDRB
tertinggiterjadipadatahun
dibandingkantahun
yang
terendahterjadipadatahun
2007
yaitusebesar
lainnya.Sedangkanpertumbuhan 2009
5,07%.Daritabeltersebutjugamenunjukkanbahwalajupertumbuhan
6,90% PDRB
yaitusebesar PDRB
Sumatera Utara jugamengalamipeningkatan yang berfluktuasi. Dengan demikian analisis makro ekonomi perlu memperhatikan konsumsi masyarakat secara mendalam. Alasan perlunya memperhatikan konsumsi masyarakat ini antara lain adalah sebagai berikut: Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri untuk konsumsi.
Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan. Berdasarkan
permasalahan
di
atas
maka
penulis
mengajukan
judul“Pengaruh Pendapatan, Suku Bunga Tabungan, Dan Inflasi Terhadap PengeluaranKonsumsi Masyarakat Di Kota Medan”.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ini antara lain mempertanyakan: 1. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap konsumsi masyarakat di kotaMedan ? 2. Bagaimana pengaruh suku bunga tabungan terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan ? 3. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan ? 1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga tabungan terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan.
3. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan. 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan atau kajian pustaka terkait dengan pengeluaran konsumsi secara umum di kota Medan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi merupakan konsep yang diIndonesiakan dari bahasa Inggris ”Consumtion”. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. “Fungsi konsumsi adalah suatu hubungan antara tingkat pendapatan dalam perekonomian dan jumlah belanja rumah tangga untuk konsumsi yang direncanakan, hal ini ini diasumsikan konstan.”3. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan : C = a + bY Dimana: a adalah konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0, b adalah kecondongan konsumsi marginal, C adalah tingkat konsumsi dan Y adalah tingkat pendapatan nasional. Ada dua konsep untuk mengetahui sifat hubungan antara pendapatan disposebel dengan konsumsi dan pendapatan disposebel dengan tabungan yaitu konsep kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung. Kecondongan 3
Wiliam A Mc Eachern.Ekonomi Makro Pendaekatan Kontempoler, penerjemah : Sigit Triandaru Jakarta :Salemba Empat, 2000, hal 174
mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecondongan mengkonsumsi marginal
dan
kecondongan
mengkonsumsi
rata-rata.
Kencondongan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan sebagai MPC (berasal dari istilah Inggrisnya Marginal Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara pertambahan konsumsi (ΔC) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd) yang diperoleh. Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula : C Yd
MPC
Kencondongan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average Propensity to Consume), dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat pengeluaran konsumsi (C) dengan tingkat pendapatan disposebel pada ketika konsumen tersebut dilakukan (Yd). Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula :
APC
C Yd
Kecondongan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kencondongan menabung marginal dan kecondongan menabung rata-rata. Kecondongan menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah perbandingan di antara pertambahan tabungan (ΔS) dengan pertambahan pendapatan disposebel (ΔYd). Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula :
MPS
S Yd
Kecondongan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS
(Average
Propensity to Save), menunjukan perbandingan di antara tabungan(S) dengan pendapatan disposebel (Yd). Nilai APS dapat dihitung dengan Menggunakan formula : APS
S Yd
2.1.2. Hubungan Pendapatan Disposabel, Konsumsi dan Tabungan Pendapatan disposabel adalah merupakan pendapatan nasional dikurangi dengan pajak ditulis sebagai berikut : Yd = Y – T Dimana : Yd= pendapatan disposibel Y = pendapatan nasional T = Pajak Dalam perekonomian pendapatan disposabel yang diterima sektor rumah tangga dialokasikan untuk konsumsi barang dan jasa, sebagian lagi untuk ditabung. Fungsi dari konsumsi di tulis sebagai berikut : C = a + b Yd Dimana : C = konsumsi a = besarnya konsumsi pada saat pendapatan nol b = MPC (marginal propensity to consume) Sedangkan untuk fungsi tabungan ditulis sebagai berikut :
S = -a + (1-b) Yd Dimana : S = tabungan -a = besarnya tabungan pada saat pendapatan nol 1-b = MPS (marginal propensity to saving) Dengan demikian, hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan berikut : Yd = Y = C + S Y = {a + bYd} + {-a + (1-b)Yd} Hubungan antara pendapatan disposabel, konsumsi dapat di jelaskan dalam grafik berikut :
Gambar 2.1 Kurva hubungan antara pendapatan disposibel, konsumsi dan tabungan 2.1.3. Teori Konsumsi 2.1.3.1. Teori Konsumsi John Maynard Keynes
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity toconsume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. “Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal, untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.Berdasarkan tiga dugaan ini,fungsi konsumsi keynes sering ditulis sebagai berikut : C = C + aY, C > 0, 0 < c < 1 Keterangan : C = konsumsi
Y = pendapatan disposebel C = konstanta A = kecenderungan mengkonsumsi marginal Secara singkat di bawah ini beberapa catatan mengenai fungsi konsumsi Keynes : 1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga. 2. Pendapatan konstan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang
menentukan
besar
kecilnya
pengeluaran
konsumsi
adalah
pendapatan nasional yang terjadi atau current national income. 3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya. 4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus.
2.1.3.2. Pilihan Antar Waktu (Irving Fisher) Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakanpara ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yangberpandangan ke depan dan rasional membuat pilihan antar waktu yaitu,pilihan yang meliputi periode
waktu yang berbeda. Model Fisher menghilangkan hambatan-hambatan yang dihadapi konsumen, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatanhambatan serta preferensi ini bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan.Dengan kata lain konsumen menghadapi batasan atas beberapa banyak yang mereka bisa belanjakan, yang disebut batal atau kendala anggaran (budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa banyak akan menkonsumsi hari ini versus berapa banyak akan menabung untuk masa depan, mereka menghadapi batasan anggaran antar waktu (intertemporal budget constaint), yang mengukur sumber daya total yang tersedia untuk konsumsi hari ini, dan dimasa depan.4
2.1.3.3. Teori Konsumsi Dengan Pendapatan Permanen Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pengertian dari “pendapatan permanen adalah tingkat pengeluaran yang stabil yang dipertahankan sepanjang hidup, dengan berdasarkan pada tingkat kekayaan sekarang dan pendapatan yang diperoleh sekarang dan dimasa depan”5 Sedangkan pengertian daripendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Friedman menganggap pula bahwa tidak ada hubungan antarapendapatan sementara dengan pendapatan permanen, juga antarakonsumsi 4
sementara
dengan
konsumsi
permanen,
maupun
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi terjemahan, cetakan ke – 6, Jakarta : Erlangga, 2007, hal 451. 5 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, dan Richard Startz, Op.cit. hal 320
konsumsisementara
dengan
pendapatan
sementara.
Sehingga
MPC
dari
pendapatan sementara sama dengan nol yang berarti bila konsumen menerima pendapatan sementara yang positif maka tidak akan mempengaruhi konsumsi. Demikian pula bila konsumen menerima pendapatan sementara yang negatif maka tidak akan mengurangi konsumsi. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang konsumsi masyarakatantara lain adalah: dalam penelitian Siti Fatimah Nurhayati dan Masagus
Rachman,
dengan
judul
“Analisis
Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat di propinsi Jawa Tengah pada tahun 2000”6. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan variabel PDRB, jumlah penduduk, inflasi. Dari hasil uji hipotesis PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat. Pada tingkat α = 1% danhasil regresi yang diperoleh dari nilai koefisien sebesar 0,403 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 juta rupiah PDRB, maka akan menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat akan naik sebesar 0,403 juta rupiah. Hubungan tersebut sesuai dengan teori yang ada dimana fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi dan tingkatpendapatan. Apabila pandapatan meningkat maka konsumsi juga akan meningkat.
6
Siti Fatimah Nurhayati dan Masagus Rachman. (2003), Analisis Faktor-faktor Yang Mempegaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2000. Hasil Penelitian Tidak Dipublikasikan
Syahruddin
dalam
penelitiannya
tentang
“Fungsi
Konsumsi
kenyataannya di Sumatera Barat”7, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
(rumah
tangga)
dalam
membelanjakanpendapatannya.
Dalam
penelitian ini konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak, jumlah penduduk (jumlah anggota rumah tangga), jumlah harta lancar dan harta tetap yang dimiliki. Studi tersebut menyimpulkan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan setelah dikurangi pajak, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sedangkan pendapatan setelah dikurangi pajak ternyata merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang paling menentukan. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa penduduk, harta lancar, dan harta tidak lancar merupakan variabel penerang konsumsi. Ketiga variabel ini ternyata mempunyaipengaruh positif terhadap besarnya konsumsi rumah tangga. Hasrat konsumsi marginal (MPC) untuk keseluruhan pengamatan adalah 0,75. Angka ini adalah 0,75 dan 0,64 untuk daerah kota dan desa masing-masingnya. Dengan menggunakan t dan chow ternyata bahwa perbedaannya mempunyai tingkat keberartian yang tinggi sekali (pada derajat kepercayaan 1%). Dalam penelitian ini terdapat pebedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel yangdigunakan, metode penelitian, kurun waktu penelitian serta data dan jumlah data yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Biro PusatStatistik (BPS), Laporan Bank Indonesia dalam berbagai tahun penerbitan serta menggunakan metode pendekatan ReggresiLinier Berganda ( OLS ) 7
Syaruddin. “Fungsi Konsumsi Kenyataanya di Sumatera Barat”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, vol XXIX, No2, juni 1981.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tingkat pendapatan, suku bunga tabungan, dan inflasi dalam mempengaruhi keputusan konsumsi Masyarakat. 2.3. Penjelasan Teoritis Tentang Variabel Penelitian 2.3.1. Pendapatan PendapatanUntuk membeli barang konsumsi individu menggunakan uang dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan. Pada umumnya semakin tinggi pendapatanindividu/rumah tangga maka pengeluaran konsumsinya juga akan mengalami kenaikan.Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). “PDRB adalah
nilai barang –
barang dan jasa – jasa yang diproduksikan didalam suatu daerah dalam suatu tahun tertentu”8. 2.3.2. Tingkat Suku Bunga “Suku bunga adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sedangkan tingkat bunga adalah bunga per tahun sebagai presentasi dari jumlah yang di pinjamkan.”9 2.3.2.1. Macam – Macam Suku Bunga a) Suku Bunga Nominal Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang ditentukan berdasarkan jangka waktu satu tahun. b) Suku Bunga Rill 8
www.Bps sumatera utara.go.id, diakses pada tanggal 10 febuari 2016
9
Wiliam A .Mc Eachern.Op. Cit. hal 138
Suku bunga rill adalah tingat bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang terjadi selama periode yang sama 2.3.2.2.Teori Keynes tentangSuku Bunga Keynes membagi susunan/komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid, tetapi uang kas tidak dapat memberikan penghasilan (berupa bunga), namun surat berharga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Makin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan resikonya makin besar. Permintaan
akan
uang,
oleh
Keynes
disebut
dengan
“liguidity
preference”(permintaan uang) yang tergantung pada tingkat bunga.
Tingkat bunga % Jumlah uang 𝒓𝒆𝒈
“liguidity preference
Jumlah uang dan permintaan uanga Gambar 2.1 Kurva permintaan uang Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga, apabila tingkat bunga turun kebawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (bahwa tingkat bunga akan naik di waktu yang akan datang).
Tingkat bunga dalam keseimbangan (𝒓𝒆𝒈 )pada Gambar 2.1 apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawaran (jumlah uang beredar). Apabila pada suatu ketika tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangn, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga di pegangnya. Uasaha menjual surat berharga ini mendorong harganya turun (tingkat bunga naik), sampai tingkat keseimbangan dalam mana masyarakat puas dengan komposisi kekayaannya ( permintaan sama dengan penawaran uang). 2.3.3. Inflasi Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak medapatkan perhatian para pimikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Jadi pengertian “inflasi adalah proses kenaikan tingkat harga secara keseluruhan”10. Ini tidak berarti bahwa hargaharga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama dan kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga diukur dengan menggunakan index harga. Beberapa indeks harga sering digunakan untuk mengukur inflaso antara lain: a. Indeks biaya hidup (consumer price index) b. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index) c. GNP deflator.
10
N. Greory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson,Pengantar Ekonomi Makro terjemahan., edisi ke – 2 Jakarta, 2012, hal 155.
2.3.3.1 Jenis – Jenis Inflasi a. Inflasi menurut sifatnya Inflasi menurut sifatnya dibedakan berdasarkan perubahannya, yaitu : 1. Inflasi rendah kurang dari 10% per tahun. Kenaikan harga berjalan secara lambat,dengan persentase yang kecil serta dalam jangka yang relatip lama. 2. Inflasi menengah (galloping inflation) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. 3. Inflasi tinggi (hyper inflation) merupakan inflasi yang paling parah akibatnya, dimana harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. b. Jenis Inflasi menurut sebabnya 1.
Demand pull inflation
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikkan permintaan total(aggregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses terjadinya demand pull inflation dapat dijelaskam sebagai berikut pada Gambar2.3
Gambar 2.2 Demand Pull Inflation Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3 sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflation gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalam terus sepanjang permintaan total terus naik misalnya menjadi AD4 2.
Cost Push Inflation Cost push Inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Gambar 2.4 menjelaskan proses terjadinya Costpush inflation
Gambar 2.3 Cost Push Inflation Bermula pada harga P1 dan QFE, kenaikan biaya produksi akan mengeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. Konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1.Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2. Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser keatas. Proses kenaikan harga ( sering juga dibarengi dengan turunya produksi) disebut Cost push Inflation. 2.3.3.2.Teori terjadinya Inflasi 1. Teori Kuantitas Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) menyatakan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh: a. Valume uang beredar Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan valume uang yang beredar dalam masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar yang merupakan sumber utama penyebab
inflasi, karean valume uang beredar lebih besar dari kesanggupan output b. Adanya perkiraan masyrakat kenaikan harga (expectations) Apabila akan ada perubahan harga yang cukup besar dan penambahan uang yang beredar, maka penambahan uang yang beredar tersebut akan dibelanjakan masyarakat, karena masyarakat ingin menghindari kerugian yang timbul jika mereka memegang uang tunai ditangan. Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik dimasa yang akan datang, maka penambahan yang ang beredar akan sepenuhnya diwujudkan dalam permintaan efektif di pasar. 2. Teori Keynes Menurut teori Keynes inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan pendapatannya. Hal ini akan menimbulkan inflasionary gaps yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan yang lebih besar yang diwujudkan dalam permintaan dipasar barangbarang. Dengan demikian akan menyebabkan naiknya harga-harga, sehingaa timbul inflasi.
2.4. Kerangka Pemikiran
Pendapatan
(+)
Suku Bunga Tabungan
(-)
Pengeluaran Konsumsi
(-) Inflasi
2.5. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenaranya setelah data empiris diperoleh. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menjawab tujuan penelitian yang dinyatakan bahwa semua variabel berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan yang kemudian dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakatdi kota Medan. 2) Suku bunga tabungan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan. 3) Inflasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap konsumsi masyarakat di kota Medan.
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalampengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian “Metode menyangkut cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran penelitian, metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur pengorgnisasian kegiatan-kegiatan berpikir secara rasional untuk memperoleh pengetahuan dari apa yang dikaji (distudi)11 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2006 – 2014 yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun data yang digunakan adalah : a. Data pengeluaran konsumsi b. Data pendapatan c. Data suku bunga tabungan d. Data inflasi 3.2. Teknik Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi adalah : Metode analisis regresi linier berganda yaitu untuk memprediksi nilai dari variabel terikat yaitu pengeluaran Konsumsi (Y) dengan ikut memperhitungkan 10
Elvis F. Purba dan Parulian Simanjuntak, Metode Penelitian, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Medan: Fakultas Ekonomi UHN, 2012, hal. 28.
nilai-nilai variabel bebas yaitu Pendapatan (X1), suku bunga tabungan (X2), inflasi (X3), sehingga dapat diketahui pengaruhnya. Adapun model persamaan yang digunakan adalah: Yt = β0t+ β1X1t - β2X2t- β3X3t+ μt, t = 1, 2, 3,…, N Dimana : Y = Pengeluaran Konsumsi β0 = Intercept / Konstanta β1β2, = Koefisien Arah Regresi X1 = Pendapatan X2 = Suku bunga tabungan X3 = inflasi µ = Term of error 3.3. Pengujian Hipotesis 3.3.1. Uji Statistik Pengujianhipotesisstatistikdalampenelitianinimeliputi pengujian hipotesis secaraparsial(uji-t),pengujianhipotesis
secaraserempak(uji-F),dankoefisien
determinasiR2. 3.3.1.1Uji Secara Individu (uji – t) Untuk mengetahui apakah pendapatan, tingkat suku bunga tabungan dan tingkat inflasi secara parsial berpengaruh nyata terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat kota Medan, maka dilakukan pengujian dengan uji-t pada taraf nyata = 5%. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Variabel Pendapatan
H0 : β1 ≤ 0 H1 : β1> 0 Rumus untuk mencari t hitung adalah :
t
i
=
i i S i
i : statistik
i
: parameter
S( i )
: simpangan baku
Apabila nilai thitung> ttabel, maka H1 diterima, artinya pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap konsumsi masyarakat. b. Variabel suku bunga tabungan H0 : β1 ≥ 0 H1 : β1< 0 Rumus untuk mencari t hitung adalah :
t
i
=
i i S i
i : statistik
i
: parameter
S( i )
: simpangan baku
Apabila nilai thitung> ttabel, maka H1 diterima, artinya suku bunga tabungan secara parsial berpengaruh negatif dan nyata terhadap jumlah tabungan.
c. Variabel inflasi H0 : β1 ≥ 0 H1 : β1< 0 Rumus untuk mencari t hitung adalah :
t
i
=
i i S i
i : statistik
i
: parameter
S( i )
: simpangan baku
Apabila nilai thitung> ttabel, maka H1 diterima, artinya inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan nyata terhadap jumlah tabungan. 3.3.1.2Uji Secara Simultan (Uji “F”) Uji
“F”
digunakanuntukmengatahuiproporsivariabeldependenyang
dijelaskanvariabelindependensecaraserempak.Tujuanuji
F
statistikini
adalahuntukmengujiapakahvariabel-variabelbebasyang
diambil
mempengaruhivariabelterikatsecarabersama-samaatautidak. Adapunlangkah-langkahpengujianujiFadalahsebagaiberikut: a.Membuathipotesisnol(H0)danhipotesisalternatif(H1)sebagaiberikut: H0:
β 1=
β2=0,berartivariabelbebassecarakeseluruhantidak
berpengaruhterhadapvariabelterikat. H1:β itidak semua 0, i = 1, 2, berartivariabelbebassecara berpengaruhterhadapvariabelterikat.
keseluruhan
b.
MencarinilaiFhitungadanilaikritisFstatistikdaritabelF.NilaikritisF berdasarkanbesarnya
α
dandfuntuknumerator(k-1)dandfuntuk
denomerator(n-k).
Rumus untuk mencari Fhitung adalah :
Fhitung =
JKR k 1 JKG n k
JKR
: Jumlah Kuadrat Regresi
JKG
: Jumlah Kuadrat Galat
k
: Banyaknya koefisien regresi
n
: Banyaknya sampel
Apabila nilai, Fhitung > Ftabel , maka H 1 diterima, artinya secara bersama-sama (simultan) variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sebaliknya, bila nilai Fhitung < Ftabel , maka H 0 diterima, artinya variabel bebas secara bersamasama (simultan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. 3.3.1.3. Koefisien Determinasi R2 Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran “kebaikan-suai” (goodness of fit) dari persamaan regresi yang menyatakan seberapa “baik” garis regresi sampel mencocokkan data. Dengan kata lain koefisien determinasi adalah suatu ukuran yang mengukur kebaikan suatu model persamaan regresi, apakah model tersebut sudah baik menjelaskan hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dalam mengukur kebaikan-suai dari suatu persamaan regresi, koefisien
determinasi memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel Y yang dijelaskan oleh model regresi. Nilainya berkisar antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat terbatas. Nilai koefisien yang mendekati 1, berarti variabelvariabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan keragaman variabel terikat.
R2 =
JKR x 100% JKT JKR
: Jumlah Kuadrat Regresi
JKT : Jumlah Kuadrat Total 3.4.1. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.4.1.1. Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang kuat(korelasi yang kuat) diantara variabel bebas. Variabel-variabel bebas yang mempunyai hubungan tidak mungkin dianalisis secara terpisah pengaruhnya terhadap variabel terikat. Pengaruhnya terhadap nilai taksiran: a. Nilai-nilai koefisien tidak mencerminkan nilai yang benar. b. Karena galat bakunya besar maka kesimpulan tidak dapat diambil melalui uji-t. c. Uji-t tidak dapat dipakai untuk menguji keseluruhan hasil taksiran. d. Tanda yang dihadapkan pada hasil taksiran koefisien akan bertentangan dengan teori. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala multikolinieritas adalah dengan melihat VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF < 10 maka
dianggap tidak ada pelanggaran multikolinieritas, namun bila sebaliknya VIF
>
10
maka
dianggap
ada
pelanggaran
multikolinieritas12.
Untukmengetahui seberapa kuat atau seberapa parah kolinieritas (korelasi) antar sesamavariabel bebas maka dapat dilihat dari matriks korelasi. Bila nilai matriks > 0,95, maka kolinieritasnya adalah serius (tidak dapat ditolerir). Namun bila sebaliknya nilai matriks < 0,95, maka kolinieritas dari sesama variabel bebas masih dapat ditolerir. Untuk mengetahui apakah terdapat multikolinieritas dapat juga digunakan cara regresi parsial, yaitu sebagai berikut : Regresikan; Y = f (X1, X2) ; sebagai model awal, tentukan nilai R 2 .Kemudian regresikan antara sesama variabel bebas: X1= f (X2) ; variabel X1sebagai variabel terikat, tentukan R12 X2= f (X1) ; variabel X2sebagai variabel terikat, tentukan R22 2 2 2 2 Bandingkan nilai R 2 dengan R1 , R2 jika ada di antara R1 , R2 yang nilainya
lebih besar dari R 2 , maka dalam model regresi awal terjadi multikolinierit 3.4.1.2. Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pada periode lain, atau variabel gangguan tidak random. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menggunakan nilai run test. Run test sebagai bagian dari statistik non – parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat hubungan
11)
H. ImanGhozali., Semarang 2005.,Aplikasi Analisisi Multivariate dengan Program, hal 107
korelasi maka dikatakan tinggi. Jika antara residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Runs test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak ( sistematis) H0 = residual (res_1) random (acak) H1 = residual (res_1) tidak random
13
3.4.2. Uji Normalitas Residual Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi secara nomal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram
yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan : (i) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
12
Ibid, hal 120
(ii) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih memastikan lagi uji normalitas residual dapat dilakukan dengan melakukan uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi dengan normal 3.5.Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Variabel dependen: Pengeluaran Konsumsi adalah pembelanjaan atau biaya yang dikeluarkan
oleh rumah tangga atas barang-barang akhirdengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di kota medan yang diukur dengan rupiah . b. Variabel Independen, terdiri dari: 1) Pendapatan (X1) Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto (PDRB) yaitujumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor di kota Medan yang dikur dengan rupiah. 2) Suku Bunga Tabungan (X2) Suku bunga tabungan adalah harga dari penggunaan uang atau biasa juga dipandang sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Atau
harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya, yang diukur dengan persen (%). 3) Laju Inflasi (X3) Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian di kota Medan yang diukur dengan persen (%).